METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan metode survei. Penelitian dengan desain cross sectional study adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek riset dalam satu waktu tertentu saja, tidak berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang. Metode survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Penentuan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa SMA Negeri Ragunan Jakarta merupakan sekolah yang khusus membina atlet muda dari berbagai wilayah di Indonesia. Pengambilan data dilakukan selama dua minggu pada bulan Juli 2010.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta yang berjumlah 326 orang. Pengambilan contoh dilakukan dari suatu populasi SMA Ragunan dengan menggunakan metode purposive. Metode purposive adalah teknik penentuan contoh dengan pertimbangan tertentu. Contoh dalam penelitian ini merupakan siswa kelas X, XI, dan XII SMA Negeri Ragunan yang masih aktif, baik sebagai pelajar maupun atlet dan tidak sedang bertanding. Penarikan contoh dihitung dengan menggunakan rumus Slovin: n=
N 1+Ne2
Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi (orang) = 326 siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta Ne = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolerir atau diinginkan, yaitu 10 persen. Dengan menggunakan rumus dan margin error 0,1 diperoleh jumlah contoh sebagai berikut:
31
n=
326 1+326 (0,1)2
n=
339 4,26
n = 76 Berdasarkan perhitungan jumlah minimal contoh untuk penelitian adalah 77 orang. Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian adalah 84 orang dengan pertimbangan penambahan 10 persen dari jumlah minimal contoh. Pengambilan contoh dengan menggunakan metode purposive dikarenakan pada saat pengambilan data bersamaan dengan banyaknya acara pertandingan, baik di tingkat nasional maupun internasional, sehingga diperlukan adanya kesediaan dan ketersediaan dari contoh untuk ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan data. Hal ini yang melatarbelakangi pengambilan jumlah contoh yang diambil berdasarkan jumlah siswa SMA Negeri Ragunan yang sedang tidak bertanding. Teknik pengambilan contoh disajikan pada Gambar 2.
Populasi 326
Kelas X N=117
Kelas XI N=110
Kelas XII N=99
Purposive Kelas X n= 33
Kelas XI n= 41
Kelas XII ’ n= 10
Gambar 2 Teknik pengambilan contoh.
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Pengukuran Variabel Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari karakteristik contoh, karakteristik keluarga,
32
persepsi gaya pengasuhan orang tua, konsep diri (kompetensi atletik, perilaku/moralitas, penerimaan teman sebaya, penampilan fisik, kompetensi sekolah, dan pandangan masa depan), serta motivasi berprestasi (motivasi intrinsik dan ekstrinsik). Data tersebut dikumpulkan melalui teknik self-report dan teknik wawancara dengan alat bantu kuesioner. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini juga digunakan pada penelitian sebelumnya (Hadley, et al. 2008, Pelletier, et al. 1995, Elias & Yee 2009). Teknik self-report adalah teknik pengambilan data di mana contoh secara langsung diminta untuk melaporkan perasaan, sikap, keyakinan, dan sebagainya dengan memberi respon terhadap satu atau beberapa pertanyaan (kuesioner). Dalam teknik self-report, contoh membaca dan memilih sendiri pernyataan yang ada tanpa campur tangan peneliti. Penelitian ini memilih teknik self-report karena dinilai contoh akan lebih leluasa mengungkapkan perasaan, sikap, keyakinan, dan berbagai hal yang terkait dengan persepsi gaya pengasuhan orangtua, konsep diri, dan motivasi berprestasi olahraganya. Kuesioner dikembangkan oleh peneliti berdasarkan penelitian sebelumnya dan berdasarkan konsep teoritis yang sudah dipaparkan sebelumnya. Sementara itu, data sekunder meliputi jumlah siswa dan keadaan umum sekolah. Data tersebut diperoleh dari data sekolah SMA Negeri Ragunan Jakarta. Pada saat pengisian kuesioner, contoh mengerjakan dengan serius, bahkan sebagian besar contoh tidak ingin jawabannya diketahui oleh temannya. Hal ini tentu saja bertujuan untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh adanya komunikasi antara contoh yang satu dengan yang lain pada saat proses pengambilan data. Jenis dan skala data disajikan pada Tabel 1.
33
Tabel 1 Jenis dan skala data Jenis Data Primer
Primer
Primer Primer Primer Sekunder
Variabel Karakteristik contoh Usia Jenis kelamin Urutan kelahiran Tipe olahraga Jenis olahraga Karakteristik keluarga Status orangtua Suku bangsa Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan orangtua Persepsi gaya pengasuhan orangtua Konsep diri Motivasi berpresastasi Jumlah siswa SMA Negeri Ragunan Keadaan umum sekolah
Sumber/ Contoh Siswa (atlet muda)
Skala Data
Rasio Nominal Rasio Nominal Nominal
Siswa (atlet muda)
Nominal Nominal Ordinal Nominal Ordinal Ordinal
Siswa (atlet muda) Siswa (atlet muda) Data sekolah
Ordinal Ordinal Rasio
Data sekolah
Nominal
Cara pengukuran data yang dilakukan adalah dengan menggunakan instrumen kuesioner dengan variabel-variabel sebagai berikut: 1) Karakteristik contoh yang terdiri variabel: 1) usia (1=remaja awal, 2=remaja pertengahan, 3=remaja akhir); 2) jenis kelamin (1=laki-laki, 2=perempuan); 3) urutan kelahiran (1=anak sulung, 2=anak tengah, 3=anak bungsu), 4) tipe olahraga (1=individu, 1=beregu); dan 5) jenis olahraga (1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=berat sekali). 2) Karakteristik keluarga contoh yang terdiri dari variabel: 1) status orangtua (1=utuh, 2=tunggal); 2) suku bangsa orangtua (1=jawa, 2=sunda, 3=lainnya); 3) pendidikan orangtua (1=tidak tamat SD, 2=SD/sederajat, 3=SMP/sederajat, 4=SMA/sederajat, 5=D3, 6=S1,S2,S3); 4) pekerjaan orangtua (1=tidak bekerja, 2=sektor pertanian, 3=pegawai pemerintah, 4=wiraswasta, 5=pegawai swasta, 6=profesional dan rohaniawan); dan 5) pendapatan keluarga (1=kurang dari Rp.500.000, 2=Rp.500.000-Rp.1.000.000, 3=Rp.2.500.000Rp.5.000.000,
4=Rp.5.000.000-Rp.7.500.000,
5=Rp.7.500.000-
Rp.10.000.000, 6=lebih dari Rp.10.000.000). 3) Persepsi gaya pengasuhan orangtua. Variabel ini terdiri atas 26 pernyataan dengan skala Likert 1-4 dengan keterangan:
34
1=tidak pernah; 2=hampir tidak pernah; 3=sering; 4=sangat sering/selalu Pernyataan tersebut merujuk pada Wulandari, Latifah, Alfiasari (2009) yang telah dimodifikasi, mengenai persepsi gaya pengasuhan orangtua yang terbagi menjadi tiga tipe, yaitu: otoritatif, otoriter, dan permisif. Ketiga persepsi gaya pengasuhan orangtua ini terdiri dari dimensi demandingness (kontrol) dan responsiveness (kehangatan). Pernyataan untuk ketiga tipe gaya pengasuhan ini adalah sebanyak 9 pertanyaan untuk persepsi gaya pengasuhan otoritatif, 8 pernyataan untuk persepsi gaya pengasuhan otoriter, dan 9 pertanyaan untuk persepsi gaya pengasuhan permisif. 4) Konsep Diri. Variabel ini terdiri atas 30 pernyataan dengan skala Likert 1-4 dengan keterangan: 1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat setuju Penilaian dari variabel konsep diri ini dikategorikan pada dua kategori, yaitu positif dan negatif. Skor kategori negatif berada pada rentang 6 sampai dengan 15, sedangkan skor kategori positif berada pada rentang skor 16 sampai dengan 24. Skor tersebut dikategorikan pada setiap aspek konsep diri. Pernyataan pada variabel konsep diri tersebut merujuk pada Hadley, et al. (2008) yang dimodifikasi peneliti, mengenai konsep diri remaja yang terdiri dari enam aspek, yaitu kompetisi atletik, perilaku/moralitas, penerimaan teman sebaya, penampilan fisik, kompetensi sekolah, dan pandangan masa depan. 5) Motivasi berprestasi olahraga. Variabel ini terdiri atas 20 pernyataan dengan skala Likert 1-4 dengan keterangan: 1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=setuju; 4=sangat setuju Penilaian pada variabel motivasi berprestasi olahraga dikategorikan pada empat kategori, yaitu: motivasi intrinsik tinggi-ekstrinsik tinggi, motivasi intrinsik tinggi-ekstrinsik sedang, motivasi intrinsik sedang-ekstrinsik tinggi, motivasi intrinsik sedang-ekstrinsik sedang, dan motivasi intrinsik rendahekstrinsik rendah. Pernyataan tersebut merujuk pada Pelletier, et al. (1995) yang dimodifikasi peneliti, mengenai motivasi berprestasi dalam bidang olahraga yang terdiri dari motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
35
Manajemen dan Kontrol Kualitas Data 1. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data penelitian, kuesioner yang sudah disusun diuji pada 10 siswa kelas X yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan yang berusia 16 tahun. Hasil uji coba tersebut akan menentukan reliabilitas dari kuesioner yang digunakan. Uji coba kuesioner sebelum pengumpulan data dilakukan, untuk mengetahui pilihan bentuk kuesioner (pertanyaan dan pernyataan), kedalaman pertanyaan, ketepatan pemilihan kata, dapat tidaknya suatu pertanyaan ditanyakan, dapat tidaknya suatu pernyataan dijawab, pilihan jawaban yang dimungkinkan, serta lama maksimal pengisian kuesioner. Dari hasil uji coba diperoleh bahwa lama waktu maksimal pengisian kuesioner adalah 30 menit. 2. Uji reliabilitas instrumen. Reliabilitas instrumen dinilai dari hasil cronbach alpha, yaitu persepsi gaya pengasuhan adalah 0.792, konsep diri 0.720, dan motivasi berprestasi olahraga 0.891. Hasil ini diperoleh setelah terjadi pengurangan item instrumen persepsi gaya pengasuhan dari 30 item pertanyaan menjadi 26 item pertanyaan. Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2009) sebagai acuan penelitian ini, terlihat bahwa nilai dari uji reliabilitas dari instrumen persepsi gaya pengasuhan orangtua pada penelitian ini mempunyai cronbach alpha yang lebih tinggi dibandingkan dengan instrument acuan (0.772). Hasil ini menunjukkan bahwa nilai uji reliabilitas dari persepsi gaya pengasuhan ini hampir sama dengan yang dilakukan pada penelitian ini. 3. Penyusunan code book sebagai panduan entri dan pengolahan data.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, dan cleaning data. Selanjutnya dilakukan analisis data secara deskriptif dan inferensia (uji korelasi pearson, uji regresi linier, dan uji regresi linier berganda). Uji korelasi pearson bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian ke-3 dan ke-4, yaitu menganalisis hubungan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan persepsi gaya pengasuhan, konsep diri, dan motivasi berprestasi. Uji regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsep diri terhadap motivasi
36
berpresatsi dan uji regresi linier berganda bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian ke-5, yaitu untuk mengetahui pengaruh persepsi gaya pengasuhan orangtua dan konsep diri terhadap motivasi berprestasi. Sistem skoring dibuat konsisten untuk variabel konsep diri dan motivasi berprestasi, yaitu semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabelnya. Setelah itu dijumlahkan dan selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan teknik skoring secara normatif dengan menggunakan interval kelas.
Interval kelas (A) = Skor maksimum (NT)-skor minimum (NR) Jumlah kategori
Pengelompokan kategori konsep diri adalah sebagai berikut: Negatif : NR sampai (NR+A) Positif
: (NR+A) sampai NT
Sementara itu, pengelompokan kategori motivasi berprestasi secara intrinsik maupun ekstrinsik adalah sebagai berikut: Rendah : NR sampai (NR+A) Sedang : ((NR+A)+0.01)) sampai ((NR+A)+A+0.01)) Tinggi
: ((NR+A)+A+0.02)) sampai NT Untuk menganalisis pengaruh persepsi gaya pengasuhan orangtua terhadap
konsep diri atlet muda dilakukan uji regresi : Y1 = α + β1D1 + β2 D2 + β3 D3 + ε Keterangan: Y1
= konsep diri
α
= konstanta
βn
= koefisien regresi
D1
= persepsi gaya pengasuhan otoritatif
D2
= persepsi gaya pengasuhan otoriter
D3
= persepsi gaya pengasuhan permisif
ε
= galat
37
Untuk menganalisis pengaruh konsep diri terhadap motivasi berprestasi atlet muda dilakukan uji regresi : Y2 = α + β1X1 + ε Keterangan: Y2
= motivasi berprestasi
α
= konstanta
βn
= koefisien regresi
X1
= konsep diri
ε
= galat Untuk menganalisis pengaruh persepsi gaya pengasuhan orangtua dan
konsep diri terhadap motivasi berprestasi atlet muda dilakukan uji regresi : Y3 = α + β1D1 + β2 D2 + β3 D3 + β4 X1+ ε Keterangan: Y3
= motivasi berprestasi
α
= konstanta
βn
= koefisien regresi
D1
= persepsi gaya pengasuhan otoritatif
D2
= persepsi gaya pengasuhan otoriter
D3
= persepsi gaya pengasuhan permisif
X1
= konsep diri
ε
= galat
Definisi Operasional Contoh adalah individu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang merupakan siswa SMA Negeri Ragunan Jakarta kelas X, XI, dan XII. Remaja adalah periode usia yang berada dalam masa peralihan dari fase anakanak menuju fase dewasa. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khas contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, urutan anak, dan cabang olahraga.
38
Usia adalah umur contoh yang berkisar antara 14 tahun sampai dengan 18 tahun. Jenis olahraga adalah jenis olahraga yang terdiri dari olahraga ringan, olahraga sedang, olahraga berat, dan olahraga berat sekali. Jenis olahraga ringan adalah jenis olahraga yang terdiri dari terdiri dari menembak, golf, bowling, dan panahan. Jenis olahraga sedang adalah jenis olahraga yang terdiri dari voli, atletik, bulutangkis, basket, hockey, dan soft ball. Jenis olahraga berat adalah jenis olahraga yang terdiri dari renang, tinju, gulat, kempo, dan wall climbing. Jenis olahraga berat sekali adalah jenis olahraga yang terdiri dari balap sepeda, angkat besi, maraton, dan hiking. Tipe olahraga adalah tipe olahraga contoh yang terdiri dari individu dan beregu. Tipe olahraga individu adalah tipe olahraga yang terdiri dari atletik, gulat, tenis, bulutangkis, golf, bowling, panahan, renang, dan tinju. Tipe olahraga beregu terdiri dari voli, basket, hockey, dan sepakbola. Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi usia orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga. Status orangtua adalah keadaan orang tua contoh yang terdiri dari keluarga utuh dan single parent (orangtua tunggal). Pendidikan orangtua adalah pendidikan terakhir yang diperoleh orangtua contoh yang berkisar antara tidak tamat SD sampai dengan perguruan tinggi. Pekerjaan orangtua adalah bidang pekerjaan yang ditekuni oleh orangtua contoh yang dikategorikan ke dalam enam kategori, yaitu tidak bekerja, sektor pertanian, pegawai pemerintah, wiraswasta, pegawai swasta, dan profesional serta rohaniawan. Persepsi gaya pengasuhan adalah makna yang timbul tentang apa yang dirasakan oleh seorang anak atas sebuah proses pengasuhan dan gaya pengasuhan yang diterapkan orangtuanya. Gaya pengasuhan otoritatif adalah gaya pengasuhan orangtua yang mempunyai dimensi kehangatan (responsivenss) dan kontrol (demandingness) yang tinggi.
39
Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan orangtua yang memiliki kontrol
(demandingness)
yang
tinggi,
namun
kehangatannya
(responsivenss) rendah. Gaya pengasuhan permisif adalah gaya pengasuhan orangtua yang memberikan cukup
dalam
hal
kehangatan
(responsivenss)
namun
kontrol
(demandingness) rendah. Konsep diri adalah bagaimana seorang individu memandang dirinya secara positif maupun negatif. Konsep diri dapat diukur dari enam aspek, yaitu kompetensi
atletik,
perilaku/moralitas,
penerimaan
teman
sebaya,
penampilan fisik, kompetensi sekolah, dan pandangan masa depan. Aspek konsep diri kompetensi atletik adalah bagaimana seseorang memandang kemampuan dirinya dalam bidang olahraga. Aspek konsep diri perilaku/moralitas adalah berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang perilakunya. Aspek konsep diri penerimaan teman sebaya adalah bagaimana seseorang memandang penerimaan dan hubungan dengan teman sebayanya. Aspek konsep diri penampilan fisik adalah berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap penampilan fisik yang dimilikinya. Aspek konsep diri kompetensi sekolah adalah bagaimana seseorag memandang kemampuan akademiknya di sekolah. Aspek konsep diri pandangan masa depan adalah bagaimana seseorang memandang masa depannya, yang terkait dengan harapan atau cita-cita di masa yang akan datang. Motivasi berprestasi adalah persepsi contoh terhadap motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik yang akan mempengaruhi prestasi contoh dalam bidang olahraga. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri contoh. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri contoh yang dapat diperoleh dari keluarga, pelatih, peer grup, dan sekolah.