· ISSN 1412·3401
Jurnal Penelitian IImu·ilmu Perikanan dan Kelautan Vol.9 No.2 Juli 2010
MEROPLANKTON DI TELUK AMBON BAGIAN DALAM SELAMA MUSIM PERALIHAN I DAN MUSIM TIMUR: STUDI KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN HANUNG AGUS MULYADT
STRUKTUR KOMUNITAS DAN SEBARAN SPASIAL MOLUSKA PADA EKOSISTEM MANGROVE PASSO, TELUK AMBON BAGIAN DALAM YULIANA NATAN DAN PRULLEY A. UNEPUTTY
PERKEMBANGAN GONAD BULUBABI, Tripneustes gratilla, y At~G DIT ANGKAP DI PERAIRAN TELUK KUP ANG AG iETIE T, M. ZAIRIN JUNIOR, I. MOKOGlNTA, M. A. SUPRAYUDI, F. YULIANDA
PENGARUH SUPLEMENT ASI KOLESTEROL DAN INJEKSI SEROTONIN P ADA PEMATANGAN OVARl INDUK KEPITING BAKAU Scylla serrata BETHSY J PATTIASlNA, M ZAIRIN JUNIOR, I. MOKOGINTA, R. AFFANDI, W. MANALU
L'liTERELASI KLOROFlL-A DENGAN SUHU PERMUKAAN LAUT PERAIRAN SELATAN JAW A - SUMBAWA SIMON TUBALAWONY
BIOEKONOMI DAN EFISIENSI PERIKANAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN MALUKU JOHANIS H1ARIEY MODELPENGELOLAANSUMBERDAYA'~"~' ~r~~
BERBASIS MASY~~:i~~~~AR:A DI KA W ASAN KONSERV ASI
ISSN 1412-3401
PENGARUH SUPLEMENTASI KOLESTEROL DAN INJEKSI SEROTONIN PADA PEMATANGAN OVARI INDUK KEPITING BAKAU Scylla serrata (The Effect of Cholesterol Supplementation and Serotonin Injection ill Ovarian Maturation ofBroodstock Mild Crabs, Scylla serrata) Bethsy J Pattiasina\), M Zairin Junior'!, Ing Mokoginta'l, Ridwan Affandel, Wasmen Manalu4l I) Program Studi, Budidaya Perairall, FPIK· UNPAlTl.
11. Mr. ChI'. Soplanit, Kampus Poka-Amboll Telp. 1 Faks.· (0911) 379196 1(0911) 379859. E-mail: bpattiasifla@yalioo. com 2) Departemen Budidaya Perairoll, FPIK-IPB. Jl. Ago/is. Kampus IPB Darmaga Bogor 16680. Telp./faks.. (02 51) 8628755 1 (0251) 862294 1. 3) Depar/emell Manajemen Sumberdaya Peraira!!, FPIK-IPB, .It. Agatis, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680. 4) Departemell AI/atomi, Fisio{ogi & Farmakologi, FKH· IPB, J/. Agatis, Kampus IPB Darll/ago Bogor 16680. Telp. Ifaks . (0251) 86294 70. EXI.257 1 (0251) 8629459.
Diterima 19 Februari 2010fDisetujui 6 Mei 2010 ABS TRACT Ovarian maturati on of adult female Scylla serrato was ind uced by adding cholesterol in the di et and serotonin injection. The objective of thi s reseach was to study the effectivity of level cholesterol suppl emented in the diet and serotonin injection in ovarian maturation. The experimental crabs were used a co mpl etely randomized design, with three replications. This study used two cho lesterol leve ls in the diet (0.5 and 1.0%), and serotonin injection levels (5 and lO ~g1g BW). Broodstocks were stocked in five experimental units in two fiber tanks. The fiber tank was equipped with sands substrate and using flow through seawater system. Samples of brood stock were taken every four days. Some parameters were used to evaluate the stages of ovarian maturity i.e, gonad index (01) and oocyte diameter, concentrati on of estradiol 17PJ yolk protei n concentrations, and fecundity. Th e resu lts showed that female crabs supplemented with 0.5% of cholesterol in the diet, had better perform of ovarian development. Keywords: cholestero l, serotonin, ovarian maturation, mud crab
PENDAHULUAN Bud idaya kepit in g bakau yang di lak uka n selama ini yakni budiday a pembesaran yang ben ihnya mas ih mengandalkan tangkapan alam. Penyed iaan benih d i hatchelY sudah diupayakan sejak tahun 1990·an, namun demikian produksi benih kepiting bakau melalui usaha pembenihan belum memadai . Salah satu kendala yang dihadapi adalah tidak cukup tersedianya induk matang ovarium saat diperlukan. Pad a kondi si alamiah, induk betina mungkin tidak dapat mencapai kematangan gonad secara penuh. Ha l 1m disebabkan karena
ketersed iaan makan an di al am tidak sepenuhnya dapat mensup lai kebutuhan nutnsl yang diperlukan sebagai cadangan energi bagi proses reproduksi, sehingga mempengaruhi proses perkembangan gonad yang berlangsung lebih lambat. Diketahui bahwa kecukupan nutrien rnaupun energi sangat diperlukan untuk permulaan pematangan gonad. Nutri si induk harus cukup banyak menyediakan energi dan nutrieo yang tepat dalam memenuhi kebutuhan metabo lis dari proses biosintesis dan mobi lisas i nutrien untuk pembentukan dan pematangan ovarium. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka dibutuhkan suatu pengembangan metode alternatif
86 Ichthyos, Vol. 9 No.2, Juli 2010: 85-91 METODOLOGI
selain metode ablasi tangkai mata, yang diharapkan dapat mengontroi · pematangan ovari
induk kepiting bakau. Penelitian mengenai pakan dan nutrisi induk krustase sudah banyak dilakukan seiring dengan berkembangnya budidaya komersil namun lebih difokuskan pad a udang, dan bel urn banyak dilakukan pada induk kepiting. Studi biokimia
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Balai Budidaya Laut Waiheru - Ambon, yang berlangsung dari
bulan Januari 2008 hingga Februari 2009.
terhadap induk udang daTi alam memperlihatkan
Pemeliharaan hewan uji
bahwa fosfolipid, trigliserida, dan kolesterol merupakan klas lipid utama yang terdapat pada
Kepiting bakau betina dewasa jenis S. serrata diperoleh dari alam melalui pedagang pengurnpul dengan ovan yang bel urn
ovari matang. Kolesterol merupakan salah satu klas lipid yang tidak dapat disintesis de novo oleh
krustase, sehingga kolesterol diasumsikan menjadi diet lipid esensial (Kanazawa et al. 1988). Kolesterol juga dibutuhkan untuk memenuhi beberapa fungsi endokrin yaitu prekursor hormon steroid, proses gonadogenesis, pematangan dan
berkembang. Ukuran lebar karapaksnya berkisar
11.1-13.7 cm dan bobot tubuh awal berkisar 288482 g. Sebagai wadah pemeliharaan adalah bak di sekat-sekat, sehingga fiberglas yang membentuk kotak-kotak kecil yang berukuran 30 X 40 cm. Bak diberi substrat pasir setebal 15 cm
reproduksi (Wouters et al. 2001). Transpor lemak termasuk kolesterol pada udang dan kepiting terutama dilaksanakan oleh fosfolipid sebagai kom ponen high density lipoprotein (HDL) dan
dan menggunakan sistim air mengalir dengan tinggi air konstan dalam bak 25 cm. Tiap katak ditempatkan satu induk kepiting yang sebelumnya
reseptor spesifik yang memperantarai proses
berkonsentrasi 0.37% selama 20 menit, kemudian diaklimatisasikan selama ± 4 hari. Pada masa ini kepiting diberi pakan berupa ikan segar 2-3% dari
endositosis (Reddy et al. 2005). Walaupun demikian bel urn banyak Japoran tentang studi nutrisi reproduksi menggunakan kolesterol pada
induk krustase terutama kepiting bakau. Selain itu di laporkan bahwa, ada empat tipe
telah
didesinfeksi
dengan
larutan
KMnO,
bobot tubuh per hari dan kemudi an diadaptasikan terhadap pakan uji. Masa pemeliharaan induk
bahan penyusun yang mengatur proses-proses
masing-masing perlakuan sesuai dengan tahap matang ovari yang dicapai.
biologis termasuk reproduksi yaitu: peptida, terpenoid. steroid dan biogenik amin (Warrier et at. 2001). biogenik amin ini terdapat pada sistim
Pakan uji
saraf pusat krustase dan nampaknya berfungsi sebagai neurotransmiter serta sebagai neurohormon yang terbawa melalui hemolimp
buatan yang dibuat dengan ukuran panjang dan diameter I crn. Pakan ini mengandung kadar
(Chen et al. 2003). Salah satu
biogenik amin
yang diketahui merupakan neurohormon adalah seroton in atau 5-hy droxytriptamille (5-HT) yang
Pakan uji yang digunakan berupa pakan
protein
45 .76%
dan
lemak
6.67%.
Pakan
diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh. satu kali sehari yakn i pada sore hari.
berperan secara tidak langsung di dalam sistim saraf pusat yakni otak dan ganglion toraks untuk merangsang sekresi gonad stimulating hormone
Desain penelitian dan pengumpulan data
(GSH) atau rnelalui aksi langsung serotonin didalam lobus optik tangkai mata untuk menghambat sekresi gonad inhibiting hormone (GIH). Serotonin kemudian dianggap sebagai vitellogenesis stimulating hormone-releasing hormone (VSH-RH) yang bertanggungjawab bagi
rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan berupa
sintesis
v itelogenin
pada
udang
penaeid
(Kirubagaran et al. 2005). Namun saat ini belum ada informasi sampai sejauh mana pengaruh serotonin terh adap perkembangan ovari induk
kepiting bakau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi kolesterol didalam pakan maupun injeksi serotonin pada pematangan ovari
induk kepiting bakau,
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pemberian kolesterol dengan dosis 0.5% dan 1.0%, dan penyuntikan serotonin dengan dosis 5
l'g dan 10 l'g/g bobot tubuh. Serotonin (5hydroxytriptamine creatinine sulfat complex, produksi Sigma, USA) dilarutkan dalam 0.2 ml larutan fisiologis (NaCI 9%). Penyuntikan dilakukan sebanyak 3 kali pad a pangkal coxa (kaki jalan ke-3), yakni pada hari pertam a dan kemudian selang waktu 5 hari berturut-turut. Sebagai kontrol adalah pakan tanpa penambahan kolesterol dan tanpa penyuntikan serotonin. Keseluruhan perlakuan terdiri atas 5 satuan percobaan sebagai berikut, Kontrol (KO); Suplementasi kolesterol 0.5% (K05); Supl ementasi kolesterol 1.0% (K I); Penyuntikan
Pengaruh Suplc:mantasi Kolesterol ...
(8.
1. Pattiasina, M. Zai rin Junior, I. Mokoginta, R. Afandi, W. Manalu) 87
serotonin 5 J-lglg bobot tubuh (S5); Penyuntikan serotonin 10 J-lg Ig bobot tubuh (S 10). Pengamatan terhadap tingkat kematangan ovari (TKO) dilakukan setiap 4 hari, dengan be rpedoman pada John dan Sivadas (1978). Tiap perlakuan menggunakan 3 individu sebagai ulangan. Pengambilan sampel jaringan ovari dilakukan pad a tahap matang (TKO !II). Untuk memudahkan pengukuran diameter oosit dan pellghitungan telm, sampel ovari direndam dalam 1:1l"ut3n Gilson 100% untuk memisahkan oos it satu dengan lainnya. Jaringan ovari segar disimpan dalam Jrezzer untuk keperluan anal isis konsentras i harmon estradiol 17J3, dan konsentrasi protei n terlarut kuning telur (yolk). Parameter kualitas air yang diukur mel iputi su hu (28.8-31 'c), salin itas (25-34 ppt), oksigen (5.2-6.96 ppm). dan pH (7.2-7.95).
belurn berkembang didasarkan pada pengamatan faktual.
Mctode A nalisis T in gkat kematangan ovari (TKO) Penguk uran fase perkembangan ovari secara morfologis (makroskopis) berdasarkan pengamatan pemenuhan sel -sel telur di bagian dorsoventral (dilihat melalui pertautan karapaks bawah dan ruas abdomen pertama) meliputi ukuran dall warna ovan. Oeskripsi tentang pemclluhan penampang jaringan ovari oleh sel-sel It:::lur menggambarkan perkembangan tingkat kematangan ovari (TKO) secara kualitatif. Hasil pengamatan kemud ian diberi nilai skala sesuai tingkat kematangannya, sehi ngga diperoleh nilai kuantitatif yang rnene ntukan kategori TKO. Pada kategori TKO belum matang (n ila i skala 1-2) menggarnbarkan jaringan ovari belurn rnatang yang berwarna transpara n atau pu tih susu. Pada kalegori TKO menjelang rnatang dan matang ovari tahap awa l (n ilai skala 3 dan 4) yang membedakan keduanya yakni posisi sel-sel telu r pada jaringan ovad menjelang matang masih terlihat kecil di bag ian tengah karapaks, namun slldah berwarna kuning tua. Sedangkan kategori jaringan ovari matang tahap awal , sel-sel telur terlihat sudah memenuhi sebagian penampang jaringan ova ri. Pada kategori jaringan ovari matang, memperlihatkan set-sel telur hampir memenuhi seluruh penampang jaringan ovari (ni lai skilla 5) dan sudah memenuhi seluruh penampang jaringan ovan hi ngga terlihat menggembung (nilai skala 6). Hasi l pengamatan divisualisasikan da lam belltuk gra fik selama 5 peri ode atau 20 hari pengamatan
Pengukuran
Lama waktu matang ovari Lama waktu yang dibutuhkan kepitin g uji untuk meneapai tingkat kematangan ovari (TKO) III atau tahap matang, dari keadaan ovari yang
Pengukuran indeks gonad (IC) dan diameter
oosit Indeks gonad diperoleh dari hasil pembagian bobot gonad (ovari) dalam keadaan basah dengan bobot tubuh dikalikan 100. Data diameter oosit diperoleh melalui pengukurnn tethadap 100 butir oosit, menggunakan rnikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler.
Pengukurao konseotrasi hormon estradiol17p Pengukuran konsentras i hermon estradiol 17P dari sampel ovarium dengan menggunakan metode ekstraksi dan rnetode enzym immunoassay (estradiol 17p- ELISA test kit)
konsentrasi
protein
terlarut
kuning telur (yolk) Pengukuran kandungan protei n terlarut dari kun ing tel ur (yolk) dengan metode pengendapan dan met ode elektroforesis
Fekunditas Penetuan fekunditas dilakukan pada induk kepiting tahap matang ovari secara gravimetrik yakni menghitung jumlah oosit pada sebagian eontoh gonad (ovari) dikalikan dengan bobot total ovari, dan dibagi dengan bobot sebagian contoh ovari.
Analisis statistik Pengaruh perlakuan terhadap pematangan ovari yang meliputi parameter tingkat kematangan ovari (TKO) disajikan seeara deskri ptif. Ana lisis terhadap lama waktu matang ovari, indeks gonad dan diameter oosit, konsentrasi estrad io l 17P dari ovari, kandungan protein yolk, serta fekunditas d ilakukan dengan sidik ragam ANOV A dan uji BNJ untuk perbedaan perlakuan. Analisis menggunakan software SPSS (versi 17.0).
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat kernatangan ovari (TKO) dan lama
waktu matang ovari dari induk kepiting bakau S. serrata Has il pengamatan menunjukkan bahwa kep iting yang memiliki nila i skala TKO lebih tinggi ialah yang disuplementasi dengan kolesterol 1% (K I), dan yang disuntik serotonin dosis 5 J-lg/g bobot tubuh (S5) (Gambar I). Hal ini berarti bahwa induk kepiting yang d iberi perlakuan K I lebih eepat men gal ami perubahan pada jaringan ovari d ibandingkan dengan kepiting
88 Ichthyos, Vol. 9 No.2, Juli 2010: 85-9 1 yang disuplementasi dengan kolesterol 0.5% (K05), perubahan pada jaringan ovari mulai tampak pada peri ode pengamatan ke-2 (P2).
dibandingkan dengan kepiting kontrol atau tanpa penambahan kolesterol dan disuntik serotonin (P<0.05)(Tabel1). Tabel I. Waktu yang diperlukan oleh induk kepiting bakau S. serrata untuk mencapai matang ovari
Gambar 1. Perkembangan tingkat kematangan ovari kepiting bakau S. serra/a selama 5 peri ode pengamatan (P l-P5) dengan selang waktu pengamatan 4 hari.
Pengamatan yang dilakukan seeara morfologis lOl dapat merepresentasikan perkembangan j aringan ovari yang sesungguhnya dan dapat menentukan lama waktu yang diperlukan untuk meneapai tahap matang ovari. Berkaitan dengan hasil pengamatan yang didasarkan pada deskripsi TKO dan nilai skala, maka kepiting yang disuplementasi dengan kolesterol 1%, dapat meneapai tahap matang ovari dalam waktu 18.33 ± 2.31 hari. Hasil penelitian oleh Hatta (1998) menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan protein 40% dan lemak 5% tidak berpengaruh terhadap perkembangan ovari kepiting bakau S. Serrato, sedangkan kadar lemak berturut-turut 8, 11 , dan 14% terbukti mempengaruhi perkemb.angan ovarium. Hal ini memperlihatkan bahwa 1emak sangat penting dalam pematangan ovari. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pemberian pakan dengan kadar lemak 14% sebanyak 10% bobot tubuh, menghasilkan pematangan ovari dalam waktu tersingkat yaitu 48 hari, dibandingkan dengan pemberian pakan berkadar lemak 8 dan 11 % yang dieapai dalam waktu 57 dan 64 hari. Pemberian lemak kemungkinan dapat menyediakan kolesterol yang diperlukan dalam pembentukan steroid, meskipun memer1ukan tahapan dan proses dalam rnensintesis steroid, dan konsentrasi steroid yang dihasilkan tidak eukup efektif untuk memacu . sekresi gonad stimulating hormone (GSH) sehingga memerlukan waktu matang ovari relatif lebih larna. Per1akuan S5 memperlihatkan tingkat perubahan morfologi jaringan ovari yang relatif menonjol pada peri ode ke-4 untuk meneapai tahap matang yaitu dalam waktu 18.33 ± 3.06 hari. Kedua perlakuan ini memperlihatkan lama waktu matang ovari tersingkat,
Perlakuan
Lama waktu matang'ovari (hari)
KO
22.67 ± 1.53"
K05
22.00 ± 1.0010
Kl
18.33±2.31 ID
S5
18.33 ± 3.06h1
SIO
20.00 ± 5.57'"
") tn, nilai tengah dalam kolom yang sarna tidak berbeda nyata
Indeks gonad (IG) dan diameter oosit Ni1ai indeks gonad (IG) pada tahap matang ovari menunjukkan bahwa kepiting yang disuplementasi dengan kolesterol dosis 0.5% (K05) memi1iki ni1ai IG tertinggi (7.38 ± 0.50%) dari induk kepiting perlakuan lainnya (P<0.05). Demikian juga dengan ukuran diameter oosit yang dihasilkan dari induk kepiting yang diberi perlakuan yang sarna, adalah tertinggi (278 ± 27.5 fl.lIl). Hal ini mengindikasikan bahwa kepiting yang disup1ementasi dengan kolesterol 0.5% sudah eukup untuk mengoptimalkan bobot ovari. Kepiting yang disuntik dengan serotonin temyata memiliki ni1ai IG lebih rendah dari kepiting yang disuplementasi dengan kolesterol. Kepiting yang disuntik serotonin 5 flg/g bobot tubuh (S5) menunjukkan nilai IG yang rendah (2.42 ± 0.45%). Sarna halnya dengan ukuran diameter oosit yang dihasilkan oleh induk kepiting dari perlakuan tersebut, tergolong rendah (190 ± 19.5 fl.lIl) (Tabel 2). Tabel 2. Indeks gonad (IG) dan diameter oosit dari induk kepiting bakau tahap matang ovari Perlakuan
IG ('Yo)
Diameter oosit (11m)
KO
4.07 ± 2.5Silb
259 ± 62.5/11;
K05
7.38 ± O.50b
278 ± 27.5'"
b
216 ±33.51n
Kl
4.13 ± l.5r
S5
2.42 ± 0.45" .
190 ± 19.5'0
SIO
2.64 ± 0.57"
193 ± 25 .41n
dan nilai tengah dengan huruf yang sarna dalam ko lom yang sarna, tidak berbeda nyata (P>O.05)
.) tn
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Meeratana et 01. (2006), menunjukan bahwa
Pengaruh Suplemantasi Kolesterol ... (B. J. Pattiasina, M. Zairin Junior, I. Mokoginta , R. Afandi, W. Manalu) 89 penyuntikan serotonin yang dilakukan pada induk udang air tawar Macrobrachium rosenbergii dengan dosis rendah 1 flg/g bobot tubuh, dapat merangsang peningkatan indeks gonad ovari (5.79 ± 0.9%), jika dibandingkan dengan indnk udang yang tidak disuntik serotonin (1.59 ± 0.3%). Indeks ovari terendah dijumpai pada kelompok udang yang disuntik serotonin dengan dosis yang semakin tinggi (5,10, 20, dan 50 flg/g bobot tubub). Walaupun kepiting yang disuntik serotonin 5 dan 10 flg/g bobot tubuh (S5) ini lebih cepat mencapai tahap matang ovari secara morfologi dengan lama waktu matang ovari yang singkat, namun tidak diikuti dengan penambahan bobot ovari. Hasil ini menunjukkan bahwa kemungkinan penyuntikan serotonin dengan dosis yang digunakan tidak efektif menunJang proses perkembangan ovari induk kepiting. Gambar 2 menunjukkan kecenderungan pola perubahan nilai IG mengikuti konsentrasi estradiol 17p. Induk kepiting yang disuplementasi dengan kolesterol 0.5% (K05) memiliki konsentrasi estradiol 17P tertinggi yang diikuti dengan nilai IG yang tinggi di antara perIakuan lainnya.
l
r-----------------------
8.00 7.00 6.00 -
2.I
200.00
5.00 :=:. 4.00 -E 3.00 ]1 2.00 ' 00 0.00
=
~
150.00 ~ :: 100.00 ]
]
50.00 '-'~L--'---'_-'-"-,-_~'-.L_-'="'--+
KO
KO,
,w
~
0.00
IG _ _ E"'rodioI1 7B
Gambar 2. Perbandingan nilai indeks gonad (IG) dan konscntrasi honnon estradiol 17P dari induk kepiting bakau S. serrata pacta tahap matang cvari.
Hal ini menunjukkan bahwa tingginya nilai indeks gonad (IG) terutama pada kepiting yang disuplementasi kolesterol 0.5% (K05) temyata dipengaruhi oleh tingginya nilai konsentrasi estradiol 17P pada ovari. Kepiting yang mendapat perlakuan K05 ini, temyata berpengarub efektif terhadap peningkatan konsentrasi estradiol 17P dan seimbang dengan peningkatan indeks gonad maupun ukuran diameter oosit. Hal 1m menunjukkan bahwa pemberian dosis kolesterol 0,5% cukup optimal untuk mengakumulasi nutrien pembentuk yolk. Tidak demikian halnya dengan kepiting yang disuntik serotonin, temyata memiliki konsentrasi estradiol 17p lebih rendah sehingga diduga turut mempengaruhi keberadaan reseptor serotonin di evan selama proses
pematangan. Namun demikian, hal ini masih memerIukan penjelasan lebih lanjut. Hasil penelitian Kirubagaran et al. (2005) yang melaporkan bahwa terjadi sinkronisasi pematangan ovari dengan profil hormon steroid (estradiol17P dan progesteron) yang terdapat baik di hemolimp maupun ovari, serta perubahan tingkat aktifitas serotonin di otak dan ganglion toraks dari lobster Panulirus homarus. Selanjutnya dikemukakan tentang korelasi langsung yang positif antara perubahan kadar steroid vertebrata dengan keberadaan kadar serotonin yang berangsur-angsur mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan oosit. Hal ini mengindikasikan keterlibatannya pada saat perubahan fase perkembangan oosit meneapai tahap matang. Protein kuning telur (yolk) Konsentrasi protein terIarut kuning telur (yolk) yang dihasilkan dari ovari tahap matang tidak menunjukkan perbedaan (P>0.05). Kep iting perlakuan kontrol yaitu tanpa penambahan kolesterol dan penyuntikan serotonin (KO) mempunyai nilai protein terIarut tertinggi (3.70 ± 0.22 mg/ml), diikuti dengan kepiting yang disuplementasi kolesterol 0.5% (3 .52 ± 0.18 mg/ml) dan yang terendah ialah kepiting yang disuntik serotonin 10 flg/g bobot tubuh (3.33 ± 0.03 mg/ml). Kepiting perlakuan KO memiliki nilai yang seimbang antara konsentrasi protein yolk dengan ukuran diameter oosit. Hal ini diduga bahwa ketersediaan protein dan lemak pakan uji (protein 45.76% dan lemak 6,67%) sudah eukup menyediakan kebutuhan nutrien bagi proses perkembangan ovari. · Namun demikian, konsentrasi protein terlarut yolk semakin menurun dan tidak seimbang dengan diameter oosit pada kepiting yang disuplementasi dengan kolesterol maupun disuntik serotonin (Gambar 3). 300
E 250 ~ 200
3.8
~~
"g 150
J 100 50
o
r-'
• ----- f+, .
I
3.7 3.6
~
!r;
L'"I
-~ ~I*i
3.4 3.3 3.2
.b,
~
! .~
d:
3.1
KO Ii!I!III!IID Diamet er oosit
3.5
~
t
KOS
+_
P ro t ein yolk
K1
55
5 10
Perlak uan
Gambar 3.Perbandingan ukuran diameter oosit dan konsentras i protein yolk dari induk kepiting bakau S. serrata
Nutrien yang sangat penting selama reproduksi betina yakui protein dan lemak.
90 Ichthyos, Vol. 9 No.2, Juli 2010: 85-91 Diasumsikan bahwa kebutuhan protein lebih tinggi selama proses pematangan dan reproduksi hewan, dibandingkan dengan masa non reproduksi mengingat tingginya intensitas proses biosintesis yang berlangsung. DidiIga bahwa proses biosintesis berlangsung semakin meningkat sebagai akibat dari induk kepiting yang diberi rangsangan dengan penambahan kolesterol dan disuntik serotonin. Hal ini berhubungan dengan proses metabolisme biomolekul protein, lemak, dan karbohidrat, serta metabolisme untuk menghasilkan produk khusus dalam jurnlah keeil, di antaranya ialah enzim dan hormon. Hormon steroid diperlukan untuksintesis vitelogenin, yang bersumber dari lemak pakan maupun dari hepatopankreas. Lemak merupakan sumber energi tertinggi dan sebagai sumber asam lemak. Tampakuya syarat keeukupan lemak didasarkan pada kebutuhan yang eukup akan ketersediaan nulrien spesifik seperti highly unsaluraled jalty acid (HUFA), fosfolipid, sterol, dan kebutuhan akan energi (Wouters el al. 2001). Sehingga apabila energi yang dibutuhkan tidak meneukupi, maka akan terjadi oksidasi dari materi yang dapat diperoleh dari pakan maupun yang tersimpan sebagai eadangan di otot dan gonad sebagai sumber energi.
Tabel 3. Fekunditas dengan bobot tubuh induk kepiting bakau S. sen'ata yang dihasiLkan pada tahap rnatang evari
Perlakuan
Fekunditas (butlr)
Bobol tubuh (g)
KO
4 298 987
3 5221n
442 ± 13.75
K05
2 334943 ± 1 773 tn
407 ± 08.50
KI
2 729 664
1 6961n
407 ± 66.55
S5
36 14 587 ± 375 61!l
445 ± 30.57
2119 847 ± 2 2 16'"
385 ± 29.57
SI O . ) tn, nilai
%
±
tengah dalam kolom yang sarna tidak berbeda nyata
(P>O.05)
KESIMPULAN DAN SARAN
Induk kepiting bakau yang disuplementasi kolesterol 0.5% (K05) mempengaruhi perkembangan ovari lebib optimal. Selain itu, induk kepiting yang disuntik serotonin, efektif mempengaruhi keeepatan matang ovari seeara morfologis. Disarankan agar kadar lemak dapat ditingkatkan dalam komposisi pakan, untuk kebutuhan energi bagi reproduksi dan pematangan ovari induk kepiting bakau.
DAFTAR PUSTAKA Fekunditas Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina. Seeara umum fekunditas pada krustasea sangat ·bervariasi antara lain bergantung pada ukuran induk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induk kepiting dari setiap perlakuan mempunyai fekunditas yang tidak berbeda (P>0.05). Selain itu ukuran induk juga mempengaruhi frekwensi pemijahan, fekunditas dan derajat fertilisasi (Raeotta el al. 2003). Fekunditas juga berkaitan dengan indeks kematangan gonad dan diameter oosit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepiting tanpa disuplementasi dengan kolesterol dan disuntik serotonin (KO) mempunyai fekunditas tertinggi (4 298 987 ± 3 522). Hal ini diduga karena kelompok kepiting ini memiliki bobot tiIbuh cukup besar (442 ± 13.75 g)(TabeI3). Demikian pula dengan induk kepiting yang disuntik serotonin 5 ~glg bobot tubuh (S5), yang menghasilkan fekunditas eukup tinggi (3 614 587 ± 3 756 butir telur) dan memiliki bobot tubuh yaitu 445 ± 30.57 g. Bobot tubuh induk antara 200-300 g menghasilkan fekunditas berkisar antara 2.7 juta hingga 3.3 juta butir telur (Djunaidah 2004). Di Filipina, induk S. serrala dengan bobot tubuh 350-400 g memiliki fekunditas berkisar 1.2 juta hingga 1.6 juta butir telur (Millamena dan Bangeaya 2001 ).
Chen YN, Fanm HF, Hsiehm SL, Kuom CM. 2003. Physyological involvement of DA in ovarian development of the freshwater giant prawn, Macrobrachium lenusculus. Aquaculture 228:
383-395. Djunaidab IS. 2004. Kajian pola pemijahan kepiting bakau (Scylla paramamosain Estampador) dan peningkatan penampilan reproduksinya melalui
perbaikan
kualitas
pakan
dalarn
substrat
perneliharaan teruji. Disertasi. Boger. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Fattah MR. 1998. Pengarub suplemen horm.on 20hidroksiekdison dan kolesterol dalam ' pakan buatan serta ablasi tangkai mata terhadap sinkronisasi percepatan perlunakan karapaks dan pematangan telur kepiting bakau, Scylla serrata (Forskal, 1775). Disertasi. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pcrtanian Bogor. John S, Sivadas P. 1978 . Morphological changes in the development of the ovary in the eyestalk ablated estuarine crab, Scylla sen-ata (Forskal). Mahasagar 11(1 &2): 57-62. .Kanazawa A, Chim L, Laub ier L. 1988. Tissue uptake of radioactive cholesterol in the prawn Penaeus japonicus Bate during ovarian maturation. Aquat. Living Resour. Ed ke-1. him 85-91.
Kirubagaran et al. 2005. Changes in vertebrate-type steroids and 5- hydroxytriptamine during ovarian recrudescence in the Indian spiny lobster, Panulirus hqmarus. New Zealand
Pengaru h Suplemantasi Kolesterol ... (B. J. Pattiasina, M. Zairin Junior, I. Mokoginta. R. Afandi. W. Manalu) 91
Journal oj Marine alld Freshwater Research 39: 527-5 37 Lege r Ph • SorgeiooS P. 1992. Optimized feed ing reg imes in shrimp hatcheries . Di daJam: Fast AW. Lester JL. editor. Marine shrimp culture: Principles and Practices. Elsevier sci. Publisher BY The Netherlands. him. 225-244. Millamena OM. 8angcaya JP. 2001. Reproductive performance and larval quality of pond raised Scylla serrata females fed various broodstock diets. III Proceeding of the international forum on tht: cu lture of Portunid Crabs. Asian Fisheries Science, Man ila Philippines, 14: 153159. Meeratana et al. 2006. Seroto nin induces ovarian in g iant freshwater prawn matllration broodslock, Macrobrachiul1l rosenbergit' de Man. Aquaculture 260: 315-325. Racotla IS. Palac ios E. Ibarra AM. 2003 . Sh rimp larval quality relat ion to broodstock cond ition . Aquaculture 227, 107-130. Reddy PRo Kiranmayi P, Kumari KT. Reddy PS. 2005. 17fI.-Hydroxyprogesterone induced ovarian growth and vite llogenesis in the fre shwater rice field crab Oziotelphusa set/ex senex. Aquaculwre 254( 1-4 ):768-775. \Varrier SR, Tirumalai R, Subramoniam T. 2001. Occurrence of vertebrate steroids, estradio l l7P and proge stt:rone in the reproducing females of the mud crab Scylla serra/a. Camp Biochem I'hysio/. 130A:283-294. Wouters R. Piguave X, Bastidas L, Calderon J, Sorge loos P. 200 1. Ovarian maturation and hemolymphatic vitellogenin concentration of pacifi c white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) fed increasing levels of total dietary lip ids and HU FA . Aquaculture Research 32: 573-582.