MODEL ELEMEN – ELEMEN PENDUKUNG PEMBENTUKAN KOMPETENSI UNGGUL PETANI SAYURAN DATARAN TINGGI WILAYAH SUMATERA
RAYSAH YUNITA RAHMA
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Model Elemen-Elemen Pendukung Pembentukan Kompetensi Unggul Petani Sayuran Dataran Tinggi Wilayah Sumatera adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Sepetember 2014
Raysah Yunita Rahma NIM H251120364
RINGKASAN RAYSAH YUNITA RAHMA. Model Elemen-Elemen Pendukung Pembentukan Kompetensi Unggul Petani Sayuran Dataran Tinggi Wilayah Sumatera. Di bawah bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN dan ANGGRAINI SUKMAWATI.
Potensi pertanian di Indonesia masih menjadi keunggulan, dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup nyata, baik dalam perekonomian cukup normal maupun pada saat perekonomian menghadapi krisis. Hal ini dilihat dari dua indikator penting, yaitu kontribusi pada sektor Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja yang selalu mendominasi dalam bidang pertanian. Hal ini disebabkan kurangnya kompetensi petani untuk dapat berkembang pada sektor pertanian, maka itu dibutuhkan model kompetensi petani dalam membentuk capacity building pertanian, sehingga petani dapat berperan dalam masyarakat dan dapat bersaing pada era globalisasi saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis bagaimana kompetensi yang dimiliki petani di Sumatera, (2) mengkaji gambaran model kompetensi unggul petani di Sumatera guna membentuk capacity building petani sayuran dataran tinggi dan (3) merumuskan rekomendasi solusi apakah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi petani di Sumatera. Untuk menganalisis kompetensi unggul petani dan pembuatan model kompetensi unggul dalam membentuk capacity building pertanian sayuran dataran tinggi di Sumatera, digunakan ISM (Intrepretive Structural Modelling), AHP (Analysis Hirarkhi Process), dan IPA (Importance Performance Analysis). Hasil yang didapatkan adalah Kompetensi petani sayuran di Kabupaten Karo dirasa masih belum baik, karena petani di Kabupaten Karo kenyataanya masih banyak yang menjadi petani karir, diakibatkan sudah merasa puas ketika kebutuhan sehari-sehari yang mereka inginkan sudah tercapai, sehingga hanya berdampak pada diri sendiri dan keluarga, tidak berdampak ke masyarakat luas. Sedangkan kompetensi unggul petani sayuran di kabupaten Agam sudah terlihat baik, dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara petani dan PEMDA, tetapi masih ada sedikit kekurangan pada masalah pemanfaatan tekhnologi pertanian oleh petani. Kata Kunci : capacity building, dataran tinggi, kompetensi, petani sayuran, petani unggul
SUMMARY RAYSAH YUNITA RAHMA. Supporting Elements Model for Excellence Competence Formation of Vegetable Farmers Highlands Sumatera. Under supervision of MUHAMMAD SYAMSUN and ANGGRAINI SUKMAWATI. The agricultural potential in Indonesia still becomes the excellence because Indonesia is the agrarian country. The role of agricultural sector in the national economy is empirically proven to be real enough both in quite normal economy and when the economy facing the crisis. This is seen from two important indicators i.e. the contribution to the sector of Gross Domestic Product (GDP), and the labor absorption that always dominates in the agricultural field.This is caused by the lack of competence of farmer to be able to develop in the agricultural sector. With this is needed the farmer competence in forming the farming capacity building so the farmer can play the role in the community and can compete in the current globalization era. Based on the above problem, the research aims to: (1) analyze how the competence is owned by the farmer in Sumatera, (2) obtain the picture of farmer superior competence model in Sumatera to form the capacity building of highland vegetable farmer, and (3) give any solution which should be done in order to be able to increase the farmer competence in Sumatera. In this research, for analyzing the farmer superior competence and the making of superior competence model in forming the capacity building of highland vegetable farming in Karo District, it is used the ISM, AHP, and IPA. The result is competence vegetable farmers in Karo it is still not good, for the model of support elements superior competence highland vegetable farmers is expected to actually be applied in order to be useful for improving the quality of farmers' skills. As for the competence in the Agam vegetable growers, shortcomings in the use of agricultural technologies must still be repaired back to the training of agricultural technology tools conducive to creating superior farmers in Sumatra. Keywords: capacity building, competence, highland, superior farmer, vegetable farming
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumu-mkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
MODEL ELEMEN – ELEMEN PENDUKUNG PEMBENTUKAN KOMPETENSI UNGGUL PETANI SAYURAN DATARAN TINGGI WILAYAH SUMATERA
RAYSAH YUNITA RAHMA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Mayor Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian : Dr Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM
Judul Nama NRP
: Model Elemen – Elemen Pendukung Pembentukan Kompetensi Unggul Petani Sayuran Dataran Tinggi Wilayah Sumatera : Raysah Yunita Rahma : H251120364
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc
Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
Ketua
Anggota
Diketahui Oleh: Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Manajemen
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr
Tanggal Ujian: 10 September 2014
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Model Elemen – Elemen Pendukung Pembentukan Kompetensi Unggul Petani Sayuran Dataran Tinggi Wilayah Sumatera”. Keberhasilan dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, pengarahan, perhatian, dan dukungan yang telah diberikan dalam proses penyusunan tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir. Muhammad Syamsun, MSi dan Ibu Dr Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku pembimbing, serta penguji Dr Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM dan Dr Ir. Abdul Kohar, MSc yang telah banyak memberi saran dan masukan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada orang-orang yang selama ini membantu penyelesaian studi dan penelitian antara lain Ibu Lindawati Kartika, R. Dikky Indrawan, Ibu Hardiana Widyastuti, Bapak Alim Setiawan, Bapak Asep Rakhmat, Fauzan Zamahsyarie, Roni Jayawinangun, Widya Pratomo, Gerry A.F. Sulaeman dan teman-teman sekelas Ilmu Manajemen Angkatan 3 Eksekutif Pascasarjana IPB, Manajemen 45 IPB, Keluarga Besar Alm. Wongso Sarip, Keluarga Besar Alm. Salam, serta sahabat-sahabat tersayang Tsamaniatul Khusnia, Iraninta Murniasih, GNBH (Fitri, Amel, Regita, Risya, Dewi, Ida), PURIERS (Ken, Eva, Mimi, Dewi, Zaza), CUBES (Citra, Karima, Pupu, Nana, Ayu, Sarah, Ragil, Ochi, Vinda, Ana, Ema, Tiwi), dan Mojang Jajaka Kota Bogor 2013. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada orang tua tercinta (Soeroso, MSc dan Sumiarsih) yang selalu memberikan motivasi, doa, dukungan moral maupun materil serta kasih sayang dan pengorbanan yang sangat besar untuk penulis, kakak-kakak (Afriana Rosi Nurhuda, Afriandi Ali, Yosi Afin Safitri, dan Reza Mahendra) dan keponakankeponakan (Afza Diandra Tabina, Ataletta Qaireen Zafrina, dan Arzetti Latisha Ghaniyyu) tersayang atas doa, dukungan, kasih sayang dan hiburannya selama penulis menyelesaikan studi. Terakhir penulis sampaikan terima kasih kepada orang paling spesial drg.Muhammad Aryaditha Yunial, MM yang selalu sabar dalam menghadapi keluh kesah penulis dan selalu memberikan semangat, cinta dan kasih sayang yang tidak ada habis-habisnya untuk penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Raysah Yunita Rahma
vi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
Halaman vii vii vii
1 PENDAHULUAN
1
Latar belakang Perumusan masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang lingkup Penelitian
1 3 4 4 4
2 TINJAUAN PUSTAKA
5
Pengertian Kompetensi Sistem Manajemen Talenta dalam Pembentukan Capacity Building Konsep Analytic Hierarchy Process (AHP) Konsep Interpretative Structural Modelling (ISM) Konsep Importance Performance Analysis (IPA) Penelitian Terdahulu 3 METODE
5 6 7 11 13 14 19
Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Metode Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Pengolahan dan Analisis Data
19 20 20 20 21
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Hasil Analisis AHP dalam Merumuskan dan Menganalisis Model Elemen-Elemen Pendukung Kompetensi Unggul Petani Hasil Analisis ISM dalam Menganalisis Kendala Model Elemen-Elemen Pendukung Kompetensi Unggul Petani Pada Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo Hasil Analisis IPA dalam Merumuskan Rekomendasi Solusi untuk Meningkatkan Kompetensi Unggul Petani Pada Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo Implikasi Manajerial
25
26
32 36
5 SIMPULAN DAN SARAN
39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
41 43
vii
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai PDB menurut lapangan usaha tingkat nasional tahun 2011-2013 Penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha tingkat nasional tahun 2011-2013 Nilai skala perbandingan berpasangan Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan atribut Penelitian terdahulu Elemen dan sub-elemen ISM Hasil prioritas dan bobot variabel dari setiap hirarkhi Faktor-faktor analisis IPA Kabupaten Agam, Sumatera Barat Faktor-faktor analisis IPA Kabupaten Karo, Sumatera Utara
1 2 10 13 14 23 25 32 34
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Roadmap pendekatan modern dan tradisional Kartika L, et al. 2012 Struktur hirarkhi pada metode AHP Diagram Kartesius Importance and Performance Analysis Kerangka pemikiran penelitian Struktur hirarkhi model AHP dari penelitian Model dasar interaksi antar sub-elemen kebutuhan pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Model dasar interaksi antar sub-elemen kendala pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Model dasar interaksi antar sub-elemen perubahan pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Model dasar interaksi antar sub-elemen tujuan pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Model dasar interaksi antar sub-elemen aktivitas pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Model dasar interaksi antar sub-elemen pelaku pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Matriks analisis IPA Kabupaten Agam Matriks analisis IPA Kabupaten Karo
7 9 14 19 21 27 28 29 29 30 31 33 35
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuisioner AHP 2. Kuisioner ISM 3. Kuisioner IPA
44 58 66
1
PENDAHULUAN Latar belakang
Potensi pertanian di Indonesia masih menjadi keunggulan dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris. Potensi pertanian dan kemampuan petani di masing-masing daerah, yang pada hakekatnya didasarkan pada kebijakan yang mendorong peningkatan kemampuan wilayah, dalam menentukan sektor-sektor kunci (key sectors) dan mempunyai keterkaitan kuat dengan aspek pembangunan lainnya di Indonesia, menjadikan aspek pertanian tetap menjadi yang utama terhadap pendapatan nasional Indonesia. Sumodiningrat (2000) menyatakan peran-peran sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian nasional dapat dilihat dari indikator-indikator, antara lain sebagai berikut. a) pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk. b) komoditas pertanian merupakan bahan baku industri manufaktur pertanian. c) komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga karena harga produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen. d) keterkaitan sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat menciptakan titik temu antar sektor yang lebih efektif. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional secara empiris terbukti cukup nyata baik dalam perekonomian yang cukup normal maupun pada saat perekonomian menghadapi krisis. Hal ini dilihat dari dua indikator penting yaitu kontribusi pada sektor Produk Domestik Bruto (PDB), dan penyerapan tenaga kerja. Dapat dilihat pada tabel pertumbuhan PDB dari tahun ke tahun dibawah ini: Tabel 1. Nilai PDB menurut lapangan usaha tingkat nasional tahun 2011-2013 Lapangan Usaha
1. Pertanian. Peternakan. Kehutanan. dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik. Gas. dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan. Hotel. dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan. Real Estat. dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa Produk Domestik Bruto (PDB)
Nilai Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha (%) 2011 2012 2013 14,70 14,44 14,98 11,85 11,78 10,43 24,33 23,94 23,77 0,77 0,79 0,84 10,16 10,45 10,33 13,80 13,90 14,39 6,62 6,66 6,88 7,21 7,26 7,53 10,56 10,78 10,83 100,00 100,00 100,00
Sumber (BPS 2013)
Dilihat kontribusinya terhadap PDB Indonesia, sektor pertanian merupakan penyumbang ketiga terbesar setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2012 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia sebesar 14,44% nilai ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB tahun 2011 sebesar 14.70% dan di tahun 2013 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mengalami kenaikan kembali sebesar 14,98% (Tabel 1). Dengan keadaan yang
2
tidak stabil ini seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah mengingat pentingnya sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia. Sementara itu dilihat dari penyerapan tenaga kerja sektoral, dapat dilihat pada Tabel 2 struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2013 belum ada perubahan yang signifikan, penyerapan tenaga kerja terbesar masih dikontribusikan dari sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan, dan sektor Industri. Jika dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2013 mengalami kenaikan terutama di sektor Perdagangan, tercatat naik sebesar 790 ribu orang (tumbuh sebesar 3,29%). Serupa dengan kondisi sektor Perdagangan, jumlah penduduk yang bekerja di sektor Konstruksi pada Februari 2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan Februari tahun sebelumnya, tumbuh sebesar 12,95%. Penduduk yang bekerja di sektor Industri juga meningkat, dari 14,21 juta orang pada Februari 2012 menjadi 14,78 juta orang pada Februari 2013, atau tumbuh sebesar 4,01%. Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan pada Februari 2013 adalah sektor Pertanian dan sektor Lainnya yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 3,01% dan 5,73% dibandingkan Februari 2012. Hal positif terjadi di mana ketergantungan terhadap sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja semakin menurun (Tabel 2). Namun sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan kenaikan nilai PDB dari sektor pertanian yang mengalami ketidakstabilan dan kenaikan yg hanya sedikit. Tabel 2. Penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha tingkat nasional tahun 2011-2013 Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi Keuangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Total
2011 Febuari 42,48 13,70 5,59 23,24 5,58
Agustus 39,33 14,54 6,34 23,40 5,08
2012 Febuari 41,20 14,21 6,10 24,02 5,20
Agustus 38,88 15,37 6,79 23,16 5,00
2013 Febuari 39,96 14,78 6,89 24,81 5,23
2,06 17,02 1,61 111,28
2,63 16,65 1,70 109,67
2,78 17,37 1,92 112,80
2,66 17,10 1,85 110,81
3,01 17,53 1,81 114,02
Sumber (BPS 2013)
Dalam menghadapi persaingan globalisasi saat ini, faktor SDM merupakan faktor dominan yang menentukan daya saing. Faktor lain yang mempengaruhi antara lain; pasar, finansial, teknologi, suppliers, infrastruktur, dan lingkungan serta kebijakan yang kondusif. Khususnya untuk ekonomi yang berbasiskan kepada pertanian, faktor SDM merupakan faktor yang cukup dominan. Pencarian SDM di bidang pertanian merupakan hal yang tidak terlalu sulit, tetapi pencarian SDM yang kompeten di bidang pertanian merupakan hal yang sangat sulit secara signifikan. Penyediaan SDM yang kompeten dalam mendukung pembangunan pertanian tidaklah mudah, membutuhkan proses dan pembelajaran yang kontinu serta melalui tindakan real. Proses dapat diperoleh melalui pendidikan dan
3
pelatihan. Pembelajaran harus mengimplementasikan konsep kedalam tindakan nyata. Sedangkan tindakan yang ril dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam mengimplementasikan konsep. Semua ini dapat diramu untuk menciptakan SDM yang kompeten dalam mendukung pembangunan pertanian. Pertanian memegang peran strategis dalam perekonomian Nasional dan Daerah, bahkan dalam era Reformasi ini diharapkan berperan di garis depan dalam mengatasi krisis Ekonomi. Sektor pertanian di wilayah Sumatera mengalami kenaikan yaitu sebesar 21.19% menjadi 24.05%. Sumbangan terbesar datang dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat dengan sumbangan nilai tambah dari sektor pertanian pada tahun 2013, terdapat PDRB mencapai 39,72%, dengan laju pertumbuhan sebesar 7,01%. (BPS Sumatera Barat 2013) Selain itu Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang terbentang pada ketinggian 600 - 1.400 m di atas permukaan laut, sangat potensial sebagai daerah penghasil komoditas hortikultura terutama sayuran. Tidak mengherankan jika kabupaten berpenduduk lebih dari 42 ribu jiwa ini masih mengandalkan sektor pertanian sebagai kegiatan ekonomi. Buktinya, sekitar 46,9% lapangan usaha masyarakat di sana bekerja di sektor pertanian. (BPS 2013) Sebagai salah satu daerah pusat penghasil sayuran, Kabupaten Karo memiliki kontribusi yang cukup besar dalam kegiatan ekspor sayuran Sumatera Utara yang terus mengalami kenaikan pada akhir tahun 2012. Namun, temuan di lapangan menunjukkan bahwa pasar sayuran petani Karo dikalahkan oleh sayuran dari daerah lain diluar Sumatera bahkan impor dari luar negeri. Sehingga menyebabkan sayuran dijual dengan harga yang lebih murah di pasar-pasar di wilayah Kabupaten Karo agar tetap laku. Hal ini mengakibatkan kerugian pada para petani. Untuk itu dibutuhkan kompetensi petani agar dapat bersaing di tengah pasar yang sudah semakin bebas. Perumusan masalah Petani merupakan salah satu elemen penting dalam proses bisnis pengembangan pertanian di Indonesia. Selain sebagai asset, petani juga sebagai pemasok utama berbagai komoditas pertanian di Indonesia. Penyediaan sumberdaya manusia yang kompeten, utamanya yaitu SDM petani yang memiliki ketrampilan dan kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas yang diisyaratkan sehingga mampu menstabilkan performa, tindakan, perilaku, dan pikiran secara rasional dan efektif dalam implementasi. Hal ini perlu dipersiapkan untuk menjawab tantangan pembangunan pertanian ke depan yang dihadapkan kepada berbagai tantangan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1. Bagaimana merumuskan dan menganalisis gambaran model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani guna membentuk capacity building petani sayuran dataran tinggi Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang dapat mewakili wilayah Sumatera? 2. Bagaimana meminimalkan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani dengan
4
merinci langsung setiap elemen-elemennya di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara? 3. Bagaimana merumuskan solusi yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan kompetensi unggul petani dengan melihat tingkat kinerja dan kepentingannya di daerah Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: (1) merumuskan dan menganalisis gambaran model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara, guna membentuk capacity building petani sayuran dataran tinggi di wilayah Sumatera, (2) menganalisis cara bagaimana meminimalisir kendala yang dihadapi dalam mewujudkan model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani dengan merinci langsung setiap elemen-elemennya di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dan (3) merumuskan solusi apa saja yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan kompetensi unggul petani dengan melihat tingkat kinerja dan kepentingannya di daerah Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Petani, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, referensi, dan solusi dengan adanya gambaran model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani untuk membentuk capacity building petani sayuran dataran tinggi di daerah Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. 2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari selama kuliah dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata. 3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai kompetensi yang dimiliki petani, penerapan model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani sehingga dapat memberikan solusi agar dapat meningkatkan kompetensi petani di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah dan mudah dipahami. Penelitian dilakukan di daerah dataran tinggi Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang difokuskan pada kajian model elemen-elemen pendukung pembentukan kompetensi unggul petani sayuran dataran tinggi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Terpilihnya kedua Kabupaten tersebut dikarenakan hanya Kabupaten Agam dan Karo saja di wilayah Sumatera yang dataran tingginya menghasilkan sayuran.
2
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya. Berdasarkan uraian di atas makna kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan. Menurut Boulter et.al (1996) level kompetensi adalah sebagai berikut: Skill, Knowledge, Self-concept, Self Image, Trait dan Motive. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik misalnya seorang programer computer. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu), misalnya bahasa komputer. Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri), misalnya : pemimpin. Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, merekflesikan identitas, contoh: melihat diri sendiri sebagai seorang ahli. Trait adalah karakteristik abadi dari seorang karakteristik yang membuat orang untuk berperilaku, misalnya : percaya diri sendiri. Motive adalah sesuatu dorongan seseorang secara konsisten berperilaku, sebab perilaku seperti hal tersebut sebagai sumber kenyamanan, contoh: prestasi mengemudi. Kompetensi Skill dan Knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang dimiliki manusia. Social role dan self image cenderung sedikit visibel dan dapat dikontrol perilaku dari luar. Sedangkan trait dan motive letaknya lebih dalam pada titik sentral kepribadian. Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif kompetensi dan trait berada pada kepribadian seseorang, sehingga cukup sulit dinilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut dalam proses seleksi. Adapun konsep diri dan social role terletak di antara keduanya dan dapat diubah melalui pelatihan, psikoterapi sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan sulit. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif. Kesimpulan ini sesuai dengan yang dikatakan Michael. Armstrong (1998), bahwa kompetensi adalah knowledge, skill dan kualitas individu untuk mencapai kesuksesan pekerjaannya. Berdasarkan pandangan ini maka, ukuran kompetensi ini mencakup produktifitas, kreatifitas, keterampilan, motivasi, pengetahuan, kerjasama kelompok dan kemampuan menganalisis permasalahan.
6
Sistem Manajemen Talenta dalam Pembentukan Capacity Building Talent Management System sebagai satu strategi berkelanjutan mengatasi masalah pertanian dari aspek SDM. Serangkaian studi empirik menunjukkan bahwa kehebatan sebuah organisasi bisnis sangat ditentukan oleh hanya 30% karyawannya, terutama mereka yang menduduki posisi strategic/core positions. Organisasi harus fokus pada pengembangan bakat sumberdaya manusia dengan mengintegrasikan rencana dan proses untuk melacak dan mengelola bakat, termasuk beberapa hal berikut ini: a. Mencari, menarik, merekrut, menempatkan kandidat yang memenuhi kualifikasi dengan latar belakang yang kompetitif b. Mengelola dan menentukan gaji yang kompetitif c. Pelatihan dan peluang pengembangan d. Proses manajemen prestasi e. Program retensi f. Transisi Talent management juga dikenal dengan nama HCM (Human Capital Management), HRIS (HR Information Systems) atau HRMS (HR Management Systems), dan HR Modules.Organisasi yang menggunakan talent management (Human Capital Management) yang strategis dan berhati-hati dalam mencari, menarik, memilih, melatih, mengembangkan, mempertahankan, mempromosikan dan memindahkan SDM dalam organisasi. Talent Management (Davis 2009) adalah proses yang berkesinambungan bertujuan untuk memastikan Anda memiliki kapasitas bakat untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan bisnis Anda. Ini mengintegrasikan fungsi sebelumnya independen seperti perekrutan, retensi, perencanaan tenaga kerja, branding kerja, metrik, orientasi dan pemindahan ke dalam suatu proses mulus. Talent Management adalah serangkaian proaktif dan terintegrasi dari tindakan manajemen yang dirancang untuk memastikan bahwa organisasi memiliki pasokan yang dianggap terbaik, individu yang sangat produktif dalam pekerjaan yang tepat, pada waktu yang tepat. Talent Management membutuhkan pola pikir yang lebih dari sekadar berbicara, dan bergerak menuju pendekatan holistik dan terpadu untuk memanfaatkan keunggulan kompetitif terbesar dari orang-orang Anda.Ini adalah tentang pikiran-pikiran dan tindakan yang, secara konsisten, dari waktu ke waktu, menjadi budaya organisasi. Terdapat 2 (dua) pendekatan dalam mengklasifikasikan talent management system melalui teori motivasi Maslow bidang pertanian khususnya petani yaitu : 1. Pendekatan modern merupakan pendekatan yang berimplikasi pada dampak kepada masyarakat yang lebih besar, terdapat 2 (dua) rantai peralihan yaitu : a. Create Value, petani tradisional bertransisi menjadi petani pengumpul, petani pedagang kemudian mapan menjadi petani pemilik lahan dan akhirnya menjadi petani inovator dalam teori Maslow dalam tahap ini petani tersebut ada pada tahap aktualisasi diri dan penghargaan diri yang berdampak besar pada masyarakat, nilai yang ditekankan disini adalah fokus pada pengembangan komoditi agar memiliki nilai tambah dari masa ke masa.
7
b. Create Money , petani tradisional bertransisi menjadi petani pengumpul, pemilik lahan dan pada akhirnya menjadi petani pengusaha yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, namun fokus pada pengembangan usaha dan peluangpeluang berikutnya yang bersifat memperbesar skala usaha, petani yang berubah seperti ini tetap berkontribusi baik bagi masyarakat nasional, keterkaitan dengan teori Maslow yakni pada perluasan jejaring (belonging) dan penghargaan. 2. Pendekatan tradisional, yakni sebuah pendekatan petani career, dalam hal ini petani tersebut adalah petani yang fokus mencari zona nyaman setelah menjadi petani pemilik lahan dan berkontribusi pada individual dan community performance, keterkaitan dengan teori Maslow yakni pencarian kebutuhan fisiologis dan safety needs bagi petani tersebut setelah mencapainya, dan belum berfokus pada penciptaan nilai dan pengembangan bisnis yang lebih luas. Petani dalam talent management system pada era saat ini diharapkan merupakan petani yang berkontribusi pada masyarakat luas dalam klasifikasi create value agar dapat menciptakan keberlangsungan usaha berkelanjutan.
Gambar 1. Roadmap pendekatan modern dan tradisional Kartika L, et al (2012) Konsep Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process adalah satu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini juga memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. Dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah manusia daripada memaksa seseorang ke cara berpikir yang mungkin berlawanan dengan hati nurani, AHP merupakan proses yang ampuh untuk menanggulangi berbagai persoalan politik dan sosio-ekonomi yang kompleks. AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetehauan untuk menyusun hirarkhi suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberi pertimbangan. Setelah
8
diterima dan diikuti, AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemenelemen dari suatu bagian maslaah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi (Saaty 1991). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarkhi. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan diselesaikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya (Marimin et al. 2010) 1. Prosedur AHP Menurut Latifah (2005) dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam pengambilan keputusannya. 2) Menentukan kriteria dari pilihan-pilihan tersebut terhadap identitas kegiatan dan membuat hirarkhinya. 3) Membuat matriks “pairwise comparison” berdasarkan criteria focus dengan memperhatikan prinsip-prinsip “comparative judgement” 4) Membuat matriks pairwise comparison dengan memperlihatkan prinsip-prinsip comparative judgement berdasarkan kriteria pada tingkat di atasnya. 2. Keuntungan Menggunakan AHP Beberapa keuntungan dalam menggunakan metode AHP menurut Saaty (1991) antara lain: 1. Kesatuan AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur. 2. Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. 3. Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. 4. Penyusunan hierarki AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilih elemenelemen suatu sistem dalam berbagai tingkat yang berbeda dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5. Pengukuran
9
AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan untuk menetapkan prioritas. 6. Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 7. Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. 8. Tawar-menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan untuk memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan. 9. Penilaian dan consensus AHP tidak memaksakan konsensus tetapi menyintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. 10. Pengulangan proses AHP memungkinkan untuk memperhalus definisi pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian terhadap persoalan tersebut melalui pengulangan. 3. Langkah-Langkah AHP Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan dengan metode AHP menurut Saaty (1991) antara lain: a Definisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. b Membuat struktur hirarkhi dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh dari tingkat puncak sampai tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan itu. Dalam membuat struktur hirarkhi tidak ada batasan untuk jumlah tingkat contoh sistem hirarkhi permasalahan tiga tingkat dapat dilihat pada Gambar 2. Tujuan
Kriteria 1
Kriteria 2
Alternatif 1
Kriteria 3
Alternatif 2
Kriteria 4
Alternatif 3
Gambar 2. Struktur hirarkhi pada metode AHP c
Menyusun matriks perbandingan berpasangan. Pada matriks ini, pasanganpasangan elemen dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Nilai skala perbandingan berpasangan ditampilkan pada Tabel 3.
10
Tabel 3. Nilai skala perbandingan berpasangan Intensitas pentingnya 1 3
5
7
9
2,4,6,8 Kebalikan
Definisi
Keterangan
Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya
Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktik
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai-nilai diantara dua Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan yang berdekatan pertimbangan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber (Saaty 1991)
d Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks di langkah c. e Setelah mengumpulkan semua data pada matriks perbandingan berpasangan, maka selanjutnya adalah memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. f Melaksanakan langkah c, d, dan e untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarkhi tersebut. g Menggunakan komposisi secara hirarkhi untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarkhi paling bawah. Jika hasilnya ada beberapa buah, boleh diambil rata-rata aritmetiknya. h Evaluasi konsistensi untuk seluruh hirarkhi dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio inkonsistensi ini harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden pada perbandingan berpasangan.
11
Konsep Interpretative Structural Modelling (ISM) ISM menganalisis elemen – elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hirarkhi. Elemen – elemen yang dianalisis pada kompetensi petani sayuran dataran tinggi ini adalah kebutuhan petani, struktur kelembagaan, kendala keberlanjutan model kompetensi, dan pengurangan risiko dalam model kompetensi. Deskripsi singkat langkah-langkah ISM adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan sub-elemen kebutuhan petani, struktur kelembagaan, kendala keberlanjutan model kompetensi, dan pengurangan risiko dalam model kompetensi yang diperoleh dari para pakar 2. Analisis hubungan kontekstual bahwa satu sub-elemen (sub-elemen i) mendukung keberadaan sub elemen lain (sub-elemen j). Hubungan kontekstual antar sub-elemen i dan j ini diperoleh dari para pakar yang memberikan pendapatnya melalui pengisian kuesioner dengan simbol sebagai berikut: V: sub-elemen i mendukung keberadaan sub-elemen j, tetapi tidak sebaliknya A: sub-elemen j mendukung keberadaan sub-elemen i, tetapi tidak sebaliknya X: sub-elemen i dan sub-elemen j saling mendukung keberadaannya O: sub-elemen i dan sub-elemen j tidak saling behubungan 3. Penyusunan Structural Self Interaction Matrix (SSIM). Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. 4. Pembentukan Reachability Matrix (RM) untuk setiap elemen. Pada langkah ini, SSIM ditransformasikan ke dalam bentuk matriks biner yang disebut matriks reachability awal dengan cara menggantikan V, A, X, O dengan angka 0 dan 1 sesuai peraturan sebagai berikut: Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi V, maka sub-elemen (i,j) pada matriks reachability menjadi 1 dan sub-elemen (j,i) pada matriks reachability menjadi 0 Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi A, maka sub-elemen (i,j) pada matriks reachability menjadi 0 dan sub-elemen (j,i) pada matriks reachability menjadi 1 Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi X, maka sub-elemen (i,j) pada matriks reachability menjadi 1 dan sub-elemen (j,i) pada matriks reachability menjadi 1 Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi O, maka sub-elemen (i,j) pada matriks reachability menjadi 0 dan sub-elemen (j,i) pada matriks reachability menjadi 0. Transivitas hubungan kontekstual tersebut kemudian diperiksa (jika sub-elemen i mendukung keberadaan sub elemen j mendukung keberadaan sub-elemen k, maka sub-elemen i seharusnya mendukung sub-elemen k) untuk memperoleh matriks reachability akhir yang menunjukkan seluruh direct reachability dan indirect reachability. Pada matriks akhir tersebut, kekuatan
12
penggerak sub-elemen ditunjukkan melalui penjumlahan subelemen (I,j) pada tiap baris dan keterkaitan antar sub-elemen ditunjukkan melalui penjumlahan sub-elemen (j,i) pada tiap kolom. 5. Penilaian tingkat partisipasi untuk mengklasifikasikan elemen-elemen dalam tingkat-tingkat struktur ISM yang berbeda. Pengelompokan elemenelemen dalam tingkat yang sama dengan mengembangkan Canonical Matrix. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan Directional Graph (digraph). Kelompok reachability dan kelompok antecedent untuk setiap sub-elemen diperoleh dari matriks reachability akhir. Kelompok reachability mencakup satu sub-elemen dan sub-elemen lain yang mungkin keberadaannya didukung oleh satu sub-elemen tersebut. Kelompok antecedent mencakup satu sub-elemen dan subelemen lain yang mendukung keberadaan satu sub-elemen tersebut. Perpotongan antara kedua kelompok tersebut kemudian diturunkan untuk seluruh sub-elemen. Sub-elemen dengan reachability dan perpotongan yang sama merupakan tingkat atas pada hirarkhi ISM. Sub-elemen tingkat atas dalam hirarkhi tidak akan mendukung keberadaan sub-elemen lain di tingkat atasnya. Sub-elemen dipisahkan dari sub-elemen lain setelah subelemen tingkat atas teridentifikasi. Proses yang sama kemudian diulang untuk memperoleh sub-elemen lain pada tingkat berikutnya. 6. Pembuatan digraph, yaitu grafik elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan tingkat hirarkhi. Digraph awal dibuat berdasarkan Canonical Matrix kemudian semua komponen yang transitif dipindahkan untuk membentuk digraph akhir. Model struktural dapat dibuat dari matriks akhir reachability. Jika terdapat hubungan antar sub-elemen i dan j, maka anak panah dibuat dari sub-elemen i ke sub-elemen j. Gambar ini disebut directed graph (digraph). Setelah transitivitas dihilangkan, digraph dikonversikan ke dalam model berdasarkan ISM. 7. Pembangkitan ISM dengan cara seluruh jumlah elemen dipindahkan menjadi deskripsi elemen aktual sehingga ISM memberikan gambaran elemen-elemen sistem dan alur hubungannya secara jelas. Kekuatan penggerak dan ketergantungan setiap elemen ditunjukkan pada matriks reachability akhir. Kekuatan penggerak setiap elemen merupakan penjumlahan semua elemen yang mungkin mempengaruhi. Ketergantungan setiap elemen merupakan penjumlahan semua elemen yang mungkin terpengaruh. Kekuatan penggerak dan ketergantungan ini akan digunakan dalam analisis MIC-MAC (Matrice d’Impact Croisés – Multiplication Appliqueé à un Classement atau Matrix of Cross Impact – Multiplications Applied to Classification) yang mengklasifikasikan elemen ke dalam 4 kelompok, yaitu elemen autonomous, dependent, linkage, dan independent Interpretive Structural Modeling (ISM), menyediakan kerangka kerja memerintahkan dan terarah untuk masalah yang kompleks, dan memberikan pengambil keputusan gambaran realistis dan jelas tentang sistem dan variabel yang terlibatnya. Metode ini interpretatif karena penghakiman kelompok memutuskan apakah dan bagaimana item terkait, melainkan struktural karena ekstrak struktur keseluruhan dari set kompleks item, berdasarkan pada hubungan
13
diidentifikasi, dan itu adalah pemodelan dalam menyediakan model digraph dari hubungan tertentu dan struktur keseluruhan. ISM diperkenalkan oleh Warfield sebagai teknik pemodelan untuk menganalisis dampak dari satu elemen pada unsur-unsur lain dan untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik ke dalam masalah. ISM telah diadopsi dalam domain yang berbeda dari ilmu pengetahuan, dan untuk berbagai tujuan, sebagai metode menarik untuk memberikan struktur untuk interaksi yang kompleks antara hambatan yang menghalangi keberhasilan sistem. Konsep Importance Performance Analysis (IPA) Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap kinerja atribut. Menurut Ennew, Reed, Binks (1993) dalam Rangkuti (2006) konsep Importance Performance Analysis (IPA) adalah tingkat kepentingan suatu atribut yang diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Untuk mengolah dan menjelaskan tingkat kepentingan atribut digunakan skala Likert. Penilaian tingkat kinerja yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen akan diwakili oleh X, untuk penilaian tingkat kepentingan diwakili oleh Y. Menurut Umar (2005) tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu atribut. Pengolahan data dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) yang dibantu oleh skala Likert dengan rentang 1-5 dibuat rentang mulai dari intensitas yang paling rendah yaitu diberi angka 1 (sangat tidak penting) sampai paling tinggi diberi angka 5 (sangat penting). Untuk lebih jelas dalam menilai tingkat kepentingan dan kinerja konsumen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Skor penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan atribut Skor Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja 1 Sangat Tidak Penting SangatTidak Puas 2 Tidak Penting Tidak Puas 3 Cukup Penting Cukup Puas 4 Penting Puas 5 Sangat Penting Sangat Puas Setelah mengetahui skor untuk penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja suatu atribut maka selanjutnya adalah menjumlahkan skor penilaian yang diberikan konsumen. Hasil perhitungan yang telah diberikan dari konsumen digambarkan pada diagram kartesius dengan sumbu X diisi dengan tingkat kinerja dan sumbu Y diisi dengan tingkat kepentingan, dapat dilihat pada Gambar 3.
14
Sumber (Rangkuti 2006)
Gambar 3. Diagram Kartesius Importance and Performance Analysis Setelah semua data diolah, kemudian setiap atribut diproyeksikan ke dalam diagram kartesius seperti yang terdapat pada Gambar 5. Kuadran I : Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, namun pada kenyataannya pihak perusahaan belum melaksanakan yang sesuai dengan harapan konsumen, sehingga konsumen tidak puas. Kuadran II : Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap sangat penting oleh konsumen sehingga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk, namun pada kenyataannya pihak perusahaan telah melaksanakan yang sesuai dengan harapan konsumen, sehingga konsumen puas. Sebaiknya perusahaan mempertahankan atribut tersebut. Kuadran III : Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen. Sehingga pada kenyataanya pihak perusahaan biasa-biasa saja, sehingga dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Kuadran IV : Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting bagi konsumen, tetapi pelaksanaannya yang dilakukan perusahaan dapat berjalan dengan baik dan memuaskan. Kinerja dalam atribut ini dapat dikurangi dan dapat menghemat biaya Penelitian Terdahulu Agar penelitian ini lebih terarah pada masalah pokok yang akan ditelaah, dalam penelitian ini, ada beberapa tinjauan hasil penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti dalam mengembangkan analisis antara lain: Tabel 5. Penelitian terdahulu Lanjutan Tabel 5 No 1.
Peneliti dan Tahun Raeesi et al (2013)
Judul Penelitian Understanding the Interactions among the
Temuan Penelitian Penelitian ini mengenai bagaimana menjembatani kesenjangan
15
Lanjutan Tabel 5 No
2.
Peneliti dan Tahun
Astuti (2012)
Judul Penelitian
Temuan Penelitian
Barriers to Entrepreneurship Using Interpretive Structural Modeling
kewirausahaan dengan meninjau literatur yang paling relevan dan tersedia untuk memperoleh hambatan umum utama untuk kewirausahaan. Sebelas hambatan umum untuk kewirausahaan diidentifikasi dan didukung oleh literatur terkait. Karena hambatanhambatan ini tidak independen dan tidak berhubungan, namun saling terkait dan interaktif. Memahami interaksi di antara hambatan dapat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi hambatan. Model interaksi ini, peneliti menggunakan penafsiran pemodelan struktural (ISM) yang telah terbukti efisien menjadi pendekatan untuk menganalisis interaksi sistematis antara hambatan. Penelitian ini meneliti tentang eksplorasi pada rantai pasok buah manggis dengan analisis deskriptif. kemudian melakukan identifikasi peran masing-masing pelaku dalam rantai pasok dan analisis elemen kunci struktur rantai pasok yang berperan dalam membentuk rantai pasok buah manggis. Keterkaitan antara sub elemen dalam tiap elemen kunci struktur tersebut dikaji dengan menggunakan Intepretative Structural Modeling (ISM). Indikator kinerja kunci dan risiko kemudian diidentifikasi dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP). Dalam pengembangan rantai pasok ini, kinerja rantai pasok diukur menggunakan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan nilai tambah juga dianalisis menggunakan metode Hayami. Pengukuran kinerja dan analisis nilai tambah dilakukan pada rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dan saluran
Pengembangan Rantai Pasok Buah Manggis di Kabupaten Bogor
16
Lanjutan Tabel 5 No
Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian
3.
Augustino (2012)
Building Organization Capability to Win the Talent Race : A Case Study of Permata Bank
4.
Singh (2011)
Developing the Framework for Coordination in Supply Chain of SMEs
5.
Indrawanto
Kajian Pengembangan
Temuan Penelitian pemasaran buah manggis di luar rantai pasok tersebut. Penelitian ini akan menjelaskan apa yang merupakan pilar penting dalam menarik dan mempertahankan bakat di Pasar . Merek , Peluang , Tujuan , dan Budaya . Pada tahun 2011 Bank Permata bisa mengelola gesekan jauh di bawah industri dan menciptakan kesempatan untuk tumbuh dengan mempromosikan lebih dari 60 % kandidat internal untuk pekerjaan kritis. Penelitian ini juga akan membahas bagaimana Permata Bank menarik dan melibatkan bakat yang tepat dengan menggunakan Merek .Janji mereka sebagai sebuah perusahaan terkemuka di mana karyawan dapat memimpin, tumbuh dan membuat perbedaan dengan memberlakukan empat pilar yang Memperkuat Kemampuan Leadership , Kesempatan untuk Tumbuh , Hadiah Berbasis Kinerja Kompetitif dan Lingkungan kerja yang positif . Pada bagian terakhir , penulis akan berbagi apa pelajaran yang dapat mempercepat efektivitas intervensi Pengembangan Organisasi dalam membangun kemampuan organisasi untuk memenangkan perlombaan bakat . Pengembangan kerangka kerja untuk meningkatkan koordinasi dalam rantai pasokan dan pengembangan indeks untuk koordinasi. Peneliti menggunakan pendekatan model struktural interpretif (ISM) unuk mengembangkan hubungan struktural antara faktor-faktor yang berbeda koordinasi dan responsif dalam rantai pasokan untuk mengambil keputusan strategis. Kerangka kerja ini juga digunakan untuk mengevaluasi indeks koordinasi bagi suatu organisasi. Penelitian mengenai elemen apa saja
17
Lanjutan Tabel 5 No
6.
Peneliti dan Tahun (2009)
Sumarni (2008)
Judul Penelitian
Temuan Penelitian
Industri Akar Wangi yang harus menjadi prioritas untuk (Vetiveria zizanoides L.) diperhatikan dalam pengembangan industri akar wangi Indonesia. Industri akar wangi Indonesia dapat berkembang dengan baik dengan memperhatikan dan memperbaiki kondisi elemen yang terpilih. Dengan memperhatikan dan memperbaiki kondisi elemen yang terpilih diharapkan industri akar wangi Indonesia dapat berkembang dengan baik. Efektifitas Pelatihan di Penelitian ini mengenai kurikulum Pusat Pelatihan yang digunakan dalam pelatihan di Pertanian Pedesaan P4S Bulubalea, kondisi riil Swadaya (P4S) dalam pengelolaan P4S dan penerapan Meningkatan metode pelatihan yang Kompetensi Petani digunakannya, serta efektifitas Sayuran Dataran Tinggi pelatihan di P4S Bulubalea dalam Di Malino Kabupaten meningkatan kompetensi petani Gowa dalam hal produktifitas, kreatifitas, motivasi, pengetahuan, kerjasama kelompok dan kemampuan analisis. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buluballea Malino Kabupaten Gowa. Penelitian ini bersifat deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Responden/informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 54 petani yang telah mengikuti pelatihan di P4S Bulubalea dan pengurus/pengelola P4S Bulubalea. Data yang diperoleh dari lapangan, baik melalui kuisioner maupun observasi, wawancara terbuka dan telaah dokumen, dianalisis. secara kualitatif, yang didukung oleh data kuantitatif berupa data frekuensi jawaban responden.
3
METODE
Kerangka Pemikiran Petani merupakan suatu asset juga sebagai pemasok utama berbagai komoditas pertanian di Indonesia. Pentingnya peran petani menjadikannya sebagai tombak keberhasilan perekonomian Indonesia yang masih terkenal dengan sebutan negara agraris ini. Sehingga dibutuhkan suatu model elemenelemen pendukung kompetensi petani unggul sayuran dataran tinggi agar membentuk capacity building sehingga kualitas sayuran di Indonesia semakin baik dan dapat berkompetisi dengan kualitas sayuran dari negara lain. Penelitian ini menggunakan ISM (Interpretive Structural Modelling) dengan menganalisis enam elemen yang terdiri dari kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, aktivitas, dan pelaku, kemudian dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) akan didapat suatu model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani di wilayah Sumatera, yang diwakilkan oleh daerah dataran tinggi Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara, guna membentuk capacity building petani sayuran dataran tinggi serta menggunakan IPA (Importance Performance Analysis) untuk memberikan solusi apa saja hal penting yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan kompetensi petani di Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo. Gambar 4 menyajikan bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
20
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua Kabupaten terpilih di Sumatera yaitu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Terpilihnya kedua daerah tersebut dikarenakan dari 10 Provinsi yang berada di Kepulauan Sumatera, hanya Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang memiliki dataran tinggi dengan penghasil sayuran. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai November 2013. Jenis dan Metode Penelitian Data yang dibutuhkan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan penyebaran kuisioner. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi pustaka. Metode pengumpulan data atau informasi dapat dilakukan melalui beberapa teknik, diantaranya adalah : 1. Observasi Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung objek penelitian untuk mengidentifikasi kompetensi yang dimiliki oleh petani sayuran dataran tinggi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan topik yaitu petani, koperasi, bandar, dan pakar. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara yaitu kuisioner yang ditujukan kepada pakar. 3. Opini Pakar Opini pakar diperoleh dari para pakar yang terkait dengan topik penelitian. 4. Studi Pustaka Studi pustaka diperoleh dari literatur tentang konsep kompetensi, hasilhasil penelitian terdahulu, dan data-data dari Balai Penyuluh Pertanian Kabupaten Karo, Sumatera Utara dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu purposive sampling. Sampel yang diambil berdasarkan beberapa kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pakar berperan penting dalam memberikan penilaian terhadap permasalahan yang ada. Selain pakar, stakeholder yang terlibat dalam pertanian juga dibutuhkan untuk memberikan informasi yang terkait dengan kompetensi petani. Pada penelitian ini, wawancara pada pakar dan stakeholder dilakukan dari ketentuan masing-masing kuisioner untuk mendapatkan data yang valid. Untuk kuisioner AHP sendiri, penulis mewawancarai dua pakar pertanian seorang guru besar dan dosen dari IPB yaitu, Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA dan Alim Setiawan, S.TP, M.Si. Untuk kuisioner ISM dan IPA, penulis mewawancarai pakar dan stakeholder yang terlibat dalam hal pertanian di Kabupaten Agam dan Karo yaitu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo dan Agam, Kepala Dinas Penyuluhan Pertanian Kabupaten Karo dan Agam, Anggota
21
Penyuluh Pertanian Kabupaten Karo dan Agam, Kepala Gapoktan, Sekretaris Gapoktan, Pengusaha yang awalnya berasal dari petani, Pedagang sayuran di pasar, Tengkulak (pemborong sayuran di ladang), dan beberapa petani karir. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data menggunakan pendekatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk merumuskan dan menganalisis model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani dalam meningkatkan capacity building pertanian sayuran dataran tinggi wilayah Sumatera. Interpretive Structural Modelling (ISM) digunakan untuk mengalisis kendala yang dihadapi dalam mewujudkan model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani sayuran dataran tinggi dengan merinci langsung setiap elemen-elemennya di Kabupaten Karo dan Kabupaten Agam. Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk merumuskan rekomendasi solusi sehingga dapat meningkatkan kompetensi unggul petani sayuran dataran tinggi di Kabupaten Karo dan Kabupaten Agam dengan melihat tingkat kinerja dan kepentingannya. 1.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pengolahan dan analisis data menggunakan pendekatan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengkaji dan manganalisis model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani dalam meningkatkan capacity building pertanian sayuran dataran tinggi wilayah Sumatera yang ditunjukkan oleh struktur hirarkhi pada Gambar 5. Model Elemen-Elemen Pendukung Kompetensi Petani Unggul dalam Membentuk Capacity Building Pertanian Sayuran Dataran Tinggi di Wilayah Sumatera
FOKUS
KEBUTUHAN
PKSP
PKPP
KENDALA
TPBO
KP M
PERUBAHAN
TUJUAN
MSB T PKP
AKTIVITAS
PELAKU
NW
KKBT
KDP
MPW
PMI
KPE M PEMDA
PPP
MTP
KSP
KPT
PLK T
KP
KLK
PT
Gambar 5. Struktur hirarkhi model AHP dari penelitian
LSM
22
Keterangan: a. Tingkat 1: masalah yang difokuskan untuk dipecahkan secara hirarkhi dengan metode AHP (FOKUS) b. Tingkat 2: program yang dibutuhkan dalam mendukung kompetensi unggul petani yang terdiri dari: 1. Pemenuhan kebutuhan sarana pertanian (PKSP) 2. Pemenuhan kebutuhan prasarana pertanian (PKPP) 3. Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah (PPP) 4. Networking (NW) c. Tingkat 3 : kendala-kendala dalam mendukung kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Penerapan teknologi pertanian belum optimal (TPBO) 2. Kurangnya permodalan (KPM) 3. Kurangnya kesadaran berpendidikan formal (KKBF) 4. Kurangnya dukungan Pemerintah (KDP) d. Tingkat 4 : Perubahan yang dimungkinkan ketika adanya model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Menghasikan sayuran berkualitas tinggi (MSBT) 2. Menjadi petani wirausaha (MPW) 3. Dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian (MTP) e. Tingkat 5 : Tujuan dari dibuatnya model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Peningkatan keterampilan petani (PKP) 2. Peningkatan membuat inovasi (PMI) 3. Terciptanya kerja sama yang baik dengan Pemerintah (KSP) 4. Kemandirian petani (KP) f. Tingkat 6 : Aktivitas yang dilakukan pihak lain agar tercapainya kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Kontribusi PEMDA dalam meningkatkan sarana dan prasarana pertanian (KPEM) 2. Kontribusi Perguruan Tinggi dalam meningkatkan keterampilan petani (KPT) 3. Kontribusi lembaga keuangan terkait dalam membantu permodalan (KLK) g. Tingkat 7 : Pelaku yang terlibat dalam model elemen-elemen pendukung kompetensi petani unggul, terdiri dari: 1. PEMDA setempat (PEMDA) 2. Perbankan dan lembaga keuangan yang terkait (PLKT) 3. Perguruan Tinggi (PT) 4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2.
Metode Interpretive Structural Modelling (ISM)
Interpretive Structural Modelling (ISM) digunakan untuk menganalisis dan merumuskan minimisasi kendala yang dihadapi dalam mewujudkan kompetensi unggul petani sayuran di dataran tinggi dengan merinci langsung elemenelemennya di Kabupaten Agam dan Karo. Elemen dan sub-elemen pada ISM ditunjukkan pada Tabel 6.
23
Tabel 6. Elemen dan Sub-elemen ISM Elemen Kebutuhan
Kendala
Perubahan
Tujuan
Aktivitas
Pelaku
Sub-elemen 1. Pemenuhan kebutuhan sarana (benih,pupuk,pestisida,dll) yang memadai 2. Pemenuhan kebutuhan prasarana (alat-alat pertanian,teknologi pertanian,dll) yang memadai 3. Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah dalam hal pertanian 4. Pengetahuan di lapang dalam menghasilkan produk pertanian yang unggul 5. Keterampilan dalam bertani dan memanfaatkan sarana produksi pertanian 6. Networking dalam membangun kerja sama pertanian 7.Kesadaranuntuk berpendidikan formal 8.Sikap pantang menyerah dalam berinovasi 1. Penerapan teknologi pertanian yang masih belum optimal pada petaninya 2. Permodalan sehingga petani masih kurang memaksimalkan usahanya 3. Kurangnya komitmen dan dukungan pemilik lahan 4. Kurangnya pelatihann dan pengembangan keterampilan untuk petani 5. Kurangnya kesadaran untuk berpendidikan formal 6. Kurangnya dukungan Pemerintah 7. Mutu sarana produksi pertanian yang kurang baik 1. Petani dapat menghasilkan sayuran yang memiiki kualitas tinggi 2. Petani mampu menjadi petani wirausaha 3. Petani menyadari pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan kapasitas 4. Petani dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian yang tepat guna 5. Petani dapat menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan dalam bertani 1. Peningkatan keterampilan petani 2. Peningkatan pengetahuan petani dalam hal membuat inovasi 3. Terciptanya kerja sama yang baik dengan Pemerintah 4. Petani mampu memiliki lahan sendiri 5. Kemandirian petani sehingga mampu menciptakan nilai tambah tersendiri 1. PEMDA dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 2. Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 3. LSM dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 4. Perbankan dan lembaga keuangan dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 5.PEMDA dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 6.Perguruan Tinggi dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 7.LSM dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 8.Perbankan dan lembaga keuangan dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 1. PEMDA setempat 2. Perbankan 3. Perguruan tinggi 4. Lembaga penjaminan keuangan 5. Penyuluhan keuangan 6. LSM 7. LPK (Lembaga Pendidikan dan Keterampilan)
24
3.
Metode Importance Performance Analysis (IPA)
Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk merumukan rekomendasi solusi sehingga dapat meningkatkan kompetensi unggul petani sayuran dataran tinggi di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo dengan melihat tingkat kinerja dan kepentingannya masing-masing. Terdapat 13 variabel untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yaitu : 1. Pendidikan formal yang dimiliki petani merupakan faktor penting dalam kompetensi unggul petani 2. Pelatihan oleh Pemerintah guna pengembangan sektor pertanian 3. Tersedianya sarana (benih,pupuk,pestisida.dll)pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang 4. Tersedianya prasarana (alat-alat pertanian,tekhnologi pertanian,dll) pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang 5. Kompetensi keterampilan teknis pekerjaan dalam bertani harus dikuasai oleh seluruh petani guna terciptananya inovasi-inovasi 6. Attitude merupakan kompetensi soft skill yang perlu dimiliki pleh para petani agar memiliki kompetensi yang unggul 7. Networking ( jejaring kerja) yang luas merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh petani agar cepat dalam berkembang 8. Pengalaman bertani yang baik menjadi faktor penting dalam memiliki kompetensi unggul 9. Tekhnologi dalam aktivitas penggunaan alat-alat pertanian merupakan faktor pernting dalam berkembang 10. Pengembangan kelembagaan di desa guna mempermudah petani berkembang 11. Pengembangan usaha pertanian komersial guna mempermudah petani berkembang 12. Kontribusi petani dan masyarakat guna mengembangkan investasi di desa 13. Operasi dan pemeliharaan pertanian yang baik guna peningkatan produksi pertanian
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis AHP dalam Merumuskan dan Menganalisis Model ElemenElemen Pendukung Kompetensi Unggul Petani Berdasarkan hasil kuesioner pakar dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) diperoleh perbandingan berpasangan antara fokus utama sebagai kontrol dan kebutuhan sehingga akan dilihat mana yang memiliki pengaruh paling besar. Analisis keputusan ini merupakan hasil gabungan analisis keputusan dari dua kabupaten di Sumatera yaitu Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pada Tabel 7 menunjukkan bobot dari masingmasing variabel pada setiap hiraki. Pada hirarkhi kebutuhan yang paling berpengaruh adalah pemenuhan kebutuhan sarana pertanian. Variabel ini memiliki bobot terbesar yaitu 0,42. Kemudian pada hirarkhi kedua, yaitu kendala yang diperoleh dari perbandingan antara kebutuhan sebagai kontrol utama dan kendala, didapatkan hasil yang paling besar bobotnya adalah penerapan teknologi yang belum optimal sebesar 0,39. Hirarkhi ketiga yang diperoleh dari hasil perbandingan antara kendala sebagai kontrol dan perubahan, memberikan hasil terbesar yaitu dapat menghasilkan sayuran yang berkualitas tinggi dan dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian dengan bobot yang sama yaitu 0,40. Hirarkhi keempat yang diperoleh dari hasil perbandingan antara perubahan sebagai kontrol utama dan tujuan, memberikan hasil terbesar yaitu dapat meningkatkan keterampilan petani dengan bobot 0,53. Hirarkhi kelima yang diperoleh dari hasil perbandingan antara tujuan sebagai kontrol utama dan aktivitas, diperoleh hasil yaitu kontribusi PEMDA dalam meningkatkan sarana dan prasarana dengan bobot 0,62. Pada hirarkhi terakhir yang diperoleh dari hasil perbandingan antara aktivitas sebagai control dan pelaku, memberikan PEMDA sebagai pengaruh terbesar pada hirarkhi ketujuh dengan bobot 0,573. Tabel 7. Hasil prioritas dan bobot variabel dari setiap hirarkhi Lanjutan Tabel 7 Hirarkhi Kebutuhan
Kendala
Perubahan
Variabel Pemenuhan kebutuhan sarana pertanian (PKSP) Pemenuhan kebutuhan prasarana pertanian (PKPP) Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah (PPP) Networking (NW)
Bobot
0,42 0,19 0,26 0,13
Penerapan teknologi pertanian belum optimal (TPBO) Kurangnya permodalan (KPM) Kurangnya kesadaran berpendidikan formal (KKBF) Kurangnya dukungan Pemerintah (KDP)
0,39 0,38 0,09 0,14
Menghasikan sayuran berkualitas tinggi (MSBT) Menjadi petani wirausaha (MPW) Dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian (MTP)
0,40 0,20 0,40
26
Lanjutan Tabel 7 Hirarkhi Tujuan
Variabel Peningkatan keterampilan petani (PKP) Peningkatan membuat inovasi (PMI) Terciptanya kerja sama yang baik dengan Pemerintah (KSP) Kemandirian petani (KP)
Aktivitas
Kontribusi PEMDA dalam meningkatkan sarana dan prasarana pertanian (KPEM) Kontribusi Perguruan Tinggi dalam meningkatkan keterampilan petani (KPT) Kontribusi lembaga keuangan terkait dalam membantu permodalan (KLK)
0,62
PEMDA setempat (PEMDA) Perbankan dan lembaga keuangan yang terkait (PLKT) Perguruan Tinggi (PT) LSM
0,57 0,31 0,08 0,04
Pelaku
Bobot
0,53 0,29 0,07 0,11
0,25 0,13
Setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan AHP, maka disusunlah suatu model kompetensi unggul petani dengan mengkombinasikan yang menjadi prioritas pada setiap hirarkhi. Berdasarkan hasil AHP, pada hirarkhi pertama hingga hirarkhi ketujuh didapatkan hasil yaitu, dengan terpenuhimya pemenuhan kebutuhan sarana pertanian di Sumatera, juga dengan adanya aktivitas PEMDA dalam meningkatkan sarana dan prasarana pertanian, kendala utama yang dihadapi oleh petani di sumatera seperti penerapan teknologi yang belum optimal akan terminimalisir, sehingga terjadi perubahan yang dimungkinkan yaitu petani akan mudah dalam menghasilkan sayuran yang berkualitas tinggi dan juga mudah dalam mengaplikasikan tekhnologi pertanian, maka tujuan untuk meningkatkan keterampilan petani akan tercapai. Hasil Analisis ISM dalam Menganalisis Kendala Model Elemen-Elemen Pendukung Kompetensi Unggul Petani Pada Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo 1.
Elemen Kebutuhan
Pada elemen kebutuhan pada Kabupaten Agam, variabel pemenuhan kebutuhan sarana (benih,pupuk,pestisida,dll) (1), Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah dalam hal pertanian (3), Pengetahuan di lapang dalam menghasilkan produk pertanian yang unggul (4), Networking dalam membangun kerja sama pertanian (6), Kesadaran untuk berpendidikan formal (7) dan sikap pantang menyerah dalam berinovasi (8), merupakan variabel yang berada pada top level dan paling mempengaruhi elemen kebutuhan. Sedangkan top level pada Kabupaten Karo, variabel pemenuhan kebutuhan sarana (benih, pupuk, pestisida, dll) (1), Pemenuhan kebutuhan prasarana (alat-alat pertanian, teknologi pertanian, dll yang memadai) (2), Networking dalam membangun kerja sama pertanian (6), dan sikap pantang menyerah dalam berinovasi (8). Variabel yang berada pada top level ini memiliki driving power yang rendah dan ketergantungan antar variabel, yang artinya akan memiliki ketergantungan dengan variabel yang berada di middle level dan bottom level.
27
Variabel-variabel yang berada pada middle level ini akan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel terhubung. Pada Kabupaten Agam tidak terdapat middle level, sehingga dari top level langsung berhubungan dengan bottom level. Sedangkan pada Kabupaten Karo terdapat middle level yaitu variabel keterampilan dalam bertani dan memanfaatkan sarana produksi (5), kesadaran dalam berpendidikan formal (7), pengetahuan di lapang dalam menghasilkan produk pertanian yang unggul (4), pada middle level hanya dapat dicapai dengan bila melakukan perbaikan pada bottom level terlebih dahulu.Variabel yang berada pada bottom level ini memiliki sifat driver atau pengaruh yang kuat terhadap variabel yang berada di level atasnya sehingga dapat menciptakan kompetensi petani unggul. Pada Kabupaten Agam, variabel Pemenuhan kebutuhan prasarana (alat-alat pertanian, teknologi pertanian,dll) yang memadai (2) dan Keterampilan dalam bertani dan memanfaatkan sarana produksi pertanian (5) secara tidak langsung akan membantu tercapainya elemen kebutuhan. Sedangkan pada Kabupaten Karo, variabel pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah dalam hal pertanian (3) juga secara tidak langsung akan memperbaiki kinerja dari elemen kebutuhan. Model dasar interaksi antar subelemen kebutuhan pada ISM dapat dilihat pada Gambar 6.
(a)
(b)
Gambar 6. Model dasar interaksi antar sub-elemen kebutuhan pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo 2.
Elemen Kendala
Pada elemen kendala ternyata setelah diolah hasil dari Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo sama yaitu, penerapan teknologi pertanian yang masih belum optimal pada petaninya (1) dan kurangnya komitmen dan dukungan (3) adalah variabel yang paling mempengaruhi pada elemen kendala. Variabel yang berada pada top level ini memiliki driving power yang rendah dan ketergantungan antar variabel, yang artinya akan memiliki ketergantungan dengan variabel yang berada di middle level dan bottom level. Variabel-variabel yang berada pada middle level ini akan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel terhubung. Mutu sarana produksi pertanian yang kurang baik (7) pada middle level hanya dapat dicapai dengan bila melakukan perbaikan pada bottom level terlebih dahulu. Variabel yang berada pada bottom level ini memiliki sifat driver atau pengaruh yang kuat terhadap variabel yang berada di level atasnya sehingga kendala
28
permodalan (2), kurangnya pelatihan dan pengembangan pertanian keterampilan untuk petani (4), kurangnya kesadaran petani untuk berpendidikan formal (5) dan kurangnya dukungan pemerintah (6) dapat memperkecil timbulnya kendala. Model dasar interaksi antar subelemen kendala pada ISM dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7. Model dasar interaksi antar sub-elemen kendala pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo 3.
Elemen Perubahan
Pada elemen perubahan pada Kabupaten Agam dan kabupaten Karo memiliki top level yang sama yaitu, variabel petani mampu menjadi petani wirausaha (2) merupakan variabel yang berada pada top level dan paling mempengaruhi elemen perubahan. Variabel yang berada pada top level ini memiliki driving power yang rendah dan ketergantungan antar variabel, yang artinya akan memiliki ketergantungan dengan variabel yang berada di middle level dan bottom level. Variabel-variabel yang berada pada middle level akan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel terhubung. Pada Kabupaten Agam variabel petani dapat menghasilkan sayuran yang memiliki kualitas tinggi (1), petani dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian yang tepat guna (4) dan Petani dapat menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan dalam bertani (5), sedangkan pada Kabupaten Karo variabel variabel petani dapat menghasilkan sayuran yang memiliki kualitas tinggi (1), petani dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian yang tepat guna (4) dan petani menyadari pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan kapasitas (3) pada middle level ini hanya dapat dicapai dengan bila melakukan perbaikan pada bottom level terlebih dahulu. Variabel yang berada pada bottom level ini memiliki sifat driver atau pengaruh yang kuat terhadap variabel yang berada di level atasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi unggul petani dalam proses menuju perubahan. Pada Kabupaten Agam petani menyadari pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan kapasitas (3) secara tidak langsung akan membantu elemen perubahan dalam melakukan prosesnya. Sedangkan bottom level pada Kabupaten Karo yaitu petani dapat menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan dalam bertani (5). Model dasar interaksi antar subelemen perubahan pada ISM dapat dilihat pada Gambar 8.
29
(a)
(b)
Gambar 8. Model dasar interaksi antar sub-elemen perubahan pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo 4.
Elemen Tujuan
Pada elemen tujuan Kabupaten Agam, petani mampu memiliki lahan sendiri (4), merupakan variabel yang berada pada top level dan paling mempengaruhi elemen tujuan. Sedangkan pada Kabupaten Karo varibel yang berada pada top level yaitu, , variabel peningkatan kualitas petani (1), peningkatan pengetahuan petani dalam hal membuat inovasi (2), petani mampu memiliki lahan sendiri (4) dan kemandirian petani sehingga mampu menciptakan nilai tambah tersendiri (5). Variabel yang berada pada top level ini memiliki driving power yang rendah dan ketergantungan antar variabel, yang artinya akan memiliki ketergantungan dengan variabel yang berada di bottom level. Variabel yang berada pada bottom level ini memiliki sifat driver atau pengaruh yang kuat terhadap variabel yang berada di level atasnya sehingga dapat menciptakan kompetensi petani unggul. Pada Kabupaten Agam, peningkatan kualitas petani (1), peningkatan pengetahuan petani dalam hal membuat inovasi (2), terciptanya kerjasama yang baik dengan Pemerintah (3) dan kemandirian petani sehingga mampu menciptakan nilai tambah tersendiri (5) merupakan variabel yang berada pada bottom level dan secara tidak langsung akan membantu tercapainya elemen tujuan. Sedangkan pada Kabupaten Karo bottom levelnya adalah terciptanya kerjasama yang baik dengan Pemerintah (3). Model dasar interaksi antar subelemen tujuan pada ISM dapat dilihat pada Gambar 9.
(a)
(b)
Gambar 9. Model dasar interaksi antar sub-elemen tujuan pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo
30
5.
Elemen Aktivitas
Pada elemen aktivitas Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo memiliki top level yang sama yaitu, variabel LSM dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (3), merupakan variabel yang berada pada top level dan paling mempengaruhi elemen aktivitas. Variabel yang berada pada top level ini memiliki driving power yang rendah dan ketergantungan antar variabel, yang artinya akan memiliki ketergantungan dengan variabel yang berada di middle level dan bottom level. Variabel-variabel yang berada pada middle level akan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel terhubung. Pada kabupaten Agam, variabel Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (2), PEMDA dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (1), PEMDA dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (5), Lembaga keuangan dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (4) dan Lembaga keuangan dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (8) pada middle level ini hanya dapat dicapai dengan bila melakukan perbaikan pada bottom level terlebih dahulu. Sedangkan middle level pada Kabupaten Karo yaitu, LSM dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (7), PEMDA dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (1), Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (2), PEMDA dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (5), dan Perguruan Tinggi dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (6).
(a)
(b)
Gambar 10. Model dasar interaksi antar sub-elemen aktivitas pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo Variabel yang berada pada bottom level ini memiliki sifat driver atau pengaruh yang kuat terhadap variabel yang berada di level atasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi unggul petani dalam menjalankan aktivitas yang mendukung kemandirian petani. Pada Kabupaten Agam, variabel Perguruan Tinggi dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (6) dan LSM dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (7), secara
31
tidak langsung akan membantu kinerja elemen aktivitas secara keseluruhan dalam membangun kemandirian petani. Sedangkan bottom level pada Kabupaten Karo, Lembaga keuangan dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani (4) dan Lembaga keuangan dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai (8) secara tidak langsung akan membantu kinerja elemen aktivitas secara keseluruhan dalam membangun kemandirian petani. Model dasar interaksi antar subelemen aktivitas pada ISM dapat dilihat pada Gambar 10. 6.
Elemen Pelaku
Pada elemen pelaku pada Kabupaten Agam, variabel Perguruan Tinggi (3) dan LPK (Lembaga Pendidikan dan Keterampilan) (7), merupakan variabel yang berada pada top level dan paling mempengaruhi elemen pelaku. Sedangkan top level pada Kabupaten Karo, variabel perbankan dan lembaga keuangan lain (2), lembaga penjamin keuangan (4), penyuluh keuangan (5), dan LPK (Lembaga Pendidikan dan Keterampilan) (7). Variabel yang berada pada top level ini memiliki driving power yang rendah dan ketergantungan antar variabel, yang artinya akan memiliki ketergantungan dengan variabel yang berada di middle level dan bottom level. Variabel-variabel yang berada pada middle level ini akan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap variabel yang berhubungan dengan variabel terhubung. Pada Kabupaten Agam, variabel perbankan dan lembaga keuangan lain (2), lembaga penjamin keuangan (4), penyuluh keuangan (5) dan LSM (6) pada level ini dapat memaksimalkan kontribusinya bila melakukan pembenahan kontribusi pada bottom level terlebih dahulu. Sedangkan middle level pada Kabupaten Karo yaitu, LSM (6). Variabel yang berada pada bottom level ini memiliki sifat driver atau pengaruh yang kuat terhadap variabel yang berada di level atasnya seningga dapat meningkatkan kompetensi unggul petani. Pada Kabupaten Agam, memperbaiki kontribusi PEMDA (1) dalam meningkatkan kualitas petani secara tidak langsung akan memperbaiki kinerja konribusi dari elemen pelaku sedangkan pada Kabupaten Karo bottom levelnya sama dengan Kabupaten Agam yaitu variable nomor (1) ditambah dengan variabel nomor (3) Perguruan Tinggi. Model dasar interaksi antar subelemen pelaku pada ISM dapat dilihat pada Gambar 11.
(a)
(b)
Gambar 11. Model dasar interaksi antar sub-elemen pelaku pada ISM (a) Kabupaten Agam dan (b) Kabupaten Karo
32
Hasil Analisis IPA dalam Merumuskan Rekomendasi Solusi untuk Meningkatkan Kompetensi Unggul Petani Pada Kabupaten Agam dan Kabupaten Karo a. Kabupaten Agam, Sumatera Barat Hasil dari analisis IPA pada Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dapat dilihat dari nilai tingkat kinerja dan nilai tingkat kepentingan yang terdapat pada faktorfaktor yang telah ditentukan dalam kuisioner yang telah diolah sehingga memiliki hasil pada Tabel 8 yang hasil tersebut akan membentuk titik-titik koordinat pada diagram yang bisa dilihat pada Gambar 12. Tabel 8. Faktor-faktor analisis IPA Kabupaten Agam, Sumatera Barat NO.
KETERANGAN
NILAI TINGKAT KINERJA
NILAI TINGKAT KEPENTINGAN
1
Pendidikan formal yang dimiliki petani merupakan faktor penting dalam kompetensi unggul petani
4,00
4,00
2
Pelatihan oleh Pemerintah guna pengembangan sektor pertanian
4,33
3,67
3
Tersedianya sarana (benih,pupuk,pestisida.dll)pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang
4,33
3,00
4
Tersedianya prasarana (alat-alat pertanian,tekhnologi pertanian,dll) pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang
4,33
3,00
5
Kompetensi keterampilan teknis pekerjaan dalam bertani harus dikuasai oleh seluruh petani guna terciptananya inovasi-inovasi
4,33
3,33
6
Attitude merupakan kompetensi soft skill yang perlu dimiliki pleh para petani agar memiliki kompetensi yang unggul
3,17
3,17
7
Networking ( jejaring kerja) yang luas merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh petani agar cepat dalam berkembang
4,33
2,83
8
Pengalaman bertani yang baik menjadi faktor penting dalam memiliki kompetensi unggul
4,17
3,83
9
Tekhnologi dalam aktivitas penggunaan alat-alat pertanian merupakan faktor pernting dalam berkembang
4,50
2,17
10
Pengembangan kelembagaan di desa guna mempermudah petani berkembang
3,17
2,67
11
Pengembangan usaha pertanian komersial guna mempermudah petani berkembang
3,17
1,83
12
Kontribusi petani dan masyarakat guna mengembangkan investasi di desa
3,17
2,50
13
Operasi dan pemeliharaan pertanian yang baik guna peningkatan produksi pertanian
5,00
4,17
33
Pada matriks dibawah, daerah I menunjuk faktor yang mempengaruhi kompetensi unggul petani, termasuk unsur yang sangat penting, tetapi tidak sesuai atau kinerjanya rendah di lapangan. Sehingga menjadi prioritas utama yang harus dijalankan agar para petani di Kabupaten Agam memiliki kompetensi unggul dalam bertani. Faktor yang terdapat pada daerah satu tersebut adalah Networking (jejaring kerja) yang luas merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh petani agar cepat dalam berkembang (7) dan Tekhnologi dalam aktivitas penggunaan alat-alat pertanian merupakan faktor pernting dalam berkembang (9). Daerah II menunjukkan faktor yang mempengaruhi kompetensi unggul petani dan kinerjanya sudah baik pula dilapangan. Sehingga faktor-faktor yang terdapat didaerah ini harus dipertahankan kinerjanya di lapangan, yaitu Pelatihan oleh Pemerintah guna pengembangan sektor pertanian (2), Kompetensi keterampilan teknis pekerjaan dalam bertani harus dikuasai oleh seluruh petani guna terciptananya inovasi-inovasi (5), Pengalaman bertani yang baik menjadi faktor penting dalam memiliki kompetensi unggul (8), dan Operasi dan pemeliharaan pertanian yang baik guna peningkatan produksi pertanian (13). Daerah III menunjukkan faktor yang tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi kompetensi unggul petani dan kinerja di lapangannya pun rendah. Sehingga faktor – faktor pada daerah ini merupakan prioritas rendah, yaitu Pengembangan kelembagaan di desa guna mempermudah petani berkembang (10), Pengembangan usaha pertanian komersial guna mempermudah petani berkembang (11) dan Kontribusi petani dan masyarakat guna mengembangkan investasi di desa (12).
I
II
III
IV
Gambar 12. Matriks analisis IPA Kabupaten Agam
34
Daerah IV menunjukkan faktor yang tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi kompetensi unggul petani, tetapi kinerja dilapangannya baik. Sehingga faktor-faktor pada daerah ini bersifat berlebihan karena tidak dipentingkan tetapi dilakukan dilapangan yaitu Attitude merupakan kompetensi soft skill yang perlu dimiliki pleh para petani agar memiliki kompetensi yang unggul (6). Variabel yang terdapat antara daerah I dan daerah II yaitu Tersedianya sarana (benih,pupuk,pestisida.dll) pertanian yang memadai (3) dan Tersedianya prasarana (alat-alat pertanian,tekhnologi pertanian,dll) pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang (4). Variabel-variabel ini sudah mendekati kearah kinerja yang baik tetapi harus masih menjadi prioritas utama yang dijalankan agar para petani di Kabupaten Agam memiliki kompetensi unggul dalam bertani. Variabel yang terdapat antara daerah II dan daerah IV yaitu Pendidikan formal yang dimiliki petani merupakan faktor penting dalam kompetensi unggul petani (1), variabel ini menunjukan kinerjanya baik dilapangan tetapi harus menjadi prioritas utama juga agar menjadikan variabel ini menjadi suatu yang penting dibutuhkan dalam meraih kompetensi unggul petani di Kabupaten Agam. b. Kabupaten Karo, Sumatera Utara Hasil dari analisis IPA pada Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dapat dilihat dari nilai tingkat kinerja dan nilai tingkat kepentingan yang terdapat pada faktorfaktor yang telah ditentukan dalam kuisioner yang telah diolah sehingga memiliki hasil pada Tabel 9 yang hasil tersebut akan membentuk titik-titik koordinat pada diagram yang bisa dilihat pada Gambar 13. Tabel 9. Faktor-faktor analisis IPA Kabupaten Karo, Sumatera Utara Lanjutan Tabel 9 NO.
KETERANGAN
NILAI TINGKAT KINERJA
NILAI TINGKAT KEPENTINGAN
1
Pendidikan formal yang dimiliki petani merupakan faktor penting dalam kompetensi unggul petani
4,00
2,50
2
Pelatihan oleh Pemerintah guna pengembangan sektor pertanian
4,33
2,50
3
Tersedianya sarana (benih,pupuk,pesti sida.dll)pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang
4,33
2,50
4
Tersedianya prasarana (alat-alat pertanian,tekhnologi pertanian,dll) pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang
4,33
2,00
5
Kompetensi keterampilan teknis pekerjaan dalam bertani harus dikuasai oleh seluruh petani guna terciptananya inovasi-inovasi
4,50
3,00
6
Attitude merupakan kompetensi soft skill yang perlu dimiliki pleh para petani agar memiliki kompetensi yang unggul
3,50
2,33
7
Networking ( jejaring kerja) yang luas merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh petani agar
4,50
3,00
35
Lanjutan Tabel 9 NO.
KETERANGAN
NILAI TINGKAT KINERJA
NILAI TINGKAT KEPENTINGAN
cepat dalam berkembang 8
Pengalaman bertani yang baik menjadi faktor penting dalam memiliki kompetensi unggul
5,00
4,00
9
Tekhnologi dalam aktivitas penggunaan alat-alat pertanian merupakan faktor pernting dalam berkembang
4,33
2,00
10
Pengembangan kelembagaan di desa guna mempermudah petani berkembang
3,33
2,00
11
Pengembangan usaha pertanian komersial guna mempermudah petani berkembang
3,33
1,33
12
Kontribusi petani dan masyarakat guna mengembangkan investasi di desa
3,83
2,83
13
Operasi dan pemeliharaan pertanian yang baik guna peningkatan produksi pertanian
5,00
4,00
I
II
III
IV
Gambar 13. Matriks analisis IPA Kabupaten Karo Pada matriks diatas, daerah I menunjuk faktor yang mempengaruhi kompetensi unggul petani, termasuk unsur yang sangat penting, tetapi tidak sesuai atau kinerjanya rendah di lapangan. Sehingga menjadi prioritas utama yang harus dijalankan agar para petani di Kabupaten Karo memiliki kompetensi unggul dalam bertani. Faktor yang terdapat pada daerah satu tersebut adalah tersedianya
36
prasarana (alat-alat pertanian,tekhnologi pertanian,dll) pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang (4) dan Tekhnologi dalam aktivitas penggunaan alat-alat pertanian merupakan faktor pernting dalam berkembang (9). Daerah II menunjukkan faktor yang mempengaruhi kompetensi unggul petani dan kinerjanya sudah baik pula dilapangan. Sehingga faktor-faktor yang terdapat didaerah ini harus dipertahankan kinerjanya di lapangan, yaitu Kompetensi keterampilan teknis pekerjaan dalam bertani harus dikuasai oleh seluruh petani guna terciptananya inovasi-inovasi (5), Networking ( jejaring kerja) yang luas merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh petani agar cepat dalam berkembang (7), Pengalaman bertani yang baik menjadi faktor penting dalam memiliki kompetensi unggul (8), dan Operasi dan pemeliharaan pertanian yang baik guna peningkatan produksi pertanian (13). Daerah III menunjukkan faktor yang tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi kompetensi unggul petani dan kinerja di lapangannya pun rendah. Sehingga faktor – faktor pada daerah ini merupakan prioritas rendah, yaitu Attitude merupakan kompetensi soft skill yang perlu dimiliki oleh para petani agar memiliki kompetensi yang unggul (6), Pengembangan kelembagaan di desa guna mempermudah petani berkembang (10), Pengembangan usaha pertanian komersial guna mempermudah petani berkembang (11). Daerah IV menunjukkan faktor yang tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi kompetensi unggul petani, tetapi kinerja dilapangannya baik. Sehingga faktor-faktor pada daerah ini bersifat berlebihan karena tidak dipentingkan tetapi dilakukan dilapangan yaitu Kontribusi petani dan masyarakat guna mengembangkan investasi di desa (12). Variabel yang terdapat antara daerah I dan daerah II yaitu Pelatihan oleh Pemerintah guna pengembangan sektor pertanian (2), Tersedianya sarana (benih,pupuk,pestisida.dll) pertanian yang memadai (3). Variabel-variabel ini sudah mendekati kearah kinerja yang baik tetapi harus masih menjadi prioritas utama yang dijalankan agar para petani di Kabupaten Agam memiliki kompetensi unggul dalam bertani. Pendidikan formal yang dimiliki petani merupakan faktor penting dalam kompetensi unggul petani (1) merupakan variabel yang berada tepat ditengahtengah diagram menunjukkan kepentingan maupun kinerjanya masih rata-rata dilapangan, tetapi harus menjadi prioritas utama juga agar menjadikan variabel ini menjadi suatu yang penting dibutuhkan dalam meraih kompetensi unggul petani di Kabupaten Agam. Implikasi Manajerial Upaya peningkatan kapasitas petani di Indonesia bisa dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi sumber masalah utama yang mereka hadapi. Setelah diketahui sumber masalahnya, diharapkan bisa dibuat rencana aksi untuk memperbaiki kondisi tersebut guna memperbaiki pertanian khususnya di wilayah yang menjadi obyek kajian. Dari hasil penelitian tentang elemen pendukung kompetensi unggul petani dataran tinggi Sumatera telah diketahui beberapa kendala dan apa yang seharusnya menjadi fokus utama untuk menangani masalah tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, dirumuskan implikasi manajerial untuk bisa dilakukan sebagai berikut:
37
1.
Peningkatan peran pemerintah daerah Pemerintah daerah berdasarkan hasil kajian dianggap memiliki peran yang sangat strategis pada peningkatan kompetensi unggul petani di dataran tinggi Sumatera. Karena itu pemerintah daerah bisa memanfaatkan besarnya harapan petani dan pemangku kepentingan terkait dengan pemenuhan kebutuhan petani berupa sarana dan prasarana pertanian. Beberapa rekomendasi strategi pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan peran sektor pertanian dan perdesaan yang direkomendasikan menjadi fokus PEMDA Kabuapten Agam dan Kabupaten Karo, yaitu : 1. Meningkatkan kegiatan penyuluhan guna menggalakan sistem alih teknologi dan percepatan penyebaran informasi pembangunan pertanian melalui pendampingan petani. 2. Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal penelitian dibidang pertanian. 3. Penguatan sistem kelembagaan pertanian dan perdesaan melalui penumbuhan kesadaran petani terhadap hak-hak petani melalui pembinaan yang berkelanjutan, penguatan organisasi dan jaringan tani. 4. Peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengembangan agroindustri yang berbasis sumber daya domestik dan perdesaan, sehingga dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian dan kesempatan kerja terhadap perekonomian perdesaan makin luas. 5. Kebijakan daerah mengenai program insentif usaha tani melalui pemberian jaminan harga, subsidi pupuk yang tepat sasaran dan bersifat produktif, serta keringanan pajak. 6. Sosialisasi informasi prakiraan iklim yang handal guna menekan angka gagal panen akibat perubahan iklim yang ekstrim. Dengan adanya informasi prakiraan iklim yang handal petani dapat menyesuaikan sistem budidaya atau strategi penanaman dengan prakiraan iklim tersebut 7. Menumbuh kembangkan program pembiayaan pertanian melalui lembaga keuangan khusus yang melayani petani. 8. Menggalakkan sistem pertanian yang berbasis pada konservasi lahan, pengembangan sistem pertanian ramah lingkungan (organik) dan pemanfaatan lahan tidur untuk pemberdayaan masyarakat daerah.
2.
Fokus perbaikan pada pemanfaatan teknologi Pemerintah daerah sebaiknya sigap dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, kewirausahaan, dan manajemen usaha tani melalui penyuluhan pertanian, dan pengembangan sistem pendidikan dibidang pertanian yang menarik minat dan bakat generasi muda. Pertanian berbasis riset dari universitas sangat cocok dalam peningkatan kualitas SDM. Untuk itu diharapkan Pemerintah Daerah juga sangat tanggap memiliki kerjasama yang baik dengan Perguruan Tinggi di daerah maupun di luar daerahnya, yang sama-sama bekerja untuk pembangunan pertanian setiap tahunnya. Dengan terlaksananya pemanfaatan teknologi dengan berbasis riset dari Universitas, diharapkan setiap tahunnya terdapat pengetahuan-pengetahuan baru tentang teknologi pertanian yang
38
3.
dikontrol langsung oleh Perguruan Tinggi, sehingga fokus pada peningkatan SDM pertanian dapat tercapai. Peningkatan kapasitas petani berupa networking untuk akses pasar, pengenalan teknologi terbaru, dan keterampilan lain khususnya untuk generasi muda petani sangat dibutuhkan. Diharapkan Pemerintah daerah mampu menciptakan pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani yaitu berupa pasar alternatif dengan rantai tata niaga pendek (direct marketing), mendorong terwujudnya organisasi tani yang kuat dan berakar serta meningkatkan kemudahan layanan akses sumber informasi dan teknologi. Selain itu diharapkan generasi muda petani juga memiliki kesempatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan cara disubsidi dari Pemerintah Daerah tetapi dengan adanya kontrak kerja untuk pembangunan pertanian didaerahnya masing-masing, sehingga peningkatan kualitas SDM tiap tahunnya akan baik.
5
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Telah terbentuk model elemen pendukung kompetensi unggul petani di dataran tinggi Sumatera yaitu memiliki kebutuhan tehadap sarana pertanian, kurang optimalnya penerapan teknologi, mampu menghasilkan sayuran berkualitas tinggi, memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan, mengharapkan kontribusi Pemda dalam meningkatkan sarana dan prasarana pertanian serta sangat bertumpu pada Pemda untuk kemajuan pertanian. Kendala dalam mewujudkan elemen pendukung kompetensi unggul petani bisa diminimalisir dengan melakukan fokus perbaikan pada sub-elemen yang menjadi puncak pada model elemen kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, aktivitas dan pelaku baik pada Kabupaten Agam maupun Karo. Solusi untuk meminimisasi kendala yang dihadapi dalam mewujudkan model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani di Agam bisa difokuskan pada perbaikan pada penyediaan sarana pertanian, memperluas jaringan petani dan peningkatan penerapan teknologi. Sedangkan pada petani di Kabupaten Karo solusi untuk mereka bisa dilakukan dengan perbaikan pada pemberian pelatihan dari pemerintah, penyediaan prasarana pertanian dan peningkatan penerapan teknologi. Saran a. Dalam rangka meningkatkan kompetensi unggul petani di dataran tinggi Sumatera, maka perlu peran aktif Pemda untuk menyediakan sarana dan prasarana pertanian, optimalisasi penerapan teknologi bagi petani, serta pelatihan dalam rangka peningkatan keterampilan petani. b. Elemen-elemen yang memiliki loading factor terbesar pada AHP dan yang menjadi puncak pada ISM serta faktor-faktor yang berada pada kuadran II dalam diagram IPA sebaiknya dijadikan prioritas perbaikan untuk menciptakan petani yang unggul di Sumatera. c. Penelitian–penelitian tentang cara meningkatkan kompetensi unggul petani harus terus dilakukan oleh mahasiswa ataupun lembaga pemerintahan maupun swasta yang berhubungan dengan pertanian untuk terus mengembangkan kompetensi unggul petani di wilayah lainnya di Indonesia melalui peubah-peubah yang digunakan dalam penelitian kali ini ataupun peubah-peubah baru lainnya.
DAFTAR PUSTAKA [UPT; BP4K2P] Unit Pelaksana Teknis Balai Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kecamatan Baso, Kabupaten Agam (ID). Astuti R. 2012. Pengembangan Rantai Pasok Buah Manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [desertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Armstrong, Michael, Baron A. 1998. Performance Management: The New Realities. New York (US): Institute of Personel and Development. Augustino S. 2012. Building Organization Capability to Win the Talent Race : A Case Study of Permata Bank. Jakarta (ID): PT.Permata Bank,Tbk. Badan Pusat Statistik. 2013a. Nilai Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 5]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/about/nilai-produk-domestik-bruto-menurut-lapanganusaha.html Badan Pusat Statistik. 2013b. Penyerapan Tenaga Kerja Menurut lapangan Usaha Tahun 2011-2013. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 5]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/about/penyerapan-tenaga-kerja-menurut-lapanganusaha.html Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Barat Tahun 2013. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 5]. Tersedia pada: http://www.sumbar.bps.go.id/about/produk-domestik-regional-brutosumatera-barat-2013.html Davis N. 2009. Organizational Behavior: Human Behavior At Work. New York (US): Mc Graw Hill Company. Gaspersz V. 2013. Integrated Total Quality Talent Management. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Hasibuan SP, Melayu.1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci Keberhasilan. Jakarta (ID): Penerbit Gunung Agung. Indrawanto C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi (Vetiveria zizanoides L.) menggunakan Interpretive Structural Modeling, Jurnal Informatika Pertanian, Vol.18 (1) Kartika L, Indrawan D, Zamahsyarie F. 2012. Peningkatan Kapabilitas Sumberdaya Manusia Sektor Pertanian Melalui Talent Management System. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Latifah S. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Marimin, Maghfirof N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Pr. Raessi R, Dastranj M, Mohammadi S, Rasouli E. 2013. Understanding the Interactions among The Barriers to Entrepreneurship Using Interpretive Structural Modelling: Finding From Iran, International Journal of Business and Management, Vol. 8, pp.13-16 Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Tekhnik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
42
Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan: Bagi Para Pemimpin. Setiono L, penerjemah; Peniwati L, editor. Jakarta (ID): PT Dharma Aksara Perkasa. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex World. Singh KR. 2011. Developing the Framework for Coordination in Supply Chain of SMEs, Journal of Business Process Management. 17(4) pp.619- 638. Spencer LM. 2003. How Competencies Create Econoomic Values. Talent Management Handbook. New York (US): Mc Graw Hill Company. Sumarni, 2008. Efektivitas Pelatihan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Bulu Ballea dalam Meningkatkan Kompetensi Petani Sayuran Dataran Tinggi di Malino Kabupaten Gowa [Thesis]. Makassar (ID): Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Sumodiningrat G. 2000. Pembangunan Ekonomi melalui Pengembangan Pertanian. Jakarta (ID): Bina Rena Pariwara. Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Kuisioner AHP Petunjuk pengisian : isilah jawaban anda pada tempat yang telah disediakan PROFIL RESPONDEN Nama Jenis kelamin Usia Alamat
No. telp Pendidikan
: ………………………………………………... : ( ) Pria ( ) Wanita : ……………………………............................... : ……………………………............................... ……………………………............................... ……………………………............................... : ……………………………...............................
( ) SD ( ) Diploma ( ) SMP ( ) Sarjana ( ) SMA ( ) Pascasarjana Jabatan : ……………………………............................... Masa jabatan : ……………………………............................... Tanda tangan :
Bogor, …………. 2013
(………………………)
45
Lanjutan Lampiran 1 Berikut ini adalah kerangka AHP yang akan digunakan dalam penelitian :
FOKUS
Model Kompetensi Petani Unggul dalam Membentuk Capacity Building Pertanian Sayuran Dataran Tinggi di Wilayah Sumatera
KEBUTUHAN
PKSP
PKPP
KENDALA
TPBO
KPM
PERUBAHAN
TUJUAN
AKTIVITAS
PELAKU
MSB T PKP
NW
KKBT
KDP
MPW
PMI
KPEM
PEMDA
PPP
MTP
KSP
KPT
PLK T
KP
KLK
PT
Keterangan: a. Tingkat 1: masalah yang difokuskan untuk dipecahkan secara hirarkhi dengan metode AHP (FOKUS) b. Tingkat 2: program yang dibutuhkan dalam penyusunal model kompetensi unggul petani yang terdiri dari: 1. Pemenuhan kebutuhan sarana pertanian (PKSP) 2. Pemenuhan kebutuhan prasarana pertanian (PKPP) 3. Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah (PPP) 4. Networking (NW) c. Tingkat 3 : kendala-kendala dalam penyusunan model kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Penerapan teknologi pertanian belum optimal (TPBO) 2. Kurangnya permodalan (KPM) 3. Kurangnya kesadaran berpendidikan formal (KKBF) 4. Kurangnya dukungan Pemerintah (KDP) d. Tingkat 4 : Perubahan yang dimungkinkan ketika adanya model kompetensi unggul petani, terdiri dari:
LSM
46
Lanjutan Lampiran 1 1. Menghasikan sayuran berkualitas tinggi (MSBT) 2. Menjadi petani wirausaha (MPW) 3. Dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian (MTP) e. Tingkat 5 : Tujuan dari dibuatnya model kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Peningkatan keterampilan petani (PKP) 2. Peningkatan membuat inovasi (PMI) 3. Terciptanya kerja sama yang baik dengan Pemerintah (KSP) 4. Kemandirian petani (KP) f. Tingkat 6 : Aktivitas yang dilakukan pihak lain agar tercapainya kompetensi unggul petani, terdiri dari: 1. Kontribusi PEMDA dalam meningkatkan sarana dan prasarana pertanian (KPEM) 2. Kontribusi Perguruan Tinggi dalam meningkatkan keterampilan petani (KPT) 3. Kontribusi lembaga keuangan terkait dalam membantu permodalan (KLK) g. Tingkat 7 : Pelaku yang terlibat dalam model kompetensi petani unggul, terdiri dari: 1. PEMDA setempat (PEMDA) 2. Perbankan dan lembaga keuangan yang terkait (PLKT) 3. Perguruan Tinggi (PT) 4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PETUNJUK PENGISIAN Pada bagian ini anda diminta untuk membandingkan elemen A dan elemen B lalu menyilangkan (X) atau checklist (√ ) nilai perbandingannya. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai perbandingan adalah sebagai berikut: Nilai komparansi (A dibandingkan dengan B) 1
Definisi A dan B sama penting
3
A sedikit lebih penting dari B
5
A lebih penting dari B
7
A sangat jelas lebih penting dari B
9
A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara dua perbandingan
47
Lanjutan Lampiran 1 Contoh: Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara “PEMENUHAN KEBUTUHAN SARANA PERTANIAN (PKSP)” dan “PEMENUHAN NETWORKING (NW)” 1. Jika anda menganggap “PKSP” sama penting dengan “NW” Bila kiri lebih penting 9 8 7 6 5 4 3 2
Elemen kiri
Bila kanan lebih penting 2 3 4 5 6 7 8 9
1
PKSP
Elemen kanan NW
x
2. Jika anda menganggap “PKSP” sedikit lebih penting dari “NW” Elemen kiri
9
PKSP
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2 x
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
Elemen kanan NW
3. Jika anda menganggap “PKSP” sangat jelas lebih penting dari “NW” Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
PKSP
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9 x
Elemen kanan NW
1. Bandingkan program yang dibutuhkan dalam mendukung kompetensi unggul petani di bawah ini dengan fokus “Model elemen-elemen pendukungn kompetensi petani unggul dalam membentuk capacity building pertanian sayuran dataran tinggi di wilayah sumatera utara”. Elemen kiri PKSP
Elemen kanan PKPP
PKSP
PPP
PKSP PKPP
NW PPP
PKPP
NW
PPP
NW
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1 2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
2. Bandingkan kendala-kendala dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam program “pemenuhan kebutuhan sarana petani (PKSP)”. Elemen kiri 9 TPBO TPBO TPBO KPM KPM KKBT
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1 2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
Elemen kanan KPM KKBT KDP KKBT KDF KDP
48
Lanjutan Lampiran 1 3. Bandingkan kendala-kendala dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam program “pemenuhan kebutuhan prasarana pertanian (PKPP)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
TPBO TPBO TPBO KPM KPM KKBT
Elemen kanan KPM KKBT KDP KKBT KDF KDP
4. Bandingkan kendala-kendala dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam program “pelatihan dan pendampingan oleh pemerintah (PPP)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
TPBO TPBO TPBO KPM KPM KKBT
Elemen kanan KPM KKBT KDP KKBT KDF KDP
5. Bandingkan kendala-kendala dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam program “networking (NW)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
TPBO TPBO TPBO
KPM KPM KKBT
Elemen kanan KPM KKBT KDP KKBT KDF KDP
6. Bandingkan perubahan-perubahan yang dimungkinkan ketika adanya model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani dalam kendala “penerapan teknologi pertanian yang belum optimal (TPBO)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
MSBT MSBT MPW
Elemen kanan MPW MTP MTP
7. Bandingkan perubahan-perubahan yang dimungkinkan ketika adanya model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani dalam kendala “kurangnya permodalan (KPM)”. Elemen kiri MSBT MSBT MPW
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
Elemen kanan MPW MTP MTP
49
Lanjutan Lampiran 1 8. Bandingkan perubahan-perubahan yang dimungkinkan ketika adanya model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani dalam kendala “kurangnya kesadaran berpendidikan formal (KKBF)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
MSBT MSBT MPW
Elemen kanan MPW MTP MTP
9. Bandingkan perubahan-perubahan yang dimungkinkan ketika adanya model elemenelemen pendukung kompetensi unggul petani dalam kendala “kurangnya dukungan pemerintah (KDP)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
MSBT MSBT MPW
Elemen kanan MPW MTP MTP
10. Bandingkan tujuan-tujuan dari dibuatnya model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam perubahan untuk “menghasilkan sayuran berkualitas tinggi (MSBT)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
PKP PKP PKP PMI PMI KSP
Elemen kanan PMI KSP KP KSP KP KP
11. Bandingkan tujuan-tujuan dari dibuatnya model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam perubahan untuk “menjadi petani wirausaha (MPW)”. Elemen kiri
Bila kiri lebih penting 9 8 7 6 5 4 3 2
1
Bila kanan lebih penting 2 3 4 5 6 7 8 9
PKP PKP PKP PMI PMI KSP
Elemen kanan PMI KSP KP KSP KP KP
12. Bandingkan tujuan-tujuan dari dibuatnya model elemen-elemen pendukung kompetensi unggul petani dalam mendukung kompetensi unggul petani dalam perubahan untuk “dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian (MTP)”. Elemen kiri PKP PKP PKP PMI PMI KSP
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
Elemen kanan PMI KSP KP KSP KP KP
50
Lanjutan Lampiran 1 13. Bandingkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak lain agar tercapainya kompetensi unggul petani dalam tujuan untuk “peningkatan keterampilan petani (PKP)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
KPEM KPEM KPT
Elemen kanan KPT KLK KLK
14. Bandingkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak lain agar tercapainya kompetensi unggul petani dalam tujuan untuk “peningkatan membuat inovasi (PMI)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
KPEM KPEM KPT
Elemen kanan KPT KLK KLK
15. Bandingkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak lain agar tercapainya kompetensi unggul petani dalam tujuan untuk “terciptanya kerjasama yang baik dengan pemerintah (PKP)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
KPEM KPEM KPT
Elemen kanan KPT KLK KLK
16. Bandingkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak lain agar tercapainya kompetensi unggul petani dalam tujuan untuk “kemandirian petani (KP)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
KPEM KPEM KPT
Elemen kanan KPT KLK KLK
17. Bandingkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam model elemen-elemen pendukung kompetensi petani unggul dalam aktivitas yang dilakukan yaitu “kontribusi PEMDA dalam meningkatkan sarana dan prasarana pertanian (KPEM)”. Elemen kiri PEMDA PEMDA PEMDA PLKT PLKT PT
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
Elemen kanan PLKT PT LSM PT LSM LSM
51
Lanjutan Lampiran 1 18. Bandingkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam model elemen-elemen pendukung kompetensi petani unggul dalam aktivitas yang dilakukan yaitu “kontribusi Perguruan Tinggi dalam meningkatkan keterampilan petani (KPT)”. Elemen kiri
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
PEMDA PEMDA PEMDA PLKT PLKT PT
Elemen kanan PLKT PT LSM PT LSM LSM
19. Bandingkan pelaku-pelaku yang terlibat dalam model elemen-elemen pendukung kompetensi petani unggul dalam aktivitas yang dilakukan yaitu “kontribusi Lembaga Keuangan terkait dalam membantu permodalan (KLK)”. Elemen kiri PEMDA PEMDA PEMDA PLKT PLKT PT
9
Bila kiri lebih penting 8 7 6 5 4 3 2
1
2
Bila kanan lebih penting 3 4 5 6 7 8 9
Elemen kanan PLKT PT LSM PT LSM LSM
Metode AHP digunakan untuk menghitung bobot kinerja rantai pasok pada masing-masing tingkat hirarkhi dan mengetahui faktor atau elemen yang mempunyai pengaruh terbesar dalam satu tingkat hirarkhi. Perhitungan AHP dapat diselesaikan dengan menggunakan software Super Decisions. Adapun tahapan yang dilakukan dalam AHP adalah : a. Penyusunan Prioritas Setiap elemen yang terdapat dalam hirarkhi harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarkhi atau sistem secara keseluruhan. Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarkhi. Perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan terhadap sub sistem hirarkhi dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, Ai sampai An . Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarkhi itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada Tabel .
52
Lanjutan Lampiran 1 Tabel . Matriks Perbandingan Berpasangan C A1 A2 … An A1
a11
a12
…
a1n
A2
a21
a22
…
a2n
:
:
:
…
:
Am
am1
am2
…
amn
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan : a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau b. Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom). Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, disajikan pada Tabel. Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level hirarkhi. Contoh Pairwise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu :
Baris 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan dengan L, maka K sedikit lebih penting/cukup penting dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat pentingnya daripada L, dan seterusnya.
53
Lanjutan Lampiran 1 Tabel. Skala Perbandingan Fundamental Intensitas Kepentingan 1
Definisi Sama Penting
3
Sedikit Lebih Penting
5
Lebih Penting
7
Sangat Lebih Penting
9
Mutlak Lebih Penting
2, 4, 6, 8
Resiprokal
Rasio
Untuk kompromi antara nilai-nilai di atas
Kebalikan
Keterangan Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit berkontribusi atas yang lain Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya dalam praktek Suatu kegiatan yang favorit berkontribusi sangat kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numerik karena tidak ada istilah yang pas untuk menggambarkan hal tersebut Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i
Rasio yang didapat langsung dari pengukuran
b. Eigen value dan Eigen vector Apabila pengambil keputusan sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan, maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka akan diberikan definisi mengenai matriks dan vektor. 1. Matriks Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan dengan A). Lanjutan Lampiran 1 2. Vektor dari n dimensi
54
Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemenelemen yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entry riil dinotasikan dengan Rn. 3. Eigen value dan Eigen Vector Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vector tak nol x di dalam n R dinamakan Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar λ , yakni Ax = λx ………………………………(1) Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang bersesuaian dengan λ. Untuk mencari eigen value dari matriks A yang berukuran n x n maka dapat ditulis pada persamaan berikut : Ax = λx Atau secara ekivalen (λI – A)x = 0 …………………………(2) Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari persamaan ini. Akan tetapi, persamaan di atas akan mempunyai pemecahan tak nol jika dan hanya jika : det(λI – A)x = 0 ……………………….(3) Ini dinamakan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini adalah eigen value dari A. Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj adalah aij, maka secara teoritis matriks tersebut berciri positif 1 berkebalikan, yakni aij = 𝑎 . Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor ω 𝑗𝑖
= (ω1, ω2, ω3, … ωn) . Nilai ω n menyatakan bobot kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut. Jika aij mewakili derajat kepentingan I terhadap faktor j dan ajk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan menjadi konsisten, kepentingan i terhadap k harus sama dengan aij.ajk=aik untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten. Untuk suatu matriks konsisten dengan vektor ω, maka elemen aij dapat ditulis menjadi : ωi aij = ωj ; ∀i,j = 1,2,3, … n …… (4) Jadi matriks konsisten adalah : ωi ωj ωi aij.ajk = ωj . ωk = ωk = aik …………………... (5) Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk pairwise comparison matrix diuraikan seperti berikut ini : ωj 1 1 aji = ωi = ωi = a …………………………… (6) ωj
ij
Dari persamaan (3.2.3) tersebut di atas dapat dilihat bahwa : ωi aji . ωj = 1 ∀i,j = 1,2,3, … n …… (7) Lanjutan Lampiran 1 Dengan demikian untuk pairswise comparison matrix yang konsisten
55
menjadi: ∑𝑛𝑗=1
aij . ωij .
∑𝑛𝑗=1
1 ωij
=n;
∀i,j = 1,2,3, … n …… (8)
aij . ωij = nωij ; ∀i,j = 1,2,3, … n …… (9) Persamaan di atas ekivalen dengan bentuk persamaan matriks di bawah ini : A . ω = n . ω ……………………… (10) Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa ω adalah eigen vector dari matriks A dengan eigen value n. Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi matriks itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut :
……………… (11)
Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa : 𝑎 aij = 𝑖𝑘 ……………………… (12) 𝑎𝑗𝑘
Salah satu faktor penyebabnya, adalah karena unsur manusia (decision maker) tidak selalu dapat konsisten mutlak (absolute consistent) dalam mengekspresikan preferensinya terhadap elemen-elemen yang dibandingkan. Dengan kata lain, bahwa judgement yang diberikan untuk setiap elemen persoalan pada suatu level hirarkhi dapat saja inconsistent. Jika : 1) Jika λ1, λ2, … , λn adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan : A x=λ x ……..……..………… (13) Dengan eigen value dari matriks A dan jika aii = 1; i = 1,2,…,n; maka dapat ditulis : ∑ λ𝑖 = n ……………………… (14) Misalkan kalau suatu pairwise comparison matrix bersifat ataupun memenuhi kaidah konsistensi seperti pada persamaan (5), maka perkalian elemen matriks yang setangkup sama dengan satu. ……… (15)
Eigen value dari matriks A, Ax – λx = 0 (A – λI) = 0 ׀A – λI = ׀0
……………………… (16)
Lanjutan Lampiran 1 Kalau diuraikan lebih jauh untuk persamaan (16), hasilnya menjadi :
56
………………………. (17)
di mana :
A11, A22 = 1 A12 . A21 = 1
Dari persamaan (17) kalau diuraikan untuk mencari harga determinan eigen value maximum (λmax) yaitu : (1 – λ)2 – 1 1 - 2λ + λ2 – 1 λ2 - 2λ λ (λ – 2) ; λ1 = 0
=0 =0 =0 =0 λ2 = 2
Dengan demikian matriks pada persamaan (15) merupakan matriks yang konsisten, dengan nilai λmax sama dengan harga ordo matriksnya. Jadi untuk n > 2, maka semua harga egien value – nya sama dengan nol hanya ada satu eigen value yang sama denga n (konstan dalam kondisi matriks konsisten). 2) Bila ada perubahan kecil dari elemen matriks maka aij eigen value-nya akan berubah semakin kecil Dengan menggabungkan kedua sifat matriks (aljabar linier), jika : Elemen diagonal matriks A (aii = 1) ∀i,j = 1,2,3, … n Dan untuk matriks A yang konsisten, maka variasi kecil dari aii dengan ∀i,j = 1,2,3, … n akan membuat harga eigen value yang lain mendekati nol. c. Uji Konsistensi Indeks dan Rasio Salah satu utama model AHP yang memebedakannya dengan modelmodel pengambilan keputusan yang lainnya adalah syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigen value maximum. Indeks konsistensi dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : …………… (18)
Lanjutan Lampiran 1 CI
= Rasio Penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)
57
λmax = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n n = Ordo matriks Apabila CI bernilai nol, maka matriks pairwise comparison tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI). Rasio konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut : CI 𝐶𝑅 = RI ……………… (19) Bila matriks pairwise comparison dengan nilai CR < 0.100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima, jika CR > 0.100 maka penilaian perlu diulang. d. Analisis Sensitivitas Pada AHP Analisis sensitivitas pada AHP dapat dipakai untuk memprediksi keadaan apabila terjadi perubahan yang cukup besar, misalnya tejadi perubahan bobot prioritas dan kriteria karena adanya perubahan kebijaksanaan sehingga muncul usulan pertanyaan bagaimana urutan prioritas alternatif yang baru dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dalam suatu hirarkhi tiga level, level dua dari hirarkhi tersebut dapat disebut sebagai variabel eksogen sedangkan level tiganya adalah variabel endogen. Analisis sensitivitas dari hirarkhi tersebut adalah melihat pengaruh dan perubahan pada variabel eksogen terhadap kondisi variabel endogen. Apabila dikaitkan dengan suatu periode waktu maka dapat dikatakan bahwa analisis sensitivitas adalah unsur dinamis dari sebuah hirarkhi. Artinya penilaian yang dilakukan pertama kali dipertahankan untuk suatu jangka waktu tertentu dan adanya perubahan kebijaksanaan atau tindakan yang cukup dilakukan dengan analisis sensitivitas untuk melihat efek yang terjadi. Analisis sensitivitas ini juga akan menemukan stabil tidaknya sebuah hirarkhi. Makin besar deviasi atau perubahan prioritas yang terjadi maka makin tidak stabil hirarkhi tersebut. Meskipun begitu, suatu hirarkhi yang dibuat haruslah tetap mempunyai sensitivitas yang cukup, artinya jika ada perubahan pada variabel eksogen, minimal ada perubahan bobot prioritas pada variabel endogen meskipun tidak terlalu besar.
58
Lampiran 2. Kuisioner ISM
I. Model Kompetensi Petani Unggul dalam Membentuk Capacity Building Pertanian Sayuran Dataran Tinggi di Wilayah Sumatera
II. IDENTIFIKASI ELEMEN KUNCI KESUKSESAN UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI PETANI UNGGUL III. DI WILAYAH SUMATERA
IV. EXPERT SURVEY
Nama Responden
: ………………………………………………………
Jabatan Responden
: ………………………………………………………
Alamat Responden
: ……………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………………………………………
Keahlian Responden
: ……………………………………………………...
Tanggal Wawancara
: ………………………………………………………
Enumerator/ Pewawancara
: ………………………………………………………
59
Lanjutan Lampiran 2 V. Identifikasi Elemen Kunci Kesuksesan Model Kompetensi Petani Unggul dalam membentuk Capacity Building Pertanian Sayuran Dataran Tinggi Di Wilayah Sumatera dengan Interpretive Structural Modeling (ISM) A. Pedoman Umum Elemen Peningkatan Kompetensi Petani Unggul terdiri atas 9 (sembilan) elemen, yaitu: 1. Kebutuhan (Needs, Requirements) 2. Kendala atau permasalahan (Constraints, Problems) 3. Perubahan yang dimungkinkan (Possible Changes) 4. Tujuan (Objectives, Goals) 5. Aktivitas/kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kompetensi petani (Activity) 6. Pelaku atau Lembaga (Actors, Institution, Stakeholder) yang terlibat dalam pelaksanaan program Setiap elemen terdiri dari sub-elemen yang mempunyai hubungan kontekstual sebagai berikut: Elemen 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kebutuhan (K)i Kendala / Masalah (M)i Perubahan (P)i Tujuan (T)i Aktivitas (A)i Pelaku (L)i i,j = 1,2,3, .... (I,j ≤ 19)
Hubungan Konstektual Ki Mi Pi Ti Ai Li
mendukung K j menyebabkan M j mengakibatkan P j berkontribusi tercapainya T j mempengaruhi A jT i peranannya dibandingkan L j
Dalam rangka menyusun Struktur setiap Elemen dari Peningkatan kompetensi petani di Kabupaten Agam serta untuk mengidentifikasi Sub-elemen Kunci-Nya Saudara dimohon untuk memberikan pendapat terhadap Hubungan Kontekstual antar Sub-Elemen dari setiap Elemen yang telah diidentifikasi. B. Tatacara Pengisian Kuesioner 1. Elemen Kebutuhan Dalam Rangka Identifikasi peningkatan kompetensi petani unggul Terdapat 14 Sub Elemen kebutuhan yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat Dukungan) antar Sub-Elemen Kebutuhan yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan kompetensi petani unggul dengan mengisi pada Sel Matrik Hubungan Kontekstual Kebutuhan dengan : V : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i ,Mendukung terpenuhinya Sub-elemen Kebutuhan ke- j, dan Sub elemen ke- j Tidak Mendukung terpenuhinya Sub-elemen Kebutuhan ke-i.
60
Lanjutan Lampiran 2 A : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i Tidak Mendukung Sub-elemen Kebutuhan ke- j, dan Sub elemen Kebutuhan ke- j Mendukung terpenuhinya Sub-elemen Kebutuhan ke- i. X : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i dan Subelemen ke- j Saling Mendukung. O : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i dan Subelemen ke- j Tidak Saling Mendukung
8. Sikap pantang menyerah dalam berinovasi
7. Kesadaranuntuk berpendidikan formal
6. Networking dalam membangun kerja sama pertanian
5. K Keterampilan dalam bertani dan memanfaatkan sarana produksi pertanian
4. Pengetahuan di lapang dalam menghasilkan produk pertanian yang unggul
3. Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah dalam hal pertanian
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j 2. P Pemenuhan kebutuhan prasarana (alat-alat pertanian,teknologi pertanian,dll) yang memadai
KEBUTUHAN: Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-i
1. Pemenuhan kebutuhan sarana (benih,pupuk,pestisida,dll) yang memadai
1.
1. Pemenuhan kebutuhan sarana (benih,pupuk,pestisida,dll) yang memadai 2. Pemenuhan kebutuhan prasarana (alat-alat pertanian,teknologi pertanian,dll) yang memadai 3. Pelatihan dan pendampingan oleh Pemerintah dalam hal pertanian 4. Pengetahuan di lapang dalam menghasilkan produk pertanian yang unggul 5. Keterampilan dalam bertani dan memanfaatkan sarana produksi pertanian 6. Networking dalam membangun kerja sama pertanian 7. Kesadaranuntuk berpendidikan formal 8. Sikap pantang menyerah dalam berinovasi
2. Elemen Kendala atau Permasalahan Dalam Rangka Identifikasi peningkatan kompetensi petani unggul Terdapat 15 Sub Elemen Kendala atau permasalahan yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat penyebab atau dampak) antar Sub-Elemen Kendala yang dihadapi dalam rangka peningkatan kompetensi petani unggul dengan mengisi pada Sel Matrik Hubungan Kontekstual Kendala dengan :
61
Lanjutan Lampiran 2 V : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kendala ke- i ,Menyebabkan adanya Sub-elemen Kendala ke- j, dan Sub elemen Kendala ke- j Tidak Menyebabkan adanya Sub-elemen Kendala ke- i. A : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kendala ke- i Tidak Menyebabkan adanya Sub-elemen Kendala ke- j, dan Sub elemen Kendala ke- j Menyebabkan adanya Sub-elemen Kendala ke- i. X : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kendala ke- i dan Subelemen Kendala ke- j Saling Menyebabkan. O : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen ke- i dan Sub-elemen ke- j Tidak Saling Menyebabkan.
7. Mutu sarana produksi pertanian yang kurang baik
6. Kurangnya dukungan Pemerintah
4. Kurangnya pelatihann dan pengembangan keterampilan untuk petani 5. Kurangnya kesadaran untuk berpendidikan formal
3. Kurangnya komitmen dan dukungan Pemilik lahan
Sub - Elemen KENDALA ke-j
2. Permodalan sehingga petani masih kurang memaksimalkan usahanya
KENDALA: Sub - Elemen KENDALA ke-i 1. penerapan teknologi pertanian yang masih belum optimal pada petaninya
2.
1. Penerapan teknologi pertanian yang masih belum optimal pada petaninya 2. Permodalan sehingga petani masih kurang memaksimalkan usahanya 3. Kurangnya komitmen dan dukungan pemilik lahan 4. Kurangnya pelatihann dan pengembangan keterampilan untuk petani 5. Kurangnya kesadaran untuk berpendidikan formal 6. Kurangnya dukungan Pemerintah 7. Mutu sarana produksi pertanian yang kurang baik
3. Elemen Perubahan yang dimungkinkan Dalam Rangka Identifikasi peningkatan kompetensi petani unggul Terdapat 15 Sub Elemen Perubahan yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat akibat) antar Sub-Elemen Perubahan yang dimungkinkan dalam rangka peningkatan kompetensi petani unggul dengan mengisi pada Sel Matrik Hubungan Kontekstual Perubahan dengan :
62
Lanjutan Lampiran 2 V : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Perubahan ke- i ,Mengakibatkan terjadinya Sub-elemen Perubahan ke- j, dan Sub elemen Perubahan ke- j Tidak Mengakibatkan terjadinya Sub-elemen Perubahan ke-i. A : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Perubahan ke- i Tidak Mengakibatkan terjadinya Sub-elemen Perubahan ke- j, dan Sub elemen Perubahan ke- j Mengakibatkan Sub-elemen Perubahan ke- i. X : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Perubahan ke- i dan Subelemen Perubahan ke- j Saling Mengakibatkan. O : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Perubahan ke- i dan Subelemen Perubahan ke- j Tidak Saling Mengakibatkan
5. Petani dapat menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan dalam bertani
4. Petani dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian yang tepat guna
3. Petani menyadari pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan kapasitas
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j 2. Petani mampu memiliki nilai tambah
PERUBAHAN: Sub - Elemen PERUBAHAN ke-i
1. Petani dapat menghasilan tanaman kubis/kentang yang memiiki kualitas tinggi
3.
1. Petani dapat menghasilan tanaman kubis/kentang yang memiiki kualitas tinggi 2. Petani mampu menjadi petani wirausaha 3. Petani menyadari pentingnya pendidikan formal untuk meningkatkan kapasitas 4. Petani dapat mengaplikasikan tekhnologi pertanian yang tepat guna 5. Petani dapat menerapkan pengetahuanpengetahuan yang diperlukan dalam bertani
4. Elemen Tujuan Dalam Rangka Identifikasi peningkatan peningkatan kompetensi petani unggul
dan
Strukturisasi
Terdapat 15 Sub Elemen Tujuan yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat kontribusi) antar Sub-Elemen Tujuan yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan kompetensi petani unggul dengan mengisi pada Sel Matrik Hubungan Kontekstual Tujuan dengan : V : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Tujuan ke- i ,Berkontribusi terhadap tercapainya Sub-elemen Tujuan ke- j, dan Sub-elemen Tujuan ke- j Tidak Berkontribusi terhadap tercapainya Sub-elemen Tujuan ke- i.
63
Lanjutan Lampiran 2 A : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Tujuan ke- i Tidak Berkontribusi terhadap tercapainya Sub-elemen Tujuan ke- j, dan Sub elemen Tujuan ke- j Berkontribusi terhadap tercapainya Sub-elemen Tujuan ke- i. X : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Tujuan ke- i dan Sub-elemen Tujuan ke- j Saling Mengakibatkan. O : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Tujuan ke- i dan Sub-elemen Tujuan ke- j Tidak Saling Mengakibatkan
Petani mampu memiliki lahan sendiri
Kemandirian petani sehingga mampu menciptakan nilai tambah tersendiri
4.
5.
Terciptanya kerja sama yang baik dengan Pemerintah 3.
Peningkatan pengetahuan petani dalam hal membuat inovasi 2.
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
Peningkatan keterampilan petani
TUJUAN: Sub - Elemen TUJUAN ke-i
1.
4.
1. Peningkatan keterampilan petani 2. Peningkatan pengetahuan petani dalam hal membuat inovasi 3. Terciptanya kerja sama yang baik dengan Pemerintah 4. Petani mampu memiliki lahan sendiri 5. Kemandirian petani sehingga mampu menciptakan nilai tambah tersendiri
5. Elemen Aktivitas Dalam Rangka Identifikasi peningkatan peningkatan kompetensi petani unggul
dan
Strukturisasi
Terdapat 15 Sub Elemen Aktivitas yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat Pengaruh Keberhasilannya) antar Sub-Elemen Aktivitas dalam rangka peningkatan kompetensi petani unggul dengan mengisi pada Sel Matrik Hubungan Kontekstual Aktivitas dengan : V : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i ,Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- j, dan Sub-elemen Aktivitas ke- j Tidak Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- i. A : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i Tidak Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- j, dan Subelemen Aktivitas ke- j Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- i.
64
Lanjutan Lampiran 2 X : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i dan Subelemen Aktivitas ke- j Saling Berpengaruh. O : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i dan Subelemen Aktivitas ke- j Tidak Saling Berpengaruh.
8.
LSM dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai .LPK dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 7.
6.
PEMDA dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai Perguruan Tinggi dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 5.
4. LPK dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani
3. LSM dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
2. Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani
AKTIVITAS: Sub - Elemen AKTIVITAS kei 1. PEMDA dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani
5.
1. PEMDA dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 2. Perguruan Tinggi dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 3. LSM dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 4. LPK dapat berkontribusi dalam meningkatkan keterampilan (kualitas) petani 5. PEMDA dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 6. Perguruan Tinggi dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 7. LSM dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai 8. LPK dapat berbagi fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai
6. Elemen Pelaku atau Lembaga yang Berperan Dalam Rangka Identifikasi dan Strukturisasi peningkatan peningkatan kompetensi petani unggul Terdapat 10 Sub Elemen Pelaku yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat Pengaruh Keberhasilannya) antar Sub-Elemen Pelaku dalam rangka peningkatan peningkatan kompetensi petani unggul dengan mengisi pada Sel Matrik Hubungan Kontekstual Aktivitas dengan V : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i ,Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- j, dan Sub-elemen Aktivitas ke- j Tidak Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- i.
65
Lanjutan Lampiran 2 A : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i Tidak Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- j, dan Sub-elemen Aktivitas ke- j Berpengaruh terhadap berhasilnya Sub-elemen Aktivitas ke- i. X : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i dan Subelemen Aktivitas ke- j Saling Berpengaruh. O : Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Aktivitas ke- i dan Subelemen Aktivitas ke- j Tidak Saling Berpengaruh.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
PEMDA setempat Perbankan dan lembaga keuangan lainnya perguruan tinggi Lembaga penjaminan keuangan Penyuluhan keuangan LSM LPK (Lembaga Pendidikan dan Keterampilan)
Keterampilan)
7. LPK (Lembaga Pendidikan dan
6. LSM
5. Penyuluhan keuangan
4. Lembaga penjaminan keuangan
3. perguruan tinggi
keuangan lainnya
Sub - Elemen PELAKU ke-j
2. Perbankan dan lembaga
PELAKU: Sub - Elemen PELAKU ke-i
1. PEMDA setempat
6.
66
Lampiran 3. Kuisioner IPA Nama : Alamat : No telp/ Hp : BAGIAN I. TINGKAT KEPENTINGAN Bagian ini diisi untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepentingan dari atribut-atribut Sumberdaya Manusia (Petani) di Kabupaten Agam dan Karo. Petunjuk : Berikan tanda ( ) pada jawaban yang sesuai pada tempat yang telah disediakan. Ket: 1 = STP/ STB = Sangat Tidak Penting 4 = P/ B = Penting/ Baik 2 = TP/TB = Tidak Penting 5 = SP / SB = Sangat Penting/ Sangat Baik 3 = CP / CB = Cukup Penting
Ukuran Tingkat Kepentingan (Importance) dan Kinerja (Performance) No. Keterangan Tingkat Tingkat Kepentingan Kinerja 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1. Pendidikan formal yang dimiliki petani merupakan faktor penting dalam kompetensi unggul petani 2. Pelatihan oleh Pemerintah guna pengembangan sektor pertanian 3. Tersedianya sarana (benih,pupuk,pestisida.dll)pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang 4. Tersedianya prasarana (alat-alat pertanian,tekhnologi pertanian,dll) pertanian yang memadai guna adanya motivasi untuk terus berkembang 5. Kompetensi keterampilan teknis pekerjaan dalam bertani harus dikuasai oleh seluruh petani guna terciptananya inovasi-inovasi 6. Attitude merupakan kompetensi soft skill yang perlu dimiliki pleh para petani agar memiliki kompetensi yang unggul 7. Networking ( jejaring kerja) yang luas merupakan kompetensi yang perlu dimiliki oleh petani agar cepat dalam berkembang 8. Pengalaman bertani yang baik menjadi faktor penting dalam memiliki kompetensi unggul
5
67
Lanjutan Lampiran 3 No.
9.
10.
11.
12.
13.
Keterangan
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 5
1
Tingkat Kinerja 2 3 4
Tekhnologi dalam aktivitas penggunaan alat-alat pertanian merupakan faktor pernting dalam berkembang Pengembangan kelembagaan di desa guna mempermudah petani berkembang Pengembangan usaha pertanian komersial guna mempermudah petani berkembang Kontribusi petani dan masyarakat guna mengembangkan investasi di desa Operasi dan pemeliharaan pertanian yang baik guna peningkatan produksi pertanian
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih
5
68
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, 19 Juni 1990 sebagai anak ketiga dari pasangan Soeroso, MSc dan Sumiarsih serta mempunyai dua orang kakak yaitu Afriandi Ali, ST dan Afriana Rosi Nurhuda, S.Kom. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis antara lain Sekolah Dasar (SD) Negeri Serua 06 lulus pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 87 Jakarta lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas (SMA) 46 Jakarta lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) dan pada semester ketiga berhasil diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis menyelesaikan studi pada tahun 2012 dan langsung melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi Ilmu Manajemen, IPB. Selama masa pendidikan magister, penulis pernah menjadi asisten di Departemen Manajemen FEM IPB untuk mata kuliah Manajemen Pemasaran dan Manajemen Keuangan. Selama masa studi, penulis pernah mengikuti seminar internasional dengan mengirimkan tulisan dan dimuat dalam prosiding serta melakukan presentasi pada acara Malaysia-Indonesia International Committee for Economics, Management and Accounting (MIICEMA) tahun 2013. Selain itu penulis juga mengukir prestasi dengan mendapatkan penghargaan sebagai Juara 1 (Pinilih) Mojang Kota Bogor 2013 pada acara Mojang Jajaka Kota Bogor tahun 2013 dan mewakili Kota Bogor pada acara Mojang Jajaka Provinsi Jawa Barat tahun 2013. Selama masa studi penulis juga aktif dalam organisasi-organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor, Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor, Ikatan Mojang Jajaka Provinsi Jawa Barat, Ikatan Duta-Duta Pariwisata Indonesia, dan Ikatan Alumni Manajemen (IKAM) IPB.