“Migi….!!!!!”mendadak suara seseorang membangunkanku,suara yang sangat tidak asing,suara yang paling khas,suara yang paling…,ntahlah…yang pasti aku sangat membenci suara itu,siapa lagi kalau bukan pak Maju alias dosen kalkulus yang paling menyeramkan? aku tak menjawab,hanya mengarahkan wajahku pada sipemilik suara itu. “keluaaaaaarrrr!!!!!!!!!!” kembali suara itu membuatku kesal,suara itu memang paling dahsyat kalau lagi marah…,bahkan sanggup mengalahkan suara beyonce walau sedang teriak,benar-benar membuatku kesal,dan masih tanpa menjawab aku langsung keluar dari ruangan yang kuanggap neraka itu,sepintas aku sempat mendengar beberapa mahasiswa membicarakanku,atau lebih tepatnya mengutukku,bodoh amat!!! aku benci kuliah,aku benci dosen,benci temanteman,aku benci lingkunganku,dan yang lebih parah aku benci rumahku,aku benci semuanya….bahkan aku benci diriku sendiri,hidupku kini penuh dengan kebencian,aku benci hidup dan dunia ini. ‘nikmat’ satu kata yang menggambarkan perasaanku saat ini,serasa terbang bebas tanpa masalah,kuhisap kembali batangan rokok yang berisikan rasta sahabatku,aku hanya bisa mencintai dia sekarang,tak ada yang lebih baik,dari dia,tak ada yang lebih mengerti dari dia,aku tak tau bagaimana aku tanpa
dia,yang jelas…aku butuh dia. *** Aku berdiri diatas kampus,tempat dimana aku selalu berlari saat merasa penat,tempat dimana aku bebas melakukan apa yang aku inginkan,dan yang terpenting ini adalah tempat dimana tak seorangpun bisa menggangguku,kutatap setiap sudut kampus dari tempatku berdiri,kemudian aku tersenyum,senyum kecut yang tak tau tujuannya untuk apa. “sendiri ajah?”seseorang sedang menegurku,aku tak tau ntah sejak kapan dia berdiri disampingku,aku tak menoleh,karna memang aku tak mau tau,itu suara berasal dari makhluk mana. “tempatnya lumayan,umhh…maksud gue bagus” sambungnya. aku mulai merasa terganggu dengan kehadirannya, ”siapa yang berani ganggu aku,siapa yang pernah ketempat ini selain aku,atau siapa makhluk yang menyebalkan ini?”aku hanya bertanya dalam hati. “oh ya,gue vino…,gue mahasiswa pindahan dari Jakarta” dia mengulurkan tangannya berharap aku membalasnya,tapi aku hanya menatapnya sinis,tak ada suara yang keluar dari bibirku,dia terdiam,mungkin memikirkan sesuatu. “gue ganggu lo ya?” tanyanya sedikit merasa bersalah. “ia…,ganggu banget,mending kamu pergi deh,aku gak tertarik kenal sama kamu”jawabku lantang. “sebenarnya gue kesini tujuannya bukan mau kenalan 2
sama lo,kebetulan aja ketemu lo disini,ya gue ajak kenalan..,kalau gak mau yaudah”dia ikut-ikutan lantang menjawabku. “yaudah,kamu tinggalin aku sekarang…!!!”suaraku semakin keras menunjukkan aku sedang kesal,dia malah cuek pura-pura gak dengar suaraku. ntah apa yang dilakukannya,menarik sebuah pena dan selembar kertas lalu menulis sesuatu,kemarahanku semakin besar saja,tanganku tak sabar ingin menghajarnya,tapi tiba-tiba dia menyerahkan lembaran kertas yang telah ditulisnya itu barusan. ‘lo jelek kalau lagi marah’ aku membacanya,tulisan itu tak mempengaruhi emosiku,tiba-tiba tangan kananku melayang kepipinya,sebuah tinju mendarat diwajahnya,lalu aku pergi meninggalkannya,dia terdiam. *** Dari kejauhan aku melihat laki-laki bodoh tadi berada diantara beberapa perempuan yang cukup terkenal dikampus,tapi walau begitu sebenarnya aku tak peduli dan tak tau satu persatu nama mereka,kalau tidak salah mereka adalah kakak senior tingkat tiga,aku dapat mengingat itu karena salah satu dari mereka adalah bagian dari senat yang turut mengospekku dizaman MPK(Masa Pengenalan Kampus) dulu,dia adalah perempuan yang hampir dikagumi seluruh laki-laki penghuni kampus ini,tapi kalau tidak salah dia selalu menolak setiap laki-laki yang menawarkan jadi pacarnya. 3
“hei…”laki-laki bodoh itu menyapaku dengan senyumnya saat dengan terpaksa aku harus melewati mereka,aku tak menjawab sapaan yang menurutku tidak penting,perempuan-perempuan lainnya itu menatapku sinis,aku tak peduli,aku meninggalkan mereka. *** Aku kembali kerumah tanpa memikirkan mata kuliah berikutnya,seingatku masih ada dua mata kuliah lagi setelah mata kuliah yang kutinggalkan tadi,tapi aku kurang tau ntah itu mata kuliah apa,siapa yang peduli?toh aku kuliah bukan karna inginku,bahkan aku masih dikampus itu karna keberadaan papa yang sekarang,ntah apa yang dilakukannya sehingga pihak kampus masih mau bersabar mempertahankan kelakuanku yang seperti ini. rumah kosong,seperti biasa tak seorangpun kutemui disini,papa pasti lagi dikantor,dan tante dita sudah pulang kerumahnya.dia memang selalu begitu,setelah pekerjaan dirumah selesai main pergi ajah,memang dia sudah menjelaskan berkali-kali,dia tidak bisa menginap dirumah,karna dia juga punya keluarga,punya suami yang mencintainya dan anakanak yang dia cintai,dia pembantu dirumah ini,tapi aku lebih memilih memanggilnya tante daripada bibi,karna kasih sayangnya yang aku terima sejak aku kecil sampai sekarang,dia bahkan lebih dekat denganku daripada papa,apalagi sejak kepergian kak tara,aku hanya memiliki dia,kadang aku berfikir 4
kenapa aku bukan jadi keluarganya saja,atau kenapa dia tak menjadi keluargaku saja,ah…sama saja,walau sederhana…tapi mereka bahagia. Aku duduk didepan photo yang berdiri tegak diatas meja didalam kamarku,photoku saat bersama kak tara dizaman SMA dulu,photo dimana kami belum mengenal masalah,photo dimana kami masih berfikir bahwa kami adalah anak beruntung yang memiliki keluarga bahagia,aku tersenyum melihat photo itu,lalu kuambil gitar mungilku yg setia menemani,memeluknya,coba ciptakan melodi yang indah,tapi gagal…tak ada melodi indah terdengar,malah airmataku mengalir,teringat kembali cerita pahit yang dialami kak tara,teringat saat dia mengumpulkan keberaniannya untuk cerita padaku tentang masalah pribadinya,dengan sedikit ketakutan dia bilang ke aku,kalau dia sedang hamil. aku benar-benar terkejut mendengarnya,sedikit tak percaya,kakakku tara yang selalu mengajarku bagaimana menjaga diri sebagai wanita,bagimana menghormati diri sendiri dan menjaga nama baik keluarga,sekarang dia malah ngasih kabar kalau dia hamil diluar nikah,aku marah,aku marah besar saat itu. “aku kecewa sama kak tara…,aku kira kakak cewe baik-baik…,ternyata…” satu kalimat yang kucuapkan saat itu,dia pasti sangat terluka,disaat dia butuh tempat untuk cerita aku malah memakinya,bahkan tak kuberi dia kesempatan untuk cerita segala yang 5
mendesak dihatinya,adik seperti apa aku ini?aku malah hilang saat kakakku membutuhkanku.rasa bersalah itu masih sering menghantuiku walau akhirnya aku minta maaf dan meminta kak tara untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,ternyata semua karna papa,hari itu kak tara pergi kekantor papa dengan niat meminta uang kuliahnya yang saat itu masih duduk dismester enam,tapi kakak malah menyaksikan perselingkuhan papa dengan sekretarisnya,kakak sangat marah pada saat itu,tapi papa malah ikut-ikutan marah dan membiarkan kak tara mengetahui semuanya,alasan papa tak sanggup lagi menunggu mama yang sekarang masih tinggal di Rumah sakit jiwa,kesadaran mama terganggu sejak kecelakaan dulu,aku tak lagi begitu mengerti kejadian itu,waktu itu kamu masih SMP,kecelakaan mobil merengut kesadaran mama,membuat ingatan mama perlahan-lahan hilang dan berlaku layaknya orang sakit jiwa,atau bahasa banyak orang mengatakan mama gila,hal itu sangat membuat keluarga kami terpukul,tapi kami sangat menyayangi mama,kami merawat mama dengan penuh cinta layaknya dia tidak sakit apa-apa,kami sudah berusaha membawa mama berobat kedokter-dokter hebat,bahkan aku sempat ingat papa pernah membawa mama berobat keluar negri,segala cara sudah dilakukan untuk kesembuhan mama,sampai pada akhirnya papa memutuskan untuk memasukkan
6
mama kerumah sakit jiwa.
7