ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI
ERNA SULISTYONINGSIH
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis ElemenElemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Erna Sulistyoningsih NIM H24100108
ABSTRAK ERNA SULISTYONINGSIH. Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S dan MUHAMMAD SYAMSUN. Salah satu produk pertanian untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Permintaan brokoli di Indonesia tahun 2010 sebesar 101 205 ton, tahun 2011 sebesar 113 491 ton, tahun 2012 sebasar 135 837 ton dan tahun 2013 sebesar 145 079 ton (BPS 2013). PT Sayuran Siap Saji merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran brokoli. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis rantai pasok brokoli di perusahaan, menganalisis elemenelemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli dan menganalisis setiap subelemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph. Interpretive Structural Modeling adalah metode yang digunakan untuk melihat keterkaitan antar subelemen di dalam satu elemen. Rantai pasok terdiri dari petani, perusahaan dan restoran. Elemen yang teridentifikasi adalah pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Pada pembentukan canonical matrix dan digraph, sebagian besar sub-elemennya termasuk dalam sektor IV yaitu sektor independent yang berarti sub-elemen yang masuk ke dalam sektor ini menjadi sub-elemen kunci dan setiap perubahan harus dikaji secara hatihati. Kata kunci: brokoli, ISM, rantai pasok
ABSTRACT ERNA SULISTYONINGSIH. The analysis on several elements that give impact toward broccoli supply chain at PT Sayuran Siap Saji. Supervised by ALIM SETIAWAN S and MUHAMMAD SYAMSUN. One of the agricultural products that is improved in Indonesia is broccoli. The demand of broccoli in Indonesia is 101 205 tons (2010), 113 491 tons (2011), 135 837 tons (2012) and 145 079 tons (2013) (BPS 2013). PT Sayuran Siap Saji is one of the company that works on the production and marketing of broccoli. The aim for this research is to analyze the supply chain of broccoli at the company, to analyze the elements that influences the broccoli supply chain and to analyze the sub-elements that involve on each element of broccoli supply chain by observing the formation of canonical matrix and digraph. Interpretive Structural Modeling is a method used to see the correlation on each sub-element at one element. The supply chain consists of farmer, company and restaurant. The element that identified is doer, need, problem, changes, aim, indicator, activity and affected segment. On the formation of canonical matrix and digraph, most of the subelements in included to sector IV which is independent sector that means those sub-elements are the key sub-elements and every change matters on the subelement will be described carefully. Keywords: broccoli, ISM, supply chain
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji Nama : Erna Sulistyoningsih NIM : H24100108
Disetujui oleh
Alim Setiawan S, STP MSi Pembimbing I
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah rantai pasokan, dengan judul Analisis Elemen-Elemen yang Berpengaruh pada Rantai Pasok Brokoli di PT Sayuran Siap Saji. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP MSi selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku dosen pembimbing kedua. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor. Kepada pihak perusahaan yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Erna Sulistyoningsih
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Kerangka Pemikiran
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Populasi dan Sampel
3
Jenis dan Sumber Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Gambaran Umum Perusahaan
6
Rantai Pasok Brokoli
8
Identifikasi Elemen dan Sub-Elemen
9
Analisis Elemen dan Sub-Elemen pada Brokoli
11
Implikasi Manajerial
20
SIMPULAN DAN SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
24
vi
DAFTAR TABEL 1 Identifikasi elemen dan sub-elemen
10
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pesanan ( ) dan pengiriman ( ) brokoli pada perusahaan Kerangka pemikiran Skema sistem rantai pasok Skema rantai pasokan pertanian Rantai pasok brokoli Pembuatan level partitioning elemen pelaku Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen pelaku Pembuatan level partitioning elemen kebutuhan Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kebutuhan Pembuatan level partitioning elemen kendala Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kendala Pembuatan level partitioning elemen perubahan Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen perubahan Pembuatan level partitioning elemen tujuan Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen tujuan Pembuatan level partitioning elemen indikator Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen indikator Pembuatan level partitioning elemen aktivitas Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen aktivitas Pembuatan level partitioning elemen segmen terdampak Pembentukan canonical matrix dan digraph segmen terdampak
1 3 8 9 9 11 11 12 12 13 14 14 15 16 16 17 17 18 18 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kuisioner penelitian Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji Pembentukan SSIM dan RM elemen pelaku Pembentukan SSIM dan RM elemen kebutuhan Pembentukan SSIM dan RM elemen kendala Pembentukan SSIM dan RM elemen perubahan Pembentukan SSIM dan RM elemen tujuan Pembentukan SSIM dan RM elemen indikator Pembentukan SSIM dan RM elemen aktivitas Pembentukan SSIM dan RM elemen segmen terdampak Implikasi manajerial rantai pasok brokoli
24 30 30 31 32 33 34 35 36 37 38
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Salah satu produk pertanian untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Permintaan brokoli di Indonesia semakin meningkat dari tahun 2010 sebesar 101 205 ton, tahun 2011 sebesar 113 491 ton, tahun 2012 sebasar 135 837 ton dan tahun 2013 sebesar 145 079 ton (BPS 2013). Brokoli (Brassica oleracea) merupakan sayuran yang memiliki kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi. Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: produk mudah rusak, budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, kualitas bervariasi dan bersifat kamba. Bibit brokoli yang dipilih adalah Bejo zaden yang memiliki umur panen 9–10 minggu setelah tanam. Brokoli jenis ini dipilih oleh perusahaan karena sesuai dengan keinginan konsumen jika dilihat dari kepadatan bunganya (Ditjen Horti 2007). Pesanan brokoli di perusahaan, tahun 2010 mencapai 7 621 kg, tahun 2011 mencapai 9 134 kg, tahun 2012 mencapai 10 108 kg sedangkan pada tahun 2013 mencapai 12 983 kg. Terjadi peningkatan dalam pesanan brokoli dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 2010
2011
2012
2013
Gambar 1 Pesanan ( ) dan pengiriman ( ) brokoli pada perusahaan (Koordinator Bidang Komersial PT Sayuran Siap Saji 2013)
Analisis elemen-elemen rantai pasok merupakan bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis dalam kondisi ketidakpastiaan. Manajemen rantai pasokan memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan dengan baik. Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi dan distribusi sampai persediaan bahan baku, bahan dalam proses, dan barang jadi. Beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam manajemen rantai pasokan yaitu pemasok, manufaktur, distributor, ritel, dan konsumen (David et.al. 2000 dalam Indrajit dan Djokopranoto 2006). Interpretive Structural Modeling (ISM)
2 merupakan alat analisis yang dapat mengidentifikasi hubungan antar sub-elemen dari setiap elemen yang membentuk suatu sistem. Menggunakan alat analisis ISM juga akan mengetahui bagaimana keterkaitan antara level didalam rantainya. Oleh sebab itu dengan manajemen risiko yang baik, maka diharapkan risiko dalam rantai pasok brokoli dapat dikelola sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh serta meningkatkan keunggulan kompetitif brokoli (Saxena 1992).
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah rantai pasok pada brokoli di PT Sayuran Siap Saji Kab. Bogor, Jawa Barat? (2) Apa sajakah elemen-elemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli? (3) Bagaimanakah hubungan setiap subelemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji Kab. Bogor, Jawa Barat (2) Menganalisis elemen-elemen yang mempengaruhi rantai pasok brokoli (3) Menganalisis setiap sub-elemen yang terlibat pada masing–masing elemen rantai pasok brokoli dengan melihat dari pembentukan canonical matrix dan digraph.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak yang terlibat dalam rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji.
METODE
Kerangka Penelitian Sayuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan komoditas lainnya. Sifat-sifat sayuran antara lain bergantung musim, mudah busuk atau rusak (perishable) dan dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit tetapi terus-menerus. Sayuran harus dijaga dalam kondisi baik, jumlahnya sesuai, dan waktu yang tepat (Ditjen Horti 2007). Hal tersebut membutuhkan sistem distribusi yang berkesinambungan antara anggota rantai pasokan. Oleh karena itu, kajian rantai pasokan menjadi penting untuk memberikan rekomendasi terbaik dan sesuai sehingga mewujudkan aktivitas rantai pasokan yang berkesinambungan. PT
3 Sayuran Siap Saji merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran brokoli. Semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam bisnis brokoli menyebabkan perusahaan berupaya untuk meningkatkan daya saing. Interpretive Structural Modeling (ISM) digunakan untuk memecahkan masalah dan menganalisis elemen-elemen sistem. Adapun kerangka penelitian ini dapat di lihat pada Gambar 2. Analisis Rantai Pasok Brokoli
Identifikasi Elemen dalam Rantai Pasok Brokoli
Identifikasi Sub-Elemen dalam Rantai Pasok Brokoli
Analisis Pelaku
Analisis Kendala
Analisis Kebutuhan
Analisis Tujuan
Analisis Indikator
Analisis Perubahan
Analisis Aktivitas
Analisis Segmen Terdampak
Analisis Prioritas Menggunakan ISM (Intrepretive Structural Modeling)
Strategi Prioritas untuk Meningkatkan Daya Saing Brokoli
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2013–Januari 2014. Pengambilan data melalui wawancara pakar dari PT Sayuran Siap Saji yang berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134 Kecamatan Megamendung, Bogor.
Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh anggota rantai pasok dari brokoli. Responden penelitian antara lain adalah perwakilan dari anggota primer (ahli) pada PT Sayuran Siap Saji, seperti koordinator bidang produksi, koordinator
4 bagian divisi umum, koordinator bidang komersial dan koordinator bidang umum yang masing–masing berjumlah 1 orang.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lansung di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan pelengkap data primer yang diperoleh dari studi literatur dan data dari perusahaan.
Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh yang dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode ISM, sehingga dapat diperoleh gambaran yang berupa karakteristik pakar, serta dapat menentukan elemenelemen yang menjadi pertimbangan di dalam rantai pasok brokoli. Interpretive Structural Modeling (ISM) Interpretive Structural Modeling (ISM) pertama kali diusulkan oleh J. Warfield pada tahun 1973 merupakan proses belajar dengan bantuan alat yang memungkinkan individu-individu atau kelompok untuk mengembangkan peta hubungan yang kompleks antar berbagai elemen yang terlibat dalam situasi yang kompleks. Ide dasarnya adalah menggunakan ahli yang berpengalaman dan pengetahuan praktis untuk menguraikan sistem yang rumit menjadi beberapa subsistem (elemen). ISM sering digunakan untuk memberikan pemahaman dasar situasi yang kompleks, serta menyusun tindakan untuk memecahkan masalah (Gorvett dan Liu 2007). ISM juga berguna untuk menganalisis elemen–elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafik dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hirarki. Langkah-langkah identifikasi hubungan antar subelemen (Indrawanto 2009) adalah: 1. Identifikasi elemen-elemen sistem. Elemen-elemen sistem dan sub-elemennya sistem diidentifikasi dan didaftar. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui penelitian, brainstorming atau lainnya. 2. Penetapan hubungan kontekstual antar elemen. Hubungan kontekstual antar elemen atau sub-elemen ditetapkan sesuai dengan tujuan dari permodelan. 3. Pembentukan structural self interaction matrix (SSIM). Matriks ini merupakan hasil persepsi pakar responden terhadap hubungan kontekstual antar elemen atau antar sub-elemen. Empat macam sektor untuk menyajikan tipe hubungan yang ada adalah:
5 a. Simbol V untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ei terhadap elemen Ej, tetapi tidak sebaliknya. b. Simbol A untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ej terhadap elemen Ei, tetapi tidak sebaliknya. c. Simbol X untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas secara sektor balik antara elemen Ei dengan elemen Ej d. Simbol O untuk menyatakan tidak adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ei dan elemen Ej 4. Pembentukan reachability matrix (RM) Matriks ini adalah matriks biner hasil konversi dari SSIM. Aturan konversi dari SSIM menjadi RM adalah: a. Jika sektor dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 0 b. Jika sektor dalam SSIM adalah A, maka nilai Eij = 0 dan nilai Eji = 1 c. Jika sektor dalam SSIM adalah X, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 1 d. Jika sektor dalam SSIM adalah O, maka nilai Eij = 0 dan nila Eji = 0 Matriks RM awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan indirect reachability, yaitu kondisi dimana jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1. Eij adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap elemen Ej. Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai driver power (DP) dan nilai dependence (D). Berdasarkan nilai DP dan D, elemen-elemen dapat diklasifikasikan kedalam 4 sektor, yaitu: a. Sektor autonomous yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah. Elemen-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit. b. Sektor dependent yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D tinggi. Elemen yang masuk dalam sektor ini elemen yang tidak bebas dalam sistem dan sangat tergantung pada elemen lain. c. Sektor linkage yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D tinggi. Elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada elemen tersebut akan berdampak pada elemen lainnya dan yang pada akhirnya akan kembali berdampak pula pada elemen tersebut. d. Sektor independent yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D rendah. Elemen yang masuk dalam sektor ini dapat dianggap sebagai elemen bebas. Setiap perubahan dalam elemen ini akan berimbas pada elemen lainnya sehingga elemen-elemen dalam sektor ini juga harus dikaji secara hati-hati. 5. Pembuatan level partitioning. Elemen-eleman diklasifikasikan kedalam level yang berbeda dari struktur ISM yang akan dibentuk. Dua perangkat diasosiasikan dengan setiap elemen dalam sistem, yaitu reachability set (Ri) yang merupakan set elemen-elemen yang dapat dicapai oleh elemen Ei, dan antecedent set (Ai) yang merupakan set elemen-elemen dimana elemen Ei dapat dicapai. 6. Pembentukan canonical matrix dan diagraph Pada matriks ini elemen-elemen tertentu dikelompokkan kedalam sektor berdasarkan nilai DP dan D. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph. Digraph adalah sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan level hierarki.
6 Membangkitkan ISM dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen sektor. ISM memberikan deskripsi yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem beserta alur hubungannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT Sayuran Siap Saji berdiri tahun 1984 dan didirkan atas prakarsa dari bapak Tatang Hadinata yang pada awalnya adalah seorang pengusaha konstruksi. Kegiatan berawal dari kegemaran pemilik sekaligus pimpinan perusahaan terhadap tanaman. Tatang Hadinata merupakan seorang otodidak di bidang pertanian dan memulai segalanya dari nol. Saat awal pendirian, perusahaan ini bernama PT Saung Mirwan dan sejak tahun 2012 perusahaan berganti nama menjadi PT Sayuran Siap Saji. Awalnya perusahaan tersebut memiliki empat orang staf dan beberapa karyawan harian mulai menanam melon di atas lahan terbuka. Daerah yang pertama kali dijadikan lahan adalah daerah Sukamanah. Selanjutnya pada akhir tahun 1985, perusahaan menyewa lahan sekitar tujuh hektar di daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lahan tersebut ditanami dengan bawang putih. Penanaman berbagai jenis sayuran juga dilakukan pada tempat yang sama. Usaha tersebut terus berkembang selama tiga tahun, akan tetapi pada tahun terakhir mengalami penurunan. Kemudian pemimpin perusahaan memutuskan untuk mengembalikan usaha di sekitar Desa Sukamanah. Tahun 1988, perusahaan melakukan perubahan dalam pola usahanya dari cara tradisional di lahan terbuka menjadi hidroponik dalam green house (rumah kaca). Sistem irigasi yang digunakan di dalam green house tersebut adalah drip irrigation (irigasi tetes) yang digunakan untuk memproduksi paprika, cabe jepang (shisito), timun jepang, tomat dan melon. Hasil percobaan penggunaan teknik baru tersebut menunjukkan hasil yang memuaskan sehingga penanaman terus meningkat (SSJ 2012). Visi PT Saung Mirwan adalah menjadi salah satu leader di bidang agribisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Sedangkan misinya antara lain: 1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasar. 2. Senantiasa meningkatkan kualitas produk, kualitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanan untuk memberikan kepuasan pelanggan. 3. Mengembangkan sistem agribisnis melalui jaringan kemitraan. 4. Bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian untuk menerapkan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk pelaku agribisnis. Perusahaan yang berlokasi di Jalan Cikopo Selatan 134 Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor ini dipimpin oleh seorang direktur utama yang juga merupakan pemilik dari perusahaan. Pimpinan perusahaan adalah sumber gagasan untuk melaksanakan aktifitas pekerjaan, pengambilan kebijakan dan pengkajian strategis. Direktur utama dibantu oleh sekretaris direktur yang
7 bertugas untuk mengurus segala keperluan direktur. Direktur utama mempunyai beberapa staf ahli yaitu Information Technology (IT) yang memberikan informasi serta masukan dalam pengambilan keputusan, Quality Assurance (QA) yang memberikan masukan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan memenuhi standar serta Research and Development (R&D) yang bertugas untuk mengembangkan dan melakukan penelitian terhadap inovasi produk dan penelitian untuk produksi. Terbagi 3 divisi utama, yaitu divisi umum, divisi komersil dan divisi produksi. Tiga divisi ini dibagi lagi kedalam beberapa sub divisi yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer serta dibantu oleh beberapa kepala bagian dan kepala seksi. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Perusahaan memproduksi berbagai jenis sayuran yang terdiri dari sayuran dataran rendah dan dataran tinggi, seperti: cabe, brokoli, caisim, wortel, selada, paprika hijau, kubis, jamur, kol, bunga, sawi putih dan bawang bombay. Kegiatan utama yang dilakukan perusahaan adalah: 1. Memproduksi berbagai jenis sayuran segar yang dibudidayakan di dalam green house secara hidroponik dan sayuran segar yang dibudidayakan di lahan terbuka. 2. Memproduksi sayuran segar dalam kemasan. 3. Memproduksi sayuran fresh cut (sayuran siap masak) yang mempunyai kecenderungan besar akan menjadi produk pilihan di masa datang. 4. Memproduksi stek (bibit) bunga krisan, bunga pot krisan dan bunga potong krisan. Sebagian kegiatan produksi dilakukan oleh para petani mitra di lahan mereka masing-masing. Produk fresh cut merupakan sayuran atau buah segar atau kombinasi keduanya yang secara fisik telah dirubah dari bentuknya semula tetapi tetap dalam keadaan segar. Produk fresh cut dijamin bersih, aman dan sehat karena melewati proses yang merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi dan pengawasan mutu yang konsisten. Berikut ini adalah urutan proses produk fresh cut (SSJ 2012) antara lain: 1. Sayuran atau buah dipanen dari kebun, diangkut oleh mobil pendingin dan disimpan ditempat penampungan berpendingin (chiller). 2. Setelah itu produk-produk ini akan melewati proses trimming (memangkas) untuk membuang bagian-bagian yang tidak perlu seperti lembaran paling luar, tangkai/bonggol, kulit dan lain-lain, kemudian dicuci dengan air yang suci hama dan telah didinginkan. 3. Produk yang telah dikupas tersebut selanjutnya dimasukkan ke mesin pemotong, pengiris atau dipotong/diiris dengan tangan dalam bentuk yang sesuai dengan permintaan. 4. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan ukurannya, potongan atau irisan seragam. 5. Produk yang telah diiris atau dipotong dicuci dengan cermat sebanyak dua sampai tiga kali dengan menggunakan air yang suci hama dan telah didinginkan. 6. Selanjutnya produk yang telah dicuci tersebut dikeringkan sebelum dimasukkan dalam kemasan untuk kesegarannya. Perusahaan memproduksi produk yang berkualitas dan eksklusif dengan sasaran pasar yaitu menengah ke atas. Perusahaan dalam memasarkan produknya
8 menggunakan sistem jual putus dan hanya memasuki supermarket tertentu saja, seperti: Hero, Club the Store, Diamond, Papaya, Ranch Market, 7eleven serta beberapa restoran seperti Mc. Donald, KFC, Bakmie Gajah Mada, D’Crepes dan Burger King. Pihak-pihak yang ingin menjadi pelanggan perusahaan harus membuat suatu perjanjian kerjasama. Terkait dengan pembayaran, selama tiga bulan pertama dilakukan pembayaran secara cash and delivery. Selang waktu pembayaran adalah 7-30 hari. Setelah tiga bulan menjadi pelanggan perusahaan, perusahaan melihat bagaimana perkembangan dari pelanggan baru tersebut dari sisi permintaan, kontinuitas dan pembayaran. Hal tersebut dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan kerjasama selanjutnya.
Rantai Pasok Rantai pasokan merupakan suatu sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pasokan terdiri dari berbagai jaringan organisasi-organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai hubungan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang dengan sebaik-baiknya serta menekankan pada pasokan bahan baku (Vorst, 2004). Para manajer senior menyadari bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh aliran barang dari hulu (pemasok) sampai hilir (pengguna akhir) secara efisien dan efektif yang sejalan dengan aliran informasi. Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel dan konsumen akhir/pelanggan. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 3.
Gambar 3 Skema sistem rantai pasok (Vorst 2004) Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasok memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan transportasi pendistribusian. Menurut Austin (1992) agroindustri menjadi pusat rantai pertanian yang berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan pasokan bahan baku yang berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Gambar 4 merupakan aliran produk di setiap tingkatan rantai pasok dalam konteks jejaring rantai pasok pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jejaring.
9
Gambar 4 Skema rantai pasokan pertanian (Vorst 2004) Konsep rantai pasokan merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik sebagai persoalan internal masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara internal di perusahaan masing-masing. Pada konsep baru masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto 2006). Rantai pasok brokoli di perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut: Petani Petani Petani
Perusahaan
Restoran
Petani Petani
Gambar 5 Rantai pasok brokoli Pada rantai pasok brokoli terdapat lima orang petani yang menjual brokoli di perusahaan dengan harga Rp 10 000/kg (crop). Oleh perusahaan, brokoli dijual kepada 150 store restoran Bakmie Gajah Mada yang terletak di Jakarta dengan harga Rp 30 000/kg (sudah dikemas).
Identifikasi Elemen dan Sub-elemen Berdasarkan hasil studi, elemen-elemen yang mempengaruhi distribusi rantai pasok brokoli terdapat delapan elemen yaitu pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Urutan tingkatan elemen disesuaikan dengan tingkat kepentingan oleh pakar (Hardjanto 2006). Setiap elemen mempunyai lima sub-elemen dan dapat dilihat pada Tabel 1.
10 Tabel 1 Identifikasi elemen dan sub-elemen No 1
Elemen Pelaku
2
Kebutuhan
3
Kendala
4
Perubahan
Sub-elemen
5
Tujuan
6
Indikator
Aktivitas
7
8
Segmen terdampak
Perusahaan Lembaga keuangan Petani Pemda setempat Perguruan tinggi Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal Pembangunan sarana–prasarana yang terkait Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli Penyediaan modal untuk petani Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu Kemampuan modal petani yang terbatas Penurunan kualitas brokoli Proses pengiriman tidak tepat waktu Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan Peningkatan kesejahteraan petani Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal Gagal panen terjadi antara 30%-40% Peningkatan permintaan ketika long weekend Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir Processing brokoli Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling Pemilik lahan Pemda setempat Pengusaha/UKM disektor pertanian Pengusaha/UKM disektor informal Gapoktan
11 Analisis Elemen dan Sub-elemen pada Brokoli Hasil analisis dari beberapa elemen tersebut setelah diuji menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM) adalah: 1. Elemen pelaku Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen pelaku adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen pelaku yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen pelaku menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 3) sedangkan model struktural dari elemen pelaku ditunjukkan pada Gambar 6. Sub-elemen petani menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen pelaku tersebut dapat melakukan perannya dengan baik, maka perusahaan, perguruan tinggi dan pemda setempat juga akan melakukan perannya dengan baik. Proses pemenuhan keempat sub-elemen pelaku tersebut juga berpengaruh positif terhadap lembaga keuangan. Lembaga keuangan
Perguruan tinggi
Perusahaan
Pemda setempat
Petani
Gambar 6 Pembuatan level partitioning elemen pelaku Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan: A. Perusahaan B. Lembaga keuangan C. Petani D. Pemda setempat E. Perguruan tinggi
Gambar 7 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen pelaku Klasifikasi sub-elemen pelaku berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 7) menempatkan sub-elemen perusahaan dan petani berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen pelaku tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen pelaku lainnya. Tetapi timbulnya pelaku ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen pelaku lainnya. Sub-elemen pelaku pemda setempat dan perguruan tinggi berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya kedua pelaku tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-
12 elemen pelaku lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada subelemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen pelaku lembaga keuangan berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit. 2. Elemen kebutuhan Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen kebutuhan adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen kebutuhan yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen kebutuhan menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 4) sedangkan model struktural dari elemen kebutuhan ditunjukkan pada Gambar 8. Sub-elemen peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli dan penyediaan modal untuk petani menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, maka pembangunan sarana–prasarana yang terkait dan pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu akan terpenuhi. Proses pemenuhan keempat sub-elemen kebutuhan tersebut juga berpengaruh positif terhadap pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
Pembangunan saranaprasarana yang terkait
Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli
Penyediaan modal untuk petani
Gambar 8 Pembuatan level partitioning elemen kebutuhan
Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan: A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal B. Pembangunan sarana-prasarana yang terkait C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli D. Penyediaan modal untuk petani E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
Gambar 9 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kebutuhan Klasifikasi sub-elemen kebutuhan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 9) menempatkan sub-elemen peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli dan penyediaan modal untuk petani berada pada sektor independent. Hal ini berarti
13 kedua sub-elemen kebutuhan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen kebutuhan lainnya. Tetapi timbulnya kebutuhan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen kebutuhan lainnya. Subelemen kebutuhan pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal dan pembangunan sarana–prasarana yang terkait berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya sub-elemen kebutuhan lainnya. Tetapi tidak atau sedikit akan mempengaruhi timbulnya sub-elemen kebutuhan lain. Sub-elemen kebutuhan pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit. 3. Elemen kendala Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen kendala adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen kendala yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen kendala menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 5) sedangkan model struktural dari elemen kendala ditunjukkan pada Gambar 10. Sub-elemen penurunan kualitas brokoli menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen kendala tersebut dapat teratasi, maka kemampuan modal petani terbatas juga akan teratasi. Tidak hanya itu saja, proses pengiriman tidak tepat waktu dan ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan juga dapat teratasi. Proses pemenuhan keempat sub-elemen kendala tersebut juga berpengaruh positif terhadap permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
Proses pengiriman tidak tepat waktu
Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
Kemampuan modal petani terbatas
Penurunan kualitas brokoli
Gambar 10 Pembuatan level partitioning elemen kendala Klasifikasi sub-elemen kendala berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 11) menempatkan sub-elemen kemampuan modal petani yang terbatas dan penurunan kualitas brokoli berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen kendala tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen kendala lainnya. Tetapi timbulnya kendala ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen kendala lainnya.
14 Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan : A. Kemampuan modal petani yang terbatas B. Penurunan kualitas brokoli C. Proses pengiriman tidak tepat waktu D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
Gambar 11 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen kendala Sub-elemen kendala ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan dan permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen kendala ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya kendala sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen kendala lain. Sub-elemen kendala proses pengiriman tidak tepat waktu berada pada sektor autonomous yang berarti subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit. 4. Elemen perubahan Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen perubahan adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen perubahan yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen perubahan menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 6) sedangkan model struktural dari elemen perubahan ditunjukkan pada Gambar 12. Sub-elemen menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus dan penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila subelemen perubahan tersebut dapat tercapai, maka perubahan sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business dan sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas juga akan tercapai. Proses pemenuhan keempat subelemen perubahan tersebut juga berpengaruh positif terhadap menciptakan petani yang memiliki nilai tambah. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
Gambar 12 Pembuatan level partitioning elemen perubahan
15
Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan : A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
Gambar 13 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen perubahan Klasifikasi sub-elemen perubahan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 13) menempatkan sub-elemen menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus dan penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling serta sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas berada pada sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen perubahan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen perubahan lainnya. Tetapi timbulnya perubahan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen perubahan lainnya. Subelemen perubahan sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya perubahan tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen perubahan lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen perubahan menciptakan petani yang memiliki nilai tambah berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen perubahan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya perubahan sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen perubahan lain. 5. Elemen tujuan Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen tujuan adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen tujuan yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen tujuan menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 7) sedangkan model struktural dari elemen tujuan ditunjukkan pada Gambar 14. Sub-elemen peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen tujuan tersebut dapat tercapai, maka peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar serta peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan juga akan tercapai. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani juga dapat tercapai. Proses pemenuhan keempat sub-elemen tujuan tersebut juga berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani.
16 Peningkatan kesejahteraan petani
Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
Meningkatkan produktivitas dan kualitas brokoli
Gambar 14 Pembuatan level partitioning elemen tujuan
Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan : A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan E. Peningkatan kesejahteraan petani
Gambar 15 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen tujuan Klasifikasi sub-elemen tujuan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 15) menempatkan sub-elemen peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli, peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar serta peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan berada pada sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen tujuan tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen tujuan lainnya. Tetapi timbulnya tujuan ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen tujuan lainnya. Sub-elemen tujuan peningkatan kualitas dan pengetahuan petani serta peningkatan kesejahteraan petani berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya kedua sub-elemen tujuan ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya tujuan sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen tujuan lain. 6. Elemen indikator Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen indikator adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen indikator yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen indikator menghasilkan tabel
17 RM (terlampir di Lampiran 8) sedangkan model struktural dari elemen indikator ditunjukkan pada Gambar 16. Sub-elemen gagal panen terjadi antara 30%-40% dan peningkatan permintaan ketika long weekend menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen indikator tersebut dapat tercapai, maka brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan dan pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun juga akan tercapai. Proses pemenuhan keempat sub-elemen indikator tersebut juga berpengaruh positif terhadap brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
Gagal panen terjadi antara 30% - 40%
Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
Peningkatan permintaan ketika long weekend
Gambar 16 Pembuatan level partitioning elemen indikator
Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan : A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal D. Gagal panen terjadi antara 30%-40% E. Peningkatan permintaan ketika long weekend
Gambar 17 Pembuatan level partitioning elemen indikator Klasifikasi sub-elemen indikator berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 17) menempatkan sub-elemen gagal panen terjadi antara 30%-40% dan peningkatan permintaan ketika long weekend berada pada sektor independent. Hal ini berarti kedua sub-elemen indikator tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen indikator lainnya. Tetapi timbulnya indikator ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen indikator lainnya. Sub-elemen indikator pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun dan brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen indikator ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya indikator sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen indikator lain. Sub-elemen indikator brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan
18 harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit. 7. Elemen aktivitas Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen aktivitas adalah subelemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen aktivitas yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen aktivitas menghasilkan tabel RM (terlampir di Lampiran 9) sedangkan model struktural dari elemen aktivitas ditunjukkan pada Gambar 18. Sub-elemen pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani menjadi dasar bagi subelemen lainnya. Apabila sub-elemen aktivitas tersebut dapat terlaksanakan, maka adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali, penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir dan penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling juga akan terlaksanakan. Proses pemenuhan keempat subelemen aktivitas tersebut juga berpengaruh positif terhadap processing brokoli. Processing brokoli
Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir
Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
Gambar 18 Pembuatan level partitioning elemen aktivitas Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan: A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir D. Processing brokoli E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
Gambar 19 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen aktivitas
19 Klasifikasi sub-elemen aktivitas berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 19) menempatkan sub-elemen pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani, adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali serta penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir berada pada sektor independent. Hal ini berarti ketiga sub-elemen aktivitas tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen aktivitas lainnya. Tetapi timbulnya aktivitas ini sangat sedikit dipengaruhi oleh sub-elemen aktivitas lainnya. Sub-elemen aktivitas penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya pelaku tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen pelaku lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen aktivitas processing brokoli berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen aktivitas ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya aktivitas sub-elemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen aktivitas lain. 8. Elemen segmen terdampak Hubungan kontekstual antar sub-elemen dalam elemen segmen terdampak adalah sub-elemen yang satu menyebabkan terjadinya sub-elemen segmen terdampak yang lainnya. Hasil analisis menggunakan ISM terhadap elemen segmen terdampak menghasilkan tabel RM yang (terlampir di Lampiran 10) sedangkan model struktural dari elemen segmen terdampak ditunjukkan pada Gambar 20. Sub-elemen pemilik lahan dan pemda setempat menjadi dasar bagi sub-elemen lainnya. Apabila sub-elemen segmen terdampak tersebut dapat bekerjasama dengan baik, maka pengusaha/UKM disektor pertanian dan gapoktan juga akan bekerjasama dengan baik. Proses pemenuhan keempat sub-elemen segmen terdampak tersebut juga berpengaruh positif terhadap pengusaha/UKM disektor informal. Pengusaha/ UKM disektor informal
Pengusaha/ UKM disektor pertanian
Gapoktan
Pemilik lahan
Pemda setempat
Gambar 20 Pembuatan level partitioning elemen segmen terdampak Klasifikasi sub-elemen perubahan berdasarkan nilai DP dan D (Gambar 21) menempatkan sub-elemen pemilik lahan berada pada sektor independent. Hal ini berarti sub-elemen segmen terdampak tersebut merupakan sub-elemen kunci karena sangat mendorong timbulnya sub-elemen segmen terdampak lainnya. Tetapi timbulnya segmen terdampak ini sangat sedikit dipengaruhi oleh subelemen segmen terdampak lainnya.
20
Independent
Autonomous
Linkage
Dependent
Keterangan: A. Pemilik lahan B. Pemda setempat C. Pengusaha/UKM disektor pertanian D. Pengusaha/UKM disektor informal E. Gapoktan
Gambar 21 Pembentukan canonical matrix dan digraph elemen segmen terdampak Sub-elemen segmen terdampak pemda setempat berada pada sektor linkage yang berarti timbulnya segmen terdampak tersebut sangat didorong oleh timbulnya sub-elemen segmen terdampak lainnya. Harus dikaji secara hati-hati karena perubahan pada sub-elemen tersebut akan berdampak pada sub-elemen lainnya. Sub-elemen segmen terdampak pengusaha/UKM disektor pertanian dan gapoktan berada pada sektor dependent yang berarti timbulnya sub-elemen segmen terdampak ini sangat dipengaruhi oleh timbulnya segmen aktivitas subelemen lainnya. Tetapi tidak atau sedikit mempengaruhi timbulnya sub-elemen segmen terdampak lain. Sedangkan sub-elemen pengusaha/UKM disektor informal berada pada sektor autonomous yang berarti sub-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial dari elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing brokoli agar meningkatkan pendapatan di perusahaan. Jika dilihat dari elemen pelaku petani, kesejahteraan petani ditentukan oleh kualitas brokoli yang dihasilkan. Jika kualitasnya bagus, maka keuntungan penjualan brokoli semakin meningkat. Selain itu diperlukan juga penanganan sesuai dengan good material handling agar masa panen brokoli tepat waktu. Jika dilihat dari elemen pelaku perusahaan, pembangunan sarana-prasarana dan peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli dibutuhkan oleh perusahaan. Tetapi dengan kendala proses pengiriman brokoli, ketersediaan jumlah brokoli dan permintaan brokoli yang tidak sesuai dengan target pencapaian mengakibatkan adanya elemen perubahan seperti sistem pemasaran, penanganan pasca panen dan sistem pemesanan serta pembayaran yang harus ditangani dengan jelas. Oleh sebab itu perusahaan menetapkan tujuan untuk meningkatkan produktivitas brokoli, akses sumberdaya dan kesejahteraan petani serta menetapkan indikator baik harga, dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan
21 peningkatan permintaan brokoli. Perusahaan juga melibatkan segmen terdampak yaitu pengusaha/UKM disektor informal. Elemen aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya adalah melakukan forum grup discussion, penyediaan transportasi, processing brokoli serta penanganannya. Agar keuntungan semakin meningkat dan sesuai dengan target pencapaian penjualan berokoli, perusahaan harus meningkatkan hubungan kerjasama penjualan brokoli serta menciptakan SDM yang berkualitas sehingga proses pengiriman dapat tepat waktu. Jika dilihat dari elemen pelaku perguruan tinggi dan pemda setempat, pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor petanian hulu dibutuhkan. Tetapi dengan adanya elemen perubahan seperti menciptakan petani yang memiliki nilai tambah, perguruan tinggi dan pemda setempat menetapkan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan pengetahuan petani serta produktivitas brokoli. Elemen aktivitas yang dilakukan diantaranya adalah berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani sehingga perguruan tinggi tersebut mengikuti forum grup discussion selama 3 bulan sekali. Selain itu pelatihan dan penyuluhan lebih intensif terkait dengan permintan brokoli yang semakin meningkat ketika long weekend. Jika dilihat dari elemen pelaku lembaga keuangan, penyediaan modal untuk petani dibutuhkan guna untuk membantu dalam produktivitas brokoli. Lembaga keuangan juga menetapkan sebagai elemen segmen terdampak adalah gapoktan. Gapoktan tersebut dapat mengelola koperasi sehingga dapat menyediakan pinjaman dengan bunga rendah. Hal tersebut bertujuan untuk meringankan pinjaman petani akan modal yang dibutuhkan. Beberapa keterkaitan pada subelemen dapat dipaparkan menjadi faktor peningkatan daya saing brokoli yang dapat diimplementasikan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. 2.
3.
Rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji terdiri dari petani, perusahaan, dan restoran. Elemen yang teridentifikasi untuk dikaji dan mempengaruhi rantai pasok brokoli adalah pelaku, kebutuhan, kendala, perubahan, tujuan, indikator, aktivitas dan segmen terdampak. Pada pembentukan canonical matrix dan digraph yang terdiri dari 8 elemen dan 40 sub-elemen, dimana sebagian besar sub-elemennya termasuk dalam sektor IV yaitu sektor independent yang berarti sub-elemen yang masuk ke dalam sektor ini menjadi sub-elemen kunci dan setiap perubahan dalam subelemen ini akan berimbas pada lainnya sehingga harus dikaji secara hati-hati.
22 Saran
1.
2.
3.
Saran tindak lanjut dari penelitian ini adalah: PT Sayuran Siap Saji sebaiknya melakukan kerjasama tidak hanya dengan restoran Bakmie Gajah Mada saja. Hal tersebut dapat bertujuan untuk meningkatkan keuntungan baik perusahaan maupun petani brokoli. Adanya pengelolaan koperasi secara intensif oleh gapoktan untuk meminimalkan biaya pengeluaran sepeti pupuk, pestisida dan alat pertanian. Selain itu, dengan adanya koperasi dapat memberikan pinjaman kepada petani yang memiliki keterbatasan modal dengan bunga yang rendah. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang elemen-elemen yang berpengaruh terhadap rantai pasok brokoli khususnya dalam rangka melihat hubungan antar sub-elemen yang satu dengan sub-elemen yang lainnya sehingga setiap elemen akan memiliki keterkaitan lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA Aini H. 2013. Analisis Risiko Rantai Pasok Kakao di Indonesia dengan Metode Analytic Network Process dan Failure Mode Effect Analysis Terintegrasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Analysis. Maryland (US): The John Hopkins University Press [BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Produksi Sayuran dan Buah-Buahan Semusim di Indonesia 1997-2013. Jakarta (ID): BPS [Ditjen Horti] Direktorat Jendral Hortikultura. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Holtikultura. Jakarta (ID): Pusat Data dan Informasi Kementrian Pertanian Gorvett R, Liu N. 2007. Intrepretative Structural Modeling of Interactive Risks, Enterprise Risk Management Symposium.Society of Actuaries [internet]. [diunduh 2014 Mar 18];10(6):23-26.Tersedia pada: https://www.ermsymposium.org Hardjanto. 2006. Model Struktural Sistem Usaha Kayu Rakyat.Manajemen Hutan Tropika [internet]. [diunduh 2014 Feb 4];12(2):57-68.Tersedia pada: https://www.journal.ipb.ac.id Indrajit R, Djokopranoto. 2006. Konsep Manajemen Supply Chain. Jakarta (ID): PT Grasindo Indrawanto C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi Menggunakan Intrepretative Structural Modeling.Informatika Pertanian [internet]. [diunduh 2014 Jan 24];18(1):20-38. Tersedia pada: https://www.digilib.litbang.deptan.go.id Koordinator Bidang Komersial PT Sayuran Siap Saji. 2013. Rekap Pesanan dan Pengiriman Brokoli PT Sayuran Siap Saji 2010-1013. Bogor (ID) Kusumawardhani Y. 2013. Optimization and Risk Management Model Analysis in Distribution Channels Highlands Vegetables Supply Chain in Agam regency, West Sumatra [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
23 Riwanti W. 2011. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli (Studi Kasus : PT Agro Lestari Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Saxena J. 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Elemen Using Intrepretative Structural Modeling System. System Practice [internet]. [diunduh 2014 Mar 3];12 (6):651-670.Tersedia pada: https://www.emeraldinsight.com [SSJ] Sayuran Siap Saji. 2012. About [Internet]. [diunduh 2014 Jun 22].Tersedia pada: https://www.sayuransiapsaji.com. Suryani E. 2010. Analisis Pemilihan Pemasok Brokoli pada PT XYZ dengan Menggunakan Prosess Hierarki Analitik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Vorst, J. 2004. Supply Chain Management: Theory and Practice. New Jersey (US) : Pearson Prentice hall
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner penelitian KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI
Pengantar Kuesioner ini disusun untuk menganalisis elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji Kuesioner ini semata–mata ditujukan untuk keperluan ilmiah dan penyelesaian tugas akhir studi, oleh karena itu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak akan berkaitan dengan penilaian kinerja anda dan akan dirahasiakan. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap, jujur, dan sesuai dengan keadaan sebenarnya agar informasi ilmiah yang disajikan nantinya dapat dipertanggungjawabkan Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terimakasih. Nama Nrp. Departemen Email
: Erna Sulistyoningsih : H24100108 : Manajemen Program Sarjana IPB :
[email protected]
EXPERT SURVEY
Nama Responden
: ……………………………………..................................
Jabatan Responden
: ……………………………………..................................
Alamat Responden
: …………………………………….................................. ……………………………………................................... …………………………………………............................
Tanggal Wawancara : ………………………………………..................................
25 Lampiran 1 (Lanjutan)
Analisis dan Strukturisasi Elemen Kunci ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI Pedoman umum Analisis elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji terdiri atas 8 (delapan) elemen, yaitu: 1. Pelaku 2. Kebutuhan 3. Kendala 4. Perubahan 5. Tujuan 6. Indikator 7. Aktiitas 8. Segmen terampak Setiap elemen terdiri dari sub-elemen yang mempunyai hubungan kontekstual. Penyusunan Struktur setiap Elemen bertujuan untuk mengidentifikasi sub-elemen kuncinya. Saudara dimohon untuk memberikan pendapat terhadap hubungan kontekstual antar sub-elemen dari setiap elemen yang telah diidentifikasi. Tata cara pengisian kuesioner Terdapat 5 sub-elemen yang telah dirumuskan dan saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang hubungan kontekstual (tingkat dukungan) antar sub-elemen yang dibutuhkan dalam rangka analisis elemen-elemen yang berpengaruh pada rantai pasok brokoli di PT Sayuran Siap Saji dengan mengisi pada sel matrik hubungan kontekstual pelaku dengan : V : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i mempengaruhi terpenuhinya sub-elemen ke- j, dan sub-elemen ke- j tidak mempengaruhi terpenuhinya sub-elemen ke-i. A : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i tidak mempengaruhi sub-elemen ke- j, dan sub-elemen ke- j mempengaruhi terpenuhinya subelemen ke-i. X : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i dan sub-elemen ke-j saling mempengaruhi. O : Apabila menurut pendapat saudara sub-elemen ke- i dan Sub-elemen ke-j tidak saling mempengaruhi.
26 Lampiran 1 (Lanjutan) 1. Hubungan kontekstual sub-elemen pelaku terhadap sub-elemen pelaku
A. B. C. D. E.
E. Perguruan tinggi
D. Pemda setempat
C. Petani
B. Lembaga keuangan
Sub – Elemen PELAKU ke-i Perusahaan Lembaga keuangan Petani Pemda setempat Perguruan tinggi
A. Perusahaan
Sub - Elemen PELAKU ke-j
2. Hubungan kontekstual sub-elemen kebutuhan terhadap sub-elemen kebutuhan
A. B. C. D. E.
Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal Pembangunan sarana–prasarana yang terkait Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli Penyediaan modal untuk petani Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
D. Penyediaan modal untuk petani
C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli
B. Pembangunan sarana-prasarana yang terkait
Sub – Elemen KEBUTUHAN ke-i
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j
27 Lampiran 1 (Lanjutan) 3. Hubungan kontekstual sub-elemen kendala terhadap sub-elemen kendala
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
C. Proses pengiriman tidak tepat waktu
B. Penurunan kualitas brokoli
Sub - Elemen KENDALA ke-i
A. Kemampuan modal petani terbatas
Sub - Elemen KENDALA ke-j
A. B. C. D.
Kemampuan modal petani yang terbatas Penurunan kualitas brokoli Proses pengiriman tidak tepat waktu Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
4. Hubungan kontekstual sub-elemen perubahan terhadap sub-elemen perubahan
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
Sub – Elemen PERUBAHAN ke-i
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j
28 Lampiran 1 (Lanjutan) 5. Hubungan kontekstual sub-elemen tujuan terhadap sub-elemen tujuan
A. B. C. D. E.
E. Peningkatan kesejahteraan petani
D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
Sub - Elemen TUJUAN ke-i
B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan Peningkatan kesejahteraan petani
6. Hubungan kontekstual sub-elemen indikator terhadap sub-elemen indikator
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal D. Gagal panen terjadi antara 30% - 40% E. Peningkatan permintaan ketika long weekend
E. Peningkatan permintaan ketika long weekend
D. Gagal panen terjadi antara 30%-40%
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
Sub – Elemen INDIKATOR ke-i
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
Sub - Elemen INDIKATOR ke-j
29 Lampiran 1 (Lanjutan) 7. Hubungan kontekstual sub-elemen aktivitas terhadap sub-elemen aktivitas E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
D. Processing brokoli
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir
B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-i
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir D. Processing brokoli E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
8. Hubungan kontekstual sub-elemen segmen terdampak terhadap sub-elemen segmen terdampak
A. B. C. D. E.
Pemilik lahan Penda setempat Pengusaha/UKM disektor pertanian Pengusaha/UKM disektor informal GAPOKTAN
E. GAPOKTAN
D. Pengusaha/UKM disektor informal
C. Pengusaha/UKM disektor pertanian
B. Pemda setempat
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-i
A. Pemilik lahan
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-j
30 Lampiran 2 Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji
Lampiran 3 Pembentukan SSIM elemen pelaku
1
O 1
A O 1
E. Perguruan tinggi
Perusahaan Lembaga keuangan Petani Pemda setempat Perguruan tinggi
D. Pemda setempat
A. B. C. D. E.
C. Petani
Sub – Elemen PELAKU ke-i
B. Lembaga keuangan
A. Perusahaan
Sub - Elemen PELAKU ke-j
X O V 1
V A V X 1
Pembentukan RM elemen pelaku
A. Perusahaan B. Lembaga keuangan C. Petani D. Pemda setempat E. Perguruan tinggi D (X)
1 0 1 1 0 3
0 1 0 0 1 2
0 0 1 0 0 1
1 0 1 1 1 4
E. Perguruan tinggi
D. Pemda setempat
C. Petani
B. Lembaga keuangan
Sub – Elemen PELAKU ke-i
A. Perusahaan
Sub - Elemen PELAKU ke-j
1 0 1 1 1 4
DP R (Y)
3 1 4 3 3
2 1 3 2 2
31 Lampiran 4 Pembentukan SSIM elemen kebutuhan
1
A 1
A O 1
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal Pembangunan sarana–prasarana yang terkait Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli Penyediaan modal untuk petani Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
D. Penyediaan modal untuk petani
A. B. C. D. E.
B. Pembangunan saranaprasarana yang terkait C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli
Sub – Elemen KEBUTUHAN ke-i
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j
A A O 1
O A V O 1
Pembentukan RM elemen kebutuhan
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal B. Pembangunan sarana–prasarana yang terkait C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli D. Penyediaan modal untuk petani E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu D (X)
E. Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
D. Penyediaan modal untuk petani
C. Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli
B. Pembangunan sarana-prasarana yang terkait
Sub – Elemen KEBUTUHAN ke-i
A. Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j
DP R (Y)
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
2
2
1
0
1
0
1
3
3
1
1
0
1
0
3
3
0
1
0
0
1
2
2
4
3
1
1
2
32 Lampiran 5 Pembentukan SSIM elemen kendala
Kemampuan modal petani yang terbatas Penurunan kualitas brokoli Proses pengiriman tidak tepat waktu Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
1
V 1
O V 1
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
A. B. C. D.
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
Sub - Elemen KENDALA ke-i
C. Proses pengiriman tidak tepat waktu
A. Kemampuan modal petani terbatas
B. Penurunan kualitas brokoli
Sub - Elemen KENDALA ke-j
V V O
O V V
1
V 1
Pembentukan RM elemen kendala
A. B. C. D.
Kemampuan modal petani yang terbatas Penurunan kualitas brokoli Proses pengiriman tidak tepat waktu Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian D (X)
E. Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
D. Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan
C. Proses pengiriman tidak tepat waktu
B. Penurunan kualitas brokoli
Sub – Elemen KENDALA ke-i
A. Kemampuan modal petani terbatas
Sub - Elemen KENDALA ke-j
DP R (Y)
1 0 0
1 1 0
0 1 1
1 1 0
0 1 1
3 4 2
3 4 2
0
0
0
1
1
2
2
0
0
0
0
1
1
1
1
2
2
3
4
33 Lampiran 6 Pembentukan SSIM elemen perubahan
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
Sub – Elemen PERUBAHAN ke-i
B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j
V
X
V
O
1
A
X
X
1
V
O
1
A 1
1
Pembentukan RM elemen perubahan
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas D (X)
E. Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
D. Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
C. Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
B. Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business
Sub – Elemen PERUBAHAN ke-i
A. Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus
Sub - Elemen PERUBAHAN ke-j
DP R (Y)
1
1
1
1
0
4
3
0
1
0
1
1
3
2
1
1
1
1
0
4
3
0
1
0
1
0
2
1
0
1
0
1
1
3
2
2
5
2
5
2
34 Lampiran 7 Pembentukan SSIM elemen tujuan
V 1
E. Peningkatan kesejahteraan petani
1
D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan E. Peningkatan kesejahteraan petani
C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
Sub - Elemen TUJUAN ke-i
B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
V A A 1
V V V O 1
A O 1
Pembentukan RM elemen tujuan
C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar
D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
E. Peningkatan kesejahteraan petani
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani C. Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar D. Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan E. Peningkatan kesejahteraan petani D (X)
B. Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani
Sub – Elemen TUJUAN ke-i
A. Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
Sub - Elemen TUJUAN ke-j
1
1
0
1
1
4
4
0
1
0
0
1
2
2
1
0
1
0
1
3
3
0
1
1
1
0
3
3
0 2
0 3
0 2
0 2
1 4
1
1
DP R (Y)
35 Lampiran 8 Pembentukan SSIM elemen indikator
D. Gagal panen terjadi antara 30%-40%
E. Peningkatan permintaan ketika long weekend
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal D. Gagal panen terjadi antara 30% - 40% E. Peningkatan permintaan ketika long weekend
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
Sub – Elemen INDIKATOR ke-i
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
Sub - Elemen INDIKATOR ke-j
V
O
O
A
1
O
A
V
1
A
A
1
O 1
1
Pembentukan RM elemen indikator
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal D. Gagal panen terjadi antara 30% 40% E. Peningkatan permintaan ketika long weekend D (X)
E. Peningkatan permintaan ketika long weekend
D. Gagal panen terjadi antara 30%40%
C. Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal
B. Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun
Sub – Elemen INDKATOR ke-i
A. Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan
Sub - Elemen INDIKATOR ke-j
DP R (Y)
1
1
0
0
0
2
2
0
1
0
0
1
2
2
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
3
3
1
0
1
0
1
3
3
2
3
3
1
2
36 Lampiran 9 Pembentukan SSIM elemen aktivitas E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
1
D. Processing brokoli
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir D. Processing brokoli E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-i
X
O
V
V
1
O
O
V
1
V 1
X X
B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
1
Pembentukan RM elemen aktivitas
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir D. Processing brokoli E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling D (X)
E. Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
D. Processing brokoli
C. Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir
B. Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
Sub – Elemen AKTIVITAS ke-i
A. Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan petani
Sub - Elemen AKTIVITAS ke-j
DP R (Y)
1
1
0
1
1
4
3
1
1
0
0
1
3
2
0
0
1
1
1
3
2
0
0
0
1
1
2
1
0
0
1
1
1
3
2
2
2
2
4
5
37 Lampiran 10 Pembentukan SSIM elemen segmen terdampak
1
O X 1
O O O 1
V 1
E. GAPOKTAN
D. Pengusaha/UKM disektor informal
Pemilik lahan Penda setempat Pengusaha/UKM disektor pertanian Pengusaha/UKM disektor informal GAPOKTAN
C. Pengusaha/UKM disektor pertanian
A. Pemilik lahan
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-i
A. B. C. D. E.
B. Pemda setempat
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-j
V V A O 1
Pembentukan RM elemen segmen terdampak
E. GAPOKTAN
1 1 1 0 0 3
D. Pengusaha/UKM disektor informal
1 0 0 0 0 1
C. Pengusaha/UKM disektor pertanian
A. Pemilik lahan B. Penda setempat C. Pengusaha/UKM disektor pertanian D. Pengusaha/UKM disektor informal E. GAPOKTAN D (X)
A. Pemilik lahan
Sub – Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-i
B. Pemda setempat
Sub - Elemen SEGMEN TERDAMPAK ke-j
0 1 1 0 1 3
0 0 0 1 0 1
1 1 0 0 1 3
DP R (Y)
3 3 2 1 2
3 3 2 1 2
*Pemenuhan permintaan brokoli untuk daerah/lokal
*Pembangunan saranaprasarana yang terkait *Peningkatan hubungan kerjasama penjualan brokoli
*Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
*Pelatihan dan penyuluhan SDM pada sektor pertanian hulu
*Penyediaan modal untuk petani
Perusahaan
Perguruan tinggi
Pemda setempat
Lembaga keuangan
Elemen kebutuhan
Petani
Elemen pelaku
-
-
-
*Proses pengiriman tidak tepat waktu *Ketersediaan jumlah brokoli tidak sesuai dengan pesanan *Permintaan brokoli tidak sesuai dengan target pencapaian
*Kemampuan modal petani yang terbatas *Penurunan kualitas brokoli
Elemen kendala
-
*Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
*Menciptakan petani yang memiliki nilai tambah
*Sistem pemasaran dari business to customer menjadi business to business *Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling *Sistem pemesanan dan pembayaran yang jelas
*Menghasilkan brokoli yang memiliki kualitas bagus *Penanganan pasca panen sesuai dengan good material handling
Elemen perubahan
dan
*Peningkatan bantuan permodalan oleh lembaga keuangan
*Peningkatan produktivitas kualitas brokoli
*Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani *Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli
*Peningkatan produktivitas dan kualitas brokoli *Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar *Peningkatan kesejahteraan petani
*Peningkatan kualitas dan pengetahuan petani *Peningkatan akses terhadap sumberdaya dan pasar *Peningkatan kesejahteraan petani
Elemen tujuan
Lampiran 11 Implikasi manajerial rantai pasok brokoli
-
-
-
*Brokoli yang dihasilkan oleh petani dijual dengan harga yang sudah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan harga pokok penjualan *Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal *Peningkatan permintaan ketika long weekend
*Pemakaian alat pertanian lebih dari 5 tahun *Brokoli dapat diterima oleh restoran dan pasar lokal *Gagal panen terjadi antara 30%-40%
Elemen indikator
-
*Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatan pengetahuan petani *Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali
*Pemda setempat dan perguruan tinggi berkontribusi dalam meningkatan pengetahuan petani
*Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali *Penyediaan jasa transportasi dari hulu ke hilir *Processing brokoli *Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
*Adanya forum group discussion selama 3 bulan sekali *Penanganan brokoli yang disesuaikan dengan good material handling
Elemen aktivitas
*Gapoktan
-
-
*Pengusaha/ UKM disektor informal
*Pemilik lahan *Pemda setempat *Pengusaha/ UKM disektor pertanian
Elemen segmen terdampak
forum bulan dalam petani
*Koperasi yang dikelola dapat menyediakan pinjaman dengan bunga rendah
*Pelatihan dan penyuluhan lebih intensif terkait dengan permintaan yang semakin meningkat ketika long weekend
*Perguruan tinggi mengikuti group discussion selama 3 sekali guna berkontribusi peningkatan pengetahuan dan kualitas brokoli
*Meningkatkan hubungan kerjasama penjualan brokoli agar keuntungan semakin meningkat dan sesuai dengan target pencapaian penjualan. *Menciptakan SDM yang berkualitas sehingga proses pengiriman dapat tepat waktu
*Kesejahteraan petani ditentukan oleh kualitas brokoli yang dihasilkan. Jika kualitasnya bagus, maka keuntungan semakin meningkat. Diperlukan juga penanganan sesuai dengan good material handling agar masa panen brokoli tepat waktu
Implikasi manajerial
38
39 RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Erna Sulistyoningsih, lahir pada tanggal 8 Agustus 1991 di Tuban, Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Kasturi dan Ibu Dasmilah. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Bhayangkari 68 Tuban pada tahun 1996 hingga tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kebonsari II Tuban dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tuban pada tahun 2004 hingga 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tuban dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melaui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan universitas. Pada tahun 2010 penulis mendapat amanah menjadi assisten staff personalia di Koperasi Mahasiswa kampus IPB, setelah itu penulis mendapatkan amanah sebagai staff divisi kesekretariatan Pendidikan Menengah Koperasi Nasional (DIKMENKOPNAS) pada tahun 2011. Penulis juga kerap kali berperan aktif dalam kegiatan di departemen. Pada tahun 2012 penulis mendapatkan amanah menjadi kepala divisi konsumsi Malam Keakraban (MAKRAB) Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen kampus IPB. Selain itu penulis juga mendapatkan amanah sebagai anggota BPK United Corporation Be a talent Executive Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen kampus IPB.