1 Laporan Hasil Penelitian Individu
MODEL DAKWAH MULTIKULTURAL NAHDLATUL ULAMA DALAM MEMBANGUN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI LAMPUNG Dibiayai oleh DIPA IAIN Raden Intan Lampung Tahun Anggaran 2014 Oleh: DR. ABDUL SYUKUR, M.Ag Dosen (Lektor Kepala) Fakulta Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI IAIN RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN 2014
150 EXECUTIVE SUMMARY Latar belakang penelitian ini didasarkan atas pandangan bahwa model dakwah multikultural NU merupakan trend kajian dan penelitian pada era globalisasi. Kehidupan masyarakat global pada era modern semakin memandang pentingnya keragaman dalam perbedaaaan merupakan keniscayaan dan realitas sosial yang ada di tengah masyarakat, termasuk masyarakat pemeluk agama (khususnya masyarakat Islam) di manapun termasuk di Lampung. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, apakah didakwahkan oleh para da’i dari kalangan Nahdlatul lama (NU) Lampung dapat menjabarkan dan mengimplementasikan pesan Islam di tengah multikultural sasaran dakwah (mad’u) menjadi rahmat atau kerukunan umat? Rumusan masalah: (1) bagaimana model dakwah multikultural NU yang dapat dikembangkan dan dimplementasikan oleh da’i NU bagi mad’u? dan (2) bagaimana menerapkan model dakwah multikutural NU dapat membawa rahmat dan mashlahat (kerukunan) umat di Lampung? Untuk menjawab rumusan masalah itu, penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi metode-metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah data terhimpun, dikelompokkan, dipaparkan, dan dianalisis memakai metode deskriptifanalitis untuk menarik kesimpulan. Wawancara diarahkan kepada petinggi PWNU (ketua), da’i-da’i NU, dan pengurus LDNU Lampung. Hasil/temuan penelitian: (1) model dakwah multikultural NU merupakan pengembangan strategi dan motode alternatif dakwah NU di tengah masyarakat multikultural; (2) masyarakat Islam (mad’u) memiliki keragaman etnis/suku, bahasa, budaya, dan agama; dan multikultural NU yang ada di Lampung dapat saling menghormati adanya keragaman budaya dari dalam atau luar Lampung yang dibawa oleh masyarakat pendatang; (3) masyarakat Islam Lampung memiliki falsafat hidup yaitu: piil pesanggiri, juluk adok, nemui nyimah, sakai sembaian, dan lainnya bersifat Islami yang dapat bersinergis dengan ajaran Islam sehingga memperkya pesan dakwah multikultural NU; dan (4) model dakwah ini membawa hasil bagi mad’u ialah terjaganya mashlahat dan ukhuwah (kerukunan umat beragama) bagi mad’u di Lampung. Kesimpulan: (1) model dakwah multikultural NU terus dikembangkan da’i dengan berijtihad dan merespon dinamika zaman. (2) model dakwah multikultural dapat menjaga kerukunan umat di Lampung.
151 PERNYATAAN ORISINILITAS Yang bertandatangan di bawah ini, saya sebagai peneliti: Dr. Abdul Syukur, M.Ag 19651101 199503 1001 Pembina (IV/a)/Lektor Kepala Penelitian Individu Model Dakwah Multikultural NU dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama di Lampung Unit Kerja/Fakultas : Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung Menyatakan dengan sesungguhnya judul penelitian tersebut di atas yang telah dilaksanakan dan dilaporkan hasil penelitian ini adalah benar-benar karya ilmiah asli dari peneliti, belum pernah diteliti, dan bukan karya plagiasi, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kekeliruan dalam karya ilmiah hasil penelitian adalah sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti. Nama NIP Pangkat/Gol./Jabatan Jenis Penelitian Judul Penelitian
: : : : :
Demikian, pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bandar Lampung, Oktober 2014 Yang Menyatakan/Peneliti,
DR. Abdul Syukur, M.Ag NIP. 19651101 199503 1001
152 SAMBUTAN DEKAN FDIK IAIN RADEN INTAN LAMPUNG Assalamu’alaikum Wr.Wb. Penelitian yang telah dilaksanakan di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IAIN Raden Intan Lampung, kami dapat bekerjasama degan baik guna memperlancar pelaksanaan kegiatan penelitian dimaksud dari kelompok dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung, adalah penelitian berjudul “Model Dakwah Multikulural NU dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama di Lampung” telah dilaksanakan oleh Dr. Abdul Syukur, M.Ag ditugaskan oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk meningkatkan mutu hasil penelitian dan kualitas dosen dalam melaksanakan tugsanya yang lebih profesional dan mandiri. Setelah melalui proses perbaikan, sesuai hasil masukan dari tim pembahasan proposal dan seminar proposal maupun seminar hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) IAIN Raden Intan Lampung dan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kami mengapresiasi dan menyetujui hasil penelitian ini. Demikian, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan, guna dilaporkan dan dipublikasikan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Bandar Lampung, Oktober 2014 Dekan,
Prof. Dr. H. MA. Achlami HS, MA NIP. 19550114 198703 1001
153 SAMBUTAN KETUA LP2M IAIN RADEN INTAN LAMPUNG Penelitian dengan judul “Model Dakwah Multikulural NU dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama di Lampung” telah dilakukan oleh Saudara Dr. Abdul Syukur, M.Ag sebagai dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung, setelah melalui proses perbaikan, sesuai dengan hasil masukan dari tim pembahasan proposal dan seminar proposal maupun seminar hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) IAIN Raden Intan Lampung bekerjasama dengan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung. Kegiatan penelitian judul tersebut didanai oleh DIPA L2PM yang pendistribusian penelitiannya secara teknis dilakukan melalu bekerja sama dengan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi demi efektifitas dan kelancaran pelaksanaan penelitian tersebut. Kami menyambut baik dan memberi asprsiasi kepada peneliti, serta menyetujui dan mengesahkan hasil penelitian tersebut untuk dilaporkan dan dipublikasikan. Demikian, sambutan kami, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan serta dapat meningkatkan mutu hasil penelitian dan kualitas tenaga peneliti dari kalangan dosen. Bandar Lampung, Oktober 2014 Kepala LPPM,
Dr. Syamsuri Ali, M.Ag NIP. 19611125 198903 1003
154 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ucapan puji dan syukur hanya dihaturkan kepada Allah Swt. atas segala nikmat, rahmat, karunia, dan inayah-Nya penulis masih dapat beraktivitas melalui penulisan proposal ini. Salawat dan salam juga dihaturkan kepada Nabi Muhammad Saw. semoga kita, termasuk penulis, dapat mengembangkan ajaran Islam yang telah beliau bawa untuk mewujudkan rahmat dan maslahat umat. Dengan seizin dan ridha Allah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ini, yang dikategoriasasikan sebagai penelitian mandiri dosen di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung adalah kegiatan penelitian yang dibiayai oleh DIPA LP2M Tahun Anggaran 2013 yang secara teknis pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2013. Hasil Penelitian ini dapat menemukan model dakwah kultural Nahdlatul Ulama (NU) Lampung dalam upaya menjaga maslahatul Ummah dalam bentuk stabilitas sosial, perdamaian, dan persaudaraan (ukhuwah) masyarakat Lampung secara umum yang di dalamnya terdapat multikultural merupakan bentuk kerukunan. Demikian, semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya, baik bagi masyarakat maupun pembangunan daerah khususnya di Lampung. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantunya, diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Bandar Lampung, Oktober 2014 Peneliti,
Abdul Syukur
155
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................ i EXECUTIVE SUMMARY ......................................................... ii PERNYATAAN ORISINILITAS ............................................ iii SAMBUTAN DEKAN FDIK IAIN RADEN INTAN .............. iv SAMBUTAN KETUA LP2M IAIN RADEN INTAN ............ v KATA PENGANTAR ............................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………….. 11 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ……… 12 D. Kajian Pustaka …………………………………… 12 E. Kerangka Pikir ……………………………………. 16 F. Metode Penelitian …………………………………. 17 BAB II. DAKWAHMULTI KULTURAL DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA A. Pengertian Dakwah Multikultural ....................... 27 B. Konsep Dakwah Multikultural ............................ 28 C. Landasan Dakwah Multikultural ......................... 33 D. Perkembangan Dakwah Multikultural ................ 42 E. Dakwah Multikultural dalam Masyarakat Islam Pluralistik ................................................ 46 F. Model Dakwah Multikultural dan Kerukunan Umat Beragama ................................................... 50 BAB III. TIPOLOGI MASYARAKAT LAMPUNG A. Deskripsi Tipologi Masyarakat Lampung ............ 57 B. Potensi Masyarakat Adat Lampung .................. 72
156 BAB IV. MODEL DAKWAH MULTIKULTURAL NU LAMPUNG MEMBANGUN KERUKUNAN A. Deskripsi Gerakan Dakwah NU Lampung ….... 99 B. Dinamika Gerakan Dakwah NU Lampung …… 101 C. Pengembangan Model Dakwah Multikultural NU dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama... 105 1. Ukhuwah Keagamaan ................................... 129 2. Ukhuwah Kebangsaan ................................... 132 3. Ukhuwah Kenegaraan .................................. 137 4. Ukhuwah Kemanusiaan ............................... 138 BAB V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ....................................................... 141 B. Saran-saran ...................................................... 142 DAFTAR PUSTAKA ........................................................
143
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mengemban kerisalahan Islam kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umatnya. Kerisalahan Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad Saw merupakan tugas suci dan mulia, ialah menjadikan Islam dapat diimlpementasikan sebagai rahma bagi semesta alam. Usaha beliau untuk menjadikan Islam yang rahmatan adalah melalui kegitan dakwah. Tugas dakwah Nabi Saw merupakan tugas mulia dalam rangka menjadikan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal demikian diterangkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 107, artinya: Tidak Kami mengutus Engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadikan rahmat bagi semesta alam.1 Untuk menjadikan Islam rahmatan lil-'alamin, Nabi Saw sebagai da'i berusaha mengajak umat manusia guna memeluk dan mengamalkan agama Islam. Beliau mulai berdakwah dari periode Mekkah sampai hijtah ke Madinah, dan pada periode Madinah tersebut Nabi Saw terus mengembangkan dakwah di tengah 1
Lihat Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag,
1998).
3 masyarakat, di mana masyarakat sebagai sasaran dakwah (mad'u). Tahapan dakwah Nabi saw dimulai dari tahap takwin, di mana ia berdakwah mengajak umat manusia untuk memeluk agama Islam. Pada tahap ini, Nabi berdakwah dengan menggunakan metode dakwah dan strategi dakwah secara rahasia (sirriyah) dengan pendekatan personal, dakwah terbuka ('alaniyyah) dengan pendekatan kolektif, dan dakwah secara kekuatan politik (siyasah) dengan pendekatan kelembagaan (institusional). Dakwah secara tertutup, lebih diarahkan kepada mad'u dimulai dari yang bersifat individual, untuk membentuk masyarakat yang tauhidi di Mekkah, merupakan tahapan dakwah takwin. Dakwah secara terbuka dengan pendekatan kolektif, guna membangun jaringan umat dakwah, merupakan tahapan dakwah pengorganisasian
(tanzhim)
diarahkan
pada
penguatan
keberhasilan dakwah guna membentuk masyarakat yang bersatu dan rukun, persaudaraan, dan persamaan derajat atas dasar nilai Islam yang rahmatan. Dakwah secara kekuatan politik (siyasah) dengan pendekatan institusional guna mengembangkan syiar dakwah (Islam) dan memajukan umat Islam yang menjunjung tinggi nilai persamaan derajat (musawwah), persaudaraan (ukhuwah), nilai keadilan ('adalah) dari mutli etnis, multi kultural, multi agama, dan sebagainya dengan dijiwai nilai Islam yang rahmatan lil'alamin dengan ijtihad Nabi Muhammad Saw
4 yang berhasil mendirikan Negara Ummah Madinah. Negara Ummah merupakan representasi wadah persatuan dan persamaan masyarakat (penduduk) Madinah dari berbedaan agama, kulturbudaya, etnis, bahasa, dan pekerjaan. Pengalaman sejarah dakwah Nabi Muhammad di Madinah merupakan gambaran model dakwah multikultural dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang dijiwai nilai Islam tanpa mengabaikan kondisi kultur-budaya masyarakat heterogen di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah (juga da'i) dan kepala negara (sais al-siyasah fi al-Islam) merupakan tahapan dakwah taudhi' (pendelegasian dakwah) kepada generasi dakwah masa selanjutnya. Oleh sebab itu, dakwah yang utama bagi Nabi Muhammad saw ditujukkan pada usaha memperbaiki akhlak masyarakat juhala untuk diubahnya menjadi akhlak yang mulia,2 ialah implementasi iman menjadi amal saleh guna mewujudkan masyarakat yang berperadaban sebagaimana masyarakat Islam di Madinah. Model dakwah dalam sejarah dakwah pada masa Nabi Muhammad Saw perlu dihadirkan kembali nilai dan makna sejarahnya pada masa-masa sesudahnya di dunia Islam modern antara lain di Indonesia, termasuk di Lampung dari kalangan 2
Lihat Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah, terjemahan, (Jakarta: Wijaya, 1992).
5 Nahdlatul Ulama (NU). Oleh karena itu, model dakwah multi kultural perlu dilakukan penelitian guna memperoleh konsep tentang model dakwah kultural menurut NU dan aplikasinya di masyarakat Lampung. Perkembangan
dakwah
pada
masa
sesudah
Nabi
Muhammad Saw, pasca sistem khilafah, terus terjadi pada periode pertengahan dan periode modern di daerah-daerah termasuk penyebaran Islam di Nusantra Indonesia sejak masa pra kemerdekaan sampai masa kemerdekaan Indonesia dalam bentuk NKRI. Penyebaran Islam (dakwah) di Indonesia pada masa pra Islam, adalah kegiatan dakwah terjadi di pesantren-persantren di mana para kiayi sebagai pelaku dakwah dalam menyebarkan pesan Islam kepada masyarakat. Seperti Walisongo berdakwah di Jawa dan pengaruhnya di luar Jawa termasuk di Sumatera. Pada masa itu dakwah dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam seperti SI, Muhammadiyah, NU, dan sebagainya.3 Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para kiyai pondok pesantren yang kemudian mereka mendirikan NU, dikenal identik NU dengan para kiayi dan pensantrennya. Perkembangan dakwah NU yang dimotori oleh para kiyai dan wadahnya melalui pondok pesantren juga terus berkembang dan menyebar ke seluruh 3
Lihat Hamka, Sejarah Kebudayaan Islam, jilid IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994).
6 daerah-daerah di Indonesia, termasuk di Lampung. Sejak masuknya NU di Lampung, NU terus mengembangkan model dakwahnya sesuai dengan berkembangnya masyarakat Lampung yang majemuk. Penduduk Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota memiliki penduduk lebih 7 juta jiwa dan mayoritas mereka adalah pemeluk agama Islam. Sejak masuknya Islam di Lampung, hingga sekarang ada dua kelompok Islam yang dominan di Lampung, ialah mereka menganut Islam berhimpun dalam NU, dan sebagaian mereka berhimpun dalam organsasi-organisasi Islam lainnya.4 Kegiatan dakwah NU di tengah masyarakat multi-kultural menuntut para da'i dari kalngan ulama (kiyai) untuk mengembangkan pola dan model dakwah guna menyampaikan pesan dakwah yang mengena sasaran dakwah yaitu masyarakat Islam Lampung yang bersifat majemuk dari sisi kultur-budaya, etnis, bahasa, dan agama. Oleh sebab itu, bagaimana upaya da'i dari NU dalam melaksanakan dakwah multikultural berbasis nilai kearifan lokal di tengah masyarakat pluralis di Provinsi Lampung. Pertanyaan ini muncul, disebabkan ada
kesenjangan
di
mengimplementasikan 4
tengah ajaran
masyarakat Islam
dengan
Islam
dalam
nilai
budaya
Lihat Hasby Syahid, Sejarah Masuknya Islam di Lampung, (Bandar Lampung, Gunung Pesagi, 1994)
7 setempat. Seperti ungkapan bid'ah, khurafat, dan takhayyul ketika masyarakat Islam Lampung merayakan peringatan HBI seperti Maulid Nabi, Isra Mikraj, dan sebagainya. Dari hasil pra survey, bahwa di Telukbetung Timur di antaranya kelompok masyarakat Islam dalam menyambut peringatan Maulid Nabi Saw pada 8 Februari 2012, dan Sukabumi Indah, 13 Februari 2012 dalam mengsi acara ceramah Maulid Nabi, penulis meneliti, bahwa mereka merayakannya dengan membuat perahu yang diarak di tengah masyarakat sebagai ungkapan kecintaan mereka kepada Rasul Muhammad Saw. Kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad Saw diungakap dengan Bacaan Kitab Al-bazanji yang dibacakan oleh mereka dengan lantunan syairnya, tetapi dituduh itu bid'ah oleh kelompok muslim yang lain. Masing-masing asal etnis dan budaya bagi masyarakat yang memeluk Islam dan mereka selalu mempringati Maulid Nabi Saw, mereka mengekpresikan dengan berbeda-beda terhadap
kecintaan
kepada
Nabi
Muhammad.
Mereka
mengepreksikannya ada yang dengan membuat kue untuk dimakan bersama setelah membaca Al-Barzanji, ada yang membuat tumpengan untuk selamatan bersama dengan niat dan tujuan mencintai Nabi Saw dalam peringatan Maulid Nabi, ada dengan rebana menyambut kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad. Berbagai ekspresi kecintaan mereka kepada nabi
8 Muhammad sebagaimana terjadi dalam peristiwa peringatan Maulid Nabi Saw, itu memperlihatkan multikultural bagi masyarakat Islam yang majemuk di Provinsi Lampung di mana kondisi demikian merupakan bagian dari sasaran dakwah, termasuk dakwah kaum Nahdliyin (NU) di Provinsi Lampung sejak masuknya NU di Lampung sampai sekarang.5 Uraian di atas menggambarkan bahwa terdapat hubungan antara sub sistem agama dan sub sistem budaya dalam proses dakwah di mana sasaran dakwah adalah masyarakat yang memiliki keyakinan agama dan nilai budayanya masing-masing walaupun mereka adalah penganut Islam. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan memahmi agama dengan nilai budaya yang dipedomani mereka. Hal demikian diungkap oleh para pakar. Menurut Koentjoroningrat, dari sisi agama, Indonesia mengakui lima agama besar di dunia, disamping masih banyak terdapat agama suku.6 Masyarakat beragama di Lampung terdiri dari mayoritas`masyarakat beragama Islam, dan minoritas masyarakat beragama Katholik, Kristen Protestan, Hindu, dan 5
Penulis melakukan prasurvey dalam mengisi acara Peringatan Maulid Nabi di dua masjid di Telukbetung Timur dan Sukabumi Indah selama Februari 2013. 6 Koentjaraningrat, Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi Nasional (Jakarta: UI Press, 1993), h. 12-19.
9 Budha dari berbagai etnis atau suku yang menjadi penduduk di Lampung. Dakwah
multikultural
di
tengah
kemajemukan
masyarakat, di mana kemajemukan dapat melahirkan integrasi (harmoni
kehidupan
beragama),
sebagaimana
juga
dapat
melahirkan konflik. Proses dakwah adalah proses interaksi sosial guna menyebarkan Islam untuk diimplementasikan dalam kehidupan sosial dilakukan oleh NU di Provinsi Lampung.7 Menurut Karel A. Steenbrink, pada tahun 1995 dengan optimis bahwa Indonesia selama 45 tahun terakhir memberikan gambaran kerukunan pemeluk agama yang terbebas dari konflik. Ini merupakan prestasi luar biasa dan jarang terjadi di tempat lain.8 Pada umumnya berbagai hubungan sosial tampak kuat dan stabil di tingkat lokal. Ketegangan yang banyak terjadi pada waktu-waktu silam muncul pada tingkat nasional Indonesia, walaupun masih dijumpai keinginan pada stabilitas dan ketidaksenangan terhadap perubahan radikal.
7
Gerakan Dakwah NU dengan pendekatan kearifan lokal merupakan model dan poladakwah multickltural NU untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-'alamin. 8 Karel Steenbrink, Kawan Dalam Pertikaian: Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia (1596-1942) (Bandung: Mizan, 1995), h. 211.
10 Ronald Robertson menyatakan, bahwa kesadaran akan kesatuan kebudayaan antara lain dalam bentuk nasionalisme cenderung melindungi masyarakat dari perpecahan.9 Kesatuan kebudayaan di dalamnya terdapat sub-sub sistem kebudayaan antara lain sub sistem pendidikan, ekonomi, dan sosial. Ketiga pendapat dia atas menunjukkan bahwa kegiatan dakwah dipahami sebagai proses interaksi sosial di tengah masyarakat (sasaran dakwah/mad’u) di mana penyebaran atau pengimplementasian pesan dakwah tidak dapat terlepaskan dari sub-sub sistem lainnya seperti budaya, ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya. Ini semuanya memperkuat gambaran dakwah kultural di tengah masyarakat Islam yang majemuk di Lampung yang dilakukan oleh da'i dari kalangan NU dalam melaksnakan
dakwah
di
Provinsi
Lampung
dengan
mengedepankan pola dakwah multi-kultural untuk mencapai tujuan dakwah yang dinginkan oleh masyarakat Islam di Provinsi Lampung. Definisi dakwah dalam konteks multikultural dapat diartikan sebagai porses pengiplementasian pesan Islam dalam kehidupan nyata bagi masyarakat Islam yang mewujdukan nilai ajaran Islam berinteraksi dengan nilai kultur-budaya yang mereka 9
Ronald Robertson, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: Rajawali Press, 1995), h. 220.
11 pedomani dalam segala aspek kehidupan guna mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam yang membawa kemasahatan bagi ummat yaitu khairu ummah untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Definisi dakwah demikian sejalan dengan pngertian dakwah yang dikeukakan oleh Syekh Ali Mahfuzh dan Al-Bayanuni. Ali Mahfuzh mendefinisikan dakwah, ialah dorongan manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh yang baik dan mencegah dari yang jahat agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat.10 Dalam konteks ini, dakwah merupakan motivasi atau inspirasi bagi umat untuk mewujdkan Islam menjadi rahmat ialah Islam membawa kebahagiaan hidup bagi pemeluknya
di
dunia
sampai
di
akherat.
Al-Bayanuni
mengartikan dakwah diartikan proses penyesuaian ajaran Islam dalam realitas kehidupan (da'wah hiya tathbiq al-Islam fi alhayyat).11 Dua definisi tersebut dalam perspektif dakwah multikultural memberikan pemahaman bahwa dakwah berhubungan dengan masyarakat yang memiliki keragaman budaya dapat behimpun dalam nilai Islam (pesan dakwah) yang dilandasi akidah Islam, ibadah dan mu'amalah 10
membawa kebahagiaan
Ali Mahfuzh, Hidayat al-Mursyidin, (Beirut: Dar al-I'tisham, 1979), h. 17 11 Al-Bayanuni, Al-Madkhal ila "Ilm al-Da'wah, Kairo: Matba'ah alAzhar,1978), h.14
12 mereka di dunia dan akherat. Jadi, pengertian dakwah multikultural ialah proses pengimplementasian berbagai nilai kultur-budaya masyarakat Islam bersumber dari nilai Islam dalam realitas kehidupan sosial. Berdasarkan uraian di atas, bahwa pengembangan model dan pola dakwah perlu dilakukan oleh da'i dalam menampaikan pesan dakwah kepada masyarakat yang multi-kultural guna mencapai hasil dakwah yang sesuai dengan tujuan dakwah di Indonesia umumnya dan khususnya di Lampung yang dilakukan oleh kaum Nahdliyin (da'i dari kalangan ulama NU). Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai dakwah multikultural di daerah Lampung. B. Rumusan Masalah Penelitian ini dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa model dakwah multikultural yang dilaksanakan oleh ulama (da'i) dari kalangan Nahdlatul Ulama di Provinsi Lampung? 2. Bagaimana implementasi model dakwah multikultural dari ulama (da'i) Nahdlatul Ulama di Provinsi Lampung? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
13 1. Menemukan model dakwah multikultural yang dilaksanakan oleh ulama (da'i) dari kalangan Nahdlatul Ulama di Provinsi Lampung. 2. mengetahui implementasi model dakwah multikultural dari ulama (da'i) Nahdlatul Ulama di Provinsi Lampung. Adapun manfaat penelitian ini dapat berguna bagi: 1. Pengayaan model dakwah bagi da'i dalam menyampaikan materi dakwah yang bersumber nilai kearifan lokal bersinergis dengan Al-Qur'an dan Hadits bagi ulama (da’i) NU di Lampung. 2. Da'i bersama mad'u mengimplementasikan model dakwah dalam bentuk pola, strategi, dan metode dakwah yang dilakukan oleh da’i NU Provinsi Lampung dalam dakwah multikultural berbasis kearifan lokal bagi masyarakat Islam di Lampung. D. Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang dakwah kultural dalam perspektif dakwah, dan peneltian mengenai dakwah kultural dalam analisis dakwah di Lampung, antara lain: Dr. Abdul Syukur, M.Ag berjudul Dakwah Multikultural Di Tengah Masyarakat Puluralistik Di Lampung, pada tahun
14 2008 dan hasil penelitian disampaikan dalam orasi ilmiah acara Wisuda dan Dies Natalis IAIN Raden Intan Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dakwah multikultural adalah sebagai model dakwah yang mesti dikembangkan dalam masyarakat yang pluralistik di Lampung, yakni multi etnis, multi agama, multi bahasa, dan multi budaya. Model dakwah multikultural datap digunakan untuk implementasi pesan Islam dengan nilai kearifan lokal yang dipedomani oleh masyarakat Islam Lampung untuk menciptakan stabilitas sosial, ukhuwah, dan mendukung pembangunan daerah sebagai implementasi dari kahiru ummah.12 Nurhasanah Leni, dkk., melakukan penelitian dan hasilnya diberi judul Partisipasi Masyarakat Islam Kota Bandar Lampung dalam Pembangun Daerah. Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa masyarakat Kota Bandar Lampung bersifat pluralistik, tetapi mereka dapat berdampingan, melakukan interaksi secara harmonis, dan menjaga persaudaraan serta stabilitas sosial yang dapat dijadikan modal pembangunan daerah. Nilai-nilai Islam dan kearifan lokal yang diimplementasikan oleh
12
Abdul Syukur, Dakwah Multikultural di Tengah Masyarakat Pluralistik di Lampung, (Bandar Lampung: IAIN Raden Intan, 2008), h. 8
15 masyarakat Islam tersebut mendorong mereka berpartisipasi dalam pembangunan daerah di Kota Bandar Lampung.13 Drs. Efendy, M.Hum melakukan penelitian dengan judul Islam dan Bangsawan Lampung Studi Unsur Islam dalam Gaya Hidup Punyimbang di Karesidenan Lampung 1928-1942. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa masyarakat adat Lampung memiliki nilai budaya adat Lampung piil pesanggiri yang dapat bersinergis dengan nilai ajaran Islam. Upaya mempertahankan nilai adat dan nilai Islam dilestarikan dalam wadah adat bernama Punyimbang Adat, yang adat sejak Karesidenan Lampung, hingga sekarang amsih dipertahankan oleh kepala adat (pashirah).14 Dr. Abdul syukur, dkk., telah melakukan penelitian berjudul Ijtihad Waqi'i dalam Fiqih Dakwah dan Urgensinya Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam:
Studi Di
Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2011. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dakwah di era kontemporer pada masyarakat pluralistik, maka da’i dituntut melakukan ijtihad waqi’i dengan tujuan untu merespon perkembangan masyarakat sebagai sasaran dakwah agar mereka dapat menyesuaikan dengan 13
Nurhasanah Lani,dkk., Partisipasi Masyarakat Islam Kota Bandar Lampung dalam Pembangun Daerah, (Bandar Lampung, Lemlit IAIN Raden Intan Lampung, 2011), h. 17 14 Efendy, Islam dan Bangsawan Lampung Studi Unsur Islam dalam Gaya Hidup Punyimbang di Karesidenan Lampung 1928-1942, (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Kemenag RI, 2012), h. 3.
16 perkembangan zaman dalam melakukan interaksi keagamaan dan sosial guna menjaga kemashlahatan sesama umat Islam dan persaudaraan sesama masyarakat di Lampung Selatan.15 Drs. Rosyidi, MA telah melakukan penelitian berjudul Pemikiran
Dakwah
Kultural
K.H.
Abdurrahman
Wahid,
dilakukan pada tahun 2012 yang dibiaya oleh Lembaga Penelitian IAIN Raden Intan Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemikiran Gusdur dikenli dari ide dakwah multikultural ialah mengenai ribumisasi Islam yang mana ajaran Islam itu bersifat
rahmatan
seharusnya
lil’alamin
memiliki
sifat-sifat
sehingga yang
penganut moderat,
muslim menerima
keragaman agama dan budaya di tengah masyarakat guna mewujdukan kemashlahatan dan persadaraan sesama manusia selain sesama umat Islam. Upaya mewujudkan islam yang rahmatan bagi semua manusia, dengan menggalakkan dakwah musltikultural dengan berbasis kearifan lokal di daerah masingmasing umat Islam bertempat tinggal.16 Berdasarkan hasil-hasil penelitain di atas, judul penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain, terutama penelitian
15
Abdul Syukur, dkk., Ijtihad Waqi'i Dalam Fiqih Dakwah Dan Urgensinya Terhadap Pengembangan Masyarakat Islam: Studi Di Kabupaten Lampung Selatan, (Bandar Lampung: Lemlit IAIN Raden Intan, 2011), h. 12 16 Rosyidi, Pemikiran Dakwah Multikultural K.H. Abdurrahman Wahid, (Bandar Lampung, Lemlit IAIN Raden Intan, 2012), h. 15
17 ini difokuskan pada dakwah kultural dan mashalah umat di Lampung. E. Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut: Dakwah Multikultural NU
Adat-Budaya Masyarakat Islam Lampung
Ajaran Islam (Pesan Dakwah)
Pengamalan Islam bagi Umat Islam Lampung
KHAIRU UMMAH: 1. Kerukunan umat Beragama di Lpg
Kerangka pikir itu menunjukkan, dakwah multikultural NU bersumber dari ajaran Islam yang diamalkan oleh umat Islam (umat beragama) Islam Lampung yang sinergis dengan adatbudaya mereka untuk mewujudkan khairu ummah yakni
18 terwujudnya mashlahat umat dan ukhuwah dalam kerukunan umat beragama di Lampung untuk menciptakan stabilitas sosial dan pembangunan. Mashalat
umat
dan
ukhuwah
merupakan
dasar
ketenteraman dan ketenangan masyarakat untuk mewujudkan kerukunan umat beragama, baik intern dan antar umat beragama maupun kerukunan dengan pemerintah. F. Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan dengan menggunakan metode fenomenalogis yakni penelitian yang diarahkan untuk mengamati gejala-gejala sosial dalam kehidupan sosial keagamaan di Indonesia yang memiliki pluralistik beragama, yang dianalisis dalam konteks dakwah. Gejala-gejala pluralistik keagamaan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah sistem sosial di mana di dalamnya terdapat berbagai sub sistem sosial. Menurut Talcott Parson bahwa sistem sosial ialah apa yang sesungguhnya (kenyataan) dilakukan dan dapat dibagi dalam sub-sub sistem seperti sub sistem agama, sub sistem budaya, sub sistem politik dan sebagainya. Dalam penelitian ini,
19 fokus utama yang akan dikaji adalah sub sistem agama yang akan dikaitkan dengan sub sistem budaya dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat Indonesia yang pluralistik.17 Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dimaksudkan untuk membahas tentang fakta-fakta sosial (social facts). Menurut Emile Durkheim bahwa fakta sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. External from individual activity , ialah aktivitas seseorang yang berada diluar dirinya, yaitu gejala-gejala prilaku seseorang yang dapat diamati oleh orang lain pada fisikal bukan psikis. 2. Over and above individual, ialah sesuatu yang berada di atas kesadaran individu, yakni suatu kesadaran seseorang yang kemudian secara kolektif melahirkan agama. Jadi, dalam pandangan Durkheim bahwa agama lahir ditengah masyarakat merupakan produk kesadaran masyarakat. 3.
Coursive, ialah seseorang yang pada dasarnya bebas untuk memeluk agama,tapi jika ia menganut suatu agama tertentu maka, ia dipaksa untuk mentaati ajaran agama yang dipahami dan diyakininya. 17
Talcott Parson , Social Structure, (McMillan: Publishing, 1980), h.
102
20 4. General, ialah lahirnya kemajemukan (pluralistic) di tengah masyarakat
umum
merupakan
realitas
dari
adanya
perbedaan-perbedaan, baik adat, agama, budaya, dan bahasa serta etnis. Namun, kemajemukan itu secara umum menyadarkan masyarakat untuk mentaati agama yang dipahaminya tanpa mengabaikan kemajemukan tersebut.18,. Untuk mencari dan menemukan data penelitian ini, maka diambil
jenis
penelitian
lapangan
dengan
menggunakan
prosedur-prosedur penelitian yang meliputi jenis dan sifat penelitian, metode pengumpul data serta metode analisis data untuk menarik kesimpulan disertasi dengan saran – saran. 1. Jenis dan Sifat Penelitian. a. Jenis Penelitian Penelitian tesis ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan mengambil jenis penelitian survey (survey research) yang bertujuan untuk meneliti yang menyangkut kelembagaan atau riset kelembagaan.19 Survey kelembagaan dengan mengambil objek penelitian ini adalah PWNU Lampung yang melaksanakan dakwah di daerah-daerah di Provinsi Lampung. 18
Emile Durkheim, Sociological Theory, (Chicago: Chicago University Press,1961), 96-103 19 Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 59
21 Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim bahwa penelitian kelembagaan dapat membantu menjelaskan variabel–variabel penting, proses dan interaksi yang memerlukan perhatian yang lebih luas,20 dalam kehidupan masyarakat di bidang Pendidikan Islam.Kelembagaan yang dimaksud adalah PWNU Lampung yang melaksanakan dakwah multikultural sebagai model dakwah Islam di tengah masyarakat yang multubudaya di Lampung. b. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan sosiologis di mana data yang diperoleh berupa pernyataan dengan kata-kata untuk dianalisis dan diambil kesimpulan.21 Pendekatan sosiologis untuk meneliti interaksi da'i dengan mad'u, interaksi sub sistem agama dengan sub sistem budaya, yaitu nilai Islam diimplementasikan dengan nilai kearifan lokal di daerah-daerah di Lampung, proses perubahan sosial masyarakat Islam Lampung. c. Populasi Populasi adalah seluru objek penelitian. 22 Populasi dalam penelitian ini terdiri dari pengurus PWNU yang menangani kegiatan dakwah, personal da'i dari NU Lampung, dan
20
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,1989), h. 195 21 Sutrisno Hadi, Methodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit FP UGM, 1986), jilid III, h. 271 22 Ibid., h. 104
22 masyarakat atau lembaga yang menjadi sasaran dakwah dari PWNU Lampung di daerah-daerah di Lampung. d. Sampel Sampel merupakan sebagian populasi yang diteliti.
23
Dengan kata lain, sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel ditentukan dengan menggunakan non random sampling karena populasinya bersifat heterogen dan tidak setiap individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota dalam sample. Selanjutnya, untuk menentukan sample digunakan teknik purposive sampling ialah memilih sekelompok subjek yang didasari atas ciri–ciri tertentu yang dipandang memiliki sangkutan yang erat dengan ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.24 Menurut Suharsimi Arikunto untuk menentukan sample adalah, bahwa
“ untuksekedar ancar–ancar, apabila
subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil seluruhnya hingga penelitian merupakan penelitian populasi.
25
Sesuai dengan pendapat tersebut, dalam penelitian ini disebut penelitian populasi.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Praktek, (Jakarta: Bina Ilmu, 1997 ), h.113 24 Ibid., h. 144 25 Ibid., h. 144-145
23 Adapun ciri – ciri sampel dari populasi penelitian ini adalah: (a). Ketua dan sekretris PWNU Lampung. (b). PWNU yang membidangi dakwah (LDNU Lampung). (c). Personal PWNU yang aktif melaksanakan dakwah di majlis taklim dan di tengah masyarakat (da’i NU). (d). Majlis taklim atau tempat/daerah yang menjadi sasaran aktif dakwah PW NU/da'i-da'i dari NU di Lampung. c. Metode Pengumpul Data Teknik pengumpulan data dengan menggunakan beberapa metode,
baik
sebagai
metode
utama
ataupun
metode
pendukungnya. Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: 1. Metode Wawancara Metode ini merupakan metode pokok yang dilakukan dengan menggunakan rangkaian instrumen atau angket untuk mengungkap data yang diinginkan peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa wawancara adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya mengenai hal–hal yang ia ketahui.26 Penggunaan metode wawancara dimaksudkan untuk
26
Ibid., h. 91
24 mengungkap data dari responden, baik PWNU Lampung dan da'i-da'i personal dari NU Lampung maupun majlis taklim dan tempat/daerah yang menjadi sasaran aktif dakwah NU Lampung. Dengan memakai metode wawancara dapat menghimpun data dengan memberikan suatu daftar (IPD) berupa serangkaian pertanyaan mengenai masalah ataupun bilangan yang akan diteliti. Metode wawancara dilihat dari segi pemakaiannya ada yang langsung. Adapun wawancara langsung adalah jika pertanyaan langsung dikirim atau diberikan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat kepada para da’i PW NU Lampung. Metode interview merupakan metode yang menggunakan proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang berhadap–hadapan secara fisik yang satu dapat melihat yang lainnya tanpa bantuan alat lain.27 Metode interview digunakan untuk membantu dalam mengungkap data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian.28 Dalam penelitian ini digunakan interview bebas terpimpin dengan menggunakan sekedar catatan–catatan dari tanya jawab tersebut yang diarahkan pada persoalan atau
27
Ibid., h.192 Sayuthi Ali, Op .Cit, h. 60
28
25 hipotesis, dan cara mengajukan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan
keduanya,
yaitu responden
dan
penanya,
serta
diharapkan lebih luwes dan dapat diungkap data yang mendalam.29 Oleh karena itu, digunakan interview secara mendalam (deep interview). Adapun serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden meliputi: apa saja model dakwah yang digunakan dalam
kegiatan
dakwah
kultural
di
Lampung,
sasaran
masyarakat multikultural di Lampung, metode dan strategi nserta pendekatan dakwah kultural dalam pengimplementasian nilai Islam dan nilai kearifan lokal secara sinergis, perubahan masyarakat bersumber dari nilai Islam dan nilai kearifan lokal, dampak dakwah cultural bagi kehidupan masyarakat, factor pendukung dan kendala pelaksanaan dakwah cultural dengan model pilihan dakwah cultural bagi masyarakat heterogen (perbedaan etnis, budaya, bahasa, dan pencaharian) di Lampung. 3. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang tertulis dan tercetak, untuk mengungkap data mengenai hal–hal atau variabel yang berupa manuskrip, buku, surat kabar, majalah, 29
Ibid, h. 62
26 prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.30 Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan dokumentasi ialah profil PWNU dan LDNU Lampung, materi dakwah NU, nilai budaya masyarakat (kearifan local) di Lampung, model dakwah cultural, program dakwah, dan laporan hasil kegatan dakwah. 4. Metrode Observasi Pengumpulan data penelitian ini juga ditunjang dengan metode observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Menurut Winarno Surachmad bahwa teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi digunakan untuk melakukan penyelidikan, mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala subjek yang diamati, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya dan situasi buatan yang khusus diadakan.31 Metode observasi digunakan untuk mengungkap fakta atau fenomena yang sedang terjadi di lapangan sesuai dengan kenyataan yang ada, baik fenomena yang terkait pelaksanaan dakwah terutama dari model dakwah NU dalam menghadapi sasaran dakwah atau masyarakat yang memiliki multikultural dengan pesan dakwah (nilai Islam) yang diyakini dan diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyatakat. 30
Sutrisno Hadi, Op. Cit., h. 198 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1994), h. 182 31
27 d. Metode Analisis Data Analisis data dapat dilakukan setelah semua data dikumpulkan dengan lengkap melalui berbagai cara yang telah ditentukan, lalu data diolah agar diperoleh data yang valid.32 Selanjutnya data dihimpun, dikelompokkan dipaparkan, dan dianalisisnya menggunakan teknik analisis kuantitatif yang dipaparkan dengan angka, dan data diambil suatu kesimpulan. 33 Oleh karenanya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis digunakan untuk mencari fakta dan melukiskan fakta sosial tersebut dengan interpretasi yang tepat dalam menganalisis fakta sosial keagamaan yang tengah dan telah terjadi di Indonesia.34 Dalam konteks ini, fakta sosial yang utama diamati ialah fakta sosial keagamaan dalam analisis dakwah. Kemudian fakta dakwah dihubungkan dengan fakta social (kearifan local) dalam kehidupan sosial budaya di Lampung dalam analisis khairu ummah sebagai tujuan dakwah yaitu stabilitas sosial dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara di Lampung.
32
Ibid., h. 113 Ibid., h. 177 34 Moh. Nazir, Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM Press, 1987), h. 63 33
28 BAB II DAKWAH MULTIKULTURAL DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
1. Pengertian Dakwah Multikultural Dakwah sebagai proses pengimplementasian nilai-nilai Islam yang bersuber dari Al-Qur'an dan Hadits serta Hasil Ijtihad Ulama dakwah (da'i) bersinernis dengan nilai-nilai kultur-budaya masyarakat Islam setempat kearifan lokal). Dakwah
demikian
memperlihatkan
proses
dakwah
sebagai proses perubahan masyarakat Islam dalam mewujdukan nilai Islam dan nilai kearifan lokal menjadi rahmat bagi semesta alam
yang
membawa
mereka
pada
kekabahagiaan
dan
keselamatn hidup di dunia dan akherat. Ini menunjukkan bahwa esensi dakwah dalam pendekatan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang lebih dekat dengan pendekatan sosiologis, di mana sosiologi di dalamnya membahas mengenai sub sistem agama dan sub sistem budaya yang diimplementasikan oleh masyarakat Islam dengan jalan interaksi nilai Islam dengan masyarakat, dan interaksi masyarakat dengan nilai
kearifan lokal
dalam
proses
dakwal
multikultural,
sebagaimana yang terjadi dalam dakwah di kalangan masyatakat Islam Provinsi Lampung.
29 Uraian di atas memperlihatkan pada pengertian dakwah dan esensinya. Pemaknaan dakwah multiultural dapat ditelusuri dari pengertian dakwah ang dikemukakan oleh para ahli dakwah. Antara lain para pakar dakwah berpendapat: Thoha Yahya Oemar mengartikan dakwah ialah " mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemashlahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akherat."35 Beberapa definisi para ahli di atas menunjukkan bahwa proses dakwah harus merespon perkembangan pola pikir dan kemajuan peradaban suatu umat, dan oleh karena itu, perlu melakukan pengembangan pola dakawh. Di antara pola dakwah yang dapat dikembangkan dengan model dakwah multikultural. 2. Konsep Model Dakwah Multikutrulan Dari
pengertian
dakwah
ini
menujukkan
adanya
pengembangan metode dakwah dengan model dakwah pendektan multikultural. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Nahl ayat 125 dapat dipahami bahwa ajakan ke jalan Allah (agama Islam) ialah dipahami sebagai proses dakwah. Filosofi dakwah dalam ayat tersebut diungakp dengan kata hikmah.
35
h. 1
Thoha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya, 1977),
30 Namun
demikia,
kara
hikmah
juga
mengandung
pmahaman sebagai metode dakwah. Dakwah dengan metode hikmah juga menghasilkan multiinterpretasi, anatar lain: 1. Hikmah menunjukkan metode dakwah yang didasarkan ilmu pengetahuan yang mampu menjiwai da’i dalam berdakwah secara bijak ucapan, bijak sikap, dan bijak perilaku sesuai dengan kondisi mad’u yang dihadapinya; 2. Hikmah
jiga
meniunjukan
pendekatan
bakwah,
ialah
berdakwah harus memperhatikan situasi dan kondisi mad’unya sehingga da’i dalam berdakwah harus bijak menerapkan metode dakwah, bijak menyampaikan pesan dakwah yang persuasif kepada mad’u terutama mad’u yang memiliki multi budayanya; 3. Hikmah dakwah menunjukkan dakwah yang membawa perubahan yang lebih Islami yaikni min al-zulumati ila al-nur. Oleh sebab itu, model dakwah multikulural NU yang dikembangkan pada saat ini, secara konsptual mengacu pada nilai kearifan lokal, dakwah yang membawa pemahaman dan sikap muslim yang mderat, bukan paham yang keras, bukan pula doktrin radikal, dan bukan pada pengamalan Islam yang membawa tinakan radikal terorisme. Untuk itu, model dakwah multikulural yang dikembangkan oleh NU adalah model dakwah
31 yang dapat membawa ajaran bagi umat beragam menjadi toleran, moderat, persamaan, saling menolong, dan keadilan, antara lain: Pertama, dakwah dilakukan dengan bijaksana (hikmah) dipahami sebagai model dan pola dakwah yang dapat diterapkan dalam
proses
dakwah
dengan
memperhatikan
kondisi
masyarakat. Kedua, kondisi masyarakat berhubungan dengan budaya mereka yang multikultural, baik dari sisi kultur-budaya mereka yang majemuk ataupun pola pikir dan pola hidup mereka atas dasar nilai Islam dan nilai kearifan lokal untuk memperoleh kemashlahatan hidup mereka, baik di dunia maupun di kaherat. Hamzah Ya'qub mengartikan dakwah ialah "mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya."36 Pengertian dakwah demikian juga memperlihatkan bahwa hikmah (kebijaksanaan) merupakan model dakwah yang perlu diterapkan oleh da'i dalam mewujudkan nilai Islam menjadi realitas kehidupan sosial, dengan bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi yang diimplementasikannya bagi penganut Islam di mana pun mereka tinggal dan menganut kultur-budayanya.
36
Hamzah Ya’qub, Publisistik dan Leadersip Dakwah, Bulan Bintang, 1982), h.13
(Jakarta:
32 Beberapa pengertian
dakwah di
atas
memperkuat
pengertian dakwah yang dikemukakan oleh Al-Bayanuni, bahwa dalam prosesnya memiliki tiga tahapan: Pertama, dakwah dimaknai sebagai tabligh, ialah menyampaikan pesan Islam kepada umat manusia. Di sini pesan dakwah dipublikasikan kepada siapa saja, umat manusia pada umumnya, agar mereka menerima pesan dakwah. Kedua, dakwah dimaknai sebagai ta'lim, ialah pesan dakwah disampaikan untuk membina umat Islam agar mereka memiliki akidah yang kuat (mukhlis), mereka beristiqamah dalam ibadah dan mu'amalah (muttaqin), dan mereka senantiasa menghiasi dirinya dengan kebaikan-kebaikan yang memancar kepada perilaku kepada orang lain dalam berakhlak yang mulia (muhsin dan muflih). Ketiga, dakwah diartikan sebagai tathbiq, ialah pesan Islam (materi dakwah) menjadi sumber perubahan dan sumber inspirasi bagi masyarakat Islam guna memajukan berbagai aspek kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat kelak.37 Secara khusus Al-Bayanuni mendefinisikan dakwah dalam konteks multikultural, di mana dakwah harus dapat
37
Abu al-Fattah al-Bayanuni, Al-Madkhal ila ‘Ilm al-Da’wah, (Riyadh: Baitul Hikmah, 1978), h. 17
33 merespon perkembangan zaman, sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u, maka dakwah dapat diartikan sebagai berikut: “Uraian di atas disebtkan bahwa Prodi PMI lebih dekat dan didekati kajiannya dari pendekatan sosiologis. Berarti, dakwah dalam perspektif PMI.” Menurut Abu al-Fattah alBayanuni dalam kitab berjudul Al-Madkhal ila ‘Ilmi al-da‘wah, dakwah diartikan:
اﻟﺪﻋﻮة ھﻲ ﺗﻨﻔﯿﺬ و ﺗﻄﺒﯿﻖ اﻹﺳﻼم ﻓﻰ اﻟﺤﯿﺎة “Dakwah adalah proses perubahan sosial bersumber agama Islam dan penyesuaiannya dalam fenomena kehidupan.” Yakni proses dakwah dialksanakan untuk pemberdayaan sosial dan merespon fenomena/fakta/peristiwa sosial sesuai dengan agama Islam. Proses dakwah tersebut ditujukan pada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat Islam menjadi masyarakat yang bahagia (al-muflihun) dan masyarakt yang ideal (khairu ummah) yakni terpenuhinya secara ideal kebutuhan fisik dan psikis, lahir dan batin, dunia dan akherat, indvidual dan sosial. Dengan demikian, sasaran dakwah PMI adalah masyarakat untuk diberdayakan dan dikembangkan potensi dalam dan luar dirinya agar mereka menjadi umat yang terbaik, yakni umat Islam sebagai umat pilihan dan pujian Allah di muka bumi.
34 Beberapa pendapat di atas mengenai penegrtian dakwah, bahwa proses dakwah dimulai dari tabligh dan taklim (da'wah bi al-lisan) sampai pada tathbiq (da'wah bi al-hal). Ketiga tahapan dakwah tersebut merupakan upaya umat Islam mengajak umat manusia guna melakukan perubahan pikiran, sikap, dan perilaku masyarakat yang didasarkan nilai Islam dan nilai kearifan lokal yang Islami untuk memperoleh kebahagiaan mereka di dunia dan akherat. Dengan demikian, dakwah multikultural diartikan sebagai model dakwah alternatif dalam proses perubahan sosial yang bersumber dari nilai Islam yang terimplementasikan secara sinergis dengan nilai kearifan lokal dalam raelitas kehidupan masyarakat yang majemuk di suatu daerah tertentu
guna
mewujudkan kemashlahatan dan khairu ummah.
3. Landasan Dakwah Multikultural Dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat dijelaskan dakwah yang dapat dipahami kepada dakwah multikultural. Dakwah multikultural merupakan model dakwah guna mewujudkan kemashlahatan, persaudaraan, kehidupan beragama.
masyarakat
Islam
dan
stabilitas
berbangsa,
sosial
bernegara,
dalam dan
35 Di anatara ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dalil Al-Qur’an antara lain, di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 dijelaskan:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3:104). Berdasarkan definisi dakwah di atas, dakwah dalam persektif PMI memiliki ruang linkup kajian yaitu: (1) Pemberdayaan kualitas da’i dan kualitas mad’u, yakni kualitas hidup umat Islam; (2) Pengembangan lembaga-lembaga sosial yang Islami atau bergerak di bidang keislaman: seperti lembaga/organisasi dakwah, LAZ/BAZ, lembaga ibadah dan pendidikan, lembaga atau instansi perintah dan swasta, lembaga profesi dan bisnis, lembaga sosial (LSM dan sejenisnya), lembagalembaga negara, lembaga adat/budaya, dan sebagainya. (3) Pemberdayaan atau pengembangan sumber daya alam (SDA)
dan kearifan lokal.
36 Dari uaraian di atas dapat dipahami, bahwa ayat 104 di atas, berhubungan dengan Q.S. Ali Imran ayat 110 berbunyi:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran: 110) Ayat 110 Surat Ali Imran mengandung penjelasan bahwa dakwah dipahami sebagai proses menegakkan yang baik dan mencegah dari yang jahat atas dasar iman, merupakan kajian esensial dalam bidang Ilmu Dakwah yang dikembangkan pada Prodi PMI. Terutama kata al-ma‘ruf, dan lawan kata dari almunkar, pendekatan
merupakan konsep kunci ilmu PMI dari berbagai keilmuannya,
sehingga
“ilmu
PMI”dalam
menjelaskan dakwah cultural. Hal ini dapat dipahami dalam uraian berikut ini:
37 Kata “ma'ruf dipahami ialah “segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah”, yaitu: a. Kata ma’ruf, dalam perspektif dakwah
menunjukkan
perintah Allah yang secara efektif diwujudkan dengan berdakwah yang diarahkan pada kebaikan dan pahala perubahan sosial melalui interaksi sosial. Al-ma’ruf dalam tinjauan ilmu kalam, dipahami sebagai kebaikan sebagai implementasi dan karakeristik keimanan seseorang, yakni mukmin yang tak fasiq. b. Dalam perspektif hukum Islam (fiqih), al-ma’ruf adalah taklif al-mukallif sebagai wajib syar‘i dan wajib ‘aqli untuk beribadah, beramal saleh, dan berbuat baik, yang mencirikan kualitas seseorang/masyarakat yang beriman (umat Islam). Dalam tinjauan akhlak, al-ma‘ruf merupakan sumber pendorong manusia berbuat baik atas dasar iman sebagai daya kekuatan spiritual sekaligus membina emosional manusia dari memperbudak hawa nafsunya, sehingga manajemen pribadi merupakan
keniscayaan
untuk
meningkatkan
kualitas
manajemen SDM. Bahkan dalam perspektif manajemen SDM dan tasawuf, al-ma‘ruf adalah mendorong manusia berbuat baik (al-mashlahat) menjadi penghias kepribadian manusia yang berkualitas yakni akhlak mulia. Dalam konteks ilmu akhlak, bahwa al-ma‘ruf merupakan “nilai normatfi
38 sosial” yang mencerminkan tingkat peradaban manusia, sebab di antara indikator maju ataupun mundurnya suatu peradaban bangsa, terletak pada dewasa ataukah tidak dewasanya manusia dalam berpikir, bersikap, berperilaku yang dapat menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan rasa dan karsa yang didasarkan nilai Islam dan nilai budayanya (nilai kearifan lokal) sehingga melahirkan peradaban Islam. Dakwah dalam pendekatan peradaban Islam, adalah al-ma‘ruf merupakan “nilai normatif sosial” dalam PMI yang mengerakkan pikiran, hati, dan potensi diri untuk menciptakan rasa dan karya dari dorongan iman dan amal saleh, sebagaimana punjak kejayaan peradaban islam/umat Islam pernah terjadi selama lima abad yang silam (masa Daulah ‘Abbasiya:750-1258 M). c. Al-ma‘ruf, dalam perspektif Sosiologis, merupakan sumber inspirasi serta sumber
perubahan sosial yang mampu
menggerakan manusia dalam berbuat (berdakwah) untuk mewujudkan stabilitas sosial, dan konsekuensi perubahan sosial adalah terwujudnya pembangunan di segala bidang yang modal utamanya adalah kebaikan (al-maslahat al-ummah). Sebab, Interaksi sosial yang bersumber dari ajaran Islam dan disinergiskan dengan nilai keariafan lokal (al-‘urf) merupakan materi dakwah yang bersifat tekstual dan konstekstual untuk mewujudkan “Islam normatif” yakni “al-khair” menjadi
39 “Islam yang kontekstual”, yakni Islam yang dinamis dalam realitas kehidupan” yang disebut “kebikan realistis bersifat kommunal” yakni “al-ma‘ruf.” Di inilah, dibutuhkan manusia kreatif (human agency) dalam istilah Sosiologi Budaya pendekatan fenomenologis, bahwa human agency dipahami sebagai komunitas ulam, da’i, agen pembaharu, mujaddid, mujtahid, dan mufassir yang terus peduli membaca, menterjemahkan, melembagakan pesan Islam (materi dakwah) secara dinamis, kertaif, inovatif, solutif, dan arif dalam konteks kehidupan nyata berbasisi nilai-nilai Islam dan kerifan lokal (local wisdom: al-‘urf dalam artian luas yaitu al-bi’ah, al-zharf, al-makan). Dengan demikian, amar ma‘ruf sebagai proses dakwah dalam pendekatan sosiologis pada ilmu dakwah di bidang PMI, adalah membutuhkan kualitas SDM da’i sebagai pemimpin agama (dakwah) sekaligus pemimpin umat dalam aktivitas dakwah yang diarahkan pada perubahan sosial, yakni pemberdayaan dan pengembangan masyarakat Islam membutuhkan pengaktualisasian segala potensi yang dimiliki umat Islam dalam individu-individunya yakni: fitrah manusia (SDM), fitrah iman berwujud menjadi amal saleh yang mencirikan manusia memiliki kualitas keimanan dan kebikan yang
terimplementasikan
dalam
aktivitas,
kreativitas,
produktivitas, dan inovasi. Dalam konteks ini, amar ma‘ruf
40 merupakan konsep Qur’ani yang mendorong umat Islam melakukan interaksi sosial atas dasar sumber Wahyu Allah (agama), sumber SDM (hissiyah, akal dan intuisi yakni ilmu pengetahuan), dan SDA (potensi alam, lingkungan, adat dan budaya) yang diimplemetasikan dalam kehidupan nyata agar mereka bahagia yakni manusia dapat berdaya dan berkembang potensi dirinya menjadi manusia yang kreatif (amal saleh) yang didorong dari pancaraan iman dalam dirinya ke luar dirinya (lingkungan alam/sosial). Sebaliknya, kata al-Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya; karena kemunkaran merupakan lawan kema’rufan. Al-ma‘ruf berarti kebaikan sebagai hasil dari proses interaksi sosial, yakni amar ma‘ruf merupakan perintah yang wajib hukmi dan wajib ‘aqli bagi manusia yang beriman kepada Allah, dan manusia beragama umumnya. Karena lawan dar
al-ma‘ruf
adalah
al-munkar
berarti
al-munkar
juga
menunjukkan perintah yang wajib hukmi dan wajib ‘aqli untuk mencegah dari segala bentuk kejahatan. Kejahatan dimaknai secara luas, menurut Al-Qadhi ‘Abd al-Jabbar, adalah segala kebodohan, keburukan, keterbelakangan, dan kejahatan yang tidak baik menurut pandangan agama, akal, budaya, dan tabiat manusia pada umunya. Dengan demikian, kebaikan merupakan nilai universal kebaikan, dan kemungkaran yang dapat dicegah
41 akan melahirkan kebaikan dan hilangnya kejahatan, karena kebaikan sangat dibutuhkan bagi umat manusia yang normal, baik, berakal, dan bukan oleh manusia yang bodoh (jahil), manusia yang musyrik (juhala), manusia yang mati rasa dan akalnya (kafir), manusia yang hipokrit (munafiq), manusia berganda prinsip yang tak jelas (muzdabzdabin), manusia yang tak mengenali prinsip kebenaran yang hakiki (musyrik). Mempertimbangkan karakteristik manusia tersebut di atas, dakwah sebagai proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat Islam (PMI), diartikan sebagai proses perubahan sosial yang bersumber dari nilai ajaran Islam dan nilai budaya masyarakat yang Islami dengan tujuan untuk menghasilkan perubahan
sosial
yakni
terwujudnya
pencerahan
pikiran
(pemberdayaan intelektual), pencerahan hati (pemberdayaan spiritual), dan pencerahan hidup dalam menggapai segala nilainilai kehidupan (pemberdayaan kulutral) yang meliputi: (1) nilai teori/pengetahuan, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan pendidikan; (2) nilai milik, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan ekonomi; (3) nilai kuasa, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan politik; (4) nilai keadilan maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan hukum; (5) nilai etika, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan akhlak;
42 (6) nilai estetika, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan seni dan budaya; (7) nilai guna kemudahan, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan teknologi; (8) nilai relijius, maka dakwah PMI diarahkan pada pemberdayaan agama; Nilai-nilai peradaban di atas, disebut sebagai nilai-nilai univeral peradaban dunia yang memiliki persamaan, bahkan bersumber dari nilai-nilai Islam yang universal ditinjau dari perspektif agama Islam (materi dakwah). Manusia yang berbahagia, dalam Q.S. 3:104 diungkap dengan kata al-muflihun ( )اﻟﻤﻔﻠﺤﻮنmenunjukkan komunitas muslim yang dapat melaksanakan dakwah untuk memberdayakan dan mengembangkan masyarakat Islam atas dasar iman sebagai sumber perubahan bagi mereka melakukan interaksi sosial (amar ma‘ruf) dan dinamika sosial (nahy munkar) sebagai fakta-fakta sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yang secara ideal harus bersumber dari nilai ajaran Islam dan nilai budaya masyarakat Islam. Ddengan demikian, pemahaman Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 110, kata al-muflihun mengarah pada khairu ummah yakni umat pilihan dan pujian Allah, umat yang terbaik dalam artian umat yang ideal, di antara umat-umat agama lain. Bila dianalisis, ayat 104 dan 110 masih memiliki hubngan antar ayat, dalam ilmu Al-Qur’an dinamakan munasabah al-ayat
43 bi al-ayat berarti hungan ayat dengan ayat lainnya, yaitu kata waltakun minkum ()وﻟﺘﻜﻦ ﻣﻨﻜﻢ
dapat dipahami, adalah “proses
membentuk komunitas da’i profesional yang secara khusus menangani kegiatan dakwah atau aktivitas agama Islam” guna menegakkan amar ma‘ruf nahy munkar sebagai bagian dari proses dakwah yang membawa perubahan sosial dengan terwujudnya masyarakat yang bahagia (muflihun). Masyarakat
yang
berdaya
dan
berkembang
menjadi mandiri, maju, dinamis, adalah masyarakat yang ideal (khairu ummah), yang keberadaannya harus dipertahakan sehingga harus terus dijaga dan dijalin mengenai hubungan antara pelaku dakwah (da‘i/ human agency) dengan sasaran dakwah (mad‘u/umat Islam), yaitu: beriman kepada Allah (mukmin), merelaisasikan kebaikan (amar ma‘ruf/interaksi sosial), dan menjaga kebaikan (nahy munkar/dinamika sosial) 4. Perkembangan Dakwah Multikultural di Indonesia Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk repulik, terdiri lebih dari 13.000 pulau besar dan kecil dengan penduduknya berjumlah lebih dari 237 juta jiwa (BSP tahun 2010). Keragaman penduduk di berbagai pulau atau daerah berpengaruh terhadap keragaman kultur-budaya masyarakat dan keragaman etnis dan bahasa lokal yang ter-bhinekatunggalika-an
44 dalam bahasa Indonesia.
Negara Indonesia tergolong negara
yang memiliki penduduk terbesar nomor lima di dunia, dan negara Indonesia tergolong negara yang pluralistik di dunia, terutama pluralistik penduduknya dari berbagai macam etnis, budaya, dan bahasa, bahkan agama. Dari segi pluralistik agama, penduduk Indonesia adalah mayoritas memeluk agama Islam hampir 90% dan 10% penduduk menganut agama lain seperti Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hucu.38 Provinsi Lampung, sebagai bagian tak terpisahkan dari NKRI, juga memiliki penduduk yang pluralistik, baik etnis, budaya, dan bahasa maupun agama. Bahkan digambarkan, bahwa Lampung merupakan miniaturnya Indonesia. Artinya, keragaman yang ada di Indonensia diminiaturkan di Lampung karena di Lampung terdapat keragamaan penduduk dari berbagai etnis, budaya, bahasa, dan agama. Penduduk Lampung berasal dari etnis Lampung, etnis Jawa, etnis Palembang, ettnis Sunda, etnis Sumatera, etnis Kalimantan, etnis Sulawesi, etnis Bali, dan etnisetnis lainnya. Keragaman etnis ini juga menunjukkan keragaman budaya, bahasa, dan agama.39
38
Abdurrahim Ghozali, Dakwah Multikultural, (Jakarta: Pustaka, 1988), h. 43 39 Tim Penyusun, Profil Provinsi Lampung, (Bandar Lampung, Pemrov, 2008), h. 7-42
45 Dari sisi keragaman budaya dan agama, yang terdapat di Indonesia juga dijumpai di Lampung. Ada terdapat keragaman agama, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hucu yang dipeluk oleh penduduk Indonesia juga dianut oleh masyarakat Lampung. Mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam, juga mayortas masyarakat Lampung memeluk agama
Islam.
Dengan
demikian,
perkembangan
dakwah
multikultural di Indonesia juga sekaligus menggambarkan perkembangan dakwah multikultural yang terjadi di Lampung. Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa proses dakwah memiliki tiga tahapan, dimulai dari tabligh dan taklim hingga tathbiq, memperlihatkan bahwa dakwah berusaha memberikan pemahaman Islam kepda umat manusia untuk memeluk agama Islam, dan membina umat Islam agar mereka beristiqamah dalam ibadah yang dihiasi denga akhlak mulia, serta nilai-nilai Islam yang diamalkan menjadi sumber perubahan sosial dan inspirasi guna memajukan Islam dan masyarakatnya dengan tujuan terwujdunya khairu ummah. Khairu ummah sebagaimana yang digambarkan dalam Q.S. 3: 110 dan telah diwujudkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam Negara Ummah Madinah, adalah masyarakat Islam yang ideal yaitu masyarakat yang senantiasa mengimplemetasikan nilai-nilai Islam bersinergis dengan nilai-nilai kultur-budaya masyarakat
46 yang pluralistik dalam realitas kehidupan sosial yang saling menghormati,
menjunjung
persatuan
dan
persaudaraan,
menegakkan persamaan dan keadilan yang diikat dalam aturan sistem Islam yang dipimpin oleh Rasul Muhammad Saw sebagai kepala negara pada Negara Ummah. Nabi Muhammad sebagai rasul Allah sekaligus sebagai kepala negara merupakan representasi da'i yang ideal sehngga beliau dapat menerapkan berbagai pola dan model dakwah disesuaikan dengan perkembangan pola pikir, pola hidup masyarakatnya serta kondisi sasaran dakwahnya yang pluralistik. Kondisi sasaran dakwah merupakan gambaran masyarakat Arab terutama di Madinah yang terdapat keragaman etnis, budaya, bahasa, dan agama. Dari sisi agama, penduduk Madinah menganut agama Islam, Yahudi, Nasrani, dan Paganisme, tetapi mereka hidup saling toleransi, harmonis, penuh persaudaraan, dan menjunjung tinggi persamaa derajat dan keadilan dipimpin oleh Nabi Muhammad Saw, yang dalam konteks dakwah, Nabi Saw sebagai da'i yang dapat mewujudkan khairu ummah dalam Negara Ummah Madinah. Dewasa ini, perkembangan dakwah di Indoensia, para da'i berupaya mencontoh dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad sebagaimana terjadi pada masyarakat Arab di Madinah. Perkembangan dakwah di Indonesia, termasuk di
47 Lampung, adalah mencari dan mengembangkan model dakwah alternatif sebagaimana dilakukan oleh ulama (da’i) NU. Ulama NU di Lampung berusaha mewujudkan Islam menjadi rahmat bagi semesta alam, ialah Islam yang mampu merahmati keragaman etnis, budaya, bahasa, dan agama yang terdapat di tengah masyarakat Lampung. Dakwah multukultural merupakan model alternatif dakwah yang diterapkan oleh ulama NU dengan tujuan menjadikan pesan Islam sebagai rahmat dalam realitas kehidupan sosial yang membawa kemaslahatan dan terwujudnya khairu ummah bagi masyarakat Lampung yang pluralistik pada era
globalisasi
ini.
Selanjutnya,
para
da’i
berusaha
mengembangkan pemahan pesan dakwah lebih luas. Pesan dakwah selain bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits (sebagai materi dakwah utama) serta hasil ijtihad ulama (sebagai materi pendukungnya) sebagai materi dakwah tekstual, juga kulturbudaya masyarakat (al-'urf) serta situasi dan kondisi (al-zhurf wa al-bi'ah) merupakan materi dakwah yang kontekstual di Indonesia dan khsusunya di Lampung. 5. Dakwah
Multikultural
dalam
Masyarakat
Islam
Pluralistik Sebagaimana dikatakan, bahwa dakwah diartikan sebagai usaha da'i mengajak umat manusia untuk memeluk Islam agar
48 mereka bahagian dan selamat di dunia dan akherat. Usaha meraih kebahagiaan di dunia, dalam konteks dakwah, ialah usaha umat Islam mengamalkan pesan Islam dalam ibadah dan mu'amalah di mana umat Islam yang memiliki keragaman etnis, budaya, dan bahasa berhimpun dalam ikatan Islam (akidah Islam) guna mewujudkan cita-cita bersama meraih keselamatan hidup dunia dan akherat.40 Masyarakat
Islam sebagai
sasaran
dakwah
(mad'u)
memiliki keragaman etnis, budaya, dan bahasa yang semuanya ini mempengaruhi pemahaman dan sikap serta pola hidup mereka dalam mengamalkan Islam di daerahnya. Artinya, agama Islam yang secara konseptual bersifat universal, dalam tataran reaitas pengamalan bagi pemeluknya memliki spesifikasi dalam pola pemahaman, pola pikir, dan pola perilaku mengamalkan Islam karena mereka dipegaruhi oleh spesifikasi etnis, budaya, dan bahasa dari keragamannya itu. Keragaman atau dipahami sebagai pluralisme, menurut Alwi Shihab adalah "mengakui adannya keanekaragaman agama di tengah-tengah kita, sebab pluraslisme merupakan fakta atau realitas yang tidak dapt dipungkiri.41
40
Al-Mura'i, Da’wah bi al-Hikmah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), h. 31 Alwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung: Mizan, 1997), h. 167
41
49 Pendapat itu dapat dipahami, bahwa pluralisme bukan menunjukkan suatu ajaran atau paham, tetapi lebih pada menandai adanya realias keragaman yang terjadi di tengah masyarakat di antaranya keragaman agama seperti masyarakat menganut agama Islam, Kristen, Hidun, Budha, dan agama lainnya. Namun keragaman agama dalam konteks pluralisme agama menunjukkan pada perbedaan paham agama karena agama itu sendiri merupakan paham atau ajaran tentang keyaiknan yang diimani oleh individu-individu dalam masyarakat. Perbedaan keyakinan agama memperlihatkan keragaman agama yang dianut oleh masing-masing individu dalam masyarakat beragama. Alwi Shihab juga mengemukakan pemahaman pluralisme secara luas, bahwa yang dimaksud pluralisme menurutnya, adalah: (1) pluralisme bukan semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan, namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut.42 Dalam
kaitan
dengan
dakwah,
bahwa
pluralisme
agama
menunjukkan setiap pemeluk agama dituntut untuk mengakui keberadaan dan hak agama lain sekaligus terlibat aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna menciptakan kerukunan dan toleransi antar pemeluk agama dalam kebinekaan. Dengan kata 42
Ibid. h. 167-169
50 lain, kemajemukan agama merupkan realtas yang perlu diakui perbedaannya
oleh
masing-masing
pemeluk
agama,
tetapi
perbedaan itu merupakan hak yang perlu saling dihormati guna memelihara kerukunan dan toleransi antar pemeluk dalam kehidupan keagamaan. Oleh sebab itu, memeluk agama Islam merupakan hak bagi setiap muslim, dan pemeluk agama lain tidak boleh memaksakan kepada seorang muslim untuk memeluk agama lain; begitu pula sebaliknya. Seperti menganut agama Kristen merupakan hak bagi seorang Kristiani, dan pemeluk agama Islam tidak boleh memaksakan kepada Kristiani untuk memeluk agama Islam. Pemaksaan agama kepada perbedaan penanut atau pemeluk agama merupakan sikap yag tidak memelihara kerukunan, bukan pula sikap toleransi dalam kehidupan keagamaan di tengah masyarakat yang memiliki pluralistik agama. (2)
pluralisme
berbeda
dengan
kosmopolitanisme.
Kosmopolitanisme menunjuk pada suatu realitas di mana aneka ragam agama, ras, budaya, dan bangsa hidup berdampingan di suatu lokasi, namun interaksi positif antar penduduk khususnya di bidang agama sangat minim kalaupun itu ada.43 Perlu dibedakan pemahaman pluralisme bukan dalam pengertian kosmopolitanisme agar pluralisme agama dan budaya tidak terjebak dalam pemahaman kosmopolitanisme agama dan budaya di masyarakat. 43
Ibid., h. 18
51 6. Model Dakwah Multikultural dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama Model dakwah yang dimaksud adalah rancangan dakwah yang mewakili
reaklitas
sosial
yang
sebenarnya.Menurut
Jalaluddin Rakhmat, model diartikan gambaran yang dirancang untuk mewakili realitas sebenarnya.44 Model dakwah yang dimaksud adalah pola dakwah, strategi dakwah, metode dakwah, dan pendekatan dakwah dalam menyampaikan atau mengimplementasikan pesan dakwah (nilai Islam) dari da'i kepada masyarakat (mad'u) yang memiliki perbedaan etnis, budaya, bahasa, dan pekerjaan di kalangan masyarakat Islam di Lampung. Pola dakwah merupakan bentuk dakwah yang meliputi dakwah bil-lisan dan dakwah bil-hal. Bentuk dakwah bil-lisan meliputi tabligh dan taklim untuk memperluas wawasan keislaman umat Islam mengenai realitas kehidupan masyarakat dari berbagai etnis, budaya, bahasa, dan pekerjaan di Lampung. Begitu
juga
bentuk
dakwah
bil-hal
adalah
usaha
mengimplementasikan nilai Islam dalam realitas sosial yang berpegang pada kultur-budaya mereka masing-masing dari asal daerahnya seperti kultur-budaya asal Lampung, Jawa, Sunda, dan
44
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosyda Karya, 1998), h. 17
52 sebagainya yang terdapat dalam masyarakat heterogen di Lampung. Strategi dakwah ialah taktik dakwah guna memudahkan menyampaikan atau mengimplementasikan pesan dakwah dari da'i
kepada mad'u multikultural dengan tujuan untuk
mengembangkan kebersamaan, persatuan, dan persaudaraan dengan ikatan Islam yang memancar pada nilai kultur-budaya (kearifan lokal) dari berbagai etnis, budaya, bahasa, dan pekerjaan dalam rangka mewujudkan khairu ummah. Khairu ummah merupakan cita-cita ideal bagi umat dakwah yang dapat direalisasikan dalam bentuk kerukunan, toleransi, harmoni, dan persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, model dakwah multikultural merupakan upaya merealisasikan kerukunan umat beragama untuk mewujudkan khairu ummah. Untuk mewujudkan khairu ummah dalam perspektif kerukunan umat beragama, maka model dakwah dengan mengarahkan pada tiga kerukunan yaitu: (1) Kerukanan intern umat beragama, yakni sesama umat Islam harus hidup rukun walaupun umat Islam berasal dari berbagai etnis, suku, budaya, dan daerah. (2) Kerukunan antar umat beragama, yakni umat Islam juga harus mengedepankan sikap toleransi,persamaan, keadilan, saling menolong, dan saling kasih sayang
53 berdasarkan nilai kemanusiaan dalam hubungan sesaman
manusia
(hablum
min
al-nas
atau
mu’amalah). (3) Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, yakni bahwa manusia yang beragama, apapun agama yang mereka anut harus saling menghorati perbedaan agama dalam realitas kehidupan mereka sehingga mereka dapat menjalin kerukunan dengan pemerintah dalam
rangka
bersama-sama
melaksanakan
pembangunan material dan pembangunan mentalmoral spiritua (agama).45 Pendapat di atas memberikan pemahaman bahwa, dakwah di
lingkungan
pluralistik
diperlukan
strategi
dakwah
multikultural. Menurut Asmni Syukir, strategi dakwah ialah taktik, manuver, atau cara dakwah denga ber asaskan: sosiologis, psikologis, dan manajemen untuk mencapai tujuan dakwah.46 Pendekatan dakwah ialah nilai-nilai yang dapat digunakan dalam memperkuat pesan dakwah secara realitas bagi kehidupan masyarakat Islam di suatu daerah yang memiliki interaksi sosal dengan umat agama lain sebagai hubungan sesama manusia 45
Uraian lebih lengkap lihat, Peraturan Bersama Menteri No. 9 dan No. 8 Tahun 2006, (Jakarta: Kementerian Dalam Negeri, 2011), h. 6-23. 46 Asmuni Syukir, Asas-asas Strategi Dakwah, (Jakarta: Usaha Nasional, 1993), h. 18
54 (hablum min Allah). Nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dikembangkan dalam dakwah multikutural dapat menggunakan berbagai pendekatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Asmuni Syukur ialah asas-asa strategi dakawh tersebut dijadikan pendekatan dakwah multikultural, yaitu pendekatan-pendekatan: sosiologis, psikologis, manajemen, dan lain-lain. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam model dakwah multikultural diarahkan pada usaha membangun masyarakat yang saling berinteraksi sesama penganut agama Islam dan dengan penganut agama lain dalam kehidupan masyarakat yang heterogen dari segi etnis, budaya, bahasa, dan pencaharian. Nilai kemanusiaan yang terimplementasi dalam masyarakat merupakan pancaran iman (habl min Allah) dalam kehidupan sosial (habl min Allah). Dengan
demikian,
model
dakwah
multikultural
merupakan metode dakwah pilihan alternatif guna membangun dan mengembangkan khairu ummah dari pengalaman dakwah Rasul Muhammad di Madinah untuk dihadirkan kembali makna historisnya dalam kehidupan kini di suatu negara ataua daerah. Khairu ummah merupakan cerminan umat Islam yang ideal ialah masyarakat Islam yang dibangun atas landasan teologis dan interaksi sosial serta dinamika sosial bersumber dari nilai Islam. Pemaknaan umat Islam, dalam konteks modern, ialah masyarakat
55 yang hidup dalam suatu negara (nation state) yang di dalamnya terdapat wilayah-wilayah/daerah-daerah. Pengertian umat Islam, menurut Ali Syari'ati, merupakan terminologi
yang
menunjukkan
”sekelompok
atau
suatu
kumpulan masyarakat, yang secara kommunal mencirikan karakteristik keislaman.
Masyarakat Islam meyakini agama
Islam sebagai petunjuk dan pedoman hidup dalam melaksanakan aktivitas (amal saleh) sehari-hari. Amal saleh umat Islam, dalam konteks Islam, diformulasikan dalam kerangka ibadah, baik ibadah yang bersifat rutinitas-prosedural (‘ibadah mahdhah) maupun ibadah
yang
bersifat
sosial-pemberdayaan tanpa
prosedural yang mengaturnya secara khusus (‘ibadah ghairu mahdhah). Dengan demikian, umat Islam mencirikan kehidupan bersama (masyarakat) yang mencerminkan karakteristik Islam yang dianut dan diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di suatu tempat dengan menganut dan mengamalkan pula nilai-nilai kultur-budaya setempat. Menurut Ali Syari’ati, ummah (bahasa Arab) diterjemahkan sebagai bangsa (nation) atau komunitas (community).47 Kata ummah, menurut analisis penulis meliputi makna yang lebih luas yaitu mencakup pengertian nation dan 47
Ali Syari’ati, Membangun Masa Depan Islam, terjemahan, (Bandung: Mizan, 1993), h. 26 dan Ummah dan Imamah, terjemahan, (Lampung: YAPI, 1990), h. 38.
56 community. Menurut Ali Syari’ati yang dikutip oleh Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei bahwa nation
yaitu
kelompok masyarakat yang diikat oleh kekerabatan, kesatuan darah, dan ras. Sementara community (qaum) yaitu kelompok yang dibangun atas dasar menegakkan individu dengan berserikat, bersatu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, yang menempati kawasan tertentu dan menetap.48 Kata nation menunjukkan kehidupan suatu bangsa (al-syu’b) yang memiliki ciri-ciri adanya pengalaman sejarah yang sama, nasib yang sama, dan cita-cita atau masa depan yang sama dalam menuju kehidupan bersama di suatu wilayah tertentu yang diatur dengan sistem politik negara bangsa (nation-state) seperti bangsa Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan karakteristik kebangsaan Indonesia diikat atau dilandasi dengan sistem kekerabatan, kesatuan darah dan ras. Begitu juga community memperlihatkan kelompok (qabilah) yang berada di dalam nation
dengan diikat oleh
kesamaan pandangan hidup yang didasarkan atas kepentingan yang sama, nilai-nilai kultur-budaya yang sama dan nilai-nilai kultur-budaya itu terlebur dalam kesatuan hidup bersama untuk 48
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 7
57 mencapi tujuan yang sama dengan berserikat dan bersatu dalam kehidupan masyarakat di suatu tempat/daerah tertentu. Misalnya bangsa (nation) menunjukkan kehidupan masyarakat atau bangsa Indonesia dalam bentuk nation-statate (NKRI) yang terdiri dari beribu pulau atau daerah-daerah yang terbagi menjadi beberapa provinsi,
termasuk
Provinsi
Lampung
memiliki
14
kabupaten/kota merupakan bagian intergral dari NKRI. Dengan demikian, bahwa umat Islam yang secara umum memandang bahwa NKRI merupakan bentuk negara yang ideal karena dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dalam realitasnya terdapat keanekaragaman etnis, budaya, agama, dan bahasa sehingga NKRI cukup mewadahi untuk menjaga kerukunan, persatuan
dan persaudaraan kehidupan umat
beragama sekaligus kehidupan bermasyarakat atau bernegara bagi warga negara Indonesia. Oleh sebab itu, sistem demokrasi Pancasila, terutama dalam sila ketiga Pancasila dinyatakan “Persatuan Indonesia” yang didasarkan atas sila pertama Pancasila yaitu ‘Ketuhanan Yang Maha Esa” mesti dijadikan landasan teologis sekaligus landasan ideologis bagi umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat guna memelihara kerukunan umat beragama di Indonesia.
58 BAB III TIPOLOGI MASYARAKAT LAMPUNG DALAM MEMBANGUN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA A. Gambaran Umum Tipologi Masyarakat Lampung Masyarakat Lampung memiliki Slogan: "Sang
Bumi
mencerminkan
Ruwa
Jurai"
karakteristik
adalah
masyarakat
Lampung pada umumnya. Bahkan, ada istilah Bahasa Lampung: Satu tempat dua penduduk di Provinsi Lampung. Tipologi
atau
karakteristik
masyarakat
Lampung
didasarkan nilai-nilai adat budayanya, yakni Budaya Piil Pesanggiri dari adat Pepadun dan adat Saibatin. Kondisi masuyarakat juga tidak terlepas dari kondisi geografis yang turut mempengaruhi karakteristiknya.49 Lampung sebagai provinsi yang berdiri pada 18 Maret 1964, sebelumnya adalah karesidenan dan menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, dengn ibu Kota Bandar Lampung, semula bernama Tanjung Karang.
49
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
59 1. Sejarah Lahir Provinsi Lampung Secara historis, Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.50 Wilayah Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot menjelaskan:
50
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
60 From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region.51 Tatkala Tirtayasa
Banten
dibawah
pimpinan
Sultan
Agung
(1651-1683)
Banten
berhasil
menjadi
pusat
perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Agung ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalanghalangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Agung Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten. Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan
51
Guillot, Claude, The sultanate of Banten. (Jakarta: Gramedia Book Publishing Division, 1990), h.19
61 penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Agung Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten. Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus
memperoleh
monopoli
perdagangan
di
daerah
Lampung. Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yag dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih
62 mengakui Sultan Agung Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.52 Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar Lampung berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak. Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "Jenang" atau kadangkadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sementara
penguasa-penguasa
Lampung
asli
yang
terpencar-pencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati" secara hirarkis tidak berada di bawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya. Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah 52
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52, dan Guillot Claude, Op. Cit., h. 21
63 Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.53 Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat, dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil di pimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa : a. Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun. b. Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun. c. Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada dibawah pengaruhnya.54 Akan tetapi, persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda. Oleh karena itu pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap 53
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52 54
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52 dan Guillot Claude, Op. Cit., h. 24
64 peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya Radin Imba Kusuma. Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai. Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor. Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan memberikan
hadiah-hadiah
kepada
pemimpin-pemimpin
perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil.55 Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri 55
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52 dan Guillot Claude, Op. Cit., h. 27
65 yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentaratentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia. Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk
kepentingan-kepentingan
pengangkutan
hasil-hasil
perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang. Sampai dengan menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung. Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, Lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.56 56
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
66 2. Kondisi Geografis Lampung Secara geografis, provinsi Lampung terletak pada garis koordinat yaitu 6º 45' - 3º 45' LS 103º 48' - 105º 45' BT dan luas total 35.376 km2 (13,659 mil²). Letak dan kondisi alam Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.57 Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.
57
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
67 a. Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain: 1) Gunung Pesagi (2262 m) di Liwa, Lampung Barat 2) Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat 3) Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat 4) Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau Panggung, Tanggamus 5) Gunung Pesawaran (1.662 m) di Kedondong, Pesawaran 6) Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung 7) Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan 8) Gunung Tanggamus (2.156 m) di Kotaagung, Tanggamus 9) Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan 10) Gunung Sekincau Liwa, Lampung barat 11) Gunung Ratai di Padang Cermin, Pesawaran.58 b. Eksplorasi Gunung Gunung-gunung lampung memang tak setinggi gununggunung di pulau jawa, tetapi memili kesulitan yang cukup tinggi untuk mendakinya, karena memiliki tingkat kerapatan yang tinggi pula. Mahasiswa pecinta alam universitas lampung (MAPALA UNILA)adalah salah satu organisasi yang sering melakukan penelitian,pendataan dan eksplorasi gunung-gunung di lampung 58
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
68 yang masih perawan dan belum terjamah oleh tangan manusia. selain gunung, MAPALA UNILA telah banyak melakukan eksplorasi seperti goa di Lampung Narat (Krui), penyu, tebing, sungai, pantai, pulau-pulau di sekitar Lampung, daerah-daerah terpencil, yang ada Lampung: 04:32, 13 November 2010 (UTC). c. Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah: 1) Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2 2) Way Semaka, panjang 90 km, c.a. 985 km2 3) Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2 4) Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2 5) Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2 6) Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2 Way
Sekampung
mengalir
di
daerah
kabupaten
Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.59
59
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
69 Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah: 1) Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2 2) Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2 3) Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2 4) Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2 Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya: 1) Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2 2) Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2 3) Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2 4) Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2 5) Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2 6) Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2 Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.60
60
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
70 Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis dimanfaatkan untuk keepentingan pembangunan pertanian, untuk para transmigran yang terus-menerus memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil hutan diekspor ke luar negeri. Hutanhutan yang masih ada, dan tanahnya dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian besar terletak di barat, daerah Bukit Barisan Selatan. Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negerisakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padangratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).61 Dengan demikian, bahwa gambaran wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat. 61
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
71 Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas. Kondisi
geografis
juga
mempengruhi
karakteristik
masyarakat Lampung. Oleh sebab itu, perlu dipaparkan mengenai kondisi geografis Lampung sebagai berikut: Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan. Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Sementara di Teluk Semangka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal
72 nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utamanya adalah "Radin Inten II", yaitu nama baru dari "Branti", 28 Km dari Ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat berada antara : 103o 40' - 105o 50' Bujur Timur Utara - Selatan berada antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang Selatan.62 3. Kondisi Demografis Lampung Kondisi demografis Lampung, ialah memiliki jumlah penduduk (Hasil SensuS Tahun 2010) total 7.691.007 jiwa dengan kepadatan penduduk 220/km2 (560/sq mi).63 Dari jumlah penduduk
tersebut,
karakterisktik
multi
masyarakat
Lampung
etnis.
juga
Masyarakat
memiliki Lampung
berjumlah7.691.007 jiwa berasal dari: 1. Suku Jawa (62%) 2. Suku Lampung (25%) 3. Sunda (9%) 4. Minangkabau (0,92% ) 62
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52 63 http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
73 5. Dan lain-lain (3,08%). Penduduk Lampung ditinjau dari karakteristik masyarakat penganut agama adalah juga menganut multi agama, yaitu: 1. Masyarakat penganut agama Islam (96%) 2. Masyarakat penganut agama Protestan (1,8%) 3. Masyarakat penganut agama Katolik (0,9%) 4. Masyarakat penganut agama Hindu (1,7%) 5. Masyarakat penganut agama Budha (0,3%).64 B. Potensi Budaya Masyarakat Lampung Potensi adat budaya masyarakat Lampung yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam (96%) terdapat pada dua ekuatan yaitu kekuatan internal (budaya dan bahasa masyarakat) dan kekuatan ekternal (yaitu faktor-faktor luar pendukung adat budaya masyarakat Lampung) seperti pariwisata, pendidikan, kondisi keindahan alam (potensi daerah), dan sebagainya. 1. Potensi Budaya Eksternal Lampung a. Potensi Daerah Daerah Lampung terfokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu dll. Dan di beberapa daerah
64
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
74 pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil
bumi
Lampung
juga
merupakan
kota
pelabuhan
(liverpoolnya sumatra) karena lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah natar, tanjung bintang, bandar jaya, dan lain-lain. b. Pariwisata Pada tahun 2009, bahwa Pemerintah Propinsi Lampung mencanangkan tahun kunjungan wisata. Jenis Wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah Wisata Budaya dibeberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri diLampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas diLampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. c. Transportasi Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan Lintas Timur Sumatera, dan Jalan Lintas Barat Sumatera. Bahkan, bisa menggunakan jalur udara, melalui Bandara Raden Inten II. Juga untuk jalur laut bisa menggunakan
75 Pelabuhan Bakauheni. Kondisi seluruh jalan akses menuju Lampung dalam kondisi baik. Untuk jalan lintas Sumatera (status jalan nasional), seringkali mengalami kerusakan akibat beban jalan yang tinggi karena dilintasi oleh kendaraan barang dari seluruh daerah. d. Bahasa Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung. Adapun Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Propinsi Lampung, selatan Palembang dan pantai barat Banten. Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa MelayuPolinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.65 Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way 65
http://www.lampungprov.go.id/sejarah-lampung.html, 7 juli 2013, pukul 13:52
76 Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulang bawang (yang beradat Lampung Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau (Dialek Api) dan Dialek Abung (Dialek Nyow). Dengan demikian, terdapat multi etnis bahasa di Lampung. Begitu pula, karakteristik penduduk Lampung juga memiliki multi bahasa dan budaya. Keragaman bahasa bagi masyarakat Lampung mencerminkan asal suku, kemudian menjadi penduduk Lampung. Kondisi multi bahasa di Lampung tersebar di 12 kabupaten dan 2 kota, 225 kecamatan dan 2.072 desa /kelurahan, sebagai berikut: 1. Bahasa Lampung 2. Bahasa Indonesia 3. Bahasa Sunda 4. Bahasa Jawa 5. Bahasa Bali 6. Bahasa lainnya (asal suku yang tinggal di Lampung). e. Pendidikan Pendidikan di Lampung juga variatif dari pendidikan formal dan non formal, dari pendidikan agama dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren ataupun sekolah dan
77 perguruan tinggi umum
dan agama. perguruan tinggi di
Lampung sebagai berikut: 1) Universitas Lampung 2) IAIN Raden Intan 3) Institut Teknologi Sumatera 4) Politeknik Negeri Lampung 5) IBI Darmajaya Bandar Lampung 6) Sekolah Tinggi Pertanian Surya Dharma Lampung 7) Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Lampung 8) Universitas Bandar Lampung 9) Universitas Muhammadiyah Lampung 10) Universitas Mitra Lampung 11) Universitas Darmajaya 12) Universitas Malahayati 13) Universitas Tulang Bawang 14) Perguruan Tinggi Teknokrat 15) STKIP PGRI Bandar Lampung 16) DCC Lampung 17) Universitas Megou Pak Tulang Bawang 18) A2L STIE Lampung 19) Poltekkes Tanjung Karang 20) Universitas Muhammadiyah Metro 21) STKIP Darmawacana Metro 22) STKIP Muhammadiyah Pringsewu 23) STKIP Muhammadiyah Kotabumi 24) STMIK Pringsewu 25) STAI Pringsewu 26) STAIN Jurai Siwo Metro 27) STIE Lampung Timur 28) STAI Darussalam Lampung 29) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras f. Industri
78 Ada pepatah, majunya kebudayaan masyarakat diindikasi dengan majunya perekonomian dan kemajuan pola pikirnya. Seperti perokoniam Lampung di bidang industri adalah: a) Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial berkembang berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) hingga industri besar, terutama di bidang agrobisnis. b) Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira. c) Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. di tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1 pabrik gula lagi dibawah PT. Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai produksi pada tahun 2008. d) Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain. g. Tapis Lampung Provinsi Lampung juga memiliki aneka ragam tapis, yang mencerminkan kebudayaan Lampung, antara lain: a) Kain Tapisa adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk"). b) Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas
79 dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. c) Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacammacam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Berbagai potensi yang diuraikan di atas dapat memberikan pengaruh dalam mengembangkan dan mempertahankan adat budaya Lampung tesebut yang akan terangkan berikut ini. 2. Falsafat Budaya Masyarakat Lampung Seni budaya atau adat masyarakat Lampung mencerminkan falsafat hidup mereka. Bagi masyarakat Lampung, ada dua adat budaya yaitu adat budaya masyarakat Lampung yang terkenal ialah budaya adat piil pesanggiri, dan budaya pendatang yang dibawa oleh asal suku yang kemudian menjadi penduduk Lampung seperti suku Sunda, suku Jawa,dan lainnya. Adapun seni budaya Lampung beraneka ragam meliputi: a. Sastra Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra
80 (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah selesai kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya. Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ. Dalam
Leksikon Seniman Lampung
(2005)
disebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri. b. Teater Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam
81 kelompok seni untuk mendalami seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai saat ini adalah teater Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMAN 1 Bandar Lampung), Teater Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa (SMAN 3 Bandar Lampung), Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung), Teater Handayani (SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar Lampung), Teater Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA Perintis 1 Bandar Lampung), Insya Allah Teater (SMU Perintis 2 Bandar Lampung), Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya). Sementara beberapa teater yang digerakkan senimanseniman Lampung yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni pertunjukkan teater melalui karya-karyanya antara lain Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak hanya dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang Yusliadi, Robi
82 Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini. Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan, lomba, workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat yang sering digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal. Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar Lampung. c. Musik Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival
83 Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata. \
d. Tari Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung. e. Busana Adat Daerah Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini dibuat oleh wanita. Pada penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan, tapis yang dipenuhi sulaman benang emas dengan
84 motif yang indah merupakan kelengkapan busana adat daerah Lampung. Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan kikat. Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan adat dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki
muda
Lampung
lebih
menyukai
memakai
kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan bagian tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan bagian tengah berhiaskan siger, dan salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh. Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berbentuk teluk belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu dan lebih disukai yang berwarna terang. Tetapi sekarang banyak digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti pakaian sekolah atau moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara adat sekalipun. Bagian bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi
85 sekarang telah dikenal adanya celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain. Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk atau kakambut atau kudung sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu sering menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil. Lawai
kurung
digunakan
sebagai
penutup
badan,
memiliki bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan celana di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), dan wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke masjid. Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita, baik yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian rajutan tadi
86 ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak (kembang goyang). Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada saat menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain. Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara adat mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan hiasan berupa ayam jantan. Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari emas.
87 Selambok atau rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian masyarakat yang hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang. Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas. Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji
88 tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah. Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya. Bila kain dasarnya masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi. Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas. Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi
89 peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang. Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubanglubang. Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah. Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan warna baju. Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan sama seperti yang
90 dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus dengan selop beludru warna hitam. Paparan budaya Lampung tersebut di atas, merupakan cerminan dan karaketristik masyarakat Lampung yang memiliki multi suku dan adat budayanya. Secara khusus, suku dan adat Lampung: (1) Suku Lampung, (2) Marga di Lampung, (3) tokoh adat Lampung, dan (4) Kepaksian Sekala Brak. f. Akar Historis Budaya Lampung Karakteristik budaya masyarakat Lampung tidak terlepas dari akar sejarah lahirnya Lampung. Menurut Prof. Hilman Hadikusuma menjelaskan asal-usul Lampung sebagai berikut: Asal-usul Ulun Lampung erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Kata Lampung sendiri berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tsing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan dia menyebut ToLangpohwang bagi penghuni Negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan oleh I Tsing To-Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak adalah puncak tertinggi di tanah Lampung.66 Prof. Hilman Hadikusuma menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung 66
Hilman Hadikusuma, Adat Istiadat Lampung, (Bandar Lampung, Gunung Pesagi,1983), h. 27
91 Pesagi, Lampung Barat. Berdasarkan penelitian terakhir diketahui bahwa Paksi Pak Sekala Brak mengalami dua era yaitu era Keratuan Hindu Budha dan era Kesultanan Islam. Kerajaan ini terletak di dataran tinggi Sekala Brak di kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) menjadi cikal-bakal suku Lampung saat ini. Diriwayatkan di dalam Tambo, pendiri Paksi Pak Sekala Brak masing-masing adalah Ratu Bejalan di Way, Ratu Nyerupa, Ratu Pernong dan Umpu Belunguh. Kedatangan para Umpu Pendiri Paksi ini tidak bersamaan, berdasarkan penelitian terakhir diketahui menyebarnya Islam dan pembaharuan Adat dilakukan setelah kedatangan Umpu Belunguh ke Sekala Brak yang memerangi
Sekerumong.
Akhirnya
dimenangkan
oleh
perserikatan Paksi Pak sehingga dimulailah era Kesultanan Islam di Sekala Brak. Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak, menurut naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun, versi buku Kuntara Raja Niti, nama puyang adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh,dalom paksi dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof Hilman menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai berikut: a) Inder Gajah
92
b)
c)
d)
e)
Gelar: Umpu Lapah di Way Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit Keturunan: Orang Abung, Pak Lang Gelar: Umpu Pernong Kedudukan: Hanibung, Batu Brak Keturunan: Orang Pubian Sikin Gelar: Umpu Nyerupa Kedudukan: Tampak Siring, Sukau Keturunan: Jelma Daya Belunguh Gelar: Umpu Belunguh Kedudukan: Kenali, Belalau Keturunan: Peminggir Indarwati Gelar: Puteri Bulan Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak Keturunan: Tulang Bawang.67 g. Adat Budaya Lampung Adat masyarakat Lampung pada dasarnya Jurai Ulun
Lampung
berasal
dari
Sekala
Brak.
Namun,
dalam
perkembangan secara umum, masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Saibatin dan masyarakat adat Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin lebih kental dengan nilai aristokrasinya. Masyarakat Adat Pepadun yang baru berkembang belakangan, kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang Abung
ke 67
Banten
Ibid., h. 29-30
lebih
berkembang
dengan
nilai-nilai
93 demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin. 3. Karakteristik Masyarakat Adat Saibatin dan Pepadun Dengan demikian, masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu Adat Saibatin dan Adat Pepadun. Uraiannya sebagai berikut: (1) Masyarakat Adat Lampung Saibatin Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari: a) Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat) b) Bandar Enom Semaka (Tanggamus) c) Keratuan Putih Bandakh Lima Teluk Semaka di Cukuh Balak, Limau, Kelumbayan, Kelumbayan Barat, Bulok,
94 Kedondong,
Way
Lima,
Way
Khilau,
Pardasuka,
Pardasuka Selatan, Talang Padang, Gunung Alif, serta sebagian Padang Cermin, Punduh Pedada, Teluk Betung dan
Kalianda
(Tanggamus,
Pesawaran,
Pringsewu,
Lampung Selatan) terdiri dari : Bandakh Seputih, yaitu : Buay
Humakhadatu,
Buay
TambaKukha,
Buay
HuluDalung, Buay HuluLutung, Buay Pematu, Buay Akhong dan Buay Pemuka. Bandakh Sebadak, yaitu : Buay Mesindi (Tengklek). Bandakh Selimau, yaitu : Buay Tungau, Buay Babok dan Buay Khandau. Bandakh Sepertiwi, yaitu : Buay Sekha, Buay Samba dan Buay Aji. BANDAKH Sekelumbayan, yaitu : Buay Balau (Gagili), Buay Betawang dan Buay Bakhuga. a) Melinting Tiyuh Pitu (Lampung Timur) b) Marga Lima Way Handak (Lampung Selatan) c) Pitu Kepuhyangan Komering (Provinsi Sumatera Selatan) d) Telu Marga Ranau (Provinsi Sumatera Selatan) e) Enom Belas Marga Krui (Pesisir Barat) f) Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten) (2) Masyarakat adat Lampung Pepadun Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari: a) Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, dan Nyerupa). Mereka
95 mendiami 7 wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Gunung Sugih, Jabung, Sukadana, Labuhan Maringgai, dan Terbanggi. b) Mego Pak Tulang Bawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Mereka mendiami 4 wilayah
adat:
Menggala,
Mesuji,
Panaragan,
dan
Wiralaga. c) Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha/Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca/Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu/Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami 8 wilayah
adat:
Tanjungkarang,
Balau,
Bukujadi,
Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung. d) Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang mendiami
Jungur). sembilan
Masyarakat wilayah
Sungkay-WayKanan adat:
Negeri
Besar,
Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui. 4. Falsafah Hidup Masyarakat Lampung Falsafah Hidup masyarakat Lampung (Ulun Lampung) termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:
96 a. Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri); b. Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya) c. Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu) d. Nengah-Nyampur (berjiwa sosial, dan tidak individualistis) e. Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).68 Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Provinsi Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adiadi (pantun) dinyatakan: Tandani ulun Lampung, wat piil-pusanggiri Mulia heno sehitung, wat liom ghega dighi Juluk-adok gham pegung, nemui-nyimah muaghi Nengah-nyampugh mak ngungkung, sakai-Sambaian gawi.69 Bila dianalisis dari pespektif dakwah Islam, bahwa nilainilai yang terkandung dalam Falsafah Ulum Lampung secara umum dapat dinyatakan sebagai pengayaan “pesan dakwah” yang dkembangkan dalam Pengembangan Masyarakat Islam, dapat dijadikan model dakwah kultural yaitu
proses perubahan
masyarakat yang bersumber dari nilai kultur budaya lokal (kearifan lokal) yang bersinergis dengan nilai-nilai ajaran Islam.
68
Ibid., h. 37-38 Ibid., h. 32-34
69
97 Nilai-nilai falsafah masyarakat Lampung yang dikenal dengan budaya Piil Pusanggiri kadang ditulis: Piil Pesanggiri atau Piil Pesanggkhi atau Piil Pusanggikhi) memilikipersamaan dengan nilai-nilai Islam sebagai pesan dakwah multikultural. Hal demikian dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Piil-Pusanggiri ialah malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri); berarti dalam pandangan Islam yaitu: (1) suka berbuat kebaikan (ma’ruf) dan mencegah perbuatan yang jahat (munkar) serta menjaga harga diri (muru’ah) sebagai umat Islam. b) Juluk-Adok iaah mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya; berarti kita dituntut untuk berakhlak yang mulia sebagai umat Islam, dan harus dapat menjaga amanah serta arif dari status (gelar) yang disandangnya tersebut. c) Nemui-Nyimah ialah saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu; berarti masyarakat Lampung suka melakukan silaturahmi atau berkunjung dan ramah kepada tamu atau siapapun merupakan cerminan Islam. d) Nengah-Nyampur ialah aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis; berarti masyarakat Lampung gemar bergaul untuk menjalin persaudaraan (ukhuwah) dan menjaga persatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama. e) Sakai-Sembaian, ialah gotong-royong dan saling membantu; berarti dalam pandangan Islam dinamakan ta’awanu ‘alal birri wa al-taqwa yaitu saling tolongmenolong, gotong-royong atau membantu dalam kebaikan, bukan kejahatan atau kemungkaran.
98 Dengan demikian, jika dianalisis bahwa falsafat hidup masyarakat Lampung yang mayoritas penganut agama Islam, bahwa nilai-nilai falsafat budaya Lampung tersebut bercorak Islami. Terdapat sinergisitas antara nilai-nilai budaya masyarakat Lampung dengan nilai-nilai ajaran Islam. Jadi, dapat dipahami kelima nilai falsafah budaya tersebut tidak
bertentangan
dengan
nilai
Islam.
Bahkan,
dapat
memperkaya pesan dakwah dan memperkuat pengamalan Islam bagi mereka dalam kehidupan sosial-keagamaan dan sosialkemasyarakatan. Uraian di atas dipahami karakteristik masyarakat Islam Lampung memiliki pemahaman, sikap, dan pengamalan agaman mereka di tengah masyarakat bersifat moderat. Sebagai umat Islam, mereka mengamalkan ajaran sesuai keyakinan Islam; dan sebagai warga masyarakat, mereka berpegang pada nilai budaya mereka. 5. Faham Keagamaan Masyarakat Lampung Penduduk Lampung secara garis besar terbagi dua golongan, yaitu golongan muslim dan golongan non muslim. Penduduk atau masyarakat dari golongan non muslim jumlahnya minoritas, yaitu: penganut Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hucu. Penduduk dari golongan mayoritas sebagai penganut Islam
juga dapat dikelompokkan menjadi tiga karakteristik
99 ditinjau dari segi pemahaman, sikap dan pengamalan agama mereka.70 Kelompok Islam adalah yang terbesar merupkan warga nahdlatul Ulama (NU), baik NU struktural maupun NU kultural di Lampung. Setelah warga NU, mereka sebagai warga Muhammadiyah. Sebagian lagi adalah mereka mengikuti ormasormas Islam seperti Al-Washliyah, Perti, PUI, Mathlaul Anwar, Persis, LDII, HTI, Khilafatul Muslimin, Ahmadiyah, dan Syi’ah. Pemahaman, sikap, dan pengalamalan Islam mereka, pada dasarnya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, tetapi kemudian terjadi perbedaan penafsiran sehingga melahirkan aliran dan faham keagamaan yang tergolong moderat, radikal, dan sesat yang disebut sebagai karakteristik masyarakat beragama di Lampung.71 Dengan demikian, karakteristik
keagamaan
(Islam)
masyarakat Lampung, terpetakan menjadi tiga, yaitu: 1) kelompok moderat, seperti NU, Muhammadiyah, AlJam’iyatul Washliyah, Mathlaul Anwar, dan lainnya; 2) kelompok salafi, yang bercita-cita mendirikan khilafah seperti HTI dan Khilafatul Muslimin, dan sejenisnya yang tergolong pula sebagai kelompok Islam radikal, tetapi hanya radikal dalam pemahaman agama saja, bukan radikal dalam gerakan. 70
Arif Mahya, Tokoh Sesepuh Adat Tokoh NU (Da’i) Lampung, Wawancara, 7 Juli 2014, di Bandar Lampung 71 Khairuddin Tahmid dan M. Bahruddin, PWNU dan Da’i, Wawancara, 9 Juli 2014, di Bandar Lampung
100 3) kelompok sesat, seperti Ahmadiyah, Syi’ah, dan LDII yang semula tergolong sesat, yang kemudian ajarannya lunak dan mulai membuka diri kepada kelompok moderat untuk menghilangkan steroatif kelompok sesat, sehingga LDII melakukan perubahan paradigma dalam memahami ajarannya untuk menjadi moderat.72 Dari paparan karakteristik masyarakat beragama di Lampung, secara khusus akan diarahkan pada dua hal: (1) karakteristik masyarakat Islam di Lampung sebagai pelaku dakwah (da’i) dan ma’u; dan (2) dakwah dari warga NU di Lampung yang terdiri dari pengurus (sebagai da’i) dan jama’ah (mad’u) NU terutama dari pengurus LDNU dan PWNU yang biasa berdakwah.
72
Abdul Syukur, dkk., Narasi Islamisme dan Politik Identitas: Pola Penyebaran Dan Penerimaan Radikalisme dan Terorisme di Wilayah Lampung, (Bandar Lampung: BNPT-FKPT Lampung, 2013), h. iii
101 BAB IV UPAYA DA’I PWNU LAMPUNG MEMBANGUN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN MODEL DAKWAH MULTIKULTURAL A. Deskripsi Umum Gerakan Dakwah NU Lampung Nahdlatul Ulama (terkenal dengan singkatan:NU) adalah sebuah organisasi sosial-keagamaan (al-jam’iyyah al-diniyyah) yang lahir di nusantara (Indonesia) pada tahun 1926, masa kolonial di Indonesia. NU yang lahir di tengah kondisi kolonialisme dan dinamika modern di dunia Islam. Perjuangan NU juga tidak terlepas dari upaya merebut kemerdekaan dari tangan penjajah agar bangsa Indonesia termasuk umat Islam dapat bebas, mandiri, dan menentukan nasib bangsanya di tangan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu, perjungan NU dipengaruhi oleh kondisi dunia Islam itu. Antara lain, hancurnya sistem khilafah Islam di Turki tahun 1924 sehingga perwakilan umat Islam ini mengutus dengan nama utusan Komite Hijaz untuk turut merespon perkembangan politik (khlafa), gerakan Wahabiah di Saudi Arabia, dan lainnya. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, maka perjuangan
(khidmah)
NU
terus
berkembang
dan
mengembanagkan berbagai amal usaha yang didasarkan pada Qanun Asasi yang dicetuskan oleh pendiri NU, KH. A. Hasyim
102 Asy’ari. Dalam perjalan sejarah perkembangan NU di Indonesia pada alam kemerdekaan Indonesia, maka penyebaran NU hingga di Lampung pada tahun 1946; dan sejak tahun 1946 hingga sekarang (2012) NU semakin eksis dan berkembang di Provinsi Lampung.73 Perkembangan NU di wilayah Lampung, tidak terlepas dari perkembangan NU di pusat sebagai organisasi induknya. Dalam perkembangannya, NU kemudian memiliki beeberapa badan otonon (banom), jalnah, lembaga, dan lainnya sehingga sebagian terutama banom juga makin berkembang, baik di pusat maupun di tingkat wilayah termasuk PWNU Lampung. Pada konferwil tahun 2013 di Lampung Tengah, PWNU juga makin mengembangkan program kerja, penguatan organisasi, dan kerjasama dengan pihak ain, serta amal-amal usaha yang dapat memperkuat khidmah NU. Di antaranya LDNU sebagai wadah kegiatan dakwah NU terus dikembangkan program, strategi, penguatan, dan kerjasamanya.74 LDNU kemudian melakukan kerjasama dengan banom, lembaga, dan lajnah yang ada di PWNU seperti kerjasama LDNU dengan Lembaga Kesehatan Masyarakat, Lakpesdam, Lembaga 73
KH. Sujadi Sadat, Sesepuh NU Lampung, Laporan Hasil Dialog dalam Acara Lakspesdam NU Lampung, tahun 2013, di Bandar Lampung. 74 Imam Mahali, Sekretaris PW. LDNU Lampung, Wawancara, 26 Oktober 2013, di Bandar Lampung
103 Takmir Masjid NU, Ikatan Pondok Pesantren NU, dan lainnya dalam upaya mengembangkan program kerja LDNU dalam merespon perkembangan zaman serta masalah dan kebutuhan umat Islam pada umumnya, khususnya warga NU di Lampung.
B. Perkembangan Gerakan Dakwah NU Lampung Perkembangan NU di Lampung menunjukkan dinamika yang dapat merespon perkembangan zaman, realitas sosial, dan masalah serta kebutuhan masyarakat Islam di Lampung. LDNU diharapkan kedepan harus mampu mengembangkan model dakwah ditengah masyarakat Lampung yang bersifat pluralistik. Oleh karena itu, model dakwah multikultural juga harus dapat dikembangkan oleh para da’i dari kalanngan PWNU dan LDNU guna turut merespon problem umat serta berpartisipasi dalam pembangunan daerah dan kemajuan umat Islam di Lampung, menurut paparan para aktivis dakwah NU seperti KH. Soleh Hambali, Ustadz H. Bukhari Muslim, MA, Dr. Abdul Syukur, Ustdz Ahmad Ngishomuddin, MA, Dr. KH. Khairuddin Tahmid, dan lainnya mereka juga adalah para aktivis dakwah yang berhimpun dan memberikan perhatian dengan LDNU.75 75
KH. Khairuddin Tahmid, Da’i dan Sesepuh NU Lampung, dan Moh. Bahruddin, Da’i & Sesepuh NU Lampung, Abdul Syukur sebagai Penasehat PW.LDNU/PP.LDNU,Wawancara, 31 Juli 2014, di Bandar Lampung.
104 Menurut Kh. Khairuddin Tahmid, model pengembangan dakwah merupakan dinamikan NU di Lampung, di mana prinisipprinsip dan nilai-nilai dasar NU dapat dijadikan pengayaan materi dakwah seperti: ta’awun, tawazun, tawasuth, dan tasamuh.Nilainila dasar inilah perlu dikembangakn NU dalam dakwah multikultural di tengah masyarakat Lampung yang pluralistik.76 Kehidupan umat Islam, dari kalangan NU Lampung, perlu memandang perbedaan bukanlah sesuatu yang kemudian menjadi perpecahan,
tetapi
perbedaan
itu
merupakan
rahmat.
Sebagaimana misi yang diembang oleh Nabi Muhammad dalam berdakwah adalah beraneka ragam penganut agama di Mekkah dan bahkan di Madinah, tetapi itu semua diakomodir sehinga Islam yang rahmatan lil’alamin benar-benar hair pada masa Rasul di Madinah. Tentunya, di Indonesia pun demikian, seperti adanya multi agama, multi etnis,multi-kultural merupakan realitas dalam kehidupan sosial, dan umat Islam termasuk warga NU Lampung harus
menerima
kenyataan
itu.
Bahkan
harus
mampu
menciptakan sikap toleransi, harmonis, kerukunan antar umat beragama. Coba analisis, lebih baik mana, dekat rumah ibadah (masjid) tetapi di sampingnya ada tempat perjudian atau tempat
76
KH. Kahiruddin Tahmid, Da’i dan Sesepuh/PWNU Lampung, Wawancara, 31 Juli 2013, di Bandar Lampung
105 maksiat, dengan dekat masjid tetapi di sampingnya ada gereja sebagai rumah ibadah? Papar Bahruddin.77 Dari paparan di atas dupahami, bahwa dinamika dakwah NU
di
Lampung
membutuhkan
ijtihad
da’i
untuk
mengembangkan model dakwah, merespon kebutuhan mad’u, dan tujuan dakwah. Dinamika dakwah Lampung yang dikembangkan oleh PWNU melalui LDNU, melakukan langkah-langkah dakwah kultural dapat diraikan sebagai berikut: 1) dakwah multikultural bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama; 2) dakwah multikultural merupakan pengembangan model dakwah NU yang didasarkan pada paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah 3) NU berfaham akidah menganut Asy’ariyah dan Maturidiyah. Faham tasawuf mengikuti Imam Junaid dan Imam Al-Ghazali; dan fiqih mengikuti salah satu imam mazhab: Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali serta mazhab fiqih yang dikembangkan oleh empat imam sesuai perkembangan dan reaktualisasi fiqih. 78
77
Moh. Bahruddin, Da’i, Ketua FKUB Provinsi Lampung, Sesepuh dan PWNU Lampung, Wawancara, 31 Juli 2014, di Bandar Lampung 78 KH. Soleh Bajuri, Ketua PWNU Lampung, Wawancara, 27 Agustus 2014, di Bandar Lampung
106 4) mengembangkan
nilia-nilia
kearifan
lokal
yang
dapat
memperkuat implementasi faham Aswaja dalam rangka mewujdukan Islam yang rahmatan bagi seluruh alam;79 5) Merespon keragaman dan perbedaan realitas sosial merupakan rahmat, dan mempertahankan hal-hal sudah yang mentradisi serta meneirima hal-hala baru yang lebih baik untuk kerukunan umat beragama, bermasyarakat, dan berbegara.80 6) Mengembangkan model dakwah dengan membutuhkan ijtihad yang dapat membawa rahmat, mashlahat, dan ukhuwan bagi umat Islam dengan umat-umat agama lain serta kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.81 7) Pusat kegiatan dakwah NU, dengan mengembangkan model kegiatan dakwah multikultural dapat dilakukan melalui pondok pesantren, majlis taklim, masjid, masjid kampus, dan tempat-tempat serta suasana pada umumnya di tengah masyarakat yang memiliki kesamaan dan mendukung dakwah NU.82
79
KH. Arif Mahya, Sesepuh NU/Da’i NU Lampung, Wawancara, 9 Juli 2014, di Bandar Lampung 80 KH. Khairuddin Tahmid, PWNU/Da’i, Wawancara, 23 Juli 2014, di Bandar Lampung 81 Ahmad Ishomuddin, Wakil Rais Syuriah PBNU/Da’i, Wawancara, 9 Juli 2014, di Bandar Lampung 82 KH. Arif Mahya dan KH. Khairuddin Tahmid, PWNU dan Da’i, Wawancara, 9 Juli 2014, di Bandar Lampung.
107 Berbagai pendapat di atas, memperlihatkan perkembangan gerakan dakwah NU Lampung di bidang dakwah juga lebih mengeksplor perkembangan masyarakat dan mereon dinamika di tengah multi etnis dan multikultural di Lampng guna mencegah konflik sosial, menjaga persatuan, stabilitas sosial, serta mengembangakn ukhuwah yang dibangun dari kemashlahatan umat Islam dengan umat-umat agama lain yang ada di Lampung. C. Pengembangan Model Dakwah Multikultural NU Lampung dalam Membangun Kerukunan Umat Beragama Model dakwah multikultural adalah alternatif metode dakwah yang terus dikembangkan oleh PWNU Lampung dalam merespon dinamika budaya masyarakat Islam di Lampung. Kemajuan pola pikir dan peradaban suatu masyarakat di Lampung
juga
menuntut
pngembangan
model
dakwah
multikultural sebab masyarakat Islam Lampung bercorak pluralistik. Pengembangan metode dakwuhi ah multikultural NU dipengaruhi oleh situasi dan kondisi mad’u, respon peradaban masyarakat modern, dan tuntutan dunia dakwah kontemporer untuk mencapai tujuan dakwah masa kini. Pengembangan model dakwah multikultural NU Lampung disebabkan dakwah terus
108 berkembang serta problem dakwah dalam menghadapi berbagai kebutuhan dan keragaman kondisi mad’u di tengah masyarakat. Model dakwah yang dikembangkan oleh LDNU Lampung pada hakekatnya merupakan upaya perkembangan dunia dakwah yang menuntut ada alternatif metode dakwah dakwah dalam realitas kondisi mad’u, tuntutan da’i, dan dinamika peradaban masyarakat modern yang pluralistik. Untuk itu, pengembangan model dakwah juga berpijak pada metode-metode dakwah NU selama ini adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Antara lain dijelaskan dalam Q.S. An-Nahl: 125, dan ayat ini dapat dipahami bahwa NU mengembangkan metode dakwah yaitu: metode hikmah, metode mauizhah hasanah, dan metode mjadalah yang baik dalam bentuk diskusi, dialog, seminar, lokakarya, pelatihan, dan sejenisnya untuk memformulasikan model dakwah multikultural dalam tataran teoritis maupun tataran praksisnya. Dengan demikian, upaya mengembangkan model dakwah berarti usaha melakukan pengembangan alternatif metode dakwah. Dengan demikian, dapatlah dinyatakan bahwa metode dakwah yang dikembangkan oleh NU juga mengacu pada Hadits Nabi, yang intinya mengandung beberapa metode dakwah yaitu: (1) metode dakwah dengan kekuasaan (yadd) berupa peraturan perundangan, kewenangan pemerintah, dan
109 penjara sebagai dampak dan sanksi pelanggarahan hukum (munkarat); (2) metode dakwah dengan lidah (lisan) seperti nasehat, taushiyah, fatwa dan sebagainya untuk menjaga kebaikan (ma’ruf) dan mencegah kemaksiatan serta kemungkaran; (3) metode dakwah yang paling lemah yaitu dengan hati (qalbi) sebagai selemah-lemah orang beriman ialah tidak setuju dalam hatinya jika terdapat kemungkaran atau kemaksiatan serta kejahatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang seperti anarkis, tindakan radikal dan terorisme, makar, pembunuhan, pencurian, korupsi, dan sebagainya yang kini marak di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, model dakwah kultural diarahkan agar umat Islam dapat menerima perbedaan dalam kehidupan nyata, memiliki sikap yang toleran, dapat hidup rukun dan harmonis, menciptakan perdamaian, mewujdukan kemahslahatan dalam bentuk stalibitas ssial, ketenteraman, keadilan, persatuan dan persaudaraan sesama umat islam, dengan umat agama lain, dan dengan pemerintah. Di antara tujuan melakukan pengembangan model dakwah multikultural bagi LDNU/NU ialah untuk mewujdukan Islam
110 yang rahmatan lil’alamin. Untuk itu, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u harus dengan variasi metode dakwah untuk mencapai hasil dakwah sesuai dengan tujuannya. Di antara tujuan dakwahnya adalah untuk membangun kerukunan umat beragama di Lampung. Untuk itu, pesan dakwah didakwahkan dengan cara yang persuasif, ramah, damai, dan toleran atau dengan cara-cara yang ma’ruf, arif, dan hikmah untuk membawa mahslahat umat dakwah. Berarti berdakwah bukan dengan cara-cara kekerasan,
radikal, memaksakan
pendapatnya yang paling benar sehingga melaihrkan kelompok Islam radikal dan sesat. Dengan perataan lain, Islam yang rahmatan bukanlah Islam yang bertujuan pada pemaksaan Islam menjadi ideologi negara, yang dikenal dengan ”Islamisme”. Menurut Noorhaidi Hasan, dkk. “Islamisme” sering juga disebut Islam politik, dikonsepsikan terutama bukan sebagai gejala agama, tetapi lebih merupakan fenomena sosial-politik yang melibatkan sekelompok atau individu muslim yang aktif melakukan gerakan ideologi tertentu yang mereka yakini.”83 Dari pengertian Islamisme dipahami, Islamisme berbeda dengan Islam yang
rahmatan lil-‘alamin, bukan agama yang berideologi-
politik.
83
Noorhaidi Hasan, dkk., Op. Cit., hlm. 8
111 Berbeda
dengan
kelompok
Islam
moderat
yang
berkeyakinan bahwa demokrasi Indonesia sebagai sistem terbaik dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara,84 dan mendirikan negara di atas negara dipandang sebagai bughat yang haram dilakukan oleh umat Islam. Islamisme dengan fenomena politik, menurut Noorhaidi Hasan, didasarkan tiga hal: (1) aktor, (2) aktivisme, (3) ideologi, yang dilembagakan oleh aktor.85 Dari urian di atas, dipahami potret narasi Islamisme di Lampung dapat dipetakan menjadi tiga kelompok
yang
menarasikan Islamisme, berdasarkan aktor dari sejumlah tokoh aktivis Islam dalam aktivisme dapat dipetakan tiga delapan kelompok memiliki kecenderungan aktivisme menjadi tiga kelompok Islam di Lampung, dari hasil pemantauan dan aktivitas dakwah yang dilakukan oleh da’i dari kalangan NU dapat diapaparkan bahwa NU juga merespon perkembangan dakwah multikutural bagi aktivitas-aktivitas dakwah di Lampung yaitu: (1) kelompok Islam moderat Dari hasil wawancara secara umum kedelapan aktor sebagai subjek penelitian (informan) yaitu Rohis, LDK, Risma/Pemuda Masjid, Oraginsasi Kepemudaan, Tokoh Agama, khatib/Da’i dan Takmir Masjid, Aktivis Politik, dan Pemimpin
84
Ridwan dan Ahmad Gaus, Op. Cit., hlm. 2-3 Noorhaidi Hasan, dkk., Op. Cit., hlm. 8
85
112 Kultural di Lampung tidak dapat menerima dan menyebarkan narasi Islamisme yang mengarah pada tindaka radikalisme dan terorisme. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil wawancara dengan mereka, sebagai berikut: a. Rohis (SMAN 2, SMAN 9, dan MAN 1 Bandar Lampung) yaitu: Menurut ketua Rohis SMAN 2 melakukan pembinaan rohani bagi siswa dengan materi Islam tentang akidah, ibadah dan mu’amalah serta akhlak dengan tujuan membina minat bakat,seni dan budaya, kepribadian yang baik.Tujuannya untuk memantapkan akidah, menghormati agama lain dalam pergaulan, tetapi tidak boleh terlalu toleran dalam artian tidak mengucapkan hari natal kepada umat Kristiani. Selain itu, kita harus mempertahankan Pancasila, UUD 1945 dan bangsa Indonesia (NKRI).86Begitu Pula menurut Rohis SMAN 9 program Rohis pada pembinaan baca tulis Al-Qur’an, praktik ibadah, pelatihan dan diskusi agar umat Islam teguh dalam iman dan ibadah, tetapi bukan kekerasan, umat Islam pun harus taat pada hukum negara dan kehidupan demokrasi yang sudah bagus ditingkatkan. Maka tidaklah benar tuduhan pada Rohis SMAN 9 dan SMAN lainnya bahawa Rohis itu teroris. Ini juga dibantah oleh Ketua MUI Provinsi Lampung, K.H. H. Mawardi AS dalam ceramahnya di acara Rohis ini.87 Hal senada juga dikemukkan oleh Devisi Humas Rohis MAN 1 bahwa Rohis yang berdiri sejak 1979 merupakan eskul, yang bertujuan untu pembinaan keagamaan bagi siswa, juga dibarengi keguatan-kegiatan siswa lainnya seperti English club, PMR, KIR, dan lainnya. Materi yang diberikan dalam pembinaan keagamaan sebagaimana umumnya tentang akidah, 86
Anderan Muhammad, Wawancara, 3 Juli 2014 di Bandar Lampung. Herlansyah Saputra, Wawancara, 4 Juli 2014, di Bandar Lampung.
87
113 ibadah, akhlak, tafsir, hadits, fiqih, dan lainnya dengan pengajar dari berbagai latar pendidikan dan pesantren, dan juga system metnor. Kami tidak sempit pandangan agama, tetapi Rohis ini bercorak keragaman siswa yang lebih luwes, toleran, dan moderat dalam paham dan sikap agama yang diajarkan daan dipraktikkan oleh siswa-siswa ini.88 b. LDK, baik di Unila dan STIMIK Teknokrat maupun IAIN Raden Intan mereka secara kesamaan pandangan melakukan pembinaan agama melalui dakwah kampus untuk mengembangan pemahaman agama dan sikap keberagamaan yang santun, tekun ibadah, dan untuk syira agama Islam di kampus. Tutor dan mentor, juga beragam latar pendidikan, ya seperti Unila ada tutor dari HTI dengan Masjid Al-Wasi’i karena sebagian dosen juga pengurus HTI, tetapi bukan mengajarkan agama yang kea rah radikal. Memang cita-cita tegaknya syari’at dan sistem khilafah itu bagus. Tetapi kita sepakat bahwa Negara Pancasilan dan demokrasi kita sudah bagus tetapi perlu dtingkatkan dalam implementasinya.89 Contoh, kami melakukan pembinaan akhlak melalui LDK ini, maka kami pun tak setuju dengan Missworld di Indonesia, dan itu yang perlu ditegakkan system Islam, tetapi kami tak setuju dengan terorisme karena tak sesuai dengan nilai-nilai Islam, ungkap Ketua Rohis Unila.90 c. Risma atau Pemuda Masjid juga secara umum mereka melaksanakan kegiatan keagamaan (aktivisme) Islam secara moderat. Dari hasil wawancara dapat dikemukakan: -Risma Al-Amin Rawalaut yang cukup padat kegiataan dan kompleksitas kepentingan warga sekitar, tetapi masjid tersebut 88
M. Nur Ghozali, Wawancara, 4 Juli 2014, di Bandar Lampung. Seta, LDK Unila, Wawancara 10 Juli 2014; Ferly LDK STIMIK Teknokrat, Wawancara, 12 Juli 2014; dan Suhaimi LDK IAIN Raden Intan, Wawancara, 12 Juli 2014, di Bandar Lampung. 90 Seta, LDK Unila, Wawancara 10 Juli 2014, di Bandar Lampung. 89
114 semacam pemersatu pebredaan mereka. Sebab, masjid AlAmin terbuka untuk umum, para da’i/khatib bervariasi latar belakang pendidikan, ada dari tokoh NU, tokoh Muhammadiyah, dosen-dosen IAIN, dan lainnya. Di sini, masyarakatnya terpelajar, tak mau dibawa kepada pemahaman yang sempit yang memecahbelah umat. Kekerasan agama itu tidak dibenarkan dan itu timbul karena pandaangan yang sempit. Maka umat Islam ya berpandangan komprehensif yang membawa perdamaian, dan bersikap moderat. Masjid ini menolak khatib/muballigh yang mempertentangkan ikhtilaf, umat jadi bingung.91 -Risma Nurul Iman Kota Sepang cukup padat kegiatannya, pengajian, diskusi agama, hari besar Islam, dan sebagainya. Masjid ini berfaham ASWAJA, karena para da’i/khatib diambil dari kalangan NU, Fatayat, Muslimat. Kami ajarkan Islam yang satu warna saja, ASWAJA, supaya jama’ah tak bingung. Maka Risma tak banyak tahu tentang terorisme dan aliran sesat. Kami pun tak setuju ada Ormas Islam tertentu yang melakukan swiping, itu mengarah pada tindakan radikal kalau dibiarkan juga membahayakan persatuan sesame kita dan umat lain.92 d. Organisasi Kepemudaan (OKP), antara lain: PW.GP. Ansor, DPD. KNPI, dan BKPRMI Provinsi Lampung, secara umum pandangan OKP ini sejalan dengan pandangan kedua Risma. Menurut Ketua GP. PW Anshor, bahwa kita ini mengedepankan fikrah ASWAJA yang inklusif, moderat, dan tetap konsisten dengan amar ma’ruf nahi mungkar; tetapi beda pemahaman dan aplikasinya dengan ormas yang suka swiping. Kami harus menjaga persatuan sesame muslim, tetapi juga harus membela kaum minoritas. Kami jika diminta juga 91
Amiruddin Risma Al-Amin Rawalaut, 11 Juli 2014, di Bd.
Lampung.
92
Rahmat Hidayat, Risma Nurul Iman, Wawancara, 12 Juli 2014.
115 membantu keamanan saat natalan. Moto kami, UUD 1945 dan Pancasila final, NKRI harga mati, yang harus kita pertahankan, menolak sparatisme, dan sikap tathorruf (ekstrim kana dan kiri); maka perlu ada relasi agama dan negara secara simbiotik. Jadi, posisi gerakan GP Anshor penjaga agama dan negara secara seimbang.93 -KNPI Provinsi sependapat dengan GP. Anshor. KNPI sebagai organisasi kepemudaan yang berhimpun, adalah berasal dari berbagai OKP, yang beragam corak pemikiran, kesukuan, dan keyakinan agamanya. Namun, prinsip-prinsip pergaulan dan persaudaraan dibangun atas dasar tri ukhuwah yaitu ukhuwah Islamiyah, kuhwah insaniyah, dan ukhuwah wathaniyah. Untuk itu, KNPI juga menggelar taklim dan tabligh dalam upaya meningkatkan iman dan keyakinan mereka masingmasing, tentunya menyebarkan komitmen untuk mempertahankan NKRI, kampanye toleransi, bersatu dalam perbedaan dan keragamaan.94 -Begitu pula, BKPMRI juga bagian dari OKP yang berhimpun di dalam KNPI. BKPRMI berasal dari kader PII, yang anggotanya juga beragam, ada dari NU, Muhammadiyah, Golkar, PPP, dan lain-lain; maka corak pemikirannya juga beragam, tetapi warna dan sumber PII yang menonjol. Menurut saya, idealnya parpol Islam cukup satu sajabiar kuat, tetapi untuk mewujudkan itu susah, tak mungkin. Karena perbedaan argumentasi yang ada dari dahulu sampai sekarang, bukannya mereda tetapi justeru semakin meruncing. Dalam pandangan kam, sebagai muslim dan wrga Negara haruslah sejalan Islam yang dapat mewujudkan tujuan masyarakat. Saaya pikir Perda Syari’ah juga perlu, tetapi pada setiap daerah itu bisa berbeda-beda dan di Lampung tensinya relative kecil. Terkait dengan ideology, ya seharusnya ideologi kita 93
Hidir Ibrahim, Ketua PW GP.Anshor, Wawancara, 12 Juli 2014. Mislamuddin, Sekretaris DPD KNPI Provinsi Lampung, Wawancara 28 Juli 2014, di Bandar Lampung. 94
116 juga tetap menghormati keragaman dan perbedaan. Di BKPRMI itu juga kadernya beragam, tetapi lebih kea rah moderat dalam berpikir, bersikap dan beraktivitas di badan ini. Contoh, terminologi jihad itu berbeda-beda pemahaman dan tak bisa disamakan satu sama lain. Tetapi jelas, Ahmadiyah itu sesat dan juga Syi’ah, maka pemerintah harus bertindak tegas; dan itu bukan perbedaan yang dimaksud kami, tetapi keduanya itu kesesatan yang harus dibina terus oleh ulama dan umara.95 e. Tokoh Agama Lampung, baik dari intern maupun tokoh lintas agama yang berhimpun di FKUB Kota Bandar Lampung dan Provinsi juga memandang sama bahwa ajaran agama-agama tidak menghendaki kekerasan, tetapi toleransi yang menunjukkan ada perbedaan soal keyakinan, tetapi dapat hidup harmoni berdampingan untuk menjaga kerukunan umat beragama, baik intern dan antar umat maupun dengan pemerintah, demikian ungkap K.H. M. --Bahruddin, MA sebagai ketua FKUB Provinsi Lampung, dan tokoh agama, Menurutnya, merajut tokoh NU dan MUI Lampung.96 kebersamaan itu penting, apalagi dilandasi agama dan semangat nasionalisme, NKRI tetap utuh. ini juga disebutkan dalam Q.S. An-Nahl:125. Kata mujadalah dalam ayat 125, dipahami sebagai komunikasi efektif untuk merajut keebrsamaan. Menurut saya, pertikaian di Lampung bukan soal agama dan etnis, tetapi soal tindakan kriminal dan soal kesenjangan sosial ekonomi. Jadi, bukan konflik agama. Namun demikian, patut kita waspadai, ada di beberapa daerah di Lampung seperti Madrus, Abdul Kadir Baraja, dan Ulul Albab yang corak pemikirannya dapat merusak tatanan ideologi kenegaraan dan keagamaan. Tetapi perlu juga diingat, 95
Rozi mantan ketua dan dan sekarang penasehat BKPRMI Provinsi Lampung, Wawancara, 16 Juli 2014. di Bandar Lampung. 96 KH. M. Bahruddin Ketua FKUB Provinsi Lampung/Tokoh Agama dan Pengurus Wilayah NU Lampung, Wawancara, 7 Juli 2014, di Bd.Lampung.
117 mencegah terorisme jangan dengan moncong senjata seperti dilakukan Densus 88, tetapi dengan pendekatan lain sepertipendekatan agama yang benar, pendekatan ekonomi, budaya dan lainnya. Jangan pula menggunakan pendekatan represif, tetapi pendekatan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Sebab aliran garis keras dan juga faham sesat seperti Ahmadiyah bagi MUI sudah pas mengeluarkan fatwa; dan juga LDII tadinya ke arah sesat, tetapi banyak berubah ke arah yang moderat, menurutnya.97 -Menurut KH. Arif Mahya, maraknya paham Wahabi, salafi dan sejenisnya perlu diantisipasi dengan memelihara dan mengembangkan paham ASWAJA; maka paham-paham dari luar tidak akan masuk. Konsep negara & agama harus dipisah, tetapi keduanya saling memerlukan diwadahi dalam NKRI. Maka jihad dalam agama jangan dipaksa ke ideologi dengan radikal.98 -Ustad Madrus, dikenal tokoh agama yang keras pemikiran agamanya dalam menyampaikan pesan Islam melalui majlis taklim binaanya dan melalui RRI tempat ia bekerja. Menurutnya: Berdakwah kepada umat merupakan kewajiban semua umat Islam, maka kita harus istiqamah menyebarkan Islam secara kaffah menyangkut akidah, ibadah dan muamalah, dan akhlak. Penyebaran Islam harus mengikuti Al-Qur’an dan Hadits, serta ulama salafus saleh. Jangan campur-adukan agama dengan adat-sitiadat itu bid’ah. Contoh saya tidak menolak ziarah kubur, tapi kenapa ziarah kubur hanya pada saat jelang datang Ramadhan. Saya menolak Yasinan, tapi yang benar baca Yasin, bukan Yasinan. Itu yang katanya saya keras. Aaya juga heran, kenapa orang-orang sering menyebut saya sebagai orang yang ekstrem, radikal, keras, dan lain sebagainya. Saya 97
M. Bahruddin Ketua FKUB Provinsi Lampung & Tokoh Agama/NU, Wawancara, 7 Juli 2014, di Bandar Lampung. 98 KH. Arif Mahya, Tokoh Agama/Adat dan Sesepuh NU Lampung, Wawancara, 1 Juli 2014, di Bandar Lampung.
118 termasuk yang tidak setuju dalam memperjuangkan Islam dengan kekerasan, radial, membunuh, merusak, bunuh diri, ngebom, seperti kelompok teroris. Memang menurut saya dasar negara mestinya Islam, termasuk UUD dan bentuk negara. Menurut saya Pancasila itu buatan manusia, tapi menganudng nilai yang baik dan luhur, dan banyak yang bersesuaian dengan ajaran Islam. Memang saya akui termasuk yang keras dalam pemikiran Islam, tetapi mewujudkan Islam saya tidak setuju dengan kelompok teroris.99 - KH. Ahmad Ishomuddin adalah pengurus besar NU, tokoh agama terkenal di Lampung. Menurutnya, di Lampung ada tika karakteristik/kelompok agama dalamIslam: keras, moderat, dan liberal. Kelompok keras, yaitu radikal pemikirannya, bahkan sikap dan perilakunya; dan ini masih ada jaringan dengan pemikiran Abu Bakar Ba’asyir, di Lampung ada di sejumlah pesantren termasuk Ulul Albab. Madrus bagian dari Ulul Albab. Kelompok keras ini tidak menerima Pancasila, hanya hukum Islam saja. Di Lampung potensi kelompok ini ada, walaupun jumlahnya kecil, tetapi mereka solid. Kelompok moderat seperti NU dan Muhammadiyh dan lainnya, yang mnerima pancasila dan menyebarkan Islam untuk dijadikan rahmat dan akhlak karimah. Kelompok liberal, yan cenderung sesat seperti Ahmadiyah dan Syi’ah. Menurut saya kemlopok ini menyimpang dari Islam, bukan sesat seperti difatwakan oleh MUI. Maka pemerintah tanggung jawab untuk membina mereka. Pemerintah mesti menegakkan peraturan secara tegas. Bila tidak, ini jadi bom waktu, sewaktu-waktu bisa meledak.100 - Buya Nurvaif Chaniago juga memiliki kesamaan pandangan dengan tokoh-tokoh agama lainnya seperti KH. Arif Mahya,KH. Ishomuddin, dan KH. M. Bahruddin. Menurutnya, 99
Madrus, Tokoh Islam, Wawancara, 17 Juli 2014, di Bd.Lampung. K.H. Ahmad Ishomuddin PBNU, Tokoh Agama Islam dan akademisi, Wawancara, 11 Juli 2014, di Bandar Lampung. 100
119 penyebaran Islam mesti mencerahkan, dan bersinergis dengan berbagai lini kehidupan. Maka disyaratkan bahwa pelaku dakwah (da’i) harus memiliki watak fleksibel, tidak kaku, tidak pulaterlalu lemah. Ulama dan umara mesti sama-sama saling memperkuat untuk membawa maslahat mat. Kita tidak boleh saling curiga, saling menyalahkan karena itu merusak persatuan umat. Di Lampung, sekalipun ada riak-riak gerakan radikal dari dulu. Ada kelompok Warman di Lampung Barat, kelompok Warsidi di Lampung Timur, dan akhir-akhir ini gerakan teroris, itu semua bukan dilakukan oleh orang Lampung, tetapi modus operansinya dan pelakunya dari luar Lampung. Bagi masyarakat Lampung, menurut saya, bahwa NKRI dan Pancasila sudah pas dengan bangsa kita, sudah final. Untuk itu, mekanisme negara juga harus sinergis dengan dakwah ulama untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Maka butuh penegakkan hukum, aparat kepolisian. Penertiban itu tugas polisi bukuan tugaslainnya, maka tak dbenarkan ada ormas Islam lain yang melakukan penertiban dengan swiping dan kekerasan lainnya. Perda pun demikian, apalagi perda syari’ah harus dapat mewujdukan kepentingan bersama untuk negara dan agama. Oleh karena itu, prosedur dan mekanisme diterapkan dengan pendekatan keilmuan dan demokrasi guna menyelamatkan NKRI. Rongrongan terhadap NKRI, Pancasila, dan keutuhan kita adalah datang dari kelompok radikal, keompok sesat, dan lainnya. Pemerintah harus tegas, tidak berlarut mengatasinya.101 f. Khatib/Da’i/ Takmir Masjid di Lampung secara umum mencerimkan syiar agama Islam dan emakmuran masjid ang dikelola oleh mereka. Imam Asyrofi, ketua Gerakan Muballigh Islam (GMI) Lampung menyatakan: Umat Islam Indonesia sudah bersepakat dengan komitmen kebangsaan terhadap 101
Buya H. Nurvaif Chaniago Ketua Muhammadiyah Provinsi Lampung, Wawancara, 10 Juli 2014, di Bandar Lampung.
120 Pancasila, UUD 1945 dan NKRI. Tetapi kalau ada yang tidak setuju, di Lampung jumlahnya kecil, kelompok minoritas tertentu dan itu pun hanya dalam pemikiran saja, tidak sampai ke permukaan melakukan radikalisme dan terorisme. Kalaupun itu ada beberapa haru yang lalu, buka orang Lampung pelakunya, tetapi dari luar Lampung yang bergerak di Lampung atau singgah/kos di Lampung. Secara umum, kondisi sosial-politik di Lampung cukup kondusif, tenang. Hanya ada kasus Balinuraga di Lampung Selatan, Mesuji, Lampung Tengah, dan perampokan bank di Tanggamus itu semua kasus criminal murni, kecuali yang di Tanggamus katanya ada jaringan dengan kelompok teroris. Tetapi saya tidak banyak tahu soal itu. Memang radikalisme dan terorisme yang marak akhir-akhir ini, termasuk indikasinya bersemai di Lampung, tetapi bukan dari Lampung pelakunya, dari luar Lampung. Untuk itu, pemerintah harus mewaspadai dan bertindak secara persuasif dan tegas untuk mengantisipasi dan membina kelompok radikal, kelompok sesat seperti Ahmadiyah yang dilematis. Ahmadiyah telah menyimpang dari ajaran Islam, mereka tidak bisa menyebut dirinya sebagai Islam, mestinya yang lebih pas mereka buat agama sendiri.102 -Hafi Suyanto pimpinan dan pengasuh Pesantren Darul Fattah sebagai cabang LIPIA Jakarta dan pendapatkan pendanaannya, ia sebagai da’i/khatib/muballigh di Lampung. Ia menjelaskan kondisi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan lembaga dakwah, santrinya berasal dari kalangan mahasiswa dan lainnya. Ia dan pengajar lainnya menggunakan kurikulum nasional dank khas pesntren. Menurutnya, relasi agama dan Negara tak perlu diberdebatkan. Keduanya berbeda tetapisaling berhubungan dalam kehidupan bebangsan dan bernegara. Ini sudah ada sejak dulu, sebelum Indonesia merdeka. Tentu keinginannya agar ajaran Islam dapat 102
Imam Asyrofi, Da’i (Khatib) dan Ketua Umum GMI Provinsi Lampung, Wawancara, 3 Juli 2014, di Bandar Lampung.
121 diimplementasikan dalam kehdupan masyarakat, semua lini kehidupan termasuk kehidupan politik atau negara. NKRI dan Pancasila tidak masalah, sudah pas untuk Idonesia. Tetapi, bagaimana syari’at Islam dapat diterapkan, dan yang memiliki agama lain silahkan melaksanakannya sesuai keyakinannya,tidak mesti syari’at islam ditegakkan dengan mendirikan negara Islam atau sistem khilafah. Soal demokrasi, HAM, dan terorisme, Islam mengatur sangat jelas bahkan pelopor demokrasi dan HAM; dan Islam anti terorisme. Kami tidak setuju dengan terorisme, sebab terorisme dengan jihad berbeda. Islam itu cinta damai, dan tidak tepat mengaitkan antara terorisme dengan jihad dalam Islam.103 -Sutomo adalah pengurus DPD LDII/da’i/khatib dan Takmr Masjid Hizbullah LDII, ia menjelaskan latar belakang keagamaannya hingga ia hamper menjadi nasrani, tetapi merasa diselamtkan oleh orang-orang LDII yang memberikan pencerahan agama baginya, maka ia menjadi anggota hingga kini pengurus LDII. Menurutnya, tidak benra LDII itu kelompok yang eksklusif. Selain kelompoknya tak boleh shalat di masjid kami, najis dan harus dicuci bekas shalatnya. Itu memang ernah ada, tetapi dulu, Sekarang ajaran Islam di LDII sudah mengubah paradikma menuju ke arah Islam yang einklusif, akomoatif dan moderat; sebab kalau tidak, maka LDII ditingalkan umat. Sekarang anggota LDII bergabung dengan MUI dan FKUB. Memang dalam sejarhnya, LDII beberapa kali ganti nama dari Islam jama;ah, Lemkari, dan LDII. Sehingga LDII sekarang perjuangannya melakukan reformasi, dialog dengan komunitas agama lain. LDII menolak kelompok yang menyuarakan Islam menolak Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Menurut LDII, Pancasila, UUD 1945, NKRI
103
Hafi Suyanto, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Fattah/Da’i dan Khatib, Wawancara, 2 Juli 2014, di Bandar Lampung.
122 sudah pas, danajaran Islam dapat diamalkan oleh pemeluknya dalam bingkai NKRI.104 -Sayhrial Syah sebagai Takmir masjid Al-Furqon yang terletak di jantung ibu kota provinsi Lampung.Masjid ini semula masjid yang dikelola oleh pemerintah provinsi, tetapi setelah dipindah ke Islamic Center Rajabasa, maka masjid Al-Forqon dikelola oleh pemerintah Kota Bandar Lampung. Berbagai kegiatan masjid seperti majlis taklim mingguan dan bulanan, har besar Islam, khatib jum’at dan acara keagamaan lainnya. Di masjid ini juga dilengapi dengan sarana Aula untuk pertemuan guna lebih mensiarkan masjid dan memakmurkan jama’ah. Menurutnya, Masjid agung ini sebagai pusat kegiatan agama dan sosial. Masjid ini mampu menampung 200 jama’ah dengan areal parker ang luas. Masjid yang berdiri tahun 1958 ini terbuka untuk umum, tetapi tidak memberikan ruang gerak bagi da’i/khatib atau kegiatan yang dapat memecah persatuan umat. Menghindari ajaran ikhtilaf yang membingungkan jama’ah. Untuk itu, sangat selektif dalam memilih khatib/da’i, agar tidak terbawa kepada kelompok tertentu apalagi yang disinyalir kelompok keras, ekstrem, dan radikal. Materi kajian meliputi akidah, ibadah, mua’amalah, dan akhlak/tasawuf untuk pencerahan umat.105 g. Aktivits Politik ialah para politisi yang bergabung dalam partai politik (parpol) tertentu atau organisasi sayap dari parpol tertentu yang ada di Lampung. Sebagai sampel diambil parpol atau organisasi sayap parpol dari PDI Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Demokrat. - Menurut Bainal Huri sebagai pengurus Bamusi, bahwa Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia) merupakan organisasi sayap dari PDI Perjuangan, yang khusus menangani programprogram keagamaan dan kemasyarakatan. Oleh karena Bamusi 104
Sutomo, Sekretaris DPD LDII/ketua Takmir Masjid Hizbullah LDII, Wawancara, 10 Juli 2014, di Bandar Lampung. 105 Syahrial Syah, Takmir Masjid al-Furqan, Wawancara, 3 Juli 2014.
123 merupakan organisasi sayap PDIP, maka segmen sasaran programnya di titik beratkan pada penguatan dan pemberdayaan masyarakat bawah (wong cilik). Lahirnya Bamusi, salah satu indikator PDIP sebagai partai nasionalis corak pemikirannya tidak semata-mata sekuler, tetapi juga peduli dan menaruh perhatian yang istimewa pada aspek keagamaan, dan PDIP tidak tepat lagi digolongkan sebagai partai nasionalis belaka, tetapi partai nasionalis yang relegius. Untuk itu, di antara program yang dikembangkan oleh Bamusi adalah pembinaan dan peningkatan pemahaman agama bagi kader-kader PDIP dan masyarakat luas, dan hubungan yang harmoni dengan membangun ukhuwah al-Islamiyah, ukhuwah al-basyariyah, dan ukhuwan al-Wathoniyah. Bahkan, program bakti sosial, seperti khitatan massal, pengobataan gratis, dan pada setiap tahunnya Bamusi memberikan umrah gratis pada kader dan simpatisan.106 Hal senada dikatakan oleh Muhammad Habib sebagai pengurus PDIP, bahwa agama dan negara seyogyanya jangan dipisah, kalau dipisah, maka akan menjadi negara sekuler, dan kalau dijadikan satu akan melahirkan negara berdasarkan agama (negara teokrasi). Yang benar adalah apa yang sudah ada ini, tinggal dijaga, dirawat, dipelihara bersama-sama. Proklamator Indonesia, Soekarno telah membangun pondasi negara yang kuat atas dasar kebersamaan. Negara Indonesia, sebagai negara yang majemuk, suku, agama dan budaya demikian beragamnya, maka sebagai pemersatunya adalah Pancasila sebagai dasar negara. Semua agama yang ada di Indonesia telah menyepakatinya, sehingga Pancasila sudah final. Antara agama dan negara saling membutuhkan, agama butuh negara, dan negara juga butuh agama. Semua agama yang sah menurut negara, boleh hidup dan berkembang di Indonesia. Oleh karenanya, yang perlu di bangun bukan negara 106
Bainal H. Halim,Pengurus dan Da’i Bamusi PDIP, Wawancara 2 Juli 2014, di Bandar Lampung.
124 Islam, tetapi masyarakat Islam. Ada pemikiran dari kelompok tertentu yang menginginkan negara Islam di Indonesia, harus kita tolak, karena tidak cocok dengan kehendak manyoritas bangsa Indonesia. Memang betul, maraknya konflik yang terjadi di Lampung, bukan disebabkan oleh sentimen suku dan agama, tetapi faktor lain, seperti tindakan kriminal murni, kesenjangan ekonomi, perebutan akses ekononomi dan lainlain. Untuk itu, sebelum adanya konflik, sangat diperlukan adanya pembinaan, komunukasi yang di fasilitasi oleh pemerintah daerah, jangan sampai tokoh agama, karena biasanya tokoh hanya dijadikan pemadam kebakaran atau pendorong mobil mogok saja. Harmonasi masyarakat perlu ditingkatkan kerjasama oleh ulama & umara.107 -Sementara Fajrun Najah Ahmad Sekretaris DPD Partai Demokrat menyatakan nilai-nilai keislaman dengan budaya Lampung sedemikian kental dan mengkristal, sehingga menghasilkan produk nilai yang ramah, santun dan bijak. Partai Demokrat dalam kebijakan dan program-programnya sangat memperhatikan aspirasi dan berbagai pemikiran yang berkembang di masyarakat. Sekalipun demikian, potokan utamanya dalam menetapkan berbagai kebijakan adalah Pancasilan dan UUD 1945. Perkembangan peta pemikiran keagamaan di Lampung, secara umum tidak jauh berbeda dengan apa yang mengemuka diberbagai daerah di Indonesia saat ini. Lampung posisinya yang sangat strategis karena menjadi pintu gerbang Jawa Sumatera, adat budaya Lampung yang terbuka, sehingga memungkinkan Lampung menjadi tempat yang subur untuk berkembangnya paham-paham yang keras. Untungnya, kekuatan ajaran agama yang pelopori oleh NU dan Muhammadiyah, serta budaya Lampung yang plural ditambah dengan besarnya pengaruh pondok pesantren yang menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, memiliki daya 107
Muhammad Habib, Pengurus Wawancara, 2 Juli 2014, di Bandar Lampung.
PDIP
Provinsi
Lampung,
125 tahan yang cukup. Sehingga Lampung tetap menjadi daerah moderat, toleran, damai dan demokratis.108 -Basyir al-Huda Pengurus Biro Kerohanian DPD Partai Golkar Lampung menegaskan, bahwa Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi saudarasaudara kita yang beragama lain juga ada. Semua warga negara Indonesia, apapun agama, suku, bahasa daerahnya, mereka sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tidak boleh ada, sekelompok masyarakat Indonesia yang merasa lebih dominan dibandingkan dengan kelompok yang lain. Inilah, di antara konsep berbangsa dan bernegara yang harus kita junjung tinggi dan taati. Kita lihat pengalaman sejarah politik Indonesia, setiap ada upaya-upaya yang ingin menggantikan dasar negara Pancasila, ingin mengubah bentuk negara NKRI dengan bentuk negara yang lain, selalu mengalami kegagalan dan tidak mendapatkan dukungan serta simpati dari masyarakat. Pengalaman sejarah ini menunjukkan dengan jelas, bahwa bangsa Indonesia, utamanya adalah masyarakat Islam berkeyakinan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi, maka kelompk yang ingin mengubahnya, itu berarti menjadi musuh bersama. Paham agama yang berkembang di Lampung banyak ragamnya, tetapi yang terbanyak adalah paham yang cinta damai, yang toleran dan menghargai pebedaan. Memang ada yang merasa paling benar dan suka menyalahkan paham lain (eksklusif, ektrem, dan cenderung radikal), tetapi kelempok ini kecil jumlahnya di Lampung. Paham yang dianggap sesat adalah Ahmadiyah relatif tidak berkembang. Untuk itu, ungkap Basyir, Golkar sebagai partai yang berpengalaman dan berpengaruh lebih cocok mengembangkan Islam moderat,
108
Fajrun Najah Ahmad, Sekretaris DPD Partai Demokrat Lampung, Wawancara 28 Juli 2014, di Bandar Lampung.
126 Islam inklusif, Islam terbuka untuk membawa kemanfaat bagi masyarakat dan bangsa.109 h. Pemimpin Kultural, diambil dari dua tokoh asli Lampung yakni Adat Pepadun dan Adat Saibatin. Menurut Prof. Dr. H. Fauzie Nurdin, MS (Pakar adat Lampung Pepadun), bahwa sejak pra kemerdekaan, tahun 1901, masyarakat Lampung sudah menerima kehadiran orang luar, melalui program transmigrasi di Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran. Perpindahan yang terus menerus, orang luar ke Lampung tidak berhenti hingga sekarang. Modusnya beragam, awalnya bertamu, menengok saudara atau mencari pekerjaan, kemudian menetap karena telah memperoleh penghasilan, lalu berumah tangga, dan membeli lahan untuk tempat tinggal yang permanen. Masyarakat Lampung mencirikan masyarakat yang terbuka terhadap pendatang. Masyarakat Lampung adalah pluralistik, di mana hampir semua etnis dan agama yang ada di nusantara terdapat di Lampung. Bahkan, hingga erda orde baru citra masyarakat Lampung sebagai masyarakat adat yang menerima kehadiran orang luar secara terbuka dan semakin mengkristal dalam konsep Sang Bumi Ruwa Jurai, yakni masyarakat Lampung dari dua jurai: jurai asli (masyarakat asli Lampung) dan jurai pendatang. Pada era reformasi, konsep dua jurai dipertanyakan 'banyak kalangan, ketika konsep politik mempengaruhi cara pandang kultural, dengan menegasikan antara putra daerah dengan bukan putra daerah. Mengenai berbagai kasus di Lampung, Menurut saya, bukan karena soal kesukuan atau keagamaan, tetapi lebih disebabkan kesenjangan ekonomi, soal sengketa tanah, sulit mendapat pekerjaan, dan lain-lain. Indikasinya, Lampung menjadi tempat persemaian kelompok teroris, memang menjadi sangat terbuka. Hal ini, salah satu penyebabnya adalah karena adat109
Basyir al-Huda, Biro Kerohanian DPD Golkar Lampung, Wawancara, 25 Juli 2014, di Bandar Lampung.
127 istiadat Lampung yang demikian luhur dan tinggi, yaitu Piil Pesenggiri (suka nyambut tamu dengan baik, dari manapun datangnya). Sayangnya, nilai-nilai luhur itu justru dimanfaatkan oleh orang luar yang datang di Lampung bertindak radikal dan teroris. Contonhya, Budaya Muakhi (persuadaraan) berati fleksibelitas dan toleran dalam pergaulan dengan masyaraat dalam dan luar Lampung. Jika ditengarai Lampung adalah tempat yang subur bagi bersemainya kelompok-kelompok radikal, bisa dipastikan bukan karena orang Lampung yang pro terhadap gerakan-gerakan tersebut, tetapi lebih karena disatu sisi posisi Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera Jawa yang strategis, di sisi lain, karena orang lain yang memanfaatkan kelonggoran dan kebaikan toleransi masyarakat Lampung yang demikian besar.110 -Dr. Bunyana Solihin tokoh adat Saibatin menerangkan, bahwa adat lahir dari kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Di Lampung, ada dua adat, yaitu pepadun dan saibatin. Relasi adat Lampung dan Islam sangat kental. Peristiwa dan berbagai upacara adat banyak dimasuki oleh nilai-nilai keislaman, baik dalam praktik hukum keluarga, maupun dalam pergaulan sehari-hari. Tidak hanya, soal integrasi adat Lampung dan Islam, tetapi masyarakat Lampung sangat lunak untuk berbaur, bersama-sama dan bergaul dalam semua lini masyarakat dan berbangsa. Buktinya, masyarakat pendatang dari Jawa diterima di Lampung. Pembauran yang terjadi, banyak juga dengan kawin. Orang Lampung belajar ke Jawa dan sebaliknya. Pembegalan di Lampung Timur dan Utara, itu dilakukan bukan oleh orang Lampung, bisa saja oleh orang Sumsel karena dekat dengan Lampung, mungkin oleh pendatang. Kalau mau jujur, yang perlu dicari adalah akar masalah kenapa banyak terjadi pembegalan akhir-akhir ini, apakah karena sulitnya ekonomi, lemahnya penegakan hukum, 110
A. Fauzie Nurdin Tokoh Adat Lampung Pepadun, Wawancara, 2 Juli 2014, di Bandar Lampung.
128 lemahnya agama masyarakat. Sangat banyak variannya. Menurut saya, potensi Lampung menjadi daerah berkembangnya gerakan radikal, bisa saja terjadi, karena Lampung letaknya strategis, dekat dengan Jakarta, pintu gerbang Jawa dan Sumatera, dan masyarakatnya heterogen. Bukan karena orang Lampung, atau karena masyarakat pro radikal, itu tidak. Masyarakat Lampung dikenal toleran, ramah, terbuka, sesuai Budaya Piil Pesenggiri yang sangat luhur nilainya. Formalisasi hukum Islam ke dalam hukum negara itu asal mekanisme benar menurut peraturan perundang yang berlaku.111 -Menurut Khairuddin sebagai tokoh Paku Banten di Lampung, bahwa ada hubungan harmonis antara masyarakat Lampung dan Banten. Diakui, Banten sebagai penyebar Islam di Lampung sehingga masyarakat asli Lampung mengakui Banten sebagai saudara tuanya. Mengenai Paku Banten itu singkatan dari Pengemban Amanat Kerukunan Umat (Paku) Banten. Paku Banten adalah paguyuban, kemudian menjadi organisasi lokal kemasyarakatan dan keagamaan, Awalnya, hanya sekedar mewadahi orang-orang Banten yang ada di Lampung. Lalu menjadi wadah bagi siapapun yang mau, dari manapun asalnya. Sekarang, Paku Banten telah menjadi organisasi yang cukup besar, Pimpinan Pusatnya di Lampung tersebar cabangnya di setiap Kabupaten/Kota, bahka di Provinsi Banten, DKI Jakarta, cabang Paku Banten di Malaysia. Pada awalnya, Paku Banten semacam organisasi premanisme, organisasi centeng, tukang gelut dan lainnya. Pos-posnya itu banyak mengusai tempat-tempat keramaian, perdagangan dan tempat-tempat strategis lainnya. Tetapi, dalam perkembangannya, Paku Banten berbenah dan menjadi organisasi yang diperhitungkan, karena anggotanya militan dan jumlahnya cukup banyak. Kader utama Paku Banten 111
Bunyana Solihin, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Wawancara, 3 Juli 2014, di Bandar Lampung.
129 adalah orang-orang Banten, yang nota bene, jawara. Tetapi, jawara Banten, relasinya dengan para kiyai, ulama, ajengan begitu kuatnya. Sehingga, sehebat dan sekuat apapun kekuatan jawara, mereka sangat ta'zim dan tawadlu kepada ulama. Rata-rata jawara menguasai bela diri, ilmu agama, dan mengaji al-Qur'an. Penampilan jawara, tetapi sikap agama mereka toleran dan bersahabat, tidak suka kekerasan dengan atas nama agama, tetapi keras dalam menegakkan kebanaran untuk melindungi masyarakat.112 (2) kelompok Radikal Berdasarkan keterangan informan, di Lampung ada kelompok kecil radikal dalam pemikiran seperti HTI, Khilafatul Muslimin, Pesantren Ulul Albab, dan ustad Madrus mengakui keras pemikiran, tetapi tidak setuju dengan terorisme dan radikalisme. Kelompok kecil yang masih ada hubungan dengan pemikiran Abu Bakar Ba’asyir, dan Abdul Kadir Baraja.Persemaian
kelompok
radikal
ini,
jika
tidak
diwaspadai dan dibina dapat muncul menjadi gerakan radikal. Tetapi kelompok teroris yang bergerak di Lampung berasal dari orang luar Lampung. (3) kelompok aliran sesat Menurut informan di atas, yang termasuk kelompok sesat di Lampung adalah penganut Ahmadiyah, Syi’ah, dan LDII sudah mengubahnya menjadi ajaran ke arah yang moderat. 112
Khairuddin dan Ahmad sayuti, Tokoh Paku Banten dan Da’i, Wawancara 2 Juli 2014, di Bandar Lampung.
130
3. 2 Identifikasi Narasi Islamisme Identitas
narasi
Islamisme
diartikan
sebagai
penggambaran usaha menyebarkan narasai sebagai cerita, faham, dan ideologi Islam sebagai Politik Identitas. Islamisme yang dipahamioleh kelompok radikal-pemikiran yang ada di Lampung membutuhkan proses interksi sosial dalam melembagakan Islam politik sebagai identitas keagamaan yang membutuhkan pula aktivisme Islam bagi aktornya kurang mendapat respon secara umu bagi msyarakat Lampung
sehingga Islamisme tidak
berkembang dan tidak dapat pula dikembangkan dalam situasi perubahan struktural dan kondisi-kondisi tertentu (konflik sosial) di Lampung. Contohnya, kondisi sosial-politik menjelang pilgub, kondisi sosial-ekonomi yang kurang menguntungkan seperti peristiwa di Mesuji, Lampung Tengah, dan Lampung Selatan. Mereka, yang secara ekonomi kurang menguntungkan, miskin, tidak dapat direkrut oleh kelompok kecil radikal, sehingga hubungan kelompok ini tidak dapat memberikan harapan baru bagi yang mengalami frustasi akibta konflik sosial tersebut. Mereka tidak mampu membangun social ineterst dalam situasi konflik sosial ataupun situasi yang tidak menguntungkan, sehingga tidak melahirkan distingsi antara kelompok ingroup love (solidaritas/senasib) dan kelompok di luar mereka (outgroup
131 bate) ialah kelompok yang dibenci oleh mereka dalam permukaan publik. Jadi, konflik sosial yang pernah terjadi di Lampung tidak teridentitas secara sosial dari semacam “minna” wa “minhum” yakni insider (kelompok radikal) dan outsider (kelompok di luar mereka yang tidak sepaham dengan mereka). Kelompok teroris diidentifikasi oleh Densus 88 bukan lahir dari masyarakat Lampung, tetapi orang luar Lampung yang melakukan tindakan terorisme di Lampung seperti kelompok teroris yang merampok di BRI Tanggamus. Model dakwah multikultural NU bertujuan untuk mencegah narasi Islamisme, menjaga mashlahat dan membangun kerukunan umat beragama. Suatu keniscayaan, kerukunan umat beragama dibangun dari ukhuwah. Konsep ukhuwah dijelaskan dalam AlQur’an, Hadits, dan qaul ulama. Paham Ukhuwah direalisasikan melalui dakwah multukultural di Lampung. Konsep ukhuwah untuk membangun kerukunan umat didasarkan pada sikap muslim yang tawasuth, tasamuh, tawazun, tarahum, dan ta’awun (moderat, persamaan, keadilan, saling kasih-sayang dan tolongmenolong). Konsepsi Al-Qur’an tentang ukhuwah, adalah ukhuwah yang bersifat Islami atau ukhuwah yang diajarkan oleh Islam. Ukhuwah yang demikian, juga telah dikemukakan dalam ayatayat yang terkait dengannya. Dari sini dipahami, setidaknya
132 ada tiga konsep ukhuwah yang diajarkan Al-Qur’an, yaitu: ukhuwah keagamaan, ukhuwah kebangsaan, dan ukhuwah insaniah. 1. Ukhuwah Keagamaan (ukhuwah al-diniyyah) Ayat yang terkait dengan ukhuwah keagamaan adalah, QS. al-Hujurat (49): 10 dan QS. al-Taubah (9): 11 yang telah dikutip, dimana ayat ini menegaskan bahwa "orang-orang mukmin itu bersaudara", selanjutnya ditegas-kan bahwa "orang beribadah seperti shalat, zakat, dan lain-lain mereka saudara seagama". Yang dimaksud oleh ayat ini adalah persaudaraan segama Islam, atau persaudaraan sesama muslim. Khusus pada QS. al-Hujurat (49): 10 yang dimulai dengan kata inama ( )إِﻧ ﱠ َﻤﺎdigunakan untuk membatasi sesuatu. Di sini kaum beriman dibatasi hakikat hubungan mereka dengan
"persaudaraan".
Seakan-akan
tidak
ada
jalinan
hubungan antar mereka kecuali dengan hubungan persaudaraan itu. M. Quraish Shihab menjelaskan juga bahwa kata inama biasa digunakan untuk meng-gambarkan sesuatu yang telah diterima sebagai suatu hal yang demikian itu adanya dan telah diketahui oleh semua pihak secara baik. Dengan demikian, penggunaan kata innama dalam konteks penjelasan tentang "persaudaraan antara sesama mukmin" ini, mengisyaratkan
133 bahwa sebenarnya semua pihak telah mengetahui secara pasti bahwa kaum beriman bersaudara, sehingga semestinya tidak terjadi dari
pihak manapun hal-hal
yang mengganggu
persaudaraan itu. 113[15] Demikian pula Ibn Katsir menyatakan bahwa orang-orang beriman adalah hamba Allah yang taat, dan mereka dianjurkan untuk mempererat persaudaraan di antara mereka sebagaimana hadis Nabi saw, ﻛﻮﻧﻮ ﻋﺒﺎد ﷲ إﺧﻮاﻧﺎ.114[16] Dalam ayat tersebut menggunakan kata ikhwah. Kata ini
sebagaimana
yang
telah
diuraikan
bisa
berarti
"persaudaraan seketurunan", artinya hubungan persaudaraan seagama sesama muslim harus erat sebagaimana eratnya hubungan antar saudara seketurunan. Kemudian, dalam hadis yang dikemukakan oleh Ibn Katsir menggunakan kata ikhwan, dan kata ikhwan mengandung arti hubungan persaudaraan tanpa seketurunan, artinya bahwa orang muslim itu terdiri atas banyak bangsa dan suku yang tidak seketurunan, maka mereka juga harus mengakui bahwa mereka adalah bersaudara sehingga mesti terus menjaga persaudaraan.
113
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Kesan, Pesan, dan Keserasian Al-Qur'an, volume13 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h.247. 114 Muhammad bin Ismail bin Katsir, Tafsir al-Qur'an al-Azhim, juz IV (Semarang: Toha Putra, t.th), h. 221. Hadis yang dikutip di atas, menurut apa yang dikemukakan Ibn Katsir, adalah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
134 Ukhuwah keagamaan tampak sekali menjadi prioritas Nabi saw ketika pertama kali Hijrah di Madinah. Pada saat pertama kali rombongan sahabat dari Mekah tiba, dan mereka ini disebut kaum Muhajirin, maka saat itu pula Nabi saw langsung mengikatkan tali persaudaraan mereka kepada orangorang mukmin di Madinah yang disebut kaum Anshar. Sehingga terjadilah tali ukhuwah keagamaan yang erat antara Muhajirin dan Anshar. Mereka sama-sama umat beragama Islam, mereka sama-sama menunaikan ibadah yang diajarkan oleh Islam seperti shalat dan zakat sebagaimana dalam QS. alTaubah (9): 11 yang telah sebutkan. Mereka juga sama-sama berjihad di jalan Allah dan sama-sama mengorbankan jiwa hartanya di jalan Allah sebagaimana dalam QS. al-Anfal (8): 72, yakni : ﺳ ﺒِﯿ ِﻞ ﱠ ﷲ ِ َو اﻟ ﱠ ِﺬﯾﻦَ َء ا َو ْو ا َ اﻟ ﱠ ِﺬ ﯾﻦَ َء ا َﻣ ﻨُﻮا َو ھَﺎ َﺟ ُﺮ وا َو َﺟ ﺎھ َﺪُوا ﺑِﺄ َ ْﻣ َﻮ اﻟ ِ ِﮭ ْﻢ َو أَﻧْﻔ ُ ِﺴ ِﮭ ْﻢ ﻓِﻲ ﺾ ُ ﻚ ﺑ َ ْﻌ َ ِ ﺼ ُﺮ وا أ ُوﻟ َﺌ َ َ َو ﻧ ٍ ﻀﮭ ُ ْﻢ أ َوْ ﻟ ِﯿَﺎ ُء ﺑ َ ْﻌ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi.”115
115
Departemen Agama RI, op. cit., h. 273.
135 Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam rangka menumbuh kembangkan per-saudaraan ukhuwah keagamaan, yakni ukhuwwah diniyyah, adalah memantapkan kebersamaan dan persatuan mereka sesama umat Islam, berdasarkan persamaan agama. Karena itu, bentuk ukhuwah ini tidak dibatasi oleh wilayah, kebangsaan atau ras, sebab seluruh umat Islam di seluruh dunia di manapun mereka berada adalah sama-sama bersaudara. 2. Ukhuwah Kebangsaan (ukhuwah al-wathaniyyah) Sebelumnya
telah
dirumuskan
tentang
konsep
ukhuwah keagamaan disebut ukhuwwah diniyyah. Islam sebagai
agama
universal
memiliki
konsep
ukhuwah
kebangsaan yang disebut ukhuwah wathaniyyah, yakni saudara dalam arti sebangsa walaupun tidak seagama. Ayat yang terkait adalah QS. Hud (7): 65. Allah Swt. berfirman: َو إِﻟَﻰ ﻋَﺎ ٍد أَ َﺧ ﺎھ ُ ْﻢ ( ھ ُﻮدًاDan (Kami telah mengutus) kepada kaum `Ad saudara mereka, (Hud). mengembangkang
Dalam ayat lain dijelaskan, kaum 'Aad ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud.
Sehingga Allah memusnahkan mereka, sebagaimana dalam QS. al-Haqqah (69): 6-7. Jenis ukhuwwah
demikian
disebutkan juga dalam QS. Shad (38): 23 yang telah disebut sebelumnya, di mana dalam ayat ini ditegaskan adanya
136 persaudaraan semasyarakat, walaupun berselisih paham karena ada perdebatan jumlah ekor kambing yang mereka miliki. H. M. Quraish Shihab menjelaskan guna memantapkan ukhuwah kebangsaan walaupun tidak seagama. Pertama kali Al-Quran menggarisbawahi perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut merupakan kehendak Allah, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan makhluk di pentas bumi.116 Dalam QS. al-Maidah (5): 48 Allah berfirman : َو ﻟَ ْﻮ ﺷَﺎ َء ﱠ ت ِ ﷲ ُ ﻟ َ َﺠ َﻌ ﻠ َ ُﻜ ْﻢ أ ُ ﱠﻣﺔ ً َو ا ِﺣ َﺪ ةً َو ﻟَﻜِ ْﻦ ﻟِﯿَﺒْﻠ ُ َﻮ ُﻛ ْﻢ ﻓِﻲ َﻣ ﺎ َء اﺗَﺎ ُﻛ ْﻢ ﻓَ ﺎ ْﺳﺘ َﺒِﻘُﻮا اﻟْ َﺨﯿْ َﺮ ا Terjemahnya : Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak mengujimu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.117 Dari ayat tersebut, maka seorang muslim hendaknya memahami adanya pandangan atau bahkan pendapat yang berbeda dengan pandangan agamanya, karena semua itu tidak mungkin berada di luar kehendak Allah. Walaupun mereka berbeda agama, tetapi karena mereka satu masyarakat, sebangsa dan setanah air maka ukhuwah di antara mereka 116 117
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Op.Cit., h. 491 . Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 168.
137 harus tetap ada. J. Suyuti Pulungan menyatakan indikasi ukhuwah kebangsaan ini dapat dilihat dalam ketetapan Piagam Madinah yang bertujuan mewujudkan segenap persatuan sesama warga masyarakat Madinah, yakni persatuan dalam bentuk persaudaraan segenap penduduk Madinah. Pasal 24 Piagam Madinah menyebutkan: وإن اﻟﯿﮭﻮد ﯾﻨﻔﻘﻮﺗﻦ ﻣﻊ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ ﻣﺎ داﻣﻮا ﻣﺤﺎرﺑﯿﻦ (Sesungguhnya Yahudi bersama oranng-orang mukmin bekerja sama menanggung pembiayaan selama mereka berperang).118 Jadi, di antara mereka harus terjalin kerjasama dan tolong menolong dalam menghadapi orang yang menyerang terhadap negara mereka di Madinah. Konsep ukhuwah kebangsaan yang digambarkan di atas, sungguh telah terpraktik dalam kenegaraan di Madinah yang diplopori oleh Nabi saw. Kesuksesan dan teladan bangunan ukhuwah Madinah tersebut akhirnya mengilhami para pemikir muslim kontemporer untuk mempersamakan wacana civil society dari Barat dengan wacana masyarakat madani dalam Islam. Upaya pencocokan ini sekalipun dipaksakan, memang sedikit banyak memiliki titik temu yang cukup signifikan. Pertautan ini nampak jelas terutama pada proses transformasi sosial budaya, sosial politik dan sosial 118
J. Syutuhi Pulungan, Op.Cit., h. 146.
138 ekonomi pada masayarakat Madinah dengan proses bangsa Eropa (Barat) menuju masyarakat modern yang sering disebut civil society.119 Nurcholish Madjid mengungkapkan beberapa ciri mendasar dari ukhuwah masyarakat madani yang dibangun oleh Nabi saw, antara lain (1) egalitarianisme; (2) penghargaan kepada
orang
berdasarkan
prestasi,
bukan
kesukuan,
keturunan, ras, dan sebagainya; (3) keterbukaan partisipasi seluruh anggota masy aktif; (4) penegakan hukum dan keadilan; (5) toleransi dan pluralisme; (6) musyawarah.120 Dalam dibutuhkan
mewujudkan
masyarakat
manusia-manusia
yang
tersebut, secara
tentu pribadi
berpandangan hidup dengan semangat ukhuwah kebangsaan. Nabi saw telah memberikan keteladanan dalam mewujudkan ciri-ciri ukhuwah seperti yang disinggung di atas. Untuk sampai ke ukhuwah tersebut dapat dirujuk QS. Ali Imrān (3): 159: ﻓ َﺒ ِ َﻤ ﺎ َر ْﺣ َﻤ ﺔٍ ِﻣ ﻦَ ﱠ ُﻚ ﻓ َﺎ ْﻋ ﻒ ﷲ ِ ﻟ ِﻨْﺖَ ﻟ َﮭ ُ ْﻢ َو ﻟ َﻮْ ُﻛ ﻨْﺖَ ﻓَﻈًّ ﺎ َﻏ ﻠ ِﯿﻆَ اﻟْﻘ َﻠْﺐِ َﻻ ﻧْﻔَ ﱡ َ ِﻀ ﻮا ِﻣ ْﻦ َﺣ ﻮْ ﻟ ﷲ ِ إِ ﱠن ﱠ َﺎو ْر ھ ُ ْﻢ ﻓِ ﻲ ْاﻷ َ ْﻣ ِﺮ ﻓَﺈ ِ َذ ا َﻋ َﺰ ْﻣ ﺖَ ﻓَﺘ َ َﻮ ﱠﻛ ﻞْ َﻋ ﻠَﻰ ﱠ ﷲ َ ﯾ ُ ِﺤﺐﱡ ِ َﻋ ﻨْﮭ ُ ْﻢ َو ا ْﺳﺘ َ ْﻐ ﻔِﺮْ ﻟَﮭ ُ ْﻢ َوﺷ َاﻟْ ُﻤ ﺘ َ َﻮ ﱢﻛ ﻠ ِﯿﻦ
119
Nurcholish Madjid, Menuju Masyarakat Madani dalam Adi Suryani Culla, (ed), Masyarakat Madani; Pemikiran, teori dan Relevansinya dengan Era Reformasi (Cet.III; Jakarta: PT. RajaGRafindo Persada, 2002) 192 120 Ibid., 193.
139 Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemahlembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” 121 Ayat di atas dipahami,bahwa ada empat kunci utama dalam membangun kerukunan dasar ukhuwah kebangsaan yaitu: Pertama, membentuk pranata sosial masyarakat itu haruslah elektif dan pleksibel, artinya faktor kultur, demografi dan geografi suatu masyarakat sangat mempengaruhi strategi pembentukan masyarakat. Kedua, sikap pemaaf terhadap pelaku kejahatan sosial guna membangun masyarakat baru haruslah dijunjung tinggi, dengan mengeyampingkan perubahan revolusioner yang justeru akan memakan korban harta dan nyawa yang tak terhitung. Ketiga, semua perilaku dan perubahan sosial politik dalam pembentukan masyarakat harus dilandasi dengan upaya kompromi dan rekonsiliasi melalui musyawarah mufakat, sehingga tercipta demokratisasi. Keempat, para pelaku yang terlibat dalam proses pembentukan masyarakat haruslah memiliki landasan moralitas atau akhlak mulia (adab al-insan). 121
Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 103
140
3. Ukhuwah fi al-Wathaniyah wa al-Nasab Ukhuwah fi al-Wathaniyah wa al-Nasab berarti saudara dalam seketurunan dan kebangsaan seperti yang diisyaratkan dalam Al-Quran. Model ukhuwah ketiga ini juga lebih sempit dari bentuk yang kedua ukhuwah di atas, karena lingkup persaudaraan hanya meliputi persaudaraan sebangsa dan setanah air. Lebih lanjut ukhuwah ini tidak mengkosentrasikan pada pemerintahan islam, hanya saja masing-masing warga negara mempunyai
kewenangan
untuk
berpartisipasi
dalam
mengembangkan negara. Prinsip-prinsip
yang
kerukunan umat beragama,
sesuai
dengan
membangun
dalam ukhuwah tersebut di atas,
antara lain prinsip “al-tasamuh” (toleransi). Dalam prinsip altasamuh, yaitu adanya interaksi timbal-balik antar umat beragama ialah umat beragama tertentu menghargai kebebasan beragama umat lain atau seseorang yang tidak sepaham dengannya, tidak mengganggu
peribadatan,
dan
tetap
menjaga
ukhuwah
wathaniyah-nya122
122
http://espeilimab.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-falsefalse-en-us-x-none.html
141 Dengan demikian, prinsip tasamuh ialah persamaan derajat juga meliputi persamaan sebagai warga negara untuk sama-sama menjalankan kewajiban dan hak-haknya. Dalam hal iniHak asasi manusia meliputi hak hidup, hak beragama, hak bernegara, hak berkumpul, hak berpendapat, dan lainnya. 4. Ukhuwah Insaniah/Basyariyah Ukhuwah insaniyah, yaitu persaudaraan sesama umat manusia. Manusia mempunyai mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal. Seluruh manusia di dunia adalah bersaudara. Ayat yang menjadi dasar dari ukhuwah seperti ini adalah antara lain lanjutan dari QS. al-Hujurat (49): 10, dalam hal ini ayat 11 yang masih memiliki munasabah dengan ayat 10 tadi.
Bahkan sebelum ayat 10 ini, Alquran memerintahkan
agar setiap manusia saling mengenal dan mempekuat hubungan persaudaraan di antara mereka. Khusus dalam QS. al-Hujurat (49): 11, Allah berfirman : ﺴ ﺎ ٌء ِﻣ ْﻦ َ ِﺴ ﻰ أ َ ْن ﯾ َ ُﻜ ﻮﻧُﻮا َﺧ ﯿْ ًﺮ ا ِﻣ ﻨْﮭ ُ ْﻢ َو َﻻ ﻧ َ ﯾ َﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾﻦَ َء ا َﻣ ﻨُﻮا َﻻ ﯾَ ْﺴ َﺨ ْﺮ ﻗَﻮ ٌم ِﻣ ْﻦ ﻗ َﻮْ ٍم َﻋ ﺲ َ ْﺴ ُﻜ ْﻢ َو َﻻ ﺗ َﻨَﺎﺑَ ُﺰوا ﺑ ِ ْﺎﻷ َﻟْﻘَﺎبِ ﺑِﺌ َ ُ ﺴ ﻰ أَ ْن ﯾ َ ُﻜ ﱠﻦ َﺧﯿْ ًﺮ ا ِﻣ ﻨْﮭ ﱠُﻦ َو َﻻ ﺗ َﻠْ ِﻤ ُﺰ وا أ َﻧْﻔ َ ﺴ ﺎ ٍء َﻋ َ ِﻧ ُ ِاﻻ ْﺳ ُﻢ اﻟْﻔُﺴُﻮ (11 ) َﻚ ھُ ُﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟ ِ ُﻤﻮن َ ِاﻹ ﯾ َﻤﺎ ِن َو َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾ َﺘ ُﺐْ ﻓ َﺄُوﻟَﺌ ِ ْ ق ﺑ َ ْﻌ َﺪ Artinya:
142 “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolokolok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanitawanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolokolok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” Ayat tersebut sangat melarang orang beriman untuk saling mengejak kaum lain sesama umat manusia, baik jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Ayat berikutnya, yakni ayat 12, justru memerintahkan orang mukmin untuk menghindari prasangsa buruk antara sesama manusia. Dalam Tafsir al-Maragi dijelaskan bahwa setiap manusia dilarang berburuk sangka, dilarag saling membenci. Semua itu wajar karena sikap batiniyah yang melahirkan sikap lahiriah. Semua petunjuk Alquran yang bericara tentang interaksi antarmanusia pada akhirnya bertujuan memantapkan ukhuwah di antara mereka. 123 Memang banyak ayat yang mendukung persaudaraan antara manusia harus dijalin dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilihat tentang larangan melakukan transaksi yang 123
Ahmad Mustahafa al-Maragi, Tafsir al-Marag, juz IV (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1973), h. 78.
143 bersifat batil di antara manusia sebagaimana dalam QS. alBaqarah (2): 188, larangan bagi mereka mengurangi dan melebihkan timbangan dalam usaha bisnis sebagai dalam QS. Al-Mutaffifin (48): 1-3. Dari sini kemudian dipahami bahwa tata hubungan dalam ukhuwah insaniyah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil, damai, dan pada intinya konsep tersebut
dalam
Alquran
bertujuan
untuk
memantapkan
solidaritas kemanusiaan tanpa melihat agama, bangsa, dan suku-suku yang ada.
144 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari seluruh uraian di atas ditutup dengan mengukakan kesimbulan sebagai berikut: a. Model dakwah multikultural NU dapat dikembangkan oleh da’i dari kalangan NU dengan berijtihad dan merespon dinamika zaman dan menjadi solusi bagi problem umat serta kebutuhan masyarakat sebagai sasaran dakwah. Ijtihad waqi’iyah dakwah untuk merespon problem dakwah diengah masyarakat pluralisti sehingga terjadi perubahan bagi mad’u mengenai pemahaman, sikap, dan perilaku yang saling menghormati, menciptakan harminisasi, dan kerukunan antar umat beragam yang dipelopori oleh umat Islam dalam rangka mengembangkan pesan dakwah yang rahmatan lil’alaimin dengan model dakwah multikultural. b. Model dakwah multikultural dapat menjaga mashlahat umat di Lampung dalam bentuk stablitas sosial, kerukunan, persatuan, persaudaraan sesama umat Islam, dengan umat agama lain, dan dengan pemerintah guna mewujdukan khairu ummah di Lampung yaitu masyarakat yang mashalahat dan berukhuwah.
145 B. Saran-saran Adapun saran-saran sebagai rekomendasi penelitian ini dapat dikemuakan sebagai berikut: 1. Model
dakwah
multikultural
NU
agar
terus
dapat
dikembangkan oleh da’i dengan berijtihad dan merespon dinamika zaman dan menjadi solusi bagi problem umat serta kebutuhan masyarakat sebagai sasaran dakwah (mad’u) yang multikulturalistik
di
Lampunng
dan
daerah-daerah
di
Indonesia. 2. Model dakwah multikultural dapat menjaga kerukunan umat beragama di Lampung perlu dipertahakan dan dikembangkan model dakwah kultural dengan tujuan untuk menjaga stablitas sosial, kerukunan, persatuan, persaudaraan sesama umat Islam, dengan umat agama lain dan pemerintah guna mewujudkan khairu ummah dan mashahat umat di daerah Lampung sebagai bagian intergral Negara Kesatuan Republik Indonesia.
146 DAFTAR PUSTAKA
Al-Bayanuni, Al-Madkhal ila "Ilm al-Da'wah, Kairo: Matba'ah al-Azhar,1978. Ali, Sayuthi, Metodologi Penelitian Grafindo Persada, 2000.
Agama,
Jakarta: Raja
Amirin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1990. Bangura, Yusuf. “The Search of Identity: Ethnicity, Religion and Political Violence”Makalah World Summit for Social Development, Kopenhagen, 1995. Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag, 1998. Durkheim, Emile, Sociological Theory, Chicago: Chicago University Press,1961. Erikson, Thomas Hylland. Ethnicity and Naturalism, Anthropological Perspective. Colorado: Pluto Press, 1993. Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Giddens, Anthony, Human Societies A Reader, Cambridge: Polity Press,1992. Hadi, Sutrisno & Pamardiyanto, Seno. Seri Program Statistik. Yogyakarta: UGM, 1997. Hadi, Sutrisno, Methodologi Research, Jilid III, Yogyakarta: Yayasan Penerbit FP UGM, 1986.
147
Hamka, Sejarah Kebudayaan Islam, jilid IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1994. Hasby Syahid, Sejarah Masuknya Islam di Lampung, Bandar Lampung, Gunung Pesagi, 1994 Jary, David & Julia. Collins Dictionary of Sociology. Galsgow: Harper Collins, 1991. K. Nottingham, Elizabeth, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Koentjaraningrat, Masalah Kesukubangsaan dan Nasional, Jakarta: UI Press, 1993.
Integrasi
Machendrawaty, Nanih dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Mahfuzh, Ali, Hidayat al-Mursyidin, Beirut: Dar al-I'tisham, 1979. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998. Mudzhar, M. Atho’. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Mujiyana, Potensi Konflik Umat Beragama Dalam Masyarakat Majemuk. Tesis, tidak diterbitkan, PPs UGM, 1999. Nazir, Moh., Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press, 1987.
148
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press, 1993. O’Dea, Thomas F. Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press, 1987. Parson, Talcott, Social Structure, McMillan: Publishing, 1980. Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosyda Karya, 1998. Retnowati, Agama, Konflik dan Integrasi Sosial (Rekonsiliasi Islam dan Kristen Pasca Kerusuhan Situbondo). Tesis, tidak diterbitkan. PPs UGM, 2000. Robertson, Ronald. Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta: Rajawali Press, 1995. Shills, David L. International Encyclopedia of Social Sciences. New York: McMillan Company and The Free Press, 1972. Steenbrink, Karel, Kawan Dalam Pertikaian: Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia (1596-1942), Bandung: Mizan, 1995. Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Sinar Baru,1989.
Penilaian
Sumarjan, Selo. Stereotip Etnik, Asimilasi dan Integrasi Sosial. Jakarta: Pustaka Grafika, 1988. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: FE UI, 1993.
149
Surachmad, Winarno, Metode Penelitian: Dasar, Metode, Teknik, Bandung: Tarsito, 1989. Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Tarsito, 1989. Syari’ati, Ali, Membangun Masa Depan Islam, terjemahan, Bandung: Mizan, 1993. Syari’ati, Ali, Ummah dan Imamah, terjemahan, Lampung: YAPI, 1990. Syukir, Asmuni, Asas-asas Strategi Dakwah, Jakarta: Usaha Nasional, 1993. Tanja, Victor I, Pluralisme Agama dan Problema Sosial: Diskursus Teologi Tentang Isu-Isu Kontemporer, Jakarta: Pustaka Cedesindo, 1989. Thayib, Ansari dkk., Hak Azasi Manusia dan Pluralisme Agama. Surabaya: PKSK, 1997. Tim Penyusun, Profil Provinsi Lampung, Bandar Lampung, Pemerintah Provinsi, 2008. W. Arnold, Sejarah Dakwah, terjemahan, Jakarta: Wijaya, 1992. Wirosardjono, Soetjipto. Agama dan Pluralitas Bangsa. Jakarta: P3M, 1994.