GEMA REDAKSI
Menolong Keluarga Prasejahtera Bersatu melakukan pemetaan agar segala upaya pembangunan dapat disinergikan sedemikian rupa sehingga keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtara I yang menjadi sasaran dapat menerima dukungan dan pendampingan terpadu untuk mengikuti roadmap menuju keluarga yang sejahtera.
D
Para pembaca yang budiman,
ALAM pertemuan besar mitra kerja Yayasan Damandiri tahun 2015 disepakati untuk bersama-sama melakukan kegiatan terpadu melalui tidak kurang dari 45.000 Posdaya di seluruh Indonesia. Rangkaian kegiatan terpadu dan terfokus itu diarahkan guna menolong keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang masih tertinggal. Kalau pemerintah melaporkan masih ada sekitar 11 persen keluarga miskin, diduga jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I masih sekitar 20 – 25 persen dari seluruh keluarga di seluruh Indonesia. Keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I tidak selalu miskin, tetapi dengan goncangan sedikit saja, keluarga seperti itu akan mudah jatuh miskin. Agar lebih tahan banting keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I harus ditingkatkan dan menjadi keluarga sejahtera II, III dan III plus. Keluarga sejahtera II pada umumnya mulai mempunyai pekerjaan tetap yang menjamin kelangsungan hidup yang sejahtera bagi anggota keluarganya. Keluarga sejahtera III lebih mantap lagi dan keluarga sejahtera III plus biasanya bisa menolong keluarga lain yang masih tertinggal. Untuk keperluan pendataan dan pemetaan itu, setiap perguruan tinggi diminta mengambil minimum sekitar 10 - 20 Posdaya binaannya pada tingkat awal. Dengan pengalaman
[FOTO: DOK HAESA]
yang baik, setiap perguruan tinggi bisa memperluas cakupan dari Posdaya yang dibina dan dikembangkan pendataan dan pemetaan keluarga yang dianggap tertinggal. Kepada setiap perguruan tinggi diminta untuk mengembangkan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah dan lembaga lain yang mempunyai kepedulian terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Kepada para pengasuh KKN Perguruan Tinggi dan Pimpinannya diajak untuk mengembangkan kepedulian semua SKPD untuk memadukan upaya pengentasan kemiskinan sehingga sinergy itu bisa memperkuat fokus upaya yang ditujukan kepada keluarga sasaran. Pada akhir tahun akan dilakukan penilaian sekaligus lomba antar Posdaya, mencakup kegiatan yang berlaku umum, juga kegiatan yang terfokus untuk upaya pengentasan kemiskinan tersebut. Oleh karena itu, marilah kita bersatu melakukan pemetaan agar segala upaya pembangunan dapat di sinergikan sedemikian rupa sehingga keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtara I yang menjadi sasaran dapat menerima dukungan dan pendampingan terpadu untuk mengikuti roadmap menuju kepada keluarga yang sejahtera. Kalau kita bersatu, dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, pasti kita bisa. Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pem impin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
‘Gemari’ - Posdaya Konversikan Pembangunan Berkeadilan Bonus demografi di Indonesia harus disikapi dengan peningkatan kualitas dan profesionalitas agar bisa menjadi berkah bagi kemajuan bangsa. Posdaya sebagai salah satu gerakan pemberdayaan telah memanfaatkannya dan Gemari sudah 15 tahun memotretnya.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
40
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
CERITA SAMPUL
43
Dr Bima Arya Posdaya Beri Kontribusi Positif Walikota Bogor, Jawa Barat, Dr Arya Bima mengungkapkan, program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan sebuah konsep yang luar biasa. “Ini adalah sebagai wujud dari konsep kolaborasi. Satu titik di satu daerah dilibatkan berbagai macam elemen warga kemudian digodok di situ, dipelajari, dijalankan bahkan dikunjungi oleh orang-orang bukan saja dari luar kota di dalam negeri namun juga dari luar negeri. Bogor ini jadi tempat favorit kunjungan pasti karena Posdaya itu. Dan betul, keberadaan Posdaya telah memberi kontribusi positif,” tegas Dr Bima Arya kepada Gemari belum lama ini.
LAPORAN DAERAH
57
Ziarah ke Makam Astana Giri Bangun
Era globalisasi saat ini maka sumberdaya manusia (SDM) berkualitas yang paham Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi kebutuhan utama. Pasalnya, Sertifikat K3 wajib dimiliki setiap karyawan dalam perusahaan itu. Sebagai langkah untuk menyiapkan lulusan perguruan tinggi berkualitas, siap kerja dan dibutuhkan setiap perusahaan, pada Kamis pagi 4 Desember 2014 lalu Universitas Trilogi melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk menggelar pelatihan K3. Kampus perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini siap menjadi Pusat Pelatihan K3 di Indonesia.
Suasana mendung di makam Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah, pagi itu menambah perasaan duka saat berziarah mengunjungi makam Jenderal Besar Purnawirawan TNI Haji Muhammad Soeharto dan Ibu Almarhumah Hajjah Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Namun dalam suasana khidmat membuat doa untuk kedua almarhum semakin khusuk. Dalam rangkaian kegiatan HUT Damandiri yang ke-19, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengajak sejumlah pengurus dan anggota Posdaya berziarah, mengunjungi makam mantan Presiden Pak Harto dan Bu Tien di Jateng itu.
POSDAYA MASYARAKAT
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
PENDIDIKAN
48
Universitas Trilogi Jadi Pusat Pelatihan K3 di Indonesia
7
Posdaya Melati Bakung Kota Jambi Kontribusi Tuntaskan Masalah Masyarakat
Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Melati Bakung diam-diam terus memberdayakan masyarakat sekitarnya. Keberadaannya mampu memberi kontribusi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi warga. Itu sebabnya, Posdaya yang terletak di Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, Provinsi Jambi, pada Senin siang 22 Desember 2014 lalu menjadi pusat perhatian berbagai kalangan. Bukan saja para tokoh dan pejabat teras Kota Jambi namun Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono beserta rombongan dari Jakarta tertarik mengunjunginya.
Posdaya Perguruan Tinggi
12
Posdaya Pemerintah
15
Posdaya Lembaga Keuangan
28
Konvensi Posdaya
32
Pernikahan
34
Kolom Khusus
46
Forum Kita
50
Stop Press
65
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di
atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
n www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya. dengan baik. Hal itu kita tanamkan kepada jemaah untuk memanfaatkan lahan pekarangan masing-masing dan lingkungan masjid. Ke depan akan mengembangkan diawali ketika pada 29 Juli 2007 silam Posdaya kepada masjid-masjid yang Tim Teknis Program Posdaya Berbasis ada di lingkungan wilayah dekat Masjid menawarkan program Posda- Posdaya Nurul Huda yang berjumlah ya. Para pengurus Dewan Kemak- 23 masjid. Kegiatan Posdaya ini bisa muran Masjid (DKM) Masjid Nurul membantu keluarga prasejahatera dan Huda langsung menerimanya. Ketua membantu yang miskin. Mereka yang DKM Masjid Nurul Huda H Momon tidak punya usaha dikasih modal seSudirman, SH, MSi bahkan antusias hingga mereka bisa usaha mandiri wamendengar program Posdaya. lau kecil-kecilan sesuai dengan kebiaBerdirinya Posdaya Nurul Huda saannya. Kalau mereka bisa membuat berbasis Masjid ini kebetulan memiliki surabi yang buat surabi dibantu potensi. Selain itu juga ada sambutan dengan Rp 250 ribu cukup. Minimal baik dari ulama dan kyai bahwa masjid dia bisa makan dan terus berkembang boleh dipakai untuk kegiatan, bukan sehingga mereka betul-betul bisa saja untuk peribadatan tetapi segala mandiri dan menghidupi keluarga. usaha yang berkepentingan dengan Karena modal ini dari masjid tidak masyarakat disilahkan memakai mas- perlu jasa. Ada lagi orang yang menjual jid. Dulu jamannya Rasul taktik perang makanan siap saji, seperti gorengan dari Masjid, politik dan eknomi diatur dan sebagainya. Dengan adanya kedari Masjid. Dengan dasar itu bersama giatan ini masyarakat memandang terdengan pemerintahan desa, tokoh nyata Posdaya itu ada manfaatnya. Demasyarakat dan ulama sepakat bahwa ngan demikian industri rumah tangga kegiatan yang telah ada di Masjid bermuculan dan perlu permodalan. dirangkum dan dikembangkan menSelamat kepada Posdaya Nurul jadi Posdaya. Huda. Semoga terus maju dan memAwalnya di masjid sudah ada ke- pelopori berkembangnya Posdaya di giatan pra koperasi, ada pra Posbindu Kabupaten Kuningan. dan pra PAUD. Sekarang koperasinya sudah berjalan, wirausahanya sudah Anah Nurhasanah punya binaan, punya produksi sendiri. Kp Puhun, Depan Pendidikan punya PAUD yang sudah Polsek Garawangi No 59 terakreditasi. Kegiatan lingkungan Desa/Kecamatan Garawangi termasuk kebun bergizi sudah jalan Kabupaten Kuningan, Jabar.
Posdaya Nurul Huda Kuningan
Juara Harapan I Posdaya Tingkat Nasional
P
OS Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Masjid Nurul Huda, yang beralamat di Desa Bayuning, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kini menjadi pusat instrumen pemberdayaan masyarakat desa. Posdaya Berbasis Masjid binaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Kuningan (Uniku) Kuningan, Jawa Barat, jadi pelopor pengembangan Posdaya di Kabupaten Kuningan. Tak heran, bila Posdaya ini meraih Juara Harapan I Tingkat Regional I dan Nasional. Posdaya Berbasis Masjid di Masjid Nurul Huda, bagaikan pribahasa “kemarau panjang disiram hujan sehari”. Artinya, setelah sekian lama suasana monoton yang terjadi, kini seolah mendapatkan angin segar bagi masyarakat Desa Bayuning khususnya, dan umumnya warga Kecamatan Kadugede, Kuningan. Masjid Nurul Huda yang dibangun oleh Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP) pada Mei 1993 lalu, semakin terlihat bersih dan terawat. Apalagi sejak program Posdaya merambah daerah ini, membuat Masjid Nurul Huda lebih megah, dan ramai dengan kegiatan pemberdayaan umat. Gegap gempita pemberdayaan
"
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi
Pelanggan, (.....................…………….)
6
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Melati Bakung Kota Jambi
Kontribusi Tuntaskan Masalah Masyarakat Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Melati Bakung diam-diam terus memberdayakan masyarakat sekitarnya. Keberadaannya mampu memberi kontribusi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi warga. Itu sebabnya, Posdaya yang terletak di Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, Provinsi Jambi, pada Senin siang 22 Desember 2014 lalu menjadi pusat perhatian berbagai kalangan. Bukan saja para tokoh dan pejabat teras Kota Jambi namun Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono beserta rombongan dari Jakarta tertarik mengunjunginya.
P
OSDAYA Melati Bakung hasil binaan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota Jambi ini menjadi bukti keberadaannya mampu mewujudkan sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Posdaya yang berdiri sejak 5 April 2013 ini mampu merealisasikan delapan fungsi yaitu adalah fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pelestarian lingkungan fungsi keluarga dalam setiap aktivitas masyarakatnya. Posdaya Melati Bakung yang diketuai Ny Siti Rukiah ini mampu mewujdukannya sebagai forum komunikasi, silaturahmi, advokasi, penerangan dan pendidikan, sekaligus wadah kegiatan penguatan fungsi keluarga secara terpadu. Tak pelak, berbagai kegiatan baik bidang pen-
didikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan menjadi kegiatan utama para pengurus dan anggota Posdaya Melati Bakung. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menegaskan, Posdaya merupakan kelanjutan dan perluasan dari program pembangunan kependudukan berbasis masyarakat (penduduk). “Dalam kegiatan Posdaya akan ada Posyandu, PAUD dan BKB, informasi KKB, konselingkonseling seperti pranikah, keluarga remaja ke remaja, keluarga balita ke balita, keluarga
Ketua Posdaya Melati Bakung Ny Siti Rukiah (kanan atas) bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan jajaran pejabat Pemkot Jambi, disaksikan para kader Posdaya Kota Jambi. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
7
Sejumlah Kader Posdaya Melati Bakung berebut menyalami Prof Haryono.
Anak-anak PAUD Posdaya Melati Bakung berikut seluruh tim pengajarnya bergambar bersama pimpinan Yayasan Damandiri dan jajaran Pemkot Jambi. [FOTO-FOTO: ADE S]
8
lansia ke lansia, KB dan KR, pembinaan usaha ekonomi produktif melalui kelompok UPPKS, konseling khusus keluarga, ibu hamil dan lingkungan sehat,” tegasnya. Selanjutnya, dalam kegiatan kunjungan kali ini, penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono menggelar dialog dengan para PLKB, kader KB, para kader Posdaya, warga setempat, dan para tamu undangan lainnya. Hadir dalam kunjungan ini Wakil Walikota Jambi Drs H Abdullah Sani, MPdI, Rektor Universitas Batanghari (Unbari) Jambi H Fachrudin Rozi, SH, MH, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi Drs Waspi, Kepala BPMPKB Kota Jambi HM Rasyid Rido, SH, MKes, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Mulyono D Prawiro, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unbari Fachroerrozi Hoesni, MP, para dosen Unbari, para PLKB Kota Jambi, para kader Posdaya se-Kota Jambi dan undangan lainnya. Sedangkan Wakil Walikota Jambi Drs H Abdullah Sani, MPdI yang membuka langsung acara ini menyampaikan apresiasi dan bangga terhadap aktivitas warganya yang tergabung dalam Posdaya. Dirinya menyambut baik adanya kelompokkelompok Posdaya yang mampu memberi sumbangan berharga dalam mengatasi persoalan yang dihadapi warganya. “Meski, saat ini baru ada 11 kelompok Posdaya yang terbentuk di Kota Jambi. Namun, kami sangat berharap akan menjadi cikal bakal untuk pengembangan Posdaya selanjutnya di seluruh Kota jambi,” kata Mantan Dosen IAIN STS Jambi ini. Sedangkan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi Drs Waspi menyampaikan terima kasih kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono yang telah menyerahkan sembilan set Alat Permainan Edukatif (APE) kepada BKB se-Kota Jambi. APE pun langsung diterima Koordinator PLKB se-Kota Jambi. “APE merupakan bagian dari Implementasi Program Posdaya,” ungkap Waspi. Dijelaskan Waspi, agar berkualitas, keluarga harus mampu menjalankan delapan fungsi keluarga semaksimal mungkin. “Kedelapan fungsi tersebut adalah fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pelestarian lingkung-
an,” jelasnya. “Sedangkan untuk meningkatkan kualitas para Balita, Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD merupakan kegiatan yang urgen untuk mendapat perhatian khusus mengingat masa usia balita adalah masa emas pertumbuhan,” tambah Waspi semangat. Harum bak melati Ketua Posdaya Melati Bakung Ny Siti Rukiah menjelaskan seputar latar belakang nama melati bakung yang disematkan pada Posdayanya. “Nama “Melati Bakung” berdasarkan usulan Ketua Pos KB Kelurahan Talang Bakung yang mempunyai filosofi Posdaya ini harum bak melati. “Diharapkan Posdaya ini sebagai milik kita bersama, didirikan untuk kita bersama, oleh kita bersama dan untuk kepentingan kita bersama,” tutur Ny Siti Rukiah semangat. “Alhamdulillah, dengan adanya Posdaya Melati Bakung ini mampu memmberi sumbangan berharga dalam menuntaskan permasalahan yang di masyarakat Kelurahan Talang Bakung, khususnya bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan ekonomi dan kewirausahaan serta bidang keagamaan,” papar Siti Rukiah seraya menyampaikan terima kasih atas perhatian dan kunjungan dari penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono yang berkenan melihat langsung aktivitasnya. Acara Gebyar Posdaya Melati Bakung yang memamerkan aneka produk tak luput dari perhatian tamu. Tak pelak, berbagai karya yang dihasilkan Posdaya Melati Bakung serta kader Posdaya lainnya membuat decak kagum Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan rombongan lainnya dari Jakarta. Begitupun aktivitas lainnya seperti Posyandu, PAUD, kebun bergizi dan pelayan KB. Tak heran, kunjungan kerjanya ke “Bumi Tanah Pilih Pesako Batuah,” Kota Jambi, kali ini
Suasana dialog dalam acara Gebyar Produk Posdaya yang digelar Posdaya Melati menghadirkan pimpinan Yayasan Damandiri, pejabat Pemkot Jambi, pimpinan Universitas Batanghari (Unbari) Jambi.
memberi kesan baik. Pasalnya, keberadaan Posdaya mampu membangkitkan kembali semangat hidup gotong royong dan peduli sesama antar masyarakat terutama di Kelurahan Talang Bakung. ADE S
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
9
POSDAYA MASYARAKAT
HSC Gelar Pelatihan Pendataan dan Pemetaan Keluarga Untuk pertama kalinya Haryono Suyono Center (HSC) menggelar pelatihan pendataan keluarga melalui kader Posdaya. Pelatihan ini ternyata cukup menarik. Tidak hanya berisi teori, tapi sekitar 80 persen peserta mempraktikkan secara langsung baik di lapangan maupun melalui praktik simulasi. Sehingga peserta pulang dengan membawa kepuasan tersendiri.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono serius memperhatikan peserta pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
“S
EBAGIAN besar peserta memang mengakui setelah mengikuti pelatihan menjadi lebih mudah melakukan pendataan keluarga,” ungkap Fauzan Al Fikri SH, MKM, Asisten Deputi Pelatihan Yayasan Damandiri yang mendampingi para peserta pelatihan mempraktikkan pendataan keluarga di masyarakat. Hadir dalam pelatihan tersebut adalah utusan dari LPPM UNNES Semarang, LPM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, P2SDM IPB Bogor, Kantor Pemberdayaan Masyarakat (Kapermas) Bekasi, LPPM Universsitas Trilogi, STIMIK Bani Saleh, Bekasi, LPPM Universitas Pancasila Jakarta, Universitas Panca Sakti Tegal, Pemda Brebes dan Pemda Pacitan Diakuinya, sehari sebelumnya para peserta memang sudah mendapat pembekalan dari Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Deputi Kewirausahaan Yayasan Damandiri Drs Mazwar Nurdin di Gedung Siti Padmirah, Haryono Suyono Center (HSC). Namun saat terjun langsung ke lapangan, mempraktekkan bagaimana pendataan ke keluarga satu ke keluarga lainnya, timbul banyak pertanyaan. “Misalnya, ada rumah tipe 36 dihuni tiga keluarga. Kamar depan ukuran 3 x 3. Kita bisa lihat sendiri, kita sebut jatuh karena luas 10
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
rumah 8m2 per jiwa sehingga jadi Keluarga Sejahtera I (KS I),” ungkap Fauzan yang mengajak peserta pelatihan melakukan pendataan keluarga di RW 02 Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Masing-masing peserta yang berjumlah 16 orang itu dibagi dua untuk mengunjungi dua RT di lingkungan RW 02. Dari hasil kunjungan tersebut, masing-masing peserta berhasil mendata sekitar lima keluarga dalam waktu dua jam. “Kami pilih RW 02 ini karena daerah slam atau area miskin yang banyak dihuni pedagang kaki lima, seperti tukang bakso, cincau dan sebagainya,” tukas Fauzan. Tak ketinggalan, untuk mendampingi peserta pelatihan mengunjungi keluarga-keluarga yang akan di data, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) RW 02 juga turun tangan meminta kadernya untuk mendampingi. “PLKB di sini sangat membantu kami. di antaranya ada yang sudah 10 tahun bekerja,” tandasnya. Solusi kemiskinan Dalam paparannya, Prof Haryono Suyono mengatakan tenaga-tenaga PLKB yang saat ini jumlahnya makin berkurang akan diganti dengan Posdaya. Jumlah tenaga PLKB yang dulunya sekitar 50.000, kini hanya ada 15.000,
sebagian sudah menjadi lurah, camat, bupati, bahkan anggota DPR. “Kita ganti dengan Posdaya untuk menyelamatkannya. Saudara-saudara saya mohon buat Posdaya sebanyak-banyaknya.” Pembuatan Posdaya ini harus dikoordinasikan dengan aparat pemda, perguruan tinggi, mahasiswa, organisasi masyarakat. “Untuk memadukannya dengan program Posdaya mencoba kegiatan ini menjadi model, dari masuknya anggaran Rp 1 milyar lebih ke desa. makin banyak kegiatan diadopsi kepala desa, makin bagus. Jangan katakan ini proyek saya, makin ditiru pemda makin bagus.” Program harus dipadukan karena isian program datang dari pemda, SKPD, dinas, dana landscap atau dana lainnya. Isiannya nanti dikembangkan masyarakat. “Jadi program ini mengantar masuknya program ke desa sesuai Undang-undang desa. Pebruari nanti kita akan menandatangani MoU dengan Menteri Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal, serta transmigrasi,” ujarnya. Gagasan pemetaan Posdaya ini, kata Prof Haryono Suyono, adalah membuat keluarga pra sejahtera tahap demi tahap bisa menjadi keluarga sejahtera (KS), tidak langsung melompat menjadi Keluarga Sejahtera III. Tetapi harus melewati Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II) dan Keluarga Sejahtera III (KS III). Pada daerah yang padat Posdaya, dibuat peta dan pengisian Posdaya secara sistematis. Daerah padat Posdaya diambil sampel yang mudah dulu. Mereka diajak bersahabat dengan pegawai BKKBN yang ahli membuat peta untuk membantu membuat peta keluarga menaruh keluarga-keluarga di dalam peta. Salah satu indikator keluarga pra sejahtera (KS I) di antaranya tidak makan dua kali sehari, tidak punya pakaian layak untuk keperluan berbeda, bila ada anak anggota keluarga itu sakit tidak bisa dibawa ke la-
yanan kesehatan. “Solusi keluarga miskin sebenarnya mudah. Anak tidak sekolah tidak perlu BLT (Bantuan Langsung Tunai), tapi sekolahkan anak tersebut. Orang tidak bisa makan, beri pekerjaan. Guna indikator ini mengajari pemerintah cara menyelesaikan kemiskinan agar tidak semrawut,” tukasnya. Pelatihan selama dua hari yang digelar HSC juga mengadakan lelang kepedulian, di mana para peserta diajarkan untuk mencari keluarga-keluarga kaya yang mau membantu salah satu warganya yang kesusahan. Para peserta pelatihan ini juga diharapkan bisa menjadi pelatih untuk daerahnya masingmasing, sehingga bisa membuat lebih banyak lagi Posdaya. q RW/HANUR
Peserta pelatihan bergambar bersama usai melakukan pendataan.
Peserta pelatihan saat mendata salah satu keluarga didampingi PLKB.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Kiprah Mahasiswa KKN Unesa
Ubah Dusun Terpuruk Jadi Dusun Wisata
Sejak diterjunkannya mahasiwa Universitas Negeri Semarang (Unesa) ke Dusun Gorekan Lor, Desa Cireman Lere, Kecamatan Kedamen, Kabupaten Gresik, Jawa Tmur, untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya, dusun yang dulunya terpuruk, menjadi kian berkembang. Permasalahan mereka teratasi setelah adanya Posdaya yang mengembangkan sembilan Paguyuban.
Dian Eka Pamungkas foto bersama hasil kerajinan masyarakat desa binaan mahasiswa KKN Unesa. [FOTO-FOTO: RAHMA]
12
B
ERAWAL dari kedatangan mahasiswa KKN yang tergabung dalam kelompok 165, kemudian menamakan Posdaya hasil bentukan bersama masyarakat dusun menjadi Posdaya Jinemo. Asal kata dari siji, enem, limo yang disingkat Jinemo. Sebagai ketua kelompok, Dian Eka Pamungkas memiliki andil besar dalam pengembangan Posdaya di Dusun Lor ini. Masa tiga minggu ber-KKN selama Agustus 2014 di dusun ini, benar-benar dimanfaatkan dengan baik. “Sebelum terjun ke desa, saya mengajak teman-teman ketika sudah di desa, mindset yang terbentuk adalah orang desa. Kita harus tahu permasalahan di desa itu apa. Itu sebabnya minggu pertama kita datang adalah melakukan observasi,” jelas Eka. Menurut Eka, ada lima permasalahan yang ada di desa. Yaitu, pendidikan, ekonomi, kesehatan, pertanian, perikanan dan peternakan. “Selama ini pemerintah kurang menyoroti hal ini. Maka kami kembangkan melalui Yayasan Damandiri dan Unesa mengembangkan Posdaya. Dari lima permasalahan itu kita wadahi dalam bentuk paguyuban. Satu Posdaya ada
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
sembilan paguyuban.” Mengapa pilih paguyuban? “Karena orang desa lebih tahu paguyuban yaitu perkumpulan warga di dusun,” tandasnya. Sembilan Paguyuban itu adalah Paguyuban Biogas, Paguyuban Rumah Baca Terpadu, Paguyuban Lele, Paguyuban Cempal dan Keset, Paguyuban Tas, Paguyuban IPAT, Paguyuban Tanaman Peneduh dan Produktif, Paguyuban Rumah Kompos, Paguyuban Rumah Pangan Keluarga. Sungguh, baru kali ini ada Posdaya yang memiliki cukup banyak paguyuban. Bahkan, paguyuban ini diyakini telah berhasil mengatasi permasalahan masyarakat yang ada di Dusun Gorekan Lor. Mungkin itu juga sebabnya pada perlombaan Posdaya tingkat Korwil Jatim, Posdaya Jinemo meraih juara pertama, setelah tahun sebelumnya pernah juara khusus pengelolaan air. 9 Paguyuban Di bidang pendidikan, ada Paguyuban Rumah Baca Terpadu yang didalamnya berisi juga kegiatan les privat bimbingan belajar untuk usia anak-anak, remaja dan dewasa. Sedang usia lanjut dikembangkan pemberantasan buta aksara. “Jarak anak-anak dari rumah ke sekolah ratarata harus menempuh perjalanan 10 kilometer, makanya lulusan warga di sini hanya sampai SD, SMP dan SMA. Agar para orangtua tahu perkembangan Posdaya, kita laksanakan program pemberantasan buta aksara.” Dian juga mengembangkan program 100 buku untuk jadi bahan bacaan warga agar setiap harinya warga bisa membaca 1 buku untuk 1 orang. Buku-buku tersebut diambil dari berbagai literatur disiplin ilmu. “Saya juga mewajibkan 26 teman-teman anggota KKN membawa lima
buku. Sehingga total buku ada sekitar 130 buah,” ungkap mahasiswa semester tujuh jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Unesa. Diakuinya, awalnya memang mereka kesulitan mengumpulkan warga, sehingga mereka membentuk Karang Wreda yang tujuannya untuk menjembatani kelompok-kelompok usia lanjut, anak-anak, remaja dan dewasa. “Selanjutnya kita bentuk kader untuk menjalankan Posdaya.” Manfaat adanya Karang Wreda ini juga jadi bisa mengetahui jumlah penduduk yang buta aksara beserta fasilitas sarana dan prasarananya. “Seperti perpustakaan, jangan hanya di tingkat desa, tapi di dusun juga harus ada. Di dusun kami ada 47 rumah, 2 RT dan 1 RW.” Di bidang lingkungan, meliputi pertanian, peternakan dan pengairan. Untuk masalah pengairan sebenarnya sudah digerakkan oleh mahasiswa KKN tahun 2013. Mahasiswa tahun angkatan sebelumnya ini sudah membenahi inisiasi pengembangan Instalasi Penjernihan Air telaga Terpadu (IPAT). “Rata-rata warga masih menggunakan air tadah hujan. Rencananya, kami akan memfungsikan IPAT ini untuk seluruh rumah, seperti model PDAM bekerjasama dengan Damandiri dan Unesa,” ungkap mahasiswa asli Manganti, kelahiran tahun 1993 ini. Banyak warga sekitar dusun dari kecamatan lain mengambil air dari telaga hanya untuk minum dan masak. Air telaga ini memang sudah tes uji kelayakan dan telah memenuhi standar. “Rencananya kami bersama Ketua LPPM Unesa Pak Wayan akan mengembangkan instalasi air siap minum dan pelebaran telaga dengan model selang PDAM, sehingga warga tidak perlu mengambil air ke telaga. Tapi sudah menyalakan keran siap pakai sehingga pada 2015 nanti menjadi air siap minum.” Obsesinya, dari Dusun Gorekan Lor ini akan berkembang menjadi Dusun Wisata. “Di Indonesia jarang ada Dusun Wisata, yang ada adalah Desa Wisata. Tetapi kita akan kembangkan Desa Wisata melalui Dusun Wisata. Tidak mungkin ada suatu desa tanpa ada peran dusun. Di tahun 2015 kita juga akan mengembangkan konservasi air telaga, agrobisnis, Dusun Ketahanan Energi dan Dusun Ketahanan Pangan.” Selain masalah pengairan tadi, mereka juga telah menanam 120 pohon di dusun yang terdiri dari 50 tanaman peneduh dan 70 tanaman produktif seperti jeruk, belimbing, jeruk nipis,
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono tampak mengagumi kreativitas mahasiswa memanfaatkan limbah bekas yang ada di desa.
jeruk purut dan lainnya. Tanaman tersebut ditanam di setiap gang yang diharapkan bisa berkembang menjadi Dusun Agrobisnis. Mereka juga memberikan bibit unggul dan mengajarkan penduduk bagaimana menanam tanaman di dalam besek. Kendalanya saat itu sedang musim kemarau, sehingga mereka berencana akan mengembangkan kebun bibit tanaman di rumah pangan, berupa jagung organik, sawi organik dan kangkung organik. “Ada juga varietas pepaya. Walaupun tingginya baru sekitar 2 meter, tapi sudah bisa menghasilkan buah. Kita juga menanam bambu yang menjadi ketahanan air telaga dan menjadi tempat konservasi air,” jelasnya. Banyaknya waduk atau sumber air di dusun itu, membuat Dian dan teman-temannya mengajukan ke LPPM Unesa untuk mengembangkan biogas kangkung yang awalnya dari sampah organik. “Karena tadah hujan, kalau mengebor sumur, airnya asin dan kadang pahit, tidak bisa digunakan. Makanya mereka menggunakan waduk, kolam-kolam air. Banyak sekali kangkung air di kolam-kolam air ini. Kalau sudah merambat, akarnya mengotori air hingga berubah menjadi cokelat dan berbau tidak enak. Makanya ini akan kita kelola agar bisa menjadi biogas. Setelah kami uji, ternyata bisa menggunakan sistem fermentasi,” ungkap Dian yang juga sudah berhasil mengembangkan pupuk organik dari kompos, pestisida dari pepaya dan asap cair yang bisa mengganti formalin garam atau es. Dalam rangka menjadikan Dusun Gorek Lor sebagai Desa Mandiri Energi, Dian bersama teman-temanya terlihat bersungguh-sungguh membuat instalasi biogas. “Ini penting diterapkan di Dusun Gorek Lor karena dusun ini memiliki penggemukan sapi yang rata-rata sapi jenis limousin,” tegasnya. q RW Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
13
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
LP2M IAIN Surakarta
Gelar Pelatihan Posdaya Berbasis Masjid Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Berbasis Masjid terus menebar manfaat bagi masyarakat. Tak pelak, keberadaannya pun kian mendapat sambutan positif. Berbagai upaya untuk mengembangkannya pun terus dilakukan. Pada Selasa, 16 Desember 2014 lalu Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Jawa Tengah, menggelar pelatihan “Kewirausahaan Kolaboratif” bagi kader Posdaya Berbasis Masjid seSurakarta. Acara pelatihan sebagai gerak pendampingan Posdaya Berbasis Masjid itu menekankan semangat kerja sama dengan konsep kejujuran, semangat, cerdas dan tuntas.
Dari kiri ke kanan: Kabiro AUAK Drs H Satriyan Abd Rahman MH, Rektor IAIN Surakarta Dr Imam Sukardi, SAg, Ketua LPPM Hery Setiyatna, MPd, Wakil Rektor I Dr Mudofir, MAg, Wakil Rektor III Yusuf Rohmadi, Unit Pemberdayaan Masyarakat LPPM Agus Sriyanto, SSos, MSi. [FOTO: DANU]
14
A
CARA yang terselenggara atas prakarsa LP2M IAIN Surakarta dan Yayasan Damandiri ini mendapat sambutan berbagai pihak. Sejumlah kader Posdaya dari berbagai wilayah di Surakarta antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi acara ini pun dihadiri langsung Rektor IAIN Surakarta Dr Imam Sukardi, MAg, yang didaulat untuk membuka resmi acara pelatihan. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Hotel Lorin Surakarta, Jateng, ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Rektor IAIN Surakarta Dr Imam Sukardi, MAg, menegaskan bahwa agama telah memerintahkan umatnya untuk berusaha. ”Dalam usaha kita harus tahu betul cara bekerja dengan baik dan efisien.Untuk itu pelatihan diberikan kepada pelaku usaha Posdaya berbasis masjid untuk memajukan usahanya,” papar Rektor IAIN Surakarta, sambil menambahkan bahwa kerja baik itu bisa dilakukan oleh orang-orang muda maupun yang sudah matang, namun kematangan seseorang tidak menjamin kerja orang baik.
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Menanggapi kegiatan Posdaya, Rektor IAIN Surakarta Imam Sukardi menyambut positif. ”Dengan kegiatan Posdaya kita bisa memberdayakan masyarakat dari potensi masyarakat yang selama ini masih belum tergali sehingga belum maksimal,” tambahnya. Untuk itu, lanjutnya, insan perguruan tinggi untuk lebih banyak terjun ke masyarakat mengetahui secara faktual persoalan-persoalan yang ada di masyarakat sehingga insan perguruan tinggi bisa memberikan motivasi. “Untuk hal ini yang sudah kami lakukan adalah pendampingan lewat mahasiswa KKN Tematik Posdaya dan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan para dosen untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat. Saya kira potensi-potensi itu perlu dimaksimalkan dan membantu mereka untuk memasarkan produk yang sudah dihasilkan,” jelasnya. Sementara dalam kesempatan yang sama Ketua LP2M Hery Setiyatna, M.Pd, menyampaikan para peserta pelatihan ini adalah mereka yang sudah memiliki usaha, sementara LP2M ingin mengembangkan lebih lanjut. Peserta pelatihan berasal dari tiga kecamatan (Simo, Sambi,Nogosari) Kabupaten Boyolali. “Selama saya lihat di lapangan mereka selalu mengeluh soal pemasaran dan permodalan. Kalau soal modal kita sudah bisa mengatasi dengan Bank Jateng, namun kadang-kadang mereka kesulitan akses karena belum terbiasa urusan dengan bank sehingga kadangkadang mereka tidak memanfaatkan,” demikian Hery Setiyatna Kepala LP2M IAIN Surakarta. q Danu/HNUR
POSDAYA PEMERINTAH
Deklarasi Posdaya se-Provinsi Jateng
Semarak dan Gebyar Semangat Kebersamaan Kemiskinan masih menjadi masalah besar bangsa Indonesia, termasuk Jateng yang belum bisa terpecahkan secara tuntas. Berbagai Program Penanggulangan Kemiskinan pun terus dilakukan. Posdaya pun ikut ambil dan partisipasi penuntasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan keluarga di Jateng, seperti dideklarasikan pada 16 Desember 2014 lalu, di Pendopo Gede Boyolali.
M
ASIH tingginya angka kemiskinan di Jateng, mendorong berbagai pihak ambil bagian untuk membantu, termasuk program Posdaya yang digagas Yayasan Damandiri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, September 2013) jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sebanyak 4.704.870 jiwa atau 14,44 persen dari total penduduk Jateng. Sudah banyak program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya yang digagas Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, menurut dr H Mundjirin ES, SpOG, Bupati Semarang, Jawa Tengah, sungguh sangat brilian. Jika dulu Posyandu harapannya agar angka kelahiran, angka kematian dan angka orang hamil lama-lama berkurang. Namun sekarang bukan hanya itu yang diharapkan, tetapi bagaimana memberdayakan masyarakat agar mampu meningkatkan ekonominya sendiri. “Posdaya merupakan salah satu upaya guna mewujudkan hal itu,” kata Bupati Mundjirin pada gelar Deklarasi Posdaya se Jateng, di Pendopo Gede, Komplek Perkantoran Terpadu, Kemiri, Boyolali, Jawa Tengah. Dalam Deklarasi yang juga direkam TVRI Jateng sebagai program variety Gemari Show tersebut, lebih lanjut Bupati Semarang menambahkan, kemiskinan masih menjadi masalah besar dibanyak daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Semarang. “Dengan adanya Posdaya, di mana sampai ke tingkat RT dan RW kita bisa langsung ke sana. Jadi, semua SKPD bisa mengeroyok program-program pemerintah yang ada di tingkat
RT dan RW secara bersama-sama,” tuturnya. Menurutnya, keberadaan Posdaya ternyata mengundang kepedulian berbagai pihak dalam memberi dukungan dana bagi peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. “Adanya Posdaya, keluarga miskin bisa mendapat dukungan dana melalui kredit Tabur Puja (Tabungan Pundi Sejahtera) dari bank mitra Yayasan Damandiri untuk membuka atau meningkatkan usahanya,” imbuh Mundjirin. Sementara itu, Bupati Boyolali Drs Seno Samodro ketika mendapat giliran ditanya host Dr Much Soedarmadi yang juga Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri yang berduet dengan Iin presenter TVRI Jateng, mengatakan Boyolali akan membuat gebrakan memberi dorongan agar warganya semangat membangun dan mengembangkan Posdaya. “Kami akan membuat gebrakan. Tidak tanggung-tanggung pada 2015, kami akan memberikan dukungan permodalan bagi pengembangan usaha wirausaha kelompok Posdaya sebesar Rp 600 juta. Tetapi hal itu bukan berarti kami mengejar kwantitas tetapi tetap mengejar kualitas,” ujarnya.
Dipandu duet host Dr Much Soedarmadi yang juga Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri dan Iin presenter TVRI Jateng tengah mengajak berdialog Bupati Bojolali Drs Seno Samodro, Wakil Bupati Kebumen, Djuwarni, Amd.Pd, dr H Mundjirin ES, SpOG, Bupati Semarang, Ketua TP PKK Kabupaten Semarang serta Asisten Bidang Kesra Setda Provinsi Jawa Tengah mewakili Gubernur Djoko Sutrisno. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
15
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di
Dr Mazwar Noerdin duduk di antara undangan ikut menyaksikan langsung Deklarasi Posdaya se Jateng di Pendopo Kabupaten Boyolali.
16
“Saya tahu ide Prof Haryono Suyono itu luar biasa dan beliau adalah idola saya,” aku Bupati Seno Samodro. Deklarasi Posdaya yang dikemas dengan acara Arumdalu siaran TVRI Jateng tersebut dipandu oleh Direktur Yayasan Damandiri Moch Soedarmadi menggantikan Ketua Yayasan Damandiri yang berhalangan hadir, karena ada acara bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Deklarasi tersebut juga dihadiri Bupati Semarang, dr H. Mundjirin ES SpG, Wakil Bupati Kebumen, Djuwarni, Amd.Pd, Asisiten Bidang Kesra Setda Provinsi Jawa Tengah mewakili Gubernur, Ketua TP PKK Kota Semarang, Deputi Direktur Bidang Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin serta Drs Dadi Parmadi, MA dan Fadil Binur, SKom, dua Asisten Deputi Direktur Damandiri. Dari jajaran perguruan tinggi Nampak Ketua LPPM UNES, UNS, UNDIP, IAIN
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Surakarta, Universitas Boyolali. Selain itu hadir pula camat dan kepala desa bersama 30 Ketua Posdaya mewakili 267 Posdaya dan undangan lainnya. Tahun depan, kata Seno Samodro, tahun 2015 Posdaya yang tumbuh di Boyolali akan dilombakan. Bagi Posdaya terbaik disediakan hadiah Rp 100 juta, kedua, Rp 70 juta dan ketiga Rp 50 juta. “Diharapkan BAPEDA membantu karena sudah punya kerjasama dengan Jerman itu perklaster tematik itu milih apa kemudian dibantu oleh tehnologi Jerman,” katanya. Sementara Wakil Bupati Kebumen, Djuwarni, Amd.Pd, berharap dengan deklarasi Posdaya di Boyolali Posdaya semakin berkembang di seluruh daerah untuk memajukan masingmasing kabupaten sampai ketingkat pelosok desa bisa melalui Gerakan PKK. Sedangkan Posdaya di Kebumen dikaitkan dengan pengentasan kemiskinan. Dengan adanya Posdaya, kata dia, masyarakat bergerak dan berhasil sehingga masyarakat miskin menjadi berdaya dan menjadi madani. Seperti para UKM disekitar alun-alun Kebumen sekarang sudah menjadi binaan PKK untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selama ini sebelum ada Posdaya sudah diunggulkan di antaranya adalah produk keset yang terbuat dari sabut kelapa yang produknya sudah ekspor. Kerajinan anyaman dari pandan juga sudah go internasional, belum makanan ringan. q HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Kenalkan Statistik dengan Mudah dan Sederhana
Ilmu statistik ternyata bisa menjadi kunci kehidupan yang lebih baik. Tetapi tidak banyak orang menyukai ilmu satu ini. Bagaimana bidang statistik ini bermanfaat bagi banyak orang, menjadi perbincangan menarik sejumlah ahli statistik dari negara-negara yang tergabung dalam Islamic Society on Statistical Sciences (ISOSS) dalam acara Islamic Countries Conference on Statistical Sciences (ICCSS) ke13 di International Convention Center Institut Pertanian Bogor beberapa waktu lalu.
S
ELAIN negara-negara Islam, kegiatan tersebut juga diikuti para ahli statistik dari Amerika, Eropa dan Australia. Di Indonesia, Universitas Trilogi merupakan bagian Islamic Society. “Pada pertemuan ini kita beri tema statistik untuk kehidupan yang lebih baik. Karena tanpa statistik sulit mencapainya. Goalnya adalah, ICCSS konsen terhadap ilmu pengetahuan dan perdamaian. Tidak eksklusif, tapi inklusif dengan negara-negara lain,” ungkap Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saepuddin, MSi yang juga guru besar ilmu statistik IPB, sebagai tuan rumah. Untuk mewujudkan goal tersebut, Universitas Trilogi akan lebih menggiatkan program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) ke masyarakat melalui acara-acara semacam pasar kampus yang diikuti sejumlah Posdaya binaan Universitas Trilogi. “Kita ingin memperlihatkan bahwa kampus bukan menara gading tapi juga bagian dari masyarakat. Kampus juga harus memberi contoh kepada masyarakat agar menjadi masyarakat damai, tidak berpikir emosional,” ungkapnya. Ia juga berharap melalui kegiatan ini, negara-negara Islam tidak lagi dicap sebagai sarang teroris, tapi juga punya banyak intelektual bidang statistik. Acara yang dibuka Dirjen Dikti Mahasiswa dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Ilah Saillah menampilkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai keynote speaker. Dalam kesempatan itu, Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan, bahwa ilmu statistik perlu disampaikan dengan mudah agar menarik minat masyarakat. “Memperkenalkan statistik harus sederhana dan mudah. Sampaikan yang mudah-mudah dulu jangan yang rumit,” ujar Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan keynote speaker. Diakuinya, urusan ilmu statistik yang rumit biar menjadi urusan ahli statistik. “Seperti ketika
orang mau menjadi Islam syaratnya mudah, cuma mengucap dua kalimat syahadat dan untuk pemula hanya belajar ayat-ayat yang pendek. Nanti kalau sudah bisa baru belajar ayatayat lain. Begitu juga belajar statistik harus yang mudah-mudah dulu,” ungkap Prof Haryono. Konferensi yang berlangsung dari 18 Desember hingga 21 Desember 2014 ini juga diikuti dengan kunjungan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta yang difasilitasi Yayasan Damandiri. Uniknya, miniatur sebuah negara ini belum ada di negara-negara lain, hanya ada di Indonesia. Para scientis ini bisa melihat-lihat Museum Soeharto, Museum Maritim dan anjungan seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia di TMII. Untuk diketahui, perkumpulan intelektual statistik negara Islam atau Negara Islam Masyarakat Ilmu Statistik (Islamic Society on Statistical Sciences/ ISOSS) berdiri pada 27-31 Agustus 1988 di Lahor e. Salah satu tujuannya adalah untuk mempertemukan para peneliti dan praktisi dalam ilmu statistik dari seluruh dunia dan khususnya dari Negara Islam melalui program bersama seperti konferensi. Sejak berdirinya, ISOSS telah rutin menyelenggarakan konferensi dua tahunan bekerja sama dengan lembaga/perguruan tinggi di berbagai Negara Islam pendidikan. q RW
Berkumpulnya ahli statistik dunia di Kampus IPB menjadi bagian kegiatan Islamic Society. [FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
17
POSDAYA PEMERINTAH
Peringatan HKSN di Gunung Kidul, DIY
Posdaya Berdayakan Keluarga Miskin Gunung Kidul Memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang dilselenggarakan di lapangan Dusun Bobun, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masyarakat menggelar Pasar Jajanan Posdaya, Senam Keluarga Indonesia, dan Pelatihan Relawan Posdaya Penanggulangan Bencana. Acara yang berlangsung pada Jumat pagi 19 Desember lalu itu dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Siti Hediati Soeharto atau akrab dipanggil Mbak Titiek, dan jajaran muspika setempat.
Mbak Titiek mewakili YDKGR menyerahkan bantuan Rp 125 juta kepada Kepala BNPB Kabupaten Banjarnegara untuk korban bencana Tanah Longsor.
[FOTO-FOTO: DOK]
18
K
EGIATAN menumbuhkan semangat kegotongroyongan yang digelorakanYayasan Damandiri melalui gerakan Posdaya ini membawa dampak luar biasa bagi keluarga miskin atau pra sejahtera. Mereka yang awalnya mengandalkan bantuan dari pemerintah, kini mampu berdiri sendiri. Bahkan dengan berbagai program dari Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), para keluarga miskin ini justru mampu membantu memberdayakan sesama saudaranya (keluarga miskin). Paling tidak hal ini ditunjukkan masyarakat di Dusun Bobun yang semarak memperingati HKSN tersebut. Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi mengatakan, kegiatan Pasar Jajanan dimaksudkan untuk membangun pemberdayaan masyarakat sehingga warganya mandiri dan menjadi wirausahawan sukses. “Dulu, masyarakat di sini masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan. Tidak jarang petani kesulitan menjual hasil bumi,”katanya dalam
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
kegiatan yang dihadiri ratusan warganya di lapangan Dusun Bobun, Gunung Kidul. Kegiatan pasar jajanan ternyata bisa menjadi solusi. “Banyak warga kami yang tertolong. Petani bisa menjual hasil bumi seperti jagung, ketela, padi dan palawija kepada kelompok UKM. Kedatangan mahasiswa KKN Posdaya yang melakukan pendampingan, juga semakin menambah semangat. Misalnya, warga diajari mengurus sertifikasi produk dari lembaga berwenang,” kata Haryo. Ia berjanji akan terus membantu dalam hal pemasaran produk jajanan pasar milik warganya. Contohnya, pemilik gerai dan rumah makan dan setiap even di wilayahnya, diwajibkan memasarkan produk jajanan dari kelompok Posdaya. Kebetulan, wilayahnya punya desa wisata Nglanggeran, camping ground dan lain-lain. Daerahnya juga dilewati jalur utama Yogyakarta - Gunung Kidul yang sering disinggahi pengguna kendaraan dan gowesser untuk sekedar istirahat atau melihat pemandangan alam. “Banyak peluang sebenarnya, dan kami tidak boleh bosan memberdayakan warga,” ujarnya. ‘Doorprize’ mesin jahit Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyambut baik berbagai kreatifitas masyarakat di Patuk yang sejalan dengan HKSN. “Semangat HKSN berhasil ditumbuhkan masyarakat Patuk. Kombinasi kegiatan
Senam Keluarga Indonesia, Pasar Jajanan dan Pelatihan Relawan bagus sekali. Mereka mengemas kegiatannya amat menarik, misalnya pengunjung diberi doorprize kambing, mesin jahit, bebek, ayam, dan tanaman penghijauan. Hal ini warga agar hidup sehat, saling peduli dan menolong sesama,” kata Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie ini. Hal yang menonjol dari kegiatan ini, kata Prof Haryono, adanya kepedulian keluarga miskin membantu sesama keluarga miskin. “Kebanyakan anggota Posdaya dari keluarga pra sejahtera. Kini, banyak anggotanya yang mandiri dan mereka menularkan pada keluarga miskin yang lain. Anda lihat sendiri, ekonomi kerakyatan di Patuk yang terdiri dari 11 desa, telah tumbuh dengan pesat,” urai pria kelahiran Pacitan Jatim ini. Semangat saling memberdayakan keluarga miskin, kata Haryono, juga bisa dilihat di Posdaya-Posdaya di daerah lain. Brebes misalnya. Awalnya, Damandiri melalui Posdaya memberi bibit dan latihan menanam Pisang Cavendish. Bila ada keluarga kaya mau membuat kebun pisang, keluarga yang dilatih ini menjadi petani yang mengerjakan. Untuk itu keluarga miskin belajar menanam, memelihara dan memisahkan anak pisang dari induknya. Dalam perkembangannya, keluarga miskin saling membantu. Keluarga miskin yang tidak dapat menanam di halaman karena halamannya sempit, dibantu keluarga yang lain yang punya halaman luas. Kegotongroyongan yang mulai tertanam, berhasil membuat keluarga miskin saling berbagi dengan penuh kebanggaan. Pada kesempatan itu, Mbak Titiek mewakili Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) “Siti Hartinah Soeharto” menyempatkan dialog dengan masyarakat Patuk. Ia mengatakan, kemajuan terlihat dari berbagai produk yang ditanamkan baik makanan ataupun souvenir.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Mbak Titiek menyerahkan doorprize mesin jahit kepada peserta Senam Keluarga Indonesia.
Meski demikian, anggota Fraksi Partai Golkar DPR ini mengkritik tentang beragam produk yang kurang menarik tampilannya. “Kemasan masih belum rapi. Jangan menggunakan streples seperti ini, harus diperbaiki menggunakan sealer (alat pengemas),” ujarnya sambil menunjukkan kemasan yang dimaksud. Itu karenanya, Mbak Titiek siap membantu 22 unit sealer, di mana masing-masing desa dibantu dua unit. Disela-sela Pelatihan Relawan Posdaya Penanggulangan Bencana, Mbak Titiek mewakili YDGRK menyerahkan bantuan Rp 125 juta untuk korban tanah longsor di Banjarnegara. Dengan begitu, sejak didirikan 1986 YDGRK telah menyalurkan bantuan bencana sebesar Rp 54,306 miliar dan khusus Provinsi DIY sebesar Rp 1,5 miliar. q DH
Prof Haryono dan Mbak Titiek bersama Relawan Posdaya Peduli Bencana serta jajaran YDKGR.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
19
POSDAYA PEMERINTAH
Dari Pelatihan Calon Relawan Posdaya Berbasis Masjid UIN Maliki Malang
Posdaya Bebaskan Malang dari Desa Tertinggal Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Berbasis Masjid terus menuai manfaat. Keberadaannya berperan besar dalam membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan. Buktinya, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dari tahun ke tahun jumlah desa tertinggal semakin turun. Dari 110 jumlah desa tertinggal pada 2010 menyusut menjadi 15 desa pada 2014. Bahkan tahun ini ditargetkan tidak ada lagi desa tertinggal. Langkah itulah yang kini digalakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Jatim, dengan menggelar Pelatihan Calon Relawan Posdaya Berbasis Masjid pada Rabu, 21 Januari 2015 lalu.
Ketua Yayasan Damandiri saat memberi pembekalan kepada peserta calon relawan Posdsaya Berbasis Masjid di Auditorium UIN Maliki Malang, Jawa Timur. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama UIN Maliki Malang, Pemkab Malang dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Sebanyak 20 perguruan tinggi islam se-Jawa Timur, para mahasiswa, para takmir masjid seKabupaten Malang dan sejumlah organisasi sosial masyarakat antusias mengikuti pelatihan ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Gedung Rektorat Lt 5 Kampus UIN Maliki Malang Jl Gajayana No 50 Malang, Jatim, tampak semarak dan berkesan. Acara yang bersamaan dengan Lauching Buku “Menjadi Sejahtera dan Mandiri Bersama Posdaya Masjid” ini pun menjadi momen penting digelarnya penandatanganan naskah kesepahaman atau MoU antara UIN Maliki Malang dan Pemkab Malang. Selain itu, penandatanganan MoU pun dilakukan antara Yayasan Damandiri dengan PW Fatayat NU Jatim tentang pengembangan Posdaya. 20
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas berbagai prestasi yang diraih Pemkab Malang dalam upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat salah satunya melalui Posdaya. Dalam pembekalannya yang mengangkat tema “Posdaya Masjid membantu Prasejahtera menjadi keluarga yang sejahtera” penggagas Posdaya ini mencetuskan Kabupaten Malang sebagai salah satu kabupaten pelopor dalam waktu yang singkat mampu mengentaskan kemiskinan masyarkaat. “Tentu melalui dukungan para relawan Posdaya Berbasis Masjid,” ucap Menko Kesra dan Taskin era Presiden Soeharto dan BJ Habibie ini. Menurutnya, kabupaten-kabupaten yang ada di Jawa Timur merupakan salah satu yang berhasil dalam program KB. “Ini sangat menguntungkan karena kini Jawa Timur salah satu provinsi mempunyai penduduk usia kerja yang lebih banyak selain Yogyakarta, DKI Jakarta dan Bali. Tak heran, bila Jawa Timur dengan wilayahnya yang paling besar menjadi
satu-satunya yang mempunyai keuntungan ekonomi paling besar dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Dampaknya, kabupatenkabupaten di Jawa Timur lebih cepat dalam upaya mengentaskan kemiskinan masyarakatnya,” paparnya. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, untuk segera membuat pemetaan dalam upaya menghabiskan keluarga miskin dengan meningkatkannya menjadi keluarga yang sejahtera. Jadi, nanti di Posdaya-Posdaya akan ada pemetaan siapa yang miskin sekali, siapa yang miskin. Dengan cara demikian, keluarga yang sangat miskin dan keluarga miskin nanti akan dikeroyok oleh keluarga-keluarga lain agar bisa diselesaikan,” jelas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. Dijelaskannya, ada dua intervesi yang harus dilakukan melalui Posdaya Berbasis Masjid. Pertama, seluruh keluarga kaya yang ada di sekitar masjid secara bersama-sama membantu keluarga miskin untuk maju dan melepaskan diri dari kemiskinan. “Untuk itu Kabupaten Malang sebagai kabupaten pilihan, melalui kerja sama dengan UIN Maliki Malang bisa menggelar pelatihan keterampilan bagi keluarga-keluarga miskin. Karena keluarga miskin tidak boleh diwakili oleh keluarga kaya,” cetusnya seraya memandatkan kepada Bank UMKM Jatim agar membantu para keluarga miskin yang telah ikut pelatihan keterampilan untuk diberi modal usaha melalui Kredit Tabur Puja dari Yayasan Damandiri. Kedua, lanjut Prof Haryono, melalui intruksi Presiden No 3 tahun 2010 tentang pembangunan pro rakyat. “Program yang dikehendaki bukan saja pro rakyat, tetapi dilakukan oleh rakyat. Program ini adil, artinya keluarga miskin mendapatkan porsi yang lebih besar dari pada keluarga kaya. Program ini haru mampu dalam upaya pencapaian MDGS (Millennium Development Goals, red) yang harus selesai akhir tahun 2015 ini,” jelas Prof Haryono. Untuk itu, lanjut Prof Haryono, tidak ada satu desa pun yang ada di Kabupaten Malang ini yang tidak mempunyai Posdaya. “Jadi seluruh desa harus mempunyai Posdaya. Ini adalah gebrakan yang melalui bantuan Pak Bupati, para camat, pada kepala desa, agar para mahasiswa yang melakukan KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid dibantu dan dipermudah agar setiap desa mempunyai
Posdaya. Karena Posdaya menjadi pendamping dari pemerintah tingkat desa untuk menggerakan program–program yang memanfaatkan sumberdaya lokal atau kearifan lokal,” tukas Prof Haryono seraya menambahkan pembentukan Posdaya bisa dilakukan para mahasiswa KKN dan pengurus-pengurus masjid yang menggerakan masyarakat di sekitar masjid. Hadir dalam acara ini Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi, Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BeKU, SH, MM, MPM, Ketua LP2M UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Cholil, MAg, Dirut Bank UMKM Jatim HR Soeroso, SE, MM, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Ketua PW Fatayat NU Jatim, para pimpinan LPPM dari 20 perguruan tinggi se-Jatim, para dosen UIN Maliki Malang, para mahasiswa UIN Maliki Malang, para kader Posdaya dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi menyatakan pentingnya seseorang akan selalu dikenang jika selama hidunya meninggalkan dua hal, yaitu prestasi dan prasasti. “Dalam hidup ini jangan tidak meninggalkan apa-apa. Paling tidak dua
Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BeKU, SH, MM, MPM dan Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi, saat menandatangani nota kesepahaman atau MoU antara Pemkab Malang dan UIN Maliki Malang disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Suasana pelaksanaan acara Pelatihan Calon Relawan Posdaya Berbasis Masjid di UIN Maliki Malang yang diikuti ratusan peserta.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
21
Dari kanan ke kiri: Ketua LP2M UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Cholil, MAg, Prof Dr Haryono Suyono, Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi, Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BeKU, SH, MM, MPM, Dirut Bank UMKM Jatim HR Soeroso, SE, MM, Ketua Posdaya Al Amin Abdullah Syam dan pimpinan PW Fatayat NU Jatim. [FOTO: ADE S]
hal harus bisa ditorehkan yaitu prestasi dan prasasti,” ucap Prof Mudjia Rahardjo. Menurutnya, UIN Maliki Malang sebagai perguruan tinggi pemerintah, selalu mendukung terhadap kebijakan pemerintah terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat. “Dan tentu, sudah sepatutnya kampus ini berupaya mengambil peran penting dalam hal pemberdayaan masyarakat. Karena, perguruan tinggi manapun tidak akan bisa tumbuh tanpa ada kerja sama dengan masyarakat. Baik melalui edukasi, pengabdian, penelitian dan pelatihan. Kesemuanya tercover dalam Posdaya Berbasis Masjid ini. Saya bersyukur, karena untuk kesekian kalinya kampus ini menjadi tempat pertemuan Posdaya,” ungkap Prof Mudji. Diakui Prof Mudji, dirinya pun merasa terkesan dengan kiprah Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BeKU, SH, MM, MPM, yang begitu besar perhatiannya kepada masyarakat Kabupaten Malang. “Melalui dukungan Pak Bupati, Posdaya di Kabupaten Malang yang dimotori Bu Mufida (Ketua LPPM UIN Maliki Malang, red) ini mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, yang menggembirakan salah satu Posdayanya yaitu Posdaya Masjid Al Amin dari Desa Sumberpucung, mampu meraih predikat terbaik tingkat nasional dan mendapat perhargaan Damandiri Award,” ujar Prof Mudji bangga seraya memberi apresiasi kepada para mahasiswa KKN Tematik Posdaya dan jajaran LPPM UIN Maliki Malang yang sukses dalam membina masyarakat melalui Posdaya Berbasis Masjid yang kini berkembang pesat di Kabupaten Malang. Bebas desa tertinggal Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BeKU, SH, MM, MPM, mengatakan Pemkab Malang terus berkomitmen menanggulangi kemiskinan
22
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
melalui berbagai program dan kebijakan. Menurutnya, Akselerasi pembangunan di desa tercapai karena adanya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Berbagai program pemberdayaan telah dilakukan di antaranya PNPM Mandiri Pedesaan, Posdaya, Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pantai (P2MPP) maupun program lintas sektor lainnya baik yang dilaksanakan pemerintah, swasta maupun LSM. Dirinya bersyukur, melalui program pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya kini telah membuahkan hasil. Jumlah desa tertinggal di Kabupaten Malang dari tahun ke tahun terus turun. Pada 2010 jumlah desa tertinggal mencapai 110 desa. Jumlah tersebut berkurang menjadi 51 desa pada 2012. “Bahkan setelah dilakukan evaluasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Malang, pada 2014 jumlah desa tertinggal menyusut menjadi 15 desa dan satu desa sangat tertinggal. Ditargetkan pada akhir 2015 sudah tidak ada lagi desa tertinggal di Kabupaten Malang,” kata Rendra, Untuk itu, lanjut Rendra, sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan Pemkab Malang bersama UIN Maliki Malang menggelar pelatihan Calon Relawan Posdaya Berbasis Masjid. “Pelatihan bagi Calon Relawan Posdaya Berbasis Masjid merupakan salah satu wujud komitmen dan kemitraan akademisi dan stakeholder dalam menanggulangi kemiskinan melalui programprogram yang strategis dan mengarah pada upaya penanganan dan penanggulangan kemiskinan secara integral,” ujarnya. Acara semakin berkesan dengan penganuegarahan penghargaan kepada Posdaya Al Amin Desa Sumberpucung, Kabupaten Malang dari UIN Maliki Malang. Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi langsung menyerahkan penghargaan berupa bantuan modal sebesar Rp 10 juta kepada Ketua Posdaya Al Amin Ustadz Abdullah Syam yang sukses meraih predikat Juara I Posdaya Tingkat Nasional yang digelar Yayasan Damandiri di Kabupaten Solo pada 15 Januari 2015 lalu. Selamat! q ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Dari Rakor Mitra Kerja Yayasan Damandiri Tahun 2015
44.750 Posdaya Intensif Bina Prasejahtera dan Sejahtera I Keberhasilan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang dimotori Yayasan Damandiri dalam membantu pemerintah guna mengentaskan kemiskinan terus menuai sambutan positif. Permintaan berbagai pejabat pemerintahan untuk mempelajarinya pun kian mengalir. Apalagi jumlahnya kini sudah mencapai 44.750 Posdaya tersebar di seluruh tanah air. Tak pelak, Yayasan Damandiri yang kini genap berusia 19 tahun pun bertekad melakukan pemberdayaan yang lebih intensif. Itulah sebabnya, dalam Rapat Koordinasi Mitra Kerja Yayasan Damandiri Tahun 2015 pada Kamis siang 15 Januari 2015 lalu dicetuskan dua langkah untuk mewujudkannya. Pertama, perluasan jangkauan dan kedua, intensifikasi untuk pembinaan keluarga prasejahtera dan sejahtera satu.
A
CARA yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Yayasan Damandiri ke-19 tahun ini mendapat perhatian berbagai kalangan. Jajaran pemerintahan, perguruan tinggi, kalangan perbankan, dunia usaha, organisasi sosial dan berbagai lapisan masyarakat yang selama ini menjadi mitra kerja antusias mengikuti acara yang mengangkat tema “Posdaya Mengantarkan Keluarga untuk Maju dan Sejahtera” ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier. Tak pelak, acara yang berlangsung di Hotel Sunan Solo, Jl Ahmad Yani No 40, Surakarta, Jawa Tengah ini, tampak berkesan
dan khidmat. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada para mitra kerja Yayasan Damandiri yang selama ini telah banyak melakukan kerja sama dalam rangka pemberdayaan keluarga di selur uh Indonesia. Menurutnya, HUT Yayasan Damandiri ke-19 sengaja diadakan di Kota Solo karena almarhum mantan Presiden Republik Indonesia, Jenderal Besar H Muhammad Soeharto sebagai pendiri Yayasan Damandiri dimakamkan di Makam Giri Bangun. “Wilayahnya dekat dengan Kota Solo ini,” ujarnya. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, sebelum melakukan Rakor tahun 2015 sebagai rangkaian kegiatan Ulang Tahun Yayasan Damandiri, bersama mitra Kerja Yayasan
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja (kedua dari kanan) dan Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier (kanan) saat memimpin Rakor Mitra Kerja Yayasan Damandiri Tahun 2015. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
23
Prof Haryono saat menyampaikan paparan seputar Program Kerja Tahun 2015 di hadapan para Mitra Kerja Yayasan Damandiri.
24
Sejak Kabinet Kerja dibentuk, lanjut Prof Haryono, dirinya bersama seluruh jajaran dan para mitra kerja telah melakukan safari kepada pimpinan negara mulai dari Presiden, Wakil Presiden, Menko dan juga para menteri salah satunya adalah Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Damandiri, pengurus dari 19 Posdaya terbaik “Kesan saya, para menteri tersebut sangat regional I, II, III, IV, beberapa Rektor Perguruan responsif terhadap pembangunan berlatar Tinggi, para Ketua Lembaga Penelitian dan belakang berbasis dari pemberd ayaan. Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dari Mudah-mudahan harapan kita dapat 19 perguruan tinggi melakukan ziarah ke memberikan sumbangan ter hadap metoda Makam Jenderal Besar H Muhammad Soeharto bagaimana membangun di pedesaan,” di Makam Giri Bangun. harapnya. “Ulang Tahun Y ayasan Damandiri pada Oleh karena itu, ujar Pr of Haryono, bebetahun ini, sengaja digelar sekalian juga untuk rapa prioritas yang akan dikerjakan di tahun mengingat para pendiri Yayasan Damandiri. 2015 nanti adalah akan dilakukan bersama Tiga pendiri, yaitu Bapak H Muhammad para Gubernur. “Kita telah mengerahkan pemSoeharto, Pak Sudwikatmono dan Liem Sioe bangunan dengan kerja sama dengan Guber Liong kini sudah almarhum dan tinggal satu nur. Semua Gubernur di Jawa telah mengemsaya. Untuk itu, saya mengajak saudara untuk bangkan Posdaya bersama bupatinya. Mulai mengenang Almarhum Bapak H. Muhammad dari Gubernur Jakarta, Banten, Jawa Barat, Soeharto yang sejak tahun 1993 telah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali,” paparnya memerintahkan saya untuk menyusun suatu seraya menambahkan pengembangan PosYayasan yang mengimbangi program- daya sekarang mulai mengarah ke daerah program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang yang sebelumnya tidak diberikan prioritas. dicanangkan tahun 1994,”ungkap Prof Seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Haryono seraya mengajak hadirin untuk daerah lainnya. mendoakan kepada para almarhum yang Diakuinya, Posdaya sekarang tidak banyak berpikiran maju itu agar diterima amal pilihan karena sebagian telah diabil alih pemeibadahnya serta jasa dan pengabdiannya rintah daerah. Seperti apa yang dilakukan Bukepada nusa dan bangsa. Khususnya kepada pati Pacitan, Indartato, mengeluarkan instr ukYayasan Damandiri pada upaya untuk si dan mengambil alih Posdaya dengan gegap melihat keluar ga prasejahtera, dan keluarga gempita tidak kurang dari 2030 Posdaya telah sejahtera satu sebagai sasaran dari tumbuh di selur uh Pacitan. “Keluar ga miskin pengembangan Posdaya. di Pacitan telah menyerap dana Kr edit Tabur Menurutnya, data terakhir jumlah Posdaya Puja tidak kurang dari Rp 20 milyar. Begitu di Indoensia kini tidak kurang dari 44.750 juga di Kabupaten Bangli, di Bali. Di Jawa Posdaya. “Diperkirakan tahun 2015 jumlah Barat berkat kerjasama dengan Dompet Posdaya kelipatannya akan lebih besar lagi Dhuafa sekarang telah menjadi pemasuk karena pemerintah menggarap programnya kambing korban,” jelas Prof Haryono. masuk ke desa. Dengan sendirinya masyarakat Keberhasilan Posdaya yang luar biasa itu, desa sangat tertarik pada pembangunan tutur Prof Haryono, menuai respon positif pedesan,” ujar pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 pejabat pemerintahan. “Permintaan dari Mei 1938 ini di hadapan ratusan peserta rakor. beberapa menteri untuk mempelajari pr oses
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
pemberdayaaan keluarga sampai bebas dari miskin kini terus berdatangan. Maka dari itu, tahun ini kita akan melakukan pemberdayaan yang lebih intensif dalam dua bagian penting. Bagian pertama, perluasan jangkauan, kedua, intensifikasi untuk pembinaan keluarga prasejahtera dan sejahtera satu. KKN dari perguruan tinggi akan selalu dikerahkan untuk menambah jumlah 44.750 Posdaya yang ada. Karena tingkat kematian Posdaya sebagai gerakan sukarela cukup tinggi,” paparnya. Untuk itu, lanjut Prof Haryono, peningkatan jumlah Posdaya baru tetap dilakukan oleh perguruan tinggi melalui KKN. Sehingga untuk kordinasi dengan perangkat pemerintah daerah diharapkan melaporkan kepada bupati, gubernur, camat dan kepala desa yang lebih intensif. “Kar ena sekarang ada menteri pembanggunan desa, menteri pembenahan dan menteri daerah perbatasan,” tegasnya. Dijelaskannya, dalam perluasan Posdaya ini daerah yang desanya mempunyai kepadatan Posdaya rendah diminta memberi prioritas tinggi pembentukan Posdaya bar u. Agar proses pengembangan PAUD didesa lebih berkembang dan lebih gegap gempita. “Karena pada umumnya ibu-ibu di desa tidak bekerja dan tidak bisa ikut pelatihan kar ena anaknya masih kecil dan tinggal dirumah. Untuk itu harus didorong agar anaknya masuk P AUD sehingga ibu keluarga miskin dapat segera mengikuti latihan keterampilan,” imbuh Prof Haryono. Sedangkan di daerah yang Posdayanya padat dirinya meminta agar para mahasiswa di setiap LPM dan setiap kabupaten mengambil minimum 10 atu 20 Posdaya untuk diberi pembinaan secara intensif. “Sehingga dengan peta itu dapat membuat pemetaan bagaimana keluarga itu diangkat menjadi keluarga sejahtera satu atau sejahtera dua,” pintanya. Selain itu, Prof Haryono meminta agar para bupati/walikota melakukan pendekatan khusus membentuk dan memilih Posdaya sebagai contoh mewakili Posdaya lainnya. “Saya telah melakukan pendekatan kepada Bupati Pacitan. Karena
di Pacitan ada 12 kecamatan maka setiap kecamatan dipilih 10 atau 20 Posdaya sehingga 12 kecamatan tersebut memilki 200 Posdaya yang dilakukan pembinaan secara khusus,” katanya. Prof Haryono berharap, setiap keluarga harus sehat untuk sehat har us punya jamban keluarga. Kalau anggaran daerah belum tersedia maka dicari dana untuk membuat setidaknya 2.000 - 10.000 jamban baru untuk leluarga yang biasanya membuang kotoran disungai. Melalaui program gotong royong di Kabupaten Pacitan dapat dibangun tidak kurang dari 2000 jamban keluarga tanpa APBD kecuali pemerintah hanya membantu sebanyak 300 zak semen. Ditegaskan, penanganan kemiskinan harus fokus kalau tidak fokus pasti kemiskinan tidak akan bisa diturunkan. Untuk menurunkan kemiskinan setiap keluarga prasejahtera harus melakukan kegiatannya sendiri, tidak boleh diwakili oleh mahasiswa KKN, tidak boleh diwakili oleh dosen pembina lapangan, tetapi harus dikerjakan sendiri. Pembangunan kita adalah membuat keluarga miskin dan anak-anak keluarga miskin bersekolah agar bisa memutus angka kemiskinan. Pro gram yang dilakukan pada tahun 2015 adalah mengisi kebutuhan dasar. Kalau yang tadinya tidak menyekolahkan anak diubah menjadi bisa menyekolahkan anak, kalau tidak punya pekerjaan berusaha agar punya pekerjaan tetap, kalau tadina tidak punya kebun, bisa punya kebun bergizi dihalaman sendiri. “Setiap keluarga menganut pola hidup sehat, bersih dan pola menyekolahkan anak dan pekerjaan. Tentunya harus dibalut dengan agama. Itulah ukuran IPM untuk MDGs,” tukas Prof Haryono. q HNUR/ADE S/DH
Para pengurus Yayasan Damandiri, pimpinan organisasi sosial, para kader Posdaya dan sejumlah undangan lainnya dengan seksama mengikuti berlangsungnya Rakor Mitra Kerja Yayasan Damandiri.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
25
POSDAYA PEMERINTAH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi sambutan sekaligus arahan dan ajakan pada mitra-mitra kerjanya terkait kegiatan Pemetaan Keluarga Indonesia sebagai program kerja 2015. [FOTO: HARI]
Pemetaan Keluarga Indonesia
Program Kegiatan Kerja Posdaya 2015
Mengisi usia ke-19 tahun, Yayasan Damandiri mengajak mitra kerja bersama penggerak pembangunan di tingkat Posdaya, dengan melakukan kegiatan pemetaan sasaran keluarga prasejahtera atau keluarga miskin yang harus dilayani pada tingkat pedesaan dan perkotaan. Saat ini sudah berdiri 44.750 Posdaya.
K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat gelar Rapat Koordinasi dengan mitra kerja baik bupati, walikota, rektor dan ketua LPM perguruan tinggi, perbankan, lembaga sosial masyarakat, finalis lomba Posdaya Nasional 2014 yang turut hadir dan lainnya pada 15 Januari 2015 lalu, di The Sunan Hotel Surakarta, Jawa Tengah, mengajak mitra kerjanya untuk bekerja lebih sistematis dan fokus dalam mengantar keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera. “Melalui Posdaya hendaknya ditingkatkan partisipasi dari sumber daya manusia dan sumber daya keluarga yang dianggap mampu. Selanjutnya setiap keluarga yang sejahtera dan berdaya diposisikan menjadi kekuatan pengembangan anggota. Keluarga Desa dijadikan agen pemberdayaan, atau agent of development,“ ujarnya. Menurut Haryono, bagi keluarga sasaran utama, keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, hendaknya diupayakan dan dijamin agar setiap anggotanya selalu dalam keadaan sehat, gizinya baik karena di halaman rumahnya ada Kebun Bergizi, bersekolah dan akhirnya menjadi sumber daya manusia yang be26
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
kerja atau membuka usaha yang menghasilkan kemampuan daya beli yang memadai. “Agar upaya dalam Posdaya terfokus pada pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, mulai tahun 2015 setiap Posdaya segera mengembangkan penelitian atau observasi sederhana guna membuat peta keluarga yang memantau anggota Posdaya seluruhnya. Peta itu disusun berdasarkan posisi setiap keluarga sesuai tahapan perkembangannya,” tuturnya. Selanjutnya, kata Prof Haryono, peta itu dijadikan pedoman bersama untuk membantu keluarga prasejahtera mengikuti kegiatan pemberdayaan sesuai dengan kebutuhan dan usaha untuk mengubah posisi keluarganya. “Keluarga prasejahtera atau keluarga tertinggal diberdayakan menuju kepada kondisi keluarga yang lebih sejahtera, dalam bidang kesehatan, pendidikan maupun peningkatan kemampuan ekonominya melalui upaya secara sistematis.” Indikatornya bisa dilakukan melalui usaha yang dilakukan oleh keluarga masing-masing, atau melalui dukungan keluarga atau lembaga lainnya, istilahnya mutable. Karena itu, melalui kegiatan yang dilakukan para petugas lapangan KB dan Kependudukan sejak tahun 1993, peta keluarga Indonesia tidak disajikan dalam bentuk deskriptif, tetapi dibagi dalam tahapan kemajuan keluarga dalam proses pemberdayaan, yaitu dari prasejahtera sampai menjadi keluarga sejahtera yang dianggap sempurna, yaitu keluarga sejahtera III Plus, yaitu keluarga yang sejahtera, mampu dan mau berbagi kepada keluarga lainnya. q HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Gebrakan Baru Pusat Kajian Demografi Indonesia
Ajak 5 Kementerian Selesaikan Bonus Demografi Bonus demografi tidak harus menunggu tahun 2030. Tetapi saat inilah era pemanfaatan bonus demografi dengan sebaik-baiknya. Tak ingin menjadikan bonus demografi sebagai malapetaka, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengajak tim Pusat Kajian Demografi Indonesia (PKDI) yang dipimpin Ir Sarwono Kusumaatmaja untuk mendekati dan mengajak lima kementerian untuk ikut menyelesaikan bonus demografi di Indonesia.
L
IMA kementerian tersebut adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset, Kementerian Tenaga Kerja,Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian. “Saya sangat terharu mendengar berbagai usulan. Saya lihat tim Pak Sarwono bagus, sehingga saya harus beri kesimpulan ingin mengajak saudara-saudara, setidaknya ada lima kementerian yang perlu kita dekati,” ujar Prof Haryono Suyono saat memberi arahan sekaligus melauncing Pusat Kajian Demografi Indonesia (PKDI) dalam acara Forum Group Discussion yang digelar di Ruang Damandiri, Kampus Universitas Trilogi Jakarta baru-baru ini. Peserta diskusi yang hadir dan tergabung dalam PKDI di antaranya Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof Dr Fasli Jalal, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin,MSc, Kriminolog Indonesia Hermin Sopiyanto dan Mahendra Kusuma serta dosen-dosen Universitas Trilogi. Menurut Prof Haryono Suyono, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset perlu didekati untuk meningkatkan bonus demografi yang melimpah. Sementara Kementerian Tenaga Kerja perlu diingatkan untuk menampung melimpahnya bonus demografi yang usia 15 tahun maupun 60 tahun. Sedang Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian diharapkan bisa menyediakan anggaran untuk pelatihan dan keterampilan untuk bekerja di bidang pertanian, perdagangan dan bidang industri. Dalam era bonus demografi, ungkapnya, perlu dibangun kemitraan global termasuk memanfaatkan kebijakan kerja sama internasional untuk kepentinggan bangsa dan negara.
“Untuk itu, kita dorong rektor Universitas Trilogi untuk membuat supertim baik dari lingkungan dosen maupun mahasiswa. Mudah-mudahan saja, tim ini bisa menyuarakan yang lebih lantang,” tukasnya. Rektor Universitas Trilogi mengatakan, proses pembentukan PKDI di Kampus Universitas Trilogi ini sebenarnya sudah dimulai sejak 10 bulan lalu oleh para pemerhati demografi. Awalnya mereka berkeinginan memberi nama Pusat Kependudukan dan Demografi Indonesia. Namun karena terlalu demografi kuantitatif, akhirnya diputuskan menjadi Pusat Kajian Demografi Indonesia. “Isu bonus demografi akan dikupas oleh teman-teman dari pusat mulai Januari ini. Hasil dari bahan diskusi ini akan dijadikan buku, kemudian diseminarkan pada Maret 2015 nanti dalam rangka Dies Natalies Universitas Trilogi,” jelas Prof Asep. Bagi Sarwono, kerja sama dengan Universitas Trilogi sangat menarik. Terlebih dengan adanya program studi dan semboyan yang menarik terkait teknopreneur kolaborasi dan kemandirian. “Universitas yang punya orientasi seperti ini sayang dilewatkan,” ungkap mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang dipercaya menjadi Ketua PKDI. q RW
Diskusi yang cukup alot tentang bonus demografi dibahas dalam acara Forum Group Discussion di Kampus Universitas Trilogi. [FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
27
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Dukungan Bank Sulut untuk Posdaya Gorontalo Mengentaskan kemiskinan dan meningkakan kesejahteraan masyarakat bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Bank Sulut sebagai mitra pemerintah mempunyai konsistensi dan komitmen mengentaskan kemiskinan. Seperti dukungannya pada kelompok-kelompok wirausaha Posdaya di Gorontalo.
Disaksikan dari kiri-kanan: Drs FX Riswadi,Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Prof Dr Haryono Suyono dan Wakil Bupati Gorut Roni Imron, Group Head Pemasaran Bank Sulut Verry V Masengi menandatangani naskah MoU bertempat di ruang rapat Yayasan Damandiri, Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
S
EIRING gegap gempitanya gerakan pembangunan pedesaan yang dilakukan melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di Provinsi Gorontalo, seperti Kabupaten Gorontalo Utara, Boalemo maupun Kota Gorontalo serta kabupaten lainnya, Bank Sulawesi Utara (Bank Sulut) sebagai mitra Yayasan Damandiri pun memberikan dukungannya pada keluarga-keluarga pra sejahtera yang tergabung dalam kelompokkelompok wirausaha ekonomi produktif di Posdaya. Hal itu diungkapkan Group Head Pemasaran Bank Sulut Verry Masengi. “Kebijakan itu kami putuskan setelah mendengar langsung dari Prof Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri sekaligus penggagas program Posdaya,” katanya. Verry menuturkan, Ketua Yayasan Damandiri mencontohkan beberapa Posdaya yang berhasil dalam pengembangan wirausaha, di antaranya Kabupaten Brebes yang mengembangkan sanggul, Kabupaten Bekasi dengan usaha kue masal yang dipasok ke pasar kue subuh di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Selain itu
28
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Kabupaten Kulonprogo dengan koperasi melalui Keluarga Asuh Keluarga Binangun (KAKB) dan warung kulakan. Menurut Prof Haryono, ujar Verry Masengi, dalam pengembangan Posdaya yang diperlukan oleh para bupati/walikota dan camat adalah kerja sama antara keluarga kaya dan keluarga miskin. “Di Posdaya keluarga kaya harus menjadi pengampu keluarga miskin. Kalau keluarga miskin belum bisa mencicil pinjamannya maka keluarga kaya harus siap membayari atau menalangi dulu, “ katanya. Di Yogyakarta, lanjut Verry, pejabat strukturalnya menjadi pengampu keluarga miskin. Kalau sekretaris daerah (Sekda) harus mengampu sepuluh keluarga miskin. Sehingga kalau cicilannya telat maka Sekda harus membayari dulu. Sesuai pengalaman yang sudah berjalan pinjaman anggota bukan Posdaya rata-rata bukan Rp 2 juta tetapi Rp 1 juta atau hanya Rp 500 ribu saja. “Kalau pinjaman Rp 1 juta cicilannya Rp 100 ribu per bulan. Jadi kalau yang telat bayar hanya satu orang berarti Sekda hanya
menalangi Rp 100 ribu. Begitu juga para camat, lurah dan seluruh SKPD,” kata Verry menuturkan penjelasan Prof Haryono. Yang menarik, kata Verry, kalau pengusaha di pasar itu memang pedagang, tetapi kalau pergi ke Posdaya bukan pedagang menjadi pedagang, bukan pengusaha menjadi pengusaha tetapi orang biasa menjadi pedagang, orang biasa menjadi pengusaha. “Dari gerakan inilah kemiskinannya akan habis. Karena melalui Posdaya tercipta entrepreneur baru terutama dari kalangan keluarga miskin.,” tambah Verry Masangi. Bank Sulut merupakan sahabat lama mitra perbankan dari Yayasan Damandiri. Untuk menyegarkan kembali serta meguatkan semangat kebersamaan, bersama Pemda Gorontalo Utra a (Gorut), pada September 2014 lalu, menandatangani kesepahaman (MoU) dalam bidang pemberdayaan keluarga, utamanya di Posdaya. Penandatanganan MoU tersebut, pada waktu itu berlangsung di ruang rapat besar Damandiri, demikian Yayasan Damandiri ini biasa disebut. Posdaya merupakan program pokok Yayasan. Posdaya mempunyai misi pengembangan pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan, utamanya Kebun Bergizi. Menuurut Head Group Pemasaran bank Sulut, peran wanita dalam pemberdayaan ini perlu disentuh untuk menjadi pengusaha. “Itu sangat bagus karena ibu rumah tangga kalau melakukan usaha rata-rata tekun, ulet dan sabar maka banyak berhasilnya,” ujar Verry Masenggi.
Untuk itu, kata Verry, Bank Sulut yang menyalurkan dana Yayasan Damandiri selama ini juga sudah menjalankan pinjaman tanpa agunan. Tetapi sengan adanya Posdaya ini tambah lagi tanpa agunan dan tanggung renteng, sesama anggota turut bertanggung jawab kalau ada anggota yang tersendat membayar cicilan. “Kami merasa perlu memberikan dukungan terlebih kehadiran Posdaya disambut baik pemerintah daerah. Karena memang Posdaya sangat cocok untuk masyarakat pedesaan karena begitu banyak potensi yang ada di desa tetapi masih jarang disentuh,” paparnya. Dengan adanya Posdaya semangat masyarakat desa dan hampir seluruh ibu-ibu, termasuk penggerak PKK di desa yang sudah melakukan pelatihan-pelatihan tentang Posdaya bersama masyarakat miskin mengembangkan Posdaya. Agar gerakan pemberdayaan itu lebih menguat, dipelukan anggaran untuk mengelola potensi yang sangat luar biasa tersebut,” kata Verry Masengi. q HARI
Kepala Bank Sulut Cabang Gorontalo Utara Farid Pakaya, Pindif Kredit Bisnis Bank Sulut Hanny Kaloh, Group Head Pemasaran Bank Sulut Verry V Masengi, Prof Dr Haryono Suyono, Wakil Bupati Gorut Roni Imron dan Dr Subiakto Tjakrawerdaja foto bersama usai penandatanganan MoU antara Bank Sulut dengan Yayasan Damandiri, di Jakarta.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
29
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Charta Peduli 2014 Damandiri
Bagi Jutaan Keluarga Pra Sejahtera Pada penghujung akhir tahun 2014 lalu Yayasan Damandiri memperoleh penghargaan Charta Peduli Indonesia 2014 yang diselenggarakan Yayasan Dompet Dhuafa di Auditorium RRI Jakarta. Penghargaan tersebut diberikan kepada 20 perusahaan yang telah mendermakan kegiatan sosialnya melalui program CSR untuk masyarakat Indonesia yang membutuhkan.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menerima Charta Peduli 2014. [FOTO: RAHMA]
“P
ENGHARGAAN ini saya berikan untuk jutaan keluarga –keluarga pra sejahtera yang sekarang sedang berusaha menjadi pengusaha-pengusaha mikro di seluruh Indonesia. Terimakasih Dompet dhuafa, terimakasih para sponsor Dompet Dhuafa. Mudah-mudahan tahun depan kita lebih jaya lagi,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menerima penghargaan Charta Peduli 2014. Menurutnya, penghargaan tersebut diberikan karena kontribusi Yayasan Damandiri melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya sebagai proses pengembangan ekonomi kerakyatan. Dalam hal ini, Yayasan Damandiri dianggap telah memberikan stimulus melalui KKN sehingga para mahasiswa tidak saja mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, tetapi membuat keluarga pra sejahtera berani memulai usaha ekonomi. “Dikaitkan dengan Universitas Trilogi yang punya divisi ekonomi kerakyatan, Universitas Trilogi bersama universitas lainnya di bidang pendidikan menyebarkan gagasan keluarga miskin bukan harus menjadi konsumen pe30
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
nerima sumbangan, tapi bisa menjadi pelaku pembangunan. Mulai dari pecel, keripik tapi ada yang berkembang lebih besar, bahkan produknya sudah masuk dalam mal,” jelasnya. Seperti halnya Posdaya di Bogor, kata Prof Haryono Suyono, sudah mulai kegiatan pesanan melalui bisnis online. “Ini suatu kejutan bahwa keluarga miskin yang dibina bisa mengakses bank. Keberhasilan ini ternyata diamati tim juri Dompet Duafa,” tukasnya bangga. Bersanding dengan perusahaan besar seperti PT Trakindo Utama, EXXON Mobil Oil Indonesia Inc, tidak membuat Prof Haryono Suyono bangga. “Perusahaan besar dihargai karena menyumbangkan modal CSR, sedang Damandiri menyumbangkan gagasan dan usaha melalui mitra kerja 280 perguruan tinggi. Tidak saja mereka diberi modal, tapi mengirim pendamping melalui KKN dengan sabar mendampingi kelompok-kelompok Posdaya dari mulai tidak tahu apa-apa sampai punya produk nilai jual dan untung. Dan mereka mulai menabung. Mereka mulai menggunakan akses bank, tapi menggunakan bank sebagai masa depan yang lebih baik.” q RW
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Pakar-pakar pengembangan bisnis dan ahli pemberdayaan masyarakat memberi suntikan motivasi pada anggota KIMBIS. [FOTO: RAHMA]
KIMBIS Klinik Posdaya Berbisnis Kelautan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBIS) diharapkan bukan sekadar klinik tapi diubah menjadi komunitas masyarakat bisnis yang lebih luas dalam rangka memperkuat minat masyarakat terhadap ikan. Caranya dengan memperkuat riset menjadi bagian yang lebih luas dari riset developmen marketing hasil produksi laut di Indonesia.
G
AGASAN tersebut disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di hadapan belasan wirausahawan pedesaan yang tergabung dalam KIMBIS. Para wirausahawan desa ini memperoleh suntikan motivasi dari pakar-pakar pengembangan bisnis dan ahli pemberdayaan masyarakat di Gedung Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jalan Pasir Putih, Ancol, Jakarta Utara beberapa waktu lalu. Selain Prof Haryono Suyono, sejumlah pakar yang menjadi pembicara dalam acara Forum KIMBIS dan ditayangkan oleh Stasiun TV Plus ini adalah Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, Direktur Eksekutif International Coaching Federation Indonesia (ICFI) Budi Dewabroto, Smart Enterpreneur Budi Satria Isman, Kepala Balitbang KP Achmad Poernomo dan Kepala Badan Litbang Kementerian KKP Dr Purnomo. Sebagai komunitas bisnis perikanan, ungkap Prof Haryono Suyono, KIMBIS harus menciptakan masyarakat mau berlatih keterampilan dan menularkan ilmu bagaimana memasarkan ikan. Ia juga mengajak anggota KIMBIS untuk menggandeng Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) guna memperluas jaringan. “Setiap keluarga anggota Posdaya diajarkan bisa
menguasai teknologi perikanan. Semakin luas jaringan, semakin banyak penggemarnya.” Ditegaskannya lagi, sebagian dari anggota Posdaya sebenarnya sudah berhasil mengembangkan usahanya menjadi sangat maju. Seperti di Bantul dan Kulonprogo, Yogyakarta mengembangkan budidaya lele dan ikan nila dibuat menjadi abon, nuget, keripik, bakso, dan lain-lain. Penggunaan iptek di sejumlah Posdaya di sana telah terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin mengakui, potensi kelautan Indonesia sesungguhnya sangat luar biasa, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Seperti halnya Negara Jepang yang telah menjadikan kekayaan laut seperti ikan menjadi ladang bisnis yang besar. Itu sebabnya perlu dilakukan perubahan mindset bagaimana menjadikan sumber daya alam itu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Litbang Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) Dr Purnomo, masyarakat pesisir sangat miskin teknologi perikanan. Oleh karena itu KKP juga sedang berupaya membentuk teknopreneur lokal (memanfaatkan teknologi lokal) yang diikuti dengan proses pendampingan lapangan dan dukungan pemerintah daerah. q RW Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
31
KONVENSI POSDAYA
Universitas Trilogi Gelar Gelanggang Dagang Posdaya Universitas Trilogi Jakarta bersama Yayasan Damandiri untuk pertama kalinya menggelar Gelanggang Dagang Posdaya sebagai rangkaian dari kegiatan Lomba Posdaya Terbaik Regional IV Jakarta. Acara yang diawali dengan Senam Keluarga Indonesia berbasis Senam Tera serta peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, dihadiri tidak kurang dari 2.000 orang di halaman Kampus Universitas Trilogi, Jl Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan pada 14 Desember 2014 lalu.
Pimpinan Yayasan Damandiri dan Pimpinan Universitas Trilogi Jakarta bersama masyarakat mengikuti Senam Tera. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
G
ELANGGANG Dagang Posdaya menurut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono merupakan bukti wujud nyata kesetiakawanan sosial. “Pengunjung dapat membeli dari produkproduk keluarga yang miskin dan diajari oleh mahasiswa. Sekaligus Universitas Trilogi menyediakan beasiswa bagi mereka yang datang ke sini. Tidak kurang dari sepuluh beasiswa untuk dua semester, lima beasiswa untuk satu semester,” ujar pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938. Mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie mengungkapkan, “Hari Kesetiakawanan Sosial itu adalah peringatan hari pada waktu Indonesia digempur kembali oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Pada tanggal 20 Desember 1948 rakyat bersatu memulai perang gerilya di Yogyakarta dan tempattempat lain, di situlah bukti bahwa kesetiakawanan sosial rakyat bersama TNI pada waktu itu bisa membuktikan bahwa Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 masih ada.” Prof Dr Haryono Suyono juga menegaskan, 32
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
“Oleh karena itu kita juga memulai peringatanperingatan Hari Kesetiakawanan Sosial sekaligus dengan membandingkan PosdayaPosdaya yang ada di Indonesia dan kita sudah sampai pada tingkat jumlah 35.000 Posdaya di Indonesia. Dan ternyata 1.500 Posdaya di Indonesia bisa dikatakan juara dari daerahnya masing-masing dan itu merupakan wujud dari kesetiakawanan sosial pada tingkat desa di mana keluarga kaya dan keluarga miskin bersatu untuk memerangi musuh hari ini. Karena musuh hari ini bukan penjajah Belanda tetapi kemiskinan, kebodohan dan ketidakpedulian.” “Jadi mereka-mereka itu menunjukkan peduli terhadap sesamanya. Peduli terhadap tiga generasi, peduli terhadap sesama lansia, peduli terhadap anak-anak dan peduli terhadap remaja,” ucap tokoh yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) ini seraya menambahkan, “Kita mengangkat kembali apa yang dinamakan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Desember 2014, agar saudara-saudara melalui Posdaya mempersatukan diri memerangi musuh kita.”
Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Perwakilan LPPM dan peserta Lomba Posdaya Terbaik Regional IV Jakarta dari Korwil Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, Jakarta-Bekasi, Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI), Gerakan Nasional Lansia Peduli (GNLP), DNIKS, Bumi Putera, Hipprada, Bank Jatim dan Bulogmart. Pembina YPPIJ yang juga Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Universitas Trilogi Jakarta dalam ikut serta memberikan kontribusi nyata melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. “Kita benar-benar menyatukan tekad dan semangat kita agar benar-benar punya kepedulian, punya komitmen untuk peduli terhadap sesama anak bangsa. Masalah kemiskinan dan kebodohan menjadi tantangan kita,” ujarnya. Selain acara senam dan bazaar Posdaya, Yayasan Damandiri juga menyampaikan pengumuman Lomba Posdaya Terbaik Regional IV Jakarta yang disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Juri Lomba Posdaya Terbaik Regional IV yang juga Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin. Setelah mempertimbangkan penampilan, laporan dan seleksi yang diadakan oleh lima tim juri, maka dewan juri memutuskan melalui suatu proses yang sangat panjang. Yang dipilih dalam kejuaraannya adalah yang pertama mengenai laporan, wawancara, pemahaman-pemahaman, kemudian kebenaran isi laporan, kemudian presentasi atau penyajian dari kegiatankegiatan dan keunggulan-keunggulan dari masing-masing Posdaya. Yang paling menarik adalah cerdas cermat dan penampilan kesenian. Dari kelima tim juri telah menyepakati hasil dari kejuaraan sebagai berikut
terdiri dari terbaik satu, terbaik dua, terbaik tiga, terbaik empat dan sembilan lainnya adalah terbaik harapan. Keempat terbaik ini akan mewakili Regional IV pada acara lomba tingkat nasional di Solo pada 15 Januari 2015 yang bertepatan dengan ulang tahun Yayasan Damandiri ke19. Keempat Posdaya Terbaik tingkat Regional IV tersebut adalah pertama, Posdaya Tarusan Jaya, Korong Rimbo, Karanggo Sintuk, Kecamatan Sintoga, Padang Pariaman binaan IAIN Imam Bonjol Padang.Kedua, Posdaya Hidayah, Kelurahan Sawahan Timur, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang binaan Universitas Taman Siswa (Unitas) Padang. Ketiga,Posdaya Soka, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan binaan Universitas Pancasila. Dan keempat, Posdaya Bunga Tanjung, Kelurahan Duren Jaya, Perum Bekasi Jaya Indah, Kota Bekasi binaan Kapermas Kota Bekasi. q SUL/DH
Dewan Juri Lomba Posdaya Terbaik Regional IV Dr Mazwar Noerdin saat mengumumkan pemenang lomba.
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, saat memberikan penghargaan kepada pemenang Lomba Posdaya Terbaik Regional IV Jakarta.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
33
PERNIKAHAN
Cucu Pertama Prof Haryono Menikah
Minggu siang 18 Januari 2015 lalu menjadi hari yang bersejarah bagi Aditya Randi Pratama dan Arum Ratri Palupi. Pasalnya, hari itu menjadi saksi sepasang insan ini mengikat janji sehidup semati dalam mahligai pernikahan. Sekitar pukul 14.00 WIB, pasangan raja dan ratu sehari ini melangsungkan akad nikah di Masjid At Tin Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Randi dan Ratni demikian panggilan akrab kedua pasangan ini pun resmi menjadi suami istri. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyaksikan cucunya, Aditya Randi Pratama saat mengikrarkan ijab qobul pernikahan (foto atas). Randi dan Ratni memperlihatkan buku nikah pertanda resmi sebagai pasangan suami istri (foto tengah).
Prof Dr Haryono Suyono dan Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono bergambar bersama pengantin dan kedua orangtua dari kedua mempelai (foto bawah kanan). Eddy Indra Haryandika dan Asri Andri Adistria, adik dari Randi saat melantunkan ayat suci Al Quran mengawali akad nikah (foto bawah kiri). [FOTO-FOTO: ADE S]
34
A
DITYA Randi Pratama adalah putra pertama pasangan Triadi P Suparta dan Ria Indrastuty. Pria ganteng kelahiran Jakarta, 15 Oktober 1988 yang juga cucu pertama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Ibu Hj Astuty Hasinah Haryono ini menikahi Arum Ratri Palupi, wanita cantik asal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, putri ketiga dari pasangan Bambang Trisulo dan Ratna Pandjiningsih. Usai ijab qobul diikrarkan di hadapan penghulu, suasana haru dan penuh keba-
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
hagiaan tampak terpancar dari kedua mempelai dan kedua orangtua pasangan ini. Sang Kakek, Prof Dr Haryono Suyono yang menjadi saksi ahli dari pernikahan cucu pertamanya itu tak kuasa meluapkan rasa syukur, lega dan bahagia. Begitu pun seluruh keluarga besar dari kedua sejoli yang turut menyaksikan acara sakral itu. Selanjutnya, sepasang pengantin menggelar resepsi pernikahan di Gedung Pewayangan TMII Jakarta. Hadir pada momen istimewa ini Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono, Ir Sutarto Alimoeso, MM, Dr Sudibyo Alimoeso, MA, Drs Dadi Parmadi, MA, Dra Dewi Pujiastuti, Drs Fajar Wiryono, dr Rina Mardiana, para keluarga besar dari kedua mempelai, para kerabat, para wartawan Majalah Gemari, Staf Radio DFM 103,4 dan undangan lainnya. Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat atas pernikahan Randi dan Ratni. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah dan barokah. Dikaruniai anak-anak yang sholeh dan sholehah. Selalu dalam bimbingan dan perlindungan Allah SWT. Aamiin. q ADE S
Resepsi pernikahan yang digelar di Gedung Pewayangan TMII Jakarta, dihadiri ribuan undangan. Prof Dr Haryono Suyono, Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono, Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Ny Subiakto, Sunarto Sudarno, MA dan Ny Sunarto bergambar bersama pengantin dan orangtua pengantin (dua foto atas). Keluarga besar Prof Haryono dan tamu undangan turut memberi ucapan selamat (foto tengah). Begitu pula para wartawan Majalah Gemari, Radio DFM 103.4 dan undangan lainnya (foto bawah).
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
35
KONVENSI POSDAYA
Dari Damandiri Award Tahun 2015 di UNS Solo, Jateng
Rekor Keluarga Miskin Jadi Tidak Miskin
Menegangkan! Inilah kesan yang mencuat saat menjelang pengumuman Yayasan Damandiri Award tahun 2015, terutama yang tampak pada 19 Posdaya finalis lomba Posdaya Nasional 2014 saat hadir pada Kamis malam 15 Januari 2015 lalu, di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah. Pasalnya, semua ingin tahu siapakah penyandang penghargaan terbaik pada lomba Posdaya Nasional 2014. Untunglah sejumlah hiburan ditampilkan panitia sehingga ketegangan itu pun menjadi cair dan menyenangkan.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama 18 bupati/walikota yang merima penghargaan Damandiri Award 2015 di malam pucak HUT Yayasan Damandiri ke-19 di UNS Surakarta, Jawa Tengah. [FOTO-FOTO: ADE S]
36
A
CARA yang digelar dalam rangka ulang tahun Yayasan Damandiri ke-19 dan Dies Natalis UNS ke-39 sekaligus penganugerahan Damandiri Award 2015 bagi Posdaya terbaik nasional ini mendapat perhatian berbagai kalangan. Para bupati dan walikota, sejumlah rektor perguruan tinggi negeri dan swasta, kalangan perbankan, dunia usaha, organisasi sosial dan 19 Posdaya finalis lomba Posdaya tingkat nasional serta berbagai lapisan masyarakat yang selama ini menjadi mitra kerja antusias mengikuti acara yang dikemas dengan sajian talkshow Arumdalu TVRI Jawa Tengah. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor UNS Surakarta Prof Dr Ravik Karsidi, MS. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Kampus UNS Surakarta Jalan Ir Sutami No 36A, Surakarta, Jawa Tengah, ini tampak semarak dan berkesan. Acara yang terselenggara atas kerja sama UNS Surakarta, Yayasan Damandiri dan Pemerintah Kota Solo ini antusias diikuti sejumlah bupati dan walikota dari berbagai daerah di
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
tanah air. Di antaranya Wakil Walikota Solo Ahmad Purnomo, Bupati Boyolali Drs Seno Samudro, Walikota Bogor Dr Bima Arya Sugiarto, Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, Walikota Metro H Lukman Hakim, SH MM, Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE, Bupati Gorontalo Utara Indra Yasin SH, MH, Bupati Bantul Hj Sri Surya Widati, Bupati Bangli I Made Gianyar SH, MHum, Bupati Semarang dr H Muhajirin ES SpOG dan Bupati Timor Tengah Selatan Ir Paulus Victor Rolland Mella, MSi. Tampak pula Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, Rektor Unitas Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, Rektor UMG Prof Dr Ir Hi Nelson Pomalingo, MPd, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Ketua Yayasan Supersemar Subagyo, SH, Ketua Yayasan Dharmais Prof Dr Muhammad Maftuh Basyuni, Dr Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Dirut UMKM Jatim HR Soeroso, SE, MM, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Deputi Direktur Bidang Evaluasi Program Yayasan Damandiri Drs Made Are Subrata, Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Drs Dadi Parmadi, MA, mantan Kabulog Dr Sutarto Alimoeso, MA, sejumlah ketua LPM dari berbagai perguruan tinggi, para kader Posdaya, para mahasiswa dan undangan lainnya. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukurnya sekaligus menyampaikan apresiasi kepada Rektor UNS serta
semua yang hadir mengikuti kegiatan ini. “Alhamdulillah Pak Rektor UNS yang sebenarnya ahli kependudukan, sekarang menjadi rektor dan beliau telah memberi izin kepada kami Yayasan Damandiri untuk menyelenggarakan Pertemuan malam hari ini sekaligus memperingati Ulang Tahun ke-19, sekaligus menyelenggarakan pertemuan para aktivis pemberdayaan keluarga melalui Posdaya dan sekaligus memberikan penghargaan kepada para Bupati, Walikota, Rektor dan saudara penggerak termasuk para ketua Posdaya dari seluruh Indonesia yang berjuang untuk pemberdayaan keluarga,” tutur Prof Haryono. Dijelaskannya, pemberdayaan keluarga ini saat ini dilakukan tidak kurang dari 286 perguruan tinggi swasta dan negeri dari seluruh Indonesia. Tiap hari masih bertambah satu, dua, tiga , sampai hari-hari akhir ini kita mendapat antusiasme dari berbagai perguruan tinggi. “Kita sudah bekerja sama dengan 230 bupati dan walikota dari seluruh Indonesia, juga tiap minggu bertambah. Bapak Bupati Timor Tengah Selatan misalnya baru dua minggu lalu bergabung dengan Yayasan Damandiri. Dan dengan penuh semangat Bupati TTS akan membentuk Posdaya di seluruh wilayah TTS yang akan dibantu Perguruan Tinggi di Nusa Cendana,” ungkap pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. “Begitu juga kita bekerja sama dengan tidak kurang dari 50 organisasi kemasyarakatan dan tidak kurang dari 50 bank yang ada di seluruh Indonesia. Alhamdulillah kita ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga kita pada malam hari ini mengenang Pendiri Yayasan Damandiri yaitu almarhum Bapak HM Soeharto, Pak Sudwikatmono dan juga Om Liem dan satu lagi belum dipanggil Yang Maha Kuasa, masih berdiri di sini. Dan saya ini sekedar tinggal nunggu panggilan. Mohon restu bapak sekalian agar panggilannya diundur sampai kemiskinan di Indonesia habis tuntas. Aamiin,” pinta Prof Haryono seraya berdo’a semoga permohonan dikabulkan Allah SWT. Dia juga menjelaskan, para mitra kerjanya, baik dosen pembimbing lapangan,
mahasiswa KKN, para bupati, walikota dan lembaga-lembaga sosial seperti DNIKS, PWRI, Dompet Dhuafa terus berupaya mengembangkan Posdaya. “Alhamdulillah, kini jumlahnya sudah mencapai 44.750 Posdaya. Khusus kepada Walikota Bogor kita beri tepuk tangan yang meriah. Karena beliau yang paling kita repotkan dalam pembentukan dan pelatihan ini. Walikota Bogor bersama dengan IPB telah mengadakan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri jumlahnya sudah mencapai sekitar 80 angkatan. Pelatihan yang pada umumnya kita kirim ke Bogor. Menurutnya, Posdaya tahun ini telah memasuki tahap baru. Pihaknya akan mengambil sekitar 1500 sampai 3000 Posdaya akan kita jadikan model dalam setiap tahun, bagaimana rekor keluarga miskin itu menjadi tidak miskin. “Jadi, berapa kecepatan keluarga miskin berubah menjadi tidak miskin mulai tahun ini akan kita selidiki dan kita pelajari dengan teman-teman perguruan tinggi sehingga kita tahu persis bahwa kemiskinan yang tersisa di Indonesia dapat diselesaikan dalam waktu yang jelas, karena para gurubesar dari berbagai perguruan tinggi sudah kita ajak untuk melakukan pengembangan format dari
Pemotongan tumpeng oleh Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang diserahkan kepada Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi, MS mengawali malam puncak tasyakuran HUT Yayasan Damandiri ke-19 disaksikan Dr Subiakto Tjakrawerdaja (ketiga dari kiri), Subagyo, SH (kiri), Prof Dr Muhammad Maftuh Basyuni (kedua dari kiri)dan Ir Sutarto Alimoeso, MM (kanan). Para Mitra Kerja Yayasan Damandiri dengan seksama menyimak paparan Prof Haryono.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
37
Lima besar peraih Posdaya terbaik tingkat nasional bergambar bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi, MS dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja.
38
keluarga miskin menjadi tidak miskin. Damandiri Award 2015 Tasyakuran HUT Yayasan Damandiri ini sangat kental dengan nuansa budaya dan pentas seni. Aneka tarian dari para mahasiswa UNS turut memeriahkan jalannya acara sebelum pengumuman pemenang Lomba Posdaya Tingkat Nasional dan pemberian penghargaan Damandiri Award kepada 18 Bupati dan Walikota, 5 Organisasi Sosial, 4 Tokoh Masyarakat 18 Perguruan Tinggi, 5 Lembaga Keuangan, Koperasi dan Lembaga Usaha (CSR). Peringatan Ulang Tahun ini sangat kental dengan nuansa budaya dan pentas seni.Yayasan Damandiri memberikan penghar gaan Daman– diri Award kepada 19 Posdaya sekaligus memberikan hadiah kepada 5 Posdaya sebagai pemenang Lomba Posdaya terbaik Tingkat Nasional. Pemenang lomba Posdaya pun langsung diumumkan Ketua Dewan Juri Dr Mazwar Noerdin. Peraih Juara I Posdaya Berbasis Masjid, Al Amin, Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang binaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Juara II Posdaya Puspa Lestari, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor binaan P2SDM LPPM IPB Bogor dengan nilai 87,18. Juara III Posdaya Sinar Mawar Desa Wonokerto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang binaan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan nilai 87,02. Juara IV Posdaya Plamboyan Kampung Sukamaju, RW 11, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat binaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan nilai 86,49. Sedangkan Juara V Posdaya Mawar Dusun Krajan, Wonoanti, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan binaan Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Pacitan dengan
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
nilai . 84,29. Selain mendapat penghargaan Damandiri Award para pemenang Posdaya ini juga mendapatkan hadiah uang pembinaan yang besarannya berbeda dari Rp 30juta– Rp 13 juta. Penghargaan Damandiri Award juga diberikan kepada 15 Perguruan Tinggi, 5 lembaga keuangan, 4 tokoh masyarakat, 5 Ormas dan 1 kepada Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya). Ke-15 Perguruan Tinggi yang memperoleh Penghargaan Damandiri Award adalah, UNS Surakarta, Jawa Tengah, Undip Semarang, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas PGRI Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Tamansiswa Padang, Universitas Pancasila Jakarta, STMIK Bani Saleh, Bekasi, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Trilogi Jakarta dan Universitas Pancasakti (UPS) Tegal. Selain kepada Perguruan Tinggi, Damandiri Award juga diberikan kepada kabupaten dan kota, di antaranya, Pemerintah Kabupaten Boyolali (Drs Seno Samudro), Pemerintah Kota Bogor (Dr Bima Arya), Pemerintah Kabupaten Pacitan (Drs Indartato), Pemerintah Kota Lampung (H Lukman Hakim SH MM), Pemerintah Kabupaten Brebes (Hj Idza Priyanti A.Md,SE), Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara (Indra Yasin SH, MH), Pemerintah Kabupaten Bantul (Hj Sri Surya Widati), Pemerintah Kabupaten Bangli (I Made Gianyar SH. M Hum. Penghargaan yang sama juga diberikan kepada Pem erintah Kota Bekasi (Dr H Rahmat Effendi), Pemerintah Kota Yogyakarta (Drs H Haryadi Suyuti), Pemerintah Kabupaten Indramayu (Hj Anna Sophana), Pemerintah Kota Jakarta Timur (Drs HR Krisdianto MSi), Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Drs H Syamsudin Noor), Pemerintah Kota Malang (Mohammad Anton), Pemerintah Kabupaten Semarang (dr H Muhajirin ES SpOG), Pemerintah Kabupaten Grobogan (H Bambang Pudjiono, SH), Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Drs H Abubakar, Msi) dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan ( Ir Paulus Victor Rolland Mella MSi). Selamat! q HNUR/ADE S/DH
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
39
LAPORAN UTAMA
‘Gemari’ - Posdaya
Konversikan Pembangunan Berkeadilan
Bonus demografi di Indonesia harus disikapi dengan peningkatan kualitas dan profesionalitas agar bisa menjadi berkah bagi kemajuan bangsa. Posdaya sebagai salah satu gerakan pemberdayaan telah memanfaatkannya dan Gemari sudah 15 tahun memotretnya. Rapat Koordinasi bersama mitra menjadi momen evaluasi, penguatan dan penajaman program Gemari Posdaya sebagai upaya memajukan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga Indonesia. [FOTO-FOTO: HARI]
J
UMLAH usia produktif ini sering diistilahkan sebagai bonus demografi. Namun, penduduk usia produktif belum tentu semuanya bekerja. Hal itu bisa dilihat dari fakta angka pengangguran di Jabar. Di Indonesia saja, jumlah penduduk usia kerja diperkirakan meningkat drastis menjadi 170,9 juta pada 2015 dan akan terus meningkat menjadi 195,2 juta pada 2020 dan menurun menjadi 191,5 juta pada 2050 nanti. Jumlah sebesar itu tentu tetap memerlukan kebutuhan hidup. Namun demikian bonus demografi di Indonesia harus segera dimanfaatkan dengan peningkatan kualitas serta profesionalitas. Kedua hal tersebut penting agar fase potensial ini bisa menjadi berkah bagi kemajuan bangsa, bukan bencana. Tahun 2015 merupakan awal bagi pemerintah memberikan dukungan anggaran yang besar guna mendorong pembangunan di desa yang lebih intensif. Selama 15 tahun, Gemari sebagai sebuah majalah selain melakukan tugas jurnalistiknya juga secara konsisten giat membantu menyosialisasikan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan masyarakat sebagai wujud partisipasi dan peransertanya sebagai warga bangsa. Terkait hal tersebut, Yayasan Damandiri 40
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
mengajak mitra kerjanya bekerja lebih sistematis dan fokus dalam mengantar keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Sehingga diharapkan melalui Posdaya dapat ditingkatkan partisipasi dari sumber daya manusia dan sumber daya keluarga yang dianggap mampu. Selanjutnya setiap keluarga yang sejahtera dan berdaya diposisikan menjadi kekuatan pengembangan anggota. Keluargakeluarga di desa dijadikan agen pemberdayaan, atau agent of development. Bagi keluarga sasaran utama, keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, hendaknya diupayakan dan dijamin agar setiap anggotanya selalu dalam keadaan sehat, gizinya baik karena di halaman rumahnya ada Kebun Bergizi, bersekolah dan akhirnya menjadi sumber daya manusia yang bekerja atau membuka usaha yang menghasilkan kemampuan daya beli yang memadai. Agar upaya yang dilakukan itu dapat dipetik hasilnya atau kekurangannya, yang baik disebarluaskan ke seluruh desa, dan kekuranganya diperbaiki, hendaknya setiap gerak dan keberhasilan yang diraih dilaporkan atau dikomunikasikan kepada kepala desa/lurah dan perangkatnya. Gerakan pemberdayaan keluarga pedesaan
ini mejadi ujung tombak gerakan pembangunan nasional yang perlu disosialisasikan. Media mempunyai peran penting dan strategis dalam setiap kegiatan gerakan pembangunan baik yang dilakukan masyarakat maupun dilaksanakan pemerintah. Setiap pemerintahan, siapa pun presidennya selalu menjadikan pembangunan sebagai upaya memajukan dan mensejahterakan kehidupan rakyatnya. Seperti halnya Presiden Joko Widodo yang dengan semangat kerja, kerja dan kerjanya saat ini pun berupaya mengikis kemiskinan dan mengubahnya dengan kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Setiap pemerintahan dalam melaksanakan amanat pembangunan selalu berfokus dan mengedepankan keadilan sebagai suatu keharusan. Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semangat program pembangungan yang dilaksanakan melalui 9 cita-cita atau Nawa Cita. Program tersebut untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu dari Sembilan Nawa Cita antara lain, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program ”Indonesia Pintar”; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program ”Indonesia Kerja” dan ”Indonesia Sejahtera” dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019. Sementara presiden periode sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) demi lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Presiden mengeluarkan Inpres No 3 Tahun 2010. Adalah sesuatu yang wajar dan lazim bagi Presiden untuk mendorong percepatan pembangunan mengeluarkan instruksi kepada jajaran pembantu dan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Seperti juga Presiden ke enam Republik Indonesia,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengeluarkan Inpres No 3 Tahun 2010. Agar Inpres tersebut berjalan, Presiden SBY menginstruksikan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan sejumlah pejabat terkait termasuk gubernur dan bupati/walikota. Instruksi tersebut ditujukan dengan maksud agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan yang meliputi program pro rakyat, keadilan untuk semua (justice for all), pencapaian tujuan Pembangunan Milenium (Millennium DevelopmentGoals - MDG’s). Dalam rangka pelaksanaan program-program dimaksud untuk program pro rakyat memfokuskan pada program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga, program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Sementara program keadilan untuk semua, di antaranya memfokuskan pada program keadilan bagi anak, program keadilan bagi perempuan dan program keadilan di bidang ketenagakerjaan dan program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan. Sedangkan untuk program pencapaian tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), difokuskan pada pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar untuk semua, pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Dan program penurunan angka kematian anak; kesehatan ibu, pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, penjaminan kelestarian lingkungan hidup dan program pendukung percepatan pencapaian tujuan Pembangunan Milenium.
Sembilan belas Posdaya Terbaik Nasional dari 44.750 Posdaya di seluruh mendapat apresiasi Damandiri Award 2014.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
41
Penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono memberikan apresiasi Damandiri Award 2014 pada penggerakpenggerak Posdaya tingkat kabupaten/kota di acara HUT ke 19 Yayasan Damandiri di UNS Surakarta, Jawa Tengah.
42
Berkilas balik dari Inpres No 3 Tahun 2010 yang secara jelas menekankan pada pembangunan yang berkeadilan, maka pada pemerintahan beberapa puluh tahun silam, Presiden RI kedua HM Soeharto, sejak awal memimpin negeri ini sebagai Presiden Republik Indonesia kedua sudah menekankan pembangunan nasional yang dijalankannya bertekad mengentaskan kemiskinan melalui upaya pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, fisik dan spiritual, bebas dari kebodohan dan keterbelakangan. Pak Harto, demikian biasa disapa, selalu menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Pak Harto sebagai seorang Presiden juga pernah mengeluarkan Inpres yang cukup kesohor, yakni Inpres Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Dalam buku ”Soeharto (Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya)”, yang disusun oleh G Dwipayana dan Rammadhan KH, Pak Harto mengatakan, ”Saya masih ingat, kalau pada tahun 1967 sembilan dari sepuluh orang Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan.” Atas dasar pemikiran itu, tanggal 1 April 1979 ditetapkan sebagai kebulatan bangsa ini memerangi kemiskinan secara bertahap melalui Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita). Dengan rancangan program pembangunan yang rapi, program-program pemberdayaan keluarga ditetapkan dan dilaksanakan. Berbagai program pembangunan, utamanya program-program pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi, termasuk ekonomi kerakyatan atau koperasi, yang sangat komprehensif dilaksanakan secara sistematis. Di samping itu, dalam suasana melawan arus, di mana tidak satupun negara besar pernah melaksanakan dengan berhasil, Pak Harto mendorong pelaksanaan program KB secara berani. Hasilnya sungguh sangat menakjubkan. Pada tahun 1976 tingkat kemiskinan telah
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
menurun menjadi 40 persen dari 60 persen pada tahun 1970. Pada Repelita II pembangunan infrastruktur berupa saluran irigasi, jalan-jalan desa dan transportasi lebih digalakkan. Sarana dan prasarana sosial kemasyarakatan, untuk pendidikan, kesehatan, pasar dan lainnya ditingkatkan dengan dukungan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Menjelang penutup Repelita III, tahun 1984, Indonesia sanggup menghasilkan 25,8 juta ton beras, naik sekitar 100 persen dibandingkan produksi tahun 1969 saat dimulainya Repelita. Tingkat kemiskinan menurun menjadi sekitar 22 persen. Keberhasilan itu tidak dinikmati oleh bangsa sendiri. Biarpun masih miskin, pada tanggal 14 Nopember 1985, pada saat Pak Harto diminta berpidato pada Ulang Tahun Organisasi Pangan se Dunia (FAO) ke 40 tahun di Roma, atas nama petani dan rakyat Indonesia, pak Harto menyumbangkan 100.000 ton gabah kepada saudara-saudara kita yang miskin di belahan Afrika. Keberhasilan swasembada yang berlanjut dengan baik itu mengundang Dirjen FAO, Edouard Saouma, ke Jakarta pada tanggal 21 Juli 1986 untuk menyerahkan penghargaan dunia atas keberhasilan swasembada pangan kepada Presiden RI, HM Soeharto. Sementara itu program KB dan Kesehatan menunjukkan hasil yang sangat membesarkan hati. Usia Harapan Hidup yang semula di bawah 50 tahun melejit menjadi 53 tahun pada tahun 1976, 60 tahun pada tahun 1984, 65 tahun pada tahun 1997, dan kini mendekati angka 70 tahun. Kenaikan Usia Harapan Hidup ini didukung angka kelahiran dan angka kematian anak yang menurun tajam berkat pelayanan kesehatan sampai ke pelosok desa. Karena keberhasilan itu pak Harto mendapat penghargaan PBB, UN Population Awards, yang diserahkan langsung oleh Sekjen PBB, Javier Pirez de Cuillar, di New York pada tanggal 8 Juni 1989. Pada tahun 1993, akhir PJP I, atau akhir Repelita V, angka kemiskinan telah bisa ditekan menjadi sekitar 13,7 persen, prestasi yang menakjubkan. Prestasi itu berlanjut dan pada tahun 1996 kemiskinan berhasil diturunkan menjadi 11,6 persen. Pada hari Senin tanggal 8 September 1997 Dirjen UNDP, James Gustav Speth, berkunjung ke Jakarta menyerahkan penghargaan PBB atas keberhasilan upaya pengentasan kemiskinan itu kepada Pak Harto. Selamat! q HARI
CERITA SAMPUL
Walikota Bogor Dr Bima Arya
Posdaya Beri Kontribusi Positif Walikota Bogor, Jawa Barat, Dr Arya Bima mengungkapkan, program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan sebuah konsep yang luar biasa. “Ini adalah sebagai wujud dari konsep kolaborasi. Satu titik di satu daerah dilibatkan berbagai macam elemen warga kemudian digodok di situ, dipelajari, dijalankan bahkan dikunjungi oleh orang-orang bukan saja dari luar kota di dalam negeri namun juga dari luar negeri. Bogor ini jadi tempat favorit kunjungan pasti karena Posdaya itu. Dan betul, keberadaan Posdaya telah memberi kontribusi positif,” tegas Dr Bima Arya kepada Ade Sudrajat dari Majalah Gemari belum lama ini. Dr Bima Arya bersama istri tercinta Yane Ardian, SE.
[FOTO: IMAJI INDONESIA]
P
RIA ganteng kelahiran Paledang, Bogor, 17 Desember 1972 ini, mengungkapkan kekagumannya terhadap konsep Posdaya yang digagas Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Menurutnya, ada satu kata kunci yang disadarinya itu menjadi penentu keberhasilan, terkesan klise tapi itu faktanya yaitu, kolaborasi. “Ini bahasanya bisa macam-macam. Orang dulu bilang gotong royong, musyawarah, bahasa yang paling sederhana kebersamaan, bahasa yang lebih canggih lagi sinergi. Kolaborasi itu kunci utamanya. Masalah bangsa bila didekati secara keroyokan menurut saya efektifitasnya luar biasa,” imbuh walikota yang meraih Doktor Ilmu Politik dari Australian National University Canberra Australia ini. “Jadi, Posdaya ini konsepnya luar biasa, berbagai elemen melakukan kolaborasi dengan berbagai kalangan, baik dari kalangan perguruan tinggi, seperti IPB, SKPD pemerintah daerah maupun kalangan masyarakat. Dan menurut saya, ini adalah suatu program yang terus menerus akan didukung oleh Pemerintah Kota Bogor,” tegas Sarjana Hubungan Internasional lulusan FISIP Unpar Bandung, ini seraya menegaskan apalagi hal itu meyangkut pemberdayaan masyarakat khususnya para generasi muda. Walikota Bogor periode 2014-2019 ini menyatakan, setiap aktivitas maupun agenda kunjungan yang melibatkan generasi muda dirinya selalu akan memprioritaskan. ”Kalau ada mahasiswa, ada organisasi pemuda, ada karang taruna yang mau datang pasti saya agendakan karena menurut saya kalianlah pemegang masa depan republik ini,” tegas ayah dua anak (Kinaura Maisha, 11 tahun, Kenatra Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
43
Mahesha, 7 tahun) ini buah pernikahannya dengan Yane Ardian, SE.
Walikota Bogor Dr Bima Arya bersama istri Yane Ardian, SE usai menerima penghargaan Damandiri Award 2015 bergambar bersama kader Posdaya Puspa Lestari Bogor yang meraih Juara II tingkat nasional dan Staf P2SDM IPB Ir Yanefri Bachtiar, MSi (kanan). [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Kota Posdaya Setelah resmi menjabat sebagai Walikota Bogor sejak 17 April 2014 lalu bersama pasangannya Ir Usmar Hariman, dirinya giat melakukan berbagai terobosan dan pemberdayaan bagi masyarakat Kota Bogor. Dengan slogan “Bogor Bisa” kedua pasangan ini memberikan semangat baru untuk perubahan di Kota Bogor. Keberadaan Posdaya yang telah bergulir selama ini semakin digenjot baik kualitas maupun kuantitasnya. Bekerja sama Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Jawa Barat, dengan menggelar berbagai pelatihan Posdaya mendapat respon yang mengagumkan. Pesertanya pun datang bukan saja dari luar kota di dalam negeri namun juga dari luar negeri. Sampai saat ini sebanyak 80 angkatan yang telah mengikuti kegiatan pelatihan Posdaya hasil kolaborasi Pemerintah Kota Bogor, IPB dan Yayasan Damandiri ini. Hasilnya luar biasa, sebanyak 44.750 Posdaya yang kini tersebar di berbagai pelosok tanah air, di antaranya buah dari kontribusi Pemerintah Kota Bogor melalui berbagai pelatihan Posdaya ini. Tak heran, bila Pemkot Bogor kembali meraih penghargaan Damandiri Award yang ke-5 pada HUT Damandiri ke-19 tahun pada 15 Januari 2015 lalu yang digelar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah. Walikota Bogor Dr Bima Arya pun langsung menerima penghargaan itu. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pun menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Walikota Bogor Dr Bima Arya ini. Dirinya pun menawarkan kepada Walikota Bogor untuk menobatkan Kota Bogor sebagai Kota Posdaya. “Melalui restu dari Walikota Bogor, kami akan men-
deklarasikan Kota Bogor ini sebagai Kota Posdaya. Pak Walikota bersama IPB telah menggelar pelatihan Posdaya baik di dalam maupun di luar negeri yang jumlahnya telah mencapai 80 angkatan,” tutur Prof Haryono saat menyampaikan sambutannya di malam puncak HUT Yayasan Damandiri ke-19 pada 15 Januari 2015 di UNS Surakarta. Ditambahkannya, para peserta pelatihan Posdaya itu pada umumnya dikirim ke Bogor untuk melakukan OST atau Observation Study Tour ke sejumlah Posdaya yang sukses mengangkat kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekitarnya. “Ini semua tak lepas dari peran Walikota Bogor yang trengginas memberikan dukungan dalam berbagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya,” tutur Prof Haryono seraya menegaskan kembali Kota Bogor pantas dinobatkan sebagai Kota Posdaya. Walikota Bogor Dr Bima Arya mengakui jika untuk kemajuan Posdaya, peran dari Kampus IPB sangat penting, peran dari aparat Pak Lurah, Pak Camat, peran dari Dinas BPMKB penting, LPM penting. “Semua sama jasanya, semua betul-betul bekerja secara ikhlas untuk pengentasan kemiskinan di berbagai bidang,” ucapnya saat ditemui Dede Haeruddin dari Majalah Gemari usai menerima penghargaan dari Yayasan Damandiri yang kelima kalinya di auditorium kampus UNS, Solo, Jateng, 15 Januari 2015 lalu. Ditanya apakah Bogor siap menjadi Kota Posdaya, ia menjawab, justru pihaknya sangat bangga dan sangat siap. “Karena ini memang kerja yang dibangun sudah cukup lama, yang melibatkan banyak pihak, dan sudah menyebar dari titik ke titik yang lain. Sehingga masingmasing Posdaya menyebar dan memberikan inspirasi ke Posdaya yang lain,” dalihnya sambil berjalan keluar auditorium UNS, usai mengikuti acara Damandiri Award tahun 2015 yang dikerubungi awak pers itu. “Kita berharap ini tidak saja untuk kemajuan masyarakat di Bogor, tetapi dapat memberikan inspirasi kota-kota lain,” harapnya sumringah tentang keberhasilannya meraih Damandiri Award Tahun 2015 pada malam pengumuman yang menelurkan 19 Posdaya dari berbagai daerah itu masuk nominasi, termasuk Posdaya dari Kota Bogor. Lahir dari sosok tokoh Bogor Bima Arya lahir di klinik dr Soekoyo Paledang, Bogor, 17
44
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Desember 1972. Ia anak sulung dari tiga bersaudara. Seluruh keluarga besarnya berasal dari Bogor. Pendidikan dasar hingga SMA ditamatkan di Bogor. Sekolah Dasar di SDN Polisi IV kemudian lulus dari SMPN 1, dan SMAN I Bogor. Bima adalah putra dari Toni Sugiarto, seorang perwira polisi. Ketika Bima dilahirkan, ayahnya berpangkat Kapten. Ketika wafat pada tahun 1997 ayahnya masih bertugas sebagai anggota DPR dari fraksi ABRI dengan pangkat Brigadir Jenderal. Semasa hidupnya Toni Sugiarto dikenal sebagai tokoh Bogor, pemimpin yang sangat merakyat dan luas pergaulannya di Kota Bogor. Beliau adalah salah satu tokoh Bogor yang banyak berkiprah di bidang organisasi kemasyarakatan di Bogor, salah satunya melalui Paguyuban Bogoriensis yang ia dirikan beserta tokoh-tokoh Bogor lainnya. Toni Sugiarto adalah Ketua Umum Paguyuban Bogoriensis tahun 1993-1997. Walikota Bogor Diani Budiarto yang ketika itu masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata sempat pula terlibat dalam aktivitas Paguyuban Bogoriensis. Semangat dari Paguyuban Bogoriensis inilah yang 14 tahun kemudian dilanjutkan oleh Bima Arya menjadi Paguyuban Bogor. Walikota Bogor Diani Budiarto meresmikan berdirinya Paguyuban Bogor pada tanggal 17 Desember 2011. Didukung oleh sejumlah tokoh senior di Bogor seperti Dewi Pandji, H Karna Sapoetra, H Atjep Zainal Arifin, H Koerman Sabur dan dimotori para aktivis muda Bogor, organisasi ini bergerak di bidang sosial ekonomi, budaya, dan pendidikan. Ibunda dari Bima Arya, Melinda Susilarini adalah juga figur yang penuh dengan prestasi di Bogor. Melinda adalah Juara kedua Ratu Pariwisata Karesidenan Bogor, setelah itu menjadi Juara kedua Ratu Pariwisata Jabar, dan kemudian pada tahun 1971 mewakili Bogor di pentas nasional terpilih menjadi juara kedua Ratu Indonesia. Kakek Bima Arya, Barna Muhammad (dari pihak ibu) adalah Kepala Rumah Tangga Istana Bogor pada jaman Presiden Soekarno. Sedangkan kakek dari pihak ayahnya, yaitu R Soekojo adalah pensiunan pegawai kehutanan yang ketika itu tinggal di Gang Nurkas, Paledang Bogor. Bima menikah dengan Yane Ardian, seorang gadis Bogor pada 28 Desember 2002. Yane lahir di Panaragan Bogor dan keluarga Yane tinggal di Gang Aut Bogor. Ayah Yane almarhum Ardi Rahman (Tan Ki Hoan) semasa hidupnya adalah pengusaha angkot. Bima dan
Yane kini dikaruniai dua orang anak, Kinaura Maisha (Kin), putri berusia 8 tahun dan Kenatra Mahesha (Ken) putra berusia 4 tahun. Walikota terpilih Pasangan Dr Bima Arya Sugiarto dan Ir Usmar Hariman resmi dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada 17 April 2014. Pasangan ini telah memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Bogor yang digelar pada 14 September 2013, bersama lima pasangan calon lainnya termasuk calon incumbent Achmat Ru‘yat bersama Aim Halim Hermana. Perjalanan meraih orang nomor satu di Kota Hujan ini melewati jalan yang tak mulus, meski Pilkada berjalan halus, peristiwa saling klaim atas keunggulan perolehan suara sempat menguat sebelum hasil pleno KPU ditetapkan. Hasil perolehan suara yang berbeda tipis antara dua kandidat kuat yakni Bima Arya Usmar Hariman dan Achmat Ru‘yat - Aim Halim Hermana sempat menjadi polemik hingga membuat warga Kota Bogor harapharap cemas siapa pemimpin mereka berikutnya setelah ditinggal Diani Budiarto. Hingga akhirnya pada sidang pleno KPU Kota Bogor menetapkan pasangan Bima Arya Usmar Hariman meraih suara terbanyak 132.835 suara atau 33,14 persen dari seluruh suara sah yang diperoleh pada pemilihan kepala daerah Kota Bogor. Sementara pasangan Achmat Ru‘yat - Aim Halim Hermana memperoleh 131.080 suara atau 32,69 persen atau kurang dari perolehan suara Bima -Usmar 1.755 suara (0,44 persen). Selamat! q ADE S/DH
Walikota Bogor Dr Bima Arya bersama istri Yane Ardian, SE dan kedua anaknya Kinaura Maisha, Kenatra Mahesha.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
45
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Mempersiapkan Generasi Muda yang Membludak Pada akhir tahun 2014 lalu, di Universitas Padjadjaran Bandung digelar pertemuan besar Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) yang pesertanya datang dari seluruh Indonesia. Dengan fasilitas yang diberikan oleh Rektor Unpad, yang juga seorang ahli kependudukan, Prof Dr Ir Ganjar Kurnia, DEA, Ketua Umum IPADI, Prof Dr Prijono Tjiptoherijanto mengundang ahli kependudukan dari dalam dan luar negeri membahas permasalahan kependudukan di Indonesia. Para pembicara yakin bahwa masalah kependudukan di Indonesia dewasa ini berbeda dibandingkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Di masa lalu keluarga Indonesia banyak kehilangan anak-anaknya di medan perjuangan kemerdekaan dan berburu menambah jumlah anaknya. Dewasa ini keluarga Indonesia makin sadar bahwa jumlah dua anak dianggap cukup dan tidak menambah lagi anak-anaknya.
Perlu diciptakan entrepreneur sederhana pada tingkat desa agar sumber daya alam sebagai bahan baku yang melimpah bisa diolah menjadi produk laku jual dan menguntungkan. [FOTO: ADE S]
46
D
ARI segi demografi setidaknya ada tiga pokok kegelisahan yang menonjol. Pertama, biarpun kesadaran dan pengetahuan tentang masalah KB cukup tinggi, tetapi perhatian pemerintah yang sangat kecil terhadap kelangsungan program ini memprihatinkan dan disayangkan karena tidak memicu komitmen di tingkat akar rumput. Kedua, membludaknya penduduk usia muda dan remaja sebagai bagian dari era bonus demografi dianggap sebagai masalah yang baru muncul di tahun 2030, padahal sudah
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
terjadi di banyak provinsi sejak tahun 1990-an. Ketiga, membludaknya penduduk lanjut usia, sepuluh kali lipat dibanding tahun 1970-an, sementara penduduk Indonesia hanya melipat dua kali saja, dianggap sebagai peristiwa biasa dan tidak memperoleh perhatian. Ketiga persoalan serius itu masih ditambah dengan naiknya aspirasi dari keluarga Indonesia yang makin urban, makin dewasa, makin berpendidikan, dan makin demokratis yang secara cepat memerlukan penanganan yang tepat. Karena itu diusulkan segera dibuat “roadmap” kependudukan untuk dijadikan pedoman bagi pemerintah memimpin dan mengkoordinasikan penanganan pembangunan berbasis kependudukan di Indonesia. Agar bisa dikerjakan dengan baik, diperlukan pertama-tama kesadaran dan pengetahuan yang benar dan luas dari seluruh pemangku kekuasaan dan para pelaksana pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu BKKBN perlu ditempatkan secara wajar agar bisa mengkoordinasikan kegiatan yang jauh lebih komplek dibandingkan tugasnya di masa lalu. Tidak saja memimpin program KB, tetapi program dan kegiatan pembangunan berbasis kependudukan secara horizontal dan vertikal sampai ke akar rumput di ting-
kat pedesaan. Peningkatan pengetahuan yang benar itu perlu segera disampaikan kepada khalayak dibarengi pemetaan keluarga Indonesia. Peta keluarga dijadikan landasan pelaksanaan roadmap yang disusun, diikuti program pemberdayaan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Unit ini mengantar setiap penduduk mengikuti proses untuk berperan sebagai pelaku pembangunan. Setiap penduduk menjadi pelaku pembangunan, bukan hanya pengikut pembangunan. Karena itu roadmap mencatat kemajuan meningkatnya setiap keluarga dalam proses menuju kepada keluarga yang mandiri, sejahtera dan mampu membawa keluarganya ke arah tujuan roadmap yang digariskan. Persoalan paling serius yang dihadapi adalah bagaimana memberikan persiapan yang sangat intens terhadap lebih dari 175 juta penduduk usia kerja yang hanya separonya saja bekerja secara efektif guna menjamin lebih dari 250 juta penduduk Indonesia dewasa ini. Pertama-tama kita harus menyelesaikan jutaan penduduk yang tingkat pendidikannya dan ketrampilannya rendah agar bisa memanfaatkan pasar kerja atau membuka pasar kerja baru yang menguntungkan. Penduduk menganggur dengan latar belakang formal harus segera ditangani agar semangat sekolah tidak kendur dan mentelantarkan penduduk tanpa pendidikan. Kita harus menarik kembali tenaga terdidik dan sarjana yang keluar dari pasar kerja dan menempatkan diri pada bukan angkatan kerja dalam posisi mengurus rumah tangga atau kedudukan non angkatan kerja lainnya. Perlu diciptakan entrepreneur sederhana pada tingkat desa agar sumber daya alam sebagai bahan baku yang melimpah bisa diolah menjadi produk laku jual dan menguntungkan. Dukungan masyarakat untuk mencintai dan membeli produk lokal perlu digalang sehingga kemampuan produksi bisa habis terjual dan akhirnya membuat produsen makin mahir dan berakhir dengan kualitas produk yang unggul dan menguasai pasar. Kearifan para sesepuh yang jumlahnya melimpah dan usianya sebagai lansia bertambah panjang perlu digali dan dipergunakan dengan baik. Para lansia bukan makhluk yang harus diistirahatkan, tetapi diajak memilih pekerjaan yang tidak membebani tetapi mempunyai daya ungkit untuk memberi semangat generasi muda dan mengantar anak cucu lebih yakin untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar dan berkelanjutan. Para lansia diajak tetap memberi perhatian pada tiga generasi
sebagai wujud cinta kasih yang tidak ada hentinya. Pada bagian Peta keluarga lain, program KB pelu dibawa kepada khalayak dengan menandijadikan landasan tang setiap keluarga menguasai pelaksanaan roadmap delapan fungsi keluarga secara tuntas agar budaya mempunyai yang disusun, diikuti dua orang anak bukan suatu program paksaan, tetapi keharusan untuk menguasai pelaksanaan delapan pemberdayaan fungsi keluarga secara bulat dan keluarga sebagai unit berhasil. Daerah-daerah yang sudah terkecil masyarakat. memasuki era bonus demografi Unit ini mengantar seperti Provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, sesetiap penduduk bagian Jawa Tengah dan Sulamengikuti proses wesi Utara mendapat perhatian yang serius. Jumlah angkatan untuk berperan kerja yang melimpah di provinsisebagai pelaku provinsi itu harus segera ditanggapi dengan gelaran pelatihan pembangunan. Setiap ketrampilan yang diikuti pembupenduduk menjadi kaan lapangan kerja yang bersifat padat penduduk. Penduduk yang pelaku pembangunan, menjadi bonus atau dividend di bukan hanya pengikut daerah itu bukan seluruhnya mempunyai pendidikan tinggi pembangunan. sehingga industry padat modal perlu pertama-tama dikembangkan untuk menampung bonus demografi yang melimpah. Sebaliknya daerah-daerah yang baru akan mengenyam bonus, seperti NTT, NTB, Papua dan daerah langka penduduik usia kerja lainnya perlu difikirkan untuk mendapat dukungan dari daerah padat penduduk agar melimpahnya sumber daya alam dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Daerah-daerah itu bukan memerlukan bayi yang dilahirkan melalui kehamilan biasa, tetapi penduduk siap kerja yang melimpah di daerah lain sebagai akibat bonus demografi yang mulai terjadi sejak tahun 1990-an yang lalu. Daerah-daerah besar lainnya yang segera akan memasuki era bonus demografi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatra Utara dan lainnya, perlu mempersiapkan diri agar limpahan bonus itu membawa manfaat dan kemakmuran kepada rakyat banyak. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
47
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Jadi Pusat Pelatihan K3 di Indonesia Era globalisasi saat ini maka sumberdaya manusia (SDM) berkualitas yang paham Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi kebutuhan utama. Pasalnya, Sertifikat K3 wajib dimiliki setiap karyawan dalam perusahaan itu. Sebagai langkah untuk menyiapkan lulusan perguruan tinggi berkualitas, siap kerja dan dibutuhkan setiap perusahaan, pada Kamis pagi 4 Desember 2014 lalu Universitas Trilogi melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk menggelar pelatihan K3. Kampus perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” ini siap menjadi Pusat Pelatihan K3 di Indonesia.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi sambutan di hadapan para dosen dan mahasiswa Universitas Trilogi serta para kader Posdaya seJabodetabek. [FOTO-FOTO: ADE S]
48
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Universitas Trilogi, Kemenakertrans dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Seluruh civitas akademika Universitas Trilogi, puluhan kader Posdaya se-DKI Jakarta antusias mengikuti momen ini. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono Direktor Jenderal Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr Ir Muchtar Luthfie, MMA yang memprakarsai acara ini. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Universitas Trilogi Jl Kampus STEKPI No 1 Kalibata, Jakarta ini menjadi lebih bermakna dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas terlaksananya MoU ini. “Sungguh momen ini suatu anugerah, karena MoU bukan saja disaksikan seluruh jajaran Universitas Trilogi, namun seluruh pimpinan Posdaya dari seluruh Jakarta,” tutur Prof Haryono seraya menam-
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
bahkan pemahaman K3 bukan saja harus dikuasai kalangan perusahaan, para mahasiswa namun keluarga-keluarga di desa terutama yang tergabung dalam kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Melalui MoU ini, lanjtu Prof Haryono, dirinya berharap dalam waktu singkat pimpinan Universitas Trilogi segera mendaftar para dosen untuk menjadi dosen pertama yang menguasai K3 ini. “Karena MoU dalam waktu tiga hari siap, maka dalam waktu singkat pula pelatihan pertama dari para dosen K3 Universitas Trilogi bisa dibuka, agar pada Januari 2015 mendatang kita bisa menyebar undangan untuk para peserta dari berbagai perusahaan. “Jadi, begitu 1 Januari 2105 Universitas Trilogi membuka kesempatan bagi perusahaan yang mengirim para pegawainya untuk dilatih,” cetusnya. Ditambahkannya, kalau perlu setiap bulan bisa menerima peserta pelatihan untuk K3. “Jadi, dosennya harus cukup banyaknya supaya tidak mengganggu jadwal kuliah para mahasiswa. Jangan pikir anggaran, kalau anggaran kementerian belum turun, nanti saya bantu talangan anggaran untuk pelatihan K3 para dosen ini,” tandas Prof Haryono. Pelatihan K3 yang dipusatkan di Universitas Trilogi ini, lanjut Prof Haryono, selain disiapkan bagi para pegawai perusahaan, juga bagi para pendamping Posdaya. “Sehingga melalui Universitas Trilogi yang mempunyai jajaran ahli K3 bisa dipamerkan kepada menteri tenaga kerja yang baru,” tutur pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan jajaran Dirjen Kemenakertrans. Hadir dalam acara ini Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kese-
hatan Kerja (PNK3) Kemenakertrans RI, Ir. Amri, AK, MM, Direktur Akademik Universitas Trilogi Dr Aam Bastaman, SE, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Trilogi Dr R Swi Sunu Kanto, MSc, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para dosen dan para mahasiswa Universitas Trilogi, para kader Posdaya se-Jakarta dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc merasa bangga dan bersyukur, Universitas Trilogi mendapat kepercayaan dari Dirjen Kemenakertrans yang akan menjadikan perguruan swasta ini sebagai pusat pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 di Indonesia baik untuk kalangan karyawan perusahaan, para mahasiswa maupun masyarakat. Menurutnya, Sertifikat K3 merupakan kewajiban yang harus dimiliki setiap karyawan perusahaan. Sebagai langkah untuk menyiapkan lulusan perguruan tinggi berkualitas, siap kerja dan dibutuhkan setiap perusahaan maka Universitas Trilogi melakukan kerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi khususnya mengenai penanganan Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3. “Pekerjaan ini sebenarnya pekerjaan dunia akhirat, karena akan melayani mereka menjadi lebih baik dan panjang. Hal ini akan menjadi kegiatan yang terus menerus kita dilakukan. Ke depan kita akan membentuk pusat yang berkaitan dengan K3 bekerja sama dengan Posdaya,” tutur Prof Asep seraya mengucapkan terima kasih kepada Direktor Jenderal Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr Ir Muchtar Luthfie, MMA yang menyarankan pentingnya kampus Universitas Trilogi agar memiliki pusat K3 saat memberi sambutan sebelum penandatanganan MoU antara Universitas Trilogi dan Dirjen Kemenakertrans di Auditorium Kampus Universitas Trilogi Jakarta pada Kamis pagi Desember 2014 lalu. Oleh karena itu, lanjut Rektor, saat ini dirinya menggandeng Dirjen Kemenakertrans untuk bekerja sama menandatangani MoU berdirinya pusat K3 di kampus Universitas Trilogi. Ke depan, nantinya akan ada Program S2 untuk Manajemen K3 juga S1 K3. “Kalau kita sudah punya manajemen konsentrasi untuk K3 baik S2 maupun S1, maka Universitas Trilogi akan menjadi perguruan tinggi yang besar sekali membantu bangsa Indonesia,” tegas Prof Asep. “Walaupun ini bukan pekerjaan ringan namun dengan bekerja keras, bekerja cerdas
dan ikhlas apa yang kita cita-citakan agar kampus ini menjadi pusat pendidikan K3 yang akan membantu bangsa kita ini akan segera terjadi,” tukas Prof Asep optimis. Sedangkan Dirjen Kemenakertrans Dr Ir Muchtar Luthfie, MMA pentingnya seritifikat K3 ini untuk dimiliki setiap perusahaan. Menurutnya, setiap perusahaan yang akan melakukan tender memerlukan sertifikat K3. “Karena sertifikat K3 ini sudah menjadi kebutuhan dan kewajiban yang harus dimiliki setiap perusahaan, maka lembaga atau sarana sebagai pusat pelatihan K3 sangat mendesak untuk diadakan. Sebab yang penting, bukan sertifikatnya tetapi pelatihan untuk melaksanakan programprogram K3. Jadi, kalau sudah dilatih, diberi pengetahuan tentang K3, baru mendapatkan sertifikat,” tegas Muchtar Luthfie. Hal senada juga disampiakn Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PNK3) Kemenakertrans RI Ir Amri, AK, MM. Ia menegaskan pentingnya SDM yang menguasai K3. Menurutnya, era globalisasi dan perdagangan bebas yang terjadi saat ini maka SDM berkualitas yang paham akan K3 menjadi kebutuhan utama. Begitupun bagi berbagai perusahaan di tanah air. “Karena setiap perusahaan kini dituntut oleh negara-negara maju di dunia, agar setiap barang dan jasa yang dihasilkan harus memenuhi kaidah-kaidah K3. Apabila itu tidak dilakukan maka akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan ekspor impor dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan,” tegas Ir Amri seraya menambahkan langkah itulah yang akan dikembangkan Kemenakertrans dengan Universitas Trilogi melalui MoU ini. q ADE S
Dari kiri ke kanan: Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, Dirjen Kemenakertrans Dr Ir Muchtar Luthfie, MM, Direktur PNK3 Kemenakertrans RI, Ir Amri, AK, MM, saling menjabat erat tangan usai menandatangani MoU tentang Pelatihan K3 di Kampus Trilogi.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
49
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Kesempatan Memberdayakan Penduduk
Bangsa Indonesia boleh bangga, karena sejak tahun 1970-an, Indonesia telah berhasil membangun penduduk dan keluarga dengan cara yang sistematik dan terpadu serta pembangunan Keluarga Berencana dilakukan secara bertahap dan hasilnya sungguh menakjubkan. Karena keberhasilan itulah, pada tahun 1989 lalu Indonesia mendapatkan pengakuan dunia dan Penghargaan UN Population Award diberikan oleh Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) kepada Pemerintah Indonesia.
Posdaya diperkenalkan kepada masyarakat luas sebagai contoh pemberdayaan secara paripurna dan sekaligus sebagai ujung tombak pembangunan serta model pengembangan keluarga di Indonesia.
[FOTO: ADE S]
50
K
EBERHASILAN itu dibuktikan dengan adanya jumlah kelahiran dan kematian penduduk Indonesia yang semakin menurun, tingkat kesehatan dan pendidikan penduduk semakin meningkat, ini ditandai dengan semakin panjangnya usia harapan hidup penduduk Indonesia dari tahun ke tahun dan semakin panjang pula rata-rata pendidikan anak Indonesia yang bersekolah. Beberapa provinsi mengalami tingkat kesehatan yang sangat menakjubkan, terutama provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Bali, sehingga beberapa provinsi tersebut mempunyai usia harapan hidup yang tinggi dan ikut menyumbang nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di provinsi itu dengan sangat menggembirakan. Secara keseluruhan IPM Indonesia terus mengalami kenaikan, meskipun kenaikannya tidak secepat negara tetangga seperti, Singapore, Malaysia dan Thailand.
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Beberapa provinsi terutama di kawasan timur Indonesia seperti NTT, NTB, Maluku dan Papua agak lambat terkait dengan kenaikan IPMnya, dikarenakan sumber daya manusia yang relatif rendah dan tingkat pendidikan masyarakatnya juga relatif rendah. Hal ini membuat IPM Indonesia kalah jauh bila dibandingkan dengan negara tetangga tersebut. Keberhasilan pembangunan selama ini dirasa kurang adanya pemerataan, sehingga beberapa daerah mengalami kemajuan yang cukup tinggi, sedangkan dilain pihak ada beberapa daerah mengalami banyak kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya manusianya. Oleh karena itu diperlukan adanya komitmen politik dari pimpinan pemerintahan agar pembangunan dilaksanakan secara merata di semua daerah, terutama daerah yang IPMnya rendah. Diharapkan di daerah yang IPMnya rendah dapat digarap dengan sungguhsungguh, terutama pada upaya peningkatan sumber daya manusianya dan lebih fokus lagi pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Apabila hal ini difokuskan dengan komitmen dan prioritas tinggi serta melibatkan semua pihak, termasuk di dalamnya pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga perbankan, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat luas, maka dapat dipastikan secara keseluruhan IPM Indonesia akan meningkat dengan signifikan. Meskipun sampai saat ini kecepatan kenaikan IPM tidak sece-
pat negara tetangga, tetapi kita tetap bersyukur, setidak-tidaknya upaya yang dilakukan selama ini tidak sia-sia dan membawakan hasil yang cukup membanggakan. Keberhasilan program Kependudukan, KB dan Kesehatan di masa lalu, telah mampu mengantar penduduk Indonesia yang dulunya sebagian besar adalah penduduk yang berada di kawasan pedesaan (rural), telah berubah menjadi penduduk perkotaan (urban) yang jumlahnya hingga kini telah melebihi angka di atas 60 persen. Perubahan tersebut dikarenakan antara lain berubahnya daerah yang dulunya desa, dengan adanya otonomi daerah dan perubahan struktur pemerintahan, desa bisa berubah menjadi kota. Penduduk rural berubah menjadi penduduk urban dengan segala konsekuensinya. Cara pandangnya pun telah berubah, sehingga saat ini agak sulit membedakan mana orang kota dan mana orang desa. Dari segi acara berpikir pun sulit dibedakan, hal ini dikarenakan adanya kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi hingga menembus sampai ke pelosok desa dan sukar untuk dibendung. Meskipun kita merasa bangga, karena IPM kita dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, namun kemiskinan masih menjadi pekerjaan besar bagi bangsa ini. Banyak sekali program yang telah dicanangkan dan banyak pula dana yang digelontorkan, tetapi kemiskinan masih menjadi kendala utama bagi bangsa ini. Yang miskin masih tetap miskin dan yang kaya semakin kaya. Untuk memberikan penajaman dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan agar benar-benar akurat, maka dipandang perlu adanya pemetaan dan pendataan keluarga secara lebih mikro ditingkat yang paling bawah. Seperti halnya yang akan dilakukan oleh para relawan penggerak pembangunan yang ada di desa-desa yang tergabung dalam kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Mereka ikut membantu dalam pembuatan Peta Keluarga yang isinya adalah gambaran tahapan keluarga, mulai dari keluarga prasejahtera sampai keluarga sejahtera III Plus yang ada di kelompok Posdaya yang ada di desa, yang oleh Prof Dr Haryono Suyono disebut sebagai pemberdayaan bertahap intensifikasi melalui Roadmap. Dalam hal ini diharapkan para pimpinan daerah seperti bupati/walikota untuk memilih dan menetapkan Posdaya untuk mengikuti pemberdayaan secara sederhana sesuai dengan kemampuannya agar bisa dan mau menjadi pelaku pemberdayaan yang handal. Sasarannya adalah keluarga prasejahtera dan
keluarga sejahtera I agar mereka bisa berubah menjadi keluarga yang lebih maju dalam hal tahapannya. Peta Keluarga ini sangat dibutuhkan untuk intervensi secara cepat dan tepat, sehingga sasaran pembangunan lebih terarah dan terfokus. Pemetaan keluarga ini dilakukan secara sederhana, sehingga mudah dipahami, terbuka dan bisa dijadikan bahasan, apabila masih ada keluarga prasejahtera yang perlu dibantu dan diberdayakan. Di dalam Posdaya, dukungan bagi keluarga prasejahtera maupun keluarga Dr Mulyono D Prawiro sejahtera I tidak perlu muluk-muluk, tetapi disesuai dengan kebutuhan untuk berubah tahapan, terutama terkait dengan kebutuhan dasar dan berkelanjutan. Perlu adanya ketelatenan, kesabaran dan dibutuhan waktu yang relatif lama untuk proses pemberdayaan ini. Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto dalam bukunya Andi Taryono berjudul Pembangunan Pedesaan, Kemiskinan dan Ruralisasi menjelaskan bahwa pemberdayaan sesungguhnya adalah upaya sadar untuk memerdekakan manusia dari ketidakberdayaan, kemiskinan dan kebodohan, sehingga apabila keberdayaan dipahami sebagai upaya membebaskan manusia dan masyarakat secara sistematis dari ketiga belenggu itu, maka niscaya manusia dan masyarakat akan keluar dari jeratan kemiskinan. Kriteria kemiskinan menurut BKKBN adalah mereka yang tergolong dalam keluarga prasejahtera atau keluarga sejahtera I. Ukuran keberhasilan dari proses pemberdayaan adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I itu bisa meningkat menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Bila hal ini berhasil, maka Posdaya dapat dijadikan rujukan dan Posdaya yang berhasil akan didorong menjadi penggerak pembentukan Posdaya baru serta pengisian Posdaya dengan kegiatan yang lebih terpadu. Dengan demikian Posdaya diperkenalkan kepada masyarakat luas sebagai contoh pemberdayaan secara paripurna dan sekaligus sebagai ujung tombak pembangunan serta model pengembangan keluarga di Indonesia. Mudah-mudahan apa yang dilakukan dan dikerjakan dalam Posdaya membawa manfaat besar bagi peningkatan sumber daya manusia dan juga menyumbang kenaikan IPM Indonesia serta membawa kesejahteraan bagi seluruh keluarga di Indonesia. *)Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
51
LAPORAN DAERAH
Dari Rakernas HTRI XXIX Tahun 2014
STI Senam Keluarga Indonesia Tetap sehat, produktif dan bermartabat hingga usia senja adalah dambaan setiap insan. Misi inilah yang diusung keluarga besar Senam Tera Indonesia (STI). Tak pelak, organisasi lansia yang kini genap berusia 29 tahun sejak berdiri pada 1985 silam itu terus menebar manfaat bagi keluarga Indonesia. Setiap tahun keluarga besar STI merayakannya secara bergilir dari kota ke kota di Indonesia sebagai upaya untuk mempererat silaturahmi antara sesama. Tepatnya, pada Sabtu pagi 13 Desember 2014 lalu pengurus Pusat STI kembali menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dalam rangka Hari Tera Republik Indonesia (HTRI) XXIX Tahun 2014.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat memberi sambutan di hadapan ratusan peserta Rakernas HTRI XXIX Tahun 2014. [FOTO-FOTO: ADE S]
52
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama STI dengan Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah, dan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) ini menarik perhatian berbagai kalangan. Sebanyak 250 peserta dari berbagai pelosok tanah air antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PWRI Prof Dr Haryono Suyono. Tak heran, kehadirannya dalam acara yang berlangsung di Auditorium Hotel Atria, Jl Jend Sudirman No 42 Kota Magelang, Jateng ini mendapat sambutan hangat ratusan peserta. Acara yang mengangkat tema “Senam Tera Indonesia Membangun Keluarga Bermartabat, Beradab, Berakal Sehat” ini juga menjadi momen penting ditandatanganinya MoU antara pengurus STI Kota Magelang dengan PWRI Kota Magelang dan sejumlah kabu-
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
paten/kota lainnya di tanah air. Peristiwa itu langsung disaksikan Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Umum DPP Senam Tera Indonesia (STI) Mayjend TNI (Purn) R Naryadi, SE. Rakernas kali ini juga menghadirkan sejumlah tokoh nasional lainnya. Di antaranya Pelindung Senam Tera Indonesia Jend TNI (Purn) Dr Wiranto, SH. Mantan Panglima ABRI di era Presiden HM Soeharto ini didaulat untuk membuka secara resmi Rakernas HTRI XXIX Tahun 2014. Selain itu, Ketua Pengurus Nasional FORMI (Forum Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) H Hayono Isman, SIP. Acara itu pun mendapat perhatian langsung Walikota Magelang Ir Sigit Widyo Nindito, MT. Pada kesempata itu, Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono menyatakan apresiasi atas kiprah keluarga besar STI yang
terus menarik perhatian keluarga Indonesia. Menurutnya, senam itu kini telah diikuti puluhan ribu orang, terdiri dari tua dan muda melalui gerakan senam yang sangat digemari. “Melalui kerja sama dengan PWRI dan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, utamanya melalui forum pemberdayaan keluarga yang tergabung dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh desa, Senam Tera Indonesia itu diangkat sebagai Senam Keluarga Indonesia atau SKI,” tutur Prof Haryono saat memberi sambutan di hadapan ratusan peserta Rakernas HTRI. SKI ini, lanjut Prof Haryono, bisa diikuti oleh tiga generasi, yaitu generasi lansia, generasi muda dan generasi anak-anak. “Jadi, Senam Tera Indonesia sebagai SKI sejalan dengan misi yang diusung PWRI yang peduli terhadap tiga generasi, generasi anak-anak, generasi muda dan generasi sesama lansia,” tegas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini seraya menambahkan gagasan untuk mengembangkan versi SKI berbasis STI itu didasari oleh kenyataan bahwa sejak tahun 1990, usia harapan hidup bangsa ini meningkat tajam. Dijelaskannya, Jumlah penduduk lansia saat ini pesat pertumbuhannya melebihi kecepatan pertumbuhan penduduk biasa. “Penduduk lansia meningkat lebih dari sepuluh kali lipat. Begitu juga lamanya seorang penduduk berada pada posisi lansia bertambah panjang. Lansia miskin dan tidak sehat, sama dengan penomena umum. Karenanya lansia tidak lagi sekedar menjadi bagian penduduk yang harus dikasihani, tetapi merupakan potensi yang luar biasa,” ucap Prof Haryono yang kunjungannya kali ini didampingi Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi. Oleh karena itu, ujar Prof
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Umum DPP STI Mayjend TNI (Purn) R Naryadi, SE, (kedua dari kiri) menyaksikan penandatanganan MoU antara pengurus STI Kota Magelang dengan PWRI Kota Magelang.
Haryono, sebagai bagian dari penduduk biasa, lansia yang mempunyai pengalaman dan kearifan yang tinggi serta peduli terhadap tiga generasi, maka PWRI menggandeng Pengurus Senam Tera Indonesia (STI) membantu menciptakan Senam Keluarga Indonesia (SKI) berbasis STI yang bisa diikuti oleh tiga generasi secara silmultan, yaitu generasi lansia, generasi muda yang masih produktif dan generasi anak-anak. “Senam Keluarga Indonesia diharapkan menjadi ajang pertemuan dan kegiatan yang ramah serta menyenangkan karena kakek, nenek, ayah, ibu dan anak-anak semuanya mengikuti gerakan yang mudah, ceria dan sehat,” pungkasnya seraya mengucapkan selamat kepada seluruh peserta Rakernas HTRI. q ADE S
Para narasumber acara Rakernas HTRI bergambar bersama. Tampak dari kiri ke kanan: Ir Sigit Widyo Nindito, MT, Prof Dr Haryono Suyono, Jend TNI (Purn) Dr Wiranto, SH, Mayjend TNI (Purn) R Naryadi, SE, dan H Hayono Isman, SIP.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
53
LAPORAN DAERAH
Dari Pengukuhan PWRI Jambi Periode 2014-2019
PWRI Beri Masukan Pembangunan Jambi
Kiprah Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) terus mendapat sambutan positif. Keberadaannya yang peduli kepada tiga generasi, yaitu generasi balita, generai remaja dan keluarga muda serta peduli sesama lansia melalui kegiatan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kini makin membuahkan hasil. Tak heran, bila dalam setiap acara pengukuhannya disambut meriah baik para anggota PWRI maupun pejabat pemerintah setempat. Seperti pada acara Pengukuhan Pengurus Daerah (Pengda) PWRI Provinsi Jambi periode 2014-2019 pada pada Senin malam 22 Desember 2014 lalu.
Gubernur Jambi Drs H Hasan Basri Agus, MM, saat melantik Pengda PWRI Jambi Periode 2014-2019 di Auditorium Gubernuran Rumah Dinas Gubernur Jambi. [FOTO-FOTO: ADE S]
54
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pengda PWRI Provinsi Jambi, Pengurus Besar (PB) PWRI dan Pemerintah Provinsi Jambi ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan pensiuan dari seluruh Provinsi Jambi antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan dihadiri langsung Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Gubernur Jambi Drs H Hasan Basri Agus, MM. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Gubernuran Rumah Dinas Gubernur Jambi Jl Jenderal A Yani No 1 Telanai Pura, Jambi, ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Gubernur Jambi atas perhatian yang tinggi kepada anggota PWRI. “Alhamdulillah, Pak Gubernur telah memberi perhatian yang tinggi kepada anggota kami. Buktinya pengukuhan kepengurusan yang baru ini digelar meriah di Auditorium Gubernuran yang merupakan rumah dinas Pak Gubernur,” tutur Prof Haryono. Bahkan yang menggembirakan, lanjut Prof
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Haryono, Gubernur Jambi bersedia menyediakan kantor bagi para anggota Pengda PWRI Jambi. “Karena kiprah PWRI yang peduli kepada tiga generasi, yaitu generasi balita, generai remaja dan keluarga muda serta peduli sesama lansia melalui kegiatan Posdaya kini terus membuahkan hasil,” ucap pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan ratusan anggota Pengda PWRI Jambi. Dijelaskan Prof Haryono, pada saat peringatan detik-detik Proklamasi RI yang lalu, PWRI dimasukkan ke dalam kategori yang secara langsung diajak makan bersama Presiden Republik Indonesia. “Jadi, ini merupakan pertanda yang cukup baik, karena akhirnya PWRI kini sejajar dengan pensiunan dari TNI, Polisi maupun para sesepuh bangsa. Dan dengan cara demikian PWRI ini makin lama makin diperhitungkan,” tegasnya seraya menyampaikan untuk memperluas jangkauan saat ini PWRI tengah menjalin kerja sama pengurus Senam Tera Indonesia (STI) Diakui Prof Haryono, PWRI yang anggotanya sudah berusia lanjut, maka aktivitas yang sehat dan menyenangkan sangat diperlukan
dalam mendukung kiprahnya. “Melalui Senam Tera yang kami sebut Senam Keluarga Indonesia, para anggota PWRI bersama para lansia lainnya bisa melakukan senam ini sebagai kegiatan yang menyehatkan sekaligus menyenangkan. Kalau perlu, ajak semua anak-anak dan para cucu,” tutur Prof Haryono seraya menambahkan rencana kegiatan Senam Keluarga Indonesia ini mendapat sambutan positif Gubernur Jambi. “Insya Allah, bagi anggota Pengda PWRI Jambi kegiatan senam ini akan laksanakan di Lapangan Kantor Gubernur,” tambahnya. Senam Keluarga Indonesia ini, lanjut Prof Haryono, dalam setiap pelaksanaannya seringkali dihadiri ribuan bahkan sampai 15 ribu orang. “Karena senam ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat yaitu sehat sekaligus menyenangkan,” tukas Prof Haryono Hal ini dilakukan, jelas Prof Haryono, karena usai melaksanakan senam dengan ribuan orang, para peserta bisa menyerbu aneka sajian yang telah disiapkan para kader Posdaya. “Melalui aneka makanan yang mereka siapkan bagi para peserta senam sebagai upayanya dalam bekerja keras dan cerdas untuk memberdayakan keluarga kurang mampu. Ini tentu memberi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya. Contohnya, Senam Keluarga Indonesia sudah dilakukan di Wonosobo, Jateng, Bogor, Jabar, dan DKI Jakarta. “Dengan trik panitia tidak menyediakan konsumsi dengan harapan usai senam peserta akan membeli makanan dan minuman yang dijual pedagang bekerja sama dengan Posdaya yang di bina para mahasiswa. Hasil cukup menggembirakan, para peserta senam sehat dan menyenangkan, para kader Posdaya menuai hasil dari aneka sajian yang disuguhkan. Alhamdulillah, Pak Gubernur siap membantu masyarakat melalui rencana kegiatan tersebut,” papar Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Gubernur Jambi Drs
H Hasan Basri Agus, MM, Ketua Pengda PWRI Provinsi Jambi Drs H Abdullah Hich, mantan Ketua Pengda PWRI Provinsi Jambi Drs H Abdul Muthalib, Rektor Universitas Batanghari (Unbari) Jambi H Fachrudin Rozi, SH, MH, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi Drs Waspi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, jajaran Pemprov Jambi, para anggota Pengda PWRI Provinsi Jambi dan undangan lainnya. Sedangkan Gubernur Jambi Drs H Hasan Basri Agus, MM menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas berbagai kiprah yang dilakukan Pengda PWRI Provinsi Jambi. Menurutnya, banyak kegiatan yang dapat dilakukan PWRI Provinsi Jambi yang baru saja dikukuhkan kepengurusan yang baru dengan Ketua Pengurus Daerah PWRI Provinsi Jambi H. Abdullah Hich dalam masa bhakti 2014-2019. “Berbagai kegiatan dilakukan anggota PWRI ini selain sebagai ajang silaturrahmi sesama anggota juga memberi masukan berharga kepada kami tentang pembangunan Provinsi Jambi,” ungkapnya optimis. q ADE S
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan sambutan di hadapan ratusan anggota Pengda PWRI Jambi.
Dari kanan ke kiri: Gubernur Jambi Drs H Hasan Basri Agus, MM, Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Pengda PWRI Provinsi Jambi Drs H Abdullah Hich dan Rektor Universitas Batanghari (Unbari) Jambi H Fachrudin Rozi, SH, MH.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
55
LAPORAN DAERAH
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bekasi Hj Guniarti Rachmat Effendi (tengah) saat dinobatkan sebagai Pelindung Tri Bina Kota Bekasi. [FOTO: RAHMA]
Tri Bina Bibit Pembentukan Posdaya Paripurna
Paguyuban Bina Keluarga Kota Bekasi, Jawa Barat, baru-baru ini mengukuhkan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bekasi Hj Guniarti Rachmat Effendi sebagai Pelindung Tri Bina (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia). Pengukuhan tersebut disaksikan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Ketua Paguyuban Bina Keluarga Kota Bekasi Tine Mulyaningsih, SPd.
“K
ELUARGA adalah tiang terkecil, tapi luar biasa manfaatnya. Semua itu tidak luput dari peran seorang ibu, bukan untuk melengkapi anak dengan berbagai keperluan yang dibutuhkan, tapi kasih sayang dan dekapan ibu mengantarkan anak menjadi anak yang shaleh dan shalehah,” ungkap isteri walikota Bekasi ini seraya menyampaikan rasa terimakasih telah dipercaya menjadi Pelindung Paguyuban Bina Keluarga Kota Bekasi. Menurut Prof Haryono Suyono, bina-bina keluarga ini harus menyatu dan difokuskan untuk keluarga miskin. Karena, gerakan bina keluarga merupakan bibit-bibit dari pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) secara paripurna. Dengan bina keluarga, ujarnya, setiap keluarga bisa melaksanakan delapan fungsi keluarga secara sempurna. “Bisa meng gerakkan panca indranya, bisa menggerakkan panca budi indranya dan sekaligus menggerakkan tangan dan kakinya untuk bekerja cer das dan keras disertai hati yang penuh kasih sayang dan ber bagi dengan keluarga lain,” ungkap Prof Haryono di hadapan seribu kader Tri Bina yang sebagian besar juga pengurus Posdaya. Sebagai orangtua maupun guru PAUD, lanjut Prof Haryono, harus memperhatikan lima panca indera terhadap anak-anak didiknya. “Jangan sampai ada anak-anak kita yang mung56
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
kin kurang mendengar, mungkin kurang bisa berbicara, mungkin kurang bisa melihat secara jelas. Kalau ada tanda-tanda seperti itu hendaknya anak kita segera diperiksakan ke dokter agar anak kita terlepas dari gangguan panca indra,” imbuhnya. Dikatakannya, pendidikan yang baik adalah pendidikan sekolah, pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat. “Guru P AUD adalah guru yang paling baik diseluruh dunia. Bila guru PAUD mengajari murid belum juga mengerti maka guru PAUD dengan sabar seraya berkata “coba ulangi-ulangi dan terus ulangi” sehingga anak itu akhirnya bisa mengerti apa yang diajarkan oleh gurunya,” ujar Prof Haryono yang disambut tepuk tangan meriah. Acara temu kader Paguyuban Bina Keluarga yang mengangkat tema, “Dengan Temu Kader Kita Jalin Silaturahmi Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas di Kota Bekasi” ini, juga menghadirkan narasumber lain seperti mantan Dirjen PAUDI Prof Dr Lidya Priyani Heryadi dan Ketua BP3AKB Kota Bekasi Hj Riswanti. Acara juga dihadiri pengurus TP PKK Kota Bekasi dan Rektor Sekolah Tinggi Bani Saleh Sri Setyo dan Ketua LPPM STIE Bani Saleh Dr Asri Ma’arif. Hj Riswanti mengatakan, kegiatan Bina Keluarga menentukan dalam meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin dalam kandungan sampai usia 6 tahun. q RW
LAPORAN DAERAH
Ziarah ke Makam Astana Giri Bangun Suasana mendung di makam Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah, pagi itu menambah perasaan duka saat berziarah mengunjungi makam Jenderal Besar Purnawirawan TNI Haji Muhammad Soeharto dan Ibu Almarhumah Hajjah Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Namun dalam suasana khidmat membuat doa untuk kedua almarhum semakin khusuk. Dalam rangkaian kegiatan HUT Damandiri yang ke-19, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengajak sejumlah pengurus dan anggota Posdaya berziarah, mengunjungi makam mantan Presiden Pak Harto dan Bu Tien di Jateng itu.
A
CARA pagi itu, semua pelayat disambut keluarga almarhum Pak Harto di makamnya. “Bersyukur dikaruniai sehat wal afiat serta iman sehingga kita semua bisa berkumpul di Cungkup Arga Sari dalam keadaan sehat wal afiat tidak ada halangan suatu apa. Aamiin Allohuma amiin,” ucap keluarga almarhum ketika menerima rombongan dari Jakarta dan daerah lainnya itu. “Bapak Ibu yang kami hormati, pertama saya mengucapkan selamat pagi, Selamat Datang, Sugeng Rawuh wonten ing Astana Giri Bangun. Kami atas nama keluarga menghaturkan terima kasih kepada bapak ibu pada hari ini yang berziarah dan berkirim doa pada hari ini untuk almarhum Bapak Jenderal Besar Purnawirawan TNI Haji Muhammad Soeharto, Ibu Almarhumah Hajjah Fatimah Siti Hartinah Soeharto binti Kanjeng Pangeran Somaharyomo sebagai rangkaian kegiatan HUT Damandiri yang ke-19. Semoga almarhum dan almarhumah dimaafkan dosanya, diterima amal ibadahnya dan di tempat terbaik di sisi Allah, di surga selama-lamanya,” ucapnya lagi yang kemudian semua berucap, “Aamiin.”
Suasana Makam Istana Giri Bangun lokasi makam almarhum HM Soeharto dan Hj Ibu Tien Soeharto saat diziarahi Pengurus Yayasan Damandiri, para bupati/ walikota, para rektor, kader Posdaya dan Mitra Kerja Yayasan Damandiri lainnya yang bertepatan dengan HUT Yayasan Damandiri ke-19. [FOTO: ADE S]
“Dan bapak ibu yang telah berkirim doa selalu memperoleh perlindungan dan ridho Allah selama-lamanya. Kami mengucapkan Hari Ulang Tahun Yayasan Damandiri yang ke19. Semoga bapak ibu yang memegang amanah selalu mendapatkan kesehatan yang baik, perlindungan dan pengayoman dari Alloh SWT, sehingga Yayasan Damandiri semakin maju dan sukses berkat ridho Allah swt. Bapak ibu yang kami hormati, sebelum doa dimulai tadi ada yang bertanya siapa saja yang dimakamkan?” ungkap pria yang menyambut kedatangan para tamunya itu. “Bapak saat ini duduk di Cungkup Arga Sari. Di Cungkup Arga Sari ada lima makam, lainnya di luar ada 17. Paling kanan Almarhumah Ibu Hajjah Fatimah Siti Hartinah Soeharto binti Kanjeng Pangeran Somaharyomo, kedua almarhum Bapak Jenderal Besar Purnawirawan TNI Haji Muhammad Soeharto, ketiga Ibunya Ibu Tien Suharto (putri Bendoro Raden Ayu Soma Haryomo), keempat “Cikal Bakal” (yang memulai) Astana Giri Bangun 1976 –Bapaknya Ibu Tien Suharto yang wafat tahun 1972 dimakamkan di Solo yang tahun 1976 dipindah Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
57
Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi (kanan) dan Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin (kiri) turut memberi taburan bunga ke makam almarhum HM Soeharto dan Hj Ibu Tien Soeharto.
ke Arga Sari. Dan paling kiri kakaknya Ibu Tin Soeharto (istri Jenderal Odang, Mantan Dubes Indonesia untuk Swis),” paparnya seraya menambahkan, “kami mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.” Ketika Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono diberi kesempatan menyampaikan sepatah dua patah kata, ia mengawali dengan Basmallah. “Bismillahirrohmanirrohiim. Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarakaatuh. Bapak H Sugeng yang kami hormati, dan seluruh jajaran, para peserta, dan sahabat Yayasan Damandiri, Pak Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Pak Fuad Bawazir, Pak
Darmadi, Pak Darto, Pak Mazwar, Bapak-Bapak Rektor dari seluruh Indonesia, dan bapak ibu semua,” ucap Prof Haryono. “Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Pada hari ini 15 Januari 2015, tepat pada Hari Ulang Tahun Yayasan Damandiri, Alhamdulillah saya dengan rasa sangat terharu mengajak Bapak Ibu sekalian untuk berziarah ke makam Bapak kita tercinta almarhum Bapak HM Soeharto, Ibu Tien Soeharto, para sesepuh dan para kerabat yang ada di Giri Bangun,” tambahnya. Sekitar 22-23 tahun yang lalu, lanjut Prof Haryono, Bapak Soeharto yang masih sangat gagah telah mencoba mengembangkan program yang langsung ditujukan keluarga miskin dengan program IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan ternyata menurut laporan kami keluarga miskin di IDT itu lebih sedikit dibandingkan di 45 ribu desa lainnya. Yang tidak termasuk IDT ternyata jauh lebih banyak keluarga miskinnya, sehingga Pak Harto memerintahkan untuk menangani keluarga miskin di daerah non IDT. “Kira-kira 20 tahun yang lalu Pak Harto menugaskan saya dan kawan-kawan termasuk Pak Subiakto yang waktu itu Menteri Koperasi, dan sedikit yang sekarang masih ada, terutama Pak Fuad Bawasir yang waktu itu Dirjen Pajak Republik Indonesia yang cukup galak, untuk mengumpulkan para
Kehebatan Pak Harto di Mata Prof Haryono
B
UDAYA gotong royong yang dikembangkan oleh Pak Harto, menurut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, ternyata masih tersisa dan dapat dihidupkan dan disegarkan kembali. Karena ternyata ini sudah mencakup di seluruh Indonesia. Bahkan, sekarang saudara-saudara kita di Papua, di Ambon dan lain-lain tahun ini akan kita kunjungi dan akan kita bantu untuk ikut melakukan proses pemberdayaan melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di desa. “Alhamdulillah pada ulang tahun yang ke-19 ini saya telah membawa
58
Amanah dari Pak Harto yang dicanangkan 19 tahun yang lalu yang persiapannya kira kira 22 tahun yang lalu saat mendirikan Yayasan Damandiri ini ternyata telah berjalan dengan baik tanpa halangan. [FOTO: DOK GEMARI]
wakil-wakil dari sekitar 45.000 Posdaya di seluruh Indonesia, yang diwakili karena ulang tahun yang ke-19 Posdaya dari seluruh Indonesia. Demikian juga beberapa rektor mewakili tidak
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
kurang dari 286 rektor yang telah bergabung dalam upaya pemberdayaan keluarga melalui Posdaya,” tambahnya. “Begitu juga Bupati, Walikota,
konglomerat di Jakarta. Dan Pak Harto dengan spontan memerintahkan kepada konglomerat untuk menyumbang bagi keluarga miskin dan Pak Harto menenangkan saya karena biasanya saya hanya bawa spiral, jangan kuatir nanti yang mengumpulkan duit Pak Fuad Bawasir karena Pak Fuad Bawasir tukang ngumpulkan duit (Dirjen Pajak),” ungkap Prof Haryono. Menurut Prof Haryono, Pak Fuad Bawasir ditugasi dalam waktu sesingkat singkatnya mengumpulkan duit tidak kurang dari satu trilyun rupiah. Dan Alhamdulillah telepon beliau pada waktu duit mengalir sebagaimana peristiwa sunami di Aceh. “Alhamdulillah pada hari ini Pak Harto yang kami cintai, kami membawa teman-teman dari seluruh Indonesia untuk mendoakan agar Bapak dan Ibu almarhumah Ibu Tien Soeharto diterima disisi-Nya sesuai amal sesuai dengan segala jasa Bapak yang telah Bapak kerjakan selama menjadi Presiden Republik Indonesia,” ucap Ketua Yayasan Damandiri ini. Ia menambahkan, bahkan Yayasan Damandiri dipimpin beliau (Pak Harto) sampai akhir hayat beliau pada tahun 2008, dua minggu setelah ulang tahun Yayasan Damandiri. “Pak Harto mudah-mudahan dimuliakan oleh Alloh SWT, mudah-mudahan Pak Harto dari jarak yang saya tidak tahu masih melihat bahwa Pak Harto tetap...,” dengan suara terbata-bata dan menangis Prof Haryono berucap, “ Pak Harto Gubernur, ikut dalam pertemuan di Solo dan ikut berziarah ke makam Pak Harto di Astana Giri Bangun ini,” urai Prof Haryono yang diwawancarai Dede Haeruddin dari Majalah Gemari usai ziarah di makam Pak Harto, di Astana Giri Bangun, Kabupaten Karanganyar, Jateng, pada 15 Januari 2014 lalu. Ditanya tentang maksud ziarah, Prof Haryono mengungkapkan, ziarah bersama ini merupakan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahwa ternyata amanah dari beliau (Pak Harto) yang dicanangkan 19 tahun yang lalu yang persiapannya kira-kira 22 tahun yang lalu, ternyata telah berjalan dengan baik tanpa halangan. Biarpun ini tidak merupakan instruksi pemerintah tetapi berjalan, karena rakyat dengan penuh kasih sayang dengan penuh penghormatan dan kebanggaan mengikuti ajakan Pak Harto yang saya teruskan dengan
dicintai…oleh rakyat Indonesia. Amiin.” Tak pelak, kesedihan pun mengharu biru pada semua yang hadir. “Pak Harto, kami mendoakan agar Bapak dan Ibu tetap berada disisi-Nya dan menikmati Alam surga yang mudah-mudahan dengan do’a kita semua tetap mendapatkan kebahagiaan…yang abadi…,” dengan suara tangis Prof Haryono lalu menyudahi sambutannya. “Wassalamu’alaikum warohamtullaahi wabarakaatuh,” Semua pun menyambut dengan ucapan, “Wa’alaikumussalam warohmatullaahi wabarakaatuh.” Acara selanjutnya dengan pembacaan Surat Yasiin, tahlil dan doa yang dipimpin Bapak Ahmad Markusni. q HNUR/ADE/DH
kawan-kawan pengurus Yayasan Damandiri. Ditanya lagi apakah Bapak melihat di era kini ada orang yang seperti Pak Harto atau tidak ada, Prof Haryono menjawab: “Saya kira tiap zaman akan memunculkan tokoh-tokohnya yang mungkin lebih besar, mungkin lebih hebat dan mungkin lebih sayang kepada rakyat. Itu doa kita, dan mudah-mudahan itu betul-betul muncul karena bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang memerlukan kasih sayang, memerlukan pembangunan dengan hati. Bukan sekedar pembangunan dengan pacul, dengan traktor, tetapi dengan hati dengan kasih sayang, kepedulian dan kebanggaan bahwa rakyat bisa melakukan pembangunan secara mandiri.” Disinggung yang paling hebat menurut Prof Haryono dari Pak Harto, Prof Haryono mengatakan, yang
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono diapit Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja (kanan) dan Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier (kiri) saat memberi taburan bunga ke makam almarhum HM Soeharto dan Hj Ibu Tien Soeharto.
paling hebat tentang Pak Harto adalah bahwa Pak Harto memainkan pembantunya bukan sebagai Penumpang bis, tetapi sebagai sopir. “Sehingga setiap aparat Pak Harto, setiap pejabat Pak Harto itu ditugaskan bahwa kamu sekarang pakai kendaraan ini, kamu jadi sopirnya. Bukan saya,” katanya. “Ini adalah kehebatan Pak Harto yang memberikan kepercayaan dan komitmen kepada stafnya, kepada kepercayaannya untuk menjalankan program itu dengan beliau berdiri di belakang. Kalau kehabisan bensin, bilang sama saya, nanti saya kasih bensin. Kalau ada kerusakan bilang sama saya, nanti akan saya tugaskan mereka yang bertanggung jawab untuk membantu kamu. Jadi itu kehebatan Pak Harto,” ungkap Prof Haryono mengakhiri percakapan siang itu. q HNUR/ADE/DH
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
59
LAPORAN DAERAH
Dari Peringatan Hari Ibu ke-86 PB PWRI
Sukses Ibu Dalam Keluarga Wujud Kesetaraan Gender Sejarah telah membuktikan, berdirinya bangsa dan negara ini tak lepas dari peran kaum ibu. Begitupun dalam mempertahankan dan mengisinya. Bahkan, kaum ibu menjadi tiang utama tegak kokohnya suatu bangsa. Tak pelak, perayaan Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember kerap dijadikan momentum bagi kaum ibu untuk mengukir prestasi dan prasasti bagi ibu pertiwi. Upaya inilah yang ingin diwujudkan Pengurus Besar (PB) Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) saat menggelar Peringatan Hari Ibu ke-86 Tahun 2014 pada Senin pagi 12 Januari 2015 lalu. Mereka bertekad wujudkan kesetaraan gender melalui kesuksesan ibu dalam keluarga.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat memberi sambutan di hadapan pengurus PB PWRI dan anggota Pengda PWRI DKI Jakarta saat merayakan peringatan Hari IBu ke86 di Gedung Graha Wredatama PWRI Pondok Labu, Jakarta. [FOTO-FOTO: ADE S]
60
A
cara yang mengangkat tema “Dengan Semangat Hari Ibu Mari Kita Tingkatkan Peranan Kerukunan Wredatama Dalam Rangka Mewujudkan Manusia yang Berkualitas” ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan anggota PWRI DKI Jakarta antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP dan PA) periode 2009-2014 Linda Amalia Sari Gumelar. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Aula Gedung Graha Wredatama PWRI Jl Pinang No 89 Pondok Labu, Jakarta Selatan ini tampak meriah dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono menyatakan pentingnya peran ibu baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa dan
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Negara. “Ibu tidak perlu berjuang untuk kesetaraan gender, tetapi ibu dalam keluarga harus merupakan partner yang sangat tidak bisa dipisahkan. Menurutnya, para Wredatama inilah yang telah membuktikan bagaimana rasanya mempunyai istri dan suami yang sama lebih dari lima puluh tahun. “Sudah menjadi istri lebih dari lima puluh tahun itu seperti mempunyai barang antik. Setiap hari dieluselus tetapi gak pernah digunakan,” seloroh Prof Haryono yang sontak mendapat sambutan hangat seluruh hadirin. Dijelaskannya, keseteraan gender hanya bisa dibuktikan sama keluarga yang sampai akhir hayatnya masih bersama istri, suami dan anak-anaknya. “Mari kita contohkan itu kepada anak-anak, cucu-cucu kita, bahwa keseteraan gender adalah utamanya dalam keluarga, baru pada bagian-bagian lain, baik di
tempat kerja, organisasi, politik dan lainnya,” imbuh Menko Kesra dan Taskin era Pak Harto dan Habibie ini. Keseteraan gender, lanjut Prof Haryono, merupakan kesamaan kondisi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan hakhaknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan hankamnas serta kesamaan menikmati hasil pembangunan. “Setelah ada kesamaan gender, para perempuan di Indonesia, khususnya kaum ibu, tidak perlu merasa tertinggal hak-haknya. Karena menurut sejarahnya, kaum ibu punya peran besar dalam perjuangan sejarah bangsa,” tutur Prof Haryono. Kaitannya dengan peran ibu, tambahnya, sangat kuat. Perjuangan kaum ibu untuk memperoleh kesetaraan gender mempunyai riwayat panjang. Pada 18 Desember 1948, Indonesia kembali direbut pemerintah Hindia Belanda. Namun pemerintahan itu hanya berumur tiga bulan. “Melalui perjuangan gigih Tentara Nasional Indonesia dibantu tentara rakyat di bawah komando Soeharto, mampu merebut kembali pemerintahan RI di Yogyakarta atau yang dikenal Serangan Umum 1 Maret 1949. Selama perjuangan itu, para ibu telah memberi pengorbanan luar biasa, dengan mengizinkan anak-anaknya menjadi sukarelawan untuk bergerilya melawan Belanda,” papar pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan ratusan anggota PWRI. “Kalau Hari Ibu diperingati pada 22 Desember, maka untuk menghormati perjuangan gigih para sukarelawan yang dipimpin Pak Harto, diperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang ditetapkan pemerintah pada 20 Desember 1959,” jelas Prof Haryono. Pemerintah saat itu, ujarnya, sengaja membuat peringatan berdampingan, yaitu tanggal 20 Desember sebagai HKSN, mendampingi Hari Ibu yang sudah lebih dulu ditetapkan pada 22 Desember. “Selain itu, satu lagi peringatan yang mempunyai sejarah kuat yaitu 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional, yang penetapannya tak lepas dari rangkaian perjuangan gigih kaum Ibu dalam keluarga,”
ungkap Prof Haryono. Hadir pada acara ini Meneg PP dan PA periode 2009-2014 Linda Amalia Sari Gumelar, Ketua Departemen Kerta Wredatama Dra Setiawati J Arifin, MSc, Ketua Kerta Wredatama Dra Masni Rani Muchtar, MSi, Anggota Departemen Kerta Wredatama Dr Marwah Unga JB, MM, para pengurus PB PWRI, ratusan anggota PWRI Pengda DKI Jakarta dan undangan lainnya. Sedangkan mantan Meneg PP dan PA Linda Amalia Sari Gumelar dalam paparannya yang mengangkat tema “Peran Kerukunan Wanita Wredatama dalam Pembangunan” menjelaskan, perempuan Wredatama mempunyai peran yang sangat potensial. Begitu pula kemampuannya dalam memimpin masyarakat. “Jumlah anggota PWRI yang mencapai 3 juta orang. Dulu saya pernah memimpin Persatuan Istri Purnawirawan ABRI atau Perib, jumlahnya hanya 400 ribu. Makanya, peran kaum ibu di wredatama sangatlah strategis dan potensial untuk bisa kita gerakan dalam proses pembangunan,” kata istri Agum Gumelar ini meyakinkan. Dalam paparannya, dirinya membeberkan upaya-upaya penting dalam mengangkat peran kaum perempuan. Di antaranya bagaimana menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, perjuangkan hak-hak perempuan dan bagaimana bersama-sama kaum pria bisa mewujudkan sumpah pemuda yang dicetuskan 28 Oktober 1928 lalau serta bagaimana peran perempuan sebagai mitra. q ADE S
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono, Meneg PP dan PA periode 2009-2014 Linda Amalia Sari Gumelar, para pengurus Kerta Wredatama dan anggota PWRI Pengda DKI Jakarta antusias mengikuti Peringatan Hari Ibu ke-86.
Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
61
LAPORAN DAERAH
PWRI Galakkan Senam Keluarga Indonesia
Usia lanjut sebenarnya bukan untuk dikasihani. Tetapi bagaimana di usia tua itu mereka masih bisa memberi manfaat untuk sekitarnya. Guna meningkatkan peran warga lanjut usia (lansia) tersebut, Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) akan lebih menggalakkan senam keluarga Indonesia berbasis Senam Tera dalam rangka membina keluarga sehat
Ketua Umum PB PWRI Prof Haryono Suyono menyalakan lilin natal disaksikan pendeta dan pengurus PWRI lainnya. [FOTO: RAHMA]
62
“D
ULU ada senam lansia. Namun sejak beberapa waktu lalu dihapus, diganti senam keluarga Indonesia. Karena saya perhatikan, kalau senam lansia anak cucunya tidak senam, tapi memperhatikan kakeknya senam dari pinggir jalan. Kalau kita salah, mereka tertawa. Itu sama dengan menyakiti kita,” cetus Ketua Pengurus Besar PWRI Prof Dr Haryono Suyono dalam perayaan Natal dan Tahun Baru Keluarga Besar PWRI di markasnya, Jalan Pinang, Pondok Labu, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Perayaan yang dipandu artis lawas Henny Purwonegoro ini dihadiri ratusan anggota PWRI, termasuk Ny Radius Prawiro, Sekjen PB PWRI Progo Nurdjaman dan pengurus PT Taspen. Dengan senam keluarga, kata Prof Haryono Suyono, seluruh anggota berkeluarga ikut senam dan sama-sama berkeringat. Senam keluarga Indonesia ini sekarang telah merambah ke daerah-daerah lain. Dimulai Desember 2014 lalu di Bogor, senam keluarga Indonesia diikuti sekitar 1.200 peserta, kemudian di Wonosobo diikuti 15.000 peserta yang sebagian besar lansia dan di Yogyakarta diikuti 5.000 peserta senam. “Ini merupakan suatu gerakan luar biasa. Belum lama ini ketua senam keluarga
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
Indonesia mengadakan senam di Magelang diikuti 20.000 peserta senam. Jadi ini merupakan forum yang berkembang dengan kecepatan sangat tinggi,” tandasnya. Untuk lebih menggairahkan para lansia, Senam keluarga Indonesia juga rencananya akan digelar secara nasional pada akhir tahun 2015 nanti. “Dalam waktu dekat kita akan menggelar senam keluarga Indonesia di Kabupaten Sleman pada 21 – 22 Pebruari. Tanggal 13 Pebruari-nya digelar di alun-alun Pacitan dalam rangka ulang tahun Kabupaten Pacitan,” ungkapnya. Menurut Prof Haryono Suyono, Senam Tera ini memiliki dua tujuan, yaitu silatrahmi bisa sehat dan bisa terus memberi perhatian anak cucu tanpa putus. “Biasanya kalau sudah sepuh selalu ingin diberi perhatian tapi tidak beri perhatian.” Uniknya lagi, dalam setiap kesempatan, di pinggir lapangan tempat berlangsung senam dihiasi lapak-lapak jualan keluarga miskin. Panitia senam juga sudah dipesankan untuk tidak menyediakan konsumsi, sehingga warung-warung kecil keluarga miskin bisa diborong oleh peserta senam. “Jadi, walau sudah tua, kita masih bisa beri manfaat keluarga-keluarga miskin yang berubah menjadi pengusaha,” cetusnya bangga. Lebih jauh, Prof Haryono Suyono menyarankan agar para lansia jangan terlalu berani mengambil kredit di bank dalam jumlah besar. Dengan modal sedikit, bersama keluarga miskin yang dibina di sekitar rumah berarti ikut mengentaskan kemiskinan dari keluarga sekitar. “Disitulah saya kira kasin Tuhan yang diperingati pada Hari Natal ini akan benarbenar terrfeleksi dari gerakan kita keluarga demi keluarga,” tandasnya. q RW
LAPORAN DAERAH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan di hadapan peserta Temu Akbar Kader KB dan PKK DKI Jakarta. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Temu Akbar Kader KB dan PKK DKI Jakarta Upaya membangun kemitraan antara Yayasan Damandiri dan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Jakarta melalui program-program strategis terus dilakukan dalam rangka memberdayakan masyarakat agar dapat berdaya dan berkualitas. Hal ini di kemukakan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi keynote speaker pada acara Temu Akbar Kader KB dan Kader PKK se-Provinsi DKI Jakarta pada 11 Desember 2014, di Auditorium Gedung PKK Melati Jaya, Jakarta Selatan.
H
ADIR pada acara tersebut selain Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, tampak Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi DKI Jakarta Veronica Basuki, Asisten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta HR Deded Sukandar, Ketua Tim Penggerak PKK Kota dan Kabupaten se Provinsi DKI Jakarta, para PPKB RW dan kader PKK se-Provinsi DKI Jakarta. Mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono menyatakan kegembiraan dan dukungannya atas upaya yang dilakukan Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta Veronica Basuki dalam memberdayakan masyarakat Jakarta. “Saya sungguh gembira Ibu Veronica punya rencana untuk mengembangkan enam center di tingkat walikota dan kabupaten. Keenam center ini haruslah menjadi pusat komunitas untuk memberdayakan pada tingkat RW. Sebab ka-
lau di pusat saja, coverage dari RW pasti tidak terpenuhi,” ucapnya. “Oleh karena itu sesuai dengan kerja sama yang sudah kita tanda tangani tentang program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang saat ini sudah dimulai untuk wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Mudah-mudahan dalam waktu satu tahun ini kita liput seluruh DKI Jakarta pada tingkat RW, dan dengan sendirinya keenam center yang ibu bangun pada tahun ini akan menjadi meriah karena center itu adalah pelindung dari RW-RW yang ada di wilayah,” ujar pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938. Menurut Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), “Yang paling kita butuhkan adalah bagaimana memperkuat daya beli dan membangun keluarga sejahtera. Karena menurut penilaian keluarga-keluarga di Jakarta ini tidak saja dibutuhkan di Jakarta tetapi merupakan sumber-sumber dari keluarga-keluarga di kabupaten dan provinsi lainnya. Mereka tiap tahun pasti pulang ke kampungnya masingmasing, berbondong-bondong melalui bis, Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
63
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, bersama Asdep Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA saat menghadiri acara Temu Akbar Kader KB dan PKK DKI Jakarta.
pesawat terbang juga kereta api padat.” “Kami mohon kiranya PKK ini tidak saja di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur tetapi juga wilayah lain di Jakarta segera mengembangkan kelompok-kelompok pada tingkat-tingkat RW agar center-center yang dibangun oleh Ibu Gubernur sebagai Ketua Tim Penggerak PKK nanti menjadi center-center yang penuh dengan kegiatan,” ujarnya. Lebih lanjut mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie menegaskan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur telah memulai pembentukan kelompok yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya nantinya dapat mengembangkan produksi, mengembangkan pemasaran dan menguntungkan bagi keluarga-keluarga yang mandiri. Pada waktu-waktu tertentu ibu-ibu kembali ke centercenter mengadakan semacam pasar yang kemudian menjual hasil-hasil yang keluar dari tingkat RW-RW yang ada. Tanpa kekuatan RW maka pasar itu pasti akan kosong dan diisi oleh juragan-juragan yang memang telah maju. Prof Dr Haryono Suyono menambahkan, Pos Pemberdayaan Keluarga ini adalah menampung aspirasi masyarakat pada tingkat RT dan RW. Pos-pos pada tingkat RW adalah pospos yang tujuannya menyegarkan pola hidup gotong-royong, pola hidup peduli, meningkatkan keterampilan di mana Posyandu-Posyandu ada di situ, kelompok-kelompok kecil ada di RW dan kelompok-kelompok RW itu nanti menyatu pada tingkat kelompok yang ada di kota atau kabupaten. Satu visi Dalam kesempatan yang sama Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta Veronica Basuki memberikan apresiasi kepada para Kader PKK
64
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
dan KB Provinsi DKI Jakarta. “Selama satu bulan ini saya ke wilayah bersama Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta yang cukup bekerja keras dan memiliki satu visi dengan saya, dan kita mencoba menggerakkan dari ibuibu lurah untuk bisa lebih care, lebih sayang kepada kader-kader. Karena yang saya tahu kaderkader itu tanpa pamrih, sudah menghabiskan waktu, belajar demi tetangga-tetangga semuanya dan itu patut di apresiasi karena yang paling turun ke bawah dan sampai ke masyarakat adalah kaderkader,” ucapnya. Menurut Veronica Basuki, acara Temu Akbar Kader KB dan Kader PKK se-Provinsi DKI Jakarta ini merupakan bentuk apresiasi dari pemerintah untuk ibu-ibu kader PKK dan KB. “Saya berharap tiga tahun selama masa jabatan saya bisa memberikan yang terbaik sehingga seluruh anak-anak tidak ada ditemukan lagi sakit atau tidak punya uang. Dan paling penting adalah kita membina bagaimana ibu-ibu tahu memelihara rumahnya, menjaga anaknya, memberi anaknya sekolah yang terbaik, tidak memberi makanan-makanan kaleng ataupun makanan berwarna.” Istri mantan Bupati Belitung Timur mengatakan, “Kita mau mempunyai ibu-ibu yang berkualitas. Dengan bantuan CSR kita mau membina perilaku, SDM terus ditingkatkan, masyarakat harus lebih ngerti melalui media, melalui pendidikan, melalui apapun kita akan kerja keras untuk memberantas itu semua. Terutama kita berharap kader-kader jangan putus asa dan terus semangat.” Dalam sambutannya di hadapan kader PKK dan kader KB, Veronica juga menyatakan, “Kita punya kepedulian yang sama dan saya butuh ibu lurah, ibu camat untuk menjadi pemerhati perpanjangan tangan kita. Tahun depan saya sudah merencanakan di dalam sepuluh program PKK, tentu kita mau di dalam PAUDPAUD yang ada, Posyandu akan kita berdayakan kembali. Yang sudah dikerjakan tetap dipertahankan dan tidak usah mikirin lombalomba lagi. Kalau memang kita tidak sanggup lomba ya tidak usah ikut lomba. Buat apa kita punya piala segudang kalau masih ada orang yang miskin. Tapi saya lebih prepare kalau kita bersama-sama memberantas semua namun tetap memberikan edukasi anak hanya boleh dua,” ucapnya. q SUL/DH
STOP PRESS
Majalah Gemari Tetap Santuni Keluarga Penderita Stroke Tidak mudah melewati hari-hari bersama pasien penderita setroke. Terlebih, ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak yang masih kecil-kecil, yang kehidupan sehari-hari biasa ditopang oleh suaminya. Hampir lima tahun sudah, suami tercinta hanya tergeletak tak berdaya beralas kasur tipis di ruang tamu, tidak bisa bicara dan tidak bisa berjalan. Hanya kekuatan doalah yang membuat ibu tiga anak ini kemudian bangkit, menyongsong hari esok yang lebih baik.
D
ULU, kami mengenal Haris Fadillah sebagai lelaki periang dan gemar bercerita. Selalu ada saja yang diceritakan saat pria asli Betawi kelahiran 9 Januari 1966 ini memasuki ruang redaksi Majalah Gemari. Sebagai wartawan yang memiliki cukup banyak relasi, ada banyak cerita-cerita lucu untuk menghangatkan kebersamaan kami. Kini, jangankan bercerita, untuk mengucap sepatah kata pun agak sulit. Karena pita suaranya seperti tertelan di tenggorokan. “Namun ekspresi wajahnya saat bertemu dengan kami menggambar rasa kerinduan teramat sangat dan sontak ingin menulis kata di sebuah kertas. Tapi, akhirnya dia terduduk lemas, ternyata tak ada satu pun huruf yang bisa ditulis, tangannya sulit digerakkan. Hingga akhirnya dia menangis dan meminta Siti Mahmudah, isterinya membantu menerjemahkan,” ungkap Rahmawati dari Majalah Gemari turut sedih usai menemuinya. Bermula dari serangan mendadak stroke “kedua” pada 3 Juli 2010, pukul 10.00 pagi, itu terakhir Haris bicara mengatakan kepalanya pusing ingin istirahat tidur. Setelah bangun tidur, ia merasa badannya berat, lidahnya kelu, hingga akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat (karena rekam medisnya di sana). Perjalanan dari rumahnya di Kavling Kaliabang Permai, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, terasa lama, hingga akhirnya dimasukkan ke ruang UGD Rumah Sakit Ananda, Bekasi. Selama menjalani masa pengobatan tersebut, Haris belum menunjukkan kemajuan signifikan, sehingga dibawa berobat jalan. Memasuki penghujung Desember 2010, pukul 18.00 malam, Haris muntah darah dan segera dibawa ke rumah sakit. Selama lima hari menjalani ICU juga belum ada perubahan. Karena faktor biaya dan segala macam, akhirnya pihak keluarga minta Haris dirawat inap dan delapan hari kemudian bisa dibawa
pulang. Karena Rumah Sakit Ananda tidak memiliki fasilitas MRI, Haris sempat dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. “Selama menjalani pengobatan ini, pihak perusahaan Majalah Gemari mengganti semua biaya pengobatan. Alhamdulilah. Bahkan, selama Bang Haris tidak lagi bekerja untuk Majalah Gemari, gajinya rutin ditransfer setiap bulan. Beras juga diantar langsung ke rumah oleh Majalah Gemari,” ungkap Mahmudah terharu. Menurut Mahmudah, dia beruntung suaminya berada dalam lingkungan kerja yang penuh kekeluargaan. “Kalau di perusahaan lain, mana ada yang seperti ini. Tidak bekerja tapi gaji terus dibayarkan. Terima kasih Gemari, moga makin sukses, makin maju dan pegawainya makin sejahtera,” tukasnya.
Siti Mahmudah (kiri) mendampingi Haris Fadillah (kaus biru) saat tim Majalah Gemari bersama Ibu Hj Astuty Haryono Suyono bersilaturrahim dengan keluarganya. [FOTO: DOK GEMARI]
Hari depan masih panjang Kehidupan memang tidak selalu indah. Namun bagi Imud, panggilan sehari-hari Bu Haris, Allah itu Maha Adil. Dengan adanya kejadian seperti ini, ia belajar menempa diri menjadi wanita “perkasa”. Apa saja yang bisa Gemari Edisi 169Tahun XVI/Februari 2015
65
Haris Fadillah (kanan) saat masih segar bugar bergambar bersama rekan-rekan Redaksi Majalah Gemari. [FOTO: DOK GEMARI]
66
menghasilkan uang, dia kerjakan, tanpa melupakan tugasnya merawat suami maupun mengurus tiga anaknya, Royhan Fadhilah (14), Nafrah Azizah (11) dan Faris Noval (7). Sebagai wanita yang lebih disibukkan dengan urusan dapur dan anak-anak, ketika menghadapi situasi sulit seperti ini ia pun mulai berpikir hari ke depan masih panjang, anak-anak butuh biaya makan, sekolah dan lainnya. Lulusan Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Islam As Syafi’iyah, Jakarta ini pun kemudian mulai menjadikan rumahnya sebagai tempat pengajian ibu-ibu dan
Gemari Edisi 169/Tahun XVI/Februari 2015
anak-anak. Mau tak mau setiap kali ruang tengah yang hanya berukuran 4 x 4 meter tempat Haris biasa terbaring itu dipindahkan ke ruang tidur. Sambil memberikan pelajaran Al-Qur’an dan ceramah agama, Mahmudah membuat jajanan kecil untuk anak-anak. Mulanya jumlah peserta didiknya cukup banyak. Namun setelah ada warung di depan rumahnya, dari 40 anak yang mengikuti kegiatan Iqro’ dan alqur’an kian menyusut menjadi sekitar 15 20 orang. “Seringkali warung tidak ada yang jaga karena anak-anak sedang les. Jadi mungkin mereka terganggu, saat ngajar ada pembeli. Seperti kalau beli telur harus ditimbang dulu, jadi mereka agak terganggu,” tukasnya. Lebih jauh diceritakannya kalau warung itu didapatnya dari uang sisa pengobatan dari kantor, Majalah Gemari. “Tadinya saya bingung, apalagi yang harus saya kerjakan. Apa yang harus saya lakukan supaya warung ramai pembeli. Akhirnya saya jualan jus, pisang coklat, es teh manis. Alhamdulillah banyak disukai anak-anak,” jelasnya. Warung sederhana ini pun sekarang kian ramai, banyak yang menitip makanan, gas, Aqua sampai laudry. “Pokoknya ada yang nawarkan, silahkan. Cuma untuk menjalankan warung ini, anak-anak masih diantarkan ke mana-mana, ke les, ke sekolah, sehingga warung harus ditutup.” Untuk menyiasati ini, ia pun membawa macam-macam dagangannya ke sekolah anakanaknya sebelum dentang bel sekolah berbunyi. “Satu jam jualan lumayan, alhamdulilah laku. Setelah anak-anak masuk sekolah, saya pulang. Kalau ada jualan yang belum laku seperti jus, tidak mungkin dibalikkan ke orang yang nitip, resikonya kita dapat sedikit. Jadi saya keliling titip ke pasar, agen menawarkan jus. Intinya apa yang kita bawa harus habis.” Meski menjalani hidup serba sulit, ayah terkapar tak berdaya dan ibu menjajakan makanan di sekolah, anak-anak tetap hormat kepada orangtuanya. Tiap pagi sebelum anakanak bangun dari tidur, Mahmudah menyisipkan uang ke kantong baju suaminya. Atau setiap ada anaknya ulang tahun, ia masukkan uang Rp 25.000 ke dompet suaminya. Tujuannya adalah agar tetap merasa ayahnya masih membiayai mereka. Tiap pagi anak-anak mendapat ongkos ke sekolah dari ayahnya, dan tiap ulan tahun, ayahnya masih bisa memberi mereka hadiah untuk sekedar mentraktir makan bersama teman-temannya. q RW