METODE PENETAPAN MESOFAUNA TANAH YANG SESUAI PADA AREA LAHAN GAMBUT DI TELUK MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU
ANGGA IMAN SYAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016
penulis
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK ANGGA IMAN SYAH. Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Dibimbing oleh GUNAWAN DJAJAKIRANA dan BASUKI SUMAWINATA. Pengukuran mesofauna tanah penting dilakukan untuk melihat keragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Salah satu cara pengukuran mesofauna tanah ialah metode ekstraksi. Beberapa metode ekstraksi mesofauna tanah ialah Berlese dan Kempson, serta terdapat metode lainnya ialah hand sorting. Metode Berlese banyak digunakan di tanah mineral dalam ekstraksi mesofauna tanah, sedangkan pada tanah gambut tidak banyak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan tanah gambut yang lokasinya sulit dijangkau oleh para peneliti, di sisi lain terdapat beberapa penelitian menunjukkan hasil yang kurang representatif. Namun, ketika mengamati mesofauna tanah secara langsung di lapangan, mesofauna tanah tersebut mempunyai populasi yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan metode yang sesuai untuk pengukuran mesofauna di tanah gambut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan metode ekstraksi yakni metode Berlese dan Kempson serta metode lainnya adalah modifikasi hand sorting untuk mencari metode yang paling sesuai pada lahan gambut di tiga tipe penggunaan lahan. Penelitian ini menggunaan tiga tipe penggunaan lahan yakni Hutan Tanaman Industri (HTI) akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Contoh tanah diambil dari lahan PT RAPP di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Masing-masing penggunaan lahan diambil contoh tanah dari tiga titik secara acak. Pengukuran mesofauna tanah ditetapkan dengan menggunakan metode hand sorting, Berlese dan Kempson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Acari yang paling dominan di tiga tipe penggunaan lahan dengan metode hand sorting dan Kempson, sedangkan Collembola yang paling dominan menggunakan metode Berlese. Berdasarkan nilai kepadatan total individu di tiga penggunaan lahan, metode Kempson mempunyai nilai yang paling tinggi, sedangkan metode hand sorting mempunyai nilai yang paling rendah. Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon mesofauna tanah di tiga tipe penggunaan lahan pada metode Kempson mempunyai keragaman yang paling tinggi, sedangkan metode Berlese mempunyai keragaman yang paling rendah. Kata kunci: Berlese, hand sorting, Kempson, hutan konservasi, hutan tanaman industri
ABSTRACT ANGGA IMAN SYAH. Methods of Soil Mesofauna Determination that Suitable in the Peat Land Area of Teluk Meranti, Pelalawan District, Riau Province. Supervised by GUNAWAN DJAJAKIRANA and BASUKI SUMAWINATA. The measurement of soil mesofauna is important to look at biodiversity and ecosystem stability. One of soil mesofauna measurement methods is an extraction method. Several methods of soil mesofauna extraction are Berlese and Kempson, and other method is hand sorting. Berlese method is mostly used in mineral soil for soil mesofauna extraction, while it is not widely used in peat land. It is caused by peat land location that is difficult to be reached by any researchers, on the other hand several researches have shown less representative result. However, when we observed soil mesofauna directly in the fields, high population were found. Based on the reasons, a suitable method of soil mesofauna measurement in peat land is needed. Therefore, this research was done to compare extraction methods (Berlese and Kempson) and other method (modification of hand sorting) that were most suitable in three types of land use. This research used three land use type that were a 6-months old Acacia crassicarpa plantation, 36-months old Acacia crassicarpa plantation and conservation forest. Soil samples were taken from the land of PT RAPP, Teluk Meranti, Pelalawan district, Riau province. Each soil samples of the land use types were taken at three points randomly. Soil mesofauna was measured by hand sorting, Berlese and Kempson methods. The research result showed that Acari was the most dominant soil mesofauna found in three land use by hand sorting and Kempson method, while Collembola was found dominantly with Berlese method. Based on total population density in three land use types, Kempson method had the highest value, meanwhile hand sorting method was the lowest value. Based on Shannon’s diversity index in three land use types, Kempson method was the highest, Berlese method was the lowest. Key words: Berlese, hand sorting, Kempson method, conservation forest, Acacia crassicarpa plantation
METODE PENETAPAN MESOFAUNA TANAH YANG SESUAI PADA AREA LAHAN GAMBUT DI TELUK MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU
Angga Iman Syah
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi
:
Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti. Kabupaten Pelalawan. Provinsi
Nama
Riau Angga Iman Syah
NIM
Al4l10023
Disetuiui oleh
,'l ,/t
/
t'z''\ ) ,,/
Dr Ir Gunawan Djajakirana. MSc Pembimbins I
DEC 2010
'--'
d
Basuki Sumar,vinata. MA Pembimbing II
Diketahui oleh
Tanggatlulus: 0 5
l.( I vn*.
tl\-f-I'
17
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi. Judul dalam penelitian ini adalah Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Gunawan Djajakirana, MSc selaku dosen pembimbing pertama dan Dr Ir Basuki Sumawinata, MAgr selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi; 2. Dr Ir Rahayu Widyastuti, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi; 3. Dr Ir Darmawan, MSc sebagai ketua proyek penelitian kerja sama dengan PT RAPP yang telah membiayai selama proses penelitian; 4. PT RAPP dan seluruh stafnya yang telah membantu dalam penelitian di lapang; 5. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan arahan; 6. Seluruh staf laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang telah membantu selama penelitian; 7. Teman-teman ITSL angkatan 48 dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Desember 2016
penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
BAHAN DAN METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat
3
Bahan
3
Pengambilan Contoh Tanah
4
Metode Penetapan Mesofauna Tanah
4
Penghitungan Populasi dan Keragaman Mesofauna Tanah
5
Identifikasi Mesofauna Tanah
6
Analisis Sifat Tanah
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu Mesofauna Tanah
7 7
Keragaman Mesofauna Tanah
11
Hubungan Populasi Mesofauna terhadap Sifat Tanah
13
KESIMPULAN DAN SARAN
15
Kesimpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di HTI Akasia Umur 6 Bulan 2 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di HTI Akasia Umur 36 Bulan 3 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di Hutan Konservasi 4 Hasil Analisis Sifat Tanah 5 Korelasi antara Mesofauna terhadap Sifat Tanah
7 8 9 13 14
DAFTAR GAMBAR 1 Peta Lokasi Penelitian 2 Skema Pengambilan Contoh Tanah: (1) Contoh tanah untuk sifat tanah, (2) Contoh tanah untuk identifikasi mesofauna tanah 3 Tiga Metode Penetapan Mesofauna Tanah: (a) Hand sorting yang dimodifikasi, (b) Berlese extractor, (c) Kempson extractor 4 Penghitungan dan Identifikasi Mesofauna Tanah Menggunakan Stereo Mikroskop: (a) Tempat penyimpanan mesofauna tanah (microtube), (b) Pengamatan mesofauna tanah 5 Perbandingan Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon (Shannon’s Diversity Index) pada Tiga Tipe Penggunaan Lahan
3 4 4
6 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Hasil Analisis Kadar Air Tanah Data Curah Hujan Bulan Februari 2015 Hasil Analisis pH Tanah Pengukuran Suhu Tanah Tiga Tipe Penggunaan Lahan di Area Lahan Gambut Proses Pengambilan Contoh Tanah Ordo dan Sub Ordo Mesofauna Tanah yang Didapat
18 19 20 20 21 22 23
11
PENDAHULUAN Latar Belakang Fauna tanah merupakan salah satu kelompok organisme yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik. Wood (1989) mengelompokkan fauna tanah menjadi 3 berdasarkan ukuran tubuhnya yakni mikrofauna (<100 µ), mesofauna (100 µ – 2 mm) dan makrofauna tanah (2 – 20 mm). Buckman dan Brady (1982) mengemukakan bahwa fauna tanah berperan dalam mempercepat penyediaan hara, sehingga pengukuran fauna tanah sangat penting untuk dilakukan. Pengukuran mesofauna tanah juga penting dilakukan karena untuk mengetahui keseimbangan ekosistem maupun keragaman hayati. Umumnya pengukuran mesofauna menggunakan metode Berlese telah banyak dilakukan pada tanah mineral, namun pengukuran mesofauna menggunakan metode Berlese sedikit (jarang) dilakukan pada tanah gambut. Beberapa faktornya disebabkan lokasi yang jauh dari jangkauan beberapa peneliti. Adapun beberapa hasil penelitian yang diperoleh juga menunjukkan hasil yang kurang representatif (sedikit populasi mesofauna tanah yang ditemukan). Hal lain berbeda ketika mesofauna tanah yang diamati secara langsung di lapangan, ternyata memiliki populasi yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya metode penetapan mesofauna tanah yang sesuai pada tanah gambut. Adapun percobaan dilakukan adalah dengan metode ekstraksi (Berlese dan Kempson) dan sortir menggunakan tangan (hand sorting). Berlese merupakan salah satu metode ekstraksi yang menggunakan lampu sebagai sumber panas dalam memisahkan antara tanah dengan mesofauna. Menurut Andre et al. (2002) dan Barnard (1995) lampu berperan sebagai sumber panas dalam memengaruhi dan mengarahkan mesofauna tanah agar terkumpul pada wadah (penampung). Panas yang dihasilkan dari lampu tergantung dari daya yang digunakan. Penggunaan daya lampu disesuaikan terhadap karakteristik tanah gambut. Penyesuaian daya lampu pada tanah gambut bertujuan untuk mendapatkan populasi mesofauna tanah yang lebih banyak dan beragam. Kempson (Kempson et al. 1963) merupakan salah satu metode ekstraksi mesofauna tanah yang memanfaatkan lampu sebagai sumber panas dan dilengkapi sistem pendingin (cooling system). Penggunaan sistem pendingin yang terletak pada bagian bawah wadah penampung mempunyai fungsi agar mesofauna tanah bergerak menjauhi sumber panas (lampu) dan berpindah ke temperatur yang lebih rendah sehingga mesofauna tanah tertampung ke dalam wadah. Alat Kempson juga dilengkapi kain penutup pada wadah (penampung contoh tanah) yang berfungsi untuk mencegah mesofauna tanah agar tidak keluar dari wadah (Barton 1995). Metode hand sorting memiliki sistem kerja dengan mengandalkan penglihatan dalam mendapatkan mesofauna tanah. Alat yang digunakan dalam pengambilan mesofauna tanah dapat berupa kuas ataupun pinset. Metode hand sorting yang digunakan berbeda pada umumnya. Adapun perbedaan terletak pada proses pengambilan mesofauna tanah. Proses pengambilannya dilakukan dengan mengenangi contoh tanah pada wadah (penampung contoh tanah) secara perlahan-
2 lahan dan bertahap, agar mesofauna tanah naik ke permukaan dan diambil menggunakan pinset dan kuas. Aktivitas mesofauna tanah dipengaruhi oleh bahan organik. Salah satu bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan berupa serasah. Serasah merupakan makanan sekaligus sumber energi bagi mesofauna tanah. Produksi serasah dipengaruhi oleh jenis vegetasi maupun tipe penggunaan lahan. Hutan bukan alam (hutan konservasi) merupakan salah satu tipe penggunaan lahan yang mempunyai berbagai macam jenis pepohonan dan serasah yang beragam. Tipe penggunaan lahan lainnya yang menghasilkan produksi serasah melimpah berupa hutan tanaman industri (HTI) dengan vegetasi akasia. Suwardi et al. (2011) menjelaskan penggunaan lahan HTI Acacia crassicarpa menghasilkan produksi serasah sebesar 9.2 ton/ha/tahun pada lahan gambut. Terdapat pendugaan bahwa ada hubungan antara serasah yang beragam dan melimpah terhadap keberadaan mesofauna tanah. Sehingga diperlukan adanya suatu penelitian antara penggunaan lahan HTI akasia dan hutan konservasi, terhadap populasi maupun keragaman mesofauna tanah dengan metode Berlese dan Kempson serta hand sorting.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Membandingkan tiga metode penetapan mesofauna tanah pada area lahan gambut di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. 2. Mengetahui nilai kepadatan total individu dan keragaman mesofauna tanah di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – November 2015. Lokasi pengambilan contoh tanah terletak di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Contoh tanah diambil pada tanah gambut dengan tiga tipe penggunaan lahan yakni HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Identifikasi populasi dan keragaman mesofauna tanah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian. Sifat tanah dianalisis pada Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3 Pelalawan, Riau
Sumatra
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Keterangan:
= = = =
Sungai Kampar Hutan tanaman industri (HTI) akasia umur 6 bulan Hutan konservasi Hutan tanaman industri (HTI) akasia umur 36 bulan
Alat Peralatan yang digunakan saat pengambilan contoh tanah antara lain sekop, boks contoh tanah ukuran 10 10 10 cm, karung blacu dan pisau. Alat yang digunakan pada metode hand sorting berupa wadah penampung contoh tanah dengan ukuran 15 15 15 cm dan botol koleksi. Alat yang terdapat pada metode Berlese yakni Berlese extractor yang terdiri dari lampu infra merah, corong, wadah penampung contoh tanah dan botol koleksi. Alat yang terdapat pada metode Kempson yaitu Kempson extractor (terdiri dari lampu infra merah, wadah penampung contoh tanah, wadah penampung mesofauna tanah, sistem pendingin), botol koleksi dan saringan berukuran 40 µ. Identifikasi dan penghitungan mesofauna tanah menggunakan beberapa alat yang terdiri dari stereo mikroskop, jarum ose, cawan petri, kuas ukuran 0.0, buku panduan untuk identifikasi, kamera, kertas label, pipet, microtube dan peralatan tulis. Peralatan lainnya yang digunakan untuk mengukur parameter suhu tanah, kadar air dan pH tanah ialah menggunakan termometer, oven dan pH meter.
Bahan Bahan yang digunakan dalam pengambilan mesofauna tanah adalah contoh tanah. Bahan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi mesofauna tanah antara lain ethylene glycol dan alkohol 70% (berfungsi sebagai pengawet mesofauna tanah). Bahan yang diperlukan dalam analisis pH dan kadar air tanah ialah contoh tanah dan aquades.
4 Pengambilan Contoh Tanah Contoh tanah diambil ambil secara acak pada tiga titik di lahan seluas 100 100 m. Contoh tersebut diambil pada kondisi tanah yang tidak terganggu. Contoh tanah diambil menggunakan boks berukuran 10 10 10 cm.. Setiap tipe penggunaan lahan diambil 3 titik dan masing-masing masing masing titik diambil 3 contoh tanah beserta ulangannya. Secara keseluruhan jumlah jumlah contoh tanah diambil sebanyak 27 pada tiga tipe penggunaan lahan (HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi). Kemudian setiap contoh tanah dimasukkan ke dalam karung blacu.
Gambar 2 Skema Pengambilan Contoh Tanah: (1) Contoh tanah untuk sifat tanah tanah, (2) Contoh tanah untuk identifikasi mesofauna tanah
Metode Penetapan Mesofauna Tanah Penetapan mesofauna tanah dilakukan menggunakan metode hand sorting, Berlese dan Kempson (Gambar 1).
(a)
(b)
(c)
Gambar 3 Tiga Metode Penetapan Mesofauna Tanah: (a) Hand sorting yang dimodifikasi, (b) Berlese extractor, (c) Kempson extractor
5 Proses pengambilan mesofauna tanah pada metode hand sorting dilakukan dengan meletakkan contoh tanah ke dalam wadah yang berukuran 15 15 15 cm. Wadah yang berisi contoh tanah kemudian digenangi air secara perlahanlahan, agar mesofauna yang di bawah bergerak ke permukaan. Mesofauna tanah yang berada di permukaan selanjutnya diambil dengan alat pinset ataupun kuas. Mesofauna tanah yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam botol koleksi. Pengambilan mesofauna tanah pada metode Berlese dilakukan dengan meletakkan contoh tanah ke dalam alat Berlese extractor, kemudian diinkubasi selama 2 jam. Selanjutnya mesofauna tanah yang tertampung diidentifikasi menggunakan buku Borror sebagai pedoman. Cara pengambilan mesofauna tanah pada metode Kempson dengan memasukkan contoh tanah ke dalam alat Kempson extractor. Kemudian contoh tanah tersebut diinkubasi selama 7 hari dengan mengatur sumber panas secara bertahap pada suhu 35 – 45°C. Ketika proses inkubasi, wadah penampung mesofauna tanah berisi ethylene glycol. Wadah penampung yang berisi mesofauna tanah dilakukan penyaringan dengan ukuran 40 µ. Selanjutnya wadah penampung dipindahkan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol dan diidentifikasi menggunakan pedoman buku Borror.
Penghitungan Populasi dan Keragaman Mesofauna Tanah Populasi mesofauna tanah dihitung dengan rumus (Meyer 1996).
I=
IS A
Keterangan: IS : Rata-rata jumlah individu per contoh tanah A : Luas area contoh tanah (m2)*) I : Kepadatan total individu/m2 *) Luas area contoh tanah = s3/s = 0.1 0.1 0.1 m /0.1 m = 0.01 m2
Keanekaragaman mesofauna tanah yang teramati ditentukan berdasarkan Shannon diversity index (Ludwig dan Reynolds 1988) yang dapat dihitung melalui persamaan: ′
= −
=
Keterangan: H : ni: N: S:
/
Shannon’s diversity index Jumlah individu sub ordo ke-i Jumlah kepadatan total individu Total jumlah sub ordo dalam contoh
ln
6 Menurut Magurran (1987) nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1.5 – 3.5. Nilai < 1.5 menunjukkan indeks keanekaragaman rendah, nilai 1.5 – 3.5 menunjukkan indeks keanekaragaman sedang dan nilai > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tinggi.
Identifikasi Mesofauna Tanah Mesofauna tanah yang tertampung pada botol koleksi kemudian dihitung dan diidentifikasi menggunakan stereo mikroskop (Gambar 2). Identifikasi mesofauna tanah menggunakan pedoman buku Borror et al. (1992) sampai tingkat sub ordo.
(b)
(a)
Gambar 4 Penghitungan dan Identifikasi Mesofauna Tanah Menggunakan Stereo Mikroskop: (a) Tempat penyimpanan mesofauna tanah (microtube), (b) Pengamatan mesofauna tanah
Analisis Sifat Tanah Contoh tanah diambil secara komposit pada area lahan gambut di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Selanjutnya dilakukan analisis sifat tanah. Analisis yang dilakukan meliputi pH, kadar air dan suhu tanah. Kemudian dilihat hubungan sifat tanah terhadap populasi dan keragaman mesofauna tanah yang didapat.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu Mesofauna Tanah Hasil identifikasi mesofauna tanah ditunjukkan dengan nilai kepadatan total individu terhadap ordo dan sub ordo dengan metode Berlese, Kempson dan hand sorting di penggunaan lahan HTI akasia umur 6 bulan (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di HTI Akasia Umur 6 Bulan Sub Ordo
Ordo
Mesostigmata
67
133
433
267
-
433
-
33
167
Labidognatha
67
-
-
Adephaga
33
-
-
Mixophaga
33
-
-
Polyphaga
-
267
33
Oribatida
Acari
Prostigmata Aranea
Coleoptera
Kepadatan Total Individu (Individu/m2) Hand sorting Berlese Kempson
Collembola
Arthropleona
233
1733
600
Diplopoda
Polydesmida
-
100
33
33
-
-
33
200
100
-
100
733
-
Diplura Hemiptera
Pentatomorpha
Hymenoptera
Aprocita
Isopoda
-
403
-
-
Pseudoscorpiones
-
-
67
67
Thysanoptera
-
-
-
33
Jumlah
1169
2633
2632
Penggunaan lahan HTI akasia umur 6 bulan memiliki jumlah mesofauna tanah dengan 11 ordo yang terdiri dari Acari, Araneae, Coleoptera, Collembola, Diplopoda, Diplura, Hemiptera, Hymenoptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Thysanoptera. Terdapat sub ordo yang ditemukan sebanyak 11 yakni Mesostigmata, Oribatida, Prostigmata, Labidognatha, Adephaga, Mixophaga, Polyphaga, Arthropleona, Polydesmida, Pentatomorpha dan Aprocita. Nilai kepadatan total individu dengan metode hand sorting sebanyak 1169 individu m-2, metode Berlese sebanyak 2633 individu m-2 dan metode Kempson sebanyak 2632 individu m-2. Acari dan Hymenoptera merupakan mesofauna tanah yang banyak didapat dengan penggunaan metode Kempson, sedangkan mesofauna tanah yang sedikit ditemukan yakni Coleoptera, Diplopoda dan Thysanoptera. Collembola dan Coleoptera merupakan mesofauna tanah yang dominan pada metode Berlese, sedangkan Diplopoda, Hymenoptera dan Pseudoscorpiones adalah mesofauna
8 tanah yang sedikit ditemukan. Mesofauna tanah yang dominan pada metode hand sorting ialah Acari dan Isopoda, sedangkan mesofauna tanah yang sedikit ditemukan ialah Diplura dan Hemiptera. Tabel 2 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di HTI Akasia Umur 36 Bulan Ordo
Acari
Araneae
Coleoptera
Collembola Diplopoda
Sub ordo
Hand sorting
Berlese
Kempson
Mesostigmata
200
67
600
Oribatida
533
33
1567
Prostigmata
333
267
467
Labidognatha
-
133
167
Ortognatha
67
33
233
Adephaga
-
-
167
Polyphaga
-
100
500
Arthropleona
267
1767
967
Symphyleona
-
-
33
Polydesmida
-
33
33
200
100
-
Nematocera
-
33
33
Cimicomorpha
-
-
33
Pentatomorpha
-
100
-
167
900
900
-
Diplura Diptera Hemiptera Hymenoptera
Kepadatan Total Individu (Individu/m2)
Aprocita
Isopoda
-
467
-
33
Pseudoscorpiones
-
-
33
33
Symphyla
-
-
-
33
Jumlah
2234
3599
5799
Perolehan mesofauna tanah ditunjukkan dengan nilai kepadatan total individu terhadap ordo dan sub ordo dengan metode hand sorting, Berlese dan Kempson di penggunaan lahan HTI akasia umur 36 bulan (Tabel 2). Mesofauna tanah yang ditemukan sebanyak 12 ordo terdiri dari Acari, Araneae, Coleoptera, Collembola, Diplopoda, Diplura, Diptera, Hemiptera, Hymenoptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Terdapat 14 sub ordo yang ditemukan yang terdiri dari Mesostigmata, Oribatida, Prostigmata, Labidognatha, Ortognatha, Adephaga, Polyphaga, Arthropleona, Symphyleona, Polydesmida, Nematocera, Cimicomorpha, Pentatomorpha dan Aprocita. Nilai kepadatan total individu yang diperoleh dengan metode hand sorting sebanyak 2234 individu m-2, metode Berlese sebanyak 3599 individu m-2 dan metode Kempson sebanyak 5799 individu m-2. Ordo yang dominan dengan penggunaan metode Kempson ialah Acari dan Collembola, sedangkan ordo yang sedikit ditemukan ialah Diplopoda, Diplura, Diptera, Hemiptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Ordo
9 yang dominan pada penggunaan metode Berlese ialah Collembola dan Hymenoptera, sedangkan ordo yang sedikit ditemukan ialah Diplopoda, Diptera dan Pseudoscorpiones. Ordo yang banyak ditemukan pada metode hand sorting yakni Acari dan Isopoda, sedangkan ordo yang sedikit ditemukan yakni Araneae, Hymenoptera dan Diplura. Tabel 3
Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di Hutan Konservasi
Ordo
Kepadatan Total Individu (Individu/m2)
Sub Ordo
Acari
Araneae
Coleoptera
Collembola Diplopoda
Hand sorting
Berlese
Kempson
Mesostigmata
233
67
400
Oribatida
233
-
1300
Prostigmata
300
33
167
Labidognatha
33
67
167
Ortognatha
33
167
100
Adephaga
33
-
67
Polyphaga
-
33
267
Arthropleona
133
1500
1067
Symphyleona
100
133
100
Polydesmida
-
33
-
-
300
-
Nematocera
-
-
300
Cimicomorpha
-
33
-
Pentatomorpha
-
133
-
133
200
233
-
Diplura Diptera Hemiptera
Aprocita
Hymenoptera Isopoda
-
500
300
-
Pseudoscorpiones
-
33
300
300
Symphyla
-
33
33
233
1797
3332
4701
Jumlah
Mesofauna tanah yang ditemukan ditunjukkan dengan nilai kepadatan total individu terhadap ordo dan sub ordo dengan metode hand sorting, Berlese dan Kempson di penggunaan lahan hutan konservasi (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa mesofauna tanah yang ditemukan di hutan konservasi sebanyak 12 ordo antara lain Acari, Araneae, Coleoptera, Collembola, Diplopoda, Diplura, Diptera, Hemiptera, Hymenoptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Jumlah sub ordo yang ditemukan sebanyak 14 sub ordo antara lain Mesostigmata, Oribatida, Prostigmata, Labidognatha, Ortognatha, Adephaga, Polyphaga, Arthropleona, Symphyleona, Polydesmida, Nematocera, Cimicomorpha, Pentatomorpha dan Aprocita. Nilai kepadatan total individu yang didapat dengan metode hand sorting sebanyak 1797 individu m-2, metode Berlese sebanyak 3332 individu m-2 dan metode Kempson sebanyak 4701 individu m-2. Mesofauna tanah
10 yang banyak didapat dengan metode Kempson ialah Acari dan Collembola, sedangkan ordo yang sedikit didapat ialah Hymenoptera dan Symphyla. Mesofauna tanah yang memiliki banyak populasi pada penggunaan Berlese ialah Collembola, Diplura, Isopoda dan Pseudoscorpiones, sedangkan ordo yang memiliki sedikit populasi ialah Coleoptera, Diplopoda dan Symphyla. Mesofauna tanah dengan ordo Acari dan Isopoda memiliki populasi yang tinggi pada penggunaan metode hand sorting, namun Coleoptera, Pseudoscorpiones dan Symphyla merupakan ordo yang memiliki sedikit populasi. Berdasarkan perolehan nilai kepadatan total individu pada penggunaan HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi menunjukkan bahwa ordo yang dominan dengan metode hand sorting dan Kempson ialah Acari, sedangkan ordo yang dominan pada penggunaan Berlese ialah Collembola. Nilai kepadatan total individu mesofauna tanah yang paling tinggi berturutturut ialah penggunaan HTI akasia umur 36 bulan, hutan konservasi dan HTI akasia umur 6 bulan. HTI akasia umur 36 bulan memiliki nilai kepadatan total individu yang paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya produksi serasah yang dihasilkan dari HTI akasia. Banyaknya produksi serasah dikarenakan adanya pengelolaan tanah yang diduga dapat meningkatkan keberadaan mesofauna tanah. Pengelolaan tanah juga dapat memengaruhi ketersediaan bahan organik. Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan rasio C/N yang berperan penting dalam pemeliharaan struktur tanah (Tian et al. 1997). Penggunaan lahan HTI akasia umur 6 bulan memiliki nilai kepadatan total individu yang paling rendah. Umur tanaman muda menghasilkan produksi serasah yang relatif sedikit, sehingga menyebabkan rendahnya ketersediaan sumber makanan bagi mesofauna tanah. Faktor lainnya juga dipengaruhi oleh temperatur tanah (suhu). Umur tanaman yang relatif lebih muda membuat tajuk tidak dapat menutupi tanah gambut secara menyeluruh, sehingga tanah gambut terpapar oleh sinar matahari yang mengakibatkan suhu tanah meningkat. Tian et al. (1997) menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu penentu populasi dan keragaman mesofauna tanah dalam suatu habitat. Berdasarkan Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 metode yang mempunyai nilai kepadatan total individu paling tinggi pada masing-masing penggunaan lahan berturut-turut adalah Kempson, Berlese dan hand sorting. Nilai kepadatan total individu pada penggunaan metode Kempson mempunyai nilai yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan prinsip kerjanya yang menggunakan lampu sebagai sumber panas dan dilengkapi sistem pendingin sehingga temperatur dapat disesuaikan dengan keinginan. Acari merupakan ordo yang paling banyak ditemukan pada penggunaan metode Kempson. Hal tersebut dikarenakan Acari lebih tahan terhadap suhu bila dibandingkan dengan mesofauna tanah lainnya. Menurut Lavelle dan Spain (2001) beberapa jenis Acari dapat bertahan terhadap air dan stres suhu tinggi. Acari dapat bertahan hingga -6.0 Mpa (pF 5) sebelum pindah pada kondisi suhu yang lebih rendah. Adapun beberapa kekurangan dari metode Kempson yakni terletak pada daya listrik yang dihasilkan cukup tinggi dan beberapa mesofauna tanah tidak dapat bertahan pada suhu kisaran 35 45ºC. Metode Berlese memiliki nilai kepadatan total individu lebih tinggi dari pada hand sorting. Hal ini disebabkan prinsip kerjanya yang tidak dilakukan secara manual (kuas atau pinset) melainkan menggunakan lampu sebagai sumber panas. Mesofauna tanah yang ditemukan pada metode Berlese lebih sedikit dari
11 pada metode Kempson, dikarenakan metode Berlese tidak dilengkapi sistem pendingin sehingga terdapat beberapa mesofauna tanah yang tidak tahan dan mati. Mesofauna tanah yang banyak ditemukan pada metode Berlese yakni Collembola, dikarenakan adanya aktivitas Collembola yang lebih aktif bila dibandingkan dengan mesofauna tanah lainnya. Metode hand sorting memiliki jumlah mesofauna tanah yang sedikit ditemukan. Penyebabnya adalah terdapat beberapa jenis mesofauna tanah yang mempunyai pergerakan lebih aktif dan ukuran tubuh mesofauna tanah yang kecil, sehingga sulit dalam proses pengambilannya. Acari merupakan mesofauna tanah yang paling banyak ditemukan pada penggunaan metode hand sorting. Pergerakan Acari yang lambat memudahkan dalam proses pengambilannya. Bila dibandingan dengan Acari, Collembola memiliki pergerakan lebih aktif dan lompatan mencapai 20 kali dari ukuran tubuhnya. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 dapat diketahui bahwa mesofauna tanah yang dominan pada metode hand sorting dan Kempson ialah Acari sedangkan pada metode Berlese mesofauna tanah yang dominan ialah Collembola. Hal tersebut sesuai dengan Odum (1998) yang menyatakan bahwa Acari dan Collembola merupakan mesofauna yang paling banyak ditemukan di dalam tanah. Populasi Collembola dan Acari sebagai kontributor penting dalam beberapa proses tanah seperti faktor pembentukan tanah (Manh Vu dan Nguyen 2000). Seastedt (1984) menjelaskan bahwa Acari dan Collembola memengaruhi proses siklus hara yang cukup besar di dalam tanah.
Keragaman Mesofauna Tanah Mesofauna tanah mempunyai nilai indeks keanekaragaman Shannon yang berbeda pada metode hand sorting, Berlese dan Kempson di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Metode hand sorting menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi masing-masing sebesar 1.76; 1.94; 2.10. Metode Berlese mempunyai nilai indeks keanekaragaman Shannon di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi berturut-turut ialah 1.25; 1.60; 1.97. Penggunaan metode Kempson menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi masing-masing sebesar 1.84; 2.13; 2.17. Tiga metode penetapan mesofauna tanah mempunyai keragaman yang berbeda-beda, dikarenakan penggunaan lahan juga berbeda-beda (Mercianto et al. 1998). Penggunaan lahan HTI akasia dan hutan konservasi memiliki nilai keragaman yang berbeda, tetapi selisih perbedaannya tidak berbeda jauh. Hal tersebut menandakan bahwa penggunaan lahan HTI akasia tidak siginifikan dalam menurunkan nilai indeks keanekaragaman Shannon.
12
Shannon's Diversity Index
2,50 2.50 2,00 2.00 1,50 1.50
Metode hand sorting
1,00 1.00
Berlese Kempson
0,50 0.50 0,00 0.00 HTI Akasia umur HTI Akasia umur Hutan Konservasi 6 bulan 36 bulan Tipe Penggunaan Lahan
Gambar 5
Perbandingan Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon (Shannon’s Diversity Index) pada Tiga Tipe Penggunaan Lahan
Penggunaan metode Kempson mempunyai nilai indeks keanekeragaman Shannon tertinggi, sedangkan pada metode Berlese mempunyai indeks keanekeragaman Shannon terendah. Metode Kempson memiliki nilai indeks keanekeragaman Shannon yang paling tinggi, dikarenakan mekanisme kerjanya menggunakan lampu sebagai sumber panas dan adanya sistem pendingin sehingga mesofauna tanah yang didapat menjadi beragam. Berdasarkan Magurran (1987) keragaman pada metode hand sorting di tiga tipe penggunaan lahan tergolong sedang (1.5 3.5). Metode Berlese di HTI akasia umur 6 bulan memiliki nilai keragaman rendah (<1.5), sedangkan di HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi memiliki nilai keragaman sedang (1.5 3.5). Metode Kempson di tiga penggunaan lahan memiliki keanekaragaman sedang (1.5 3.5). Keragaman mesofauna tanah dipengaruhi oleh jumlah mesofauna tanah (nilai kepadatan total individu), jumlah jenis (sub ordo) dan dominasi mesofauna tanah tertentu. Pengaruh nilai kepadatan total individu dan jumlah sub ordo yang tinggi juga menyebabkan metode Kempson mempunyai keragaman yang tinggi. Nilai indeks keanekaragaman Shannon pada metode hand sorting lebih tinggi dari pada metode Berlese. Hal ini dikarenakan adanya faktor dominasi mesofauna tanah tertentu pada suatu ekosistem. Cover dan Thomas (1991) menerangkan bahwa nilai indeks keanekaragaman akan optimum, ketika semua individu yang ada pada suatu habitat dapat terwakili secara merata. Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi maupun rendah pada mesofauna tanah juga dipengaruhi oleh variasi dan banyaknya bahan organik pada masing-masing penggunaan lahan. Seperti halnya pada hutan konservasi yang memiliki keragaman paling tinggi. Adanya pengaruh vegetasi yang bermacam-macam dan bahan organik yang dihasilkan beragam, sehingga mesofauna tanah yang ditemukan memiliki keragaman tinggi.
13 Hubungan Populasi Mesofauna terhadap Sifat Tanah Nilai parameter pH, kadar air dan suhu tanah yang di ambil pada area lahan gambut di PT RAPP secara komposit disajikan pada Tabel 4. Analisis uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan populasi mesofauna terhadap sifat tanah. Tabel 4 Hasil Analisis Sifat Tanah Parameter pH Kadar Air (%) Suhu Tanah (ºC)
Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 6 Bulan
Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 36 Bulan
Hutan Konservasi
4.30
3.90
3.80
211.02
271.76
370.82
27.4
26.3
26.2
Kandungan pH pada HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi memiliki nilai masing-masing sebesar 4.30; 3.90; 3.80. Menurut Suin (1997) terdapat beberapa fauna tanah yang hidup pada kondisi asam dan ada pula beberapa fauna tanah yang hidup pada kondisi basa. Suhardjono et al. (2012) menjelaskan mesofauna tanah dengan ordo Collembola yang hidup pada kondisi tanah asam disebut golongan asidofil, Collembola yang hidup pada kondisi tanah basa masuk ke dalam golongan kalsinofil, sedangkan Collembola yang hidup pada kondisi tanah asam maupun basa disebut sebagai golongan indifferen. Paramater kadar air tanah pada HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi ditunjukkan dengan nilai berturut-turut sebesar 211.02; 271.76; 370.82. Kadar air dapat memengaruhi keragaman fauna tanah, semakin tinggi nilai persentase kadar air maka akan menurunkan keragaman fauna tanah. Rendahnya keragaman fauna tanah akan menyebabkan tingkat dekomposisi bahan organik akan terhambat (Sumawinata et al. 2014). Suhu tanah pada HTI akasia umur 6 bulan memiliki nilai tertinggi sebesar 27.4, sedangkan suhu tanah pada hutan konservasi menunjukkan nilai terendah sebesar 26.2. Tingginya suhu pada HTI akasia umur 6 bulan dikarenakan vegetasi yang relatif muda, sehingga serasah yang dihasilkan sedikit. Menurut Wallwork (1970) besarnya perubahan gelombang suhu pada lapisan yang jauh dari tanah, berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada jenis dan populasi vegetasi yang hidup di atasnya. Uji korelasi menjelaskan keeratan hubungan antara parameter pH, kadar air dan suhu tanah terhadap populasi mesofauna tanah (Tabel 5). Hubungan Acari dan Araneae terhadap kadar air memiliki nilai korelasi nyata masing-masing sebesar 0.748; 0.519. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya kadar air dapat meningkatkan populasi Acari dan Araneae sampai tingkat optimum. Nilai korelasi pada Collembola dengan pH dan kadar air memiliki korelasi nyata sebesar 0.620; 0.597. Artinya tingginya pH dan kadar air dapat meningkatkan populasi Collembola. Hubungan Diplopoda dengan pH mempunyai nilai korelasi nyata yakni 0.581. Hal tersebut menandakan bahwa tingginya pH dapat meningkatkan populasi Diplopoda. Korelasi sangat nyata ditunjukkan antara Hemiptera terhadap pH dengan nilai sebesar 0.753. Korelasi sangat nyata juga ditunjukkan dengan
14 hubungan antara Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla terhadap kadar air dengan nilai sebesar masing-masing 0.874; 0.881; 0.829. Tingginya nilai pH akan sangat meningkatkan populasi Hemiptera dan tingginya kadar air akan sangat meningkatkan populasi dari Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Tabel 5 Korelasi antara Mesofauna terhadap Sifat Tanah Ordo Acari Araneae Coleoptera Collembola Diplopoda Diplura Diptera Hemiptera Hymenoptera Isopoda Pseudoscorpiones Symphyla
pH
Kadar Air
Suhu Tanah
0.748*
-0.379 tn
(0.184)
(0.016)
(0.318)
-0.456 tn
0.519*
-0.437 tn
(0.219)
(0.045)
(0.243)
-0.536
-0.396
tn
-0.063
tn
-0.475 tn
(0.449)
(0.930)
(0.297)
0.620*
0.597*
-0.895 tn
(0.025)
(0.030)
(0.065)
tn
0.581*
-0.649
(0.038)
(0.156)
-0.842
tn
(0.072) -0.054
tn
(0.960)
0.489
tn
(0.421) 0.285
tn
(0.471) tn
0.753**
-0.082
(0.009)
(0.841)
-0.153
tn
(0.702) -0.817
tn
(0.091) -0.176
tn
(0.614) -0.727
tn
(0.192) 0.480
Thysanoptera
tn
tn
(0.121)
-0.312
tn
0.272 tn (0.173) -0.895 tn (0.065) -0.645 tn (0.139) 0.266 tn (0.169) -0.238 tn
(0.780)
(0.446)
0.874**
-0.763 tn
(0.005)
(0.189)
0.881**
-0.496 tn
(0.005)
(0.740)
0.829**
-0.664 tn
(0.007)
(0.218)
-0.789
tn
(0.171)
0.502 tn (0.077)
Keterangan: (*) Berkorelasi nyata pada taraf 0.05 (5%); (**) Berkorelasi nyata pada taraf 0.01 (1%); (tn) Tidak berkorelasi nyata
15
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Metode penetapan mesofauna tanah pada penelitian ini di tiga tipe penggunaan lahan, untuk Acari lebih baik menggunakan metode Kempson dan hand sorting, sedangkan Collembola lebih baik menggunakan metode Berlese. Nilai kepadatan total individu yang terbanyak yaitu metode Kempson, Berlese dan paling sedikit adalah hand sorting. Nilai indeks keanekaragaman Shannon yang paling tinggi berturut-turut yaitu metode Kempson, hand sorting dan Berlese. Pemilihan metode disesuaikan dengan jenis organisme dan alat ekstraksi (alat Kempson terbatas, terdapat di laboratorium ilmu tanah IPB, metode Berlese memadai hanya pada organisme tertentu, sedangkan hand sorting mempunyai nilai kepadatan total individu yang paling rendah). Parameter pH tanah secara nyata memengaruhi populasi Collembola, Diplopoda dan Hemiptera. Kadar air secara nyata memengaruhi populasi Acari, Araneae, Collembola, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh populasi mesofauna tanah terhadap sifat kimia meliputi C/N ratio dan unsur makro maupun mikro. Perlu dilakukan pengambilan mesofauna tanah pada musim hujan dan kemarau.
16
DAFTAR PUSTAKA Andre HM, Ducarna X, Lebrum P. 2002. Soil biodiversity: myth, reality or conning. Oikos. 96:3-24. Barnard DR. 1995. Extraction of housefly (Diptera: Muscidae) larvae from poultry manure using berlese/tullgren funnels. Flo. Entomol. 78:541-543. Barton TR. 1995. A modified technique for extracting live ticks from small soil and litter samples. Experimental & Applied Acarology. NERC, Institute of Terrestrial Ecology. 19:357-360. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi kenenam. Terjemahan Soetiyono Partosoedjono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1083 p. Buckman HO, Brady NC. (1982). The Nature and Properties of Soils 8th ed. Mac Millan Company: New York. Cover TM, Thomas JA. 1991. Elements of Information Theory. John Wiley and Sons Inc. New York. Kempson D, Lloyd M, Ghelardi R. 1963. A new extractor for woodland litter. Pedobiologia. 3: 1-21. Lavelle P, Spain AV. 2001. Soil Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. Ludwig AJ, Reynolds FJ. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. John Wiley Inc. New York. Manh Vu Q, Nguyen TT. 2000. Microarthropod community structures (Oribateida and Collembola) in Tam Dao National Park, Vietnam. Journal of Biosciences. 25:379-386. Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and its Measuremen. Chapman and Hall. London. Mercianto Y, Yayuk R, Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: Primer Methods and Computing. John Wiley and Sons Inc. new York. 337 p. Meyer E. 1996. Endogeic Macrofauna in: Schinner, F, R Ohlinger, E Kandeler, and R Margesin [eds]. Methods in Soil Biology. Berlin: Springer-Verla. 343 hal. Odum EP. 1998. Dasar-dasar Ekologi Edisi ketiga. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 p. Seastedt TR. 1984. The role of microarthropods in decomposition and mineralization processes. Annual Review of Entomology. 29: 25-46. Suhardjono YR, Deharveng L, Bedos A. 2012. Biologi – Ekologi – Klasifikasi Collembola (Ekor Pegas). Vegamedia. Bogor. Suin NM. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. 189 Hal. Sumawinata B, Gunawan D, Suwardi, Darmawan. 2014. Carbon Dynamics In Tropical Peatland Forest: One-Year Research in Sumtra, Indonesia. IPB Press. Bogor. 7: 63-172. Suwardi, Djajakirana G, Sumawinata B, Baskoro DPT, Munoz C, Hatano R. 2011. Nutrien Cycle in Acacia crassicarpha Plantation on Deep Tropical Peatland at Bukitbatu, Bengkalis, Indonesia. Proceeding of The 10th International Conference of The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies. 227-228. Colombo-Sri Lanka 10-13 Oktober 2011.
17 Tian G, Brussard BT, Kang, Swift. 1997. Soil fauna-mediated decomposition of plant residues under contreined environmental and residue quality condition. In Driven by Nature Plant Litter Quality and Decomposition, Department of 30 Biological Sciences. (Eds Cadisch, G and Giller, KE). pp. 125-134. Wey College, University of London. Wallwork JA. 1970. Ecology of soil Animals Mc Graw Hill. London. 283p. Wood M. 1989. Soil Biology. Chapman and Hall. New York.
18
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Analisis Kadar Air Tanah Penggunaan Lahan HK 1(A)
BKU (g) 6.177
BKM (g) 1.285
KA (%) 380.88
HK 1(B)
7.034
1.504
367.59
HK 2(A)
6.251
1.452
330.48
HK 2(B)
6.384
1.263
405.62
HK 3(A)
5.556
1.075
416.76
HK 3(B)
5.049
1.192
323.56
6HA1(A)
3.967
1.511
162.52
6HA1(B)
4.983
1.719
189.80
6HA2(A)
3.682
1.215
203.00
6HA2(B)
2.553
0.767
232.96
6HA3(A)
3.957
1.335
196.49
6HA3(B)
4.781
1.254
281.32
36HA1(A)
8.520
2.408
253.84
36HA1(B)
7.857
2.120
270.69
36HA2(A)
10.045
2.307
335.52
36HA2(B)
8.590
3.020
184.48
36HA3(A)
7.347
1.487
394.18
36HA3(B)
10.835
3.712
191.86
Keterangan: HK 1 HK 2 HK 3 6HA 1 6HA 2 6HA 3 36HA 1 36HA 2 36HA 3 BKU BKM KA
= = = = = = = = = = = =
KA rata-rata (%)
Kadar air tanah ulangan 1 pada hutan konservasi Kadar air tanah ulangan 2 pada hutan konservasi Kadar air tanah ulangan 3 pada hutan konservasi Kadar air tanah ulangan 1 pada HTI akasia umur 6 bulan Kadar air tanah ulangan 2 pada HTI akasia umur 6 bulan Kadar air tanah ulangan 3 pada HTI akasia umur 6 bulan Kadar air tanah ulangan 1 pada HTI akasia umur 36 bulan Kadar air tanah ulangan 2 pada HTI akasia umur 36 bulan Kadar air tanah ulangan 3 pada HTI akasia umur 36 bulan Bobot kering udara Bobot kering mutlak Kadar air tanah
370.82
211.02
271.76
19 Lampiran 2 Data Curah Hujan Bulan Februari 2015 Hutan Konservasi
Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 6 Bulan
Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 36 Bulan
mm
mm
mm
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
4
0
0
0
5
0
0
0
6
19.4
0
0
7
0
0
0
8
0
0
0
9
0
0
0
10
0
0
0
11
0
0
0
12
0
0
4.8
13
0
0
0
14
0
0
0
15
0
0
0
16
0
0
3.6
17
0
0
0
18
0
0
0
19
0
0
0
20
0
0
0
21
0
0
0
22
0
0
0
23
0
0
0
24
0
0
0
25
0
0
0
26
0
0
0
27
0
0
0
28
0
0
0
0
8.4
Tanggal
Total (mm)
19.4
Hari Hujan
1
0
2
Hari Kemarau
27
28
26
20 Lampiran 3 Hasil Analisis pH Tanah Penggunaan Lahan
Analisis pH (H2O)
HK 1
3.80
HK 2
3.88
HK 3
3.78
6HA 1
4.28
6HA 2
4.44
6HA 3
4.31
36HA 1
3.82
36HA 2
3.92
36HA 3
3.89
Keterangan: HK 1 HK 2 HK 3 6HA 1 6HA 2 6HA 3 36HA 1 36HA 2 36HA 3
= = = = = = = = =
Analisis pH ulangan 1 pada hutan konservasi Analisis pH ulangan 2 pada hutan konservasi Analisis pH ulangan 3 pada hutan konservasi Analisis pH ulangan 1 pada HTI akasia umur 6 bulan Analisis pH ulangan 2 pada HTI akasia umur 6 bulan Analisis pH ulangan 3 pada HTI akasia umur 6 bulan Analisis pH ulangan 1 pada HTI akasia umur 36 bulan Analisis pH ulangan 2 pada HTI akasia umur 36 bulan Analisis pH ulangan 3 pada HTI akasia umur 36 bulan
Lampiran 4 Pengukuran Suhu Tanah Suhu Tanah (°C)
Penggunaan Lahan
Rata-rata (°C)
1
2
HK 1
26.0
26.0
26.0
HK 2
26.0
26.5
26.3
HK 3
26.5
26.0
26.3
6 HA 1
27.5
27.0
27.3
6 HA 2
27.5
27.5
27.5
6 HA 3
27.0
27.5
27.3
36 HA 1
26.5
26.3
26.4
36 HA 2
26.0
26.0
26.0
36 HA 3
26.5
26.5
26.5
Keterangan: HK 1 HK 2 HK 3 6HA 1 6HA 2 6HA 3 36HA 1 36HA 2 36HA 3
= = = = = = = = =
Suhu ulangan 1 pada hutan konservasi Suhu ulangan 2 pada hutan konservasi Suhu ulangan 3 pada hutan konservasi Suhu ulangan 1 pada HTI akasia umur 6 bulan Suhu ulangan 2 pada HTI akasia umur 6 bulan Suhu ulangan 3 pada HTI akasia umur 6 bulan Suhu ulangan 1 pada HTI akasia umur 36 bulan Suhu ulangan 2 pada HTI akasia umur 36 bulan Suhu ulangan 3 pada HTI akasia umur 36 bulan
21 Lampiran 5 Tiga Tipe Penggunaan Lahan di Area Lahan Gambut
Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 6 Bulan
Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 36 Bulan
Hutan Konservasi
22 Lampiran 6 Proses Pengambilan Contoh Tanah
(3)
(2)
(1)
a
b
c
(4)
(5)
(6)
(7)
Keterangan: (1) Pembuatan petak 10 10 10 cm, (2) Pemotongan petak dengan pisau, (3) Pengambilan contoh tanah dengan pisau, (4) Contoh tanah dimasukkan ke dalam karung blacu, (5) a. contoh tanah dimasukkan ke dalam wadah dan mesofauna tanah diambil dengan menggunakan kuas; b. contoh tanah dipindahkan ke dalam alat Berlese extractor; c. contoh tanah dimasukkan ke dalam Kempson extractor, (6) Mesofauna tanah dimasukkan ke dalam botol koleksi, (7) Mesofauna tanah diamati dan diidentifikasi menggunakan buku Borror Edisi Keenam.
23 Lampiran 7 Ordo dan Sub Ordo Mesofauna Tanah yang Didapat Ordo Acari
Sub Ordo : Oribatida Ukuran : 1.1 mm
Sub Ordo : Mesostigmata Ukuran : 1.0 mm
Sub Ordo : Oribatida Ukuran : 1.0 mm
Sub Ordo : Oribatida Ukuran : 1.1 mm
Sub Ordo : Prostigmata Ukuran : 1.1 mm
Ordo Collembola
Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.9 mm
Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.4 mm
Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.8 mm
24
Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.5 mm
Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.7 mm
Sub Ordo : Symphyleona Ukuran : 0.6 mm
Sub Ordo : Aprocita Ukuran : 2.0 mm
Sub Ordo : Aprocita Ukuran : 1.6 mm
Sub Ordo : Ukuran : 1.6 mm
Sub Ordo : Ukuran : 1.8 mm
Sub Ordo : Adephaga Ukuran : 1.6 mm
Sub Ordo : Myxophaga Ukuran : 1.9 mm
Ordo Hymenoptera
Sub Ordo : Aprocita Ukuran : 1.4 mm
Ordo Pseudoscorpiones
Sub Ordo : Ukuran : 1.8 mm
Ordo Coleoptera
Sub Ordo : Polyphaga Ukuran : 1.7 mm
25 Ordo Hemiptera
Sub Ordo : Cimicomorpha Ukuran : 2.0 mm
Sub Ordo : Cimicomorpha Ukuran : 1.7 mm
Sub Ordo : Pentatomorpha Ukuran : 1.9 mm
Sub Ordo : Ukuran : 1.5 mm
Sub Ordo : Ukuran : 2.0 mm
Sub Ordo : Ukuran : 2.0 mm
Sub Ordo : Ukuran : 2.0 mm
Ordo Symphyla
Sub Ordo : Ukuran : 1.9 mm
Ordo Diplura
Sub Ordo : Ukuran : 2.0 mm
26 Ordo Araneae
Sub Ordo : Ortognatha Ukuran : 0.9 mm
Sub Ordo : Ortognatha Ukuran : 1.4 mm
Sub Ordo : Labidognatha Ukuran : 2.0 mm
Sub Ordo : Labidognatha Ukuran : 1.8 mm
Sub Ordo : Ortognatha Ukuran : 1.5 mm
Ordo Isopoda
Sub Ordo : Ukuran : 1.8 mm
Sub Ordo : Ukuran : 1.5 mm
Ordo Diplopoda
Sub Ordo : Polydesmida Ukuran : 2.0 mm
Sub Ordo : Polydesmida Ukuran : 1.7 mm
Sub Ordo : Polydesmida Ukuran : 1.6 mm
27 Ordo Diptera
Sub Ordo : Nematocera Ukuran : 1.3 mm
Ordo Thysanoptera
Sub Ordo : Ukuran : 0.5 mm
Sub Ordo : Nematocera Ukuran : 1.7 mm
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juli 1993 yang bertempat di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Bapak Miftahul Ulum dan Ibu Sumarlik merupakan orang tua dari penulis. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mulai menempuh pendidikan formal di SD Muhammadiyah Ambulu. Setelah lulus dari sekolah dasar, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Ambulu. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah atas di SMA Negeri Ambulu. Penulis lulus dari SMA melanjutkan ke tingkat universitas dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi Tanah pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis pernah melakukan presentasi pada HITI yang ke XI di Universitas Brawijaya, Malang. Penulis juga pernah menjadi peserta Kongres Gambut Internasional ke-15 yang bertempat di Serawak, Malaysia.