-
VIII. P E W M U HARGA HARGA
Sesuai dengan Mnisi, NTP
merupakan nisbah antam harga yang
dierima p h n i (HT) dan harga yang dibayar petani (HB), maka perilaku NTP
sangat dipenga~hi oleh perilaku harga h a w tersebut Harga yang diterima petani (KT)
rnenrpakan harga tertimbang dari harga-harga komoditas
penyusunnya, yaitu h a w padi, harga palawija, h a w sayuran, harga buahbuahan dan harga tanaman perkebunan rakyat. Harga yang dibayar petani
(HB) menrpakan harga tertirnbang daii krgaharga pmduk konsurnsi dart biaya produksi. H a w pmduk konsurnsi menrpakan h a w tertknbang dari k r g a
pmduk konsumsi makanan dan h r g a pmduk non makanan, dan harga I biaya pmduksi menrpakan harga tertirnbang ban' harga pupuk, upah tenaga kerja dan
harga input modal lainnya. Perhku masing masing harga-harga tersebut akan diuraikan berikut. Analisa perilaku h a w dilakukan dengan menggunakan data
harga nominal bukan dalam bentuk indeks.
8.1.
Harga Padi ( H-PADI)
Harga padi menrpakan harga pmluksi padi yang dijual petani e l a m bntuk Gabah Kering Giig (GKG) dingkat petani. P&ku pe&
hrga padi e l a m
tahun 1987-1998 &lam bent& nilai dugaan regmsi termntum dahm
Tabel 55. Perkembangan harga padi tercantm dalam Gambar 24.
Gambar 24. Perkembangan Harga Gabah Petanl Di Jebar, Harga Dasar Gabah, Harga Beras KUD, Harga Berar FOB Bangkok den Harga Border Beras Tahun 9987-1999
Tahun
Secara
umum
perkernbangan
harga
padi
fluktuatif
dengan
kecenderungan mengalami peningkatan, Pada masa laisis (setehh bulan Juli 1997)
telah tetjadi peningmn harga padi petmi secara nyata disebagian
besar propinsi s e p d d~tutyukkan deh nilai kofesien dugaan parameter DK
positip nyata. Penganrh psitip npta dijumpai di propinsi Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, DIY, Jatim, NTB, Kalsel dan Sukl. Kecenderungan
penganrh positip (tidak nyata) tetjadi di Aceh dan Jateng dan kecenderungan pengafuh negatip terjadi di Bali dan Sukn Berdasarkan ksaran nihi dugaan
peubah boneka penganth W i (DK) juga dapat pula dilihat pemndingan Elatif pengaruh kejadin krisis temadap kenaikan harga padi antar wihyah, dimana
pengaruh positip terbesar dijumpai di Kalsel, DW, Jabsr dan Lampung. Nilai Dugaan Regresi dan Dampak Krisis Terhadap Harga Padi di Tingkat Petani di 14 m i , Tahun 1987 - 1998 lntenep
Jabar
/
T
T2
I
T"
I
DK
I ~dj.@
Dari analisa untuk melihat faktor4aktor yang mempengaruhi harga padi, disirnpulksn bahwa disemua proptnsi harga padi ditingkat petani secara nyata berkorelasi positip dengan
harga dasar gabah yang diitapkan pemerintah
namun t i a k berkorelasi m nyata dengan produksi padi, kewali di Aceh (Tabet 56). Kondisi ini menggambarkan bahwa harga dasar yang ditetapkan
pemrintah telah menjadi acuan dalam penetapan harga gabahl padi ditingkat
petani. Tabel 56. Faktor Yang Mempenganrhi Pembentukan Harga Padi Petani I
HargaDasar Gabah
1
184,547-
I Lampung 1
197,432"*
1 Aceh
Jatenp
135,824-
DIY
1O8,99OM*
Subd
Keterangan :
-
Produksi Padi
Adj. R~
73,981"
= nyata pa
Sementara itu harga dasar gabah yang ditetapkan pemerintah mempunyai komlasi kuat dan nyata dengan harga dasar b r a s di t i g h t KUD.
Pada masa W u r n kepdian krisis Harga Dasar Gabah (HDGA8AH) dan
Harga Dasar Beras di KUD (HBRKUD) tersebut mempunyat kmlasi yang kuat
dengan harga beras dunia (HBRDUNIA), namun pada masa setelah Msk beras hubungan tersebut tidak nyata (Tabel 57). T d k terkaiya hgi hubungan
antara HDGABAH dan HBRKUD dengan HBRDUNIA setelah kejadian kfisis moneter tenrtama bedmiitan dmgan fluktuasi I naiknya nitai rnata uang asing tenitam Mar terhadap nrpiah. Hubungan antara harga gabah ditingkat petani, harga dasar gabah, harga beras di KUD , harga beras dunia dan harga beras "bwder" terangkum dalam Tabel 58 dan Gambar 24.
Tabel 57.
Hubunclan Antara Hama Dasar Gabah (HDGABAH), H a m Beras KUD (HBRKUD) dan karga Beras ~ u n a(HBRDUNIA) -
Periode Sebelum Krisis
1 ~ d j . @1
Persamaan tlDGABAH= 1,825" + 0,609" HBRKUD
0,995
HDGABAH=2,892"+0,614"HBRKUD-0,WT"HBRWNlA
0,9B
HBRKUD = 78,236' + 0,833 "HBROUNIA Setelah K h k
HDGABAH = 141,783" + 0,544"" HBRKUD
HBRKUD = 1402,980" + 0,192" HBRDUNlA
--
HBRWNtA addhkp w l b b -25% =wpadathmw=m
-:
=*plbatwdWm=-
=
W
@
h = e i d a k m
~
~
0,019
kdrrm
~
P
-
0
Penetapan harga dasar gabah okh pemerintah ditujukan untuk membankr petani mempemleh tingkat haga yang memadai, tenrbrna pada saat
panen. Harga dasar dapat dianggap sebagai harga gabah terendah ditingkat petani yang diniiai %jar* dan sdayaknya ditderir agar usatsatani padi masih
mempemleh insentif secara rnernadai sehingga petanl tetap terangsang untuk
benisahatani padi. Ini befarti harga gabah di tingkat petani yang diharapkan selayaknya minimal sama dengan tingkat harga dasar yang daetapkan tersebut.
Oengan demiki8n maka efetidak semata
sebagai
dad diberhkukannya harga dasar
didasarkan kepada peran dari harga dasar gabah tersebut
acuan dari harga
gabah di tingkat petani, namun juga berkaibn
dengan efeMifttas kebijaksanaan penerapan hama dasar tersebut untuk dapat
menjamin agar harga dasar gabah ditingkat petani minimal sama dengan tingkat harga dasar.
Antara h a p dasar gabah ditingkat petani dengan harga dasar gabah yang dibeli BUtOG/ DOLOG terdapat
kmlasi yang sangat kuat, dengan
demikin dinamika dari harga dasar gabah petani tercermin pula dari dunamika
harga pemMian B r a s oleh B U L W DOLOG. Dari Tabei 58 tedihat bahwa
datam tahun 1987-1999 harga dasar pembelian besar oleh BULOG lebih rendah dari harga b r a s bosder sebagai nilai irnbangan (opportunity cost) dari
haqa beras. Secara rataan krga dasar bras hanya 83,8 persen davi harga bems border. Atau krarti selama hi petani telah memberikan subsidi yang
cuhp besar (rataan
16.2 persen) terhadap konsumen dalam penyediaan
bras. Pertani juga telah mensubsidi kepada negara b e r k a i dengan peran dan komnannya untuk
menerima harga berm yang W h mumh
kepentmgan pengendalian inflasi dan pammeter kebqaksanaan
penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
kondusif bagi berkembangnya kegiatan lain.
bagi
makm lain,
serh penciptaan suasana yang
Tam 58. Perlrembangan Harga Hems Dunia, Harga Beras Border, Harga Bems Non KUD Dan Harga Oasar Gabah Petani Tahun 1987 -1899
Tahun $h
11m
1I
k t g a Oasar Gat& Pelmi
Harga m r Pembekn Beras Bulog I Ookg
hrga bras Bordm-2)
Harga berm dunk Fob Bangkok 1)
1~ I
1-
I
1ww
H.Border
j-
I
FaMor penting lain bewitan dengan penerapan kebijaksanaan h a w dasar gabah adalah tingkat efeMifitas dati penerapan kewksanaan m u t .
Kebijaksanaan harga dasar gabah dinibi efeW apabila harga gabah dingkat
petani berada minimal sama dengan harga char tersebut Dan' hasil anak'sa
s e w temntum dahm Tabd 59 dan 60,terfihat b a h a &lam tahun 19871998 secara rataan pnwentase harga gabah dlbngkt petani lebh tinggi dari
tingkat harga dasar yang ditetapkan pemerintah. Walaupun rataan kurnulatif
prosentas0 sdisih harga gabah ditingkat petani twhadap harga dasar gabah negattp (Tabel Lampiran 32 dan Tabel Lampiran 33).
Tabel 59.
Rataan Tahunan Pmsentase Selisih barang Harga Yang Ditetima Petani Terhadap Harga Dasar Gabah Tahun 1987-1998 (Prosen)
Oalam Tabel 60 terlihat bahwa daiam penale tahun 1087-1998, secara
rataan dalam satu tahun terdapat 9 bulan dimana nilai Haga Gabag Petani (HGP) bmda d i s Harga Dasar Gabah (HDGABAH) dan hanya 3 bulan
berada dbawah HDGABAH (Tabel 60).Dengan demhan seas kumulatif rataan tahunan selisih
antara Harga Gabag Petani terhadap HDGABAH
tersebut p i t i p , namun dibeberapa daerah sentra prnduksi padi temtama
Jateng, Di Yogya, Bali, NTB dan Sulsel, rataan tahunan psentase HGP terhadap HDGABAH negatip.
Tabd 60.
Rataan Bulanan Seliih Harga Gabah Petani dengan Hama DasarGabah di 14 PmpinsiTahun 1987-1998 ( % )
14.8
15.0
15.8
19.0
142
14.8
3.0
2.6
4.3
6.4
4.0
5.3
-3.0
-2.5
-2.5
1.0
-2.7 4.8
33
4.4
6.8
9.9
7.9
10.3
Data Harga Gabah Petani diolah hiSiafistik Harga Produsen, BPS.
Persalahannya adalah bahwa pada period0 3 bulan kejadian HGP dibawah HDGABAH teijadi pada bulan Maret sampai Mei, yaitu masa panen
raya padi petani, dimana petani sebagian besar menjual gabahnya. Dengan
demikian rnaka pada p e M e 3 bulan tersebut sebenarnya arti dari penerapan HDGABAH bagi petani. Seam rataan dari ke tga bulan tersebut harga gabah
p b n i berada HDGABAH
2.7 persen dibawh HDGABAH.
yang dietapkan pemerintah
Dengan asumsi bahwa
sebesar 83,8 persen &ti
haw
pafitasnya, maka berarti petani hanya menerima $ M a r 81.6 persen dari yang
Dari T a w 59 juga terlihat bahwa masa krisis (setelah bulan Juli 19971, kejadian ketidak efeMifan penerapan HDGABAH &lam
mengangkat HGP
justnr semakin nyata. Pada penode tahun 1997-1998 kepdian HGP dibawah HDGA8AH terjadi hampir sernua propinsi bemamaan dengan bredamya
beras murah program JPS pangan, dan pada saat yang sama pmduksi padi petani dan pendapatan petani diperburuk deh kegagalan panen akibat kejsdian
kekeringan panjang, sebagai dampak dari fenomem iklim global El-Nino. Dari Tabel Lampiran 32 dan 33 , terlihat bahwa nilai selisih antara HGP
dan HDGABAH tertinggi dijumpai pada bulan Novembsr dan Desernber. Selisih Wnggi HGP terhadap HDGABAH clapat mencapai antara Rp 30
sampai
Rp 55 kg GKP.
merangsang petani untuk
Nlai selisih tersebut Mranya rnenunda
belum rnarnpu
menjual gabahnya pada saat panen,
menyimpannya dan mnjuainya pada harga yang febih baik.
8.2.
Hnrga Palawija (H-WUA) Harga
palawija
menrpakan
haw
tertimbang dari harga-harga
sekelompok (bundei) komodiis palawija yang diusahakan dengan pembobot
nilai masing masing palawija yang dijual petani. Bundel kormdiitas setiap
pmpinsi dapat bertwda tergantung dari sumberdaya masing masing. Perkembangan H-WIJA tahun
1987-1998
fluktuatif dan disebagian
besar pmpinsi (kwali Jabar) mengikuti @a m
i Cubic. Perilaku harga
pabwija yang mengikuti model kuadratik wperlhatkan perkembangan harga
harga palawija di Jabar dengan laju lebh tinggi dari pmpinsi lainnya (Tabel 61). Tabel 61. Nilai Dugaan Regmi dan Oampak W s Terhadap Harga Palawija di Tingkat Petani di 14 pmpinsi, Tahun 1987 - 1998 1 1 I 1 I
Lam~ung .la bar
Kakel Sulut
Sukel -:
Pada masa laisis telah tetpdi penngkatan WWJA di sekrruh pmpinsi contoh. Peningkatan semm nyata di sebagian besar propkrsi, kecuali di Aceh
dan Jateng. Laju peningkatan ham p a l m pada masa krisis M b f i lebih besar twadi di pmpinsi DW,NTB, Bali, Kalsek JaMr dan Sulut ( Tabel 61). Oari has1 analisa tentang faktor
pama,
-or
yang mpengaruhi harga
disknpulkan di sernua propinsi terdapat
hubungan positip nyata
antara h a w palawija dengan HB. Sementara dengan harga padi hubungan
tersebut tidak konsisten. Hubungan positip nyata antam harga p a m a dengan
harga padi teijadi di propinsi Sumut, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Bali, Kalsel dm Sulut. Di pmpinsi NTB dan Sulut hubungan tersebut negatip
nyta, sernentara di pmpinsi A a h , Sumbar dan Jatim Mak nyata rabel62).
Tabel 62. f aktor Yang Mempenganrhi Harga P a m Digkat Petani Intersep
Harga Padi
A~eh
9277"
-9,976
28,813""
Sumut
17228-
81,020"
22.W"
Sumbar
-242
-3,828
48,878"
Sumsel
-15615-
82,3011"
7,035"
Lam~lJng
19421"
44,559"
5,425"
Jakr
4689"
22,927"
Jateng
15916-
79,723"
15,20511,057"
DIY
-27457"
84,169"
27,017-
Jah
-1 7 0 8 F
3,849
30,087"
Pmpinsi
HB
8aY
5474"
121298"
15,695-
NTB
4554"
-82,Wm
70,024"
Kakl
-20387"
89,908-
41,645-
Sulut
-3M51"
-1 28,364-
74,903-
5353"
40,803-
17,712-
Sutsel Kbrangan :
--
Adj. R~
= nyata peda tinght npta 99
=mpmhtingkatnyeta95~
=~pada&gWnyatasOpelsen
83.
Harga Saywan ( HWYUR) Harga
sayumn
merupakan
harga
tertimbang
dari hargaharga
sekelompok (bundel) komodiis sayumn, dan seperti halnya palmija bundel
komodis sayuran dari setiap propinsi dapat beibeda tergantung dari sumberdaya masing masing. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa di sebagian besar ppinsi (kecuali Sumsel ) perkembangan harga sayuran
mngikuti model tqmsi Cubic ( Tabel 63). Namun demikian d a w n melihat
tingkat nyata dugaan parameter dan Adj. R~ adanya kecendelungan perkembangan harga sayuran lebih flubatif dibandingkan harga palmi@. Tabel 63. Nilai Dugaan Regmsi dan Dampak Krisis Tedmdap Harga Sayuran ~pinsi,Tahun 1987 I
Sulut
1 OOW* 1 127.128 1 18.095*
1 0.069" 1 584.362- 1
Kejadian krisis tdah meningkatlran HSAYUR
0.920
1
seeam nyata di sebagian
besar propinsi, yaitu Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, DIY, Jatim, Bafi, NTB dan Sulut, sementam di K a M pengaruh tersebut negatip nyata. Di
p w n s i lainnya yaitu Aceh,
Jateng dan Sulsei peritaku harga pada masa
setelah Wis tidak berbeda nyata dibanding sebelum krisis.
Oari hasil analisa seperti temntum dalain TafA 64, terfihat tidak adanya hubungan yang konsisten antara harga sayuran dengan harga padi dan indeks
h a m yang dibayar petmi pedesaan. Hubungan negat~pnyata antam harga sayuran dengan harga padi dijumpai di propinsi A&, DIY, Bali
Sumut, Sumbar, Jateng,
dan NTB. Sementara di Surnsel, Lampung, Kalsel, Sulut dan Sulsel
arah hubungan tersebut positip nyata sedangkan di Jabar dan Jatim Mak nyata. Tabel 64. Faktor Yang Mempenganthi H a w Sayufan Ditingkat Petani Propimi
Harga Padi
lntersep
Aceh
-19216
-256,474c'
Sumut
22073"
-245,475"
Sumbar
-1 3897"
Sum1
64857"
-2932652,764-
~ ~ P U W
57413"
Jateng
1
1059
HB
49,474"
/
-71,442"
Hubungan antam haw sayuran dengan HB pas@ nyata di hampir semua propinsi kecuali Sumsel. Kondisi ini memkrikan indikasi bahwa
pergerakan harga sapran cendenmg diatur obh pasar dan dipengaruhi deh harga harga konsumsi lain.
Harga Buah-Buahan (H-BUAH)
8.4
Harga buah-buahan mtupakan harga tettimbang dari harga-harga
sekebmpok (bundel) komodis buah-buahan yang dkrsahakan I dijual petani. Adanya fiuktuasi dari harga buah-buahan tmrmin dari dugaan regmi yang
mengkuti model Cubic s e w Mrcantum dalam Tabel 65. Tabel 65.
Nilai Dugaan Regmsi dan Dampak Krisis Terhadap H-BUAH di Tmgkat -~etanidi 14 pmphSj, ~ a h u n1987 1998
-
P ~ n s i lntersep
T
T~
T~
~ d j . ~ ~
DK
Aceh
362.128-
3.875"
4.051"
0.000"
0.271
0.968
Sumut
121.934"
Ed.-
0.7F
0.003"
I.M4*
0.898
Sumbar
471.074"
7.078-
0 . 110"
0.001"
0.923"
0.977
Sumsel
493.448"
23.512"
4,255"
0.001"
3.181"
0.960
Larnplng
253.518""
3 . 1 P
0.005
0.000"
0.506"
0.991
Jabar
430.607
3.187"
0.010
0.000"
0.879"
0.969
Jam
434.584"
2.308"
0.004
0.000-
1 4.408"
0.9W
C3PI
315.089"
3.235-
-0.060"
0.001"
0.351"
0.985
Jatim
542.737"
2.589
0.001"
-0.192
0.987
8aE
307.983-
25.32S"
4.049* 4.327
0.001"
1.188"
0.942
NTB
10.133"
0.1 55"
8.459"
4.148"
0.001" 0.001"
-11.735"
Kalsel
283.184" 239.701"
0 . 6 7
0.963 0.920
Sukrt
179.134"
4.395-
0.000"
1.150"
0.918
Sum
371.792-
4.351
0.040" 4.052-
0.001-
0.353
0.984
-:
-=roabrpPha~mwm
-
" =wm-m=P=-
r
=rr/2.-mmwI== =
~
~
~
)
~ < = ~ b w m l a d a n r p ~ k ~ ~ ~ d u l ~ ~ ~ m
Dari besaran nilai dugaan parameter dapat dikemukakan bahwa
pergerakan HBUAH rnengabrni k e n a h cukup besar pada periode awl, kemudin menurun dan kemba%meningkat dengan Laju yang rendah.
Kejadian krisis telah meningiratkan harga buah-buahan disebagian besar
propinsi. Pengaruh positip nyata tejadi di prapinsi Sumut, Sumbar, Sum@, Lampung, Jabar, DIY, Bali, Katsel dan Wut, S8mentara di Jateng dan NT'B pengaruh tersebut negatip nyata; sedangkan di propinsi Aceh, Jatim d m Sulsel
Mak nyata. Dan analisa faktor yang mempmgamhi harga buah, terdapat hubungan
nyata antara harga buahbuahan dengan indeks harga yang dibayar
psitip
konsumn pedesaan (HB) seperti temntum dalam Tabel 66. Tabel 66. Faktor Yang Mempengaimhi H-BUAH Dltkrgkat Petani Pmpinsi
lntersep
Harga Padi
Adj. R~
Ac8h Sumut
Sumbar Suml
hwuw Jabar
Jateng
DIY Jah
8a li NTB KaM
Sulut Suisel -:
Kecenderungan hubungan
posipip juga teqadi
antam harga buah
'
dengan harga padi disebagian Msar pmpinsi, kecuali di Aceh. Penganrh poatp
nyata dari harga padi terhadap h a w buah-buahan teijadi di pmpinsi Sumut, Sumsel, Lampung, Jateng, Jatim, Bali,NTB, Kalsel dan Sulsel, sementara di
Sumbar, Jabar, DIY dan Sulut positip tidak nyata (Tabel 66).
8.5.
tiarga Tmaman Perkebunan Rakyat (H-TPR)
Harga tanaman perkebunan rakyat (H-TPR)
merupakn hargs
tettimbang dari hargaharga sekelompok (bundel) komoditas tanaman
perkebunan rakyat yang diusahakan dengan p e r n m t nilai masing masing komcditas pekebunan yang dijual petani. Bundel komoditas setiap pmpinsi dapat brbeda tergantung dari sumberdaya masing masing. Hasil analisa
regmi seperti terangkurn daIam Tabel 67, menunjukkan bahwa perkembangan H-TPR rnengikuti model regresi Iruadratik ( Sumut, Sumsel, Jabar, Jateng, DIY, Kalsel, Sulut dm Sulsel) dan model Cubic ( Aceh, Sumbar, Lampung, Jam, Bali
dan NTB).
Dengan didasarkan kepada arah dari nilai kcefesien peubah T, kecuali
Sulsel. perkembangan H-TPR menurun. Kejadian krisis blah meninghtkan harga tanaman perkebunan rakyat di sebagian besar pmpinsi, kecuali di Jatim
dan NTB flabel 67).
Tabd 67. Nihi Dugaan Regresi dan Dampak W s Terhadap Harga Tanaman Perkebunan Rakyat, di 14 propinsi, Tahun 1987 - 1998
Aceh
Surnut Sumbar
Sumsel
L=vwl Jabar Jateng
DIY Jah
BaE
NTB Kalsel
sulut Sukl -:
Dari hasil analisa untuk rnengidentifkasi faktor yang mempengaruhi HTRP sepert~ temantum dalam Tabel 68, teriihst tidak adanya hubungan yang
konsisten antam H-TPR dengan h a ~ am i dan indeks harga yang dbayar
petani pedesaan. Hubungan negatip nyta antara H-TPR dengan harga padi dijumpai di propinsi Aceh, Surnut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Kalsel dan
Sulut. Sernentara di daerah JabarJateng, DIY, Jatim, Bali, NTB dan Sulsel, hubungan antam H-TPR dengan harga padi positvp nyata. Hubungan afltara HTPR dengan HB di sebagian besar propinsi positip nyata kecuali di Jatim, 8ali, NTB dan Sulsel.
195
Tabel 68. Faktor Yang Mempengaruhi H-TPR Diingkat Petani
lntmep
Harga Padi
Aceh
110231"
Sumut Sumbar
Pmpinsi
HB
Adj. R'
342,157-
91,121-
0,6931
22994"
-227,532"
60,513"
0,7474
39982"
-13,874-
11~,857-
0,7497
256,621" 71,201"
0,8322
SUWI
-1Mrn 491,441-
bm~ung
181457"
481,813'"
Jabar
58120"
64,121'
17,503-
0,8475
Jateng
106271"
83,379"
5,154-
0,5488
5454-
21,485*
MY
0,6754
1,823
0,5515
2201494"
493,075"
-31,W
0,3367
BaC
58157-
510,936-
6,833"
0,7383
NTB
3395"
212,77SlM
-21,530-
02382
Kalsel
30063-
84,751-
24,ns"
S~lut
41727-
-17 8 , 4 7 F
47,828"
0,8043 0,3233
SUM
141716"
546,660"
-73,064-
0,7253
Jah
Harga produk makanan menrpakan merupakan brga tertirnbang dad p d u k makanan yang
diE dan dkonsumsi deh petani. Oalam kebrnpok
pmduk kmsumsi makanan ini
mencakup sub kelompok padmdian dan
penggantinya (serelia), sub k e l m p k daging, ikan dan unggas, sub kelompok susu ,telur dan minyakrlemak, sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok
buah-buahan, sub kelompok kacangkacangan, dan sub bbmpok lain-lain makanan dan minuman. Mastng masing harga sub kelopok juga merupakn
-Qyep d g ~ b !q!u u yelo U B ~ W I L I E !teqLuw ~ ! ~ ) uwyfiu~uad
/ p m ewad eped ueley&rued uwr?unuaur ) I ~ H ue6uquleyled uinlun
866 t - L86 1 M U U ' l ~ ~ l PhC d!P !uWd W ~ U!P U UeuWeW !swrrsuo)l she14 d e p w e l s ! s!s~l)tyedu~ea ~ uep !sa6ea u~e6n0!EI!N'69 p q e l '69 l q U W W P
urfqume1wadas ues6np - 1
es!leue l!seq wades qqn3 lepou~ pq!6ueu1
Menp(ny 6uruapuao ueueyetu !slunsuoy y n W m e q nyeluad ' t um!dwel 1-1 uqep I W ! !v&s ~
'ynpard de~eqaqo ~ pebeu 6ueq~!valebw
Kqadian lcnsis secam umum telah meningkatkan harga produk konsumsi
rnakanan ditingkat petani secam nyata di 14 prophsi, seperti teriihat dari nibi koefesien dugaan parameter DT bemifai psitip nyata. Bsrdasarkan besaran
nilai dugaan parameter DT tersebut secara relatif kenaikan t m r terjadi di propinsi Kalsei, Jatim, DIY dan Jabar.
8.7.
Harga Non Makanan ( H-NMAK) Harga produk non makanan merupakan merupakan harga tertirrbang
dad harga konsumsi rumahtangga dari kelompok konsumsi perumahan, pakaian
dan anek barang dan jaw. Harga dari masing masing kebmpok konsumsi
non makanan merupakan harga terimbang dari harga sub kelompok dan dedkin setenrsnya harga sub kelompok merupakan harga termbang dari
harga produk konsumsi datam kekmpoka tersebut. Komponer! p d u k pembentuk masing masing temntum dalam Tabel Lampiran I. Dad model dugaan untuk melihat perilaku harga produk non makanan
sebeglan besar mengikuti model Cubic, kecuali di Lampung, Jabar dan Sumsel yang mengikuti model hadmtik; serta di Sumsel yang mengikuti modd Limier
nabel 70). Dari perilaku H-NMAK yang mngikuti model dugaan wbic, kearali di Bali umumnya menunjukkan perilaku kenaikan harga pada periode awal /
mulai tahun 1987 (seperti digambarkan ofeh nilai positrp dari kofesien T), Lab menurun (dimbarkan oleh niiai negatlp dari koefesien T ~ dan ) diikuti deh peningkatan kembali (digambarkan oleh nilai negatip dari kdefesien T?.
Sementara dari perilah harga N-MAK yang mmgkuti model kuedratik dan
Linier terlihat kejadin kensikan harga sec=arakonsisten, Kepdlan loisis secara umum telah meningkatkan harga prod& konsumsi
mn makanan diigkat petani secara nyata di 14 propinsi, s e w tdihat dari nilai kmfesien dugaan parameter
DT bema positip nyata. Berdasarkan
hsamn nilai dugaan parameter DT tersebut secara mlatii kenaikan te-sar tejadi di propinsiJatim, Kalsel, Jabar, DIY dan Acah.
Tabel 70.Nilai Dugaan Regmi dan Dampak Krisis Tedwdap Harga Pmduk Non ~akanandi-~mgkatPetani di 14 propinsi, Propinsi
~rttersep
T
T'
P
8.8.
Harga Pupuk (HPUPUK)
Dalam tinjauan pustaka diuraikan bahwa selama ini harga pupuk dikendafikan oleh pamerintah melalui pmhpan harga eceran tertinggi ditingkat
petani. Penetapan harga tersebut dilahkan sehp tahun dan terus meningkat. Kondisi ini t e m m i n pula dad perilaku harga pupuk yang dibayar oseh petani
seperti dari hasil dugaan parameter model perihku harga pupuk seprti
Nilai Dugaan R e g ~ s dan i Dampak K M s Terhadap Harga PupukTfngkat Petani di 14 pmpinsi, Tahn 1987 - 1998.
1 Propinsi
Aceh
Sumut Sumbar Suml
I;,
hmww Jabar
km
sulsel
m:
Dalarn analisa ini h r g a pupuk yang dibayar petani menyakan harga tertimbang dari harga pupuk Uma dan TSP. S w r a umum perilaku harga pupuk yang dibayar petani
secara mmdai dapat diduga dengan W d
dugaan pob kuadratik. Oari hasil dugaan -but t m s meningkat dengan laju semakin tinggi
terlihat bahwa harga pupuk
s e w t m i n dari
nilai
kaefesien dugaan paremeter T dan T ~ .Pada masa krisis harga pupuk yang dibayar petani meningkat seperti terlihat dari nihi posrtip dari kofesien parameter DT. Peningkatan secara nyata harga pupuk pada masa krisis tejadi di sebagian
besar pmpinsi kecuali di Larnpung, Sulut dan Sulsel.
8.8.
Upah Tenaga Kerja (UPAH) Perilaku upah tenaga keqa tercermin dari model dugaan pemmeter
seperi tercantum dalam Tabel 72. Searah dengan perkembangan harga pupuk, upah tenaga kaja manusia juga menunjuldtan laju peningkatan s e w temtmin dari nilai posrttp nyata dari kofesien dugaan parameter T ~ ,walaupun pada
periode awal ( tahun 1987)
terdapat kecendenrngan penurunan upah
dibeberapa propinsi. Pada masa Msis #cam umum telah mningldkan upah
tenaga kerja di sebagian besar pmpinsi, keouali di Lampung dan NTB. Di
hmpung dan NTB upah tenaga kaja secara nyata mermnjuldran psnunjukkan
penunman. Kecenderungan penunrnan (kofesien negatip Wak nyata) juga twjadi di Jabar.
Jabel 72.
Nilai Dugaan Regresi dan Dampak Krisis Temadap Upah T.Kerja Tingkat Petant di 14 propinsi, Tahun 1987 - 1998. P-1
T
TZ
OK
ISumut Sumbar
Suml
I
1
I-a~puW Jabar Jateng
DIY Jrn 1
Sulut KiederaFBsl:
8.10. Harga Modal (H-MODAL)
Dahm analisa ini harga Modal menrpakan haqa dari bamng mcdal yang
digunakan ddam proses produksi ,yam canglrul, arit dan lainnya. Harga barang modal oendenrng meningkat, narnun
laju perkembangamy8 antar daerah
b e m a . Laju peningkatan harga modal positip nyata tetjadi di propinsi Aceh, Surnut, Jateng,
DW,Jatim,
Bali dan -1;
sementara di propinsi Sumbar dm
NTB menunm. Kecendenmgan penurunan juga teqadi di Sumsel, hmpung ,
Jabar, Sulut dan Sulsel( Tabel 73).
Tabel 73.
Ndai Dugaan Regresi dan Dampak Krisis Tehadap H a w Modal Tingkat Petani di 14 pmpinsi,Tahun 1987 - 1998.
Aceh Sumut Sumbar Sumset
Lampuw Jabar
Jateng DIY
Jalim BaC
NTB Kabe1 Sulut
Sulsei I
Keterangan :
I
" = nyahpadaingkatnyata99-
I
95 persen = n y h pada tingkat = nyam pa& CngM nyata 90 ~ I M T = waldu(bulan,Mun) DK = m b a h bmka dernpmk krisig ( W m dan &h
4
Jui 1997)
Pada masa krisis tejadi penhgkatan harga barang modal seam nyata di
propinsi Sumut, Sumbar, Sulsel, DIY, NTB, Kalsel dan Sulut. Keeendenmgan
peningkatan harga barang modal juga ter)adi di propinsi Jabar. Sementara di propinsi Lampung, Jatim dan Bali menunjukkm penunman dengan tam nyata, dan kecenderungan penurunan harga di pmpinsi Aoeh, Jateng dan Subel.
8.11. Rangkuman
Oari uraian diatas dapat dirangkum sebagai berikut : 1.
Secara umum perkembangan harga-harga komoditas pertanian dalam Tahun 1987-1998 fluktuattf
mengikuti model Cubic. Pola pergerakan
harga komoditas pertanian tersebut
kecuali pada Harga Komoditas
Tanaman perkebuhan Rakyat (H-TPR),
relatif
seragam
yaitu
peningkatan dalam tahun awal (mulai tahun 19871, kemudian menurun dan diikuti oleh peningkatan kembali.
Harga Tanaman Perkebunan
Rakyat (H-TPR) menunjukkan pola yang berbeda yaitu penurunan harga
dalam tahun awal, lalu meningkat dan kemudian menurun kembali . 2.
Pola pergerakan mengikuti model Cubic juga tejadi pada perkembangan harga produk konsumsi makanan dan non makanan. Sementara harga
input produksi cendenrng meningkat mengikuti pola kuadratik.
3.
Seem umum pada masa krisis terjadi kenaikan harga-harga di semua komoditas pertanian yang dihasitkan petani, harga produk pertanian yang
dikonsumsi dan harga input produksi pertanian. Dampak petubahan
harga tersebut betbeda antar daerah seperti tercemin dari nilai besaran dan tingkat nyata nilai kofesien dugaan parameter krisis. 4.
Dari Tabel 74 terlihat bahwa dampak tidak nyata dari krisis tefiadap perkembangan harga-harga
relatif besar terjadi di propinsi Aceh
(tenrtarna komoditas tanaman pangan dan hortikultura), propinsi Jateng (tenrtama komoditas tanaman pangan, sayuran , upah dan harga modal)
serta di Sulsel ( terutama komuditas hortikunura dan produksi pertanian)
sarana
harga
,
Tabel 74. Rangkuman Dampak Krisis Temadap Perkembangan Harga Harga Propinsi
Sap
Harga Buah
+ tn
+ tn
+ tn
+
+
4.
+
+ + +
+m + +
+
Harga Harga Harga Padi
Aceh
+ tn
Sumut
Sumsel
+ + +
Larnpung
+
Wija
+
Jabar
+
+ +
+ + + +
Jateng
+In
+tn
-h
DIY
+ +
+ +
+ + +
NTB
-ln +
+
+
+
Kalsel
+
+
-tn
Sulut
-6l
+
+
Sukl
4
+
Surnbar
Jatim
Bali
+
+b7
Harga TPR
Htlrga Mak
Harga
+
+tn
+
+
+ - tn + + + + tn
+ + + +
+ln +
+
-tn
+
+
+ +
+
+
+
+ +
+ +
Harga Pupuk
Upah
+ +
+
+ +
-in
+ + +
+ +
+
+ +
+ tn
+ + + +
+ + + +
- 4n
+
+ + +
+ +
+
-tn
+
+
-t
+
+
+
+
+
+
+tn
+tn
-In
Nmak
+
m
Hqa
M&
+ -h
+tn
+
+ln -tn +
-
Keterangan : + = psitip nyata = negatip nyata
-
In = Wak nyata
5.
Perkembangan harga padi secara nyata dipengaruhi oleh harga dasar
yang ditetapkan pemerintah, dan tidak dipengaruhi secara nyata oleh produksi padi yang bersangkutan. Sementara harga dasar gabah yang
ditetapkan pemerintah tersebut
krkorelasi erat ckngan harga dasar
bras di KUD. Sebelum kejadian krisis harga dasar gabah brkorelasi kuat dengan harga impor beras (harga border), namun kondisi tersebut tidak teqadi setelah kejadian krisis searah dengan adanya fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada
masa lalu bahwa kebijaksanaan penetapah harga dasar gabah selalu
mengaw I memperhatikan harga impor. 6
Harga dasar gabah yang ditetapkan pemerintah selalu ini merupakan acuan dad harga gabah ditingkat petani. Penempan kebijaksanaan harga dasar gabah telah berperan dalam menstabilkan harga gabah ditingkat petani, namun belum efektiif
untuk mengangkat tingkat harga gabah
petani pada saat masa panen dimana petani umumnya menjual gabah.
7.
Kebijaksanaan harga pangan (harga dasar gabah dan harga beras) yang ditetapkan pemerintah selama ini
kbih murah dari semestinya, yaitu
hanya sekitar 83,8 persen dari harga semestinya (harga beras border).
8.
Secara umum terdapat hubungan positip nyata antara harga padi dengan harga palawija dan harga buah-buahan. Sebagian besar pengaruh harga padi terhadap palawija positip kecuali di NTB dan Sutut. Korelasi positip
harga padi tehadap harga buah-buahan dijumpai di sebagian besar propinsi kecuali Aceh (Tabel 75).
9.
Pengaruh harga padi terhadap harga sayuran dan harga tanaman perkebunan rakyat antar propinsi bebeda.
Di propinsi di Jawa, Bali,
NTB, Aceh, Sumut dan Sumbar hubungan antara harga padi dan harga
negatip, sedangkan di propinsi lainnya positip. Di pmpinsi di j a w , Bali, NTB dan Sulsel, hubungan antara harga padi dengan harga tanaman
perkebunan positip sedangkan di propinsi lainnya negatip .
10.
Secara umum tetdapat korelasi yang erat antara perkembangan harga komoditas di pedesaan searah dengan harga konsumen di pedesaan. Ini terlihat dari hasil analisa yang menunjukkan adanya penganrh positip
nyata
harga konsumen pedesaan (HB) terhadap harga komoditas
pertanian. Penganth Harga Padi dan Harga Konsumen Pedesaan (HB) Terhadap Harga-Harga Komoditas Pertanian - Di Tingkat Petani.
Tabel 75.
-
= negatjp nyata tn = tidak nyata