METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian Penelitian ini berusaha untuk menemukan tingkat kualitas beragama (religiusitas) pada remaja dan faktorfaktor yang secara nyata mempengaruhi kualitas beragama dimaksud. Selain itu, penelitian ini juga berusaha mencari berbagai bentuk hubungan antara peubah yang terkait dengan kualitas keberagamaan. Untuk itu penelitian ini menggunakan rancangan explanatory research, yaitu penelitian survai yang bertujuan menjelaskan pengaruh dan hubungan antar peubah melalui pengujian hipotesa. Peubah terikat penelitian ini perilaku Islami remaja terhadap Tuhan (Keimanan dan Ibadah) (Y1) dan perilaku beretika Islami dengan diri sendiri, sesama alam sekitar (Y2), dan peubah bebas adalah terdiri dari X1, X2, X3, ...Xn.
Peubah Penelitian Peubah terpilih yang akan diukur dan dianalisis secara kuantitaf dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Lingkungan Keagamaan Keluarga (X1); (2) Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat Tinggal (X2); (3) Pendidikan Agama di Sekolah (X3); (4) Kegiatan Keagamaan Remaja (X4); (5) Perilaku Islami terhadap Tuhan (Hablumminallah) (X5/Y1); (6) Perilaku Beretika Islami (X6/Y2).
Definisi Operasional dan Indikator Definisi operasional adalah merupakan unsur penelitian yang memberikan informasi bagaimana caranya mengukur sesuatu peubah (Singgarimbun dan Effendi, 1989). Menurut Black dan Champion (1992), definisi operasional merupakan kuantifikasi dari definisi nominal. Definisi operasional dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau dicari prosedur pengukuran yang baru. Dalam penelitian ini, enam peubah utama akan dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Bagi Renzo (Black dan Champion, 1992), pengukuran menunjuk pada
107
sejumlah prosedur yang memungkinkan dilakukannya observasi empiris untuk menunjukkan gejala simbolik dan mengkonseptualisasikan “apa” yang akan dijelaskan. Bagi Singarimbun dan Effendi (1989), dalam pengukuran yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan “nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Karena itu suatu instrumen pengukur dipandang baik jika dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur. Pengukuran terhadap enam peubah utama dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
Profil Remaja Profil remaja adalah ciriciri melekat yang dimiliki oleh individu yang berusia 1520 tahun. Dalam perkembangan psikoseksual, sangat senang kepada lawan jenis mereka, sedangkan dalam perkembangan psikososial masa pencarian identitas diri dan ingin melepaskan diri dari orang tua. Dalam perkembangan kognitif, mulai mampu berpikir kritis, dan dalam perkembangan moral mentaati moral konvensional. Dalam masalah keyakinan dan keagamaan, remaja mulai mengambil keyakinan orang lain (guru atau tokoh agama) yang sesuai dengan pandangan pribadi untuk menjadi keyakinannya. Dalam penelitian ini profil remaja dilihat dengan indikator: jenis kelamin, tempat tinggal (urban atau rural), posisi dalam keluarga dan jumlah saudara.
Lingkungan Keagamaan di Keluarga (X1) Keluarga adalah kelompok sosial yang direkat oleh ikatan perkawinan atau darah terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anakanak, aturan atau nilainilai yang berlaku, segala keadaan yang ada di dalamnya, baik fisik dan non fisik yang dapat mempengaruhi perilaku anggotanya, terutama perilaku Islami remaja. Dalam penelitian ini, lingkungan keluarga dilihat dengan indikator: tingkat sosialekonomi orang tua, ketersediaan fasilitas untuk mengamalkan agama, ketaatan beragama orang tua, upaya pembudayaan nilainilai agama dalam keluarga, keteladanan orang tua, kominikasi keluarga, motivasi keluarga dan penglibatan remaja dalam keluarga, seperti terlihat padaTabel 3.
108
Tabel 3. Peubah/Parameter Lingkungan Keagamaan di Keluarga Peubah/ Indikator Parameter Lingkungan Keagamaan di Keluarga Tingkat sosial 1. Tingkat pendidikan yang pernah diikuti ekonomi orang tua 2. Jenis yang pernah diikuti pendidikan (X.1.1) 3. Pekerjaan orang tua 4. Pendapatan orang tua dan Jumlah anak Ketersediaan fasilatas 1. Kemudahan melaksanakan shalat untuk mengamalkan 2. Shalat berjamaah agama (X1.2) 3. Ketersediaan sumber agama Ketaatan orang tua 1. Pelaksanaan ibadah wajib beragama (X1.3) 2. Pelaksanaan ibadah sunnat 3. Intensitas Kehadiraan di masjid 4. Intensitas membaca Alquran 5. Intensitas mengikuti pengajian/ceramah agama Upaya pembudayaan 1. Intensitas upaya menanamkan keyakinan agama nilainilai agama 2. Membiasakan berzikr/berdoa, shalat berjamaah, dalam keluarga tadarusan, puasa sunnat, memberi sedekah/bantuan, (X1.4) mengucapkan salam 3. Membiasakan bertadarusan 4. Membiasakan mendiskusikan masalah agama, mengikuti ceramah agama secara bersama Keteladanan orang 1. Intensitas pentauladanan tua (X1.5) 2. Jenis pentauladanan 3. Media yang digunakan Komunikasi dalam 1. Keterbukaan dalam komunikasi keluarga(x1.6) 2. Kejelasan pesan 3. Klarifikasi (dioalog) Motivasi dm keluarga 1. Pemberian pujian/penghargaan (X1.7) 2. Pemberian hukuman/penegakan disiplin 3. Pemenuhan permintaan/keinginan Penglibatan dalam 1. Keterlibatan dalam pemilihan sekolah keluarga (X1.8) 2. Keterlibatan dalam kegiataan ekstrakurikuler 3. Keterlibatan dalam memilih teman
Pengukuran
Interval
Skoring 15
Sangat taat – tidak taat (5 –1)
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15
Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat Tinggal (X2) Sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal adalah kondisi tingkat sosial ekonomi, keagamaan dan suasana interaksi masyarakat di sekitar tempat tinggal responden yang berpengaruh terhadap perilaku Islami remaja. Dalam penelitian ini diukur melalui indikator: ketersediaan fasilitas keagamaan atau kapital sosial keagamaan, keberadaan tempattempat yang tidak baik, demografi, sosial ekonomi masyarakat, ketaatan beragama masyarakat, partisipasi masyarakat dalam kegiatan keagamaan, prososial masyarakat, sosial keagamaan teman sebaya, dasar pemilihan teman dan lama interaksi dengan teman, seperti terlihat pada Tabel 4.
109
Tabel 4. Peubah/Parameter Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat Tingal Peubah/ Indikator Parameter Sosial Keagamaan Masyarakat Tempat Tinggal Kapital sosial keagamaan 1. Ketersediaan sarana ibadah (X21) 2. Ketersediaan sumber keagamaan 3. Keberadaan majlis taklim 4. Intensitas kegiatan majlis taklim 5. Kualitas kegiatan majlis taklim 6. Tingkat keterlibatan ulama/ustadz/tokoh agama Tingkat keberadaan 1. Tingkat keberadaan tempattempat yang tidak 2. Jenis tempattempat yang tidak baik baik (X2.2) Tingkat sosialekonomi 1. Tingkat pendidikan masyarakat (X2.3) 2. Jenis Pekerjaan 3. Penghasilan Demografi (X2.4) 1. Tingkat kepadatan penduduk 2. Tingkat kebersihan 3. Tingkat penataan lingkungan Tingkat ketaatan 1. Melaksnakan ibadah wajib beragama Masyarakat 2. Kehadiran di masjid/mushalla (X2.5) Tingkat partisipasi 1. Intensitas kegiatan Masyarakat (X2.6) 2. Keterlibatan Perilaku prososial 1. Kepedulian, tolongmenolong dan kerjasama masyarakat (X2.7) antara warga masyarakat 2. Tingkat kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan Sosial Keagamaan teman 1. Latar belakang sosial keluarga sebaya (X2.8) 2. Menjalankan ibadah wajib Dasar memilih teman 1. Dasar agama/moral sebaya (X2.9) 2. Kepintaran/kecerdasan 3. Kepemimpinan/mobilitas 4. Sosial ekonomi 5. Kecakapan fisik Lama interaksi dengan 1. Jumlah waktu yang digunakan teman sebaya (X2.10) 2. Jenis kegiatan yang dilakukan
Pengukuran
Skoring (51)
Skoring 1 5
Skoring 1 5
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15 Skoring 1 5
Skoring 15 Skoring 15
Skoring 15
Pendidikan Agama di Sekolah (X3) Pendidikan agama di sekolah adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam proses
110
pelaksanaan ini terdapat berbagai faktor yang berpengaruh, yang bersifat fisik dan nonfisik. Dalam penelitian ini proses pendidikan agama di sekolah dilihat melalui indikator yaitu ketersediaan sarana atau fasilitas keagamaan, dukungan pihak sekolah untuk menciptakan suasana religius, kompetensi guru agama, keteladaan guru agama, serta kegiatankegiatan ekstrakurikuler keagamaan, seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Peubah/Parameter Pendidikan Agama di Sekolah Peubah/ Indikator Parameter Pendidikan Agama di Sekolah Ketersediaan sarana 1. Masjid/mushalla keagamaan (X3.2) 2. Tingkat ketersediaan bacaan keagamaan: Kitab suci, Buku, masjalah, bulletin tentang Islam 3. Adanya spanduk/pamflet kalimatkalimat yang mendorong berperilaku yang baik (contoh, Kejujuran adalah modal utama meraih suskses) Dukungan pihak 1. Mentradisikan berpakaian muslim/ muslimah, sekolah (X3.2) mengucapkan salam 2. Mentradisikan berdoa sebelum dan sesudah belajar 3. Mendorong para guru untuk mendalami ajaran agama, mengintegrasikan pelajarannya dengan nilai agama 4. Berpatisipasi dalam setiap kegiatan keagamaan 5. Memberikan tauladan yang baik Kompetensi guru 1. Penguasaan materi pelajaran, agama (X3.3) 2. Penguasaan metodologi pembelajaran 3. Penguasaan kelas 4. Kemampuan memotivasi 5. Keluasan wawasan Keteladan guru 1. Intensitas penteladanan agama (X3.4) 2. Jenis keteladanan yang diberikan Ekstrakurikuler 1. Intensitas kegiatan keagamaan (X3.5) 2. Mutu kegiatan 3. Jenis kegiatan
Pengukuran
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 1 5 Skoring 15
Kegiatan Keagamaan Remaja (X4) Kegiatan keagamaan adalah aksesibilitas yang dilakukan oleh remaja dengan memanfaatkan sumber daya organisasi atau media yang ada di rumah, sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan perilaku mereka dalam berperilaku Islami. Dalam penelitian ini kegiatan keagamaan dilihat dengan indikator: keterlibatan dalam organisasian keagamaan/kerohanian, partisipasi dalam kegiatan keagamaan di masyarakat, frekuensi berhubungan dengan sumber keagamaan, durasi berinteraksi dengan media massa dan informasi keagamaan, dan intensitas mengikuti ekstrakurikuler keagamaan, seperti terlihat pada Tabel 6.
111
Tabel 6. Peubah/Parameter Kegiatan Keagamaan Remaja Peubah/Parameter Kegiatan Keagamaan Remaja Terlibat dalam organisasi keagamaan (X4.1) Partisipasi dalam kegiatan keagamaan di masyarakat (4.2) Frekuensi interaksi dengan sumber keagamaan (X4.3)
Durasi interaksi dengan media massa (X4.4) Durasi interaksi dengan media keagamaan (X4.5) Itensitas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PAI (X4.6)
Indikator 1. 2. 1. 2.
Pengukuran
Keterlibatan dalam OSIS Keterlibatan dalam Ikatan Remaja Masjid Keterlibatan dalam kepanitiaan Intensitas mengikuti kegiatan
Skoring 15
1. Pergaulan dengan ulama/ustadz 2. Intensitas berinteraksi dengan sumber informasi keagamaan 3. Intensitas mengikuti pengajian agama 4. Keterlibatan aktif dalam diskusi keagamaan 1. Jumlah waktu yang digunakan 2. Media massa yang digunakan 1. Jumlah waktu yang digunakan 2. Jenis media keagamaan yang digunakan 1. Frekuesi mengikuti 2. Jenis kegiatan yang diikuti
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15 Skoring 15 Skoring 15
Perilaku Islami Remaja terhadap Tuhan (Y1) Perilaku adalah tindakan seseorang (remaja) dalam memberikan respon terhadap lingkungan sebagai hasil belajar, di antara lingkungan itu adalah lingkungan nilainilai Islam. Ajaran Islam sebagai salah satu sistem sosial terdiri dari ajaran tentang keyakinan, ritual, penataan sikap mental (akhlak) dan tata aturan duniawiyah atau hubungan dengan sesama, yang bersumber dari Alquran dan Hadis. Perilaku meyakini tentang keimanan dan melaksanakan ibadah kepada Allah sesuai dengan ajaran Islam, ini disebut perilaku Islami terhadap Tuhan (hablumminallah). Sejalan dengan fungsi manusia menurut Islam sebagai Abd Allah dan Khalifah Allah, maka perilaku yang diharapkan dari remaja masa depan adalah yang memiliki ciriciri sebagai berikut: memiliki pengetahuan tentang rukun iman dan rukun/ritual Islam, meyakini kebenaran iman dan senang terhadap ritual Islam serta mengamalkan/membiasakan dalam hidup seharihari bertindak Islam seperti: berdoa, membaca Alquran/bukubuku agama, taat menjalankan ibadah shalat, puasa, infaq/ sedekah. Perilaku Islami sebagai dependen variabel terdiri dari perilaku kognisi, afeksi dan konasi dalam aspek keimanan dan aspek ibadah atau hubungan dengan Allah (Y1), seperti terlihat pada Tabel 7.
112
Tabel 7. Peubah/Parameter Perilaku Islami Remaja terhadap Tuhan Peubah /Parameter Perilaku Islami Pengetahuan keimaman dan ibadah
Indikator
1. Pengetahuan tentang: bukti adanya Tuhan; sifatsifat Tuhan; asmaul husna, malaikatmalaikat, kerasulan Nabi Muhammad; kebenaran Alquran kebenaran takdir; dan kebenaran akhirat nanti, 2. Pengetahuan tentang: syarat wajib, syah, kaifiyat, hikmah shalat; syarat wajib, cara dan hikmah puasa; ketentuan dan hikmah zakat/infaq dan sedekah; tajwid dan hikmah membaca Alquran. 1. Keyakinan/penerimaan tentang: adanya Tuhan sebagai pencipta, memiliki sifatsifat mahasempurna, asmaul husna, malaikat yang mencatat semua perkataan dan perbuatan manusia, Nabi Muhammad teladan terbaik, Alquran dan hadis sebagai sumber petunjuk dan bimbingan, segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan takdir, semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. 2. Meyakinan/penerimaan tentang: keberankebenaran hikmah/rahasia yang terdapat dalam ibadah shalat, puasa, zakat/infaq/ sedekah dan membaca Alquran/hadis 1. Pengamalan keimanan/keyakinan: kebiasan menyebut Asma Allah. Berdoa, berzikir, memelihara pikiran, perkataan dan perbuatan dari yang tidak baik, kebiasaan membaca Alquran/hadis, meneladani Nabi Muhammad, sungguhsunggh dalam belajar/berbuat kebaikan 2. Ketaatan menjalankan shalat wajib dan sunnat, shalat berjamaah, menjalankan puasa wajib dan sunnat, terbiasa berinfaq/sedekah, selalu meneladani Nabi dan bershalawat kepadanya
Sikap terhadap keimanan dan ibadah
Pengamalan keimanan dan Ibadah
Pengukuran
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15
Skoring 15
Periaku Bertika Islami (Y2) Perilaku etika Islami adalah tingkah laku yang diwujudkan dalam kehidupan seharihari terhadap diri sendiri, sesama dan alam sekitar yang didasari oleh nilainilai Islami (akhlak/moral) sebagai konsekuensi dari keimanan dan ibadah. Variabel ini diukur melalui indikator dan sejumlah parameter, seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Peubah/Parameter Perilaku Beretika Islami Peubah /Parameter Perilaku Beretika Islami Etika Islami terhadap diri sendiri (Y2.1) Etika Islami terhadap Sesama (Y2.2) Etika Islami terhadap alam sekitar (Y2.3)
Indikator
Pengu kuran
Tingkat kejujura/amanh, disiplin dan beretos/semangat. Skoring 15 Tingkahlaku: menolong; berbagi; kerjasama; Skoring 15 dermawan; toleran, peduli; dan memperhatikan hak orang lain 1. Peduli dan memelihara alam Skoring 15 2. Melestarikan alam
113
Pengukuran terhadap parameter peubah yang merupakan variabel X1, X3 ….Xn dilakukan dengan memberi skor pada setiap indikator dengan menggunakan skala Likert jenjang 5 (1,2,3,4,5). Selanjutnya supaya terpenuhi kebutuhan untuk pengujian statistik parametrik dilakukan proses transformasi. Pedoman transformasi sebagai berikut: nilai indeks terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah (1) sedangkan nilai indek terbesar diberikan untuk jumlah skor tertinggi (100). Dengan demikian, nilai indeks transformasi minimum didapat apabila semua indikator setiap parameter setelah diukur menunjukan angka skor 1, sedangkan indeks maksimum didapat apabila semua indikator setiap parameter setelah diukur menunjukan angka skor 5. Nilai tiap parameter merupakan nilai indeks yang didapat dari hasil transformasi penjumlahan skor tiap indikator dalam tiap parameter. Nilai variabel merupakan nilai indeks yang didapat dari penjumlahan indeks tiap parameter yang telah ditransformasikan. Rumus umum transformasi yang digunakan dengan mengadopsi Sumarjo (1999) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Transformasi Indeks Parameter: JDP dikurang JM Indeks Parameter = X 100 JMX dikurang JM Keterangan : JDP = Jumlah skor yang didapat tiap parameter JM
= Jumlah skor minium tiap parameter
JMX = Jumlah skor maksimum tiap parameter Selang nilai indeks parameter 0 – 100
b) Transformasi Variabel JPV dikurang JMV Indeks Varibel =
X 100 JXV dikurang JMV
Keterangan : JPV = Jumlah indeks parameter yang didapat tiap Variabel JMV = Jumlah indeks minium parameter tiap variabel JXV = Jumlah indeks maksimum parameter tiap variabel Selang nilai indeks parameter 0 – 100
114
Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja yang sekolah di beberapa SMA Umum, SMA bercirikan agama dan Madrasah Aliyah negeri dan swasta yang berada di tiga kota/kabupaten pada tiga provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Lokasi yang dipilih mewakili provinsi DKI Jakarta adalah Kota Jakarta Selatan, mewakili provinsi Banten adalah Kabupaten Lebak dan mewakili provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Sukabumi. Dipilihnya lokasi ini karena pertimbangan karakteristik perkotaan metropolitan (Jakarta Selatan), perkotaan sedang (Kabupaten Sukabumi) dan pedesaan (Kabupaten Lebak) yang memiliki heterogenitas sosial dan budaya keagamaan yang relatif berbeda. Objek penelitian ini adalah remaja yang bersekolah di SMA Umum, SMA Berciri agama dan Madrasah Aliyah Negeri dan swasta kelas 2 dan 3 dengan unit analisis adalah siswa yang beragama Islam. Lingkup penelitian ini terbatas pada halhal yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku keimanan, beribadah dan akhlak (perilaku Islami dalam hubungan dengan Allah) dan perilaku Islami remaja terhadap dri sendiri, sesama dan alam sekitar dan faktorfaktor yang terkait dengan kegiatan keagamaan, suasana religius di keluarga, lingkungan sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan agama di sekolah. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Umum, SMA Berciri Keagamaan dan Madrasah Aliyah baik negeri dan swasta, beragama Islam, bersekolah di wilayah Kota Jakarta Selatan, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Sukabumi berjumlah 84. 660 orang siswa, seperti terlihat pada Tabel 9. Teknik sampel yang digunakan adalah multi stage random sampling, penentuan lokasi dipilih secapa purposif, dimulai dari penentuan kota/kabupaten, kecamatan, sekolah dan kelas dari siswa kelas 2 dan 3 pada semua SMA Umum dan SMA bercirian agama dan Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta yang mewakili daerah pedesaan (rural), daerah perkotaan (urban) dan metropolitan. Maksud pemilihan lokasi secara purposif adalah untuk menganalisis perbedaan tingkat perilaku Islami remaja dan merumuskan strategi pengembagan perilaku Islami remaja yang sesuai dengan karakteristik lokasi. Dari setiap daerah pedesaan, perkotaan dan metropolitan diambil masingmasing tiga buah sekolah, yaitu SMA Umum, SMA berciri khas keagamaan, dan Madrasah Aliyah, yang mempresentasikan tempat remaja bersekolah. Tidak dipilih sekolah menengah atas
115
kejuruaan karena alasan remaja yang bersekolah di sekolah menengah atas kejuruaan (SMK) relatif homogen. Berdasarkan teknik pengambilan sampel di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 500 orang remaja, seperti terlihata pada Tebel 9.
Tabel 9. Jumlah Populasi dan Sampel Remaja Berdasarkan Lokasi Penelitian Wilayah Kota Jakarta Selatan
Jumlah Populasi 48.425
Jumlah Sampel (%) 281 (56,2 %)
Kabupaten Sukabumi
22.235
115 (23,0 %)
Kabupaten Lebak
14.000
104 (20,8 %)
Jumlah
84.660
500 (100,0 %)
Data Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak 2006
Mengacu pada rumus Solvin dalam menetapkan jumlah sampel dengan tingkat kepecayaan 95 %, maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 500 orang siswa dan berdasarkan prinsip proporsional maka sampel setiap wilayah penelitian yang banyak jumlah siswa SLTA mendapat sampel yang banyak dan diwakili oleh sekolah jumlahnya jumlah siswanya banyak juga, seperti tergambar dalam Tabel 10.
Rumus Solvin (Umar, 2004: 108) N n = 1+Ne² Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populsi e = Batas eros (5 %)
Dengan menggunakan rumus Solvin diketahui jumlah sampel: 84.660 n = 1+84.660 (0,05) = 399,99
Maka untuk kepentingan penelitian ini ditetapkan sampel sebanyak 500 orang siswa dengan sebaran mempertimbangkan prinsip proporsioal, seperti terlihat pada Tabel 10.
116
Tabel 10. Pengambilan Sampel Berdasarkan Lokasi dan Sekolah Jenis Sekolah
Jakarta Selatan N
Jenis Pendidikan SLTA SMA Umum SMA Keagamaan Madrasah Aliyah Jumlah
%
161 42 78 281
57.3 14.9 27.8 100.0
Kabupaten Sukabumi N % 55 30 30 115
Kabupaten Lebak N %
47.8 26.1 26.1 100.0
45 20 39 104
43.3 19.2 37.5 100.0
Total N 261 92 147 500
% 52.2 18.4 29.4 100.0
Metode Pengumpulan Data Untuk menangkap kualitas perilaku Islami remaja, data primer penelitian ini dikumpulkan dengan teknik survei menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (angket) yang diajukan kepada responden/remaja yang telah diperoleh melalui sampel. Angket disusun dengan menggunakan pengukuran interval dengan skala 15, seperti yang tergambar dalam pengukuran. Untuk mendapatkan data kualitatif digunakan wawancara bebas terfokus kepada beberapa remaja, dan kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan guru agama serta pengamatan terhadap perilaku remaja dalam interaksi dengan teman sebaya dan dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
Validitas dan Reliabilitas Validitas Validitas atau kesahihan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana alat yang digunakan mengukur apa yang harus diukur. Validitas dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga bentuk: (1) Kesahihan konstruk (Construct Validity), bertumpu pada analog teori behaviorisme yang dikembangkan Skinner dan teori belajar sosial dari Bandura. Perilaku Islami akan terjadi kalau ada dorongan dari individu (remaja) dan lingkungan yang kondusif dalam keluarga, sekolah dan masyarakat, dan kerjasama antar ketiganya. (2) Kesahihan isi (Content Validity), didasarkan logika teori perilaku: faktor yang mempengaruhi perilaku Islami, logika hasil belajar, logika komunikasi, dan logika pengembangan sumber daya remaja/manusia. (3) Kesahihan konkuren (predictive validity), didasarkan pada hubungan yang teratur antara kekondusifan lingkungan keluarga, lingkungan fisik dan sosial, lingkungan pendidikan agama dengan kegiatan keagamaan remaja, dan dengan perilaku Islami. Kesahihan ini dapat dikenali melalui korelasi sederhana antara skor yang dicapai antar variabel dari
117
masingmasing konsep yang diukur, juga dilihat dalam kontek budaya dimana penelitian ini dilakukan, yang menyangkut budaya metropolitan, urban dan rural.
Setelah itu juga, validitas akan diuji secara statistik, di mana nilai jawaban responden pada itemitem tertentu disebut dengan predictor yang akan diukur validitasnya dengan menggunakan kriterium berupa skor maksimum. Selanjutnya dengan menggunakan korelasi product moment untuk melihat korelasi antara setiap skor item dengan skor total item.
Reliabilitas Reliabilitas atau keterhandalan adalah tingkat kepercayaan, stabilitas, konsistensi daya guna dan keakuratan alat ukur. Untuk mencapai keterhandalan yang tinggi dilakukan uji coba terhadap alat ukur (kuesioner) yang diajukan terhadap sejumlah 30 responden, kemudian hasil pengukuran dianalisa dengan teknik Alpha Cronbach, rumus sebagai berikut:
r¡ =
k
{1 ∑
(k1)
sί ²
}
st ²
Keterangan: r¡ = Reliabilitas seluruh instrumen ∑ sί² = Mean kuadrat kesalahan st ² = Varian total Mengacu kepada interpretasi nilai Alpha Cronbach dengan skala 0 sampai 1,00 sebagai berikut: (1) 0,00 – 0,20 tidak reliabel (2) 0,21 – 0,44 kurang reliabel (3) 0,41 – 0,60 cukup reliabel (4) 0,61 – 0,80 reliabel (5) 0,81 – 1,00 sangat reliabel
Jadi koefisien reliabilitas instrumen untuk penelitian ini setiap variabel adalah seperti terlihat pada Tabel 11. Dari nilai Alpha Cronbach yang terlihat pada semua peubah penelitian ini berada di atas nilai 0,60 maka dapat dinyatakan bahwa semua kuesioner yang digunakan untuk instrumen penelitian ini adalah reliable
118
Tabel 11. Nilai Koefisien Reliabilitas Instrumen Variabel
Jumlah item
Koefisien reliabilitas
Lingkungan keagamaan keluarga (X1)
50 buah
0,739
Sosial keagamaan tempat tinggal (X2)
40 buah
0,691
Pendidikan agama di sekolah(X3)
40 buah
0,782
Kegiatan keagamaan remsja (X4)
32 buah
0,822
Perilaku Islami terhadap Tuhan (Y1)
58 buah
0,848
Perilaku beretika Islami (Y2)
50 buah
0,766
Jumlah
270 buah
0,774
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan akan digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dan data kuantitatif yang diperoleh melalui angket setelah ditransformasikan dianalisis secara kuantitatif. Analisa kuantitatif dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi enam variabel peubah. Untuk menguji beda di gunakan uji beda ratarata one way anova, dan untuk menguji hipotesis fungsi dari peubah tak bebas terhadap peubah bebas digunakan analisis SEM (Structural Equations Model). Dipilihnya teknik SEM ini karena terdapat peubah laten (peubah tak langsung) sebagai peubah antara yang digunakan untuk menunjukkan keterkaitan secara simultan antara peubah dengan indikator. Model SEM ini juga dapat menunjukkan model dalam skema lintas yang menjelaskan posisi dan arah faktorfaktor yang saing terkait, sehingga ditemukan faktor mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap faktor lain. Alasan lain digunakan model SEM adalah karena kemampuannya untuk: (1) menampilkan sebuah model komprehensif, (2) mengkonfirmasi dimensidimensi dari faktorfaktor yang menentukan keberhasilan program penyuluhan/pendidikan agama pada remaja, dan (3) mengukur pengaruh hubungan yang secara teoritis mendukung. Model analisis statistik tersebut akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian berikut:
119
Lingkungan keagamaan di Keluarga (X1)
Kegiatan Keagamaan remaja (X5 )
Sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal (X2) Pendidikan agama di sekolah (X3)
Gambar 3. Hubungan Variabel Bebas dengan Kegiatan Keagamaan (hipotesis 1)
Hipotesis 1: Kegiatan keagamaan remaja dipengaruhi secara langsung oleh faktorfaktor: lingkungan keagamaan di keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan agama di sekolah. Uji statistik yang digunakan analisis lintas dengan model SEM Lingkungan keagamaan di Keluarga (X1)
Perilaku Islami Remaja terhadap Tuhan (Y1)
Sosial keagamaan masyarakat Tempat tinggal (X2) Pendidikan agama di sekolah (X3)
Kegiatan keagamaan Remaja (X4)
Gambar 4. Hubungan Variabel Bebas dengan Perilaku Islami Remaja terhadap Tuhan ( Hipotesis 2)
Hipotesis 2 : Perilaku Islami remaja terhadap Tuhan dipengaruhi secara langsung oleh: lingkungan keagamaan keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan agama di sekolah dan kegiatan keagamaan remaja. Uji statistik yang digunakan analisis lintas dengan model SEM.
120
Perilaku Islami Remaja terhadap Tuhan (Y1) Lingkungan Keagamaan di keluarga (X1)
Perilaku Bertika Islami Remaja (Y2)
Sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal (X2) Pendidikan agama di sekolah (X3)
Kegiatan keagamaan Remaja (X4)
Gambar 5. Hubungan Variabel Bebas dengan Perilaku Bertika Islami (hipotesis 3)
Hipotesis 3 : Perilaku beretika Islami dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan keagamaan di keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan keagamaan di sekolah, kegiatan keagamaan remaja dan perilaku Islami remaja terhadap Tuhan. Uji statistik yang digunakan analisis lintas dengan model SEM
Lingkungan keagamaan di Keluarga (X1) Sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal (X2) Pendidikan keagama an di sekolah (X3)
Kegiatan Keagamaan Remaja (X4)
Perilaku Islami Remaja terhadap Tuhan (Y1.)
Gambar 6. Hubungan Variabel Bebas dengan Y1 melalui X4 (hipotesis 4)
Hipotesis 4 : Perilaku Islami remaja terhadap Tuhan dipengaruhi secara tidak langsung oleh lingkungan keberagaaan di keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan agama di sekolah melalui kegiatan keagamaan remaja. Uji statistik yang digunakan analisis lintas dengan model SEM
121
Lingkungan keagamaan Keluarga (X1) Sosial keagamaan masyarakat tempat tinggal (X2)
Pendidikan agama di sekolah (X3)
Kegiatan Keagamaan remaja X4)
Perilaku Islami remaja terhadap Tuhan (Y1)
Perilaku Bertika Islami remaja (Y2)
Gambar 7. Hubungan Variabel Bebas dengan Y2 melalui X4 dan Y1 (hipotesis 5)
Hipotesis 5 : Perilaku beretika Islami remaja dipengaruhi secara tidak langsung oleh lingkungan keagamaan di keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan agama di sekolah, kegiatan keagamaan remaja dan perilaku Islami remaja terhadap Tuhan. Uji statistik yang digunakan analisis lintas dengan model SEM
Hipotesis 6 : Lingkungan keagamaan di keluarga, sosial keagamaan tempat tinggal, pendidikan keagamaan di sekolah, kegiatan keagamaan remaja perilaku Islami remaja terhadap Tuhan dan perilaku beretika Islami remaja Kota Jakarta Selatan, Kabupaten Suabumi dan Kabupaten Lebak berbeda secara nyata. Uji statistik yang digunakan: uji beda ratarata one way anova pada ά 0,05 Untuk kepentingan analisis statistik deskriptif dan uji beda ratarata one way anova data skor yang diperoleh pada setiap peubah/parameter dikelompokan menjdi lima kategori, yaitu: (1) Sangat rendah/sangat tidak baik/sangat tidak kondusif : skor 0 – 20 (2) Rendah/tidak baik/tidak kondusif
: skor 21 – 40
(3) Sedang/kurang baik/kurang kodusif
: skor 41 – 60
(4) Tinggi/baik/kondusif
: skor 61 – 80
(5) Sangat tinggi/sangat baik/sangat kondusif
: skor 81 100
122
Sesuai dengan tahapan analisis SEM (Structural Equations Model) (Salimun,2002: 7182): (1) Pengembangan model berdasar pada teori, dalam penelitian ini telah dikemukakan dalam kerangka berpikir dan model hipotesis. (2) Mengembangkan skema lintas hubungan yang komprehensif berdasarkan landasan teori sebagaimana terdapat pada Gambar 2. (3) Konversi skema lintas ke dalam persamaan model struktural dan model pengukuran. (4) Memilih matrik input kovarian dari data yang telah ditransformasi ke data normal dengan menggunakan rumus transformasi, yang telah dijelaskan pada pengukuran variabel dan indikator di atas. (5) Menilai masalah identifikasi dengan melakukan beberapa kali model pendugaan sampai ditemukan koefisien model bersifat fix. (6) Mengevaluasi Goodness of fit, yang terbaik untuk sebuh model penelitian perilaku adalah di atas 0,90 (7) Melakuan interpretasi sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Hubungan kausal antar faktor dalam penelitian ini dirumuskan dalam persamaan struktural sebagai berikut: X4/Y = γ1X1+ γ2X2+ γ3X3 Y1 = γ1X1+ γ2X2+ γ3X3+
β1X4
Y2 = γ1X1+ γ2X2+ γ3X3+
β1X4+
β2Y1
Mengacu kepada tahapan kerja analisis SEM di atas, maka berdasarkan hasil analisis faktor terdapat beberapa indikator yang tidak fit dengan data (Goodness of fit < 0,90), sehingga dikeluarkan dari model dengan dasar pertimbangan aspek teoritis. Indikatorindikator yang fit dengan data yang dianalisis sebagai dasar pengukuran dan pembuatan model persamaan struktural. Jadi model yang akan ditawarkan dalam penelitian ini adalah hasil dari data yang sudah diolah dengan memiliki nilai Goodness of fit > 0, 90, seperti terlihat pada Tabel 12.
123
Tabel 12. Hasil Perhitungan Pengukuran yang Memiliki Nilai Goodness of fit > 0,9 Varabel
Kode
Indikator
Koef.bobot Faktor Ligkungan X1.2 Tingkat sosial ekonomi keluarga 0,25 keagamaan X1.3 Ketaatan beragama orang tua 0,23 Keluarga (X1) X1.6 Komunkasi dlm keluarga 0,70 X1.7 Motivasi dlm keluarga 0,70 Sosial X2.1 Kapital sosial keagamaan 0,18 keagamaan X2.2 Keberadaan tempat maksiat 0,22 tempat tinggal X2.3 Sosial ekonomi masyarakat 0,42 (X2) X2.4 Demografi 0,27 X2.5 Ketaatan beragama masyarakat 0,56 X2.6 Partisipasi masy. dlm keagamaan 0,28 X2.8 Sosial keagamaan teman sebaya 0,60 X2.10 Intensitas dengan teman sebaya 0,25 Pendidikan X3.1 Fasilitas keagamaan 0,44 agama di sekolah X3.2 Dukungan pihak sekolah 0,59 (X3) X3.3 Kompetensi guru agama 0,52 X3.4 Keteladanan guru agama 057 Kegiatan X4.2 Terlibat dlm. kegiatan keagamaan 0,21 keagamaan X4.3 Interasi dgn sumber keagamaan 0,17 remaja (X4) X4.4 Interkasi dengan media massa 0,43 X4.5 Interaksi dgn informasi keagamaan 0,41 X4.6 Intensitas mengikuti ekskul PAI 0,50 Perilaku Islami Y1.1 Pengetahuan keimanan 0,35 Remaja terhadap Y1.2 Pengetahuan ibadah 0,56 Tuhan (Y1) Y1.3 Keyakinan terhadap keimanan 0,56 Y1.4 Keyakinan terhadap ibadah 0,48 Y1.5 Amalan keimanan 0,55 Perilaku beretika Y2.1 Perilaku menolong 0,37 Islami (Y2) Y2.3 Kerjasama 0,26 Y2.4 Dermawan 0,34 Y2.6 Disiplin 0,30 Y2.7 Peduli 0,48 Y2.8 Menghormati hak orang lain 0,54 Y29 Toleransi 0,32 Y2.10 Beretos 0,38 *) Nyata pada a 0,05 dan ttabel 1,96
Nilai t hitung 4,66 4,17 9,83 9,83 3,42 4,15 8,24 5,08 11,03 5,35 11,97 4,71 8,51 12,52 10,15 11,08 3,57 2,82 6,99 6,57 7,65 6,04 8,41 8,46 7,61 8,37 5,77 4,43 5,39 4,92 6,82 7,16 5,15 4,84
Hasil Uji * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *