Minggu 1 DPQS
TAFSIR AL-QURAN 1
Matlamat Modul • Matlamat modul ini membahaskan tentang huraian dan tafsiran ayatayat hukum. Ianya mengandungi pelbagai jenis hukum dan pengajaran yang berguna dan penting bagi kehidupan individu muslim bersesuaian dengan kehendak Ilahi bagi menjamin kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. • Di akhir modul ini diharapkan pelajar dapat memahami dengan baik dan menjiwai intisari-intisari yang terkandung dalam ayat-ayat di dalam surah berkenaan serta dapat mengambil pengajaran dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya.
• Al-Qur'an merupakan kitab suci bagi umat Islam dan menjadi sumber utama ajaran Islam. Ia menyatakan diri sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (QS. Al Baqarah 2:83). • Untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dari Al-Qur'an, umat Islam sejak wafat Rasulullah hingga sekarang senantiasa berupaya untuk melakukan penafsiran-penafsiran terhadap Al-Qur'an.
Metode Ahli Tafsir
Tafsir Bil Manqul (Bil Ma'tsur/Birriwayah) • Kalau kita mengamati metode penafsiran sahabatsahabat nabi SAW, ditemukan bahwa pada dasarnya, setelah gagal menemukan penjelasan nabi dalam masalah-masalah tertentu, mereka merujuk kepada penggunaan bahasa dan sya'ir-sya'ir Arab.
• Misalnya Umar ibn al-Khattab pernah bertanya tentang erti takhawwuf dalam firman Allah : Aw ya'khuzahum 'ala takhawwuf (QS. 16:47). Seorang Arab dari kabilah Hudzail menjelaskan bahwa ertinya adalah "pengurangan". • Pengertian ini berdasarkan penggunaan bahasa yang dibuktikan dengan sya'ir pra Islam. “Umar ketika itu puas dan menganjurkan untuk mempelajari sya'ir-sya'ir tersebut dalam rangka memahami Al-Qur'an (Asy-Syatibi, tt :18).
Keistimewaan Metode bil ma'tsur 1. Menekankan pentingnya bahasan dalam memahami Al-Qur'an. 2. Memaparkan ketelitian penggunaan ayat ketika menyampaikan pesan-pesan. 3. Mengikat mufassir dalam bingkai teks ayat-ayat, sehingga membatasinya terjerumus dalam subjektiviti yang berlebihan (Shihab,1999:157). 4. Dapat dijadikan khazanah informasi sejarah dan periwayatan yang bermanfaat bagi generasi berikutnya (Zahabi,1961:157).
Kelemahan Metode bil ma'tsur 1. Terjerumusnya dalam huraian kebahasaan dan kesusasteraan yang berpanjangan, sehingga pesan asal Al-Qur'an menjadi kabur di celah huraian itu.
2. Seringkali konteks turunnya ayat hampir dapat dikatakan terabai sama sekali, sehingga ayat-ayat tersebut bagaikan turun bukan dalam satu masa atau berada di tengah-tengah masyarakat tanpa budaya (Shihab, 1999:49). 3. Terjadinya pemalsuan dalam tafsir karena fanatisme mazhab, politik dan usaha-usaha musuh Islam. 4. Masuknya unsur Isra'iliyat ke dalam tafsir, iaitu unsur-unsur Yahudi dan Nasrani ke dalam penafsiran Al-Qur'an.
Tafsir Bil Ma'qul (Bi AI-Ra'yi) • Tafsir bi al-ra'yi adalah jenis metode penafsiran Al-Qur'an dimana seorang mufassir menggunakan akal (rasio) sebagai pendekatan utamanya. • Ash-Shabuni menyatakan bahwa tafsir bi al-ra'yi adalah tafsir ijtihad yang dibina atas dasar-dasar yang tepat , bukan atas dasar ra‘yu semata atau atas dorongan hawa nafsu atau penafsiran pemikiran seseorang dengan sesuka hatinya (Ash-Shabuni, 1985:351).
• Sementara menurut Manna al-Qattan, ianya adalah metode tafsir dengan menjadikan akal dan pemahamannya sendiri sebagai sandaran dalam menjelaskan sesuatu (Qattan, 1976:351). • Sedangkan az-Zarqani secara tegas menyatakan bahwa tafsir bi al-ra’yi merupakan tafsir ijtihad yang disepakati atau memiliki sanad kepada yang semestinya dan jauh dari kesesatan dan kebodohan (Zarqawi, tt:9).
Al-Farmawi yang membahagikan metode tafsir menjadi empat macam,(Farmawi, 1977:23).
tahliliy
ijmaliy
muqaran
maudhu'i
No.
Unsur Yang Membezakan
1.
Membahas surat demi surat atau bagian- bagian tertentu dalam surat-surat, kemudian merangkainya dengan tema sentral yang terdapat dalam surat-surat tersebut. Selanjutnya menghimpun semua ayat yang berbicara tentang satu masalah tertentu, kemudian mengaitkan satu dengan yang lain menafsirkan secara utuh dan menyeluruh.
2.
Penjelasan tentang arti dan maksud ayat- ayat Qur'an dari sekian banyak seginya yang ditempuh oleh mufassir dengan menjelaskan ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai urutannya dalam mushhaf melalui penafsiran kosa kata, penjelasan-penjelasan asbab an nuzul, munasabah serta kandungan ayat-ayat tersebut sesuai dengan keahlian dan kecenderungan-kecenderungan mufassir.
3.
Penafsiran ayat-ayat Al Qur'an dengan cara menjelaskan maknanya secara global sesuai dengan urutan dalam mushhaf. Dalam menjelaskan makna ayat-ayat tersebut mufassir meletakkannya dalam kerangka pembahasan yang mudah dipahami oleh orang pada umumnya.
4.
Membandingkan ayat-ayat al Qur'an yang memiliki persamaan, yang membicarakan tentang masalah atau perkara yang berbeza dan yang memiliki redaksi yang berbeza bagi masalah atau perkara yang sama atau diduga sama dan membandingkan al Qur'an dengan Hadits-hadits Nabi yang tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama' tafsir yang menyangkut penafsiran ayatayat al Qur'an.
Tematik Tahliliy
Ijmaliy
Muqoron
• Definisi Kisah-Kisah dalam al-Qur’an
• Secara bahasa, kisah-kisah dari kata Qashash jamak dari al-Qishash yang bererti Tatba’u al-Atsar (mengulang kembali masa lalu). Pengertian ini diperolehi dari al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 64:
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
• Al-Qishash sama ertinya dengan al-Hadis, yang ertinya cerita. • Sedangkan al-Qishash sebagai salah satu bentuk sastera yang disebut cerpen atau novel, didefinisikan sebagai media untuk mengungkapkan kehidupan atau fragmen-fragmennya yang menyangkut suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang terkait satu sama lainnya. • Adapun al-Qishash (kisah) secara terminologi: • اخبار عن احوال االمم الماضية والنبوات السابقة والحوادث الواقعة • Pemberitaan mengenai keadaan umat terdahulu, Nabi-Nabi terdahulu, dan peristiwa yang pernah terjadi.
• Al-Qishash atau kisah didalam al-Qur’an tampaknya lebih dekat ertinya al-Tarikh (sejarah) daripada kepada al-Qishash sebagai bentuk sastera modern. • Hal ini bila ditinjau dari segi isi yang dikandungnya yang sama-sama menceritakan peristiwa, kurikulum yang benarbenar terjadi.
Contoh
Macam-macam kisah dalam al-Qur’an Manna’ al-Qathan, membahagi kisah-kisah al-Qur’an dalam tiga bahagian
Pelaku Kisah Dalam Al-Qur’an Dilihat dari sisi pelaku,, iaitu: • 1. Kisah para nabi terdahulu, bagian ini berisikan ajakan para nabi kepada kaumnya; mu’jizat-mu’jizat dari Allah yang memperkuat dakwah mereka, sikap orang yang memusuhinya, serta tahapan tahapan dakwah, perkembangannya, dan akibat yang menimpa orang beriman, dan orang yang mendustakan para nabi. Seperti kisah nabi Nuh, Ibrahim, dan lain sebagainya. • 2. Kisah yang berhubungan dengan kejadian pada masa lalu dan orangorang yang tidak disebutkan kenabiannya, seperti kisah anak-anak Adam, Thalut dan Jalut, Dzulqarnain, dan lain sebagainya.
Panjang Dan Pendek Kisah Dalam Al-Quran Dilihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah al-Quran dapat dibagi dalam tiga bahagian: • 1. Kisah panjang, Contohnya kisah nabi Yusuf dalam Surah Yusuf, yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan nabi Yusuf sejak masa kanak-kanaknya sampai dewasa. • 2. Kisah yang lebih pendek dari bahagian yang pertama, seperti kisah Maryam dalam surah Maryam. • 3. Kisah pendek, iaitu kisah yang jumlahnya kurang dari 10 ayat, seperti kisah nabi Hud dan Nabi Luth dalam surat al-A’raf.
Jenis Kisah Dalam Al-Quran Dari sisi jenis, kisah-kisah al-Quran dapat dibagi menjadi tiga bahagian, iaitu: • 1. Kisah sejarah (al-Qishash al-Tarikhiyah), yakni kisah yang berkisar tentang tokoh sejarah, seperti para nabi dan rasul.
• 2. Kisah sejarah (al-Qishash al-Tamtsiliyyah atau lakonan), yakni kisah yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menerangkan dan menjelaskan suatu pengertian. Peristiwa itu tidak benar-benar terjadi, tetapi hanya perkiraan dan khayalan semata. • 3. Kisah asatir, kisah yang didasarkan atas suatu asatir. Pada umumnya, kisah semacam ini bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan ilmiyah atau menafsirkan gejala-gejala yang ada, atau menghuraikan sesuatu persoalan yang sukar diterima akal.
Tujuan Kisah-Kisah dalam al-Qur’an • Kisah-kisah sebagai subsistem dari al-Qur’an berkaitan dengan sub lainnya. • Ini bererti bahwa kisah-kisah tidak terlepas dari tema-tema pokok yang dikandung al-Qur’an yang berupa ajaran Tuhan, manusia, dan alam semesta, serta hubungan manusia sebagai individu dengan semuanya itu.
• Banyak tujuan atau fungsi yang terdapat dalam Qashash (kisah) al-Qur’an sebagaimana yang diutarakan Manna al-Qatthan, diantaranya: • 1. Menjelaskan Prinsip-prinsip dakwah dan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh setiap Nabi. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam surat alAnbiya’ (21) ayat 25:
• Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
• 2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman melalui datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya. Tujuan ini tercantum dalam al-Qur’an surat Hud ayat 120:
Dan semua kisah yang rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad) agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan didalamnya telah diberikan kepadamu segala kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
• 3. Membenarkan Nabi-Nabi terdahulu dan mengingatkan kembali jejak-jejak mereka. • 4. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
• 5. Membuktikan kekeliruan Ahli Kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk. Disamping itu, kisah-kisah itu memperlihatkan isi kitab suci mereka sesungguhnya, sebelum diubah dan direduksi, sebagaimana dalam firman Allah pada surat Al-Imran ayat 93:
Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah (Muhammad), “Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.”
• 6. Kisah merupakan salah satu bentuk sastera yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Yusuf ayat 111:
• Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orangorang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuatbuat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Rumusan • Ringkasnya, kisah dalam al-Qur’an diungkapkan Tuhan sebagai pelajaran, peringatan, janji, dan ancaman.Oleh karena itulah, dalam berkisah tentang masa yang lalu, al-Qur’an selalu mewarnainya dengan nasihat, bimbingan, peringatan, dan ancaman. • Abd. al-Karim al-Khatib menyimpulkan bahwa yang menjadi pusat tujuan dari kisah al-Qur’an adalah ajakan kepada ajaran Allah.
• Sedangkan Muhammad Quthub memandang kisah al-Qur’an yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw sebagai alat pendidikan dan pembimbingan.