MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 53-63 PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN MESIN TETAS PADA PEMBIBITAN TERNAK AYAM BURAS (Kasus di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) SUDRAJAT Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap penggunaan mesin tetas pada pembibitan ternak ayam buras. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani ternak ayam buras menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas/instansi yang terkait dengan penelitian. Penentuan responden dilakukan secara sensus terhadap seluruh anggota Kelompok Tani Makmur, yaitu sebanyak 43 orang yang menjadi peserta pelatihan aplikasi teknologi reproduksi ternak ayam buras yang diselenggarakan LPPM Universitas Galuh di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Persepsi petani terhadap penggunaan mesin tetas pada pembibitan ternak ayam buras dilihat dari indikator sifat inovasi yaitu relative advantage, compatibility, complexity, triability, dan observability. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rataan skor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap penggunaan mesin tetas pada pembibitan ternak ayam buras termasuk kedalam kategori cukup baik. Dengan demikian teknologi mesin tetas tersebut dapat diterima dan berpeluang untuk diadopsi oleh para petani ternak ayam buras. Kata kunci : persepsi, mesin tetas, ayam buras Abstract This study aims to determine the perception of farmers on the use of the incubator in domestic poultry breeding. The data used in this study consisted of primary data and secondary data. The primary data obtained through interviews with domestic poultry livestock farmers use pre-prepared questionnaires, while secondary data obtained from the offices/institutions associated with the research. Respondent conducted a census of all members of the Prosperous Farmers Group, as many as 43 people who participated in the livestock reproductive technology application training organized domestic poultry in the village LPPM Galuh University in Utama Village, District of Cijeungjing District, Ciamis Regency. Perception of farmers on the use of the incubator in domestic poultry breeding nature of the innovation seen from the indicators are relative advantage, compatibility, complexity, triability, and observability. Data analysis was performed using analysis of the average score. The results showed that the perception of farmers on the use of the incubator in domestic poultry breeding included into the category quite well. Thus the technology incubator is unacceptable and likely to be adopted by livestock farmers freerange chicken. Keywords: Perception, Incubator, domestic poultry
53
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Mesin Tetas Pada Pembibitan Ternak Ayam Buras (Kasus di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) SUDRAJAT melalui
PENDAHULUAN Kebutuhan konsumsi
masyarakat
daging
dan
telur
pemanfaatan
teknologi
akan
reproduksi, baik melalui
terus
kuantitatif
pendekatan
(peningkatan
mengalami peningkatan seiring dengan
maupun
pertumbuhan
terus
produktivitas per unit ternak (Sumaryadi,
meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu,
dkk, 2010). Sejalan dengan hal tersebut,
meningkatnya
Hafez
penduduk
yang
permintaan
masyarakat
pendekatan
populasi)
(1993)
kualitatif
menyatakan
atau
bahwa
terhadap daging dan telur, juga didorong
penerapan teknologi reproduksi sangat
oleh meningkatnya kesadaran masyarakat
penting peranannya dalam meningkatkan
akan kebutuhan makanan bergizi.
produksi dan produktivitas ternak.
Salah
satu
dapat
Aplikasi teknologi reproduksi yang
dilakukan untuk memenuhi permintaan
bisa diterapkan pada usahatani ternak
daging
dengan
ayam buras yaitu dengan memperpendek
pengembangan intensifikasi ayam buras
siklus reproduksi melalui penggunaan
(usaha agribisnis ayam buras), karena
mesin penetas telur. Pramudyati (2009)
ayam buras tersebar luas di setiap
menyatakan, bahwa mesin penetas telur
pedesaan dan masyarakat sudah terbiasa
adalah
memeliharanya, selain relatif mudah dan
menggantikan
tidak membutuhkan modal besar, juga
mengerami,
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
diciptakan sesuai kondisi induk yang
mampu memanfaatkan limbah, serta tidak
sedang mengerami telur.
dan
upaya
telur
yang
yaitu
mengganggu lahan usahatani lainnya (Pramudyati, 2009).
alat
yang
untuk
yang
sedang
alat
tersebut
induk sehingga
Teknologi
Namun demikian
berfungsi
menggunakan
penetasan mesin
telur
tetas
telah
petani yang mengusahakan ayam buras
didifusikan ke kelompok tani ternak
secara
terbatas
ayam buras yang tersebar di wilayah
Hal tersebut disebabkan
Kabupaten Ciamis, termasuk di Desa
ketersediaan bibit siap telur untuk usaha
Utama Kecamatan Cijeungjing, namun
peternakan ayam buras petelur dan DOC
demikian belum diketahui bagaimana
untuk usaha peternakan ayam buras
persepsi
pedaging relatif masih sulit didapat.
tersebut.
komersial
jumlahnya.
masih
petani
terhadap
teknologi
Terobosan yang diperlukan untuk
Untuk mengetahui persepsi petani
mengatasi masalah tersebut diantaranya
terhadap penggunaan mesin tetas pada pembibitan ternak ayam buras dapat diukur 54
MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 53-63 berdasarkan
karakteristik
teknologi
atau
mempengaruhi
proses
pembentukan
inovasi tersebut. Ada lima ciri inovasi yang
persepsi yaitu faktor struktural dan faktor
dapat digunakan sebagai indikator dalam
fungsional.
mengukur
semata-mata
persepsi
antara
lain
:
1)
Keuntungan relatif (relative advantages), 2)
ditimbulkannya
(complexity), 4) Kemungkinan untuk dicoba dan
5)
Mudah
dari
struktural sifat
berasal
rangsangan
(stimuli) fisik dan efek-efek syaraf yang
Kesesuaian (compatibility), 3) Kerumitan
(triability),
Faktor
pada
system
syaraf
individu. Itu berarti secara struktural
diamati
persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk
(observability).
rangsangan yang diterima.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
Sedangkan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
persepsi petani terhadap penggunaan
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain
mesin tetas pada pembibitan ternak ayam
yang termasuk ke dalam faktor pribadi,
buras
jadi yang menentukan persepsi secara
di
Desa
Utama
Kecamatan
fungsional ialah karakteristik orang yang
Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
memberi respon terhadap rangsangan tersebut (Rakhmat, 2004).
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Walgito (2004) untuk
Persepsi Persepsi adalah kemampuan untuk
mengadakan persepsi ada beberapa faktor
melihat, mendengar, atau mengetahui
yang berperan yang merupakan syarat
sesuatu
agar terjadi persepsi yaitu :
melalui
indera
(Oxford
1) Objek yang dipersepsi
Dictionaries, 2013). Persepsi adalah proses bagaimana
stimuli–stimuli
diorganisasikan
dan
diseleksi,
Objek menimbulkan stimulus yang
diinterpretasikan
mengenai alat indera atau reseptor.
itu
(Solomon dalam Sutisna, 1999). Menurut
Stimulus
Mulyana
merupakan
individu yang mempersepsi, tetapi
proses yang memungkinkan suatu organisme
juga dapat datang dari dalam individu
menerima dan menganalisis informasi.
yang bersangkutan yang langsung
(2001),
persepsi
Persepsi menyangkut kognisi yang
mencakup
kegiatan
mental
yang
dating
dari
luar
mengenai syaraf penerima yang bkerja
(otak),
sebagai reseptor.
penafsiran objek, tanda, orang serta pengalaman
dapat
2) Alat indera, syaraf dan pusat susunan
bersangkutan
syaraf
(Mulyana, 2004). Ada dua faktor yang
55
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Mesin Tetas Pada Pembibitan Ternak Ayam Buras (Kasus di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) SUDRAJAT Alat indera atau reseptor merupakan
mental, suasana emosional, dan latar
alat
belakang budaya terhadap persepsi.
untuk
menerima
stimulus.
Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris
sebagai
alat
2) Medan perseptual dan kognitif selalu
untuk
diorganisasikan dan diberi arti.
meneruskan stimulus yang diterima
Seseorang
dari reseptor ke pusat susunan syaraf,
stimuli dengan melihat konteksnya,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
walaupun stimuli yang diterima itu
Sebagai alat untuk mengadakan respon
tidak
diperlukan syaraf motoris.
mengisinya
3) Perhatian Untuk
mengorganisasikan
lengkap,
seseorang
dengan
akan
interprestasi
yang konsisten dengan rangkaian menyadari
mengadakan
alat
persepsi
untuk
stimuli yang dipersepsikan.
diperlukan
3) Sifat-sifat perseptual dan kognitif
adanya perhatian, yaitu merupakan
dari substruktual ditentukan pada
langkah
umumnya oleh sifat-sifat struktur
pertama
sebagai
suatu
persiapan dalam rangka mengadakan
secara keseluruhan.
persepsi.
dianggap sebagai anggota kelompok,
Perhatian
pemusatan
atau
merupakan
konsenstrasi
seluruh
aktivitas
kepada
sesuatu
yang atau
dari
Jika individu
semua sifat individu yang berkaitan
ditujukan
dengan
sekumpulan
sifat
dipengaruhi
objek.
kelompok oleh
akan
keanggotaan
kelompoknya, dengan efek yang
Krech dan Crutfield (1977) dalam Rakhmat (2003)
berupa asimilasi atau kontras.
merumuskan empat
4) Objek
atau
peristiwa
yang
dalil tentang persepsi sebagai berikut :
berdekatan dalam ruang dan waktu
1) Persepsi
secara
atau menyerupai satu sama lain,
fungsional, dalil ini berarti bahwa
cenderung ditanggapi sebagai bagian
objek-objek yang mendapat tekanan
dari struktur yang sama.
bersifat
selektif
dalam persepsi kita biasanya objekobjek
yang
memenuhi
Adesina
tujuan
menyatakan
and
Zinnah
(1993)
bahwa
persepsi
adopter
individu yang melakukan persepsi.
terhadap
Mereka
memberikan
contoh
mempengaruhi proses adopsi inovasi
pengaruh
kebutuhan,
kesiapan
teknologi yang diusulkan. Jika persepsi
56
inovasi
teknologi
MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 53-63 5) Mudah diamati (observability), adalah
adopter positif, maka inovasi teknologi
suatu tingkat di mana hasil-hasil suatu
tersebut cenderung lebih cepat diadopsi. Ada lima ciri inovasi yang dapat
inovasi dapat dengan mudah dilihat
digunakan sebagai indikator dalam mengukur
orang lain, sehingga akan mempercepat
persepsi antara lain (Wahyuni, 2002) :
proses adopsinya.
1) Keuntungan
relatif
(relative
pengadopsi lainnya tidak perlu lagi
advantages),
adalah
merupakan
menjalani
Jadi calon-calon
tahap-tahap
percobaan,
melainkan dapat terus ke tahap adopsi.
tingkatan di mana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada
Mesin Penetas
ide-ide yang ada sebelumnya dan secara ekonomis menguntungkan.
2) Kesesuaian
Mesin tetas merupakan sebuah peti atau
(compatibility),
lemari
adalah
dengan
konstruksi
yang
dibuat
sejauh mana suatu inovasi dianggap
sedemikian rupa sehingga panas didalam
konsisten dengan nilai-nilai yang ada ,
tidak
pengalaman masa lalu dan kebutuhan
peti/lemari/box dapat diatur sesuai ukuran
adopter (penerima). Oleh karena itu,
derajat
inovasi yang tidak kompatibel dengan
periode penetasan. Prinsip kerja penetasan
ciri-ciri sistem sosial yang menonjol
telur dengan mesin tetas ini sama dengan
akan tidak diadopsi secepat ide yang
induk unggas (Farry, 2011).
kompatibel.
penetasan telur dengan menggunakan
terbuang.
panas
yang
Suhu
di
dibutuhkan
dalam
selama
Prinsip
3) Kerumitan (complexity), adalah suatu
mesin tetas (incubator) adalah sama
tingkat di mana suatu inovasi dianggap
dengan penetasan menggunakan induk,
relatif
hanya berbeda pada jumlah telur yang
sulit
untuk
dimengerti
dan
digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan
digunakan,
akan
ditetaskan. Semakin besar incubator yang
merupakan
digunakan, semakin besar pula jumlah
hambatan bagi proses kecepatan adopsi
telur yang dapat ditetaskan (Sumantri,
inovasi.
2000).
4) Kemungkinan untuk dicoba (triability), adalah suatu tingkat di mana suatu
Nafiu, dkk. (2014) menyatakan,
inovasi dapat dicoba dalam skala kecil.
bahwa mesin tetas berfungsi sebagai
Ide baru yang dapat dicoba dalam skala
pengganti induk dalam penetasan telur
yang lebih kecil biasanya diadopsi lebih
untuk
cepat daripada inovasi yang tidak dapat
Keunggulan penerapan teknologi mesin
dicoba lebih dulu.
tetas
menghasilkan
adalah
anak
menghilangkan
ayam.
periode
mengeram pada induk, sehingga induk 57
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Mesin Tetas Pada Pembibitan Ternak Ayam Buras (Kasus di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) SUDRAJAT lebih produktif dan mampu menghasilkan
Data
yang
digunakan
dalam
telur lebih banyak selama hidupnya.
penelitian ini terdiri atas data primer dan
Selain itu anak ayam dapat diproduksi
data sekunder.
dalam jumlah yang banyak pada waktu
melalui wawancara langsung dengan
yang bersamaan dan kapasitas penetasan
petani ternak ayam buras menggunakan
dapat diperbanyak sesuai dengan jumlah
kuesioner
telur tetas yang siap ditetaskan.
sebelumnya, sedangkan data sekunder
Pada
prinsipnya
penetasan
telur
yang
perkembangan
sesuai
embrio
(calon
yang
telah
dipersiapkan
diperoleh dari dinas/instansi yang terkait
dengan mesin tetas adalah menyediakan lingkungan
Data primer diperoleh
dengan penelitian.
untuk
Definisi operasional dari variabel-
anak),
variabel yang diteliti adalah sebagai
yakni meniru sifat-sifat alamiah induk
berikut :
ayam atau itik yang mengerami telur,
- Persepsi petani terhadap penggunaan
yaitu menyesuaikan suhu, kelembaban,
mesi
dan
pernyataan
membalik
(Subiharta
telur
dan
yang
dierami
Yuwana,
2012).
tetas
pembibitan
jumlah
meliputi
dalam
jumlah
ratusan
penilaian
responden
digunakannya
Penetasan buatan mampu menetaskan telur
adalah
mesin ayam
:
dan
tentang tetas
buras,
relative
pada yang
advantage,
bahkan ribuan butir, tergantung kapasitas
compatibility, complexity, triability,
tampung mesin tetas (Kartasudjana, 2001).
dan observability. 1) Relative advantage adalah tingkatan dimana penggunaan mesin tetas pada
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Utama
Kecamatan
pembibitan ayam buras dianggap lebih
Cijeungjing
baik dibandingkan sistem pengelolaan
Kabupaten Ciamis dengan menggunakan
reproduksi sebelumnya
metode
ekonomis menguntungkan, penialain
survai.
Penarikan
sampel
dilakukan secara sensus terhadap seluruh
dan secara
dengan sistem skoring.
anggota Kelompok Tani Makmur, yaitu
2) Compatibility adalah sejauh mana
sebanyak 43 orang yang mengikuti
penggunaan
pelatihan aplikasi teknologi reproduksi
pembibitan
ternak ayam buras yang diselenggarakan
konsisten dengan nilai-nilai yang ada,
LPPM Universitas Galuh.
pengalaman masa lalu, dan kebutuhan
58
mesin ayam
tetas
buras
pada
dianggap
MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 53-63 petani,
penilaian
dengan
sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN
skoring.
Karakteristik Petani
3) Complexity adalah tingkat di mana penggunaan
mesin
pembibitan
buras
pada
dalam penelitian ini meliputi : umur,
dianggap
pendidikan,
tanggungan
mudah diterapkan, penilaian dengan
pengalaman
berusahatani,
sistem skoring.
usaha.
4) Triability
ayam
tetas
Karakteristik petani yang diamati
adalah
penggunaan
tingkat
mesin
dimana
tetas
keluarga, dan
skala
Umur
pada
Umur para petani ternak ayam buras
pembibitan ayam buras dapat dicoba
di Kelompok Tani Makmur berkisar
dengan skala kecil sehingga akan
antara 23 sampai dengan 59 tahun. Hal
memperkecil
tersebut menunjukkan bahwa para petani
resiko
bagi
petani,
penilaian dengan sistem skoring.
berada pada usia produktif.
5) Observability, adalah tingkat dimana penggunaan pembibitan mudah
mesin ayam
dilihat,
tetas buras
Wirosuhardjo (2004) bahwa kategori usia
pada
produktif yaitu antara 15 sampai dengan
hasilnya
penilaian
64 tahun.
dengan Pendidikan
sistem skoring.
Sebagian besar petani ternak ayam
Data yang dikumpulkan dinalisis menggunakan kemudian
total
dikelompokkan
Menurut
analisis nilai
rataan yang
berdasarkan
buras di Kelompok Tani Makmur tingkat
skor,
pendidikannya relatif cukup baik, karena
didapat
di atas rata-rata tingkat pendidikan para
rentang
petani di Indonesia pada umumnya.
skala (Vredenbregt, 1987) sebagaimana
Tanggungan Keluarga
dapat dilihat pada Tabel 1.
Jumlah tanggungan keluarga para petani ternak ayam buras di Kelompok
Tabel 1. Kategori Persepsi Berdasarkan Rentang Skala No
Rentang Skala (%)
Kategori
1.
0,00 – 33,33
Tidak Baik
2.
33,34 – 66,67
Cukup Baik
3.
66,68 – 100,00
Baik
Tani Makmur sebagian besar
yaitu
sebanyak 38 orang (88,37 %) mempunyai tanggungan keluarga kurang dari 1-3 orang, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 5
orang
(11,63
%)
mempunyai
tanggungan keluarga sebanyak 4 orang.
59
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Mesin Tetas Pada Pembibitan Ternak Ayam Buras (Kasus di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) SUDRAJAT tergolong ke dalam kelompok skala kecil,
Pengalaman Berusahatani Sebagian besar petani ternak ayam
karena jumlah kepemilikan bibit ternak
buras di Kelompok Tani Makmur yaitu
ayam buras yang diusahakannya kurang
sebanyak 32 orang atau 74,42 persen
dari 50 ekor.
pengalaman berusahataninya cukup lama,
Namun demikian, karena usahanya
karena sudah lebih dari 10 tahun. Pengalaman
diarahkan kepada pembibitan dan mereka
berusahatani
akan
mengusahakannya secara berkelompok,
untuk
sehingga kehadiran teknologi mesin tetas
melakukan suatu kegiatan usaha ke arah
sangat dibutuhkan dan memungkinkan
yang lebih efisien, artinya semakin lama
untuk diterapkan,
pengalaman
petani terhadap terknologi tersebut cukup
mempengaruhi
seseorang
yang
dimilikinya
akan
membuat seseorang lebih terampil dan
sehingga persepsi
baik.
efisien dalam menjalankan usahanya. Demikian halnya dengan para petani
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan
di Kelompok Tani Makmur, mereka
Mesin Tetas
memiliki keterampilan yang semakin
Persepsi adalah pengalaman seseorang
baik dalam berusahatani, sehingga usaha
tentang obyek, peristiwa, atau hubungan–
yang dijalankannyapun semakin efisien.
hubungan
Para petani di Kelompok Tani Makmur
menyimpulkan informasi dan menafsirkan
dalam
mengatasi
karena
itu,
persepsinya
organisasi dan interpretasi (Mulyana, 2001).
Oleh
Menurut
terhadap
usahatani
ternak
efisiensi
ayam
buras
tingkat
inovasi teknologi tersebut.
pada
Hasil
yang
bahwa
dijalankannya.
penelitian persepsi
menunjukkan,
petani
terhadap
penggunaan mesin tetas pada pembibitan
Skala Usaha Kegiatan usahatani
(1983),
persepsi adopter tentang karakteristik
setelah mengetahui teknologi tersebut meningkatkan
Rogers
adopsi dari suatu inovasi tergantung pada
penggunaan mesin tetas cukup baik,
dapat
dengan
rangkaian tiga jenis proses yaitu : seleksi,
berbagai
permasalahan yang dihadapinya.
diperoleh
pesan (Rahmat, 2004). Persepsi merupakan
juga semakin memiliki kemampuan yang baik
yang
ternak ayam
ternak
ayam buras, yang meliputi
persepsi
terhadap
keuntungan
relatif
buras yang dijalankan para petani di
(relative advantage), tingkat kesesuaian
Kelompok Tani Makmur skala usahanya
(compatibility),
60
tingkat
kerumitan
MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 53-63 (complexity), tingkat kemudahan dapat
sesuai dengan kebutuhan, tidak rumit
dicoba
(sederhana), mudah untuk dicoba dan
(triability),
kemudahan
untuk
(observability)
dan
tingkat
dilihat
hasilnya
termasuk
diterapkan, serta mudah dilihat hasilnya.
kedalam
Nilai persepsi petani terhadap tingkat
kategori cukup baik. Dengan demikian,
kesesuaian (compatibility) menunjukkan
teknologi mesin tetas tersebut dapat
nilai yang paling tinggi yaitu 66 %. Hal
diterima dan berpeluang untuk diadopsi
tersebut
oleh para petani ternak ayam buras.
deskriptif tingkat kesesuaian teknologi
Penilaian tingkat persepsi petani
menunjukkan
merupakan
faktor
bahwa
yang
secara
paling
terhadap penggunaan mesin tetas pada
mempengaruhi persepsi petani terhadap
pembibitan
penggunaan mesin tetas.
ternak
ayam
buras
di
Kelompok Tani Makmur Desa Utama Kecamatan
Cijeungjing
Bagi para petani yang mengusahakan
Kabupaten
pembibitan ternak ayam buras, teknologi
Ciamis dapat dilihat pada Tabel 2.
mesin tetas sangat dibutuhkan atau sesuai
Tabel
dengan kebutuhan petani, karena selain
2.
Penilaian Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Mesin Tetas
dan meningkatkan produktivitas juga
Tingkat Persepsi (%) 60 66 57 59 62
Persepsi Petani Relative advantage Compatibility Complexity Triability Observability
dapat memperpendek siklus reproduksi
Kategori
anak (DOC) yang dihasilkan relatif
Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik
seragam, sehingga memudahkan dalam penanganan.
Menurut
Sudaryanto
(2002), teknologi yang mampu merespon keinginan dan kebutuhan masyarakat
Berdasarkan bahwa
Tabel
persepsi
2
diketahui,
untuk mengembangkan suatu komoditas
petani
terhadap
yang spesifik lokasi, maka teknologi
penggunaan mesin tetas dilihat dari
tersebut akan berlanjut.
seluruh indikator yang merupakan ciri inovasi
menunjukkan
persepsi
yang
PENUTUP
cukup baik. Hal tersebut menunjukkan,
Persepsi petani terhadap penggunaan
bahwa teknologi mesin tetas dipandang
mesin tetas pada pembibitan ternak ayam
petani
buras termasuk kedalam kategori cukup
lebih
dibandingkan
menguntungkan teknologi
baik, sehingga teknologi mesin tetas
sebelumnya, baik dari segi keuntungan
tersebut dapat diterima dan berpeluang
ekonomis
penerapan
maupun
kelebihan
teknis, 61
Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Mesin Tetas Pada Pembibitan Ternak Ayam Buras (Kasus di Desa Utama Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) SUDRAJAT Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Rosdakarya Group. Rogers, E.M. 1983. Diffution of Innovations. The Free Press, New York. Subiharta dan Yuwana, D.M., 2012. Pengaruh penggunaan bahan tempat air dan letak telur di dalam mesin tetas yang perpemanas listrik pada penetasan itik tegal. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 1-7. Sudaryanto, dan E. Basuno. 2002. Peran Teknologi Pertanian Partisipatif dalam Meningkatkan Diversifikasi Produk Pangan Spesifik Lokasi. Monograf Analisis Kebijaksanaan: Pendekatan Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Sumantri. 2000. Teknis Penetasan Telur Semi Intensif. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Bogor : Balai Penelitian Ternak. Sumaryadi, M.Y., Saleh, D,M., Haryanto, B., Herdiansah, D., Sudradjat, dan Yasin, C.A. 2010. Kajian Aspek Reproduksi dan Estimasi Ekonomi pada Ternak Sapi yang Diinovasi Teknologi Reproduksi. Jurnal Agripet 11(1) : 1-6.. Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Vredenbregt, J. 1987. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia. Wahyuni, S. 2002. Hubungan karakteristik dan perilaku komunikasi petani dengan persepsinya terhadap inovasi teknologi alat mesin pertanian. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
untuk diadopsi oleh para petani ternak ayam buras. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan rekomendasi kegiatan, yaitu:
pelatihan
aplikasi
teknologi
reproduksi ternak ayam buras perlu dikembangkan
lebih
luas
untuk
mendorong persepsi petani ke arah yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Hafez, ESE. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Edition. Lea Febiger. Philadelphia. Jakarta. Mulyana, B. 2001. Ilmu-Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Kartasudjana, R., 2001. Penetasan Telur. Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Smkdirektorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nafiu, L.O., M. Rusdin, A.S. Aku. 2014. Daya Tetas dan Lama Menetas Telur Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas dengan Sumber Panas yang Berbeda. Jitro I (1) : 32-44. Oxford Dictionaries .2013. Perception. www.oxforddictionaries.com/[23/1 2/1013] Parry B. Paimin. 2011. Mesin Tetas. Jakarta. Swadaya. Pramudyati, Y.S. 2009. Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras. GTZ Merang Reed Pilot Project Bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan. Palembang.
62
MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(1): 53-63 Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Wirosuharjo. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
63