ARTIKEL PENELITIAN
Pengetahuan dan Keterampilan Mobilisasi Pasien dalam Mencegah Terjadinya Ulkus Tekan
Lumadi Sih Ageng, Tinni Trihartini Maskoen, Hana Rizmadewi Agustina
ABSTRACT
Background: Level 3 patients in critical care who need support for complex multiorgan failure, usually in a state of conscious or obtain sedation. This result in the appearance of ulcers due to long pressures on the skin.Therefore, it is necessary for mobilization by changing patient's positions every two hours, where knowledge and skills of nurses to mobilize is properly required. Objective: This study aimed to determine the relationship of knowledge and skills of nurses in mobilizing with the development of pressure ulcers among patients admitted to the general intensive care unit (GICU). Methods: This was a prospective research design using path analysis. The purposive sampling was used as sampling technique which met 31 people as the subject. Results:This study found that the incidence of pressure ulcers in the GICU at 87.10% with 66.67% of grade I and 33.33% of grade II. By Pearsons correlation, there was no correlation between nurse's knowledge with mobilization (p=0.579), while there was a significant correlation between nurse's skills with mobilization (p=0.000). Knowledge and skills Bagian Keperawatan STIKES Maharani Malang Jl. Simpang Candi Panggung No. 133 Malang - Jawa Timur Korespondensi :
[email protected] Volume 2 Nomor 4 Oktober 2012
of nurses in the mobilization were simultaneously associated with the occurrence of pressure ulcers (p=0.020). Path analysis model in this study explained 67.5% of the relationship between variables caused pressure ulcers. Conclusion: Special session is required to improve nurse's knowledge and skills to mobilization. It is also requires protocol of mobilization as a guideline for mobilization in the GICU. In addition, further research is necessary to conduct to identify variables cause pressure ulcers which have not been included in this study. (Maj Ked Ter Intensif. 2012; 2(4): 177 - 82) Keywords: path analysis, mobilization, knowledge, skills, pressure ulcers, nursing practice PENDAHULUAN
Pasien yang masuk dalam perawatan kritis bervariasi, mulai dari level nol yang tanpa alat bantu apapun sampai dengan level 3 yang membutuhkan perawatan total dengan menggunakan bantuan napas lanjut dan membutuhkan dukungan yang kompleks karena kegagalan multiorgan.1 Pasien dengan alat bantu napas atau ventilasi mekanik, biasanya mendapatkan sedasi terutama benzodiazepin dan opioid untuk menjamin kenyamanan, memperkecil distress dan membuat intervensi penyelamatan hidup lebih dapat ditoleransi. Tetapi, hal ini menimbulkan dampak penurunan kesadaran pada pasien dan ketidakmampuan bergerak.2 Keadaan tidak mampu bergerak secara aktif 177
Pengetahuan dan Keterampilan Mobilisasi Pasien dalam Mencegah Terjadinya Ulkus Tekan
tersebut seringkali menjadi masalah pada pasien di unit perawatan intensif. Dampak yang timbul dari imobilisasi atau tirah baring antara lain dampak jangka pendek yaitu meliputi ventilatorassociated pneumonia (VAP), pemanjangan waktu penyapihan dari ventilator dan munculnya ulkus tekan. Sedangkan dampak jangka panjang antara lain penurunan kualitas hidup pasien setelah keluar dari unit perawatan intensif.3 Perubahan posisi secara konsep adalah tindakan merubah pasien dari sisi ke sisi ketika berbaring di tempat tidur atau permukaan yang sejenis.4 Standar perawatan pasien sekarang ini menyatakan bahwa perubahan posisi pada pasien dilakukan tiap 2 jam, sesuai panduan nasional (National Pressure Ulcer Advisory Panel). Survei yang dilakukan terhadap petugas pelayanan kesehatan di ICU menyatakan bahwa sebanyak 83% responden setuju bahwa standar dari ICU adalah merubah posisi pasien tiap 2 jam. Namun, penelitian prospektif pada tiga ICU di dua negara bagian Amerika menyatakan bahwa standar ini tidak terpenuhi.5 Tantangan untuk melakukan mobilisasi pada pasien di ICU sangat beragam. Faktor-faktor yang berperan meliputi keamanan dari selang dan pipa, ketidakstabilan hemodinamik, sumber daya manusia dan peralatan, pemberian penenang, ukuran pasien, nyeri dan ketidaknyamanan pasien, waktu, nilai dan prioritas dari mobilisasi.6 Keamanan dari aktifitas yang memperhatikan kemampuan pasien terhadap toleransi hemodinamik pada saat bergerak mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh.7 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Evans (2008), didapatkan budaya dan tradisi ICU di sebuah rumah sakit yang diteliti bahwa mobilisasi di ICU jarang dilakukan dan menyebabkan perpanjangan masa rawat pasien di ICU. Pada penelitian tersebut, didapatkan bahwa faktor perawat berperan penting dalam melakukan mobilisasi pasien di ICU. Dalam usahanya untuk merubah budaya dan tradisi yang berlaku tersebut dibuat intervensi dengan cara memberikan pendidikan pada staf ICU dan membuat suatu algoritma mobilisasi yang bisa diterapkan di ICU dengan memperhatikan faktor kestabilan hemodinamik, indikator paru-paru dan persarafan, sehingga terjadi peningkatan mobilisasi pasien di ICU dari 0% menjadi 80% yang diikuti dengan penurunan hari sedasi sebesar 43%. Selain itu muncul budaya baru yaitu adanya perkembangan kejuaraan mobilisasi di ICU.8 Ilmu pengetahuan dan keterampilan sangat berhubungan erat dalam aspek perilaku seseorang.9 Demikian pula ilmu pengetahuan dan keterampilan 178
merupakan bagian dari kompetensi teknis yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu.10 Dengan demikian ilmu pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melakukan mobilisasi akan menunjukkan kompetensi teknis mobilisasi kepada pasien dengan sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. Ada beberapa alasan yang membuat peneliti ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melakukan mobilisasi dengan terjadinya ulkus tekan pada pasien di unit perawatan intensif, yaitu antara lain: 1) mobilisasi adalah kompetensi inti keperawatan dan merupakan tindakan mandiri perawat yang harus dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas, 2) adanya ulkus tekan di unit perawatan intensif akan menurunkan kualitas mutu pelayanan di ICU sehubungan dengan standar keselamatan pasien, 3) topik yang diambil sejauh yang diketahui peneliti belum pernah dilakukan di unit perawatan intensif di Indonesia. METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan tipe kuantitatif bersifat observasional dengan desain penelitian secara prospektif menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis ini digunakan untuk memudahkan mengetahui hubungan dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Subyek pada penelitian ini adalah pasien yang dirawat di General Intensive Care Unit (GICU) RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada Bulan Juni dan Juli 2012. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah 31 responden. Kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu: bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian, yaitu dengan persetujuan keluarga, usia 20-60 tahun, dengan Glasgow coma scale di bawah 12 ataupun mendapatkan sedasi, mengalami gangguan mobilisasi sehingga membutuhkan bantuan perawat secara penuh untuk mobilisasi. Sedangkan kriteria eksklusi meliputi: pasien dengan patah tulang belakang, mempunyai ulkus tekan sebelum penelitian, gangguan hemodinamik berat, larangan mobilisasi akibat keadaan yang diderita, diabetes melitus, kadar Hb di bawah 10 mg/dL, albumin serum di bawah 2,0 mg/dL Cara pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat dan mengobservasi keterampilan perawat serta kondisi permukaan kulit pasien terhadap tanda-tanda ulkus tekan yang Majalah Kedokteran Terapi Intensif
Lumadi Sih Ageng, Tinni Trihartini Maskoen, Hana Rizmadewi Agustina
HASIL
Tabel 1 Karakteristik pasien Karakteristik
Jenis
Frekuensi
Perempuan
12
38,7
Laki-laki
19
61,3
Lamanya
1
13
41,9
Rawat inap (hari)
2
16
51,6
3
2
6,5
31
Skor Sedasi (Ramsay)
4
15
48,4
5
16
51,6
31
Pasca-bedah
20
64,5
Medik
11
35,5
31
Jenis
Kelamin
Jenis Penyakit
dihitung berdasarkan banyaknya ulkus tekan yang diderita. Pada pasien yang masuk dalam penelitian ini didapatkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu sebanyak 19 orang (61,3%). Pada variabel lamanya rawat inap pasien yang diteliti adalah antara 1 sampai 3 hari dengan komposisi terbanyak adalah 2 hari yaitu sebanyak 16 orang (51,6%). Lamanya rawat inap adalah waktu antara pasien masuk GICU sampai diambil menjadi responden. Pada variabel skor sedasi yang didapatkan oleh pasien pada saat diambil subyek penelitian adalah skor sedasi 4 dan 5 dengan komposisi lebih banyak yang mempunyai skor sedasi 5 yaitu 16 orang (51,6%). Dari jenis diagnosis pasien yang menjadi subyek penelitian ini didapatkan lebih didominasi pasien pascabedah yaitu sebanyak 20 orang (64,5%) dibandingkan medik. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada variabel terjadinya ulkus tekan didapatkan paling banyak responden yang mengalami ulkus tekan lebih dari satu lokasi yaitu sebanyak 23 orang (74,2%). Tiap lokasi yang ditemukan adanya ulkus tekan dicatat sebagai skor Tabel 2. Karakteristik Terjadinya Ulkus Tekan Terjadinya Ulkus Tekan Frekuensi (%) Tidak ada 4 (12,9) Satu lokasi 4 (12,9) Lebih dari satu lokasi 23 (74,2) Jumlah 31 (100)
Prosentase (%)
Jumlah
31
1 poin. Semakin banyak lokasi ditemukannya ulkus tekan maka, semakin tinggi nilai ulkus tekan pada pasien. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa hubungan antara tingkat pendidikan perawat, lama kerja dan lama setelah pendidikan dengan nilai pengetahuan perawat adalah tidak bermakna. Hubungan antara usia, jenis kelamin, skor APACHE II, klasifikasi penyakit, lamanya rawat inap, kadar hemoglobin dan suhu tubuh pasien dengan terjadinya ulkus tekan adalah tidak bermakna. Variabel mobilisasi satu-satunya variabel yang bermakna terhadap terjadinya ulkus tekan adalah nilai r (koefisien korelasi) variabel mobilisasi dengan terjadinya ulkus tekan adalah 5,86 yang menunjukkan hubungan yang kuat. Tanda negatif pada nilai r menunjukkan bahwa semakin tinggi mobilisasi maka semakin kecil terjadinya ulkus tekan. Berdasarkan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dapat Tabel 3. Hubungan antara pendidikan, lama kerja dan lama setelah pendidikan dengan pengetahuan perawat Pengetahuan Pendidikan * r = -0,047 **p = 0,770 Lama Kerja r = -0,052 p = 0,747 Lama setelah Pendidikan r = -0,102 p = 0,527
*r : koefisien korelasi **p : nilai kemaknaan, P<0,05 : bermakna Volume 2 Nomor 4 Oktober 2012
179
Pengetahuan dan Keterampilan Mobilisasi Pasien dalam Mencegah Terjadinya Ulkus Tekan
Tabel 4. Faktor-faktor pasien terhadap terjadinya ulkus tekan
Terjadinya Ulkus Tekan
Mobilisasi Usia Pasien Jenis Kelamin Skor APACHE II Klasifikasi Penyakit Lamanya Rawat Inap Kadar Hb Suhu Tubuh
*r = -5,86 **p = 0,001 r = -0,092 p = 0,623 r = -0,044 p = 0,813 r = 0,326 p = 0,074 r = -0,058 p = 0,755 r = 0,175 p = 0,347 r = -0,284 p = 0,121 r = 0,089 p = 0,634
*r : koefisien korelasi **p : nilai kemaknaan, P<0,05 : bermakna
diketahui bahwa nilai kemaknaan untuk model 1 (Variabel X1 dan X2 dengan Y) dan model 2( variabel X1, X2 dan Y dengan Z) masing-masing sebesar 0,442 dan 0,894. Karena nilai > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa model path tersebut sudah memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan uji linearitas yang dilakukan antara variabel bebas (independen) terhadap variabel dependen (terikat) memperlihatkan bahwa semua model memiliki nilai kemaknaan > 0,05, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa asumsi linearitas terpenuhi. Dari persamaan koefisien model analisis jalur didapatkan gambar 1 sebagai berikut:
Dari gambar 1 terlihat bahwa variabel yang paling dominan (terlihat dari koefisien path tertinggi) yang mempengaruhi terjadinya mobilisasi adalah keterampilan, dan variabel paling dominan yang mempengaruhi terjadinya ulkus tekan adalah keterampilan. Pada pemeriksaan validitas model diperoleh koefisien determinasi total adalah sebagai berikut: R2m = 1 – (0,607 x 0,536) = 0,675 atau 67,5% Hal ini mengindikasikan keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar 67,5% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 67,5% dapat dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan yang 32,5% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat di dalam model). Pada analisis secara multivariat dengan menggunakan analisis jalur dapat diturunkan rumus umum untuk memprediksi variabel terikat yaitu: Zulkus tekan = 12,090 – 0,128 (Keterampilan) – 0,578 (Mobilisasi) PEMBAHASAN
Usia pasien pada penelitian ini mempunyai rentang usia cukup lebar dengan usia paling muda 22 tahun dan paling tua 60 tahun. Dari rentang tersebut, sebaran data usia pasien rata-rata adalah 43 tahun. Secara keseluruhan data demografi cukup homogen, dan terbukti tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan terjadinya ulkus tekan (P>0,05). Artinya usia pasien dalam penelitian ini tidak menyebabkan bias pada variabel terjadinya ulkus tekan. Pasien yang sudah tua memiliki risiko tinggi untuk terkena ulkus tekan karena kulit dan jaringan yang berubah seiring dengan penuaan, yaitu terjadinya
Gambar 1: Hasil Analisis Jalur (Path) Secara Keseluruhan
180
Majalah Kedokteran Terapi Intensif
Lumadi Sih Ageng, Tinni Trihartini Maskoen, Hana Rizmadewi Agustina
kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamasi, penurunan elastisitas kulit serta penurunan kohesi antar epidermis dan dermis.11 Selain perubahan pada kulit, juga terjadi perubahan kardiovaskular, yaitu terjadinya perubahan perfusi jaringan. Selain itu atropi otot dan struktur tulang juga berpengaruh.12 Dari segi tingkat keparahan penyakit juga didapatkan data yang homogen dengan menggunakan skor APACHE II didapatkan rata-rata 12. Tingkat keparahan penyakit pada beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh, tetapi pada beberapa penelitian yang lain juga menunjukkan tidak adanya pengaruh.12 Hal ini tergantung pada banyaknya sampel dan keberagaman data yang diperoleh selama penelitian. Variabel suhu tubuh pada pasien didapatkan data yang cukup homogen dengan rentang suhu antara 360C sampai 37,60C. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara suhu tubuh dengan terjadinya ulkus tekan. Meskipun secara teori disebutkan bahwa, berkembangnya ulkus tekan juga dipengaruhi oleh peningkatan suhu tubuh. Peningkatan metabolisme ini menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan energi pada tingkat sel, termasuk daerah yang mengalami tekanan sehingga kerusakan jaringan akan semakin cepat terjadi. Peningkatan suhu tubuh akan mengaktivasi kelenjar keringat sehingga meningkatkan kelembaban pada permukaan kulit.14 Kadar hemoglobin(Hb) pasien didapatkan variasi yang cukup homogen yaitu antara 10-13,5 gram/ dL. Tidak adanya pengaruh variasi kadar Hb pasien terhadap terjadinya ulkus tekan pada penelitian ini. Anemia menyebabkan kurangnya jumlah darah yang membawa oksigen pada sel-sel tubuh didaerah tepi, yaitu kulit.12 Pengetahuan melandasi kemampuan petugas kesehatan untuk melakukan pengambilan keputusan klinis terkait dengan situasi yang dihadapinya. Pengetahuan perawat yang terintegrasi tentang penggunaan alat-alat, kestabilan hemodinamik pasien dan keamanan tindakan mempunyai pengaruh apakah perawat akan mengambil tindakan untuk melakukan mobilisasi awal pada pasien ataukah tidak.15 Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan temuan yang didapatkan pada penelitian ini, yaitu didapatkan angka kejadian ulkus tekan di ruang GICU sebesar 87,10% dengan derajat I sebesar 66,67% dan derajat II sebesar 33,33%. Sedangkan untuk ulkus tekan dengan derajat III dan IV tidak ditemukan selama periode pengamatan penelitian. Adapun Volume 2 Nomor 4 Oktober 2012
lama pengamatan masing-masing subyek penelitian adalah selama dua hari. Muncul dan berkembangnya ulkus tekan derajat I dan II yaitu antara dua sampai tiga hari. Tetapi untuk perkembangan dari derajat I menjadi derajat II, derajat II menjadi derajat III, belum dapat dijelaskan oleh penelitian ini. Oleh karena ternyata perkembangan ulkus tekan sulit untuk dideteksi oleh karena perkembangan yang lambat dan banyak dipengaruhi berbagai faktor.16 Berdasarkan penelitian ini, lokasi dari terjadinya ulkus tekan tersebut antara lain pada scapula sebanyak 20 orang (41,67%), pada sakrum sebanyak 24 orang (50%) dan pada kalkaneus sebanyak 4 orang (8,33%). Banyaknya ulkus tekan pada lokasi sakrum, skapula dan kalkaneus tersebut adalah karena pasien lebih lama dalam posisi elevasi kepala 300. Bahkan ketika dalam mobilisasi lateral kiri dan kanan, pasien tidak diposisikan lateral secara optimal dan benar. Keterampilan melakukan tindakan mobilisasi pada pasien di ICU pada dasarnya hampir sama dengan keterampilan mobilisasi pada pasien di ruang perawatan biasa, tetapi ada hal yang membedakan yaitu kondisi pasien yang dirawat di ICU sangat rentan terhadap berbagai manipulasi tindakan. Pada pasien dengan keadaan hemodinamik yang tidak stabil, memberikan tindakan mobilisasi berarti meningkatkan kebutuhan tubuh akan konsumsi oksigen, sehingga akan mempengaruhi kondisi hemodinamik pasien.17 Perawat ICU harus memikirkan aspek keselamatan pasien pada saat melakukan mobilisasi oleh karena risiko kematian akibat tercabutnya pipa endotrakeal, tercabutnya drainase luka pembedahan.18 Selain itu, banyaknya alat yang terpasang di tubuh pasien menjadikan hambatan tersendiri pada saat melakukan mobilisasi. Adanya selang alat bantu naPas, pipa endotrakeal, trakeostomi, lead ECG monitor, drainase luka operasi, selang lambung.7 Faktor lain yang menjadi hambatan dalam melakukan mobilisasi di ICU adalah lingkungan di ICU. Lingkungan ini terkait dengan kondisi tempat tidur di ICU tidak sesuai dengan standar untuk melakukan mobilisasi, misalnya dapat berputar secara otomatis untuk mendukung mobilisasi, serta ukurannya aman untuk dilakukan mobilisasi.7 Paling sedikit dibutuhkan 2 orang perawat untuk melakukan mobilisasi perubahan posisi pada pasien yang obesitas dan diperlukan 4 orang perawat pada pasien dengan BMI di atas 40 kg/m2. Hal ini diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien serta perawat yang melakukan mobilisasi.19 Keterbatasan dalam penilitian ini adalah antara variabel pengetahuan dan variabel keterampilan 181
Pengetahuan dan Keterampilan Mobilisasi Pasien dalam Mencegah Terjadinya Ulkus Tekan
tidak bisa dianalisis satu sama lain dikarenakan data yang tidak seimbang antara pengetahuan dengan keterampilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus tekan Seperti: kadar albumin serum pasien, tinggi badan dan berat badan pasien, untuk menentukan indeks massa tubuh pasien tidak dinilai.
5.
6.
KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapati kejadian ulkus tekan derajat I dan derajat II di ruang GICU. Keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model penelitian ini adalah sebesar 67,5% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 67,5% dapat dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan yang 32,5% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat di dalam model). Pengetahuan perawat diketahui tidak berhubungan dengan tindakan mobilisasi. Keterampilan perawat diketahui berhubungan dengan tindakan mobilisasi. Pengetahuan perawat diketahui tidak berhubungan dengan terjadinya ulkus tekan. Keterampilan perawat diketahui berhubungan dengan terjadinya ulkus tekan. Mobilisasi diketahui berhubungan dengan terjadinya ulkus tekan. Variabel pengetahuan dan keterampilan diketahui secara bersama-sama berhubungan dengan mobilisasi. Variabel pengetahuan, keterampilan dan mobilisasi diketahui secara bersama-sama berhubungan dengan terjadinya ulkus teka Penelitian lanjut diperlukan untuk melihat perilaku perawat terhadap tindakan mobilisasi termasuk hambatan yang ada baik secara kualitatif, kuantitatif maupun dengan metode campuran. Hasil rumus turunan yang didapat melalui penelitian ini dapat dikembangkan dan diteliti lebih lanjut dengan memperbaiki model yang ada dan memasukkan variabel yang belum tercakup dalam model tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Jevon P, Ewens B. Pemantauan pasien kritis. Jakarta. Erlangga; 2007. 2. Morandi A, Brummel NE, Ely EW. Sedation, delirium and mechanical ventilation: the “ABCDE” approach. Curr Opin Crit Care. 2011;17:43–9. 3. Vollman KM. Introduction to progressive mobility. Critical care nurse [Internet].[cited 2012 Aug 13] Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/20360443. 2010;30(2):3–5. 4. Winkelman C, Chiang LC. Manual turns in patients receiving mechanical ventilation. Critical Care Nurse [Internet]. [cited 2011 Oct 14]. Available from: 182
7.
8. 9. 10.
11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18.
19.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20675820. 2010;30(4):36–44 Krishnagopalan S, Johnson EW, Low LL, Kaufman LJ. Body positioning of intensive care patients. clinical practice versus standards. Critical Care Medicine [Internet].[cited 2012 Aug 13]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12441775. 2002;30(11):2588–92 Morris PE. Moving our critically ill patients. mobility barriers and benefits. Critical Care Clinics [Internet]. [cited 2012 Aug 13]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17307113. 2007;23(1):1–20. tiller K. Safety issues that should be considered when mobilizing critically ill patients. Critical Care Cinics [Internet]. [cited 2012 Aug 13]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/17307115.2007;23(1):35–53. Evans B. Patient mobility in the ICU. Transforming Nursing Culture and Tradition. 2008;28(2). Notoatmodjo. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. Hutapea P, Thoha N. Kompetensi Plus. Teori, desain, kasus, dan penerapan untuk HR dan organisasi yang dinamis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2008. Sussman C, Bates, BM. Wound Care. A collaborative practice manual for physical therapist and nurses. Gaithersburg: ASPEN publication; 2001. Smeltzer SC, Bare BG, L HJ, Cheever KH, Brunner LS.In: Brunner; Suddart, ed.Textbook of medical surgical nursing. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. Cox BJ. Predictors of pressure ulcers in adult critical care patient. Patient Care. 2011;20(5):364–75. Asmadi. Teknik prosedural konsep & aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta. Salemba. 2008. Zanni, Needham. Promoting early mobility and rehabilitation in the intensive care unit. 2010. Dente K, Schub T. Quick lesson about pressure ulcers: etiology and risk factors. 2010. Dean E. Mobilizing patients in the ICU. Evidence and principies of practice. 2008;17(1). Goldhill DR, Badacsonyi A, Goldhill AA, Waldmann C. A prospective observational study of ICU patient position and frequency of turning. Anaesthesia. 2008;63(5):509–15. Hahler B. Morbid Obesity. A nursing care challenge. Dermatol Nurs. 2002;14:249–56.
Majalah Kedokteran Terapi Intensif