4
4.1
HASlL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Selat Sunda Perairan Selat Sunda yang terletak diantara P. Sumatera dengan P.
Jawa, pada periode musirn barat kecepatan angin rata-rata tercatat 6.0
mldetik. Puncak musim tahun 1998 terjadi pada awal Desember, dengan kecepatan angin maksimum 10,O rnldetik (Gambar 4.1).
1 Nov
4 NOW
3NOv
12 Nov
1B Nvv
20 NaY
24 M u
28 Nov
2-s
I3 DPc
9 -3s~
1938
Gambar 4.1.
Karakter angin di bagian Utara Selat Sunda pada musim barat (November-Desember q998)
Selama penelitian dilakukan pengamatan kedalaman perairan Selat Sunda dengan menggunakan echo sounder Furuno FE-4300 dan scientific echo sounder EK-500, yang dikoreksi dengan peta penjelas perairan Selat Sunda Area Westernpart of Djawa including Sunda Strait, diterbitkan Tahun 1957, dengan skala 1 : 500.000. Kedalaman yang tercatat adalah yang
berada di dalam lintasan rencana pelayaran (trek atau Transek), selain beberapa titik yang dianggap periu untuk melengkapi data yang iidak terlewati dengan kisaran antara 17-1.540 m (Gambar 4.2). Kedalaman >700m selat diketahui pada bagian tengah diantara Teluk Semangka dan
Pulau Panaitan menuju ke Sarnudera Hindia, sedangkan di sekitar Pulau Rakata dengan kedataman kurang dari 25 rn sampai lebih 200 m. Dari hasil sounding bafhymetfi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) area perairan Seiat Sunda dengan kondisi dasar perairan yang berbeda, yang selanjutnya dijadikan batas analisis wilayah penelitian (Gambar 4.3). yaitu :
1) Wilayah oseanik, area dengan kedalaman >200 rn dengan karakteristik oseanik Sarnudera Hindia.
2) Wilayah Selat Sunda, bagian tengah selat yang berbatasan dengan perairan Laut Jawa, pantai barat Jawa Barat, Tetuk Lampung, Teluk Semangka dan Wilayah oseanik Samudera Hindia; gradasi isodepth mulai dari
+ 50
m sekitar Pulau Rakata Besar dan Kecjl sampai ke
wilayah tubir dengan
kedalarnan 5 200 rn. Perairannya lebih bersifat
rnassa air campuran antara sifat oseanik dengan massa air Laui Jawa. 3) Wilayah Laut Jawa, di bagian utara rnulut selat berkarakter perairan
dangkal dengan kisaran kedalaman 40-60m.
4.2
Kondisi Perairan dan Perikanan Selatan Jawa
4.2.1 Sebaran Suhu
Hasil pengamatan langsung terhadap suhu pennukaan (SPL) dart inforrnasi data inderaja pnda muoim barat bulan November-Dessmber 1998 di perairan selatan Jawa, menunjukkan perbedaan suhu horisonta: antaia
0,5"-1,5"C. Di sepanjang area penelitian sampai kedalaman 150 m badan air kondisinya homogen, suhu 28,5"Csarnpai 28,8"C(Gambar 4.4 dan lihat Gambar 3.6).
Bujw Timur
Gambar 4.2. Sebaran kedalarnan perairan Selat Sunda
Gambar 4.3.
Kisaranjenis wilayah perairan di lingkungan Selat Sunda
Garnbar 4.4. Sebaran suhu ("C) pemwkaan perairan selatanhm periode musim barat (Nevember-Desmber 1998)
Sebaran SPL dengan gradasi yang jelas dari arah tepi pant
229.01°C sarnpai 28.47-C di lepas pantai Jawa Barat, dipe
rnerupakan rnassa air permukaan pa& badan arus pantai s e l e
Hasil penangkapan dengan alat tangkap rawai tuna (tuna long line) menunjukkan bahwa untuk perairan y a w terletak di sebelah selatan barat daya Sumatera sampai selatan Jawa di Samudera Hindia, laju tangkap (hook rate) untuk Yellowfin tuna adalah 0.9 (0.9 ekor per 100 rnata pancing) Kisaran suhu di daerah penangkapan masih sesuai untuk Yellowfin tuna sedangkan kondisi pada saat itu kurang memadai untuk Bigeye tuna(Gambar Menurut Stequert and Marsac (1989); Sharp (3979)dan Monintja
4.10).
(1993), toleransi terhadap suhu optimal masing-masing untuk yellowiVn tuna adalah 23.0-32.O0C dan bigeye tuna 11.0-23.0°C..
4.2.2
Sebaran Salinitas
Sebaran salinitas rnenegak sampai kedalaman 125 m berkisar antara 33,5%0 sampai 34,7%0,sedangkan pada kedalaman 2200 rn salinitas merata pada 34,7%0 (Gambar 4.6.). Pada Stn. 09 sampai 18 indikasi termoklin dan haloklin
cenderung
rnerata
pada
safinitas
34,15%0.
Stratifikasi
ini
mengungkapkan pada lapisan setebal 120 m sepanjang area penangkapan menyebar merata dan rnengarah ke pantai selatan Jawa. Lapisan homogen salinitas 34,70%0mendesak ke atas sampai batas kedalaman 100 m.
Stn 09
Stnll
Stn 13
Nomor Stasiun Stn 14
Stn 16
Sin 18
Stn 20
Gambar 4.5. Transek suhu Stn.09 sd. Stn.20 tanggal 23-25 November 1998
Stn U3
Stn 11
0'
I
Gambar 4.6.
Stn 13 I
Nomar Stasiun Sbr 14
& 16
Stn 18
I
I
I
Stn20
' 0
I
Transek saljnites Stn.09 sd. Stn.20 tanggal 23-25 November 1398
4.2.3
Sebaan Oksigen Terlarut
Sebaran oksigen terlarut (02)tampak seiring dengan fenomena suhu dan salinitas, dari permukaan laut mencapai i~ 120 m merata sampai ke wilayah timur di Stn. 18 pada nilai -2,6 mlA sampai 3,0 mill. Sampai batas kedalaman renang 200 m atau lebih untuk beberapa jenis tuna (tuna mata besar dan albakora) kolom air terlihat memiliki kandungan oksigen sedang, yaitu hanya mencapai 1,4 mlll (Gambar 4.7). Sesuai dengan toleransi terhadap oksigen rnjnimum untuk yellowfin tuna adalah 1.5-2.5 ml/i (Stequert and Marsac. 1989; Sharp, 1979 (Gambar 4.10 dan Tabel 4.1 ). Dari ketiga faktor oseanografi yang diarnati menunjukkan tanda-tanda bahwa pada periode musim barai (November-Desember 1998) perairan selatan Jawa Barat sampai Jawa Tengah, sebagai DPI tuna yang kurang baik, meskipun persyaratan untuk lingkungan untuk kehidupan tuna mencukupi. Nornor Stas iun St-
8tll
St13
Bti4
St16
Gambar 4.7 . Transek oksigen Stn.09 sd. Stn.20 tanggal 23-25 November 1998.
St20
4.2.4 Sobaran Vertikal Densitas lkan Dari Gambar 4.8 terlihat di sepanjang atur pelayaran penelitian has11 deteksi densitas ikan untuk setiap kedalaman 20 rn tahapan strata untuk integrasi echo dalam ilustrasi sebaran tidak ditemukan kepadatan ikan. terutama pada lapisan homogen bagian atas. Pada ilustrasi Transek 1. konsentrasi ikan ditemukan dengan densitas rendah (0.1 - 0.4 ekor ikanll.OOO m3) pada kedalaman 120 m (lihat Gambar 3.6).Perairan dengan kedalaman laut >3.000 m pada kedalaman 120 m juga ditemukan densitas 0.1-0.5 ekor ikan/1.000 rn3 (Gambar 4.8). Semakin ke timur konsentrasi ikan semakin rendah, bahkan sampai kedalamsn 100 m tidak ditemukan konsentrasi ikan lebih besar, kecuali yang berukuran 4 7 dB sampai 4 4 dB (panjang 7,9 - 11 cm). Pada alur penelitian Transek 2, konsentrasi ikan pada kedalaman
+ 170 m hamp~rsama, yaitu sebesar 0.1 - 0.5 ekor ikanll.OOO m3,
semakin ke timur mendekati perairan selatan Jawa Tengah komunitas ikan terdapat pada kedalaman 80 m nilai densitas 0.1
-
0.5 ekor ikanll.OOO m3
(Gambar 4 9). Dari
hasil
percobaan
penangkapan,
kedalaman
mata
pancing
diperkirakan mencapai 5175 m, kisaran suhu 16,00°-28,50C dan salinitas (34.1 5%0-34.70%0.Menurut Laevastu dan Hella (1986) besaran suhu 28,S°C dan sslinitas 34,6.% masih sestlsi dengan lingkungan hidup madidihang (Monintja, 1993). Jtka dlambil rata-rata densitas ikan dari wilayah perairan sebelah selatan Selat Sunda sampai dengan selatan Jawa Tengah, konsentrasi ikan pelagis pada periode musim barat (November-Desember
1998) menurqukkannitai yang sangat M
0755 LS - 1 W W B T Kedalaman (rn)
Cd
a
r
r
~
kkategwimiskin - ~
OSOS-CS.:T 0 6 4 7 ' BT
A*rDeteksiAkrstL
Dgpitas-lkanAPBh 1-
Im
ooom' 0.7
0.5
02
0 0
Gambar 4.8
Keddaman (m)
Gambar 4.9
4.2.5
Sebaran vertikal densitas per (1000m3) ikan sepanjang alur petayaran Transek 1 pecairan selatan Jawa tanggal-23-25Novernbef $998
P s a h D e W Abstik
DensMskan Arab-?rX
,,,
Sebaran vertikal densitas ikan 41000m3)sepanjang alur pdayaran Trans& 2 m i r a n &atan Jawa tanggal 24-25 Muember 1998
Daerah Penangkapan lkan df Wataa Ptdarc dawa
Upaya penangkapandbbmakan tanggal 23 d m 26 November 1998
2 60 mil dari mutut Selat Suncia bag--
selatan, kisaran S P t 26.9"-28.O0C
sesuai dengan DPI madidihang (Thunnus a/bacares) (Garnbar 4 10 dan Tabel 4.1).
S uh u 1 5-
100
Bonito Blue fin tun Albacore 6 i g eye tuns Skipjack Liffle tuna
I
I
(OC)
200
Y////////A
25-
I
300
1
!
I I 1
Keterangan : 0I
r a n suhu penyebaran
Kisaran suhu penangkapan Suhu optimum untuk penanahpan
Gambar 4.10.
Sebaran suhu lingkungan dan penangkapan tuna (Uda dalam Laevastu and Hela, 1986)
Tabel 4.1. Sebaran vertikal beberapa jenis tuna dan posisi termoklin
Keterangan : Y FT- Yellowfin Tuna, BET-Bwye Tuna. ALBAlbacore. SBTSouthern BIuefn Tuna, LlT-Liffle Tuna dan SKJ-Skipack (Monintja, 1993). TAD =T~dak Ada Data
Tabel 4.2.
4.3
Komunitas SPL potensial DPI di perairan selatan Jawa Barat musim barat (23-26 November 1998) hasil validasi citra.
Sebaran Spasiaf dan Temporal Faktor Oseanografi
4.3.1 Kondisi Perairan Selat Sunda
Variabilitas iklrm dalam skala waktu dan musiman di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh angin muson (monsoon), ha1 ini terlihat dengan adanya gerakan yang bergiliran sebagai angin musim barat atau timur. Data dari stasrun meteorologi P3O-LIP1 di stasiun Jakarta dan di Kepulauan Seribu selama periode musim barat (west monsoon) dari tanggal f November sampai periode penelitian 10 Desember 1998, menunjukkan adanya fluktuasi curah hujan yang tinggi. Pada bulan November curah hujan terbesar terjadi pada minggu kedua yaitu sebesar 65 mm, dengan jumlah
255,8 rnm. Sampai dengan minggu kedua bulan Desember curah hujan menurun menjadi 98'38 mm (Gambar 4.11). Menurut Hamada (1996) curah hujan maksimum adalah terjadi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara pada saat
bumi belahan selatan mengalami musirn dingin (Novernber-DesemberJanuari).
Gambar 4 . 7 1 Curah hujan bulan November-Desember 1998 di perairan Selat Sunda dan sekitarnya Penelitian untuk setiap musim diupayakan dengan melaksanakan jalur survei berbentuk transek paralel sistimatik garis sejajar, meskipun untuk setiap pelayaran ketepatan untuk memperoleh posisi transek yang lalu tidak selalu sama. Hal ini sangat tergantung pada kondisi cuaca dan ketepatan dalarn menentukan posist. Titik penempatan CTD yang berjarak 12 mil rnaupun posisi awal ESDU (elementary sampling distance unit) dengan jarak 6 mil dilaksanakan dari mulut selat bagian utara maupun dimulai dari arah
selatan Selat Sunda. Jalur transek (Gambar 3.3;
3.4;
3.5;
3.6 dan. 3.7) ditentukan
berdasarkan beberapa pertimbangan : I)area yang menjacii tujuan penelitian relatif luas; 2) bentuk pantai yang berkelok-kelok; 3) banyak terdapat pulau, terrnasuk gunung berapi
(Gunung Anak
Krakatau); 4)
pertimbangan
kekuatan arus yang kencang dari selatan yang menghadap ke Samudera
Hindia, sehingga memungkinkan tejadi penyimpangan; dan 5) tergantung besar atau kecilnya kamunitas nelayan. 4.3.2
Rentang Suhu, Salinitas dan Front
Memperhatikan Tabel 4.3 sampai 4.1 Idan Garnbar 4.2) secara umum kedalaman perairan Selat Sunda dari hasil sounding bathymetri selarna 7 trip penelitian utama dan 3 trip penelitian selang, ditambah dengan hasil koreksi kedalaman dengan menggunakan peta penjelas. Dari hasil penelitian, lingkungan perairan Selat Sunda dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona yang dinamis dengan perbedaan 1"C.Adapun kisaran suhu tersebut seperti pada Tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3
Zona dinamis dengan kisaran suhu di wilayah perairan Selat Sunda dalam tahun 1998
Pada MP-1 terdapat zonasi yang dimulai dari zona A (suhu 31.1
- 32.0
"C)sampai zona N (suhu 18.1 - 19.0°C),kedalaman penelitian sampai 140 m, MT, hampir di seluruh perairan sampai kedalaman 60 m, zona diwakiii oleh zona 6 (suhu 30.1 - 31.0 " C ) dan C (suhu 29.1 - 30.0°C);MP-2, dari permukaan sampai kedalaman 120 m, diketahui zona B (suhu 30.1 - 31.0 OC) sampai zona J (suhu 22.1
- 23.0°C);dan MB, sampai kedalaman 120
zona
d~wakilioleh zona D (suhu 28.1 - 29.OoC) sampai zona J (lihat Tabel 4.3). Rentang, rata-rata, kisaran suhu dan salinitas inti front per lapisan per musim di batas wiIayah perairan Laut Jawa, perairan Selat Sunda dan wilayah Oseanik Samudera Hindia dapat dilihat pada Tabel-Tabel 4.4 sampai 4.11. Tabel 4.4.
Rentang suhu, rataan suhu, batas w a ly iah dan kisaran suhu inti front per fapisan pada musim peralihan 1
Menegak Pada Kedalarnan
Keterangan : IL Tabel 4.5.
= Isotherm Luar
Rentang salinitas, rataan salinitas, batas wilayah dan kisaran salinitas inti front per lapisan pada musim peralihan 1
-
Sebaran Salinitas Salinitas Zona Front Menegak Pada Kisaran Kedalarnan Salinitas fnti (%) Penelitian Rentang Rataan S.Hindia S.Sunda. L.Jawa Inti IL Permukaan Pertengahan Bagian Bawah
30.80-32.10 32.45 33.97-35.09 34.53 35.13-35.23 35.18
Keterangan : IL = lsohalin Luar
32.80 35.23 35.13
31.30 33.97 35.21
31.70 33.97 35.21
31.70 31.30 33.97 35.21 35.13 35.21
1
Tabel 4.6. Rentang suhu, rataan suhu, batas wilayah dan kisaran suhu inti front per lapisan pa& rnusim timur Sebaran Suhu 1 Suhu I Zona Front
Tabel 4.7. Rentang satinitas, rataan salinitas, batas wilayah dan
Tabel 4.8.
Rentang suhu, rataan suhu, batas wilayah dan kisaran
Tabel 4.9. Rentang salinitas, rataan salinitas, batas wilayah dan kisaran salinitas inti front per lapisan pada musirn peralihan 2 Sebaran Salinitas Menegak Pada Kedalarnan Penelitian Permukaan Pertengahan Bagian Bawah
Kisaran Salinitas Inti
Zona Front
Salinihs ('760)
Rentang Rataan S.Hindia S.Sunda. L.Jawa 33.66-33.90 33.78 33.90-35.50 34.70
33.90 34.90
33.76
35.50
33.70 33.90
IL
Inti
33.76 33.80 34.5035.50
Tabel 4.10. Rentang suhu, rataan suhu, batas wilayah dan kisaran suhu inti fmnt per lapisan pada musim barat
Tabef 4.11 Rentang salinitas, rataan salinitas, batas wilayah dan kisaran salinitas inti front per lapisan pada musim barat
4.3.3
Suhu Permukaan Laut (SPL)
a) Musim Peralihan 1 (Maret 1998) Pada periode musim peralihan disaat angin berubah-ubah arah massa air dengan isotherm 30.5"C hampir memenuhi bagian selat menuju ke selatan terbagi menjadi dua, yaitu 1) massa air dengan suhu 305°C di bagian timur selat dari bagian utara selat sejajar dengan pantai barat Jawa Barat sampai melewati P. Panaitan; dan 2) pada bayian barat selat massa air dengan hsaran suhu 30.5"-31.O0Cdi pantai timur Sumatera Selatan (pantai Labuan Maringgai) terus menuju ke dalam selat menuju ke Samudera Hindia (Gambar 4.12a, 4.13 dan 4.19).
Pada perairan tengah selat suhu rendah 30,0°C dengan luas 2 225 mil2. Komunitas kecil-kecil suhu 31,0°C terdapat di Teluk Sernangka, mulut utara selat dan perairan tengah selat bagian selatan. Suhu rata-rata di perairan Laut Jawa adalah 30,07"C, besaran ini sama dengan keadaan di perairan Samudera Hindia sebesar 30.10°C. Salinitas rata-rata 32.45%0, di Laut Jawa 31.70%~dan Sarnudera Hindia 32.80%0 (Tabel 4.4 dan 4.5).
b) Musim limur (Juli-Agustus 1998) Pada periode rnusim tirnur suhu permukaan dengan isotherm 29.8% dari bagian utara sejajar dengan pantai Jawa Barat terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : 1) massa air yang berasal dari L. Jawa dengan
isotherm 29.8"C, 2) isotherm 29,goC dan 3 ) komunitas massa air dengan kisaran suhu 29,g°C-30,1°C. Pada mulut selat bagian utara terdapat suhu >30,ZoC (Gambar 4.12b.l. Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa suhu di Samudera Hindia sedikit lebih rendah 29.96"C (dengan At = 0.24%) (Tabel 4.6). Penelitian musim timur 1998, dilaksanakan pada bulan pertengahan Juli 1998, peroiehan data citra dimulai sejak bulan Juni sampai Agustus 1998. Periode rnusim peralihan sampai m u s h timur tahun 1998 tingkat perawanan sangat tinggi, hasil analisis data citra (Gambar 4.13) berikut :
sebagai
7)
Tanggal 30 Juni 1998, angin muson timur memberikan nuansa yang kuat dl kawasan perairan Selat Sunda. Dominasi kisaran suhu permukaan laut (SPL) 29.1 "-30.2"C sejak dari pantai utara Jawa sampai di wilayah (Gambar 4.1 3) oseanik Samudera H~ndia
2)
Tanggal 9 Juli 1998 saat akhir musim timur, akibat dorongan angin muson timur agak melemah dibandingkan akhir Juni 1998. SPL masih pada kisaran 29.IoC-30.2%. Tekanan dari massa air dari wilayah oseanik mendorong massa air yang datang dari L. Jawa ke arah barat sampai di pantai Sumatera Selatan (Teluk Lampung).(Gambar 4.15).
3)
Tanggal 30 Juni 1999. Menurut Manurung elat (1988) alr lebih ding~n c24.4 "C berindikasi mengisi teluk Semangka dan rnenyusup ke tengah
diantara air bersuhu hangat di bagian tengah selat SPL didominasi oleh kisaran suhu 29.IoC-30.2%. dimana massa air L. Jawa mengarah ke barat dan barat laut, selanjutnya masuk ke Selat Sunda sampai ke wilayah oseanik Samudera Hindia. Kisaran suhu
s 29.1°C terlihat di
sekitar zona oseanik di sebelah barat Selat Sunda. Sedangkan untuk tanggal 1 JuIi 1999 sedikit berubah, di L. Jawa pada suhu r 29.1"C. 4)
Musim timur-Juni 1999, sebaran suhu permukaan ke arah lepas pantai utara
J a w a Barat suhu meningkat >l0C, kisaran suhu 29.5"-30.5"C
cenderung menyusuri pantai Sumaiera mengarali k e dalam Selat Sunda. Kond~siini sama dengan isotherm 30.5-C periode rnusim timur 1998 (Gambar 4.12).
c) Musim Peralihan 2 Musim perafihan 2 di perairan Selat Sunda kisaran suhu 428.5"C29.5"C, suhu =-29.5"C terjadi di sepanjang pantai barat Jawa Barat sampai
ke perairan Samudera Hindia (Gambar 4.15a). Musim peralihan 2 1998, suhu hangat 233.5"C terdapat perairan barat Sumatera. lsotherm 32.5-C terlihat dari pantai barat Sumatera sampai perairan selatan Selat Sunda. Fenomena upwelling ditandai dengan suhu dingin -=3I0Cyang muncul di bagian selatan Selat Sunda, sedangkan suhu 32.5%
muncul di
Teluk
Sernangka sebagai suhu
lebih tinggi jika
dibandingkan suhu pada badan selat (Gambar 4.14).
Suhu rata-rata
28.90°C, sedangkan kondisi ini sarna dengan di Samudera Hindia, yaitu 28.90°C dan perairan Laut Jawa 29.20°C (Tabel 4.8). Dari hasil citra muslm tlmur dan rnusim peralihan 2 1998 drperoleh gambaran sebagai berikut :
7 ) Tanggal 18 Agustus q998 merupakan awal periode musim peralihan 2, kondisinya hampir sama dengan rnusim timur. Massa air dengan kisaran suhu 5 29.I0C-30.2"C yang menyusuri pantai barat Jawa Barat menuju perairan Samudera Hindia, tertahan di perairan tengah selat dengan suhu 26.8"C-29.I0C yang bercampur suhu lebih dingin 25.6%-26.8"C wilayah tubir (batas kedalaman 200 m) (Gambar 4.18).
di
2) Tanggal 2 September 1998, dominasi rnassa air yang data dengan kisaran SPL 30.2'G31.5"C sampai selatan Selat Su di perairan pantai barat Jawa Barat dan Sumatera Selatan d lebih dingin 29.1'C-30.2"C. 3) Tangwl 18 Agustw 1999, suhu lebih dingin pada kisarz 29.I"C dengan tingkat perawnan mulai tinggi (Gambar 4.13 (
d)
Musim Barat (Desember 1998)
Isofhem 28,5"C yang terdapat dari bagian utara dan berada di perairan selat bagian utara dan selatan sejajar dengan pantai barat Jawa Barat sampai di P. Panaitan. Suhu >28SoC menutupi selat bagian utara, Teluk Semangka sampai di perairan Samudera Hindia (Gambar 4.1 5b). Memasuki periode musim barat buian Oktober 1997 Cakhir musim peralihan 2). masss air dail L. Jawa kuat menekan ke arah barat memasuki perairan Selat Sunda ke arah barat dan barat laut. Dorninasi massa air karakter L. Jawa dengan kisaran SPL 26.8"-29.l0Ctidak terlalu kuat namun masih terlihat di pantai barat Jawa barat di Setat Sunda. Selama musim barat (November 1999), wilayah barat Indonesia khususnya di perairan Selat Sunda selalu tertutup awan, sehingga tidak diperoleh SPL melalui data citra dengan baik (Gambar 4.18 dan 4.19).
4.3.4
Kisaran-KansentrasiKLorpi1-a Analisis sebaran konsentrasi Worofil-a sebagai gambaran tingkat
kesuburan yang diambil per musim adalah : 1 ) Musim Peralihan 1 (14-21 Maret 1998)
Perairan Selat Sunda, utara selat dan bagian selatan selat konsentrasi klorofif berkisar 1-1.5 rnglm3, perairan pantai Gara Jawa Barat 2-3 mg/m3. Perairan selatan Selat Sunda 0.3-1.5mg/m3 dan perairan L. Jawa bagian barat 0.15-1.5 mg/m3(Gambar 4.19).
Sebaran konsentrasi klorofil (mg/m3) pada Musin Peralihan-1 (14-21 Maret 1998). SeaWiFS,http://seawifs.gsfc.nasa.gov. Konsentrasi klorofil-a di perairan Selat Sunda pada umumnya 0.2-0.35 mglm3, di perairan selatan Selat Sunda konsentrasi lebih yaitu 0.050.1 5 mglm3dan di perairan L. Jawa bagian barat 1-2 m@rf
2) Musim Timur (28 Juli-4 Agustus 1998)
Konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Selat Sunda 0.2-0.45 bagian tengah selat 0.20.35 mg/m3 dan di wilayah L. J a w 0.3-0.4 m.
.
. . a
-.
>
.. -..-
. .
zol
.02.03.n5
I
.1
7
i
;
T
/,I
l i - i n
Ocean: Chlorophyll cr Concziltration (mgirnj 1
Z(I
I
Gambar 4.20 Sebaran konsentmsi klomfil (mglm3) pada Musimnn (21-28 Juli 1998). SeaWiFS,Mtp:llseawifs.gsfc.nam.gov. 3) MusimPeralihan-2 (Oktober 1997)
Konsentrasi kloroftla lebih tinggi &bandingkan Musim Timu~ 1-4 mg/m3, di bagian selatan selat 55.5 mg/m3, di bagian teng diperkirakan seWtar 0.54 mg/m3 dan di wilayah L. Jawa 0.3-1.: sedangkan terbanyak di sepanjang pantai selatan Jawa Timur, yaii mg/m3(Gambar 4.21). 4) Mwiim Barat (Desember 1998)
>I11
.O? .03
.(H
.f
.? ._p
Ocean: Chlnrophyil
5
(1
I
10
1i2n;ii
Conccntra~ior;(mg/n:3 :
5
4.3.5
a)
Sebaran Suhu dan Salinitas per Lapisan 0, 20.40 dan 50 m Sebaran Suhu per Lapisan Sebaran suhu permukaan dan di bawah permukaan laut pada lapisan
kedalaman 20, 40 dan 50 m sesuai dengan kisaran kedalaman alat tangkap yang mampu dicapai para nelayan, digambarkan per musim sebagai berikut : 1) Musim Peralihan 1 1998
1a) Lapisan Permukaan (0 m) Massa air dengan isotherm 305°C hampir memenuhi bagian selat, massa air tersebut menuju ke selatan dan sejajar dengan pantai barat Jawa Barat sampai melewati P. Panaitan; di pantai timur Sumatera Selatan massa air dengan kisaran suhu 30.5"-31.O0C sampai ke perairan tengah selat menuju ke S. Hindia (Gambar 4.12a. 4.1 3 dan 4.23a). I b) Lapisan Kedalarnan 20 m
Suhu 30.0°C di Iapisan 20m cenderung mengarah ke selatan, baik di bagian tengah selat rnaupun di perairan pantai barat Jawa Barat. Ketompok kecil suhu 29.5-C lebih rendah terdapat di selatan Teluk Sernangka, Teluk Lampung dan pada batas tubir kedalaman 200 m (Gambar 4.23b). lc)
Lapisan Kedalaman 40 m
lsothem 29.5"C terlihat menelusuri pantai timur Sumatera Selatan di Laut Jawa sampai ke wilayah selatan di sepanjang pantai barat. Jawa Barat. Perairan tengah selat dipenuhi dengan lapisan suhu 28.5% dan suhu lebih dingin 27.5% terdapat pada batas tubir 200 m (Gambar 4 . 2 3 ~ ) . 89
1d) Lapisan Kedalaman 51)rn
Pada lapisan kedalarnan 50rn rata-rata terdapat stratiika dengan kisaran 26.0°C sarnpai 290°C. Suhu dingin <26.O"C
fenomena upwelling terdapat pada W s oseanik kedalaman 2QO r pantai utara Ujung Kulon (Gambar 4.73d).
2)
Musirn Tirnur 1998
2a)
Lapisan Perrnukaan (0 m)
Isothem 30.5% terlihat di sepanjang pantai timur sampai wilayah perairan pantai selatan Sumatera Selatan dan selatan Selat Sunda. Suhu dingin -=30.0°C terdapat di sekeliling pulau-pulau kecil Rakata, Sebesi dan Sebuku. Sedangkan suhu lebih hangat 31.0% sebagai u r i suhu perairan oseanik pada musim timur 1998, terdapaf di Teluk Semangka, ujung Sumatera Selatan bagian timur dan di utara Panaitan (Gambar 4.12b dan 4.24a). 2b)
Lapisan Kedalaman 20 r n Gambaran lapisan homogen horisontal dengan suhu 29.9"C dimula~
dari utara sampai di perairan Samudera Hindia. Fenomena upwelling yang terjadi terlihat pada spot suhu lebih rendah 28.8"C dan 28.0%
terdapat di
utara P. Panaitan (Gambar 4.24b). 2c)
Lapisan Kedalaman 40 m Stratifikasi suhu lebih hangat 30.0°C terjadi pada lapisan kedalaman
40m di sepanjang pantai selatan Sumatera sarnpai di seluruh perairan selat (Gambar 4.24~). 2d)
Lapisan Kedalaman 50 m Pada lapisan 50m perbedaan suhu 0.1"C memenuhi badan selat pada
kisaran 29.9"-30.0°C, dengan cenderung bersifat homogen (Gambar 4.24d).
Gambar 4.24
3)
Sebaran suhu ("C) lapisan 0,20,40dan 50 m Musim ' 1998
Musim Perelthan-2?997
3a) Lapisan Permukaan (0 m)
3b)
Lapisan Kedalaman 20 m Pada lapisan 20 m sebaran isotherm 31 -5" terlihat berada di tepi pantai
Jawa Barat, badan hornogen suhu 30.5" tersebar mulai dari mulut selat bagian utara sampai ke Samudera Hindia. Suhu lebih dingin 27.0" terdapat pada batas kedalaman 200 m di tengah selat sebagai dri suhu oseanik (Gambar 4.25b).
3c) Lapisan Kedalaman 40 m Isotherm 28.0°C di lapisan permukaan pada musirn peralihan 2 1997 ini terlihat mulai dari perairan Laut Jawa terus ke seiatan sejajar dengan pantai, sarnpai rnelewati P. Panaitan. Stratifikasi kuat pada kedalarnan 40m dari Samudera Hindia dengan suhu 22.0% sampai ke pantai Barat Jawa Barat dengan suhu 3?.0 "C. Komunitas suhu dingin (22.0°C) terdapat di batas tubir 200m kedalaman, sebagai bentuk upwelling (Garnbar 4.25~). 3d)
Lapisan Kedalaman 50 m Sampai batas lapisan 50 m suhu masih pada 28.0°C, suhu lebih hangat
29.0°C terdapat di pantai. Semakin kedalam suhu dingin 21.0°C masuk sampai ke pantai selalan Surnatera (Teluk Lampung). Fenomena upwelling pada batas tubir 200 m yang terdapat di tengah Selat Sunda. Di pantai Jawa Barat suhu 31 .O0C sampai rnencapai 50 rn kedalaman (Gambar 4.254).
spot suhu 30.0% terdapat di utara clan selatan P. Panaitan (Gambar 4.13 dan 4.26a). 4b)
Lapisan Kedalaman 100 m Spot suhu 29.0°C terdapat di batas tubir kedalaman >ZOO m di perairan
selat bagian selatan. Pada lapisan kedalaman 100 m suhu -=26.0°C twdapat di perairan lepas pantai barat Sumatera, secara gradual suhu meningkat 30.0°C dan sejajar dengan pantai Barat Sumatera. Suhu 29.0°C menqpai selatan Sumatera Selatan di Teluk Semangka dan Teluk Larnpung, spot suhu 30.0°C terdapat di perairan oseanik Samudera Hindia (Gambar 4.13 dan 4.26b).
Gambar 4.26
Sebaran suhu ("C) lapisan 10 dan 100 rn pada Musim Peralihan-2 perairan Sarnudera Hindia 1998
5 ) Musim Barat 1998
5a) Lapisan Perrnukaan-fOm) Pada Musim Barat isotherm 28.4"C berada hampir di seluruh badan selat bagian utara sampai di Samudera Hindia, isotherm terluar tersebar
merata di perairan selatan Lampung dan pantai barat Labuan. Spot
+. 225 m2
dengan suhu 28.6% lebih hangat terdapat di batas kedalaman 200 m. Besarnya nilai suhu sama dengan di perairan selatan Selat Sunda (Gambar 4.14 dan 4.27a). 5b)
Lapisan Kedalaman 20 m Pada lapisan kedalaman 20 m isotherm 28.5-C lebih rendah 0.IoC
dibandingkan dengan suhu perrnukaan. Suhu 28.5% terdapat pufa di sekitar Ujung Kulon dan selatan TeIuk Semangka. Suhu 28.8-C lebih hangat 03°C dibandingkan sekitamya dan di dalam Teluk Lampung (Gambar 4.27b). 5c)
Lapisan Kedalaman 40 m Lapisan kedalaman 40 m dengan isotherm 28.5% tersebar dari utara
menelusuri pantai barat J a w barat melewati Terusan Behouden, beberapa
spot suhu 28.6-C terdapat di selatan Teluk Larnpung, dekat tubir di tengah selat dan di selatan Selat Sunda (Garnbar 4.27~). 5d)
Lapisan Kedalaman 50 rn Pada periode musim barat 1998, lapisan kedatarnan 50 m spot suhu
hangat 28.8-C dengan Iuas + 300 mil2 terdapat di selatan Teluk Lampung, pada umumnya seluruh perairan Selat Sunda pada lapisan 50 m merata dengan perbedaan suhu 0.3"C (Gambar 4.27d).
b)
Sebaran Salinitas per Lapisan Sebaran safinitas permukaan dan di bawah permukaan laut pada
lapisan kedalaman 20.40dan 50 m, digambarkan sebagai berikut : 1) Musim Peralihan 1 1998
1a) Lapisan Permukaan (0m)
Massa air dengan isohaline 31.5%0mulai dari perairan L. Jawa menuju ke selatan mendekati P. Rakata, sebagian berupa spot lebar di utara P. Panaitan dan utara Ujung Kulon, spot lebih kecil dengan salinitas 31.0%. Nilai tersebut sama dengan di L. Jawa. Salinitas 32.0%~. di pantai timur Sumaiera Selatan sama nilainya dengan massa air di dalam selat yang menuju ke Samudera Hindia dan nilai pada spot di utara P. Panaitan (Gambar 4.28adan Tabel 4.5). 1b) Lapisan Kedalaman 20 m
Salinitas 32.m pada lapisan 20 m cendemng mengarah ke selatan melalur bagian tengah selat dan mernasuki Terusan Behouden terus ke Samudera Hindia. Kelompok kecif salinitas 31.5%
terdapat di utara Ujung
Kulon, Wilayah Teluk Lampung dan Teluk Semangka dengan nilai salinitas
32.5-33.0s dan batas tubir (Gambar 4.28b).
I c) Lapisan Kedalaman 40 m lsohaline 32.5%0terlihat menelusuri pantai timur Sumatera Selatan di Laut Jawa sampai ke wilayah selatan di sepanjang pantai barat Jawa Barat. Di perairan tengah selat terdapat lapisan salinitas 32.-
yang sama dengan
di perairan Laut Jawa dan pengaruh salinitas 33.5% dari Samudera t-lindia di utara Ujung Kulon melalui Terusan Behouden (Garnbar 4.28~). I d ) Lapisan Kedalaman SO m Pada lapisan kedalaman 50 rn isohaline 32.5960 terlihat dari perairan Laut Jawa sampai ke selatan. Salinitas 34.0960 sebagai fenomena upwelling terdapat pada batas oseanik di lapisan >200 m (Gambar 4.284 dan Tabel 4.5).
2) Musim Timur 1998
2a)
LapIsan Perrnukaan (0m) Pada musim timur hampir seluruh kolam selat didominasi oleh
sal~nitas 33.0%0,sedangkan salinitas 32.5%~ hanya terlihat di sebagian pantai Jawa Barat dan sedikit di mulut utara setat. Salinitas 33.5%0lebih tinggi terdapat di selatan Selat Sunda dan spot salinitas 33.5%0 terdapat di utara Terusan Behouden (Gambar 4.29a dan Tabel 4.7). 26)
Lapisan Kedalaman 20 m Gambaran lapisan homogen horisontal satinitas 33.0 %O dimulai dari
perairan Laut Jawa sampai di selatan Teluk Lampung tents ke wilayah
Gambar 4.28 Sebaran salinitae (S)lepisan 0,20,40, dan 50 m MP.
%O
terdapat di dua lokasi, yaitu 30 mil di selatan Teluk Lampung dan 7 5 mil di
utara P. Panaitan (Gambar 4.29~). 2d)
Lapisan Kedalarnan 50 m Pada lapisan 50 m salinitas 33.7 %O lebih tinggi dibandingkan seluruh
badan selat dan-terdapat di perairan barat Laut Jawa. Stratifikasi horisontal tampak jelas sampai ke Samudera Hindia dengan salinitas 33.5 %o dan cenderung bersifat homogen; spof salinitas 33.3 % terdapat di dua lokasi seperti pada lapisan 40 m (Gambar 4.29d dan Tabel 4.7).
3) Musirn Peralihan 2 1997 3a) Lapisan Permukaan (0m) Pada musim peralihan 2 1997 hampir seluruh badan Selat Sunda memiliki salinitas yang cenderung homogen, kisaran 33.6%0 sampai 33.9%0, dari perairan Laut Jawa salinitas 33.6% terus meningkat sedikit sal~nitas menjadi 33.9% di barat Labuan (Gambar 4.30a dan Tabel 4.9). 3b)
Lapisan Kedalaman 20 m Pada lapisan 20 rn sebaran isohaline 33.8% tersebar dari perairan
Laut Jawa melalui perairan tengah selat, sedangkan salinitas 33.cenderung mengarah ke perairan S. Hindia dengan Spot salinitas 34.% ditemukan 5 24 mil di barat tabuan (Gambar 4.30b).
Isohaline 34.0% di lapisan 40 m pada Musim Peralihan-2
terlihat rnulai dari perairan L Jawa terus ke selatan rnelalui peraim
Sampai batas lapisan 50 m salinitas 3 4 . a masih seiring
I
lapisan di atasnya dengan spot 34.5%0,yaitu 0.5% lebih tinggi sepefb di tenggara Gunung Krakatau sebagai bentuk upwelling. Suasana Sa Hindia dengan salinitas 35.-
terdapat di selatan Teluk Lampung da
Semangka (Gambar 4.30d dan Tabel +1). I
4) Musim Peralihan-2 1998
Musim Peralihan-2 1998, pada ksdalaman 10 m isohaline pa&
32.0-32.5% secara ilustratif sama nilainya di lingkungan Sehi
dengan spot salinitas 31.5% terdapat di M a r P. Panaitan (Gambz Pada kedalaman 100 m spd area dengan salinitas 43.-
ter
selatan Selat Sunda. Saliitas S34.39611sebagai ciri perairan la^ terdapat di lepas pantai Sumatera Selatan Samudera Hindia 4.31b).
Gambar 4.31 Sebaran salinitas (%o) lapisan 10 clan 100 m MP-2
5a) Lapisan Permukaan (O m)
Pada Musim Barat sebaran saliniis 3 3 , sseolahdah n .
.
. .
.
.
.
~~
~~
~
~
33.6% masing-masing terdapat di utara P. Panaitan dan bagian luar Teluk Semangka (Gambar 4.32a dan Tabel 4.11). 5b) Lapisan Kedalaman 20 m Pada lapisan kedalaman 20 rn isohalim 33.7 960 lebih tinggi O.l%o dibandingkan dengan salinitas perrnukaan MB, yang menelusuri pantai selatan Sumatera sampai di Samudera Hindia. Sedang salinitas lebih rendah 33.2% menelusuri pantai barat Jawa Barat rnelewati Terusan Behouden. Pada MB ini secara keseluruhan pada kedalaman 20 m badan Selat Sunda homogen dengan perbedaan nilai 0.2
%O
(Gambar 4.32b).
5c) Lapisan Kedalaman 40 m Strata kedalaman 40 m kisaran isohaline 33.5-33.8s tersebar hampir di seluruh badan selat, salinitas d33.3960 terisolasi di pantai barat Labuan, beberapa spot salinitas 33.8%0 terdapat di selatan Teluk Lampung, dekat tubir di tengah selat dan di selatan Selat Sunda (Gambar 4.32~). 5d)
Lapisan Kedalaman 50 m Pada periode musim barat 1998, lapisan kedalaman 50 m isohaline
33.7%0 mendominasi hampir seluruh badan selat, sedangkan salinitas ~33.5%terdapat di sepanjang pantai barat Jawa Barat menuju ke Samudera Hindia melalui terusan Behouden (Gambar 4.324 dan Tabel 4.1 1).
4.3.6
Profil suhusalinitas dan sigma-f per stasiun pada isotherm perrnukaan per wilayah perairan
I) Musim Peralihan I 1998 pada isotherm 30.5OC Perairan Selat Sunda yang dikenal sebagai perairan yang dinamis kondisinya dan bersifat unik. Menurut Manurung et at, (1998) pada musim peralihan 1 dan musim timur diketahui rnassa air Laut J a w bagian barat dengan kisaran suhu 30.5"C dan magnitud positip memasuki Selat Sunda. Hasil penelitian selama dalam tahun 1998 di perairan oseanik Samudera Hindia, perairan tengah Selat Sunda dan perairan Laut Jawa berturut-tuml menunjukkan nilai sigma-t pada lapisan permukaan yang relatif stabil dengan "krsarafil i3.5'%2'i.5-Kgh3. Perairan Laut Jawa. profil st.1I pada isotherm 30.5"C, salinitas 32.3%, sigma-t 19.8 kglm3 (Gambar 4.33); dan perairan Samudera Hindia, proiil st.66 pada isotherm 29.g°C, salinitas 32.4%0, sigma-t 18.6 kg/m3 (Gambar 4.34).
2)
Musim Timur. Perairan Laut Jawa, profit st.26 pada isotherm 29.g°C,
salinitas 30.8%0,sigma-t 18.5 kglm3 (Gambar 4.35); dan perairan Samudera Hindia, profil st.21 pada isotherm 29.goC, salinitas 32.4%0,sigma-t 20.1 kglm3 (Gambar 4. 36);
3)
Musim Peralihan 2. Perairan Laut Jawa, profil st-3 pada isotherm
29.5"C,
salinitas 33.8%,
sigma-t 21.0 (Gambar 4.37);
dan perairan
Samudera Hindia, profil st. 15 pada isotherm 29.5"C, salinitas 32.9%0, sigma-
t 21.8 kg/m3(Gambar 4.38). 4)
Musim Barat. Perairan Laut Jawa, profil st.3 pada isothenn 28.4"C,
salinitas 33.6%0,sigma-t 21.I kg/m3 (Gambar 4.39); dan perairan Samudera Hindia, profil st.33 pada isotherm 28.4OC, salinitas 33.5%0,
sigma-t 21.5
kg/m3 (Gambar 4. 40); Dari hasil analisis diketahui bahwa, pada musim peralihan 1dan musim timur diketahui sigma-t di lingkungan perairan Selat Sunda relatif lebih stabil. Sigma-t dengan nilai rendah cenderung berada di lapisan dekat permukaan. Untuk mengetahui massa air tersebut dapat dengan melihat diagram temperatur dan salinitas (TS diagram), jika bukan merupakan massa air campuran, nilai densitas dan suhu-salinitas yang sama dari dua tempat di permukaan yang berbeda dapat menunjukkan fomasi dari massa air yang homogen (Sverdrup et a1.,1962). Kondisi stabil nilai densitas perairan Selat Sunda menunjukkan karakter massa air dari perairan L. Jawa sepanjang tahun dan mengarah ke selatan.
Perairan Laut Jawa pada St.?I
Gambar4.33.
Profil rnenegak dari isotherm 30.5"C untuk Latit &wa, salinitas 32.75960dan AF 0.3 kg/m3perarran S. Hindia s.66 pada MP-1 1998
Gambar 4.34.
Profil menegak dari isotherm 305°C untuk peratran S. Hindia, salinitas 32.6%0 dan Ao= 0.0 kglrn3 pada MP-1 1998
2) Musim Timur 1998 pada isofhem 29.9"C Perairan Laut Jawa pada St.26
Gambar4.35.
Prow menegak dari isofherm 29.g°C untuk Laut Jawa, salinitas 30.8% dan Am= 0.1 kglm3 pada MT 1998
Perairan Samudera Hindia St.21
Garnbar4.36.
Profil menegak dari isotherm 29.9"C untuk perairan S. Hindia, salinitas 32.4% dan Acr= 0.0 kglm3 pada MT 1998
Musim Peralihan 2 1997 pada isotherm 29.5"C Perairan Laut J a w pada-St.3
Gambar 4.37.
Profil menegak dari isotherm 29 5% untuk Laut Jawa, salinitas 33.8%0dan Ao= 0.1 kglm3pada MP-2 1997
Perairan Samudera HirrdSa St.15
Dlagran T-S T#.. 14-10-1997
X)
wakiu.1%254V\B
g m
I1
5 10 0 33
-7
34
35
a
102
";l' im
104
im ~ o s 107
Gambar4.38. Profil menegak dari isotherm 295°C untuk perairan S. Hindia, salinitas 32.9% dan Ao= 0.0kg/m3 pada MP-2 1997
4)
Musim Barat 1998 pada Isotherm 28.4"C Perairan Laut J a w pada St.3
Garnbar4.39. Profit menegak dari isotherm 28.4-C untuk h u t h w a , salinitas 33.6%0dan AD= 0.1 kgh3 pada NfB 1998 Perairan Sarnudera-HindieSt.33 s u b p&+ird
(~17)
g -200 --.:-i--; - - - - 4= 2
--
-400
.:I... :
-2,
-,.-.-
10
srs-
s a f i (70a1 ~
----
---.--J--
.3m - - - - ..
-8--
-200
(r&4
- >- - - - -
2-
-: - - - - - .:
- - - - -300
-----.-
9
<
8
,
20
M
-a
32
34
20
36
25
30
1' "";"< Tpl. 24-7 1-3-
30
web 7 1
-
p 20
5 10 0 33
O
W
-7
-8 34
35
36
702
--Hhd.
103
704
105
lw l m
ssmcas (-0)
Garnbar4.40.
Profil menegak dari isotherm 28.4"C untuk perairan S. Hindia, salinitas 33.5%~ dan AF 0.3 kg/m3 pada MB 2998
4.3.7
Transek per Wilayah untuk Setiap Musim Sebaran menegak &lam bentuk transek jajaran stasiun-stasiun dan
kedafaman perairan yang
dianggap mewakili
kondisi wilayah
yang
berhubungan dengan masing-masing wilayah perairan diperoleh gambaran sebaran vertikal, dari posisi CTD yang berdekatan dan dengan pertimbangan merupakan area lintasan massa air.
1) Mwim Peralihan 1998
Transek 1.
Suhu sepanjang transek 1 isotherm 29.0°C terjadi dari
kedalaman 2 40 m sampai di witayah timur terletak pada kedalaman 20 rn. Pada lapisan kedalaman 150 m sebaran suhu mendatar 20.0°C, dan pada kisaran 200 m sebaran mendatar dari st.69 sarnpai st.77 suhu 14.0%; selanjutnya menurrrn sssuai kedalaman (Gambar 4.41 dan 4.42). Salinitas, isohaljne dari permukaan laut sampai kedalaman 2150 m berada pada kisaran 31.50%0sampai 34.50%0. Di wilayah pantai barat Jawa Barat salinitas rendah 31.50%0, sernakin dalam perairan di perairan Samudera Hindia salinitas meningkat sampai nilai =-34.50%0. lsohaline 32.4-
menyebar dari arah selatan kawasan oseanik sampai ke Teluk
Semangka Sumatera Selatan berada pada lapisan kedalaman 25 m. Pada batas tubir di perairan tengah Selat Sunda (st.75) sebaran isohaline 34.50%0 berada pada kedalaman 50 m, semakin dalam salinitas meningka: =-34.50%0 sebagai ciri perairan oseanik (Gambar 4.43).
Gambar 4.41
Transek MP-1 1998
Transek 2, terdiri dari stasiun 43, 42, 67 dan 70. lsotherm 29.0-30.O0C dari zona oseanik st.70 dan st.43 berada pada kedalaman 25 m. Secara gradual
menurun sampai 12°C pada kedalaman 250 m (Gambar 4.44).
Salinitas 32.5%0 di lapisan pennukaan dari Samudera Hindia menyebar di perairan selatan Teluk lampung. Sampai kedalaman rata-rata 60 m salinitas meningkat menjadi 34.5%. Lapisan homogen tejadi di bawah kedalaman 60m dengan salinitas =-35.m(Gambar 4.45).
Gambar 4.42
Transek 1 suhu musim peralihan 1 1998
Gambar 4.43 Transek 1 salinitas musim peralihan 1 4998)
Nomor Stasiun St.70
St.60
S t 48
Gambar 4.44 Transek 2 suhu musim peralihan 1 1998 Nomor Stasiun St.60
St.48
Gambar 4.45 Transek 2 salinitas musim peralihan 1 1998)
Transek 6 yang terletak di perairan Laut Jawa membelah alur selat dari utara ke selatan, terdiri dari stasiun 7, 8 dan 11.
hangat 30.3OC
dari witayah perairan Laut Jawa berada di permukaan sampai 8m. Pada lapisan dasar suhu 29.8-C (Gambar 4.46). Gambaran yang hampir sama dengan suhu, salinitas rendah c31.0%0 di lapisan permukaan perairan Laut Jawa berada pada lapisan 8m. Pada lapisan dasar satinitas lebih tinggi
32.5%~(Gambar 4.47).
Nornor Stasiun St. 11
St 12
Gambar 4.46 Transek 6 suhu musim peralihan 1 1998
St. 13
Nomor Stasiun St 12
St. 1 7
-
0 -12
Gambar 4.47
2)
Transek 6 salinitas musim peralihan 1 1998)
Musim Timur 1998
Penelitian untuk musim timur dilaksanakan pada tanggal 28 Juli-1 Agustus 1998 dan 16 Mei 1999 (Gambar 4.48). Transek 1, terdiri dari st. 79, 18, 14 dan 13 dengan arah 45' di
kawasan selatan Sumatera.
lebih hangat 30.0°C berada pada batas
st.18 dengan ketebalan hanya 10 m. Badan air sepanjang lintasan Transek 1 sampai batas kedalaman 80m bersuhu 29.0%. Paaa kawasan tubir (*200 m) suhu menurun teratur sampai < I 5.0°C (Gambar 4.49) Salinitas, nilai ternendah salinitas <33.0%0terjadi di lapisan perrnukaan, terutama mendekati pantai selatan Sumatera Selatan (st.13 sampai st.18). Dari Gambar 4.49 terlihat bahwa massa air dengan salinitas rendah <32.2%
Gambar 4.48 Transek MT 1998
berada di perairan tengah Selat Sunda. Seperti halnya suhu di kawasan tubir satinitas meningkat teratur sampai >35.0°C,ha1 ini merupakan karakteristik massa air oseanik (Gambar 4.50). Nornor Stasiun
I
I
Gambar 4.49
Transek 1 suhu musirn timur 9998
Gambar 4.50 Transek T salinitas m u s h tirnur 1998
Transek 2, terdiri dari st. 21, 15, 22 dan 24 mengarah ke pantai barat Jawa Barat, & hangat >30.0°C pada badan air terjadi sampai kedataman 100 m (Gambar 4.51). Massa air dengan salinitas rendah terlihat berada di perrnukaan ( ~ 3 2 . 5 %semakin ~) mendekati pantai, stratifikasi salinitas lebih tinggi 35.0%0 berada di lapisan 2100 m berasal dari perairan Samudera Hindia (Gambar 4.52).
Transek 3, yang terdiri dari st. 2, 4, 9 dan 10 sejajar dengan pantai barat Jawa Barat di tengah Selat Sunda dan yang berbatasan dengan perairan Laut Jawa, stratifikasi
berbeda 0.3"C. Suhu 29.6"C terdapat di
permukaan pada st.4, suhu lebih hangat 29.9"C memenuhi hampir semua lapisan sampai pada st.t0 di bagian selatan (Gambar 4.53). Badan air transek 3 sejajar dengan garis pantai barat Jawa Barat dengan salinitas
tercampur berkisar 42.5-33.5%0, bergerak ke selatan dari st.2 ke st.10 (Gambar 4.54). Nomor Stasiun St 15
Gambar 4.51
St22
Transek 2 suhu musim timur 1998
Nomor Stasiun St15
Gambar 4.52
St 22
Transek 2 salinitas musim timur 1998
Nomor Stasiun St.4 St.9
Gambar 4.53
Transek 3 suhu musim timur 1998
Nornor Stasiun
Gambar 4.54 Transek 3 salinitas rnusirn timur 1998) Transek 6, terletak di perairan Laut Jawa terdiri dari st. 1, dan 3 di perairan mulut selat,
& 29.7-29.8% terlihat mendesak ke arah selatan
mengarah ke dalam Selat Sunda (Gambar 4.55). Massa air dengan salinitas rendah dari Laut Jawa pada kisaran 32.5-32.8%0senada dengan stratifikasi suhu bergerak ke selatan rnengarah ke perairan Selat Sunda (Gambar 4.56). Nornor S t a s i u r * St. 3
St. 1
Gambar 4.55
Transek 6 suhu rnusim timur 1998
Nofnor Stasiun St. 1
St. 3
Garnbar 4.56 Transek 6 salinitas rnusim tirnur 1998
3)
Musim Peralihan 2 1997
Transek I, terdiri dari st.19, 20, 2?, 22 dan 23 dengan arah 135" yang melintas dari perairan Samudera Hindia mengarah ke pantai barat Jawa Barat (st.?9 sampai st.23), isotherm 29.0°C lebih hangat k r a s a l dari pantai barat Jawa Barat (Gambar 4.57). Sampai kedalaman 45 rn lebih merupakan lapisan tercampur dengan gradasi suhu 19.0-29.O0C. Lapisan hornogen terjadi setelah kedalarnan 50 m dengan kisaran
suhu
19.0-17.0°C. Pada
batas tubir (tepi dasar laut yang curam) suhu menurun 160°C sampai 50 -I m (Gambar 4.58). kedalaman =
,A
I
-6.80; 104.60
105.20
105.80
Gambar 4.57 Transek MP 2 1997
Gambar 4.58 Transek 1 suhu musim peralihan 2 1997
Gambar 4.59 Transek 1 salinitas musim peralihan 2 1997 Sal~nitas<34.0% menyebar horisontal dari st.19 sampai st.23 sampai kedalaman 40 m di perairan pantai barat Jawa Barat. Stratifikasi salinitas 35.0%
sebagai lapisan homogen sampai kedalaman 145 m, ha1 ini
diperkirakan sebagai massa air oseanik Samudera Hindia. (Gambar 4.59).
Transek 2,
tercampur pada badan air sampai kedalaman 50 m
dengan kisaran 19.0-28.0-Cterjadi sepanjang transek 2 di perairan selatan Teluk Semangka Sumatera Selatan (Gambar 3.GO). Salinitas dengan kisaran <34.0-35.0%0 sebagai lapisan tercampur terjadi sampai ketebalan 25 m. Lapisan homogen dengan salinitas 35.0%
terjadi hingga kedalaman 140 m, selanjutnya salinitas menurun kembali
-=35.0%0dengan rneningkatnya kedalaman (Gambar 4.61) Nornor S t a s i u n
Gambar 4.60
Transek 2 suhu musim peralihan 2 1997
Nomor S t a s i u n St.19
St.15
St.17
I
Gambar 4.61
Transek 2 salinitas musirn peralihan 2 1997
St.18 n
Transek 3, membentang dari rnulut setat di perairan Laut Jawa sarnpai di perairan tengah selat,
lebih dingin 29.2-C terlihat rnendesak
ke selatan. Hal ini terlihat adanya suhu 29,2-C di st.12 perairan Selat Sunda yang sama dengan karakter suhu di Laut Jawa sedangkan suhu lebih hangat 29,6"C terdapat di bagian selatan pada st.24 (Gambar 4.62).
-150I
Garnbar 4.62 Transek 3 suhu musim peralihan 2 1997
Massa air dengan salinitas lebih rendah 33.7% berada pada tepi pantal barat Jawa Barat (mulai dari pantai Merak sampai Labuan Kabupaten Pandeglang) yaitu pada st.10 dan st.1 I.Massa air dengan salinitas lebih tinggi berada pada kedalaman lebih dari 25m (Gambar 4.63).
Nomor Stasiun St.1
St4
Gambar 4.63
St5
St.10
St1 1
St.12
St24
Transek 3 salinitas musim peralihan 2 7 997
4) Musim Peralihan 2 1998
Transek 2 .
Musim peralihan 2 pada akhir bulan Agustcjs 1998 pada
Transek 2 yang mengarah ke tenggara (135"), 120 mil sejajar dengan daratan Surnatera (Garnbar 4.64). lsothem 29.0°C berada pada kedalarnan 70m, gradasi suhu merata sarnpaj isotherm suhu 13°C di kedalarnan 200 rn (Gambar 4.65).
-r
m m
-5.00-
Sumatera
Q)
T
Sarnudera Hindia
.-C
1
-7.00
I
I
I
I
102.00
103.00
104.00
105.00
106.00
Bujur Timur Gambar 4.64
Transek Musirn Peralihan 2 1998
Salinitas 33.0%0 terlihat di lapisan permukaan mulai di dekat st.76 sampai lepas st.17 sarnpai kedalarnan 50 m. lsohaline 33.5%0 berada di kedalarnan 60-70 m. Sernakin kedalaman salinitas meningkat 34.m sampai
Nomor Stasiun St.16
Garnbar 4.65 St15
Transek 2 suhu musirn peralihan 2 1998 Nomor Stasiun St16
0
Garnbar 4.66
Transek 2 salinitas musim peralihan 2 1998
St 17
Transek 3 dan 4 mengarah ke Selat Sunda, menunjukkan badan air dengan suhu 30.0°C mengarah ke perairan Selat Sunda berada sampai kedalaman 50-75 m. Isotherm 28.0°C rata-rata terletak pada lapisan kedalaman 100 m. Gradasi merata dengan perbedaan 2.0%
sampai
kedalaman 200-230 m dengan suhu 12.O0C.Pada st.20 yang terfetak di zona oseanik selatan Selat Sunda suhu dingin <12.0°C mendesak ke atas dari kedalaman >250 m sarnpai lapisan 175 m. Suhu 29.0% berada di dua lapisan, yaitu di lapisan permukaan st.22 dan st.23 yang terletak di bagian selatan Teluk Semangka Sumatera Selatan dan sebagai isotherm pada lapisan kedalaman 80-100 m (Gambar 4.67). Salinitas rendah tampak di lapisan permukaan sampai di perairan selatan Selat Sunda dengan isohaline ~ 3 3 % . Satinitas lebih tinggi berada pada lapisan tebih dalarn, isohaline 34% pada wilayah selat semakin berada pada kedalaman rendah. (Gambar 4.68). Nornor Stasiun
St17
St.18
Gambar 4.67
St19
St20
St21
St22
St23
Transek 3 dan I suhu musim peralihan 2 1998
Nornor Stasiun
St17
St18
Gambar 4.68
St.19
St20
St21
S t 22
St.23
Transek 2 salinitas musim peralihan 2 1998
Transek 5 yang mengarah ke tenggara memperlihatkan
suhu 3OCC
sepanjang badan air sampai kedalam 80 m. Pada batas kedalaman 200 rn suhu dingin pada kisaran ~12.0-14°Cmendesak lemah di kedaiaman 170 m (Gambar 4.69).
~ st.24 di kawasan barat selat sampai st.26 Salinitas rendah ~ 3 2 . 0 %dari di barat Jawa Barat terlihat sebagai intrusi dari perairan pantai. Semakin dalam salinitas meningkat pada nifai 34.0%~ (Gambar 4.70).
5 ) Musim Barat
Transek 1. Penelitian dilaksanakan musim barat bcllan Desember 1998. suhu dingin dari arah Teluk Semangka yang mengarah ke tenggara (?35"), 28.38-C berada pada pemukaan sampai kedalaman 40 m (Gambar 4.71)
NOmm StPsitn
st. 22
Gambar 4.69
Transek 5 suhu musim peralihan 2 1998
Gambar 4.70
Transek 5 salinitas musim peralihan 2 1998
Gambar 4.71 Transek MB 1998
Badan air di selatan Teluk Semangka sampai kedalaman 130 m dengan suhu =-27.0°C, formasi ini tidak jauh keadaannya dengan n!u:-i,n barat bulan Januari 1998, sebaran suhu permukaan berkisar antara 28.O0C-
31,50°C dan di utara selat bersuhu lebih rendah 28.50°C (Gambar 4.72). Salinitas,
pada
bagian
tengah
selat
salinitas
33.5960 lebih
rendah
dibandingkan di lapisan lebih dalam di st.7. Salinitas 34.0%0 berada dl wilayah selat bagian barat dengan kondisi oseanik dan berada di lapisan dalam (Garnbar 4.73).
No m r Stasiun
st. 5
St. 6
Gambar 4.72
Transek 1 suhu musim barat 1998 Nomor Stasiun
St 6
St 5
0
St.
7
I
33.5-;
-5G-
Gambar 4.73 Transek 2. Pada
Transek 1 salinitas musirn barat 1998
M B irisan nienegak Transek 2 dari wilayah oseanik
rnengarah ke Teluk Lampung (45").
Suhu homogen
>27.C°C sarnpai
kedalaman 120 m, semakin ke lapisan dalam suhu mengalami penurunan secara gradual menjadi 15.0°C sampai di lapisan 150 m di st. 37 dan st.38.
sedangkan di st.39 dan st. 40 di kedalaman 120 m terdapat isotherm 25.0°C, penurunan massa air ditandai dengan menurunnya suhu 23.0°C di lapisan 300 m, di atas st.37 suhu mencapai < I 3.0°C (Gambar 4.74).
Transek yang terletak di selatan Teluk Semangka menunjukkan salinitas rendah 33.4%,
seiring dengan meningkatnya kedalaman nilai salinitas
meningkat. Pada st.37 yang terletak di perairan Samudera Hindia.
pada
kedalaman 80 rn salinitas 33.5%0, besaran yang sama di St.4 yang terletak di pantai barat Jawa Barat berada pada kedalarnan 5 m. lsohalin 34.0%0 terdapat di lapisan 100 m sepanjang transek 2, sedangkan salinitas lebih tinggi berada di kedalaman 2130 rn dan tertahan di st.38 (Gambar 4.75).
Gambar 4.74
Gambar 4.75
Transek 2 suhu musim barat 1998
Transek 2 salinitas musim barat 1998
Transek 3, melintas di tengah selat dengan arah 45" dimulai dari St.43 sampai St. I yang merupakan alur pelayaran yang juga daerah penangkapan ikan nelayan asal Labuan dan sekitamya (Gambar 4.71).
di perairan
Laut Jawa terlihat relatif merata, yaitu pada kisaran suhu 28.3"-28.5"C sebagai ciri perairan laut dangkal (Laut Jawa). Karakteristik massa airnya di St. I stratifikasi pada badan air sarnpai kedalaman pengamatan 60 m. massa air dari utara ke selatan bersuhu 28.5"C (Garnbar 4.76). Salinitas rendah ~ 3 3 . 0 %hanya ~ terdapat di lapisan dasar perairan sarnpai pada st.44, sedangkan kisaran 33.2%-33.4%0berada pada badan air di bagian selatan transek (Gambar 4.77).
Gambar 4.76
Transek 3 suhu musim barat 1998
Nomor Stasiun
St. 2
St.43
Gsrnbar 4.77 4.3.8
St. 44
S t 1
Trsnsek 3 satinitas musim barat 1998
Rataan S u h u dan Salinitas per Musim Rataan suhu dan salinitas dapat diiihat berturut-turut pada Tabel
4.12 sampai 4.13 berikut ini :
1) Perairan Samudera Hindia (Tabel 4.12) : =
Lapisan pennukaan, suhu tertinggi 30.I0C hanya terjadi pada MPI, suhu terrendah 28.7-C terjadi pada MB. Salinitas tertinggi 33.9% pada MP2 dan terrendah 32.6% pada MB.
=
Lapisan pertengahan : suhu tertinggi terjadi pada MB 30.3"C, terrendah 24.2"C terjadi pada MPI; salinitas tertinggi 35.6% terjadi pada MB. terrendah pada 33.8% pada MT.
=
Lapisan bawah : suhu tertinggi 28.5% terjadi pada MT, terrendah 11.4"C terjadi pada MP2, salinitas tertinggi 35.1% pada MPI dan terrendah 33.7% terjadi pada MB.
2)
Perairan Selat Sunda (Tabel 4.13) : Lapisan permukaan, suhu tertinggi 29.g°C terjadi pada MP1, suhu terrendah 28.6% terjadi pada MB. Salinitas tertinggi 33.8% pada MP2 dan terrendah 31.3% pada MPI.
Lapisan pertengahan : suhu tertinggi terjadi pada MB 30.2"C, terrendah 28.6"C terjadi pada MB; salinitas tertinggi 35.5%0 terjadi pada MP2, terrendah pada 33.4% pada MT.
Lapisan bawah : suhu tertinggi 29.9%
terjadi pada MT, terrendah
158°C terjadi pada MP2, salinitas tertinggi 35.2%0 pada MPI dan terrendah 33.7%~ terjadi pada MT.
3)
Perairan Laut Jawa (lihat label 4.14) : Lapisan permukaan, suhu tertinggi 31.2% terjadi pada MPI, suhu terrendah 28.5"C terjadi pada MB. Salinitas tertinggi 32.6% pada MT dan terrendah 31.7% pada MP1. Lapisan pertengahan : suhu tertinggi terjadi pada MB 30.1 " C , terrendah 29.0°C terjadi pada MP2; salinitas tertinggi 33.-
terjadi pada MP1,
terrendah pada 32.8%~ pada MT. Lapisan bawah : suhu tertinggi 29.9"C terjadi pada MT, terrendah 27.I0C terjadi pada MP2, salinitas tertinggi 35.2%
pada MPI dan
terrendah 33.4%0terjadi pada MB. Tabel 4.12
Rataan suhu dan salinitas di perairan Sarnudera Hindia
Tabel 4.13
Rataan suhu dan salinitas di perairan Selat Sunda
-
, .
--.- .
Keterangan : MP1 = Ms. Peralihan 1 MP2 = M. MT = Musim Timur MB = M. Barat
Tabel 4.14
&@#
= nilai ~ e m b . - ~ aMinimum l.
Rataan suhu dan salinitas di perairan Laut Jawa
MT = Musirn Tirnur
M B = M. Barat
dw
= nilai Temp.-Sal. Minimum
kecepatan
1.25-2.00
crnldetik,
sarnpai
pada
batas
kedalarnan
pengamatan 110 m kecepatan arus meningkat sampai 7.58 crr,ldetik.
-
St.27 yang terletak di wilayah lepas tubir 200 rn, u di 20 rn mengarah ke barat, sernakin ke dalam rnengarah ke tirnur dengan kisaran kecepatan 2.99-11.21 cmldetik. v
pada lapisan tengah cenderung ke utara.
sedangkan w sernakin besar dengan meningkatnya kedalaman yaitu pada kisaran 1.50-7.90 cmldetik (Garnbar 4.80). Arah dan kecepatan arus per
lorn
lapisan kedalaman yang diawali
kedalaman 20-50 rn (lihat Gambar 4.80) dengan analisis yang dibagi rnenjadi dua wilayah pera~ran, yaitu perairan S. Hindia dan Selat Sunda, sbb. :
a)
Arus Perairan Selatan Selat Sunda Pada st.18 dari lapisan 20-60 r n rnengarah ke tenggara dengan kisaran
kecepatan 2.50-17.83 cmldetik, pada tapisan lebih dalarn rnengarah ke selatan sarnpai ke barat dengan kisaran kecepatan 7 .lo-1 3.42 cm/detik. Profil St. 18 Komponen u
-5
Komponen v
Komponen w
0
20 40 5 60 rn 60 P 100 Y 120
E
40 - - -180
- - - 1-- -
-\J
-..-I---
, I
Y---:--I
I
-100 -50 0 50 100 -100 -50 C1 50 100 Barat (cm/det) Timur Selatan (cmfdet) Utara
Garnbar 4.78
-50 -25 0 25 50 Bawah (cm/det) Ata-
Komponen u, v dan w stasiun 18 musim peralihan 2 1998
Profil St. 19 Komponen v
Komponen u
Komponen w
'
m
I
I
-100 -50 O 50 100 -100 -50 0 50 1 M Barat (cmldet] Timur Selatan (cm/det) Utara
-50 -25 0 25 50 Bawah (crnfdet) Alas
-ofil St. 20 Komponen w
Komponen v
Kornponen u
20
---: --,- :---:--20 - - -:-- 40
,
pi
I
,
--- --- - L - - -
---I---!
- - -:- --:--: ---
60
C
>
E
t
'---
,
,
.
80 ---'---'k-100 I ( 1 , 120 ---:-..-;---;--a
---:---:I--:---
I
-100-50 0 50 100 -100 -50 0 50 1013 Barat (cm/det) Timur Selatan (cm/det) Utara
-50 -25 0 25 50 Bawah [ c d d e t ) Atas
Profil St. 21
Kornponen u
0 20 ---;--,;---:-..do c
60
-Emm
80
100 Y 120
20
Kornponen v
Komponen w
---:---:
:---:--60 - - - '
---;--
'---'--,
---I--
- - - *I - - -
---I---
---:---;---; 1
1
,
100
---,---
.---*
---
---
,--.A
L----J
I
-100 -50
-50 -25
Barat
Bawah
Gambar 4.79
0 50 100 -100 -50 0 50 100 (cm/det) T ~ m u r Selatan (cm/det) Utara
J
O 25 50 fcrnldet) Atas
Komponen u, v dan w stasiun 1 9 . 2 0 dan 21 musim peralihan 2 1998
Profil St. 22 Komponen u
E
M --
-:- - -
8
4Q
---'---2
-- ---
,
! - - ! - -8 . . ?
I
40 60
60 - - -I- - -,,---:--.< ' 5 80 ..-;--ck.$---+--p 100 ---,----,---.--Y 120 - - - : - - - 7' - - - r '- - t
OJ
#
\
I
80
I
1 '
I
, -100 -50 0
,
,
Baral
Komponen w
Komponen v 0
100 120
50 100 -1013 -50
(crn/det)
Timur
0
50 100
Selatan (cmldet) Utara
-50 -25 0 25 50 Bawah (cm/det) Atas
Profil St. 26 Kornponen u
---,--- J---:---
C,
E m Y
-100 -50 Barat
80
80
100 120
loo
I
.
,
I
0 20 40 60
60
80 ---'---)--- 1 - - 100 ---!-,L'-.,--- + - - 120 ---:---; - - - + - - .'I
0
Komponen w
Komponen v
0
120
j
50 100 -100 -50
(cm/det)
0 50 100 Selatan fcmldet) Utara
Timur
-50 -25 Bawah
0 25 50 [crn/det) Atas
Profil St. 27 Komponen u
-E
20 40
---:-- ,--------:- - - 40 - - - : - - - i ---:---: --:------:--:-:--60 - - - , - - - ., J-,?
, &J 5m 80 -
---#---'---I---
Y
---:---;---;---
c
X
100 120
Komponen w
Komponen v
,
#
,
--+--,f--:--,
---:---A
,
-100 -50 0 Baral
Gambar 4.80
I
80
100 1
--L---
,
Timu;
*
---I---'
I
---,---
,
,
I
50 100
(cm/det)
40 60
-100 -50
I
I
.---.-----,-----:. - ,
- - i, - - I
,
,
100
'
I I
---,---a
120
a
L
,
50 IM, -50 -25
Selatan (cmldet) Utara
t
- - - I - - - '
I
-'
0
80
Bawzh
--L---
--,. - - -
, ,
,
- - ,i s - -
--'-..1' - - - r '- - ,
I
I
0
25
,
a
[cm/det)
Komponen u, v dan w atasiun 22.26 dan 27 musim peralihan 2 1998
50 Atas
Arah rnenenggara terjadi pada st.19, semakin pada lapjsan dalam kecepatan menurun pada kisaran 54.96 sampai17.12 crnldetik. b)
Perairan Selat Sunda
Kisaran kecepatan 10.47 sampai 25.96 cmldetik terjadi di st.20, dimana pada semua lapisan kedalaman arus rnengarah ke tenggara sarnpai selatan Pada st.21 pada semua lapisan kedalaman arus rnengarah ke barat memasuki Teiuk Larnpung dengan kecepatan tertinggi 21.33 crnldetik.
Di
st.22 umumnya arus rnengarah ke utara dengan kecepatan tertinggi 1 9 . S crnldetik.
St.26 yang terletak di wilayah tubir 200 rn pada sernua lapisan
kedatarnan rnengarah ke barat - utara dengan kecepatan tertinggi 3t7.?(7 crnldetik, sedangkan di st.27 arus cenderung mengarah ke tirnur dan utars dengan kisaran kecepatan 11.21 dan 20.51 cmldetik (lihat Gambar 4.81 ).
Gambar 4.81
Sebaran arus di perairan Samudera Hindia dan Selat Sunda pada masing-masing kedalaman a = 2 0 rn, b = 3 0 r n , c= 40rndand=50rn; MP-2 1998
c)
Kondisi arus Selat Sunda per Musirn
i
Musim Timur
Tanggal 10-12 Juli 7981, massa air pada kedalarnan 25 rn di bagian mulut utara memasuki perairan Selat Sunda dengan kecepatan 51 c m per detik. Di pantai barat Jawa Barat kecepatan meningkat menjadi 0.75 m per detik mengarah ke barat daya, setanjutnya di bagian tengah selat meningkat menjadi 1.22 rn per detik (Gambar 2.1 ) (LON-Report, 1981). Tanggal 16 Mei 1999, berturut-turut pada kedalarnan 20 m dan 40 m, diketahui bahwa : di perairan barat L. Jawa arus mengarah ke barat (223"275") menelusuri pantai Merak sampai pantai Carita dengan kisaran kecepatan 80 -120 cm per detik; di perairan barat Jawa Barat sampai di tengah selat rata-rata arus mengarah ke barat daya (222"-244"). Massa air dengan kecepatan I 40 cm per detik yang melalui Terusan Behouden, menyebabkan kecenderungan arus dari utara (L. Jawa) berubah arah ke barat (275"-285"). Pada kedalaman 20 m dan 40 m, kecepatan dan arah arus yang melalui alur Behouden 60 cm per detik (Gambar 4.82 dan 4.83).
Bujur Timur
Gbr. 4.82 Arah dan kecepatan arus kedalaman 20 m
Bujur T~muc
Gbr. 4.83
Arah dan kecepatan arus kedalaman 40 m
Tanggal 18 Juni sampai 2 Juli 7999, di pera~ranbarat L. Jawa, pada kedalaman laut 70m, current meter No. CM2-2 diletakkan pada posisi
5O39'53.78"LS dan 106"11'12.25" BT dengan ketinggian peralatan 3 m diatas dasar laut diketahui : kecepatan arus berkisar antara 0.01-0.32 r n per detik; arah arus rata-rata ke barat (210"-300") (Gambar 4.84 dan 4.85).
Arah a m s p d a CM2-2,3m&tss b a r .no
I
I
Junrlah Data
Gambar 4.84
2
Arah dan kecepatan arus di pera~ran utara Selat Sunda pada musim timur 1999
Musirn Peralihan 2 Tanggal 76-18 Oktober 1982 massa air L. Jawa dengan kecepatan
0.16-0.31rn per detik cenderung mengarah ke selatan. Di perairan sebelah barat selat kecepatan berkisar 7 23-1.54 m per detik dengan arah tenggara (Gambar 2.2)(LON Report, 1982).
Kecepatan arus (karnpnen E-W) paoa CM2-2. 3m dlatas dasat
Rskaman suhu Dada CM2-2 3m dratas dasar
Garnbar 4.85
Kecepatan arus komponen Barat - Tirnur, Utara Selatan dan rata-rata suhu musim tirnur 1999
Tanggal 30-31 Agustus 1998 arus di pantai barat Jawa Barat rnengarah ke selatan sampai barat daya dengan kisaran kecepatan 30 crn sarnpai 50 crn per detik. Di perairan Samudera Hindia rata-rata arus rnengarah ke selatan sarnpai tenggara, sedangkan di perairan selatan Selat Sunda arus rnengarah ke tenggara harnpir dengan pantai selatan Jawa, dengan kecepatan rata-rata 100 cm per detik (Garnbar 4.82). Menurut Syamsudin et a1 (1999) sebaran anornali geopotensial dari lokasi sekitar rnuara Selat Sunda sampai sekitar
Cilacap, sebaran arus geostrofik menunjukkan
konsistensi clorninazi orus rnusirn (Msnsoon Current) yang bsrgerak dari barat muara Setat Sunda rnenuju ke timur. Selanjutnya dikatakan, ksceyatan arus rata-rata di permukaan adalah 40 crn per detik, dengan kisaran kecepatan 7.85 sarnpai 63,64 crnldetik. Kondisi ini sebagai indikasi Arus Pantai Jawa (Java Coastal Current) dan Arus Katulistiwa Selatan atau Arus
Sakal Selatan (South Equatorial Current-SEC) yang bergerak ke timur dengan kecepatan masing-masing 63,64 cmldet dan 48,79 cmldet., pada k~sarantokasi 7.7"LS., 107" BT dan 7,6" LS., 105,3" BT. Dikatakan pula oleh Wyrtki (1961) bahwa, mulai awal musim barat South Equatorial Current
( S E C ) arus di selatan barat Sumatera menggerakkan arus yang datang dari Laut Jawa melalui Selat Sunda menjadi South Java Coastal Current Hasil analisis terhadap transek 3 yang terdiri dari st. 19,20, 21, 22 dan 23, data dari Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) untuk komponen
bidang-bidang w-u dan w-v dihitung per ensemble; keduanya menunjukkan adanya peningkatan gerakan massa air dari Samudera Hindia menuju ke perairan Selat Sunda (Gambar 4.78, 4.79 dan 4.80). Hasil penelitian yang diadakan oleh Hydrographic Office of the U S Navy dan P3O-LIPI, diketahui angin muson menggerakkan massa air di L. Jawa, khusus pada angin muson timur menyebabkan arus bergerak ke barat dengan kecepatan arus 5 cmidetik (Williams e t a / . , 1997). Penelitian musim timur (18 Juni sampai 2 Juli 1999) di perairan barat L. Jawa pada kedalaman taut 70m, posisi current meter
No.
CM2-2 adalah
5O39'53.78 LS dan 106"l l"12.25 BT pada ketinggian 3m diatas dasar laut
diketahui bahwa : 1)
Kecepatan arus berkisar antara 1 sampai 32 cmldetik, dan
2) Arah arus berkisar antara 210" sampai 300" (arah selatan sampai barat;
(Gambar 4.84); 3)
Suhu relatif stabil berkisar antara 29.2"C sampai 29.4-C (Gambar 4.85)..
Pada musim timur kecenderungan arus mengarah masuk ke perairan Selat Sunda. Me~urutWyrtk (1961) pada pertengahan musim timur (Juni) akibat angin muson timur (SouthEast Monsoon)massa air L. Jawa bergerak ke barat dengan fenomena variasi tahunan salinitas rendah berkisar 0,5%. 4.3.10
1)
Prof1 menegak wilayah front upwelling
Musim Peratihan 1
Pada periode musim peralihan 1, dari.indikasiypwUi~g-st74 dan st.75 yang terletak di perairan oseanik Samudera Hindia, dengan kisaran suhu permukaan 30.1530.61 "C. [li.st74 gtvlasi suhu. -~mequrun dengan jelas sampai di kedalaman 200 m suhu rnencapai 14.65"C.. Dari kurva salinitas terlihat pengadLlkan massaair..dikedalaman50 rnpadqnilai 34.45360, selanjutnya, kondisi yang homogen sampai lapisan 200 m dengan nilai salinitas lebih tinggi. 3 5 . m . Densitas [sigma-t) semakin tinggidengan meningkatnya kedalaman 18-27 kglm3(Gambar 4.86 dan Tabel 4.15). Pada st.75 terjadi kondisi massa-airhomogen sampai.k&abman 40 m, suhu, salinitas dan densitas meningkat secara gradual (Gambar 4.87). Pada st. 62 dan st.63 kondisi peraimnnyahampksama dengandi3t.75, suhu front 30.6I0C menurun menjadi 27.09"C pada kedalaman 50 m dan 22.53-C di lapisan kedalaman I 0 0 m, sedangkan salinitas meningkat dari permukaan 31.60%0, menjadi 35.21%0di lapisan 100 rn (Gambar 4.88 dan 4.89; Tabel 4.15).
Gambar 4.86 Profil menegak st.74 pada f i t upwelfing di utara P . Pawitan pada musim peralihan 1 1998
Gambar 4.87 Profil menegak st.75 pada front upwel1;ng di utara P . Panaitan pada musim peralihan 1 3998
Garnbar 4.88 Profil menegak st.62 pada front upwelling di utara P. Panqitan pada musim peralihan 1 1998
Gambar 4.89 Profil menegak st63 pada h n f upweHing cti utara P. Pamiitan pada musim peralihan 1 1998
2) Musim Tirnur
Pada musim timur rnassa air homogen lebih cialam dark MP-1 yaitu sampai lapisan >60 m. Pada st.24 suhu permukaan 29.83"Cdengan saknitas
32.05960sebagai vvilayah fmnf dengan densitas 19.7k9/rn3 sedikit m e n i ~ k a t menjadi 21.2kg/m3 (Gambar 4.90).
Gambar 4.90 Profil menegak st.24 pada front upwetling di utwa P. Panaitan pada musim timur 1998 3)
Musim Peralihan 2 9997 Pada MP-2 1997 di st.15, st. 19 dan st.22 suasana upwelling ter4ihat
dengan adanya percampuran massa air sampai kedalarnan 50 rn dimana stratifikasi suhu sangat tinggi yaitu dari 28.67"C menjadi 19.03"C, satinitas
33.86960 menjadi 35.18% d m densitas dari 21 kglm3 menjadi 26.5 kg/m3.
Sedangkan rnassa air homogen dengan suasana oseanik terlihat mendesak dari lapisan datam (Gambar 4.91; 4.92; 4.93 dan Tabel 4.15).
Gambar 4.91 Profil menegak st. 15 pwja fFont upwefling & whyah tubir 200 m pa& musim peraliban 2 1997
Gambar 4.92 Profil menegak st.21 pada frPnf ypWk'+79 di trtara P. Panaitan pada musim peralihan 2 1997
Gambar 4.93 Profil menegak st. 19pada front upwelling di ytara P. Panaitan pada musim peralihan 2 I997 4)
Musirn Peralihan 2 4998 Pada MP-2 7 998 di kawasan fmnt upwelling pada st. 21 dan st.24 terjad~
peningkatan lapisan homogen dengan kisaran suhu 30.13-29.69% sakitas 31.78-33.2-
sampai kedaiaman +00 m. fenomena termoklin setebaf dari
lapisan I00 rn sampai 200 m dengan lapisan suhu campuran tersebut 29.69"C sampai 12.83"C. perbedaan salinitas yang kecil 33.57-34.13% dan nilai densitas yang semakin meningkat seiring dengan kedaiaman (Gambar 4.94 dan 4.95).
Gambar 4.94 Profil menegak st.21 pada front upwelling di wifayah oseanik Samudera Hindia pada musim peralihan 2 1998
Gambar 4.95 Profif rnenegak st.24 pada front upwe[bng di selatan Sumatera pada musim peralihan 2 1998
5 ) Musim Barat 1998
Pada periode MB f 998 di st. 7, dt.8 dan st32 yang merupakan wibyah front upweiling, lapisan homogen dengan suhu d m salinitas rata-rata 28.50°C clan 33.7-
sernakin dalarn dibandingkan dengan MP-2 4 9 9 8 dan
musim sebelumnya sampai lapisan 130m. Termoklin terjadi pada kedalaman
130 m sarnpai 200 m (Gambar 4.96, 4.97 dan 4.98; Tabel 4.45).
Di6vem T-S
Gambar 4.96 Profiil rnenegak st7 pada front upweHing di selatan Sumatera pada Musim Barat 1998
Gambar 4.97 Profil menegak st.8 pada front upwelling di sdatan Sumatera pada Musirn Barat 1998
Gambar 4.98 Profil mellegak st32 pada Santupmdbrg di &tan Sumatera pada Musim Barat 1998
Tabel 4.15
1
Suhu dan salinitas per lapisan kedalarnan pada stasiun pengamatan di wilayah front upwelling per rnusim Tahun 1997-1998
I
Fmnt pada stasiun
Musim
62
1
I
Keterangan :
;satinitas
1
I
Kedalaman maksimum pengamatan (m)
Suhu (OC) dan salinitas (%) per lapisan kedalaman (meter) o 50 ( 100 150 200 250 30.61 1 27 09 1 22.53 1 1 I
1
I
I
1
1
1
I
I
I
I
I
4.4
Kondisi Lingkungan dan Nelayan Selat Sunda Khusus pada musirn barat tahun 1998 di perairan Selat Sunda angin
berkisar 3-5 pada skala Beaufort, suhu oseanik -=28,4"C, salinitas >33.6% dan kelarutan oksigen ~ 4 . 4 0mlll di permukaan laut, sedangkan karakteristik laut dangkal di pantai barat Jawa Barat (Labuan-Carita) ini di bagian dasar iebih hangat =-28.7-C, salinitas lebih rendah c33,5%0dan kelarutan oksigen 24.60 rnl/l (Garnbar 4.99). Pada saat stratifikasi kuat ini para nelayan mengalami kesulitan dalam mengoperasikan alat, rnereka dapat melihat schooling ikan yang menjadi tujuan tangkap sampai pada batas pandang 2 75
m di bawah permukaan laut. Jaring yangdipergunakan urnurnnya berwarna hiiau kebiruan, ienis alat
pukat cincin (mini purse seine) dan jaring insang (gill net). Peralatan tangkap tersebut masih tarnpak dari atas kapal sampai pada batas kedalaman 25 m, ha1 ini merupakan salah satu penyebab rnenurunnya efektivitas alat terhadap hasil tangkap terutama pada siang hari. Tingkat keberhasilan penangkapan dengan kondisi alam yang terjadj pada periode musim barat tersebut terlihat dari :
1)
Lebih tinggi pada malam hari, terutarna pada saat pertengahan periode bulan getap (non lunar pen'ocf). Dalam kondisi cuaca baik, dalam satu bufan rata-rata per trip adalah 1 hari operasi penangkapan. Dalam periode bulan gelap adalah 9 sampai 11 kali,
dengan alat bantu
penerangan dari patromax (Gambar 4.100).
2)
Dari sejumlah 66 unit kapal purse seine dan 55 unit gill net, sebesar 34% menangkap dengan tonda (trolling]. Umumnya dari ketiga jenis
alat tangkap rnenghasilkan tongkot (Euthynnus affinis)berukuran kecil (kelas 34 cm sampai 42 cm), tenggiri (Scombemmorus gufkdus), setuhuk (Makaira spp.) dan lemadang (Coryphaena hippurus).
Gambar 4.99 Transek 1 sebaran menegak oksigen Musirn Barat 1998.
Berdasarkan inforrnasi Dinas Perikanan Dati II Pandegiang (1998)dari nelayan di sekitar Labuan bahwa 5 80°h adatah pendatang yang b e r a w dari berbagai kabupaten di Jawa dan Sumatera, yaitu sebanyak
+ 60 orang flihat
Larnpiran 26). sedangkan karakter nelayan perairan Selat Sunda yang berasal dari wilayah Banten dan sekitarnya kurang gigih rnenghadapi cuaca yang terjadi, terutama pada periode Musim Barat. Kondisi alam pada musim barat suhu dingin 28.5-C dan salinitas rendah 33.5%0 sebagai massa air dari Laut Jawa dengan kadar oksigen tinggi 4.60 rnlfi, akibat curah hujan yang tinggi, yaitu 5047 mm (lihat Gambar
4 11).
Perubahan lingkungan dapai mernpengaruhi
kebiasaarr hidup
beberapa jenis ikan yang menjadi tujuan tangkap. Seperti yang dikemukakan oleh Laevastu and Hayes (1981). tenggui atau m a c k d (Scornbefurnorus
s p p . ) memiliki kecepatan renang 189300 unldetik atau 3.67-5.83 knot jika terjadi prubahan lingkungan &pat
mengakibatkan terganggunya proses
respirasi (osmoregulation).
4.5
Tingkat Keberhasilan Nelayan Selat Sunda Pada tahun 1998 upaya penangkapan ikan di perairan Selat Sunda
yang dilakukan nelayan Labuan s e m i terlihat pada Tabel 4 16 dan Gambar 4.100 sebagai berikut :
a)
Musim Peralihan f , jumlah kapal yang menangkap ikan 74 unrt
dengan jumlah trip (perg~ke laut untuk menangkap ikan) 326, produksr
358.900 ton lebih baik dari musim barat, hal ini kemungkinan disebabkan
-
oleh : Kondisi cuaca baik, di perairan d t sehtar pwai barat Jawa Barat suhu dengan kisaran 30.5
-
30,9"C, konsentrasi front 30,9"C di area 12
sampai 24 mil ke arah barat dari tabuan, dimana konsentrasi netayan
-
relatiif padat (40-70 unit) per 1 0 mil2. Sebaran sal~nitasrendah berkisar 31,33't,7%0; Hasil deteksi akustik kepadatan ikan lebih banyak terkansentrasi dl wlayah perairan di wilayah oseanik selatan dari Selat Swda
Musim Timur, jurnlah trip 304, jumlah kapal meningkat 114 unit dari
b)
rnuslrn peralihan-I dan produksi 1.075.700 ton, ha1 ini disebabkan karena : 1)
Jumlah kapal, trip dan hasil tangkap per unit effort rneningkat;
2)
Suhu 29,7"C lebih hangat dibandingkan dengan MP-1 dan rnenyebar rnerata rnenelusuri pantai barat Jawa Barat sarnpai ke Samudera Hindia, dengan salinitas berkisar 32,3-32.0%0.
Tabel 4.76
Sulan
Jumlah kapal, trip, produksi per bulan dan rata-rata hasil tangkap nelayan Labuan Tahun 1998 Musim
hpal
Tcip
(Unrt) Februari Maret
Mei
Peral~han-1
, Timur
25 46 43 114
p Jul~ ni Agustus September Oktobec November
Jumlah Peralihan-2
1 JuWh Baral I
1
Januari Jumlah
18 24
55 86. 44 1-85 11 31 51
66 107
-
1
124 T6(r 20 304 198
230. 241 565-
f
1
Jumlah Hasil RataLfkapaVtrip - Cx TOOO Tdnj (TionJ 82.8 1.3 , 108.8 1 .O
13 56 78
1
6 .O T.f 7.5 4.9 1.4 0.9 a7
4.2
1
0.3
57.2
1
749.9
TET 150.1 1075.7 282.3
1
2lZ5 tI3L.t
W172
1
1 66.6
l.B
1.O 0.6
Catatan : Kapal penangkap yang terclaflar di TPI Labuan berjumlah : 190 unit
c) Musim Peralihan 2, dari akbir musim timur sampai rnenjelang musim barat jumlah trip dan kapal rneningkat menhdi 569 trip dan 185 unit, dengan jurnlah produksi menurun menjadi 601-200ton. Hal ini disebabkan karena :
r
Sebagian kapal-kapal yang berasal dari luar Kabupaten Pandeglang kembali ke daerah masing-rnasing [dari Jawa Timur seperti Brondong dan Gresik, dari Jawa Tengah seperti dari Tegal, Pekatongan, Jepara dan dari Jawa Barat seperti Pangandaran dan Pelabuhan Ratuj Urnurnnya yang beroperasi nelayan ash dari Labuan dan sekitarnya dengan kemampuan beroperas lebih kecil,
r
Kapal-kapal
penangkap
berukuran
lebih
besar
cenderung
untuk
-
beroperasi di perairan L. J a w sampai menjelang musim peralihan 1. Sebaran suhu dengan kisaran 29,2-29,4" C dan salinitas 33,8%0 berasal dari L. Jawa terkonsentrasi dr wilayah utara Seiat Sunda.
d)
Musim Barat, jurnlah kapal yang berlabuh dan menangkap ikan 51
unit, jumlah trip 78 dan rata-rata hasil tangkap per kapal hanya 0.6 ton
-
dengan produksi hanya 66.600 ton. Kondisi jni djsebabkan karena :
r
Angin barat pada umurnnya bertiup lebih kencang, Perairan Selat Sunda lebih bergelombang, Ukuran kapal dan kernampuan alat tangkap sangat terbatas untuk dapat mencapai kedalarnan maksimal,
r
Arus di wilayah pertengahan Selat Sunda mencapai kecepatan 250cm per detik, lebih kencang dar~rnusim lainnya; Kapal yang berhasil menangkap sedikit, akan tetapi harga ikan lebih baik sehingga nelayan berpeluang untuk rnemperoleh hasil jual yang baik
Hasil perhitungan temadap
catch dan effortyang datanya diambil dari
Dinas Perikanan Dati II Kabupaten Pandeaang.. dan dikoreksi kembali dengan data di Tempat Pendaratan lkan (TPI) Labuan selama 10 tahun, tahun 1989 sampai 1998, sebagai unif effort standar total produksi sumberdaya perikanan di perairan Selat Sunda dapat dilihat pada Tabel 4.17 sampai 4.20.
Produksi ikan tidak tedihat fluktuasi yang. berarti, yaitu
12.884.6 ton tahun 1989 dan terbesar 18.960,3 ton pada tahun 1994 dengan
produksi rata-rata 15.278 ton per tahun. Total produksi pada Musirn Barat rata-rata 3.024,l ton, sedangkan terbesar terjadi pada Musim Peralihan-2 yaitu rata-rata 4.225.5 ton (Gambar 4.100). Hasil tangkapan per satuan upaya dengan hasil tangkapan kumulatif untuk periode : 1) Musim Peralihan-I memiliki stok ikan pelagis di perairan Selat Sunda 58.207.5 ton dan catch per unit effort(CPUE) 26.5 ton (Tabel 4.17); 2) Musim Timur, stok ikan 80.474,8 ton dan CPUE 27.0 ton (Tabel 4.18); 3) Musim Peralihan-2, stok ikan 268.959.9 ton dan CPUE 33.2 ton (Tabel 4.?9); . Musim Barat, dalam hubungan linier menahasilkan slope 0.00013, intersep f9,0051 dengan stok ikan 143.337,7 ton (Tabel 4.17 sarnpai 4.20 dan Lampiran 271,Stok Musim Peralihan-1 58.207.5 ton, stok Musim Timur 80.474.79 ton dan Musim Peralihan-2 268.959,9 ton dan Musim Barat 143.337.7.
Jan
F
e
b
.
Apc
W
b- U . P . + 7 % . S e p .
a4
Pbu.
0s
Butan
Garnbar 4.100.
a) Jumlah kapal penangkap dan trip, b).hasil tanskap per trip dan c) produksi hasit tangkap nelayan Labuan dalarn Tahun 1998 di perairan Selat Sunda
Tabel 4.17
Perhitungan Catch Per Unif Effort (CPUE) ikan pelagis di perairan Selat Sunda Musim Peralihan-1 Tahun 1989-1998
Musim Peralihan-1 Tahun
Produksi C
3.132.6
1989
Jumlah alat tangkap Standar c/f f
112
Kumulatif
In df
C
28.0
Kumulatif f
3.3
=ope aa latersep 25% Stok l k m 58,2W..5
a0 3.3 184,182.7
265
Tabel 4.18 Perhitungan Catch Per Unit Effort (CPUE) ikan pelagis di perairan Selat Sunda Musim Timur Tahun 1989-1998 Musrrn Ttmur Tahun
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 t998
j
Jumlah alat tangkap Produks~ Standar c/f C f 3.565.0 T f4 ST3
3.686.0 3.571.0 3.855.0 3,681.0 5.843.0 3.664.0 3.271.0 4,266.0 5,080.0
151
145
24.4 24.6 29.0 29.4 39.2
133 125 149 138 12% 97 137
27.0 44.9 3S.8
Slope Interrep Stok lkan
0.0 25.9 80,474.8
26S
Kumulatif
In df
C
3,565.0 7.251.O 10.822.0 14.677.0 18.358.0 24.2Ol.a 27,865;Q
31.136.0 35,4020
3.4 3.2 3.2 3.4 3.4 3.7 33 3.8 3.8 3 7
0.0 3.3 162,371.1
Kumulatif f
1 14.0 265.0 410.0 543.0 668.0 l3lT.O
-0 1.076.0 1,173.0
27.0
Tabel 4.19
Perhitungan Catch Per Unit Effort ( C P U E ) ikan pelagis di perairan Selat Sunda Musirn Peralihan-2 Tahun 1989-1998
Musim Peralihan 2 Tahun
I
Produksi c
Jumlah alat tangkap Standar clf f
STOPE lntersep Stok lkan
Tabel 4.20
Kumulatii
In clf
Kumulata
r
f
m.03x4 268,959.9
s
Perhitungan Catch Per Unit Effort( C P U E ) ikan pela is di perairan Selat Sunda Musirn Barat Tahun 1989-199
Musim Barat Tahun
Produks~ C
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998
2,778.0 2,404.0 3.362.03.613.0 2.542.0 3,385.0 2.786.0 4.203.0 2.8284 2.339.7
Jumlah alat tangkap Standar df f 132 21 .O 172 14.0 162 20.8 153 23.6 143 17.8 167 20.3 154 18.1 137 30.7
lm
?a *pe1ntersep
Stok lkan
a. 156-
0.0 13.e 143,337.7
Kumulatif C
2,778.0 5.f82.0 8.5M.U 12,157.0 14,699.0 18.084.0 20.870.0 25.IlZ3-n 2Z.Qfll.Q-
I Kumulatif
4.6
Sebaran Oaerah Penangkapan lkan Sebaran daerah penangkapan ikan (DPI) di perairan Selat Sunda yang
tercatat selarna tahun 1998-1999 yang dibagi per rnusim berturut-turut adalah :
a)
Musim Peralihan-I Periode Musim Peralihan-1 yang diperkirakan diantara bulan Februari-
Maret-April tahun 1998, perairan Selat Sunda dipenuhi oleh kapal-kapal nelayan selain yang berasal dari Labuan dan sekitarnya termasuk dari Propinsi Larnpung; juga kapal-kapal yang berasal dari seputar Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu Jakarta, Cirebon, Pelabuhan Ratu, Cilacap, Pekalongan, Tegal, Sernarang, Brondong dan Madura.
Kordinat dengan luas 10 mil2 berturut-turut 3 (tiga) yang terbanyak adalah : 1) sarnpai
dengan t90 unit
pada
6.20"-6.4O0LS dan 105.20"-
105.4O08T, 2) sampai dengan 170 unit pada 6.00"-6.20°LS dan 105.20"105.40°BT, dan 3) sampai dengan 70 unit pada 6.00'-6.2O0LS dan 105.40'105.6OoBT(Garnbar 4.101a)
b)
Musim Timur Periode musim timur yang disepakati iatuh diantara bulan Mei-Juni-Juli
tahun 1998, perairan Selat S u ~ d amasih dipenuhi oleh kapal-kapal selain yang berasal dari Labuan, terutama nelayan yang berasal darr Propins1
Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Kordinat dengan jurnlah kapal penangkap terbanyak adalah : 1) sarnpal
dengan 230 unit
pada
6.00"-6.2O0LS dan 105.20"-105.4O0BT, 2) sampai dengan 180 un~tpada 6.2Oo4.40"LS dan 105.20"-?05.4O0BT,dan 3) sampai dengan 120 unit pada 6.00"-6.20'1s dan 105.40°-105.600BT(Gambar 4.101 b).
cl
Musim Peralihan-2
Musim Peralihan-2 tahun 1998, perairan Selat Sunda dipenuhi oleh kapal-kapal selain yang berasal dari Labuan juga Jawa Tengah Cilacap, Pekalongan, Tegal, dan Semarang, Urutan kordinat dengan iumlah kapal penangkap terbanyak adalah : 1) sampai dengan 130 unit
pada
6 OOo-
6.20°LS dan 105.20"-105.4OoBT, 2) sampai dengan 100 unit pada 6.00"6.20°LS dan 105.20"-105.4O08T, dan 3) sampai dengan 50 unit pada 6.00"6.20°LS dan 105.40'-1 05.60°BT (Gambar 4.101c).
d)
Musim Barat Periode musim barat November 1997-Januari1998, perairan Selat
Sunda kapal-kapal yang beroperasi jumlahnya sangat sedikit, terutama nelagan yang beiasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, mereka lebih rnem~li h perairan Laut Jawa sebaga~daerah penangkapan ikan. Kordinat dengan jumlah kapal terbanyak pada Musirn Barat adalah
1) 30 unit beroperasi di perairan tengah selat Sunda Strait pada 6.20"6.4OoLSdan 105.20"-105.40°BT, 2) 20 un~tterkonsentrasi di bagian utara Selat Sunda (Gambar 4.102d).
BujurTfmur
Garnbar 4.101
unit
Daerah penangkapan dan sebaran kapal nelayan pada mus~m:a) musim peralihan 1 ,dan b) musim timur
B a u Ttrnu
Gambar 4.102
unit
Daerah penangkapan dan sebaran kapal nelayan pada musim c) rnusim peralihan 2 ,dan dj musim barat
4.7
Transek, Sebaran Suhu-Satinitas clan Densitaslkan Kelimpahan ikan dari seturuh area perairan Selat Sunda sebagai tujuan
penelitian, setiap
transek
dianalisis
dengan melakukan overlay kontur
seperti suhu dan salrnttas dengan peta estirnasi densitas ikan pa&
ttap
lapisan kedalaman. Selarna penelitian dalarn tahurr 1998 diperoleh data akustik sebagai berikut : 1)
Musim Peralihan 1 , bulan Maret ?998, nilai target strength berkisar
antara -50 dB sampai -20 dB yang tersebar sebagai besaran nifai ikan tunggal sampai lapisan kedalaman 2 155 m dengan jumlah terbanyak yang terrekam adalah 92.878 ekor. Jumlah total di sepanjang transek peditian, jumlah ikan total per rn3 adalah 561.8 ekor (lihat Lampiran 16). Dari Tabel 4.21 dan Transek 1 (Garnbw 4.103) diketahui densitas terbesar terdapat dl lapisan kedalaman 2 70 rn dengan jumlah 33,8 ekor/m3. Dari lapisan kedalaman 4 m sampai 25 m nilai target strength terbanyak addah pada kisaran -50
dB sarnpai 4 7 dB. Diharapkan lapisan schooling &pat
terjangkau nelayan tabuan yang rnenggunakan alat tangkap untuk ikan pelagis kecil sampai kedalaman maksimum 60 m. Menurut Pasaribu (1988), pada b u l m Maret 1998 nilai targef sfrengPh terbanyak terdapat pada lapisan kedalaman IV, yaitu yang terletak pad2 IS0 - 150 m, dengan jumlah 34,3 ekor/m3. Pada fapisan kedalaman >I00 m yang rnendominasi lapisan tersebut schooling ikan ctengan kisaran densitas 10 sampai 110 ekor/m3 dengan lapisan isotherm 29.0°C dan isohaline 34 5 % ~(Garnbar 4.104 dan
4.105).
Transek 2 (Gambar 4.1 06) schooling dmgan kepadatzm 10-70 ekorlrn3 dan TS - 4 4 dan 4 7 d B berkisar pada kedalaman 20
- 50 m, kisaran suhu 25-
29.5"C. lkan yang lebih kecil TS 4 7 d B dan -50 dB terdapat di Iapisan lebih dari 50 m. Di lapisan 150 m dengan suhu 17-1g0C terdapat schooling 10 ekorlrn3 (Gambar 4.106; 4.107; 4.108 dan Lampiran 16)
Gambar 4.103
Posisi hidrografi Musim Peralihan-1 dan Transek 1 (T1) Nomor Stasiun
869
St70
Garnbar 4.104
51.71
St.72
St.73
St74
St.75
St76
8.77
Transekl Suhu("C)-Densitaslkan(ekor/rn3) rnusim peralihan 1 1998
Gambar 4.1 05
Transek 1 Salinitas {%.,)-Densitas lkan (ekorlrn3) Musim Peralihan-t 1998
Gambar 4.106
Posisi hidrografi Musim Peralihan-1 dan Transek 2
N o w Stasiun 3.60
Gambar 4.107
St.48
st.43
Transek 2 Suhu ("C) -Densitas lkan (ekwlm3) Musim Peralihan-1 1998
Nomor Stasiun St.70
Gambar 4.q 08
3.60
3-48
S.43
Transek 2 Salinitas (%o) -Densitas I kan (ekor/m3) Musirn Peralihan-1 1998
2) Rangkaian psnelitian untuk Musim Timur yang dilaksanakan bulan Julj 1998 pada kisaran area yang sama, menunjukkan jumlah target ikan
tunggal adalah sebanyak 2.120.463 ekor pada transek y m g dilalui, dengan kedalaman maksimum analisis 204 r n (Gambar 4.109;Tabet 4.22 dan Lampiran 17)
IS
*(a
.
22
6s
?;\ 4 80
3-m I M ~ O I D S ~ 8-m
Garnbar 4 109
'
'
t
-/--<+
loss
~ m s a rosm
losm
Posisi hidrografi Musim Tirnur dan Transek 1
Transek 1 Musirn Timur, st.13 sd.st.78 kedalaman perairan >50 m densitas ikan berkisar 0-200 ekorlm3, kisaran TS -50 dB sampai 4 1 dB dengan suhu badan air >29.0°C dan kisaran salinitas 33.0-33.5960. Densitas 0-200 ekorlm3 terdapat di lapisan 75 rn,ukuran ikan lebih besar TS 4 7 4 l d B dengan suhu 29.0% dan salinitas 34.0960. (Gambar 4.112 dan 4.1 13) Transek 2 Musirn Timur yang melintang dengan arah tenggara dl wilayah perairan Sarnudera Hindia (135" Gambar 4.1 14), schooling dengan kepadatan 0-40 ekorlm3 dan TS -38 dB dan - 4 4 dB berada psda lapisan kedalaman 20 - 50 m, kisaran suhu 26-30.0°C. tkan yang lebih kecil TS 4 7
dan -50 dB twdapat di lapisan 250 m. Pada lapisan :5 0 rn dengan slrhu 1719°C terdapat schooling 100 ekorlm3 (Gambar 4.115 dan 4 1 16)
Gambar 4.1 10
Gambar 4.1 1 1
Transek 1 Suhu ("C)-Densitas lkan (ekor/m3)Musim Timur 1998
Transek 1 Salinitas (%a) Musim Timur 1998
-Densitas lkan fekorlm3)-
Gambar 4. 112
Posisi hidrografi Musim Timur dan Transek 2
Nomor Stasiun
St15
St22
Garnbar 4.11 3 Transek 2 Suhu ("C)-Densitas Ikan (ekor/rn3) Musirn Timur 1998
Gambar 4.1f 4
Transek 2 Salinitas (%) -Densitas lkan (ekor/m3) Musim Timur 1998
Transek 3 Musirn Timur (Gambar 4.115), st.2, 4. 9 dan sd-st 70 kedalaman perairan berk~sar30-60 rn memiliki densitas ikan 0-40 ekor/m3, kisaran TS S O dB sampai 4 7 dB dengan suhu badan air >29.7" dan kisaran salmitas 32.5
- 29.9"C
- 33.5%0.Secara merata pada badan air dernitas
4 0 ekor/m3 terdapat di lapisan 20 - 40 m, ukuran ikan antara TS 47 (Gambar 4.116; 4.1 17 dan Lampirm 17).
- 4 1 dB
Garnbar 4.115
Posisi hidrografi MT dan Transek 3 Nomor Stasiun
st .4
Garnbar 4.116
st.9
Transek 3 Suhu ("C)-Densitas lkan (ekor/m3) musim timur 1998 Nomor Stasiun
3.2
--
0 1
E -10-
st .4 f
'32s ___ --_
St.9
-
st.10
I
---
0
33.0
10
P
m
L
E -33-
m m v
-33
-40-
I
P --
so,
Gambar 4.1 17
-4)
-5 3
/
. m
Transek 3 Salinitas (%a) -Densitas lkan (ekor/m3) rnusim timur 1998
3) Pada m u s h peralihan-2, kisaran TS yang tercatat berkisar -50 sampai -20 dB. Jumlah terbesar adalah untuk TS - 5 0 dB dengan densitas pada transek 4 d m 6 jumlah ikan tunggal sampai kedalaman analisis 4 sampai I 0 0 rn adalah sejumlah 26.9 ekorlm3 (Gambar 4.120; Tabet 4.22 dan Lampiran 7 8).
Bujur Timur
Gambar 4.1 18 Transek Musirn Peralihan-2 1998 Transek 4 Musim Peralihan-2 terdiri dari st.19IESDU 1093, st.2OlESDU 1103, st.21IESDU 1124 dan st.22fESDU 710. Densitas ikan 0.2 sampai 0.9 ekorlm3 dengan kisaran TS --dB
sd. -20dB terdapat pada tapisan
kedalaman perrnukaan sampai 50 m, dengan suhu =-30.0°C dan kisaran sal~nitas32.5"-33.013.
Pada isotherm 30.O0C dan isohaline 3 3 . S yang
keduanya terietak pada kedalaman 80 rn terdapat kelompok ikan dengan kepadatan 0.20.9ekorlm3. kisaran TS terbanyak dari &Ism
kelompok
adalah -20 dB, -26 dB,-38 dB dam - 4 4 dB (Gambar 4.1 19 dan 4.120).
Nomor StasiunlESW St. 1 I M S W 1093
St. ZWESW 1103
Garnbar 4.1 19.
St. 21lESXJ 1124
St. 22fESDU 710
Transek 4 Suhu ("C) - densitas ikan (ekor/m3) musim Peralihan 2 1 998 NomorStasiun~ESDU
St. 19iESDU 1093
Garnbar 4.120.
Si ZWESDU 1103
St. 2?1ESDU 1124
St 22iESDU710
Transek 4 Salinitas (%o) - densitas ikan (ekorlm3) musjm peralihan 2 1998
Transek 6 terletak sejajar dengan pantai barat Jawa Barat, terdm dari st.26 ESDU 56 dan st.28
ESDU 47 (Gambar 4.121). Hasil deteksi pada
lapisan kedalaman 20 m dengan suhu homogen 29.5"C sampai kedalaman 90 m densitas ikan rata-rata 0.1 ekor/m3, kisaran 7 3 -50 dB sarnpal 4 7 dB. Dari lapisan permukaan sampai lapisan 40m tejadi isohalin 320%~. sedangkan di wilayah selatan pada St. 28 ESDU 931 pada saat saknitas meningkat menjacti 33.5%0 densitas 0 . 0 0 3 ekor/m3 terbapat pada kedataman
Bujm Tirnur
Gambar 4.121
Posisitransek Musim Peralihan-2 1998 Nomor Stasiun
St. 2 6 l E S W 940
St. 2 B E S W 931
Gambar 4.122. Transek 6 suhu ("C)-(densitas ikan (ekor/m3) dan nilai TS (dB) Musim Peralihan-2 1998
Gambar 4.123. Transek 6 salinitas (%)-densitas ikan (ekor/m3) Musim Peralihan-2 1998 Posisi transek 7 dan 8 pada musim peral~han2 1998 tidak dilengkapi stasiun CTD yang berdekatan, untuk kondisi oseanografi digunakan sebaran suhu dan salinitas di lapisan kedalarnan 100 m (Gambar 4.124 a d m b). Pada ESDU 994 sampai ESDU 1004 pada hpisan kedafaman 75
- 110 m
terdapat populasi ikan dengan kepactatan 7 -12 ekorlm3, dengan TS --44dB. TS -5OdB menyebar di lapisan perrnukaan sampai kedalamar, 60 m,
semakin arah tenggara kondisinya sangat miskin (Gambar 4.125 dan 4.126).
Garnbar 4.124. Posisi transek 7 dam 8 : a) sebaran suhu ("C) d w b) sebaran satinitas (%) pada kedalaman 100 m M s i m Peratihan-2 1998
Nomor ESDU 766
I
783
792
I
Gambar 4.725. Transek 7 densitas ikan (ekor/m3) Musirn Peralimn-2 1998
Nomor ESDU
1004
Gambar 4.1 26. Transek 8 densitas ikan (ekor/rn3) musirn Peralihan 2 1998 4)
Transek 1 musim barat, terdiri dari st.6, st.5 dan st.7 yang melintasi
wilayah tubir (Gambar 4.127). densitas ikan berkisar 5.000
-
45.000
ekor11.000 m3, kisaran TS -50 sampai 4 1 dB dengan suhu badan air >27.0°C dan kisaran salinitas 33.8-34.5%0. Densitas 45.000 ekorI1.000 m3 terdapat di lapisan 75 rn, ukuran ikan lebih besar TS 47-38 dengan lingkungan bersuhu 29.0°C dan salinitas 33.8%~. (Gambar 4.128 dan 4.129). Transek 2 MB yang terletak di perairan Teluk Lam~ung,schooling dengan kepadatan I.000-8.000 ekor/1.000 m3 dan TS -38
dan 4 1 d B
berkisar pada kedalaman 20 - 75 m, pada badan air bersuhu 27.0% dan salinitas 33.5%~.lkan yang lebih kecil TS 4 7 dB dan -50 dB terdapat di sekitar st.38 lapisan 25 - 100 m. Pada kedalarnan 175 - 200 m dengan suhu
17-23°C dan salinitas 34.0-34.5%0terdapat schooling 1.000 ekor/1.000 m3 dengan nilai TS beragam -38 sampai -44 dB (Gambar 4.128 dan 4.129).
Gambar 4.127 Transek MB 1998
N o m a Stasinn St. 6
Gambar 4.128
St. 5
Transek 1 suhu("C) dan densitas ikan (ekor/rn3) musim barat 1998
Nomor Stasiln St. 5
St. 6
Gambar 4.129
St.
7
Transek 1 salinitas (%o) dan densitas ikan (ekor/m3) musim barat 1998
Nomor Stasiun St38
Gambar 4.130
St.39
Transek 2 suhu ("C)dan densitas fkan (ekor/rn3) musim barat 1998
N o m r Stasiun St.38
Gambar 4.131
St 39
Transek 2 safinitas (%) dan densitas ikan (ekorlm3) musim barat 1998
Transek 3 MB yang terletak di perairan Laut Jawa, schooling merata dengan kepadatan 11.000-26.000 ekor11.000 m3. Nilai TS 4 8 d B lebih banyak terdapat di lapisan dasar sepanjang transek, sedangkan di seluruh badan air ikan kecil dengan ukuran TS -%dB. ekorl7.000
m3
Lapisan dengan kepadatan 16
terdapat di st.2 yaitu di sekitar mulut selat Sunda Strait
bagian utara dan st1 suhu 28.5"C dan salinitas 33.3%0, di pinfu masuk Selat Sunda bagian utara di Laut Jawa pada kedalarnan 4-20m. Di bagian dalam Selat Sunda (st.43) badan air lebih dingin dengan suhu ~28.4-Csalinitas 33.4%. lkan yang lebih besar TS 4 7 d B cenderung berada di pertengahan (20 m) (Garnbar 4.132 dan 4.133).
Nomor Stasiun
st. 2
st. 1
St 44
-
Gambar 4.132
,-
Transek 3 suhu ("C)dan densitas lkan (ekor/m3)Musim Barat 1998 Nomor Stasiun
st. 2
st. 44
St. 1
Gambar 4.7 33.- Transek 3 salinitas (%a) dan densitas lkan (ekor/rn3k Musim Barat 1998 Pada Musim Peralihan-1 jumlah target terbanyak terdapat pada kedalarnan 2100 m, disusul dengan pada lapisan kedalarnan
54
pada kedalaman 224 m (Tabel 4.16 dan Gambar 4.133).
Tabel 4.21 Nilai Target Strength dan densitas ikan setiap
rn dan
Nilai tersef sbw@ te&teksi mulai daii -50 dB sampai -2 paling banyak pada nilai 50 dB dan pada kedalaman +90 m terdal strength nilai -26 dB (125 cm) sebanyak 136 ekw. Pada rnusim tir
Juli 1998 Populasi ikan tecpadat pada W a m n 50-60m, dengz ikan tunggal 2.220 ekor. Pada lapisan 44m densitas sedang, k
0.053 ekw11000 m3(Tabel 4.17 Gambar 4.134).
Gambar 4.134 Histogram sebaran nilai tamt strength pe kedalaman pada Mosim Peralihan-1 (Mar Tabel 4.22 Nilai Target Strength dm densitas ikan setiap kedalaman pada Musim Timur I998
Histogram sebaran nil& target strength per kedalaman Mwim Timur (Juli 1998)
Pa& Musim Peralihan-2 bulan Agustus 1998 survei dilakuki menggunakan Kapal Riset KAL Baruna Jaya IV, berangkat da menuju Cilacap dengan memasuki perairan Selat Sunda. Trar
dianalisis adalah transek 4, 6, 7 dan 8 sebagai transek berkesini
(continuous hansect). Kisaran nilai target strength antara -50 dB s,
dB, dengan kedalaman pengamatan 200 m. Populasi ikan t ~ t b e
pada kedalaman40-60 m, jumlah ikan tunggal26.92 ekor dengan I
Tabel 4.23 Nilai target strength dan densitas ikan setiap kedalaman pada Mwim Peralihan-2 1998
Garnbar 4.136 Histogram sebaran nilai target strength per lm karialaman MI ~eimPamhn-9 14 QQI\\
Periode suwei rnusim barat bulan Desember 1998 densita terdapat pada lapisan kedalaman 70 m, dengan jumlah ikan tungga ekor. Jurnlah ikan terbesar terdapat pada lapisan kedataman 40 n
T a M 4.24 Nilai Target Shngth dan densitas ikan s t @ kedalar Musim Barat (Desember 4998)
Pada Musim Barat bulan Januari 1998 survei dengan meng Kapal Latih dan Riset KM. Stella Maris, berangkat dari Pelabuh;
Menurut Pasaribu (1988). kisaran nilai tafget strength antara -50 dE -20 dB. Pada Musim Barat ini, papulasi ikan tenlapat pada kedala 70 m, dengan jumlah ikan tunggal 1.253 ekor. Lapisan miskin terdal
kedalaman lebih dalam dad 44 m, sedangkan dari kedalaman 4 m SG m kepadatan 0.6 ekorllOOO m3 dengan TS -5WB (Tabel 4.25 4.137).
Tabel 4.25 Nilai Target Strength dan densitas ikan setiap kedalaman pada Musim Barat (Januari 1
e)
4.8
Sebaran Horisontal Densitas lkan
Sebaran densitas ikan dl perairan Selat Sunda dafam empat m u s h dan masing-masing dibagi menjadi kategori dengan kisaran nilai satuan ekor per 1.000 m3 : I ) sangat miskin : 0-10, 2) miskin : 0.1-100, 3) sedang : 100.11.000 ekor per 1.000 m3(Brown, 1998). Sebaran densitas setiap musim tidak sama dan tidak merata untuk setiap wilayah di perairan Selat Sunda. a)
Musim Peralihan I
Sebaran ikan pada bulan Maret di selatan Selat
Sunda yang
merupakan kawasan oseanik Samudera Hindia bervariasi, juga terdapat densitas rata-rata sebesar 20 ekorlm3. Garnbar 4.139 menunjukkan adanya dua kawasan yang memiliki nilai densitas k s a r , yaitu pada lokasi 6 . 2 b ~ ~ 6.35"LS dan 104.65"BT-1049O0BT dan kisaran posisi di perairan tengah selat 5.9O0LSS.08"LSdan 105.3O06T-105.45"BT dengan nilai rata-rata >70 ekor/m3. Sementara itu di kawasan pantai barat Jawa Barat memiliki kondisi rniskin, yaitu 0
- 0.6 ekorlm3. Menurut
Pasaribu (1998), pada bulan Maret
1998 ini ditemukan densitas tertinggi pada ESDU 185 dan 984 wilayah oseanik. Selanjutnya dikatakan bahwa, dari hasil analisis diketahui beberapa ESDU yang berada di dekat pantai berturut-turut ESDU 66 (0.004 ekorlm3), 66 (0.004 ekor/m3), 68 (0.003 ekor/m3), 16 (0.0036 ekorlm3), 66 (0.0021
ekorlm3) dan ESDU 34 (0.0022 ekor/m3). Perairan pantai, baik di kawasan barat maupun kawasan timur selat termasuk kategori miskin ikan dengan
kepadatan <0.61 ekorlm3. Pada umurnnya dari permukaan sampai batas kedalaman 204 rn terdapat ikan dengan populasi tidak besar yaitu
ekor/m3, sedangkan populasi di atas kategori sedang >2.5 ekor sampai 3.4 ekor per m3berada pada kedalaman 125 m (lihat Gambar 4.104 dan 4.139).
Bujur Tirnur
Gambar 4.139 Sebaran densitas ikan rata-rata rnusim peralihan I (Maret 1998) b)
Musim Timur Pada bulan Juli 7998 densitas ikan dengan konsentrasi lebih besar
terdapat di perairan Selat Sunda yaitu rata-rata 26 ekor per m3, pada kisaran posisi 5.85"-5.S5"LS darj 1 05.25"-!05.4O05T. Semakin mendekati kawasan oseanik densitas ikan menurun sampai ~ 1 . 3 ekor per m". Wilayah dengan kepadatan lebih rendah, 14 ekor per m3 terdapat di utara Seiat Sunda perairan Laut Jawa. Ditinjau dari strata kedalaman, densitas tipis 4 . 5ekor per m3 merata dari permukaan sampai 204 rn. Kepadatan terbesar >5.5 ekor
per m3 pada suatu wilayah sampai kedalaman 7 0 0
rn. Secara keseluruhan
densitas maksimum 3 ekor per rn3 sarnpai di lapisan kurang dari 90 m (Garnbar 4.140).
Bujur Tlmur
Garnbar 4.140
c)
Sebaran densitas ikan rata-rata musim timur (Juli 1998)
Musim Peralihan 2 Pada bulan Agustus sebaran ikan yang terdeteksi di sepanjang alur
pelayaran (Transek 4, 6, 7 dan 8) terkonsentrasi di perairan pantai barat Jawa Barat, yaitu diantara Ujung Kulon dengan P. Panaitan. Dari Gambar 4.141 rnenunjukkan adanya densitas terbesar dengan nilai 0.8 ekcrlrn3 pada kisaran posisi 6.45"-6.6O0LS dan 105.30°-105.400BT. Sementara itu di
kawasan oseanik dan pantai barat Jawa Barat bagian utara memiliki kondisi miskin, yaitu rata-rata 0 - 0.02 ekor/m3. Menurut Pasaribu (1998), pada musim peralihan 1 dari hasil analisrs djketahui beberapa
ESDU yang berada di dekat pantai densitas berkisar
0.002 sampai 0.004 ekor/m3. Perairan pantai, baik di kawasan barat maupun kawasan timur selat termasuk kategori miskin ikan dengan kepadatan ~ 0 . 6 1 ekor/m3. Populasi >0.8 ekor per rn3 diperkirakan karena terjadinya urnbalan
(upwelling) (lihat Gambar 4.78, 4.79 dan 4.80).
1
S UMATERA
I I
Bujur Tlrnur
Gambar 4.141
d)
Sebaran rata-rata densitas ikan (ekor/1.000 m3) dibagian selatan Selat Sunda musim peralihan 2 pada alur pelayaran (Agustus 1998)
Musim Barat
Musim Barat berlangsung awal November sampai Januari, densitas terbesar terdapat di pantai J a m Barat 25 mil dari Labuan, yaitu >3.8 ekor per m3; dan di lingkungan G. Krakatau. Densitas 1.2 ekor per m3 berada di sebagian kawasan oseanik dan di bagian selatan terlihat miskin, dengan
. Garnbar 4.142
Sebaran densitas jkan rata-rata musim barat (November - Desember 1998)
Kedalaman renang dari populasi ikan rata-rata yang dianalisis mulai dari kedalaman 20 m seiama dalam tahun 1998 adalah sebagai berikut : a) Musirn Peralihan-1, dengan kepadatan rata-rata (ekor per 1000 m3) pada lapisan teratas 44 m adalah 0.3 ekor, terpadat pada lap~san70 m dengan nilai 34.4 ekor dan pada lapisan terdalam dari deteksi alat 204 r n densitas rata-rata 0.7 ekor. b) Musim Timur, kepadatan rendah rata-iata 73.1 ekor dl kedalaman 125 m, sedangkan densitas tinggi mutai dari 314.6 sampai 566.1
ekor dari lapisan kedaiaman 24 m sampai q00 m; c) Musim Peralihan-2,
kedalaman deteksi hanya berkisar 100 m diperoleh kepadatan rata-rata terrendah di lapisan 20 m yaitu sebesar 0.4 ekor11000m3, sedangkan tertinggi di lapisan 54 m sebesar 24.9 ekor; d) Musirn Barat, kedalaman deteksi berkisar 240 m diperoleh kepadatan rata-rata terrendah mulai dari lapisan kedalaman 20-24 m, densitas rata4ata terpadat terdapat pada laptsan 44 m yaitu sebesar 50.6 ekor, sedangkan populasi hampir pada setiap lapisan dari 54-204 m dengan kisaran 0.4-39.5 ekor11000 m3-(Gambar 4.143 dan lihat Tabel 4.28 dan 4.29 Lampiran 20).
Densitas lkan (ekorlm3)
Gambar 4.143
Densitas lkan (ekorlm')
Sebaran rata-rata densitas ikan (ekorjmq per lapisan kedalaman per musim tahun 1998
4.9
Pergerakan Zonasi Musirnan di Perairan Selat Sunda
Pembagian zona d~namissecara horisontal berdasarkan sebaran suhu dengan pehedaan
l0C,dirnulai dari rata-rata suhu tertinggi per musim di
sekitar perairan Selat Sunda yaitu sebesar 31.3"C. Kedalaman analisis berhubungan dengan kedalaman maksirnum yang terjangkau alat tangkap nelayan, yaitu berkisar antara 25 sampai 50 meter. Penetapan zonasi dinarnis seperti terlihat pada Tabet 4.26 berikut ini :
Tabel 4.26 Penetapan zonasi dinamis yang _dianalisis
Selama penelitian dalam tahun 1998 diperoleh sebaran suhu dan densitas ikan rata-rata per musim sebagai berikut :
a)
Musim Peralihan 1. Mernperhatikan Gambar 4.144, berturut-turut No.l
sarnpai 6 diketahui zonasi dengan kisaran densitas ikan terbesar yaitu : 1) dan 2) Lapisan 4 m zona B-1 terdapat di utara P. Panaitan dengan rata-rata densitas berkisar 400-240.000 ekorllOO0 m3 dan zona B-2 terdapat di barat Tanjung Puting kisaran 400-8.000 ekorllOO0 m3 dengan salinitas 30.5460.;
3) dan 4) pada kedalaman 10 sampai 22 m zona B-1 terdapat di witayah di tengah Selat Sunda bagcan selatan dengan rata-mta densitas >lo00 ekorll 000m3, zona B-2 terdapat di mulut Selat Sunda bagian utara dengan densitas berkisar 231.000 ekort1000 m3, zona C-1 dengan kisaran salinitas 32.5-33.0%0, sedangkan zona C-2 di perairan selatan Teluk Lampung, dengan kisaran densitas 1000-31.000 ekort1000 m3 dan salinitas 32.033.0%0. Zona D-I terdapat di selatan Teluk Semangka dengan densitas >I000 ekor11000 m3 sedangkan zona 0-2 di Selat Sunda bagian utara di pantai selatan Sumatera selatan. Pada lapisan kedalaman 50 m diketahui zona D dengan kisaran suhu 28.7-29.O0C dsn zone E dengan kisaran suhu 27.7-28.O0C terdapat di tengah Selat Sunda dan di perairan Teluk Lampung. Sedangkan pada kedalaman 50 m terdapat zona F dengan kisaran suhu 26.1-27.O0C dan zona G den-n
kisaran suhu 25.1-26.0°C yangkeduanya
terletak di dalam Tefuk Semangka (Gambar 4.144). Dari Gambar 4.145, berturut-turut No.1 sampai 6 di lapisan 60 m sampai 120 m diketahui bahwa zona H dan zona I terdapat di kedalarnan 60m yang. terletak di antara Teluk Sernangka d e n g ~ nTeluk Lampung dengan kisaran suhu 24.1-25.0°C dan 23.1 -24.0°C, kisaran densitas 2001000 ekort1000 m3. Di lapisan 80 m terdapat zona K dengan kisaran suhu 21 1-22 O°C, selinitss 95.0-35.2%0dengan densitas 4-1000 ekor/1000 m3 dan terletak di utara P. Panaitan.
Dari C ~ r n b a i4.1ZG, berturut-turut No.1
sampai 4 di iapisan 120 - 140 m terdapat zona L, M dan N yang tedetak di dalam TI. Semangka dan di tengah perairan Selat Sunda dan kisaran suhu 20.1-21.O°C ,19.1-20.0°C dan 18.1-19.0°C dengan salinitas 35.2-35.3%0.
Garnbar 4.144
Sebaran batas suhu (---"C) dan densitas ikan rata-rata (ekor per 1.000 m3) per lapisan pada zona B, C, D, E dan F rnusim peralihan 1 kedalarnan 0 sarnpai 50 rn.
Gambar 4.145
Sebaran batas suhu (-"C) dan densitas ikan rata-rata (ekor per 1.000m3) per lapisan pada zona G . H, I dan K musim peralihan 1 kedalaman 60 sampai 100 rn.
Gambar 4.146
b)
Sebaran batas suhu (--"C)dan densitas ikan rata-rata (- ekor per 1.000 rn3) per lapisan pada zona L, M dan N musim peralihan 1 kedalarnan 120 sarnpai 140 rn.
Musim Timur, zona B dan C dengan kisaran suhu 30.1-31.0°C dan
29.1-30.0°C, berturut-turut No.I sampai 6 diketahui zonasi dengan densitas rata-rata ikan terbesar 22.800 ekor/1.000 m3 yaitu : I) dan 2) lapisan 20 rn zona B terdapat di selatan Teluk Sernangka dengan rata-rata densitas 200 ekor11.000 rn3, zona C-I yang terjadi di mulut Selat Sunda bagian utara dengan densitas 1.000-2800 ekor/1.000 rn3 dengan salinitas 32.5%0,zona C-
2 dengan densitas 200-600 ekor/1.000 rn3 terdapat di perairan Teluk Lampung; 3) dan 4) pada kedalarnan 2040 m zona B dan C terdapat di wilayah di selatan Teluk Semangka dengan rata-rata densitas 60-420 ekor/I -000 m3. Dari Garnbar 4.147
5) dan 6), di lapisan kedalaman 60 m
zona B dan C masih terdapat di perairan selatan Teluk Semangka, dengan densitas 50-300 ekor/I .000 m3.
c) Musirn Peralihan-2, dimana wilayah penelitian mencakup perairan Samudera Hindia dengan zonasi meliputi zona B, C , D , E, F, G, H, I dan J hasil deteksi dengan urutan Garnbar 4.148 sebagai berikut : 1) clan 2) di lapisan kedalaman 20 m densitas tertinggi terdapat di zona B-I, yaitu di perairan barat Surnatera Selatan dengan kisaran densitas 70-90 ekor/1.000 rn3 dan salinitas 32.8%~. Zona 8-2 dengan densitas ikan 70-80 ekor/I .000 m3 terdapat di barat daya Selat Sunda, salinitas lebih rendah yaitu 31.5-
32.0%0. Pada sub Gambar 4.148 3), 4), 5) dan 6) pada lapisan kedalaman 4 0 4 0 rn terdapat 4 zona B dengan densitas rata-rata meningkat seiring dengan kedalaman, yaitu dari 80-200 ekor/I .000 m3. Konsentrasi terbesar 230 ekor11.000 m3 terdapat di sekitar P. Panaitan. Lapisan 80 sarnpai 100 rn adalah merupakan perairan yang memiliki termoklin, ha1 ini diketahui adanya zona B, C, D, E dan F dengan kisaran densitas rata-rata 40 sampai 300 ekor11.000 m3, kisaran suhu 27.0-30.O0C dan salinitas 33.8-34.0%. Zona F, G, H dan J dengan densitas lebih rendah terdapat di lapisan 120 m
ekor/I .000 m3, salinitas 34.0-34.3%0,Gambar 4.148 11) dan 12).
c
-
m -
d
m
c .-
3
Bujw Turn ur
Garnbar 4.148
mju T l m u
Sebaran batas suhu (---"C), salinitas (---%o) dan densitas ikan (- ekor per 1. O M m3) di wilayah oseanik dan perairan Selat Sunda rnusim peralihan 2 1998 pada lapisan kedalaman 20 sampai 120 rn
d)
Musim Barat, pada periode rnusim barat ini seluruh wilayah perairan
Selat Sunda sarnpai Sarnudera Fl~ndiadidominasi zona D, dengan letak kedalarnan dan posisi yang berbeda. Di wjlayah permukaan zona D-I terdapat di tengah Selat Sunda dengan kisaran kepadatan rata-rata > 6.800 ekor11.000 m3, salinitas 33.3%;
zona D-2 di selatan Teluk Sernangka
Surnatera Selatan kepadatan ikan 6.800 ekor11.000 m3, salinitas 33.5%; sedangkan zona D-3 di perairan pantai barat Jawa Barat dengan densitas rata-rata 6.800 ekor/1.000 m3, salinitas 33.5%. Di kedalaman 20 m, posisi zona D tidak berubah, yaitu terkonsentrasi di perairan Teluk Semangka dengan densitas rata-rata tebih tinggi 50.000 ekor/I .000 m3 (Garnbar 4.149). Pada kedalaman 40 sarnpai 60 m posisi zona D tidak bergeser, rneskipun densitas rata-rata lebih kecil, yaitu berada pada kisaran 500-1.200 ekor/1.000 m3 dengan sebaran suhu hornogen 28.5-28.6-C dan salinitas di perairan Selat Sunda bagian utara 33.5-33.8%~ (Gambar 4.150). Selanjutnya. pada lapisan kedalarnan 80-100 m posisi zona D-3 terjadi sedikit di arah selatan dengan densitas semakin tinggi, yaitu pada kisaran rata-rata 2.250 sampai 60.000 ekor11.000
m3. Sementara
itu suhu sedikit menurun 28.5-
28.6"C dan salinitas 338-33.9s (Gambar 4.151 ). Keadaan yang berbeda dari posisi zona D-3 di kedalaman 80-100 rn, pada kedalaman 120 rn zona D dengan suhu 28.3-C dar~salinitas 3.0% densitas rata-rata >900.000 ekorll.OOO m3. Zona E dengan suhu 27.0-28.O0C dan salinitas 34.0%0,der?sitasrata-rata 1.200-1.500 ekor/1.000 m3. Densitas 300.000-600.000 ekor11.000 m3 terjadi pula pada zona F. G, H dan I di mulut
Teluk Semangka dengan kisaran suhu 23.0-27.O0C dan salinitas 34.2-34.4% (Gambar 4.152).
Gambar 4.149
Sebaran batas suhu (---"C), salinitas (--%) dan densitas ikan (- ekor per 1.000m3) di perairan Selat Sunda musim barat 1998 pada lapisan permukaan sampai 20 m
Gambar 4.150
Sebaran batas suhu (-"C), salinitas ( - 0 1 )dan densitas ikan (- ekor per 1.000 m3) di wilayah oseanik dan perairan Selat Sunda musim barat 1998 pada lapisan kedalarnan 40 sampai 60 rn
1 ) Suhu 80 m
Bujur Tmur
2) Salinitas 80 rn
BulurTmur
3 ) Suhu 100 in 4) Salinitas 100 m
Bujur Tirnur
Garnbar 4.151
BvjurTimur
Sebal-an ba-:as suhu (--"C),salin~tas(---%) dan densitas ikan (- ekor per 1.000 m3) di wilayah oseanik dan perairan Selat Sunda musim barat 1998 pada lapisan kedalaman 80 sampai 700 ;n
1) Suhu 120 m
21 Salinitas 120 m
105
Bujur Tirnur
Garnbar 4.152
Bujur Timur
Sebaran batas suhu (---"C), salinitas (---*&) dan densitas ikan (-- ekor per 1.000 m3) di perairan Selat Sunda musim barat 1998 pada lapisan kedalaman 720 rn
4.1 0
Verifikasi Panjang lkan Data hasil tangkap yang-didaratkan di TPI Labuan dan Carita
diperlukan untuk mengetahuijenis, komposisi ikan, ukuran panjang dan berat serta area penangkapan sebagai data pendukung.dan verifikasi data akustik. lkan yang menjadi tujuan pengukuran adalah beberapa jenis ikan yang secara terus menerus tertangk-ap seperti tongkol, layang, kembung, selar bentong dan tenggiri menggunakan alat tangkap pukat cincin berdasarkan musirnselama dalarntahunl988. Kebiasaan
yang. teriadi
di
Labuan
dan
sekitarnya
dalarn
ha1
memindahkan hasil tangkap dari kapal ks TPI, serta untuk memudahkan proses lelang.di~unakanikatan setiap 40 ekor yang. .disebut I (satul raju. Jumlah total sampel yang diukur >18.000 ekor dengan aktivitas pelelangan rata-rata 10 hari dalam satu bulan, per spesies ikan @ 40 ekor per hari x 24 bulan selama dalam kurun waktu dua tahun. Jumlah sampel yang diamati minimum 30 ekor dan maksimum 60 ekor. Untuk jenis selar bentong (Selar crumenophtha/mus) rata-rata yang tertangkap pada MP-1 adalah panjangl7.3 cm, berat 95 ararndiketahui mengalami peningkatan panjang rata-rata pada MB 21 cm dengan berat rata-rata 101.6 gram (Garnbar 4.153). Perolchan 3ata panjangikan dari hasil tangkap nelayan Labuan adalah tongkol (Euthynnus afinis) dan tenggiri (Sc~mber.o~?~orus girttatus) untuk tahun 1998 dan 1999 (Gambar 4.154 dan 4.1551. Analisis frekuensi panjang dari kedua jenis ikan tersebut dihitung dengan metoda length frequency
analysis menggunakan perangkat pemrograman MATLAB, dengan hasil sebagai berikut : I
Musim Peralihan 1 Kisaran panjang.tongkol (Eufhynnus affinisk yang IertangkaR pada MP-1
tahun 1998 dengan jumlah sampel {n) n = 909, panjang menyebar dari kelompok 22,Ocrn sampai terpaniang59,O cm. Untuk paniangrninimurn 22,O cm dan maksirnum 61 cm jumlahnya sangat sedikit, sedangkan populasi terbanyak t e w k i l i dari kisaran rata-rata panjang38,O cm sampai 42,O cm. Tahun 1999 n = 749, terdapat dua kelornpok sebaran panjang, yaitu kelompok panjang1 7.0-34 cm dan 41-0-52 crn. Kecenderunggn samgel lebih banyak diperoleh untuk panjang rata-rata 41 cm. Kisaran panjang - tenggiri (Scomberomorus guttatus1 gang tertangkap tahun 1998 dengan jumlah sampel n = 196, menyebar dari kelompok 33,O cm sampai terpanjang 96.0 cm. Kisaran paniang dengan frekuensi lebih tinggi berada pada kelornpok panjang 45,062.0 cm, sedangkan semakin panjang ikan frekuensi ikan yang tertangQp rneniadi semakin kecil. Tahun 1999
n = 159, terdapat dua kelompok sebaran panjang, yaitu
kelompok 26.0-31.0cm dan 52.0-64.0 cm. Kecenderungan sampel lebih banyak diperoleh untuk panjang rata-rata 52.0 cm. 2
Musim.Tiimur
Panjang-tongkol yang tertangkap pada musirn timur tahun 1998 dengan jumlah sampel
n = 449, terdapat tiga kelompok dengan kisaran frekuens~
yang sarna, yaitu 1) kisaran panjang 17.0-30.0 cm, 2) kisaran panjang 35.044.0 cm, dan 3) kisaran panjang 45.0-58.0 cm. Pada tahun 1999 n = 1129, terdapat dua kelompok sebaran panjang yang lebih pendek dibandingkan dengan tahun 1998, yaitu kelompok panjang 12.0-35.0 cm dan 40.0-51.0 cm. Kisaran panjang tenggiri yang tertangkap tahun 1998 dengan jurnlah sampel n = 116, terjadi penurunan panjang dibandingkan MP-I, yaitu menyebar dari kelompok 37.0 cm sampai terpanjang 74,O cm. Kisaran panjang dengan frekuensi lebih tinggi berada pada kelompok panjang 38,G 43.0 cm, sedanghan ikan yang lebih panjang dari 43.0 cm frekuensi ikan yang tertangkap rnenjadi semakin kecil. Tahun 1999 n = 26, terdapat satu kelompok sebaran panjang yang tidak melebar, yaitu kelompok panjang 35.044.0 cm. Kecenderungan sarnpel lebih banyak diperoleh untuk kisaran panjang rata-rata 40.0 cm
3 Musim Peralihan 2 Pada MP-2, dari hasil tangkap nelayan tongkol yang tertangkap tahun 1998 jumlah sampel yang diperoleh n = 130. Dari jumlah sampel diketahui dua kelompok panjang yang menyebar tidak merata, yaitu 1) kelompok 13,O cm sampai terpanjang 25,O cm, dan 2) kelompok panjang 37.0 sampai 50.0 cm. Frekuensi terbesar untuk rata-rata panjang 16.0 cm dan minimum 28.031.O cm. Tahun 1999 n = 429, pada MP-2 terdapat dua kelompok sebaran panjang, yaitu
kelompok
panjang 16.0-33.0
cm
dan
39.0-51.0
crn.
Kecenderungan sarnpel lebih banyak diperoleh untuk kisaran p a n j a ~ gratarata 41.0 cm. Kisaran panjang tenggiri yang tertangkap tahun 1998 dari jurnlah sampel n = 195 terdapat dua kelornpok panjang, pertama yang menyebar dari kelornpok 37,043.0 crn dan kedua, panjang 50.0-58.0 cm. Kedua kelompok memiliki kisaran panjang dengan frekuensi lebih tinggi berada pada kelompok panjang 42.0 cm dan 53.0 cm. Tahun 1999 dari n = 84, terdapat dua kelornpok sebaran panjang, yaitu kelompok panjang 37.0-53.0 cm dan 62.069.0 cm. Kecenderungan sampel lebih banyak diperoleh untuk panjang rata-rata 46.0 crn. 4
Musim Barat Panjang tongkol yang tertangkap pada musim barat tahun 1998 dengan
jurnlah sarnpel (n) n = 65, diketahui terdapat kelompok kisaran panjang yang sempit yaitu kisaran panjang 33.0-34.0 cm. Untuk tahun 1999 dari n = 1277, diketahui terdapat dua kelompok sebaran panjang yang sarna dibandingkan dengan MP-2, yaitu dua kelompok panjang 21.0-34.0 cm dan 35.044.0 cm dengan frekuensi terbesar pada panjang 27.0 cm. Tenggiri yang tertangkap tahun 1998 dengan jurnlah sarnpel n = 50, diketahui kelornpok panjang yaitu pada rata-rata 51,062.0 cm, dengan frekuensi terbesar parrjang 52,O crn. Sedangkan untuk taniln 1999 dari n = 412 diketahui terdapat kelompok-kelompok kecil yang tidak merata. Terkecil adalah 25.0 cm dan terpanjang 87.0 cm. Dua kelornpok yang agak kacau
sebarannya adalah, kelcmpok panjang 41.0-52.0 cm dan 55.0-74.0 cm dengan frekuensi terbesar untuk paniang.65 cm. Jenis alat tangkap pukat cincin kecil (mini purse seine), payang (bag seine net) dan jaring ~ n s a n g u i lnet), l tercatat bahwa kedalaman alat tangkap maksimum mencapai 35 m, sedangkan dari pengamatan populasi ikan dengan sistim akustik diketahui kisaran paniangsesuai dengan verifikasi panjang ikan tongkol (Euthynnus affinis) 41.64 cm sama dengan nilai TS
-
35,61 dB (Pasaribu, 1988). T e n a r i (Scomberomorus guftafusl. kisaran panjang 39.80-57.67 cm dan berat 698,l-1.683 gram. Selanjutnya menurut Syamsuddin (19982 pada lapisan lebih datam di perairan Selat Sunda bagian tengah nilai kelimpahan cenderung lebih padat dan merata dengan kisaran kepadatan 56 ekor ikanl1OOO m3 sampai 385 ekor ikan/1000 m3, bahkan mencapai ukuran 178.0 cm sampai
251.0 c m (diperkirakan sama
dengan TS -23 dB dan -20 dB). Pada ukuran ikan lebih kecil, yaitu dari kelas panjang
13,O
cm
sampai
25,O
cm
banyak
tertangkap,
Hal
ini
menggambarkan tingkat kemampuan nelayan yang masih rendah. Hasil tangkapan rata-rata berukuran kecil, diperkirakan kelompok ikan berada strata kedalarnan I dan II (5 40 m) (Gambar 4.153)..
0
i UP?
MP2
MT
#
Mueim
Gambar 4.153 Panjang rerata beberapa jenis ikan yang tertangkz pada setiap musim di perairan Selat Sunda tahun Memperhatikan panjang dan berat rerata beberapa jenis ikan p seperti halnya kembung (Rastre/liger sp.) pertambahan panjang rerata terlalu mencolok, berkisar 21,631 -9cm dan berat 91.6-207.8 gram. L: (Decaptents sp.) juga mengalami perubahan yang tidak terlalu besar, berkisar 12.6516.50 cm dan berat 28.00-32.71 gram. Rerata panjang berat selw bentong dan tongkol pa& musim timur cenderung meni
sampai periode rnusim barat. Kondisi ini sarna dengan tenggiri, k e m b u ~ layang yang cenderung meningkat panjang dan beratnya. Upwelling Musim Peralihan-1 diperkirakan terjadi banyak nutrien atau plankton rnewpakan rnakanan ikan-ikan selar bentong, kembung, layang yang rata naik pada Musim Timur yang selanjutnya menurun pada hr Peralihan-2.
1
Mush Tirnur ' -
0 r
n
i
5
i
u
z Pan-
i
m
a
m
a
a
~
kan (cm)
2D 10 0
-
n = 149
MuskR P~~nlihan 1
m. I
S
n = 1129
I
d
B
5
0
5
I .-
6
Mush Tmw
:
m
m
, p 9 1 ~ n m ~ r s ~ m s o r n m m a o ~ 1 I r
.
.
I
.
,
.
,
I
.
.
.
.
.
.
.
4 1I
Kesesuaian Daerah Penangkapan Ikan, Keberadaan Sumberdaya lkan dan Pergeseran Front
1) MP-1, Selat Sunda dipenuhi ofeh kapal nelayan dari 8uar Labuan, pada ordinat 6.20"4.4OoLS dan 10520"-105.4O0BT jumlahnya
190 unit.
Konsentrasi kapal nelayan tidak selalu seiring dengan sebaran suhu perrnukaan laut (SPL) 30.0-30.5% yang terletak di tengah selat dan di utara P. Panaitan (Gambar 4.156a). Wilayah dengan densitas rata-rata tinggi =-70ekor/m3 berada di selatan Teluk Larnpung, Teluk Sernangka dan di batas oseanik Samudera Hindia (Gambar 4.157a). 2) MT, wilayah terpadat dengan 230 unit adalah pada 6.00"-6 20°LS dan 105-20"-105.40°BT. Sebaran nelayan pada musim timur lebih mengarah ke utara dan dl sekitar Gunung Krakatau, pada SPL 30.0-30.5"C (Gambar 4.156b). Sementara itu. wilayah dengan densitas rata-rata padat =-26 ekor/m3 di selatan Teluk Lampung hanya 30 sampai 40 unit saja yang beroperasi, sedangkan di bagian rnulut Selat Sunda bagian utara densitas rata-rata 214 ekorlm3 tidak tercatat ada kapal nelayan yang beroperasi (Gambar 4.157b). 3) MP-2. kardinat dengan iumlah kapal penangkap ierbanyak 130 unit
adalah pada
6.00"-6.2O0LS dan 105.20"-105.4O0€3T. Sebaran kapal-
kapal nelayaq lebih rnengarah ke barat rnengjkuti suhu lebih dingin dari musim trmur yaitu pada kisaran SPL 28.5-29.5'C
(Gambar 4.156~).Kapal
yang beroperasi di mlayah perairan dengan densitas rata-rata padat 24 ekor/m3hanya berkisar 20 sarnpai 40 unit. Di perairan antara P. Panaitan
dan Ujung Kulon tidak ada nelayan yang beroperasi di wilayah yang memiliki densitas ikan padat, yaitu >8 ekor/rn3(Gambar 4.357~). 4) MB tahun 1998, pada ME kapal-kapal yang beroperasi jumiahnya sangat
sedikit, karena nelayan yang berasal dari luar Labuan lebih memilih perairan taut Jawa sebagai daerah penangkapan ikan. Kordinat dengan jumlah kapal terbanyak 30 unit adalah pada 6.20"4.40°LS dan 105.20"105.40°BT. SPL di perairan Selat Sunda lebih dingin dibandingkan musim lainnya, pada kisaran 28.3-28.7%. sebagian kecil kapal yang beroperasi umumnya di wilayah perairan dengan kisaran suhu 28.5-28.6% (Gambar 4.156d). Densitas yang padat =-I20 ekorfm3 terdapat di batas tubir kedalaman 200m, yaitu di tengah antara selatan Teluk Semangka dengan Pulau Panaitan. Tidak ada nelayan yang beroperasi di daerah tersebut (Gambar 4.157d). Perbandingan antara panjang pengukuran langsung dan hasil deteksi akust~k,pengertian tentang target ikan tunggal dikonversi dengan rumus Foote (1987). Dari sebaran Target Strength berdasarkan hasil verifikasi nampaknya diperkirakan
spot
merupakan
adalah
ikan
ikan
tongkol
yang
berbentuk
(Euthynnus
bulat
affinis)
(fusiform)
atau
tenggiri
(Soombermorus guttatus). Hasil konversi per musim untuk tongkoi adalah sebagai berikut : 1) M,diperoleh dua kelas panjang, yaitu (a) 23.0-32.0 cm, rata-rata q8.2cm, TS -36.64dB. simpangan baku (d)2 1.57 cm, dan (b) 33.0-51.0 cm, rata-rata 18.2 cm, TS 42.8066, d? 1.26 crn. 2)
m, diketahui
tiga kelas panjang, yaitu (a) 17.0-26.0 cm, rata-rata 21.5 cm, TS 41.35dB, d
+ I.33 cm, (b) 37.0-44.0 cm, rata-rata 40.5 -
cm,TS -35.85dB. d 5
1.61 cm,
dan (c! 44.0-55.0 cm, rata-rata 49.1 cm,TS -34.1 BdB, d + 1.69 crn. 3)
m,
diperoleh dua kelas panjang, yaitu (a) 14.0-26.0 cm,rata-rata 20.0 cm,TS
-
41.98d6, d + I.30cm, dan (b) 42.0-50.0 m, rata-rata 48.5 cm,TS -34.3048,
d 2 1.69 cm,densitas terbesar di kedalaman 40-60 rn; dan 4) ,&h kelas panjang 30.0-35.0
diperoleh
cm,rata-rata 32.5 crn, TS -37.76dB, d 2 1.51 cm
dan densitas terbesar di lapisan 40 m (Gambar 4.154a dan Tabel 4.27).
mlur r
m ~
e~ju~rnv
Gambar 4.1 56 Daerah penangkapan kapal nelayan dan pergeseran front pada rnusirn :a) MP-1, b) MT, c) MP-2 dan d) ME3 9998 Hasil konversi untuk tengg~ri adalali : 1) pada
B,dari
hasil
tangkap~n nelayan diperoleh tiga kelas panjang, yaitu (a) 36.0-58.0 cm,ratarata 47.0 cm, TS -34.56d8, d 2 1.67 cm,(b) 59.0-76.0 crn, rata-ratz 68.0 cm, TS -31.35d6,
d
+
1.83 cm, (c) 77.0-95.0 cm, rata-rata 86.0 cm, TS
29.31dB, d 2 1.93 cm, dan densitas terbesar pada kedalaman 70
-
m. 2) KT,
diketahu~terdapat dua kelas panjang, yaitu (a) 34.0-53.0 cm, rata-rata 43.5 cm, TS 35.2346, d
-+ 1.64 cm,(b) 54.0-64.0 cm, rata-rata 59.0 cm, TS -
32.5848, d + f .77 c m ,densitas terbesar pada kedalaman 35 dan 100 rn.
Bujur Timur
Bujvr T-r
Gambar 4.157 Daerahpenangkapan dan sebaran densitas ikan~.ebr/m3) pada m u s h : a) MP-1, b) lMT, c) MP-2 dan d):hAB 1998
w ,diperoleh dua kelas panjang, yaitu (a) 38.0-44.0 cm, rata-rata 41.0 cm, TS 35.7448, d 5 I.61 cm,(b) 49.0-58.0 cm, rata-rata 53.5 cm, TS 33.43d8, d + 1.73 cm, dan densitas rata-rata terbesar di iapisan 40-60 rn;
3)
dan 4)
m, diperoleh kelas panjang 51.0-52.0 cm, rata-rata 51.5
TS
-
33.7648, d 2 1.71 crn. densitas rata-rata terbesar dr lapisan 40 m (lihat Gambar 4.155a dan Tabel 4.27). Sebagai pembanding disajikan sebaran panjang tongkol dan tenggiri untuk tahun 1999 (Gambar 4.154b dan 4.155b).
Tabel 4.27 Hasil konversi panjang tongkol (Euthynnus afinis), nilai TS, panjang rata2dan kisaran kedalaman deteksi pada densitas terpadat
Tabel 4.27 Hasil konversi panjang tongkol (Euthynnus sffinis), nilai TS, panjang rata2dan kisaran kedalaman deteksi pada densitas terpadat (Iqnjutan)