Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIKULTURAL BERNUANSA KEARIFAN LOKAL BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR Ni Kd. Aristikawati 1, I Wyn. Sujana 2, I Wyn. Wiarta 3 1, 2, 3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1,
[email protected] 2,
[email protected] 3
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasy experiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 564 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling yang menetapkan SD Negeri 2 Padang Sambian sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 8 Padang Sambian sebagai kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS yang merupakan penggabungan nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda biasa, sedangkan nilai afektif dikumpulkan melalui teknik observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan. Data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji-t didapat thitung = 4.72 dan ttabel dengan dk = 79 pada taraf signifikansi 5% = 2.00. Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (4.72 > 2.00) maka H0 ditolak. Rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal lebih besar dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (82.37 > 77.50). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat. Kata-kata kunci : group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal, pembelajaran konvensional, hasil belajar Abstract This research is aimed to figure out differences of the significant social sciences study result among students who have been taught through group investigation learning model based on multicultural of local wisdom with the students taught through conventional learning to the fifth grade students of SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat in academic year 2013/2014. This
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
research is quasi-experimental study by using non equivalent control group design as the research design. The population in this research is whole students of fifth grade students of SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat in academic year 2013/2014 who are 564 students. Sample determination used random sampling technique; thus, it was obtained SD Negeri 2 Padang Sambian as the group experimental and SD Negeri 8 Padang Sambian as controlling group. Collected data was the social sciences study result which was incorporation of cognitive and affective students' scores. The obtained data was analyzed by using t-test. The result study showed that there were the significant differences of social sciences study result among the students who taught through applying group investigation learning model based on multicultural of local wisdom with the students taught through conventional learning. Based on the result of t-test, it was obtained calculated-t = 4.72 and ttable with dk = 79 in 5% significant extent = 2.00. Based on testing criteria tcalculated > ttable (4.72 > 2.00); so that, H0 refused. The average of students' social sciences study result obtained among the students who taught through applying group investigation learning model based on multicultural of local wisdom was higher than the students who taught through conventional learning (82.37 > 77.50). Therefore, it can be conclude that group investigation learning model based on multicultural of local wisdom influences significantly to the social sciences study result of the fifth grade students of SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat in academic year 2013/2014. Keywords : group investigation, multicultural, local wisdom
PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan pengembangan pembelajaran pada pengaplikasiannya mengalami penyempurnaan dari tahun ke tahun. Penyempurnaan tersebut meliputi kurikulum, paradigma pembelajaran, standar kelulusan dan lainnya. Penyesuaian karakteristik siswa pada proses pembelajaran kini dapat dikaji kedalam kurikulum dengan tujuan terjadinya proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan mengedepankan proses. Pemerintah telah menggunakan berbagai cara dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya melalui penerapan kurikulum yang menyesuaikan dengan karakteristik siswa khususnya di jenjang pendidikaan Sekolah Dasar (SD). Melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini, dituntut adanya perubahan paradigma pembelajaran yang mulanya berpusat pada guru menjadi paradigma pembelajaran konstruktivis, dimana pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centre). Kontruktivisme
memandang kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta (Aunurrahman, 2012: 19). Peran sentral dapat mendorong siswa untuk berupaya mencari dan mengembangkan kreasikreasi baru dalam pembelajaran, melakukan percobaanpercobaan sebagai upaya mengembangkan nalar dan kemampuannya untuk mencapai taraf berpikir yang lebih tinggi. Penyusunan kurikulum perlu mengadopsi potensi lokal dimana sekolah tersebut berada. Sebagai kota budaya, Denpasar memiliki keragaman seni budaya, tradisi, maupun adat istiadat yang berbeda pada setiap tempatnya. Hal ini bertambah dengan adanya keanekaragaman agama yang menambah nuansa keragaman etnik budaya dan masyarakat Kota Denpasar. Namun, pudarnya kesadaran masyarakat mengenai keragaman tersebut terkadang dapat menimbulkan dampak negatif
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menyikapi keragaman tersebut, diperlukan adanya pengembangan pembelajaran yang berguna untuk menanamkan kepada generasi muda mengenai pentingnya sikap menghargai berbagai keragaman etnik budaya yang hadir dalam masyarakat sekaligus sebagai wadah dalam menyeleksi pengaruh-pengaruh budaya luar yang dapat memicu pudarnya kearifan lokal yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Pengintegrasian student centre dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif untuk mengikuti pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran tentunya memberikan motivasi pada diri siswa untuk mengembangkan kemampuannya, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat membangun interaksi aktif antara guru dengan siswa melalui peran guru sebagai fasilitator untuk menunjang pembelajaran yang efektif bagi siswa. Student centre juga diharapkan dapat mengajarkan siswa akan pentingnya sikap menghargai dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan student centre dalam pembalajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya melalui pembelajaran kooperatif yang mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok mengenai pendalaman materi pembelajaran. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pembelajaran kooperatif sangat berperan untuk membelajarkan interaksi sosial dalam diri siswa yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (BNSP, 2011). IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Melalui pelaksanaan pembelajaran, siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas
dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Gunawan (2011: 39) mengemukakan: “Pembelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetsi dalam masyarakat majemuk, lokal, nasional, dan global.” Pengembangan ruang lingkup IPS mencakup tentang substansi materi ilmuilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat, gejala, masalah, serta peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Melalui pembelajaran IPS di SD diharapkan siswa dapat mengenal berbagai masalah dan peristiwa sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi berbagai permasalahan sosial yang timbul dari kurangnya pemahaman akan gejala-gejala sosial di sekitar lingkungan siswa. Pelaksanaan pembelajaran IPS memerlukan adanya inovasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa. Lingkup pembelajaran IPS harus diajarkan secara terpadu, karena pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS hendaknya menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pembelajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya. Implementasi paradigma pembelajaran konsrtruktivis dalam pembelajaran IPS tentunya menuntut guru untuk merancang sebuah pembelajaran yang memberikan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuannya melalui pemikiran-pemikiran baru sebagai akibat perubahan lingkungan dan perkembangan seseorang. Penerapan paradigma konstruktivisme mengandung makna kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Hal ini terkait dengan proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar, yaitu : (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan; serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dengan yang lainnya (Aunurrahman, 2012: 17). Pengaplikasian pembelajaran konstruktivisme melatih guru dalam menerapkan suatu pembelajaran dengan pengaplikasian berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswanya. Langkah tersebut dirancang agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan melalui pengintegrasian model pembelajaran dengan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Ditinjau dari pelaksanaannya, berdasarkan hasil observasi di Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat, kurang beragamnyaa penerapan model dal metode yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS mengakibatkan pembelajaran dirasa kurang menyenangkan bagi siswa. Hal ini berdampak pada kurang antusiasnya siswa mengikuti pembelajaran. Kurangnya peran aktif siswa mengikuti pembelajaran, tentunya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain itu minimnya pengenalan kearifan lokal serta pengaplikasian kelompok belajar dalam pembelajaran sehari-hari mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa akan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial-budaya lingkungannya. Hal tersebut dapat memicu pudarnya kesadaran generasi muda untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal dan kurangnya pemahaman akan penyeleksian budaya-
budaya luar yang mulai masuk dan menggeser perkembangan budaya lokal. Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi, maka dilakukan penelitian sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Kurangnya variasi pembelajaran dalam mengembangkan pengetahuan siswa dapat menjadi salah satu penyebab terciptanya suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa. Untuk mendesain pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas budaya daerah dalam lingkungan siswa. Pengembangan pembelajaran yang berpijak pada kearifan lokal dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis multikultural yang berguna dalam mengajarkan siswa tentang cara menghargai keragaman sosial-budaya dalam lingkungan belajarnya. Pengembangan pembelajaran berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal diharapkan mampu membelajarkan dan membentuk pengetahuan siswa akan nilai-nilai karakter yang terkandung didalamnya. Untuk mengoptimalkan hasil belajar yang diperoleh, siswa perlu dihadapkan pada situasi pembelajaran yang menyenangkan sehingga merangsang keaktifan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki dalam pembelajaran. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, pada penelitian ini diadakan suatu inovasi pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal. Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah central dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sesungguhnya sangat tergantung pada bagaimana kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, nilai, serta pengalaman mereka dapat terpenuhi secara optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Group investigation
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang menuntut partisipasi dan peran aktif siswa dalam mencari dan memecahkan persoalan yang terjadi melalui berbagai bahan pembelajaran yang tersedia, misalnya buku, video, gambar maupun sumber lainnya. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak manfaat, baik yang langsung dirasakan pada saat terjadinya pembelajaran maupun manfaat jangka panjang setelah pembelajaran terjadi melalui aktifitas bersama dan demokratis. Pada kesehariannya guru dan siswa melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat akademik dan nonakademik yang menunjang terbentuknya norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai dan dapat dibawa ke dalam kelas. Melalui pembelajaran group investigation berbasis multikultural, guru mampu merancang pembelajaran yang didasarkan pada permasalahanpermasalahan sosial yang sering terjadi di lingkungan sekitar siswa untuk diadaptasi sebagai contoh konkret pembelajaran. Pembelajaran group investigation berbasis multikultural yang di nuansakan dengan kearifan lokal yang diterapkan pada pembelajaran diharapkan dapat menanamkan kembali kearifan lokal secara intern melalui pendidikan yang dapat dikatakan sebagai gerakan kembali pada basis nilai budaya daerahnya dan upaya membangun identitas bangsa dan sebagai filter dalam menyeleksi pengaruh budaya lain. Nilainilai kearifan lokal itu meniscayakan fungsi yang strategis bagi pembentukan karakter dan identitas bangsa. Pendidikan yang menaruh peduli terhadapnya akan bermuara pada munculnya sikap yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif serta secara kognitif mampu menguasai pengetahuan sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan berupa hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. METODE Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara
siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvesional dengan memanipulasi variabel bebas model pembelajaran, sedangkan variabel terikat dijadikan tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Subjek penelitian tidak diambil secara acak dari populasi, melainkan seluruh subjek dari kelompok yang telah terbentuk secara alami, dengan demikian desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy experiment). Berdasarkan permasalahan yang diambil, desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V Semester II SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah sebanyak 564 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Kedua sampel yang digunakan di uji kesetaraannya untuk membuktikan bahwa kedua sampel setara secara akademik. Data yang digunakan untuk menganalisis kesetaraan kedua kelompok adalah hasil pre-test siswa. Uji kesetaraan dilakukan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Sebelum melakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil uji normalitas dengan mengunakan rumus chi-square, hasil pretest IPS di kelompok eksperimen X2 = 4.84 dan untuk X2 dengan dk 5 pada taraf signifikansi 5% = 11.07 ini berarti bahwa X2hitung = 4.48 < X2tabel = 11.07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen berdistribusi normal, sedangkan hasil uji normalitas dengan mengunakan rumus chi-square, hasil pre test IPS di kelompok kontrol X2 = 10.46 dan untuk X2 dengan dk 5 pada taraf signifikansi 5% = 11.07 ini berarti bahwa X2hitung = 10.46 < X2tabel = 11.07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas menggunakan uji-F, diperoleh Fhitung =
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 1.27 nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan derajat kebebasan pembilang 40 – 1 = 39 dan derajat kebebasan penyebut 41 – 1 = 40 pada taraf signifikansi 5%, maka diperoleh Ftabel = 1.74. Nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti nilai pre-test IPS ke dua sekolah yaitu SD Negeri 2 Padangsambian dengan SD Negeri 8 Padangsambian homogen. Setelah kedua sebaran data dinyatakan berdistribusi nirmal dan homogen, dilakukan uji kesetaraan sampel menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis kesetaraan sampel antara kelas VB SD Negeri 2 Padangsambian dan kelas VA SD Negeri 8 Padangsambian, didapat thitung = 1.83 < ttabel (α = 0.05; 79) = 2.00 yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas VB yang terdapat di SD Negeri 2 Padangsambian dan kelas VA SD Negeri 8 Padangsambian adalah setara, sehingga sampel tersebut layak untuk digunakan sebagai sampel penelitian. Setelah kedua kelompok dinyatakan setara, dilakukan pengacakan kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh kelas VB SD Negeri 2 Padangsambian dengan jumlah siswa 40 orang sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 8 Padangsambian dengan jumlah siswa 41 orang sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode tes dan non tes. Metode tes dilakukan dengan memberikan tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar yang dinilai melalui ranah kognitif siswa, sedangkan teknik non tes dilakukan melalui observasi untuk mengamati nilai afektif siswa selama pembelajaran. Data tentang hasil belajar yang merupakan penggabungan antara ranah kognitif dan afektif dikerjakan dengan bantuan program pengolah angka Microsoft Office Excel 2007. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji ChiSquare, uji homogenitas varians
menggunakan uji-F, dan uji hipotesis menggunakan uji beda mean (uji-t). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan menunjukan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal = 82.37, median = 82, modus = 83.5, varians = 13.76, dan standar deviasi = 3.71., sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol melalui pembelajaran konvensional = 77.50, median = 79, modus = 80.5, varians = 29.19, dan standar deviasi = 5.40. Dari data tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPS yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai X2hitung yang diperoleh dari kelompok eksperimen = 6.22. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel (6.22 < 11.07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data nila hasil belajar IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai X2hitung = 6.17. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel (6.17 < 11.07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data nilai hasil belajar IPS
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk pembilang = 41 – 1 = 40 dan dk penyebut = 40 – 1 =39) =2.14 dan hasil analisis Fhitung= 2.12, karena Fhitung < Ftabel, maka data nilai akhir kelompok eksperimen dan data nilai akhir kelompok kontrol adalah homogen. Setelah kedua kelompok dinyatakan normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak ada perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung ttabel dimana ttabel didapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2). Untuk menguji hipotesis digunakan uji t.
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Kelas Kelas eksperimen Kelas kontrol
Varians 13.76 29.19
N 40 41
Berdasarkan tabel 1, dengan menggunakan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 79 diperoleh ttabel adalah 2.00 sedangkan thitung berdasarkan analisis diperoleh 4.72, maka thitung lebih dari ttabel yaitu 4.72 > 2.00 pada derajat kebebasan 79. Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat. Berdasarkan uji-t diperoleh hasil thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II SD Gugus 7 Kompyang Sujana.Denpasar Barat, pada taraf signifikan 0.05 diterima. Hal tersebut
Db
ttabel
thitung
79
2.00
4.72
Kesimpulan H0 = ditolak
didukung oleh hasil analisis data penelitian pada kedua kelompok yang diperoleh perbedaan rata-rata hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen yaitu = 82.37 dan kelompok kontrol adalah = 77.50, yang berarti rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar IPS pada kelompok kontrol (82.37 > 77.50). Selain itu berdasarkan perbandingan nilai siswa terhadap nilai KKM pada gugus tersebut menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal memperoleh hasil belajar IPS dengan pencapaian nilai diatas KKM lebih banyak daripada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat pada persentase kelompok eksperimen yang memperoleh nilai hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak 2.5% atau 1 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 5% atau 2 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 92.5% atau 37 orang siswa, sedangkan persentase kelompok kontrol yang memperoleh nilai hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 41.45% atau 17 orang siswa, sama Berbeda dengan pembelajaran IPS yang dengan KKM sebanyak 4.88% atau 2 dibelajarkan melalui pembelajaran orang siswa, dan di atas KKM sebanyak konvensional, siswa terlihat kurang aktif 53.67% atau 22 orang siswa. selama proses pembelajaran. Hasil tersebut mengandung arti Pembelajaran yang berpusat pada guru bahwa siswa yang dibelajarkan melalui mengakibatkan kurangnya kegiatan yang pembelajaran group investigation dapat memancing keaktifan siswa karena berbasis multikultural.bernuansa pembelajaran cenderung menggunakan kearifan..lokal mempunyai hasil belajar metode ceramah, sehingga pembelajaran IPS yang lebih baik dari pada siswa yang yang diciptakan cenderung dibelajaran melalui pembelajaran membosankan. Hal ini mendukung hasil konvensional pada materi Perjuangan penelitian Wardana, dkk (2013) yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia membuktikan bahwa terdapat perbedaan dan proklamasi kemerdekaan Indonesia. yang signifikan hasil belajar antara Hal ini disebabkan karena model kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan asesmen proyek dengan pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan kelompok siswa yang mengikuti model lokal merupakan salah satu model pembelajaran konvensional dan diperkuat pembelajaran kooperatif yang oleh penelitian Suputra, dkk (2013) yang menekankan pembelajaran kelompok menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang dirancang dengan memperhatikan kemampuan berpikir kritis antara siswa kemampuan siswa dalam kelompok yang belajar dengan model pembelajaran tanpa memandang status siswa. Melalui group investigation dengan siswa yang model pembelajaran yang berbasis mengikuti model pembelajaran multikultural yang dinuansakan dengan konvensional. kearifan lokal lebih membangkitkan PENUTUP keaktifan siswa melalui pembelajaran yang mengaitkan lingkungan sekitar Adapun simpulan yang dapat sebagai sumber belajarnya. Pengetahuan disampaikan setelah dilaksanakannya yang dimiliki siswa dapat dikembangkan penelitian dan memperoleh hasil dari untuk dikaitkan dengan konsep penelitian yaitu sebagai berikut. pembelajaran. Dalam pembelajaran Hasil belajar IPS siswa kelas VB group investigation berbasis multikultural SD Negeri 2 Padangsambian sebagai bernuansa kearifan lokal akan kelompok eksperimen yang dibelajarkan mengajarkan siswa bagaimana melalui model pembelajaran group beriteraksi untuk mengembangkan investigation berbasis multikultural pengetahuannya dan saling bertukar bernuansa kearifan lokal memperoleh pikiran dalam memecahkan nilai rata-rata = 82.37, median = 82, permasalahan yang diberikan dalam modus = 83.5, varians = 13.76, dan kegiatan investigasi kelompok, sehingga standar deviasi = 3.71. Berdasarkan siswa dengan demikian akan tercipta perbandingan nilai siswa dengan nilai kebermaknaan pembelajaran dimana KKM = 77 pada gugus tersebut pembelajaran tidak akan berpusat pada menunjukkan bahwa persentase guru, melainkan menciptakan suasana kelompok eksperimen yang memperoleh belajar yang mampu memancing nilai hasil belajar IPS di bawah KKM terciptanya interaksi yang aktif dalam sebanyak 2.5% atau 1 orang siswa, sama suasana pembelajaran. Kebermaknaan dengan KKM sebanyak 5% atau 2 orang tersebut tentunya membuat pembelajaran siswa, dan di atas KKM sebanyak 92.5% tidak terlihat membosankan dan bukan atau 37 orang siswa. sekedar hafalan lagi, sehingga tujuan Hasil belajar IPS siswa kelas VA pembelajaran yang diharapkan dapat SD Negeri 8 Padangsambian sebagai tercapai dan menghasilkan hasil belajar kelompok kontrol yang dibelajarkan yang lebih optimal bagi setiap siswa. melalui pembelajaran konvensional
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) memperoleh nilai rata-rata = 77.50, hanya berpusat pada guru, tetapi median = 79, modus = 80.5, varians = membeberikan kesempatan bagi siswa 29.19, dan standar deviasi = 5.40. dalam mengembangkan pemikirannya Berdasarkan perbandingan nilai siswa dalam menemukan dan menggali konsep dengan nilai KKM = 77 pada gugus pembelajaran. Sehingga dapat diperoleh tersebut menunjukkan bahwa persentase hasil belajar yang maksimal dan mampu kelompok kontrol yang memperoleh nilai mencapai tujuan pembelajaran yang hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak diharapkan. 41.45% atau 17 orang siswa, sama Dengan dilaksanakannya dengan KKM sebanyak 4.88% atau 2 penelitian ini, mampu menjadi alternatif orang siswa, dan di atas KKM sebanyak dalam membangkitkan minat belajar 53.67% atau 22 orang siswa. siswa sehingga menciptakan keaktifan Dari perhitungan uji-t diperoleh siswa dalam menemukan dan thitung = 4.72 dan ttabel = 2.00. Berdasarkan menghubungkan konsep-konsep perolehan tersebut dapat dinyatakan pembelajaran yang telah mereka ketahui bahwa thitung > ttabel (4.72 > 2.00) maka H0 dengan konsep pembelajaran yang lebih ditolak dan Ha diterima yang artinya relevan. Hal tersebut akan menciptakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil kebermaknaan dalam pembelajaran belajar IPS antara siswa yang khususnya pada mata pelajaran IPS. dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation berbasis multikultural DAFTAR RUJUKAN bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Agung, A.A Gede. 2011. Metodologi konvensional pada kelas V semester II Penelitian Pendidikan. Singaraja : SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Barat tahun pelajaran 2013/2014. Hal Undiksha. tersebut diperkuat dengan perolehan nilai Arif, Saiful. 2009. Pembelajaran Berbasis rata-rata hasil belajar IPS pada kelompok Multikultural. Tersedia pada: eksperimen yaitu = 82.37 > = 77.60 http://kilaspasuruan.blogspot.com/2 pada kelompok kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran 009/09/pembelajaran-berbasisgroup investigation berbasis multikultural multikultural.html (diakses tanggal 9 bernuansa kearifan lokal berpengaruh Desember 2013). terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur semester II SD Gugus 7 Kompyang Penelitian Suatu Pendekatan Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran Praktek Edisi Revisi II. Jakarta : 2013/2014. Rineka Cipta. Adapun saran yang dapat Aunurrahman. 2012. Belajar dan disampaikan setelah melaksanakan dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. memperoleh hasil dari penelitian yaitu sebagai berikut. Dengan diadakan penelitian ini, sekolah diharapkan untuk lebih menggali konsep-konsep baru dalam pengembangan pelaksanaan pembelajaran. Melalui pengenalan konsep baru dalam pembelajaran, sekolah mampu merancang kebijakankebijakan baru dalam hal meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Melalui penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih mengembangkan desain pembelajaran yang inovatif, agar tercipta pembelajaran yang tidak lagi
Awalluddin, dkk. 2009. Statistik Pendidikan 2 SKS. Jakarta Dirjen Depdiknas. BSNP. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Depdiknas Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Offset.
Yogyakarta
:
Andi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis SD Negeri Di Desa Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sinabun. Tersedia pada: Degeng, I Nyoman Sudana. 2000. http://ejournal.undiksha.ac.id/inde Applied Approach. Malang: LP3 x.php/ JJPGSD/article/view/806 Universitas Negeri Malang. (diakses tenggal 15 Desember Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan 2013). Terintegrasi Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar Taniredja, Tukiran, dkk. 2011. ModelModel Pembelajaran Inovatif. dan Menengah Bandung: Alfabeta. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Puskur. 2011. Paduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sevilla, Consuelo, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Iniversitas Indonesia. Solihatin, Etin, dkk. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Somatri, Numan. 2001.Menggagas Pembeharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosanda. Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta . Suputra, Wyn. dkk. Pengaruh Model GI (Group Investigation) Berorientasi Kearifan Lokal
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Prenada media group. Uno, Hamzah B. Dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara. Wardana, I Wyn. Setia, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan Asesmen Proyek Terhadap Prestasi Belajar Ipa Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus III Tampaksiring. Tersedia pada: http://ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/ article/view/1196 (diakses tanggal 15 Desember 2013). Warpala, I Wayan Sukra. 2009. Pembelajaran Konvesional. Tersedia pada: http://edukasi.kompasiana.com/200 9/12/20/pendekatan-pembelajarankonvensional/ (diakses tanggal 23 Desember 2012). Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.