JURNAL KESEHATAN KARYA HUSADA
VOL.3
NO.1JANUARI 2015
METODE CERAMAH DAPAT MEMPENGARUHI PENGETAHUAN SISWI SD DALAM MENGHADAPI MENARCHE Laily Mualifah Program Studi Diploma III Keperawatan Karya Husada, Email:
[email protected]
Abstract Background: Menarche and menstruation is a physiological process that can cause physical discomfort, emotional and anxiety. SDN in Districts Nanggulan there were 6 from 10 pra puberty are not yet menarche say not know about menarche and menstruation and not knowing what to do when menstruation occurs. This happens because there is no health education about menstruation health in the scope of elementary school. Objective: To find the influence of health education with lecture method to the knowledge to face of menarche. Materials and Methods: This study is quasy-experiment with approaches pre test-post test group design. Subjects were 5th and 6th grade students of elementary school at Nanggulan Kulon Progo with as many as 56 who met the inclusion criteria. The instrument used questionnaire modification from Fauziah (2005) and BKKBN (2009). The sampling technique purposive sampling. Statistical test using Wilcoxon test. Results: Scores of knowledge before and after treatment there were significant differences in lectures with the p=0,00 (p <0.05). Conclusion: Health education with lecture method in increasing knowledge in the pra-puberty facing menarche. Keywords: health education, lecture method, menarche 1. PENDAHULUAN Peristiwa datangnya menarche memiliki arti dimulainya siklus reproduksi wanita (Erbil, 2012). Peristiwa ini dapat menjadikan hal yang traumatis dan ketidaknyamanan (Chang, 2008). Menarche dan menstruasi merupakan proses fisiologis namun dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan efek pada kebersihan, emosional, sosial dan dapat memunculkan rasa cemas. Permasalahan ini muncul karena informasi yang buruk tentang menstruasi dan respon dari teman sebaya terkait aktivitas selama menstruasi. Campbell dan Mcgrath
menyebutkan bahwa prevalensi ketidaknyamanaan gadis usia 14-21 tahun saat terjadi menarche adalah 99,6% (Chang, 2008). Menarche dan menstruasi merupakan sesuatu yang memalukan dan disembunyikan di lingkungan sosial dan lingkungan sekolah serta ada yang beranggapan terjadinya menstruasi merupakan suatu penyakit walaupun sebenarnya terjadinya menstruasi merupakan proses fisiologis (Sally, 2005). Beausang dan Razor menyebutkan secara aspek emosional, remaja perempuan sering melaporkan emosi yang negatif setelah terjadi
menarche dan pada saat menstruasi berikutnya (Chang, 2008). Berbagai pandangan tentang menstruasi di atas disebabkan tidak semua anak perempuan mendapatkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi sehingga tidak dapat melakukan persiapan yang cukup untuk mengenali dan menyambut menstruasi (Wahyudi, 2001). Hasil penelitian Shanbag (2012) bahwa remaja putri 99,6% pernah mendengar tentang menstruasi sebelum menarche namun seluruh responden belum memahami dengan jelas tentang menstruasi. Penelitian Shanbag (2012) juga mengukur pengetahuan tentang menstruasi, hasilnya merupakan fenomena yang normal sebanyak 28,7%, tidak mengetahui menstruasi berhubungan dengan kehamilan 48,1%, menggunakan pembalut pada saat menstruasi 44,1%, membersihkan organ genital menggunakan sabun 56,8%. Pengetahuan tentang menstruasi sangat mempengaruhi anak gadis dalam menghadapi menarche yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku terjadinya menstruasi berikutnya. Peningkatan pengetahuan tentang menarche dan menstruasi dapat diberikan pada usia lebih awal sehingga dapat meningkatkan perilaku sehat selama menstruasi (Shanbag, 2012). Kesehatan selama menstruasi harus diperhatikan karena merupakan hal yang penting dan merupakan kesempatan yang baik untuk remaja lebih memahami tubuh dan kesehatan reproduksinya (BKKBN, 2003). Kurangnya informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khusunya menstruasi tidak hanya berdampak pada kesehatan menstruasi saja. Beberapa permasalahan nyata yang muncul pada saat ini yang terjadi pada usia siswa Sekolah Dasar (SD) sudah
mulai muncul. Perilaku negatif yang dilakukan siswa SD diantaranya mulai dari senggol menyenggol bagian tubuh yang sensitif, berciuman hingga berpelukan. Berawal dari permasalahan ini maka saat ini banyak kasus terjadinya pelecehan seksual hingga perkosaan, hamil di luar nikah dan seks bebas yang berdampak pada kehamilan usia dini. Munculnya beberapa permasalahan ini memberikan tanda bahwa kesehatan reproduksi sudah perlu diberikan sejak usia SD (Margono, 2012). Berdasarkan informasi dari Sekolah bahwa wilayah SDN di Kecamatan Nanggulan belum pernah medapatkan pendidikan kesehatan tentang Menarche. Sehubungan dengan hal ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SDN wilayah Nanggulan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang menarche. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswi dalam menghadapi menarche.
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini quasy experiment dengan desain pre test post test desain. Dalam penelitian ini terdiri dari satu kelompok perlakuan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah. Tekhnik pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 56 siswi. Kriteria inklusi adalah siswi berusia 9-12 tahun, kelas 5 dan 6, belum menarche serta bersedia menjadi responden. Kriteria inklusi adalah responden yang tidak hadir dalam proses penelitian berlangsung. Pendidikan kesehatan diberikan dengan metode ceramah dengan media power point yang sebelumnya telah dilakukan uji coba. Pendidikan kesehatan diberikan oleh guru SD yang
sebelumya telah dilakukan persamaan persepsi dan dilakukan observasi selama proses penelitian. Quesionaire yang digunakan modifikasi dari Fauziah (2005) dan BKKBN (2009). Sebelum digunakan, dilakukan ujivaliditas dan reliabilitas dan hasilnya dinyatakan valid dan reliable. Analisa bivariat dengan menggunakan paired t test jika data berdistribusi normal atau menggunakan wilcoxon test jika data tidak berdistribusi normal.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini rata-rata berumur 10,71 tahun. Karakteristik responden berdasarkan variable perancu terlihat dlam table 1. Table 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Perancu Karakterstik N % Pendidikan Ayah Rendah (≤SMP) 49 87.5 Tinggi (≥SMP) 7 12,5 Pendidikan Ibu Rendah (≤SMP) 45 80.4 Tinggi (≥SMP) 11 19.6 Karakterstik Pekerjaan Ayah Bekerja Tidak bekerja Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak bekerja Sumber Informasi Terpapar Tidak terpapar
N
%
55 1
98.2 1,8
26 30
46,4 53,6
36 20
64,3 35,7
Karakteristik responden untuk pendidikan orang tua sebagian besar berpendidikan rendah. Pengkategorian pendidikan rendah dan tinggi dalam penelitian ini berdasarkan pada Undang-Undang Pendidikan No 20 tahun 2003. Keadaan tidak bekerja pada Ibu responden adalah sebagai Ibu Rumah Tangga dan pada ayah
responden disebut tidak bekerja jika benar-benar tidak memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang. Hasil uji normalitas data bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah pendidikan kesehatan analisa data dengan menggunakan wilcoxon test. Tabel1. Perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah pendidikan kesehatan. Pengetahuan Mean ∆ P (SD) Mean Pre test 11,62 (1,73) 1,22 0,00 Post test 12.84 (1,74) Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan wilcoxon test, ratarata pengetahuan sebelum dan setelah pendidikan terdapat perbedaan menjadi lebih tinggi setelah pendidikan kesehatan. Secara statistic nilai p=0,00 (p<0,00) yang berarti bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah memiliki pegaruh yang signifikant terhadap peningkatan pengetahuan siswi dalam mengahadapi menarche. Metode ceramah dalam penelitian ini dilakukan pada SD yang memiliki jumlah responden lebih dari 15. Jumlah peserta pada metode ceramah ini sesuai pendapat Notoadmodjo (2012) dan Machfoedz (2005) bahwa metode ceramah merupakan penyampaian informasi secara lisan kepada sejumlah siswa dengan jumlah peserta lebih dari 15 orang. Guru sebagai pemberi informasi menyampaikan materi dan responden mendengarkan. Berdasarkan hasil observasi selama proses ceramah responden bersifat pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2012) bahwa dalam proses ceramah
peserta bersifat pasif. Media yang digunakan untuk mendukung penyampaian materi adalah power point. Responden terlihat dengan seksama memperhatikan guru dalam menyampaikan informasi dan memperhatikan media power point yang menarik. Penggunaan media ini bertujuan untuk memudahkan responden menerima informasi dan meminimalkan kejenuhan. Selama proses ceramah, guru sulit mengevaluasi atau mengendalikan sejauhmana pengetahuan responden terkait materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roymond (2009) bahwa dalam metode ceramah responden bersifat pasif dan pengajar sukar mengendalikan sejauhmana pengetahuan peserta didik. Dalam penelitian ini peran guru sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Metode ceramah ini dapat mempengaruhi pengetahuan responden karena dengan mendapatkan ceramah informasi yang didengarkan dapat terserap 5% (Atherton, 2013) sehingga dapat menambah pengetahuan responden. Didukung dengan media power point sehingga mempermudah responden dalam menyerap informasi yang disampaikan. Hal ini sesuai pendapat Roymond (2009) bahwa media pendidikan kesehatan seperti power point dapat mendukung keberhasilan proses pendidikan kesehatan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden selain proses pendidikan kesehatan dengan metode ceramah adalah sumber informasi dan sosial ekonomi (pekerjaan dan pendidikan orang tua). Sumber informasi yang paling banyak dicari oleh responden adalah guru sebanyak 19 responden. Informasi yang pernah diberikan oleh guru juga hanya sebatas jika menstruasi tidak diperbolehkan melakukan sholat. Informasi yang
diperoleh seseorang akan diproses dan akan menghasilkan pengetahuan. Semakin sering orang menerima informasi maka pengetahuan dapat meningkat. Faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah pekerjaan dan pendidikan orang tua responden yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden tentang menarche. Pendidikan orang tua baik ayah dan ibu jumlah berpendidikan tinggi sebanyak 7 responden pada ayah dan 11 responden pada ibu. Pekerjaan orang tua sebagian besar adalah petani (tabel.1). Pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi peran orang tua dalam memberikan informasi tentang menarche terkait dengan ketersediaannya waktu untuk berinteraksi kepada anak sehingga kesempatan anak untuk bertemu orang tua untuk berdiskusi tentang apa yang mereka hadapi juga berkurang (Wulandari, 2008). Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor personal yang merupakan faktor yang relevan terhadap tingkah laku peningkatan kesehatan (Pender, 2011). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arfan (2009) dan Riyatno (1998) bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. 4. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan dengan metode ceramah mempengaruhi pengetahuan siswi dalam mengahadapi menarche. Saran bagi sekolah supaya berperan aktif dalam menyiapkan siswanya dalam menghadapi menarche dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan menstruasi yang dapat diberikan oleh guru bekerjasama dengan Puskesmas, berkaitan dengan usia pubertas yang semakin
dini maka sekolah harus memberikan pendampingan pada siswa dalam pembentukan moral, budi pekerti dan terkait dengan pendidikan kesehatan reproduksi usia SD, Sekolah perlu melakukan pemberdayaan guru dengan melibatkan orang tua dalam membantu mempersiapkan siswi menghadapi masa pubertas. Saran bagi perawat Perkesmas dapat membuat program penyuluhan secara jelas dan bekerja sama dengan pihak sekolah dalam mempersiapkan siswa menghadapi menarche dan terkait kesehatan reproduksi usia SD. Bagi peneliti lain persamaan persepsi kepada guru SD tentang materi kesehatan menstruasi dilakukan dalam bentuk pelatihan sehingga guru benar-benar memahami tentang materi kesehatan menstruasi, untuk memberikan pendidikan kesehatan tidak hanya terkait menstruasi namun tentang pentingnya kesehatan reproduksi pada siswa SD baik laki-laki ataupun perempuan. 5. REFERENSI Arfan, M. 2009. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Melalui E-File Multimedia Materi KRR dan Tatap Muka di Kelas Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Tesis UGM. Tidak Dipublikasikan
Atherton J S (2013) Learning and Teaching; Misrepresentation, myths and misleading ideas [Online: UK] retrieved 21 November 2014 from http://www.learningandteaching.info/le arning/myths.htm BKKBN. 2003. "Kesehatan Reproduksi Remaja Perlu dan Penting" Kerjasama BKKBN, STARH, USAID.
BKKBN.2009. Pegangan Kader Tentang Pembinaan Anak Remaja. Jakarta: Direktorat Pengembangan Ketahanan Keluarga. Chang, Y.-T. 2008. Menstrual and menarche experience among pubescent female students in Taiwan: Implication for health education and promotion practice. Journal of Clinical Nursing, 18. Erbil,N. Boyaci, S. Kurt, I. , 2012. A Turkish Study on menarche and menstrual experiences and their effects on attitudes toward menopouse. International Journal of Nursing Practice, 18, 107-116.
Fauziah. 2005. Pengetahuan, Sikap, Perilaku tentang Menstruasi dan gangguan Menstruasi pada remaja Putri di Kabupaten Purworejo. Tesis UGM. Tidak dipublikasikan Margono.2012. Materi kespro Diberikan Sejak SD, Mengapa Tidak. http://www.kulonprogokab.g o.id/v21/Materi-KesproDiberikan-Sejak-SD-Mengapa Tidak_1961. Diakses tanggal 10 Februari 2014. Machfoedz, I. 2005. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Fitramaya. Notoadmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta. Riyatno.1998.Efektifitas Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja
tentang Kesehatan Reproduksi. UGM. Roymond, 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Pender, N.J. 2011. Health Promotion in Nursing Practice. Boston, MA: Pearson. research2vrpractice.org/.../HEA LTH_PROMOTION_MANUAL_ Rev_5-. Diakses tanggal 20 Februari 2014. Sally, A. 2005. Girls' experiences of menarche and menstruation. Journal of Reproductive and infant Psychology, 23, 235-249. Shanbag,D. Shipa, R. Souza, D. Josephin, P. Singh, J. GGoud, B.R. 2012. Perceptions regarding menstruation and Practice during menstrual cycles among high school going
adolescent girls in resource limited settings arround Bangalore city Karnataka India. International Journal of Collaboration Research on Internal Medicine & Public Health, 4.
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia, nomor 78. Jakarta: Sekertaris Negara. Wahyudi.2001. Kesehatan Reproduksi Remaja, In: BKKBN. Jakarta. Wulandari. 2008. Peran Orang Tua Terhadap Persepsi Remaja Putri Tentang Menarche di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.Tesis UGM. Tidak dipublikasikan.