BAB 4
KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Logotype Asal kata logo dari bahasa Yunani logos, yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi. Pada awalnya yang lebih dulu populer adalah istilah logotype, bukan logo. Pertama kali istilah logotype muncul tahun 1810 - 1840, diartikan sebagai: tulisan nama entitas yang didesain secara khusus dengan menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu. Jadi awalnya logotype adalah elemen tulisan saja. Pada perkembangannya orang membuatnya makin unik / berbeda satu sama lain. Mereka mengolah huruf itu, menambahkan elemen gambar, bahkan tulisan dan gambar berbaur jadi satu, dan semua itu masih banyak yang menyebutnya dengan istilah logotype. Fungsi: 1. Identitas diri. Untuk membedakan dengan indentitas milik orang lain. 2. Tanda kepemilikan. Untuk membedakan miliknya dengan milik orang lain. 3. Tanda jaminan kualitas. 4. Mencegah peniruan / pembajakan. 4.1.2 Logo Logo adalah penyingkatan dari logotype. Istilah logo baru muncul tahun 1937 dan kini istilah logo lebih populer daripada logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja: tulisan, logogram, gambar, illustrasi, dan lain-lain. Banyak yang mengatakan logo adalah elemen gambar / simbol pada identitas visual. Untuk mengetahui apa itu logo, sebaiknya mengacu pada istilah logotype diatas. 4.1.3 Logogram Bila logotype adalah elemen tulisan pada logo, maka umumnya orang beranggapan logogram adalah elemen gambar pada logo. Kemungkinan besar istilah logogram ini telah mengalami perubahan makna dikarenakan kemiripan kata dengan logotype.
1
Sebenarnya logogram adalah sebuah simbol tulisan yang mewakili sebuah kata/makna. Contoh: angka-angka dan lambang-lambang matematika. '1' mewakili 'satu, '+' mewakili 'tambah'. Fungsi: untuk mempersingkat penulisan sebuah kata, contoh: '&' untuk menyingkat 'dan', '#' untuk menyingkat 'nomor'. Logogram sering juga disebut ideogram (simbol yang mewakili sebuah ide/maksud) 4.1.4 Brand Berbagai bidang memandang brand dari sudut pandangnya masing-masing, antara lain: bisnis dan keuangan, marketing, advertising, sales, promotion, public relation, komunikasi, desain grafis, semiotic, psikologi, statistik, antropologi, sosiologi, dan lain-lain. Karena itu makna brand menjadi sangat luas. Alina Wheeler menulis dalam bukunya ‘Designing Brand Identity’: “Makna brand dapat berubah sesuai dengan konteksnya. Kadang brand menjadi sama dengan nama perusahaan, pengalaman perusahaan dan harapan konsumen. Di masyarakat umum, brand secara populer dianggap sama dengan logo, merek, atau nama enitas. Semua bersifat fisik semata. Padahal sebenarnya brand lebih merupakan rangkuman pengalaman dan asosiasi terhadap sebuah enititas, jadi jauh lebih dalam dari sekedar fisik saja. Sedangkan branding adalah kegiatan membangun sebuah brand. Membuat identitas, termasuk logo, merupakan salah satu kegiatan branding. 4.1.5 Tahapan Membuat Logo Pada dasarnya, dalam mendesain apapun sangat disarankan menggunakan tahapan tahapan kerja yang benar dan supaya menghasilkan karya dengan kualitas yang optimal. Hal ini sangat ditekankan terutama kepada para pelajar desain maupun desainer pemula. Tentunya desainer yang sudah berpengalaman mempunyai kebiasaan / cara kerjanya sendiri.Tahapan kerja yang di tampilkan di sini hanya merupakan pola umum yang dapat dijadikan pijakan, berikut ini adalah tahapan dalam membuat logo: 1.Riset & analisa 2.Thumbnails 3.Komputer 4.Review 5.Pendaftaran merek 5.Sistem identitas 6.Produksi
2
Riset & Analisa Yang pertama kali dilakukan adalah mencari fakta-fakta tentang entitas, termasuk pesaingnya .Contohnya apa bila identitas adalah berupa perusahaan, maka yang diriset pertamakali adalah sektor industri, visi, misi, struktur perusahaan, analisa pasar, target grup, keunggulan dan kelemahaan (analisa S.W.O.T) dan lain-lain. Kemudian menanyakan alasan dan tujuan pembuatan logo. Bila entitas berupa perusahaan, contoh pertanyaan: apakah ini untuk logo group atau anak perusahaan,apakah perusahaan hasil merger atau akuisi, dan lain-lain. Lalu mengadakan wawancara khusus untuk mendapatkan personality dari brand tersebut.Dikumpulkan dalam bertuk keyword / kata-kata kunci. Keseluruhan hasil riset dan analisa ini dirangkum dalam creative brief yang akan digunakan untuk tahap berikutnya. Thumbnails Berdasarkan creative brief, kita membuat Thumbnails yang merupakan visual branstroming atau cara pengembangan ide lewat visual, berupa sketsa-sketsa kasar pensil atau bolpen yang dilakukan secara manual. Sangat tidak dianjurkan menggunakan komputer dalam tahap ini. Komputer Tahap berikutnya baru kita gunakan komputer. Beberapa thumbnails yang berpotensi dipilih, lalu dipindahkan ke komputer.Entah dengan men-scan-nya lalu di-edit, atau digambar ulang menggunakan drawing software.Disarankan menggunakan software yang berbasis vektor seperti adobe illustrator atau corel draw, keduanya memang diperuntunkkan untuk pekerjaan seperti ini. Tidak ada larangan bila dalam tahap ini anda ingin menggunakan efek-efek yang ada pada drawing software untuk mengembangkan bentuk logo.Yang tidak dianjurkan adalah bila mana anda mengerjakan seluruhnya dengan komputer sejak tahap awal. Atau bisa saja tahap bolak-balik antar komputer lalu thumbnails lagi lalu komputer lagi dan seterusnya, yang penting dapat menghasilkan alternatif logo yang optimal. Review Setelah terkumpul alternatif desain yang sudah diedit dan dirapikan, tahap selanjutnya adalah mengajukan ke klien untuk dipilih. Di tahap ini keikutsertaan klien harus intens, bahkan dari sejak tahap awal klien harus terus aktif menyediakan data yang diperlukan. 3
Desainer jangan terlalu berharap dalam pengajuan pertama ini langsung akan terpilih satu kandidat logo. Besar kemungkinan diperlukan paket alternatif kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Bila beberapa kandidat logo telah terpilih, akan disempitkan lagi hingga hanya terpilih satu logo andalan. Itu semua melaluli proses bolak-balik evaluasi antara klien dan desainer. Logo itu selanjutnya difinishing agar lebih matang dan layak di publikasi kan. Jangan lupa untuk meriset logo-logo perusahaan lain untuk mengantisipasi kemiripan bentuk. Hal ini bahkan sebaliknya dilakukan dari sejak awal mendesain. Logo yang mirip dengan logo lain walaupun tidak sengaja akan mempertaruhkan klien dan desainernya sendiri. Pendaftaran Merk Logo yang sudah selesai kemudian didaftarkan ke Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Dirjen HAKI), Departemen Hukum dan HAM untuk mendapatkan perlindungan hak dari penggunaan secara tidak sah oleh pihak lain. Proses registrasi ini sebaliknya dimulai deri sejak saat pengajuan nama merek. Sistem Identitas Dalam tahap ini desainer menentukan atribut lainya seperti logo turunan, sistem warna, sistem tipografi, sistem penerapan logo pada berbagai media, dan lainlain. Semua itu di rangkum dalam pedoman sistem identitas. Produksi Berdasarkan pedoman sistem indentitas, berbagai media internal dan eksternal mulai diproduksi dengan menggunakan identitas yang sudah di daftarkan / dipatenkan. 4.1.6 Kriteria Logo Berdasarkan fungsi awal logo,maka kriteria utama yang tidak dapat dipungkiri adalah: 1.Harus unik. Mencerminkan dan mengangkat citra entitasnya sekaligus membedakannya dengan yang lain. 2.Harus dapat mengakomodasi dinamika yang dialami entitasnya dalam jangka waktu yang selama mungkin. Artinya logo harus fleksibel sekaligus tahan lama. Diluar kriteria dasar itu, ada beberapa kriteria umum yang bersifat fisik yang dilihat dari daktor bentuk, warna dan ukuran. Kriteria ini dapat digunakan sebagai acuan dasar ,menjadi semacam check-list dalam mendesain logo. Namun kriteria ini bersifat kaku, bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk berubah di masa depan seiring dengan perkembangan kreativitas dalam dunia desain grafis dan bidang-bidang yang terkait dengannya, seperti teknologi, komunikasi dan lain-lain. 4
Dalam pembuatan desain logo aspek aspek desain komunikasi visual sangatlah dibutuhkan, seperti konsep-konsep warna, seorang desainer harus mengerti bagaimana desain hasil karyanya bisa disambut baik oleh klien dan orang banyak, dan tentunya strategi warna lah yang akan di gunakan dalam logo. Selain warna , bentuk dan ukuran elemen-elemen di dalam logo yang didesain oleh desainer tersebut harus lah unik, simpe, dan fleksibel. Suatu logo dituntut untuk memiliki cukup perbedaan bentuk dengan logo lainya, bentuknya dapat menarik dan juga tidak membosankan. Dan dalam suatu logo bentuk nya harus lah sederhana dan mudah ditangkap oleh mata dan mudah di ingat, memiliki berbagai bentuk, sehingga bila di terapkan dalam suatu media dapat terlihat jelas. 4.1.7 Teori Semiotika Menurut Roland Barthes Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
5
Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.
4.2 Strategi Kreatif 4.2.1 Strategi Komunikasi 4.2.1.1 Keyfact - Batik merupakan seni khas Indonesia yang sudah ada sejak abad ke 17. - Batik Teratai Indah merupakan pabrik batik yang sudah berdiri belasan tahun namun belum memiliki identitas visual yang jelas. 4.2.1.2 Masalah yang akan dikomunikasikan Pembuatan identitas visual yang baru serta sistem pemakaiannya untuk menunjuang kegiatan promosi Batik Teratai Indah. 4.2.1.3 Tujuan Komunikasi Tujuan Komunikasi adalah membentuk identitas visual baru untuk Batik Teratai Indah suapaya lebih mudah diingat orang, dan menunjang kegiatan berpromosi. 4.2.1.4 Profil Target 4.2.1.4.1 Demografi Status : Ibu-ibu komunitas Usia : 25-35 Jenis Kelamin : Wanita Pendidikan : SMA, Universitas Strata Sosial : B-A 4.2.1.4.2 Geografi Kota-kota di Indonesia yang menjual Batik Teratai Indah (Jakarta, Pekalongan, Jogjakarta.) 4.2.1.4.3 Psikografi Gaya Hidup : Memiliki komunitas, aktif dalam kegiatan organisasi, suka melakukan travelling. 4.2.1.4.4 Kata Kunci a. Bersih b. Batik c. Berguna 6
d. Etnik 4.2.1.4.5 Positioning Pabrik batik yang menjamin kualitas hasil yang dibuat, karena melakukan proses produksi batik dari awal hingga akhir.
4.2.2 Strategi Desain 4.2.2.1 Tone and Manner Nuansa yang akan dimunculkan dari citra batik teratai Indah yang baru adalah bersih, simple, berkelas, namun tetap tidak kehilangan unsur tradisionalnya. Dari tone warnanya akan dibuat hangat, dan sedikit gelap. 4.2.2.2 Strategi Visual Unsur yang dipilih dalam pemdekatan yang dilakukan yaitu: -Skema warna warm color, supaya memunculkan kesan berkelas, dan juga budaya tradisional yang terkandung dalam batik. -Tipografi yang menggambarkan kesan klasik dan memunculkan mood warisan budaya. - Destilasi gambar menggunakan vektor supaya kesan bersih dan simpelnya tetap ada.
4.2.2.3 Pemilihan Item Item yang akan digunakan untuk membantu kegiatan promosi batik Teratai Indah antara lain: - Kartu nama - Kop surat - Amplop - Map - Segel baju - Tas kertas - Tag harga - Tag baju - Tag nama - Papan penanda - Poster promo - Seragam - Sticker box - Sign toko - Pintu masuk
7