MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail:
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA, berorientasi pada Problem Based Learning. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan pada SMA N Klakah-Lumjang ini menghasilkan penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ditunjukkan pada siklus I diperoleh nilai 41,66% dan pada siklus II diperoleh nilai 86,11% (naik sebesar 43,55% dari nilai siklus I).
Kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar.
Dewasa ini, pendidikan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal tersebut mengakibatkan adanya persaingan yang sangat ketat di bidang pendidikan, maka untuk mengahadapinya diperlukan kualitas pendidikan yang bermutu dan semakin meningkat. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tentu telah di upayakan oleh berbagai pihak yang terkait dan saling bekerjasama untuk melakukan pembaharuan di bidang pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan antara lain melalui berbagai pelatihan dan meningkatkan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Dari waktu ke waktu pemerintah selalu berusaha guna penyempurnaan pendidikan salah
satunya seperti telah disebutkan yaitu penyempurnaan kurikulum. Pemerintah mengganti kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 dan sekarang berubah lagi pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembaharuan kurikulum yaitu KTSP (Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan) adalah meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu strateginya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu membantu memahami materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yaitu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara befikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran (Nurhadi, dkk., 2004:56). Sanjaya (2004:212) mendeskripsikan strategi pembelajaran berbasis masalah sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (berpasangan dalam kelompok kecil). Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Nurhadi dkk, 2004:57) ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah adalah (a) pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus pada keterkaitan antar displin. (c) penyelidikan autentik, (d) penghasilanproduk/karya dan memamerkannya. Menurut Nurhadi dkk (2004:57-58) "Pengajaran berbaiss masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. pengajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi: dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri".
Siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, tentu saja mereka juga memiliki keinginan untuk mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dimyati dan Mudjiono (2006:200) mengatakan bahwa "Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penialain dan atau pengukuran hasil belajar". Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa (Sudjana, 2009:22) Bloom (dalam Sudjana, 2009:22-23) telah membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektualyang terdiri dari enam aspek, yaknipengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari penjelasan mengenai hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), karena dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dan berkolaborasi dengan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri Klakah Kabupaten Lumajang. Populasi penelitian ini meliputi semua siswa Kelas XI IPS-2 SMA N Klakah-Lumajang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini: 1) Observasi, 2) Wawancara, 3) Rencana Pembelajaran, 4) Tes, 5) Angket atau Kuesioner, 6) Catatan lapangan, 7) Dokumentasi.yang digunakan penelitian ini berupa: (1) soal ulangan, (2) pedoman observasi ketepatan guru, (3) angket, (4) catatan lapangan, (5) dokumentasi.
HASIL SIKLUS 1 1) Hasil observasi ketepatan guru dalam pembelajaran Hasil pengamatan dari observer tentang ketepatan guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada pertemuan I siklus I. Berdasarkan data observasi pengamat I dan II pada pertemuan pertama siklus I jumlah skor yang diperoleh 66 dan skor maksimal adalah 132, dengan demikian skor rata-rata adalah
x 100% = 50%
Hasil pengamatan dari observer I,dan II pada pertemuan II siklus I jumlah skor yang diperoleh adalah 82 dan skor maksimal adalah 144, dengan demikian skor rata-rata adalah rata adalah
x 100% = 57%
2) Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus I Setelah kegiatan pembelajaran dilakukan, guru memberikan soal tes. Tes yang diberikan oleh guru adalah tes obyektif untuk soal ulangan sejumlah 10 butir soal. Tes ini dilakukan oleh 36 orang siswa. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 75 dan suatu kelas disebut tuntas apabila
85 siswa di kelas
tersebut mencapai skor 75. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada soal ulangan siklus I ada 15 (lima belas) orang siswa sudah tuntas belajar, sedangkan 21 (dua puluh satu) orang siswa masih dinyatakan belum tuntas belajar , dengan nilai rata-rata kelas 41,66%.
SIKLUS 2 1) Hasil Observasi terhadap Ketepatan Guru dalam Pembelajaran Hasil pengamatan dari kedua observer tentang ketepatan guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada pertemuan I siklus II sudah sesuai dengan yang direncanakan. Hasil pengamatan dari observer pada pertemuan I siklus II jumlah skor yang diperoleh adalah 84 dan skor maksimal adalah 132, dengan demikian skor rata-rata adalah adalah
x 100% = 78%
Hasil pengamatan dari observer pertemuan II siklus II jumlah skor yang diperoleh adalah 82 dan skor maksimal adalah 144, dengan demikian skor rata-rata adalah
x 100% = 84% Berdasarkan hasil observasi pengamat, taraf keberhasilan kegiatan peneliti
dalam menerapkan rencana pembelajaran pertemuan I dan II siklus I dan II termasuk dalam kategori baik.
2) Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II Setelah kegiatan pembelajaran dilakukan, guru memberikan soal tes. Tes yang diberikan oleh guru adalah tes obyektif untuk soal ulangan sejumlah 10 butir soal. Tes ini dilakukan oleh 36 orang siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada soal ulangan siklus II ada 31 (tiga puluh satu) orang siswa sudah tuntas belajar, sedangkan 5 (lima) orang siswa masih dinyatakan belum tuntas belajar , dengan nilai rata-rata kelas sebesar 86,11%. Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, telah terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil belajar siswa selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS-2 di SMA Negeri Klakah pada mata pelajaran PKn. PEMBAHASAN
Penerapan Model Problem Based Learrning Pada Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas XI IPS-2 di SMA Negeri Klakah a) TEMUAN SIKLUS I Penelitian yang dilakukan adalah Pneleitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan setiap siklus ada empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan/observasi dan tahap refleksi. 1. Penerapan metode Problem Based Learning (PBL) baru pertama kali diterapkan di SMAN Klakah, sehingga siswa masih merasa bingung dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran di sekolah kebanyakan menggunakan metode konvensional “ceramah”, hal tersebut menyebabkan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, mereka tidak terbiasa aktif berpikir dan hanya tergantung pada materi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat (Dimyati dan Mudjiono, 2006:7) bahwa “belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks dimana siswa sebagai penentu terjadi atau tidaknya proses belajar” 2. Pada saat guru peneliti menjelaskan materi, beberapa siswa ada yang tidak fokus bahkan mengobrol dengan teman yang lain.
3. Pada saat guru peneliti meminta siswa untuk bergabung dengan anggota kelompoknya, siswa terlihat gaduh karena ada beberapa siswa yang ingin bergabung dengan anggota kelompok tertentu. Sanjaya (2006:213) menerangkan bahwa pelaksanaan problem based learning terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerka siswa. 4. Kerjasama siswa siswa dalam kelompok masih belum maksimal karena beberapa siswa masih terlihat pasif ketika kegiatan diskusi dilakukan. Dalam pembelajaran model problem based learning siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk bekerjasama antar teman dalam kelompok agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa, hal tersebut sesuai dengan Nurhadi dkk (2004:59) yang mendeskripsikan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) sebagai suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan maslaah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan konsep yang esensi dengan materi pelajaran. 5. Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusinya, siswa masih terlihat gugup dan malu untuk membacakan hasil diskusinya. Melalui penerapan pembelajaran model problem based learning, diharapkan seorang guru tidak lagi menjadi aktor penting dalam proses pembelajaran , melainkan siswa ikut berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran.
6. Pada saat mengerjakan soal ulangan, masih ada beberapa siswa yang ramai,bahkan meminta jawaban dari teman yang lain. 7. Hasil pengamatan dari dua orang observer tentang ketepatan guru peneliti dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama adalah 50% dengan rincian skor yang diperoleh adalah 66 dan skor maksimal adala 132, sedangkan pada pertemuan kedua hasil pengamatan observer tentang ketepatan guru peneliti dalam menerapkan rencana pembelajaran adalah 67% dengan rincian skor yang diperoleh adalah 82 dan skor maksimal adalah 144. b) TEMUAN SIKLUS II 1. Siswa mulai paham dengan model pembelajaran problem based learning. 2. Siswa sangat antusias dalam diskusi dengan anggota kelompoknya, siswa yang berkemampuan tinggi mulai bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan tidak mendominasi mengerjakan soal diskusi. Sanjaya (2006:211) memandang peran strategi pembelajaran berbasis masalah berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan sematamata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses seperti ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik melalui pengahayatan secara internal akan problema yang dihadapi. 3. Pada saat mengerjakan soal ulangan, semua siswa serius mengerjakan soal ulanagannya masing-masing. 4. Hasil pengamatan dari dua orang observer tentang ketepatan guru peneliti dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama adalah 78% dengan rincian skor yang diperoleh adalah 84 dan skor maksimal adala 132, sedangkan pada pertemuan kedua hasil pengamatan observer tentang ketepatan guru peneliti dalam menerapkan rencana pembelajaran adalah 91% dengan rincian skor yang diperoleh adalah 96 dan skor maksimal adalah 144. Berdasarkan pengamatan penerapan pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran PKn di SMAN Klakah ini dapat berjalan dengan baik, terbukti dengan adanya peningkatan respon siswa terhadap penerapan model problem based learning pada mata pelajaran PKn. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS-2 pada Mata Pelajaran PKn di SMAN Klakah Sebagai data awal (pra tindakan penelitian), peneliti menggunakan nilai ulangan harian I sebagai pernbandingan nilai ulangan setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), kriteria keberhasilan tindakan yang digunakan untuk mengukur ranah kognitif yaitu Standar Ketuntasan Minimal (SKM)
yang ditetapkan oleh sekolah. Untuk Standar Ketuntatasan Minimal (SKM) pelajaran PKn di SMA Negeri Klakah adalah 75. Evaluasi belajar pada ranah kognitif dilakukan dengan menggunakan tes secara tertulis dimana soal ulangan terdiri dari 10 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Menurut Sudjana (2009:48) soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Tes ini dilakukan setiap akhir pertemuan tiap siklus. Tujuan pembalajaran dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah. a) TEMUAN SIKLUS I Pada siklus I kentutasan hasil belajar yang diperoleh adalah 41,66% sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 15 siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang berkonsentrasi saat guru peneliti menjelaskan materi, sehingga materi yang dijelaskan oleh guru peneliti kurang bisa diserap oleh siswa sehingga saat mengerjakan soal ulangan, banyak hasil jawaban siswa yang belum tepat. Pada saat proses belajar mengajar hasil belajar akan lebih optimal apabila motivasi diberikan secara tepat. Tugas guru untuk mendorong siswa agar dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:43) motivasi mempunyai kaitan dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tertentu cendrung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari
bidang studi tersebut, motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupanya. Peningkatan motivasi pada aspek minat tidak lepas dari peran peneliti pada saat penerapan pembelajaran model problem based learning, usaha peneliti meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek minat dengan memberi arahan saat pembelajaran berlangsung. Dengan penerapan model problem based learning ini menjadi motivasi bagi siswa, menjadi semangat rasa ingi tahu dan mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada matap pelajaran PKn. b) TEMUAN SIKLUS II Pada siklus II ketuntasan hasil belajar yang diperoleh adalah 86,11% (naik sebesar 43,55% dari nilai hasil belajar siklus I yaitu 46,11%) sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah lima siswa. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata kelima siswa tersebut termasuk siswa yang kemampuannya kurang, nilai mereka sebagian besar di bawah rata-rata sehingga mereka tidak mencapai nilai maksimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bersumber dari dua yaitu dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa berupa pemberian metode baru dan bimbingan serta arahan dari guru peneliti tentang pentingnya hasil belajar pada pembelajaran PKn, sehingga dengan pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan menjadi baik. Namun hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn harus tetap ditingkatkan kedapannya agar tujuan belajar dapat dicapai dengan hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, telah terjadi peningkatan hasil belajar setelah diterapkan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil belajar siswa selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS-2 di SMA Negeri Klakah pada mata pelajaran PKn. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) pada siswa kelas XI IPS-2 SMA Negeri Klakah seluruhnya telah dilaksanakan dalam 2 siklus dimana setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan; (2) Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS-2 SMA Negeri Klakah. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) bagi guru mata pelajaran PKn dapat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan hasil belajar siswa; (2) Bagi siswa, setelah diterapkan model problem based learning (PBL) diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PKn dan siswa lebih mengerti tentang penerapan model problem based learning (PBL); (3) bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL), maupun memadukan model pembelajaran yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Rineka Cipta. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang UM Press. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Sudjana, N. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya