Mobilisasi Masyarakat “… mobilisasi masyarakat menjadi salah satu pembeda dengan program pemerintah atau program lainnya. Bukan kami tidak bisa melakukannya, tetapi keterbatasan personel dan luasnya cakupan yang membuat kami tidak bisa intesif seperti program ini ” (kutipan pernyataan staf Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat)
Dalam program FRESH (Future Resilience and Stronger Households) atau Program Penguatan Posyandu, Mobilisasi Masyarakat menjadi komponen yang pertama. Artinya sebelum program bergerak guna memberikan informasi kepada masyarakat tentang praktek pemberian makanan, perilaku kesehatan dan layanan kesehatan berbasis masyarakat, dan pelayanan perkembangan anak usia dini dalam rangka memperkuat daya tahan keluarga melalui perbaikan kesehatan, gizi dan status perkembangan anak-anak, mobilisasi masyarakat sudah harus bergerak untuk meletakkan dasar program di masyarakat. Dengan strategi ini, masyarakat tidak lagi menjadi penerima pasif program. Setelah itu, mobilisasi masyarakat tidak berhenti, tetapi harus terus bergerak. Tujuan selanjutnya untuk membuat semua elemen masyarakat bergerak melakukan tindakan nyata guna membantu posyandu. Gerak ini dimulai dari emelen masyarakat yang terdekat dengan posyandu, seperti orangtua bayi dan balita, pengurus RT/RW hingga yang terjauh (pengusaha yang bergerak di wilayah kerja posyandu). Gerak ini harus dilakukan dari masyarakat itu sendiri, sangat bergantung kepada kekuatan lokal. Membuat masyarakat mempunyai kemampuan untuk melakukan ini semua, menjadi tugas dalam Mobilisasi Masyarakat. 1. Pemahaman tentang Mobilisasi Masyarakat Mobilisasi Masyarakat merupakan strategi yang dikembangkan untuk membantu individu di masyarakat untuk mengidentifikasi dan memilih saluran untuk menekan permasalahan yang ada di lingkungannya sendiri-sendiri. Mobilisasi Masyarakat yang berhasil bukan menghasilkan “kata” problem solving tetapi mengacu pada adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk menggunakan / menentukan saluran yang sesuai untuk menjawab kebutuhan dan keinginan lain yang ada di masyarakat. Artinya, mobilisasi masyarakat membuka peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar atas keputusan dan pelaksanaan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dalam program Penguatan Posyandu (FRESH), Mobilisasi Masyarakat merupakan proses membangun kapasitas (capacity building) dimana individu, kelompok atau organisasi secara partisipatif dan berkelanjutan membuat rencana, menjalankan dan mengevaluasi guna meningkatkan derajat kesehatan mereka. Prinsip ini --baik secara mandiri atau didorong oleh pihak lain-- secara berkelanjutan menjadi kegiatan yang akan berjalan di masyarakat guna mencapai tujuan yang terpenting bagi anggota masyarakat. Penting untuk dipahami bahwa Mobilisasi Masyarakat dilakukan melalui pendekatan yang terencana, secara bersama, dan adanya usaha peningkatan kepercayaan diri serta meminimalisir kondisi ketergantungan kepada pihak lain. Dari pemahaman itu, kita bisa mengidentifikasi tugas kunci dalam upaya mobilisasi masyarakat; yaitu: 1. mengembangkan dialog yang berkelanjutan antara elemen di masyarakat mengenai masalah kesehatan yang ada di lingkungan mereka 2. Membangun atau memperkuat kelompok masyarakat untuk meningkatkan kesehatan di masyarakat.
3. Membantu menciptakan lingkungan di mana individu dapat memberdayakan diri mereka sendiri dalam mengatasi permasalahan kesehatan baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. 4. Mendorong keterlibatan aktif anggota masyarakat dalam masalah kesehatan dengan cara mengenalkan keragaman dan keadilan, terutama dari orang yang terdampak pada masalah kesehatan 5. Berjaringan dalam semua tahap kegiatan untuk menumbuhkan kepedulian elemen masyarakat terhadap kesehatan. 6. Mendorong masyarakat mengembangkan ide kreatif untuk mengembangkan berbagai strategi dan pendekatan untuk meningkatkan status kesehatan; bahkan intervensi yang tidak disupport oleh penyandang dana atau ekternal lainnya Dengan tugas kunci ini, jelas menunjukkan bahwa “Mobilisasi Masyarakat bukan kampanye”, bukan juga advocacy, social marketing, penelitian partisipatif atau pendidikan non formal. Walaupun mobilisasi masyarakat menggunakan strategi ini, tetapi merupakan sesuatu yang berbeda. 2. Batasan Pengertian Masyarakat Konteks yang terjadi di masyarakat saat ini seperti migrasi, urbanisasi , dan globalisasi telah membuat konsep masyarakat mengalami perkembangan secara signifikan. Masyarakat bukan lagi entitas tertutup karena adanya kesamaan latar belakang geografis, atau kepentingan. Akan tetapi, masyarakat mengacu pada kelompok orang yang mungkin secara fisik terpisah , tetapi terhubung dengan karakteristik umum lainnya, seperti profesi , bahasa, kepentingan, usia, etnis asal, bahkan karena memiliki perhatian sama pada kesehatan. Dalam keragaman semacam ini, perlu menentukan posisi, bagaimana pendefinisian masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu daerah, berinteraksi baik secara individu maupun kelompok, dan terikat oleh praktek sosial yang dibatasi oleh sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama. Jadi masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Dalam intervensi masyarakat perlu mempertimbangkan: 1. Identifikasi kelompok yang kuat atau lemah di antara anggota masyarakat 2. Strategi membuat suara minoritas atau kelompok marjinal terdengar, terutama ketika orang-orang yang secara langsung terpengaruh atau berada pada risiko tinggi dalam program 3. Membangun aliansi kelompok yang ada di masyarakat. Kemampuan membangun aliansi akan membawa perubahan dalam keseluruhan kelompok masyarakat. Pada titik ini, perlu keputusan formal; apakah mobilisasi masyarakat menjadi jawaban untuk membawa perubahan semua elemen yang ada di masyarakat. 3. Langkah Kerja Mobilisasi Masyarakat Tentu saja, sebelum melaksanakan program, proses formal seperti perijinan, sosialisasi program kepada pemangku kepentingan wajib dilakukan. Namun tahap ini hanya dilihat sebagai proses legalitas. Tidak dimasukkan dalam tahapan mobilisasi masyarakat. Proses Mobilisasi Masyarakat berjalan setelah proses formal selesai dilakukan. Ada 4 tahapan besar dalam Mobilisasi Masyarakat yang dilakukan di FRESH Program yaitu:
1
Pendekatan Informal
2
Indentifikasi/Pemetaan
4
Pendampingan/Penguatan Kelompok Dukungan Posyandu
4
Forum Masyarakat: Pembentukan Kelompok Dukungan Posyandu
Tahapan ini tidak harus berjalan linear; sangat bergantung kepada kondisi di masyarakat. Implementasi di masyarakat, proses ini tidak selalu berjalan linear; beberapa kegiatan berjalan bersamaan. Kondisi lain yang terjadi di masyarakat; satu tahapan tidak harus selesai untuk berlanjut ke tahapan berikutnya. Pendekatan informal contohnya; tahapan ini tetap terus dilaksanaan ketika kegiatan sudah berada di tahapan “Pendampingan / Penguatan”. Diharapkan, semakin banyak elemen di masyarakat terlibat aktif dalam kegiatan. 1. Pendekatan Informal
Tahapan ini merupakan cara untuk mendapat informasi awal tentang situasi umum di masyarakat. Tahapan ini sebagai cara untuk berkenalan dengan sebanyak-banyaknya anggota masyarakat. Pendamping lapangan harus mendapat kepercayaan dari masyarakat, baik untuk dirinya, lembaga maupun program yang akan dilaksanakannya.
Di masyarakat, kehadiran orang baru selalu mengundang tanda Tanya dan menghadirkan rasa curiga. Pendekatan informal hadir untuk menghapus semua ini. Jika proses ini berjalan dengan baik maka masyarakat akan paham tujuan hadirnya ide dan orang “baru”. “Sebelum memulai program, saya biasanya berkeliling desa naik motor. Setelah itu berhenti di warung yang tempatnya dirasa startegis. Saya mulai mengamati dan ngobrol dengan pemilik warung sambil makan gorengan. Saya pasti akan ditanya, “Mbaknya dari mana dan acara apa?” Warung, gudang informasi. Tanya apa saja mereka tahu. Saya menjadi tahu, mereka yang harus dihubungi, mereka yang selama ini apatis terhadap situasi di masyarakat dan mereka yang dominan di desa. (Yanti, PM PPSW, program FRESH)
Di tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan antara lain; melakukan kunjungan informal, pertemuan informal, memetakan orang kunci dan melakukan negosiasi sederhana. Sasarannya biasanya tokoh kunci di masyarakat seperti; kepala desa dan perangkatnya, tokoh masyarakat dan agama; kelompok pemuda dan kelompok perempuan. Tidak dapat diabaikan adalah melakukan pendekatan kepada kelompok minoritas/marginal agar mereka dapat terlibat dan bersedia menyampaikan pendapat di masyarakat. Penting untuk melakukan pendekatan kepada kelompok minoritas/ marginal agar dapat terlibat dan bersedia menyampaikan pendapat.
Capaian dari pendekatan informal yang dilakukan tercermin dari keterlibatan elemen masyarakat dalam tahapan lanjutan dari proses ini. Jika elemen masyarakat melakukan tindakan nyata untuk mendukung program, berarti pendekatan ini memberi hasil yang positif. Jika mereka terlibat sekedar “formalitas” maka pendekatan informal perlu terus dilakukan.
2. Identifikasi dan Pemetaan
Tahap Identifikasi dan Pemetaan bertujuan untuk mendapatkan informasi langsung tentang kondisi umum desa di bidang kesehatan, sebaran malnutrisi di kalangan balita, kondisi semua Posyandu yang ada di desa, potensi yang ada untuk memperbaiki kondisi nutrisi balita, dan potensi pengembangan yang dapat menunjang peningkatan kesehatan di masyarakat.
Kajian ini harus dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan aktor yang bersinggungan langsung dengan layanan kesehatan tetapi juga dengan pihak luar. Dengan cara ini, akan diperoleh gambaran utuh tentang situasi di desa dari perspektif pelaku/masyarakat.
Metode metode penggalian informasi yang disarankan dengan menggunakan eknik-teknik PRA (participatory rapid assessment), seperti : • Peta desa; • Peta masalah (pohon masalah, sebab akibat) • Pemetaan sumber daya manusia yang memberi layanan kesehatan • Analisa kelembagaan • Analisa pemecahan masalah • Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Capaian terpenting dari kegiatan ini kesadaran dari masyarakat tentang situasi kesehatan yang ada di tengah mereka. Data serta makna atas data yang memunculkan kesadaran di masyarakat. Jadi kesadaran tidak dibuat oleh pihak luar, tetapi sebagai hasil proses pembelajaran di masyarakat.
Kesadaran ini yang membuat masyarakat perlu kegiatan aksi untuk mengatasi permasalahan yang sudah diidentifikasi.
Pohon masalah, analisa sebab akibat No
Masalah
sebab
Akibat
1
Masih ada anak BGM di desa Cipendeuy
• Anak susah makan, ibu membiarkan anaknya • Asupan makanan kurang. • Pengetahun orang tua tentang pengolahan makanan kurang • Belum ada kebiasan cuci tangan pakai sabun • Anak-anak dibiarkan jajan sembarangan, tidak didampingi orang tua. • Anak BGM kebanyakan Jarang datang ke posyandu • Anak-anak BGM imunisasinya tidak lengkap • Ibu balita belum mengerti tentang tumbuh kembang anak • Jarang ada penyuluhan di posyandu, hanya menunggu dari puskesmas, terbatas ada kejadian atau isu misalnya flu burung dll • Cara pemberian makan yang salah, bahan dan pengolahanya • Kurang perhatian orang tua, sibuk dll • ASI tidak Eksklusif
• Anak-anak terhambat pertumbuhan dan perkembanganya • Kecerdasan anak terhambat, tidak lincah, murung • Anak menjadi sering penyakitan • Anak sering rewel , orang tua sering memukul (kekerasan terhadap anak)
2
Anggaran PMT Kurang
• Anggaran untuk PMT kecil hanya Rp. 10.000/bulan/posyandu. Tidak cukup untuk mengcover semua anak balita di posyandu • Tidak ada uang kas posyandu • Kencleng posyandu sering tidak diisi • Kurang dukungan dari RW dan kelompok masyarakat lainya
• Tidak semua anak balita mendapat PMT • Tingkat kehadiran ibu balita di posyandu menurun, tumbuh kembang tidak terkontrol • Kader sering nombok untuk PMT
No
Masalah
sebab
Akibat
3
Tidak ada penyuluhan di posyandu
• Di beberapa posyandu jumlah kadernya kurang, hanya ada 2-3 orang • Penyuluhan yang diberikan hanya kepada anak-anak gizi kurang itu pun sebatas mengingatkan harus banyak makan, • Kader masih belum paham dengan materi tumbuh kembang anak • Kebiasaan ibu balita yang hanya datang timbang pulang. • Bidan jarang datang, hanya ada satu bidan, sering bentrok jadwal, tidak ada pengganti • Penyuluhan yang ada dari puskesmas hanya sebatas ibu hamil dan KB • Tempat sempit
• Ibu balita tidak mengerti tentang tumbuh kembang anak, pertumbuhan anak tidak terkontrol • Kemungkinan membuat anak jadi BGM/gizi kurang
4
Sebagian besar imunisasi dasar balita belum lengkap
• Penjatahan vaksin imunisasi untuk setiap lima balita • Bidan berhalangan hadir, sering ada kegiatan yang bentrok, bidan hanya satu, tidak ada asisten/penggantinya
• imunisasi sering diundur, sering disatukan dengan RW lain, ibu balita jadi lupa/malas • ibu akhirnya imunisasi ke swasta, lebih mahal • anak tidak terimunisasi, rentan terhadap penyakit • kemungkinan pertumbuhan anak terhambat
5
Sistim pencatatan / register posyandu kurang komplit
• Kader kurang, dikerjakan sendiri • Format pencatatan tidak seragam, • Tidak semua posyandu mempunyai Buku Besar Posyandu dan sistim pencatatan yang sesuai dengan Dinas Kesehatan
• Pencatatan laporan sering terlambat, • Kekeliruan pencatatan • Penghitungan SKDN terlambat • Banyak kader baru
*Hasil PRA, Desa Cipendeuy
3. Forum Masyarakat : Pembentukan Kelompok Pendukung Posyandu Pada tahap ini, hasil dari tahap identifikasi/pemetaan dibawa dalam untuk mendapat dukungan. Tahap ini merupakan “resume” dari tahapan sebelumnya; yaitu pendekatan informal dan identifikasi/pemetaan. Peserta ditahapan ini adalah elemen masyarakat yang sudah didekati secara informal. Di pertemuan ini, elemen masyarakat yang hadir mendapat paparan “hasil” identifikasi/pemetaan yang sudah dilakukan di tahap sebelumnya. Dari pemaparan ini, tumbuh kedasaran untuk berkomitmen untuk berperan aktif dalam membantu posyandu. Capaian pada tahap ini adalah adanya : Kelompok Dukungan Posyandu (Posyandu Support Group) dan Rencana Aksi Masyarakat. Kelompok Dukungan Posyandu lahir dari elemen masyarakat yang berkomitmen serta akan melakukan tindakan nyata untuk membantu posyandu. Kelompok ini bersifat sukarela dan akan mendukung jalannya kegiatan di posyandu dan desa. Sesuai perannya, tentu saja kelompok ini anggotanya bukan dari unsur kader posyandu tetapi dari elemen masyarakat lainnya. Secara klasik, tahapan ini menjangkau tokoh kunci di masyarakat seperti; kepala desa dan perangkatnya, tokoh masyarakat dan agama; kelompok pemuda dan kelompok perempuan. Tidak kalah pentingnya, tahapan ini mampu melibatkan kelompok minoritas/marginal untuk memberi masukan dalam rencana aksi yang telah disusun. Capain lain adalah dibuatnya rencana aksi masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan. Tahapan ini dimulai dengan menentukan tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang pembentukan Kelompok Dukungan Posyandu. Pembentukan jangka panjang biasanya akan dicapai dalam 5 tahun ke depan. Kata kunci untuk merumuskan tujuan jangka panjang adalah “merubah kondisi saat ini” menjadi “keadaan yang seharusnya terjadi”. Sementara tujuan jangka pendek akan dicapai dalam jangka waktu 1 tahun. Isinya kegiatan yang akan menunjang tercapainya tujuan jangka panjang. Dalam rencana aksi dirumuskan dengan mengacu kepada kondisi yang ada, permalahan yang muncul, kegiatan yang harus dilakukan, penanggungjawab, elemen masyarakat yang ada dilibatkan dalam langkah ini, dan sumberdaya yang dibutuhkan. Rencana aksi masyarakat menjadi bahan yang dalam tahapan pendekatan formal. Contoh rencana aksi desa dapat dilihat seperti contoh di bawah ini. 4. Pendampingan / Penguatan Kelompok Pendukung Posyandu Tahapan ini adalah untuk mengkapasitasi Kelompok Pendukung Posyandu (Posyandu Support Group). Kapasitas ini guna menunjang “kerja” Kelompok Pendukung Posyandu agar rencana aksi yang disusun dapat berjalan seperti yang direncanakan. Selain itu, tahapan ini dimaksudkan agar rencana aksi mempunyai kekuatan untuk mengatur masyarakat ( sebagai social control) agar mendukung posyandu, seperti membawa bayi, balita dan ibu hamil ke posyandu, membantu kerja kader. Kelompok juga menciptakan tekanan /sanksi social (social pressure) sehingga kualitas kesehatan dapat terpantau sejak masih dalam kandungan. Tidak kalah pentingnya, di tahap ini, pendampingan juga dimaksudkan untuk memberi “ruang” bagi kelompok untuk menjalin komunikasi dengan institusi di luar desa/kecamatan yang dapat membantu perkembangan posyandu. Bahkan, pendampingan/penguatan juga memberi peluang bagi kelompok untuk melakukan hearing / dengar pendapat kepada institusi pemerintah dan parlemen. Tujuannya agar program posyandu mendapat support yang lebih “nyata” dan “terencana”.
No 1
Masalah Masih ada anak BGM di desa Cipendeuy
• Anak susah makan, ibu membiarkan anaknya • Asupan makanan kurang. • Pengetahun orang tua tentang pengolahan makanan kurang • Belum ada kebiasan cuci tangan pakai sabun • Anak-anak dibiarkan jajan sembarangan, tidak didampingi orang tua. • Anak BGM kebanyakan jarang datang ke posyandu • Anak-anak BGM imunisasinya tidak lengkap • Ibu balita belum mengerti tentang tumbuh kembang anak • Jarang ada penyuluhan di posyandu, hanya menunggu dari puskesmas, terbatas bila ada kejadian atau isu misalnya flu burung dll • Cara pemberian makan yang salah, bahan dan pengolahanya • Kurang perhatian orang tua, sibuk dll • ASI tidak Eksklusif • Tingkat kehadiran di posyandu kurang
Sebab masalah • Anak-anak terhambat pertumbuhan dan perkembanganya • Kecerdasan anak terhambat, tidak lincah, murung • Anak menjadi sering penyakitan • Anak sering rewel , orang tua sering memukul (kekerasan terhadap anak)
akibat
*Rencana Aksi Masyarakat Desa Cipendey
Rancana solusi Meningkatkan pemahaman ibu balita tentang tumbuh kembang anak
Meningkatkan kehadiran ibu balita di kegiatan posyandu dengan kegiatan yang lebih menarik
Desember 2009
Keterangan
Kader, puskesmas, bidan desa
Desember 2009
Setelah kegiatan perelek balita berjalan
Waktu
• Memberikan penyuluhan kepada ibu balita
Kader
Diperkirakan Mulai Bulan Januari 2010
Pelaksana
• Memasang media poster, KMS besar di setiap kegiatan posyandu
Kader, ibu balita
Kegiatan
• Menyelenggaran arisan balita • Memberikan Door prize pada ibu balita yang datang di posyandu • Demo masak
Desember 2009
Januari 2010
Mencari donatur dan sumber daya yang ada dan penggalangan dana posyandu
Kader, SEMAK
Januari 2010
Pemilihan posyandu yang akan dilaksanakan PAUD akan di tentukan pada diskusi selanjutnya.
• Membentuk “kelompok pendukung balita”
Kader, kelompok pendukung, SEMAK
Kader, kelompok pendukung dan semak
Januari 2010-
Akan dikoordinasikan dengan puskesmas
Gagasan akan di lontarkan pada acara minggon desa • Mengadakan alat permainan edukatif agar anak nya tenang dan ibunya bisa mengikuti penyuluhan • Menyelenggarakan kegiatan PAUD dalam kegiatan posyandu
• Pengobatan gratis (vitamin B kompleks, vit A, obat cacing dll)
Kader, kelompok pendukung, SEMAK, DINKES