Metode Pendidikan Akhlak bagi Anak Musli Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak: Anak adalah karunia dari Allah sekaligus merupaka amanah yang harus dijaga, diberi nafkah, didik dan dipertanggungjawabkan oleh orangtuanya. Menjadikan anak menjadi manusia yang berguna, tidak semudah membalikkan telapak tangan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlak kepada anak merupakan salah satu metode yang sangat penting diterapkan dalam kehidupannya, mulai sejak masih dalam kandungan sampai ia bisa berdikari. Metode pendidikan akhlak yang tepat dapat mengantarkan anak menjadi anak yang diharapkan oleh orangtua, agama, nusa dan bangsa. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan masuknya budaya luar, terkadang dapat merusak perilaku dan akhlak anak, maka pembinaan dan pendidikan akhlak dengan menggunakan metode yang sesuai bisa menciptakan generasi yang berguna dan diharapakan. Kata Kunci: Pendidikan, akhlak, anak.
A. Pendahuluan Pendidikan akhlak merupakan sarana yang memberikan kepada manusia aturan atau petunjuk yang kongkret tentang bagaimana ia harus hidup dan bertindak dalam kehidupan manusia yang baik, dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tercela. Akhlak merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
216 MUSLI
terutama dalam pergaulan antar sesama. Untuk merealisasikan bahwa manusia sebagai umat terbaik yang lengkap, Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai suri teladan bagi semua makhluk Allah, untuk dicontoh segala akhlaknya agar menjadi manusia yang selamat, baik di dunia ini maupun di akhirat. Pelaksanaan pendidikan akhlak serta budi pekerti yang luhur bagi anak, dapat berjalan dengan baik apabila dikelola dengan baik pula, melalui sistem pendidikan yang sesuai dan dapat memenuhi tuntunan masyarakat. Sistem pengelolalan pendidikan dan pembinaan akhlak bagi anak dapat dilakukan dalam berbagai cara dan bentuk-bentuk yang dikelola oleh suatu lembaga, seperti dalam bentuk non formal dengan mengadakan pengajian-pengajian, salat berjamaah organissai dan lain sebagainya. Menurut Jefri Noer, salat juga dapat membina perilaku dan akhlak pelakunya. Dengan tertananmnya nilai-nilai ukhrawi di dalam dirinya, ia akan selalu memlihara dirinya dari setiap perbuatan yang menyimpang. Perkataan, tindakan dan keputusan yang dikeluarkan selalu berdasarkan kepada nilai-nilai kebaikan dunia dan kepentingan akhirat. Pendeknya salat akan memelihara fitrah kemanusiaan kita dengan selalu berpegang kepada nilai-nilai kesalehan dan kebenaran, sebab aktualisasi nilai salat berarti aktuialisasi visi ketuhanan dalam kehidupan.1 Salat merupakan salah satu ibadah yang banyak memberikan ketenangan bagi kehidupan manusia, siapa saja yang mendirikan salat dengan benar maka dia akan mempunyai akhlak yang mulia dan terhindar dari akhlak yang tercela dan segala akhlak yang menyimpang dari kebenaran. Metode pendidikan akhlak bagi anak dimulai dengan melakukan aturan yang ada, memberikan keteladanan, pembiasaan, pemberian nasihat, memberi hukuman terhadap yang melanggar, serta mengambil i’tibar (pelajaran) dari kisah terdahulu dan peristiwa yang terjadi. Keluhuran budi pekerti melalui akhlak yang mulia, merupakan modal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena keluhuran Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 217
akhlak merupakan factor penting yang akan menumbuhkan wibawa seseorang dan dihormati di tengah-tengah masyarakat. Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan yang optimal. Dengan demikian pendidikan dan pembinaan akhlak bagi anak merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi untuk dilaksanakan, baik itu di lingkungan yang formil seperti di lembaga pendidikan, maupun yang non formil di keluarga ataupun di masyarakat, dan dalam pendidikan dan pembinaan akhlak tersebut perlu adanya langkahlangkah maupun metode yang benar dan sesuai, agar tercapai tujuan dari pendidikan dan pembinaan akhlak tersebut serta agar nantinya tercipta generasi yang berakhlak dan bermoral.
B. Akhlak dan Moral Pengertian Akhlak Dalam mendefinisikan kata akhlak, ada dua pendekatan yang dapat dipergunakan untuk mendefinisikannya, yaitu secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan tsulasi mazid af’ala, yuf’ilu. if’alan yang berarti alsajiyyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat), al- adab (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik) dan aldin (agama).2 Sementara itu akhlak secara terminologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan akhlak adalah ruhnya dalam pendidikan Islam, dimana para ulama Islam telah sepakat bahwa pendidkan akhlak adalah ruhnya pendidikan Islam, dan untuk mencapai akhlak yang sempurna itulah Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
218 MUSLI
yang menjadi tujuan yang sebenarnya dari pendidikan.3 Menurut Fathiyah Hasan Sulaiman, peranan orangtua pada umumnya berlomba-lomba menanamkan nilai-nilai akhlak dan budi pekerti melalui pendidikan agama sejak dini. Penanaman pendidikan agama sejak usia dini akan secara otomatis tertanam nilai akhlak dan budi pekerti yang luhur yang akan berdampak sangat positif bagi perkembangan jiwa anak hingga dewasa. Hal ini terjadi disebabkan akhlak dan budi pekerti merupakan bagian dari pendidikan agama yang disebut juga sebagai pendidikan akhlak.4 Dari definisi di atas, akhlak secara substansi tampak saling melengkapi dan dapat diketahui ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan sudah menjadi kebiasaan. 3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengarjakannya tanpa ada paksaan dan teknan dari pihak luar. 4. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara. 5. Perbuatan akhlak yang menjadi ruh dalam pendidikan dilakukan karena ikhlas semata karena Allah bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatakan suatu pujian. Perbedaan Moral dan Akhlak Moral secara etimologi berasal dari bahasa Latin mores yang berasal dari suku kata mos. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, yang kemudaian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalan bertingkah laku yang baik, susila.5 Kata moril ini pun selalu mengacu kepada baik buruk manusia sebagai manusia. Sedang secara etimologi adalah perangai, adat, tabiat, atau sistem prilaku yang diperbuat oleh manusia.6
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 219
Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas menunjukkan salah satu perbedaan moral dengan akhlak, sebab salah benar adalah penilaian dipandang dari sudut hukum yang di dalam agama Islam tidak dapat diceraipisahkan dengan akhlak.7 Menurut Zainuddin Ali, perbedaan akhlak dengan moral, akhlak yang baik atau akhlak karimah yaitu sistem nilai yang menjadi asas perilaku yang bersumber dari Alquran, Sunnah dan nilai-nilai alamiah (sunnatullah). Sedangkan moral bisa berarti system nilai yang menjadi asas-asas perilaku bersumber dari Alquran, Sunnah serta nilai-nilai alamiah (sunnatullah) dan juga dapat berarti sistem nilai yang bersumber dari kesepakatan manusia pada waktu dan ruang tertentu sehingga dapat berubah-ubah.8
C. Faktor yang Memengaruhi Pendidikan Akhlak Eksistensi akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia, lebihlebih manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi ini, salah satu tanda kemuliaan manusia adalah mempunyai akhlak yang mulia. Dalam agama Islam, pendidikan yang paling luhur dan mendasar bagi kehidupan manusia adalah segi akhlak. Sebagai inti ajaran Islam ialah mengadakan bimbingan dan pendidikan positif terhadap kehidupan mental atau jiwa manusia. Keluhuran akhlak merupakan modal dalam kehidupan manusia, karena keluhuran akhlak merupakan faktor penting yang akan menumbuhkan wibawa seseorang dan dihormati ditengah kehidupan masyarakat. Akhlak dan budi pekerti yang luhur ini, harus tetap ditanamkan, dibina dan didik kepada setiap generasi, agar jangan sampai dipengaruhi oleh pengaruh jahat yang merusaknya, dan pengaruhpenagruh yang merusak akhlak tersebut harus diwaspadai baik oleh orangtua maupun para pendidik. Di antara faktor yang mempengaruhinya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Darajat adalah pendidikan, lingkungan keluarga, ekonomi, sosial, dan politik.9 Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
220 MUSLI
Faktor internal meliputi: 1. Kurangnya didikan agama. Yaitu penanaman jiwa agama yang dimulai sejak dari rumah tangga, sejak anak masih kecil dengan cara memberi kebiasaan yang baik, kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama, memberi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dikenalnya jiwa agama yang benar tidak akan lemah hatinya. 2. Kurangnya perhatian orangtua tentang pendidikan. Banyak orangtua menyangka apabila memberi makanan, pakaian dan perawatan kesehatan yang cukup pada anak telah selesai tugas mereka, tetapi seharusnya yang penting bagi anak adalah seluruh perlakuan yang diterima dari si anak dari orangtuanya, dimana ia merasa disayangi, diperhatikan, dan diindahkan dalam keluarga serta perlakuan secara adil di antara saudarasaudaranya yang lain, kebebasan dalam batas kewajaran, tidak terlalu terikat atau terkekang oleh peraturan. 3. Kurang teraturnya pengisian waktu. Sementara itu faktor eksternal adalah: 1. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik. Lingkungan sekolah perlu mendukung terhadap pendidikan seorang anak, bila alam lingkungan baik, anak akan dapat benar-benar tumbuh kepribadiannya melegakan batin yang gelisah dan situasi yang menyenangkan. Hubungan antara siswa haruslah dekat, tidak mau anak tersebut menghadapi problem dengan memecahkan sendiri, sehingga anak tersebut merasa sekolah adalah tempat yang menyenangkan. 2. Perhatian masyarakat terhadap pendidikan. Masyarakat juga mempunyai peran yang amat penting terhadap pendidikan, karena masyarakat adalah lapangan anak untuk mencoba melahirkan diri, menunjukkan bahwa harga dirinya berguna dan berharga dalam masyarakat. 3. Film dan buku-buku bacaan yang tidak baik.. Lebih lanjut Zakiah Darajat menjelaskan bahwa faktor-faktor penting yang mempunyai pengaruh dalam terjadinya kerusakan Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 221
akhlak dan moral di tanah air kita pada akhir-akhir ini adalah kurangnya pembinaan mental, kurangnya pengenalan terhadap nilai moral pancasila, keguncangan suasana dalam masyarakat, kurang jelasnya hari depan di mata anak muda dan pengaruh kebudayaan asing.10 Djoko Prakoso menjelaskan sebab-sebab penyimpangan terhadap akhlak dan peraturan, yakni disebabkan yang terdapat di dalam dirinya sendiri dan yang terletak dari luar dirinya, yaitu anggota masyarakat atau manusia-manusia yang mengelilingi atau yang disebut faktor lingkungan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perilaku jahat atau moral/akhlak yang merosot bukan merupakan hereditas (keturunan), namun tingkah laku kriminal dari orangtua atau selain anggota keluarganya yang memberi pengaruh yang menular pada lingkungan anak, anak seorang pencuri bukan karena sifat pencuri yang diwarisi, tetapi kegiatan mencuri merupakan suatu usaha kegiatan rumah tangga yang mengondisikan pola akhlak tingkah laku dan sikap hidup anggota keluarga.11 Jika dilihat dari sisi lain, faktor yang menyebabkan kemerosotan akhlak itu terbagi kepada tiga pusat, yaitu: 1. Keadaan badan. Keadaan badan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu keadaan badan yang diturunkan oleh orangtua sejak pertemuan sel telur ibu dan sel sperma dari bapak. Penyekitpenyakit psikosomatis yang memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan sebagai penyakit turunan. Kedua yang diterima selama masa perkembangan, misalnya penyakitpenyakit yang mengganggu otak secara langsung atu tidak langsung. 2. Keadaan jiwa. Keadaan jiwa turut menentukan mental dan moralitas seseorang. Kerena keadaan jiwa sebagai faktor keturunan orangtuanya ataukah yang terbentuk karena selama dalam perkembangan. Kegagalan-kegagalan atau kekurangankekurangan dapat menimbulkan rasa rendah diri tau iri hati, perasaan tertekan terus-menerus, konflik-konflikyang timbul, tidak ada harmoni antara dorongan-dorongan instink, norma Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
222 MUSLI
3.
sosial dan sebagainya. Keadaan lingkungan. Keadaan lingkungan terutama lingkungan sosial, baik itu dari keluarga, teman sekolah, tetangga dan sebagainya, ikut pula mempengaruhi pertumbuhan anak, sehingga memungkinkan juga memberikan faktor gangguan.12
D. Pendidikan Anak Persoalan pendidikan terhadap anak, al-Ghazali dalam beberapa karyanya memberikan bebarapa pokok pikiran bahwa anak-anak lahir ke dunia seperti selembar kertas putih bersih yang belum ditulisi dan diukir apa-apa. Anak-anak adalah amanah Tuhan yang dititipkan kepada ibu bapaknya. Jiwanya yang suci seumpama mutiara yang amat bernilai yang belum berukir dan berbentuk, mutiara itu dapat menerima segala ukiran dan dapat pula dibawa ke arah yang disukai.13 Maka sejak kecil inilah perlu mendapatkan pendidikan yang benar. Untuk mengarahkan anak tersebut, dalam agama Islam diwajibkan bagi setiap umatnya untuk menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Begitu pentingnya menuntut ilmu itu, sehingga syariat Islam menerapkan konsep pendidikan seumur hidup bagi setiap umat Islam. Di samping itu Allah juga menjanjikan akan memuliakan dan meninggikan status atau derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu pengetahuan.14 Anak yang dilahirkan ke dunia ini pada mulanya tidak mempunyai ilmu pengetahuan untuk menjalankan kehidupannya di dunia ini. Akan tetapi ia diberi dasar fitrah (potensi) bekal dasar yaitu panca indra untuk merespon lingkungannya dengan baik, dalam hal ini orangtualah pertama dan utama dalam mengisi pendidikannya dan yang akanmengarahkan ke jalan yang baik serta benar. Mulai dari memilih jodoh, saat melakukan hubungan suami istri, mengazankan dan mengiqomahkannya saat lahir, sampai ia dewasa dan berdiri sendiri, itu pun tidak lepas dari nasihat-nasihat orangtuanya, apabila ia masih di dekat orangtuanya. Tidak seorangpun yang menginginkan anaknya menjadi orang yang tidak Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 223
berguna (sampah masyarakat) di lingkungannya setelah ia dewasa nantinya, sehingga orangtuanya berusaha semaksimal mungkin mendidik anaknya, serta selalu berdoa kapada Allah semoga kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan berilmu pengatahuan, sehingga menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.15 Dalam agama Islam, mendidik anak dilakukan bukanlah hanya setelah anak lahir atau telah sekolah saja, akan tetapi lebih dari itu, dalam Islam pendidikan anak dimulai sejak dini, dimulai dari pemilihan gen (memilih pasangan yang memiliki keturunan yang baik setelah agamanya) dan ketika anak masih dalam kandungan, hingga anak tersebut tumbuh dewasa. Melalui keterangan di atas jelaslah bahwa Islam sangat mendorong sekali kepada seluruh umatnya untuk mempunyai pendidikan yang layak dan manjadi orang yang pintar, terutama katika masih dalam kanak kanak, yang masih cepat menangkap ilmu pengetahuan, bahkan Nabi Muhammad mewajibkan kepada setiap umat muslim untuk menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Artinya, dalam menunut ilmu tidak mengenal kata berhenti, hal ini dimulai dengan mendidik anak sejak dini dengan menerapkan ilmu pengetahuan agama maupun ilmu umum agar kelak ia menjadi orang dewasa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Menurut Abdullah Nashih Ulwan, dalam melakukan pendidikan kepada anak, ada beberapa cara yang efektif yang dapat ditempuh yaitu pendidikan melalui keteladanan dan pembiasaan, pendidikan melalui nasihat, pendidikan melalui pemberian perhatian dari orangtua, dan pendidikan melalui penghargaan dan hukuman.16
E. Metode Pendidikan Akhlak bagi Anak Pendidikan akhlak bagi anak dalam agama Islam sebenarnya telah terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman dan rukun Islam. Sebagaimana yang diungkapkan al-Ghazali bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pendidikan akhlak, dalam salat yang dilakukan dengan khusuk, dapat menciptakan manusia tercegah dari perbuatan Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
224 MUSLI
keji dan mungkar, ibadah puasa mendidik menjadi manusia yang mempunyai kepekaan terhadap pendertaan fakir miskin, menegakkan kedisiplinan, ibadah zakat mendidik menjadi manusia yang dermawan, demikian juga ibadah haji salah satu nilai yang terkandung pendidikan bahwa manusia memiliki persamaan dalam pandangan Allah dan manusia.17 Metode yang paling tepat untuk menanamkan akhlak kepada anak, menurut M Athiyah al-Abrasy, ada tiga macam, yaitu: 1. Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahayanya sesuatu, dimana kepada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan tidak, menentukan kepada amal-amal baik mendorong mereka kepada budi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. 2. Pendidikan akhlah secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-anak, memberikan nasihat-nasihat dan beritaberita berharga, mencegah mereka membaca sajak-sajak yang kosong termasuk menggunakan soal-soal cinta dan pelakonpelakonnya. 3. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anakanak dalam rangka mendidik akhlak.18 Abdurrahman an-Nahlawi juga menjelaskan bahwa di dalam Alquran dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan akhlak yang sangat mnyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat. Lebih lanjut, menurutnya, mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati manusia menerima Tuhan, yaitu metode hiwar, metode qisah qur’ani dan nabawi, metode amtsal, metode perumpamaan, metode keteladanan, metode pembiasaan, metode i’barah dan mau’izah, serta metode targhib dan tarhib.19 Menurut Asma Hasan Fahmi, metode pendidikan akhlak itu dapat dilakukan dengan: 1. Memberikan petunjuk dan pendekatan, dengan cara menerangMedia Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 225
kan mana yang baik dan mana yang buruk, menghafal syair-syair, cerita-cerita dan nasihat yang baik, menganjurkan untuk melakukan budi pekerti yang baik dan akhlak mulia. 2. Menggunakan insting untuk mendidik anak-anak dengan cara: anak-anak dipuji dan disanjung untuk memenuhi keinginan “instink berkuasa” dan ia takut celaan dan cercaan; mempergunakan insting meniru; memperhatikan insting masyarakat; mementingkan pembentukan adat kebiasaan dan keinginan-keinginan semenjak kecil.20 Bila ditinjau dari pandangan Islam, pendidikan akhlak bagi anak dapat dilakukan dengan cara: 1. Pembiasaan Metode pembiasaan dalam pembinaan dan pendidikan akhlak harus dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terusmenerus. Dalam hal ini al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akanmenjadiorang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar pendidikan akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarah daging.21 Menurut MD Dahlan yang dikutip oleh Hery Noer Aly, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir otomatis (hampirhampir tidak disadari oleh pelakunya).22 Metode pembiasaan ini merupakan suatu metode yang sangat penting terutama bagi pendidikan akhlak terhadap anak-anak, karena seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapan melaksanakan dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai usia tua. Lebih lanjut Zakiah Darajat Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
226 MUSLI
2.
3.
mengemukakan bahwa anak yang sering mendengarkan orang tunya mengucapkan nama Allah, umpamnya, maka ia akan mulai mengenal nama Allah. Hal itu kemudian akan mendorong tumbuhnya jiwa keagamaan pada anak tersebut.23 Dalam tahaptahap tertentu, pendidikan dan pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah terkadang dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi tersa dipaksa. Metode Keteladanan Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa pendidikan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar orang pada umumnya, lebih mudah menangkap yang kongkrit ketimbang yang abstrak. Metode yang tak kalah ampuhnya dari cara di atas dalam hal pendidikan dan pembinaan akhlak adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu, tidak cukup dengan dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.24 Cara yang demikian sebenarnya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.25 Menurut Abdurahman an-Nahlawi yang melakukan penilaian dari sudut edukatif yang teraplikasi, pertama, pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah. Dengan demikian seorang pendidikn dituntut untuk menjadi teladan di hadapan anak-anak didiknya, bersegara untuk berkorban dan menjauhi diri darai hal-hal yang hina. Kedua, Islam tidak menyajikan keteladanan ini untuk menunjukkan kekaguman negatif perenungan yang terjadi dalan alam imajinasi belaka. Islam menyajikan keteladanan agar manusia menerapkan teladan itu pada diri sendiri.26 Pemberian Nasihat Metode pendidikan akhlak melalui nasihat merupakan salah satu cara yang dapat berpengaruh pada anak untuk membukan
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 227
4.
jalannya kedalam jiwa secara langsung melalui pembiasaan. Nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihatai dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Metode pemberian nasihat ini dapat menanamkan pengaruh yang baik dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Sementara itu cara cara pemberian nasihat kepada peserta didik, para pakar menekankan pada ketulusan hati, dan indikasi orang memberikan nasihat dengan tulus ikhlas, adalah orang yang memberi nasihat tidak berorientasi kepda kepentingan material pribadi. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Muhammad Munir Musa yang dikutip oleh Noer Aly, hendaknya nasihat itu lahir dari hati yang tulus. Artinya, pendidikan berusaha menimbulkan kesan bagi peserta didiknya bahwa ia adalah orang yang mempunyai niat baik dan sangat peduli terhadap kebaikan peserta didik.27 Metode Hukuman Pelaksanaan metode pendidikan akhlak yang dilakukan melalui keteladanan, nasihat dan pembiasaan. Dalam pelaksanaannya jika terjadi permasalahan, perlu adanya tindakan tegas atau hukuman. Hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan, namun berdasarkan kenyataan yang ada, manusia tidak sama seluruhnya dalam berbagai hal, sehingga dalam pendidikan dan pembinaan akhlak perlu adanya hukuman dalam penerapannya, bagi orang-orang yang keras dan tidak cukup hanya diberikan teladan dan nasihat. Menurut Athiyah al-Abrasyi, hukuman yang diterapkan kepada peserta didik harus memenuhi tiga persyaratanya sebelum melakukannya, yaitu: sebelum berumur 10 tahun anakanak tidak boleh dipukul; pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali; diberikan kesempatan kepada anak untuk tobat dari apa yang ia lakukan dan memperbaiki keselahaannya tanpa perlu Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
228 MUSLI
5.
menggunakan pukulan atau merusak nama baiknya (menjadikan ia malu).28 Jika melihat pada sifat manusia, secara psikologis tidak memiliki karakter yang sama, maka penerapan hukuman bagi peserta didik pada tahap-tahap kewajaran perlu dilakukan karena ada dengan pendekatan hukuman ini tingkat kebiasaan dan kedisiplina dapat diterapkan. Pendidikan Melalui Peistiwa Pembinaan dan pendidikan akhlak melalui peristiwaperistiwa senantiasa diterapkan sebagai salah satu metode penedekan persuasif terhadap peserta didik. Pendekatan terhadap peristiwa menekankan pada pendekatan efektif yang siswa tidak mesara ditekan dan dengan ketulusan hati memberikan dampak yang positif papa akhlak dan tingkah lakunya. Keistimewaan peristiwa dari pada cara yang laing adalah, bahwa peristiwa-peristiwa itu menimbulkan suatu situasi yang khas di dalam perasaan-perasaan hampir saja mejadi luluh. Suatu peristiwa secara lengkap sangat membekaskan pada perasaan, yang mengirimkan suatu jawaban dan reaksi keras yang kadangkadang dapat meluluhkan perasaan.29
F. Kesimpulan Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat mutlak harus diterapkan kepada para generasi muda, pendidikan akhlak sebenarnya bermulai dari sejak pemilihan jodoh atau pasangan hidup, saat hamil, melahirkan, sampai ia dewasa dan bisa berdikari. Seorang anak akan sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai macam hal yang merusak akhlak dan budi pekertinya, di antaranya adalah lingkungan yang tidak sehat, keadaan pribadi yang ada kekurangan, kurang perhatian, kemajuan ilmu dan teknologi dan berbagai pengaruh buruk lainnya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan akhlak bagi anak bisa berhasil apabila pihak pendidik baik itu orangtua, guru, dan Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 229
lainnya melaksanakannya secara kontinu dan dengan metode yang tepat. Di antara metode-metode pendidikan akhlak bagi anak yang dapat diterapkan adalah pembiasaan, keteladanan, pemberian nasihat, penerapan hukuman, pendidikan melalui peristiwa, memberikan petunjuk dan pendekatan, mempergunakan insting, dan berbagai macam metode lainnya. Catatan: 1. Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral Melalui Salat Yang Benar, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 171. 2. Jamil Shaliba, al-Mu’jam al-Falsafi Juz I, Mesir: Darul Kitab, 1979, hlm. 539. 3. M. Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, Beirut: Dar al Fikri, 1969, hlm. 22. 4. Nurul Zuhriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 165. 5. Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pedoman Moral: Landasan Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 50. 6. Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 29. 7. Ali, Pendidikan Agama, hlm. 353. 8. Ali, Pendidikan Agama, hlm. 31. 9. Zakiah Darajat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 113. 10. Darajat, Membina Nilai-nilai, hlm. 48. 11. Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Aksara Baru, 1986, hlm. 136. 12. Sujanto, Psikologi Perkembangan, hlm. 224. 13. Nasaruddin Thoha, Tokoh Tokoh Pendidikan Islam Di Zaman Jaya Imam Al Ghaali, Jakarta: Mutiara, 1978, hlm. 36. 14. QS. Al Mujadalah: 11. 15. QS. Ali Imran: 38. 16. Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid I, Semarang: CV. Asy Syifa, 1981, hlm.158. 17. al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, terj. Mhd Arifin, Semarang: Wicaksana, 1993, hlm. 13. 18. M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, hlm. 153. 19. Abdurrahman al-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibha fi al Baiti wa Al Madrasati wa al Mujtama’, terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1970, hlm. 204. Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
230 MUSLI 20.Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Ibrahim Husen, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, hlm. 79. 21. al-Ghazali, Akhlak Seorang. 22. Ali, Pendidikan Agama, hlm. 184. 23. Darajat, Membina Nilai-nilai, hlm. 87. 24. Ulwan, Pedoman Pendidikan, hlm. 163. 25. QS. Al-Ahzab: 33. 26. an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah, hlm. 262. 27. Ali, Pendidikan Agama, hlm. 192; Lihat juga QS. al-A’raf: 68. 28.al-Abrasyi, Dasar-dasar, hlm. 153. 29. QS. Yusuf: 12.
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011
METODE PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK 231
DAFTAR PUSTAKA al-Abrasyi, M. Athiyah, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, Beirut: Dar al Fikri, 1969. al-Abrasyi, M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970. al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, terj. Mhd Arifin, Semarang: Wicaksana, 1993. Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. al-Nahlawi, Abdurrahman, Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibha fi al Baiti wa Al Madrasati wa al Mujtama’, terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1970. Alquran dan Terjemahan, Jakarta: Depag RI, 1989. Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1999. Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Darajat, Zakiah, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Darmadi, Hamid, Dasar Konsep Pedoman Moral: Landasan Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2007. Fahmi, Asma Hasan, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Ibrahim Husen, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Noer, Jefry, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Bermoral Melalui Salat Yang Benar, Jakarta: Kencana, 2006. Shaliba, Jamil, Al Mu’jam al Falsafi Juz I, Mesir: Darul Kitab, 1979. Sujanto, Agus, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Aksara Baru, 1986. Thoha, Nasaruddin, Tokoh Tokoh Pendidikan Islam Di Zaman Jaya Imam Al Ghaali, Jakarta: Mutiara, 1978. Ulwan, Abdullah Nasih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid I, Semarang: CV. Asy Syifa, 1981. Zuhriah, Nurul, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Media Akademika, Vol. 26, No. 2, April 2011