Midwifery Journal Januari - Juni 2016
Volume 5 No.1
DAFTAR ISI Hubungan Rasa Percaya Diri Dan Motivasi Berprestasi Dengan Mutu Hasil Belajar Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Fahmi Said ................................................................................................................. 1 Perbedaan Ph Saliva Antara Sebelum Dan Sesudah Mengkonsumsi Minuman Ringan (studi Pada Siswa Kelas Ii Dan Iii Madrasah Ibtidaiyah Zam-zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014) 1 2 3 Ida Rahmawati , Fahmi Said , Sri Hidayati ................................................................ 8 Hubungan Perawatan Payudarasecara Dini Pada Trimester Iii Dengan Kelancaran Pemberian Asi (studi Kasus Di Rumah Bersalin Hikmah -tambakagung – Puri - Mojokerto) Nunuk Nurhayati1 ..................................................................................................... 14 Pengaruh Senam Paud Ceria Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun Di Paud Tarbiyatush Shibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto Zulfa Rufaida ............................................................................................................. 20 Hubungan Antara Kepuasan Pelayanan Pada Ibu Nifas Dengan Kunjungan Nifas ( Di Bps Hj. Satiyem Bashori, Amd.keb, Sst Surabaya) Mega Fahmanita ........................................................................................................ 28
i
HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MUTU HASIL BELAJAR MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN PROGRAM STUDI KESEHATAN GIGI BANJARMASIN Fahmi Said Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin email:
[email protected] ABSTRAK Salah satu mutu hasil belajar ditentukan oleh input calon mahasiswa, sehingga pada saat penerimaan, calon mahasiswa tidak hanya dilakukan tes kemampuan akademik saja tetapi perlu ditunjang oleh potensi lain seperti rasa percaya diri dan motivasi berprestasi. Apabila seseorang memiliki perasaan tidak mampu dan kurang percaya diri akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar, hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar dan hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin pada Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasional.Data diperoleh dari 102 orang mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi.Pengumpulan data dilakukan dengan angket kemudian dianalisis dengan tehnik analisis korelasi sederhana dan regresi ganda. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rasa percaya diri, motivasi berprestasi dan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin tinggi. Selanjutnya terdapat hubungan positif dan signifikan antara rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar (p value = 0,006), terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar (p value = 0,006). Dari penelitian ini ditemukan pula hubungan rasa percaya diri dan motivasi berprestasi terhadap mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin sebesar 11,6 % yang berarti masih ada 88,4 % pengaruh unsur-unsur lain yang mempengaruhi mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar. Kata-kata kunci : rasa percaya diri, motivasi berprestasi, mutu hasil belajar ABSTRACT This research aim was to know relation of self confidence with. Quality result of learning, relation of motivation of achievement with quality result of learning and relation of self confidence and motivation of achievement with quality result of learning to the students of Dental Nurses Program Study Polytechnic of Health Banjarmasin. This research used research device correlation. The data obtained from 102 students of dental nurses program study. Data collected with technique analyse correlation and multiple regression. Result of the research showed that self confidence learning the students of dental nurses program study was high. The was positive and significant relation of self confidence relation of self confidence with quality result of learning, motivation of achievement with quality result of learning (p value = 0,006). There was also relation which are positive and significant about self confidence and motivation of achievement to quality result of learning. From this research is found correlation of self confidence and motivation of achievement to quality result of learning to the students of dental nurses program study about 11,6 % which are meant there are still 88,4 % influence the quality result of learning the students of dental nurses program study Banjarmasin. Key word : self confidence, motivation of achievement, quality result of learning
1
PENDAHULUAN Menghadapi era globalisasi ini, di dalam segala segi kehidupan, baik dilingkungan pendidikan maupun bidang lainnnya terjadi persaingan yang kuat dan ketat antara para peminatnya, tuntutan persyaratan untuk memasuki jenjang pendidikan semakin banyak.Demikian pula untuk memasuki suatu lapangan pekerjaan dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Diberbagai jenjang pendidikan ditemui masalah yang cukup pelik, sehingga perlu dicari upaya untuk mengatasinya. Di berbagai mass media menulis artikel, termasuk dalam siaran TV, permasalahan pendidikan berkisar pada masalah dana, kurikulum, metode mengajar, prestasi belajar, mutu lulusan dan masih banyak lagi masalah yang lainnya, selanjutnya berbagai sistem dan metode mengajar yang baru diterapkan guna meningkatkan efektivitas usaha meningkatkan mutu lulusan dan mencegah terjadinya mahasiswa putus sekolah dan akan menjadi pengangguran terdidik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan manusia yang berkualitas di bidang pendidikan adalah dengan melihat mutu hasil belajar. Mutu hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor.Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan studi seseorang, yaitu inteligensia, kepribadian, motivasi, lingkungan keluarga, lingkungan teman dan lain-lain1. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar dapat diketahui melalui perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya kreasi, daya penerimaan, dan aspek-aspek lain dalam diri individu. Aktivitas belajar siswa selama periode tertentu akan menetukan apakah siswa mengerti, memahami dan menguasai apa yang telah diperoleh disekolah. Ukuran keberhasilan seseorang dalam melakukan aktivitas belajar akan menentukan bagaimana pendidikan yang diperolehnya. Melalaui proses belajar di sekolah diharapkan siswa memperoleh suatu prestasi belajar yang merupakan salah satu persyaratan mutu hasil belajar, sehingga dapat bersaing dalam mendapatkan lapangan pekerjaan sesuai
2
dengan kompetensi yang dimiliki. Selanjutnya salah satu mutu hasil belajar juga ditentukan oleh input calon mahasiswa, sehingga pada saat penerimaan calon mahasiswa tidak hanya dilakukan tes kemampuan akademik saja, tapi perlu ditunjang oleh potensi lain seperti rasa percaya diri dan motivasi berprestasi2. Apabila seseorang memilki perasaan tidak mampu dan kurang percaya pada diri akan mempengaruhi prestasi belajar2. Jadi tanpa adanya rasa percaya diri, mahasiswa sulit mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Karena alasan itulah maka dalam penelitian ini penulis mencoba akan mengungkap apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dan rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini akan dilakukan di Politeknik Kesehatan Banjarmasin pada Program Studi Kesehatan Gigi , hal ini didukung oleh kesesuian pekerjaan yang diberikan kepada penulis sebagai dosen dan pada bagian evaluasi, juga mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga. METODELOGI PENELITIAN Berdasarkan inti penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu kegiatan penelitian yang berusaha untuk memperoleh dan menggunakan data yang bersifat kuantitatif yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen berupa angket, kesimpulan diambil berdasarkan sampel dan populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dengan menggunakan tehnik proporsional stratified random sampling, karena teknik ini dilakukan untuk semua anggota populasi yang homogen dan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang 13 ada dalam anggota populasi itu . Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi tingkat I, II dan III.melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan data mahasiswa angkatan I, II dan III, lalu menentukan mahasiswa yang akan diteliti sebanyak 136 orang.
Intrumen dalam penelitian ini adalah berupa angket yang disebarkan kepada seluruh responden yaitu mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Analisa data untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara rasa percaya diri, motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar secara bersamaan digunakan teknik korelasi ganda, maka harus dihitung terlebih dahulu korelasi sederhana. Data primer diperoleh dari angket yang disebarkan kepada mahasiswa berupa rasa percaya diri, motivasi belajar dan mutu lulusan.Sedangkan data sekunder berasal dari jumlah mahasiswa di tempat penelitian.Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel rasa percaya diri (X1) dan motivasi berprestasi (X2). Variabel terikat yaitu mutu lulusan (Y). HASIL PENELITIAN Tabel 1.Distribusi Frekuensi dan Prosentase Tingkat Kepercayaan Diri, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belaja Variabel
Sengat tinggi
Rasa Percaya diri
15
Tingkat Tinggi Sedang 72
Prestasi belajar
30
30
Correlations Rasa Mutu Hasil Percaya Diri Belajar Rasa Percaya Diri
Pearson Correlations Sig. (2-tailed) N
1.000 100
269** .006 100
Mutu Hasil Belajar
Pearson Correlations Sig. (2-talled) N
269** .006 100
1.000 100
Correlations is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil data diperoleh nilai r = 0,269 dan angka Sig=0,006. Oleh karena angka Sig=0,006 < dari 0,05 maka Ho dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin diterima. Tabel 3. Hubungan Parsial Motivasi Berprestasi Dengan Mutu Hasil Belajar Correlations Motivasi Berprestasi
Mutu Hasil Belajar
Motivasi Berprestasi Pearson Correlations Sig. (2-tailed) N
1.000 102
273** .006 102
Mutu Hasil Belajar
272** .006 102
1.000 102
Jumlah
-
102
-
100 %
Correlations is significant at the 0.01 level (2-tailed).
9
-
102
8,82 %
-
100 %
28
16
102
Hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. Hasil data diperoleh nilai r = 0,273 dan angka Sig=0,006. Oleh karena angka Sig=0,006 < dari 0,05 maka Ho dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berpestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin diterima.
15
29,41 % 29,41 % 25,49 % 15,68 %
100 % 102
JUMLAH
Tabel 2. Hubungan Parsial Percaya Diri Dengan Mutu Hasil Belajar
Rendah
14,70 % 70,58 % 14,70 %
8 85 Motivasi ber 87,84 % 83,33 % prestasi
belajarnya.
100 %
Pada tabel silang di atas menunjukkan kelompok percaya prosentase terbesar pada kelompok tinggi yaitu 70,58% (72 mahasiswa), sedangkan pada kelompok motivasi berprestasi prosentase terbesar pada kelompok tinggi yaitu 83,33% (85 mahasiswa). Pada kelompok prestasi belajar kelompok terbesar pada tingkat sangat tinggi dan tinggi yaitu sebesar 29,41% (30 mahasiswa), dari hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan berpola positif karena semakin tinggi tingkat rasa percaya diri mahasiswa semakin tinggi pula prestasi belajarnya, begitu pula pada motivasi berprestasi semakin tinggi pula prestasi
Pearson Correlations Sig. (2-tailed) N
Tabel 4. Hubungan Secara Simultan Rasa Percaya Diri dan Motivasi Berprestasi Dengan Mutu Hasil Belajar ANOVA Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .970 7.422 8.392
df .970 7.422 8.392
Mean Squares .485 7.497E-02
F 6.467
Sig. .002B
a. Predictator : (Constant), Motivasi Berprestasi, Rasa Percaya diri b. Dependent Variable : Mutu Hasil Belajar
3
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara rasa percaya diri, motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin dilakukan analisis data dimana : Ho : Tidak ada hubungan yang posisif dan signifikan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar Ha : Ada hubungan yang posisif dan signifikan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar Kriteria : Ho ditolak jika Sig < 0,05 (taraf signifikansi), karena Sig 0,002 < 0,05 sehingga ada hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiwa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Hubungan Rasa Percaya Diri Dengan Mutu Hasil Belajar Hipotesis tentang adanya hubungan yang positif antara rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar. Data yang diperoleh seperti pada hasil analisis parsial menunjukkan bahwa hipotesis tersebut diterima, sebab variabel bebas dan variabel terikat memiliki korelasi yang signifikan. Hal ini dapat diketahui dari koefisin korelasi sebsar 0,269 dan angka Sig = 0,006, hal ini dapat diartikan bahwa makin tinggi kepercayan diri maka semakin baik pula mutu hasil belajar yang diperoleh mahasiswa, dan sebaliknya semakin rendah rasa percaya diri mahasiswa smakin rendah pula mutu hasil belajar yang diperoleh. 63Mahasiswa sebagai remaja akhir atau dewasa awal dalam perkembangannya secara fisik, emosi dan sosial terkadang dalam perkembangannya muncul efek-efek yang negatif. Harlock (1990), menyatakan bahwa fase negatif yang dialami remaja diantaranya adalah gelisah, kurang kemauan untuk belajar, memiliki perasaan yang peka, kurang rasa percaya diri, dan sebaginya. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi proses belajar mahasiswa dalam mencapai mutu hasil belajar14. Mahasiswa yang mempunyai rasa percaya diri
4
m e n u r u t Wa t e r m a n d a l a m K u m a r a (1990),membuat mahasiswa bekerja secara efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan bertanggung jawab, serta merencanakan masa depan. Hal ini bisa terjadi karena rasa percaya diri merupakan mendorong untuk lebih bebas dan bertanggung jawab. Kondisi ini membantu mahasiswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik15. 1. Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Mutu Hasil Belajar Ada hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar pada mahasiswa.Data yang diperoleh pada hasil analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa hipotesis tersebut diterima, sebab variabel bebas dan variabel terikat yang dihipotesiskan memiliki korelasi yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi sebsar 0,273 dengan angka Sig = 0,006. Makin tinggi motivasi berprestasi mahasiswa, makin tinggi hasil belajar yang dicapai, makin rendah motivasi berprestasi mahasiswa, makin rendah pula hasil belajar yang diperoleh. Menurut Sanmustari (1982), Individu yang memiliki motivasi berprestasi, akan memiliki daya juang dalam usaha mengatasi kesulitan, menguasai, memanipulasi, dan mengatur lingkungan sosial maupun fisik dan berusaha mencapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya16. 2. Hubungan Antara Rasa Percaya Diri dan Motivasi Berprestasi Dengan Mutu Hasil Belajar Mutu hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh mahasiswa dalam periode tertentu, yang menunjukkan bahwa ada kemajuan atau keterlambatan mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi yang ada.Banyak faktor yang berasal dari dalam dan ada juga yang dari luar diri mahasiswa.Faktorfaktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasa percaya diri dan motivasi berprestasi.Seperti yang dikemukakan oleh Sadili (1991), bahwa ada beberapa faktor yang ikut menentukan keberhasilan studi seseorang, yaitu faktor intelegensia, kepribadian, motivasi dan lingkungan keluarga, lingkungan, teman 17 dan yang lainnya .
Proses belajar mahasiswa dalam dalam kehidupan sehari-hari sangat mentukan keberhasilannya mencapai mutu hasil belajar. Mahasiswa memiliki cara belajar yang baik 18 akan menentukan hasil belajar yang baik pula . Menurut Azwar (2005), menyatakan bahwa komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecendrungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa rasa percaya diri dan perasaan banyak dipengaruhi perilaku. Maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana rasa percaya diri dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan rasa percaya diri dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku 19 terhadap objek . Seseorang yang rendah hati dan bersahaja, akan mampu mengkomunikasikan dan bertukar pikiran dengan baik, meski dihadapkan dengan seorang Pangdam, Gubernur, Menteri, dengan siapapun dia berbicara, tidak sedikitpun kehilangan rasa dan tampak alami saja. Tidak ada tawa ataupun senyuman yang dibuat-buat, itulah rasa percaya diri yang sangat kuat dan stabil, namun tetap 20 sejuk . Purwanto (2005) mengatakan bahwa di dalam lingkungan kita atau disekitar kita tidak hanya terdapat sejumlah besar faktor pada suatu saat, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang banyak sekali yang secara potensial sanggup atau dapat mempengaruhi kita. Kemudian dikatakan pula bahwa intelegensia digunakan untuk berfikir. Cepat tidaknya atau terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan intelegensinya. Dilihat dari intelegensinya kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, pandai sekali/cerdas atau 21 idiot . Dari beberapa teori di atas bahwa kepercayaan diri, motivasi berprestasi dan mutu hasil belajar memang saling berhubungan dan saling berkaitan, di dalam rasa percaya diri
terkandung sikap dan perasaan yang selanjutnya akan membuat individu cenderung berperilaku. Kemudian individu berperilaku disesuaikan dengan dorongan atau motivasi di dalam diri individu itu, seorang mahasiswa berperilaku rajin belajar karena termotivasi untuk memperoleh perstasi/hasil belajar yang lebih baik. Namun semua itu belum cukup masih ada faktor lain diantaranya intelegensia, dengan intelegensia yang tinggi seseorang akan dapat menyelesaikan masalah, demikian pula lingkungan juga ikut mendukung orang untuk memperoleh suatu hasil yang diinginkan. Beranjak dari teori dan pendapatpendapat tersebut institusi pendidikan, khususnya pada Politeknik Kesehatan Banjarmasin Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin dalam rangka pencapaian mutu hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan kompetensi yang diinginkan yang dituangkan dalam visi dan misinya dapat menjalankan langkah-langkah antara lain dalam rekruitmen calon mahasiswa dapat melakukan tes psikologi, sehingga akan diperoleh calon-calon mahasiswa yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, kemudian tes intelegensia yang mana selama ini sudah dilakukan dengan tes akademik, namun hal itu belum cukup, akan lebih baik bila ditambahkan lagi dengan mengacu pada standar kompetensi yang diinginkan, terutama masalah keterampilan psikomotorik, karena Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin tidak hanya membutuhkan sumberdaya yang mempunyai sikap professional tapi juga dituntut mengapilkasikan ilmu ilmu terapan, hal ini tentu saja membutuhkan perencanaan, strategi yang lebih matang lagi, perlu sumber daya manusia yang handal baik dari tenaga pendidik maupun tenaga kependidikannya. 1. Hasil Sumbangan Efektif Sumbangan efektif rasa percaya diri dan motivasi berprestasi terhadap mutu hasil belajar mahasiswa ada sebesar 11,6%. Ini berarti bahwa sumbangan efektif rasa percaya diri dan motivasi berperstasi secara bersama-sama terhadap mutu hasil belajar tergolong rendah karena faktor-faktor yang berkaitan dengan mutu hasil belajar mahasiswa banyak sekali. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
5
suasana belajar, waktu belajar, konsentrasi dan faktor budaya. Terlebih lagi banyak perubahan yang terjadi dalam keluarga dan masyarakat yang sedikit banyak mempngaruhi pandangan, kebiasaan, dan usaha mahasiswa dalam mencapai mutu hasil belajar yang maksimal. 1. Hasil Pengujian Hipotesis Hubungan rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan antara rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin dilakukan analisis data. Hasil data diperoleh nilai r = 0,269 dan angka Sig=0,006. Oleh karena angka Sig=0,006 < dari 0,05 maka Ho dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin diterima. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin dilakukan analisis data dimana hasil data diperoleh nilai r = 0,273 dan angka Sig=0,006. Oleh karena angka Sig=0,006 < dari 0,05 maka Ho dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berpestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin diterima. Ada hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiwa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. Pada tabel Anova tersebut tampak nilai Sig = 0,002. Karena Sig = 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan antara rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar” diterima pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan variabel rasa percaya diri dan variabel motivasi berprestasi secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin.
6
SIMPULAN 1. Ada hubungan rasa percaya diri dengan mutu hasil belajar mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin pada Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin 2. Ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu hasil belajar mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin pada Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. 3. Ada hubungan antara rasa percaya diri dengan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan mutu hasil belajar mahasiswa Program Studi Kesehatan Gigi Banjarmasin. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Pihak institusi dapat berusaha untuk mempertahankan mutu hasil belajar ini dengan mempertahankan rasa percaya diri yang sudah dimilki, mempertahankan motivasi berprestasi dan lebih meningkatkan mutu hasil belajar khususnya para tenaga pendidik yang secara langsung dapat memanatau mutu hasil belajar mahasiswa terutama dosen pembimbing akademik, melalui : a. Bimbingan yang terjadwal secara rutin, tidak hanya pada saat awal semester dan akhir semester saja. b. Pada tahapan rekruitmen/seleksi calon mahasiswa setelah tes tertulis dapat dilakukan tes rasa percaya diri. 2. Pihak mahasiswa perlu menyadari segala usaha yang dicapai lebih ditentukan oleh usaha sendiri terutama untuk meningkatkan mutu hasil belajar, kemudian harus didukung oleh rasa percaya diri dan motivasi untuk berprestasi. 3. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini tidak luput dari kekurangan kekurangan, yang dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu bagi peneliti yang tertarik sebaiknya dapat menggali lagi faktor-faktor lain yang berhubungan atau berpengaruh dengan mutu hasil belajar, pada penelitian ini beberapa faktor yang sudah diuraikan seperti rasa percaya diri, motivasi
berprestasi ada hubungannya dengan mutu hasil belajar.
21. Purwanto, NG, 2005, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA 1. Muhibbin Syah, 1999, Psikologi Belajar, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta. 2. Sobur, A, 1991, Anak Masa Depan, Angkasa, Bandung. 3. Lautser, 1984, Tes Kepribadian, PT. Gramedia Bumi Aksara, Jakarta. 4. Anthony, 1992, Rahasia Membangun Kepercayaan Diri, Arcan, Jakarta. 5. Martinah, S.M, 2001, Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja, Jurnal Psikologi, Yogyakarta. 6. MC, Clelland, 1978, Human Motivition, Cambridge University, New York. 7. Ahmadi, 1991, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta. 8. Suryabrata, 1993, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 9. Nasution, 2001, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Ghalia Indonesia, Jakarta. 10. Sagala, S, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, PT. Nimas Multima, Jakarta. 11. Suryabrata, 2004, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. 12. Depkes, RI, 2005, Rencana Strategis Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta. 13. Sugiyono, 1994, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung. 14. H u r l o c k , E B , 1 9 9 0 , P s i k o l o g i Perkembangan (Sepanjang Rentang Kehidupan), Erlangga, Jakarta. 15. Kumara, A, 1990, Studi Penelitian Tentang Validitas dan Reliabilitas, The Test Of Self Confidence, Yogyakarta. 16. S a n m u s t a r i , R . B , 1 9 8 2 , M o t i v a s i Berprestasi dan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. 17. Sadili, S, 1991, Intelegensi, Bakat, dan Test IQ, Gaya Favorit Press, Jakarta. 18. Sobur, A, 1992, Anak Masa Depan, Angkasa, Bandung. 19. Azwar, S, 2005, Sikap Manusia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 20. Agustian, A.G, 2005, Emosional Spiritual Quotient(ESQ), Agra, Jakarta, Indonesia.
7
PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI MINUMAN RINGAN (Studi pada Siswa Kelas II dan III Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014) 1
2
3
Ida Rahmawati , Fahmi Said , Sri Hidayati Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin email:
[email protected]
1,2,3
ABSTRAK Seperti diketahui bahwa makanan maupun minuman ringan menjadi kegemaran baik bagi orang tua terlebih lagi anak-anak mengandung sejumlah besar gula yang bila dikonsumsi terlalu sering akan menyebabkan karies. Rasa manis merupakan rasa yang paling disukai kebanyakan orang terutama anak-anak. Sumber rasa manis ini dapat diperoleh dari sukrosa yang dikonsumsi dalam bentuk gula dan sering digunakan untuk makanan dan minuman terutama minuman ringan. Tingginya angka karies pada siswa kelas II dan III Madrasah Ibtidaiyah Zam_zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014 dengan rata-rata DMF-T 6.43. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan antara lain mengukur pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan. serta menganalisis perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan. Jenis penelitian ini eksperimen dengan menggunakan metode observasi. Jumlah responden dalam penelitian ini 63 responden. Analisis data menggunakan program SPSS dengan uji Paired Samples T Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan nilai pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan mengalami penurunan nilai rata-rata pH saliva sebesar 1,20 dengan nilai Sig. = 0,000 atau p < 0,05. Oleh karena p < 0,05, maka dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan. Sehingga disarankan perlu adanya penyuluhan dari petugas kesehatan gigi kepada siswa guna memotivasi dan mengarahkan agar mengurangi konsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam dan segera untuk berkumur-kumur. Kata Kunci :pH, saliva, minuman ringan ABSTRACT It is a known fact that right now the food and soft drinks loved by everyone especially children. The food and soft drinks contains large amounts of sugar, which is if consumed too frequently will cause caries. The sweet taste is the taste that loved by everyone, especially children. Sweet taste sources can be obtained from sucrose consumed in the form of sugar and is often used for food and beverages, especially soft drinks. The high rate of caries in grade II and III of Madrasah Elementary School Zam_zam Zailani Banjarbaru South Kalimantan year 2014 with an average of DMF-T 6:43. The purpose of this research is knowing the difference between the pH of saliva before and after consumption of soft drinks among other measures the pH of saliva before consuming soft drinks. And to analyze the saliva pH difference between before and after consumption of soft drinks.This type of research is experiments using observational methods. The number of respondents in this study were 63 respondents. Data analysis using SPSS with Paired Samples T Test. The results showed that the change in the value of the pH of saliva before and after consuming a soft drink has decreased the average value of salivary pH of 1.20 by the Sig. = 0.000 or p <0.05.
8
Therefore p <0.05, thus Ho is rejected and Ha received or no saliva pH difference between before and after consumption of soft drinks.So with that results we suggested the need for education of dental health workers to the students in order to motivate and directed them in order to reduce the consumption of soft drinks containing aspartame and soon to rinse his mouth. Keywords: pH, saliva, soft drinks PENDAHULUAN Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan diantaranya adalah kegiatan kesehatan gigi dan mulut. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%, Prevalensi karies aktif 46,5% dengan indeks rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Provinsi Kalimantan Selatan prevalensi karies gigi tergolong tinggi yaitu 90,57%dengan DMF-T = 3,441. Pada umumnya masyarakat Indonesia menderita penyakit gigi.Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi.Karies atau yang biasa disebut lubang gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan dimulai dari permukaan gigi dan meluas kearah pulpa2. Seperti diketahui bahwa makanan maupun minuman ringan menjadi kegemaran baik bagi orang tua terlebih lagi anak-anak mengandung sejumlah besar gula yang bila dikonsumsi terlalu sering akanmenyebabkan karies. Rasa manis merupakan rasa yang paling disukai kebanyakan orang terutama anak-anak. Sumber rasa manis ini dapat diperoleh dari sukrosa yang dikonsumsi dalam bentuk gula dan sering digunakan untuk makanan dan minuman terutama minuman ringan. Rasa manis yang terdapat dalam minuman ringan diperoleh dari pemanis buatan. Pemanis buatan yang sering terdapat dalam minuman ringan dipasaran
9
adalah aspartam. Aspartam memiliki rasa manis hingga 200 kali lipat dibandingkan gula, sehingga tak heran aspartam digunakan dalam produk minuman ringan. Menurut Ircham (1993) menyatakan bila kita makan gula-gula atau makanan yang manis termasuk minuman ringan, maka bakteri-bakteri dalam plak akan mengubahnya menjadi asam. Asam ini akan menurunkan derajat keasaman air ludah yang kemudian akan menyebabkan terjadinya proses dekalsifikasi enamel sehingga lama kelamaan 3 terjadilah karies gigi . Studi pendahuluan yang penulis lakukan, dari 10 siswa yang diberikan minuman ringan aspartam, ternyata 8 orang siswa mengalami penurunan pH saliva yaitu kurang dari pH normal 7.Angka karies pada siswa kelas II dan III Madrasah Ibtidaiyah Zam_zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014 sangat tinggi dengan rata-rata DMF-T 6.43. METODELOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen yang memberikan perlakuan pada respondennya dengan menggunakan desain penelitian one group pretest-posttest7. Seluruh siswa diukur terlebih dahulu pH salivanya dengan menggunakan kertas lakmus sebelum diberikan minuman ringan, kertas lakmus yang ada indikator warna dengan angkaangka.Kemudian setelah diberikan minuman ringan, selang 20 menit diperiksa lagi pH salivanya. Tempat penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan. Waktu penelitian dari bulan Mei-Juli 2014.Desain Penelitian Memberikan perlakuan pada respondennya dengan menggunakan desain penelitian one 7 group pretest-posttest . Instrumen pada penelitian ini adalah menggunakan kertas lakmus pengukur pH metode observasi dengan lembar observasi
sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartame. Populasi merupakan siswa Kelas II dan III Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan sebanyak 63 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling, yaitu siswa kelas II dan III sebanyak 63 orang. Teknik pengumpulan datadidapat dari data primer dengan wawancara dan pemeriksaan pH saliva sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan. Sedangkan data sekunder didapat dari koordinasi dengan pihak Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dan untuk pembuktian hipotesis dilakukan teknik pengolahan data secara statistika dengan menggunakan uji T-test 8 (Paired-sample T-Test) dalam program SPSS . HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang dilakukan pada 63 orang siswa Kelas II dan III Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014 didapatkan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Hasil Pengukuran pH Saliva Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi Minuman Ringan NAMA
JK
Ahmad Fauzi Ahmad Jaya Azim Ahmad Wildan Alya Newsmart Anna Anggraini Ayu Masdina Ayu Nordita Chelsea Callysta Checa Cintia Khalisa Dea Nazmi Haura Fauzi Imansyah Hilmi Raysa Al-Kahfi Khadijah Salsabela Kholila Nor Azizah M. Aldiansyah M. Farel Oktavian M. Firdaus
L L L P P P P P
Pengukuran Ph Saliva Sebelum Sesudah 6 4 6 5 6 4 6 5 6 4 6 4 6 4 6 5
P P L L
6 6 6 6
4 5 5 5
P L L L L
6 6 6 6 6
4 4 4 5 4
M. Irham Arifin M. Raihan M. Raihan Pratama A. M. Ramadhani M. Riski Pratama Hidayat M. Zainal Aqli Madinatuz Zahra Nabila Nadia Nadifatuzzahroh Nazwa Fatimah Zahra Nurul Husna Nurusshobah Restu Ahmad Ramadhani Riskia Nabila Shofia Siti Mardaniati Suci Ramadhani Zulfa Azizah Ahmad Baihaki Desy Adelia Maharami Ahmad Maulidi Fitri Yani Risna Kas Refa Siti Fatimah Siti Amelia Rahman Micheelle Wilyam H.Lf Karisma Putri Nurlatifah Raudatul Zahra Ahmad Muslim A. Ainun Naim Aulia Dianatul Islamiyah Firda M. Hasan M. Haikal M. Arifin Ilham M. Daffa Salman Nur Mutia Az Zahra Nur Fitri Robiatul Adawiyah Khairil Muberah Zubaidah Zahra Aulia
L L L
6 6 6
4 4 5
L L
6 6
4 5
L P P P
6 6 7 7
4 4 5 5
P
5
4
P P L
6 7 6
4 5 4
P P P P P L P
7 6 6 6 6 6 6
4 6 4 4 4 5 5
L P P L P P
6 6 5 5 6 5
5 5 4 5 5 5
L
5
5
P P P L L P P
5 5 5 7 6 6 6
4 4 4 5 4 4 5
P L L L L L P
5 2 6 5 6 5 5
5 5 6 5 4 5 5
P P L P P
5 5 5 5 6
4 5 4 4 6
10
Hasil analisis data pengukuran pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Analisis Rata-Rata pH Saliva Sebelum Mengkonsumsi Minuman Ringan Jumlah pH Responden Saliva Terendah
pH Saliva Tertinggi
Rata-rata
63
7
2.75
2
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan dari 63 responden menunjukkan nilai 5.75. Pada pH 5.75 ini dapat dikatakan dalam kondisi sedikit asam karena pada umumnya pH saliva yang normal adalah 6-7. Tabel 3. Analisis Rata-Rata pH Saliva Sesudah Mengkonsumsi Minuman Ringan Jumlah pH Responden Saliva Terendah
pH Saliva Tertinggi
Rata-rata
63
6
4.54
4
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pH saliva sesudahmengkonsumsi minuman ringan dari 63 responden menunjukkan nilai 4,54. Pada pH saliva tersebut termasuk dalam kondisi pH saliva yang asam. Hasil analisis perubahan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Analisis Perubahan pH Saliva Antara Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi Minuman Ringan Pengukuran pH Saliva Sebelum dan Sesudah
Rata - rata perubahan nilai pH Saliva
Sig
1,20 0,000 p=0,000 < 0,05
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa perubahan nilai pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan mengalami
11
penurunan nilai rata-rata pH saliva sebesar 1,20 dengan nilai Sig. = 0,000 atau p < 0,05. Oleh karena p < 0,05, maka dengan demikian Ho ditolak ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan PEMBAHASAN Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan dari 63 responden menunjukkan nilai 5.75.Pada pH 5.75 ini dapat dikatakan dalam kondisi sedikit asam karena pada umumnya pH saliva yang normal adalah 67.Berdasarkan analisis data yang didapat pada hasil pengukuran pH saliva sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam didapatkan pH saliva responden sebelum mengkonsumsi minuman ringan dalam kondisi normal.pH saliva seseorang pada keadaan normal pada umumnya sedikit asam. Hal ini sependapat dengan Prasko (2011) yang menyatakan bahwasaliva seseorang secara normal dalam kondisi sedikit 6 asam . Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai pH saliva sesudah mengkonsumsi minuman ringan dari 63responden menunjukkan nilai 4,54. Pada pH saliva tersebut termasuk dalam kondisi pH saliva yang asam.Sedangkan pada hasil analisis yang didapat pada hasil pengukuran pH saliva sesudah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam didapatkan kondisi pH saliva yang asam. Kondisi ini disebabkan oleh diet minuman ringan sehingga terjadinya penurunan pH saliva dari kondisi yang normal menjadi asam. Mekanisme penurunan pH saliva terjadi setelah makan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa. Bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis ini adalah asam laktat yang akan menciptakan kadar keasaman yang ekstra untuk menurunkan pH saliva. Menurut Pratiwi (2003),menyatakan bahwa gula terutama sukrosa merupakan diet utama yang menyebabkan karies, dan gula yang sering ditambahkan pada pembuatan minuman dan makanan merupakan komponen terbesar
dari diet manusia. Beberapa makanan maupun minuman ringan menjadi kegemaran baik bagi orang tua terlebih lagi anak-anak mengandung sejumlah besar gula yang bila dikonsumsi terlalu sering akan menyebabkan karies. Mengkonsumsi minuman ringan yang mempunyai potensi kariogenik akan mengakibatkan penurunan pH saliva dibawah normal5. Gula atau sakarida adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untukmengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa perubahan nilai pH saliva sebelum mengkonsumsi minuman ringan dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan mengalami penurunan nilai rata-rata pH saliva sebesar 1,20 dengan nilai Sig. = 0,000 atau p < 0,05. Oleh karena p < 0,05, maka dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan. Perubahan rata-rata pH saliva dari kondisi normal pada saat sebelum mengkonsumsi minuman ringan menjadi kondisi yang asam sesudah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam menunjukkan adanya penurunan rata-rata pH saliva. Perubahan rata-rata pH saliva tersebut membuktikan bahwa ada perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan. Prasko (2011) menyatakan pH saliva berubah dari normal menjadi asam terlampaui sekitar dua puluh menit setelah gula masuk dalam plak. Diet makanan serta minuman ringan dapat berpengaruh terhadap 6 perubahan pH saliva . Bila terjadi penurunan satu satuan pH, akan menyebabkan lajunya pelepasan kalsium dari email gigi, kekerasan email akan menjadi lunak, keasaman minuman (pH) yang kurang dari 7 atau bersifat asam dapat menurunkan 9 kekerasan permukaan email gigi .
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam dapat menurunkan rata-rata pH saliva, pemanis buatan tersebut dapatmenurunkan pH saliva dalam rongga mulut sehingga dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung pemanis buatan oleh anakanak karena kemampuannya menurunkan pH saliva sehingga dapat mendorong mempercepat proses pembentukan plak yang menyebabkan karies gigi. SIMPULAN 1. Rata-rata pH saliva siswa kelas II dan kelas III Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014 sebelum mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam kondisi sedikit asam. 2. Rata-rata pH saliva siswa kelas II dan kelas III Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014 sesudah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam kondisi asam. 3. Ada perbedaan pH saliva antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam siswa kelas II dan kelas III Madrasah Ibtidaiyah Zam-Zam Zailani Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2014. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya penyuluhan dari petugas kesehatan gigi kepada siswa guna memotivasi dan mengarahkan agar mengurangi konsumsi minuman ringan yang mengandung aspartam.232. B a g i orang tua siswa hendaknya memberi pengarahan kepada anak-anaknya dalam mengkonsumsi minuman ringan terutama yangmengandung aspartam untuk segera berkumur-kumur.
12
DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta. 2. Depkes RI. 2004. Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Jakarta. 3. Ircham, Mc. 1993. Penyakit-penyakit Gigi dan Mulut, Pencegahan dan Perawatannya. Liberty Yogyakarta. 4. Rendra, C.P. 2008. Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Saliva pada Anak-anak Karies dan Non Karies Setelah Mengkonsumsi Minuman Berkarbonasi.Indonesia Journal of Dentistry. 5. Pratiwi, Rini. dkk. 2003. Perubahan pH Saliva Sebelum dan Sesudah Mengosumsi Makanan dan Minuman Ringan.Majalah Kedokteran Gigi. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III. 6. Prasko. 2011. Pengertian saliva, Fungsi Saliva dan pH Saliva.http://zonaprasko.blogspot.com/2011/08/pengertiansaliva-fungsi-saliva-dan-ph.htmldiakses 16/05/2014. 7. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 8. Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. C.V Andi Offset. Yogyakarta. www.journal.unair.ac.id, EA. Prasetyo, 2005, Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan Email.
13
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARASECARA DINI PADA TRIMESTER III DENGAN KELANCARAN PEMBERIAN ASI (Studi Kasus di Rumah Bersalin Hikmah - Wilayah TambakAgung – Puri - Mojokerto) Nunuk Nurhayati1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara (
[email protected]) ABSTRAK Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perawatan payudara secara dini pada Trimester III dengan kelancaran ASI. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Analitik dengan pendekatan Cross Sectional, sampel pada penelitian ini adalah ibu nifas di RB Hikmah Wilayah TambakAgung –Puri- Mojokerto, dengan Teknik Simple random Sampling. Variabel Bebasnya adalah Perawatan payudara secara dini pada Trimester III dan variabel terikatnya adalah kelancaran ASI Pengambilan data menggunakan lembar observasi. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi Square. Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa Sebagian besar ibu tidak melakukan perawatan payudara secara dini pada ibu hamil TM III sebanyak 60% (18 Ibu). sebagian besar ASI nya tidak lancar saat diberikan pada bayi sebanyak 17 orang (57 %) dan dari hasil perhitungan menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan bahwa signifikan perawatan payudara secara dini pada trimester III sebesar 0,003 dan signifikan kelancaran ASI sebesar 0,025. Karena masing – masing signifikan < 0,05 maka dapat diambil keputusan H0 ditolak. Hal ini mempunyai arti bahwa ada hubungan antara perawatan payudara secara dini pada trimester III dengan kelancaran ASI. Maka dapat disimpulkan bahwa perawatan payudara secara dini pada saat trimester III dapat mempengaruhi kelancaran ASI. Kata kunci : Perawatan Payudara, Kelancaran ASI ABSTRACT Breast care is very important during pregnancy to lactation. This is because the breast is the only producer of milk is a staple food of the newborn should be done as early as possible Breast care is a method to treat breast milk in order to come out smoothly. The purpose of this study was to investigate the relationship between breast care early in the third trimester with the smoothness of milk. This research includes Analytical research with cross sectional approach, the sample in this study is postpartum mother in RB HikmahTambakAgung Region - Puri- Mojokerto, with Simple Random Sampling technique. Indiscriminate variable is the treatment of early breast in the third trimester and the dependent variable was the smoothness of ASI Retrieving data using observation sheet. Analysis of data using statistical test Chi Square. The research findings showed that majority of mothers do not breast care early in pregnancy TM III as much as 60% (18 Ibu). most of her milk is not smooth when given to infants as many as 17 people (57%) and the results of calculations using statistical test Chi Square showed that significant breast care early in the third trimester of 0.003 and 0.025 ASI significant smoothness. Because each each significant <0.05 then H0 decision can be taken. This means that there is a relationship between breast care early in the third trimester with the smoothness of milk. It can be concluded that the treatment of early breast during the third trimester may affect the smooth milk. Keywords: Early Breast Care, Seamless ASI
14
PENDAHULUAN Seorang wanita hamil, terjadi perubahanperubahan pada tubuhnya yang memang secara alamiah dipersiapkan untuk menyambut datangnya si buah hati. Perubahan-perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan pada kulit, perubahan pada payudara dan lain-lain.Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar(Welford, 2008). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satusatunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Inilah karunia Allah yang sangat besar kepada kaum wanita di mana ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi, komposisinya paling lengkap, dan tidak bisa ditandingi susu formula buatan manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi terutama pada saat bayi berumur nol sampai enam bulan, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi (Hegar, 2008). Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian ASI. Selama kehamilan payudara akan membengkak dan daerah sekitar puting warnanya lebih gelap dengan adanya pembengkakan tersebut payudara akan mudah teriritasi bahkan mudah luka. Oleh karena itu sangat diperlukan perawatan payudara selama hamil (Saryono dan Pramitasari, 2009) Banyak ibu hamil mengabaikan perawatan payudara karena malas atau sesungguhnya belum tahu manfaat perawatan payudara. Di Indonesia pemberian ASI eksklusif masih dalam angka yang memprihatinkan, karena secara umum masyarakat telah memberikan makanan pendamping pada sewaktu bayi masih berumur muda (www.depkes.go.id). Berdasarkan data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2011
15
menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya baru mencapai 47 % dan itupun kurang dari dua bulan sedangkan target Indonesia mencapai 80%. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh badan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan pada tahun 2002 didapatkan 46% ketidaklancaran ASI terjadi akibat perawatan payudara yang kurang, 25 % akibat menyusui yang kurang dari 3x/hari, 14 % akibat BBLR dan 10 % akibat prematur dan 5 % akibat penyakit akut maupun kronis (www.litbang.depkes.com) Oleh karena itu ibu harus siap untuk memberi ASI pada bayi yang akan dilahirkan, terutama bagi ibu yang akan melahirkan untuk pertama kalinya. Secara garis besar, mempersiapkan ASI bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu mempersiapkan "mutu" ASI itu sendiri, dan mempersiapkan "kondisi fisik" yang menunjang proses menyusui. Untuk mutu ASI, ini ditentukan oleh apa yang dikonsumsi oleh ibu, karena memang ASI diproduksi oleh tubuh ibu. Sedangkan untuk menciptakan lingkungan yang menunjang proses menyusui ini sebagian besar ditentukan oleh perawatan payudara (Welford, 2008). Hal ini karena payudara merupakan satusatunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan perawatan payudara sedini mungkin. Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah menyusui (Welford, 2008). Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan ibu dapat meneteki bayinya minimal selama 6 bulan dan tidak ada alasan lagi tidak meneteki bayinya dengan alasan Air Susu Ibu tidak lancar. Menurut Andriani (2005) berdasarkan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan di Makasar bahwa ibu post partum yang melakukan perawatan payudara berpeluang 32 kali lebih besar untuk memiliki kelancaran pengeluaran ASI yang baik dibandingkan dengan ibu post partum yang tidak melakukan perawatan payudara.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Bersalin Hikmah wilayah Tambak Agung – Puri – Mojokertopada bulan Januari 2015 pada 5 ibu nifas, di antaranya ada 4 ibu (80%) yang tidak pernah melakukan perawatan payudara saat hamil karena ibu tidak mempunyaiwaktu untuk merawat payudaranya. Dari 4 ibu nifas tersebut ada 3 ibu yang ASI-nya tidak keluar sehingga ibu memberikan bayinya susu formula. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara perawatan payudara secara dini pada trimester III dengan kelancaran ASI. Banyak ibu hamil mengabaikan perawatan payudara. Boleh jadi lantaran malas dan juga belum mengetahui akan manfaatnya perawatan payudara secara dini. Padahal perawatan payudara selama hamil sangat penting untuk kelancaran air susu kelak setelah melahirkan. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti mengambil hubungan perawatan payudara secara dini pada ibu hamil Trimester III dengankelancaran ASI termasuk jenis penelitian ini adalah Analitik dengan pendekatan Cross Sectional PopulasiPenelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di RB Hikmah wilayah Tambak Agung-Puri-Mojokerto. Yang berjumlah 32 orang. Sampel dan Tehnik Sampling Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu nifas Di RB Hikmah wilayah Tambak Agung-Puri-Mojokerto sebanyak yang berjumlah 30 orang. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara acak LokasiPenelitian Penelitian ini dilakukan di RB Hikmah Wilayah desa TambakAgung-Puri-Mojokerto.
WaktuPenelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2015 – Juli 2015 Variabel Penelitian Variabel bebas adalah perawatan payudara secara dini pada Trimester III Variabel terikat kelancaran ASI Definisi Operasional Tabel 1. Variabel
Devinisi Operasional
Alat Ukur
Skala
Skoring
Variabel bebas : Perawatan Payudara Secara dini pada ibu hamil trimester II
Perawatan Obser Nominal -Dilakukan payudara yang vasi perawatan dilakukan Payudara secara dini sejak dini pada ibu sejak pada TM kehamilan TM III = 1 -Tidak III dilakukan perawatan sejak dini pada TM III = 0
Variabel Terikat : Kelancar an ASI
Produksi ASI Obser Nominal -ASI yang vasi lancar dikonsumsi diberikan dapat pada bayi mencukupi =1 kebutuhan bayi -ASI tidak lancar diberikan pada bayi =0
TeknikAnalisis Data Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi dan kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang berisi variabel-variabel cara perawatan payudara dan variabel kelancaran ASI dan ditentukan hasil observasi jawaban dari responden. data diolah dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan 2 0,05 dan kriteria Hodi tolak bila X tabel> 2 X hitung. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : (0-E) X² = E Keterangan : X2 = Chi kuadrathitung O = frekuensiobservasi E = Frekuensi yang diharapkan diharapkan
16
Data disajikan dalam bentuk tabulasi silang dengan 2 kriteria penelitian jika X hitung lebih besar dari 2 X tabel, Ho (Hipotesis) ditolak artinya ada hubungan antara dua variabel kategori pada a yang sesuai, namun bila penggabungan kategori – kategori tersebut jumlah selnya sampai mencapai (2 × 2) dan masih belum memenuhi syarat penggunaan chi kuadrat (Frekuensi harapan < 1 masih ada dan frekuensi harapan < 5 lebih dari 20 %), maka gunakan uji nyata dan Fisher (Fisher Exact Test).
Tabel 4 Tabel Silang Hubungan Perawatan Payudara secara dini pada TM III dengan Kelancaran ASI
HASIL PENELITIAN
Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar ibu yang tidak melakukan payudara sejak dini pada TM III ASI nya tidak lancar sebanyak 88,9% (16 ibu )
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tentang perawatan payudara secara dini pada TM III No Perawatan Payudara secara dini pada TM III
JUMLAH
%
1
Dilakukan perawatan Payudara secara dini pada TM III
12
40
2
Tidak dilakukan perawatan payudara secara dini pada TM III
18
60
30
100
Data Primer Pada tabel diatas Sebagian besar ibu tidak melakukan perawatan payudara secara dini pada ibu hamil TM III sebanyak 60% (18 Ibu). Tabel 3 Distribusi Frekuensi kelancaran ASI No Kelancaran ASI
JUMLAH
%
1
ASI lancar
13
43
2
ASI tidak lancar
17
57
30
100
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kelancaran ASI Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ASI nya tidak lancar saat diberikan pada bayi sebanyak 17 orang (57 %)
17
Parawatan payudara Kelancaran ASI TOTAL secara dini pada Lancar % Tidak Jumlah % TM III Lancar Dilakukan perawatan 11 91,6 1 8,4 40 payudara secara dini pada TM III Tidak dilakukan 2 11 16 88,9 60 perawatan payudara secara dini pada TM III Jumlah 13 43 17 57 100
PEMBAHASAN 1. Perawatan payudara sejak dini pada TM III Dari Tabel 2 Sebagian besar ibu tidak melakukan perawatan payudara secara dini pada ibu hamil TM III sebanyak 60% (18 Ibu). Menurut Welford, 2008 Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satusatu pengahasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik, dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi dapat melancarkan aliran ASI, Dengan perawatan yang intensif maka akan didapatkan produksi ASI sesuai yang diharapkan. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali pada pagi dan sore pada saat mandi, perwatan payudara dapat merangsang dan mempengaruhi Hipofise untuk mengeluar kan hormon prolactin dan oksitoksin. Hormon prolaktin akan mempengaruhi jumlah produksi ASI sedangkan hormon oksitoksin mempengaruhi pengeluaran ASI.
Dari hasil wawan cara dengan ibu mengapa tidak melakukan perawatan payudara sejak hamil karena ibu tidak mengetahui tentang cara perawatan payudara yang benar serta malas melakukan perawatan payudara. Dan di dapatkan data bahwa pendidikan ibu setengahnya (50%) berpendidikan SD. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan rendah (SD) merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi tidak dilakukan perawatan payudara. Untuk mengatasi masalah tersebut sebaiknya pada saat melakukan kunjungan kehamilan di motivasi untuk melakukan perawatan payudara dan di anjurkan juga untuk menerapkan langkah-langkah perawatan payudara. 2. Kelancaran ASI Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ASI nya tidak lancar saat diberikan pada bayi sebanyak 17 orang (57 %). Yang seharusnya ibu pada keadaan normal dapat menghasilkan ASI kira - kira 550 – 1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : makanan, ketenangan jiwa dan pikiran serta perawatan payudara. sejak kehamilan, Ambarwati, 2001. Ketidak lancaran ASI karena tidak dilakukan perawatan sejak hamil juga terlihat areola mamae tidak masuk seluruhnya kedalam mulut bayi karena dalamarea areola mammae dan puting susu banyak terdapa tujung saraf peraba. Bila ujung syaraf ini dirangsang, maka akan timbul impuls (aliranlistrik) yang menujuh ipotalamus selanjutnya kekelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang memegang peranan utama dalam memproduksi ASI di tingkat alveolus. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan penyusunan dan isapan yang efektif, makin banyak pula produksi ASI. Ketidaklancaran ASI yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda ASI yang tidak lancar seperti ASI tidak dapat keluar secara spontan dan kadang memerlukan alat bantu sebelum di susukan ke payudara. Selain perawatan payudara ketidaklancaran ASI bisa karena faktor makanan, isapan anak, frekuensi
penyusuan stres berat lahir bayi. ASI merupakan satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi terutama pada saat bayi berumur nol sampai enam bulan, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Menurut penelitian yang pernah di lakukan oleh Maria 2012 memperlihatkan bahwa kebiasaan melakukan perwatan payudara bagi ibu menyusui dapat mengakibat kan kelancaran ASI sebanyak 36x lebih besar dibandingkan dengan ibu menyusui yang tidak memiliki kebiasaan melakukan perawatan payudara. Untuk mengatasi ketidak lancaran dianjurkan makan makanan yang bergizi, banyak istirahat. 3. Hubungan Cara Perawatan Payudara Secara Dini pada TM III dengan Kelancaran ASI pada Ibu Nifas Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa sebagian besar ibu yang tidak melakukan payudara sejak dini pada TM III ASI nya tidak lancar sebanyak 88,9% (16 ibu ) Menurut Suparyanto, 2011 Hal ini disebabkan oleh kurangnya interaksi ibu dengan tenaga kesehatan, sehingga ibu kurang mendapatkan informasi yang tepat tentang pentingnya perawatan payudara. Perawatan payudara seharusnya dimulai sejak wanita hamil sebagai persiapan untuk menyusukan bayinya pada masa nifas. Perawatan payudara pada nifas merupakan lanjutan dari perawatan selama hamil. Ambarwati (2001) ASI nya tidak keluar dengan tidak lancar jadi dapat disimpulkan bahwa perawatan payudara dapat mempengaruhi kelancaran ASI pada ibu nifas. Dalam menganalisis adanya hubungan perawatan payudara sejak dini pada TM III dengan kelancaran ASI, peneliti menggunakan rumus Uji Chi Square dengan tingkat signifikan (¨) 0,05. Setelah dilakukan perhitungan dengan SPSS didapatkan signifikan perawatan payudara sebesar 0,003 dan signifikan kelancaran ASI sebesar 0,025. Karena masing – masing signifikansi < 0,05 maka dapat diambil keputusan Ho ditolak. Hal ini mempunyai arti bahwa ada hubungan antara perawatan payudara sejak dini pada TM III dengan kelancaran ASI. Maka dapat disimpulkan
18
bahwa Perawatan payudara sejak dimulai sejak wanita hamil sebagai persiapan untuk menyusukan bayinya pada masa nifas. Ketika wanita sedang hamil banyak yang dipersiapkan untuk kelahiran dan untuk selama melahirkan. Payudara pun juga harus di persiapkan sejak kehamilanya itu perawatan payudara karena untuk menyiapkan diri ketika memberikan air susuibu (ASI) untuk sibuah hati saat dia lahir kelak. Hal ini merupakan salah satu bagian yang penting yang harus diperhatikan oleh ibu hamil sebagai persiapan untuk menyusui nantinya dan wajib dilakukan selama kehamilan. Menurut WHO supaya ASI keluar dengan lancar harus dilakukan beberapa cara antara lain dengan meningkatkan frekuensi menyusui, mengosongkan payudara, melakukan perawatan payudara dengan cara melakukan pemijatan payudara dan mengompres air hangat dan dingin bergantian. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira - kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : makanan, ketenangan jiwa dan pikiran, perawatan payudara. Ambarwati (2001). Adapun kriteria untuk mengetahui lancarnya ASI antara lain : ASI yang banyak merembes keluar melalui puting, ASI keluar secara spontan tanpa alat bantu sebelum di susukan payudara sudah tegang, bayi kencing sering + 8x/hari (www.blogspot.2010). Selain itu beberapa makanan yang disinyalir dapat mengganggu produksi ASI adalah makanan pedas & makanan yang mengandung gas karena ASI akan terasa berbeda setelah ibu mengkonsumsi makanan pedas, sehingga dapat menimbulkan proses lambung bayi atau sakit perut dan makanan yang mengandung gas maka dapat membuat bayi banyak mengeluarkan gas pid. (www.ask.com.2010) KESIMPULAN 1. Sebagian besar ibu tidak melakukan perawatan payudara secara dini pada ibu hamil TM III sebanyak 60% (18 Ibu). 2. sebagian besar ASI nya tidak lancar saat di berikan pada bayi sebanyak 17 orang (57 %) 3. Ada hubungan antara perawatan payudara
19
secara dini pada TM III dengan kelancaran ASI. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Retna Eny, 2001. Asuhan Kebidanan Nifas. Ulta Cendikia, Bantul. Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.. Jakarta : Rineka Cipta. Hegar, Badriul. 2008. Bedah ASI. Jakarta : FKUI. http:///www.depkes.go.id. ASI Terbaik Untuk Bayi. http:///www.library.usu.ac.id. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sardjito. 2001. Modul Pelatihan Manajemen Laktasi. Yogyakarta: Tim PP ASI. Sulistyawati Ari, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. ANDI: Yogyakarta. Soetjiningsih.1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. Soraya, Luluk Lely. 2007. http:///www.pitoyo.com. Kampanye ASI. Solo. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Welford, Heather. 2008. Menyusui Bayi Anda. Jakarta : Dian Rakyat. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
PENGARUH SENAM PAUD CERIA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD TARBIYATUSH SHIBYAN DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO Zulfa Rufaida Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Majapahit Mojokerto
[email protected] ABSTRAK Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh.Dilakukanya senam PAUD ceria sangat membantu perkembangan anak perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, motorik kasar dan motorik halus.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Senam PAUD Ceria terhadap kemampuan motorik kasar anak usia 3-4 tahun. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental, pendekatanOne-group pra-post test design.Populasinya semua anak PAUD tarbiyatush Shibyan Desa Gayaman Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto usia 3-4 tahun dengan sampel sebanyak 22 responden diambil dengan teknik purposive sampling.Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi yang dilakukan pada tanggal 10 Nopember – 08 Desember 2015 dengan tahap observasi sebelum senam PAUD dan setelah senam PAUD.Analisis data menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk mencari nilai mean, median dan modus. Hasil penelitian ini diketahui bahwa hampir setengahnya kemampuan motorik kasar responden sebelum melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi sebanyak 9 anak (42,9%) Mean 6.00. Setengahnya kemampuan motorik kasar responden setelah melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi sebanyak 14 anak (66,7%) mean 6.57 beda mean 0.57. Terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar setelah melakukan senam PAUD ceria, setelah dilakukan senam PAUD ceria dihasilkan nilai mean 6.57 dan beda mean 0.57. Diharapkan pada institusi PAUD untuk menambahkan variasi senam yang ditujkukan pada perkembangan motorik halus sebagai penyeimbang adanya senam PAUD ceria yang mengedepankan motorik kasar.sehingga perkembangan anak menjadi sempurna dan seimbang yaitu dengan menambah kegiatan ekstra yang dilakukan diluar sekolah, seperti out bount. Kata Kunci :Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun, Senam PAUDCeria ABSTRACT Gross motor skills is the ability of gestures that use large muscles, most or all of a limb. Early childhood cheerful gymnastic help to develop child motor development includes two classifications, gross motor and fine motor skills. This study aimed to determine the effectiveness of early childhood cheerfull gymnastics to the gross motor skills of 3-4 year old children. This was a pre-experimental research, with one-group pre-post test design, population was all students of PAUD Tarbiyatush Shibyan Children in Gayaman Mojoanyar, Mojokertoaged 3-4 years with a sample of 22 respondents. Data collection method in this research was observations conducted th th on 10 November until 8 Desember 2015 with observations phase before and after ECD gymnastic . Data analityc using normality test aimed to finding the mean, median and mode Results of this research showed that almost half of respondents gross motor skills before doing early childhood cheerful gymastic was in high category as many as 9 children (42.9%) Mean was 6.00. Half of the respondents gross motor skills after doing early childhood cheerful gymastic was in high category as many as 14 children (66.7%) mean was 6.57 difference of mean was 0.57. An increase in gross motor skills after doing ECD cheerful gymastic, after early childhood cheerful.gymnastics generated a mean value of 0.57.
20
It is expected in the institution of PAUD to add variation of gymnastics research that aimed on fine motor development as a counterweight for early childhood cheerful gymnastics that emphasizes gross motor skills. So the development of the child can be perfect and balanced by adding extra activities, that are conducted outside of school, such as out bound. Keywords : Gross motor ability of children aged 3-4 years, early childhood cheerful gymnastic PENDAHULUAN Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh.Anak yang cerdas bukan hanya anak yang lancar membaca atau menulis, tetapi anak yang cerdas adalah anak yang berkembang dengan baik seluruh kemampuan dirinya. Salah satunya adalah kemampuan fisik motoriknya yang memungkinkan anak dapat terampil bergerak, kecerdasan fisik motorik atau kinestetik adalah suatu kecerdasan dalam hal melakukan gerakan - gerakan yang bagus seperti berlari, menari, melakukan gerakan Senam merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini (Satrio, 2014). Negara maju seperti Amerika, anak mulai berjalan pada umur 11,4 – 12,4 bulan, dan anak - anak di eropa antara 12,4 – 13,6 bulan. Sedangkan di Indonesia, pada sampel yang diteliti adalah 14,2 bulan (Endah, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh Utara tahun 2011, anak balita di Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara dari bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2011 adalah 1526 (Dinkes, 2012). Berdasarkan survei awal di PAUD Tarbiyatush Shibyan pada tanggal 09 Maret 2015 melalui lembar observasi yang ditujukan pada 7 anak yang aktif mengikuti senam PAUD Ceria diperoleh hasil bahwa terdapat 5 anak (71,42%) kemampuan motorik kasarnya dalam kategori sangat tinggi dan 2 anak (28,57%) dalam kategori tinggi. Senam dengan diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anak pun turut terbina.Dilakukanya senam PAUD ceria sangat membantu perkembangan anak perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otot-
21
otot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross manipulative skill). Hal ini terdapat pada gerakan senam PAUD ceria yang dilakukan di PAUD Tarbiyatush Shibyan Gayaman Mojoanyar Mojokerto. Kondisi ideal pada perkembangan kemampuan motorik kasar anak usia 3-4 tahun yakni anak mulai mampu Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dan lainlain, hasil kemampuan gerak dan lagu anak dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh pendidik, yakni anak didik lebih sering bertanya ulang kepada pendidik sebelum dia melakukan apa yang diperintahkan pendidiknya. Sebagai upaya agar perkembangan motorik kasar anak tetap terkontrol dan mendapatkan stimulasi yang tepat maka pihak sekolah hendaknya memberikan kegiatan senam PAUD ceria ini pada peserta didik, dengan memberlakukan keikutsertaan semua anak didik dalam kegiatan senam PAUD Ceria. Pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan senantiasa memberikan arahan yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan anak usia dini, melalui penyuluhan tentang pentingnya olah raga atau gerak fisik pada anak usia dini sebagai stimulasi gerakan otor besar pada anak usia 3-4 tahun. METODE PENELITIAN Jenis dan Rancang Bangun Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental yaitu rancangan penelitian eksperimen yang paling lemah dan tidak digunakan untuk membuktikan kausalitas dengan menggunakan pendekatan One-group pra-post test design yaitu penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.
Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2013) O1 P O2 Kerangka Kerja (Frame Work) Perlakuan Senam PAUD Ceria 1. Jalan 2. Lari 3. Lompat 4. Lempar
Dependen Kemampuan Motorik Kasar
Perancu 1. Motivasi belajar 2. Pengetahuan ibu 3. Kelompok sebaya 4. Cinta dan kasih sayang 5. Jumlah saudara 6. Ganjaran atau hukuman 7. Lingkungan 8. Stabilitas rumah tangga
Gambar 1
Kerangka Kerja
Variabel dan Definisi Operasional Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Perlakuan Senam PAUD Ceria
Definisi Operasional Kriteria Gerakan fisik yang dilakukan oleh anak usia 3-4 tahun yang melibatkan gerakan tangan, kaki, badan, kepala secara teratur sesuai dengan irama diukur menggunakan lembar observasi Dilakukan selama 4x pertemuan dalam 1 bulan setiap hari jum’at
Dependent Gerakan tubuh yang Kemampuan 1) menggunakan ototmotorik otot besar atau kasar anak sebagian besar atau usia 3-4 seluruh anggota tahun 2) tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak 3) melalui stimulasi gerakan yang teratur, diukur menggunakan lembar Observasi perkembangan anak
Skala -
Sangat Ordinal tinggi (ST) : 75-100% Tinggi (T) : 51-75% Rendah (R) : 0-50% (Nisnayeni, 2013)
Populasi Pada penelitian ini populasinya seluruh anak PAUD usia 3-4 tahun di PAUD Tarbiyatush Shibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 29 siswa diambil 7 untuk studi pendahuluan sisa populasi sebanyak 22 siswa. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah sebagian anak usia 3-4 tahun di PAUD Tarbiyatush Shibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sebanyak 21 responden. Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Kriteria dalam penelitian ini sebagai berikut : Kriteria inklusi a. Anak usia 3-4 tahun yang terdaftar dan masih aktif bersekolah di PAUD Tarbiyatush Shibyan b. Anak usia 3-4 tahun yang mengikuti senam PAUD Ceria di PAUD Tarbiyatush Shibyan 4 x pertemuan Kriteria eksklusi a. Anak usia 3-4 tahun yang telah digunakan sebagai sampel dalam studi pendahuluan b. Anak usia 3-4 tahun yang menderita sakit Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PAUD Tarbiyatush Shibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar kabupaten Mojokerto.Penelitian ini dilaksanakan pada 10 Nopember – 08 Desember 2015. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan motorik kasar sesuai dengan perkembangan anak. Proses selanjutnya peneliti melakukan observasi kemampuan motorik kasar sebelum dilakukan senam PAUD Ceria dibantu oleh salah satu teman dan beberapa guru, kemudian peneliti melakukan pengamatan pelaksanaan Senam PAUD Ceria selama 4x pertemuan terhitung dalam 1 bulan.
22
kemudian peneliti melakukan observasi kembali setelah diberikan senam PAUD Ceria untuk mengetahui perubahan kemampuan motorik kasar anak dari sebelum dan setelah diberi Senam PAUD Ceria. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini berupa senam PAUD sebagai alat untuk memberikan perlakukan pada anak usia 3-4 tahun. Senam PAUD dilaksanakan selama 4x pertemuan, jika ada responden yang hanya melakukan 3x pertemuan maka peneliti akan menunggu sampai genap 4x pertemuan kemampuan motorik kasar menggunakan lembar Observasi Perkembangan anak. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No 1 2
Umur
Jumlah (f)
Prosentase %
13 8
61,9 38,1
21
100
3 tahun 4 tahun Jumlah
Didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 3 tahun sebanyak 13 anak (61,9%) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah (f)
Prosentase %
8 13
38,1 61,9
21
100
Sebagian besar responden berjenis kelaminh perempuan sebanyak 13 anak (61,9%) Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun Sebelum Melakukan Gerakan Senam PAUD Ceria No Kemampuan Motorik Kasar sebelum 1 Sangat Tinggi 2 Tinggi 3 Rendah Jumlah
Jumlah (f)
Prosentase %
3 9 9 21
14,3 42,9 42,9 100
Hampir setengahnya kemampuan motorik kasar responden sebelum melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi
23
sebanyak 9 anak (42,9%) hampir setengahnya kemampuan motorik kasar dalam kategori rendah sebanyak 9 anak (42,9%) dan sebagian kecil kemampuan motorik kasar sangat tinggi sebanyak 3 anak (14,3%). Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun Setelah Melakukan Gerakan Senam PAUD Ceria No Kemampuan Motorik Kasar setelah 1 Sangat Tinggi 2 Tinggi 3 Rendah Jumlah
Jumlah (f)
Prosentase %
5 14 2 21
12,8 66,7 9,5 100
Didapatkan bahwa setengahnya kemampuan motorik kasar responden setelah melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi sebanyak 14 anak (66,7%) dan sebagian kecil rendah sebanyak 2 anak (9,5%). Pengaruh Senam PAUD Cerita Sebelum Setelah senam PAUD senam PAUD No Kemampuan (f) % Mean (f) Motorik Kasar 1 Sangat Tinggi 3 14,3 5 2 Tinggi 9 42,9 15 6.00 3 Rendah 9 42,9 2 Total 21 100 22
% Mean 22,7 68,2 6.57 9,1 100
Beda Mean
0.57
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan senam PAUD Ceria, kemampuan motorik kasar anak dalam kategori tinggi sebanyak 9 anak (42,9%) dengan nilai mean 6,00 dan setelah dilakukan senam PAUD Ceria menjadi dalam kategori tinggi dengan nilai mean 6,57 sehingga selisih perbedaan dari dua variable serbesar 0,57 PEMBAHASAN Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun Sebelum Melakukan Gerakan Senam PAUD Ceria Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil hampir setengahnya kemampuan motorik kasar responden sebelum melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi sebanyak 9 anak (42,9%) hampir setengahnya kemampuan motorik kasar dalam kategori rendah sebanyak 9
anak (42,9%) dan sebagian kecil kemampuan motorik kasar sangat tinggi sebanyak 3 anak (14,3%). Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Endah, 2008).Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar anak usia 3-4 tahun adalah gerakan tubuh anak usia 3-4 tahun yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya (Sudjiningsih, 2012). terdapat perbedaan antara perkembangan motorik kasar anak usia 3 tahun dengan 4 tahuan diantaranya adalah Anak Usia 3 Tahun dapat berbalik atau berhenti secara tibatiba atau cepat, melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm, naik tangga tanpa dibantu, meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan. sedangkan Anak Usia 4 Tahun, sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang dicontohkan, mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi petunjuk orang dewasa. Seperti berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif, naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian (Syafira, 2013) Kemampuan motorik kasar anak PAUD Tarbiyatush Shibyan tergolong sangat tinggi, hal ini karena dipengaruhi oleh fasilitas bermain yang cukup baik, misalnya adanya jungkitan, naik tangga, dan ayunan serta panjat tali dan permainan berjalan diatas papan titian. Permainan-permainan tersebut merupakan permainan yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak terutama pada perkembangan motorik kasar.Saat peneliti melakukan observasi peneliti menemukan beberapa anak mampu melakukan semua gerakan yang peneliti ajukan sesuai dengan
kemmapuan motorik kasar melalui lembar observasi.Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut sangat mendukung hasil penelitian bahwa hampir setengahnya kemampuan motorik kasar anak PAUD Tarbiyatush Shibyan sebelum melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hampir setengah yaitu sebanyak 9 anak (42,9%) dalam kategori rendah. Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan.Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah kepala.Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki.Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai gerakan bagian tubuh terpencil.Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan (Hurlock, 2008). Kenyataan diatas bahwa 3 anak laki-laki dengan kemampuan motorik kasar sangat tinggi merupakan anak yang aktif dan selalu melakukan gerakan, seperti suka berlari dan sangat aktif.perkembangan motorik kasar dapat dipicu dengan melakukan gerakan-gerakan, karena rangsangan dari gerakan tersebut mampu mengembangkan kemampuan motoriok kasar pada anak. sehingga meskipun sebelum dilakukan senam PAUD ceria kemampuan motorik kasar anak dalam kategori sangat tinggi. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun Setelah Melakukan Gerakan Senam PAUD Ceria Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa setengahnya kemampuan motorik kasar responden setelah melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi sebanyak 14 anak (66,7%) dan sebagian kecil rendah sebanyak 2 anak (9,5%). Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.Dorong anak berlari, melompat, berdiri
24
di atas satu kaki, memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda tiga.Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 2013).Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan penampilan gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Bentuk modern dari senam ialah : Palang tak seimbang, balok keseimbangan, senam lantai. Bentuk-bentuk tersebut konon berkembang dari latihan yang digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk menaiki dan menuruni seekor kuda dan pertunjukan sirkus.Senam biasa digunakan orang untuk rekreasi, relaksasi atau menenangkan pikiran, biasanya ada yang melakukannya di rumah, di tempat fitness, digymnasiummaupun di sekolah.Sekarang, sejak kecil banyak anak sudah terbiasa diajarkan senam, baik oleh orang tua, maupun oleh pengajar olahraga di sekolah (Kinanti, 2009). Setelah melakukan senam PAUD ceria selama 4x pertemuan peneliti melakukan observasi yang kedua dengan hasil bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak usia 3-4 tahun, misalnya pada anak “AZ” yang tadinya sebelum melakukan senam PAUD Ceria gerakan motorik kasarnya dalam kategori rendah namun setelah diketahui pada observasi yang kedia mengalami peningkatan menjadi tinggi. Begitu juga dengan anak lainya.hal ini menunjukkan bahwa senam PAUD ceria sangat membantu gerakan motorik kasar anak melalui gerakan-gerakan secam PAUD ceria anak akan terbiasa melakukan gerakan sehingga kemampuan motorik kasarnya semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebagian kecil anak yaitu 2 anak (9,5%) yang mengalami kemampuan motorik kasar rendah, Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya. Anak usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya
25
pendek, cenderung berpindah- pindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi ahli pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika topik yang diajarkan menarik bagi mereka.Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Energi mereka seolah- olah tiada habisnnya (Oktaria , 2009) . Kemampuan motorik kasar setelah dilakukan senam PAUD ceria masih terdapat anak yang mempunyai kemampuan motorik kasar rendah, hal ini dikarenakan anak kurang aktif, dan tidak mengikuti gerakan senam PAUD ceria dengan benar, anak hanya ikut berbaris dan melihat temanya melakukan senam. keadaan seperti ini bisa terjadi karena tidak ada rangsangan untuk motorik kasarnya sehingga tidak bisa berkembang. kaitanya dengan hal tersebut anak yang mengalami perkembangan motorik kasar rendah terdapat pada anak perempuan, atas nama (Az dan AT) menurut informas bahwa kedua anak tersebut motorik halusnya baik, seperti mereka bisa menulis huruf dan menggambar, namun disisi lain anak ini pemalu dan pendiam, sehingga saat dilakukan senam kedua anak tersebut hanya diam dan tidak mau melakukan gerakan. PengaruhSenam PAUD Ceria dengan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 3-4 Tahun Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan senam PAUD Ceria, kemampuan motorik kasar anak dalam kategori tinggi sebanyak 9 anak (42,9%) dengan nilai mean 6,00 dan setelah dilakukan senam PAUD Ceria menjadi dalam kategori tinggi dengan nilai mean 6,57 sehingga selisih perbedaan dari dua variable serbesar 0,5. Senam merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang perkembangan fisik motorik anak usia dini. Senam dengan diiringi musik dan lagu menjadikan kecerdasan musik anak pun turut terbina. Disisi lain, melalui kegiatan senam PAUD ceria diharapkan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak dapat
berkembang pula, dengan demikian anak-anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia dapat diwujudkan. Disamping untuk mengembangkan potensi anak, dengan membiasakan anak-anak untuk berolah raga (senam) sejak dini, diharapkan nantinya anakanak gemar berolah raga, mengingat olah raga merupakan salah hal yang sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh. (Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional IV, 2007). Aktivitas olahraga yang baik untuk anak usia dini mempunyai karakteristik (1) memberi bermacam-macam pengalaman gerak (multilateral training) dalam bentuk permainan dan perlombaan; (2) merangsang perkembangan seluruh panca indra; (3)mengembangkan imajinasi/fantasi; dan (4) bergerak mengikuti irama/lagu atau cerita. Namun demikian, dari karakteristik olahraga untuk anak usia dini tersebut diusahakan dikemas dalamJurnal Kesehatan Olahraga Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, 10-19 permainan/perlombaan agar anak marasa tertarik dan mendapatkan kesenangan. (Zulkifli, 2009). Aktivitas fisik yang tepat akan memacu tumbuh kembang anak secara optimal tapi itu bukan berarti anak harus melakukan senam jasmani setiap hari seperti hal nya orang dewasa, olahraga bagi anak terutama anak balita tidak harus dalam bentuk gerakan terstruktur, seperti senam jasmani, atau bulutangkis. Kegiatan seperti bersepeda, bermain lompat tali dan berlari-larian itu sudah merupakan latihan jasmani bagi anak dan mendukung anak untuk mengeksplorasi gerak agar menjadi lebih baik. Olahraga untuk anak berdampak positif seperti melatih perkembangan motorik. SIMPULAN Hampir setengahnya kemampuan motorik kasar responden sebelum melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi. Setengahnya kemampuan motorik kasar responden setelah melakukan senam PAUD Ceria dalam kategori tinggi. Terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar setelah melakukan senam PAUD ceria, berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai mean
pada hasil observasi sebelum dilakukan senam PAUD Ceria mencapai nilai 5,20 dan setelah dilakukan senam PAUD ceria dihasilkan nilai mean 6.80 dan beda mean 1,6. DAFTAR PUSTAKA Burnawita, Agustina, 2012, Ketrampilan Motorik Kasar Dan Halus Anak Usia 3-4 Ta h u n h t t p : / / a g u s t i a b u r n a w i t a . blogspot.com /2012/12/ketrampilanmotorik-kasar-dan-halus.html Akses, 02 Maret 2015 Gustina, Dkk. 2011. Jurnal Kesehatan. Hubungan Stunting dan Stimulasi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Taman Kanak-Kanak Usia 3-5 tahun di Banda Aceh.STIT.Pajajaran. Banda Aceh. Hidayati Zulaihah. 201 Keterkaitan SEnam PAUD Ceria dengan Perkembangan Motorik Kasar. Jurnal Kesehatan. Universitas Negeri Surabaya. Hurlock, Elizabeth B , 2008, Perkembangan Anak, Jilid 1 PT. Gelora Aksara Pratama Hurlock, Elizabeth B , 2013,. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Khotimah A'yu Ihda.2012. Pendidikan Jasmani PAUD dan Karakteristik.STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta. L, Zulkifli. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syafira, 2013. Perkembangan Motorik Kasar Anak. http://bidanku.com/perkembanganmotorik-kasar-anak. AKSES 20/04/2015 Satrio,Yunus, Erick. 2014, Pengaruh Senam PAUD Ceria terhadap Kemampuan Motorik Kasar di POS PAUD Terpadu Bina Balita (3-4 Tahun) Jambangan Kota Surabaya.Universitas Negeri Surabaya. Sukamti, Endang. 2012. Jurnal Kesehatan. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Sebagai Dasar Menuju Prestasi Olah Raga. FIK.UNY.
26
Soetjiningsih (2012) Tumbuh Kembang Anak, Jakarta:Buku Kedokteran, EGC. Sulistyowati, 2012, Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). http://tumbuhkembang.net/alat/kuesionerpra-skrining-perkembangan-kpsp/, Akses, 02 Maret 2015 Tri Eko Sulistiowati,m.Pd.I , 2013, Langkahl a n g k a h s e n a m PA U D C e r i a , http://www.bppnfi-reg4.net/web/index. php/senam-ceria.html Akses, 02 Maret 2015
27
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PELAYANAN PADA IBU NIFAS DENGAN KUNJUNGAN NIFAS ( Di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya) Mega Fahmanita ABSTRACT Service satisfaction is a key indicator of health facility standard and is a measure of the quality of service. Low service satisfaction will affect the amount and regularity of visit of postpartum mother, most say not satisfied when it comes to visit based on questionnaires given. Some aspects of reliability, assurance, tangible evidence, empathy and responsiveness became one of the causes that postpartum or puerperal women do not perform the next visit. The purpose of this study was to analyze the relationship between care satisfaction of postpartum mother with postpartum visits in BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya. This type of research is Cohort / Longtudinal analytical survey. The samples are 30 puerperal mothers by simple random sampling technique. Research results obtained from 14 postpartum mothers who come to perform (KF 1) says not satisfied as much as 10 postpartum mother (76.9%). The test results using Spearman Correlation Test (rs). It is obtained that value of p = 0,000 < 0.05 and rs= 0.895. Then there is a relationship between Service Satisfaction Of Postpartum Mothers With Postpartum Visits in BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya. It can be concluded that there is a relationship between customer satisfaction mothers service in the visit purity in BPS. Hj. Satiyem Bashori, amd.keb , SST Surabaya. Mothers are expected to be able to visit her purifying regularly and regularly about 3 times the visit. On a visit to the first day 3 after delivery, a visit to two in 2 weeks after giving birth and a visit to three in 6 weeks after delivery. Keywords:Servicesatisfaction, Postpartum mothers , Postpartum visit ABSTRAK Kepuasan pelayanan merupakan indikator utama standart fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pelayanan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah dan keteraturan kunjungan yang akan dilakukan Ibu nifas, sebagian besar mengatakan Tidak puas saat datang melakukan kunjungan berdasarkan kuesioner yang diberikan. Beberapa aspek keandalan, Jaminan, Bukti nyata, Empati dan ketanggapan menjadi salah satu penyebab sehingga ibu nifas tidak melakukan kunjungan selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan antara kepuasan pelayanan pada Ibu nifas dengan Kunjungan nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya.Jenis penelitian ini adalah survei analitik Cohort / Longtudinal.Sampel sebanyak 30 Ibu nifas dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian didapat dari 14 Ibu nifas yang melakukan (KF 1) mengatakan tidak puas sebanyak 10 Ibu nifas (76,9%).Hasil pengujian menggunakan UjiKorelasi Spearman (rs). Didapatkan nilai p =0,000 < 0,05 dan rs = 0,895. Maka ada hubungan antara Kepuasan Pelayanan Pada Ibu Nifas Dengan Kunjungan Nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepuasan pelayanan pada ibu nifas dengan kunjungan nifas di BPS. Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya. Diharapkan ibu nifas dapat melakukan kunjungan nifas secara rutin dan teratur kurang lebih 3 kali kunjungan. Pada kunjungan pertama hari ke 3 setelah persalinan, kunjungan ke dua pada 2 minggu setelah persalinan dan kunjungan ke tiga pada 6 minggu setelah persalinan. Kata kunci: Kepuasan pelayanan,Ibu Nifas, Kunjungan nifas
28
PENDAHULUAN Masa nifas merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu dan bayi karena sekitar 60% kematian ibu terjadi segera setelah kelahiran dimana 50% dari kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Lebih dari 65% dari kematian tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan pada ibu serta penyuluhan kepada ibu dan keluarganya agar komplikasi nifas tidak terjadi (Nanny, 2011). Kunjungan nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang mungkin terjadi (Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin. Asuhan masa nifas diperlukan setelah proses persalinan karena masa ini merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Pada masa nifas sebaiknya ibu paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Damai Yanti, 2011). Dalam memberikan pelayanan nifas, bidan harus mampu menerapkan pelayanan nifas yang berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani oleh bidan (Syafrudin, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%, tahun 2011 adalah 77,65%, tahun 2012 adalah 79,21 %, tahun 2013 adalah 83,10 %. Walaupun cakupan pelayanan ibu nifas mengalami peningkatan, namun masih jauh dari target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target standar pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2015 adalah 90%. Sedangkan cakupan pelayanan ibu nifas di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 81 %, ini berarti cakupan kunjungan ibu nifas
29
belum memenuhi target (Departemen Republik Indonesia, 2014). Cakupan pelayanan ibu nifas di Surabaya, tahun 2014 adalah 75,21 % (Dinas Kesehatan Jawa timur, 2014). Pada masa nifas sebaiknya ibu paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Damai Yanti, 2011). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya pada bulan Februari Maret 2015 terdapat sebanyak 36 ibu nifas,yaitu diperoleh 16 ibu nifas melakukan kunjungan nifas dan 20 diantaranya tidak melakukan kunjungan Nifas. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kepuasan Pelayanan Pada Ibu Nifas Dengan Kunjungan Nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb. SST Surabaya. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah obsevasional, yakni hanya mengamati tanpa melakukan intervensi pada objek penelitian. Berdasarkan waktunya penelitian ini di kelompokkan dalam penelitian Cohort atau Longtudinal yakni rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (berulang) antara ke dua variabel. Berdasarkan analisa data, penelitian ini merupakan penelitian analitik, yaitu penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, membutuhkan jawaban mengapa dan bagaimana, penelitian ini biasanya menggunakan analisis statistik inferensial (A. Alimul Azis Hidayat, 2014).Sampling penelitian ini menggunakan teknik simplerandom sampling. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah 32 Ibu Nifas yang melakukan kunjungan nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd. Keb, SST Surabaya pada bulan April – juni 2015.
Amd.Keb, SST pada Bulan April – Juni 2015
Sampel 32 1 + 32.(0,05 2 ) 32 n= 33.(0,025) n = 29,62 dibulatkan menjadi 30 .
Nilai : n =
Sampel penelitian ini mengambil 30 ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya pada bulan April – juni 2015. Tehnik pengumpulan data Penelitian ini mengunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti yang sebelumnya tidak ada.Data primer dalam penelitian ini adalah kepuasan pelayanan pada Ibu nifas dengan Kunjungan Nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb,SST Surabaya. Dan Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dalam bentuk pertanyaan atau peryataan. Analisa Data Pada penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu UjiKorelasi Spearman (rs) / uji Rank Spearman. Adapun rumus dari uji Rank Spearman adalah : r s=
Ʃx²+Ʃy²-Ʃd² 2√Ʃx² Ʃy²
Keterangan : Uji Hipotesis : t = rs √ n – 2/ 1 - rs2 a. jika nilai p < α dengan nilai α = 0,05 maka HO ditolak H1 diterima, maka ada hubungan. b. jika nilai p > α dengan nilai α = 0,05 maka H1 diterimaH 0 ditolak, maka tidak ada hubungan. HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang hubungan antara kepuasan pelayanan pada ibu nifas dengan kunjungan nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ibu Nifas yang Melakukan Kunjungan Berdasarkan Umur di BPS Hj. Satiyem Bashori,
No 1. 2. 3.
Umur (Tahun) Frekuensi <20 Tahun 8 20-30 Tahun 15 >30 Tahun 7 Jumlah 30 Sumber : Data primer 2015
Prosentase % 26,6 % 50 % 23,4 % 100
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ibu Nifas yang Melakukan Kunjungan Nifas Berdasarkan Pendidikan di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST pada Bulan April – Juni 2015 No 1. 2. 3.
Pendidikan Frekuensi SD 7 SMP 7 14 SMA 2 Perguruan Tinggi Jumlah 30 Sumber : Data primer 2015
Prosentase % 23,3 % 23,3 % 46,7 % 6,7 % 100
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ibu Nifas yang Melakukan Kunjungan Nifas Berdasarkan Pekerjaan di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST pada bulan April – Juni 2015 No 1. 2.
Pekerjaan Frekuensi Bekerja 14 Tidak Bekerja 16 Jumlah 30 Sumber : Data primer 2015
Prosentase % 46,7 % 53,3 % 100
Tabel 5 Distribusi frekuensi Kepuasan pelayanan pada Ibu Nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb,SST Surabaya pada bulan april – juni 2015 No 1. 2. 3. 4.
Kepuasan Frekuensi Sangat Puas 3 Puas 11 Tidak Puas 13 Sangat Tidak Puas 3 Jumlah 30 Sumber : Data primer 2015
Prosentase % 10 % 36,6 % 43,4 % 10 % 100
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kunjungan Nifas yang ada di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb,SST Surabaya. pada bulan April – Juni 2015 No 1. 2. 3.
Kunjungan Frekuensi KF 1 14 KF 2 9 KF 3 7 Jumlah 30 Sumber : Data primer 2015
Prosentase % 46,6 % 30 % 23,4 % 100
30
Tabel 7 Tabulasi Silang Kepuasan pelayanan pada ibu nifas dengan kunjungan nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb,SST Surabaya pada bulan April – Juni 2015 Kunjungan Nifas KF 1 KF 2 KF 3 Σ % Σ % Σ % Sangat Puas 1 33,33 1 33,33 1 33,33 Puas 2 18,2 5 45,5 4 36,3 Tidak Puas 10 76,9 2 15,4 1 7,8 Sangat 1 33,33 1 33,33 1 33,33 Tidak Puas 14 46,6 9 30 7 23,4 Kepuasan Pelayanan
-
%
3 11 13 3
100 100 100 100
30
100
Sumber : Data primer 2015
PEMBAHASAN 1. Kepuasan Pelayanan pada Ibu Nifas Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa ibu nifas sebagian besar mengatakan Tidak puas dengan pelayanan di BPS. Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya sebanyak 13 ibu nifas (43,4%) dan ibu nifas sebagian kecil mengatakan Puas dengan pelayanan di BPS. Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya sebanyak 11 ibu nifas (36,6%). Menurut Susianti,2011. Kepuasan pelayanan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelayanan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut, sedangkan sikap karyawan terhadap pasien juga akan berdampak terhadap kepuasan pelayanan dimana kebutuhan pasien dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas mengatakan Tidak puas. Di karenakan pelayanan yang kurang maksimal. dapat dilihat dari ketepatan penerimaan pelayanan, ketepatan pelayanan, kesesuaian jadwal pelayanan, kejelasan prosedur, ketepatan solusi, ketepatan penjelasan, peringatan bidan, tanggap pelayanan dan kepuasan pelayanan yang diberikan. Bidan lebih bisa meningkatkan pelayanan yang diberikan sehingga ibu nifas mendapatkan kepuasan yang ibu inginkan saat melakukan kunjungan.
31
2. Kunjungan Nifas Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa ibu nifas sebagian besar yang melakukan KF 1 di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST sebanyak 14 ibu nifas (46,6%) dan ibu nifas sebagian kecil yang datang melakukan KF 3 sebanyak 7 ibu nifas (23,4%). Menurut Dinas kesehatan Republik Indonesia, 2012. Kunjungan Nifas adalah Pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan). Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera 6 jam pertama setelah persalinan, selanjutnya diperlukan 3 kali pemeriksaan nifas yaitu pada kunjungan pertama pada hari ke- 3, kunjungan kedua pada hari ke-14, dan kunjungan ketiga pada hari ke-40 setelah persalinan. Berdasarkan uraian di atas, ibu nifas yang datang melakukan kunjungan hanya melakukan kunjungan nifas yang pertama, dan selanjutnya tidak semua ibu nifas melakukan kunjungan nifas yang kedua dan ketiga. Di karenakan saat melakukan kunjungan pertama kurangnya informasi seperti ketepatan jadwal kunjungan, perhatian bidan kepada ibu nifas, serta penyuluhan yang diberikan oleh bidan kepada ibu nifas sehingga ibu nifas yang melakukan kunjungan nifas mengatakan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. 3. Hubungan Kepuasan Pelayanan pada Ibu Nifas dengan Kunjngan Nifas Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa Ibu nifas sebagian besar yang melakukan KF 1 di BPS Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya mengatakan Tidak puas sebanyak 10 ibu nifas (76,9%), dan ibu nifas sebagian kecil yang datang melakukan KF 1 mengatakan Puas sebanyak 2 ibu nifas (18,2%). Menurut Susianti, 2011. Kepuasan pelayanan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelayanan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi fasilitas kesehatan tersebut.kepuasan pelayanan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi Mutu pelayanan fasilitas kesehatan tersebut. Jika kualitas pelayanan lebih rendah dari harapan,
pelanggan akan kecewa dan merasa tidak puas. Jika sebaliknya kulitas pelayanan melebihi harapan, pelanggan akan merasa puas. Berdasarkan uraian di atas, ketidakpuasan pelayanan yang di dapat oleh ibu nifas di karenakan ketepatan penerimaan pelayanan yang kurang, ketidaksesuaian jadwal pelayanan, kejelasan prosedur yang kurang jelas, ketidaktepatan solusi dan penjelasan yang diberikan oleh bidan saat melakukan kunjungan sehingga ibu nifas hanya melakukan kunjungan yang pertama dan kunjungan selanjutanya hanya beberapa yang melakukan kunjungan. dan salah satu cara untuk meningkatkan kunjungan ibu nifas yaitu dengan memberikan informasi secara jelas mengenai kunjungan yang dilakukan oleh ibu sehingga ibu nifas secara teratur melakukan kunjungan mulai dari kunjungan pertama hingga kunjungan ketiga. Sehingga makin puas makin sering berkunjung dan apabila makin tidak puas makin jarang berkunjung. KESIMPULAN 1. Sebagian besar ibu nifas mengatakan Tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh BPS.Hj. Satiyem Bashori, Amd.Keb, SST Surabaya. sebanyak 13 ibu nifas (43,4 %). 2. Sebagian besar ibu nifas melakukan kunjungan nifas pada kunjungan pertama (KF 1) sebanyak 14 ibu nifas (46,6 %). 3. Ada Hubungan Antara Kepuasan Pelayanan Pada Ibu Nifas Dengan Kunjungan Nifas di BPS Hj. Satiyem Bashori Amd.Keb, SST Surabaya. ρ = 0,000 dan rs = 0,895 Sehingga makin puas makin sering melakukan kunjungan. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, 2010. “Asuhan Masa Nifas”. Jakarta : Salemba Medika Anggraini, Yetti. 2010. “Asuhan Kebidanan Masa Nifas”. Yogyakarta : Pustaka Rihama Ariani, D. Wahyu. 2009. “Manajemen Operasi Jasa”. Yogyakarta: Graha Ilmu
Depkes RI.go.id (diakses pada tanggal 15 April 2015, pukul 20:21) Damai Yanti, Dian S. 2011. “Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas”. Bandung: Refika aditama Hidayat , Alimul A. 2014. “Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa”. Jakarta: Salemba medika Jasfar, Farida. 2012. “Teori dan Aplikasi Sembilan kunci keberhasilan Bisnis Jasa”. Jakarta: Salemba Empat Koniak Reeder, Griffin. 2011. “Keperawatan Maternita”s. Jakarta: EGC Nandan Limakrisna,Wilhelmus. 2012. “Manajemen Pemasaran Teori dan Aplikasi dalam Bisnis”. Jakarta: Mitra Wacana Media Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. “Metodelogi Penelitian Kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta. Nurjanah, siti, 2010. “Asuhan Kebidanan Post Partum”. Jakarta : Refika Aditama Nursalam. 2011. “Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan”. Jakarta: Salemba medika Soesanto, Wibisono. 2012. “Biostastistik Penelitian Kesehatan”. Surabaya: Duatujuh Sudaryono, sudiawan . 2013.” Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan”. Yogyakarta : Graha Ilmu Susianti, Septi, 2010. ”Kepuasan Pasien Te r h a d a p P e l a y a n a n N i f a s Ya n g Dilaksanakan Oleh Bidan”. diakses tanggal 15 April 2015 pukul 19.00 WIB dari http://repository.usu.ac.id/
Vivian nanny Dewi, Tri Sunarsih. 2011. “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas”. Jakarta: Salemba medika Zulkarnain. 2014. “Entrepreneurial Marketing”. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dinkes.jatimprov.go.id(diakses pada tanggal 15April 2015, pukul 17:06 )
32