Metode Simple Additive Weighting Dalam Penentuan Sabun Wajah Bagi Pria Berdasarkan Jenis Kulit Wajah (Studi Kasus: Mahasiswa STMIK IKMI Cirebon) At Thariq Ramadhan, Tri Ginanjar Laksana, Ade Irma P Sekolah Tinggi Manajemen Informatika STMIK - IKMI Cirebon Perjuangan Jl. PerjuanganNo. 10-B Majasem Cirebon email : trqdann @gmail.com,
[email protected] ,
[email protected], Abstrak STMIK IKMI Cirebon adalah sebuah Sekolah tinggi membuka program studi jenjang Diploma (D-III) dan Sarjana (S-I). Kesulitan dalam memilih sabun wajah pria sangat mungkin terjadi karena deskripsi sabun wajah pria yang kurang lengkap serta banyaknya sabun wajah pria yang sama satu dengan lainnya dengan merk yang sama., maka diperlukan suatu sistem pendukung keputusan yang mempunyai kemampuan menentukan sabun wajah yang cocok dengan kulit wajah yang mengacu pada metode Simple Additive Weighting. Dalam proses perancangan metode simple additive weighting dalam penentuan sabun wajah untuk pria yang sesuai dengan jenis kulit wajah. Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Dalam hal ini alternatif yang dimaksudkan yaitu sabun wajah yang terpilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sistem pendukung keputusan ini dapat memberikan keputusan alternatif sabun wajah terpilih yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan sabun wajah yang sesuai dengan jenis kulit wajah.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Simple Additive Weighting. A.
Latar Belakang Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kirakira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m2. [1]. Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuhserta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital dan esensial serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Djuanda, 2007). [1]. Pada dasarnya kulit pria dan wanita itu berbeda. Kulit pria lebih besar pori-porinya, lebih kasar dan lebih tebal dibandingkan wanita. Maka perawatan kulit wajah pria lebih sulit daripada perawatan kulit wajah wanita. Karena itu banyak para pria yang sudah dengan teliti merawat kulit wajahnya terutama dengan sabun
cuci wajah. Kulit mempunyai beberapa jenis kulit kombinasi, kulit normal, kulit berminyak, dan kulit kering. Salah satu jenis kulit yang diakibatkan oleh kelenjar minyak yang tidak dapat memproduksi minyak yang berguna untuk membantu menjaga kelembaban kulit wajah maupun kulit lainnya. Wajah adalah anggota tubuh yang terpenting dan harus selalu dirawat dan dijaga setiap hari. Selain itu juga wajah menjadi harta yang berharga. Selain wanita, pria juga diwajibkan untuk merawat wajah mereka agar terhindar dari masalah-masalah kulit yang mengganggu. Tentunya memiliki kulit putih dan bersih dambaan semua manusia, tidak lain adalah pria. Meskipun impian untuk memiliki kulit impian wanita, namun tidak ada salahnya jika pria juga menginginkan hal serupa bukan. Pada umumnya wanita menyukai pria yang memiliki kulit putih bersih, namun tidak semua wanita meyukai pria yang berkulit putih. Mempunyai kulit putih dan sehat adalah daya tarik tersendiri bagi kaum pria, sebab katanya pria yang memiliki kulit putih akan menjadi incaran kaum wanita.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
61
Biasanya kulit kering disebabkan oleh beberapa faktor umum, seperti faktor usia, faktor jenis kelamin, faktor genetik, dan juga karena iklim. Salah satu gejala yang biasa ditunjukkan oleh kulit kering adalah kulit yang bersisi dan juga menyerpih. Maka dari itu, kulit ini tidak bisa terkena suhu yang panas. Kulit kering adalah suatu masalah kulit yang akan sangat mengganggu, terlebih lagi kulit kering pada bagian wajah. Kulit wajah yang kering akan tampak tidak memancarkan kesegaran pada bagian wajah. Kulit wajah yang kering akan tampak tidak memancarkan kesegaran dan bahkan terlihat seperti kaku. Padahal wajah yang segar dapat menambah rasa kepercayaan diri. Kulit memproduksi minyak yang berfungsi sebagai pelindung kulit dari bahaya dari luar seperti polusi dan debu yang akan masuk kedalam pori-pori kulit. Selain itu minyak pada kulit sebagai cairan yang mampu menjaga keremajaan kulit dan menjadikan kulit menjadi kenyal. Namun kelebihan minyak pada kulit, wajah khususnya akan menambah masalah baru bagi kita. Kelebihan minyak pada kulit wajah atau singkat saja kita sebut wajah berminyak akan menyebabkan kurangnya percaya diri saat tampil di depan umum karena wajah akan terlihat kusam dan menkilap. Wajah berminyak juga akan menangkap udara di sekitar dan mengendapkan debu dan polusi di wajah. Akibatnya pori wajah tertutup dan timbulah jerawat. 1.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana menentukan sabun wajah yang cocok dengan jenis kulit wajah dalam beberapa kriteria menggunakan metode SAW. 2. Bagaimana sistem dapat memberikan keputusan alternatif sabun wajah menggunakan metode SAW yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk memilih sabun wajah untuk pria yang sesuai dengan jenis kulit wajah berbasis PHP? 1.2
Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dibahas dalam Penelitian ini yaitu Bagaimana membuat aplikasi sistem pendukung keputusan Penentuan Sabun
Wajah Untuk Pria Yang Sesuai Dengan Jenis Kulit Wajah 1.3 Tujuan Penulisan 1 Dapat menyajikan informasi yang mampu menyediakan pilihan bagi pria dalam menggunakan sabun wajah yang sesuai dengan jenis kulitnya. 2 Membuat aplikasi komputerisasi, untuk mempermudah kaum pria dalam menentukan sabun wajah pria yang sesuai dengan jenis kulit. 3 Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Terciptanya suatu sistem pendukung keputusan penentuan sabun wajah untuk pria yang sesuai dengan jenis kulit wajah 1.4
Batasan Masalah Agar sistem pendukung keputusan lebih terarah, Adapun batasan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah: 1. Pemilihan sabun wajah yang sesuai dengan jenis kulit wajah oleh responden. 2. Jenis Sabun wajah yang akan diteliti adalah sabun wajah yang bersifat krim atau facial foam. 3. Jumlah sabun wajah yang akan diteliti hanya 5 (lima) yaitu; a. Men’s Biore Double Scrub White and black. b. Pond’s Men Energy Charge. c. Garnier Men Acno Fight. d. Nivea Men Oil Control Acne Clear. e. Oxy Perfect Wash 6. Kriteria penentuannya adalah jenis kulit, harga, kualitas, popularitas dan jenis foam. 1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit, pengembangan IPTEK dan bagi peningkatan nilai ekonomi, adapun manfaatnya adalah: 1. Dapat menyajikan informasi yang mampu menyediakan pilihan bagi responden sebagai sarana pendukung dalam pengambilan suatu keputusan. 2. Mampu membantu responden dalam menentukan jenis sabun wajah yang sesuai dengan kulitnya. B. 2.1.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
Tinjauan Pustaka Konsep Sistem Pendukung Keputusan
62
Sistem pendukung keputusan/ Decision Support Sistem (DSS) termasuk bagian dari sistem informasi berdasarkan dukungan kepada pemakainya, dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik. Sebelum mengetahui definisi sistem pendukung keputusan alangkah baiknya mengetahui konsep sistem pendukung keputusan terlebih dahulu, mulai dari sistem, informasi, keputusan dan sistem informasi. 2.1.1. Sistem Sistem diartikan sebagai sekumpulan elemen yang bekerja sama dalam suatu kesatuan untuk melaksankan suatu fungsi yang berguna. [1] 2.1.2. Informasi Informasi merupakan hasil olahan data, di mana data tersebut sudah diproses dan diinterprestasikan menjadi sesuatu yang bermakna untuk pengambilan keputusan. Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi, sehingga informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, kerdil dan akhirnya berakhir. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal data item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan nyata. ”Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat yang tertentu. (Jogiyanto 1999, h.7)”. [1] 2.1.3. Keputusan Keputusan merupakan kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam pemecahan masalah tersebut. Tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini manajer akan memberikan solusi terbaik atas sesuatu itu disebut pengambilan keputusan. [2] 2.1.4. Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Definisi sistem informasi menurut Abdul Kadir adalah “sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan
(input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan”.[1] 2.1.5. Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support Sistem (DSS) Pada penelitian penentuan sabun wajah yang sesuai dengan kulit wajah ini menggunakan sistem pendukung keputusan/ Decision Support System (DSS). Sistem pendukung keputusan adalah bagian dari sistem infomasi berdasarkan dukungan kepada pemakainya, sistem pendukung keputusan dipilih karena dapat memberikan keputusan yang membantu kaum pria dalam memilih sabun wajah yang cocok. DSS merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. [2] DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS. Aplikasi DSS menggunakan CBIS (Computer Based Information System) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambilan keputusan. Tahap-tahap pembuatan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah. 2. Pemilihan metode pemecahan masalah. 3. Pengumpulan data yang dibutuhkan untuk melaksanakan model keputusan tersebut. 4. Mengimplementasi model tersebut. 5. Mengevaluasi sisi positif dari setiap alternatif yang ada. 6. Melaksanakan solusi terpilih. [2] 2.1.6. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan Tujuan dari sistem pendukung keputusan adalah: 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur. 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
63
3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih dari pada perbaikan efesiensinya. 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah. 5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbedabeda (menghemat biaya perjalanan). 6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga alternatif yang bisa dievaluasi. 7. Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan. Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. Teknologi pengambilan keputusan bisa menciptakan pemberdayaan yang signifikan dengan cara memperbolehkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik secara cepat, bahkan jika mereka memiliki pengetahuan yang kurang. 8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan. Otak manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk memproses dan menyimpan informasi. Orangorang kadang sulit mengingat dan menggunakan sebuah informasi dengan cara yang bebas dari kesalahan. [2] 2.1.7. Metode-Metode Sistem Pendukung Keputusan Adapun beberapa metode yang sering digunakan dalam pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan, adalah sebagai berikut: 1. Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. [1] 2. Simple Additive Weighting (SAW) Metode SAW sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan
proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. [3] 3. Weighted Product (WP) Metode Weighted Product merupakan sebuah metode di dalam penentuan sebuah keputusan dengan cara perkalian untuk menghubungkan rating atribut, dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan. Proses tersebut sama halnya dengan proses normalisasi. [4] 4. Simple Multi-Attribute Rating Technique (SMART) Metode SMART adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif optimal dengan kriteria tertentu. Inti dari SMART adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. [5] 5. Technique Order Preference by Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multi criteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yonn dan Hwang (1981) dengan ide dasarnya adalah bahwa alternatif yang dipilih memiliki jarak terdekat dengan solusi ideal positif dan memiliki jarak terjauh dasi solusi ideal negatif. [6]
2.1.8. Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan Aplikasi sistem pendukung keputusan bisa terdiri dari beberapa subsistem, yaitu: a. Subsistem Manajemen Data Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data yang relevan untuk suatu situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS/ Data Base Management System). Subsistem manajemen data terdiri dari elemenelemen berikut: 1. Database sistem pendukung keputusan. 2. Sistem Manajemen Database/ Database Management System (DBMS). 3. Direktori data. 4. Fasilitas Query. [2] b. Subsistem Manajemen Model Merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
64
memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. c. Subsistem Antarmuka Pengguna Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan sistem pendukung keputusan melalui subsistem tersebut. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem.
Memiliki minyak yang cukup tidak berlebihan, untuk menjaga kelembaban kulit. Kulit anda tidak termasuk kering dan tidak termasuk berminyak. Kulit jenis ini tidak mengalami masalah seperti jenis kulit lain. [7] 6. Jenis Kulit Sensitif Bisa mudah iritasi atau gatal bila menggunakan produk tertentu. Kulit sensitif biasanya disebabkan faktor keturunan. Pengelupasan kulit dengan bahan kimia yang kemudian terkena paparan sina matahari terlalu lama juga dapat menyebabkan kulit menjadi sensitif.[7]
d. Susbsistem Manajemen Berbasis-Pengetahuan Subsistem tersebut mendukung semua subsistem lain atau betindak langsung sebagai suatu komponen independen dan bersifat opsional. [2] 2.2.
Jenis Kulit Wajah Kulit merupakan “selimut” yang menutupi perwajahan tubuh dan memiliki fungsi sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Ada lima jenis kulit dengan sifat dan kekhasan masing-masing. Berikut ini adalah jenis-jenis kulit: 1. Jenis Kulit Dehidrasi. Bukan berarti jenis kulit yang kekurangan minyak, melainkan kekurangan air, ini disebabkan oleh matahari, sabun, dan berada dalam pesawat terbang. Atasi Kulit dehidrasi dengan banyak minum air putih dan sering melembabkan kulit. [7] 2. Jenis Kulit Kering Terjadi bila kelenjar minyak tidak cukup memproduksi minyak untuk menjaga kelembaban kulit. Kulit kering bisa disebabkan oleh faktor keturunan, usia, dan iklim. Iklim yang kering dapat mengurangi produksi kelenjar minyak. Jenis kulit ini mudah sekali terlihat bersisik dan menyerpih. [7] 3. Jenis Kulit Berminyak Disebabkan terlalu banyak produksi minyak sehingga sering muncul jerawat. Jenis kulit ini bisa disebabkan faktorgenetik, diet, dan iklim. Cuaca yang panas ditambah keringat setelah berolahraga dapat membuat kulit sangat berminyak. Wajah akan tampak selalu mengilap. Kulit jenis ini bisa lebih awet muda daripada jenis kulit kering. [7] 4. Jenis kulit Kombinasi Adalah kulit wajah yang kering dibagian tertentu, tapi berminyak dibagian lain. Bagian disekitar hidung biasanya berminyak dengan pori-pori yang besar, sedangkan bagian dahi, pipi, dan leher cenderung kering. [7] 5. Jenis Kulit Normal
2.3.
Metode Simple Additive Weighting Metode yang digunakan untuk penentuan sabun wajah yang sesuai dengan jenis kulit dipilih metode SAW, karena metode ini menentukan nilai bobot untuk setiap atribut kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatife terbaik, alternative yaitu kriteria-kriteria yang ditentukan. Dengan metode perangkingan diharapkan lebih tepat dan akurat karena sudah didasarkan pada kriteria dan bobot yang sudah ditetapkan sehingga dapat menentukan sabun wajah yang sesuai dengan jenis kulitnya. [8] Metode ini merupakan metode yang paling dikenal dan banyak digunakan orang dalam menghadapi situasi MADM. Metode ini mengharuskan pembuat keputusan menentukan bobot bagi setiap atribut. Skor total untuk sebuah alternatif diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara rating yang dapat dibandingkan lintas atribut) bobot dan tiap atribut. Rating tiap atribut telah melewati proses normalisasi sebelumnya. Metode SAW dikenal sebagai istilah penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Formula untuk melakukan normalisasi tersebut adalah sebagai berikut: dengan rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n.
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
65
Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai:
V =W x R dengan: V = Nilai Matriks w = Matriks rating kepentingan (bobot) r = rating Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih. Setelah tujuan dan alternatif keputusan telah didapatkan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kmpulan kriteria. [8] 2.4.
Model Air Terjun (Waterfall) Metode pengembangan sistem yang nantinya akan digunakan untuk sistem ini adalah metode SDLC (Sistem Development Life Cycle) dengan model Waterfall. Model Waterfall dipilih karena apabila terjadi kesalahan pada perangkat lunak yang dibangun, maka kita bisa lebih mudah untuk mengevaluasi kesalahannya, selain itu perangkat lunak yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan kualitas yang baik. Model air terjun (Waterfall). Model ini mengambil kegiatan proses dasar seperti spesifikasi, pengembangan, validasi, dan evolusi, dan merepresentasikannya sebagai fase-fase proses yang berbeda seperti spesifikasi persyaratan, perancangan perangkat lunak, implementasi, pengujian, dan seterusnya. [9] Berkat penurunan dari satu fase ke fase yang lainnya, model ini dikenal sebagai ‘model air terjun’ atau siklus hidup perangkat lunak. Tahap-tahap utama dari model ini memetakan kegiatan-kegiatan pengembangan dasar yaitu: 1. Analisis dan definisi persyaratan. Pelayanan, batasan, dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi dengan user sistem. Persyaratan ini kemudian didefinisikan secara rinci dan berfungsi sebagai spesifikasi sistem. 2. Perancangan sistem dan perangkat lunak. Proses perancangan sistem membagi persyaratan dalam sistem perangkat keras atau perangkat lunak. Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara
keseluruhan. Perancangan perangkat lunak melibatkan identifikasi dan deskripsi abstraksi sistem perangkat lunak yang mendasar dan hubungan-hubungannya. 3. Implementasi dan pengujian unit. Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Pengujian unit melibatkan verifikasi bahwa setiap unit telah memenuhi spesifikasinya. 4. Integrasi dan pengujian sistem. Unit program atau program individual diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi. Setelah pengujian sistem, perangkat lunak dikirim kepada pelanggan. 5. Operasi dan pemeliharaan. Biasanya (walaupun tidak seharusnya), ini merupakan fase siklus hidup yang paling lama. Sistem diinstal dan dipakai. Pemeliharaan mencakup koreksi dari berbagai error yang tidak ditemukan pada tahaptahap terdahulu, perbaikan atas implementasi unit sistem dan pengembangan pelayanan sistem, sementara persyaratan-persyaratan baru ditambahkan. [9] Analisis dan Definisi Persyaratan
Perancangan sistem dan perangkat lunak
Implementasi dan pengujian unit
Integrasi dan pengujian sistem
Operasi dan pemeliharaan
2.5.
Konsep Database Database merupakan salah satu dari elemen subsistem manajemen data yang merupakan salah satu subsistem dari aplikasi sistem pendukung keputusan. Pada pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan kesehatan bayi baru lahir berdasarkan pemeriksaan antropometri database server yang digunakan adalah MySQL. 2.5.1. Data Data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli,pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan sebagainya, yang diwujudkan dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya. [10]
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
66
2.5.2. Database Sebagai satu kesatuan istilah, Basis Data (Database) sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti: 1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. 2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 3. Kumpulan file/ tabel/ arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis. [10] 2.5.3. My Strukture Query Language (MYSQL) MySQL adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal. Kepopulerannya disebabkan MySQL menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses databasenya. Selain itu, ia bersifat Open Source. MySQL termasuk jenis RDBMS (Relational Database Management System). Pada MySQL, sebuah database mengandung satu atau sejumlah tabel. Tabel terdiri atas sejumlah baris dan setiap baris mengandung satu atau beberapa kolom. [11] 2.6.
Perancangan Sistem Untuk melakukan perancangan sistem, dibutuhkan alat bantu perancangan. Dalam tahapan ini, pengembangan sistem bisa menentukan arsitektur sistemnya, merancang gambaran konseptual sistem, merancang database, perancangan interface, hingga membuat flowchart program. Beberapa alat bantu yang bisa digunakan dalam pembuatan sistem pendukung keputusan adalah Flowmap, Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD), Flowchart, dan Normalisasi. 2.6.1. Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) awalnya dikembangkan oleh Chris Gane dan Trish Sarson pada tahun 1979 yang termasuk dalam Structured Systems Analysis and Design Methodology (SSADM) yang ditulis oleh Chris Gane dan Trish Sarson. Sistem yang dikembangkan ini berbasis pada dekomposisi fungsional dari sebuah sistem. Berikut adalah contoh DFD yang dikembangkan oleh Chris Gane dan Trish Sarson: [12]
Produsen Atau konsumen
1.2.3
proses
D4
nama penyimpanan data
Gambar 2.2 DFD yang dikembangkan Chris Gane & Trish Sarson Edward Yourdon dan Tom DeMarco memperkenalkan metode yang lain pada tahun 1980an di mana mengubah persegi dengan sudut lengkung (pada DFD Chris Gane dan Trish Sarson) dengan lingkaran untuk menotasikan. DFD Edward Yourdon dan Tom DeMarco populer digunakan sebagai model analisis sistem perangkat lunak untuk sistem perangkat lunak yang akan diimplementasikan dengan pemrograman terstruktur. Informasi yang ada di dalam perangkat lunak dimodifikasi dengan beberapa transformasi yang dibutuhkan. Data Flow Diagram (DFD) atau dalam bahasa Indonesia menjadi Diagram Alir Data (DAD) adalah representasi grafik yang menggambarkan aliran informasi dan transformasi informasi yang diaplikasikan sebagai data yang mengalir dari masukan (input) dan keluaran (output). DFD dapat digunakan untuk merepresentasikan sebuah sistem atau perangkat lunak pada beberapa level abstraksi. DFD dapat dibagi menjadi beberapa level yang lebih detail untuk merepresentasikan aliran informasi atau fungsi yang lebih detail. DFD menyediakan mekanisme untuk pemodelan fungsional ataupun pemodelan aliran informasi. Oleh karena itu, DFD lebih sesuai digunakan untuk memodelkan fungsi-fungsi perangkat lunak yang akan diimplementasikan menggunakan pemrograman terstruktur karena pemrograman terstruktur membagi-bagi bagiannya dengan fungsi-fungsi dan prosedur-prosedur. Notasi-notasi pada DFD (Edward Yourdon dan Tom DeMarco) adalah sebagai berikut: [12] Berikut ini adalah tahapan-tahapan perancangan dengan menggunakan DFD: 1. Membuat DFD level 0 atau sering disebut juga Context Diagram DFD Level 0 menggambarkan sistem yang akan dibuat sebagai suatu entitas tunggal yang berinteraksi dengan orang maupun sistem lain. DFD Level 0 digunakan untuk menggambarkan
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
67
interaksi antara sistem yang akan dikembangkan dengan entitas luar. 2. Membuat DFD level 1 DFD level 1 digunakan untuk menggambarkan modul-modul yang ada dalam sistem yang akan dikembangkan. DFD level 1 merupakan hasil breakdown DFD Level 0 yang sebelumnya dibuat. 3. Membuat DFD Level 2 Modul-modul pada DFD Level 1 dapat dibreakdown menjadi DFD Level 2. Modul mana saja yang harus di-breakdown lebih detail tergantung pada tingkat kedetailan modul tersebut. Apabila modul tersebut sudah cukup detail dan rinci maka modul tersebut sudah tidak perlu untuk di-breakdown lagi. Untuk sebuah sistem, jumlah DFD Level 2 sama dengan jumlah modul pada DFD Level 1 yang di-breakdown. 4. Membuat DFD Level 3 dan seterusnya DFD Level 3, 4, 5, dan seterusnya merupakan breakdown dari modul pada DFD Level diatasnya. Breakdown pada level 3, 4, 5, dan seterusnya aturannya sama persis dengan DFD Level 1 atau Level 2. [12] 2.6.2. Entity Relationship Diagram (ERD) Pemodelan awal basis data yang paling banyak digunakan adalah menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD). ERD dikembangkan berdasarkan teori himpunan dalam bidang matematika. ERD digunakan untuk pemodelan basis data relasional. Sehingga jika penyimpanan basis data menggunakan OODBMS maka perancangan basis data tidak perlu menggunakan ERD. Berikut adalah simbol-simbol yang digunakan pada ERD: [12] Ada beberapa derajat relasi yang dapat terjadi, yaitu: 1. One to One, menggambarkan bahwa antara 1 anggota entity A hanya dapat berhubungan dengan 1 anggota entity B. Biasanya derajat relasi ini digambarkan dengan simbol 1-1. 2. One to Many, menggambarkan bahwa 1 anggota entity A dapat memiliki hubungan dengan lebih dari 1 anggota entity B. Biasanya derajat relasi ini digambarkan dengan simbol 1-N. 3. Many to Many, menggambarkan bahwa lebih dari satu anggota A dapat memiliki hubungan dengan lebih dari satu anggota entity B. Simbol yang digunakan adalah N-N. [13] 2.6.3. Flowchart
Flowchart program adalah suatu bagan yang menggambarkan atau mempresentasikan suatu algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan masalah. Flowchart terbagi menjadi dua yaitu flowchart system dan flowchart program. [14] 1. Flowchart System Yaitu bagan yang menggambarkan suatu prosedur dan proses suatu file dalam suatu media menjadi file dalam media yang lain dalam suatu sistem data. Simbol yang digunakan: [14] 2. Flowchart Program Yaitu bagan yang menggambarkan urutan logika dari suatu prosedur pemecahan masalah. Simbol yang digunakan: [14] 2.6.4. Normalisasi Normalisasi sendiri merupakan cara pendekatan lain dalam membangun desain lojik basis data relasional yang tidak secara langsung berkaitan dengan model data, tetapi dengan menerapkan sejumlah aturan dan kriteria standar untuk menghasilkan struktur tabel yang normal. Sebuah tabel dapat dikatagorikan baik (efisien) atau normal, jika telah memenuhi 3 (tiga) kriteria berikut: [10] 1. Jika ada dekomposisi (penguraian) tabel, maka dekomposisinya harus dijamin aman (LosslessJoin Decomposition). 2. Terpeliharanya ketergantungan fungsional pada saat perubahan data (Dependency Preservation). 3. Tidak melanggar Boyce-Code Normal Form (BCNF). Jika kriteria ketiga (BCNF) tidak dapat terpenuhi, maka paling tidak harus diupayakan agar tabel tersebut tidak melanggar Bentuk Normal tahap ke ketiga (3rd Normal Form/ 3NF). Bentuk-bentuk Normal (Normal Form) yang lain adalah: 1. Bentuk Normal tahap Pertama (1st Normal Form/ 1NF) Bentuk Normal tahap Pertama (1NF) terpenuhi jika sebuah tabel tidak memiliki Atribut Bernilai Banyak (Multivalued Attribute) atau lebih dari satu atribut dengan domain nilai yang sama. 2. Bentuk Normal tahap Kedua (2nd Normal Form/ 2NF) Bentuk Normal tahap Kedua (2NF) terpenuhi jika pada sebuah tabel, semua atribut yang tidak termasuk dalam key primer memiliki Ketergantungan Fungsional (KF) pada key primer secara utuh. Sebuah tabel dikatakan tidak memenuhi 2NF, jika ketergantungannya hanya
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
68
bersifat parsial (hanya tergantung pada sebagian dari key primer). 3. Bentuk Normal tahap Keempat (4th Normal Form) dan Bentuk Normal tahap Kelima (5th Normal Form) Penerapan aturan Normalisasi sampai dengan tahap ketiga sesungguhnya sudah sangat memadai untuk menghasilkan tabel-tabel yang berkualitas baik. Namun demikian, dari sejumlah literature dapat pula dijumpai adanya pembahasan tentang Bentuk Normal tahap Keempat (4NF) dan Bentuk Normal tahap Kelima (5NF). Bentuk Normal tahap Keempat berkaitan dengan sifat Ketergantungan Banyak Nilai (Multivalued Dependency) pada suatu tabel yang merupakan pengembangan dari Ketergantungan Fungsional. Sedangkan Bentuk Normal tahap Kelima (merupakan nama lain dari Project-Join Normal Form/ PJNF) berkenaan dengan Ketergantungan Relasi antartabel (Join Dependency). Pembahasan kedua bentuk normal yang terakhir ini cukup kompleks, tetapi manfaatnya sendiri tidak begitu besar. [10] 2.7.
Implementasi Sistem Implementasi sistem atau pengkodean sistem pada sistem pendukung keputusan ini menggunakan bahasa pemrograman Page Hypertext Preprocessor (PHP) dan Hypertext markup language (HTML), editor yang digunakan adalah Notepad++. 2.7.1. Hypertext Markup Language (PHP) PHP adalah salah satu bahasa pemrograman skrip yang dirancang untuk membangun aplikasi web. Ketika dipanggil dari web browser, program yang ditulis dengan PHP akan di-parsing di dalam web server oleh interpreter PHP dan diterjemahkan ke dalam dokumen HTML, yang selanjutnya akan ditampilkan kembali ke web browser. Karena pemrosesan program PHP dilakukan di lingkungan web server, PHP dikatakan sebagai bahasa sisi server (sever-side). Oleh sebab itu, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kode PHP tidak akan terlihat pada saat user memilih perintah “View Source” pada web browser yang mereka gunakan. Meskipun PHP 5 dapat digunakan untuk membuat aplikasi CLI (Command Line Interface) dan juga aplikasi desktop, namun pada umumnya orang menggunakan PHP untuk tujuan pembuatan aplikasi web.[11]
Hypertext markup language (HTML) adalah suatu sistem untuk menambahkan dokumen dengan table yang menandakan bagaimana teks di dokumen harus disajikan dan bagaimana dokumen dihubungkan bersama-sama. Di dalam skema tambahan HTML terdapat kekuatan untuk membuat aplikasi-aplikasi clientserver, multimedia, form, interaktif. HTML sebenarnya adalah aplikasi dokumen ASCII atau teks biasa, yang dirancang untuk tidak tergantung pada suatu sistem operasi tertentu. Secara teknis, HTML didefinisikan sebagai Standard Generalized Markup Language (SGML). Sebuah dokumen HTML dapat dikatakan contoh sebuah dokumen SGML. SGML berasal dari GML (General Markup Language) pada IBM di akhir 1960-an sebagai suatu upaya untuk memecahkan beberapa problem mengangkut dokumen-dokumen pada sistem komputer yang berbeda. Untuk membangun suatu dokumen web, kita akan menggunakan sebuah file HTML yang merupakan file teks biasa yang mengandung tag HTML. Teks HTML ini akan ditulis pada media aplikasi editor. Untuk menandai bahwa sebuah file teks merupakan file HTML. Maka ciri yang paling nampak jelas adalah ekstensi file nya, yaitu: .html/ .htm. Selain itu juga di dalam file tersebut harus terkandung struktur standar dari HTML yaitu: [15] 2.7.3. Notepad++ Notepad++ merupakan aplikasi editor teks yang mampu membaca puluhan bahasa pemrograman yang berbasis Open Source dan berjalan baik dalam sistem operasi windows. Dengan aplikasi ini dapat mengenal seluk beluk PHP, CSS, HTML, JAVASCRIPT dan lainnya. [16] C. 4.1
Hasil dan Pembahasan Implementasi Setelah sistem dianalisis dan didesain secara rinci, maka akan menuju tahap implementasi. Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. [1]. 4.1.1. Implementasi Antarmuka Implementasi Pendukung Keputusan Bayi Baru Lahir Antropometri Dengan
antarmuka dari Sistem Penentuan Status Kesehatan Berdasarkan Pemeriksaan Metode Weighted Product
2.7.2. Hypertext Markup Language (HTML)
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
69
(Studi Kasus: RS. Bersalin Cirebon) adalah sebagai berikut: a. Login
Muhammadiyah
2. Halaman Input Data Alternatif Berikut adalah tampilan dari halaman input data alternatif:
Tampilan login ini merupakan tampilan pertama ketika sistem informasi alur pemberitaan diaktifkan.Bentuk dari tampilan login tampak seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.4 Alternatif
Gambar 4.1 Tampilan Halaman Awal Sistem (Login)
Halaman
Input
Data
D. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Metode simple additive weighting dalam penentuan sabun wajah untuk pria yang sesuai dengan jenis kulit wajah yang telah diselesaikan ini dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
b. Tampilan Menu Responden
Menu responden berfungsi untuk melakukan registrasi responden baru yang belum terdaftar, berikut gambar tampilan menu responden:
Tampilan
2.
Gambar 4.2 Tampilan Halaman Utama Responden c. Menu Setting 1. Halaman Utama Menu Setting Berikut adalah halaman utama pada menu Setting:
5.2
Aplikasi ini dapat membantu Responden (mahasiswa) dalam menentukan sabun wajah apa yang cocok yang sesuai dengan jenis kulit wajahnya. Berdasarkan hasil uji tabulasi, terhadap harapan dan kenyataan yang diambil dari 20 responden mengenai sistem pendukung keputusan penentuan sabun wajah yang dibuat, hasil uji reliabilitas harapan dari 11 item jawaban responden di dapatkan hasil dengan cronbach’s alpha 0,673 (kriteria Reliabilitas Sangat Tinggi), dan hasil uji reliabilitas kenyataan item jawaban di dapatkan hasil cronbach’s alpha 0,610 (kriteria Reliabilitas Sangat Tinggi), dan hasil uji validitas harapan item jawaban dengan rata – rata hasil 0,486 (kriteria validitas sedang (cukup), dan hasil uji validitas kenyataan item jawaban dengan rata – rata hasil 0,462 (kriteria validitas sedang (cukup). Dari hasil uji hipotesis yang dihasilkan : hasil nilai Xhitung 11.232 dan Hasil Propabilitas 0.062 ” maka dapat dilihat bahwa X2 hitung < X2 tabel (11.232 < 79.461), kesimpulan H0 : diterima, dan Ha ditolak, dapat dikatakan bahwa dengan adanya Metode Simple Additive Weighting dapat membantu dalam Penentuan Sabun Wajah Untuk Pria Yang Sesuai Dengan Jenis Kulit Wajah”. Saran
Gambar 4.3 Tampilan Halaman Utama Menu Setting
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
70
Adapun saran – saran yang bisa diberikan untuk program ini agar bisa didapat kan hasil yang maksimal adalah: 1. Hendaknya dilakukan pengembangan sistem agar tidak hanya terfokus pada penentuan sabun wajah pria saja. 2. Perancangan ini menggunakan program aplikasi yang sederhana, penulis berharap untuk langkah selanjutnya pihak dapat mengembangkannya agar program aplikasi ini bisa lebih baik lagi. 3. Sistem aplikasi bisa dikembangkan lagi dalam bentuk pemograman lain seperti android. Sistem Aplikasi ini bisa juga di bahas dalam bentuk metode lain. Seperti metode smart atau yang lainnya. E.
[1]
[2] [3]
[4] [5]
[6]
[7]
Daftar Pustaka Harianto, Antonio. Safriadi, Novi. , 2012. Rancang Bangun Sistem Informasi Administrasi Informatika (SI-ADIF). Pontianak: Universitas Tanjungpura. Kusrini. , 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi. Zulkifli. , 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Peserta JAMKESMAS dengan Metode Simple Additive Weighting. Medan: Pelita Informatika Budi Darma, Vol 5, No 1: 2-7. Nofriansyah, Dicky. , 2014. Konsep Data Mining Vs Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Deepublish. Nasution, Mukhsin. , 2014. Implementasi Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Penjurusan Siswa dengan Menggunakan Metode Simple Multi Atribut Rating Technuque (SMART). Medan: STMIK Budi Darma. Sihotang, Freklin. , 2013. Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa dengan Metode TOPSIS. Medan: STMIK Budi Darma. Poeradisastra, Ratih. , 2011. Perawatan Wajah Tubuh Pria. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[8]
[9] [10] [11] [12] [13] [14] [15]
Jurnal Online ICT STMIK IKMI – Vol. 13 - No. 1 Edisi Juli 2015 |
Lulu, Dewi, Yohana. Sari, Maya, Rani. Rachmawati, Heni. , 2011. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode SAW (Simple Additive Weighting) Studi Kasus PT. Pertamina RU II Dumai. Riau: Politeknik Caltex Riau. Sommerville, Ian. , 2003. Software Engineering/Sixth edition (Rekayasa Perangkat Lunak). Jakarta: Erlangga. Fathansyah. , 2012. Basis Data. Bandung: Informatika. Raharjo, Budi. Heryanto, Imam. Enjang RK. , 2012. Modul pemrograman Web (HTML, PHP, dan MySQL). Bandung: Modula. Komputer, Wahana. , 2010. SQL Server 2008 Express. Yogyakarta: Andi. Sismoro, Heri. , 2005. Pengantar logika Informatika, algoritma dan pemrograman komputer. Yogyakarta: Andi. Sulhan. M. , 2007. Pengembangan Aplikasi Berbasis Web dengan PHP & ASP. Yogyakarta: Gaya Media. Zaenal. Ali. , 2011. Cepat & Mudah Membuat Website Keren dengan WordPress 3.x. Jakarta: Mediakita.
71