Meski Turun Hujan, Penutupan AISC-ISS Berlangsung Meriah UNAIR NEWS – Acara penutupan Airlangga International Student Competition and International Student Summit (AISC-ISS) 2016 yang bekerjasama dengan International Office and Partership (IOP) akhirnya berakhir pada Rabu, (9/11). Penutupan acara digelar di depan Kantor Manajemen Universitas Airlangga Surabaya. Closing ceremony diawali dengan Sparkling Surabaya dance sebagai tarian khas Surabaya. Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM menyempatkan berbincang dengan mahasiswa asing asal Italia dan Yordania. Guru Besar Fakultas kedokteran itu mengajak mahasiswa asing berbincang-bincang di atas panggung. “Selain Bahasa Indonesia apakah bisa Bahasa Jawa? Kalau dalam Bahasa Jawa kami mengatakan Sugeng Rawuh itu artinya apa?,” tanya Prof Djoko kepada Noemi mahasiswa asal Italia. “Artinya, terima kasih,” jawab Noemi dengan logat khas Italia diiringi tawa para audience. Meski hujan, antusias dari mahasiswa yang tergabung dalam AISC-ISS justru semakin seru. Kemeriahan acara kembali muncul ketika mahasiswa asal Malaysia membawakan tari Saman. Meski hanya berlatih selama tiga hari, mereka tampak lihai membawakan tari asal Aceh ini. Selain itu, ada pula nyanyian lagu Kartini diiringi dengan permainan Angklung, yaitu kolaborasi antara Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA) dengan mahasiswa asing yang menempuh studi di UNAIR. Selain beragam penampilan, ada satu sesi yang ditunggu para peserta pada malam itu. Yakni, pengumuman juara AISC yang dibacakan oleh Direktur Pendidikan UNAIR. Tiga hari digelarnya acara AISC-ISS ini melibatkan sebanyak 293 peserta, baik
mahasiswa Indonesia maupun asing yang terhimpun dalam 29 universitas di Indonesia. Kompetisi yang dilombakan pada AISC meliputi pidato Bahasa Indonesia yang diikuti oleh 37 mahasiswa asing, pidato bahasa Inggris yang diikuti oleh 43 mahasiswa Indonesia, dan lomba poster yang diikuti oleh 33 mahasiswa Indonesia maupun asing. Pada kategori Pidato Bahasa Indonesia, juara I diraih oleh Noemi Gagliardi asal Itali dari Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Juara II diperoleh Lee Sun Min asal Korea Selatan dari Universitas Kristen Petra. Dan juara III diperoloeh Alejandro Comte Torres asal Mexico dari Universitas Surabaya.
Kolaborasi mahasiswa asing dengan PSUA menyanyikan lagu We Are The Champion. (Foto: Istimewa) Pada kategori Pidato Bahasa Inggris, juara I diraih oleh Yoga Adityatama dari Universitas Negeri Semarang. Juara II diperoleh Anis Wulandari dari Universitas Airlangga. Dan Juara III diperoleh Hedwig Tiara Svayambhu.
Sedangkan pada kategori Lomba Poster, juara I diperoleh Simon Ntamwana dari Universitas Gadjah Mada. Juara II diperoleh Martin Iryayo dari Universitas Negeri Yogyakarta. Dan juara III diperoleh Mohaddeseh Maktabifard asal Iran dari Universitas Indonesia. “Senang sekali memperoleh juara I pada kompetisi lomba Pidato Bahasa Indonesia ini. Saya merasa bangga, dan saya semakin mencintai negara ini. Dengan berpartisispasi dalam lomba pidato ini, selain mendapatkan price yang sangat mengesankan, saya memperoleh pengalaman sudah belajar bahasa indonesia selama empat tahun,” ungkap Noemi mahasiswa asal Itali. (*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Binti Q. Masruroh
Hari Terakhir AISC-ISS, Mahasiswa Asing se-Indonesia Ikuti Kelas Budaya dan Pilih Ketua Baru UNAIR NEWS – Peserta masih terlihat antusias dalam mengikuti setiap rangkaian acara gelaran Airlangga International Student Competition – International Student Summit, Rabu (9/11) . Di hari terakhir, kegiatan yang diikuti oleh peserta AISC – ISS adalah “Cultural Classes”. “Cultural Classes” merupakan ruang untuk belajar budaya tradisional Indonesia, dan dilaksanakan di Rumah Sakit Khusus Infeksi Universitas Airlangga. Sehingga, mahasiswa asing peserta program ini diharapkan bisa mengenal lebih jauh kebudayaan Indonesia.
Cultural classes dibagi menjadi empat kelas, yakni kelas membatik yang dilatih langsung oleh Andriani Primardiana perajin Batik Madura, kelas pembuatan aksesori oleh Diva Arsanti Pratiwi, kelas menari oleh anggota Dent-Tari Fakultas Kedokteran Gigi, dan kelas pengenalan jamu oleh pakar pengobatan herbal Fakultas Farmasi Prof. Dr. Mangestuti Agil, M.S. Apt. Salah satu peserta asal Ghana, Samuel Anderson, merasa senang dapat mengikuti Cultural classes. Ia merasa senang bisa belajar dan berbagi pengalaman bersama mahasiswa asing dari berbagai benua. “Aku sangat menyukai program ini. Aku bisa bertemu dengan orang-orang baru. Aku bisa belajar mengenai hal-hal baru tentang kebudayaan Indonesia, dan berbagi pengalaman dengan teman-teman dari Afrika, Eropa, Asia dan masih banyak lagi. Aku sangat menikmatinya,” ujar Samuel. Samuel memilih mengikuti kelas tari. Penggemar tari itu merasa terpesona melihat Tari Saman yang dipertunjukkan mahasiswa FKG. Dalam kelas tari, peserta cultural classes bisa langsung mempraktikkan gerakan Tari Saman. Awalnya, Samuel cukup merasa kesulitan mengikuti gerakan Tari Saman. Menurutnya, gerakan Tari Saman yang dilakukan dengan bersimpuh sangat berbeda dengan konsep tari yang biasa ia lakukan di Afrika. “Di
Ghana,
penari
menggerakkan
seluruh
tubuh.
Kamu
mengekspresikan sebuah lagu dengan menggerakan tubuhmu dari atas kepala sampai ujung kaki. Tapi, hari ini aku lihat Tari Saman yang dilakukan dengan duduk, dan aku rasa itu sulit dilakukan. Tapi, itu sangat menyenangkan. Aku tadi mencobanya dan aku menyukainya,” tambah Samuel sambil terkekeh.
Keempat calon kandidat presiden ISS Club. (Fotografer: Faridah Hari) Di hari yang sama, peserta juga mengikuti rangkaian acara khusus ISS. Dalam acara ini, para mahasiswa asing berdiskusi serta mengutarakan gagasan-gagasan mereka mengenai isu-isu terkini yang terjadi di negara asal maupun Indonesia. Forum ini dilangsungkan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR. Di akhir acara, juga dilakukan pemilihan ketua terbaru ISS. Ketua terpilih akan memimpin komunitas mahasiswa asing yang berkuliah di Indonesia (ISS Club). Ketua ISS Club terbaru Hashim Umar Farouk dari Universitas Padjajaran, Jawa Barat, akan memimpin ISS Club sampai tahun 2017. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Defrina Sukma S
Peserta AISC ISS Belajar Lebih Tentang Indonesia UNAIR NEWS – Airlangga International Student Center (AISC) dan International Student Summit (ISS) di hari kedua (9/11), berlangsung meriah. Menurut ketua panitia acara, Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M., program AISC ini merupakan program yang diinisiasi UNAIR dan didukung oleh DIKTI untuk program kerja tahunan yang bertajuk ISS. “Tahun ini UNAIR mendapat tugas untuk menggelar ISS oleh Dikti. Jadi sebenarnya konsep kedua acara tersebut sama. Makanya, kita buat AISC ini digabung dengan ISS,” ujar Jani. Setidaknya, ada seratus peserta mahasiswa asing yang berasal dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia mengikuti AISC dan ISS ini. Purwanto Subroto, selaku Kepala Subdirektorat Kerjasama Perguruan Tinggi DIKTI, menuturkan bahwa UNAIR mengemas bagus acara AISC dan ISS. Pihaknya sangat mengapresiasi program AISC dan ISS tersebut. Purwanto juga mengatakan sebenarnya tujuan utama kegiatan tersebut merupakan pengenalan mengenai kebudayaan Indonesia. Selain itu, kegiatan ini merupakan forum diskusi antar mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia. “Semoga dari acara ini mahasiswa asing semakin banyak yang lancar berbahasa Indonesia dan kita banyak memperkenalkan budaya Indonesia. Dengan begitu ketika mereka kembali ke negaranya bisa menjadi duta kita, dan bercerita bagaimana Indonesia itu,” ujar Purwanto. Di hari kedua tersebut, peserta diajak untuk berkompetisi dalam ajang lomba pidato berbahasa Indonesia dan Inggris. Setelah mengikuti kompetisi pidato, peserta lalu diarahkan ke Rumah Sakit Khusus Infeksi UNAIR (RSKI UNAIR) untuk mengikuti kegiatan “The Champion”.
Program The Champion ini merupakan rangkaian program dalam gelaran AISC dan ISS kali ini. Dalam program ini dibagi menjadi enam kelas kecil dengan beberapa peminatan. Peserta bisa memilih kelas yang mereka inginkan. Di dalam kelas peserta bisa melakukan diskusi dan tanya jawab dengan para pembicara. Suasana di tiap-tiap kelas sangat aktif dan responsif, peserta sangat antusias dengan materi yang diberikan pembicara. “Saya senang dengan kelas-kelas di sini, sangat inspiratif dan menambah wawasan saya,” ujar salah satu peserta bernama Abdul Rozaq, mahasiswa asal Libya yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro. Ditemui di tempat yang sama, Wiwit Manfaati salah satu pemateri kelas mengatakan sangat senang menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan The Champion. Di sana, ia berbagi tentang kiprahnya sebagai pengusaha kerajinan tangan yang terbuat dari eceng gondok. Mulai dari pengembangbiakan Eceng Gondok hingga proses pengolahan menjadi beberapa kerajinan seperti tas, topi, tudung saji dan lain-lain. “Sangat baik sekali acara ini. Banyak yang bertanya pada saya mengenai kerajinan dari eceng gondok ini. Tadi ada salah satu mahasiswa juga bilang kalau eceng gondok di negaranya malah kadang dibuat makan sapi dan kadang juga tidak terpakai,” ujar Wiwit. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Nuri Hermawan
Ratusan Mahasiswa Mancanegara Ikuti Seminar dan Kompetisi Internasional UNAIR UNAIR NEWS – Direktorat Pendidikan UNAIR bekerja sama dengan Direktorat (Airlangga
Pendidikan Tinggi (DIKTI) mengadakan AISC International Student Competition) dan ISS
(International Student Summit) 2016. Acara yang dihelat selama 4 hari tersebut dimulai dengan opening ceremony yang dilangsungkan di Aula Garuda Mukti, Manajemen Kampus C, Senin, (7/11). Acara tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa Indonesia dari 30 Perguruan Tinggi se-Indonesia dan mahasiswa mancanegara dari 40 negara. Hadir memberi sambutan Wakil Rektor III Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D, dan Purwanto Subroto, Ph.D selaku perwakilan dari Kemenristekdikti. Dalam sambutannya, Prof. Amin mengungkapkan bahwa kegiatan bertaraf internasional layaknya AISC dan ISS dapat menjadi alternatif bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengalaman akademik dan non-akademik. Melalui acara tersebut, Prof. Amin berharap, mahasiswa Indonesia semakin menyadari bahwa mereka adalah bagian dari komunitas global. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mampu mengatasi tantangan global , guna meningkatkan kapasitas dalam kehidupan profesional. “The challenges of globalization should be answered by improving and maximizing their competence and capacity so they can stand up in professional life. (Tantangan globalisasi harus dijawab dengan meningkatkan dan memaksimalkan kompetensi dan kapasitas mereka sehingga bisa berdiri dalam kehidupan profesional,” ujar Prof. Amin. Dalam kesempatan tersebut, Purwanto menambahkan, tujuan dari kegiatan AISC dan ISS 2016 bukanlah sekedar berkumpul, namun
juga saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman. Purwanto berharap mahasiswa yang datang dari luar negeri bisa berbagi kebaikan yang didapat selama mengikuti AISC dan ISS. “The aims is not just gathering, but we can share to our colleagues about how good story in Indonesia. ( Tujuannya bukan hanya untuk berkumpul, namun kita juga bisa saling berbagi kepada kolega kita terkait pengalaman dan cerita baik di Indonesia)” harap Purwanto. Mengusung tema “The Role of Youth to be Agents of Change for Community Empowerment”, opening ceremony disambung dengan seminar internasional. Para narasumber di seminar tersebut yaitu Director of Retail and Network PT. Pos Indonesia Ira Puspadewi, Senior Social Development Socialist of World Bank (Jakarta Office) Christopher Finch, World Bank (Jakarta Office) Alexander B. Setiaji dan Dian Ekowati, SE., M.Si., M.AppCom(OrgCh)., Ph.D selaku moderator. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Rio F. Rachman
Tambah Pengalaman Mahasiswa, UNAIR Akan Adakan Kompetisi Internasional UNAIR NEWS – Guna memberikan wawasan dan pengalaman mahasiswa terhadap lingkup internasional, UNAIR melalui Direktorat Pendidikan bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) mengadakan student summit dan kompetisi internasional. Menurut Koordinator Program Pendidikan Internasional (PPI),
Direktorat Pendidikan UNAIR, Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M, awalnya, UNAIR sudah merencanakan dan mempersiapkan acara bernama “Airlangga International StudentCompetition” (AISC) dengan tajuk “The Role of Youth tobe Agents of Change for Community Empowerment” . “Kemudian pada bulan Juni, DIKTI memberikan mandat pada UNAIR untuk menjadi tuan rumah International Student Summit (ISS). Itu acara tahunan dari DIKTI,” jelas Jani. “Model kegiatannya ternyata mirip dengan AISC. Sehingga ketika mandat itu diterima UNAIR, kemudian dijadikan satu, digabungkan dengan AISC,” imbuhnya. Menurut Jani, dengan memasuki era globalisasi, mahasiswa UNAIR perlu untuk mendapatkan wawasan internasional. Namun, tidak semua mahasiswa UNAIR berkesempatan untuk pergi ke luar negeri karena kendala hal tertentu. Sehingga, acara yang diadakan pada tanggal 07 hingga 10 November ini mampu menjadi wadah bagi mahasiswa UNAIR untuk melatih interaksi dengan mahasiswa internasional. “Maka yang diupayakan UNAIR adalah mendatangkan mahasiswa asing ke UNAIR. Jadi semakin banyak mahasiswa UNAIR yang mempunyai pengalaman berinteraksi dengan mahasiswa internasional di bidangnya,” terangnya. Diadakannya kompetisi AISC yang bebarengan dengan student summit, agar mahasiswa lokal UNAIR dapat berinteraksi sembari mengukur kemampuannya ketika berkompetisi dengan sesama mahasiswa pada lingkup internasional. Sampai saat ini, peserta ISS dan AISC sudah mencapai 85 mahasiswa asing dan 35 dosen pendamping. Selain itu, hampir seluruh mahasiswa asing yang studi di UNAIR pun turut diikutkan. “Mahasiswa asing dari beberapa program seperti amerta, KNB, dan program permata juga diikutkan. Dari slotitu ada 89 peserta. Sedangkan mahasiswa lokal UNAIR sendiri ada 49 orang. Plus yang diluar skema itu kurang lebih 30 (non-UNAIR,
Red),” ujar Jani. Selain memberikan pengalaman bagi mahasiswa UNAIR untuk mempunyai exposure terhadap dunia internasional, Jani berharap acara ini mampu meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa UNAIR untuk berkompetisi. “Intinya adalah mempersiapkan mahasiswa UNAIR untuk being a global student, kan ketemu WCU (World Class University, –red). Jadi harus kita perkenalkan bagaimana interaksinya dengan mahasiswa mancanegara,” pungkasnya. Terkait AISC, ada tiga kompetisi yang dilombakan, yaitu orasi bahasa Inggris, orasi bahasa Indonesia, dan lomba poster. Ada 4 tema yang harus dipilih oleh peserta ketiga lomba tersebut, keempat tema tersebut yaitu kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan. Rencananya, ISS akan dihadiri oleh Walikota Surabaya Dr.(HC) Ir. Tri Rismaharini, M.T sebagai Keynote Speaker. Dalam acara tersebut, peserta juga akan diberi pelatihan membuat batik, membuat jamu, dan disuguhi penampilan tari tradisional. (*) Penulis : DilanSalsabila Editor
: Nuri Hermawan