Proposal KIKA
PENGARUH FREE ASSOCIATION AND THERAPEUTIC ALLIANCE TERHADAP TINGKAT DEPRESI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KHUSUS NARKOTIK (LAPASUSTIK) KELAS II-A, BANCEUY, BANDUNG
Merupakan Penelitian Lanjutan dari KIKA yang Berjudul: ―PENGARUH ASOSIASI BEBAS TERHADAP TINGKAT DEPRESI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KHUSUS NARKOTIK (LAPASUSTIK) KELAS II-A, BANCEUY, BANDUNG‖
Sebagai Pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) MATA KULIAH: PENELITIAN PEKERJAAN SOSIAL DOSEN: DWI YULIANI, Ph.D DAN Dr. R. ENGKEU AGIATI, M.Si
Oleh: HERU SUNOTO (13.01.003)
PROGRAM PARCASARJANA SPESIALIS-1 PEKERJAAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL (STKS) BANDUNG 2013
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah ta’alaa, penulis berencana untuk membuat Proposal Penelitian dengan judul Pengaruh Free Association and Therapeutic Alliance terhadap Tingkat Depresi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotik (Lapasustik) Kelas II-A, Banceuy, Bandung. Proposal penelitian ini disusun sebagai landasan bagi penelitian kami, yaitu penelitian lanjutan atas penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Saudari Rohmah Noviani dengan judul KIKA ―Pengaruh Asosiasi Bebas terhadap Depresi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotik (Lapasustik) Kelas II-A, Banceuy, Bandung‖, pada tahun 2008. Kami menyusun proposal ini sebagai tugas akhir pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Penelitian Pekerjaan Sosial. Terima kasih kami haturkan kepada tiga dosen pengampu, yaitu Dwi Yuliani, Ph.D, Dr. R. Engkeu Agiati, M.Si, dan Dr. Juang Sunanto atas semua bimbingannya sehingga proposal ini bisa tersusun dengan baik. Semoga proposal penelitian ini bisa memberikan manfaat buat semua.
Bandung, 31 Desember 2013 Penyusun Heru Sunoto
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL II. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Asumsi-asumsi D. Hipotesis E. Tujuan dan Manfaat Penelitian F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
i ii iii 1 1 7 8 9 9 11
II.
12 12 17
DASAR TEORITIK A. Dasar Teori yang Digunakan B. Kerangka Fikir
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Definisi Operasional C. Populasi dan Teknik penarikan sampel D. Instrumen penelitian E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur F. Teknik pengumpulan data G. Analisis data DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
18 18 19 20 21 22 22 23
DAFTAR TABEL
No
Uraian
Halaman
1.1
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang akan bebas pada
2
Tahun 2008 1.2
Daftar Permasalahan Depresi Narapidana di Lapasustik Banceuy,
3
Bandung, Tahun 2008 3.1
The Time-Series Quasi Experimental Design
iii
19
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotik (Lapasustik), yang berada di Banceuy, Kota Bandung adalah salah satu lembaga hukum tempat penampungan semua orang yang telah terlibat penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang disebut narkotika atau narkoba. Letaknya di jalan Sukarno-Hatta. Semua penghuni Lapasustik adalah mereka yang masuk kategori pelanggaran sebagai penyalahguna dan pengedar. Mereka dijerat dengan pasal 59, Undang-undang (UU) Nomor 5, Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan pasal 84, 85, dan 86 UU Nomor 22, Tahun 1997 tentang Narkotika. Ada tiga misi Lapasustik, Banceuy, Kota Bandung, yaitu: Perawatan,
pembinaan,
dan
pembimbingan
Warga
Binaan
Pemasyarakatan (WBP) dan kerangka hukum; Pencegahan dan penanggulangan kejahatan; Pemajuan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Pembinaan dan perawatan bagi WBP ditujukan agar mereka memiliki kemampuan dan meningkatkan potensi, menyadari, tidak mengulangi kesalahannya, serta dapat menjalankan fungsi sosialnya sehingga mereka dapat diterima di masyarakat. Untuk mewujudkan misi tersebut, Lapasustik melaksanakan tugas-tugas
sesuai
fungsinya,
yaitu
melaksanakan
pembinaan,
pembimbingan, terapi dan rehabilitasi, bimbingan sosial kerohanian, serta pemeliharaan keamanan dan ketertiban lembaga. Saat ini, Lapasustik masih mengutamakan prinsip pengamanan kepada WBP dengan sistem penjara, namun rencananya akan diubah menjadi sistem yang lebih berorientasi pada rehabilitasi. Sistem yang baru
1
ini diyakini menjadikan WBP sebagai subjek,bukan objek. Sebagai subjek, WBP adalah orang yang harus dibantu menemukan jati dirinya sebagai manusia dan warga negara yang memiliki hak, kesempatan, dan kewajiban yang sama. Tenaga pekerja sosial yang ada belum memadai, baru ada lima orang. Hal ini berimbas pada
proses pelayanan seperti pemberian
treatment sesuai kasus, belum dapat dilakukan secara optimal. Sedangkan diperkirakan masih banyak kasus psikologis yang dialami para narapidana di lembaga tersebut. Permasalahan
psikologis
yang
erat
hubungannya
dengan
penyalahgunaan narkoba adalah depresi. Narapidana yang menjadi populasi adalah mereka yang akan menjalani masa persiapan bebas. Masa persiapan bebas adalah tiga bulan sebelum berakhirnya masa tahanan. Selengkapnya, narapidana yang menjadi populasi penelitian kami adalah sebagai berikut. Tabel 1.1 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang akan bebas pada Tahun 2008 Bebas pada Bulan
Jumlah
Persentase
Mei
17
41.46 %
Juni
10
24.39 %
Juli
14
34.15 %
Jumlah
41
100 %
Dari 41 narapidana yang akan bebas pada bulan Mei, Juni, dan Juli, sebanyak 20 orang mengalami depresi. Artinya, 48.78% mengalami depresi. Selengkapnya, bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
2
Tabel 1.2. Daftar Permasalahan Depresi Narapidana di Lapasustik Banceuy, Bandung, Tahun 2008 Tingkat Depresi
Jumlah Napi
Persentase
Wajar (1 – 10)
-
-
Ringan (11 – 16)
-
-
Batas klinis (17 – 20)
12
60 %
Sedang (21 – 30)
7
35 %
Parah (31 – 40)
1
5%
Ekstrem (41 – ke atas)
-
-
20
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, depresi merupakan masalah yang tinggi bagi napi yang akan bebas. Mereka tidak yakin, khawatir, cemas apakah mereka bisa diterima di masyarakat setelah ini atau tidak. Hal ini tidak kondusif dengan masa bebas yang akan mereka dapatkan, sebab tujuan pemenjaraan adalah agar mereka menjadi jera, sedangkan depresi adalah kendala psikologis yang menghambat proses jera. Maka, diperlukan treatment
agar
permasalahan
depresi
ini
bisa
dihilangkan
atau
diminimalisir. Depresi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, insomnia, merasa bersalah dan tidak berarti, menarik diri, kehilangan selera makan, dan penurunan hasrat seksual, minat, dan kesenangan. Tentang Depresi, Saleebey (1893) mengatakan: “Depression comes in many forms and many degrees of severity and courses but, in almost all cases, it is a total biopsychosocial and often spiritual experience. It is
3
commonly confused with the “blues,” sadness, bereavement and grief, and moodiness. Depressive moods also can be expressed in ways that belie its true source— anger, anxiety, physical concerns and pains, acting out and aggressive behavior, drug use. Depression is a symptom of many physical illnesses (and is often the first symptom) including lupus erythematosus, hypothyroidism, a variety of viral infections, testicular cancer, and many others. Depression often follows the cessation of heavy drinking and other drug use (especially uppers). So, in a real sense, depression can be the result of the following forces, in any combination: biology (including genetic predisposition, illness), adaptive challenges (adaptive capacities and skills are overwhelmed by the demands and challenges of environmental changes and stresses), and life circumstances (chronic poverty, living with a terminal illness, living in a war-torn country, for example). Besides anxiety, it is probably the most common emotional disruption that humans experience. (Depresi muncul dalam beragam bentuk, meski ada beberapa gejala yang patut didiskusikan, namun mayoritasnya merupakan pengalaman bio-psikososial dan terkadang juga berupa pengalaman spiritual. Ia sering nampak dalam sikap bingung, sedih, murung, dan tidak ada gairah hidup/mood. Mood yang depresif juga dapat terwujud dalam beberapa – marah, cemas, gejala fisik dan nyeri, perilaku agresif, dan menggunakan narkoba. Depresi adalah gejala dari banyak penyakit fisik (dan sering gejala pertama) termasuk lupus erythematosus, hipotiroidisme, berbagai infeksi virus, kanker testis, dan banyak lainnya. Depresi sering muncul mengikuti penghentian minum berat dan penggunaan obat lain (terutama yang sudah level atas). Jadi, dalam arti yang sebenarnya, depresi dapat menjadi hasil dari kekuatan berikut, dalam kombinasi apapun: biologi (termasuk kecenderungan genetik dan penyakit), tantangan dalam beradaptasi (kemampuan adaptif dan melawan perubahan lingkungan dan tekanannya), dan keadaan hidup (kemiskinan kronis, hidup dengan penyakit yang berjeda, hidup di negara yang dilanda perang, misalnya). Selain kecemasan, depresi adalah gangguan emosional yang paling umum dialami manusia). Human Behavior and Social Environment: A Biopsychosocial Approach, Dennis Saleebey, Columbia University Press Publishers Since 1893, New York Chichester, West Sussex, Copyright 2001 Columbia University Press, hal 459.
4
Free association and therapeutic alliance merukan teknik yang digunakan
dalam
treatment
psiko-patologi,
termasuk
diantaranya
treatment kepada masalah depresi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui dan mengujicobakan suatu pendekatan yang sesuai bagi mereka. Dalam hal ini, peneliti menggunakan pendekatan psikoanalisis dengan teknik free association and therapeutic alliance untuk mengatasi permasalahan psikologis mereka, terutama yang berhubungan dengan masalah depresi. Therapeutic alliance adalah hubungan yang baik antara terapis dengan klien. Terapis mengerahkan seluruh daya dan upayanya untuk membantu klien menggali masalahnya, sumber penyebabnya, dan apa yang diinginkan klien. ―The nature of the relationship between patients and therapists is the most important component of operating within a psychoanalytic or psychodynamic framework. Many terms are used to describe this relationship, though the concept of the alliance is most used in this capacity. The alliance is the understanding between patients and therapists that therapists are invested in assisting their patients to reach their therapeutic goals in effective, caring, and compassionate ways and that patients are actively invested in achieving new levels of understanding and awareness that promote long-lasting changes in thoughts, feelings, behaviors, and relationships. .... Herein lies the essence of a good alliance: the development of a sense of trust in the treating professional, the process, and the physical environment, along with a sense of safety provided by therapists when examining upsetting and conflicting material. As such, attending to the therapeutic alliance at the outset and throughout the duration of treatment is essential for good psychodynamic therapy to occur‖ (Sifat hubungan yang baik antara pasien dengan terapis adalah komponen terpenting dalam kerangka psikodinamik dan psikoanalisis. Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan baik dua pihak ini, namun yang paling sering digunakan adalah alliance. Alliance adalah pengertian antara pasien dan terapis dimana terapis menginvestasikan diri dalam 5
membantu pasien untuk mencapai tujuan mereka dalam terapi yang efektif, peduli, dan cara-cara yang penuh kasih dan bahwa pasien secara aktif menginvestasikan diri dalam mencapai tingkat pemahaman baru dan kesadaran yang mempromosikan perubahan jangka panjang dalam pikiran, perasaan, perilaku, dan hubungan....... inilah esensi dari aliansi yang baik, yaitu menumbuhkan rasa percaya dalam treatment yang profesional, prosesnya, dan lingkungan fisik, dan memberikan rasa aman bagi pasien selama proses terapi ketika menguji berbagai permasalahan. Dengan demikian, menghadirkan therapeutic alliance pada awal dan sepanjang durasi pengobatan adalah penting untuk terlaksananya terapi psikodinamik yang baik). Psychodynamic Therapy: Conceptual and Empirical Foundations, Steven K. Huprich, New York London, Routledge, 10th Ed., NY, US, 2009, the 1st Ed at 1966, hal 102. Free
Association
(asosiasi
bebas)
adalah
teknik
pengungkapan kembali pengalaman masa lalu pasien yang selama ini ditekan ke alam bawah sadar untuk kemudian disadari. Sigmund Freud (On Beginning the Treatment, 1913) dalam Huprich (2009) menjelaskan: ―Free association is a technique that was created for psychoanalysis in which patients are to speak freely -without censorship-- about whatever comes to mind. This is done while patients are lying on the couch with the analyst behind them to hear, reflect on, and guide the associative process. Initially, free association was used to detect and overcome the resistance patients experienced by conscious censorship of their ideas and desires‖ (Asosiasi bebas adalah teknik yang dibuat untuk psikoanalisis dimana pasien dibiarkan bebas bicara, tanpa disensor, tentang apa saja yang muncul di dalam fikirannya. Teknik ini dilakukan dengan cara pasien berbaring di sofa dan analis berada di belakangnya untuk mendengarkan, merenungkan, dan membimbing proses asosiatif. Awalnya, asosiasi bebas digunakan untuk mendeteksi dan mengatasi hambatan yang dialami oleh pasien pada sensor sadar akan ide-ide dan keinginan mereka). Hal 106.
6
Teknik free association bukanlah solusi untuk masalah klien. Teknik ini hanyalah digunakan untuk mengetahui hakikat masalah klien, segala hal latar belakang dan apapun yang dialami klien dan terpendam hingga masuk alam bawah sadarnya. Informasi yang valid tentang semua hal yang menjadi masalah klien, adalah hal terpenting bagi pekerja sosial untuk membangun treatment yang tepat. Sigmund Freud menjadikan teknik free association/penggalian informasi secara sadar, untuk menggantikan teknik hipnotis/penggalian informasi secara tidak sadar. (Freud, 1914). Dan treatment yang tepat, salah satu caranya bisa didapatkan melalui Therapeutic Alliance, sebagaimana peneliti sebutkan di muka. Bertolak dari hal tersebut, peneliti ingin meneliti penerapan pendekatan psikoanalisis dengan teknik free association and therapeutic alliance terhadap depresi yang dialami WBP di Lapasustik, Banceuy, Bandung. Adakah perubahan klien sebelum dan sesudah diberi treatment? Apakah kedua teknik tersebut efektif untuk mengatasi depresi klien? Oleh karena itu, penelitian ini kami beri judul ―Pengaruh Free Association and Therapeutic
Alliance
terhadap
Tingkat
Depresi
Warga
Binaan
Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika (Lapasustik) Kelas II-A, Banceuy, Bandung‖.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah ―Apakah ada pengaruh dari Free Association and Therapeutic Alliance terhadap Tingkat Depresi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika (Lapasustik) Kelas II-A, Banceuy, Bandung?‖ Secara lebih detail, rumusan masalah tersebut peneliti buat menjadi beberapa, yaitu:
7
1. Seberapa berat tingkat depresi WBP sebelum diberi treatment dengan Free Association and Therapeutic Alliance? 2. Adakah pengaruh dari Free Association and Therapeutic Alliance terhadap depresi WBP? 3. Seberapa berat tingkat depresi WBP setelah diberi treatment dengan Free Association and Therapeutic Alliance? 4. Adakah perubahan pada level depresi WBP di Lapasustik, Banceuy, Bandung?
C. Asumsi-asumsi 1. Penyalahgunaan obat dapat menimbulkan gangguan psikologis, seperti depresi. Dan sebaliknya, masalah depresi juga bisa menimbulkan penyalahgunaan obat. (Van Wormer, 1995). Efek penyalahgunaan obat sangat
sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang,
dimana salah satu zat seperti kokain dan alkohol dapat menyebabkan depresi. Pada efek awal, alkohol bersifat merangsang, peminum akan merasa nyaman yang ekspansif seiring naiknya kadar alkohol dalam darah. Setelah kadar itu mencapai puncaknya dan menurun kembali, alkohol berfungsi sebagai depresan dan peminumnya akan mengalami peningkatan emosi yang negatif. Alkohol dalam jumlah banyak mengganggu proses-proses berfikir kompleks, koordinasi motorik, keseimbangan, kemampuan verbal, dan penglihatan juga melemah. Pada tahap intoksikasi ini, beberapa individu menjadi depresi dan mengalami gejala putus asa. (Gerald Davidson, Ann Kring, M. John, 2006). Demikian pula orang yang mengalami depresi mengatasi masalahnya
dengan
menyalahgunakan
obat,
kaena
menurut
keyakinanannya bahwa dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut segala permasalahan dapat diatasi. Sekitar 10 – 15 % orang
8
yang menderita depresi menyalahgunakan obat sebagai self-medicate. (Campbell, 1992). 2. Depresi tidak hanya meningkatkan resiko gangguan penyalahgunaan obat, tetapi juga dapat menghambat proses pemulihannya. (Evan dan Sullivan, 2001). Orang yang depresi tidak mampu mempersepsikan kenyataan dengan baik, sedangkan dalam proses pemulihan pasien dihadapkan kepada realitas yang sesungguhnya harus diterima. Oleh karena itu, untuk menjalankan proses pemulihannya, harus diatasi terlebih dahulu faktor psikologisnya sehingga tujuan yang hendak dicapai akan diperoleh secara lebih efektif. 3. Banyak analis yang menyatakan sejumlah teknik untuk mengangkat depresi, dan dua diantaranya adalah Free Association and Therapeutic Alliance. (Huprich, 2009).
D. Hipotesis 1. Ada perbedaan level depresi WBP, sebelum dan sesudah diberikan treatment Free Association and Therapeutic Alliance. 2. Ada pengaruh penggunaan dua teknik, Free Association and Therapeutic Alliance terhadap level depresi WBP. 3. Penggunaan dua teknik Free Association and Therapeutic Alliance dapat menurunkan level depresi WBP di Lapasustik, Banceuy, Bandung.
E. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui level depresi WBP sebelum diberi treatment dengan Free Association and Therapeutic Alliance? b. Mengetahui pengaruh Free Association and Therapeutic Alliance terhadap depresi WBP? 9
c. Mengetahui level depresi WBP setelah diberi treatment dengan Free Association and Therapeutic Alliance? d. Mengetahui ada-tidaknya perubahan pada level depresi WBP di Lapasustik, Banceuy, Bandung?
2. Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian yang akan dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang meliputi: a. Manfaat secara teoritis 1) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan peneliti secara teoritis terhadap permasalahan yang berhubungan dengan manfaat terapi dengan teknik Free Association and Therapeutic Alliance, khususnya mengatasi depresi. 2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan peneliti dalam mengimplementasikan metode dan teknik-teknik terapi, khususnya dengan teknik Free Association and Therapeutic Alliance. b. Manfaat secara praktis. 1) Meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan berbagai pengetahuan, keterampilan, serta landasan nilai dan etika dalam praktik pekerjaan sosial profesional secara klinis, melalui terapi dengan teknik Free Association and Therapeutic Alliance, 2) Mengembangkan
kemampuan
penggunaan
diri
secara
profesional (professional use of self) yang berlandaskan pada integrasi berbagai metode maupun pendekatan praktik pekerjaan sosial klinis.
10
3) Mengurangi depresi WBP setelah diterapi dengan teknik Free Association and Therapeutic Alliance, sehingga mereka bisa berfungsi sosial secara tepat dan optimal.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Banyak terapi yang bisa diterapkan kepada WBP ketergantungan narkotika, namun pada penelitian ini, peneliti hanya akan membatasi ruang lingkup penelitian pada penerapan teknik free association and therapeutic alliance. Permasalahan yang dialami WBP ketergantungan narkotika juga beragam, dan peneliti hanya akan meneliti pada satu kasus saja, yaitu depresi. Oleh karena itu, variabel yang menjadi fokus penelitian kami adalah pengaruh terapi free association and therapeutic alliance terhadap tingkat depresi WBP dan melihat tingkat perbedaan level depresi sebelulum dan sesudah diterapi. Penelitian ini juga hanya kami terapkan di Lapasustik Kelas II-A, Banceuy, Bandung. Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang adakah pengaruh pada tingkatan depresi WBP, sebelum dan sesudah diberi terapi free association and therapeutic alliance di Lapasustik Banceuy, Bandung. Batasannya adalah: 1. Depresi; 2. Teknik free association and therapeutic alliance; 3. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP); 4. Lapasustik Kelas II-A, Banceuy, Bandung.
11
II.
DASAR TEORITIK (Judul) Teori yang menjadi landasan penelitian ini adalah teori psikoanalisis (Psychoanalysis theory) yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud, seorang dokter yang lahir di Austria pada 6 Mei 1856 dan meninggal pada 23 September 1939. Ia meraih gelar profesi dokter pada tahun 1881 dari University of Viena. Kemudian bekerja di Rumah Sakit Umum Viena dan melakukan penelitian neuroanatomi, aphasia, dan celebral palsy. ia menjadi dosen dalam Neuropatologi pada tahun 1885, dan meraih gelar profesor pada tahun 1902. (http://en.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud). Untuk memahami teori psikoanalitik, penting bagi kita untuk mengenali latar belakang dan konteks di mana Freud mengembangkan ideidenya . Banyak orang terkejut mengetahui bahwa Freud adalah seorang dokter dan pelatihan medisnya di bidang neurologi. Sebelum tulisannya pada pikiran dan psikoanalisis, Freud terlibat dalam penelitian anatomi. Penelitian pertamanya adalah dengan belut, ia mencoba memahami kapasitas reproduksinya, yang terbukti sulit dipahami mengingat "intersexuality" belut (Solms, 2002: hal. 19). Kemudian, karyanya pada histologi sel saraf sangat berperan dalam mengidentifikasi apa yang sering disebut sebagai neuron. Dia juga terlibat dalam mengidentifikasi jalur saraf kranial dan terutama diakui untuk kontribusinya terhadap pemahaman cerebral palsy, yang memberinya "ketenaran internasional‖ pada titik awal karirnya.( Solms, 2002: hal 30). A. Dasar Teori yang Digunakan 1. Konsep-konsep Utama Psikoanalisis Prinsip dasar psikoanalisis adalah sebagai berikut: a. Selain konstitusi mewarisi kepribadian, perkembangan seseorang ditentukan oleh pengalaman pada masa anak usia dini; b. Sikap manusia, perangai, pengalaman, dan pemikiran, sebagian besar dipengaruhi oleh transmisi irrasional;
12
c. Transmisi irrasional menyebabkan adanya alam bawah sadar; d. Psikoanalisis mencoba untuk membawa transmisi ini menjadi sesuatu yang disadari dan dipertemukan dengan pertahananpsikologis dalam bentuk mekanisme pertahanan diri (defensemechanisms); e. Konflik antara sadar dan tidak sadar, atau ditekan, dapat terwujud dalam bentuk gangguan mental atau emosional, misalnya: neurosis, sifat neurotik, kecemasan, depresi dan lain-lain; f. Pembebasan dari efek bahan sadar dicapai melalui membawanya ke dalam pikiran sadar (misalnya melalui bimbingan keterampilan, intervensi terapeutik, dan lain-lain).
2. Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar Freud telah memberikan sumbangan besar pada psikoanalisis. Menurutnya, aktivitas mental dan sifat manusia dapat difahami melalui peredaan penderitaan yang dialaminya. Artinya, untuk memahami kepribadian seseorang adalah dengan memahami segala penderitaannya dan permasalahan yang dialaminya. Melalui peredaan dalam kehidupan seseorang, maka dapat difahami tingkah laku dan sifat-sifatnya. Faktor alam bawah sadar sangat menentukan individu dalam berperilaku.
Perilaku
menyimpang
terjadi
karena
faktor
ketidaksadaran yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan. Alam sadar dan alam bawah sadar, oleh Freud, digambarkan sebagai gunung es yang ada di samudra, yang tampak hanya sebagian kecil, sedangkan sebagian besarnya ada di dasar samudera.
Bagian
terbesar
inilah
yang
menggambarkan
ketidaksadaran. Di dalam alam bawah sadar terdapat pengalaman, ingatan, sesuatu yang ditekan, keinginan, motivasi yang tidak tercapai, dan berbagai fungsi psikologis.
13
Untuk mengungkap hal-hal yang ada di alam bawah sadar, adalah dengan menggunakan teknik Free association, tafsir mimpi, Transference, Counter-transference, Ressistance. Freud menegaskan bahwa fungsi treatment psikoanalisis adalah menjadikan sesuatu yang ada di alam bawah sadar menjadi sesuatu yang disadari. Adapun untuk melakukan treatment, dalam psikoanalisis, seorang terapis bisa menggunakan teknik Therapeutic Alliance. 3. Free Association Free Association atau asosiasi bebas adalah teknik yang digunakan seorang terapis dengan cara membiarkan pasien berbicara apapun --tanpa dibatasi—tentang semua yang ada di benaknya, di fikirannya, tentang masa lalunya, tentang keinginan yang tak tercapai, dan sebagainya. Dari hal ini, seorang terapis dapat mengetahui informasi secara valid tentang masalah pasiennya. Sigmund Freud (On Beginning the Treatment, 1913) dalam Huprich (2009) menjelaskan: ―Free association is a technique that was created for psychoanalysis in which patients are to speak freely --without censorship-- about whatever comes to mind. This is done while patients are lying on the couch with the analyst behind them to hear, reflect on, and guide the associative process. Initially, free association was used to detect and overcome the resistance patients experienced by conscious censorship of their ideas and desires‖ (Asosiasi bebas adalah teknik yang dibuat untuk psikoanalisis dimana pasien dibiarkan bebas bicara, tanpa disensor, tentang apa saja yang muncul di dalam fikirannya. Teknik ini dilakukan dengan cara pasien berbaring di sofa dan analis berada di belakangnya untuk mendengarkan, merenungkan, dan membimbing proses asosiatif. Awalnya, asosiasi bebas digunakan untuk mendeteksi dan mengatasi hambatan yang dialami oleh pasien pada sensor sadar akan ide-ide dan keinginan mereka). Hal 106. Busch (1994) dalam Huprich (2009) mengatakan tentang free association sebagai berikut: 14
“Free association also allows therapists to examine why certain material is resisted from being verbalized (Busch, 1994) and is considered to be part of what fosters patients’ ability to get better; that is, they learn how to self-observe. In many ways, free association guides the psychoanalytic and psychodynamic psychotherapy process today.‖ (Asosiasi bebas juga memungkinkan seorang terapis untuk menguji mengapa beberapa hal oleh pasien tidak diungkapkan/diucapkan (Busch, 1994) dan dianggap sebagai bagian dari apa yang mendorong kemampuan pasien untuk mendapatkan yang lebih baik, yaitu mereka belajar bagaimana mengamati diri sendiri (self-observe). Dalam banyak hal, asosiasi bebas memandu proses psikoterapi psikoanalitik dan psikodinamik hari ini).
Pertama kali proses terapi free association dimulai, pasien mengatakan hal apapun yang ada di dalam fikirannya --sangat jarang tahapan ini dimulai dari aktivitasini, terapis menggali permasalahan pasiennya. Setelah pasien menyampaikan semuanya, berikutnya terapis menggunakan tools assesmen-nya untuk memahami psikologis pasiennya. Dengan menggunakan bahasa tubuh (behavioral language) untuk menjelaskan proses, interpretasi adalah terapis menggunakan ketrampilannya untuk memahami semua kata-kata pasiennya. 4. Therapeutic Alliance Therapeutic alliance adalah hubungan yang baik antara terapis dengan klien. Terapis mengerahkan seluruh daya dan upayanya untuk membantu klien menggali masalahnya, sumber penyebabnya, dan apa yang diinginkan klien. Aliansi ini hanya akan terbentuk jika antara pasien dan terapis terjadi saling percaya, kesamaan visi dan misi, dan kesamaan niatan mencapai tujuan. Huprich (2009), mengatakan tentang Therapeutic Alliance sebagai berikut:
15
―The nature of the relationship between patients and therapists is the most important component of operating within a psychoanalytic or psychodynamic framework. Many terms are used to describe this relationship, though the concept of the alliance is most used in this capacity. The alliance is the understanding between patients and therapists that therapists are invested in assisting their patients to reach their therapeutic goals in effective, caring, and compassionate ways and that patients are actively invested in achieving new levels of understanding and awareness that promote longlasting changes in thoughts, feelings, behaviors, and relationships. .... Herein lies the essence of a good alliance: the development of a sense of trust in the treating professional, the process, and the physical environment, along with a sense of safety provided by therapists when examining upsetting and conflicting material. As such, attending to the therapeutic alliance at the outset and throughout the duration of treatment is essential for good psychodynamic therapy to occur‖ (Sifat hubungan yang baik antara pasien dengan terapis adalah komponen terpenting dalam kerangka psikodinamik dan psikoanalisis. Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan baik dua pihak ini, namun yang paling sering digunakan adalah alliance. Alliance adalah pengertian antara pasien dan terapis dimana terapis menginvestasikan diri dalam membantu pasien untuk mencapai tujuan mereka dalam terapi yang efektif, peduli, dan caracara yang penuh kasih dan bahwa pasien secara aktif menginvestasikan diri dalam mencapai tingkat pemahaman baru dan kesadaran yang mempromosikan perubahan jangka panjang dalam pikiran, perasaan, perilaku, dan hubungan....... inilah esensi dari aliansi yang baik, yaitu menumbuhkan rasa percaya dalam treatment yang profesional, prosesnya, dan lingkungan fisik, dan memberikan rasa aman bagi pasien selama proses terapi ketika menguji berbagai permasalahan. Dengan demikian, menghadirkan therapeutic alliance pada awal dan sepanjang durasi pengobatan adalah penting untuk terlaksananya terapi psikodinamik yang baik). (hal. 106)
16
B. Bagan Kerangka Pikir
PARADIGMA PSIKOANALISIS TEORI PERSPEKTIF PENDEKATAN METODE TEKNIK
WBP LAPASUSTIK, BANCEUY, BANDUNG
DEPRESI UNCONSCIOUS Banyak hal yang terpendam Murung Tidak percaya diri Emosi yang tidak stabil Kekhawatiran yang tidak rasional Tidak mengerti kemampuan diri Tidak mengerti apa yang sebaiknya dilakukan.
ASSESMENT TECHNIQUE FREE ASSOCIATION
TREATMENT THERAPEUTIC ALLIANCE
-Peksos membiarkan pasien untuk mengungkapkan segala hal yang ada di fikirannya, tanpa dibatasi. -Peksos menyimpulkan ungkapan pasien, untuk mengetahui masalah pasien. -Menghasilkan sesuatu yang disadari, -Penyadaran, -Berfikir rasional -Memahami kekurangan diri.
Kekompakan pasien dan terapis Hilangnya depresi pasien. Pasien siap menerima skill treatment. Pasien nyaman dengan dirinya.
WBP LAPASUSTIK SIAP UNTUK KEMBALI KE MASYARAKAT 17
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang peneliti akan gunakan adalah penelitian eksperimental, dengan jenis eksperimental semu (Quasi-experimental design). Variabel terikatnya adalah depresi WBP, variabel bebasnya ada dua, yaitu: 1. Free association 2. Therapeutic Alliance. Tabel 3.1 The Time-Series Quasi Experimental Design Pre-test A1, A2, A3, A4
Treatment Free Association Therapeutic Alliance
Post-test A5, A6, A7, A8
Tahap Pertama, sebelum pemberian perlakuan (treatment), responden diberikan pre-test. pre-test dilakukan beberapa kali untuk mengetahui data awal tentang keadaan klien/pasien. Tahap Kedua, dilakukan perlakuan atau treatment, berupa free association dan kemudian therapeutic alliance. Hal ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan tujuan kedua teknik ini, yaitu pasien/klien sudah menyampaikan semua uneg-unegnya melalui free association, dan setelah peneliti mampu menyimpulkan masalah hakiki dari setiap responden, baru dilakukan therapeutic alliance. Tahap Ketiga, dilakukan post-test sebagaimana pre-test pada awal. Hal ini untuk mengetahui apakah ada hasil atas perlakuan yang sudah dilakukan.
18
B. Definisi Operasional Untuk memudahkan di dalam menjalankan dan memahami penelitian ini, peneliti membuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Yang dimaksud dengan depresi dalam penelitian ini adalah kondisi emosional yang ditandai dengan: kesedihan yang sangat, perasaan tidak berguna, perasaan bersalah yang irasional, menarik diri dari orang lain (murung), susah tidur, menurunnya selera makan, menurunnya minat kepada aktivitas keseharian yang umum dilakukan, tidak percaya diri yang irasional, rendah inisiatif. pesimistis, khawatir, kecemasan yang tidak berkesudahan, bahkan punya fikiran untuk bunuh diri. 2. Yang dimaksud dengan WBP adalah narapidana pengguna narkoba yang sudah menjalani masa hukuman di Lapasustik Banceuy, Bandung, yang mengalami depresi, dan akan menjalani masa bebas pada tiga bulan terakhir dari masa tahanannya. 3. Free Association adalah teknik dalam teori psikoanalisis yang digunakan oleh peneliti agar responden bisa mengungkapkan semua yang ada di dalam fikirannya, dari perasaan yang terpendam, pengalaman masa lalu yang ditekan hingga masuk alam bawah sadar dan berpengaruh kepada depresinya. 4. Therapeutic alliance adalah teknik yang digunakan peneliti dengan cara bersama-sama dengan responden, peduli, saling percaya, memberi rasa aman, sehingga responden mau mencapai tujuan treatment, yaitu hilangnya depresi dan siap secara mental untuk bebas dan kembali ke masyarakat. 5. Lapasustik adalah Lapasustik yang beralamat di Jalan Sukarno Hatta, Banceuy, Bandung.
19
C. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah WBP Lapasustik yang sedang menjalani masa tahanan dan 3 bulan jelang bebas. Jumlahnya sebanyak 41 narapidana: 17 orang akan bebas pada bulan Mei, 10 orang akan bebas pada bulan Juni, dan 14 orang akan bebas pada bulan Juli. Seluruhnya adalah pengguna, pengedar, dan bandar narkoba. Populasi diambil selama tiga bulan, dimulai dari bulan Mei hingga Juli, karena diambil berdasarkan asumsi bahwa mereka kebanyakan mengalami depresi saat menghadapi kepulangan. Mereka oleh peneliti diberi sejumlah pertanyaan terukur sebagai pre-test. Hasil dari pre-test ini, oleh peneliti dijadikan sebagai assesmen awal penelitian. Mereka yang mengalami depresi dijadikan sebagai sampel penelitian. 2. Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu teknik penarikan sampel dari anggota yang memiliki tujuan tertentu, dan sampel memiliki ciri khas tentang sifat-sifatnya. Dalam hal ini, adalah mereka yang menyalahgunakan narkoba dan mengalami depresi. Sampel peneliti ambil sebanyak 75 % dari total populasi. Hal ini berdasarkan persyaratan yang dikemukakan oleh Idrus (Muhammad Idrus, 2007), yaitu apabila populasi kurang dari 100 orang, maka sebaiknya peneliti mengambil 60 – 75% sebagai sampel. Hal ini juga senada dengan yang disampaikan oleh Gay (1998) yang menyatakan bahwa ukuran sampel yang harus diambil dalam penelitian eksperimental sekurang-kurangnya 15 subjek. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
20
a. Menentukan populasi target, yaitu program tahap akhir yang diberikan oleh Lapasustik, tiga bulan terakhir menjelang bebas. b. Melakukan assesmen terhadap WBP untuk menentukan narapidana yang mengalami depresi. c. Menjadikan WBP yang mengalami depresi sebagai populasi penelitian. d. Secara acak menentukan 75% dari total populasi penelitian. D. Instrumen Penelitian Skala pengukuran yang digunakan untuk depresi adalah skala depresi Walmyr (Hudson, 1992), the Zung Self-Rating Depression Scale (Zung, 1965), dan the Depression Beck Inventory (DBI) (Beck et.al, 1961). Untuk mengukur tingkat depresi WBP dalam penelitian ini, peneliti menggunakan DBI yang mengelompokkan depresi ke dalam beberapa tingkatan, yaitu:
Wajar (skor 1 – 10)
Gangguan mood/murung ringan (skor 11 – 16)
Garis batas depresi klinis (skor 17 – 20)
Depresi sedang (skor 21 – 30)
Depresi berat (skor 31 – 40)
Depresi ekstrem (skor > 40). Alasan peneliti menggunakan skala pengukuran DBI karena
skala ini telah banyak digunakan dalam berbagai situasi dan kalangan.Studi tentang depresi telah banyak dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat ukur DBI. DBI terdiri atas 21 soal dengan skor setiap soal, terendahnya nol dan tertingginya 3, sehingga dengan total soal 21 buah, maka skor tertinggi adalah 63 dan terendahnya adalah nol. WBP yang kemudian menjadi responden adalah yang memiliki skor di atas 17, karena skor 21
17 adalah skor garis batas (borderline) untuk depresi klinis. (kuisioner BDI, terlampir). E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Peneliti tidak menggunakan uji validitas, karena peneliti menggunakan instrumen dari DBI yang telah ada dan digunakan sejak lama oleh para ahli. Instrumen DBI telah dianggap sangat andal danmemiliki validitas yang sangat tinggi. Disamping itu, DBI sendiri memiliki validitas konstruk yang sangat baik. kedua puluh satu pertanyaan dalam DBI dapat dinyatakan valid karena dapat mengukur secara
tepat
apa
yang
akan
diukur,
serta
dapat
mengukur
karakteristikyang tidak didapatkan pada kriteria eksternal, yaitu depresi yang tersembunyi/laten (Magnusson, 1967, Cron Bach dan Meehl, 1955). Uji reliabilitas alat ukur, peneliti menggunakan koefisien reliabilitas split-half dan Spearman-Brown. Secara koefisien dan signifikan memiliki hubungan dengan rating klinis depresi dengan tingkat korelasi sebesar 60 sampai 90 dengan ukuran sampel bermacam-macam. Skor DBI juga reasonable dan significantly juga berkorelasi dengan dimensi biologis, elektro-fisiologis, psikososial, dan lintas budaya, tingkat depresi dan gangguan tidur. Analisis faktornya mengungkapkan tiga faktor interkorelasi, yaitu negative attitude suicide, physiological, dan performance difficulty.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Menyebarkan kuisioner dari DBI kepada responden. Hal ini sebagai pre-test untuk mendapatkan populasi, sekaligus mengetahui informasi awal tingkat kedalaman depresi WBP. 2. Melakukan Free Association kepada responden dengan cara membiarkan responden untuk berbicara apapun tanpa dibatasi, berbicara tentang apa saja yang ada di benaknya, difikirannya.
22
Setelah responden mengeluarkan uneg-unegnya, maka peneliti merangkum dan menyimpulkan masalah yang hakiki yang dialami responden. Setelah masalah ditemukan, maka tahapan berikutnya adalah melakukan Therapeutic Alliance, dengan membangun hubungan baik, membangun kepercayaan dengan responden secara lebih dalam, peduli, dan membuat mereka nyaman sehingga mereka bisa bersama peneliti mencapai tujuan dari akhir pemasyarakatan, yaitu agar siap kembali ke masyarakat dan berfungsi sosial secara tepat dan optimal. 3. Teknik yang sama dengan nomor 1 di atas juga peneliti lakukan pada post-test untuk mengetahui hasil akhir setelah kelak dilakukan treatment atau perlakuan dengan Free Association and Therapeutic Alliance.
G. Analisa Data Teknik analisis data yang peneliti akan gunakan adalah statistik kuantitatif, dengan tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Memeriksa alat ukur yang memuat hasil penelitian; 2. Menuliskan kode-kode pada kategori jawaban responden; 3. Membuat tabel pengolahan data yang terdiri atas: a. Tabel frekuensi b. Tabel himpunan data c. Tabel skor nilai. 4. Memindahkan data jawaban responden dari instrumen ke dalam tabel dimaksud. 5. Melakukan pengecekan ulang. 6. Mengelompokkan data. 7. Membuat kerangka pola analisis. 8. Menganalisis data secara kuantitatif. ***
23
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, David H. and Durand, V. Mark. 2009. Abnormal Psychologi: an Integrative Approach, 5th Ed., Wadsworth Cengage Learning, Belmont, United States. Beck. Beck's Depression Inventory Freud, Sigmund. 1914. The History of the Psychoanalytic Movement, Translation by A. A. Brill (1917), German original first published in the Jahrbuch der Psychoanalyse, 4., Translation first published in the Nervous and Mental Disease Monograph Series (No. 25), New York: Nervous and Mental Disease Pub. Co. Huprich, Steven Ken. 2009. Psychodynamic Therapy: Conceptual and Empirical Foundations, New York London, Routledge, 10th Ed., NY, US, 2009, the 1st Ed at 1966. John M. Oldham, M.D. et.al. 2001. Treatment of Recurrent Depression, Review of Psychiatry Series, Washington DC. United States. Miller. Lisa. 2006. Counselling Skills for Social Work, 1st Edition, SAGE Publications, London.UK. Onken, Ph.D. Lisa Simon. (editor). 1990. Psychotherapy and Counseling in the Treatment of Drug Abuse, NIDA Research Monograph 104, U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES, Public Health
Service,
Alcohol,
Drug
Abuse,
and
Mental
Health
Administration, Washington DC, United States. Saleebey, Dennis. 2001. Human Behavior and Social Environment: A Biopsychosocial Approach, Columbia University Press Publishers Since 1893, New York Chichester, West Sussex, Copyright 2001 Columbia University Press. Singh. Kultar. 2007. Quantitative Social Research Methods, Sage Publications, 1st Edition, New Delhi, India. Skues. Richard A. 2006. Sigmund Freud and the History of Anna O.: Reopening a Closed Case, Palgrave, MacMillan, NY, United States.
Smith. David Livingstone. 2003. Psychoanalysis in Focus, 1st Ed. Sage Publications, London. Sprenkle. Douglas H. (editor). 2005. Research Methods in Family Therapy, 2nd Ed., The Guilford Press, NY, United States. Thyer. Brush A. et.al. (editor). 2008. Comprehensive Handbook of Social Work and Social Welfare: Human Behavior and Social Environment, Vol 2., JohnWiley & Sons, Inc. New Jersey, Canada. Velmans. Max. (Editor) 2000. Investigating Phenomenal Consciousness: New Methodologies
and
Maps,
John
Benjamins
Publishing
C.,
Amsterdam/Philadelphia. http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/perundangan/2008/12/24/uu-narkotika.pdf, downloaded at December 31th 2013. http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/download_pdf.php?pdf=uu5_1997. pdf, downloaded at December 31th 2013. http://en.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud, downloaded at December 31th 2013.
LAMPIRAN
The Beck’s Depression Inventory (BDI) This depression inventory can be self-scored. The scoring scale is at the end of the questionnaire. 1 0 I do not feel sad 1 I feel sad 2 I am sad all the time and I can't snap out of it 3 I am sad all the time and I can't snap out of it 2 0 I am not particularly discouraged about the future 1 I feel discouraged about the future 2 I feel I have nothing to look forward to. 3 I feel the future is hopeless and that things cannot improve. 3 0 I do not feel like a failure 1 I feel I have failed more than the average person. 2 As I look back on my life, all I can see is a lot of failures 3 I feel I am a complete failure as a person 4 0 I get as much satisfaction out of things as I used to 1 I don't enjoy things the way I used to 2 I don't get real satisfaction out of anything anymore 3 I am dissatisfied or bored with everything 5 0 I don't feel particularly guilty 1 I feel guilty a good part of the time 2 I feel quite guilty most of the time 3 I feel guilty all of the time 6 0 I don't feel I am being punished 1 I feel I may be punished 2 I expect to be punished 3 I feel I am being punished 7 0 I don't feel disappointed in myself 1 I am disappointed in myself 2 I am disgusted with myself 3 I hate myself 8 0 I don't feel I am any worse than anybody else 1 I am critical of myself for my weaknesses or mistakes 2 I blame myself all the time for my faults 3 I blame myself for everything bad that happens
9 0 1 2 3
I don't have any thoughts of killing myself I have thoughts of killing myself, but I would not carry them out I would like to kill myself I would kill myself if I had the chance
0 1 2 3
I don't cry any more than usual I cry more now than I used to I cry all the time now I used to be able to cry, but now I can't cry even though I want to
0 1 2 3
I am no more irritated by things than I ever was I am slightly more irritated now than usual I am quite annoyed or irritated a good deal of the time I feel irritated all the time
0 1 2 3
I have not lost interest in other people I am less interested in other people than I used to be I have lost most of my interest in other people I have lost all of my interest in other people
0 1 2 3
I make decisions about as well as I ever could I put off making decisions more than I used to I have greater difficulty in making decisions more than I used to I can't make decisions at all anymore
10
11
12
13
14 0 I don't feel that I look any worse than I used to 1 I am worried that I am looking old or unattractive 2 I feel there are permanent changes in my appearance that make me look unattractive 3 I believe that I look ugly 15 0 1 2 3
I can work about as well as before It takes an extra effort to get started at doing something I have to push myself very hard to do anything I can't do any work at all
0 1 2 3
I can sleep as well as usual I don't sleep as well as I used to I wake up 1-2 hours earlier than usual and find it hard to get back to sleep I wake up several hours earlier than I used to and cannot get back to sleep
16
17 0 1 2 3
I don't get more tired than usual I get tired more easily than I used to I get tired from doing almost anything I am too tired to do anything
0 1 2 3
My appetite is no worse than usual My appetite is not as good as it used to be My appetite is much worse now I have no appetite at all anymore
0 1 2 3
I haven't lost much weight, if any, lately I have lost more than five pounds I have lost more than ten pounds I have lost more than fifteen pounds
18
19
20 0 I am no more worried about my health than usual 1 I am worried about physical problems like aches, pains, upset stomach, or constipation 2 I am very worried about physical problems and it's hard to think of much else 3 I am so worried about my physical problems that I cannot think of anything else 21 0 I have not noticed any recent change in my interest in sex 1 I am less interested in sex than I used to be 2 I have almost no interest in sex 3 I have lost interest in sex completely. INTERPRETING THE BECK DEPRESSION INVENTORY Now that you have completed the questionnaire, add up the score for each of the twenty-one questions by counting the number to the right of each question you marked. The highest possible total for the whole test would be sixty-three. This would mean you circled number three on all twenty-one questions. Since the lowest possible score for each question is zero, the lowest possible score for the test would be zero. This would mean you circles zero on each question. You can evaluate your depression according to the Table below. Total Score Levels of Depression 1 – 10 These ups and downs are considered normal 11 - 16 Mild mood disturbance 17 - 20 Borderline clinical depression 21 - 30 Moderate depression 31 - 40 Severe depression Over 40 Extreme depression ***