19
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Desain Penelitian ini adalah cross sectional study, karena data yang dikumpulkan hanya pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Nazir 2009). Lokasi penelitian adalah di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat. Lokasi ditentukan secara pusrposive, dengan pertimbangan subjektif sebagai berikut: 1) FEMA IPB memiliki mahasiswa yang berusia dewasa muda dengan latar belakang yang berbeda 2) FEMA IPB memiliki tiga departemen yang berhubungan erat dengan dunia pernikahan dan keluarga yaitu Gizi Masyarakat, Ilmu Keluarga dan Konsumen, dan Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, sehingga diharapkan ketika penggalian informasi mengenai kesiapan menikah dapat diperoleh informasi yang lebih memadai. Waktu pengumpulan data primer adalah bulan Juni 2011. Teknik Pengambilan Contoh Populasi penelitian ini adalah mahasiswa mayor minor program sarjana Strata Satu (S1) FEMA IPB tahun ajaran 2007-2009 yang berjumlah 780 orang. Sejumlah contoh dipilih untuk mewakili populasi. Penentuan jumlah contoh menggunakan rumus Slovin berikut ini : n= Keterangan :
N 780 = = 106,5 ≈ 107 + 1 780(0.092 ) + 1
Ne2
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi mahasiswa S1 FEMA IPB Tahun 2007-2009 e = error (9%)
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah contoh yang diteliti adalah 107 contoh. Untuk mengantisipasi data yang tidak valid maka jumlah contoh ditambah menjadi 110 orang. Jumlah contoh dari setiap angkatan (2007-2009) ditentukan secara proporsional. Selanjutnya penarikan contoh dari setiap angkatan (subpopulasi) dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), artinya setiap anggota subpopulasi memiliki probabilitas terpilih yang sama. Untuk lebih jelas mengenai tahap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 3 di bawah ini.
20
Mahasiswa S1 FEMA IPB angkatan 2007-2009 N=780
2007=264
2008=262
2009=254
2007=38
2008=37
2009=35
Purposive
Proportional
Simple random sampling n=110
Gambar 3 Kerangka pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Namun, pada penelitian ini hanya data primer yang diolah, sedangkan data sekunder hanya sebagai tambahan informasi saja. Cara pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner dan contoh mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan. Data sekunder yang digunakan adalah data populasi mahasiswa diperoleh dari Dekanat Fakultas Ekologi Manusia berupa jumlah mahasiswa FEMA angkatan 2007 sampai 2009. Kuesioner penelitian ini terdiri atas empat bagian, yaitu:. 1.
Bagian A karakteristik contoh, meliputi: jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), usia (tahun), uang saku perbulan (Rp/bulan), urutan anak, saudara yang sudah menikah, dan status hubungan contoh.
2.
Bagian B karakteristik keluarga contoh, meliputi: usia orang tua (tahun), usia orang tua saat menikah (tahun), pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua perbulan (Rp/bulan), pendidikan (lama pendidikan dan tingkat pendidikan), dan kelengkapan orang tua.
21
3.
Bagian C persepsi contoh mengenai kesialan menikah. Persepsi diperoleh melalui pertanyaan terbuka (Open-ended question), yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. Responden tidak diberi pilihan jawaban, tetapi menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya. Pertanyaan terdiri atas (1) arti pernikahan, (2) tujuan ingin menikah, (3) arti kesiapan menikah, (4) kesiapan menikah untuk laki-laki, (5) kesiapan menikah untuk perempuan, (6) tugas istri, (7) tugas suami, (8) usia ideal menikah bagi lakilaki dan perempuan, (9) usia ingin menikah, (10) Alasan siap atau tidak siap menikah.
4.
Bagian D persetujuan contoh terhadap kesiapan menikah menurut pandangan ahli. Terdiri atas 57 item pernyataan dengan pilihan jawaban skala Likert, 5=sangat setuju, 4= setuju, 3= ragu-ragu, 2=tidak setuju, dan 1= sangat tidak setuju, yang merupakan pengembangan dari delapan faktor kesiapan menikah menurut pendapat para ahli. Kedelapan faktor tersebut adalah: (1) kesiapan emosi (Blood 1978 dan Goleman 1997), (2) kesiapan usia (Blood 1978), (3) kesiapan sosial (Blood 1978), (4) kesiapan peran (Blood 1978), (5) kesiapan seksual (Duval & Miller 1985), (6) kemampuan berkomunikasi (Duval & Miller 1985), Kesiapan spiritual (Holman, Bolby, & Larson 1994), dan kesiapan finansial (Blood 1978). Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, entry ke
komputer, pengecekan data, dan selanjutnya dianalisa. Data karakteristik contoh dan keluarga contoh dikategorikan berdasarkan standar tertentu
maupun
berdasarkan sebaran data kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tabulation) dan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif berkenaan dengan bagaimana data digambarkan atau disimpulkan secara numerik (misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik) sehingga mudah dibaca dan bermakna. Selain analisis deskriptif, pengolahan data juga menggunakan Uji independent-samples t-test. uji reabilitas, uji validitas, analisis faktor, dan uji regresi linear berganda. Cara pengkategorian untuk variabel karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh beserta skalanya tersaji pada Tabel 4.
22
Tabel 4 Variabel, skala variabel, dan engkategorian data karakteristik Variabel Jenis kelamin contoh
Skala Nominal
Usia contoh
Rasio
Uang saku (Rp/Bulan)
Rasio
Urutan anak
Nominal
saudara yang sudah menikah
Nominal
Status hubungan
Nominal
Usia orang tua
Rasio
Usia orantua saat menikah
Rasio
Pendidikan Orang tua
Ordinal
Lama Pendidikan Orang tua
Ratio
Besar Keluarga
Interval
Pekerjaan Orang tua
Nominal
Kategori 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2.
Laki-laki Perempuan 18-20 21-22 23-24 Rendah (<700.000,00) Sedang (700.000,00-1.150.000,00) Tinggi (>1.150.000,00) Sulung Tengah Bungsu Tunggal Ada Tidak ada Tidak sedang berpacaran Sedang berpacaran
1. Dewasa muda (18-40 tahun) 2. Dewasa Madya (41-60 tahun) 3. Tua (>60tahun) Hurlock (1994) Ayah 1. Tidak diizinkan nikah (<19 tahun) 2. Diizinkan nikah (≥19 tahun) Ibu 1. Tidak diizinkan (<16 tahun) 2. Diizinkan (≥ 16 tahun) UU No.1 Tahun 1974 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. S1 6. S2 7. S3 1. ≤ 9 tahun 2. < 9 tahun Program Wajib Belajar 9 tahun 1. Kecil (≤ 4 orang) 2. Sedang (5-6) 3. Besar (> 6 orang) BKKBN
1. PNS 2. Polisi/ABRI 3. Pegawai Swasta 4. Wirausaha 5. Pensiunan 6. BUMN 7. IRT/Tidak bekerja 8. Dosen 9. Guru 10. Buruh/petani 11. Lainnya
23
Variabel Pendapatan Orang tua(Rp/bulan)
Skala Rasio
Pendapatan Per kapita (Rp/bulan)
Rasio
Kondisi Pernikahan Orang tua
Ordinal
Usia ideal menikah
Ratio
Usia ingin menikah
Ratio
Kesiapan menikah
Ordinal
Kategori 1. <1000. 000,00 2. 1000.000,00-2.000.000,00 3. 2.000.000,01-3.000.000 4. 3.000.000,01-4.000.000,00 5. >4.000.000,00 (sebaran data) 1. Sangat miskin (≤212.210,00) 2. Cukup miskin (>212.210,00) BPS (2010) 1. Bercerai 2. Keduanya meninggal 3. Salah satu meninggal 4. Utuh 1. 20-22 2. 23-25 3. 26-38 4. 29-31 (Levinson 1978) 1. 20-22 2. 23-25 3. 26-28 4. 29-31 (Levinson 1978) 1. Ya 2. Tidak
Independent-samples t-test Independent-samples t-test digunakan untuk melihat adanya perbedaan rata-rata pada karakteristik antara contoh laki-laki dan perempuan, untuk data usia, uang saku, usia orang tua, besar keluarga, pendapatan keluarga, lama pendidikan orang tua, usia menikah orang tua, usia ideal menikah, dan usia ingin menikah. Serta melihat perbedaan antara rata-rata usia ideal dengan rata-rata usia ingin menikah. Perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik ditunjukan dengan nilai signifikansi yang rendah (sig<0,05). Uji reabilitas dan validitas Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui kekonsistenan suatu alat ukur, yang pada penelitian ini adalah 57 item pernyataan tentang kesiapan menikah. Sehingga ketika dilakukan pengukuran ulang maka akan diperoleh hasil yang sama, sehingga alat ukur tersebut dapat dipercaya atau diandalkan. Reabilitas suatu alat ukur dapat ditentukan dengan melihat nilai cronbach alpha pada hasil uji statistik.
24
Alat ukur reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Untuk uji validitas, juga dilakukan terhadap 57 item pernyataan kesiapan menikah. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masingmasing pernyataan dengan skor total setiap faktor kesiapan menikah. Item pernyataan yang valid adalah yang memiliki nilai korelasi diats 0,3 terhadap total skor seluruh pernyataan yang membangun suatu faktor. Analisis faktor Uji analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses meringkas item-item menjadi faktor yang lebih sedikit dan menamakannya. Analisis faktor digunakan untuk menganalisis 57 item pernyataan yang akan direduksi kedalam set atau kelompok atau faktor yang lebih kecil, dan dinamai setiap faktornya. Langkah untuk melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut: Menghitung korelasi antara indikator yang diobservasi
Ekstraksi Faktor
Rotasi Faktor
Gambar 4 Prosedur Analisis Faktor (Sumber: Widarjono 2010) Sebelum masuk pada proses analisis faktor, terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk menilai tepat tidaknya menggunakan analisis faktor, asumsi tersebut adalah: (1) besar korelasi antar pernyataan harus cukup kuat, diatas 0,3, ditujukan dengan nlai Barlett’s Test of Sphericity yang harus lebih kecil dari 0,05 (sig<0,05); (2) Kecukupan contoh, yang ditujukan dengan nilai Kaiser-MeyerOlkin (KMO), dan Measure of Sampling Adequency (MSA). Analisis faktor bisa dilakukan jika Angka KMO lebih dari 0,5 dan nilai MSA untuk setiap pernyataan diatas 0,5. Jika data sudah layak untuk dilakukan analisis faktor maka tahap selanjutnya adalah memilih metode ekstraksi untuk menentukan jumlah faktor.
25
Ekstraksi faktor bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari data yang ada. Dalam penelitian ini untuk menentukan jumlah faktor yang diinginkan sebagai hasil ekstrak, digunakan dua kriteria: 1.
Kriteria Latent Root, yaitu faktor-faktor yang terbentuk berdasarkan eigenvalue minimum 1 yang akan dipertahankan atau hanya faktor dengan eigenvalue > 1 yang dianggap signifikan.
2.
Kriteria Aproriori Criterion, yaitu jumlah faktor kesiapan menikah ditentukan sendiri oleh peneliti, karena peneliti sudah memiliki pengalaman sebelumnya tentang berapa jumlah faktor yang tepat atau sesuai. Pada setiap pernyataan yang membentuk faktor akan memiliki suatu nilai
yang disebut nilai factor loading. Nilai factor loading adalah nilai yang memberitahukan seberapa besar setiap pernyataan termasuk (belongs) kedalam setiap faktor. Semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin kuat pernyataan dimiliki oleh faktor tersebut. Factor loading harus memenuhi kriteria signifikansi yaitu lebih besar dari 0,5 kerena semakin besar factor loading, maka semakin mudah mengintrepretasikan faktor tersebut. Jika factor loading suatu pernyataan sama-sama cukup tinggi pada beberapa faktor maka akan sulit memutuskan ke faktor mana pernyataan tersebut dimasukan, untuk itu setelah ekstraksi faktor, dilakukan rotasi faktor. Rotasi faktor bertujuan agar dapat diperoleh struktur faktor yang lebih sederhana agar faktor mudah diintrepretasikan. Setelah setiap pernyataan sudah terkumpul kedalam faktor-faktor, tahap selanjutnya adalah intrepretasi atau penamaan terhadap faktor yang terbentuk. Intrepretasi faktor dapat dilakukan dengan mengetahui pernyataan-pernyataan yang membentuknya. Untuk data yang berasal dari pertanyaan terbuka mengenai pernikahan dan kesiapan menikah dianalisis dengan metode analisis konsep. Analisis konsep yang digunakan didasarkan kepada pola deduktif (umum-khusus), dimana peneliti sudah memiliki hipotesis yang akan duji (Strauss dan Corbin 1990 dalam Bernard 2000). Tujuan analisis konsep adalah menguji apakah faktor-faktor kesiapan menikah menurut para ahli sesuai dengan faktor-faktor kesiapan menikah yang teridentifikasi berdasarkan persepsi contoh.
26
Uji regresi linier berganda Regresi adalah suatu analisis bagaimana satu variabel yaitu variabel dependen dipengaruhi oleh satu (sederhana) atau lebih variabel independen (berganda), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Widarjono 2010). Pada uji regresi, model layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat jika nilai signifikansi lebih rendah dari 0,05 (sig<0,05). Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabelvariabel bebas terhadap variabel terikat. Regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor kesiapan menikah dan karakteristik contoh terhadap usia menikah. Uji regresi menggunakan program computer yang sesuai dan pemilihan model dilakukan secara otomatis. Metode yang digunakan pada uji regresi berganda adalah metode Backward. Metode backward adalah memasukan semua variabel independen kedalam model regresi (metode enter), selanjutnya mengeliminasi satu persatu variabel indipenden sehingga variabel indipenden yang tersisa pada model hanya variabel yang signifikan saja. Eliminasi dilakukan pada variabel yang memiliki nilai signifikansi yang besar, yaitu diatas 0,1 (sig>0,1). Dalam pemilihan model regresi yang tepat juga dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya. Nilai koefisien determinasi nilainya selalu naik jika dilakukan penambahan variabel independen, walaupun variabel independen yang ditambahkan tidak sesuai teori terhadap variabel dependen yang diuji. Oleh karena itu, sebagai alternative digunakan R2 yang disesuaikan (Adjusted-R2). Pemilihan model regresi pada akhirnya dengan melihat nilai Adjusted-R2 yang terbesar.
27
Definisi Operasional Contoh adalah dewasa muda mahasiswa S1 Fakultas Ekologi Manusia tahun ajaran 2007/2009 dan belum menikah. Dewasa muda adalah individu yang berusia 18-42 tahun. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri dan aspek sosial ekonomi yang melekat pada contoh berupa jenis kelamin, usia, uang saku urutan anak, saudara menikah, dan status hubungan contoh Usia menikah adalah usia ideal menikah dan usia ingin menikah Usia ideal menikah adalah lama hidup seseorang dianggap tepat untuk menikah Usia ingin menikah adalah lama hidup seseorang yang dirasa sudah tepat bagi dirinya untuk menikah Uang saku perbulan adalah jumlah nilai rupiah yang diperoleh contoh dalam satu bulan Urutan anak adalah status contoh dibedakan menjadi anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal, sesuai kelahiran. Saudara yang sudah menikah adalah ada tidaknya kakak atau adik contoh yang statusnya kawin Status hubungan adalah keberadaan kekasih dalam kehidupan contoh saat ini. Karakteristik keluarga contoh adalah ciri-ciri aspek sosial ekonomi yang melekat pada orang tua berupa usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status pernikahan orang tua. Pendapatan keluarga adalah akumulasi gaji, upah, atau hasil yang diperoleh orang tua dari pekerjaan yang dinilai dengan uang selama satu bulan. Pendapatan per kapita adalah pendapapatan keluarga dibagi besar keluarga Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri atas ayah,ibu, dan anak. Pekerjaan orang tua adalah setiap kegiatan yang dilakukan orang tua yang menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan utama Pendidikan orang tua adalah sekolah terakhir dari orang tua contoh mendapatkan pendidikan formal Lama pendidikan orang tua adalah jumlah tahun orang tua contoh memperoleh pendidikan formal
28
Kelengkapan orang tua adalah kondisi ayah dan ibu kandung contoh sampai dengan waktu penelitian apakah masih utuh, bercera, atau meninggal Kesiapan menikah adalah kesiapan untuk memasuki dunia pernikahan dengan memiliki kematangan emosi, kematangan usia, kematangan sosial, kesiapan model peran, kesiapan berhubungan seksual, kemampuan berkomunikasi, kesiapan spiritual, dan kesiapan finansial yang baik Kematangan emosi adalah kedewasaan seseorang yang bisa dilihat dari cara orang tersebut menyelesaikan masalah dalam tumah tangga dan berhubungan dengan orang lain terutama pasangan. Kesiapan usia adalah usia yang dipandang ideal untuk menikah. Kematangan sosial adalah kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sebelum menikah baik sebagai single maupun sebagai pasangan kekasih (berkencan) Kesiapan model peran adalah mampu menjalankan tugas dan peran yang diperoleh setelah menikah baik sebagai isteri maupun suami Kesiapan berhubungan seksual adalah mampu melakukan hubungan jenis kelamin (seks) dengan pasangan. Kemampuan berkomunikasi adalah mampu mengungkapkan secara verbal dan non verbal dan menerima pesan atau perasaan kepada atau dari pasangan secara efektif dan efisien Kesiapan spiritual adalah mampu menjalankan ibadahnya dengan baik kepada Tuhan dan kepada mahkluk citaan Tuhan Kesiapan finansial adalah jumlah harta yang harus dimiliki seseorang yang siap menikah untuk bisa membiayai standar hidup dirinya dan pasangannya bisa uang tunai, rumah, investasi, maupun tabungan.. .