1 METAFORA DALAM BAHASA PRANCIS DAN INDONESIA: TINJAUAN KOGNITIF
Irzanti Susanto
I. LATAR TEORITIS Linguistik kognitif mementingkan hubungan antara bahasa dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan sumber dari pengaturan bahasa. Ada tiga proses utama dalam pendekatan kognitif (Radden, 2007:3-17), yaitu: A. Yang pertama adalah adanya kategorisasi alam semesta. Kategori tersebut diungkapkan dalam bahasa. B. Yang kedua adalah pengelompokan konseptual di dalam kategori tersebut di atas yang didasarkan pada: a. hubungan hierarkis: taksonomi. b. hubungan antara bagian dan keseluruhan: partonimi. c. hubungan wilayah konseptual yang koheren: frame dan domain. Frame merupakan perangkat konsep yang mencakupi sebuah konsep, misalnya fisik rumah merupakan frame dari rumah. Contoh: 1. “Kamu tidak lupa mengunci rumah?”. 2. Rumah sudah kami bersihkan sebelum tamu datang. 3. Menjelang tahun baru, kami mengecat rumah. Pengetahuan penutur tentang frame rumah membawanya pada pengertian (1) pintu depan, (2) lantai rumah, barang-barang yang ada di dalamnya, dan (3) dinding rumah. Domain merupakan wilayah konseptual yang lebih luas daripada frame, yang memayungi beberapa frame, misalnya domain kebersihan mencakupi frame produk kebersihan tubuh, frame alat pembersih rumah tangga. C. Pengembangan kategori yang dapat dilakukan melalui proses: metafora dan metonimi.
2 Metafora adalah alat yang melibatkan konseptualisasi dari suatu wilayah untuk merepresentasikan sesuatu yang lain. Proses ini diberi istilah mapping. Jadi, metafora merupakan penerapan dari sebuah satuan konseptual ke satuan konseptual lainnya. Kegiatan pembentukan metafora berkaitan dengan konsep construal of language (conceptualization; Kristiansen, 2006: 81). Penutur memilih sendiri cara pandangnya terhadap sesuatu. Radden mengutip pernyataan Aristoteles (Radden, op.cit.15): A good metaphor implies an intuitive perception of the similarity in dissimilars. Pernyataan ini sesuai dengan konsep mapping. Contoh: The microprocessor is the brain of a computer. Brain dari manusia diterapkan pada komputer karena dianggap ada persamaan, yaitu pusat pengatur kegiatan. Secara intuitif, penutur dapat membuat persamaan semacam itu. Talmy (2001:168) mengutip dari Lakoff dan Johnson mengatakan bahwa metafora selaras dengan konsep rekaan (general fictivity). Dengan metafora, penutur merepresentasikan suatu konsep dari source domain (medan sumber) ke target domain (medan sasaran). Representasi pada medan sasaran dipahami sebagai sesuatu yang faktual dan merupakan kebenaran; sebaliknya pada medan sumber representasi tersebut dianggap sebagai sesuatu yang fiktif. Contoh: - The ordeal still lies ahead of us. Konsep spasial statis „ada di depan‟ diterapkan pada konsep temporal „yang berikutnya‟. David Lee (2001:6) berpandangan sama dengan kedua tokoh di atas. Ia menambahkan bahwa medan sumber berkaitan dengan wilayah kongkret, sedangkan medan sumber berkaitan dengan wilayah abstrak. Saeed (1997:305-306) menguraikan ciri-ciri metafora sebagai berikut: 1. conventionality yang melahirkan metafora baru. Metafora baru diterima para penutur. Contoh: a. Arsitektur ekonomi sangat tergantung pemerintah. b. Masa depan ekonomi Indonesia bergantung pada kepemimpinan politik. Metafora arsitektur dirasakan lebih baru daripada masa depan. 2. systematicity yang terjadi karena proses mapping. Prosews ini berkembang mengikuti pola induk, contoh: pada kalimat Life is a journey, journey diterapkan sebagai life. Bertolak dari konsep tersebut, lahirlah secara sistematis metafora-metafora berikut: - kelahiran sebagai kedatangan: The baby is due next week.
3 - kematian sebagai kepergian: She passed away this morning. 3. asymetry yang mengacu pada sifat satu arah, yaitu dari medan sumber ke medan saSaran. Jadi, Life is a journey tidak dapat dibalik *Journey is a life. 4. abstraction yang terjadi karena metafora pada umumnya bertolak dari sumber yang lebih ke sasaran yang lebih abstrak. Kristiansen (op.cit.215) mengatakan bahwa teori metafora dari sudut pandang kognitif belum tersusun secara tuntas; belum ada metode yang jelas untuk mengidentifikasi metafora secara konseptual.
II. POKOK BAHASAN Dalam bahasa Prancis dan Indonesia, banyak ungkapan metaforis yang diambil dari kata-kata yang merupakan bagian tubuh. Dengan demikian, medan sumber adalah tubuh manusia. Pada kesempatan ini, saya ingin melihat cara pengungkapan metaforis dalam kedua bahasa tersebut dalam kaitannya dengan medan sumber dan sasaran, serta konsep yang diterapkan ke dalam konsep metaforis. Data yang akan dianalisis adalah frase nominal yang dibentuk dengan kata gigi/dents, kepala/tête, mata/oeil-yeux, dan mulut/bouche.
III. ANALISIS DATA Pada tahap awal, data diklasifikasi berdasarkan kesejajaran konsep metaforis antara bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI) dan Prancis (selanjutnya disingkat BP). Kemudian, data diklasifikasi berdasarkan jenis medan sumber (selanjutnya disingkat MSu) dan medan sasaran (selanjutnya disingkat MSa).
A. Klasifikasi berdasarkan kesejajaran konsep metaforis Dari keempat kelompok frase nominal tersebut, tampak ada frase BI dan BP yang terdapat sejajar: kedua bahasa menggunakan kata metaforis yang sama; sebagian besar tidak sejajar: kedua bahasa tidak menggunakan kata metaforis yang sama; atau dalam salah satu bahasa tidak digunakan kata metaforis. A.1 Metafora sejajar
4 BI dan BP menggunakan gigi dan dents yang bermakna sama untuk ungkapan metaforis yang sama. MSu dan MSa kedua bahasa sama, yaitu tubuh manusia dan peralatan, benda alam, dunia penulisan. gigi gergaji
-
dents d’une scie
gigi persneling
-
dents d’engrenage
gigi garpu
-
dents d’une fourchette
gigi garu
-
dents d’un rateau
gigi roda
-
dents d’une roue
kepala berita
-
article de tête
kepala surat
-
en-tête d’un article
kepala kereta api
-
tête du train
mata bisul
-
oeil d’un abcès
mata kucing
-
oeil d’un chat
mulut gunung
-
bouche d’un volcan
mulut sungai
-
bouche d’un fleuve
mulut meriam
-
bouche à feu
mulut talang
-
bouche de tuyau
kepala susu
-
peau du lait
Contoh terakhir memperlihatkan bahwa Msu dan Msa dalam BI dan BP sama, meskipun kata yang digunakan tidak berpadanan. A.2 Metafora tidak sejajar Kedua bahasa menggunakan kata metaforis, tetapi dengan medan sumber berbeda. mata rantai
-
anneau de chaîne
mata kayu
-
noeuds de bois
Pada kelompok ini, tampak cara pandang yang berbeda; medan sumber berbeda, untuk medan sasaran yang sama.
B. Klasifikasi berdasarkan metafora (BI) dan nonmetafora (BP) Pada kelompok ini, BI menggunakan metafora, BP menggunakan makna literal. Gigi air
-
ligne d’horizon
5 Gigi hutan
-
lisière de forêt
Gigi laut
-
limite de la mer à marée haute
Beras kepala
-
riz à gros grain
kepala karangan
-
titre d’un article
kepala kereta api
-
locomotive
Kepala tongkat
-
poignée d’une canne
Kepala air
-
.....................
Kepala bahu
-
......................
Kepala kain
-
.......................
kepala payung
-
......................
kepala tungku
-
......................
Mata ikan
-
cor de pied
Mata jala
-
maille de filet
Mata uang
-
pièce de monnaie
Mata bajak
-
soc de charrue
Mata kail
-
pointe d’hameçon
Mata panah
-
pointe de flèche
Mata tombak
-
pointe de lance
Mata angin
-
aires de vents
Mata kain
-
motif de tissus
Mata piano
-
touche de piano
Mata anggaran
-
poste budgetaire
Mata kuliah
-
matière d’enseignement
Mata ujian
-
matière d’examen
Mata pelajaran
-
discipline scolaire
Mata kaki
-
os de la cheville
Mata hati
-
instinct
Mulut gang
-
....................
Mulut kapuk
-
....................
Mulut sumur
-
le bord du puits
Mulut gawang
-
le but
6 Mulut jendela
-
ouverture d’une fenêtre
Mulut botol
-
goulot d’une bouteille
Mulut kampung
-
entrée de village
Dalam BI, Msu tubuh manusia merepresentasikan berbagai jenis Msa: bagian alam, bagian alat, bagian pendidikan, bagian administrasi. Dengan demikian, persamaan yang diterapkan pun berbeda-beda.Tampak pada BI adanya Msu yang sama dengan Msa: kepala bahu, mata kaki, dan mata hati.
C. Klasifikasi berdasarkan nonmetafora (BI) dan metafora (BP) Sebaliknya dari kelompok A.3, pada kelompok ini, BI tidak menggunakan metafora, sedangkan BP menggunakan metafora. ...............
-
bouche d’un four
...............
-
bouche d’ incendie
...............
-
bouche de chaleur
...............
-
dents d’un timbre
...............
-
dents d’un pignon
...............
-
dents de la feuille de châtaignier
Lubang jarum
-
oeil d’une aiguille
...............
-
yeux du fromage
...............
-
yeux d’un bouillon
...............
-
tête à queue
..............
-
tête d’un champignon
..............
-
tête de liste
.............
-
tête de ligne
.............
-
tête de chapitre
.............
-
tête de pipe
.............
-
tête de clou
.............
-
voiture de tête
Umbi bawang putih -
tête d’ail
Pentol jarum
tête d’un épingle
-
Metafora pada BP berMSu dan Msa berbeda.
7
IV. KESIMPULAN Secara teoretis, Msu dan Msa berbeda. Namun, tampak pada metafora BI, ada beberapa metafora yang Msu dan Msa sama, yaitu tubuh manusia. Penerapan metafora tidak selalu dari yang konkret ke yang abstrak. Tampak pada data, baik bahasa Indonesia maupun Prancis, penerapan metafora dari sumber konkret ke sasaran konkret. Dipandang dari segi budaya, perbedaan sudut pandang penutur BI dan BP yang memiliki latar yang berbeda. Namun, hal tersebut tidak menghalangi adaya persamaan cara pandang, seperti terlihat pada beberapa contoh.
8
DAFTAR PUSTAKA
Allwood, Jens dan Peter Gärdenfors (eds.). 1998. Cognitive Semantics. Meaning and cognition. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. Kristiansen, Gitte dan Michel Achard, René Dirven, Francisco J. Ruiz de Mendoza Ibáñez. 2006. Cognitive Linguistics: Current Applications and Future Perspectives. Berlin: Mouton de Gruyter. Lee, David. 2001. Cognitive Linguistics. An Introduction. Oxford: Oxford University Press. Radden, Günter dan René Dirven. 2007. Cognitive English Grammar. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. Saeed, John I. 1997. Semantics. Massachusetts: Blackwell Publishers. Talmy, Leonard. 2000. Toward a Cognitive Semantics. Volume I. Cambridge: The MIT Press.
SUMBER DATA Kridalaksana, R.M.H.E. Harimurti.1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Kamus: Labrousse, Pierre. 1984. Dictionnaire Général Indonésien-Français. Paris: Association Archipel. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Robert, Paul. 2007. Le Nouveau Petit Robert. Paris: Le Robert.
9
METAFORA NONKOGNITIF
Prose metafora terjadi melalui persamaan atau pemindahan komponen makna dari ssuatu hal ke yang lain, misalnya the foot of the mountain. Pada contoh ini, yang terjadi adalah paralelisme spasial. Metafora memindahkan komponen makna „bagian bawah‟ dari foot ke bagian bawah gunung.