ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
STUDI KOMPARATIF MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER DAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR TIK (Studi Kasus : Siswa kelas VII SMP N 2 Mendoyo Tahun Pelajaran 2015/2016) I Dewa Putu Adi Pranayoga1, Ketut Agustini2, I Ketut Resika Arthana 3 Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Pengaruh hasil belajar TIK siswa kelas VII dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan Group Investigation, (2) Hasil belajar yang lebih tinggi antara model pembelajaran Numbered Head Together atau Group Investigation, (3) respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dan Group Investigation. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes pilihan ganda untuk mengukur ranah kognitif dan uji keterampilan untuk ranah Psikomotor. Data hasil belajar dianalisis melalui uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas dengan hasil ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan Anova Satu jalur (𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟔𝟑. 𝟐𝟒) yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together, Group Investigation, dan konvensional. Karena terdapat pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji tScheffe dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran Numbered Head Together dengan Group Investigation (t=4,07), Numbered Head Together dengan konvensional (t=11,12) dan Group Investigation dengan konvensional (t=6.97), kemudian dilihat dari rata-rata hasil belajar model pembelajaran Numbered Head Together (44,15), Group Investigation (41,55), dan konvensional (37,09). Untuk respon menggunakan metode angket. Hasil analisis angket respon siswa model Numbered Head
Together diketahui 79.41% respon sangat positif, 14.71% respon positif, model Group Investigation diketahui 33% respon sangat positif, 61% respon positif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, model pembelajaran Numbered Head Together dan Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar siswa diketahui dari uji hipotesis Anova satu jalur, dan model pembelajaran Numbered Head Together memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Group Investigation diketahui dari uji t-scheffe serta penerapan model pembelajaran NHT dan GI dapat diterima dengan sangat positif oleh siswa. Kata kunci: Numbered Head Together, Group Investigation, hasil belajar dan respon siswa This research aimed to know (1) The influenced about the result of students’ TIK study used Numbered Head Together and Group Investigation model (2) the highest result of study between Numbered Head Together and Group Investigation model (3) the students’ response toward Numbered Head Together and Group Investigation model application. Kind of this research was quasi experiment by Post Test Only Control Group Design. The data accumulation done by multiple choice tests to measured cognitive domain and skill test to psychomotor domain. The students’ result study analyzed by prerequisite test was normality test and homogeneity by the result of the three group which normal distribution and homogeneous, continued by hypothesis test used a
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 strip Anova (𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟔𝟑, 𝟐𝟒) it means there are significant influenced in the used of Numbered Head Together, Numbered Head Together, and conventional. Because of the significant influenced then continued by t-Sheffe with the result there are the significant differences between Numbered Head Together and Group Investigation model was (t=4,07), Numbered Head Together with the conventional was (t=11,12), and Group Investigation with the conventional was (t=6,97), then the average of the result study of Numbered Head Together learning model was (44.15), Group Investigation was (41.55), and conventional was (37.09). The respond of used questionnaire method, the result of Numbered Head Together model questionnaire known 79.41% very positive responses, 14.71% positive responses. Then, Group Investiagtion model known 33% very positive responses, 61% positive responses. The result of the research shows that the model of learning process of Numbered Head Together and Group Investigation gives effect to the result of students learning process is known by Anova one way hypotheses and Numbered Head Together’s model of learning process gives better result than Group Investigation learning process model is known by t-scheffe research and the application of model NHT and GI learning process can be able received by the students positively. Keywords: Numbered Head Together, Group Investigation, students’ respons, the study result.
I. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas terdapat interaksi yang terjadi antara guru dan murid. Selain itu, terdapat pula interaksi antara murid dengan murid dan murid dengan sumber belajar. Interaksi ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan, kreatifitas, daya pikir, dan hubungan yang dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam upaya meningkatkan proses mengajar yang efektif dan efisien maka guru membutuhkan metode pembelajaran, model pembelajaran, serta media pembelajaran yang terbaik. Metode
pembelajaran, model pembelajaran serta media pembelajaran ini diharapkan dapat membantu guru untuk dapat menyampaikan materi belajar dengan baik sehingga peserta didik dapat memahami materi yang telah diterangkan oleh guru. Dalam menentukan metode, model, dan media yang akan digunakan guru semestinya memahami karakteristik siswa maupun karakteristik kelas tujuan atau kompetensi yang diharapkan, dan materi ajar yang akan disajikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dibutuhkan interaksi yang dapat menggali lebih dalam tentang perkembangan teknologi. Dengan pemikiran masa depan, menjadikan TIK sebagai mata pelajaran yang sangat dinikmati oleh siswa. Ditambah dengan kesan teknologi sebagai salah satu hiburan siswa yang edukatif dan variatif. Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbedabeda [1] Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan (hasil wawancara terlampir di lampiran) pada tanggal 16 Oktober 2015 bersama guru TIK kelas VII peneliti mendapatkan permasalahan yaitu siswa jarang bertanya yang membuat guru belum mengetahui siswa itu mengerti atau tidak. Permasalahan yang didapatkan oleh peneliti dari menyebarkan kuesioner kepada siswa (hasil kuesioner terlampir di lampiran) yaitu proses belajar yang masih monoton, siswa masih dijadikan objek, kurangnya pemanfaatan fasilitas yang disediakan oleh sekolah dan banyak siswa yang mengantuk di jam akhir. Permasalahan ini menyebabkan hasil belajar yang menurun dilihat dari nilai uts semester ganjil banyak siswa kelas VII yang mengikuti remidi. Sebagai salah satu upaya dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran TIK, peneliti memilih pendekatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Group Investigation (GI) karena dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berinteraksi dan berfikir serta dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan. Untuk pemilihan model pembelajaran, peneliti melakukan observasi awal kepada siswa untuk mendapatkan karakteristik siswa. Karakteristik siswa kelas VII yaitu suka
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 belajar kelompok dengan teman sebaya, itu di dapatkan dari hasil kuesioner yang di lakukan pada saat observasi awal. Maka diperoleh model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan GI yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas VII. Melalui kedua model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Group Investigation (GI) terdapat beberapa bagian tahapan yang memberikan perlakuan yang sama, dimana dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru dan meningkatkan sikap siswa untuk berpikir positif pada mata pelajaran yang hendak diajarkan. Kedua model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, siswa dijadikan subjek, dan siswa lebih serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Group Investigation mempunyai kemiripan sintaks, namun model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dan group investigation mempunyai sedikit perbedaan di dalam sintaksnya yaitu untuk model numbered head together memanggil siswa untuk mempresentasikan jawabannya dengan cara guru memanggil nomor yang sudah diberikan kepada siswa secara acak sedangkan untuk model group investigation, siswa mempresentasikan jawabannya bersama teman 1 kelompok yang sebelumnya sudah melakukan investigasi terhadap topik bahasan. Dari kemiripan tersebut peneliti ingin mengetahui model mana yang lebih baik digunakan di SMP N 2 Mendoyo yang khususnya siswa kelas VII mata pelajaran TIK dan mengetahui apakah ada pengaruh dari perbedaan sintaks tersebut. Sebelumnya telah dilakukan penelitian model pembelajaran NHT dengan TGT oleh [2] dengan judul “Studi Komparatif Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Teams Games Tournament Berbantuan Assemen Portofolio Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VII SMP Laboratorium Undiksha Tahun Ajaran 2013/2014”. Dari hasil implementasi model pembelajaran tersebut didapatkan hasil yaitu terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP N 2 Mendoyo. Selain itu, telah dilakukan pula penelitian model pembelajaran Group Investigation dengan Jigsaw oleh [3] dengan judul “Studi Komparasi Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investiagtion dengan Kooratif Tipe Jigsaw Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar TIK”. Dari
hasil implementasi model pembelajaran tersebut didapatkan hasil yaitu terdapat peningkatan hasil belajar siswa. II. KAJIAN TEORI A. Profil Sekolah SMP N 2 Mendoyo merupakan sekolah menengah pertama yang berlokasi Di jalan bukit semadi, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. SMP N 2 Mendoyo menerapkan kurikulum KTSP, model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran langsung dengan metode ceramah. Jumlah kelas setiap angkatan yaitu 9 mulai dari kelas A sampai kelas I, jumlah siswa untuk masing-masing kelas yaitu antara 30-34. Fasilitas yang disediakan yaitu lab komputer, perpustakaan, seni tabuh yaitu jegog dan bleganjur, lapangan basket, dan alat-alat olah raga serta seni tari. Siswa Di SMP N 2 Mendoyo mayoritas memeluk agama Hindu. SMP N 2 Mendoyo lebih menekankan untuk mendalami tradisi daerah yang khususnya yaitu mempelajari gembelan jegog. Gambelan Jegog merupakan gambelan yang terbuat dari bambu, jegog mempunyai fungsi masing-masing atau setiap instrument memiliki bunyi yang berbeda. Jegog merupakan kesenian khas kabupaten Jembrana. SMP N 2 Mendoyo menerapkan ektrakurikuler, dimana siswa berperan aktif untuk mengikuti ektrakurikuler yang terdiri dari akademin maupun non-akademin. SMP N 2 Mendoyo merupakan sekolah yang banyak mempuyai prestasi di bidang akademin maupun non-akademik. B. Studi Komparatif Studi perbandingan menggunakan beberapa kasus yang memiliki klasifikasi yang serupa dalam suatu permasalahan. Peneliti studi perbandingan kemudian membandingkan variabel-variabel dan varian yang ada dalam kasus-kasus tersebut untuk diuraikan kemiripan maupun perbedaannya. Dari pencarian tersebut kemudian peneliti akan dapat merumuskan pertanyaan apa dan bagaimana sehingga studi perbandingan berbeda dengan studi kasus yang hanya berfokus pada penguraian kasus sebagai data analisis penelitian dan tidak diinterpretasikan oleh penulis secara langsung [4]. Namun tidak semua kasus dapat diperbandingkan dalam studi perbandingan. Kasus yang diambil dalam studi perbandingan semestinya memiliki persamaan dalam beberapa aspek dan harus memiliki perbedaan sehingga dapat diperbandingkan.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Donna L. Bahry menjelaskan bahwa untuk melakukan studi perbandingan seorang peneliti diharuskan untuk meneliti dengan interpretasi personal, setelah menentukan pertanyaan permasalahan apa yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian dan menetapkan variabel serta indikator apa saja didalam masing-masing kasus yang ingin diperbandingkan dan dicari persamaan serta perbedaannya . Dari beberapa aspek tersebut kemudian generalisasi dilakukan, dan proses penelitian akan dimulai sehingga peneliti mendapatkan jawaban pertanyaan apa dan mengapa yang ia ingin cari melalui perbandingan kasus-kasus tersebut. C. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling dan saling bekerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merugikan siswa yang pandai. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya untuk belajar. Siswa yang biasanya bersikap pasif dalam belajar di kelas setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh kelompoknya. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan serta memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. [5] D. Model Pembelajaran Langsung Jatmiko (2004) menyatakan bahwa model pembelajaran langsung lebih bersifat Teacher Centered, sehingga peran guru sangat dominan. [6] mengungkapkan pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang aktif, dan mengharapkan siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik. E. Model Pembelajaran Numbered Head Together Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti Menurut Tryana dalam. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan [7] dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. F. Model Pembelajaran Group Investigation Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia [8]. Model Pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk menerapkan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali beberapa informasi yang sesuai dan diperlukan
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok. G. Hasil Belajar Menurut [9] menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Sisi siswa maksudnya hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Ada 2 faktor yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh hasil belajarnya selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan, maka perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut [10], faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor internal dan eksternal. a. Ranah kognitif, terdiri dari lima perilaku yaitu: 1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah,teori, prinsip atau metode, 2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari, 3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, 4. Analisis, mencakup kemampuan terperinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, 5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. b. Ranah Afektif, terdiri dari lima perilaku yaitu: 1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan tersebut, 2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, 3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap, 4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup, 5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
c. Ranah Psikomotor, terdiri dari tujuh jenis perilaku: 1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut, 2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, 3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai dengan contoh atau gerakan peniruan, 4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh, 5. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat, 6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerakgerik dengan persyaratan khusus yang berlaku, dan kreativitas mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Maka hasil belajar secara lengkap dan dijabarkan sebagai berikut: 1. Ranah kognitif, merupakan ranah yang berkaitan dengan kemampuan beraktifitas, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, penentuan dan penalaran. 2. Ranah afektif, merupakan ranah yang berkaitan dengan emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. 3. Ranah psikomotor, merupakan ranah yang berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan dengan melibatkan anggota badan yang berkaita dengan gerak fisik. III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Eksperimen ini memiliki tujuan untuk mengetahui model manakah yang lebih baik diantara model pembelajaran Numbered Head Together, model pembelajaran Group Investigation dan model pembelajaran konvensional siswa kelas VII pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 2 Mendoyo. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah metode eksperimen dengan membagi 3 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kelas kontrol dan 2 kelompok kelas eksperimen.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Kelompok kelas kontrol merupakan kelompok kelas yang akan diterapkan model pembelajaran langsung. 2 kelompok kelas eksperimen terdiri dari kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok pertama adalah kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Kelompok kedua adalah kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian yang digunakan adalah post-test control group design. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar TIK siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda (obyektif) dan tes keterampilan (psikomotor), sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui respons dan berpikir kreatif siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dan Group Investigation terhadap hasil belajar . Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data tersebut normal atau tidak normal terhadap hasil belajar TIK pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen atau tidak homogen sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan rumus Anova Satu Jalur dan uji berpasangan t-scheffe.
Interval 47-48 49-50 Jumlah
Nilai Tengah 47.5 49.5
F 5 2 34
F (%) 14.71 5.88 100
FK (%) 94.12 100.00
Skor rata-rata dapat dihitung dengan rumus : x
fx f i
i
i
1501 34 44.19
Dari data hasil pengukuran terhadap hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen GI yang berjumlah 33 siswa, skor tertinggi adalah 47 dan skor terendah adalah 37 dengan rentang interval adalah 11, banyak kelas interval adalah 6 dan panjang interval 2. Adapun distribusi data hasil belajar siswa kelompok eksperimen GI disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen GI Interval
Nilai Tengah
F
F (%)
FK (%)
37-38
37.5
5
15.15
15.15
39-40
39.5
8
24.24
39.39
41-42
41.5
10
30.30
69.70
43-44
43.5
5
15.15
84.85
45-46
45.5
3
9.09
93.94
47-48 Jumlah
47.5
2
6.06
100.00
33
100
IV. PEMBAHASAN Dari data hasil pengukuran terhadap hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen NHT yang berjumlah 34 siswa, skor tertinggi adalah 49 dan skor terendah 39 dengan rentangan interval data adalah 11, banyak kelas intervalnya adalah 6 dan panjang interval 2. Adapun distribuasi data hasil belajar siswa kelompok eksperimen NHT disajikan pada tabel 1.
Skor rata-rata dapat dihitung dengan rumus :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen NHT Nilai FK Interval Tengah F F (%) (%) 39-40 39.5 2 5.88 5.88 41-42 41.5 7 20.59 26.47 43-44 43.5 12 35.29 61.76 45-46 45.5 6 17.65 79.41
Dari data hasil pengukuran terhadap hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yang berjumlah 34 siswa, skor tertinggi adalah 47 dan skor terendah adalah 33 dengan rentang interval adalah 10, banyak kelas interval adalah 6 dan panjang interval 2.
x
fx f i
i
i
1367 33 41.44
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Adapun distribusi data hasil belajar siswa kelompok eksperimen GI disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi hasil belajar kelompok kontrol. Interval
Nilai Tengah
F
F (%)
FK (%)
33-34
33.5
6
17.65
17.65
35-36
35.5
7
20.59
38.24
37-38
37.5
8
23.53
61.76
39-40
39.5
6
17.65
79.41
41-42
41.5
5
14.71
94.12
43-44
43.5
2
5.88
100.00
Jumlah
34 100 Skor rata-rata dapat dihitung dengan rumus : x
fx f i
i
i
1281 34 37.68
Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata hasil belajar TIK pada kelompok eksperimen NHT lebih besar dibandingkan dengan kelompok eksperimen Gi dan kelompok control. Hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas kedua kelompok memiliki data yang normal dan homogeny. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, pada kelompok eksperimen NHT diperoleh X2hitung sebesar 2.514, pada kelompok eksperimen GI diperoleh X2hitung sebesar -14,216, pada kelompok kontrol diperoleh X2hitung sebesar 1,961. Karena nilai X2hitung dari kedua kelompok lebih kecir dari X2tabel maka dapat dinyatakan bahwa distribuasi normal, sedangkan dari uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh Fhitung 1.41 dengan Ftabel sebesar 1.71. karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa varians dari ketiga kelompok adalah homogen.
Tabel 4.Perhitungan Anova satu jalur Sum ber Vari asi
JK
antar A
866. 18
dalam
671. 18
Total
1537 .37
Hipotesis
menggunakan
Ftabel d b
RJ K
Fh it
2
433. 09
63. 24
9 8 1 0 1
5 %
1 %
3. 09
4. 83
Keput usan Signifik an
6.85
Dari Data Perhitungan uji hipotesis dengan uji anova satu jalur menggunakan Microsoft Excel, dengan taraf signifikan 5% dan 1% diperoleh F hitung = 63.24 dibandingkan dengan Ftabel dengan db pembilang (a-1) = 3-1 = 2 dan db penyebut (N-a) = 101 – 3 = 98, diperoleh nilai F tabel dengan taraf signifikan 5% yaitu 3,09 dan dengan taraf signifikan 1% yaitu 4,83. Sehingga F hitung > F tabel baik dengan taraf signifikan 1% maupun 5 % (63,24 > 4,83 > 3,09) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan analisis Anova satu Jalur dengan SPSS mendapatkan hasil F hitung = 63,24 dengan nilai signifikan 0,000 dimana nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan model pembelajaran Numbered Head Together. Tabel 5.Perhitungan Hipotesis menggunakan Anova satu jalur HIPOTESIS II DENGAN UJI BERPASANGAN t-SCHEFFE Fhit Ftabel Keputusan 3.99 Signifikan t 1-2 4.07 3.99 Signifikan t 1-3 11.12 3.99 Signifikan t 2-3 6.97 Dari data Perhitungan uji t-schaffe menggunakan Microsoft Excel menunjukan t1-2 memiliki Fhit nilai lebih besar dari Ftabel (4.07 > 3.99) dan t1-3 memiliki Fhit nilai lebih besar dari Ftabel (11.12 > 3.99) serta t2-3 memiliki Fhit nilai lebih besar dari Ftabel (6.97 > 3.99). Berdasarkan kriteria pengujian, karena Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak. H0 ditolak maka Ha diterima yang artinya hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation dan
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 konvensional, Sehingga model pembelajaran Numbered Head Together lebih baik dibanding model pembelajaran Group Investigation dan pembelajaran konvensional. Sedangkan analisis dengan uji berpasangan t-sceffe dengan SPSS dimana masing-masing pasangan dikatakan signifikan apabila kurang dari 0,05 nilai signifikan masing – masing pasangan diperoleh hasil perbandingan model pembelajaran Numbered Head Together dengan model pembelajaran Group Investigation memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga dinyatakan signifikan, hasil perbandingan model pembelajaran Numbered Head Together dengan model pembelajaran konvensional memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga dinyatakan signifikan, dan hasil perbandingan model pembelajaran Group Investigation dengan model pembelajaran konvensional memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga dinyatakan signifikan. Setelah diperoleh hasil yang signifikan maka dilanjutkan untuk menentukan model pembelajaran yang terbaik, dengan cara membandingkan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen model pembelajaran Numbered Head Together, kelas eksperimen model pembelajaran Numbered Head Together, dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari nilai rata – rata masing masing kelas yang dihitung dengan Microsoft Excel dan dengan menggunakan SPSS menghasilkan nilai yang sama yaitu nilai rata-rata kelas eksperimen model pembelajaran Numbered Head Together adalah 44,15, nilai rata-rata kelas eksperimen model pembelajaran Group Investigation dalah 41,55, dan nilai rata-rata kelas eksperimen model pembelajaran konvensional yang merupakan menjadi kelas kontrol adalah 37,09. Sehingga ratarata kelas eksperimen model pembelajaran Numbered Head Together lebih besar dari model pembelajaran kelas eksperimen model pembelajaran Group Investigation dan lebih besar dari kelas kelas kontrol yaitu (44,15 > 41,55> 37,09), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yaitu Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation Sehingga model pembelajaran Numbered Head Together lebih baik dibanding model pembelajaran Group Investigation. Faktor yang menyebabkan rata-rata hasil posttest kelompok NHT lebih tinggi daripada rata-rata hasil post-test siswa kelompok GI, dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu.
Pertama, ketika siswa diberikan waktu untuk melakukan diskusi, siswa pada kelompok kelas eksperimen GI cenderung akan mengerjakan secara individu. Lembar kerja siswa yang seharusnya dikerjakan oleh seluruh anggota kelompok ternyata hanya dikerjakan oleh beberapa anggota, sedangkan anggota lainnya sibuk mengobrol atau bercanda dengan anggota lainnya bahkan dengan anggota kelompok lain, Kedua, setelah diskusi pada kedua model pembelajaran ini akan dilakukan proses pemberian jawaban. Pada kelas eksperimen GI, pemberian jawaban dilakukan dalam bentuk presentasi. Siswa yang tidak sebagai penyaji lebih banyak mengobrol dengan temannya tidak mengikuti jalannya presentasi. Sehingga pada saat guru memberikan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang terdapat pada presentasi, siswa menjelaskan dengan kurang baik. Ketiga, di kelompok eksperimen NHT siswa dituntut untuk aktif dan siap, dilihat dari fase pemberian jawaban, disini nomor siswa akan dipanggil secara acak setelah dipanggil nomor yang maju, akan memberikan jawaban dari pertanyaan guru. Dari fase tersebut siswa dituntut untuk mengusai materi dan selalu siap jika nomor yang mereka pegang keluar. Hasil analisis respon siswa kelompok eksperimen juga menunjukkan hasil respon yang sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran Numbered Head Together dengan presentase sebanyak 27 siswa (79,41%) merespon sangat positif, sebanyak 5 siswa (14.71%) merespon positif, sebanyak 2 siswa (6%) merespon cukup positif dan tidak ada siswa yang merespon kurang positif dan sangat kurang positif. Respon siswa kelas eksperimen yang menggunakan model Group Investigation dengan presentase 11 siswa (33 %) merespon sangat positif, sebanyak 20 (66%) merespon positif, sebanyak 2 siswa (6%) merespon cukup positif dan tidak ada siswa yang merespon kurang positif dan sangat kurang positif. Butir pernyataan yang mendapatkan nilai terbesar pada kelompok ekperimen Numbered Head Together adalah butir no 7 yaitu saya setuju model Numbered Head Together sangat cocok diterapkan pada pokok bahasan Hardware dan Software. Pada kelompok eksperimen Group Investigation adalah butir no 23 yaitu saya bisa menjawab pertanyaan guru setelah belajar dengan model Group Investigation. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam penelitian ini, disebabkan oleh beberapa hal yaitu.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Pertama, rentan waktu belajar mata pelajaran TIK di sekolah yang singkat yaitu 2x45 menit dan rentang waktu penelitian yang sedikit disebabkan oleh hari libur keagamaan dan ujian sekolah sehingga membuat pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak efektif. Kedua, beberapa siswa masih belum terbiasa untuk belajar kelompok dan siswa masih sedikit bingung dengan model pembelajaran NHT dan GI ,dikarenakan siswa VII di SMP N 2 Mendoyo baru pertama kali menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan GI. Ketiga pada hari pertama penelitian beberapa siswa masih malu untuk mengemukakan pendapatnya dihadapan teman-temannya dan pada jam terakhir pembelajaran siswa kurang fokus mengikuti pembelajaran dikarenakan konsentrasi belajar siswa menurun karena jam pulang sekolah oleh karna itu siswa yang kurang aktif cenderung hanya diam dan melihat saja, serta jarang ikut mengerjakan permasalahan yang telah diberikan. Akibatnya, siswa tersebut menjadi kurang memahami materi yang telah diberikan. V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat Perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation). 2. Terdapat respon siswa yang sangat positif dengan pembelajaran menggunakan NHT dan GI. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata respon siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu 79.41 % yang tergolong pada kategori sangat positif. Rata-rata respon siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yaitu 33 % yang tergolong pada kategori sangat positif sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan GI dapat diterima dengan sangat positif oleh siswa.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran guna meningkatkan kualitas pembelajaran TIK. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model NHT memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Sehingga penulis menyarankan kepada para guru agar model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat menjadi salah satu alternative pendekatan pembelajaran yang digunakan. 2. Peneliti menyadari bahwa perlakuan yang diberikan keapada siswa cukup singkat jika digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena peneliti hanya meneliti 1 bab saja yaitu pengenalan hardware dan software yang berlangsung 5 kali pertemuan (5 x 2 jam pelajaran) yang dirasa singkat untuk mengetahui secara rinci hasil belajar siswa. Ada kemungkinan pokok bahasan lain akan memberikan hasil yang berbeda dengan pokok bahasan yang dijadikan materi perlakuan. Disarankan penelitian lain agar melaksanakan penelitian sejenis dengan pemilihan materi yang berbeda dan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih rinci. REFERENCES
[1] Isjoni,
Cooverative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta, 2013. [2] F. Riani, Studi Komparatif Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Teams Games Tournament Berbantuan Assemen Portofolio Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas VII SMP Laboratorium Undiksha Tahun Ajaran 2013/2, Singaraja: Undiksha, 2014. [3] I. Purnamasari, Studi Komparasi Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investiagtion dengan Kooratif Tipe Jigsaw Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar TIK, Singaraja: Undiksha, 2013. [4] D. L. Bahry, The Practice Of Comparative Research, London: Longman, 1995, pp. 245260.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 [5] S. Arikunto, "Prosedur Penelitian Suatu
[10] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Pendekatan Praktek," Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002. [6] S. Kardi and M. Nur, Pengajaran Langsung, Surabaya: University Press, 2004.
Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
[7] M. H. Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA, 2000.
[8] P.
W. Arimbawa, Model-model Pembelajaran, Singaraja: Perpustakaan Undiksha, 2012. [9] Dimyati and Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2002.