KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ministry of Finance of Republic Indonesia
Menjaga
Keberlanjutan
Fiskal
Maintenance Fiscal Sustainability Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Annual Report of Ministry of Finance
2012
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran
2012
Daftar Isi Table of Content
Kilas Kinerja 2012 Performance Summary 2012 Pengelolaan Kinerja Organisasi
Organizational Performance Management
Highlight Laporan Keuangan Finance Statement Highlights
Realisasi Anggaran Actual Budget Report
Neraca
Balance Statement
Catatan atas Laporan Keuangan Notes on the Finance Report
Peristiwa Penting Event Highlights
Sambutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Pada Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Foreword Minister of Finance of The Republic of Indonesia In 2012 Annual Report of Ministry of Finance
2
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
BAB
Chapter
01 18 21 22 23 24 25 39
BAB
Chapter Visi, Misi dan Tata Nilai
Vision, Mision and Values
Sejarah Kementerian Keuangan History of the Ministry of Finance
Bagan Organisasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Chart of Financial Ministry’s Organization Republic Indonesia
Profil Pejabat
Profile of the Officials
02 46 50 54 56
3
Daftar Isi Table of Content
Sumber Daya Manusia Human Resources Profil SDM
Human Resource Profile
Berdasarkan Jenjang Pendidikan Based On Qualifications
Berdasarkan Usia Based on Age
Berdasarkan Jabatan Based on Position
Berdasarkan Gender Based on Gender
Pendidikan dan Pelatihan Education and Training
4
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
BAB
Chapter
03 72 72 73 73 74 75
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Pre-Employment Education and Training
Pendidikan dan Pelatihan Dalam Jabatan Employment Education and Training
Pengembangan Kapasitas SDM Lain
Other Human Resources Capacity Development
Pendidikan Tinggi Kedinasan
Official Institute of Further Education
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Luar BPPK Human Resource Development Outside BPPK
Pengelolaan Kinerja Recruitement
Pengelolaan Kinerja Pegawai
Employee Performance Management
Pengawasan dan Penegakan Disiplin Supervision and Enforcement of Discipline
Pengukuran Kepuasan Pegawai
Employee Satisfaction Measurement
76 76 77 77 78 79 83 86 92
5
Daftar Isi Table of Content
Analisis Kinerja Performance Analysis Perumusan Kebijakan Fiskal
Fiscal Policy Formulation
Kebijakan Pendapatan Negara Government Revenues Policy
Kebijakan APBN
State Budget Policies
Kebijakan Ekonomi Makro Macro Economic Policy
Kebijakan Pengelolaan Risiko Fiskal Fiscal Risk Management Policy
6
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
BAB
Chapter
04 100 100 101 104 105
Pengelolaan Keuangan Negara State Finance Management
Pengelolaan Anggaran Budget Management
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Non-Tax Revenues (PNBP)
Target dan Realisasi PNBP
Target and Realization of Non-Tax Revenues
Regulasi PNBP
Non-Tax Government Revenues Regulations
Sistem Informasi Bidang PNBP
Information System in Non-Tax Revenues (PNBP) Sector
Kebijakan Sistem Penganggaran Budgeting System Policy
Standar Biaya Cost Standard
Evaluasi Kinerja Penganggaran Budgeting Performance Evaluation
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Budget Allocation List (DIPA)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) State Budget (APBN)
APBN Perubahan Tahun 2012 State Budget Review 2012
APBN Tahun 2013 State Budget 2013
Perbendaharaan Treasury
Pembentukan KPPN Percontohan
Setting Up of Pilot State Treasury Offices (KPPN)
Penataan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Organization and Work Procedure of Vertical Institutions
Realisasi Penyerapan Anggaran K/L
Realization of Budget Absorption at Ministries/Institutions
113 113 113 113 115 116 118 119 120 124 122 124 126 130 130 131 136
7
Mekanisme Spending Review Spending Review Mechanism
Remunerasi di BI dan Bank Umum
Remuneration at Bank Indonesia and Commercial Banks
Treasury Dealing Room (TDR) Treasury Dealing Room (TDR)
Asset Liability Management (ALM) Asset Liability Management (ALM)
Penyaluran Dana Investasi Pemerintah
Distribution of Government’s Investment Fund
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012 Central Government’s Financial Report 2012
Government Finance Statistics (GFS) Government Finance Statistics (GFS)
Peningkatan Pembinaan Satker BLU
Increase of the Public Service Body (BLU) Work Units Development
Perkembangan Implementasi SPAN
Development of the State Budget and Treasury System (SPAN) Implementation
Pembangunan SAKTI
Development of Institutional Financial Application System (SAKTI)
Penerimaan Negara Perpajakan Government Revenues Taxation
Penyempurnaan Kebijakan Perpajakan Perfecting Taxation Policies
Pengalihan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Diversion of the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2)
Penggalian Potensi Potential Exploration
Ekstensifikasi Extensification
Sensus Pajak Nasional National Tax Census
Intensifikasi
Intensification
Penanganan Perkara/Sengketa Perpajakan Handling Case/Tax Conflict
Pelayanan, Penyuluhan, dan Kehumasan Service, Counseling, and Public Relations
142 143 145 145 147 151 151 156 159 160 160 161 162 162 163 163 164 165
Kring Pajak 500200
166
Penyuluhan
167
Kehumasan
168
Kring Pajak 500200 Counselling
Public Relations
Penerimaan Perpajakan
170
Penegakan Hukum
171
Taxation Revenues Law Enforcement
8
138
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Pemeriksaan Inquiry
Penagihan Billing
Penyidikan
Investigation
Kepabeanan dan Cukai Customs and Excise
Pencapaian Penerimaan Target Achievement of Revenues Target
Bea Masuk
Import Duties
Cukai Excise
Bea Keluar
Export Duties
Pajak Dalam Rangka Impor
Taxes in the framework of Imports
Pengawasan dan Penindakan Supervision and Action
Pengawasan Supervision
Penindakan Actions
Pengelolaan Utang Debt Management
Kebijakan Pembiayaan Utang Debt Financing Policy
Sumber dan Penggunaan Pembiayaan Utang Source And Use Of Debt Financing
Pinjaman Loan
Surat Berharga Negara
Government Securities (SBN)
Capaian Pengelolaan Utang
Debt Management Achievement
Perkembangan Debt To GDP Ratio Development of Debt to GDP Ratio
171 173 173 174 172 175 176 177 178 178 178 184 191 192 191 194 196 199 199
Risiko Utang
200
Biaya Utang
201
Debt Risk
Debt Cost
Isu Terkini Dalam Pengelolaan Utang Latest Issues In Debt Management
202
Efisiensi Pengelolaan Utang
202
Fleksibilitas Pembiayaan Utang
205
Debt Management Efficiency Flexibility of Debt Financing
9
SBSN Proyek
Project Based Sukuk
Kewajiban Kontingensi Contingency Liability
Perimbangan Keuangan Fiscal Balance
Kebijakan dan Pengelolaan Anggaran Transfer Ke Daerah Policies and Management of Block Grant
Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) Policy of Revenue-Sharing (DBH)
Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) Policy of General Allocation Fund (DAU)
Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Policy of Special Allocation Fund (DAK)
Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2P) Fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2)
Kebijakan Dana Otonomi Khusus
Policy of Special Autonomy Fund (Otsus)
Kebijakan Dana Penyesuaian Policy of Adjustment Fund
Penyaluran Anggaran Transfer Ke Daerah Distribution of Block Grant
Penyaluran Dana Perimbangan Distribution of Balance Fund
Penyaluran Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Distribution of Special Autonomy and Adjustment Fund
Penyaluran Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
Distribution of Local Government and Decentralization Projects Fund (P2D2)
Pengelolaan Kekayaan Negara State Assets Management
Arah dan Strategi Pengelolaan Kekayaan Negara Direction and Strategy of The State Assets Management
Utilisasi kekayaan negara Utilization of State Assets
10
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
207 208 209 209 211 213 215 217 218 218 221 223 227 228 230 230 231
Tindak lanjut hasil penertiban barang milik negara
Follow up to Putting Into Order Result of State Owned Asset (BMN)
Pengelolaan dan penatausahaan investasi pemerintah Government Investment’s Management and Administration
Perencanaan Investasi Pemerintah Governmment’s Investment Planning
Pelaporan Investasi Pemerintah
The Government’s Investment Reporting
Pembelian 7 Persen Saham Divestasi Newmont Purchase of 7-Percent Shares of Newmont Divestment
Pengambilalihan Aset Eks Proyek Asahan/PT Inalum Assets Take Over of Ex-Asahan Project/Pt. Inalum
Pengelolaan Aset Eks Pertamina
Management of Ex-Pertamina’s Assets
Penanganan Penyelesaian Aset-Aset Eks IJJDF Handling Settlement Of Ex-Ijjdf’s Assets
Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Capital Market And Financial Institutions Supervision
Kinerja Pasar Modal Indonesia
Performance of the Indonesian Capital Market
Kinerja Pasar Modal
Capital Market Performance
Kinerja Industri Keuangan Non-Bank
Performance of Non-Bank Financial Industry
Regulasi
Regulations
Penegakan Hukum Law Enforcement
Pemeriksaan dan Penyidikan Inquiry and Investigation
Pengenaan Sanksi Sanctions
Satuan Tugas Investasi Investment Task Force
Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
Preparation of the Establishment of the Financial Service Authority
233 237 237 239 240 242 244 247 249 249 251 256 261 265 265 265 268 269
11
Daftar Isi Table of Content
BAB
GOVERNANCE Sistem Pengendalian Intern
Internal Control System
Manajemen Risiko Risk Management
Penilaian Manajemen Risiko Risk Management Assessment
Budaya Kerja Work Culture
Whistleblowing System Whistleblowing System
Aplikasi WISE
WISE Application
Mekanisme Penanganan Pengaduan Mechanism of Complains Handling
12
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Chapter
05 276 282 283 284 291 293 293
Sosialisasi Aplikasi WISE
WISE Application Socialisation
Integrasi Aplikasi WISE
WISE Application Integration
Data Pengelolaan Pengaduan Berbasis WISE Data of WISE-based Complains Management
Implementasi Pengelolaan Pengaduan Implementation of Complains Management
Keterbukaan Informasi Information Disclosure
294 295 296 298 299
13
Balap Karung Balap karung adalah permainan yang menggunakan karung, dan peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir. Caranya bebas asal tetap dalam karung. Ada yang melompat, melangkah pelan-pelan, atau lari. Yang paling sering digunakan dengan cara melompat. Dalam permainan ini diperlukan semangat yang tinggi dan sportivitas dalam berkompetisi. Sack race is a game that uses a sack, and participants are required to enter the lower body into a sack and then race to the finish line. Free trick origin remains in the sack. There are jumps, stepping slowly, or run. The most frequently used by jumping. In this game required a high spirit and sportsmanship in competition.
BAB
CHAPTER
01
Pengelolaan Kinerja Organisasi Organizational Performance Management Highlight Laporan Keuangan Finance Statement Highlights Peristiwa Penting Event Highlights Penghargaan Dan Sertifikat Rewards and Certificates Sambutan Presiden RI Speech by the President of the Republic of Indonesia Sambutan Menteri Keuangan Speech by the Minister of Finance
Kilas Kinerja 2012 Performance Summary 2012
Pengelolaan Kinerja Organisasi
18
Sejak tahun 2008, Kementerian Keuangan telah menerapkan pengelolaan kinerja organisasi modern berdasarkan prinsip strategy-focused organization atau pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard. Pelaksanaan model pengelolaan kinerja tersebut dirumuskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan.
Since2008, the Ministry of Finance has implemented modern organizational performance management based on the principle of strategy-focused organization, or performance management based on a balanced scorecard. The implementation of this performance management system was defined in Ministry of Finance Decree Number 454/ KMK.01/2011 on performance management in the Ministry of Finance sphere.
Dengan balanced scorecard, strategi Kementerian Keuangan disusun secara komprehensif dan bervisi jangka panjang yang mencakup empat perspektif : stakeholder, customer, internal process, dan learning and growth. Hal ini berarti strategi Kementerian Keuangan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dan pelanggan. Untuk mencapainya, Kementerian Keuangan terus berusaha membenahi kinerja internal dan mengelola sumber daya organisasi dengan lebih
Using the balanced scorecard, the Ministry of Finance strategy has been comprehensively ordered with a long term vision encompassing four perspectives: stakeholders, customers, internal processes, and learning and growth. This means that the Ministry of Finance strategy is oriented towards fulfilling the needs of all relevant stakeholders and clients. In order to achieve this, the Ministry of Finance has to continually work to improve internal performance and better manage organizational
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
baik. Dengan demikian, terdapat keseimbangan dalam perumusan dan pelaksanaan strategi yang akan memperkuat output dan daya dukung organisasi dalam mewujudkan visi dan misinya.
resources. As such, a balance is achieved in defining and implementing a strategy which will strengthen output and organizational capacity in achieving the mission and vision.
Strategi melalui empat perspektif tersebut selanjutnya dituangkan menjadi peta strategi Kementerian Keuangan dalam suatu dokumen komitmen kinerja Menteri Keuangan. Dalam dokumen tersebut dirumuskan sasaran strategis yang akan dicapai dalam setiap perspektif dan Indikator Kinerja Utama (IKU).
This strategy through four perspectives has been mapped into a Ministry of Finance strategy in the form of a Ministry of Finance performance commitment document. This document defines the strategic targets which will be achieved for each perspective and Main Performance Indicators (IKU).
Peta strategi Kementerian Keuangan ini kemudian diturunkan ke seluruh unit Eselon I (Kemenkeu-One), Eselon II (Kemenkeu-two), Eselon III (Kemenkeuthree), Eselon IV (Kemenkeu-four) hingga Pelaksana (Kemenkeu-five) melalui proses cascading, yang semuanya dituangkan dalam Kontrak Kinerja Pegawai. Dengan cascading, strategi Kementerian Keuangan menjadi strategi seluruh pegawai di tiap level.
This Ministry of Finance strategic map is then broken down through all units, Echelon I (KemenkeuOne), Echelon II (Kemenkeu-two), Echelon III (kemenkeu-three), Echelon IV (Kemenkeu-four) to Implementation (kemenkeu-five) through a process of cascading, all of which is condensed into the Employee Performance Contract. Through cascading, the Ministry of Finance strategy is the strategy of all employees at every level.
Sebagai penanggung jawab pengelolaan kinerja ditunjuk seorang penanggung jawab di setiap level. Pada level Kementerian ditunjuk Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (Pushaka), sebuah unit Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal sebagai pengelola kinerja. Untuk level unit Eselon I, pengelola kinerja dilaksanakan oleh Manajer Kinerja Organisasi. Sementara untuk level unit Eselon II dan Kantor Pelayanan, pengelolaan kinerja dilaksanakan oleh Mitra Manajer Kinerja.
A person responsible for performance management is appointed at each level. At the Ministerial level, the Centre for Policy Analysis and Hamonization(Pushaka), an Echelon II unit in the sphere of the Secretariat-General is appointed for performance management.At the Echelon I unit level, performance management is implemented by the Organizational Performance Manger, while at the Echelon II unit level and Service Centre, performance management is undertaken by the Performance Partnership Manager.
Pada tahun 2012, Kementerian Keuangan telah merumuskan peta strategi Kementerian Keuangan yang diturunkan dalam kontrak kinerja. Setelah kontrak kerja ditandatangani, dilakukan pengawasan dan evaluasi atas pencapaian setiap triwulan. Pada level Kementerian Keuangan, proses tersebut dilakukan dalam rapat pimpinan yang khusus membahas pencapaian kinerja (Rapimja). Rapimja pada tahun 2012 dilaksanakan pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.
In 2012,the Ministry of Finance defined a Ministry of Finance strategic map which was condensed into a performance contract. Since the signing of this work contract, monitoring and evaluation of quarterly achievements has been undertaken. At the Finance Ministerial level, this process was undertaken at a leadership meeting specifically to discuss performance achievement (Rapimja). In 2012, these meetings were held in January, April, July and October.
Dalam pelaksanaan Rapimja, Menteri Keuangan mengalokasikan waktu cukup banyak untuk memantau pencapaian kinerja dan memberi masukan. Hal ini membuktikan komitmen pimpinan Kementerian Keuangan dalam mewujudkan setiap sasaran strategis yang telah ditetapkan bersama. Hasilnya dapat dilihat dengan tercapainya target
In the implementation of these Rapimja meetings,the Finance Minister allocates sufficient time to monitor performance achievements and provide input. This proves the commitment of the Ministry of Finance leadership to realizing each agreed strategic target. The result can be seen from the overall achievement of the Ministry of Finance performance targets, with
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
19
20
kinerja Kementerian Keuangan secara keseluruhan dengan Nilai Kinerja Organisasi mencapai 104,61 (Baik).
an Organizational Performance value of 104,61 (Good).
Kementerian Keuangan juga melaksanakan survei Strategy-Focused Organization yang dilakukan unit Strategy Management Office dalam hal ini Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan pada tahun 2012. Survei dilakukan terhadap sampel yang mewakili seluruh unit Eselon I. Tujuan survei ini untuk menilai penerapan prinsip strategy-focused organization pada Kementerian Keuangan berdasarkan persepsi pegawai. Hasilnya menunjukkan, Kementerian Keuangan telah berhasil menerapkan prinsip strategy-focused organization dengan baik. Dari survei juga diperoleh beberapa masukan sebagai bahan untuk perbaikan pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan.
The Ministry of Finance has also implemented aStrategy-Focused Organizationsurvey in 2012, undertaken by theStrategy Management Officeunit, in this case the Centre for Policy Analysis and Hamonization. The survey was undertaken on a sample representing the entire Echelon I unit. The aim of the survey was to evaluate the application of the strategy-focused organization principle on the Ministry of Finance, based on employee perceptions.The results show that the Ministry of Finance has succeeded in applying the principle of a strategy-focused organizationwell. The survey also provided several inputs to improve the performance management of the Ministry of Finance.
Pembenahan pengelolaan kinerja pada tahun 2012 juga dapat dilihat dari upaya meningkatkan kualitas Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi ukuran keberhasilan pencapaian sasaran strategis. Upaya perbaikan berujung pada penyusunan peta strategi tahun 2013 yang telah disahkan pada bulan Maret 2013, bersamaan dengan penandatanganan Kontrak Kinerja Eselon I.
The improvement in performance management in 2012 can also be seen from the effort to increase the Key Performance Indicator (IKU) quality, which forms a measurement of success of strategic target achievement.The effort to improve resulted in the creation of the 2013 strategic map, formalized in March 2013 at the same time as the signing of the Echelon I Performance Contract.
Peningkatan efektivitas pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan juga dilakukan dengan sosialisasi kepada pegawai melalui penyusunan buletin kinerja setiap tiga bulan, pembagian gimmick bertema kinerja, layanan konsultasi pengelolaan kinerja dan pelatihan pengelolaan kinerja bagi pegawai. Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan pemahaman dan kesadaran pegawai akan meningkat dalam implementasi pengelolaan kinerja berbasis balanced scorecard.
The increase in effectiveness of Ministry of Finance performance management has also been undertaken with socialization to employees through the creation of a performance bulletin every three months, sharing of performance-themed gimmicks, a performance management consultation service and training on performance management for employees.This socialization is hoped to increase understanding and awareness of employees in implementing performance management based on the balanced scorecard.
Melalui upaya-upaya seperti yang disebutkan di atas, diharapkan efektivitas pengelolaan kinerja dapat terus meningkat. Hal itu dapat dirasakan dengan semakin terpacunya setiap pegawai Kementerian Keuangan untuk mencapai target kinerjanya. Demikian juga sumber daya organisasi lainnya diharapkan semuanya secara sinergis diberdayakan untuk meningkatkan kinerja Kementerian Keuangan. Akhirnya, misi Kementerian Keuangan dalam pengelolaan fiskal dan kekayaan negara dapat tercapai dengan hasil sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan, terutama masyarakat luas.
Efforts such as those mentioned above are hoped to continually improve effectiveness of performance management. This can be felt in the increased motivation of each Ministry of Finance employee to achieve performance targets. As such it is hoped that all other organizational resources can be empowered in synergy to increase Ministry of Finance performance. Finally, the Ministry of Finance mission in fiscal management and state wealth can be achieved in accordance with the expectations of relevant stakeholders, particularly the wider public.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Laporan Keuangan Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 dan telah diubah dengan PMK Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/ PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Laporan itu meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Based on Article 55 verse (2) Act Number 1 2004 on the State Treasury and Ministry of Finance Regulation (PMK)Number 171/PMK.05/2007 and amended Ministry of Finance Regulation (PMK) Number 233/ PMK.05/2011 onChanges in Ministry of Finance Regulations Number 171/PMK.05/2007 on Central Government Financial Reporting and Accountancy System, the Minister / Organization Leader as Budget User / Goods User creates and delivers a National / Line MinistriesFinance Statement (LKKL). That report covers the Actual Budget Report, Balance Statement, and Notes on the Finance Report to the Finance Minister as the fiscal manager,in creation of the Central Government Finance Statement (LKPP).
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2012 disusun dan disajikan sesuai dengan
The Ministry of Finance Financial Report for the Budget Year 2012 is created and presented
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
21
22
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
accordingto Government Regulation Number 71 2010 on Government Accounting Standards (SAP).
REALISASI ANGGARAN
ACTUAL BUDGET REPORT
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya. Laporan ini mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2012.
The Actual Budget Report depicts the comparison between the Budget and its realization, covering the elements of income and spending for the period 1 January – 31 December 2012.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran (TA) 2012 sebesar Rp986.400.749.109.760,00 atau 96,96 persen dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Jumlah tersebut terdiri atas Penerimaan Pajak sebesar Rp979.712.121.958.818,00 atau mencapai 96,41 persen dari pagu anggarannya dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp6.688.627.150.942,00 atau mencapai 589,51 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan.
The Actual State Revenue and Grants for the Budget Year 2012 amounted to Rp986.400.749 .109.760,00or96,96percent of the target set in the Annual National Budget for 2012(APBN-P TA 2012)ofRp1.017.371.947.232.192,00.This amount comprises Tax Revenue ofRp979.712.121.958.818,00 or reaching96,41 percentof the budgetted amount, and Non Tax Revenue ofRp6.688.627.150.942,00OR5 89,51percent of the defined budget amount.
Realisasi Belanja Negara termasuk Imbalan Bunga pada TA 2012 sebesar Rp16.321.354.860.276,00 atau mencapai 93,79 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.195.788.545.029,00 (termasuk di dalamnya realisasi belanja Imbalan Bunga yang tidak tersedia pagu anggarannya dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp610.940.774.951,00 atau 94,07 persen dari anggarannya dan Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya. Adapun realisasi Belanja Negara tanpa Imbalan Bunga pada TA 2012 adalah sebesar Rp15.710.414.085.325,00 atau mencapai 90,28 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi belanja Negara tersebut terdiri atas realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp15.584.847.770.078,00 atau 90,52 persen dari anggarannya, dan Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya.
Actual State Expenditure including Interest Repaymentfor the Budget Year 2012 amounted to Rp16.321.354.860.276,00or93,79 percent of the budgeted amount. This Actual Spending consists ofactual Pure Rupiah Spending amounting toRp16.195.788.545.029,00 (included within this is actual spending on Interest Repaymentof Rp610.940.774.951,00for which there is no budgeted amount in the DIPA [budget]) or94,07percentof the budget,Borrowing and International Grant Spending ofRp125.566.315.247,00or67,87 percentof the budget.Actual State Spending without Interest Repayment for the 2012 Budget Year wasRp15.71 0.414.085.325,00or90,28 percent of the budgetted amount. This Actual Spending comprises Pure Rupiah Spending ofRp15.584.847.770.078,00 or90,52 percent of the budget, and Borrowing and International Grant Spending ofRp125.566.315.247,00or67,87 percent of the budget.
Ringkasan atas Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 beserta perbandingan dengan Realisasi Anggaran TA 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
A summary of the Actual BudgetReport for Budget Year 2012, alongwith a comparison of the Actual BudgetReport for Budget Year 2011 is shown in Table 1.1.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 1.1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011 Table 1.1 Summary of the Budget Realization Report in Fiscal Year 2012 and 2011 TA 2012 Uraian Item
Pendapatan Negara dan Hibah KAS Cash State Revenue and Grants Penerimaan Perpajakan Tax Revenue
Anggaran Budget
TA 2011 Realisasi Actual
Anggaran Budget
Realisasi Actual
1.017.371.947.232.192 986.400.749.109.760 879.328.211.203.898 875.490.823.295.438 1.016.237.341.511.000
979.712.121.958.818
878.685.216.762.000
873.721.483.886.873
1.134.605.721.192
6.688.627.150.942
642.994.441.898
1.769.339.408.565
Hibah Grants
0
0
0
0
Pendapatan Negara dan Hibah Transaksi NON Kas Non-Cash State Revenue and Grant Transactions
0
0
0
0
Penerimaan Perpajakan Tax Revenue
0
0
0
0
PNBP Non Tax Revenue
0
0
0
0
PNBP Non Tax Revenue
Jumlah Pendapatan dan Hibah Total Revenue and Grants Belanja Transaksi KAS Cash Transaction Spending Belanja Rupiah Murni Pure Rupiah Spending Belanja PHLN Borrowing and International Grant Spending
1.017.371.947.232.192 986.400.749.109.760 879.328.211.203.898 875.490.823.295.438 17.402.097.003.000 16.321.354.860.276
17.346.872.669.000
16.096.296.744.832
17.217.079.527.000
16.195.788.545.029
17.183.692.670.000
15.986.719.279.081
185.017.476.000
125.566.315.247
163.179.999.000
109.577.465.751
Belanja Transaksi Non KAS Non cash Transaction Spending
0
0
0
4.036.475.457
Belanja Barang Non KAS Non cash Goods Spending
0
0
0
4.036.475.457
17.402.097.003.000 16.321.354.860.276
17.346.872.669.000
16.100.333.220.289
Jumlah Belanja Total Spending
NERACA
BALANCE STATEMENT
Neraca yang dijabarkan berikut ini menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada 31 Desember 2012 dan 2011.
The Balance Statement depicts the financial position of an entity regarding assets, liabilities, and fund equity as of 31 December 2012 and 2011.
Nilai aset adalah sebesar Rp108.538.464.823.910,00 yang terdiri atas Aset Lancar sebesar Rp68.374.808.813.264,00, Aset Tetap sebesar Rp39.265.517.222.522,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795,00, dan Aset Lainnya sebesar Rp897.968.004.329,00.
Assets are valued atRp108.538.464.823.910,00consist ing of Current Assets ofRp68.374.808.813.264,00,Fixed Assets ofRp39.265.517.222.522,00, Long Term Receivables ofRp170.783.795,00, andOther Assets ofRp897.968.004.329,00.
Nilai Kewajiban adalah sebesar Rp812.928.850.900,00 yang terdiri atas Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp812.928.850.900,00 dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp0,00.
Liabilities are valued atRp812.928.850.900,00compris ing Short-Term liabilities ofRp812.928.850.900,00and Long Term Liabilities ofRp0,00.
Sementara itu, nilai Ekuitas Dana adalah sebesar Rp107.725.535.973.010,00 yang terdiri atas Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp67.561.879.962.364,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp40.163.656.010.646,00.
Meanwhile, Fund Equity amounts to Rp107.725.535 .973.010,00comprising Unrestricted Fund EquityofR p67.561.879.962.364,00and Investment Fund Equity ofRp40.163.656.010.646,00.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
23
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat disajikan sebagai Tabel 1.2.
The Balance Statement Summary per31 December 2012 and per 31 December 2011 is shown in Table 1.2.
Tabel 1.2 Ringkasan Neracaper 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 Table 1.2 Summary of Balance per December 31st, 2012 and per December 31st, 2011
Uraian Item
Tanggal Neraca Date of Balance Statement 31 Desember 2012 (Rp)
Kenaikan/ Penurunan Increase/Decrease
31 Desember 2011 (Rp)
Rp
%
Aset Assets Aset Lancar Current Assets
68.374.808.813.264
62.816.187.789.195
5.558.621.024.069
8,85
Aset Tetap Fixed Assets
39.265.517.222.522
37.731.845.000.870
1.533.672.221.652
4,06
Piutang Jangka Panjang Long-term Receivables Aset Lainnya Other Assets Jumlah Aset Total Assets
170.783.795
0
170.783.795
0,00
897.968.004.329
801.376.507.540
96.591.496.789
12,05
108.538.464.823.910
101.349.409.297.605
7.189.055.526.305
7,09
812.928.850.900
806.982.593.139
5.946.257.761
0,74
Kewajiban Liabilities Kewajiban Jangka Pendek Short Term Liabilities Kewajiban Jangka Panjang Long Term Liabilities
0
0
0
0,00
812.928.850.900
806.982.593.139
5.946.257.761
0,74
Ekuitas Dana Lancar Unrestricted Fund Equity
67.561.879.962.364
62.084.362.174.070
5.477.517.788.294
8,82
Ekuitas Dana Investasi Investment Fund Equity
40.163.656.010.646
38.458.064.530.396
1.705.591.480.250
4,43
Jumlah Kewajiban Total Liabilities Ekuitas Dana Fund Equity
Jumlah Ekuitas Dana Total Fund Equity Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Total Liabilities and Equity
24
107.725.535.973.010
100.542.426.704.466
7.183.109.268.544
7,14
108.538.464.823.910
101.349.409.297.605
7.189.055.526.305
7,09
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
NOTES ON THE FINANCE REPORT
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan atau daftar perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah serta pengungkapanpengungkapan lain yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Notes to the Finance Report (CaLK) cover explanations, details, or analysis on the values provided in the Actual Budget Report and Balance Statement. Furthermore, Notes on the Finance Report include information required and recommended by the Government Accounting Standards and other disclosures required for presentation in a finance report.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
PERISTIWA PENTING
2 Januari
2012 January 2nd
Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 Menteri Keuangan Agus Martowardojo mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 di Jakarta. Tema perdagangan BEI pada tahun 2012 adalah “Memperkecil Dampak dari Krisis Perekonomian Global”. Dalam sambutannya, Presiden memberikan apresiasi kepada para pelaku ekonomi yang bersama dengan pemerintah telah berhasil meningkatkan perekonomian Indonesia. Opening of the 2012 Indonesian Stock Exchange trading Accompanying President Susilo Bambang Yudhoyono, the Minister of Finance opened the 2012 Indonesia Stock Exchange trading at the Indonesian Stock Exchange building, Jakarta. The theme of the 2012 Indonesia Stock Exchange trading was “Minimizing Impacts of the Global Economic Crisis”/ in his speech, the President expressed his appreciation to economic practitioners who, along with the government, had successfully increased the Indonesian economy.
21 Februari
2012 February 21st
Lokakarya APIP K/L dan Pemda Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Forum Bersama Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) menyelenggarakan lokakarya APIP Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah di Aula Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta. Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Boediono. Lokakarya bertujuan untuk memperbesar peran APIP dalam peningkatan kualitas pengelolaan keuangan negara dan kinerja instansi pemerintah APIP workshops of ministries/institutions and regional governments The Ministry of Finance, in cooperation with the Joint Forum of Government Internal Supervisors (APIP), will hold an APIP workshop of ministries/institutions and regional governments at Aula Dhanapala, the Ministry of Finance, Jakarta. The event, which will be officially opened by the Vice President, is held to increase APIP’s role in increasing quality of the state financial management and government institutions’ performance.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
25
Penerimaan Penghargaan dari FinanceAsia Indonesia memperoleh penghargaan “Best Sovereign BondRepublic of Indonesia $2.5 billion 10-year bond” dan “Borrower of the Year 2011” dari majalah FinanceAsia. Penghargaan diberikan secara simbolis oleh perwakilan majalah FinanceAsia, Stuart Wadsworth, kepada Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar di Jakarta. Indonesia juga diakui telah menjadi salah satu penerbit obligasi global yang profesional dan berpengalaman di kawasan Asia.
2012 7 Maret
March 7th
Receiving an award from FinanceAsia Indonesia obtained the “Best Sovereign BondRepublic of Indonesia $2.5 billion 10-year bond” and the “Borrower of the Year 2011” in December 2011 and January 2012. The awards were presented symbolically by representative of FinanceAsia magazine, Stuart Wadsworth, to the Vice Minister of Finance, Mahendra Siregar, on March 7th, 2012, in Jakarta. Indonesia was also acknowledged as one of the professional and experienced global bond issuers in the Asian region.
Penandatanganan MoU Kementerian Keuangandan POLRI Kementerian Keuangan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Jakarta. MoU ini merupakan langkah awal untuk mendorong terwujudnya tata kelola yang baik dan pemerintahan yang bersih. MoU signing between the Ministry of Finance and the Indonesian Police The Ministry of Finance and the Indonesian Police (POLRI) signed a Memorandum of Understanding (MoU) in relation with the implementation of tasks and function of the respective institution, on Thursday (8/3), at Aula Djuanda of the Ministry of Finance, Jakarta. It was an initial step to encourage the realization of good and clean governance.
26
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2012 8 Maret
March 8th
13 Maret
2012 March 13th
Penyampaian RKA-K/L APBN-P TA 2012 Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Kementerian Keuangan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2012 kepada komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, di Jakarta. Menteri Keuangan mengungkapkan, Kementerian Keuangan akan melakukan penghematan anggaran sebesar Rp925 miliar untuk Tahun Anggaran 2012. Submission of the Work Plan and Budget of Ministries/Institutions of the State Budget Review Fiscal Year 2012 The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, submitted the Work Plan and Budget of ministries/ institutions of the Ministry of Finance at State Budget Review Fiscal Year 2012 to Commission XI of the House of Representatives, in Jakarta. The Minister of Finance stated that the Ministry of Finance would carry out budget efficiency of IDR925 billion.
5 April
2012 April 5th
Penandatanganan MoU Kementerian Keuangan dan Kejaksaan Agung Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Keuangan dan Kejaksaan Agung untuk meningkatkan pengelolaan keuangan negara. Kerja sama difokuskan pada pengamanan penerimaan negara, pengelolaan aset negara, penegakan hukum, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, kerja sama tersebut merupakan langkah strategis dan bentuk sinergi kuat dalam penegakan hukum. MoU signing between the Ministry of Finance and the Attorney General Office To increase the state’s financial management, the Ministry of Finance works together with the Attorney General Office through the signing of a memorandum of understanding (MoU). Cooperation between the two parties was focused on security of the government revenues, state’s assets management, law enforcement, and increase of the human resources capacity. The Minister of Finance, Agus Martowardojo, stated that the cooperation was a strategic step and strong synergy in the law enforcement.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
27
Official Launch Asia Bond Monitor Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto menghadiri peluncuran Asia Bond Monitor, terbitan Asian Development Bank (ADB) di Hotel Four Season, Jakarta. Asia Bond Monitor merupakan sarana dalam pasar obligasi yang dapat bermanfaat bagi negaranegara di kawasan Asia.
2012 26 April
April 26th
Official Launch of Asia Bond Monito The Director General of Debts Management (DJPU) of the Ministry of Finance, Rahmat Waluyanto, attended the launching of Asia Bond Monitor, issued by the Asian Development Bank (ADB) at Four Seasons Hotel, Jakarta. Rahmat said that the Asia Bond Monitor was a facility in the bonds market advantageous for countries in the Asian region.
The 1st ASEAN Conferenceon Financial Inclusio Menteri Keuangan Agus Martowardojo membuka ‘The 1st ASEAN Conference on Financial Inclusion’ di Jakarta Convention Centre. Acara ini merupakan konferensi tingkat ASEAN yang membahas peningkatan kesempatan bagi masyarakat luas untuk mendapatkan akses keuangan. Konferensi dihadiri pembicara dari berbagai institusi dan lembaga keuangan dan perekonomian, baik dalam negeri, regional maupun global. The 1st ASEAN Conferenceon Financial Inclusion The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, officially opened the 1st ASEAN Conference on Financial Inclusion at the Jakarta Convention Centre. It was an ASEAN-level conference that discussed increase of opportunities for the public to gain financial access. Speakers from various finance and economy-related institutions, domestic, regional, and global, attended the conference.
28
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2012 27 Juni
June 27th
9 Juli
2012 July 9th
Kunjungan Managing Director IMF Pemerintah Indonesia menyambut baik kedatangan Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde yang baru saja terpilih. Indonesia merupakan salah satu negara yang dikunjungi Lagarde dalam lawatannya dari sejumlah negara di Asia. Pertemuan dengan IMF membahas perkembangan ekonomi dunia yang mengalami koreksi, dan juga reformasi IMF sebagaimana diminta oleh pimpinan G20. Visit of IMF Managing Director The Government welcomed visit of the International Monetary Fund (IMF) managing Director, Christine Lagarde, to Indonesia, which was one of the countries visited in Asia. Based on the previous experience, the meeting with the new Managing Director would discuss update of the world economic development, including correction of the world economic growth. During the meeting, the new Managing Director explained IMF reform program as urged by G20 leaders.
29 Agustus
2012 August 29th
Rapat Paripurna DPR: RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN TA 2011 Menteri Keuangan Agus Martowardojo beserta jajarannya menghadiri rapat paripurna DPR yang mengagendakan pembicaraan tingkat II/pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2011, serta Pandangan Umum Fraksi atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2013.
Plenary session of the House of Representatives: Draft Law on the Accountability of the State Budget Fiscal Year 2011 Implementation The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, and his staff attended a plenary session of the House of Representatives. The session’s agenda was II-level discussion on the Draft Law of Accountability of the State Budget Implementation Fiscal Year 2011, and the general views of the factions on the State Budget Fiscal Year 2013.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
29
Annual Report Award 2012 Bapepam-LK, Direktorat Jendral Pajak, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Governance, dan Ikatan Akuntan Indonesia menyelenggarakan Annual Report Award (ARA) 2011. Acara dihadiri Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Tema ARA ke-11 adalah “Transparasi Informasi Sebagai Upaya Penerapan Pengelolaan Perusahaan yang Bersih dan Berintegrasi untuk Meningkatkan Daya Saing Perusahaan dalam Perekonomian Regional”.
2012 18 September
September 18st
Annual Report Award 2012 The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), the Directorate General of Tax, the Ministry of State-owned Enterprises, Bank Indonesia, the Indonesia Stock Exchange, the National Committee of the Governance Policy, and the Association of Indonesian Accountants held the 11th Annual Report Award (ARA) 2011. The event was attended by the Minister of Finance, Agus Martowardojo, and the Minister of State-owned Enterprises, Dahlan Iskan. The theme was “Information Transparence as Effort to Apply Clean and Integrated Company Management to Increase Corporate Competitiveness in the Regional Economy.”
Launching ORI 009 Pemerintah Indonesia menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI). Penerbitan ORI bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBNP 2012, dan mengembangkan pasar Surat utang Negara domestik melalui diversifikasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor. ORI009 menawarkan 6,25 persen dengan target investor individu domestik. Launching of ORI 009 The government, through the Directorate General of Debt Management of the Ministry of Finance, issued Retail Government Bonds (ORI).Through ORI009, the government offered coupons of 6.25 percent. According to Robert, the issuance of ORI009 was aimed at fulfilling the need to finance the State Budget Review 2012, and at developing the domestic market of Government Bonds (SUN) through diversification of financing source instruments and investors basis expansion.
30
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2012 21 September
September 21st
2 Oktober
2012 October 2nd
Kesepakatan Bersama tentang Pensertifikatan Tanah antara Kementerian Keuangan dan BPN Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Hendarman Supandji menandatangani kesepakatan bersama pembuatan sertifikat tanah yang berlaku selama lima tahun di Aula Mezzanie Gedung Juanda I, Jakarta Pusat. Kementerian Keuangan memiliki 717 bidang tanah yang belum disertifikasi, sehingga perlu kerja sama dengan BPN agar barang milik negara lebih tertib administrasi dan memiliki kejelasan hukum. Joint agreement on Land Certification between the Ministry of Finance and the National Land Agency The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, and Head of the National Land Agency (BPN), Hendarman Supandji, signed a joint agreement on 5-year land certification at Aula Mezzanine Gedung Djuanda I, Central Jakarta. At present, the Ministry of Finance has 717 pieces of land which are not certified yet, so that cooperation with the National Land Agency (BPN) is required to put state’s property into order, both in terms of administration as well as legal certainty.
10 Oktober
2012 October 10th
Wisuda STAN 2012 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) menyelenggarakan wisuda 3.546 mahasiswanya dari berbagai program Diploma Keuangan I dan III di Sentul International Convention Center (SICC), Jawa Barat. Acara dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Kiagus Ahmad Badaruddin yang secara khusus mewisuda 12 wisudawan terbaik dari masing-masing spesialisasi Program Diploma Keuangan. Graduation of the State Institute of Accountancy 2012 The State Institute of Accountancy (STAN) held a graduation for its 3,546 students from various programs of Financial Diploma I and III at Sentul International Convention Centre (SICC), West Java. The graduation was attended by the Secretary General of the Ministry of Finance, Kiagus Ahmad Badaruddin. He particularly awarded 12 best graduates from each specialization of the Finance Diploma program.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
31
Pencanangan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi Kementerian Keuangan mencanangkan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi di Aula Dhanapala, Kementerian Keuangan. Sebagai pengemban tugas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara, reformasi birokrasi yang dilakukan Kementerian Keuangan bertujuan untuk membangun public trust. Untuk mendapatkan kepercayaan ini, korupsi harus dicegah dan diberantas sehingga Kementerian Keuangan dapat menciptakan birokrasi yang bersih, dengan kualitas pelayanan yang lebih baik lagi.
2012 31 Oktober
October 31st
Launching of Integrity Zone towards CorruptionFree Area Ministry of Finance launched the Integrity Zone towards Corruption-Free Area at Aula Dhanapala of the Ministry of Finance. As a state financial and assets manager, the bureaucracy reform conducted by the Ministry of Finance is aimed at building a public trust.As such, corruption must be prevented and eradicated, so that the Ministry of Finance can create a clean bureaucracy with better service quality.
Refleksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian/Lembaga (K/L) Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Hadiyanto membuka acara ‘Refleksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian/Lembaga (K/L)’. Nilai BMN meningkat dari Rp323,51 triliun menjadi Rp1.726,33 triliun selama periode 2006-2012, menunjukkan adanya komitmen untuk mewujudkan pengelolaan BMN yang andal. Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan tren positif tersebut, DJKN memberikan apresiasi dengan melibatkan 85 K/L melalui acara tersebut. Reflection and Appreciation of State’s Property Management at Ministries/Institutions The Minister of Finance, Agus Martowardojo, with the Director General of State Assets, Hadiyanto, opened an event entitled “Reflection and Appreciation of State’s Property Management at Ministries/ Institutions.’ The State’s Property value increased from IDR323.51 trillion to IDR1,726.33 trillion during the period of 2006-2012, showing a strong commitment to create reliable State’s Property management. To maintain and increase the positive trend, the Directorate General of State Assets presented an appreciation by involving 85 ministries/institutions in the event.
32
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2012 1 November
November 1st
30 November
2012 November 30th
Penandatanganan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Ketua Dewan Komisioner OJK Acara Penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mengenai Penggunaan Kekayaan Negara dan Dokumen Kemenkeu oleh OJK di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Jakarta. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan kembali komitmen Kementerian Keuangan untuk mendukung penuh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Signing of Joint Decree between the Minister of Finance and Chairman of the Board of Commissioners of the Financial Service Authority The signing of a Joint Decree of the Minister of Finance and Chairman of the Board of Commissioners of the Financial Service Authority (OJK) on the Use of State Assets and Documents of the Ministry of Finance by the Financial Service Authority (OJK) was held on Friday (30/11), at Aula Djuanda of the Ministry of Finance, Jakarta. The Minister of Finance, Agus D.W. Martowardojo, re-affirmed the Ministry of Finance’s commitment to fully support the Financial Service Authority (OJK).
6 Desember
2012 December 6th
Seminar Internasional: Financial Stability Through Effective Crisis Management and Interagency Coordination Menteri Keuangan Agus Martowardojo membuka seminar internasional ” ”, di Nusa Dua, Bali. Seminar dihadiri sekitar 250 orang dari beberapa negara, yang bergerak di sektor finansial. Dalam pidatonya, Menteri Keuangan menyampaikan, Indonesia sudah belajar dari krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 sehingga meningkatkan sistem peringatan dini dan protokol manajemen menghadapi krisis. International seminar: Financial Stability Through Effective Crisis Management and Interagency Coordination The Minister of Finance, Agus Martowardojo, officially opened an international seminar on “Financial Stability Through Effective Crisis Management and Inter-agency Coordination”, at Nusa Dua, Bali. The seminar was attended by 250 persons from various countries, dealing in the financial sector. In his speech, the Minister of Finance stated that Indonesia had learnt from the economic crisis in 1998 and 2008. From the condition, Indonesia has increased the early warning system and management protocol to face a crisis.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
33
Paripurna DPR: Pengesahan UU Lembaga Keuangan Mikro DPR mengesahkan RUU Lembaga Keuangan Mikro menjadi UU. UU tersebut merupakan inisiatif dari Komisi BUMN dan Koperasi DPR. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, saat ini banyak LKM yang berdiri di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah dan pengusaha kecil dan mikro. Karena itu, harus ada payung hukum yang memadai agar dapat memberikan rasa aman dan pelayanan yang baik.
2012 11 Desember
December 11th
Plenary session of the House of Representatives: Ratification of Law on the Micro Financial Institution The House of Representatives ratified the Draft Law on Micro Financial Institution to law. The law was initiated by the Commission of State-owned Enterprises and Cooperatives of the House of Representatives. The Minister of Finance, Agus Martowardojo, stated that many Micro Financial Institutions had been set up in Indonesia to fulfill the need of low-income people, and small and micro businessmen, so that a sufficient legal umbrella was required to provide security and better service.
Penutupan Perdagangan Bursa 2012 Menteri Keuangan Agus Martowardojo didampingi Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulyaman D Haddad dan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menutup perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir di tahun 2012 tercatat naik 34 poin di posisi 4.316. Closing of the 2012 stock exchange trading The Minister of Finance, Agus Martowardojo, blew a trumpet accompanied by the Vice Minister of Finance, Mahendra Siregar, Chairman of the Financial Service Authority (OJK), Mulyaman D. Haddad (third from right), President Director of the Indonesia Stock Exchange, Ito Warsito, at the closing of 2012 stock exchange trading. The Jakarta Composite Index closed the final trading in 2012 with an increase of 34 points to 4,316.
34
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2012 28 Desember
December 28th
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
35
“Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan Kementerian Keuangan agar dapat membawa perekonomian Indonesia lebih baik sekaligus mendapatkan pengakuan dunia internasional. Hal itu dilandasi oleh visi Kementerian Keuangan sebagai Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang terpercaya dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan”.
36
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
“The Ministry of Finance has endeavored every bit of improvement they can make in order to bring forth a better Indonesia’s economy as well as to have the world acknowledged it. This is given birth by the Ministry of Finance’s vision to be the best and worth-trusting Administrator of the State Finance and Assets at regional level in order to materialize a prosperous, democratic, and fair Indonesia”.
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua,
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, May His blessings are all upon us,
Tahun 2012 merupakan serangkaian langkah panjang dari perjalanan Transformasi dan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Pada tahun tersebut, seluruh pejabat dan pegawai telah bekerja keras untuk membawa Kementerian Keuangan ke dalam fase yang lebih baik. Namun demikian, perjalanan transformasi menuju Kementerian Keuangan yang bersih dan sesuai dengan nilai-nilai masih harus dilanjutkan. Untuk menuju sasaran itu, Kementerian Keuangan juga harus dilengkapi dengan perbaikan di beberapa aspek fundamental yang tentunya akan sangat berpengaruh secara jangka panjang.
2012 has witnessed a series of significant steps of Ministry of Finance’s long journey toward its Bureaucracy Transformation and Reform. It was in that year that all of its officials and employees have worked hard to bring the Ministry of Finance to a better stage. Nevertheless, the necessity to continue such journey of transformation toward a better, cleaner Ministry of Finance that conforms the noble values remains there. To achieve the goal, the Ministry of Finance should also equip themselves with some advancement in several fundamental aspects which certainly will affect it in its long run.
Implementasi budaya yang berakar pada nilainilai Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan telah ditetapkan Kementerian Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/KMK.01/2011. Pelaksanaan program itu akan terus diperkuat karena merupakan katalisator penentu dalam transformasi Kementerian Keuangan dan mendukung Reformasi Birokrasi. Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan sudah semestinya diperkuat, karena sejak dicanangkan telah memberikan dampak positif pada peningkatan belanja negara. Sejak tahun 2005 hingga 2012, tercatat rata-rata pertumbuhan belanja negara sebesar 17 persen per tahun.
The Ministry of Finance has applied those cultures rooting in values of Integrity, Proffesionalism, Synergy, Commitment, and Perfection through the establishment of Ministerial Decree of Finance Number 312/KMK.01/2011. The program implementation should be continuously improved since it serves as a determinant catalyst in transforming the Ministry of Finance and in supporting the Bureaucracy Reform. It is safe to say, then, that the Ministry of Finance’s Bureaucracy Reform should be reinforced due to its self-evident positive impact it had on the government expenditure improvement since its first promotion. Since 2005 to 2012, it is reported that the government expenditure has seen an average growth of 17 percent per annum.
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
37
38
Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan Kementerian Keuangan agar dapat membawa perekonomian Indonesia lebih baik sekaligus mendapatkan pengakuan dunia internasional. Hal itu dilandasi oleh visi Kementerian Keuangan sebagai Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang terpercaya dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Dalam hal ini, pada September tahun 2012, Jepang melalui salah satu lembaganya yaitu Rating and Investment Information, Inc. (R&I) menaikkan tingkat sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/ dengan stable outlook atau investment grade. Hal serupa juga telah diberikan oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings dan Moody’s pada tahun lalu, yang menaikkan peringkat sovereign credit rating Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Naiknya peringkat utang Indonesia ini berdasarkan pada peningkatan kinerja perekonomian, kuatnya likuiditas eksternal, rasio utang Pemerintah yang rendah dan trennya menurun, serta kebijakan rasio yang prudent atau menerapkan azas kehati-hatian. Tidak hanya itu, inflasi year on year pada tahun 2012 yang sebesar 4,3 persen dinyatakan sebagai inflasi terendah oleh Badan Pusat Statistik selama tiga tahun terakhir. Besaran inflasi ini lebih rendah dari prediksi Pemerintah yang sebesar 5,3 persen dan sebagian besar dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan.
The Ministry of Finance has endeavored every bit of improvement they can make in order to bring forth a better Indonesia’s economy as well as to have the world acknowledged it. This is given birth by the Ministry of Finance’s vision to be the best and worth-trusting Administrator of the State Finance and Assets at regional level in order to materialize a prosperous, democratic, and fair Indonesia. In this case, in September, 2012, Japan through one of their institution Rating and Investment Information, Inc. (R&I) had placed Indonesia’s sovereign credit rating to BBB-/ with stable outlook or investment grade. The same had also been granted by the rating institutions Fitch Ratings and Moody’s last year, who placed Indonesia’s sovereign credit rating from BB+ to BBB-. Such improvement in Indonesia’s sovereign credit rating was based on its improved economic performance, strong external liquidity, low and decreasing public debt, and its prudent ratio policy (application of principles of prudence). In addition, the year-on-year inflation in 2012 of only 4.3 percent has been deemed as the lowest inflation rate by Statistics Indonesia for the last three years. This inflation rate is even lower than the Government prediction, i.e. 5.3 percent, and mostly influenced by food group commodity.
Indikator-indikator tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia masih mampu bertahan di tengah ketidakpastian perkembangan ekonomi dunia dan memperlihatkan kepada dunia tahapantahapan pertumbuhan ekonominya yang semakin baik di tengah terpaan krisis ekonomi global sejak tahun 2008 lalu. Kinerja pertumbuhan ekonomi pada angka 6,3 persen tahun 2012 bahkan dapat dikatakan sebagai kondisi pertumbuhan ekonomi terbaik setelah China yang berada pada kisaran 8,3 persen.
Those indicators indicate that Indonesia’s economy is still capable of surviving despite the uncertain world economic growth and show the world its developing economic growth stages in the midst of global economic crisis hit since 2008. Its economic growth performance at 6.3 percent in 2012 could even be said to be the second best economic growth after China’s at a range of 8.3 percent.
Mengawal perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian dunia tentu membutuhkan sebuah kebijakan makro dan fiskal yang tepat. Sejalan dengan tema pembangunan nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012, yaitu Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, kebijakan alokasi anggaran belanja negara dalam APBN tahun 2012 diarahkan kepada upaya untuk mendorong pertumbuhan di daerah melalui pengembangan
In order to secure the Indonesia’s economy amidst the uncertain world economy there is a need for an appropriate macro and fiscal policy. In line with the theme of national development in the Government Work Plan (RKP) 2012, i.e. the Acceleration and Extension of Quality, Inclusive and Fair Economic Growth for People Welfare Improvement, the policy of state budget allotment in 2012 APBN is addressed to the effort in promoting growth at regional level by developing economic corridor, and constructing infrastructure to support the realization of
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
koridor ekonomi, membangun infrastruktur yang mendukung terwujudnya keterhubungan wilayah (globally connected dan domestically integrated). Sementara, untuk menjaga kesinambungan fiskal, arah kebijakan ekonomi makro juga mengacu pada penguatan konsumsi masyarakat, perbaikan iklim investasi, perbaikan kinerja perdagangan internasional, dan penguatan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta.
regional connectedness (globally and domestically connected). Meanwhile, in order to maintain the fiscal sustainability, the macro economic policy direction has also referred to the strengthened public consumption, improved investment climate, increased international trade performance, and reinforced investment financing partnership scheme with private sector.
Fluktuasi perekonomian global juga menuntut pengawasan dan sikap kehati-hatian dalam merespons setiap perkembangan ekonomi global. Dibutuhkan peranan seluruh pejabat/pegawai dari berbagai unit eselon I Kementerian Keuangan untuk terus memperkuat pengawasan kebijakan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, maupun memperkuat penerapan budaya berbasis kinerja. Reformasi birokrasi juga harus terus dijalankan agar tercipta sebuah organisasi yang efektif dan efisien sehingga siap menghadapi berbagai perkembangan di dalam dan luar negeri.
The global economic fluctuation also demands a great deal of monitoring and prudence in respoding to any development of global economy. All officials/employees from various echelon I unit of the Ministry of Finance are required to play some role in order to constantly strengthen its policy monitoring, improve its human resources, as well as reinforce the implementation of its performancebased culture. The bureaucracy reform should also be consistently performed to allow an effective, efficient organization capable of dealing with any possible domestic and international development.
Sebagai perwujudan dari komitmen Kementerian Keuangan untuk terus menggalakkan reformasi biokrasi dan meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan di lingkungan internal, pada Hari Oeang ke 66 Kementerian Keuangan meresmikan Zona Integritas dalam acara yang bertajuk Zona Integritas dengan Nilai-nilai Kementerian Keuangan. Dalam pencanangan Zona Integritas tersebut, seluruh pejabat eselon I menyatakan komitmennya untuk terus menjaga amanat dari nilai-nilai Kementerian Keuangan. Selain itu, langkah Inspektorat Jenderal untuk menciptakan rofes yang menutup potensi adanya celah korupsi, kolusi dan nepotisme yang dapat dilakukan oleh oknum pegawai yaitu WISE (Whistleblowing System) perlu diapresiasi dan diharapkan dapat menunjukkan dukungan yang penuh Kementerian Keuangan kepada Komisi Pemberantas Korupsi untuk bersama memberantas korupsi di kementerian/lembaga.
In the effort of realizing the Ministry of Finance’s commitment to incessantly promote bureaucracy reform and enhance the supervision of policy implementation within its internal environment, on the 66th Hari Oeang, the Ministry of Finance inaugurated an Integrity Zone in an event entitled Integrity Zone with the Ministry of Finance’s Values. In setting such Integrity Zone, all echelon I officials declare their commitments to persistently maintain the mandates originated from the Ministry of Finance values. Additionally, the steps the Inspectorate General has taken to create a system disabling any potential gap to corruption, collusion and nepotism an individual employee might commit, i.e. WISE (Whistleblowing System), need to be appreciated and it is expected that the Ministry of Finance can display a whole-hearted support to the Corruption Eradication Commission to jointly eliminate corruption in any ministry/institution.
Dalam rangka membangun high performance organization, maka pembangunan regulasi dan tools pengelolaan budaya berbasis kinerja merupakan prasyarat mutlak. Hal ini dilakukan melalui metode balanced scorecard yang telah dirintis Kementerian Keuangan pada tahun 2007. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan untuk meningkatkan kualitas kinerja sumber daya manusia, pada tahun 2012 Kementerian Keuangan mengeluarkan website www.e-performance.depkeu.com sebagai
To build a high-performance organization, one indispensable prerequisite is to construct regulation and tools to manage its performance-based culture. It can be performed through a method called balanced scorecard the Ministry of Finance has pioneered in 2007. With the development of the need to improve its human resource performance quality, in 2012 the Ministry of Finance released its website www.e-performance.depkeu.com as a tool to facilitate the implementation of
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
39
40
perangkat untuk mempermudah implementasi proses pengelolaan kinerja. Hingga tahun ini proses pengelolaan kinerja telah sampai pada level individu melalui Kontrak Kinerja Kementerian Keuangan yang telah ditandatangani oleh seluruh jajaran pegawai Kementerian Keuangan.
performance management process. Until recently, such performance management process has reached to individual level through the Ministry of Finance’s Performance Contract signed by the entire employees of the Ministry of Finance.
Sejalan dengan upaya optimalisasi pendapatan Negara untuk meningkatkan kemandirian dalam pendanaan anggaran belanja rofes, realisasi pendapatan Negara dalam satu dekade terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pendapatan Negara pada periode 2001–2012 bertumbuh rata-rata sebesar 14,68 persen per tahun. Pertumbuhan itu berasal dari konstribusi penerimaan perpajakan yang tumbuh rata-rata sebesar 16,72 persen per tahun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang tumbuh rata-rata sebesar 10,38 persen per tahun. Sedangkan penerimaan hibah yang tumbuh rata-rata sebesar 26,39 persen per tahun. Secara umum ada tiga pendekatan yang diterapkan dalam pengelolaan anggaran Negara sebagai tindak lanjut dari reformasi di bidang penganggaran, yaitu penganggaran terpadu, pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja.
Consistent with the effort of optimizing the Government revenue to promote its independence in funding the state budget, there has been a significant improvement in the realization of Government revenue within one last decade. The Government revenue for 2001–2012 grew at an average of 14.68 percent per annum. Such growth derived from the contribution of tax income growing at an average of 16.72 percent per annum and NonTax Government Revenue gwroing at an average of 10.38 percent per annum. Meanwhile, grant income grew at an average of 26.39 percent per annum. In general, three approaches are applied in managing the State budget as a follow up of the reform in budgeting field, namely integrated budgeting, medium-term expenditure and performance-based budgeting.
Tahun 2012 ini juga merupakan tahun transisi Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan dialihkan menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengalihan ini antara lain dalam menghadapi berbagai tantangan dalam sektor finansial. Sehingga dibutuhkan pengembangan kebijakan (policy development) yang salah satunya tertuang dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK). Dalam UU OJK ini ditetapkanlah protokol koordinasi dalam bentuk Forum Koordinasi Stabilitas Keuangan yang tentu saja harus diikuti dengan pengesahan UndangUndang Jaring Pengaman Sektor keuangan sebagai landasan hukum dibentuknya Crisis Management Protocol (CMP). Diharapkan dengan dibangunnya OJK sebagai lembaga tersendiri di luar Kementerian Keuangan, maka sistem pengawasan yang lebih intensif di sektor keuangan dapat terwujud.
2012 has also witness the transition of the Capital Market and Financial Institution Supervisoru Agency into Financial Services Authority (OJK). This transition aims at dealing with various challenges in financial sector. Therefore, there is a need for policy development one of which is contained in the Law Number 21 of 2011 concerning the Financial Services Authorities (UU OJK). In this UU OJK, a coordination protocol in the form of Coordination Forum for Financial System Stability (FKSSK) is established and, of course, followed by the promulgation of Financial Sector Safety Net Law as the legal basis of the formation of Crisis Management Protocol (CMP). It is expected that the establishment of OJK as a separate, external institution to the Ministry of Finance enable a more intensive supervisory system in the financial sector.
Pada kesempatan kali ini, kami berharap Kementerian Keuangan dapat terus menjalankan visi dan misinya sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara serta dapat berkontribusi penuh dalam menyokong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di tahun berikutnya. Proses pencapaian visi dan misi ini tidak lepas kiranya dari dukungan seluruh pemangku
In this occassion, we would like to hope for the Ministry of Finance to be able to ceaselessly implement their vision and missions as the administrator of state finance and assets and to fully contribute to the promotion of a better economic growth in the following years. The process to achieve such vision and missions cannot be separated from
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
kepentingan Kementerian Keuangan. Diharapkan melalui Laporan Tahunan Kementerian Keuangan ini, para pemangku kepentingan Kementerian Keuangan dapat lebih memperkaya informasi mengenai pencapaian Kementerian Keuangan selama tahun 2012.
the supports given by the entire Ministry of Finance’s stakeholders. Through this Annual Report of Ministry of Finance, the stakeholders of the Ministry of Finance are expected to enrich their information with regard to the achievement the Ministry of Finance has made during 2012.
Saya sampaikan selamat kepada pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan yang pada tahun ini menempati posisi yang baru di beberapa unit eselon I baik di lingkungan Kementerian Keuangan maupun di lingkungan baru OJK. Semoga amanat nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk mewujudkan zona integritas terus berakar dalam jiwa masing-masing individu dan dapat diimplementasikan di manapun kita berada.
I would like to congratulate those officials and employees of the Ministry of Finance who hold new positions this year in several echelon I units both within the Ministry of Finance and within the new OJK. I wish that the mandates of the Ministry of Finance’s values to realize an integrity zone remains deeply rooted in the souls of each individual and that we can implement them in any post we are holding to serve the country.
Seiring langkah kita ke depan, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pejabat dan pegawai atas kerja kerasnya untuk terus senantiasa menerapkan nilai-nilai Kementerian Keuangan dalam kinerjanya selama tahun 2012 dengan menjaga semangat Transformasi dan Reformasi Birokrasi di Kementerian Keuangan. Koordinasi yang baik dan peran serta seluruh jajaran Kementerian Keuangan saya harapkan mampu terus memberikan sinergi yang baik bagi pencapaian tujuan Kementerian Keuangan dalam rangka mewujudkan perekonomian yang adil dan merata demi masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Along with our steps forward, let me extend my gratitude to all officials and employees for their hard work to continuously apply the Ministry of Finance’s value in their performance during 2012. I solemnly wish that through an excellent coordination and participation of all personnel of the Ministry of Finance they will be able to unendingly contribute to a sound synergy to achieve the Ministry of Finance’s goal to materialize the ideal of fair and evenlydistributed economy for a prosperous Indonesia.
Jakarta, Mei 2013 Menteri Keuangan Republik Indonesia Minister of Finance of the Republic of Indonesia Agus D.W. Martowardojo
Bab 01 | Kilas Kinerja 2012 Chapter 01 | Performance 2012 at a Glance
41
Lompat Bambu permainan ini dimainkan secara berkelompok, aturan permainan ini sangat mudah bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat. Lalu gagal melompati bambu, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang bambu. Permainan ini serupa dengan tarian tektek alu yang biasa dilakukan orang NTT dalam menyambut hasil panen pertanian, Dalam permainan ini diperlukan ketepatan dalam melompat dan ketelitian dalam mengikuti ritme alunan bambu. This game is played in groups, the rules of this game is very easy for a child who was a turn jumping. Then failed to jump over the bamboo, then the child will be a change of position jumper into bamboo holder. This game is similar with tektek alu dance commonly performed in NTT for welcoming agricultural crops, in this game required accuracy and precision in jumping in rhythm of bamboo.
BAB
CHAPTER Visi, Misi dan Tata Nilai Vision, Mision and Values Sejarah Kementerian Keuangan History of the Ministry of Finance Struktur Organisasi Structure of Organization Profil Pejabat Profile of Officials
02
Visi, Misi, dan Tata Nilai Vision, Mision and Values
VISI Menjadi pengelola keuangan negara yang terpercaya, akuntabel, dan terbaik di tingkat regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. MISI Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai empat misi, yaitu: (i) Misi Fiskal Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggung jawab. (ii) Misi Kekayaan Negara Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggung jawab. (iii) Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global. (iv) Misi Penguatan Kelembagaan 1. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat. 2. Membangun dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab. 3. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.
46
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
VISION To become a trusted manager of state funds, accountable and best at a regional level, in order to achieve a prosperous, democratic and just Indonesia. MISION To achieve this vision, the Ministry of Finance has four missions, namely: (i) Fiscal mission To develop healthy, sustainable, prudent and responsible fiscal policies. (ii) State Wealth Mission To achieve optimal management of state wealth in accordance with functional principles, legislation, transparency, efficiency and responsibility. (iii) Market Investment and Financial Institution Mission To achieve a strong and globally competitive market investment industry and non-bank financial institutions to move and strengthen the national economy. (iv) Institutional Strengthening Mission 1. To build and develop public administration organizations according to public demand. 2. To build and develop trustworthy, professional, responsible Human Resources with a high level of integrity. 3. To build and develop modern financial information technology, integrated with other strategic infrastructures.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
47
48
NILAI-NILAI
VALUES
Integritas
Integrity
Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsipprinsip moral.
Think, speak, behave and act appropriately, as well as keeping a tight hold on the code of ethics and moral principles.
Profesionalisme
Professionalism
Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.
Complete and accurate work based on the best competence, full responsibility and a high level of commitment.
Sinergi
Synergy
Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
Develop and ensure productive internal teamwork and harmonic partnerships with key stakeholders, to create useful and high quality work.
Pelayanan
Service
Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman.
Provide service to the satisfaction of key stakeholders, undertaken whole-heartedly, transparently, quickly, accurately and safely.
Kesempurnaan
Excellence
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.
Continuously attempting to improve in every field, in order to become and to provide the best.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
TATA NILAI DAN PERILAKU UTAMA
VALUES AND MAIN BEHAVOURS
Tabel 2.1 Tata Nilai dan Perilaku Utama Table 2.1 Prime Values and Behaviour Integritas Integrity
Profesionalisme Professionalism
Sinergi Synergy
Pelayanan Service
(1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya (1) Honesty, sincerity and trustworthyness
(3) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas (3) Having wide expertise and knowledge
(5) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati. Melayani dengan berorientasi pada pemangku kepentingan (5) Positive thinking, trusting and respecting others. Providing towards key stakeholders
(7) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan (7) Providing service oriented towards satisfying key stakeholders
Berwawasan ke depan dan adaptif Forward thinking and adaptable
Bertindak transparan dan konsisten Actively transparent and consistent
Memiliki kepercayaan diri yang tinggi Be Confident
Berkomunikasi dengan sikap terbuka dan menghargai perbedaan Open communication and respectful of differences
Menghindari arogansi kekuasaan Avoidance of authoritative arrogance
(9) Melakukan perbaikan terus menerus (9) Constantly improving
(2) Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela (2) Safeguard standards and avoid reprehensible behaviour
Bekerja efisien dan efektif
(6) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik (6) Find and implement
Bersikap ramah dan santun
(10) Mengembangkan inovasi dan kreativitas (10) Develop innovation and creativity
Bertanggung jawab atas hasil kerja Be responsible for work results
Bekerja cerdas, cepat, cermat, dan tuntas
Bersikap obyektif Be objective
(4) Bekerja dengan hati (4) Work from the heart
Work efficiently and effectively
Be politeand friendly
the best solutions
Work intelligently, quickly, carefully and completely
Berorientasi pada hasil yang memberikan nilai tambah Be oriented towards results with added value
(8) Bersikap proaktif dan cepat tanggap (8) Be Proactive and respond rapidly
Kesempurnaan Perfection
Peduli lingkungan Concern for the environment
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
49
Sejarah Kementerian Keuangan History of the Ministry of Finance
50
Sebagai bagian dari pemerintahan, Kementerian Keuangan merupakan instansi yang memiliki peranan vital dalam pembangunan perekonomian. Pembangunan ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik dalam pengelolaan keuangan negara. Peranan vital Kementerian Keuangan adalah mengelola keuangan negara dan membantu pimpinan negara dalam bidang keuangan dan kekayaan negara sehingga bisa disebut sebagai penjaga keuangan negara (Nagara Dana Rakca).
As a part of the government, the Ministry of Finance forms an institution with a vital role in developing the economy. Economic development will progress if it is accompanied by good administration in the management of state funds. The vital role of the Ministry of Finance is to manage state funds and assist state leadership in the field of finance and wealth of the state, as the protector of state wealth (Nagara Dana Rakca).
Sebelum Kemerdekaan Sejarah pengelolaan keuangan Indonesia sudah dimulai sejak zaman kerajaan. Namun, yang bisa digarisbawahi adalah ketika Belanda mulai menancapkan kukunya di Hindia Belanda, melalui Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). VOC diberi hak octrooi yang salah satunya adalah mencetak uang dan sejumlah kebijakan perekonomian seperti verplichte leverentie (kewajiban menyerahkan hasil bumi pada VOC), contingenten (pajak hasil bumi, pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah agar harganya tinggi), dan preangerstelsel (kewajiban menanam pohon kopi).
Pre-Independence The history of financial management in Indonesia goes back to the age of the kingdoms. However, what can be underlined is that when the Dutch began to stick their nails in to the East Indies through the VereenigdeOost-IndischeCompagnie(VOC). VOC was given the right of octrooi, one of which was to print money and several economic policies such as verplichteleverentie (the obligation to give natural produce to the VOC), contingenten (produce tax, limits on quantatitofspices farmed so prices would be high), and preangerstelsel(obligation to plant coffee).
Ketika kekuasaan Hindia Belanda beralih ke Inggris, terjadi pula perubahan kebijakan perekonomian. Kekuasaan Inggris ditandai dengan kebijakan landrent (pajak tanah) untuk menggantikan pola pajak bumi yang diterapkan Belanda sebelumnya.
When control of the East Indies flowed towards England, there were changes in economic policy. English power was marked by the policy of landrent (land tax), different from the style of property tax implemented by the Dutch beforehand.
Ketika kekuasaan Hindia Belanda kembali dikuasai Belanda, perbaikan perekonomian mulai dilaksanakan. Gubernur Jenderal Leonard Pierre Joseph Du Bus de Gisignies (1826) mendirikan De Javasche Bank (DJB) dengan alasan kondisi keuangan di Hindia Belanda dianggap memerlukan penertiban dan pengaturan sistem pembayaran.
As control over the East Indies returned to the Dutch, economic improvements started to take place. Governor GeneralLeonard Poerre Joseph Du Bus de Gisignies (1826)founded De Javasche Bank (DJB) on the grounds that the financial conditions of the East Indies were considered to be in need of order and regulation of the payment system.
Du Bus kemudian digantikan oleh Johannes van den Bosch. Pada tahun 1836, van den Bosch memberlakukan cultuurstelsel (sistem tanam paksa) dengan tujuan memproduksi berbagai komoditas yang diminati di pasar dunia. Kebijakan lain yang diterapkan Pemerintah Belanda di Hindia Belanda adalah laissez faire laissez passer, yaitu menyerahkan perekonomian pada pihak swasta (kaum kapitalis). Kebijakan ini dilakukan atas desakan kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib
Du Bus was then replaced by Johannes van den Bosch. In 1836, van Den Bosch enacted cultuurstelsel (a system of forced planting) with the aim of producing several commodities requested by the global market. Another policy applied by the Dutch governance of the East Indies was laissez faire laissez passer, which left the economy in private hands (capitalist groups). This policy was implemented at the insistence of Dutch humanists, who wanted to improve the fate of local citizens.These new agrarian
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
warga agar lebih baik. Peraturan agraria baru ini bukannya mengubah keadaan menjadi lebih baik melainkan menimbulkan penderitaan. Pada masa ini dibentuklah Departement van Financien karena keadaan perekonomian yang memprihatinkan.
regulations did not change things for the better, but rather caused suffereing. During this era the Departement van Financienwas formed, because of the alarming economic conditions.
Departement van Financien bertempat di bangunan istana yang digagas oleh Daendels karena pusat pemerintahan berpindah ke tempat lain. Gedung ini dijadikan sebagai tempat pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administratif keuangan ke tempat lain. Terpusatnya tempat pengelolaan keuangan dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan pemasukan dan pengeluaran negara.
The location of the Departement van Financienin the palace was initiated by Daendelsbecause the central government was moved elsewhere. This building was used for coordination of tasks to be implemented, development, and providing financial administrative support to other places. This central place of financial management was meant to facilitate control of state income and spending.
Karena kekurangan tenaga ahli keuangan, Pemerintah Belanda menyelenggarakan berbagai kursus bagi orang Belanda dan orang Pribumi yang dipandang mampu. Kursus yang diikuti adalah kursus ajun kontrolir dan treasury/perbendaharaan.
Because of a lack of financial expertise, the Dutch government arranged several courses for Dutch people and locals considered capable. The courses followed were courses on adjunct control and treasury.
Situasi kemudian berubah ketika Perang Dunia II pecah di Eropa dan terus menjalar hingga ke wilayah Asia Pasifik. Kedudukan Indonesia sebagai jajahan Belanda sangat sulit, ditambah dengan terjepitnya Pemerintah Belanda akibat serbuan Jepang. Menjelang kedatangan Jepang di Pulau Jawa, Presiden DJB, Dr. G.G. van Buttingha Wichers berhasil memindahkan semua cadangan emas ke Australia dan Afrika Selatan melalui pelabuhan Cilacap.
The situation then changed when World War II broke in Europe and spread across to the Asia Pacific region.Indonesia’s position as a Dutch colony was very difficult, added to which the Dutch governance were trapped by the Japanese invasion.Approaching the Japanese arrival on Java, the President of the DJB, Dr. G.G. van ButtinghaWicherssucceeded in moving all of the gold reserves to Australia andSouth Africa through the port ofCilacap.
Selama menduduki Indonesia, Jepang menjadikan Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan. Gedung Departement van Financien dijadikan tempat untuk melakukan aktivitas keuangan sehari-hari. Gedung ini dijadikan sebagai tempat pengolahan keuangan dan pemutusan kebijakan ekonomi oleh Jepang. Pada 7 Maret 1943, patung Jan Pieterzoon Coen yang berada di depan gedung Departement van Financien dihancurkan Jepang karena dianggap sebagai lambang penguasa Batavia.
For the duration of their occupation of Indonesia, Japan made Jakarta the centre of government. The DepartementvanFinancien building was used to conduct daily financial activities.This building was used by the Japanese for financial management and economic policy making. On 7 March 1943, the statue of Jan PieterzoonCoenin front of theDepartement van Financien was destroyed by the Japanese because it was seen as a symol of Batavian rule.
Banyak tenaga ahli keuangan Belanda ditawan Jepang, dan beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dijadikan sebagai tenaga pengajar keuangan putra-putri Indonesia. Jepang mendidik rakyat Hindia Belanda untuk mengikuti pendidikan keuangan karena kekurangan tenaga keuangan.
Manya Dutch financial experts were captured by Japan, and several of those with expertise and experience were made financial teachers for the sons and daughters of Indonesia. Japan taught the East Indies society to join financial education, because ofa shortage of financial power.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
51
52
Selama tahun 1942-1945, Jepang menerapkan beberapa kebijakan seperti, memaksa penyerahan seluruh aset bank, melakukan ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh Bank Belanda, Inggris, dan China. Jepang juga melakukan invasion money senilai 2,4 miliar gulden di pulau Jawa hingga 8 miliar gulden pada tahun 1946. Tujuan invasion money adalah menghancurkan nilai mata uang Belanda yang sudah terlanjur beredar di Hindia Belanda.
From1942-1945, Japan applied several policies, such as forced handover of all bank assets, ordonansiin the form of liquidation instructions for all Dutch, English and Chinese banks. Japan also undertook invasion money of 2,4billion gulden so that inJava there was 8 billion gulden in 1946. The aim of this invasion moneywas to destroy the value of the Dutch currency which had already spread through the East Indies.
Jepang merombak besar-besaran struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan pangan karena produksi minyak jarak. Jepang juga menguras kekayaan alam dan hasil bumi, serta menjadikan para tenaga produktif sebagai romusha. Terjadi hiperinflasi yang menyebabkan pengeluaran bertambah besar, padahal pemasukan pajak dan bea masuk turun drastis. Kebijakan ala tentara Dai Nippon merugikan penduduk Indonesia dan menimbulkan krisis.
Japan drastically remodeled the economic structure of society. Public prosperity degenerated sharply and food shortages occurred because of the production of castor oil. Japan drained natural wealth and produce, as well as turning the productive workforce into romusha. Hyperinflation occurred, causing huge increases in spending, even though tax and customs revenue reduced drastically. Policy ala Dai Nippon army inflicted financial loss on Indonesian citizens and created crisis.
Masa Kemerdekaan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Keadaan ekonomi keuangan awal kemerdekaan amat buruk, terjadi inflasi yang tinggi akibat beredarnya tiga mata uang di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang Pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
The Era of Independence Indonesia gained independence on 17 August 1945 after Japan gave up to the Allies.The financial economy at the dawn of independence was in a terrible condition, with high inflation caused by the three currencies in circulation in the Republic of Indonesia territory, namely theDe Javasche Bankcurrency, the Dutch East Indies government currency, and the currency of the Japanese occupation.
Dengan demikian, tantangan mempertahankan kemerdekaan selain dengan kekuatan senjata juga harus ada dukungan dana untuk membiayai perjuangan itu. Dr. Samsi sebagai menteri keuangan pada kabinet presidensil pertama, sangat berperan dalam upaya mencari dana untuk membiayai perjuangan Indonesia ketika itu. Dr. Samsi mendapatkan informasi bahwa di Bank Escompto Surabaya tersimpan uang peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang dikuasai Jepang. Dia kemudian menggunakan kedekatannya dengan Pemerintah Jepang untuk mencairkan dana tersebut sehingga dapat digunakan membantu perjuangan. Dr. Samsi mengundurkan diri pada 26 September 1945 dan digantikan oleh A.A. Maramis.
As such, the challenge to preserve independence, other than through weapons, required financial support to pay for the struggle. Dr. Samsi,as the Finance Minister of the first presidential cabinet, was highly influential in finding funds to support Indonesia’s struggle at that time. Dr. Samsi received information that at the Bank Escompto Surabaya there remained money left by the Dutch East Indies government controlled by Japan. He then used proximity with the Japanese government to liquefy these funds to aid the struggle. Dr. Samsi resigned on 26 September 1945and was replaced by A.A. Maramis.
Sejarah keuangan Indonesia kembali diukir setelah mencetak mata uangnya sendiri. Pada 24 Oktober 1945, Menteri Keuangan A.A Maramis menginstruksikan tim serikat buruh G. Kolff selaku tim pencari data untuk menemukan
Indonesia’s financial history was carved once again after the printing of our own currency. On24 October 1945, Finance Minister A.A Maramisinstructed the workers’ union team of G. Kolffas the team to find data and locate
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
tempat percetakan uang dengan teknologi yang relatif modern. Hasilnya, percetakan G. Kolff Jakarta dan Nederlands Indische Mataaalwaren en Emballage Fabrieken (NIMEF) Malang dianggap memenuhi persyaratan. Menteri pun menetapkan pembentukan Panitia Penyelenggaraan Percetakan Uang Kertas Republik Indonesia yang diketuai oleh TBR Sabarudin. Akhirnya, Oeang Republik Indonesia (ORI) pertama berhasil dicetak dan ditandatangani oleh RAS Winarno dan Joenet Ramli.
a mint, or cash printing house, with relatively modern technology.The result, G. KolffPrinting, Jakarta, and NederlandsIndischeMataaalwaren en EmballageFabrieken (NIMEF), Malang were considered to fulfil the necessary criteria.The Minister established the formation of the Committee for the Management of Printing Republic of Indonesia Ban knotes(PanitiaPenyelenggaraanPercetakanUangKe rtasRepublik Indonesia),chaired by TBR Sabarudin. Finally, the firstOeangRepublik Indonesia (ORI) was printed and signed by RAS Winarno andJoenetRamli.
Pada 14 November 1945, terjadi pergantian menteri keuangan pada era Kabinet Sjahrir I. Mr. Sunarjo Kolopaking ditunjuk sebagai menteri keuangan baru. Pada masa tersebut, Kabinet Sjahrir menghadapi kendala kekurangan uang untuk peredaran ORI. Pada 5 Desember 1945, kembali terjadi pergantian menteri keuangan. Kali ini, posisi menteri keuangan dipegang oleh Ir. Surachman Tjokroadisurjo.
On 14 November 1945, there was a change in Finance Minister in the era of the cabinet of Sjahrir I. Mr. SunarjoKolopakingwas appointed as the new Finance Minister. In this new era, the cabinet of Sjahrir faced an obstacle in a lack of money for the circulation of ORI. On 5 December 1945, there was a further change in Finance Minister. This time, the position of Finance Minister was held by Ir. SurachmanTjokroadisurjo.
Namun, pada 2 Oktober 1946, terjadi lagi perubahan di kabinet. Mr. Sjafruddin Prawiranegara dipercaya menjadi menteri keuangan selanjutnya. Masa tersebut ditandai dengan berhasilnya penerbitan uang pertama yakni uang kertas ORI pada tanggal 30 Oktober 1946. Sejak tanggal tersebut, hanya ORI yang dinyatakan sah. Tanggal 30 Oktober kemudian disahkan sebagai Hari Keuangan Republik Indonesia.
However, on 2 October 1946, there was a further change in cabinet. Mr. SjafruddinPrawiranegarawas trusted to become the next Finance Minister.This era was marked by the success of the currency printing effort, with the emission of the first ORI banknote being printed on 30 October 1946. From this date, only ORI was declared valid. 30th October has subsequently been formalized asHariKeuanganRepublik Indonesia (Republic of Indonesia Currency Day).
Untuk menghargai jasa A.A Maramis, maka gedung Departement van Financien atau gedung Daendels diberi nama gedung A.A Maramis. Gedung ini menjadi pusat kerja Menteri Keuangan selaku pimpinan Departemen Keuangan Republik Indonesia saat menjalankan tugasnya seharihari. Seiring dengan kebutuhan koordinasi antar unit, sejak tahun 2007 gedung Menteri Keuangan dipindah ke Gedung Djuanda 1 yang berlokasi di seberang gedung A.A Maramis.
As a sign of appreciation for the services of A.A Maramis, theDepartementvanFinancienorDaendelsbuilding was given the name A.A Maramis building. This buildingis the headquarters of the Finance Minister as the leader of the Department of Finance of the Republic of Indonesia, for carrying out daily tasks. Concomitant with the requirements of inter-unit coordination, since 2007 the Finance Minister has relocated to Djuanda 1 Building, which is located at the oppositeof A.A Maramis building.
Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara juncto Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta merujuk pada surat edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Nomor SE-11 MK.1/2010 tentang perubahan Nomenklatur Departemen Keuangan menjadi Kementerian Keuangan, maka sejak 2009, Departemen Keuangan resmi berubah nama menjadi Kementerian Keuangan.
Following on from Act Number 39 2008 on State Ministries in conjunction with Presidential Decree Number 47 2009 on Formation and Organization of State Ministries, and referring to the circular of the Secretary General of the Department of Finance, Number SE-11 MK.1/2010 on Change in Nomenclature Department of Finance becoming Ministry of Finance, since 2009, the name of Department of Finance officially changed to become the Ministry of Finance.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
53
BAGAN ORGANISASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA CHART OF FINANCIAL MINISTRY’S ORGANIZATION REPUBLIC INDONESIA
Staf Ahli Menteri
Expert Staff Minister
Inspektorat Jenderal
Inspector General
Staf Khusus
Specialized Staff
Direktorat Jenderal Anggaran
Director General of Budget
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Director General of Fiscal Balance
54
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Direktorat Jenderal Pajak
Director General of Tax
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Director General of Debt Management
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Director General of Customs and Excise
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency
Menteri Keuangan Minister of Finance
Wakil Menteri Keuangan Vice Minister of Finance
Sekretariat Jendral
Secretary General
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Director General of Treasury
Director General of the State Assets Management
Badan Kebijakan Fiskal
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Fiscal Policies Agency
Financial Education and Training Agency
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
55
Agus D.W. Martowardojo Menteri Keuangan Minister of Finance
56
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Kelahiran Amsterdam, Belanda, 24 Januari 1956. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia. Pendidikannya dilanjutkan di sejumlah institusi seperti State University of New York, Harvard Business School, Standford University, dan Wharton Executive Education.
Born in Amsterdam, the Netherlands, on January 24th, 1956. He obtained Bachelor in Economics from Universitas Indonesia. His studies continued at a number of institutions, including the State University of New York, Harvard Business School, Standford University, and Wharton Executive Education.
Pada tahun 1986 bergabung di PT Bank Niaga dengan jabatan terakhir sebagai Vice President-Corporate Banking Head, Corporate Banking Group. Karir di bidang perbankan berlanjut sebagai Direktur Utama PT Bank Bumiputera (1995) dan Direktur Utama PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (1998).
In 1986, he joined PT. Bank Niaga with the last position as Vice President-Corporate Banking Head, Corporate Banking Group. His banking career continued as President Director of PT. Bank Bumiputera in 1995 and President Director of PT. Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) in 1998.
Pada tahun 1999 hingga 2000 menjabat sebagai Managing Director Bank Mandiri yang membawahi berbagai bidang, seperti Risk Management & Credit Restructuring, Retail Banking & Operations. Setelah menjabat sebagai Penasihat Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), ditugaskan menjadi Direktur Utama PT Bank Permata Tbk mulai Oktober 2002. Sejak Mei 2005 hingga Mei 2010 menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pada tanggal 20 Mei 2010 dilantik sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Republik Indonesia.
From 1999-2000, he was Managing Director of Bank Mandiri supervising various fields, such as Risk Management & Credit Restructuring, Retail Banking & Operations. Following a position as Advisor of the National Banking Restructuring Body (BPPN), he was assigned as President Director of PT. Bank Permata Tbk in October 2002. From May 2005 to May 2010, he was President Director of PT. Bank Mandiri (Persero). On May 20th, 2010, he was installed as Minister of Finance by the President of the Republic of Indonesia.
Meraih sejumlah penghargaan, antara lain Indonesia’s Best Executive in 2009 oleh Asia Money dan The Indonesian Banker Leadership Achievement Award 2010 dari The Asian Banker. Pada Februari 2012, terpilih sebagai Finance Minister of the Year 2012 untuk level dunia dan Asia-Pasifik versi The Banker.
He has won a number of awards, among others Indonesia’s Best Executive in 2009 by Asiamoney and The Indonesian Banker Leadership Achievement Award 2010 from The Asian Banker. In February 2012, he was awarded Minister of Finance of the Year 2012 for the world and Asia Pacific level by The Banker’s version.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
57
Anny Ratnawati
Wakil Menteri Keuangan I Vice Minister of Finance I
58
Kelahiran Yogyakarta, 24 Februari 1962. Meraih gelar Sarjana Agribisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1985. Setelah itu, menyelesaikan program Magister Ekonomi Pertanian pada tahun 1989 dan Doktor Ekonomi Pertanian pada tahun 1996 dari kampus yang sama dengan predikat cumlaude. Pada 25 Februari 2008 - Juli 2008 sempat menjabat sebagai sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Karirnya berlanjut sebagai Direktur Jenderal Anggaran sebelum akhirnya dilantik oleh Presiden Republik Indonesia menjadi Wakil Menteri Keuangan I pada 20 Mei 2010.
Born in Yogyakarta, on February 24th, 1962. She obtained Bachelor in Agribusiness from Bogor Institute of Agriculture (IPB) in 1985. She then finished her Master program in Agricultural Economy in 1989 and graduated cum laude in her Doctoral degree in Agricultural Economy in 1996 from the same university. From February 25th, 2008 – July 2008, she was Head of the Financial Education and Training Agency (BPPK). Her career continued to rise when she was appointed as Director General of Budget, before she was installed as Vice Minister of Finance I by the President of the Republic of Indonesia on May 20th, 2010.
Pada tanggal 20 Juli 2012 ditetapkan oleh Presiden RI sebagai Anggota Dewan Komisioner Ex Officio Kementerian Keuangan pada Otoritas Jasa Keuangan.
on 20th July, she was appointed as the member of Ex Officio of ministry of finance commissioners board in Financial Service Authority (OJK)
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Mahendra Siregar Wakil Menteri Keuangan II Vice Minister of Finance II
Lahir di Bandung, 17 Oktober 1962. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1986 dan Master Ekonomi dari Monash University, Australia, pada tahun 1991. Bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada 1986 dan pernah menjabat sebagai Economic Third Secretary pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London tahun 1992 hingga 1995. Pada tahun 1998 hingga 2001 menjadi Konselor Penerangan KBRI di Washington, D. C. Pada tahun 2001 juga bergabung dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai staf ahli.
Born in Bandung, on October 17th, 1962. He obtained Bachelor in Economics from the Faculty of Economics Universitas Indonesia in 1986 and Master in Economics from Monash University, Australia, in 1991. He joined the Ministry of Foreign Affairs in 1986 and was Economic Third Secretary at the Indonesian Embassy (KBRI) in London from 1992 to 1995. From 1998 to 2001, he was Information Councellor at the Indonesian Embassy in Washington, D.C. In 2001, he joined the Coordinating Ministry of Economic Affairs as an Expert Staff.
Tahun 2005 menjabat sebagai Deputi Menteri Bidang Koordinasi Kerjasama Internasional hingga tahun 2009 dan sempat menjadi Chairman dan CEO Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia selama 5 tahun. Ditugaskan mewakili Pemerintah Indonesia di berbagai pertemuan dan organisasi internasional, seperti tahun 2007 hingga 2008 menjadi anggota Adaptation Fund Brand UNFCCC mewakili Asia dan sejak 2009 hingga saat ini menjadi Sherpa Presiden RI di G20. Pernah menjabat sebagai komisaris yang mewakili Pemerintah Indonesia pada PT Dirgantara Indonesia, PT Aneka Tambang, Tbk, PT Rajawali Nusantara Indonesia dan saat ini menjadi Komisaris Utama PT Semen Gresik Group, Tbk. Dilantik menjadi Wakil Menteri Perdagangan oleh Presiden RI pada 11 November 2009 dan menjadi Wakil Menteri Keuangan sejak tanggal 19 Oktober 2011.
In 2005, he was Deputy Minister of International Cooperation Coordination until 2009 and was Chairman and CEO of the Indonesian Export Financing Institution for five years. He was assigned to represent the Indonesian government in a number of meetings and international organizations, including in 2007 to 2008 as member of the Adaptation Fund Brand UNFCCC representing Asia. Since 2009 until present, he is Sherpa of the President at G20. He was once commissioner representing the Indonesian government at PT. Dirgantara Indonesia, PT Aneka Tambang, Tbk., PT Rajawali Nusantara Indonesia and at present President Commissioner of PT. Semen Gresik Group Tbk. He was installed as Vice Minister of Trade by the President of the Republic of Indonesia on November 11th, 2009 and Vice Minister of Finance on October 19th, 2011.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
59
Kiagus Ahmad Badaruddin Sekretaris Jenderal Secretary General
Kelahiran Palembang, 29 Maret 1957. Menyelesaikan pendidikan Diploma III Ekonomi Perusahaan dan S1 Ekonomi Manajemen di Universitas Sriwijaya Palembang. Gelar Sarjana Ekonomi diraihnya pada tahun 1986. Menempuh pendidikan S2 di Universitas of Illinois at Urbana-Champaign dan mendapatkan gelar Master of Science pada tahun 1991. Pada tahun 2006 menjabat sebagai Direktur Sistem Perbendaharaan, kemudian dipercaya menduduki jabatan Direktur Pelaksanaan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Anggaran sejak tahun 2008 hingga 2009. Selanjutnya dilantik menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktorat Jenderal Perbendaharaan di tahun 2009. Pada Januari 2011, menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara hingga ditugaskan sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan mulai bulan Januari 2012.
Born in Palembang, on March 29th, 1957. He finished his D III in Corporate Economics and Bachelor in Management Economics from Universitas Sriwijaya, Palembang. He obtained his bachelor degree in 1986. He continued his master degree at the University of Illinois at Urbana-Champaign and obtained Master of Science in 1991. In 2006, he was Director of Treasury System, then Director of Budget Implementation from 2008 to 2009, at the Directorate General of Budget. He was then installed as Secretary of the Directorate General, Directorate General of Treasury in 2009. In January 2011, he was Expert Staff of the State Expenditure until he was assigned as Secretary General of the Ministry of Finance since January 2012.
Herry Purnomo Direktur Jenderal Anggaran Director General of Budget Kelahiran Ciamis, 8 Mei 1953. Meraih gelar sarjana muda dan sarjana dari Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1980. Gelar Master of Social Science diperoleh dari University of Birmingham pada tahun 1989. Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan selama kurang lebih 5 tahun, yaitu sejak tahun 2006 sampai dengan awal tahun 2011. Sebelumnya pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Pembinaan Kekayaan Negara dan Direktur Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara. Selanjutnya, menjabat sebagai Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan sejak tanggal 16 Februari 2011.
60
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Born in Ciamis, on May 8th, 1953. He obtained baccalaureate and bachelor degree from the Institute of Financial Science in 1980. His Master in Social Science was obtained from the University of Birmingham in 1989. He was Director General of Treasury for around five years, since 2006. Other positions include Director of the State Assets Development, Directorate General of Budget and Director of the State’s Property/Assets Management. He is Director General of Budget at the Ministry of Finance since February 16th, 2011.
Ahmad Fuad Rahmany Direktur Jenderal Pajak Director General of Tax
Kelahiran Singapura, 11 November 1954. Meraih gelar Sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Menyelesaikan Master of Arts in Economics di Duke University, Durham, North Carolina pada tahun 1987 dilanjutkan dengan Doctor of Philosophy in Economics dari Vanderblit University pada tahun 1997. Bergabung dengan Kementerian Keuangan pada Agustus 1981. Menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sejak tahun 2006, dan dilantik sebagai Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan pada 21 Januari 2011.
Born in Singapore, on November 11th, 1954. He obtained Bachelor in Economics from Universitas Indonesia in 1981. He finished his Master of Arts in Economics at Duke University, Durham, North Carolina in 1987, and Doctor of Philosophy in Economics from Vanderblit University in 1997. He joined the Ministry of Finance in 1981. He was Chairman of the Capital Market and Financial Instutions Supervisory Agency (Bapepem-LK) since 2006, before he was appointed as Director General of Tax at the Ministry of Finance on January 21st, 2011.
Agung Kuswandono
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Director General of Customs and Excise Kelahiran Banyuwangi, 29 Maret 1967. Meraih gelar Sarjana Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1990, kemudian mendapatkan gelar Master of Arts Economics di University of Colorado pada tahun 1997. Memulai karirnya di Kementerian Keuangan sebagai Penata Muda pada tahun 1991 dan pernah menjabat sebagai Direktur Teknis Kepabeanan dan Direktur Fasilitas Kepabeanan pada tahun 2008 dan 2010. Sejak 25 April 2011, menjabat sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
Born in Banyuwangi, on March 29th, 1967. He obtained Bachelor in Forestry from Bogor Institute of Agriculture in 1990, and Master of Arts in Economics at the University of Colorado in 1997. He began his career at the Ministry of Finance as Penata Muda in 1991, and was Director of Customs Technics and Director of Customs Facility in 2008 and 2010. Since April 25th, 2011, he is Director General of Customs and Excise at the Ministry of Finance.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
61
Agus Suprijanto
Direktur Jenderal Perbendaharaan Director General of Treasury Kelahiran Yogyakarta, 14 Agustus 1953. Meraih gelar S1 Hukum Perdata dari Universitas Udayana pada tahun 1985. Meraih gelar Master of Arts in Economics dan Doctor of Philosophy in Economics dari University of Colorado at Boulder pada tahun 1991 dan 1995. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada 1 Maret 1975. Pernah menjabat sebagai Kepala Pushaka, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penerimaan Negara, dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal. Pada 21 Januari 2011, resmi menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Born in Yogyakarta, on August 14th, 1953. He obtained Bachelor in Civil Law from Universitas Udayana in 1985. He then obtained Master of Arts in Economics and Doctor of Philosophy in Economics from the University of Colorado at Boulder in 1991 and 1995. He started his career as a civil servant candidate on March 1st, 1975. He was Head of Pushaka, Expert Staff of the Minister of Finance for Government Revenue, and Head of the Fiscal Policy Agency (BKF). On January 21st, 2011, he was officially appointed as Director General of Treasury at the Ministry of Finance.
Hadiyanto
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Director General of the State Assets Management
Kelahiran Ciamis, 10 Oktober 1962. Gelar Sarjana Hukum diraihnya dari Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1986, sementara gelar Master of Law diperoleh dari Harvard University, Amerika Serikat pada tahun 1993. Meraih gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Padjajaran pada tahun 2012. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada tanggal 1 Maret 1987. Pernah menjabat sebagai Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal pada tahun 2005. Sejak tahun 2006 hingga saat ini, memimpin Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.
62
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Born in Ciamis, on October 10th, 1962. He obtained Bachelor in Law from Universitas Padjadjaran Bandung in 1986, and Master in Law from Harvard University, the United States, in 1993. He started his career as a civil servant candidate at the Ministry of Finance on March 1st, 1987. He was Head of the Legal Bureau at the Secretariat General in 2005. Since 2006 until present, he is Director General of State Assets at the Ministry of Finance.
Marwanto Harjowiryono
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Director General of Fiscal Balance Kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1959. Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1983 dan menamatkan pendidikan S2 di Vanderbilt University, USA, pada tahun 1991. Gelar S3 diraih dari Sekolah Pascasarjana UGM pada tahun 2009. Mulai bekerja sebagai CPNS Kementerian Keuangan pada tanggal 1 Desember 1983. Pernah menjabat sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat di Sekretariat Jenderal dari tahun 2004 hingga 2006. Jabatan lain yang pernah didudukinya adalah Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara. Berpengalaman sebagai Direktur Eksekutif Bank Pembangunan Asia sejak tahun 2009 hingga 2011. Sejak tanggal 21 Januari 2011, menjabat sebagai Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan.
Born in Yogyakarta, on June 6th, 1959. He obtained Bachelor in Economics from Universitas Gajah Mada (UGM) in 1983, and finished his Master degree at Vanderbilt University, USA, in 1991. His Doctoral degree was obtained from UGM in 2009. He started his career as a civil servant candidate at the Ministry of Finance on December 1st, 1983. He was Head of the Public Relations Bureau at the Secretariat General from 2004 to 2006. Other positions included Expert Staff of the Minister of Finance for the State Expenditure. He has an experience as the Executive Director of the Asian Development Bank from 2009 to 2011. Since January 21st, 2011, he is Director General of Fiscal Balance at the Ministry of Finance.
(Kuasa Khusus) Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (Special Power of Attorney) Director General of Debt Management Kelahiran Tanjung Balai, 20 Oktober 1959. Lulus program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1981. Melanjutkan pendidikan Diploma IV di kampus yang sama pada tahun 1985 hingga 1987. Meraih Gelar Doctor of Philosophy in Economics dari University of North Carolina at Chapel Hill, USA pada tahun 1998. Sempat menjadi Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak pada tahun 2003 hingga tahun 2005. Menjabat sebagai Direktur Potensi dan Sistem Perpajakan hingga tahun 2006 dan Direktur Transformasi Proses Bisnis. Dilantik menjadi Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara pada tahun 2011 dan sejak Juli 2012 merangkap jabatan sebagai Kuasa Khusus Dirjen Pengelolaan Utang.
Born in Tanjung Balai, on October 20th, 1959. He graduated from D III of financial program with specialization in Accountancy from the State College of Accountancy (STAN) in 1981. He preceeded his study to D IV at the same campus from 1985 to 1987. In 1998, he obtained his Doctoral degree in Philosopy in Economics from the University of North Carolina at Chapel Hill, the United States. He was reviewer of the Tax Extensification and Intensification Unit from 2003 to 2005. He was then Director of Tax Potential and System until 2006, and Director of Business Process Transformation. He was installed as Expert Staff in the State’s Revenue in 2011, and since July 2012, he is also Special Power of Attorney of the Director General of Debt Management.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
63
Vincentius Sonny Loho Inspektorat Jenderal Inspector General
Kelahiran Jakarta, 1 Juni 1957. Mulai bekerja di Kementerian Keuangan pada tanggal 1 November 1979. Menempuh pendidikan Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun 1977 hingga 1980 dan kemudian melanjutkan pendidikan Diploma IV di STAN hingga tahun 1987. Mendapat gelar Master of Public Manajemen di Carnegie Mellon University Pitsburgh, Pennsylvania, pada tahun 1998. Sempat menjabat sebagai Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada tanggal 9 November 2006. Menjadi Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan mulai 17 Oktober 2008. Dilantik sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan pada tanggal 21 Januari 2011.
Born in Jakarta, on June 1st, 1957. He started working at the Ministry of Finance on November 1st, 1979. He obtained D III in Finance with specialization in Accountancy at the State College of Accountancy (STAN) in 1980, and continued his D IV study at STAN until 1987. He obtained his Master in Public Management at Carnegie Mellon University in Pitsburgh, Pennsylvania, in 1998. He was appointed as Director of Financial Management Development of the Public Service Board, at the Directorate General of Treasury on November 9th, 2006. He then became Director of Accountancy and Financial Reporting, Directorate General of Treasury, since October 17th, 2008. He was appointed as Inspector General at the Ministry of Finance on January 21st, 2011.
(Kuasa Khusus) Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Special Power of Attorney) Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency Kelahiran Surakarta, 30 Mei 1955. Meraih gelar Sarjana Hukum dan Ekonomi di Universitas Indonesia pada tahun 1988. Melanjutkan pendidikan Master of Science di University of Illinois, AS pada tahun 1992. Bergabung dengan Kementerian Keuangan sejak tahun 1977. Menjabat sebagai Direktur Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan pada tahun 2005. Pada Mei 2006, ditunjuk menjadi Kepala Biro Perbankan, Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam LK sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Sekretaris Bapepam-LK pada Desember 2006. Pada Januari 2012, dilantik menjadi staf ahli bidang kebijakan dan regulasi jasa keuangan dan pasar modal dan merangkap jabatan sebagai Kuasa Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sejak Juli 2012.
64
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Born in Surakarta, on May 30th, 1955. He obtained Bachelor in Law and Economics from Universitas Indonesia in 1988. He continued his study to Master of Science at the University of Illinois, the United States, in 1992. He joined the Ministry of Finance in 1977. He was Director of Banking and Financing Service at the Directorate General of Financial Institution in 2005. In May 2006, he was appointed as Head of Banking, Financing and Guarantee Bureau at the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), before he was finally appointed as Secretary of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) in December 2006. In January 2012, he was installed as Expert Staff in the financial and capital market policies and regulation unit, and also Special Power of Attorney of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) since July 2012.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Head of Fiscal Policies Agency Kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1966. Menempuh pendidikan sarjana di bidang Ekonomi Pembangunan dan Ekonomi Regional di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1985-1990. Lalu melanjutkan pendidikan di University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master pada tahun 1995 dan gelar Ph.D Agustus 1997 di tempat yang sama. Pernah menjadi dosen tamu pada The Department of Urban and Regional Planning, University of Illinois at UrbanaChampaign, Amerika Serikat, pada bulan November 2002. Menjadi Dekan FE-UI sejak tahun 2005 hingga 2009. Menjabat Director General Islamic Research and Training Institute, Islamic Development Bank hingga tahun 2011. Ditunjuk menjadi Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan sejak tanggal 21 Januari 2011. Saat ini masih menjabat sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Born in Jakarta, on October 3rd, 1966. He studied Development Economy and Regional Economy at the Faculty of Economics Universitas Indonesia in 1985 – 1990. He then continued his study at the University of Illinois at Urbana-Champaign, the United States, and obtained a Master degree in 1995. A Doctoral degree was obtained from the same campus in 1997. He was a guest lecturer at the Department of Urban and Regional Planning, University of Illinois at Urbana-Champaign, the United States, in November 2002. He was Dean of the Faculty of Economics Universitas Indonesia from 2005 – 2009. He was Director General of Islamic Research and Training Institute at the Islamic Development Bank until 2011. On January 21st, 2011, he was appointed as Acting Head of the Fiscal Policies Agency at the Ministry of Finance. He is now professor in economics at the Faculty of Economics Universitas Indonesia.
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Head of Financial Education and Training Agency Kelahiran Padang, 17 Desember 1952. Menempuh pendidikan Sarjana Muda di Institut Ilmu Keuangan milik Kementerian Keuangan pada tahun 1972 hingga 1975. Mendapatkan gelar Sarjana dari kampus yang sama pada tahun 1979. Gelar Master of Arts in Economics diraih dari Ohio University pada tahun 1986. Menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dari bulan Juni 2007 hingga Oktober 2010. Pada tanggal 12 Oktober 2010, menduduki jabatan sebagai Direktur Kepabeanan Internasional. Dilantik sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Kementerian Keuangan pada bulan Januari 2011.
Born in Padang, on December 17th, 1952. He studied D III program at the Institute of Financial Science belonging to the Ministry of Finance from 1972 to 1975. He obtained a Bachelor degree from the same campus in 1979. Master of Arts in Economics was obtained from the Ohio University in 1986. He was Secretary at the Directorate General of Customs and Excise for three years, from June 2007 to October 2010. On October 12th, 2010, he was appointed as Director of International Customs. He was then installed as Head of the Financial Education and Training Agency (BPPK) at the Ministry of Finance in January 2011.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
65
Boediarso Teguh Widodo
Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Pengeluaran Negara Expert Staff in Government Expenditure Kelahiran Rembang, 23 Agustus 1958. Meraih gelar Sarjana Ekonomi Umum dari Universitas Diponegoro pada tahun 1982. Pendidikannya berlanjut ke Magister Ekonomi, Studi Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia pada tahun 2005. Bergabung dengan Kementerian Keuangan sejak tahun 1982. Menjabat sebagai Kepala Badan Analisa Keuangan dan Moneter pada tahun 1984. Pada tahun 2004, diangkat sebagai Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sejak Januari 2012 diangkat sebagai Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara.
Born in Rembang, on August 23rd, 1958. He obtained Bachelor in General Economy from Universitas Diponegoro in 1982. His study continued to a Master degree in Economics, Planning Study and Public Policies from Universitas Indonesia in 2005. He joined the Ministry of Finance in 1982. He was Head of The Financial and Monetary Analysis Agency in 1984. In 2004, he was appointed as Director of the State Budget Arrangement. In January 2012, he was appointed as Expert Staff in Government Expenditure.
Permana Agung
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional Expert Staff in Macro Economics and International Finance Kelahiran Cakranegara, Lombok, 27 Oktober 1952. Lulusan Sarjana Muda Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1975. Melanjutkan pendidikan D4 di kampus yang sama pada tahun 1977 hingga 1979. Mendapat gelar Master of Science dari University of IllinoisUrbana Champaign pada tahun 1985 dan Master of Arts Public Finance dari University of Notre Dame pada tahun 1988. Menempuh pendidikan S3 di University of Notre Dame. Dilantik sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai dari tahun 1999 hingga 2002. Pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Kekayaan Negara hingga tahun 2006. Sempat memimpin Inspektorat Jenderal hingga tahun 2006 dan menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional sejak bulan Agustus 2008.
66
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Born in Cakranegara, Lombok, on October 27th, 1952. He finished his D III degree from the Institute of Financial Science in 1975. He continued his D IV degree at the same campus from 1977 to 1979. He obtained his Master of Science degree from the University of Illinois-Urbana Champaign in 1985 and Master of Arts in Public Finance from the University of Notre Dame in 1988. He took his Doctoral degree at the University of Notre Dame. He was Director General of Customs and Excise from 1999 to 2002. He was also Director General of State Assets until 2006. He chaired the Inspectorate General until 2006 and has been Expert Staff in the International Financial and Economic Relations since August 2008.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi Expert Staff in Organization, Bureaucracy, and Information Technology Kelahiran Pekanbaru, 23 April 1966. Meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Indonesia pada tahun 1989. Jenjang pendidikannya berlanjut di LLM Common Law Georgetown University pada tahun 1993. Mulai bekerja di Kementerian Keuangan pada tahun 1990. Pernah menjabat sebagai Pelaksana Sekretariat Jenderal dua kali yakni pada tahun 2002 dan 2006. Diangkat menjadi Kepala Bidang Perumusan Rekomendasi Pengelolaan Risiko Fiskal pada tahun 2006 hingga kemudian menjadi Kepala Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan pada tahun 2008. Sejak 13 Januari 2012 dilantik sebagai Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi.
in Pekanbaru, on April 23rd, 1966. He obtained his Bachelor in Law from Universitas Indonesia in 1989. His study continued until he obtained LLM ComExpert at Stamon Law Georgetown University in 1993. He began working at the Ministry of Finance in 1990. He was acting Secretary General twice, in 2002 and 2006. He was appointed as Division Head of Recommendation Formulating of Fiscal Risk Management in 2006, until he became Head of the Analysis and Policies Harmonization Centre in 2008. Since January 13th, 2012, he is Expert Staff in Organization, Bureaucracy, and Information Technology.
Bab 02 | Profil Kementerian Chapter 02 | Ministry’s Profile
67
Deduplak Permainan ini disebut juga egrang bathok, permainan ini menggunakan bathok kelapa/tempurung, meletakan kaki diatas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya bertumpu pada tempurung lainnya ditanah seperti layaknya berjalan. Dalam permainan ini diperlukan ketangkasan dan kecepatan berjalan diatas tempurung tersebut, siapa yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang. This game is also called bathok stilts, this game uses coconut shell / shell, put feet on each shell, then lifted one leg, while the other foot rests on the ground like any other shell running. In this game the necessary agility and speed runs on the shell, who is the fastest run without falling regarded as the winner.
BAB
CHAPTER
Profil SDM Human Resource Profile Pendidikan dan Latihan Education and Training Rekrutmen Recruitment Pengelolaan Kinerja Pegawai Employee Performance Management Pengawasan dan Penegakan Disiplin Supervision and Enforcement of Discipline Pengukuran Kepuasan Pegawai Employee Satisfaction Measurement
03
Sumber Daya Manusia Human Resources
Mengikuti dinamika organisasi agar semakin efektif dan dapat melayani dengan baik, pegawai Kementerian Keuangan juga terus mengalami perubahan, baik dari sisi jumlah maupun profilnya. Hingga akhir tahun 2012, Kementerian Keuangan diperkuat oleh 61.091 orang pegawai yang terbagi dalam 12 unit Eselon I dan tersebar di seluruh Indonesia. Profil Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Keuangan per periode 31 Desember 2012 dapat dilihat sebagai berikut:
Following the organizational dynamic to be increasingly effective and to provide good service, employees of the Ministry of Finance also continuously experience change, whether in terms of quantity or profile. At the end of 2012, the Ministry of Finance was strengthened by 61,091 employees, divided into 12 Echelon units and spread throughout Indonesia. The human resource profile of the Ministry of Finance as per period 31 December 2012 can be seen below.
BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN
BASED ON QUALIFICATIONS
Kementerian Keuangan diperkuat SDM dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Pegawai yang telah menempuh pendidikan Doktoral (S3) sebanyak 94 orang, jenjang Pascasarjana (S2) sebanyak 6.798 orang (11 persen), Sarjana (S1) sebanyak 19.755 orang (32 persen), jenjang Diploma I hingga IV sebanyak 21.117 orang (35 persen), jenjang SD hingga SMA sebanyak 13.327 orang (22 persen).
The Ministry of Finance was strengthened by human resources with a high level of education. Employees with Doctoral Education (S3) amount to 94 people, Post-graduate or Masters qualifications (S2) of 6,798 people (11 percent), Bachelor’s degree level (S1) of 19,755 people (32 percent), Diploma I to IV qualifications of to 21,117 people (35 percent), and elementary (SD) to senior high school (SMA) graduates of 13,327 people (22 percent).
Grafik 3.1 Komposisi SDM berdasarkan pendidikan Diagram 3.1. Compositionof Human Resources based on Education
94
S3 S2
6798
S1
19755 1446
D4
11806
D3 43
D2 D1
7822 12272
SMA Senior High School 801
SMP Junior High School
254
SD Primary School 0 Sumber : SIMPEG
72
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
5000
10000
15000
20000
25000 Source: SIMPEG
BERDASARKAN USIA
BASED ON AGE
Sebagai organisasi yang terus berkembang, Kementerian Keuangan ditopang oleh SDM yang usianya relatif masih muda dan produktif. SDM Kementerian Keuangan sebagian besar diisi oleh kelompok pegawai dengan usia produktif di bawah 40 tahun. Kelompok pegawai Kementerian Keuangan dengan usia produktif antara 20 hingga 39 tahun mencapai 35.149 orang (58 persen) atau lebih besar dibanding kelompok usia senior ( di atas 40 tahun) yang mencapai 25.942 orang (42 persen).
As a continuously developing organization, the Ministry of Finance was sustained by a human resource pool which is relatively young and productive. The human resources of the Ministry of Finance was mostly filled with employees in the productive age group of under 40 years. Ministry of Finance employees in the productive age range of 20 to 39 years old amount to 35,149 people (58 percent), larger than the senior aged group (over 40 years old) which amounts to 25,942 people (42 percent).
Grafik 3.2 Komposisi SDM berdasarkan usia Diagram 3.2. Composition of Human Resources Based on Age
12
di atas 60 Over 60 55 s.d. 59
1892
50 s.d. 54
9230
45 s.d. 59
6139 8669
40 s.d. 44 35 s.d. 39
9633 8017
30 s.d. 34 25 s.d. 29
13929
20 s.d. 24
3570 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Sumber : SIMPEG
14000
16000 Source: SIMPEG
BERDASARKAN JABATAN
BASED ON POSITION
Komposisi terbesar SDM Kementerian Keuangan berdasarkan jabatan adalah kelompok jabatan Pelaksana. Pada kelompok ini ada 44.185 orang atau sebesar 72 persen dari keseluruhan pegawai. Komposisi terbesar kedua adalah pejabat Eselon IV A, sebanyak 7.857 orang atau 13 persen. Komposisi terbesar ketiga adalah kelompok jabatan fungsional sebanyak 5.504 orang atau 9 persen.
The composition of the largest group of Ministry of Finance human resources was at the implementation level. There were 44,185 people in this group, or 72 percent of the total employees.Composition of the second largest group was the Echelon IVA Officials,amounting to 7,857 people, or 13 percent. Composition of the third largest group was the functional officials, of to 5,504 people, or 9 percent. The composition based on position of Ministry of Finance human resources is divided into several groups. The group of Vice-Ministers comprised 2 people. Next is the group of Echelon I A/B Officials, comprising 15people, the Echelon II
Komposisi SDM berdasarkan jabatan pada Kementerian Keuangan dibagi menjadi beberapa kelompok. Pertama, Kelompok pejabat Wakil Menteri yang terdiri dari 2 orang. Selanjutnya kelompok
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
73
A/B Officialsamounting to 199 people (less than 1 percent of the total employees). The group of officials in Echelon III A/B comprises 1,579 people, or 2.58 percent, Officials in Echelon IV A/B amount to 7,841 people, or 12.43 percent, Functional Officals of 8,106 people, or 13.27 percent, Echelon V A Officials of 867, or 1.42 percent, and staff of 44,185 people, or 72.33 percent.
pejabat Eselon I A/B sebanyak 15 orang, kelompok pejabat Eselon II A/B sebanyak 199 orang (di bawah 1 persen dari keseluruhan pegawai). Kelompok pejabat Eselon III A/B sebanyak 1.579 orang atau 2,58 persen, pejabat Eselon IV A/B sebanyak 7.841 orang atau 12,43 persen, pejabat Fungsional sebanyak 8.106 orang atau sebesar 13,27 persen, pejabat Eselon V A sebanyak 867 atau sebesar 1,42 persen, serta Pelaksana sebanyak 44.185 orang atau sebesar 72,33 persen.
BASED ON GENDER Grafik 3.3 Komposisi SDM berdasarkan jabatan Diagram 3.3.Composition of Human Resources Based on Position
Eselon Menteri Ministerial Echelon I.A I.B II.A II.B III.A III.B IV.A IV.B V.A Fungsional Functional Koordinator Coordinator Pelaksana Executor Dipekerjakan Hired Diperbantukan Employeed
2 10 4 183 16 1554 25 249 867
7857
5504
49
44185 484 102 0
5000
10000
15000
Sumber : SIMPEG
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
Source: SIMPEG
BERDASARKAN GENDER Kementerian Keuangan berkomitmen untuk menerapkan kebijakan pembinaan pegawai yang pro-gender. Dari tahun ke tahun, jumlah pegawai perempuan terus meningkat meski komposisinya saat ini masih lebih rendah dibandingkan jumlah pegawai pria. Pegawai pria di Kementerian Keuangan sebanyak 46.286 orang atau sebesar 76 persen, sementara pegawai perempuan sebanyak 14.805 orang atau 24 persen.
74
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
The Ministry of Finance is commited to applying a pro-gender development policy. From year to year, the number of female employees continues to increase, even though the composition at the current time is still lower than the quantity of male employees. Male employees in the Ministry of Finance amounted to 46,286 people, or 76 percent, while female employees comprised 14,805 people, or 24 percent.
Pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan di Kementerian Keuangan. Terdapat sebuah badan khusus yang bertanggung jawab untuk pengembangan SDM di Kementerian Keuangan yakni Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), yang merupakan sebuah unit Eselon I.
Human Resource Development through education and training (diklat) forms one aspect of great concern to the Ministry of Finance. There is an agency specifically responsible for Human Resource Development, Financial Education and Training Agency (BPPK), which forms an Echelon I unit.
Dalam melaksanakan diklat di bidang keuangan negara, BPPK memiliki delapan unit Eselon II, yaitu Sekretariat Badan, Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan (AP), Pusdiklat Pajak, Pusdiklat Bea dan Cukai (BC), Pusdiklat Keuangan Umum (KU), Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan (KNPK), serta Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
In implementing education and training in the field of national finance, BPPK has also eight Echelon II units, namely the Secretariate Board, The Human Resource Development Centre for Education and Training (PSDM), The Treasury and Budget Centre for Education and Training (AP), The Tax Centre for Education and Training, The Customs and Excise Centre for Education and Training (BC), The General Finance Centre for Education and Training (KU), The Financial Balance and State Wealth Centre for Education and Training (KNPK), andthe National Accountancy Institute (STAN).
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
75
76
Untuk menjangkau seluruh SDM Kementerian Keuangan di Indonesia, BPPK juga memiliki Balai Diklat Keuangan (BDK), sebuah unit Eselon III yang tersebar di 12 kota Indonesia. Kota yang memiliki BDK adalah Medan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta, Magelang, Malang, Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Makassar, dan Manado.
To reach all Ministry of Finance human resources throughout Indonesia, BPPK also Finance Education and Training Centres (BDK), anEselon III unit, distributed in 12 Indonesian cities. The cities with BDK areMedan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta, Magelang, Malang, Denpasar, Pontianak, Balikpapan, Makassar, and Manado.
BPPK juga melakukan koordinasi dengan unit Eselon I lain untuk menyelenggarakan program diklat yang sesuai dengan kebutuhan tugas dan fungsi masingmasing. Selama tahun 2012, BPPK sudah mendidik dan melatih 33.117 pegawai dan 6.743 mahasiswa STAN (calon pegawai negeri sipil Kementerian Keuangan)
BPPK also utilizes coordination with other Echelon I units to provide education and training programs appropriate to the needs of each task and function.In 2012, BPPK educated and trained 33,117employees and 6,743 National Accountancy Institute (STAN) students (Ministry of Finance civil servant candidates).
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN
PRE-EMPLOYMENT EDUCATION AND TRAINING
Kementerian Keuangan menyelenggarakandiklat sebelum pegawai diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan.Diklat prajabatan adalah diklat yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan untuk pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian, dan etika PNS. Diklat juga bertujuan memberikan pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan serta bidang tugas dan budaya organisasi, sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Diklat Prajabatan merupakan syarat pengangkatan calon PNS untuk menjadi PNS.
The Ministry of Finance provides education and training before employees are appointed as Civil Servants in the Ministry of Finance. Pre-employment education and training includes education and training aimed to provide knowledge to shape a national perspective, personality and civil servant ethics. Education and training is also aimed to provide basic knowledge about the government distribution system, fields of work, and organizational culture, to enable functions and tasks to be undertaken as community servants. Pre-employment education and training constitutes a requirement for civil servant candidates to become civil servants.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM JABATAN
EMPLOYMENT EDUCATION AND TRAINING
Setelah menjadi PNS Kementerian Keuangan, pegawai terus dibekali dengan diklat. Diklat dalam jabatan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Terdapat enam jenis diklat dalam jabatan, yaitu Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim), Diklat Fungsional (DF), Diklat Teknis (DT), Diklat Ujian Dinas (DUD), Diklat Penyesuaian Ijazah, Diklat Penyegaran.
After becoming Ministry of Finance civil servants, employees are continuously provided education and training. Employment education and training aims to develop knowledge, skills and attitudes of civil servants, to enable optimal implementation of government tasks and development. There are six types of employment education and training, namely Leadership Education and Training (Diklatpim), Functional Education and Training (DF), Technical Education and Training (DT), Departmental Exam Education and Training (DUD), Appropriate Certification Education and Training, and Refresher Education and Training.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
PENGEMBANGAN KAPASITAS SDM LAIN
OTHER HUMAN RESOURCES CAPACITY DEVELOPMENT
Selain diklat, BPPK juga menyelenggarakan bentuk pengembangan kapasitas SDM lain yang berupa seminar, workshop, diskusi, sarasehan, ujian sertifikasi, dan Placement Test TOEFL Preparation.
Other than Education and Training, BPPK also provides other types of human resource capacity development in the form of seminars, workshops, discussions, certified exams, and TOEFL Preparation Placement Tests.
PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN
OFFICIAL INSTITUTE OF FURTHER EDUCATION
Pendidikan Tinggi Kedinasan (PTK) terdiri dari akademi, politeknik, dan sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang kualifikasinya belum dipenuhi oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS). PTK di Kementerian Keuangan diselenggarakan oleh STAN. STAN menyelenggarakan program pendidikan untuk menghasilkan SDM di bidang keuangan negara dengan spesialisasi tertentu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan,serta keahlian profesional dalam memenuhi kebutuhan pegawai. Selain itu juga untuk mencetak kader pengelola keuangan negara di Kementerian Keuangan.
Official Institutes of Further Education (PTK) comprise of acadamies, polytechnics and institutes of further education which are provided by ministries or nonministerial governmental institutions, which do not yet fulfil the qualification of State College (PTN) or Private College (PTS).The Official Institute of Further Education (PTK) in the Mininstry of Finance is provided bythe National Institute of Accountancy (STAN).STAN provides an education program and produces human resources in the field of state finance, particularly specializing in providing the knowledge, skills, abilities and professional expertise to fulfil employee needs, in addition to creating government financial management cadre for the Ministry of Finance.
Penyelenggaraan program pendidikan tinggi kedinasan tidak hanya diselenggarakan di kampus STAN, tetapi juga beberapa Balai Diklat Keuangan (BDK), khususnya untuk program Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Pada tahun 2012, total peserta Program PTK yang dilaksanakan oleh STAN sebanyak 6.743 mahasiswa. Perinciannya sebagai berikut :
Official further education programs are not only provided at the STAN campus, but also at several BDK, particularly for the Diploma I program in Finance Specializing in Customs and Excise. In 2012, a total of 6,743 students participated in the PTK Program implemented by STAN. Details are as follows:
1) Program Diploma I Administrasi Perpajakan dan Kepabean dan Cukai sebanyak 1.587 mahasiswa; 2) Program Diploma III Kebendaharaan Negara, Administrasi Perpajakan, Pengurusan Piutang Lelang Negara, Pajak Bumi dan Bangunan, Kepabeanan dan Cukai, dan Akuntansi Pemerintahan sebanyak 4.320 mahasiswa; 3) Program Diploma III Kurikulum Khusus Akuntansi Pemerintahan dan Administrasi Perpajakan sebanyak 393 mahasiswa; 4) Program Diploma IV Akuntansi Pemerintah sebanyak 443 mahasiswa.
1) Diploma I Program in Tax Administration andCustoms and Excise, totaling 1,587 students; 2) Diploma III Program in State Treasury, Tax Administration, Arranging the Auction of State Liabilities, Building and Property Tax, Customs and Excise, and Government Accountancy, totaling 4,320 students; 3) Diploma III Program in Special Curriculum Government Accountancy and Tax Administration, totaling 393 students; 4) Diploma IV Program in Government Accountancy, totaling 443 students.
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
77
Tabel 3.1 Pengembangan Kapasitas SDM yang diselenggarakan BPPK Tahun 2012 Table 3.1 Human resources capacity development organized by the Financial Education and Training Agency (BPPK) in 2012 Jenis Diklat Type of Education and Training
No 1
Diklat Pengembangan Sumber Daya Manusia Human Resource Development Education & Training (PSDM)
3.815
2
Diklat Anggaran dan Perbendaharaan Treasury and Budget Education & Training (AP)
5.041
3
Diklat Pajak Tax Education & Training
13.169
4
Diklat Bea dan Cukai Customs and Excise Education & Training (BC)
3.756
5
Diklat Kekayaan Negara dan Pertimbangan Keuangan Financial Balance and State Wealth Education & Training (KNPK)
2.708
6
Diklat Keuangan Umum General Finance Education & Training (KU)
4.628
7
Diklat Program,Diploma Sekolah Tingi Akuntansi Negara Diploma Program from theNational Accountancy Institute (STAN)
6.743
Jumlah Total
39.860
Sumber : BPPK
78
Jumlah Peserta Total Participants
Source: BPPK
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA di LUAR BPPK
HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT OUTSIDE BPPK
Mengingat kebutuhan diklat yang sangat tinggi dan melampaui kapasitas BPPK, maka unit Eselon I di Kementerian Keuangan juga melaksanakan pengembangan kapasitas pegawainya sendiri. Pengembangan kapasitas pegawai di unit Eselon I juga dilakukan karena kebutuhan yang sangat spesifik dan mendesak bagi unit yang bersangkutan sesuai tugas pokok dan fungsinya.Diklat yang dilaksanakan berupa pelatihan teknis, in-house training, dan diklat fungsional.
Bearing in mind that education and training needs are very high and exceed the capacity of BPPK, the Echelon I units of the Ministry of Finance also undertake capacity building of their own employees. This capacity building of Echelon I unit employees is also undertaken because of their very specific needs and is pressing for related units according to main roles and functions. Education and training undertaken are in the form of technical training, in-house training and functional education and training.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
SDM merupakan salah satu pilar penting dalam program reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Peran SDM semakin penting karena Kementerian Keuangan merupakanlembaga yang sangat besar dengan tugas dan fungsi beragam dalam mengemban dan mengelola keuangan negara. Kementerian Keuangan membutuhkan SDM yang memiliki integritas tinggi, profesional, mampu bersinergi, memberikan pelayanan terbaik, dan selalu menyempurnakan kemampuan diri.
Human Resources form one of the important pillars in the Ministry of Finance’s bureaucracy reform program. The role of human resources is increasingly important because the Ministry of Finance is a very large institution with a variety of roles and functions in holding and managing national finances. The Ministry of Finance needs human resources of high integrity, professionalism, capable of synergy, providing the best service and always striving towards self-improvement.
Oleh karena itu, rekrutmen pegawai baru dan pengembangan kapasitas pegawai menjadi sangat penting. Rekrutmen bertujuan agar kebutuhan pegawai Kementerian Keuangan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang dapat dipenuhi sesuai kompetensi dan jumlah yang dibutuhkan tanpa mengorbankan prinsip efisiensi. Tujuan lainnya untuk mengimbangi dinamika perubahan lingkungan strategis Kementerian Keuangan.
As a result, recruitment of new employees and capacity development of employees is extremely important. Recruitment aims to fulfil the short-, medium- and long-term needs of the Ministry of Finance according to the competencies and quantity required, without sacrificing the principle of efficiency. An additional aim is to balance the dynamic of change in the strategic environment of the Ministry of Finance. At the same time,
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
79
80
Sementara pengembangan kapasitas SDM ditujukan untuk meningkatkan komptensi baik soft maupun hard skills.
human resource capacity building aims to increase competence, whether soft or hard skills.
Proses rekrutmen di Kementerian Keuangan diatur melalui ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002. Peraturan ini menjadi landasan dalam setiap kebijakan pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.
The Ministry of Finance recruitment process is regulated through Government Regulation Number 98, 2000, on Procurement of Civil Servants and the amendments in Government Regulation Number 11, 2002. These regulations form the cornerstone of each policy on the procurement of Civil Servant Candidates (CPNS), or employees in the Ministry of Finance sphere.
Pada tahun 2012, proses rekrutmen CPNS Kementerian Keuangan tetap dilaksanakan meski pemerintah memberlakukan moratorium penerimaan CPNS melalui Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan dengan Nomor 02/SPB/M.PANRB/8/2011; Nomor 800-632 Tahun 2011; Nomor 141/ PMK.01/2011.
In 2012, the Ministry of Finance Civil Servant Candidate recruitment process continued, even though the government undertook a moratorium on Civil Servant Candidate recruitment through joint Regulation with the National Minister of State Apparatus Reform and Bureaucratic Reform, Minister for the Interior, and Finance Minister, Number 02/ SPB/M.PAN-RB/8/2011; Number 800-632, 2011; Number 141/PMK.01/2011.
Pemberlakuan moratorium CPNS merupakan upaya pemerintah untuk mengevaluasi dan menata SDM di kementerian/lembaga (K/L) yang ada di Indonesia. Sistem ini dimaksudkan untuk memperbaiki penghitungan kebutuhan pegawai di masing-masing K/L sekaligus mempersiapkan perbaikan sistem rekrutmen pegawai. Diharapkan, setiap K/L dapat menghitung kebutuhan pegawai dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, serta melakukan rekrutmen secara profesional, transparan, dan terpercaya, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Enforcement of the Civil Servant Candidate moratorium was part of the government effort to evaluate and arrange human resources within the existing ministries and institutions in Indonesia. This system is meant to improve calculations of the need for employees in each ministry/institution, at the same time as preparing improvement of the employee recruitment system. It is hoped that each ministry/institution will be to calculate the number of employees required accurately, according to individual needs, and undertake recruitment professionally, transparently and trustworthily, as well as free from corruption, collusion and nepotism.
Pelaksanaan rekrutmen CPNS di Kementerian Keuangan tetap dilaksanakan, karena dalam peraturan itu juga disebutkan bahwa, penundaan sementara penetapan tambahan formasi untuk penerimaan CPNS dikecualikan bagi K/L yang membutuhkan PNS untuk melaksanakan tugas salah satunya untuk jabatan yang bersifat khusus dan mendesak atau memiliki ikatan dinas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Recruitment of Civil Service Candidates was still undertaken in the Ministry of Finance as under the regulations it is also stated that: the temporary postponement of additional appointments in the formation of Civil Service Candidate acceptance is with the exception of those ministries/institutions that require Civil Servants to undertake roles such as special or urgent positions, or those which are connected to an agency according to the regulations in the legislation.
Kementerian Keuangan merupakan instansi pertama yang memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk mendapatkan pengecualian dari moratorium
The Ministry of Finance is the first institute to fulfil all of the criteria stated by the Ministry of State Apparatus Reform and Bureaucratic Reform to be exempt from the aforementioned moratorium. The Ministry of Finance all of the requirements,
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
tersebut. Kementerian Keuangan menyerahkan persyaratan yang diminta yaitu Analisa Beban Kerja, Peta Jabatan, Proyeksi Pegawai per lima tahun, Daftar Jabatan yang dikecualikan dan argumentasinya, serta Penjelasan Redistribusi Pegawai. Dengan demikian Kementerian Keuangan berhak melaksanakan rekrutmen pegawai tahun 2012.
namely Workload Analysis, Chart of Organizational Structure, Five-Year Employee Projection, List of Exempt Positions and reasoning, and Explanation for Employee Redistribution. As such, the Ministry of Finance was entitled to conduct employee recruitment in 2012.
Proses rekrutmen di Kementerian Keuangan mempunyai regulasi khusus dengan mengadopsi sistem karir tertutup sesuai yang berlaku di Indonesia. Artinya, seseorang tidak dapat keluar masuk ke dalam birokrasi. Namun, tidak semua pegawai baru dapat memenuhi kriteria yang diinginkan sehingga perlu seleksi pegawai baru.
The recruitment process in the Ministry of Finance has special regulations adopted from the closed career system used in Indonesia. This means that a person cannot come and go within the bureaucratic system. However, not all new employees fulfil the desired criteria, so new employee selection is required.
Dalam rangka mendapatkan SDM berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kompetensi yang diharapkan, proses rekrutmen terhadap para pelamar dilaksanakan melalui seleksi yang berkualitas dan berbobot. Untuk itu, ditetapkan beberapa tahapan seleksi yang harus dilalui oleh para pelamar. Tahapan itu dimulai dari Seleksi Administrasi, Tes Kompetensi Dasar (TKD), Psikotes, Tes Kesehatan dan Kebugaran (TKK), hingga wawancarayang merupakan tes yang disesuaikan dengan kebutuhan persyaratan tugas dan jabatan.
In order to aquire the necessary high quality human resources with the expected competencies, the process of recruitment of applicants is implemented through quality and weighted selection. There are several stages of selection decreed, which must be passed by all applicants. These stages start from Administrative Selection, Basic Competency Test (TKD), Psychotest, Health & Fitness Test (TKK), through to the interview stage which forms a test appropriate to the role requirements and position.
Tahapan Seleksi Administrasi diselenggarakan pada tanggal 16 Juli hingga 28 Agustus 2012. Tahap ini diikuti oleh 30.429 peserta dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 14.078 peserta (46,2 persen). Tahapan berikutnya adalah Tes Kompetensi Dasar (TKD), yang diselenggarakan pada tanggal 8 September 2012.TKD diikuti oleh 10.977 peserta dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 1.082 (9,9 persen). Seleksi berlanjut dengan psikotes, yang diselenggarakan pada 17 hingga 18 Oktober 2012 dan diikuti oleh 1.049 peserta dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 494 (47,1 persen). Pada tahap TKK yang diselengarakan pada tanggal 6 hingga 8 November 2012, sebanyak 479 peserta mengikuti tes dengan jumlah peserta yang lulus sebanyak 235 peserta (49,1 persen). Tahapan terakhir adalahwawancara pada tanggal 6 hingga 8 November 2012, terdapat 235 peserta yang lulus dari total 350 peserta yang mengikuti tes atau sebesar 38,6 persen.
The Administrative Selection stage was arranged from 16 July - 28 August 2012. Some 30,429 people participated in this stage, with a total of 14,078 participants (46.2 percent) succesfuly completing this stage. The following stage was the Basic Competence Test (TKD), held on 8 September 2012.A total of 10,977 participants undertook this TKD test, with 1,082 (9.9 percent) of participants completing the test successfully.The selection continued with the psychotest from17-18 October 2012, joined by 1,049 participants, with 494 succesful candidates (47.1 percent). At the Health and Fitness Test(TKK) from 6-8 November 2012, 479 participantsjoined the test, with a total of 235succesful participants (49.1 percent). The final stage was the interview, also held from 6-8 November 2012, with 235 succesful participants from a total of 350 applicants who participated in the test, or 38.6 percent.
Proses seleksi dilaksanakan di 7 kota besar yaitu: Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Balikpapan, dan Jayapura. Adapun untuk Kota Balikpapan, tidak dilakukan seleksi wawancara karena tidak terdapat peserta untuk mengisi posisi di Golongan III.
The selection process was undertaken in 7 major cities, namely: Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Balikpapan, andJayapura. In Balikpapan, interview selection did not take place, as there were no participants to fill the Category III position.
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
81
Penyelenggaraan kegiatan rekrutmen pegawai Kementerian Keuangan pada tahun 2012 sudah berjalan dengan sangatbaik. Total penerimaan CPNS Kementerian Keuangan jalur umum sebanyak 235 orang. Berdasarkan hasil Survei Persepsi Pelamar kepada peserta yang lulus seleksi, 97,9 persen menyatakan proses rekrutmen Kementerian Keuangan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebanyak 2,1 persen sisanya menyatakan ragu-ragu, tetapi tidak dapat memberikan bukti telah terjadi praktik KKN. Kepercayaan masyarakat tersebut perlu dijaga dengan selalu meningkatkan kualitas sistem rekrutmen di Kementerian Keuangan agar putra-putri terbaik bangsa dapat bergabung bersama Kementerian Keuangan membangun bangsa.
82
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
The organization of Ministry of Finance employee recruitment activities in 2012 went very well. Procurement of Ministry of Finance Civil Servant Candidates through the public stream totaled 235 people.Based on the results of the Applicant Perception Survey, 97.9 percent of the applicants who succesfuly completed the selection process stated the the Ministry of Finance recruitment process was free from corruption, collusion and nepotism (KKN). The remaining 2.1 percent stated they were uncertain, but were unable to provide any proof of malpractice. Public trust needs to be safeguarded through continual quality-improvement of the Ministry of Finance recruitment system, in order that the country’s finest younger generation join the Ministry of Finance to develop the nation.
Pengelolaan kinerja merupakan salah satu mata rantai penting dalam proses Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan di Kementerian Keuangan. Untukmembangun organisasi dengan kinerja yang tinggi, maka pembangunan regulasi dan perangkat pengelolaan kinerja merupakan prasyarat mutlak.Suatu hal yang sangat penting bagi organisasi adalah dapat mentransmisikan kebijakan dan strategi organisasi yang sudah digariskan menjadi kegiatan operasional yang sukses. Menyadari rumitnya hal tersebut, Kementerian Keuangan menyusun suatu sistem pengelolaan kinerja yang mampu menjaga derap langkah organisasi dari jajaran tertinggi sampai dengan level pelaksana.
Performance management is an important link in the process of Bureaucratic Reform and Organizational Transformation in the Ministry of Finance. To develop the organization with a high level of performance, then developing performance management regulations and devices is an absolute prerequisite. A particularly important aspect for the organization is how to transmit the policies and organizational strategies, which have already been outlined, to become successful operational activities. In awareness of how complicated this is, the Ministry of Finance has arranged a performance management system capable of safeguarding each level of organization, ranging from the highest down to the operational level.
Pelaksanaan pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan yang menggunakan metode balanced scorecard telah dirintis secara bertahap sejak tahun 2007. Seiring dengan berkembangnya
Performance Management implementation in the Ministry of Finance sphere uses a balanced scorecardmethod, pioneered in stages since 2007. Concurrent with developing performance
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
83
84
kebutuhan akan pengelolaan kinerja, Menteri Keuangan menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang selanjutnya disebut “Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan”.
management needs, the Ministry of Finance established the Ministry of Finance Decree Number 454/KMK.01/2011 on Performance Management in the Ministry of Finance Sphere, subsequently referred to as “Ministry of Finance Performance Management”.
Pada tahun 2012, pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan telah selesai dibangun sampai ke level individu untuk seluruh jajaran Kementerian Keuangan, yaitu dengan ditandatanganinya Kontrak Kinerja oleh seluruh pegawai. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan menerbitkan Instruksi Menteri Keuangan Nomor 11/IMK.01/2012 tentang Diseminasi Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan yang mewajibkan penunjukan trainers di setiap unit Eselon I. Para trainers telah dibekali workshop pengelolaan kinerja dan disiapkan untuk melakukan diseminasi tentang Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan kepada seluruh pegawai di unit kerja masing-masing.
In 2012, Ministry of Finance performance management completed development to the individual level for all strata of Ministry of Finance employees through the signing of Performance Contracts by all employees.To optimize the implementation ofMinistry of Finance performance management, The Minister of Finance published Ministerial Instruction Number 11/IMK.01/2012 on Dissemination of Performance Management in the Ministry of Finance sphere, which obliges the nomination of trainers in each Echelon I unit. These trainers have been equipped through performance management workshops and prepared to undertake dissemination on Ministry of Finance Performance Management for all employees in their individual work units.
Untuk mendukung Pengelolaan Kinerja Kementerian Keuangan, sepanjang tahun 2012 telah dilakukan diseminasi pengelolaan kinerja yang terdiri dari:
To support Ministry of Finance Performance Management, dissemination of performance management for the duration of 2012 comprised of:
1. Sosialisasi a. Sebanyak 14 kali kegiatan sosialisasi yang merupakan inisiatif unit-unit Eselon I telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Maret 2012; b. Sosialisasi terhadap 1.884 pegawai di sembilan kota pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012; c. Sosialisasi terhadap 18.180 pegawai yang dilakukan oleh para trainers di unit-unit Eselon I pada bulan Februari sampai dengan Juli 2012.
1. Socialisation a. 14 socialisation activities in the form of Echelon I unit to unit initiatives, undertaken from October 2011 - March 2012;
2. Workshop Pengelolaan Kinerja Tahap II Kegiatan ini merupakan lanjutan dari workshop pengelolaan kinerja tahap I yang dilakukan pada akhir tahun 2011 dengan total 130 peserta. Workshop tahap II dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Jakarta dan dihadiri oleh 172 peserta dari unit-unit Eselon I Kementerian Keuangan.
2. Stage II Performance Management Workshops This activity is a continuation of the stage I performance management workshops undertaken at the end of 2011, with a total of 130 participants. Stage II workshops were undertaken in February 2012 in Jakarta and were attended by 172 participants from Ministry of Finance Echelon I units.
3. Survei Pengelolaan Kinerja Survei Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan merupakan bentuk
3. Performance Management Survey The Survey of Performance Management in the Ministry of Finace Sphere is a form of monitoring
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
b. Socialisation for 1,884 employees in nine cities from February - March 2012; c. Socialisation for 18,180 employees, undertaken by trainers in Echelon I units from February-Juli 2012.
pengawasan sekaligus evaluasi atas pelaksanaan Pengelolaan Kinerja. Survei dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 23 Oktober 2012 di 11 kota, dengan melibatkan 1.939 responden dari pejabat Eselon II sampai IV, pejabat Fungsional, serta pelaksana di lingkungan Kementerian Keuangan. Hasil survei menunjukkan, pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan berada pada tingkat 3 (defined) dari skala 5 tingkatan.
and evaluation of the implementation of Performance Management. The survey was undertaken from 1- 23 October 2012 in 11 cities, involving1,939 respondents from Echelon II – IV officials, Functional Officials, and staff in the Ministry of Finance sphere.The survey results show that Ministry of Finance Performance Management is at level 3 (defined) from a scale of 5 levels.
Tahun 2012 juga merupakan babak baru bagi pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan dengan diluncurkannya aplikasi web pengelolaan kinerja bernama e-performance pada situs www.e-performance.depkeu.go.id. Pembuatan aplikasi ini bertujuan menunjang efisiensi dan efektivitas pelaksanaan Pengelolaan Kinerja Pegawai Kementerian Keuangan.
2012 was also the start of a new chapter in performance management in the Ministry of Finance sphere, with the launch of a performance management web application namedeperformanceon the sitewww.e-performance. depkeu.go.id. The creation of this application was aimed to bolster efficiency and effective implementation of Ministry of Finance Employee Performance Management.
Pada fase pertama (Januari-Juni 2012) telah dikembangkan secara in house aplikasi pengelolaan kinerja yang mampu menangani core system, meliputi penyusunan sasaran strategis, kontrak kinerja dan cascading Indikator Kinerja Utama (IKU), penilaian kinerja (Capaian Kinerja Pegawai) dan proses pengukuran Nilai Perilaku (NP) serta akhirnya menyusun Nilai Kinerja Pegawai (NKP). Laporan modul serta pengawasan sudah dikembangkan juga dengan fitur-fitur inti tersebut.Pada fase kedua, fitur tambahan dan menu untuk pengelolaan kinerja pegawai yang mutasi akan dikembangkan agar dapat menampung semua kebutuhan pengguna (user).
In the first phase (Januari-Juni 2012), a performance management application was developed in house, with the capability of handling the core system, covering strategic target organization, performance contract and cascading Key Performance Indicators (IKU), performance value (Employee Performance Achievement) and the Behaviour Value (NP) measurement process as well as finaly creating an Employee Performance Value (NKP). Module reports and supervision have been developed with these key features. In the second phase, additional features and a menu for changing employee performance managementwill be developed to accommodate the needs of all users.
Survei pengelolaan kinerja menunjukkan bahwa secara umum, implementasi pengelolaan kinerja pegawai telah on the right track.Namun, pengelolaan kinerja Kementerian Keuangan merupakan proses berkelanjutan yang masih memerlukan penyempurnaan. Penyempurnaan meliputi kelengkapan peraturan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan kebijakan nasional, infrastruktur informasi teknologi, aplikasi, dan yang paling penting pemberian knowledge bagi seluruh jajaran pegawai tentang proses dan pentingnya pengelolaan kinerja.
The performance management survey showed that, in general, employee performance management is on the right track.However, Ministry of Finance performance management is an ongoing process which still needs to be perfected. Improvement includes the completion of more comprehensive regulations in line with national policy, information technology infrastructure, applicantions, and most importantly, provision of knowledge for all levels of employees regarding the process and importance of performance management.
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
85
86
Sesuai dengan falsafah man behind the gun, roda organisasi sangat tergantung pada perilakuperilaku SDM yang bekerja di dalamnya. Terkait hal ini, disiplin SDM menjadi penting untuk menjamin segala peraturan organisasi ditaati dan dilaksanakan atas dasar kesadaran diri dalam mencapai tujuan organisasi. Upaya peningkatan disiplin untuk mendorong produktivitas SDM Kementerian Keuangan selama ini dijalankan melalui pengawasan dan penegakan disiplin SDM. Bagian dari program reformasi birokrasi itu akan terus digulirkan untuk menjaga perilaku dan memastikan disiplin kerja SDM serta meminimalisasi berbagai penyelewengan dan pelanggaran, termasuk tindakan korupsi oleh aparatur di lingkungan Kementerian Keuangan.
According to the philosophy of the man behind the gun, the wheels of an organization are heavily dependent on the behavior of the human resources who work there.Linked to this, human resource discipline is important in order to guarantee that all organizational regualations are obeyed an implemented consciously to achieve the aims of the organization. The Ministry of Finance’s efforts to improve discipline in order to support human resource productivity have been undertaken so far through human resource supervision and enforcement of discipline.Part of that bureaucratic reform process is continual rolling, to protect behavior and ensure discipline of human resources, as well as minimalise various misappropriation and transgressions, including corruption, by the apparatus in the Ministry of Finance sphere.
1. Penetapan Kode Penerapannya
1. Defining a Code of Ethics and Monitoring its Implementation
Etik
dan
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Pemantauan
Untuk meningkatkan, mengaplikasikan, dan menegakkan disiplin SDM di lingkungan Kementerian Keuangan, diterbitkan PMK Nomor 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 71/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan. PMK tersebut mewajibkan setiap unit Eselon I Kementerian Keuangan menyusun kode etik pegawai negeri sipil yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing unit. Saat ini, kode etik 12 unit Eselon I telah ditetapkan sejalan dengan PMK tersebut. Selain itu, Kementerian Keuangan juga membentuk majelis kode etik yang akan memeriksa pelanggaran kode etik, sebagaimana diatur dalam PMK No. 72/ PMK.01/2007 tentang Majelis Kode Etik di lingkungan Kementerian Keuangan.
To remind, apply, and uphold discipline of human resources in the Ministry of Finance sphere, Finance Minister Regulation Number 29/PMK.01/2007 and amendment Number 71/PMK.01/2007 regarding Guidance for the Increase of Civil Servant Discipline in the Ministry of Finance Sphere were published. These Ministry of Finance Regulations (PMK) oblige each Ministry of Finance Echelon I unit to create a code of ethics for civil servants, according to the characteristics of each unit. At this point in time, the code of ethics of 12 Echelon I units have been set in accordance with the aforementioned Ministry of Finance Regulations. Furthermore, the Ministry of Finance has also formed a code of ethics board, which will inspect violations of the code of ethics, as regulated under PMK No. 72/PMK.01/2007 on Code of Ethics Board in the Ministry of Finance Sphere.
Pemantauan penerapan kode etikdan penegakan disiplin SDM dilakukan secara simultan di unit Eselon I Kementerian Keuangan. Beberapa Eselon I telah memiliki unit yang menjalankan peran tersebut, antara lain Inspektorat Bidang Investigasi di Itjen, Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur di DJP, Unit Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Utama DJBC, serta Unit Kepatuhan Internal (UKI) di unit Eselon I lainnya yang sedang dalam proses pembentukan.
Monitoring implementation of the code of ethics and establishment of discipline amongst human resources is undertaken simultaneously in Ministry of Finance Echelon I units. Several Echelon I have units that undertake this role, including the Investigation Sector of the General Inspectorate, the Internal Conformity and Apparatus Resource Directorate in the Directorate General of Tax, the Internal Conformity Unit of the Main Service Office of the Directorate General of Customs and Excise, and the Internal Conformity Unit of other Echelon I units which are still being formed.
2. Internalisasi Nilai-nilai Kementerian Keuangan
2. Internalisation of Ministry of Finance Values
Nilai-nilai Kementerian Keuangan sebagaimana telah ditetapkan dalam KMK Nomor 312/ KMK.01/2011, yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan, tak hanya berhenti pada tahapan pencetusannya saja. Menteri Keuangan sebagai pelopor dan inisiator dari gagasan nilai-nilai Kementerian Keuangan mengimbau agar agar nilai-nilai ini diinternalisasikan ke seluruh pegawai Kementerian Keuangan agar dapat dipahami, dihayati, dan diterapkan dalam pekerjaan keseharian.
The values of the Ministry of Finance as defined in Finance Minister Decree (KMK) Number 312/ KMK.01/2011, namely Integrity, Professionalism, Synergy, Service, and Excellence, do not stop at the level of instigation.The Minister of Finance, as the pioneer and initiator of the concept of these Ministry of Finance values, appealed that these values should be internalized by each Ministry of Finance employee, so that they can be understood, internalized, and applied in daily work.
Seluruh unit Eselon I telah melakukan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada seluruh pegawainya selama tahun 2012. Bentuk internalisasi yang paling umum dilakukan adalah outbond dan/atau capacity
All Echelon I units have internalized the Ministry of Finance values to all employees during 2012. The most general form of internalization undertaken was outbound and/or capacity building. Internalizing Ministry of Finance values
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
87
building. Internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan terus dilakukan dengan harapan seluruh pegawai dapat menjiwai corporate value dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan sehari-hari sehingga menjadi pendorong disiplin kerja dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan Kementerian Keuangan. 3. Sosialisasi anti korupsi
is continuously undertaken in the hope that all employees come to embody the corporate values and apply them in their daily work, so that work discipline is supported in providing service to society and Ministry of Finance key stakeholders.
3. Socialisation ofAnti-Corruption
Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi terus dilakukan di Kementerian Keuangan, antara lain dalam bentuk sosialisasi pencegahan korupsi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan sikap tidak korupsi para pegawai/pejabat dan mendorong keberanian melaporkan pelanggaran (whistleblowing) di lingkungan Kementerian Keuangan.
Corruption prevention and eradication efforts are continuously undertaken in the Ministry of Finance, one form of which is thesocialisation of corruption prevention. This activity is undertaken in order to develop a non-corrupt attitude in employees/officials and support having the courage to report violations (whistleblowing) in the Ministry of Finance sphere.
Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan sejak tahun 2011 (10 kegiatan), dan terus berlanjut pada tahun 2012 sebanyak 17 kali sosialisasi di berbagai kota besar di Indonesia, antara lain: Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Batam, Serang, Pekanbaru, Banda Aceh, dan Mataram. Materi sosialisasi meliputi: Korupsi dan Pencegahannya, Peran Itjen Dalam Kegiatan Pencegahan dan Penindakan Korupsi, PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan Whistleblowing System (WISE).
Socialisation activities have been implemented since 2011 (10 activities), and continued in 2012 with 17 socialisation activities in several major Indonesian cities, including: Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Batam, Serang, Pekanbaru, Banda Aceh, and Mataram. The material sosialised covered: corruption and prevention, the role of the General Inspectorate in corruption prevention and action, Government Regulation (PP) Number 53, 2010 on Civil Servant Discipline and the Whistleblowing System (WISE).
4. Kewajiban penyampaian LHKPN 4. Obligation to submit Government Officials’ Asset Report (LHKPN) Kementerian Keuangan telah menerbitkan KMK Nomor 38/KMK.01/2011 tentang Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). KMK ini tidak hanya membatasi pejabat/pegawai yang berkewajiban untuk menyampaikan LHKPN pada Penyelenggara Negara sebagaimana didefinisikan dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999, melainkan kepada pejabat/pegawai lain yang memiliki posisi/peran strategis dalam melaksanakan tugasnya mereka antara lain: Pejabat Pembuat Komitmen, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Bendahara, dan Pejabat Fungsional Auditor. Melalui KMK ini, Kementerian Keuangan memperluas cakupan kewajiban pelaporan LHKPN bagi pegawai yang semula berjumlah 7.442 orang menjadi 24.808 orang (naik 333,335 persen).
88
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
The Ministry of Finance has published a Finance Ministerial Decree(KMK) Number 38/ KMK.01/2011 on Government Officials in the Ministry of Finance Sphere who are Obliged to Submit a Government Officals’ Asset Report (LHKPN). This Decree not only limits officials/ employees who are required to submit a State Officials’ Wealth Report to the Government Officials as defined in article 2, Act No. 28, 1999, but to other officials/employees who hold a strategic position/role in implementing their tasks, including: Commitment Creation Officials, Goods and Services Procurement Committee, Treasurer, and Functional Officials’ Auditor. Through this Decree, the Ministry of Finance has extended the scope of those required to submit an LHKPN report from the original quantity of 7,442 to 24,808 people (anincrease of 333.335 percent).
Berdasarkan data aplikasi LHKPN KPK per 5 Maret 2013, dari 24.705 orang wajib LHKPN di lingkungan Kementerian Keuangan, sejumlah 24.430 orang telah menyampaikan LHKPN (98,89 persen). Kementerian Keuangan terus memantau penyampaian LHKPN di lingkungan Kementerian Keuangan serta mengingatkan pengenaan sanksi bagi pegawai negeri yang tidak menyampaikan LHKPN sesuai ketentuan.
5. Kewajiban Penyampaian LP2P dan DHK Kementerian Keuangan melalui KMK Nomor 07/KMK.09/2011 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 366/KMK.09/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7/KMK.09/2011 Tentang Penyampaian dan Pengelolaan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) Pejabat/Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan, mewajibkan para pejabat/pegawai yang memiliki golongan minimal III/a atau para pejabat/pegawai yang terkait dengan pelayanan publik untuk menyampaikan LP2P beserta Daftar Harta Kekayaan (DHK).
Based on Corruption Eradication Committee (KPK) data, LHKPN applications per 5 March 2013, from a total of 24,705 people required to submit LHKPN reports in the Ministry of Finance sphere, some 24,430 have submitted the report (98.89 percent). The Ministry of Finance continually monitors the submission of LHKPN in the Ministry of Finance sphere and increase the imposition of sanctions for civil servants who fail to submit LHKPN according to the requirements. 5. Obligation to Submit a Personal Tax Report (LP2P) andAsset Register (DHK) The Ministry of Finance, through Finance Ministerial Decree (KMK) Number 07/ KMK.09/2011 and amendment KMK Number 366/ KMK.09/2012 on Changes in Finance Minister Decree Number 7/KMK.09/2011 on Submission and Management of Personal Tax Report (LP2P) for Officials/Employees in the Ministry of Finance schere, requires all officials/employees of at least category III/a or officials/employees connected to public service to submit a Personal Tax Report and Asset Register.
Untuk menguji kebenaran pelaporan dan perolehan atau kepemilikan harta secara wajar dilakukan eksaminasi atas LP2P dan DHK yang telah disampaikan. Selama tahun 2011 telah dilakukan kegiatan eksaminasi terhadap 50 pegawai, dan tahun 2012 telah dilakukan kegiatan eksaminasi terhadap 90pegawai.
To test the accuracy of reports and acquisition or ownership of wealth reasonably, examination of Personal Tax Reports and Asset Registers submitted was undertaken. In 2011, examination of 50 employees was undertaken, while in 2012 some 90 employees were examined.
6. MoU Kementerian Keuangan dengan Instansi Penegak Hukum
6. Ministry of Finance MoU with Law Enforcement Agencies
Untuk mewujudkan kerjasama dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, Kementerian Keuangan telah menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan instansi-instansi penegak hukum (Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI), yaitu :
To achieve partnership in eradicating corruption and law enforcement, the Ministry of Finance has signed Memorandum of Understanding/ MoU with Law Enforcement Agencies (Republic of Indonesia National Police and Republic of Indonesia Attornies), namely:
a) MoU antara Kementerian Keuangan dengan Kepolisian Negara RI pada tanggal 8 Maret 2012 ; b) MoU antara Kementerian Keuangan dengan Kejaksaan RI pada tanggal 5 April 2012.
a) MoU between the Ministry of Finance and Republic of Indonesia National Police on 8 March 2012; b) MoU between the Ministry of Finance and Republic of Indonesia Attornies on 5 April 2012.
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
89
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi, Itjen sebagai unit pengawas semua unsur di lingkungan Kementerian Keuangan juga telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan KPK dan PPATK, yaitu :
With the aim of corruption eradication and prevention, the Inspectorate General as the supervisory unit for all elements in the Ministry of Finance sphere has also signed MoU with the Corruption Eradication Committee (KPK) and the Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Center (PPATK), namely:
a) MoU antara Itjen dengan KPK pada tanggal 18 Februari 2005;
a) MoU between the Inspectorate General and KPKon 18 February 2005;
b) MoU antara Itjen dengan PPATK pada tanggal 12 Januari 2007.
b) MoU between the Inspectorate General and PPATKon 12 January 2007.
Bidang
7. Optimizing the role of the Field Investigation Inspectorate
Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) merupakan unit investigasi pada Itjen yang dibentuk sebagai upaya penegakan disiplin di lingkungan Kementerian Keuangan.Selama tahun 2012, IBI melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan korupsi, pengumpulan bahan dan keterangan (PULBAKET),eksaminasi harta kekayaan, pelaksanaan audit investigasi, serta kegiatan terkait lainnya.
The Field Investigation Inspectorate (IBI) is an investigation unit of the Inspectorate General, which was formed as an effort to enforce discipline in the Ministry of Finance sphere. For the duration of 2012, IBI undertook corruption eradication socialization activities, collection of materials and information, examination of assets, implementation of audit investigations, and other related activities.
Untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan investigasi agar dapat diproses secara hukum, Itjen telah melakukan pelimpahan kasus hasil pemeriksaan investigasi kepada instansi penegak hukum (Kepolisian Negara RI dan Komisi Pemberantas Korupsi) karena adanya unsur tindak pidana korupsi. Itjen telah melimpahkan kasus kepada instansi penegak hukum sebanyak lima kasus pada tahun 2011, dan tiga kasus pada tahun 2012.
To further the investigation results to be processed under law, the Inspectorate General undertook devolution of cases resulting from investigations to law enforcement agencies (national police and the Corruption Eradication Committee) because of the criminal element of corruption.The Inspectorate General devolved five cases to the law enforcement agencies in 2011, and threein 2012.
7. Optimalisasi Investigasi
peran
Inspektorat
8. Penjatuhan hukuman disiplin Sebagai bentuk tindakan penegakan disiplin dan upaya pembinaan pegawai, sejumlah pegawai telah dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Hukuman disiplin dijatuhkan karena pegawai yang bersangkutan terbukti bersalah melakukan penyimpangan dan atau penyalahgunaan wewenang terkait tugas dan jabatannya. Selain itu, penjatuhan hukuman disiplin telah pula dilakukan terhadap pegawai yang telah melakukan tindakan indisipliner terkait tata tertib jam kerja (kehadiran) sebagaimana ditetapkan dalam PMK Nomor 41/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin
90
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
8. Imposition of disciplinary sanctions As a sign of action of enforcement of discipline and an effort to develop employees, a number of employees had disciplinary sanctions imposed, in accordance with Government Regulation Number 53, 2010 on Civil Servant Discipline. Disciplinary sanctions are imposed after the relevant employee is proven guilty of a deviation and/or misuse of authority related to their role and position. Other than that, disciplinary sanctions are also imposed on employees who have faced disciplinary action in observing working hours (absence), as defined in Finance Minister Regulation (PMK) Number 41/PMK.01/2011 on Establishing Discipline in Relation to the Provision of Special State Funded Development Allowance for Cicil Servants in
dalam Kaitannya dengan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan, serta pelanggaran atas peraturan terkait kepegawaian lainnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan investigasi, terdapat 137 pegawai yang direkomendasikan untuk mendapatkan hukuman disiplin selama kurun waktu 2011 dan 2012. Dari jumlah itu, sebanyak 75 pegawai telah dijatuhi hukuman disiplin. Penjatuhan hukuman disiplin secara terperinci disajikan sebagai berikut.
the Ministry of Finance Sphere, and violation of other employment related regulations.
Based on investigation results, 137 employees were recommended for disciplinary sanctions during the 2011 and 2012 period. From this total, 75 employees had disciplinary sanctions imposed. Details of the disciplinary actions imposed are as shown below.
Tabel 3.3. Hukuman Disiplin Pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2011 dan 2012 Table 3.3. Employee Disciplinary Action in the Ministry of Finance Sphere 2011 and 2012
Tahun Year
Hukdis Berat Heavy Sanctions Rek/Rec
TL /Imp
Hukdis Sedang Medium Sanctions Rek/Rec
TL /Imp
Hukdis Ringan Light Sanctions Rek/Rec
Jumlah Total
TL /Imp
Rek/Rec
TL /Imp
Blm TL 36
2011
47
27
29
18
35
30
111
75
2012
12
0
7
0
7
0
26
0
26
Jumlah Number
59
27
36
18
42
30
137
75
62
Sumber : Itjen
Source: Inspectorate General t3FD3FDPNNFOEFEGPSEJTDJQMJOBSZTBODUJPOT t*NQEJTDJQMJOBSZTBODUJPOTJNQPTFE
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
91
92
Satu hal penting lainnya terkait pengelolaan SDM adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja pegawai. Tingginya kepuasan kerja pegawai diharapkan dapat berimplikasi secara positif baik terhadap produktivitas pegawai itu sendiri maupun organisasi secara keseluruhan.
Another important point related to human resource management is job satisfaction. It is believed that job satisfaction can support and influence employee spirits. High employee job satisfaction is hoped to have a positive implication on employee productivity itself, as well as the organization as a whole.
Kementerian Keuangan memberi perhatian lebih akan hal kepuasan kerja. Untuk mengetahui sejauh mana kepuasan serta ekspektasi yang dirasakan oleh pegawai Kementerian Keuangan atas kondisi Tata Kelola SDM dan Organisasi Kementerian Keuangan, selama Oktober hingga November 2012 telah dilakukan Survei Kepuasan Pegawai secara online dengan jumlah responden sebanyak 38.894. Selain itu dilakukan pula in depth interview pada 10 orang responden terpilih dari 5 kota besar yaitu: Medan, Balikpapan, Makassar, Surabaya, dan Batam.
The Ministry of Finance pays particular attention to the issue of job satisfaction.In order to discover how far satisfaction and expectations are felt by Ministry of Finance employees regarding human resource management conditions and Ministry of Finance organization, from October to November 2012 an online Employee Satisfaction Survey was undertaken, with 38,894 respondants.In addition, in depth interviews were carried out for 10 respondants chosen fromfive major cities, namely: Medan, Balikpapan, Makassar, Surabaya, and Batam. The
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Hasil survei ini dapat memberikan umpan balik dan masukan untuk peningkatan kepuasan kerja SDM di lingkungan Kementerian Keuangan.
results of these surveys provided feedback and input to increase job satisfaction of human resources in the Ministry of Finance sphere.
Dari hasil survei kepuasan pegawai tersebut, dengan menggunakan skala likert 1–5, diperoleh indeks kepuasan pegawai Kementerian Keuangan sebesar 3,39 (dari target sebesar 3,04) atau dalam kategori “Puas”. Perincian nilai indeks hasil survei kepuasan pegawai disajikan per unit Eselon I dapat dilihat pada Grafik 3.4.
From the results of these employee satisfaction surveys, using the likert 1–5 scale, a Ministry of Finance employee satisfaction index of 3.39 was obtained (from a target ofr 3.04), or in the category of “Satisfied”. Details of the employee satisfaction survey index value results per Echelon I unit can be seen in Figure 3.4.
Graphic 3.4 Nilai Indeks Kepuasan Pegawai tahun 2012 Figure 3.4. Index Value of Employee Satisfaction 2012 3,6
3,53
3,52
3,5
3,44
3,42
3,39
3,4
3,38 3,33
3,32 3,3
3,21
3,25 3,18
3,2
3,19
3,13
3,1 3 2.9
u nce n eral en eral DJA dget DJP f Tax JBC xcise JPB asury KN ssets JPK lance JPU ment -LK ions cy KF oard PPK ency D re DN e A D ge am itut en B es B B Ag D dE D l Ba nkef Fina Itjee Gen Setj y Gen lo Bu e t a n fT of a o era ng ep al Inst ry Ag Polici an sa Sta tar rat isc en p ral ini Kemistry f al o M m F r a G a o o t i l r o f cre s cto e ne l B c i t e n Mi
Ins
pe
Se
D
Sumber : Itjen
ra cto ire
Ge te
Dir
o ra ect
t
a tor rec
Ge te
ra ne
l of
Cu
s
Di
a tor rec
n Ge te
ate tor rec
Di
Di
Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur indeks kepuasan pegawai adalah hal-hal terkait dengan: pekerjaan, imbalan, pengembangan kompetensi/skill pegawai, mutasi/rotasi pegawai, supervisi, dan rekan kerja. Nilai indeks kepuasan pegawai berdasarkan variabel yang diteliti dapat dilihat pada Grafik 3.5.
era
n Ge
Dir
o ect
era
en eG rat
lo
Di
a tor rec
Ge te
ra ne
l of
Ca
b
De
a pit
n v ina per d F Su
c Fis
e ar k lM
n ta
an
Fin
a
l cia
on
Ed
ti uca
dT
an
Source: Inspectorate General
Variables used to measure the employee satisfaction indexwere the following linked points: work, rewards, employee skill/ competence development, employee rolling/ rotation, supervision, and co-workers. Employee satisfaction index values based on the investigated variables can be seen in Figure 3.5.
Bab 03 | Sumber Daya Manusia Chapter 03 | Human Resources
93
Graphic 3.5 Nilai Indeks Per Variabel Figure 3.5.Index Value Per Variable
3.44
Pekerjaan work 3.12
Imbalan Reward Pengembangan Kompentensi/Skill Pegawai Employees’ competence/skill development
3.19
Mutasi/Rotasi Pegawai Employees’ mutation/rotation
2.88 3.56
Supervisi Supervision
3.66
Rekan Kerja Colleagues 2.00
2.20
2.40
Sumber : Hasil Pengolahan Data
94
2.60
2.80
3.00
3.20
3.40
3.60
3.80
Sources: Data Processing Results
Dilihat dari nilai indeks per variabel penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel mutasi/rotasi memiliki nilai yang relatif rendah bila dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya, yaitu sebesar 2,88. Terkait ketidakpuasan pegawai pada mutasi/ rotasi, beberapa responden menyebutkan bahwa tidak berjalannya pola mutasi dapat menimbulkan efek negatif ketika seorang pejabat menduduki suatu posisi terlalu lama. Mutasi hendaknya mempertimbangkan pengembangan kompetensi pegawai sehingga dapat mencegah demotivasi pegawai. Selain itu, rotasi antar bagian juga diperlukan oleh para pegawai untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh terhadap tugas dan fungsi unit kerja.
From the research of index value per variable, it can be concluded that the variable of rolling/rotation has a relatively low value in comparison with the other variables, namely of 2.88. Related to the employee dissatisfaction towards rolling/rotation, several respondents stated that ineffectiveness of the rolling system caused a negative effect when an official stayed in a position for too long. Rolling should balance development of employee competence to prevent employee demotivation. Furthermore, rotation between sections is also necessary for employees to gain holistic understanding of the tasks and functions of the work unit.
Dari hasil in depth interview, diperoleh beberapa masukan, meliputi: perlunya kejelasan pola mutasi pegawai, pentingnya kenaikan tunjangan disesuaikan dengan tingkat inflasi dan disesuaikan dengan tingkat biaya hidup masing-masing daerah penempatan, serta perlu adanya percepatan proses penyebaran informasi dari pusat.
From the results of thein-depth interviews, several inputs were obtained, covering: the necessity for information on the employee rolling system; the importance of increases in rewards to fit the rate of inflation and adjustment to the cost of living in each placement area, and the need for an increase in speed of the process of dissemination of information from the centre.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Dampu Gunung/ Engklek / Sudamanda Permainan dampu digambar di atas tanah, membentuk diagram gambar yang terdiri dari beberapa blok, masing-masing blok mengandung makna: gunung, rumah, dan tangga. Dampu berasal dari kata Melayu, yaitu panggilan kehormatan pada seseorang, atau kata dampu berasal dari kata di + ampu, atau diampu yang berarti angkat, para pemain mengangkat sebelah kakinya meIoncat dari satu blok ke blok lain. Permainan ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melangkah dan meniti blok. Dampu game drawn on the ground, forming a picture diagram consists of several blocks, each block contains the meaning: the mountains, houses, and stairs. Dampu derived from the Malay word, which calls on one's honor, or is derived from the word di + ampu, or diampu which means lift, the players lifted his legs and jumping from one block to another block. This game takes accuracy and prudent in moving and pursue blocks.
BAB
CHAPTER
04
Perumusan Kebijakan Fiskal Fiscal Policies Formulation Pengelolaan Keuangan Negara State Financial Management Pengelolaan Kekayaan Negara State Assets Management Pengawasan Pasar Modal Dan Lembaga Keuanga Supervision of Capital Market and Financial Institutions
Analisis Kinerja Performance Analysis
PERUMUSAN KEBIJAKAN FISKAL FISCAL POLICY FORMULATION
100
KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA
GOVERNMENT REVENUES POLICY
Arah kebijakan pendapatan negara pada tahun 2012 dirumuskan dalam kerangka kebijakan fiskal terkait pemberian insentif dan/atau disinsentif di bidang perpajakan yang bertujuan untuk:
The direction of the Government Revenues policy in 2012 was formulated in fiscal policy framework related to the provision of incentives and/or disincentives in the tax sector, aimed at:
(i) Optimalisasi pendapatan negara; (ii) Melakukan pengendalian harga pangan pokok; (iii) Meningkatkan investasi dan menggerakkan sektor riil; (iv) Meningkatkan daya saing produk dalam negeri; (v) Memulihkan injury industri dalam negeri karena adanya perdagangan yang tidak fair.
(i) Optimizing revenues; (ii) Controlling staple food prices; (iii) Increasing investment and driving the real sector; (iv) Increasing competitiveness of domestic products; (v) Recovering domestic industrial injury due to unfair trading.
Kebijakan-kebijakan tersebut dituangkan ke dalam program-program perumusan kebijakan fiskal, yaitu:
These policies were mentioned in the programs of fiscal policy formulation, including:
a. Optimalisasi penerimaan perpajakan dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB), melalui
a. Optimization of Tax Revenues and Non-Tax Revenues (PNBP), through policies related to tax
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
b.
c.
d.
e.
f.
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kebijakan perpajakan (pajak, bea masuk, bea keluar, cukai) dan PNBP; Stabilisasi harga pangan pokok dilaksanakan melalui kebijakan fiskal dalam kerangka pengendalian harga pangan pokok. Hal ini dilaksanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau; Peningkatan investasi untuk lebih menggerakkan sektor riil dilaksanakan dengan beberapa cara. Misalnya dengan menerbitkan kebijakan untuk mendukung peningkatan investasi seperti pemberian fasilitas atau keringanan perpajakan bagi Wajib Pajak yang melakukan investasi baru maupun perluasan usaha; Peningkatan daya saing produk dalam negeri dilaksanakan melalui perubahan sistem klasifikasi barang dan pembebanan tarif bea masuk impor. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri; Peningkatan perdagangan dilaksanakan dengan cara memperluas akses pasar melalui skemaskema perjanjian perdagangan internasional, termasuk kerjasama-kerjasama tarif preferensi. Upaya ini dilakukan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait dengan perjanjian-perjanjian perdagangan internasional (free trade area). Penetapan tarif bea masuk antidumping dan pengamanan atas sejumlah produk. Langkah ini ditujukan untuk memulihkan industri dalam negeri karena terjadi unfair trade dan ketidakseimbangan perdagangan yang dilakukan oleh satu atau sejumlah negara. Kementerian Keuangan menerbitkan PMK pengenaan Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.
policies (tax, import tax, export tax, excise) and Non-Tax Revenues (PNBP). b. Stabilisation of staple food prices implemented through fiscal policies in the framework of controlling staple food prices. It is implemented to fulfill people’s needs at an affordable price. c. Increase of investment to encourage the real sector implemented in various ways. For instance, by issuing a policy to support investment increase such as tax relief for Tax Payers who make new investments or business expansion. d. Increase of domestic products competitiveness through a change of goods classification and imposition of import tariff. This is aimed at increasing domestic products’ competitiveness.
e. Increase of trade by expanding market access through international trade agreements, including tariff preferences cooperation. It is executed by the issuance of Regulations of the Minister of Finance related to the international trade agreements (Free Trade Area).
f.
Stipulation of antidumping import tariff and security of a number of products. It is aimed at recovering domestic industry due to unfair and imbalanced trade committed by one or a number of countries. The Ministry of Finance has issued a regulation on Antidumping Import Tax and Security Efforts Import Tax.
Sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan, output yang dihasilkan oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara pada tahun 2012 sebanyak 45 buah PMK.
According to the stipulated work plan, in 2012, the Government Revenues Policies Centre produced 45 Regulations of the Minister of Finance, as follow:
KEBIJAKAN APBN
STATE BUDGET POLICIES
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Presiden memberi kuasa kepada Menteri Keuangan untuk bertindak selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Sebagai pengelola fiskal, salah satu tugas Kementerian Keuangan adalah menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi
Under Law No. 17/2003 on State Finance, the Minister of Finance shall be empowered by the President to act as the fiscal manager and the government representative in the possession of separated state assets. As the fiscal manager, one of the Ministry of Finance’s tasks shall be to prepare fiscal policies and macro economic framework. The Ministry of Finance
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
101
102
makro. Kementerian Keuangan juga bertugas menyusun RAPBN dan RAPBN perubahan (RAPBN-P), serta tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan UU.
shall also have the task to prepare the State Budget Draft and the State Budget Revised Draft, and other tasks in the fiscal management sector as stipulated in the Law.
Secara substansi, kerangka ekonomi makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) disusun dengan berlandaskan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Hal tersebut merupakan perwujudan dari visi, misi, dan program kerja pemerintah setiap tahun dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). PPKF menjabarkan arah kebijakan fiskal untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Substantially, the macro economic framework and Fiscal Policies Principals are arranged based on the Government’s Work Plan (RKP). It is a manifestation of the government’s vision, mission, and annual work plan and contained in the Medium-Term Development Plan (IDRJM). The Government’s Work Plan shall elaborate the fiscal policy direction to support the achievement of the national development target.
Pada tahun 2012, tema RKP 2012 adalah “Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif dan Berkeadilan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”. Sejalan dengan itu kebijakan fiskal disusun untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi di daerah melalui beberapa langkah. Di antaranya adalah pengembangan koridor ekonomi, pembangunan infrastruktur untuk mewujudkan keterhubungan wilayah, dan memperluas program perlindungan sosial.
In 2012, the theme of the Government’s Work Plan was “Acceleration and Expansion of Inclusive and Equal Economic Growth to Increase People’s Welfare”. Along with it, the fiscal policies were arranged to support the realization of economic growth in regions through some steps, including the economic gateways development, the infrastructure development to create regional connectivities, and expansion of social protection programs.
Sehubungan dengan hal tersebut, kebijakan fiskal di tahun 2012 diarahkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan negara, meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja negara, serta mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan secara berhati-hati. Di samping itu juga untuk meningkatkan pemanfaatannya bagi kegiatankegiatan yang bersifat produktif.
In relation with it, the 2012 fiscal policies were directed to optimize sources of Government Revenues, to increase efficiency and effectiveness of the state expenditures, as well as to optimize prudent financing management. In addition, the policies were also directed to increase advantages of productive activities.
Kebijakan fiskal yang sehat, prudent, dan berkesinambungan, merupakan salah satu kunci utama kekuatan perekonomian nasional. Ada tiga fungsi utama dari APBN, yaitu mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan barang dan jasa, serta menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja perekonomian. Salah satu indikator kebijakan fiskal yang digunakan pemerintah untuk mengukur ketahanan fiskal adalah surplus/defisit APBN atau surplus/defisit anggaran. Penetapan postur APBN yang ekspansif atau kontraktif menjadi pilihan dalam mempengaruhi perekonomian nasional, khususnya pada saat terjadi kegagalan pasar (market failure).
Sound, prudent, and sustainable fiscal policies are one of the main keys in the national economic strength. There are three main functions of the State Budget, including to allocate economic sources, to distribute goods and services, and to maintain stability and acceleration of economic performance. One of the fiscal policies indicators used by the government to measure the fiscal resilience is the State Budget’s surplus/deficit or budget surplus/ deficit. The stipulation of expansive and contractive posture of the State Budget is a choice in influencing the national economy, especially in the event of a market failure.
APBN tahun 2012 bukan merupakan APBN biasa karena disusun pada saat perekonomian global masih menghadapi ketidakpastian. Perekonomian dunia, khususnya negara-negara maju, masih
The 2012 State Budget was not an ordinary State Budget as it was prepared when the global economy remained in an uncertainty. The global economy, especially in the developed countries, was
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
dibayang-bayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Keadaan perekonomian global itu dikhawatirkan berdampak pada perekonomian regional dan domestik. Kenaikan harga minyak, potensi tidak tercapainya lifting minyak dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga turut memberikan tekanan terhadap ketahanan fiskal nasional.
shadowed by a slow down in the economic growth. The condition was feared to affect both the domestic as well as the regional economy. Oil price raise, the potential of unreached oil lifting, and rupiah devaluation towards US dollar also gave pressure to the national fiscal endurance.
Untuk merespons dan mengantisipasi tekanan terhadap fiskal tersebut, pemerintah menempuh kebijakan melakukan percepatan perubahan APBN tahun 2012. Secara umum, latar belakang diajukannya rancangan APBN-P meliputi empat hal pokok, yaitu (i) penyesuaian asumsi ekonomi makro atas perkembangan perekonomian global, regional, dan domestik; (ii) perubahan kebijakan fiskal untuk menjaga kesinambungan fiskal dan stabilitas perekonomian; (iii) pergeseran antarjenis belanja dan antarkegiatan untuk meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas; dan (iv) penggunaan Sisa Anggaran Lebih (SAL) untuk mendukung kegiatan produktif yang dapat menstimulasi perekonomian.
To respond and anticipate the pressure towards the fiscal, the government took a policy to accelerate the 2012 State Budget Review. In general, the draft of the State Budget Review included four principal things: (i) adjustment of the macro economic assumptions to the development of the global, regional, and domestic economy; (ii) change of the fiscal policy to maintain sustainability between the fiscal and the economic stability; (iii) switch between the expenditures and activities to increase efficiency and accountability; (iv) use of the Remaining Budget (SAL) to support productive activities able to stimulate the economy.
Dalam APBN-P tahun 2012, pemerintah menerapkan lima langkah besar kebijakan fiskal, yaitu: pertama menjaga kesinambungan fiskal melalui pengendalian defisit anggaran dalam batas aman, pengendalian subsidi, dan peningkatan efisiensi belanja kementerian/lembaga (K/L) dan diarahkan untuk kegiatan yang lebih produktif. Kedua, melakukan counter cyclical untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap tinggi melalui peningkatan pembangunan infrastruktur. Ketiga, memanfaatkan SAL untuk kegiatan produktif dalam memberikan stimulasi perekonomian melalui pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, mitigasi bencana, dan kebutuhan mendesak lainnya. Keempat, menjaga rasio anggaran pendidikan tetap minimal 20 persen, dan kelima, mencari sumbersumber pembiayaan yang berisiko rendah, efisien, dan diarahkan untuk kegiatan yang produktif.
In the State Budget Review 2012, the government applied five major steps in the fiscal policy, including: first, to maintain fiscal sustainability by controlling the budget deficit in a safe zone, controlling the subsidy, and increasing the expenditures efficiency in ministries/institutions and to be directed into more productive activities. Second, to execute a counter cyclical to maintain momentum of a high economic growth through an increase in the infrastructure development. Third, to take advantage of the Remaining Budget (SAL) for productive activities to stimulate the economy through infrastructure development, food security, disasters mitigation, and other urgent needs. Fourth, to maintain the budget ratio for education at a minimum of 20 percent, and fifth, to seek low-risk, efficient financing sources, directed for productive activities.
Kementerian Keuangan juga telah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif lainnya dalam menghadapi kondisi perekonomian global tahun 2012. Langkah-langkah tersebut antara lain penyusunan crisis management protocol (CMP), pembentukan bond stabilization framework (BSF), dan melakukan kerjasama internasional penanganan krisis. Pemerintah juga memiliki otoritas untuk menangani krisis melalui pasal mitigasi krisis dalam UU APBN tahun 2012, khususnya Pasal 40, 41, dan 43.
The Ministry of Finance also prepared other anticipative steps to face the global economic condition in 2012. The steps included preparation of a Crisis Management Protocol (CMP), establishment of a Bond Stabilization Framework (BSF), and setting up of international cooperation in crisis management. The government also had an authority to handle a crisis through the articles on crisis mitigation in Law on 2012 State Budget, especially Articles 40, 41, and 43.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
103
104
Dengan berbagai langkah responsif dan antisipatif tersebut, realisasi defisit anggaran tahun 2012 mencapai 1,77 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh lebih rendah dari targetnya dalam APBN-P 2012 sebesar 2,23 persen terhadap PDB. Namun demikian, untuk pertama kalinya realisasi keseimbangan primer dalam posisi negatif. Hal ini merupakan sinyal perlunya peningkatan kewaspadaan dalam menjaga kesinambungan fiskal. Salah satu faktor yang menyebabkannya kewaspadaan ini adalah tingginya realisasi subsidi energi akibat kegagalan dalam upaya pengendalian konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan batalnya kenaikan harga BBM dalam negeri.
Thanks to the responsive and anticipative steps, the realization of budget deficit in 2012 was 1.77 percent to the Gross Domestic Product. However, for the first time, the realization of the primary balance was in a negative position. This was a signal of the need of increasing awareness in maintaining the fiscal sustainability. One of the factors that caused the awareness was the high realization of the energy subsidy as a result of the failure to control fuel consumption and the cancelled raise of domestic oil price.
Selain berdasarkan perkembangan perekonomian makro serta prioritas dan sasaran pembangunan, perumusan kebijakan fiskal juga memperhatikan berbagai rekomendasi dari hasil kajian dan analisis di bidang fiskal. Beberapa kajian yang dilaksanakan selama tahun 2012 untuk mendukung perumusan kebijakan fiskal antara lain: kajian teoretis fiscal space dan penyusunan model kebutuhan fiscal space terhadap pembangunan infrastruktur; antisipasi dan mitigasi krisis fiskal melalui pengembangan crisis management protocol (CNP) fiskal; desain subsidi tepat sasaran; pengaturan batas kumulatif defisit APBD; rekomendasi, pemantauan, evaluasi efektivitas dan kesesuaian alokasi Dana Alokasi Umum (DAU).
Apart from the macro economic development, and the development priorities and targets, the formulation of the fiscal policies also took various recommendations from assessment results and fiscal analysis into consideration. Some assessments made in 2012 to support the formulation of the fiscal policies included: a theoretical assessment on the fiscal space and the preparation of fiscal space model towards the infrastructure development; anticipation and mitigation of the fiscal crisis through the development of the fiscal Crisis Management Protocol; a subsidy design that is right on target; arrangement of the Regional Budget deficit accumulative limit; recommendation, observation, evaluation of the General Allocation Fund (DAU) effectiveness and suitability.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO
MACRO ECONOMIC POLICY
Berbagai hal yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi makro Indonesia dirumuskan oleh Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM), yang merupakan bagian dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. PKEM memiliki sejumlah tugas, di antaranya melaksanakan pemantauan dini perkembangan ekonomi makro, analisis kebijakan dan perumusan rekomendasi kebijakan ekonomi makro.
A variety of things related to the Indonesian macroeconomic policy were formulated by the Macro Economic Policy Centre, a part of the Fiscal Policy Agency of the Ministry of Finance. The Centre had a number of tasks, among others, to implement an early observation of the macroeconomic development, policy analysis, and formulation of a recommendation on the macroeconomic policy.
Dalam melaksanakan menyelenggarakan fungsi:
PKEM
In implementing its tasks, the Macro Economic Policy Centre has the following functions:
a. Memantau secara dini dan menganalisis perkembangan ekonomi yang berpotensi berdampak terhadap APBN dan perekonomian nasional;
a. To observe early and to analyse the economic development potential to affect the State Budget and the national economy;
tugasnya,
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
b. Merumuskan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; c. Menyusun proyeksi asumsi dasar ekonomi makro sebagai dasar perhitungan Nota Keuangan dan RAPBN; d. Menyusun bahan Nota Keuangan dan RAPBN, laporan semester I dan prognosa semester II pelaksanaan APBN, RAPBN Perubahan, bahan Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban Pemerintah atas pertanyaan DPR dan DPD, jawaban pertanyaan dan bahan konsultasi dengan Lembaga Internasional dan Regional di bidang ekonomi makro;
e. Menganalisis sektor riil, fiskal, moneter dan lembaga keuangan; f. Menyusun rancangan KMK tentang penetapan nilai tukar sebagai dasar perhitungan pajak dan bea masuk atas barang dan jasa; g. Mempersiapkan bahan koordinasi penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, hubungan investor dan stabilisasi sektor keuangan; h. Mengembangkan model analisis ekonomi makro; i. Mengembangkan aplikasi dan pengelolaan basis data ekonomi makro; j. Merencanakan program pengkajian, diseminasi dan publikasi hasil kajian; dan
b. To formulate outline of the fiscal policy and framework of the macro economy; c. To prepare a projection of the macro economic basic assumption as a calculation basic for the Financial Statement and the State Budget Draft; d. To prepare materials for the Financial Statement and the State Budget Draft, semester I report and semester II prognosis of the implementation of the State Budget, the State Budget Review Draft, the Presidential speech and speech attachments, the government’s answers to questions of the House of Representatives and the Regional Representatives Board, answers to questions and consultation from international and regional institutions in the macro economic sector; e. To analyse the real, fiscal, monetary sector and the financial institution; f. To prepare draft of the decree of the Minister of Finance on the exchange rate as a basis for tax and import duties of goods and service calculation; g. To prepare coordination materials of targets, observation, and inflation controlling, investors relations and the financial sector stabilization; h. To develop a model of macro economic analysis; i.
k. Melaksanakan tata kelola pusat.
To develop an application and management of the macro economic data basis; j. To plan an assessment, dissemination, and publication program of the assessment result; and k. To implement the central governance.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN RISIKO FISKAL
FISCAL RISK MANAGEMENT POLICY
Ketika melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan rakyatnya, sebuah negara akan selalu berhubungan dengan pengelolaan fiskal. Namun dalam pelaksanaannya, negara akan selalu menghadapi kerentanan fiskal jika gagal melaksanakan koordinasi kebijakan fiskal secara keseluruhan. Salah satu indikasi kerentanan fiskal akibat kegagalan koordinasi pemerintah adalah adanya risiko ketidakpastian dalam pelaksanaan kebijakan fiskal. Padahal kebijakan fiskal memiliki tiga peran penting yaitu : alokasi anggaran, distribusi pendapatan subsidi dan stabilisasi ekonomi. Ketiganya memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan perekonomian nasional.
In the development for the people’s welfare, a country will always relate to fiscal management. However, in the implementation, the country will always face a fiscal vulnerability if it fails to coordinate the fiscal policy comprehensively. One of the indicators of the fiscal vulnerability as a result of the government’s coordination failure is the risk of uncertainty in the implementation of the fiscal policy. Wheras the fiscal policy has three important roles, including: budget allocation, distribution of subsidy revenues, and economic stabilization. These three roles are important in the national economic management.
Perkembangan perekonomian lokal, regional maupun global sangat cepat berubah. Berbagai
The economic development, both local, regional, as well as global, is very fast. Various pressures
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
105
106
tekanan terhadap perekonomian, baik berasal dari internal maupun eksternal akan berpengaruh secara signifikan terhadap APBN. Pemerintah harus mengelola fiskal agar tercapai ketahanan fiskal, sehingga dapat menjaga kesinambungan fiskal. Kesinambungan fiskal akan terbentuk jika pemerintah dapat menjaga defisit anggaran maksimum sebesar 3 persen dari PDB dan pinjaman pemerintah maksimum sebesar 60 persen dari PDB.
towards the economy, both internally as well as externally, will significantly affect the State Budget. The government must manage the fiscal to achieve a fiscal resilience, so that it can maintain a fiscal sustainability. The fiscal sustainability will be formed if the government can maintain a budget deficit of maximum three percent of the Gross Domestic Product (GDP) and a government loan of maximum 60 percent of the Gross Domestic Product (GDP).
Persoalan menjaga kesinambungan fiskal dan ketahanan fiskal merupakan manajemen pengendalian dan pengelolaan risiko fiskal. Definisi risiko fiskal dalam beberapa referensi berbeda-beda, tetapi ada beberapa kesamaan pendapat secara garis besar. Risiko fiskal pertama dapat didefinisikan sebagai tingginya ketidakpastian kondisi makro ekonomi seperti volatilitas harga minyak internasional dan nilai tukar rupiah. Perubahan ini secara signifikan akan mempengaruhi postur APBN baik pada sisi pendapatan negara, belanja negara maupun pembiayaan atas membengkaknya defisit. Definisi kedua risiko fiskal adalah meningkatnya kewajiban kontijensi pemerintah yang antara lain disebabkan oleh perluasan peran pemerintah.
Maintaining fiscal sustainability and resilience is a matter of control management and fiscal risk management. The definition of fiscal risk in some references varies, yet there are some similar opinions in general. The first fiscal risk can be defined as the high uncertainty of the macro economic condition such as the volatility of the international oil price and rupiah exchange rate. The change will significantly affect the State Budget posture both the revenues, the expenditures as well as the financing of the swallowing deficit. The second definition of the fiscal risk is the increase of the government’s contingency obligation which is among others caused by the expansion of the government’s roles.
Seiring dengan tuntutan perbaikan ekonomi Indonesia pascakrisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998, pemerintah melakukan program percepatan pembangunan khususnya di bidang infrastruktur. Keterbatasan kemampuan APBN menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan program ini. Mengingat program percepatan pembangunan membutuhkan modal yang sangat besar. Salah satu solusi dalam mengatasi hambatan adalah dengan menjalin kerjasama antara pemerintah dengan swasta (public private partnership). Untuk menjembatani hubungan antara pemerintah dan swasta serta kehati-hatian dalam pengelolaan keuangan negara, pada tahun 2005 melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 518/KMK.01/2005 dibentuklah Komite Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur (KPRPI).
In line with a demand of the Indonesian economic improvement after the economic crisis in 19971998, the government accelerates the development, in particular the infrastructure sector. The limited capacity of the State Budget was the main constraint in the program implementation. As the development acceleration program requires a huge capital, one of the solutions is to set up cooperation between the government and the private sector (public private partnership). To bridge cooperation between the government and the private sector as well as prudence in the state financial management, the Committee of Risk Management on the Infrastruture Provision (KPIDRI) was set up in 2005 through Decree of the Minister of Finance Number 518/KMK.01/2005.
Perkembangan perekonomian terjadi begitu cepat dan pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat sangat luas dan bervariasi. Di sisi lain, APBN terbatas untuk dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat sehingga diperlukan prioritas. Apabila prioritas tersebut telah dilaksanakan, tetapi APBN belum memenuhi hajat negara seperti dimaksud,
There has been a fast economic development, and extensive and varied needs of the people. On the other hand, the State Budget is limited to fulfill all needs of the people that priorities are a must. When a certain priority has been implemented, but the State Budget has not fulfilled the state needs as mentioned, then the government must expand its
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
maka pemerintah harus melakukan perluasan peran demi kepentingan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
roles for the sake of the welfare and high economic growth.
Polackova (1998) mengemukakan, pemerintah di berbagai negara sekarang ini menghadapi risiko fiskal dan ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan periode-periode sebelumnya. Alasan utamanya adalah perubahan peran negara/pemerintah. Jika sebelumnya berperan sebagai penyedia pembiayaan (financier), peran pemerintah kemudian bergeser sebagai penjamin (guarantor) dalam penyediaan jasa-jasa dan proyek pembangunan baik secara implisit maupun eksplisit. Tugas itu akan semakin luas jika ada kesenjangan dan keterbatasan APBN untuk membantu penyediaan infrastruktur. Karena itu, dalam Nota Keuangan Tahun 2008, pemerintah memasukkan subbab risiko fiskal dalam APBN.
Polackova (1998) stated that the government in various countries is currently facing a higher fiscal risk and uncertainty compared to the previous periods. The main reason is the change of the state/government’s role. If previously, its role was a finanicer, its current role is a guarantor in providing services and development projects both implicitely as well as explicitely. The task becomes broader when there is a gap and limitation in the State Budget to help providing the infrastructure. Therefore, in the 2008 Financial Statement, the government put a sub chapter of fiscal risk in the State Budget.
Hal tersebut dimaksudkan agar tercapai hasil kestabilan fiskal yang dapat terukur. Apabila di kemudian hari terjadi ketidakpastian atau kejadian tertentu yang berdampak pada APBN, maka APBN dapat dibuat lebih fleksibel. APBN dapat menalangi dan memberikan bantalan terhadap anggaran tertentu apabila terjadi tekanan yang dapat mengguncang APBN.
It was aimed at obtaining a measurable fiscal stability. When in the future, there is an uncertainty or certain event affecting the State Budget, then the State Budget could be made more flexible. The State Budget could first bail certain budgets upon pressures that might affect the State Budget.
Untuk memantau risiko-risiko fiskal, Kementerian Keuangan membentuk Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal (PPRF) unit Pengelolaan Risiko Fiskal yang berada di bawah BKF. Pembentukan unit ini berdasarkan PMK Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. Tugas PPRF adalah melakukan analisis, perumusan rekomendasi, dan evaluasi pengelolaan risiko ekonomi, keuangan, sosial, BUMN, dan dukungan pemerintah.
To observe the fiscal risks, the Ministry of Finance has set up a Fiscal Risk Management Centre, a unit of fiscal risk management under the Fiscal Policy Agency. The unit was set up under the Regulation of the Minister of Finance Number 184/PMK.01/2010 on the Organization and Work Procedures of the Ministry of Finance. Its tasks include to analyse, to formulate recommendations, and to evaluate economic, financial, social, state-owned enterprises, and the government’s risk management.
PPRF juga menentukan sumber risiko fiskal dan menjalankan mitigasi risiko fiskal berkelanjutan. Risiko fiskal yang diungkapkan dalam Nota Keuangan Negara dan APBN dapat dirinci sebagai berikut.
The Fiscal Risk Management Centre also determines the fiscal risk sources and implements the fiscal risk mitigation to realize sustainable fiscal. The fiscal risk as disclosed in the State Financial Statement can be detailed as follows:
1. Sensitivitas Asumsi Ekonomi Makro Dalam penyusunan APBN, indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi serta tingkat inflasi. Jika mengacu kepada standar akuntansi internasional (IAS 37.10), kewajiban kontijensi didefinisikan sebagai kewajiban yang mungkin timbul dan bergantung kepada
1. Sensitivity of Macro Economic Assumptions In preparing the State Budget, macro economic indicators used as a setting basis is the economic growth and the inflation rate. Referring to the international accountancy standard (IAS 37.10), the contingency obligation is defined as a possible obligation that depends on uncertain future events. For instance, the three-month
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
107
108
suatu peristiwa yang tidak pasti pada masa mendatang. Misalnya saja tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP), dan lifting minyak.
interest rate of Bank Indonesia Certificate, the exchange rate, the Indonesian Crude Oil Price, and the oil lifting.
2. Risiko Utang Pemerintah Salah satu aspek pengelolaan risiko fiskal adalah pengelolaan risiko utang pemerintah. Risiko yang dihadapi dalam pengelolaan risiko utang pemerintah dapat muncul dari lingkungan eksternal maupun internal organisasi pengelola utang. Risiko dimaksud antara lain (1) risiko keuangan yang terdiri dari risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko refinancing, serta (2) risiko operasional.
2. The Government’s Debt Risk One of the aspects of fiscal risk management is the management of the government’s debt risk. Risks faced in managing the government’s debt risk may be both externally as well as internally from the debt managing organization. Risks mentioned include (1) financial risk, that is the interest rate and the refinancing risk, and (2) operational risk.
3. Proyek Pembangunan Infrastruktur Cadangan anggaran risiko fiskal adalah besaran anggaran belanja yang harus disediakan pemerintah sebagai cadangan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan ekonomi yang terjadi. Tujuannya untuk mengukur dan memantau penyerapan cadangan risiko fiskal serta mengukur ketepatan proyeksi anggaran risiko fiskal. Cadangan anggaran risiko fiskal yang digunakan terdiri dari dua komponen, yaitu cadangan asumsi makro dan cadangan land capping (jaminan pemerintah atas kenaikan harga tanah).
3. Infrastructure Development Project The budget reserve of fiscal risk is the amount of the expenditures budget that the government must provide as a reserve to anticipate economic changes. This aims to measure and observe the absorption of the fiscal risk reserve as well as to measure the accuracy of the fiscal risk budget. The fiscal risk reserve used consists of two components, macro assumption reserve and landscaping reserve.
Risiko fiskal yang terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur berasal dari dukungan/jaminan yang diberikan oleh pemerintah terhadap beberapa proyek, yaitu proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 megawatt (MW), proyek pembangunan jalan tol trans Jawa, proyek pembangunan jalan tol Jakarta outer ring road II (JORR II), dan proyek pembangunan monorail Jakarta, surat jaminan kelayakan usaha (SJKU) dan SJPP untuk proyek kemitraan swasta dan pemerintah. PPRF melakukan kajian sumber risiko fiskal ketika ada penjaminan dari pemerintah terhadap penugasan proyek infrastruktur yang dilaksanakan oleh PT PII, PT SMI, IIF dan PIP.
Fiscal risk related to infrastructure development projects comes from the support/guarantee provided by the government towards some projects, including the acceleration project of 10,000-MW power plant construction, the construction project of Jakarta Outer Ring Road II (JORR II), and the construction project of Jakarta monorail, as well as the Business Feasibility Guarantee Letter (SJKU) and SJPP for partnership projects between the private sector and the government. PPRF assesses the sources of fiscal risks when there is a guarantee from the government to the assignment of the infrastructure projects executed by PT PII, PT SMI, IIF dan PIP.
4. Risiko Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perubahan nilai tukar, tingkat suku bunga, dan harga minyak mentah berdampak pada kinerja keuangan BUMN, sehingga tidak tertutup kemungkinan akan mempengaruhi
4. State-Owned Enterprises Risk Changes in the exchange rate, the interest rate, and the crude oil price may affect performance of state-owned enterprises’ finance, that it may possibly affect their contribution to the State
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
kontribusinya terhadap APBN. Penurunan kontribusi ini merupakan bagian dari risiko fiskal yang bersumber dari BUMN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan tersebut, pemerintah telah melakukan pengujian sensitivitas atau macro stress test dengan menggunakan beberapa indikator risiko fiskal yang meliputi (1) kontribusi bersih BUMN terhadap APBN, (2) utang bersih BUMN, dan (3) kebutuhan pembiayaan bruto BUMN. Simulasi ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengidentifikasi secara dini risiko fiskal yang bersumber dari BUMN, sehingga kesinambungan APBN dapat lebih terjaga.
Budget. The decrease of the contribution is a part of the fiscal risks sourcing from the stateowned enterprises. To find out to what extent the changes, the government has examined the sensitivity or conducted a macro stress test using some fiscal risk indicators, including (1) net contribution of state-owned enterprises to the State Budget, (2) net debt of the state-owned enterprises, and (3) the need of gross financing of the state-owned enterprises. This simulation is conducted as an effort to identify early the fiscal risks sourcing from the state-owned enterprises to maintain the State Budget’s sustainability.
Macro stress test merupakan simulasi yang dilakukan dengan asumsi rupiah akan terdepresiasi terhadap dolar AS, harga minyak melonjak dan suku bunga naik. Selanjutnya perubahan ini akan mengubah parameter kinerja keuangan BUMN dan indikator risiko fiskal BUMN. Pengujian macro stress test dilakukan atas proyeksi risiko fiskal BUMN secara parsial maupun keseluruhan. Sampel pengujian meliputi beberapa BUMN nonkeuangan yang mempunyai hubungan paling signifikan dengan APBN yang mewakili sektor energi, pertambangan, telekomunikasi, pupuk, dan transportasi.
Macro stress test is a simulation conducted assuming that rupiah will be depreciated towards the US dollar, the oil price will soar, and the interest rate will rise. The changes will then change parameter of the financial performance and the fiscal risks indicators of the state-owned enterprises. The macro stress test is conducted to fiscal risks projection of the state-owned enterprises, both partially as well as comprehensively. The test samples include some non-financial state-owned enterprises having the most significant relations with the State Budget representing the energy, mining, telecommunication, fertilizer, and transportation sectors.
Sementara agar subsidi listrik berkurang dan lebih tepat sasaran, dilakukan kajian tentang Service Level Agreement (SLA) PLN. Hasilnya telah dilakukan penandatanganan kesepakatan kontrak di hadapan Wakil Presiden dengan beberapa Kementerian. Hasil kesepakatan akan menentukan suatu besaran subsidi listrik dan diharapkan terjadi penurun subsidi listrik sebesar Rp 20 triliun per tahun karena terjadi efisiensi yang cukup siginifikan.
The Service Level Agreement (SLA) of the state owned electricity company (PLN) was assessed to decrease the electricity subsidy and to be more on target. The result was the signing of a contract agreement in front of the vice president and some ministers. Under the agreement, the electricity subsidy is stipulated and it is hoped that the subsidy will decrease by IDR20 trillion per year due to the significant efficiency.
5. Sektor Keuangan Risiko fiskal yang terkait dengan sektor keuangan di antaranya bersumber dari Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). BI dan LPS dijadikan dalam satu kelompok karena sumber risikonya sama yaitu kewajiban pemerintah menyuntikkan dana jika terjadi kekurangan modal awal sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundangundangan Bank Indonesia.
5. Financial Sector Fiscal risks related to the financial sector included from Bank Indonesia and the Indonesia Deposit Insurance Corporation (LPS). Both were joined in one group as they had the same source of risks: the government’s obligation to inject funds upon a lack of early capital as required in Bank Indonesia’s legislation.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
109
110
6. Program Pensiun dan Tunjangan Hari Tua (THT) PNS dan BPJS Sumber risiko fiskal yang berasal dari Program Pensiun PNS di antaranya berasal dari pembagian beban pembayaran pensiun antara APBN dan PT Taspen. Jumlah pembayaran ini meningkat dari tahun ke tahun. Dengan terus meningkatnya beban APBN untuk pembayaran pensiun dan sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 1969, pemerintah perlu membentuk suatu dana pensiun dan menerapkan sistem fully funded dalam program pensiun PNS, yaitu pemerintah sebagai pemberi kerja bersama-sama PNS memupuk dana untuk dikelola oleh suatu Dana Pensiun sehingga pembayaran pensiun di kemudian hari tidak akan membebani APBN.
6. Pension and Old Age Benefits Program for Civil Servants and Social Guarantee Organizing Agency (BPJS) The source of fiscal risks from the Pension Program for civil servants among others comes from the distribution of pension payment load between the State Budget and PT. Taspen. The amount of payment increases from year to year. With the increasing load of the State Budget to pay pension and pursuant to Law Number 11/1969, the government has set up a pension fund and applies a fully-funded system in the pension program for civil servants, in which the government as the employer jointly collects fund with the civil servants to be managed by the Pension Fund, so that in the future, pension payment will not burden the State Budget.
Terkait dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), PPRF telah melakukan kajian dan rekomendasi terhadap penyelenggaran BPJS dimaksud. Telah disusun peraturan pelaksanaan Amanah UU SJSN dan UU BPJS yang di antaranya Perpres tentang Jaminan Kesehatan dan RPP tentang Penerima Bantuan Iuran Jamkes.
In relation to the National Social Insurance System (SJSN) and the Social Guarantee Organizing Agency (BPJS), PPRF has made an assessment and recommendation on the said Social Guarantee Organizing Agency (BPJS). An implementation regulation on the mandate of the Laws on National Social Insurance System (SJSN) and the Social Guarantee Organizing Agency (BPJS) has been set of which are a Presidential Regulation on the Health Insurance and a Government Regulation Draft on Receivers of the Health Insurance Dues Assistance.
7. Desentralisasi Fiskal Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Fiscal Decentralization The policy of fiscal decentralization is aimed at accelerating the realization of the people’s welfare through an increase of service, empowerment, and the public participation, as well as regional competitiveness by taking the democracy principles, equity, justice, distinction, and specificity of a region in the Republic of Indonesia into consideration.
Beberapa sumber risiko fiskal yang terkait dengan desentralisasi fiskal di antaranya: (a) pemekaran daerah, (b) hold harmless, dan (c) alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Pemekaran Daerah dengan penambahan daerah otonom baru memiliki dampak terhadap APBN yaitu pada (i) Dana Alokasi Umum (DAU); (ii) Dana Alokasi Khusus (DAK); dan (iii) kebutuhan pada instansi vertikal. Hold Harmless sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Some sources of fiscal risks related to fiscal decentralization include: (a) regional expansion, (b) hold harmless, and (c) Natural Resources Revenue Sharing. i. Regional expansion, addition of new autonomous regions has impacts to the State Budget, including to the (i) General Allocation Fund (DAU); (ii) Special Allocation Fund (DAK); and (iii) needs of the vertical institutions. ii. Hold harmless, Law Number 33/2004 on the Fiscal Balance between the Central and the Regional Government regulating that the
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Pusat dan Pemerintahan Daerah mengatur bahwa pemberian DAU ke daerah dilakukan berdasarkan suatu formula tertentu. Apabila perhitungan realisasi Dana Bagi Hasil suatu daerah lebih tinggi daripada alokasi, pemerintah harus mentransfer selisih dana tersebut ke daerah yang bersangkutan.
General Allocation Fund (DAU) is provided based on a certain formula. If the calculation of the Revenue Sharing realization is higher than the allocation, the government shall transfer the fund difference to the related regions.
8. Tuntutan Hukum kepada Pemerintah Tuntutan hukum kepada pemerintah akan terjadi jika kasus telah diputuskan pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan tetap. Pihak ketiga mengajukan tuntutan hukum kepada pemerintah melalui pengadilan pada kasus yang diperkarakan, dan secara final mempunyai kekuatan hukum. Pemerintah akan membayarkan tuntutan hukum tersebut melalui kewajiban kontijensi yang harus disediakan dalam APBN. PPRF memberikan suatu rekomendasi pembayaran kasus akibat kekuatan hukum itu akan dilaksanakan melalui anggaran Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) K/L yang diperkarakan.
8. Legal Demand to the Government A legal demand to the government shall take place if a case has been decided by the court and has a strong and permanent legal power. A third party shall submit a legal demand to the government through the court on a sued case, and shall financially have a legal power. The government shall pay the legal demand through a contingence obligation provided in the State Budget. PPRF shall provide a recommendation of a case payment as a result of the legal power, which shall be executed through the budget sued.
9. Keanggotaan pada Organisasi dan Lembaga Keuangan Internasional Keanggotaan Indonesia pada organisasi dan lembaga keuangan internasional dapat menimbulkan risiko fiskal terkait adanya komitmen pemerintah untuk memberikan kontribusi dan penyertaan modal kepada organisasi-organisasi atau lembaga keuangan internasional tersebut.
9. Membership in International Financial Organizations and Institutions The Indonesian membership in international financial organizations and institutions may result in related fiscal risks due to the government’s commitment to contribute and to invest in the international financial organizations.
10. Bencana Alam Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di antaranya adalah memberikan perlindungan terhadap masyarakat dari dampak bencana, pemulihan kondisi dari dampak bencana dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam APBN. Anggaran tersebut untuk kegiatan-kegiatan tahap prabencana, saat tanggap darurat bencana, dan pascabencana. Mengingat Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, probabilitas kejadian bencana yang meningkat, dan nilai kerugian akibat bencana yang besar, maka PPRF menyusun kajian tentang skema alternatif pembiayaan bencana alam dengan menggunakan skema asuransi; dan juga
10. Disasters Under Law Number 24/2007 on Disasters Management, the government’s responsibility in disasters management includes the people’s protection from the disaster impacts, recovering the condition from the disaster impacts, and allocating a budget for disasters management in the State Budget. The budget is allocated for predisaster activities, during the disaster emergency, and post-disaster. Considering that Indonesia has a geographic, geological, hydrological, and demographic condition prone to disasters, increasing probability of disasters, and a huge loss due to the disasters, PPRF has assessed an Alternative Scheme of Natural Disasters Financing Using an Insurance Scheme. PPRF has also prepared a Minister of Finance’s Regulation draft on Fiscal Endurance in Facing Disasters. The discussion on the regulation draft will continue
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
111
menyusun draf Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) Ketahanan Fiskal dalam Menghadapi Bencana. Pembahasan tentang RPMK ini akan terus dilakukan melalui rapat koordinasi dengan DJA, Bapepam LK, Ditjen Perbendaharaan, Itjen, dan Sekjen.
112
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
to be made through coordinating meetings with the Directorate General of Budget, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), the Directorate General of Treasury, the Inspectorate General, and the Secretariat General.
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA STATE FINANCE MANAGEMENT PENGELOLAAN ANGGARAN
BUDGET MANAGEMENT
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Non-Tax Revenues (PNBP)
Target dan realisasi PNBP
Target and Realization of Non-Tax Revenues
Pemerintah berkewajiban menjaga defisit APBN tidak melampaui 3 persen terhadap PDB. Untuk itu harus dilakukan langkah-langkah pengamanan di antaranya dengan meningkatkan pendapatan negara dari Rp301 trilliun pada tahun 2001 menjadi Rp1.358 trilliun pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan salah satunya disumbangkan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang pada tahun 2011 hanya ditargetkan Rp115 trilliun menjadi Rp341 trilliun pada tahun 2012.
The government had the obligation to maintain the State Budget deficit to not exceed three percent towards the Gross Domestic Product. Safety steps should be made, among others, by increasing the Government Revenues from IDR301 trillion in 2001 to IDR1,358 trillion in 2012. The revenues increase was contributed by the Non-Tax Revenues (PNBP) which in 2011 was only targeted IDR115 trillion, and raised to IDR341 trillion in 2012.
Peningkatan PNBP tersebut berasal dari kontribusi penerimaan migas sebesar 65 persen. Sementara
The increase of the Non-Tax Revenues (PNBP) came from the contribution of oil and gas revenues of
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
113
Tabel 4.1. PNBP dari Tahun ke Tahun Table 4.1. Non-Tax Revenues (PNBP) from Year to Year
350 300 250 200 150 100 50 0
2001
2002
2003 BLU
2004
2005
SDA Non Migas
2006
2007
Dividen BUMN
2008
2009
2010
PNBP Lainnya
2011
APBN-P2012
SDA Migas
Sumber : DJA
Source : Directorate General of Budget
65 percent, other sectors 23 percent, state-owned enterprises’ dividends 9 percent, and non-oil and gas Natural Resources 3 percent. In the State Budget Review 2012, the Non-Tax Revenues (PNBP) was targeted IDR341,1 trillion. Based on the report per December 31st, 2012, the Non-Tax Revenues (PNBP) realization reached IDR344,9 trillion or 101.4 percent above the 2012 Non-Tax Revenues (PNBP) target. The composition consisted of Oil and gas Natural Resources revenues in amount of IDR205,85 trillion (59.7 percent), other Non-Tax Revenues (PNBP) in amount of IDR73,21
kontribusi PNBP lainnya sebesar 23 persen, dividen BUMN sebesar 9 persen, dan Sumber Daya Alam (SDA) non-migas sebesar 3 persen. Dalam APBNP tahun 2012, PNBP ditargetkan sebesar Rp341,1 triliun. Berdasarkan laporan per 31 Desember 2012, realisasi PNBP mencapai Rp344,9 triliun atau 101,14 persen dari target APBN-P 2012. Komposisinya terdiri dari penerimaan SDA Migas sebesar Rp205,85 triliun (59,7 persen), PNBP lainnya sebesar Rp73,21 triliun (2 persen), penerimaan bagian laba BUMN sebesar Rp30,79 triliun (8,9 persen), penerimaan SDA Non Migas sebesar
Grafik 4.1. Realisasi PNBP TA 2012 berdasarkan Buku Merah hingga 31 Desember 2012 Graphic 4.1. Realization of Non Tax Revenues Fiscal Year 2012 based on the Red Book until December 31st, 2012
2012
2013
15T, 4%
23T,7% SDA Migas
73T,21
31T,9%
SDA Non Migas 206 T, 60%
21T,6%
Dividen BUMN
78T,23% 175T,53%
PNBP Lainnya BLU 34T,10% 22T,7%
Sumber : DJA
114
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Source : Directorate General of Budget
Rp20,61 triliun (6 persen), dan pendapatan Badan Layanan Umum sebesar Rp14,53 triliun (4,2 persen). Realisasi PNBP TA 2012 dan target PNBP 2013 dapat dilihat dalam Grafik 4.1.
trillion (two percent), revenues from state-owned enterprises profit in amount of IDR30,79 trillion (8.9 percent), non oil and gas Natural Resources revenues of IDR20,61 trillion (six percent), and Public Service Agencies revenues of IDR14,53 trillion (4.2 percent). Realization of Non-Tax Revenues (PNBP) Fiscal Year 2012 and the Target of Non-Tax Revenues (PNBP) Fiscal Year 2013 can be seen in graphic 4.1:
Regulasi PNBP
Non-Tax Government Revenues Regulations
Salah satu upaya penting untuk meningkatkan peranan PNBP sebagai sumber penerimaan negara adalah dengan penyempurnaan UU Nomor 20/1997 tentang PNBP. Rencana revisi UU tersebut termasuk salah satu Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2010-2014 yang telah ditetapkan oleh DPR RI berdasarkan Surat Keputusan DPR RI Nomor: 41A/ DPR RI/I/2009. Hingga akhir tahun 2012, rancangan revisi UU tersebut masih terus disempurnakan dan diharapkan tahun 2013 sudah dapat diajukan ke DPR untuk dilakukan pembahasan.
One of the important efforts to increase Non-Tax Revenues (PNBP) role as a source of the Government Revenues is by perfecting Law Number 20/1997 on Non-Tax Revenues (PNBP). The law revision was one of the National Legislation Program (Prolegnas) 20102014, stipulated by the House of Representatives of the Republic of Indonesia based on Decree of the House of Representatives of the Republic of Indonesia Number: 41A/DPR RI/I/2009. Through to end of 2012, the law revision remained perfected and was expected to be submitted to the House of Representatives for endorsement in 2013.
Beberapa peraturan dan keputusan terkait pengelolaan PNBP dan subsidi yang telah berhasil diselesaikan selama tahun 2012 meliputi :
Some regulations and decrees related to the NonTax Revenues (PNBP) and subsidy management successfully completed in 2012, include:
1) KMK 10/KMK.02/2012 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana PNBP pada Ditjen Administrasi Hukum dan HAM, Kementerian Hukum dan HAM;
1) Decree of the Minister of Finance Number 10/ KMK.02/2012 on Approval of the Use of a Part of the Non-Tax Revenues (PNBP) at the Directorate General of Legal Administration and Human Rights, Ministry of Justice and Human Rights. 2) Decree of the Minister of Finance Number 20/ KMK.02/2012 on Approval of the Use of a Part of the Non-Tax Revenues (PNBP) at the Directorate General of Air Transportation, Ministry of Transportation. 3) Decree of the Minister of Finance Number 03/ KMK.02/2013 on Approval of the Use of a Part of the Non-Tax Revenues (PNBP) at the Ministry of State Secretariat, stipulated on January 2nd, 2013. 4) Regulation of the Minister of Finance Number 79/PMK.02/2012 on Procedure of Depositing and Reporting Government Revenues from Oil and Gas Upstream Activities and Income Tax Calculation for Oil and Gas Income Tax Payment in the Form of Oil and Gas Volume. 5) Regulation of the Minister of Finance Number 05/PMK.02/2013 on Procedure of Depositing Non-Tax Revenues (PNBP) from Dividends dated January 2nd, 2013.
2) KMK 20/KMK.02/2012 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana PNBP Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan;
3) KMK 03/KMK.02/2013 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana PNBP Kem. Sekretariat Negara ditetapkan pada 2 Januari 2013; 4) PMK 79/PMK.02/2012 tentang Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan Penerimaan Negara dari Kegiatan Hulu Migas dan Perhitungan PPh untuk Keperluan pembayaran PPh Migas berupa Volume Migas; 5) PMK 05/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran PNBP dari Dividen tgl 2 Januari 2013;
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
115
6) PMK 06/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran PNBP dari Surplus Bank Indonesia Bagian Pemerintah pada tanggal 2 Januari 2013;
7) PMK 64/PMK.02/2012 tentang Perubahan atas PMK 218/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, Pertanggungjawaban Subsidi Liquified Petroleum Gas 3 Kg; 8) PMK 65/PMK.02/2012 tentang Perubahan atas PMK 217/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Penyediaan Anggaran, Penghitungan, Pembayaran, dan Pertanggungjawaban Subsidi Jenis BBM Tertentu; 9) Keputusan Dirjen Anggaran Nomor : KEP-04/ AG.6/2012 tentang Tata Cara dan Prosedur Penelitian dan Verifikasi Data Pendukung Permintaan Pembayaran Subsidi LPG Tabung 3 Kg; 10) Keputusan Dirjen Anggaran Nomor : KEP-05/ AG.6/2012 tentang Tata Cara dan Prosedur Penelitian dan Verifikasi Data Pendukung Permintaan Pembayaran Subsidi Jenis BBM Tertentu.
116
6) Regulation of the Minister of Finance Number 06/PMK.02/2013 on Procedure of Depositing Non-Tax Revenues (PNBP) from Bank Indonesia’s Surplus of the Government’s Part dated January 2nd, 2013. 7) Regulation of the Minister of Finance Number 64/PMK.02/2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 218/ PMK.02/2011 on Procedure of Providing Budget, Calculation, Responsibility of 3-kilogram LPG Subsidy. 8) Regulation of the Minister of Finance Number 65/PMK.02/2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance 217/PMK.02/2011 on Procedure of Providing Budget, Calculation, Payment, and Subsidy of Certain Fuel. 9) Decree of the Director General of Budget Number: KEP-04/AG.6/2012 on Procedure of Assessment and Verification of Supporting Data of Subsidy Payment Request of 3-Kilogram LPG. 10) Decree of the Directorate General of Budget Number: KEP-05/AG.6/2012 on Procedure of Assessment and Verification of Supporting Data of Subsidy Payment Request of Certain Fuel.
Sistem Informasi Bidang PNBP
Information System in Non-Tax Revenues (PNBP) Sector
Meningkatnya PNBP sebagai salah satu komponen penerimaan dalam negeri perlu diiringi dengan penyempurnaan administrasi penerimaan yang sudah dirancang dan dikembangkan sejak 2011. Yaitu melalui sistem informasi berbasis web secara online yang dinamakan Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI), yang terintegrasi dengan Sistem Modul Penerimaan Negara generasi ke-2 (MPN-2).
The continuous increase of Non-Tax Revenues (PNBP) as one of the domestic revenue components must be in line with the perfection of revenues administration which has been designed and developed since 2011. It was implemented through a web-based information system named Online NonTax Revenues (PNBP) Information System (SIMPONI), integrated with the 2nd Generation of Government Revenues Module System (MPN-2).
Beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya dibuat SIMPONI diantaranya adalah data setoran PNBP yang diragukan keakuratannya, banyaknya rekening pemerintah yang dikelola, pelayanan kepada wajib bayar/wajib setor kurang terlayani dengan baik dan penggunaan sistem informasi teknologi informasi yang kurang mengikuti perkembangan zaman.
Some factors which were a background of the setting up of the Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System were the Non-Tax Revenues (PNBP) deposit data of which the accuracy was doubted, the large number of managed government’s accounts, insufficient service to the tax payers, and the use of information technology which was not updated.
Pengintegrasian SIMPONI dengan MPN-2 bertujuan untuk mendukung penyempurnaan pembangunan sistem pengadministrasian pendapatan negara yang modern. Selain itu juga untuk membangun database realisasi PNBP yang komprehensif sebagai
The integration of the Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System and the 2nd Generation of Government Revenues Module System (SIMPONI) was aimed at supporting perfection of a modern Government Revenues administration system
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
alat analisa dalam perumusan kebijakan dan perencanaan PNBP terkait serta untuk memperbaiki kualitas perencanaan dan perumusan kebijakan PNBP.
development. In addition, it was also aimed at a comprehensive database of the Non-Tax Revenues (PNBP) realization as an analysis tool in formulating policies and plans of the related Non-Tax Revenues (PNBP), as well as to improve quality of the planning and formulating of Non-Tax Revenues (PNBP) policies.
Diharapkan di tahun 2013, semua kementerian lembaga atau wajib bayar PNBP sudah dapat mengoperasikan SIMPONI. Ada beberapa manfaat yang akan dirasakan oleh kementerian lembaga yaitu :
It is expected that in 2013, all ministries/institutions or Non-Tax Revenues (PNBP) payers can already operate the Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System. Some advantages that ministries/institutions perceive, include:
a. Mempermudah dan menyederhanakan proses pengisian data dan pelaporan PNBP.; b. Menghindari kemungkinan terjadinya human error. Hal ini dimungkinkan karena tidak ada proses input ulang data pembayaran oleh teller di bank/pos persepsi serta dengan digunakannya rekening yang spesifik sesuai jenis PNBP yang berkaitan dengan pelayanan satuan kerja; c. Memperbanyak pilihan tempat pembayaran, sehingga lebih mudah dan fleksibel; d. K/L dapat memperoleh akses untuk melakukan pemantauan realisasi pembayaran PNBP dan mendapatkan laporan realisasi (sesuai kewenangannya) secara berkala.
a. It facilitates and simplifies the process of data filling and Non-Tax Revenues (PNBP) reporting. b. It prevents a human error possibility. This is possible because there is no process of payment data re-input by tellers at the bank/post office, and the use of a specific account according to the Non-Tax Revenues (PNBP) type in relation with the work unit service. c. It multiplies the payment place choices, so that it is easier and more flexible. d. Ministries/institutons can gain access to observe the realization of Non-Tax Revenues (PNBP) payment and to obtain the realization report (according to its authority) periodically.
Kehadiran SIMPONI diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan dalam pembayaran PNBP. Selain itu juga meningkatkan ketersediaan dan realibilitas data PNBP, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan PNBP., serta menciptakan sinergi antara perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan PNBP.
The Online Non-Tax Revenues (PNBP) Information System (SIMPONI) is expected to increase performance and service quality in the Non-Tax Revenues (PNBP) payment. In addition, it also increases the availability of Non-Tax Revenues (PNBP) data, increases accountability and transparence of Non-Tax Revenues (PNBP) management, as well as to create a synergy between planning, observation, and evaluation of the Non-Tax Revenues (PNBP) management.
Sementara untuk meningkatkan koordinasi terkait pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan PNBP, maka pada tanggal 14 Desember 2012 telah dilaksanakan penandatanganan MoU antara Menteri Keuangan dengan para menteri/ketua lembaga. Isi MoU meliputi hal-hal yang terkait dengan pengelolaan PNBP, evaluasi dan pelaporan pengelolaan PNBP, kesepahaman koordinasi dalam hal optimalisasi pengelolaan PNBP.
To increase coordination related to supervision and controlling of the Non-Tax Revenues (PNBP) management, on December 14th, 2012, a Memorandum of Understanding (MoU) was signed between the Minister of Finance and ministers/heads of institutions. The MoU contains matters related to the Non-Tax Revenues (PNBP) management, evaluation and reporting of the Non-Tax Revenues (PNBP) management, and a coordination understanding in the optimization of the Non-Tax Revenues (PNBP) payment.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
117
Kebijakan Sistem Penganggaran
Budgeting System Policy
Dalam siklus penyusunan APBN, Ditjen Anggaran (DJA) memegang peranan sangat penting terkait alokasi dana. DJA juga berperan penting untuk menyusun sistem penganggaran yang digunakan. Sistem itu menyangkut standar biaya untuk menghitung biaya kegiatan yang akan dilaksanakan setiap K/L maupun tata acara penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) serta tata cara revisi pergeseran dananya.
In preparing the State Budget, the Directorate General of Budget plays a very important role in relation with the fund allocation. The Directorate General of Budget also plays an important role in arranging the used budgeting system. The system involves a cost standard to calculate the activities cost to be implemented by each ministries/institutions as well as the procedure of Work Plan arrangement of ministries/institutions, and the procedure of revising the fund switch.
Pada tahun 2012 beberapa kebijakan penganggaran yang telah dilaksanakan meliputi :
In 2012, some budgeting implemented included:
1. Menyempurnakan rumusan kinerja agar sesuai dengan ketentuan serta tugas dan fungsi K/L atau instansi; 2. Penerapan pengkajian angka dasar (baseline) terhadap prakiraan maju yang telah dicantumkan dalam RKA-K/L. Pengkajian angka dasar merupakan suatu tahapan dalam pengalokasian anggaran yang sangat penting. Sekitar 90 persen output dalam APBN dialokasikan berdasarkan angka dasar, sehingga tahapan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas APBN yang disusun; 3. Penyusunan inisiatif baru untuk program/ kegiatan/output baru yang akan dilaksanakan K/L. Inisiatif baru ini harus diajukan kepada Bappenas dan Kemenkeu c.q. DJA untuk mendapatkan persetujuan agar dapat dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan;
1. Perfection of the performance formulation to be suitable with the tasks and functions of ministries/institutions. 2. Application of the baseline assessment towards the advance prediction already mentioned in the Work Plan of ministries/institutions. The baseline assessment was a step in allocating a very important budget. Some 90 percent of the output in the State Budget has been allocated based on the baseline so that the step greatly affected the State Budget quality.
4. Penerapan sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward dan punishment) dalam pengalokasian anggaran. Penetapan reward dan punishment ini mengacu pada hasil evaluasi atas pencapaian kinerja K/L tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan mendorong K/L agar melakukan efisiensi dalam pelaksanaan anggaran tanpa mengurangi sasaran kinerjanya; 5. Pengintegrasian antara proses penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA. Langkah pengintegrasian merupakan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada K/L. Selama ini antara penelaahan RKA-K/L dengan pengesahan DIPA dilaksanakan oleh dua unit Eselon I yaitu DJA dan Ditjen Perbendaharaan. Dengan pengalihan pengesahan DIPA dari Ditjen Perbendaharaan ke DJA, efisiensi dan efektivitas
118
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
policies
already
3. Arrangement of new initiatives for new programs/activities/outputs to be implemented by the ministries/institutions. The new initiatives should be submitted to the State Ministry/ National Development Planning Agency (Bappenas) and the Ministry of Finance c/q the Directorate General of Budget for an approval of the execution in the planned year. 4. Application of a reward and punishment system in budget allocating. The stipulation of the reward and punishment referred to an evaluation result obtained by ministries/institutions in the previous year. This was aimed at encouraging the ministries/institutions to be efficient in the budget implementation without reducing the performance target. 5. Integration between the Work Plan assessment process and the endorsement of the Budget Allocation List (DIPA). The integration step was an effort to increase services to the ministries/ institutions. To date, assessment of the Work Plan at the ministries/institutions was made by two Echelon I units, the Directorate General of Budget and the Directorate General of Treasury. The transfer of the Budget Allocation List DIPA
tidak hanya dirasakan oleh K/L tapi juga oleh Ditjen Perbendaharaan dan DJA.
endorsement from the Directorate General of Treasury to the Directorate General of Budget, efficiency and effectiveness were not just enjoyed by the ministries/institutions but also by the Directorate General of Treasury and the Directorate General of Budget.
Standar Biaya
Cost Standard
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 pasal 5 ayat (3) tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), penerapan anggaran berbasis kinerja memerlukan tiga persyaratan. Persyaratan itu adalah indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja.
Under the Government Regulation Number 90/2010 article 5 paragraph (3) on the Preparation of Work Plan and Budget at ministries/institutions, the performance-based budgeting application requires three factors, including the work indicator, the cost standard, and the performance evaluation.
Standar biaya merupakan salah satu instrumen dalam penerapan penganggaran berbasis kinerja yang meliputi standar biaya masukan (SBM) dan standar biaya keluaran (SBK).
The cost standard is one of the instruments in the performance-based budgeting application that includes input cost standard (SBM) and output cost standard (SBK).
Secara umum fungsi standar biaya adalah sebagai acuan penghitungan kebutuhan anggaran dalam penyusunan RKA-K/L. Dalam konteks perencanaan anggaran, maka fungsi SBM dan SBK adalah sebagai batas tertinggi yang tidak dapat dilampaui besaran biayanya.
In general, the cost standard’s function is a reference of the budget needs calculation in the preparation of Work Plan and Budget at ministries/institutions. In the context of budget planning, both standards are the highest limit of which the amount cannot be exceeded.
Meski SBM merupakan batas tertinggi, tetapi mulai tahun 2012 setiap instansi dapat menggunakan standar biaya sendiri yang melampaui standar biaya yang ditetapkan oleh menteri keuangan. Namun, dalam pelaksanaannya harus disertai dengan catatan bahwa K/L melampirkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Dengan menandatangani surat pernyataan tersebut, berarti K/L bertanggung jawab penuh atas penggunaan satuan biaya, baik jenis maupun besarannya. Khusus mengenai besaran honorarium yang akan melebihi standar biaya, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari menteri keuangan.
Although the input cost standard is the highest limit, beginning in 2012, each agency can use its own cost standard that exceeds the cost standard stipulated by the Minister of Finance. However, in the implementation, it must be accompanied with a note that the ministries/institutions attach a Statement Letter of Absolute Liabiliity (SPTJM) signed by the Budget User/Power of Budget User (PA/ KPA). By signing the statement letter, the ministries/ institutions shall be fully responsible for the use of the cost units, both the types as well as the amount. Particularly on the amount of honorarium exceeding the cost standard, it must have a prior approval from the Minister of Finance.
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk pengajuan usulan biaya kegiatan yang melampui standar biaya yaitu :
There are some criteria that must be considered in proposing an activity cost that exceeds a cost standard, including:
a. adanya kekhususan satuan biaya yang dimiliki oleh K/L; b. adanya tuntutan peningkatan kualitas pelayanan publik tertentu; dan/atau c. daerah terpencil/daerah perbatasan/pulau terluar.
a. Special cost units owned by the ministries/ institutions; b. A demand of increasing the quality of certain public services; and/or c. Isolated regions/border regions/outer islands
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
119
120
Evaluasi Kinerja Penganggaran
Budgeting Performance Evaluation
Evaluasi kinerja penganggaran sudah mulai diterapkan pada tahun 2011 dengan tujuan meningkatkan efisiensi anggaran dan mengoptimalkan belanja K/L sekaligus untuk mencapai target kinerja serta sasaran prioritas pembangunan nasional. Sementara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran belanja pemerintah pusat, telah diterapkan sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward and punishment). Sanksi dapat dijatuhkan kepada K/L yang tidak melaksanakan anggaran dengan baik. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan disiplin anggaran serta mendorong terwujudnya kualitas perencanaan dan kualitas belanja yang semakin baik.
Evaluation of the budgeting performance has been applied since 2011 with the objective of increasing the budget efficiency and optimizing the ministries/institutions as well as achieving the performance target and the national development priorities. To increase efficiency and effectiveness of the central government budget implementation, the government has also been applying a reward and punishment system. Sanctions are given to ministries/institutions that are not implementing the budget properly. The policy is expected to increase the budget discipline and to encourage realization of a better planning and expenditures quality.
Penerapan evaluasi kinerja penganggaran dan kebijakan reward and punishment tersebut merupakan tindak lanjut dari PP No. 90 Tahun 2010 tentang RKA-K/L. Dalam PP tersebut diatur bahwa dalam menyusun rencana kerja anggarannya, setiap K/L harus menggunakan instrumen indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. Setiap tahun, menteri/pimpinan lembaga wajib melakukan pengukuran dan mengkaji kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L tahun sebelumnya dan tahun anggaran berjalan. Evaluasi kinerja meliputi tingkat keluaran (output), capaian hasil (outcome), tingkat efisiensi, konsistensi antara perencanaan dan implementasi, serta realisasi penyerapan anggaran.
The application of the budget performance evaluation and the reward and punishment policy are a follow up to the Government Regulation No. 90/2010 on the Work Plan and Budget of ministries/institutions. Under the regulation, each ministry/institution shall use a performance indicator instrument, a cost standard and a performance evaluation to prepare its work plan and budget. Every year, ministers/head of institutions shall have the obligation to measure and to assess performance of the Work Plan and Budget from the previous year and the current year. The performance evaluation includes the output, the outcome, efficiency level, consistence between the planning and the implementation, and realization of the budget absorption.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Budget Allocation List (DIPA)
DIPA sebelumnya didefinisikan sebagai dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) dan disahkan oleh Ditjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Definisi ini mengacu oleh pengesahan DIPA oleh Ditjen Perbendaharaan, seperti yang tercantum dalam PMK Nomor 164/PMK.05/2011. Namun semenjak tahun 2012, DIPA didefinisikan sebagai dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh PA/KPA. Definisi ini seperti yang tercantum dalam PMK Nomor 160/PMK.02/2012. Meski memiliki definisi berbeda, secara substansi tidak ada perubahan bahwa DIPA disusun oleh PA/KPA setelah melakukan penelaahan RKA-K/L dengan DJA. Hal yang membedakan adalah surat pengesahannya, dimana
The Budget Allocation List (DIPA) was defined as a document of the budget implementation arranged by a Budget User/Power of Budget User (PA/KPA), and endorsed by the Directorate General of Treasury or Head of Regional Office of the Directorate General of Treasury on behalf of the Minister of Finance as the State Treasurer. The definition referred to the endorsement of the List of Budget Implementation by the Directorate General of Treasury as contained in Regulation of the Minister of Finance Number 164/PMK.05/2011. However, since 2012, the Budget Allocation List (DIPA) is defined as a document of the budget implementation arranged by the Budget Executor/Power of the Budget Executor (PA/KPA). The definition is contained in Regulation of the Minister of Finance Number 160/PMK.02/2012. Despite the different definition, there is no substantial change
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
sejak 2012 (untuk DIPA tahun 2013) dilakukan oleh DJA.
that the Budget Allocation List (DIPA) is prepared by the Budget Executor/Power of Budget Executor (PA/KPA) following an assessment of the Work Plan and Budget of the ministries/institutions with the Directorate General of Budget. The difference is that since 2012 (for the Budget Allocation List (DIPA) in 2013), the Endorsement Letter of the Budget Allocation List (DIPA) is endorsed by the Directorate General of Budget.
Format DIPA tahun anggaran 2013 juga berubah. Jika pada tahun-tahun anggaran sebelumnya format DIPA terdiri dari satu format, maka sejak tahun anggaran 2013 format DIPA terdiri atas dua format yaitu DIPA Induk dan DIPA Petikan. Namun, keduanya merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan sebagai dokumen DIPA.
Format of the Budget Allocation List (DIPA) of Fiscal Year 2013 has also changed. If in the previous fiscal years, the format had only one format, since Fiscal Year 2013, it consists of two formats, the Parent Budget Allocation List and the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA). However, both are an inseparable unit as a document of the Budget Allocation List (DIPA).
Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi pengintegrasian antara proses penelaahan RKA-KL dengan pengesahan DIPA antara lain:
Some background considerations of integrating the process of Work Plan and Budget of ministries/ institutions assessment and the Budget Allocation List (DIPA) endorsement:
a. Memantapkan penerapan Penganggaran Terpadu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM); b. Menyempurnakan ketentuan terkait tata cara penyusunan dan pengesahan DIPA, sejalan dengan adanya pengalihan kewenangan pengesahan DIPA dari semula dilaksanakan oleh Ditjen Perbendaharaan menjadi DJA; c. Menyederhanakan proses dalam pengurusan RKA-K/L dan DIPA serta penyelesaian revisi anggaran, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Kementerian Keuangan kepada para pemangku kepentingan; d. Menjamin tersedianya integritas dan validitas data anggaran.
a. To stabilize the application of Integrated Budgeting, Performance-based Budgeting, and the Medium-term Expenditures Framework. b. To perfect provisions related to the preparation and endorsement of the Budget Allocation List (DIPA), along with the transfer of authority of the Budget Allocation List (DIPA) from the Directorate General of Treasury to the Directorate General of Budget. c. To simplify the process of arranging the Work Plan and Budget of ministries/institutions and the Budget Allocation List (DIPA), including completion of the budget revision to increase the service quality of the Ministry of Finance to the stakeholders. d. To ensure integrity and validity of the budget data.
Adapun pertimbangan yang mendasari perubahan format DIPA yaitu :
Some considerations of changing the Budget Allocation List (DIPA) format:
a. Menjaga konsistensi penerapan penganggaran berbasis kinerja, mulai dari penetapan prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), penyusunan RKA-K/L dan pengesahan DIPA;
a. To maintain consistency in the application of performance-based budgeting, from stipulation of the development priorities in the Government’s Work Plan (RKP), preparation of the Work Plan and Budget of ministries/institutions, and endorsement of the Budget Allocation List (DIPA).
b. Memberikan fleksibilitas kepada Pengguna Anggaran jika diperlukan adanya pergeseran
b. To provide flexibility to the Budget Users in the event a budget switch is required among work
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
121
anggaran antarsatuan kerja dalam satu unit Eselon I dan satu program, sepanjang pagu anggaran dan target kinerja tidak berubah sehingga dapat menyederhanakan proses revisi anggaran; c. Meningkatkan akuntabilitas K/L sebagai penanggung jawab pelaksanaan program dan target kinerja yang harus dicapai termasuk koordinasi terhadap satuan kerja-satuan kerja (satker) yang berada di bawah program yang bersangkutan; d. Mengurangi beban DJA dalam penandatanganan Surat Pengesahan DIPA yaitu hanya DIPA induk (per Unit Eselon I yang jumlahnya sekitar 287 DIPA).
122
units in one Echelon I unit and one program, as long as the budget ceiling and the performance target remain unchanged that the budget revision process can be simplified. c. To increase ministries/institutions’ accountability as the responsible party in the program implementation and performance target that must be achieved, including coordination of work units under the related program. d. To reduce load of the Directorate General of Budget in signing the Budget Allocation List (DIPA), as there are a lot of Budget Allocation List (DIPA) per Echelon I unit (287 Budget Allocation Lists), not necessarily Budget Allocation List for all work units (24.000 work units). The Budget Allocation List (DIPA) for all work units are legal for payment/fund disbursement basis.
DIPA Induk terdiri atas empat bagian yaitu :
Parent Budget Allocation List (DIPA) consists of four parts, including:
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk); b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Anggaran Program; c. Halaman II memuat Rincian Alokasi Anggaran per satker; d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.
a. Endorsement Letter of the Parent Budget Allocation List (DIPA); b. Page I contains Performance Information and Program Budget; c. Page II contains Detail of Budget Allocation per Work Unit; d. Page III contains Plan of Fund Withdrawal and Revenues Prediction.
Sedangkan DIPA Petikan terdiri atas lima bagian yaitu :
Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) consists of five parts, including:
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan ); b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Sumber Dana : • Halaman I A mengenai Informasi Kinerja; • Halaman I B mengenai Sumber Dana; c. Halaman II memuat Rincian Pengeluaran; d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan; e. Halaman IV memuat Catatan.
a. Endorsement Letter of Excerpt of Budget Allocation List (DIPA); b. Page I contains Performance Informaton and Source of Fund: • Page IA on Performance Information; • Page IB on Source of Fund; c. Page II contains Expenditures Detail; d. Page III contains Fund Withdrawal Plan and Revenues Prediction; e. Page IV contains Note.
Isi dari pernyataan syarat dan ketentuan (disclaimer) pada Surat Pengesahan DIPA Induk dan DIPA Petikan, yaitu :
Content of the terms and conditions statement (disclaimer) of the Endorsement Letter of the Parent Budget Allocation List (DIPA) and Excerpt of Budget Allocation List (DIPA):
1. Surat Pengesahan DIPA Induk
1. Endorsement Letter of the Parent Budget Allocation List (DIPA):
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
a. DIPA Induk yang telah disahkan, lebih lanjut dituangkan ke dalam DIPA Petikan untuk masingmasing satker; b. Pengesahan DIPA Induk sekaligus merupakan pengesahan DIPA Petikan; c. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan satker dan dasar pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara; d. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi); e. Informasi mengenai KPA, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penanda tangan SPM untuk masingmasing satker terdapat pada DIPA Petikan; f.
Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA Induk diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan; g. Tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada PA/KPA; h. DIPA Induk berlaku sejak tanggal 1 Januari 2XXX sampai dengan 31 Desember 2XXX.
2.
Surat Pengesahan DIPA Petikan
a. DIPA Petikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk (Nama Program, Unit Organisasi dan Kementerian Negara/Lembaga); b. DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem yang dilengkapi dengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tanda tangan pengesahan (otentifikasi); c. DIPA Petikan berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan satker dan pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara; d. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam halaman III DIPA Petikan diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan; e. Tanggung jawab terhadap penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA Petikan sepenuhnya berada pada PA/KPA;
a. Parent Budget Allocation List (DIPA) which has been passed, will further be contained in the Excerpt of List of Budget Allocation List (DIPA) for the respective work unit; b. Endorsement of the Parent Budget Allocation List (DIPA) is also endorsement of Excerpt of Budget Allocation List (DIPA); c. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) functions as an implementation basis for work unit activities and fund withdrawal/endorsement for the State Treasurer/Power of the State Treasurer; d. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is printed automatically through a system equipped with a security code in the form of a digital stamp as a substitute of an ensorsement signature e. Information on Power of Budget Users, Expenditures Treasurers, and Signing Officials for the respective work unit is contained in the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA); f. Fund Withdrawal Plan and Revenues Prediction mentioned in page III of the Parent Budget Allocation List (DIPA) are filled according to the activities plan; g. Responsibility of the use of the fund is contained in the Parent Budget Allocation List (DIPA) entirely in the Budget Users/Power of Budget Users; h. The Parent Budget Allocation List (DIPA) shall be valid from January 1st, 2XXX to December 31st, 2XXX. 2. Endorsement Letter of Excerpt of Budget Allocation List (DIPA): a. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is an inseperable part of the Parent Budget Allocation List (DIPA) (program name, organization unit, and ministries/institutions); b. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is printed automatically through a system equipped with s safety code in the form of a digital stamp as a substitute of an endorsement signature; c. Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) functions as a basis of work units actvitities implementation and fund withdrawal/endorsement for the State Treasurer/Power of the State Treasurer; d. Fund Withdrawal Plan and Revenues Prediction as contained in page III of the Budget Allocation List (DIPA) are filled according to the activities implementation; e. Responsibility for the use of fund as contained in the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) is entirely in the Budget Users/Power of Budget Users;
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
123
f.
Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/LDIPA Kementerian Keuangan, maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan (berdasarkan bukti-bukti yang ada); dan
g. DIPA Petikan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2XXX sampai dengan 31 Desember 2XXX.
124
f.
In the event there is a difference in the data between the Excerpt Budget Allocation List (DIPA) and the Work Plan and Budget of ministries/institutions at the Ministry of Finance, then the database in the Work Plan and Budget of ministries/institutions (based on existing evidence) is valid; and g. The Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) shall be valid from January 1st, 2XXX to December 31st, 2XXX.
Seluruh DIPA tahun anggaran 2013 telah diselesaikan pada tanggal 5 Desember 2012 atau lebih awal dari target waktu yang ditentukan. Presiden RI secara simbolis telah menyerahkan DIPA kepada para gubernur dan K/L pada tanggal 11 Desember 2012 di Istana Negara. Selanjutnya, DJA bekerja sama dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Gubernur/ Pemda Provinsi menyerahkan DIPA Petikan kepada ketua Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKBD) dan para Bupati/ Walikota terkait dana transfer daerah. Jumlah DIPA Induk yang berhasil diselesaikan adalah sebanyak 263 buah dan DIPA Petikan berjumlah 23.192 buah.
All Budget Allocation Lists (DIPA) Fiscal Year 2013 were completed on December 5th, 2012 or earlier than the set time target. The President of the Republic of Indonesia symbolically presented the Budget Allocation List (DIPA) to the governors and ministries/institutions on December 11th, 2012 at the State Palace. Further, the Directorate General of Budget in cooperation with the Regional Offices of the Directorate General of Treasury and the provincial governments presented the Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) of their respective province to Heads of the Regional Office of the ministries/institutions, Head of Regional Work Units, and regents related to the regional fund transfer. The number of Parent Budget Allocation Lists (DIPA) completed amounted to 263 and Excerpt of Budget Allocation List (DIPA) 23,192.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
State Budget (APBN)
APBN Perubahan Tahun 2012
State Budget Review 2012
Tanda-tanda kelesuan perekonomian global sudah terlihat sejak pertengahan tahun 2011. Memasuki tahun 2012, gejolak perekonomian global semakin besar akibat masalah perekonomian di Yunani, Spanyol serta beberapa negara Eropa lainnya. Gejolak ekonomi tersebut berdampak ke negaranegara di luar Eropa, termasuk Asia. Harga minyak mentah di pasar internasional bergerak tidak menentu dengan kecenderungan yang terus naik. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus bergerak fluktuatif. Kondisi tersebut juga berdampak pada perekonomian Indonesia, meski tidak sampai menyebabkan krisis finansial dalam negeri.
Global economic downturn has been seen since mid 2011. Entering the year 2012, the global economic fluctuation was greater due to the economic crisis in Greece, Spain, and some other European countries. The economic fluctuation has affected non-European countries, including Asia. The crude oil price in the international market fluctuated wildly with a trend of going up. Meanwhile, rupiah exchange rate to the US dollar continued to fluctuate. The condition has also affected the Indonesian economy, though it did not end up in a domestic financial crisis.
Kondisi tersebut mengharuskan perubahan APBN 2012. Setidaknya ada empat faktor utama yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan
Such a condition required an amendment in the 2012 State Budget. At least there were four main factors causing the amendment. First, the global
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
tersebut. Pertama, melambatnya perekonomian global akibat krisis utang dan fiskal di Eropa. Kondisi ini akan berdampak pada neraca pembayaran dan juga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua, harga minyak minyak mentah di pasar dunia cenderung terus naik sehingga beban subsidi BBM dan listrik naik tajam. Hal ini akan berdampak secara signifikan terhadap APBN. Ketiga, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS, sebagai akibat dari ketidakpastian penyelesaian krisis global. Keempat, perkiraan tidak tercapainya asumsi lifting minyak dalam APBN 2012 yang berdampak pada penurunan penerimaan dari sektor migas.
economy slowed down due to the debt and fiscal crisis in Europe. Second, the crude oil price at the world market continued to rise that the oil and electricity subsidy sharply soared. This significantly affected the State Bdget. Third, the rupiah exchange rate tended to depreciate to the US dollar, as a result of uncertainty in the global crisis solution. Fourth, prediction that the oil lifting assumption was not achieved in the State Budget 2012 due to the decrease of revenues from the oil and gas sector.
Pada tanggal 7 hingga 30 Maret 2012 dilakukan pembahasan RAPBNP 2012 antara DPR RI dengan pemerintah. Sebelumnya, pada akhir bulan Februari 2012 pemerintah telah menyampaikan dokumen Nota Keuangan dan RAPBN Perubahan 2012. Pada tanggal 31 Maret 2012 disahkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012.
From March 7th to 30th, 2012, a State Budget Review 2012 was discussed between the House of Representatives and the government, after the government presented the Financial Statement and State Budget Review 2012 at the end of February 2012. On March 31st, 2012, Law Number 4/2012 on Amendment of Law Number 22/2011 on the State Budget 2012 was passed.
Asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan pada Nota Keuangan (APBN awal tahun anggaran 2012) dan pada saat melakukan perubahan (APBN-P) 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
The macroeconomic basic assumptions used in the Financial Statement (State Budget of the early Fiscal Year 2012) and during the amendment of the State Budget 2012 can be seen in Table 4.2.
Dalam APBN-P tahun 2012, pemerintah menyesuaikan kebijakan anggaran dengan pokokpokok besaran sebagai berikut:
In the State Budget Review 2012, the government adjusted the budget policies with the following assumptions:
1. Pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.358,2 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.016,2 triliun, PNBP Rp341,1 triliun, dan penerimaan hibah Rp825,1 miliar;
1. Government Revenues totalling IDR1,358.2 trillion, consisting of tax revenues IDR1,016.2 trilion, Non-Tax Revenues (PNBP) IDR341,1 trililion, and grant IDR825,1 billion;
Tabel 4.2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2012URAIAN 2012 Table 4.2. Macro Economic Basic Assumptions 2012 URAIAN DESCRIPTION
2012 APBN STATE BUDGET
STATE BUDGET REVIEW
APBNP
REALISASI REALIZATION
Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Economi Growth (%,yoy)
6,7
6,5
6,2
Inflasi (%, yoy) Inflation (%,yoy)
5,3
6,8
4,3
6,0
5,0
3,2
8.800,0
9.000,0
9.384,0
Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) Indonesian Crude Oil Price (US$/barrel)
90
105
112,7
Lifting Minyak Indonesia (Ribu barel per hari) Indonesian Oil Lifting (thousands of barrel per day)
950
930
861,0
Tingkat Suku Bunga SP SPN Three-Month Interest Rate (%) Nilai Tukar (RP/US$) (%) Exchange Rate (IDR/US$) (%)
Sumber : DJA
Source: Directorate General of Budget
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
125
Tabel 4.3. Postur APBN dan APBNP Tahun 2012 Table 4.3 Posture of the State Budget and the State Budget Review 2012 POSTUR APBN DAN APBN - PERUBAHAN TAHUN 2012 (Trilliun Rupiah) POSTURE OF THE STATE BUDGET AND THE STATE BUDGET REVIEW 2012 (Trillion Rupiah)
APBN
APBN-P
1.311,4
1,358.2
1.310,6
1.357,4
1.032,6
1.016,2
(% terhadap PDB) (% to GDP)
12,7
11,9
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) (PNBP)
278,0
341,1
0,8
0,8
1.435,4
1.548,3
I. Belanja Pemerintah Pusat Central Goverment Expenditures
965,0
1.069,5
II. Transfer Ke Daerah Block Grant
470,4
478,8
C. Keseimbangan Primer Primary Balance
(1,8)
(72,3)
(124,0)
(190,1)
(1,53)
(2,23)
124,0
190,1
III. Pembiayaan Dalam Negeri Domestic Financing
125,9
194,5
IV. Pembiayaan Luar Negeri (Netto) Foreign Financing (Net)
(1,9)
(4,4)
A. Pendapatan Negara Government Revenues i. Penerimaan Dalam Negeri Domestic Revenues 1. Penerimaan Perpajakan Tax Revenues
II. Penerimaan Hibah Grant B. Belanja Negara State Expenditures
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B) Budget Surplus/Deficit (A-B) % terhadap PDB % to GDP E. Pembiayaan Financing
Sumber : DJA
126
Source: Directorate General of Budget
2. Belanja negara direncanakan sebesar Rp1.548,3 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp1.069,5 triliun dan transfer ke daerah Rp478,8 triliun; 3. Defisit anggaran diperkirakan sebesar Rp190,1 triliun (2,2 persen terhadap PDB); serta 4. Pembiayaan defisit APBN 2013 direncanakan berasal dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp194,5 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp4,4 triliun.
2. State expenditures totalling IDR1,548.3 trillion, consisting of the central government’s expenditures IDR1,069.5 trillion and block grant of IDR478,8 trillion; 3. Budget deficit in amount of IDR190,1 trillion (2.2 percent from the GDP); and 4. Deficit financing of the State Budget 2013 was planned to be from domestic financing in amount of IDR194,5 trillion, and foreign financing (net) in amount of negative IDR4,4 trillion.
APBN Tahun 2013
State Budget 2013
Sebagai wujud pelaksanaan pasal 23 UndangUndang Dasar 1945 Amandemen keempat, pemerintah menyusun dan mengajukan RUU APBN 2013 beserta Nota Keuangannya kepada DPR. Setelah melalui proses pembahasan yang intensif dan mendalam, DPR RI dalam Sidang Paripurna menyepakati dan mengesahkan RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013 pada tanggal 23 Oktober 2012. Penetapan ini tertuang dalam UU nomor 19 Tahun 2012.
As a manisfestation of implementing the mandate of article 23 of the Constitution 1945 fourth amendment, the government has prepared and submitted draft bill on the State Budget 2013 and the Financial Statement to the House of Representatives. Following a process of intensive and in-depth discussions, the House of Representatives approved and passed the draft bill on the State Budget 2013 in a Plenary Session on October 23rd, 2012. The stipulation was contained in Law Number 19/2012.
Sesuai ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penyusunan RAPBN 2013
Under Law Number 17/2003 on the State’s Finance, arrangement of the State Budget Plan 2013 was
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
guided by the Government’s Work Plan 2012. The arrangement was a link to the implementation of the National Middle-Term Develoment Plan (IDRJMN) 2010 – 2014, and the Framework of Macro Economy and Fiscal Policies 2013. These were approved in a preliminary discussion between the government and the House of Representatives from May 29th, 2012 to July 3rd, 2012.
berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2013. Penyusunan ini merupakan satu mata rantai dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 - 2014, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pokokpokok Kebijakan Fiskal tahun 2013. Hal-hal tersebut telah disepakati dalam pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR RI tanggal 29 Mei hingga 3 Juli 2012.
Kapasitas Fiskal Januari - Februari 2012
Sidang Paripurna DPR tentang Pengesahan UU APBN 23 Oktober 2012
SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan + Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 30 Maret 2012
Pembahasan dengan DPR 4 September 2012 22 Oktober 2012
UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN 2013 23 Oktober 2012
Keputusan Menteri Keuangan tentang Pagu Anggaran K/L 6 Juli 2012
Pembicaraan Pendahuluan 30 Mei - 3 Juli 2012
Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan 16 Agustus 2012
Surat Mentri Keuangan tentang Alokasi Anggaran 23 Oktober 2012
Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran 30 November 2012
Proses dan mekanisme penyiapan, penyusunan, dan pembahasan RAPBN Tahun Anggaran 2013 juga dilakukan berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Proses penyusunan sampai dengan penetapan APBN 2013 dapat diikuti pada bagan berikut ini.
Process and mechanism of preparation, arrangement, and discussion of the State Budget Plan Fiscal Year 2013 were executed under Law Number 27/2009 on the People’s Consultative Assembly, the House of Representatives, and the Regional House of Representatives. The process from the arrangement until the sipulation of the State Budget 2013 can be seen in the following chart:
Dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2013, ditetapkan tema pembangunan nasional: “Memperkuat Perekonomian Domestik bagi Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat”. Tema itu dipilih dengan mempertimbangkan tantangan dan masalah yang dihadapi, capaian
In the Government’s Work Plan 2013, the national development theme was set:“To strengthen domestic economy for the increase and expansion of the people’s welfare”. The theme was chosen considering the challenges and problems that the government was facing, the performance achievement and
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
127
kinerja dan potensi yang dimiliki, serta sasaransasaran pembangunan yang akan dicapai.
potential, as well as the development target to be achieved.
Sejalan dengan tema pembangunan tersebut, ditetapkan arah kebijakan fiskal: “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan melalui Upaya Penyehatan Fiskal”. Arah kebijakan tersebut menekankan pentingnya mengupayakan terwujudnya kondisi fiskal yang sehat dalam rangka mendorong terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Adapun strategi untuk menjaga kesinambungan fiskal ditempuh melalui empat hal pokok, yaitu: (1) optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi, keberlanjutan dunia usaha, dan kelestarian lingkungan hidup; (2) meningkatkan kualitas belanja negara melalui efisiensi belanja yang kurang produktif dan meningkatkan belanja infrastruktur untuk memacu pertumbuhan; (3) menjaga defisit anggaran pada batas aman (di bawah 3 persen terhadap PDB); dan (4) menurunkan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang terkendali.
Along with the development theme, the fiscal policies direction was stipulated: “To encourage sustainable economic growth through fiscal restructuring efforts”. The policies direction stressed out the importance of trying to realize a healthy fiscal condition to maintain a sustainable economic growth. The strategy to maintain the fiscal sustainability included four main things, including: (1) to optimize the Government Revenues by maintaining the investment climate, the business sustainability, and the environmental preservation; (2) to increase quality of the government expenditures through unproductive expenditures efficiency and by increasing infrastructure expenditures to spur economic growth; (3) to maintain the budget deficit in a safe limit (below three percent of GDP); and (4) to decrease the debt to GDP ratio in a controlled limit.
Tabel 4.4. menyajikan perbandingan asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan pada saat menyusun pada Nota Keuangan dan APBN tahun anggaran 2013 dengan tahun anggaran 2012.
Table 4.4. presents comparison of the macro economic basic assumptions used in preparing the Financial Statement and the State Budget Fiscal Year 2013 and 2012.
Tabel 4.4. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2012-2013 Tabel 4.4. Macro Economic Basic Assumptions 2012-2013 2012
URAIAN DESCRIPTION
2013 REALISASI REALIZATION
APBNP
STATE BUDGET REVIEW
Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) Economic Growth (%,yoy)
6,5
6,2
6,8
Inflasi (%, yoy) Inflation (%,yoy)
6,8
4,3
4,9
Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) Goverment Treasury Bill Three-Month Interest Rate (%)
5,0
3,2
5,0
Nilai Tukar (RP/US$) (%) Exchange Rate (IDR/USD) (%)
9,000,0
9.384,0
9.300,0
Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) Indonesian Crude Oil Price (USD/barel)
105
112,7
100,0
Lifting Minyak Indonesia (Ribu barel per hari) Indonesian Oil Lifting (thousand of barrels per day)
930
861,0
900,0
Lifting Gas (ribu barel per hari setara minyak) Gas Lifting (thousaand of barrels per day equivalent to oil)
n,a
n,a
1.360,0
Sumber : DJA
Dalam tahun 2013, pemerintah masih menempuh kebijakan anggaran ekspansif dengan pokok-pokok besaran sebagai berikut: 1. Pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.529,7 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.193,0 triliun, PNBP Rp332,2 triliun, dan penerimaan hibah Rp4,5 triliun;
128
APBN STATE BUDGET
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Source: Directorate General of Budget
In 2013, the government still took an expansive budget policy with the following assumptions: 1. Government revenues was planned to amount to IDR1,529.7 trillion, consisting of tax revenues IDR1,193.0 trillion, Non-Tax Revenues (PNBP) IDR332.2 trillion, and grant IDR4.5 trillion;
2. Belanja negara direncanakan sebesar Rp1.683,0 triliun, terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp1.154,4 triliun dan transfer ke daerah Rp528,6 triliun; 3. Defisit anggaran diperkirakan sebesar Rp153,3 triliun (1,65 persen terhadap PDB); serta 4. Pembiayaan defisit APBN 2013 direncanakan berasal dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp172,8 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp19,5 triliun. Ringkasan postur APBN-Perubahan 2012 dan APBN tahun anggaran 2013 terangkum dalam Tabel 4.5.
2. State expenditures was planned to total IDR1,683.0 trillion, consisting of the central government expenditures IDR1,154.4 trillion and block grant IDR528.6 trillion; 3. Budget deficit was predicted to total IDR153.3 trillion (1.65 percent of GDP); and 4. Deficit financing of the State Budget 2013 was planned to be from domestic financing of IDR172.8 trillion, and foreign financing (net) of negative IDR19.5 trillion. Resume of the posture of the State Budget Review 2012 and the State Budget 2013 is contained in Table 4.5.
Tabel 4.5. Ringkasan APBN 2012-2013 (dalam triliun rupiah) Table 4.5. Summary of the State Budget 2012-2013 (in trillion of rupiahs) 2012 A. Pendapatan Negara Government Revenues
2013
APBN
APBNP
APBN
1.311,4
1.358,2
1.529,7
i. Penerimaan Dalam Negeri Domestic Revenues
1.310,6
1.357,4
1.525,2
1. Penerimaan Perpajakan Tax Revenues
1.032,6
1.016,2
1.193,0
12,7
11,9
12,9
278,0
341,1
332,2
(% terhadap PDB) % to GDP 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Non-Tax Revenues (PNBP) II. Penerimaan Hibah Grant
0,8
0,8
4,5
1.435,4
1.548,3
1.683,0
I. Belanja Pemerintah Pusat Central Government Expenditures
965,0
1.069,5
1.154,4
II. Transfer Ke Daerah Block Grant
470,4
478,8
528,6
(1,8)
(72,3)
(40,1)
(124,0)
(190,1)
(153,3)
(1,53)
(2,23)
(1,65)
124,0
190,1
153,3
III. Pembiayaan Dalam Negeri Domestic Financing
125,9
194,5
172,8
IV. Pembiayaan Luar Negeri (Netto) Foreign Financing (net)
(1,9)
(4,4)
(19,5)
B. BELANJA NEGARA State Expenditures
C. Keseimbangan Primer Primary Balance D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B) Budget Surplus/Deficit (A_B) % terhadap PDB % to GDP E. Pembiayaan Financing
Sumber : DJA
Source : Directorate General of Budget
Tabel 4.6. Alokasi Anggaran TA 2013 per Jenis Belanja Table 4.6. Budget Allocation of Fiscal Year 2013 per Expenditure Item (in rupiah) No
Jenis Belanja Type of Expenditure
Jumlah Amount
1
Belanja Pegawai Employee expenditure
2
Belanja Barang Goods expenditure
200.735.154.495.000
3
Belanja Modal Capital expenditure
184.363.520.833.000
4
Bantuan Sosial Social Assistance
69.608.838.275.000
Jumlah Amount
594.597.608.104.000
Sumber : Keppres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)
139.890.094.501.000
Source: Presidential Decree on the Detailed Central State Budget (RABPP)
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
129
Tabel 4.7. 10 Kementerian Lembaga Dengan Alokasi Anggaran Terbesar Tahun Anggaran 2013 Table 4.7. 10 Ministries/institutions with the Largest Budget Allocation Fiscal Year 2013
Kementerian / Lembaga Ministry / Institution
130
JENIS BELANJA TYPE OF EXPENDITURE
Jumlah Amount
Pegawai Employee
Barang Goods
Modal Capital
Bansos Social Assistance
Pertahanan Defense
37.045.556.539
62.583.138.404
32.029.004.285
-
81.963.562.678
PU Public Works
1.400.764.849
10.040.697.297
62.583.138.405
3.953.417.017
77.978.017.568
Pendidikan Education
9.895.938.617
36.959.136.720
3.312.135.454
22.920.294.616
73.087.504.957
Polri Indonesia Police
29.859.419.544
8.940.660.245
6.821.952.516
-
45.622.032.305
Agama Religious Affairs
21.312.962.566
8.332.605.412
3.002.905.680
11.312.042.045
43.960.515.703
Perhubungan Transportation
1.567.862.834
7.332.643.986
27.778.739.824
-
43.960.515.703
Kesehatan Health
4.739.775.041
14.770.903.782
6.964.628.562
8.106.650.000
34.581.957.385
ESDM Energy and Mineral Resources
621.159.414
5.646.758.819
12.535.973.135
-
18.803.891.368
Keuangan Finance
8.415.555.703
7.052.062.711
2.766.779.066
-
18.234.397.480
Pertanian Agriculture
1.250.025.520
8.869.665.281
1.660.733.595
6.039.120.816
17.819.545.212
PERBENDAHARAAN
TREASURY
Pembentukan KPPN Percontohan
Setting up of Pilot State Treasury Offices (KPPN)
Perubahan desain organisasi yang signifikan di tubuh Ditjen Perbendaharaan salah satunya diwujudkan melalui pembentukan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Percontohan. Ada dua layanan yang diberikan KPPN Percontohan yakni penyelesaian Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan penatausahaan penerimaan negara. Di KPPN Percontohan, dua layanan tersebut dilaksanakan sesuai dengan fungsi front office, middle office, dan back office yang didukung oleh penyesuaian layout kantor.
A significant change in the organization design of the Directorate General of Treasury was realized by the setting up of Pilot State Treasury Offices (KPPN). There are two services provided by the Pilot State Treasury Offices (KPPN), including Instruction Letter of Fund Disbursement (SP2D) and administering of Government Revenues. At the Pilot State Treasury Offices (KPPN), these two services are implemented according to the front office, middle office, and back office functions supported by the offices’ layout.
Pemisahan ini untuk menunjang pemisahan tugas antar bagian; pengkartuan satker secara elektronik non-departemental job; dan tersedianya customer service yang akan melayani satker jika menghadapi permasalahan. Pemisahan fungsi ditujukan untuk memperpendek jalur birokrasi serta memutus peluang-peluang terjadinya mafia birokrasi dan korupsi. Demikian pula Pencairan SP2D non Belanja Pegawai yang pada proses layanan konvensional memakan waktu satu hari, tetapi dengan adanya prosedur operasi standar di KPPN Percontohan, proses itu dapat disingkat menjadi satu jam saja.
The separation aims to support tasks separation among divisions: electronic work units card system; non-departmental jobs; and customer service to help the work units whenever they face problems. The functions separation aims to shorten bureaucracy and to cut opportunities of bureaucracy mafia and corruption. On the other hand, under the conventional service, the Instruction Letter of Fund Disbursement for Non Employees Expenditure takes one day to process; however, thanks to the standard operation procedure at the Pilot State Treasury Offices (KPPN), the process takes only one hour.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Pembentukan KPPN Percontohan telah dimulai sejak tanggal 30 Juli 2007. Saat itu operasional KPPN Percontohan didirikan di 18 KPPN dari 17 ibukota provinsi mulai dilaksanakan secara penuh. Pada tahun 2008 telah dibentuk 14 KPPN Percontohan dan pada tahun 2009 telah dibentuk 5 KPPN Percontohan. Hingga tahun 2012, 117 KPPN seluruhnya telah menjadi KPPN Percontohan.
The setting up of Pilot State Treasury Offices (KPPN) started on July 30th, 2007 at 18 State Treasury Offices in 17 provincial capitals. In 2008, 14 Pilot State Treasury Offices (KPPN) were set up, and in 2009, an additional 5 Pilot State Treasury Offices (KPPN) were established. Until 2012, all 177 State Treasury Offices have become Pilot State Treasury Offices (KPPN).
Penataan Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Organization and Work Procedure of Vertical Institutions
Kinerja Kantor Vertikal di lingkungan Ditjen Perbendaharaan terus ditingkatkan untuk mendukung terwujudnya tata kelola keuangan negara dan kekayaan negara yang profesional, produktif, transformatif sesuai dengan transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan. Peningkatan kinerja juga ditujukan mendukung sinergi antar unit Eselon I Kementerian Keuangan. Untuk itu, perlu dilakukan penyempurnaan organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. Penyempurnaan organisasi Kantor Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan diatur melalui PMK Nomor: 169/ PMK/2012 pada tanggal 6 November 2012.
Performance of vertical offices at the Directorate General of Treasury continues to be increased to support the realization of professional, productive, and transformative state’s finance and state’s assets governance in accordance with the institutional transformation at the Ministry of Finance. The performance increase is also aimed at supporting synergy among Echelon I units at the Ministry of Finance. For this purpose, the organization and work procedures of the Regional Offices and State Treasury Offices of the Directorate General of Treasury must be perfected. The organizational improvement of the vertical offices at the Directorate General of Treasury is regulated under Regulation of the Minister of Finance Number: 169/PMK/2012 dated November 6th, 2012.
Beberapa faktor utama penataan organisasi kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan antara lain:
Some main factors of the organizational improvement of vertical offices at the Directorate General of Treasury include:
1. Rencana implementasi Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara (SPAN) dan transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan serta penajaman fungsi Perbendaharaan; 2. Berdasarkan perhitungan full time equivalent (FTE) dengan implementasi SPAN, beban kerja pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan berkurang 23 persen, dan KPPN berkurang 18 persen;
1. Implementation plan of the State Budget and Treasury System (SPAN) and the institutional transformation of the Ministry of Finance as well as sharpening the Treasury’s functions; 2. Based on the Full Time Equivalent (FTE) calculation with the State Budget and Treasury System (SPAN) implementation, the work load of the Regional Offices at the Directorate General of Treasury has decreased 23 percent, and of the State Treasury Offices 18 percent; 3. Regional Offices at the Directorate General of Treasury need to sharpen their functions as a unit to coordinate, develop, technically supervise, and develop capacity of the operational offices as well as to represent the Ministry of Finance in the fiscal sector in regions (development of
3. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan perlu mempertajam fungsi kantor wilayah sebagai unit koordinatif, pembinaan, supervisi teknis dan pengembangan kapasitas kantor operasional serta menjalankan fungsi wakil Kementerian Keuangan di bidang fiskal di daerah (pembinaan keuangan pusat-daerah, analisis belanja
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
131
4. KPPN perlu mempertajam fungsi sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara yang melaksanakan tugas pencairan dana APBN, pemantauan, dan bimbingan teknis kepada satker, serta standardisasi pengelolaan keuangan pemerintah.
central-regional finance, analysis of the state’s expenditures, consolidation of the State Budget and the Regional Budget in the Government Finance Statistics); 4. The State Treasury Offices need to sharpen their function as Power of the State’s General Treasurer that implement the State Budget fund disbursement, observation and technical guidance to work units, as well as standardization of the government financial management.
Struktur Baru Kantor Vertikal Ditjen Perbendaharaan berdasarkan PMK 169/PMK.01/2012 adalah sebagai berikut.
Struktur Baru Kantor Vertikal Ditjen Perbendaharaan berdasarkan PMK 169/PMK.01/2012 adalah sebagai berikut.
pemerintah, konsolidasi APBN-APBD dalam Government Finance Statistics);
132
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Regional Offices at the Directorate General of Treasury SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN
SUBBAGIAN KEUANGAN KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN
BAGIAN UMUM SUBBAGIAN TATA USAHA DAN RUMAH TANGGA
SUBBAGIAN PENILAIAN KINERJA
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN I
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II
BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BIDANG SUPERVISI KPPN DAN KEPATUHAN
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN I A
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II A
SEKSI PEMBINAAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
SEKSI SUPERVISI PROSES BISNIS
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN I B
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II B
SEKSI PEMBINAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
SEKSI SUPERVISI TEKNIS APLIKASI
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN I C
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II C
SEKSI ANALISA, STATISTIK, DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
SEKSI KEPATUHAN INTERNAL
SEKSI PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN I D KANTOR PELAYANAN PEMBENDAHARAAN NEGARA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
133
KPPN Tipe A1 KPPN Tipe A1
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA TIPE A1
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PENCAIRAN DANA
SEKSI MANAJEMEN SATKER DAN KEPATUHAN INTERNAL
SEKSI BANK
SEKSI VERIFIKASI DAN AKUNTANSI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KPPN Tipe A2 KPPN Tipe A2
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA TIPE A2
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PENCAIRAN DANA DAN MANAJEMEN SATKER
SEKSI VERIFIKASI DAN AKUNTANSI
SEKSI BANK
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
134
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah State Treasury Offices particularly for Loan and Grant
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN KHUSUS PINJAMAN DAN HIBAH
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PENYALURAN PINJAMAN DAN HIBAH I
SEKSI MANAJEMEN SATKER DAN KEPATUHAN INTERNAL
SEKSI PENYALURAN PINJAMAN DAN HIBAH II
SEKSI BANK
SEKSI VERIFIKASI DAN AKUNTANSI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KPPN Khusus Penerimaan State Treasury Offices particularly for Revenues
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KHUSUS PENERIMAAN
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PELAPOR DAN KEPATUHAN INTERNAL
SEKSI REKONSILIASI
SEKSI VERIFIKASI, AKUNTANSI, DAN ANALISA STATISTIK
SEKSI LAYANAN DAN PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
135
KPPN Khusus Investasi State Treasury Offices particularlly for Investment
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KHUSUS INVESTASI
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PENYALURAN INVESTASI
SEKSI SETELMEN INVESTASI II
SEKSI SETELMEN INVESTASI II
SEKSI VERIFIKASI, AKUNTANSI, DAN ANALISA STATISTIK
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
136
Realisasi Penyerapan Anggaran K/L
Realization of Budget Absorption at Ministries/ institutions
Dengan kecenderungan belanja negara yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka Ditjen Perbendaharaan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) semakin bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang prima. Hal itu untuk mendorong K/L merealisasikan anggarannya secara optimal agar berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Considering the continuously increasing government expenditures from year to year, the Directorate General of Treasury as Power of the General State Treasurer (BUN) is increasingly responsible of providing prime service. This is to encourage ministries/institutions realize their budget optimally to affect significantly in the people’s welfare.
Realisasi penyerapan anggaran TA 2012 seluruh K/L secara nasional yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan aplikasi monitoring dan evaluasi penyerapan Anggaran adalah sebesar Rp492,8 triliun, atau sebesar 88,21 persen dari pagu sebesar Rp558,7 triliun. Jumlah ini tidak berbeda jauh dengan TA 2011 yang juga berkisar 88,21 persen dan pada TA 2010 sebesar 89,47 persen. Apabila dibedakan per jenis belanja, Belanja Pegawai mempunyai persentase penyerapan anggaran tertinggi yaitu sebesar 97,53 persen. Sedangkan persentase penyerapan anggaran terendah adalah Belanja Modal sebesar 81,41 persen.
Realization of the budget absorption Fiscal Year 2012 for all ministries/institutions as contained in the Budget Allocation List (DIPA) based on the monitoring and evaluation application was in amount of IDR492,8 trillion, or 88.21 percent from the ceiling totalling IDR558,7 trillion. The percentage was slightly different from Fiscal Year 2011 which was 88.21 percent and Fiscal Year 2010 which was 89.47 percent. Grouped per expenditure item, the Employees Expenditure had the highest percentage of the budget absorption, which was 97.53 percent; while the Capital Expenditure had the lowest percentage of the budget absorption, which was 81.41 percent.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Grafik 4.2. Pagu Belanja TA 2006-2012 Graphic 4.2. Expenditure Ceiling Fiscal Year 2006-2012
Pagu Belanja T.A. 2006 - 2012 1.600.000 1.400.000
Miliar Rupiah
1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun Anggaran
Tahun Anggaran
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Pagu Belanja (Miliar)
667.128,7
757.649,9
985.730,7
937.382,1
1.042.117,2
1.320.751,3
1.435.406,7
Sumber : Data Pokok APBN 2006 – 2012
Source: Principal Data of the State Budget 2006 – 2012
Tabel 4.8. Rekapitulasi Pagu dan Realisasi DIPA K/L T.A. 2012 per Jenis Belanja Table 4.8. Recapitulation of Ceiling and Realization of the List of Budget Implementation of Ministries/Institutions Fiscal Year 2012 per Expenditure Item (billion rupiah) No
Jenis Belanja Type of Expenditure
Pagu Ceiling
Realisasi Realization
Presentasei Percentage
1
Belanja Pegawai Personnel Expenditure
131.339,11
128.096,49
97,53%
2
Belanja Barang Goods Expenditure
164.762,17
141.790,17
86,06%
3
Belanja Modal Capital Expenditure
180.804,35
147.212,21
81,42%
4
Bantuan Sosial Social Expenditure
81.762,20
75.716,85
92,61%
Jumlah Total
558.667,83
492.815,72
88,21%
Sumber : Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Penyerapan Anggaran (data sementara per 13 Februari 2013) Source : Monitoring and Evaluation Application of Budget Absorption (temporary data per February 13th, 2013)
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
137
Grafik 4.3. Perbandingan Pagu dan Realisasi DIPA K/L TA 2010-2012 Graphic 4.3. Comparison of Ceiling and Realization of the Budget Allocation List (DIPA) of Ministries/Institutions Fiscal Year 2010-2012
Perbandingan Pagu dan Realisasi DIPA K/L T.A. 2010-1012 600.000
Miliar Rupiah
500.000 400.000 300.000 200.000 100.000
Pagu Realisasi
0 2010
2011
2012
Tahun Anggaran
Sumber: Aplikasi Monev Penyerapan Anggaran (data per 13 Februari 2013) Source: Monitoring and Evaluation Application of Budget Absorption (data per February 13th, 2013)
138
Mekanisme Spending Review
Spending Review Mechanism
Kecenderungan belanja negara semakin meningkat dari tahun ke tahun, bahkan volume APBN saat ini sudah mencapai tiga kali lipat dibanding tahun 2005. Namun, perkembangan tersebut belum diikuti dengan peningkatan angka Human Development Indeks (HDI) di Indonesia. Pada tahun 2005 volume APBN sebesar Rp509,6 triliun, sedangkan pada tahun 2011 jumlah APBN sebesar Rp1.320, 8 triliun. Sementara itu, HDI Indonesia pada tahun 2005 berada pada nilai 0,572, sedangkan nilai pada tahun 2011 dalam angka 0,617. Jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya, pertumbuhan nilai HDI Indonesia masih berada di bawah Thailand. Demikian pula jika dibandingkan dengan Korea yang sama-sama mengalami pertumbuhan pascakrisis bersama Indonesia, saat ini nilai HDI-nya sudah jauh di atas Indonesia.
The government expenditures tend to continuously increase from year to year, the current State Budget’s volume is even three times higher than that in 2005. However, the development is not followed with an increase in the Indonesian Human Development Index (HDI). In 2005, the State Budget’s volume totalled IDR509.6 trillion, while in 2011, the State Budget was in amount of IDR1,320.8 trillion. Meanwhile, the Indonesian HDI in 2005 was 0.572, and in 2011, it was 0.617. Compared with other Asian countries, the Indonesian HDI’s growth was lower than Thailand. Also, if compared with South Korea that is experiencing post-crisis growth with Indonesia, the current HDI is far above Indonesia.
Sementara fiscal space pemerintah dari tahun ke tahun hanya berkisar antara 5,11 -5,10 persen dari PDB. Pada tahun 2011, ficsal space sebesar 5,10 persen dari PDB dengan kondisi Belanja Terikat memiliki rasio 71,30 persen dari total belanja. Ruang Pemerintah untuk mengalokasikan belanja modal yang berperan signifikan dalam pertumbuhan
The government’s fiscal space from year to year only ranges between 5.11 – 5.10 percent from the GDP. In 2011, the fiscal space was 5.10 percent from the GDP where the Bonded Expenditures had a ratio of 71.30 percent from the Total Expenditures. The government’s space to allocate capital expenditures playing a significant role in the economic growth, was
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Grafik 4.4. Komparasi Belanja Negara dengan Indeks Pembangunan Manusia Periode 2005-2011. Graphic 4.4. Comparison of the Government Expenditures with the Human Development Index 2005-2011
Belanja Negara
TMiliar Rupiah
Komparasi Belanja Negara Dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Periode 2005-2011 1.600 1.400
1.320.8
1.200
1.042.1 985.7
937.4
0.591
0.598
0.607
0.613
0.617
2007
2008
2009
2010
2011
1.000 800 600
667.1 509.6
400 200
757.6
0.572
0.579
0 2005
2006 BELANJA NEGARA
HUMAN DEVELOPMENT INDEXS
ekonomi menjadi terbatas. Hal itu menunjukan rendahnya outcome pelaksanaan anggaran K/L.
then limited. This showed the low outcome of the budget implementation at ministries/institutions, where there remained a discrepancy between the input and the outcome.
Dalam hal penyerapan belanja negara, khususnya belanja barang dan belanja modal K/L, tidak berjalan secara optimal dan cenderung menumpuk pada akhir tahun anggaran. Akibatnya, peran stimulus fiskal dari kontribusi belanja negara tidak tercapai dan tidak menguntungkan bagi pengelolaan kas yang baik. Dilihat dari sisi kualitas belanja (value for money), belanja operasional birokrasi lebih besar dari pada belanja modal atau belanja pelayanan langsung kepada publik, serta ketidakterkaitan antara komponen input dengan output. Hal ini mengindikasikan terjadi pemborosan, inefisiensi dan tidak terukurnya pengaruh belanja pemerintah terhadap kualitas penyediaan layanan publik. Dibutuhkan peran pemerintah yang semakin besar untuk memastikan belanja kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
Absorption of the government expenditures, especially goods and capital expenditures at ministries/institutions, did not run optimally and tended to accumulate by the end of the fiscal year. As a result, the role of the fiscal stimulus contributed from the government expenditures, was not achieved and advantageous in the good cash management. From the point of view of the value for money, expenditures for bureaucracy operational were higher than capital expenditures or public direct service expenditures. There was no relation between the input and output either. This indicated a waste, inefficiency, and unmeasurable expenditures of the government to the quality of public service. A greater role of the government was required to ensure that the expenditures for the people’s welfare and the public service were implemented effectively and efficiently.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, diputuskan untuk melaksanakan kebijakan berupa penajaman
Based on the facts mentioned above, it was decided to implement a policy on sharpening the
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
139
fungsi pengawasan dan evaluasi pelaksanaan anggaran melalui spending review. Untuk menindaklanjuti hal tersebut dibentuk Tim Penyusun Modul Spending Review Pelaksanaan Anggaran melalui Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. KEP-150/PB/2012. Rapat awal Tim Penyusun Modul Spending Review dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2012. Rapat ini dipimpin Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan, disusul rapat tim kerja pada tanggal 25-27 Juli 2012 dan tanggal 1-3 Agustus 2012 untuk menyusun referensi dan metodologi spending review dalam pelaksanaan anggaran.
supervision and evaluation function in the budget implementation through a spending review. As a follow up, a Drafting Team of Spending Review Module of the Budget Implementation was set up under Decree of the Director General of Treasury No. KEP-150/PB/2012. The first meeting of the Drafting Team of Spending Review Module was held on July 19th, 2012. The meeting was chaired by Assessors in Treasury, followed by a meeting of the working team on July 25th – 27th, 2012 and on August 1st – 3rd, 2012 to draft references and methodology of spending review in the budget implementation.
Definisi spending review secara umum adalah kajian komprehensif terhadap performa belanja pemerintah (APBN) untuk mengetahui efisiensi, efektivitas dan value for money atas alokasi anggaran dan pelaksanaan anggaran pemerintah. Spending review adalah alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah, yang hasilnya dijadikan rekomendasi untuk proses penganggaran dan pelaksanaan anggaran pemerintah agar belanja pemerintah lebih efektif dan efisien (value for money).
The definition of spending review is in general a comprehensive assessment of the State Budget to know its efficiency, effectiveness, and value for money of the budget allocation and the state’s budget implementation. Spending review is a tool to evaluate the government’s performance, of which the result is a recommendation for the budgeting process and implementation so that the government expenditures are more effective and efficient.
Spending review akan dilaksanakan oleh unit kantor pusat maupun kantor vertikal Ditjen Perbendaharaan.
Spending review will be executed by units at both the central office as well as vertical offices at the Directorate General of Treasury.
Grafik 4.5. Metodologi Spending Review 2012 Graphic 4.5. Spending Review Methodology 2012
Pagu / Realisasi BA Es I Program Satker Kegiatan Output Jenis Belanja Akun
INPUT
Kesimpulan In-Efisiensi Duplikasi Einmalegh Proses
Analisis Tren Penyerapan
METODOLOGI SPENDING Review 2012
140
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Proporsi Pagu Relevan Standar Biaya Indeks Baseline
OUTPUT
Sebagai langkah awal dan mempertimbangkan keterbatasan data, maka spending review tahun 2012 dilaksanakan terhadap 10 K/L yang memiliki pagu terbesar. Di 10 K/L tersebut pelaksanaan spending review difokuskan pada Belanja Barang serta Belanja Modal 104 Satuan Kerja Pusat. Dari Belanja Barang dan Belanja Modal tersebut dipilih mata anggaran tertentu yang umumnya terdapat pada semua satker. Proporsi pagu sampel terpilih dibandingkan dengan pagu 10 K/L adalah 13,81 persen. Sepuluh K/L dimaksud adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kepolisian RI.
As an initial step and considering the limited data, the spending review 2012 was implemented in 10 ministries/institutions with the largest ceiling. Out of the 10 ministries/institutions, the spending review was focused on Goods and Capital Expenditure in 104 central work units. Out of the Goods Expenditure and the Capital Expenditure, certain budget items were selected generally existing in all work units. Proportion of the selected ceiling sample compared to the ceiling in 10 ministries/institutons was 13.81 percent. The 10 ministries/institutions included Ministry of Homes Affairs, Ministry of Finance, Ministry of Agriculture, Ministry of Energy and Mineral Resources, Ministry of Transportation, Ministry of Education and Culture, Ministry of Health, Ministry of Religious Affairs, and Ministry of Public Works, as well as the Indonesian Police.
Data sampel 104 satker pusat dari 10 K/L, total pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang dijadikan sampel obyek kajian sebesar Rp37,4 triliun. Dari sampel ini didapat nilai inefisiensi dan inefektivitas sebesar Rp4,87 triliun atau 15,85 persen dari pagu sampel. Sedangkan untuk norma duplikasi dan einmalegh (bersifat insidentil) diperoleh nilai sebesar Rp50,4 miliar. Dari hasil kajian tersebut diperoleh nilai sebesar Rp4,92 triliun (16,03 persen) dari total pagu sampel sebesar Rp37,4 triliun, yang diindikasikan merupakan alokasi pagu yang bersifat inefisiensi, inefektivitas, duplikasi maupun einmalegh. Angka sebesar Rp4,92 triliun dari hasil kajian dimaksud
Based on the data of 104 central work units in 10 ministries/institutions, the total ceiling of the Goods Expenditure and Capital Expenditure made sample of the assessment object was IDR37.4 trillion. Out of the sample, the values of inefficiency and ineffectiveness amounted to IDR4.87 trillion or 15.85 percent from the sample ceiling. For duplication norm and einmalegh (incidental), the value was IDR50.4 billion. Based on the assessment, IDR4.92 trillion (16.03 percent) from the total sample ceiling of IDR37.4 trillion, was indicated inefficient, ineffective, duplicate, and enimalegh. The total IDR4.92 trillion from the said assessment proved a fiscal space
Tabel 4.9. Potensi Fiscal Space Pada Sampel di 10 K/L tahun 2012 Table 4.9. Fiscal Space Potential in Samples in 10 Ministries/Institutions 2012 POTENSI FISCAL SPACE PADA SAMPEL YANG DIAMBIL DRI 10 K/L2012
Pagu Belanja Barang dan Belanja Modal
Nilai
%
Keterangan
IN-Efisiensi & IN-Efektifitas
30,47 T
4,87 T
15,85
Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal 104 Satker
Duplikasi
30,47 T
0.05 T
0,18
Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal 104 Satker
Einmaligh
30,47 T
0,0004 T
0,0013
Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal 104 Satker
Potensi Fiscal Space 2012
30,74 T
4.92 T
16,03
OBJEK REVIEW
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
141
membuktikan adanya potensi fiscal space yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih prioritas, misalnya untuk dana infrastruktur.
potential which could have been allocated for other more prioritized, for instance infrastructure fund.
Jika diasumsikan kondisi seluruh K/L sama dengan kondisi sampel dari 10 K/L yang dianalisis, sehingga persentase fiscal space sampel dari 10 K/L yang dianalisis merupakan persentase fiscal space pada seluruh K/L, maka dari pagu Belanja Barang dan Modal Tahun Anggaran 2012 pada seluruh K/L sebesar Rp341,54 triliun hasilnya diperoleh potensi tambahan fiscal space sebesar Rp54,75 triliun yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain yang lebih utama.
Assuming that all ministries/institutions and 10 analysed ministries/institutions had the same condition, that the fiscal space percentage at 10 analysed ministries/institutions was the fiscal space percentage at all ministries/institutions, that the Goods Expenditure and Capital Expenditure ceiling in 2012 at all ministries/institutions amounted to IDR341,54 trillion, then an additional potential of fiscal space in amount of IDR54,75 trillion could’ve been allocated for other more prioritized needs.
Tabel 4.10. Potensi Fiscal Space di Seluruh K/L Table 4.10. Fiscal Space Potential at all Ministries/institutions POTENSI FISCAL SPACE PADA SELURUH K/L
Pagu Belanja Barang dan Belanja Modal
Nilai
%
IN-Efisiensi & IN-Efektivitas
341,54 T
54,13 T
15,85
Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal Seluruh K/L
Duplikasi
341,54 T
0.61 T
0,18
Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal Seluruh K/L
Einmaligh
341,54 T
0,0004 T
0,0013
Berasal dari Pagu Bel. Barang & Bel. Modal Seluruh K/L
Potensi Fiscal Space 2012
341,54 T
54,75 T
16,03
OBJEK REVIEW
Keterangan
Angka Fiscal Space diperoleh dengan asumsi bahwa kondisi seluruh K/L sama dengan kondisi sampai dari 10 K/L sehingga persentase fiscal space sampel dari 10 K/L yang dianalisis merupakan persentase fiscal space pada seluruh K/L.
142
Remunerasi di BI dan Bank Umum
Remuneration at Bank Indonesia and Commercial Banks
Dalam melaksanaan fungsi pengelolaan kas Negara, Ditjen Perbendaharaan juga mendapatkan PNBP, khususnya atas pengelolaan rekening tunggal perbendaharaan dan/ atau atas penempatan uang negara dan pengelolaan valuta asing sebesar Rp 6.223.880.083.941,00 dengan rincian sebagai berikut.
In executing its functions in the state’s cash management, the Directorate General of Treasury also obtains Non-Tax Revenues (PNBP), especially on the management of the treasury’s single account and/or on placement of the state’s money and management of the foreign exchange in amount of IDR6,223,880,083,941.00 with the following detail:
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 4.11. Pengelolaan Rekening Tunggal Perbendaharaan Table 4.11. Management of the Treasury’s Single Account Akun Account
Jumlah Rp Amount (IDR)
Uraian Description
423251
Pendapatan atas penerbitan SP2D dalam rangka TSA Revenues from the issuance of SP2D in the framework of TSA
423253
Pendapatan dari pelaksanaan Treasury National Pooling Revenues from the implementation of treasury National Pooling
176.929.365.876,00
423254
Pendapatan dari penempatan uang negara di Bank Indonesia Revenues from placement of the state’s cash at Bank Indonesia
4,156,871,253,564.00
423941
Keuntungan atas pengelolaan selisih kurs Profits from the exchange rate difference management
1,806,008,246,572.00
Jumlah Total
6,223,880,083,941.00
84.071.217.929,00
Sumber data: Buku Laporan Realisasi APBN (buku merah) 31 Desember 2012 Source of data: Book of the State Budget Realization Report (red book) December 31st, 2012
Treasury Dealing Room (TDR)
Treasury Dealing Room (TDR)
Treasury Dealing Room (TDR) dibangun untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan uang negara, khususnya pengelolaan kelebihan/ kekurangan kas. Kegiatan pengelolaan kelebihan/ kekurangan kas yang akan disentralisasi pada TDR berupa:
A Treasury Dealing Room (TDR) was set up to increase effectiveness and efficiency of the state’s money management, especially cash surplus/deficit management. The cash surplus/deficit management to be decentralized at the Treasury Dealing Room (TDR) includes:
1. Penempatan dana atas kelebihan kas pemerintah (placement) di pasar uang (money market) baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing; 2. Penempatan dana atas kelebihan kas pemerintah dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN), baik dalam denominasi mata uang rupiah maupun valuta asing; 3. Transaksi penukaran suatu mata uang terhadap mata uang lainnya di pasar valuta asing (foreign exchange market), untuk tujuan pemenuhan kebutuhan/kewajiban, optimalisasi dan atau lindung nilai (hedging); 4. Transaksi pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dalam rangka stabilisasi; 5. Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) untuk memenuhi kekurangan kas dan berkoordinasi dengan DJPU; 6. Pembuatan kebijakan dan Standard Operating Procedure (SOP) TDR; 7. Pengelolaan risiko transaksi (manajemen risiko); 8. Penyelesaian transaksi, pembukuan dan pelaporan; 9. Pembukuan dan pelaporan transaksi yang dilakukan.
1. Placement of fund from the government’s cash surplus at the money market both in rupiah as well as foreign currency; 2. Placement of fund from the government’s cash surplus by purchasing Government Securities, both in rupiah as well as foreign currency;
TDR akan didukung sarana prasarana standar dealing room perbankan baik aplikasi dan jaringan yang digunakan, infrastruktur, SOP transaksi, sistem
The Treasury Dealing Room (TDR) will be supported by standard infrastructures of a banking dealing room, both the application and netrworks,
3. Transaction of a foreign exchange to another currency at the foreign exchange market, aiming at fulfilling the needs/obligation, optimization and/or hedging; 4. Transaction of purchasing Government Securities in the framework of stabilisation; 5. Issuance of Treasury Bills to fulfill a lack of cash and to coordinate with the Directorate General of Debt Management; 6. Making policies and the Standard Operating Procedure of the Treasury Dealing Room (TDR); 7. Transaction risks management; 8. Transaction, bookkeeping, and reporting settlement; 9. Bookkeeping and reporting of made transactions.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
143
144
pengamanan, maupun kompetensi pegawaipegawai yang diproyeksikan bertugas di TDR.
infrastructure, transactions SOP, security system, and the employees’ competence projected to be assigned in the Treasury Dealing Room (TDR).
Dari sisi SDM, telah dilakukan pelatihan TDR di Cipanas Bogor pada bulan Maret 2012 dalam dua gelombang yang diikuti 49 peserta. Peserta pelatihan adalah para pegawai dari kantor pusat maupun Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan KPPN yang lulus seleksi online pengetahuan finance dasar. Dilakukan pula pelatihan pembacaan/analisis data Bloomberg. Bloomberg merupakan sistem informasi dan transaksi keuangan internasional yang nantinya akan digunakan untuk memantau pergerakan harga instrumen fixed income, pengelolaan risiko, dan analisis perekonomian lainnya.
For the human resources, a Treasury Dealing Room (TDR) training program was held in Cipanas, Bogor, in March 2012. The training was divided into two phases, participated by 49 participants, including employees at the Head Office, the Regional Office of the Directorate General of Treasury, and State Treasury Offices (KPPN) who passed a basic finance online selection. A training program on reading/ analyzing Bloomberg data was also provided. Bloomberg is an information and international financial transaction system used to monitor the movement of instrument price, such as fixed income, risk management, and other economic analysis.
Selain Bloomberg, TDR nantinya akan menggunakan sistem informasi dan transaksi keuangan ThomsonReuters untuk keperluan pemantauan pergerakan harga valuta asing dan untuk melakukan transaksi penempatan uang negara di perbankan, transaksi jual/beli Surat Berharga Negara (SBN), repo/ reverse repo, serta transaksi jual/beli valuta asing. Sebagaimana Bloomberg, sistem Thomson-Reuters juga akan dipasang di fungsi Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan untuk keperluan edukasi dan pemantauan data instrumen keuangan.
A part from Bloomberg, the Treasury Dealing Room (TDR) will also use an information system and financial transaction system from Thomson-Reuters to monitor the movement of foreign exchange price and to make transactions of the state’s money placement at banks, government securities purchase/sale transactions, repo/reverse repo, and foreign exchange purchase/sale transactions. As Bloomberg, the Thomson-Reuters system will also be installed at the State’s Cash Management of the Directorate General of Treasury for education and monitoring of the state’s instruments data.
Pada tanggal 30 November 2012, Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan menandatangani kontrak pembangunan infrastruktur TDR nomor PRJ-335001/ PB.15/2012 senilai Rp33,4 miliar setelah mendapat izin kontrak tahun jamak (multiyears contract) nomor S-187/MK.2/2012 tanggal 31 Agustus 2012 dari Menteri Keuangan, terkait dengan masa pembangunan infrastruktur yang direncanakan lebih dari satu tahun anggaran. Pembangunan TDR dijadwalkan selesai pada akhir triwulan III tahun 2013.
On November 30th, 2012, the Head Office of the Directorate General of Treasury signed a Treasury Dealing Room (TDR) infrastructure construction contract Number PRJ-335001/PB.15/2012 totalling IDR33.4 billion after it has obtained a multiyears contract Number S-187/MK.2/2012 on August 31st, 2012 from the Minister of Finance, in relation with the infrastructure construction planned for more than one fiscal year. The Treasury Dealing Room (TDR) construction is scheduled to be completed at the end of third quarter 2013.
Atas dasar kontrak tersebut pihak ketiga mulai melaksanakan pekerjaan. Sampai dengan akhir tahun 2012 pekerjaan pembangunan infrastruktur yang telah diselesaikan meliputi pekerjaan pembongkaran dan pengadaan server. Mayoritas material dan pekerjaan akan diadakan dan diselesaikan pada tahun anggaran 2013.
Based on the contract, a third party has begun the work. By the end of 2012, completed infrastructure construction work included demolition and server providing works. Most of the materials and works will be provided and completed in Fiscal Year 2013.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Asset Liability Management (ALM)
Asset Liability Management (ALM)
Asset Liability Management (ALM) disusun untuk memitigasi risiko-risiko likuiditas, risiko bunga, risiko nilai tukar dan risiko kredit serta menciptakan early warning system terhadap kondisi krisis keuangan dan dampaknya terhadap neraca pemerintah. Untuk membangun sistem ALM, Menteri Keuangan telah menunjuk Ditjen Pengelolaan Utang sebagai lead dengan Ditjen Perbendaharaan sebagai mitra utama karena merupakan pengelola neraca pemerintah pusat.
The Asset Liability Management (ALM) has been arranged to mitigate liquidity risks, interest risks, exchange rate risks, and credit risks, as well as to create an Early Warning System toward a financial crisis condition and its impact to the state’s balance. To develop the Asset Liability Management (ALM) system, the Minister of Finance has appointed the Directorate General of Debt Management as leader and the Directorate General of Treasury as its main partner as it is the central government’s balance manager.
ALM Kementerian Keuangan dibangun berlandaskan konsep best practice ALM internasional dan menggunakan data-data yang salah satunya berasal dari data penerimaan (buku biru) dan data realisasi anggaran (buku merah) fungsi Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan. Adapun untuk keperluan proyeksi data, sistem ALM juga berkoordinasi dengan tim Cash Planning Information Network (CPIN) yang dikoordinir fungsi Pengelolaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan. Sistem ALM Kementerian Keuangan dapat diakses menggunakan intranet dengan IP: 10.100.93.129.
The Asset Liability Management (ALM) of the Minister of Finance was built based on an international Asset Liability Management (ALM) best practice concept, using data of which one comes from the receiving data (blue book) and the budget realization data (red book) of the State’s Cash Management at the Directorate General of Treasury. For data projection, the Asset Liability Management (ALM) system also coordinates with a Cash Planning Information Network (CPIN) team, coordinated by the State’s Cash Management function of the Directorate General of Treasury. The Asset Liability Management (ALM) system of the Ministry of Finance can be accessed using an intranet with IP: 10.100.93.129.
Penyaluran Dana Investasi Pemerintah
Distribution of the Government’s Investment Fund
Sejak tahun 2006 hingga 2012, Ditjen Perbendaharaan telah menyalurkan dana APBN kepada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) selaku operator pelaksanaan investasi pemerintah. Penyaluran dana APBN tersebut merupakan modal untuk investasi pemerintah. Total dana investasi (reguler) yang disalurkan dari APBN ke PIP sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 sebesar Rp7.727,1 miliar.
From 2006 until 2012, The Directorate General of Treasury distributed fund from the State Budget to the Government Investment Agency (PIP) as an operator of the government investment implementation. The distribution of the fund from the State Budget was aimed as capital for the government’s investment. The total investment fund (regular) distributed from the State Budget to the Government Investment Agency (PIP) from 2006 until 2012 was in amount of IDR7,727.1 billion.
Sedangkan penyelesaian piutang pemerintah di antaranya dilaksanakan melalui penyelesaian piutang kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan berlandaskan pada PMK 120/ PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan Daerah PDAM. Hasilnya, dari 175 PDAM yang menunggak, sebanyak 84 PDAM telah
Menawhile, the government’s debt were settled through debt settlement to the Regional Water Utility Company (PDAM) based on Regulation of the Minister of Finance Number 120/PMK.05/2008 on the State’s Debt Settlement from Foreign Loan, Investment Fund Accounts and PDAM’s Regional Development Account. As a result, out of 175 PDAM in arrears, 84 PDAM have obtained an approval of debt restructuring and/or settlement. The detail
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
145
146
memperoleh persetujuan restrukturisasi dan/atau menyelesaikan pinjaman. Perinciannya, 75 PDAM melalui restrukturisasi utang berdasarkan PMK 120, satu PDAM melalui penjadwalan kembali pinjaman di luar mekanisme PMK 120, dan delapan PDAM diselesaikan (dilunasi atau diambil alih menjadi pinjaman pemda atau PDAM Induk).
is 75 PDAM through debt restructuring based on Regulation of the Minister of Finance Number 120, 1 PDAM through debt reschedulling outside mechanism of Regulation of the Minister of Finance Number 120, and 8 PDAM have settled their debt (paid or taken over to debt of the Regional Government or the Parent PDAM).
Terkait penyelesaian pinjaman pemda dilakukan atas tunggakan pinjaman per 22 Oktober 2008 dengan ketentuan:
In relation to the settlement of the regional governments’ debt, the debt was made arrears as of October 22nd, 2008, with the following provisions:
a. Penjadwalan kembali tunggakan pokok; b. Penghapusan atas seluruh tunggakan non pokok; c. Kombinasi antara penghapusan atas sebagian tunggakan non pokok dan debt swap.
a. Reschedulling of the principal arrears; b. Deletion of all non-principal arrears;
Hingga 31 Desember 2012, permohonan restrukturisasi utang 47 pemda telah disetujui.
Until December 31st, 2012, debt restructuring requests from 47 regional governments had been approved.
Untuk membantu sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM-K) termasuk petani, peternak, pekebun, dan nelayan yang usahanya kurang feasible tetapi bankable, pemerintah meluncurkan kredit program pemerintah. Kredit itu memiliki skema subsidi bunga bekerjasama dengan perbankan nasional. Kredit program skema subsidi bunga dilakukan dengan cara pemerintah menanggung selisih tingkat bunga komersial yang berlaku untuk kegiatan usaha sejenis dan tingkat bunga yang menjadi beban UMKMK.
To help the micro, small, medium business, and cooperatives sector (UMKM-K), including farmers, breeders, planters, and fishermen whose business is not feasible enough but bankable, the government has launched a government program credit. The credit has an interest subsidy scheme in cooperation with the national banking industry. The interest subsidy scheme program credit is conducted with the government bears the difference between the prevailing national commercial interest rate for a similar activity with the interest rate borne by the micro, small, medium business, and cooperatives sector.
Saat ini terdapat lima jenis kredit program skema subsidi bunga, yakni Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPENRP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Subsidi Resi Gudang (SRG), Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NAD-Nias) korban bencana alam gempa dan tsunami.
At present, there are five types of interest subsidy scheme program credit, including Food and Energy Endurance Credit (KKPE), Vegetable Energy Development and Plantation Revitalisation Credit (KPENIDR), Cattle Breeding Business Credit (KUPS), Warehouse Receipt Credit (SRG), Aceh and Nias Businessmen Empowerment Credit (KPP NAD-Nias) as victims of the earthquake and the tsunami natural disasters.
Selain kredit program skema subsidi bunga, sejak tahun 2009 pemerintah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan skema penjaminan. KUR ditujukan untuk calon debitur yang usahanya feasible, tetapi tidak mampu menyediakan agunan tambahan kepada perbankan (not bankable). Dengan adanya KUR diharapkan pelaku UKM yang
In addition to the interest subsidy scheme program credit, in 2009, the government launched the People Business Credit (KUR) with a guarantee scheme. The credit was addressed to prospective debtors whose business was feasible, yet could not provide an additional collateral to the banking sector. With the credit, it was hoped that micro, small, medium
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
c. Combination between deletion of a part of the non-principal arrears and debt swap.
baru memulai usaha dan terkendala dengan agunan kredit akan tetap dapat mengakses pembiayaan kredit dari perbankan. Target penyaluran KUR selama lima tahun (dari 2009 hingga 2014) sebesar Rp100 triliun atau Rp20 triliun per tahun. Terhadap penyaluran KUR yang dilakukan perbankan tersebut, pemerintah membayar imbal jasa penjaminan kepada perusahaan penjamin sebesar 3,25 persen per tahun untuk menjamin risiko KUR sebesar maksimal 80 persen dari plafon kredit.
businessmen who just started their business and faced a credit collateral contraint, would still be able to access credit financing from the banking sector. The People Business Credit (KUR) distribution during five years (2009 – 2014) was targeted of IDR100 trillion or IDR20 trillion per year. Towards the distribution of the People Business Credit by the banking sector, the government paid a guarantee reward to the guarantor companies 3.25 percent annually to guarantee the People Business Credit risks of maximum 80 percent from the credit ceiling.
Sebagai dampak peningkatan penyaluran KUR, pemerintah telah meningkatkan alokasi anggaran subsidi imbal jasa penjaminan pada APBN.
As an impact of the increase of the People Business Credit distribution, the government has increased the subsidy budget for guaranty reward to the State Budget.
Alokasi Imbal Jasa Penjaminan Allocation of guarantee reward Realisasi Pembayaran Imbal Jasa Penjaminan Realization of guarantee reward payment
APBN 2011 State Budget 2011
APBN 2012 State Budget 2012
Rp636 Miliar IDR636 billion
Rp801 Miliar IDR801 billion
Rp624 Miliar (98%) IDR624 billion (98%)
Rp801 Miliar (100%) IDR801 billion (100%)
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012
Central Government’s Financial Report 2012
Salah satu wujud nyata penerapan transparansi dan akuntabilitas adalah melalui penyusunan laporan keuangan pemerintahan yang relevan dan andal, disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan sistem akuntansi yang menyediakan prosedur pemrosesan transaksi sampai menjadi laporan keuangan.
One of the concrete manifestations of transparency and accountability application is a relevant and reliable government’s financial report, which is arranged based on the Government Accounting Standard (SAP) and an accountancy system providing a transaction processing process until it becomes a financial report.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. LKPP tersebut disampaikan Presiden kepada DPR paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, sebagaimana diatur dalam pasal 55 ayat (4) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
The Central Government’s Financial Statement (LKPP) consists of Report of the Budget Realization, Balance, Cashflow Report, and Note on the Financial Statement. The Central Government’s Financial Statement is submitted by the President to the House of Representatives no later than six months after the end of a fiscal year, as regulated in article 55 paragraph (4) of Law No. 1/2004 on the State’s Treasury.
Pemerintah telah menerbitkan SAP yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005. PP tersebut telah mengakomodasikan perubahan yang signifikan dalam akuntansi pemerintahan di
The government has issued a Government Accounting Standard (SAP) stipulated by the Government regulation Number 71/2010 as a substitute of the Government Regulation Number 24/2005. The Government Regulation accommodates significant
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
147
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG Sistem Akuntansi Instansi PRESIDEN LKPP LRA Neraca LAK CaLK
DPR
BPK
KONSOLIDASI
LKKL
LKBUN
LRA Neraca CaLK
Lap. Arus Kas LRA Neraca CaLK
K/L [76]
BUN
Eselon 1 [270]
APK-DJPB [1]
Wilayah / Provinsi [4.006]
Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain
Kanwil DJPB [30] Transaksi Khusus
Badan Lainnya
Penerusan Pinjaman
Transfer ke Daerah
Utang dan Hibah
Investasi Pemerintah
KPPN/PKN [177] Satker [20.145*]
148
Satker BLU [108**]
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Grafik 4.6. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) Graphic 4.6. General Framework of the Central Government Accounting System (SAPP)
SAPP
SAI
SAK
SA-BUN
SIMAKBMN
SiAP
SAUP&H
SA-IP
SA-PP
SA-TD
SA-BS
SA-BL
SA-TK
SAKUN
SAU
999.01 999.02
999.03
999.04
999.05
999.07
999.08
999.99
Indonesia berupa akuntansi berbasis akrual. Namun demikian, bagi entitas pemerintah yang belum dapat menerapkan akuntansi berbasis akrual dapat menerapkan akuntansi berbasis kas menuju akrual sampai dengan tahun 2014. Selanjutnya, SAP tersebut perlu dituangkan ke dalam suatu sistem akuntansi dan pelaporan keuangan untuk dapat menghasilkan LKPP, yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Ketentuan ini diatur dalam PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, sebagaimana diubah menjadi PMK Nomor 233/PMK.05/2011.
changes in the government’s accounting in Indonesia in the form of accrual-based accountancy. However, a government entity which is not able yet to apply the accrual-based accountancy, can apply the cash-based accountancy until 2014. Further, the Government Accounting Standard (SAP) must be contained in an accountancy system and financial reporting to produce a Central Government’s Financial Report (LKPP), stipulated by the Minister of Finance as the State’s General Treasurer (BUN). The provision is regulated in Regulation of the Minister of Finance Number 171/PMK.05/2007 on the Accountancy System and the Central Government’s Financial Reporting, as has been amended in Regulation of the Minister of Finance Number 233/ PMK.05/2011.
Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara berjenjang dan terdesentralisasi dengan pembentukan Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang di masing-masing tingkat, mulai dari tingkat satuan kerja, wilayah, Eselon I dan K/L. Laporan Keuangan K/L tersebut, disertai dengan Ikhtisar Laporan Keuangan BUMN dan Badan Layanan Umum, disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dikonsolidasikan dalam penyusunan LKPP.
The financial report is arranged in stages and decentralized with the setting up of a Financial Accountancy Unit and Goods Accountancy Unit in each level, from the work unit, region, Echelon I and ministries/institutions. The financial statement of the ministries/institutions is accompanied by a Summary of the Financial Statement of State-owned enterprises and general Public Agencies, submitted to the Minister of Finance for consolidation in preparing the Central Government’s Financial Statement.
Keterangan: *) Jumlah satker menurut Buku Satuan Kerja Pengguna Anggaran Pemerintah Pusat 2011.
Note: *) Number of work units according to the Book of the Central Government’s Budget Using Work Units 2011. **) Data per December 31st, 2010.
**) data per 31 Desember 2010.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
149
Proses penyusunan dan penyampaian LKPP tahun 2011 sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN adalah sebagai berikut:
Process of preparing and submitting the Central Government’s Financial Statement 2011 as a liability report of the State Budget Implementation was as follows:
a. Konsolidasi dan Penyampaian LKPP (unaudited) oleh Menteri Keuangan kepada BPK untuk diaudit pada Februari dan Maret 2012;
a. Consolidation and submission of the Central Government’s Financial Statement (unaudited) by the Minister of Finance to the Supreme Audit Agency to be audited in February 2012. b. Discussion by three parties (Ministry of Finance, the Supreme Audit Agency, and ministries/ insitutions) in April 2012. c. Discussion of Examination Findings by the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement in relation to ministries/institutions and BUN in May 2012. d. Submission of the government’s response to the Examination Result Report of the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to Chairman of the Supreme Audit Agency in May 2012. e. Submission of the Central Government’s Financial Statement (audited) to the Supreme Audit Agency in end of May 2012. f. Submission and discussion of the draft of Law on the State Budget by the President to the House of Representatives. Law Number 14/2011 on the draft of the Law on the State Budget Fiscal Year 2011 was stipulated on September 19th, 2012. g. Submission of Action Plan towards findings of the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to the Supreme Audit Agency. h. Submission of the Follow Up Monitoring Report towards findings of the Supreme Audit Agency on the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to the Vice President. i. Submission of the Government’s Action Plan towards Examination Findings by the Supreme Audit Agency towards LKBUN, LKKL and the Central Government’s Financial Statement by the Minister of Finance to the Supreme Audit Agency. j. Preparation of the Central Government’s Financial Statement of semester I/2012.
b. Pembahasan tiga pihak (Kemenkeu, BPK, dan K/L) pada April 2012; c. Pembahasan Temuan Pemeriksaan BPK atas LKPP terkait K/L dan BUN pada Mei 2012;
d. Penyampaian Tanggapan Pemerintah terhadap LHP BPK atas LKPP oleh Menkeu kepada Ketua BPK pada Mei 2012;
e. Penyampaian LKPP (audited) kepada BPK pada akhir Mei 2012; f.
Penyampaian dan pembahasan RUU P2 APBN oleh Presiden kepada DPR. UU Nomor 14 tahun 2011 P2APBN TA 2011 ditetapkan tanggal 19 September 2012;
g. Penyampaian Rencana Tindak terhadap temuan BPK atas LKPP oleh Menteri Keuangan kepada BPK; h. Penyampaian Laporan Pemantauan Tindak Lanjut terhadap Temuan BPK atas LKPP oleh Menteri Keuangan kepada Wakil Presiden; i.
Penyampaian Rencana Tindak Pemerintah atas Temuan Pemeriksaan BPK terhadap LKBUN, LKKL dan LKPP Tahun 2011 oleh Menkeu kepada BPK;
j.
Penyusunan LKPP semester I tahun 2012. Kegiatan penyusunan LKPP semester I tahun 2012 meliputi penyusunan dan pembahasan draf Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi APBN, Neraca Pemerintah Pusat, dan Catatan atas Laporan Keuangan; k. Penyusunan Pemantauan Rencana Tindak Pemerintah atas Temuan Pemeriksaan BPK terhadap LKKL, LKBUN, dan LKPP 2010;
150
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
k. The preparation activities of the Central Government’s Financial Statement semester I/2012 included arrangement and discussion of the draft of Cashflow Report, the State Budget
l.
Penyusunan Pemerintah.
Laporan
Penertiban
Rekening
Realization Report, the Central Government’s Balance, and Note of the Financial Statement. l. Arrangement of the Government’s Action Plan on the Examination Findings of the Supreme Audit Agency towards LKKL, LKBUN, and the Central Government’s Financial Statement 2010. m. Arrangement of the Government’s Account Made into Order Report.
Government Finance Statistics (GFS)
Government Finance Statistics (GFS)
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengimplementasikan GFS selama tahun 2012 antara lain:
Some activities to implement the Government Finance Statistics (GFS) in 2012:
a. Pembentukan Tim Statistik Keuangan Pemerintah; b. Pelatihan Sistem Statistik Keuangan Pemerintah (IMF expert); c. Lokakarya Statistik Keuangan Pemerintah.
a. Establishment of a team of the Government Finance Statistics (GFS); b. Training of a Government Finance Statistics System (GFS) (IMF Expert); c. Workshop on the Government Finance Statistics (GFS).
Peningkatan Pembinaan Satker BLU
Increase of the Public Service Body (BLU) Work Units Development
Konsep Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) tertuang dalam UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. BLU melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas.
Concept of the Public Service Body (BLU) Financial Management is stated in Law Number 1/2004 on the State Treasury. Public Service Body is a government institution established to serve the people in the form of providing goods and/or service sold without prioritizing profit-seeking. The Public Service Body (BLU) runs its activities based on the efficiency and productivity principle.
Dengan semakin bertumbuh dan berkembangnya satker yang menerapkan pola Pengelolaan Keuangan BLU, peran dan tanggung jawab Ditjen Perbendaharaan dalam melakukan pembinaan akan semakin bertambah besar. Ditjen Perbendaharaan memberikan bimbingan, asistensi, dan konsultasi dalam penyusunan tarif/pola tarif, menyelenggarakan pembahasan pengkajian usulan tarif/pola tarif, dan menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan mengenai penetapan usulan tarif/pola tarif instansi PK BLU. Bimbingan teknis berupa pemberian bimbingan dalam rangka penyusunan persyaratan administratif bagi satker yang akan mengajukan usulan menjadi satker yang menerapkan PK BLU dan bimbingan teknis bagi satker yang telah menerapkan PK BLU seperti
In line with the growing and developing work units that apply the Public Service Body (BLU) Financial Management pattern, the role and responsibilty of the Directorate General of Treasury in the development also increases. The Directorate General of Treasury provides guidance, assistance, and consultation in the preparation of tariff/tariff pattern, and submits a recommendation to the Minister of Finance on the tariff/tariff pattern of the Public Service Body (BLU). The technical guidance is aimed at preparing administrative requirements for work units that will propose a recommendation to be work unit, that applies the Public Service Body (BLU) financial management and technical guidance for work units that already apply the Public Service Body (BLU) financial management such as
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
151
pembuatan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), tarif dan remunerasi.
making Business and Budget Plan (RBA), tariff and remuneration.
Ditjen Perbendaharaan melakukan pembinaan secara langsung antara lain:
The Directorate General of Treasury provides a direct development, including:
a. Memberikan arahan terkait dengan pengelolaan keuangan BLU; b. Menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi satker BLU, dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait; c. Menyelenggarakan Help Desk sebagai sarana bagi satker BLU dalam menyampaikan berbagai permasalahannya terkait dengan implementasi PK BLU.
a. Providing directions related to the Public Service Body (BLU) financial management; b. Following up to problems faced by the Public Service Body (BLU) work units, by coordinating with the related parties; c. Organizing a Help Desk as a facility for the Public Service Body (BLU) work units in submitting various problems related to the implementation of the Public Service Body (BLU) financial management.
Penyusunan grand design BLU merupakan salah satu kegiatan yang sangat krusial dilakukan Ditjen Perbendaharaan selama tahun 2012. Grand design akan mengubah tata kelola dan administrasi manajerial BLU. Latar belakang perlunya penyusunan grand design di antaranya adalah:
Preparation of the General Service Body grand design was one of the most crucial activities of the Directorate General of Treasury in 2012. The grand design will change the governance and managerial administration of the Public Service Body (BLU). Background of making the grand design included:
1. Perubahan eksternal/regulasi yang akan berimbas terhadap tata kelola BLU; 2. Reorganisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang berimbas pada proses pembinaan BLU; 3. Kecenderungan beberapa satker BLU implementasi PK BLU tidak sesuai dengan latar belakang pembentukan BLU seperti PNBP yang tidak tergarap secara optimal;
1. External/internal changes that affected the Public Service Body (BLU) governance; 2. Reorganization at the Ministry of Finance that affected the developing process of the Public Service Body (BLU); 3. Tendency of some Public Service Body (BLU) work units where the Public Service Body (BLU) financial management was not implemented as the background of the Public Service Body (BLU) establishment, as the Non-Tax Revenues (PNBP) that was not optimally explored; 4. Some Public Service Bodies (BLU) that needed a special treatment.
4. Beberapa BLU yang perlu penanganan khusus.
152
Dengan beberapa alasaan tersebut, penyusunan grand design menjadi hal yang krusial dan mendesak untuk dilaksanakan sebagai pijakan kuat dalam rancangan peraturan BLU di masa yang akan datang.
Considering these reasons, preparation of the grand design was a crucial and urgent thing to be implemented as a strong based to design the Public Service Body (BLU)’s future regulations.
Kebijakan dan strategi pengembangan BLU ke depan, yakni;
Future policies and strategies of the Public Service Body (BLU) development:
1. Penetapan satker BLU baru dilakukan secara lebih selektif dengan mempertimbangkan jenis layanan, kelayakan skala layanan dan kemampuan pendanaan PNBP BLU dalam bentuk threshold; 2. Penyempurnaan mekanisme penganggaran BLU sehingga satker BLU dapat mengoptimalkan
1. New Public Service Body (BLU) work units were stipulated more selectively considering service types, service scale worthiness, and the funding capacity of the Public Service Body (BLU) by NonTax Revenues (PNBP) in threshold; 2. Perfection of the Public Service Body (BLU) budgeting mechanism, so that the Public Service
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
PNBP, meningkatkan efisiensi biaya, transparansi dan akuntabilitas; 3. Pengaturan kembali fleksibilitas yang diberikan kepada satker BLU agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja layanan dan optimalisasi PNBP; 4. Pengaturan kembali mengenai pengelolaan aset tetap satker BLU sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja layanan, mengurangi aset tetap yang idle/terbengkalai, mengamankan aset tetap/BMN, dan optimalisasi PNBP; 5. Peningkatan peran sistem pengendalian intern (SPI) sebagai pemeriksa internal dan Dewas sebagai pengawas terhadap satker BLU;
Selama tahun 2012 terdapat penambahan 15 satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU.
Body (BLU) work units can optimize Non-Tax Revenues (PNBP), increase the cost efficiency, transparence, and accountability; 3. Re-arrangement of flexibility provided to the Public Service Body (BLU) work units to be used to increase service performance and optimize Non-Tax Revenues (PNBP); 4. Re-arrangement of assets management of the Public Service Body (BLU) work units to be used to increase service performance, to decrease idle fixed assets, to secure fixed assets, and to optimize Non-Tax Revenues (PNBP); 5. Increase of the role of the internal controlling system as an internal examiner and the Board of Governors as supervisor of the Public Service Body (BLU) work units; In 2012, there was an additional 15 work units that applied the Public Service Body (BLU) financial management pattern.
Penyusunan dan revisi regulasi mulai TW II 2012 s/d akhir 2013
Pengukuran kinerja 2012 yang komprehansif dilaksanakan mulai Semester II 2012 s/d akhir TW II 2013
Implementasi PK BLU berdasar regulasi yang telah disempurnakan mulai awal 2104
Tata kelola yang transparan dan akuntabel Kinerja layanan dan keuangan yang baik dan efisien Kemandirian pendanaan meningkat Berkontribusi dalam penghematan RM APBN Akhir 2015
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
153
Grafik 4.7. Jumlah Satker BLU Berdasarkan Sejumlah Kriteria Graphic 4.7. Number of Public Service Body (BLU) Work Units based on a Number of Criteria
Jumlah Satker BLU berdasarkan Tahun Pengesahan s.d 31 Desember 2012 30 25 20 15 10 5 0 2006
2005 2005
2007
2006
2008
2007
2009
2008
2010
2009
2011
2012
2010
2011
2012
Until December 31st, 2012, the number of stipulated Public Service Body (BLU) work units was 144, spreading in 23 regions under the coverage of the Directorate General of Treasury throughout Indonesia. Below is a diagram of the Public Service Body (BLU) work units based on the endorsement year, ministries/institutions, service types, service groups, and the distribution at Regional Offices
Sampai dengan 31 Desember 2012 jumlah satker BLU yang telah ditetapkan sebanyak 144 satker yang tersebar di 23 wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan di seluruh Indonesia. Grafik 4.7 menggambarkan diagram satker BLU berdasarkan Tahun Pengesahan, K/L, jenis layanan, rumpun layanan, dan sebaran satker BLU di Kanwil Ditjen Perbendaharaan seluruh Indonesia.
Jumlah Satker BLU berdasarkan Tahun Pengesahan s.d 31 Desember 2012 60 52
50
33
154
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
LAPAN
1
1 BPKP Sabang
BPPT
Kementerian / Lembaga
1 KEMENPERA
1
2
Setneg
1
2
Pertanian
1
KUKM
1
2
Kominfo
1
Ristek
Agama
Dikbud
1
Pek Umum
10 3
Kehutanan
7 Kesehatan
1 ESDM
5
Perhubungan
3 Keuangan
0
15
Perindustrian
10
BP BATAM
20
Kepolisian
30
Nakertrans
Jumlah
40
Jumlah Satker BLU Berdasarkan Rumpun Layanan s.d 31 Desember 2012
80 60
73 Kesehatan Pendidikan
49
40 20
12
6
4
Barang/Jasa Lainnya
Dana
Kawasan
0 Kesehatan
Pendidikan
Barang/Jasa Lainnya Dana Kawasan
of the Directorate General of Treasury throughout Indonesia. Selama tahun 2012 terdapat tiga proses pencabutan status BLU terhadap satker BLU yang tidak lagi memenuhi aspek substantif, teknis, dan administratif sebagaimana diatur dalam PP no. 23 tahun 2005, yaitu: Balai Besar Latihan Kerja Industri Serang, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Dalam Negeri Bandung, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri Bekasi.
In 2012, there were three processes of Public Service Body (BLU) status revocation towards Public Service Body (BLU) work units that no longer fulfilled the substantive, technical, and administrative aspects as regulated in the Government Regulation No. 23/2005, including Industrial Training Unit in Serang, Domestic Training Development Unit in Bandung, Foreign Training Development Unit in Bekasi.
Pada tahun 2012 juga dilakukan penilaian terhadap kinerja 117 satker BLU yang meliputi aspek keuangan dan aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Satker BLU dinyatakan memiliki kinerja keuangan baik apabila memperoleh total skor penilaian lebih besar dari 50 atau BB.
In 2012, performance of 11 Public Service Body (BLU) work units was also assessed, including the financial and compliance aspects towards the legislation. A Public Service Body (BLU) work unit was stated to have a GOOD financial performance when it obtained a total score of more than 50 or BB.
Jumlah Satker BLU Berdasarkan Jenis Layanan s.d 31 Desember 2012
4,3% 6,4% 134,93%
Penyediaan Barang/Jasa Pengelolaan Wil/ Kawasan Pengelolaan Dana Khusus
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
155
Grafik 4.8 Penilaian Kinerja Keuangan Satker BLU Graphic 4.8 Assessment of Financial Performance of Public Service Body (BLU) Work Units
60 50 40
56 50 42
40
30 19
20
18 Satker yang dinilai
10
Satker yang kinerjanya baik
0 BLU Kesehatan
BLU Pendidikan
Dari 117 satker BLU yang dilakukan penilaian, 108 satker BLU kinerja keuangannya baik dengan perincian sebagai berikut:
Out of the 117 assessed Public Service Body (BLU) work units, 108 units showed a good financial performance, with the following detail:
1. Dari 42 satker BLU bidang kesehatan yang dinilai, 40 satker kinerja keuangannya dinyatakan baik.
1. Out of 42 Public Service Body (BLU) work units in the health sector, 40 units were stated to have a good financial performance. 2. Out of 56 Public Service Body (BLU) work units in the education sector, 50 units were stated to have a good financial performance. 3. Out of 19 Public Service Body (BLU) work units in other sectors, 18 units were stated to have a good financial performance.
2. Dari 56 satker BLU bidang pendidikan yang dinilai, 50 satker kinerja keuangannya dinyatakan baik. 3. Dari 19 satker BLU lainnya yang dinilai, 18 satker kinerja keuangannya dinyatakan baik.
156
BLU Lainnya
Perkembangan Implementasi SPAN
Development of the State Budget and Treasury System (SPAN) Implementation
Rancangan proses bisnis Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) telah mendapatkan persetujuan dan ditandatangani pada 13 Januari 2012. Pada awal tahun 2012 dilaksanakan fase unit test yang merupakan pengujian terhadap aplikasi berdasarkan skenario transaksi keuangan per modul. Setelah unit test selesai, tim SPAN bekerja sama dengan LG-CNS melaksanakan fase Integration Test secara intensif sejak November 2012. Dilakukan pengujian aplikasi secara menyeluruh (cross module) dengan skenario komprehensif (end to end process). Prosedur pengujian seperti ini dilakukan untuk menguji keterkaitan dan pengaruh antar modul.
Design of the State Budget and Treasury System (SPAN) business process was approved and signed on January 13th, 2012. In early 2012, the application based on a financial transation per module scenario was tested. Following the test, the State Budget and Treasury System (SPAN) team, in cooperation with the LG-CNS, carried out an intensive Integration Test since November 2012. A cross module test was carried out on the application with an end to end process. The Integration Test should absolutely be carried out as the real financial transactions involved some module cores in a series. Until end of 2012, the integration test was still carried out and it was
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Integration Test mutlak dilaksanakan karena transaksi keuangan yang sesungguhnya melibatkan beberapa core modul dalam satu rangkaian. Hingga akhir tahun 2012, Integration Test masih terus berlangsung dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2013 untuk segera memasuki fase UAT (User Acceptance Test).
expected that it would be completed in 2013 and followed by a User Acceptance Test (UAT).
Untuk mempercepat proses transaksi keuangan Negara, SPAN disambungkan ke sistem perbankan. Pembahasan teknis sudah dimulai sejak Januari, dengan pihak perbankan yang terlibat adalah Bank Operasional I (BO I): Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Ditjen Perbendaharaan melakukan perintah transfer kepada Bank Indonesia dari rekening kas umum negara ke rekening BO I melalui aplikasi BIG-eB. Untuk menjembatani SPAN dengan BIG-eB dibangun interkoneksi antara keduanya pada bulan Maret. Dengan jembatan ini, surat perintah transfer dari rekening kas umum negara ke BO I dapat dilakukan secara otomatis by system.
To accelerate the state’s financial transaction process, the State Budget and Treasury System (SPAN) will be connected to a banking system. Technical discussions have begun since January, in which banks involved included Operational Banks I (BO I): Bank Mandiri, BRI, BNI, and BTN. The Directorate General of Treasury would instruct a transfer to Bank Indonesia from the state’s account to BO I’s account through the BIG-eB application. To connect the State Budget and Treasury System (SPAN) and the BIG-eB, an interconnection was set up in March. With the interconnection, a transfer instruction letter from the state’s account to the BO I’s account could be automatically made by system.
Pelaksanaan SPAN juga dilandasi oleh sebuah peraturan. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) tentang Pelaksanaan SPAN dimulai dengan pembentukan Tim Penyusun Peraturan yaitu dengan KEP-181/PB/2012 tanggal 13 Agustus 2012. Pihak Direktorat Transformasi Perbendaharaan (Dit. TP) kemudian melakukan inventarisir atas proses bisnis SPAN dan peraturanperaturan saat ini yang akan terkena dampak implementasi SPAN.
Implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN) was also based on a regulation. The draft of Regulation of the Minister of Finance on the Implementation of State Budget and Treasury System (SPAN) began with the setting up of a team with KEP-181/PB/2012 dated August 13th, 2012. The Directorate of Treasury’s Transformation made inventories of the State Budget and Treasury System (SPAN) business process and current regulations that would be affected by the implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN).
Kajian atas perubahan-perubahan proses bisnis saat ini yang dilakukan dalam SPAN selanjutnya diolah untuk disusun sebagai pokok-pokok pikiran yang akan menjadi batang tubuh RPMK. Pada bulan Oktober, penyusunan legal drafting RPMK yang dilakukan oleh Dit. TP diserahkan kepada Dit. SP agar dilakukan harmonisasi peraturan. Dan setelah itu, secara bersama-sama, Dit. TP dan Dit. SP melakukan pembahasan draft RPMK dengan pihak-pihak terkait seperti fungsi-fungsi lingkup DJPBN selaku business owner, Bagian OTL Setditjen PBN, serta Biro Hukum Setjen Kemenkeu.
The assessment on changes of the current business process in the State Budget and Treasury System (SPAN) was then processed to be prepared as principal thoughts of the content of the draft of Regulation of the Minister of Finance (RPMK). In October, the draft of Regulation of the Minister of Finance (RPMK) by the Directorate of TP was submitted to the Directorate of SP for regulation harmonization. Further, the Directorate of TP and Directorate of SP jointly discussed the draft of Regulation of the Minister of Finance (RPMK) with related parties such as functions in the Directorate General of State Treasury as the business owner, OTL party at the Secretariat of the Directorate General of State Treasury, and the Legal Bureau of the Secretariat General at the Ministry of Finance.
Sistem teknologi informasi harus didukung komponen infrastruktur yang komprehensif, tidak
The information technology system must be supported by a comprehensive infrastructure,
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
157
158
terkecuali untuk SPAN. Sistem infrastruktur SPAN dirancang untuk menghubungkan data center sampai ke end user (baik Kantor Pusat, Kanwil, dan KPPN). Sejak tahun 2009 hingga 2011, tim SPAN melakukan pengumpulan data dari seluruh lokasi (Kanwil/KPPN) untuk menyusun strategi instalasi (deployment). Dengan bantuan fungsi sistem perbendaharaan dan fungsi kesekretariatan Ditjen Perbendaharaan, Kanwil/KPPN, Pusintek, dan DJA, strategi ini dilaksanakan mulai November 2011 hingga Juli 2012 terhadap 30 Kanwil DJPBN dan 177 KPPN serta unit pusat yang terkait proses bisnis SPAN. Namun demikian, terdapat tiga KPPN yang melakukan proses renovasi maupun pembangunan gedung baru, sehingga deployment pada kantorkantor tersebut baru bisa dilaksanakan pada November 2012.
the State Budget and Treasury System (SPAN) is no exception. The State Budget and Treasury System (SPAN) infrastructure has been designed to connect the data centre to the end user (Head Offices, Regional Offices, and State Treasury Offices). Since 2009 to 2011, a team of the State Budget and Treasury System (SPAN) collected data from all locations (Regional Offices/State Treasury Offices) to arrange the installation deployment. Assisted by the Treasury’s system function and the Secretariat at the Directorate General of Treasury, Regional Offices/ State Treasury Offices, Information and Technology Centre, and the Directorate General of Budget, the strategy was implemented from November 2011 to July 2012 to 30 Regional Offices and 177 StateTreasury Offices as well as central units related to the State Budget and Treasury System (SPAN) business process. However, three State Treasury Offices were renovating or constructing a new building, so that installation in these offices was deployed in November 2012.
Pada saat implementasi SPAN, para pengguna akan didukung dengan layanan bantuan (service desk). Layanan ini akan menjadi single point of contact apabila pengguna menghadapi permasalahan operasional, yang dibagi menjadi tiga area: gangguan proses bisnis, gangguan aplikasi, dan gangguan infrastruktur. Pada bulan Mei 2012, tim infrastruktur DTP menyelenggarakan workshop service desk SPAN yang menghimpun seluruh anggota service desk (Pusintek) dan tim ITSU (Information Technology Service Unit - terdiri dari tim gabungan Ditjen Perbendaharaan, DJA dan Pusintek). Workshop ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh peserta tentang urgensi ITSU dalam Implementasi SPAN dan rentang layanan yang akan diberikan kepada pengguna. Selain itu, kepada staf pusat layanan DJA juga telah diberikan pelatihan proses bisnis SPAN.
During the State Budget and Treasury System (SPAN) implementation, the users will be supported by a service desk. It will be a single point of contact when the users face operational problems, including a business process disturbance, an application disturbance, and an infrastructure disturbance. In May 2012, an infrastructure team from the Directorate of Treasury Transformation held a service desk workshop to gather all members of the service desk and a team from the Information Technology Service Unit (ITSU), consisting of the Directorate General of Treasury, the Directorate General of Budget, and the service desk. The workshop was aimed at providing knowledge to all participants on the urgency of Information Technology Service Unit (ITSU) in the implementation of the State Budget and Treasury System, and the service provided to the users. In addition, the service desk staff of the Directorate General of Budget was provided with training on the State Budget and Treasury System (SPAN) business process.
Perubahan sistem secara luas seperti implementasi SPAN tentunya akan memberikan dampak bagi organisasi dan SDM. Strategi komunikasi dan pengelolaan perubahan diperlukan agar memudahkan pegawai menjalani proses transisi sistem lama ke sistem yang baru. Untuk itu dalam program pengelolaan perubahan dan komunikasi melibatkan para pegawai dari Ditjen Perbendaharaan, DJA, dan Pusintek Setjen. Ada
A vast system change such as the implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN) would definitely affect the organization and human resources. A communication strategy and change management was required to facilitate the employees in undergoing the transition from the old system to the new system. The program of change management and communication involved employees from the Directorate General
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
empat fokus utama dalam penyusunan strategi perubahan: workstream pengelolaan perubahan, workstream komunikasi, workstream pelatihan, dan workstream organisasi.
of Treasury, the Directorate General of Budget, and the Information and Technology Centre of the Secretariat General. There were four focuses in the change strategy: change management workstream, communication workstream, training workstream, and organization workstream.
Pembangunan SAKTI
Development of Institutional Application System (SAKTI)
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang digunakan satker untuk membantu administrasi pengelolaan keuangan negara. Proses pembangunan SAKTI dan SPAN terus berjalan beriringan secara terpisah dengan tetap memperhatikan kebutuhan interkoneksi antara keduanya. Ke depan, database SPAN akan mendapat input data dari database SAKTI. Proses pembangunan sistem dimulai dengan menyusun Software Requirement Specification (SRS) dan pembentukan peta jurnal pada bulan Januari-Juni. SRS adalah dokumen acuan dalam pengembangan sistem yang mencakup tujuan dan batasan sistem, aktor, user interface, desain layout reporting, dan proses bisnis pada setiap modul. Sedangkan peta jurnal merupakan ketentuan perlakuan akuntansi untuk setiap variasi transaksi yang dirumuskan dalam bentuk jurnal standar. Setelah finalisasi SRS, pembangunan aplikasi kemudian dilakukan bersama PT. Quadra sebagai vendor.
Institutional Financial Application System (SAKTI) is an application used by the work units at ministries/institutions to help administer the state’s financial management. Development process of the Institutional Financial Application System (SAKTI) and the State Budget and Treasury System (SPAN) continued separately by still taking the interconnection of both systems into consideration. In the future, database of the State Budget and Treasury System (SPAN) will be able to receive input from the Institutional Financial Application System (SAKTI). The process of setting up the system started with making a Software Requirement Specification (SRS) and a journal map in January – June. The Software Requirement Specification (SRS) is a reference document in the system development covering the system’s goal and definition, actor, user interface, reporting layout design, and the business process in each module. A journal map is a provision of accountancy treatment for every transaction variation formulated in a standard journal. After the Software Requirement Specification (SRS) has been finalized, the application was then set up with PT. Wuadra as the vendor.
Pada masa implementasi sistem diperlukan standar penggunaan yang didokumentasi dalam Prosedur Implementasi. Setiap aplikasi memiliki keterbatasan ruang lingkup. Dalam hal ini, Prosedur Implementasi juga bisa digunakan sebagai salah satu sumber informasi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada aplikasi. Terhadap aplikasi yang selesai dibangun oleh pihak pengembang, dilakukan pengujian untuk mengetahui kesiapan setiap modul dalam mengeksekusi transaksi. Pada bulan Oktober, skenario pengujian sudah dibahas dan dipersiapkan. Pada bulan November, aplikasi mulai dipasang pada komputer penguji untuk melaksanakan proses unit test dan masih berlangsung hingga akhir tahun 2012.
During the system implementation, a documented usage standard is needed in the implementation procedure. Every application has a coverage limitation. In this case, the implementation standard can also be used as one of the information sources in the settlement of any problems in the application. The application, of which the setting up has been completed by the developer, has been tested to find out the readiness of every module in executing transactions. In October, a test scenario was discussed and prepared. In November, the application was installed in the examining computers to process the Unit Test, and this last until end of the year.
Seperti pada pembangunan SAKTI, pada bulan Februari hingga Juni dilakukan kajian terhadap
Like the Institutional Financial Application System (SAKTI), from February to June, the Software
Financial
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
159
160
SRS Interkoneksi SPAN-SAKTI. Data pada aplikasi KPPN merupakan data yang diperoleh dari satker dalam bentuk ADK. Saat implementasi SAKTI, proses pengiriman data (data inbound dan outbound) juga harus ditentukan. Proses ini dirumuskan pada bulan Juli untuk modul anggaran, modul manajemen komitmen, modul pembayaran, dan modul akuntansi dan pelaporan pada aplikasi SAKTI. Pembahasan SOP interkoneksi SPAN-SAKTI dan skenario uji cobanya dilakukan pada bulan September hingga Oktober.
Requirement Specification (SRS) interconnected with the State Budget and Treasury System (SPAN) and the Institutional Financial Application System (SAKTI) was tested. As in the current process, data in the State Treasury Offices was obtained from work units in the form of ADK. During the implementation, the data inbound and outbound delivery process should also be determined. The process was formulated in July for the budget module, commitment management module, payment module, and accountancy module, as well as reporting in the Institutional Financial Application System (SAKTI) application. The Standard Operation Procedure of the interconnection between the State Budget and Treasury System (SPAN) and the Institutional Financial Application System (SAKTI) was discussed and tested from September to October.
PENERIMAAN NEGARA PERPAJAKAN
GOVERNMENT REVENUES TAXATION
Penyempurnaan Kebijakan Perpajakan
Perfecting Taxation Policies
Ditjen Pajak (DJP) membutuhkan data dan informasi perpajakan dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lainnya untuk pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi penerapan sistem self assessment. Data dan informasi dimaksud adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan. Informasi itu termasuk mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar DJP.
The Directorate General of Tax required taxation data and information from the government institutions, associations, and other parties to supervise compliance of the taxation obligation implementation as a consequence of the self assessment system application. The said data and information included both personal as well as agencies describing the business, business distribution, income and/or wealth of the related person or agency. The information included the debtors, financial transaction data and foreign currency traffic, credit cards, and financial report and/or business activities report submitted to other agencies other than the Directorate General of Tax.
Penghimpunan data itu sudah diatur dalam sebuah aturan. UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Pasal 35A mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Sebagai implementasi dari pengaturan dalam UU KUP tersebut, pada tanggal 27 Februari 2012, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi Yang Berkaitan Dengan Perpajakan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2012.
The data was collected according to the regulation. Law on Tax General Stipulation (KUP) article 35A mandates a further arrangement in the Government Regulation. As an implementation of the Law on Tax General Stipulation, on February 27th, 2012, the Government Regulation Number 31/2012 on Presenting and Collecting Data and Information in relation with Taxation was enacted In the State Gazette of the Republic of Indonesia Number 56/ 2012.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Pengalihan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Diversion of the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2)
Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) akan dialihkan sebagai Pajak Daerah selambatnyalambatnya 1 Januari 2014. Sepanjang tahun 2012, DJP beserta tim dari Kementerian Keuangan melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap persiapan pengalihan dan pelaksanaan pemungutan PBB-P2 ke pemerintah kabupaten/kota yang telah mengadministrasikan PBB-P2.
Under the provision of Law Number 28/2009 on the Regional Tax and the Regional Retribution, the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) will be diverted to Regional Tax no later than January 1st, 2014. Along 2012, the Directorate General of Tax and a team from the Ministry of Finance observed and evaluated preparation of the diversion and implementation of collecting Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) to the regency/ city governments already administered the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2).
Agar persiapan pengalihan dan pelaksanaan pemungutan PBB-P2 dapat berjalan dengan baik, DJP menindaklanjuti dengan:
To well prepare the diversion and implementation of collecting the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2), the Directorate General of Tax followed it up by:
a. Memantau kesiapan 105 kabupaten/kota yang akan mengelola PBB-P2 tahun 2013;
a. Observing the readiness of 105 regencies/ municipalities that manage the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) in 2013. b. Providing a technical guidance on managing the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2) to regional governments. The guidance was held in Regional Offices of the Directorate General of Tax and/or Pratama Tax Service Offices (KPP). c. Encouraging Regional Offices of the Directorate General of Tax to set up a joint team with the local regional government to help the regency/ municipality governments in the preparation of collecting the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-2). d. Organizing a workshop related to information technology, particularly for installation and customization of the Tax Payer Information Management System (SISMIOP) application in 105 regencies/municipalities managing the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB2). e. Organizing assessment workshops in 18 regencies/municipalities that have collected the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB2) in 2011 and 2012. f. Setting up up cooperation with the State Institute of Accountancy (STAN) in organizing a Diploma I program on Taxation of Evaluator and Console Operator consentration of which most of the lecturers were employees of the Directorate General of Tax.
b. Melakukan bimbingan teknis pengelolaan PBB-P2 ke pemda. Bimbingan dilakukan Kantor Wilayah (Kanwil) DJP dan/atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama;
c. Mendorong Kanwil DJP untuk membentuk tim bersama pemda setempat untuk membantu pemerintah kabupaten/kota dalam persiapan pemungutan PBB-P2;
d. Mengadakan – terkait teknologi informasi khususnya untuk instalasi dan kustomisasi aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) pada 105 kabupaten/kota yang akan mengelola PBB-P2;
e. Mengadakan workshop Penilaian pada 18 kabupaten/kota yang telah melaksanakan pemungutan PBB-P2 pada tahun 2011 dan 2012; f.
Mengadakan kerja sama dengan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dalam menyelenggarakan program Diploma I Perpajakan Konsentrasi Penilai dan Operator Console dengan pengajar yang sebagian besar dari pegawai DJP.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
161
Pada tahun 2011, baru kota Surabaya yang melaksanakan pemungutan PBB-P2. Pada tahun 2012, jumlahnya meningkat menjadi 17 kabupaten/ kota. Diharapkan pada 1 Januari 2014 seluruh pemerintah kabupaten/kota sudah melaksanakan pemungutan PBB-P2 sendiri.
In 2011, only Surabaya has collected the Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2). In 2012, the number increased to 17 regencies/municipalities. It is hoped that on January 1st, 2014, all regencies/ municipalities have collected their own Property Tax of Regional and Urban Sectors (PBB-P2).
Penggalian Potensi
Potential Exploration
Ekstensifikasi
Extensification
Salah satu program atas kebijakan umum perpajakan 2012 dalam nota keuangan APBN 2012 adalah program ekstensifikasi perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) berbasis profesi, pemberi kerja, feeding dari 1.000 Wajib Pajak Besar dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT)
One of the programs on 2012 taxation general policy in the State Budget 2012 was the taxation extensification aimed at increasing the number of Individual Tax Payers (WP OP) of profession, employer, feeding basis from 1,000 Large Tax Payers and Individual Tax Payers of Certain Businessmen (WP OPPT)
Program Ekstensifikasi WP OP masuk dalam peta strategis DJP 2008-2012. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperluas basis pengenaan pajak (tax base broadening) dengan meningkatkan Wajib Pajak (WP) terdaftar, meningkatkan kepatuhan wajib pajak, serta meningkatkan penerimaan pajak. Program ekstensifikasi merupakan upaya proaktif DJP sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Pendekatan yang digunakan adalah berbasis karyawan dan properti. Pendekatan berbasis karyawan dilakukan melalui pemberi kerja. Karyawan yang masuk dalam daftar ini termasuk komisaris, pemegang saham, direksi dan karyawan pada perusahaan swasta atau BUMN serta PNS baik tingkat pusat maupun daerah.
The extensification program of the Individual Tax Payers (WP OP) was inserted in the strategic map of the Directorate General of Tax 2008-2012. The activity was aimed at expanding the tax imposition base by increasing the registered Tax Payers, their compliance, and tax revenues. The extensification program was a proactive effort of the Directorate General of Tax as a service to the public to have a tax number (NPWP). The approach used was employees and property basis. The employees-based approach was made through the employers. Employees inserted in this list included commissioners, shareholders, directors and employees of private companies or state-owned enterprises and civil servants both in the central as well as regional governments.
Peningkatan jumlah WP terdaftar dan Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Increase of the number of registered Tax Payers and Individual Tax Payers from year to year can be seen in the following table 4.12.
Tabel 4.12. Jumlah Wajib Pajak terdaftar dan Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi Table 4.12. Number of Registered Tax Payers and Individual Tax Payers
Wajib Pajak Tax Payers
2008
2009
2010
2011
2012
1. Orang Pribadi Individual
8.807.666
13.861.253
16.880.649
19.881.684
22.131.323
2. Bendahara Treasurer
392.509
441.986
471.833
507.882
545.232
3. Badan Entity
1.481.924
1.608.337
1.760.108
1.929.507
2.136.014
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar (1+2+3) Number of Registered Tax Payers (1+2+3)
10.682.099
15.911.576
19.112.590
22.319.073
24.812.569
3.375.977
5.053.587
3.019.396
3.001.035
2.249.639
Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi Addition of Individual Tax Payers Sumber: DJP
162
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Source: Directorate General of Tax
Sensus Pajak Nasional
National Tax Census
Program Sensus Pajak Nasional (SPN) 2012 dicanangkan kembali oleh DJP di Jakarta pada tanggal 1 Mei 2012. Tujuan dari SPN adalah menjaring seluruh potensi perpajakan dalam rangka Tridharma Perpajakan yaitu seluruh WP terdaftar, seluruh Objek Pajak dipajaki, dan pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah.
The National Tax Census (SPN) 2012 program was relaunched by the Directorate General of Tax on May 1st, 2012. The aim of the National Tax Census was to encompass all tax potentials in the framework of Tridharma Perpajakan, including registered Tax Payers, all taxed Tax Objects, and implementation of on-time and on-amount tax obligation.
SPN dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Pemilihan lokasi sensus menggunakan hasil pemetaan dan monografi fiskal. Prioritas adalah sentra ekonomi/kawasan bisnis, high rise building, pemukiman serta kawasan potensial lainnya seperti perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan lainya. Pada lokasi sensus, seluruh subjek dan objek pajak didata menggunakan Formulir Isian Sensus (FIS) dan diikuti dengan penyuluhan dan imbauan. Tempat usaha dan/atau tempat tinggal responden yang telah disensus selanjutnya dipasang stiker sebagai tanda telah dilakukan sensus.
The National Tax Census was implemented simultaneously throughout Indonesia. The census locations were selected by using mapping and fiscal monography result. Priorities included economic centres/business areas, high-rise buildings, housing complexes, and other potential areas such as palm oil plantations, mining areas, and others. At the census locations, all tax subjects and objects were registered by using a Census Form (FIS), followed by a guidance and appeal. A sticker was then attached on the business locations and/or housing complexes of the respondents who have been censused as a sign that the respondents have been registered.
Tabel 4.13. Hasil Sensus Pajak Nasional 2011-2012 Table 4.13. Result of National Tax Census 2011-2012
Tahun Year
Rencana Plan
FIS Kategori FIS Category 1
2
3
4
Jumlah Kategori 1-2-3 Number of Category 1-2-3
% Kategori 1-2-3 % Category 1-2-3
Jumlah Kategori 1-2-3-4 Number of Category 1-2-3-4
% Kategori 1-2-3-4 % Category 1-2-3-4
2011
1.030.903
443.113
15.206
101.385
86.951
559.704
54,29%
646.655
62,73%
2012
3.588.000
2.922.004
78.410
454.922
50.279
3.455.336
96,30%
3.505.615
97,70%
Keterangan: • Kategori 1: Responden dapat ditemui di lokasi sensus, dan bersedia menjawab serta menandatangani FIS • Kategori 2: Responden dapat ditemui di lokasi sensus akan tetapi tidak bersedia menjawab dan menandatangani FIS • Kategori 3: Responden tidak berada ditempat saat sensus, tetapi ada pihak yang memiliki hubungan dengan responden • Kategori 4: Objek sensus tidak/belum berpenghuni
Note: • Category 1: Respondents could be met at the census location and were willing to answer and sign the Census Form • Category 2: Respondents coud be met at the census location but were not willing to answer and sign the Census Form • Category 3: Respondents were not present at the location during the census but there were parties related to the respondents • Category 4: Census objects were not (yet) inhabited
Intensifikasi
Intensification
Salah satu program dari kebijakan umum perpajakan dalam nota keuangan APBN 2012 adalah program intensifikasi. Program intensifikasi dilakukan melalui (a) pengamanan pembayaran masa; (b) pemantapan
One of the programs of the general taxation policy in the Financial Note of the State Budget 2012 was the intensification program. The intensification program was conducted through (a) security of the period
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
163
164
profil seluruh WP di Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor Pajak Wajib Pajak Besar (Large Tax OfficeLTO), Kanwil Jakarta Khusus; (c) pemantapan & bedah profil 1.000 WP utama Kantor Pelayanan Pajak Pratama; (d) penambahan pembuatan 500 profil WP dari 1.000 WP yang wajib profil sebagai tindak lanjut dari program feeding di KPP Pratama; (e) pengamanan penerimaan WP sektor tertentu; (f ) pengamanan penerimaan WP OP Pengusaha Tertentu (OPPT) dan high wealth individuals (HWI); (h) pengamanan penerimaan dari WP bendahara; (i) pengamanan penerimaan berbasis transaksi; dan (j) pengamanan penerimaan berbasis high rise building.
payment; (b) strengthening the profile of all Tax Payers in the Medium Tax Offices, Large Tax Offices, Regional Offices of Jakarta; (c) strengthening of profiles of 1.000 prime Tax Payers at Prime Tax Offices; (d) addition of making 500 out of 1.000 profiles of Tax Payers as a follow up to the freeding program at Prime Tax Offices; (e) securing Tax Payers acceptance from certain sectors; (f ) securing certain corporate Tax Payers acceptance and high wealth individuals (HWI); (h) securing treasurer Tax Payers acceptance; (i) securing transaction-based acceptance; and (j) securing high rise building-based acceptance.
Kegiatan intensifikasi juga berbagai program seperti:
dengan
The intensification activity was also supported by a variety of programs, such as:
a. program feeding yaitu pertukaran data WP antar KPP berbasis profil dan pengawasan pemanfaatan data dalam rangka pembuatan dan/atau pemutakhiran profil WP serta penggalian potensi pajak; b. Penggalian potensi sektoral yaitu penggalian potensi pajak terhadap sektor-sektor yang booming pada tahun 2012; c. Penggalian potensi orang pribadi berbasis pencarian di internet; d. Pengawasan Pembayaran Masa yaitu pengawasan Pembayaran Masa yang tidak mencerminkan jumlah pembayaran pajak seharusnya dan/atau jumlah pembayaran pajak berdasarkan analisis; e. Benchmarking yaitu mengukur tingkat risiko kepatuhan dan kinerja WP dibandingkan dengan WP lain pada sektor industri/klasifikasi yang sama.
a. Feeding program, an exchange of Tax Payers’ data between Tax Offices based on the profile and supervision of the data use to make and/ or to update the Tax Payers’ profile, as well as to explore tax potentials. b. To explore sectoral potentials against booming sectors in 2012;
Penanganan Perkara/Sengketa Perpajakan
Handling Case/Tax Conflict
Penyelesaian sengketa perpajakan senantiasa menjadi hal penting bagi DJP untuk memberikan keadilan dan kepastian hukum terhadap WP. Dalam penyelesaian sengketa perpajakan, WP bisa melakukannya di DJP, Pengadilan Pajak ataupun Mahkamah Agung. Penyelesaian sengketa pajak di DJP terdiri dari dari proses keberatan, pembetulan, pengurangan, penghapusan dan pembatalan ketetapan pajak. Sementara proses yang diselesaikan di luar DJP adalah banding dan gugatan yang diselesaikan di Pengadilan Pajak dan proses peninjauan kembali yang dapat diajukan WP atau DJP ke Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.
A tax conflict settlement should always be an important matter for the Directorate General of Tax to provide justice and legal certainty for Tax Payers. A Tax Payer can settle a tax conflict at the Directorate General of Tax, Tax Court, or the Supreme Court. The settlement of a tax conflict at the Directorate General of Tax consists of an objection, a correction, a deletion, and a cancellation process of tax stipulation, while a process settled outside the Directorate General of Tax includes an appeal and a claim settled at the Tax Court, of which the reconsideration process can be submitted by a Tax Payer or the Directorate General of Tax to the Supreme Court through the Tax Court.
didukung
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
c. To explore individual potentials based on searching in the internet; d. To supervise Mass Payment not expressing the amount of expected tax payment and/or the amount of analysis-based tax payment;
e. Benchmarking, to measure the level of compliance risk and performance of the Tax Payers compared with other Tax Payers in the same industrial sector/classification.
Pengajuan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim dan telah diterima putusannya oleh DJP selama tahun 2012 adalah 3.718 putusan
The number of appeals or claims to the Tax Court which has been decided by the Board of Judges of which the verdict has been accepted by the Directorate General of Tax in 2012 amounted to 3,718.
Tabel 4.14. Distribusi Putusan Banding dan Gugatan selama tahun 2012 Table 4.14. Distribution of Appeals and Claims based on Verdicts Received by the Directorate General of Tax in 2012 Amar Putusan Verdict
Banding Appeal
Gugatan Claim
Jumlah Total
Menolak To reject
560
421
981
Mengabulkan Sebagian To approve partly
619
48
667
Mengabulkan Seluruhnya To approve entirely
840
146
996
65
40
105
2
17
19
419
411
830
Membatalkan To cancel Menghapus dari daftar sengketa To delete from the list of conflicts Tidak dapat diterima Unacceptable Menambah To add Membetulkan salah tulis / hitung To correct mis-writing/mis-calculation Jumlah Total Sumber: DJP
1
-
1
113
6
119
2.516
1.083
3.599
Source: Directorate General of Tax
Pelayanan, Penyuluhan dan Kehumasan
Service, Counseling, and Public Relations
Sasaran strategis DJP dalam perspektif para pemangku kepentingan adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat dan tercapainya kepuasan yang tinggi dari pengguna layanannya. Berdasarkan hasil Survei Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Perpajakan yang dilaksanakan oleh pihak independen, Indeks Kepuasan Pengguna Layanan mencapai 3.093 (dengan skala 1-4) atau 77,3 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengguna layanan cenderung puas dengan pelayanan yang diberikan DJP. Sementara hasil survei DJP menunjukkan Indeks Kepercayaan Masyarakat pada angka 84,16 persen. Sebanyak 49,51 persen responden menyatakan citra DJP lebih baik dari tahun lalu dan 43,52 persen responden menyatakan sama dengan tahun lalu.
The strategic target of the Directorate General of Tax in the stakeholders’ perspective is to increase public trust and the achievement of a high satisfaction from the service customers. Based on the result of the Survey on the Public Satisfaction Level towards Tax Service conducted by an independent party, the Index of Satisfaction of Service Customers was 3,093 (scale 1 – 4) or 77.3 percent. The figure showed that the service customers tended to be satisfied with the service provided by the Directorate General of Tax. Meanwhile, result of the Directorate General of Tax survey showed that the Public Trust Index was 84.16 percent. Even better, 49.51 percent of the respondents stated that the image of the Directorate General of Tax was better than the previous year, while 43.52 percent stated tha same compared to the previous year.
Perbaikan layanan perpajakan terus dilakukan. Secara umum, layanan perpajakan yang diberikan oleh DJP harus dilakukan berdasarkan prosedur operasi standar yang telah ditetapkan. DJP telah menetapkan 16 layanan sebagai Layanan Unggulan DJP, yaitu:
Tax service continued to be improved. In general, taxation service provided by the Directorate General of Tax should be executed based on the standard operational procedure which has been set. The Directorate General of Tax has decided 16 services as the Examplary Service of the Directorate General of Tax, including:
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
165
No
Jenis Layanan Unggulan Perpajakan Type of Taxation Prime Service
1
Pelayanan penyelesaian permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Service of request settlement of Tax Number (NPWP) registration Pelayanan penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2
Service of request settlement request of Businessman Tax Payers (PKP) strengthening Pelayanan penerbitan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3
Service of request issuance of Value Added Tax (PPN) reimbursement 4
Pelayanan penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) Service of issuance of Tax Excess Payment Instruction Letter (SPMKP)
5
Pelayanan penyelesaian permohonan keberatan penetapan Pajak PPh, PPN dan PPnBm Service of request settlement of stipulation of Income Tax, Value Added Tax and PPnBM objection
6
Pelayanan penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor Service of settlement of Free Information Letter (SKB) of Income Tax Collection Article 22 Import
7
Pelayanan penyelesaian permohonan pengurangan PBB Service of request settlement of Property Tax reduction
8
Pelayanan pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian Kantor Service of registration of new Tax Objects with an office’s assessment
9
Pelayanan penyelesaian mutasi seluruh Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Service of mutation settlement of all Objects and Subjects of Property Tax (PBB)
10
Pelayanan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh Pasal 23 Service of request settlement of Free Information Leter (SKB) of Income Tax reduction Article 23
11
Pelayanan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskon SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan Service of request settlement of Free Informaton Letter (SKB) of Income Tax reduction on time deposits and savings interest and SBI discount received or obtained by a Pension Fund of which the establishment was endorsed by the Minister of Finance
12
Pelayanan penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh atas Penghasilan dan Pengalihan Hak Atas tanah dan /atau Bangunan Service of settlement of Free Information Letter (SKB) of Income Tax on Income and Transfer of Right on land and/or building
13
Pelayanan penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Barang Kena Pajak (BKP) tertentu Service of settlement of Free Information Letter (SKB) of Value Added Tax (PPN) on certain Taxed Goods (BKP)
14
Pelayanan penyelesaian permohonan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Service of request settlement of Property Tax objection
15
Pelayanan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Service of request settlement on reduction or deletion of administrative sanction
16
Pelayanan penyelesaian permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan Pajak yang tidak benar Service of request settlement of reduction or cancelation of incorrect tax stipulation
166
Kring Pajak 500200
Kring Pajak 500200
DJP juga terus berusaha agar selaras dengan reformasi birokrasi melalui upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan layanan publik yang berkualitas. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean government) dengan prinsip-prinsip tata
The Directorate General of Tax continued to make efforts to be consistent with the bureaucracy reform through efforts to fulfill the people’s needs on quality public service. The efforts to realize a clean government with good governance principles must
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
kelola pemerintahan yang baik (good governance) harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat modern akan layanan dengan karakteristik berbeda dengan layanan konvensional. Berangkat dari pemikiran tersebut, DJP telah mengoperasikan sebuah proyek percontohan layanan berupa Contact Center Kring Pajak 500200 sejak 8 Januari 2008. Proyek percontohan itu menjalankan dua fungsi utama, yaitu Pusat Layanan Informasi dan Pusat Pengaduan Pajak.
be able to fulfill modern people’s needs on services with a different characteristic from conventional services. Based on the thought, the Directorate General of Tax has been operating an pilot project in the form of a contact centre Kring Pajak 500200 since January 8th, 2008. The pilot project had two main functions, Information Service Centre and Tax Claim Centre.
Tabel 4.15. Kinerja Layanan Informasi dan Konsultasi Kring Pajak 500200 Tahun 2012 Table 4.15. Performance of Information Service and Kring Pajak 500200 consultation in 2012
Bulan Month
Panggilan Masuk Incoming Calls
Panggilan Terjawab Answered Calls Jumlah Total
%
Januari January
37.625
28.855
76.69%
Februari February
35.437
30.969
87.39%
Maret March
47.723
37.408
78.39%
April April
36.408
31.835
87.44%
Mei May
23.390
22.569
96.49%
Juni June
24.856
23.841
95.92%
Juli July
30.294
26.691
88.11%
Agustus August
22.803
22.051
96.70%
September September
24.777
23.036
92.97%
Oktober October
21.626
18.974
87.74%
November November
27.556
23.467
85.16%
Desember December
26.473
22.552
85.19%
Jumlah Total
358.968
312.248
86.98%
Sumber: DJP
Source: Directorate General of Tax
Penyuluhan
Counselling
Tahun 2012 merupakan tahun pertama implementasi kebijakan penyuluhan yang dituangkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-98/PJ/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Selain itu, diimplementasikan juga SE-99/PJ/2011 tentang Pedoman Pembentukan Tim Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Amanat dua surat edaran tersebut adalah masing-masing unit kerja menyusun rencana kerja penyuluhan berdasarkan tiga fokus penyuluhan. Ketiga fokus itu ditujukan bagi calon WP, WP baru, dan WP terdaftar.
2012 was the first year of implementing a counselling policy as contained in the Circular Note of the Director General of Tax Number SE-98/PJ/2011 on Guidance of Preparing the Work Plan and Taxation Counselling Activities Report of the Vertical Units at the Directorate General of Tax. In addition, SE99/PJ/2011 on Guidance of setting up a Taxacation Counselling Team of the Vertical Units at the Directorate General of Tax was also implemented. Mandate of these two circular notes was that each work unit prepares a work plan of guidance based on three guidance focuses. The three focuses were addressed to prospective Tax Payers, new Tax Payers, and registered Tax Payers.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
167
168
Pelaksanaan diklat tenaga penyuluh perpajakan untuk pertama kalinya dilaksanakan pada tahun 2012. Diklat ini penting untuk meningkatkan kompetensi tenaga penyuluh yang telah dibentuk oleh unit kerja Kanwil/KPP. Diklat tenaga penyuluh perpajakan dilaksanakan selama lima hari kerja dan dibagi ke dalam empat gelombang mulai 30 Mei hingga 22 Juni 2012. Diklat diikuti oleh 548 orang yang merupakan perwakilan dari anggota tim tenaga penyuluh di KPP.
An education and training program for taxation guidance officers was first held in 2012. The education and training program was important to increase competence of the guidance officers set up by the work units at the Regional Offices/Tax Offices. The education and training program for taxation guidance officers was held five days and divided into four phases from May 30th to June 22nd, 2012. Some 548 persons took part in the program as representatives of the guidance teams at the Tax Offices.
Penyempurnaan pola penyuluhan menjadi lebih terstruktur juga dilakukan dalam bentuk penyiapan sarana penyuluhan yang mendukung penyuluhan mulai awal WP mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, yaitu dalam bentuk starter kit NPWP Panduan Dasar Wajib Pajak Orang Pribadi. Isi paket starter kit terdiri atas satu buah CD interaktif dan tiga buah buklet panduan singkat bagi WP OP. Ketiga buklet itu ditujukan untuk WP OP Pegawai atau Karyawan, WP OP Yang Melakukan Pekerjaan Bebas, dan WP OP Pengusaha dan Pengusaha Tertentu.
The guidance pattern has been more structurized. Facilities for the guidance have been prepared to support the program, from the Tax Payers registered themselves to get a Tax Number (NPWP), in the form of a starter kit, a Basic Guidance for Individual Tax Payers. The starter kit consisted of one interactive CD and three books of short guidance for Individual Tax Payers. The three books were addressed to Employee Individual Tax Payers, Invidual Tax Payers Doing Free Jobs, and Individual Tax Payers Certain Businessmen.
Tahun 2012 ditutup dengan evaluasi efektivitas kegiatan penyuluhan oleh penyedia jasa survei independen. Hasil survei menunjukkan perolehan nilai sebesar 73,744, yang berarti hampir memenuhi target nilai efektivitas kegiatan penyuluhan yang ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2012, yaitu sebesar 74,00. Dengan demikian, tingkat pencapaian target efektivitas kegiatan penyuluhan perpajakan pada tahun 2012 adalah sebesar 99,65 persen.
The year 2012 was closed by an evaluation of the guidance activities effectiveness by an independent surveyor. Result of the survey showed a score of 73.744, meaning that it almost achieved the targeted score of the guidance activities effectiveness stipulated in the KPI 2012, which was 74.00. Therefore, the achievement level of the taxation guidance activities effectiveness in 2012 was 99.65 percent.
Kehumasan
Public Relations
Serangkaian kegiatan kehumasan dilakukan DJP selama tahun 2012. Tujuan utama kebijakan kehumasan DJP antara lain:
A range of public relations activities was organized by the Directorate General of Tax in 2012. The main goals of the public relations policies of the Directorate General of Tax included:
a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pajak bagi pembangunan bangsa (awareness); b. Membangun kepercayaan masyarakat pada DJP (image); c. Mendorong WP untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (compliance).
a. To increase public awareness and understanding of the importance of tax in the national development; b. To develop public trust to the Directorate General of Tax; c. To encourage Tax Payers to comply with their taxation obligation.
Untuk mencapai tujuan kehumasan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan kehumasan selama tahun 2012, yaitu:
To achieve the public relations’ goals, a variety of public relations activities was organised in 2012, including:
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
a. Penyebaran informasi perpajakan kepada pihak internal dan eksternal melalui majalah elektronik e-Magazine dan situs resmi DJP, www.pajak.go.id; b. Produksi dan penayangan iklan layanan masyarakat DJP melalui media cetak, media elektronik (televisi dan radio), media online, dan media luar ruang (billboard kereta api, stasiun kereta api, dan bandara);
c. Sosialisasi perpajakan secara interaktif melalui media televisi dan radio; d. Menjalin hubungan dengan wartawan/media melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan/ kelas pajak bagi wartawan, media tour, media gathering, konferensi pers, dan wawancara media televisi/radio/cetak/online; e. Penerbitan siaran pers untuk menyebarluaskan informasi mengenai kebijakan dan kinerja DJP maupun isu terkini perpajakan kepada masyarakat; f. Pelaksanaan analisa dan tanggapan atas
No 1
2
3
4
5
6
7
8
Nomor Number
Tanggal Date
KEP-40/Pj/2012 dan B/15/III/2012
8 Maret 2012
KEP-40/Pj/2012 and B/15/III/2012
March 8th, 2012
KEP-41/Pj/2012 dan B/18/III/2012
8 Maret 2012
KEP-41/Pj/2012 and B/18/III/2012
March 8th, 2012
KEP-42/Pj/2012 dan B/21/III/2012
8 Maret 2012
KEP-42/Pj/2012 and B/21/III/2012
March 8th, 2012
KEP-109/Pj/2012 dan KEP 03/E/EJP/04/2012 KEP-109/Pj/2012 and KEP 03/E/EJP/04/2012 KEP-110/Pj/2012 dan B/169/G/Gs.1/04/2012 KEP-110/Pj/2012 and B/169/G/Gs.1/04/2012 KEP-111/Pj/2012 dan B/1474/D/Ds/04/2012 KEP-111/Pj/2012 and B/1474/D/Ds/04/2012 KEP-180/Pj/2012 dan NK-228/VI/2012 KEP-180/Pj/2012 and NK-228/VI/2012 KEP-42/Pj/2012 dan B/21/III/2012 KEP-42/Pj/2012 and B/21/III/2012
5 April 2012 April 5th, 2012 5 April 2012 April 5th, 2012 5 April 2012 April 5th, 2012 14 Juni 2012 June 14th, 2012 21 Juni 2012 June 21th, 2012
a. Dissemination of taxation information to both internal as well as external parties through e-magazine and the official web of the Directorate General of Tax, www.pajak.go.id ; b. Production and showing of Public Service Advertisements of the Directorate General of Tax through print media, electronic media (television and radio), online media, and outdoor media (billboard on trains, at railway stations and airports); c. Interactive taxation socialisation through television and radio; d. Setting up relations with journalists/media through various activities, such as tax training/ classes for journalists, media tours, media gatherings, press conferences, and interviews with print and electronic media; e. Publication of press releases to disseminate information on the policies and performance of the Directorate General of Tax as well as on the latest taxation issues to the people; f. Analysis and responses on news, opinions, and
Hal Subject Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Badan Reserse Kriminal POLRI tentang Koordinasi dalam Penegakan Hukum di Bidang Perpajakan Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Indonesian Police on Coordination on Law Enforcement in Taxation Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Badan Pemelihara Keamanan POLRI tentang Koordinasi Dalam Penegakan Hukum di Bidang Perpajakan Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Indonesian Police on Coordination on Law Enforcement in Taxation Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Badan Intelijen Keamanan POLRI tentang Kerjasama Intelijen Dalam Rangka Penghimpunan Data dan Informasi Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Indonesian Police on Intelligence Cooperation to collect Data and Information Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum tentang Penegakan Hukum Tindak Pidana di Bidang Perpajakan Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Vice Attorney General in Criminal Acts on Law Enforcement of Criminal Acts in Taxation Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara tentang Penanganan Masalah Hukum Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Joint agreement between the Directorate General of Tax and Vice Attorney General of Civil Acts and State Administration on Handling Civil and State Administration Legal Issues Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen tentang Kerjasama Dalam Rangka Mendukung Kinerja Penegakan Hukum di bidang Perpajakan Joint agreement between the Directorate General of Tax and Vice Attorney General of Intelligence to Support Law Enforcement Performance in Taxation Kesepakatan Bersama antara DJP dengan PASPAMPRES tentang Kerjasama dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Presidential Security Force on the Implementation of Tasks and Functions Kesepakatan Bersama antara DJP dengan Perpustakaan KantorPusat BI tentang Peminjaman Bahan Pustaka Joint agreement between the Directorate General of Tax and the Library of Bank Indonesia’s Head Office on Borrowing Books
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
169
pemberitaan, opini, dan surat pembaca mengenai DJP yang terdapat pada media cetak dan media online; g. Penerbitan majalah kliping media cetak dan online PamorKu (Pajak, Moneter dan Keuangan) secara internal, yang berisi tentang berita-berita mengenai perpajakan, moneter dan keuangan;
g. Publication of PamorKu (Pajak, Moneter dan Keuangan) clipping magazine internally from both print media as well as online media, containing news on taxation, monetary and financial issues;
Selama tahun 2012, DJP telah berhasil menjalin kerjasama kelembagaan dalam bentuk MoU sebagai berikut:
In 2012, the Directorate General of Tax set up cooperation with institutions in the form of Memorandum of Understanding (MoU), as follows:
Penerimaan Perpajakan
Taxation Revenues
Berdasarkan data realisasi penerimaan pajak sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 yang berasal dari Ditjen Perbendaharaan, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:
Based on the data of tax revenues realization until December 31st, 2012, from the Directorate General of Treasury, following is some information:
•
•
•
Realisasi Penerimaan DJP tahun 2012 sebesar Rp835.255,12 miliar atau 94,38 persen dari rencana APBN-P 2012. Angka ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2011 yang sebesar 97,24 persen dari APBN-P 2011. Penurunan ini dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 6,23 persen, sedangkan, pada tahun 2011 mencapai 6,5 persen; Penerimaan DJP tahun 2012 mencapai 12,47 persen atau mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2011 yang tumbuh 19,81 persen. Namun, pertumbuhan penerimaan DJP masih di atas pertumbuhan produk domestik bruto tahun 2012 yang berada pada level 10,87 persen.
•
Penurunan pertumbuhan penerimaan DJP terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan penerimaan PPh nonmigas yang turun dari 20,19 persen (2011) menjadi 6,49 persen (2012). Pertumbuhan PPh nonmigas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan penerimaan perpajakan karena memiliki kontribusi terbesar, yaitu sebesar 45,64 persen.
•
Sedangkan data penerimaan pajak dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam Tabel 4.16.
170
complains towards the Directorate General of Tax in both print media as well as online media;
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
•
Revenues realization of the Directorate General of Tax in 2012 was in amount of IDR835,255.12 billion or 94.38 percent of the State Budget Review 2012 plan. The figure was lower compared to 2011, which achieved 97.24 percent from the State Budget Review 2011. The decrease was affected by the slowing down of the Indonesian economic growth. In 2012, the economic growth only reached 6.23 percent, while in 2011, it reached 6.5 percent. Revenues of the Directorate General of Tax in 2012 reached 12.47 percent or a slow down compared to 2011, which grew 19.81 percent. However, the revenues growth of the Directorate General of Tax remained above the Gross Domestic Product (GDP) 2012 which was at the level of 10.87 percent. Decrease of the revenues growth at the Directorate General of Tax was mainly caused by the slowing revenues growth of non oil and gas Income Tax, which went down from 20.19 percent (2011) to 6.49 percent (2012). The non oil and gas Income Tax growth significantly affected the taxation revenues growth as it had the largest contribution, 45.64 percent.
Data of tax revenues from year to year can be seen in Table 4.16.
Tabel 4.16. Penerimaan Pajak Tahun 2008-2012 Table 4.16. Tax Revenues 2008 – 2012 Tahun Year No
Uraian Description 2008
2009
2010
2011
2012
I
Trend Penerimaan Negara (triliun) Government Revenues Trend (trillion)
1
PDB Atas Dasar Harga Berlaku GDP based on Prevailing Price
4.948,69
5.606,20
6.436,27
7.427,09
8.234,48
2
Pendapatan Negara & Pajak Daerah Government Revenues & Regional Tax
1.018,55
891,65
1.041,30
1.227,35
1.375,61
3
Pendapatan Negara Government Revenues
981,61
848,76
995,27
1.165,25
1.311,40
4
Penerimaan Dalam Negeri Domestic Revenues
979,30
847,10
992,25
1.205,35
1.357,38
5
Total Penerimaan Perpajakan (Pajak Pusat) Total Tax Revenues (Central Tax)
658,70
619,92
723,31
873,87
1.016,24
6
Total Penerimaan DJP termasuk PPh Migas Total Revenues of the Directorate General of Tax including Oil &Gas income Tax
571,11
544,53
628,23
742,74
835,83
7
Penerimaan DJP tanpa PPh Migas Revenues of the Directorate General of Tax excluding Oil & Gas Income Tax
494,09
494,49
569,35
669,65
752,37
8
Pajak Daerah Regional Tax 1)
36,94
42,89
46,03
62,10
64,21
9
Penerimaan SDA Revenues from Natural Resources
224,46
138,96
168,83
213,82
217,16
II
Tax Ratio Perpajakan Tax Ratio
1
18,59%
14,30%
14,58%
15,48%
15,76%
2
Tax Ratio Pajak Pusat+ Daerah+SDA terhadap PDB Central+Regional+Natural Resoutces Tax Ratio to GDP Tax Ratio Pajak Pusat+Daerah terhadap PDB Central Regional Tax Ratio to GDP
14,06%
11,82%
11,95%
12,60%
13,12%
3
Tax Ratio Pajak Pusat terhadap PDB Central Tax Ratio to GDP
13,31%
11,06%
11,24%
11,77%
12,34%
1) Tahun 2011 & 2012 masih target/ rencana Sumber: Direktorat PKP, Ditjen Pajak 2013 (diusulkan hanya angka akhir penerimaan dan tax ratio)
1) Years 2011 & 2012 remained a target/plan Source: Directorate PKP, Directorate Genderal of Tax 2013 (Only the final figures of revenues and tax ratio are recommended)
Penegakan Hukum
Law Enforcement
Pemeriksaan
Inquiry
Selain meningkatkan pelayanan dan pengawasan kepada WP, DJP juga berupaya meningkatkan kepatuhan sukarela (voluntary compliance) WP, untuk memenuhi kewajiban perpajakan melalui kegiatan penegakan hukum. Dengan peningkatan kepatuhan sukarela WP maka tugas DJP dalam menghimpun penerimaan negara akan semakin efisien.
In addition to increase service and supervision to Tax Payers, the Directorate General of Tax also makes efforts to increase Tax Payers’ voluntary compliance to fulfill their taxation obligation through law enforcement activities. With the increased voluntary compliance of the Tax Payers, the Directorate General of Tax has more efficient tasks in collecting Government Revenues.
Terdapat tiga bentuk penegakan hukum yang dilakukan oleh DJP, yaitu melalui pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan. Selain memberikan dampak pada peningkatan kepatuhan sukarela WP, tindakan penegakan hukum ini secara jangka pendek diharapkan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak. Oleh karena itu, tindakan penegakan hukum harus dilakukan secara terukur, konsisten, dan profesional. Pelaksanaan penegakan
There are three forms of law enforcement conducted by the Directorate General of Tax, including inquiry, billing, and investigation. Apart from affecting the Tax Payers’ voluntary compliance, in the short term, the law enforcement is expected to contribute tax revenues. Therefore, law enforcement must be conducted in a measurable, consistent, and professional way. Such low enforcement will minimize any possible conflict between the Tax
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
171
hukum yang demikian, akan meminimalkan kemungkinan terjadinya sengketa antara WP dengan DJP.
Payers and the Directorate General of Tax.
Pemeriksaan merupakan tindakan awal penegakan hukum yang dilakukan oleh DJP. Langkah ini dilakukan untuk dua keperluan. Pertama, menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP. Kedua, untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka menguji kepatuhan serta menguji kebenaran pengisian SPT WP akan menghasilkan surat ketetapan pajak. Sementara pemeriksaan bertujuan lain dilakukan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu. Misalnya penentuan daerah terpencil untuk pemberian fasilitas perpajakan, penentuan Saat Produksi Komersial dalam pemberian fasilitas perpajakan, pertukaran Informasi dengan negara lain dan tujuantujuan lainnya. Pemeriksaan untuk tujuan lain bukan dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak, tetapi lebih untuk kepentingan pelayanan tertentu kepada WP.
Inquiry is the preliminary action of law enforcement conducted by the Directorate General of Tax. This is aimed at two goals: first, to examine Tax Payers’ compliance in fulfilling their taxation obligation; second, to implement taxation legislation. The inquiry to test the Tax Payers’ compliance and correctness in filling the Tax Form will result in a tax stipulation letter. The inquiry is also aimed at implementing certain taxation legislations. For instance, selecting isolated areas to provide taxation facilities, deciding a commercial production time to provide tax facilities, exchange of information with other countries, and other purposes. The inquiry for other purposes is not aimed at issuing a tax stipulation letter, instead it is more for certain services to the Tax Payers.
Tabel 4.17. Kinerja dan Pencapaian Target Pemeriksaan Tahun 2012 Table 4.17. InquiryTarget Performance and Achievement in 2012 1
Target penyelesaian pemeriksaan (hasil konversi) Target of examination completion (conversion result)
28.618,81 LHP
Penyelesaian pemeriksaan (hasil konversi) Examination completion (conversion result)
29.487,00 LHP 103,03%
Persentase pencapaian target Percentage of target achievement 2
Target penerimaan dari pemeriksaan Receipt target from examination
Rp13.30 triliun IDR 13.30 trillion
Realisasi penerimaan dari pemeriksaan Receipt realization from examination
Rp14.24 triliun IDR 14.24 trillion 107,07%
Persentase pencapaian target Percentage of target achievement 3
Target persentase hasil pemeriksaan dan Refund Discrepancy terhadap Penerima Pajak Target percentage of examination result and discrepancy result towards tax receipt Realisasi penerimaan dari hasil pemeriksaan Receipt realization from examination result Refund Discrepancy Refund Discrepancy
Rp2.86 triliun IDR 2.86 trillion
Persentase hasil pemeriksaan dan Refund Discrepancy terhadap penerimaan pajak Percentage of examination result and discrepancy refund towards tax receipt
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan berdasarkan hasil analisis risiko baik secara manual maupun terkomputerisasi atas profil WP atau berdasarkan hasil analisis Informasi, Data, Laporan dan Pengaduan (IDLP), yang mengindikasikan adanya
172
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Rp14.24 triliun IDR 14.24 trillion
Rp752.37 triliun IDR 752.37 trillion
Realisasi penerimaan pajak Realization of tax receipt
Sumber : DJP
2%
2,27% Source: Directorate General of Tax
The Tax Payers’ compliance in fulfilling their taxation obligation is inquired based on the risk analysis result of the Tax Payers’ profile both manually as well as computerized, or based on the analysis result on information, data, report and complain, indicating the Tax Payers’ incompliance. In addition, the Tax
ketidakpatuhan WP. Selain itu, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan juga dilakukan dalam hal terdapat permohonan restitusi oleh WP selain WP yang memperoleh pengembalian pendahuluan.
Payers’ compliance is also examined in the event there is a restitution request by Tax Payers other than Tax Payers who obtain a preliminary refund.
Penagihan
Billing
Kebijakan Umum dan Strategi Penagihan 2012
General policy and billing strategy 2012
1. Prioritas Tindakan Penagihan dan Prognosis Pencairan Piutang a) KPP diwajibkan melakukan analisis risiko piutang pajak dengan berpedoman pada Tabel Parameter Analisis Piutang Pajak dan Kertas Kerja Analisis Risiko Piutang Pajak; b) KPP mengelompokkan Penunggak Pajak/WP berdasarkan total skor dari Kertas Kerja Analisis Risiko Piutang Pajak dan menjadi dasar skala prioritas tindakan penagihan pajak; c) Menyusun Kertas Kerja Penagihan terhadap 200 penunggak pajak terbesar Pemutakhiran Data Piutang; d) Dukungan data dan evaluasi atas penyelesaian piutang pajak yang bermasalah untuk dapat dilakukan penyelesaian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
1. Billing priority and debt disbursement prognosis
2. Pelaksanaan Pemutakhiran Data Piutang Pajak a) Pemutakhiran Piutang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dalam Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) (SE-86/PJ/2011); b) Pemeliharaan Basis Data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam rangka Pemutakhiran Data Piutang PBB Sektor Perdesaan dan Perkotaan (SE-12/PJ/2012).
2. Updating Tax Credit Data a) Updating credits of Income Tax, Value Added Tax, and Luxurious Goods Sales Tax in the Information System of the Directorate General of Tax; (SE-86/ PJ/2011); b) Maintenance of Property Tax basis data to update data of Property Tax credit in the regional and urban areas; (SE-12/PJ/2012).
3. Pengembangan outbond call center untuk penagihan pajak dalam rangka optimalisasi tindakan penagihan pajak.
3. Development of outbond call centre for tax billing to optimize tax billing.
Penyidikan
Investigation
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan merupakan upaya penegakan hukum terakhir (ultimum remedium) yang dimiliki DJP sesuai amanat UU. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti. Bukti yang ditemukan itu akan membuat tindak pidana bidang perpajakan terlihat terang sehingga tersangkanya bisa ditemukan. Penyidik adalah pejabat PNS tertentu di lingkungan DJP yang
Investigation of criminal acts in the taxation sector is an effort of the ultimate law enforcement (ultimum remedium) by the Directorate General of Tax pursuant to the law mandate. The investigation of criminal acts in the taxation sector is a range of actions made by investigators to search and collect evidence. The evidence will make the criminal acts obvious, so that the suspect can be found. The investigators are certain officials at the Directorate General of Tax granted a special authority as
a) Tax Offices are obliged to analyse tax credit risks with guidance to the Table of Tax Credit Analysis Parameter and the Work Paper of Tax Credit Risk Analysis. b) Tax Offices group Tax Payers based on the total score from the Work Paper of Tax Credit Risk Analysis which is a base of tax billing priority. c) Tax Offices arrange a Billing Work Paper for 200 largest Tax Payers from the Credit Data Updating. d) Tax Offices collect data and evaluate support for troubled tax credit settlement according to the prevailing taxation provision.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
173
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
investigators to investigate any criminal act in the taxation sector pursuant to the legislation.
Proses penyidikan dimulai dari pengembangan dan analisis IDLP. Apabila dalam pengembangan dan analisis IDLP ditemukan indikasi kuat tindak pidana di bidang perpajakan, akan ditindaklanjuti dengan usul pemeriksaan bukti permulaan. Bila pada proses pemeriksaan ditemukan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan, akan ditindaklanjuti dengan usul penyidikan.
The investigation process starts IDLP development and analysis. If in the IDLP development and analysis, a strong indication of a criminal act in the taxation sector is found, the investigation will be followed with a probe recommendation of the preliminary evidence. If during the probe, a preliminary evidence is found of an alleged criminal act in the taxation sector, the probe will be followed with an investigation recommendation.
Keterangan: Saldo per tanggal untuk berkas perkara yang telah diserahkan ke Kejaksaan tetapi belum dinyatakan lengkap.
Note: Balance per date for documents already submitted to the Attorney’s office but not stated complete yet.
Tabel 4.18. Kinerja Penyidikan Tahun 2007 - 2011 Table 4.18. Investigation Performance in 2007 - 2011 No I
2009
2010
2011
2012
Berkas diserahkan ke Kejaksaan Documents submitted to the Attorney’s office 24
19
14
3
20
1.412
162
233
5
1.540
Tersangka Suspect
13
16
12
6
1
Berkas P-21 Documents are P-21
11
24
19
24
27
131
239
509
169
144,7
11
18
16
18
25
13
18
13
15
26
Kerugian Negara (Miliar Rupiah) State’s loss (billion rupiahs)
463
288
409
58
1.550
Denda Pidana (Miliar Rupiah) Criminal fine (billion rupiahs)
115
633
301
42
3.270
17
14
11
14
19
A
Berkas P-19* P-19* Document Kerugian Negara (Miliar Rupiah) State’s loss (billion rupiahs)
B
Kerugian Negara (Miliar Rupiah) State’s loss (billion rupiah,) Tersangka Suspect:
II
2008
Keterangan Explanation
Berkas Sudah Divonis Documents are sentenced Jumlah Sudah Divonis Number of documents sentenced
Terdakwa Suspect
Keterangan :Saldo per tanggal untuk berkas perkara yang telah diserahkan ke Kejaksaan Tetapi belum dinyatakan lengkap. Note: Balance per date for documents already submitted to the Attorney’s office but not stated complete yet. Sumber : DJP
174
Source: Directorate General of Tax
KEPABEANAN DAN CUKAI
CUSTOMS AND EXCISE
Pencapaian Target Penerimaan
Achievement of Revenues Target
Meski menghadapi berbagai kendala, terutama terkait dengan krisis perekonomian global sepanjang
Despite various constraints, particularly related to the global economic crisis throughout the year
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
tahun 2012, penerimaan Bea dan Cukai tetap berhasil mencapai target Tahun Anggaran 2012. Hingga 31 Desember 2012, realisasi penerimaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mencapai Rp144.536,76 miliar atau 110,16 persen dari target. Perincian realisasi penerimaan disajikan dalam Tabel 4.19.
2012, the Directorate General of Customs and Excise successfully achieved the revenues target for Fiscal Year 2012. Until December 31st, 2012, revenues realization of the Directorate General of Customs and Excise amounted IDR144,536.76 billion or 110.16 percent from the target. Detail of the revenues realization is presented in table 4.19
Tabel 4.19. Realisasi Penerimaan Bea Cukai Table 4.19. Revenues Realization of Customs and Excise Pencapaian Target
No
Jenis Penerimaan
Target APBN-P
Target s.d. 31 Desember
Realisasi
1 1
2 BEA MASUK
3 24.737.900,00
4 24.737.900,00
Bea Masuk Riil
24.137.900,00
24.137.900,00
Bea Masuk DTP
600.000,00
600.000,00
42.822,87
7,14% 114,11%
Surplus (Defisit Per 31 Desember
Tahunan
Nominal
%
5 28.280.485,15
s.d. 31 Desember 6(5/4) 114,32%
7(5/3) 114,32%
8(5-4) 3.542.585,15
9(8/4) 14,32%
28.237.662,28
116,98%
116,98%
4.099.762,28
16,98%
7,14%
(557.177,14)
-92,86%
114,11%
11.752.646,07
14,11%
2
CUKAI
83.266.625,00
83.266.625,00
95.019.271,07
3
BEA KELUARi
23.206.200,00
23.206.200,00
21.237.008,24
91,51%
91,51%
(1.969.191,77)
-8,49%
Sub Total
131.210.725,00 131.210.725,00 144.536.764,45
110,16%
110,16%
13.326.039,45
10,16%
PPN Impor
126.609.743,58
PPn BM Impor
8.422.809,25
PPn Pasal 22 Impor
31.610.210,42
Sub Total PDRI
166.642.763,25
PPN Cukai HT
14.156.587,99
Total Pajak
180.799.351,24
TOTAL DJBC + PERPAJAKAN
325.336.115,69
Keterangan 1. Data sampai dengan 31 Desember 2012 2. Data Bea Masuk dan Cukai sudah termaksud pendapatan DA dan sudah dikurang Restitusi 3. Sumber Data : Direktorat Pengelolaan Kas Negara - Ditjen Perbendaharaan 4. Data Penerimaan PPNCukai HT dari MPO
Capaian masing-masing penerimaan bisa dijelaskan sebagai berikut.
Revenues of each unit can be explained as follows:
Bea Masuk
Import Duties
1. Realisasi penerimaan Bea Masuk hingga 31 Desember 2012 sebesar Rp28.280,49 miliar setara dengan 114,32 persen dari target APBN-P 2012 yang sebesar Rp24.737,9 miliar.
1. Revenues realization from Import Duties until December 31st, 2012 was in amount of IDR28,280.49 billion, equivalent to 114.32 percent from the State Budget Review 2012 target, in amount of IDR24,737.9 billion. 2. Revenues target from Import Duties per December 31st, 2012 was achieved thanks to some factors, including: • The increasing importation level as shown by the Pay Import Foreign Exchange of
2. Target penerimaan Bea Masuk per 31 Desember 2012 tercapai karena beberapa faktor, yakni: •
Bertambahnya tingkat importasi yang ditunjukkan dengan Devisa Impor Bayar
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
175
•
•
•
176
sebesar 146,14 miliar dolar AS atau meningkat 3,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 141,06 miliar dolar AS; Tingginya tarif efektif rata-rata. Hingga Desember 2012 tarif efektif rata-rata tercatat sebesar 2,06 persen, naik 1,02 persen dari periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 2,04 persen. Angka ini di atas tarif yang diasumsikan dalam APBN-P pada tahun 2012 sebesar 1,92 persen; Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS. Nilai kurs rata-rata hingga Desember 2012 sebesar Rp9.396,09 per dolar AS. Rupiah melemah sebesar Rp620,88 per dolar AS (7,08 persen) dibanding periode yang sama tahun 2011 (Rp 8.775,21 per dolar AS). Kurs rupiah terhadap dolar AS ini berada di atas asumsi makro APBN-P 2012 yang sebesar Rp9.000 per dolar AS; Upaya internal DJBC berupa efektivitas pemeriksaan melalui akurasi nilai pabean, klasifikasi barang, dan hasil audit
USD146.14 billion or an increase of 3.59 percent compared to the same period in 2011, which was USD141.06 billion; •
•
•
The high average effective tariff. Until December 2012, the average effective tariff was 2.06 percent, an increase of 1.02 percent compared to the same period in 2011, which was 2.04 percent. The figure is above the tariff assumed in the State Budget Review 2012, which was 1.92 percent; The depreciation of rupiah to the US dollar. The average exchange rate until December 2012 was IDR9,396.09 per US dollar. Rupiah was depreciated IDR620,88 per US dollar (7.08 percent) compared to the same period in 2011 (IDR8,775.21 per US dollar). The exchange rate of rupiah towards the US dollar was above the macro assumption of the State Budget Review 2012, which was IDR9,000 per US dollar; Internal efforts of the Directorate General of Customs and Excise included examination effectiveness through value accuracy of the cutoms, goods classification, and audit result.
Cukai
Excise
1. Sampai 31 Desember 2012, realisasi penerimaan cukai yang bersumber dari Cukai Hasil Tembakau (CHT), Etil Alkohol (EA), dan Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) sebesar Rp95.019,27 miliar atau mencapai 114,11 persen dari target APBN-P 2012 yang sebesar Rp83.266,62 miliar;
1. Until December 31st, 2012, revenues realization from Tobacco Excise (HT), Alcohool Ethyl (EA), and Alcohool Ethyl-contained Beverages (MMEA) was in amount of IDR95,019,27 billion or 114.11 percent from the State Budget Review target, which was in amount of IDR83,266,625 billion;
2. Terlampauinya target penerimaan Cukai antara lain disebabkan adanya upaya internal DJBC dalam pemberantasan peredaran rokok ilegal menjadi legal dan tingginya produksi bayar Cukai HT hingga Desember 2012. Dari sisi produksi bayar, pendapatan dari Cukai HT hingga Desember 2012 dihasilkan dari produksi bayar HT sebesar 338,4 miliar batang. Angka ini naik sebesar 5,88 persen dibandingkan dengan produksi bayar HT pada periode yang sama tahun 2011 yang sebanyak 319,6 miliar batang. Kenaikan produksi HT tersebut, lebih disebabkan karena meningkatnya pesanan pita cukai pada bulan Desember 2011 yang jatuh tempo pembayarannya bulan Februari 2012.
2. The Excise revenues target was exceeded because of, among others, an internal effort of the Directorate General of Customs and Excise to eradicate the distribution of illegal cigarettes and the high pay production of Tobacco Excise until December 2012. From the pay production side, revenues from Tobacco Excise until December 2012 came from Tobacco Excise pay production of 338.4 billion cigarettes. The figure increased 5.88 percent compared to the Tobacco Excise pay production in the same period of 2011, of 319.6 billion cigarettes. The Tobacco Excise production increase was caused by the increasing demand of excise ribbon in December 2011 of which the due date was February 2012.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Bea Keluar
Export Duties
1. Sampai dengan 31 Desember 2012, realisasi penerimaan Bea Keluar sebesar Rp21.237,01miliar atau 91,51 persen dari target APBN-P 2012 yang sebesar Rp23.206,2 miliar;
1. Until December 31st, 2012, revenues realization from Export Duties was in amount of IDR21,237.01 billion or 91.51 percent from the State Budget Review 2012 target, which was in amount of IDR23,206.2 billion;
2. Rendahnya penerimaan Bea Keluar hingga 31 Desember 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut: • Komoditi utama penghasil Bea Keluar adalah dari ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil-CPO) dan turunannya; • Pada Tahun 2012, harga pasaran internasional CPO dan turunannya menurun sehingga tarif Bea Keluar juga turun. Penurunan ini berdampak pada rendahnya penerimaan Bea Keluar dari ekspor CPO dan turunannya; • Terjadi pergeseran komoditi ekspor dari CPO ke turunannya terutama refinied bleached deodorised palm oil (RBD). Tarif RBD lebih rendah sehingga berdampak pada rendahnya penerimaan Bea Keluar; • Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral yang mulai berlaku mulai Juni 2012 belum efektif menghasilkan penerimaan. Sampai dengan Desember 2012 penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral logam sebesar Rp1.746,41 miliar. Kontribusi dari masing-masing Kantor Pelayanan adalah sebagaimana pada Tabel 4.20.
2. The low revenues from Export Duties until December 31st, 2012 can be explained as follows: • The main commodities producing Export Duties include Crude Palm Oil (CPO) and its derivatives; • In 2012, there was a decrease in the price of CPO and its derivatives, so that Export Duties also decreased. The decrease affected to the low revenues of Export Duties from CPO export and its derivatives; • There was a switch of export commodities from CPO to its derivatives, mainly refined bleached deodorised palm oil (RBD). RBD tariff was lower that it affected to the low revenues of Export Duties; • Revenues from Export Duties from mineral exports effective as of June 2012, was was not effective yet to produce revenues. Until December 2012, revenues from Export Duties from mineral exports totalled IDR1,746.41 billion. Contribution from each Service Office is as in Table 4.20.
Tabel 4.20. Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral logam Table 4.20. Revenues from Export Duties from Metal Mineral Exports No
KPPBC
1
Ketapang
0,00
9.890,40
11.218,26
2
Pontianak
0,00
6.737,18
12.008,14
3
Kotabaru
23.185,85
31.989,54
39,073,44
4
Kendari
8.242,86
28.888,37
5
Pomalaa
5.478,88
7.729,74
6
Poso
7.817,07
13.771,46
7
Luwuk
0,00
0,00
0,00
8
Ternate
44.521,06
43.069,54
9
Sorong
0,00
10
Dabo Singkep
0,00
11
Rj. Pinang Total
Juni
Juli
Agt
Sept
Total
Rata-rata Bulanan
Okt
Nov
Des
1.524,08
21.265,76
22.882,03
24.082,49
90.863,02
18.172,60
17.983,33
19.233,63
26.204,42
18.671,72
100.833,43
16.805,57
38.729,60
28.636,94
50.907,78
37.815,45
250.338,61
35.762,66
43.556,79
47.537,86
66.998,41
153.823,78
135.880,76
484.928,82
69.275,55
2.450,18
7.263,33
29.956,62
43.046,24
60.882,08
156.807,06
22.401,01
12.602,00
24.566,54
20.846,73
33.179,86
13.221,20
126.004,86
18.000,69
0,00
12.527,53
10.561,36
9.142,87
32.231,76
10.743,92
43.736,98
66.328,73
77.787,21
53.310,44
85.549,30
414.303,26
59.186,18
0,00
0,00
0,00
6.361,15
3.916,44
3.499,17
13.776,76
4.592,25
0,00
0,00
0,00
2.661,19
8.218,58
11.164,88
22.044,65
7.348,22
0,00
0,00
0,00
0,00
3.663,31
23.459,23
27.153,29
54.275,83
18.091,94
89.245,72
142.071,24
164.645,79
203.933,47
289.938,47
429.510,16
427.063,20
1.746,408,05
262.288,65
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
177
Masih rendahnya penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral disebabkan adanya kendala perizinan terhadap eksportir. Eksportir harus mendapat izin Clear and Clean dari Kementerian ESDM dan rekomendasi Eksportir Terdaftar dari Kementerian Perdagangan. Karena adanya keterlambatan proses penerbitan perizinan tersebut, para pengusaha pertambangan terlambat melakukan ekspor mineral sehingga penerimaan Bea Keluar tertunda.
The low revenues from Export Duties from mineral exports were caused by a license constraint faced by the exporters. The exporters must obtain a Clear and Clean from the Ministry of Energy and Mineral Resources and a recommendation of registered Exporter from the Ministry of Trade. Due to the late process of the license issuance, the mining businessmen were late in exporting mineral, so that revenues from Export Duties were delayed.
Pajak Dalam Rangka Impor
Taxes in the framework of Imports
Selain memungut jenis penerimaan Bea Masuk, Bea Keluar, dan Cukai, DJBC juga melakukan pemungutan terhadap jenis penerimaan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dan PPN Cukai Hasil Tembakau yang menjadi persepsi Direktorat Jenderal Pajak.
In addition to collect revenues from Import Duties, Export Duties, and Excise, the Directorate General of Customs and Excise also collects revenues from Tax in the framework of Imports (PDRI) and Income Tax of Tobacco Excise, which have been perception of the Directorate General of Customs and Excise.
Sampai Desember 2012, realisasi penerimaan mencapai Rp166.642,76 miliar (meningkat 18,45 persen dari tahun 2011 pada periode yang sama). Sementara, PPN Hasil Tembakau sebesar Rp14.156,6 miliar (naik 10,11 persen dari tahun 2011). Perincian realisasi penerimaan PDRI terangkum dalam Tabel 4.21.
Until December 2012, revenues realization from the Tax in the framework of Imports (PDRI) was in amount of IDR166,642,76 billion (an increase of 18.45 percent from the same period in 2011). Meanwhile, the Income Tax of Tobacco Excise totalled IDR14,156,6 billion (an increase of 10.11 percent from 2011). Detail of the revenues realization from Tax in the framework of Imports (PDRI) is summarized in Table 4.21.
Tabel 4.21. Realisasi Penerimaan PDRI Table 4.21. Realization of Tax in the framework of Imports Revenues (PDRI) Real s.d Desember No
1
PPN Impor
2
PPnBM Impor
3
PPhPs 22 Impor Sub Total PDRI
4
GROWTH
Jenis Penerimaan
PPN HT Total PDRI
Nominal
%
2011
2012
107.016,02
126.609,74
19.593,73
18,31%
5.374,48
8.422,81
3.048,33
56,72%
28.295,19
31.610,21
3.315,02
11,72%
140.685,69
166.642,76
25.957,08
18,45%
12.856,79
14.156,59
1.299,80
10,11%
153.542,47
180.799,35
27.256,88
17,75%
Sumber Data : Ditjen Perbendaharaan
178
Pengawasan dan Penindakan
Supervision and Action
Pengawasan
Supervision
Realisasi atas program kerja yang ditetapkan pada tahun 2012, yaitu :
Realization of the work plan stipulated in 2012, includes:
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
a. Melakukan operasi pengawasan penyelundupan fisik dan pelanggaran administrasi barang impor. Operasi pengawasan kegiatan impor dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pelanggaran ketentuan kepabeanan di bidang impor yang dilaksanakan di wilayah kerja kantorkantor berikut. Selama tahun 2012, dilakukan 72 kali operasi dengan rincian Kanwil DJBC Sumatera Utara (2 kali), Kanwil DJBC Riau dan Sumbar (3 kali), Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau (2 kali), Kanwil DJBC Sumbagsel (2 kali), Kanwil DJBC Jakarta (1 kali), Kanwil DJBC Jateng dan DIY (3 kali), Kanwil DJBC Jatim I (1 kali), Kanwil DJBC Jatim II (2 kali), Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat (1 kali), KPU BC Tipe A Tanjung Priok (5 kali), KPU BC Tipe B Batam (3 kali), KPPBC Belawan (5 kali), KPPBC Teluk Nibung (1 kali), KPPBC Pekanbaru (2 kali), KPPBC Dumai (2 kali), KPPBC B. Lampung (3 kali), KPPBC Merak (4 kali), KPPBC Jakarta (1 kali), KPPBC Marunda (1 kali), KPPBC Tangerang (1 kali), KPPBC Soekarno Hatta (1 kali), KPPBC Bekasi (1 kali), KPPBC Bogor (1 kali), KPPBC Bandung (3 kali), KPPBC Purwakarta (1 kali), KPPBC Cilacap (1 kali), KPPBC Tanjung Emas (7 kali), KPPBC Kudus (1 kali), KPPBC Surakarta (1 kali), KPPBC Perak (6 kali), KPPBC Juanda (1 kali), KPPBC Juanda (1 kali), KPPBC Gresik (1 kali), KPPBC Kediri (1 kali), KPPBC Pasuruan (1 kali).
a. To conduct supervisory operations of physical smuggling and administrative violations of imported goods. The supervisory operations of import activities were aimed at preventing any violation of the excise provisions in the import sector as implemented in the following offices of work areas. In 2012, 72 operations were conducted with the detail: North Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Riau and West Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (three times), Riau Islands Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Southern Part of Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Jakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (once), Central Java and Yogyakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (three times), East Java I Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (once), East Java II Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (twice), Western Part of Kalimantan Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (once), Tanjung Priok Customs and Excise Prime Office Type A (five times), Batam Customs and Excise Prime Office Type B (three times), Belawan Customs and Excise Office (five times), Teluk Nibung Customs and Excise Office (once), Pekanbaru Customs and Excise Office (twice), Dumai Customs and Excise Office (twice), Lampung Customs and Excise Office B (three times), Merak Customs and Excise Office (four times), Jakarta Customs and Excise Office (once), Marunda Customs and Excise Office (once), Tangerang Customs and Excise Office (once), Tangerang Customs and Excise Office (once), Soekarno Hatta Customs and Excise Office (once), Nekasi Customs and Excise Office (once), Bogor Customs and Excise Office(once), Bandung Customs and Excise Office (three times), Purwakarta Customs and Excise Office (once), Cilacap Customs and Excise Office (once), Tanjung Emas Customs and Excise Office (seven times), Kudus Customs and Excise Office (once), Surakarta Customs and Excise Office (once), Perak Customs and Excise Office (once), Perak Customs and Excise Office (six times), Juanda Customs and Excise Office (once), Juanda Customs and Excise Office (once), Gresik Customs and Excise Office (once), Kediri Customs and Excise Office (once), Pasuruan Customs and Excise Office (once).
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
179
180
Dari hasil pengawasan ditemukan beberapa jenis pelanggaran. Pelanggaran yang ditemukan antara lain berupa kesalahan pemberitahuan jumlah dan jenis barang, barang impor yang terkena larangan dan pembatasan yang tidak dilengkapi izin dari instansi terknis terkait. Ada pula pelanggaran tipe, merek, spesifikasi, ukuran, dan berat yang tidak sesuai pemberitahuan, nilai pabean yang tidak wajar, dan pelanggaranpelanggaran lainnya.
From the supervision, some violations were discovered, including notification mistakes of the number and types of goods, prohibited and limitation-imposed imported goods not completed with a technical permit from the related institution. There were also violations of types, brands, specification, sizes, and weight irrelevant with the notification, improper duties values, and other violations.
b. Melaksanakan pemberantasan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai. Operasi pengawasan terhadap perusahaan penerima fasilitas Kawasan Berikat (KB), Gudang Berikat (GB), dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dilaksanakan khususnya di wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Jakarta, Kantor Wilayah DJBC Banten, Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat, Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY, dan Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I.
Dalam operasi tersebut, masih ditemukan pelanggaran berupa pengeluaran barang tanpa persetujuan pejabat Bea dan Cukai, pengeluaran barang yang diperuntukkan untuk ekspor namun dijual ke pasar dalam negeri, kesalahan pemberitahuan jenis barang, klasifikasi dan tarif bea masuk, dan kesalahan pemberitahuan jumlah dan jenis barang, dan lain-lain. Komoditas umumnya berupa tekstil dan produk tekstil serta elektronik.
b. To eradicate abuse of customs and excise facilities. Supervisory operations towards facilitiesreceiving companies in Bonded Zones, Bonded Warehouses, and Imports Facilities for Exports were conducted especially in the supervisory areas in Jakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Banten Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise,West Java Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise,Central Java and Yogyakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise,and East Java I Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise. In the operations, violations in the form of releasing goods without any approval from the Customs and Excise official, releasing of goods for exports but sold in the domestic markets, notification mistakes of the types of goods, classification and tariff of import duties, and notification mistakes of the number of types of goods, and so on, were still discovered. Common commodities included textile and textile products as well as electronic goods.
c. Melaksanakan pengawasan dan penindakan penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan Operasi pengawasan untuk mencegah terjadinya penyelundupan di daerah rawan dan perbatasan dilaksanakan melalui operasi patroli laut di wilayah perairan Kantor Wilayah DJBC Nangroe Aceh Darussalam, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau, Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Selatan, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam. Selain itu, pengawasan serupa juga dilakukan di wilayah Kantor Wilayah DJBC Jakarta, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II, Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT, Kantor Wilayah DJBC Sulawesi dan Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua
c. To supervise and to bring an action against smugglings in troubled and border areas. Supervisory operations to prevent any smuggling in troubled and border areas were conducted through a sea patrol operations in the waters of Nangroe Aceh Darussalam Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, North Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Riau Islands Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Riau and West Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Southern Part of Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, and Batam Prime Office Type B of the Directorate General of Customs and Excise. In addition, similar supervision operations
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
dan Papua Barat. Operasi dilakukan dengan menggunakan kapal patroli Bea dan Cukai. Kapal patroli berasal dari Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Balai Karimun, dari Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Batam, Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tanjung Priok, Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan. Semenatara Komandan Patroli berasal dari pegawai Subdirektorat Penindakan Direktorat Penindakan.
Patroli laut selama tahun 2012 dilaksanakan 9 kali dengan rincian perairan wilayah Sumatera dan sekitarnya (2 kali), perairan Selat Malaka (3 kali), wilayah kerja Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau (1 kali), perairan wilayah tengah Indonesia (1 kali), perairan Selat Makassar dan Laut Sulawesi (1 kali), perairan Laut Jawa, Laut Bali dan Laut Flores (1 kali).
were also conducted in Jakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, East Java I Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, East Java II Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Bali Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, West Nusa Tenggara Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, and East Nusa Tenggara Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Sulawesi Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, and Maluku, Papua and West Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise. The operations were conducted using Customs and Excise’ patrol boats, from the Customs and Excise Type A Operational Facilities Base at Tanjung Balai Karimun, from the Customs and Excise Operational Facilities Base at Batam, the Customs and Excise Operational Facilities Base at Tanjung Priok, the Customs and Excise Operational Facilities Base at Pantoloan. Patrol commanders were employees of the Sub Directorate of Action of the Directorate of Action. Sea patrols in 2012 was conducted nine times in Sumatra area and its surrounding (twice), Malaka Strait (three times), Riau Islands Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise (once), the central waters of Indonesia (once), Makassar Strait and Sulawesi Sea (once), Java Sea, Bali Sea, and Flores Sea (once).
Hasil patroli laut menemukan kapal mengangkut barang yang dilarang diimpor atau ekspor tanpa pemberitahuan pada manifest dengan komoditi antara lain berupa kayu dan ball press.
The sea patrol discovered boats transporting goods prohibited to be imported or exported without a manifest with commodities, among others logs and ball press.
d. Melaksanakan pemberantasan ekspor fiktif, ekspor barang larangan pembatasan dan barang yang terkena Bea Keluar. Operasi pengawasan ekspor dilakukan dengan sistem targetting Operasi yang dilaksanakan telah berhasil menegah upaya penyelundupan kayu dan rotan melalui pelabuhan Tanjung Priok. Salah satu proses penegahan dilakukan dengan melakukan pengejaran terhadap sarana pengangkut yang telah berada di perairan Laut Jawa.
d. To eradicate fictive exports, prohibited and limited goods exports, and Export Dutiesimposed goods. The supervisory operations were conducted with a targeting system. The operations successfully prevented timber and rattan smuggling through Tanjung Priok harbor. One of the preventive processes was conducted by chasing transportation means already on the Java sea territory.
e. Memberantas pemalsuan pita cukai, pemakaian pita cukai palsu, penggunaan pita cukai yang bukan haknya, penggunaan pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya, dan hasil tembakau tidak dilekati pita cukai (rokok polos)
e. To eradicate excise stamp forgery, use of false excise ribbon, use of excise ribbon which was not one’s right, use of excise ribbon of which the allocation was not accordingly, and tobacco product not attached with excise ribbon.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
181
Operasi pencegahan pelanggaran di bidang cukai khususnya hasil tembakau dilaksanakan di wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, Kantor Wilayah DJBC Riau dan Sumatera Barat, Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Selatan, Kantor Wilayah DJBC Banten, Kantor Wilayah DJBC Jakarta. Juga dilakukan di wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat, Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I, Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II, Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB, dan NTT, Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat, Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur, dan Kantor Wilayah DJBC Sulawesi. Dari operasi tersebut masih ditemukan adanya pelanggaran berupa peredaran rokok tanpa dilekati pita cukai, peredaran rokok yang dilekati pita cukai palsu, peredaran rokok yang dilekati pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya, peredaran rokok yang dilekati pita cukai bukan haknya (salah personalisasi), produksi rokok tanpa memiliki izin, produksi rokok di luar perizinan yang dimiliki, dan pelanggaranpelanggaran lainnya.
Perbandingan kegiatan pengawasan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012 dapat terlihat dari Tabel 4.22.
Preventive operations on violations in excise especially tobacco excise were conducted in the supervisory areas of North Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Riau and West Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Southern Part of Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Banten Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Jakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise. Supervisory operations were also conducted in West Java Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Central Java and Yogyakarta Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, East Java I Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, East Java II Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Bali, West Nusa tenggara, and East Nusa Tenggara Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, Western Part of Kalimantan Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, East Part of Kalimantan Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise, and Sulawesi Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise. From the operations, distribution of cigarettes attached with false excise ribbon, distribution of cigarettes attached with excise ribbon of which the allocation was not accordingly, distribution of cigarettes attached with excise ribbon not one’s right, production of cigarettes without a license, production of cigarettes off the possessed licensing, and other violations, were still discovered. Comparison of supervisory activities conducted in 2011 and 2012 can be seen in Table 4.22:
Tabel 4.22. Data Kegiatan Pengawasan Direktorat Penindakan dan Penyidikan Table 4.22. Data of Supervisory Activities Directorate of Action and Investigation
No
Kegiatan Pengawasan Supervisory activities
Tahun 2011
Tahun 2012 30 Menjadi satu dengan pengawasan impor Simultaneously with imports supervision
1
Operasi Pengawasan Kegiatan Impor Supervisory operations of import activities
9
2
Operasi pengawasan terhadap perusahaan penerima fasilitas kepabeanan dan cukai Supervisory operations towards companies receiving customs and excise facilities
12
3
Operasi patroli laut Sea patrol operations
9
9
4
Operasi pengawasan kegiatan ekspor Supervisory operations of export activities
3
7
5
Operasi pengawasan hasil tembakau Supervisory operations of tobacco
15
6
Operasi pengawasan MMEA Supervisory operations of MMEA
9
Jumlah Number
54
Sumber Data : DJBC
182
Jumlah Pengawasan (Kali) Number of Supervisions (times)
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
12 58
Source: Directorate General of Customs and Excise
f.
Kegiatan Pengawasan di bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (NPP) Melaksanakan pengawasan di bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor (NPP) dan asistensi kegiatan pengawasan NPP ke KPPBC.
f.
Pengawasan di bidang NPP selama tahun 2012 dilakukan melalui kegiatan patroli dan operasi NPP, serta asistensi terhadap kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh KPU BC atau KPPBC.
Supervision activities in Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) To supervise Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) and to assist the supervision activities in Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) to the Customs and Excise Office. In 2012, Narcotics, Psychotropics, and Precursor (NPP) were supervised through patrol and operation activities, as well as assistance in the supervisory activities by the Customs and Excise Offices.
Tabel 4.23. Kegiatan Pengawasan Sepanjang tahun 2012 Table 4.23. Supervisory Activities in 2012 No 1
Kegiatan Activities
KPPBC Custom and Excise Office
Patroli NPP Rutin Bulanan
KPU BC Tanjung Priok Tanjung Priok Customs and Excise Office
Monthly routine NPP Patrols
KPPBC Soekarno Hatta Soekarno Hatta Customs and Excise Office
Jumlah Number 12
KPPBC Jakarta Jakarta Customs and Excise Office KPPBC Bandung Bandung Customs and Excise Office KPPBC Kantor Pos Pasar Baru Pasar Baru Post Office Customs and Excise Office 2
Patroli NPP Khusus
KPPBC Teluk Bayur Teluk Bayur Customs and Excise Office
1
Special NPP Patrols
KPPBC Palembang Palembang Customs and Excise Office
1
KPPBC Jayapura Jayapura Customs and Excise Office
1
KPPBC Belawan Belawan Customs and Excise Office
1
KPPBC Nunukan Nunukan Customs and Excise Office
1
KPPBC Tanjung Pinang Tanjung Pinang Customs and Excise Office
1
KPPBC Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun Customs and Excise Office
1
KPPBC Jambi Jambi Customs and Excise Office
1
KPU BC Batam Batam Customs and Excise Office
2
KPPBC Bengkalis Bengkalis Customs and Excise Office
2
KPPBC Dumai Dumai Customs and Excise Office
1
KPPBC Selat Panjang Selat Panjang Customs and Excise Office
1
KPPBC Pekan Baru Pekan Baru Customs and Excise Office
1
KPPBC Ngurah rai Ngurah rai Customs and Excise Office
1
KPPBC Balikpapan Balikpapan Customs and Excise Office
2
KPPBC Tanjung Emas Tanjung Emas Customs and Excise Office
Sumber Data : DJBC
1
Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau Riau Islands Regional Office of the Directorate eneral of Customs and Excise Office
2
KPPBC Tanjung Perak Tanjung Perak Customs and Excise Office
1
KPPBC Lampung Lampung Customs and Excise Office
1
KPPBC Merak Merak Customs and Excise Office
1
KPPBC Teluk Nibung Teluk Nibung Customs and Excise Office
1
Source: Directorate General of Customs and Excise
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
183
Penindakan
Actions
a. Melakukan kegiatan penindakan atas pelanggaran ketentuan di bidang kepabeanan dan cukai
a. To to bring an action against violations in customs and excise.
Selama periode Januari hingga Desember 2012, Subdirektorat Penindakan telah melakukan 49 kali penindakan, dengan rincian penindakan di bidang impor (30 kasus), penindakan di bidang ekspor (7 kasus), penindakan di bidang cukai (12 kasus).
From January to December 2012, the Subdirectorate of Enforcement brought an action against 49 cases, including 30 cases in imports, 7 cases in exports, and 12 cases in excise.
Penindakan tersebut menghasilkan temuan sebanyak 27 Surat Bukti Penindakan (SBP), hasil sesuai dengan pemberitahuan sebanyak tujuh SBP dan masih dalam proses penelitian sebanyak 15 SBP.
The action found 27 SBP, 7 SBP of which the result was according to the notification, and 15 SBP still in assessment.
Saat ini sedang dikembangkan sistem aplikasi data penindakan untuk mengisi data penindakan secara detail dan tindak lanjut temuan yang berbasis web base yakni http://app.penindakan. net sebagai sarana untuk melakukan rekapitulasi data penindakan. Aplikasi ini akan melengkapi format S-275/BC/2010 dan konten yang ada di Sistem Informasi Direktorat P2 (SiDiA). Penggunaan aplikasi bersifat user friendly dan dapat diakses dengan internet kapan saja sehingga data penindakan dapat disajikan secara update. Sebagian data yang telah diterima dari masing-masing Kanwil/KPU sampai dengan bulan Agustus 2012 via email (penindakan@ gmail.com) telah dilakukan entry data secara manual.
A data action application system is currently being developed to fill in action data in detail and the findings follow up based on a website, http://app.action.net as a facility to recapitulate the action data. The application will complete the S-275/BC/2010 format and the content in SIDIA. It is a friendly user application, which can be accessed through the internet at any time, so that the action data can be presented update. The data that have been partly received from each Regional Office until August 2012 by email (
[email protected]) have been put into entry manually.
b. Sebagai Liason Unit dalam pelaksanaan Patroli Koordinasi (Patkor Kastima) yang diselenggarakan setiap tahun.
b. As a Liaison Unit in annual coordination patrols (Patkor Kastima).
1. PATKOR KASTIMA – 18A/2012 yang dilaksanakan pada tanggal 11 September sampai dengan 22 September yang diawali dengan upacara pembukaan Patkor Kastima 18 / 2012 pada tanggal 11 September 2012 di Kompleks Kastam Seberang Jaya, Pulau Pinang, Malaysia. Unsur-unsur yang terlibat dari masing-masing negara adalah sebagai berikut:
1. PATKOR KASTIMA – 18A/2012 was held on September 11th – 22nd, 2012 and officially opened with an opening ceremony on September 11th, 2012 at Kompleks Kastam Seberang Jaya, Pulau Pinang, Malaysia. Parties involved from each country included:
.
184
DJBC yaitu Kapal Patroli Cepat FPB28 BC– 10002, Kapal Patroli Cepat FPB 28 BC – 800, Kapal Patroli Cepat FPB28 BC – 8006,
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
.
From Indonesia’s Directorate General of Customs and Excise: FPB28 BC–10002 patrol speed boat, FPB 28 BC – 800 patrol
speed boat, FPB28 BC – 8006 patrol speed boat, BC – 1601 patrol speed boat,–15015 patrol speed boat and BC – 15031 patrol speed boat;
Kapal Patroli VSV BC – 1601, Kapal Patroli Speed Boat BC – 15015 dan Kapal Patroli Speed Boat BC – 15031;
.
Jabatan Kastam Diraja Malaysia yaitu Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 85, Perantas KB – 86, Perantas KB – 90, Penumpas P – 052 dan Penumpas P – 055;
2. PATKOR KASTIMA - Patkor Kastima 18B/2012, diselenggarakan pada tanggal 15 – 25 November 2012, dan diakhiri dengan upacara penutupan Patkor Kastima 18 / 2012 pada tanggal 27 November 2012 di Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara dengan unsurunsur yang terlibat dari masing-masing negara adalah sebagai berikut: .
.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Republik Indonesia yaitu Kapal Patroli Cepat FPB28 BC–10002, Kapal Patroli Cepat FPB 28 BC – 8001, Kapal Patroli Cepat FPB28 BC – 8006, Kapal Patroli VSV BC – 1608, Kapal Patroli Speed Boat BC – 15015 dan Kapal Patroli Speed Boat BC – 15031; Jabatan Kastam Diraja Malaysia yaitu Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 83, Perantas KB – 85 dan Perantas KB – 8.
.
From Malaysia’s Customs and Excise office: Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 85, Perantas KB – 86, Perantas KB – 90, Penumpas P – 052 and Penumpas P – 055;
2. PATKOR KASTIMA - Patkor Kastima 18B/2012 was held on November 15th – 25th, 2012 and officially closed with a closing ceremony of Patkor Kastima 18 / 2012 on November 27th, 2012, at the North Sumatra Regional Office of the Directorate General of Customs and Excise. Parties involved from each country included: .
From Indonesia’s Directorate General of Customs and Excise: FPB28 BC–10002 patrol speed boat, FPB 28 BC – 8001 patrol speed boat, FPB28 BC – 8006 patrol speed boat, VSV BC – 1608 patrol boat, BC – 15015 patrol speed boat , and BC – 15031 patrol speed boat;
.
From Malaysia’s Customs and Excise office: Perantas KB – 51, Perantas KB – 82, Perantas KB – 83, Perantas KB – 85 and Perantas KB – 8;
Operasi di wilayah Indonesia mulai dari Perairan Kuala Langsa (Aceh) ke Perairan Pulau Karimun Anak (Kepulauan Riau). Sedangkan operasi di wilayah Malaysia mulai dari Perairan Pulau Pinang ke Perairan Sungai Pulai yang semuanya terbagi dalam 5 sektor.
Operations in the Indonesian territory started from Kuala Angsa waters (Aceh) to Pulau Karimun Anak waters (Riau Islands), while operations in the Malaysian territory started from Pulau Pinang waters to Sungai Pulai waters, all divided into five sectors.
c. Melakukan pemantauan dan pembaruan data penindakan dari seluruh Kantor Wilayah DJBC, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
c. To monitor and update enforcement data from all Regional Offices of the Directorate General of Customs and Excise, Prime Offices of Customs and Excise, and Supervision and Service Offices of Customs and Excise.
Jumlah penindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai di seluruh Indonesia dari bulan Januari hingga Desember 2012 sebanyak 3.669 kasus dan menghasilkan temuan sebanyak sebanyak 2.975 kasus, sehingga tingkat capaian IKU sebesar 81,08 persen.
The number of action towards customs and excise violations in Indonesia from January to December 2012 was 3,669, of which 2,975 or 81.08 percent resulted in findings.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
185
Tabel 4.24. Data Temuan Pelanggaran Kepabeanan dan Cukai Table 4.24. Data of Customs and Excise Violation Findings
-
-
6
-
16
-
-
3
334
78
18
186
-
-
24
-
25
1
1
1
402
369
86
7
221
-
-
11
-
37
-
-
7
356
295
65
13
186
-
1
6
-
21
-
1
2
Mei
388
328
82
5
205
-
-
7
-
25
-
2
2
Jun
334
275
75
3
164
-
1
5
-
21
-
2
4
Jul
333
300
71
2
182
-
3
10
-
20
3
3
6
Feb
445
Mar Apr
Pemusnahan BKC
Pencabutan NPPBKC
Reekspor
Pembelokiran
Penyidikan
Ags
232
207
42
2
141
-
-
1
-
15
4
-
2
Sep
261
209
37
6
135
-
-
8
-
21
-
-
2
Okt
367
202
49
7
112
-
1
4
-
28
-
1
-
Nop
212
147
40
2
84
-
1
3
-
14
-
-
3
Des
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah
3669
2975
709
69
1812
0
0
85
0
243
8
10
32
Capaian 81.08% Sumber : DJBC Source: Directorate General of Customs and Excise
d. Kegiatan Koordinasi Lintas Sektoral;
186
Pembekuan NPPBKC
Pelimpahan ke Instansi Terkait
196
339
Rekomendasi Audit
4
Jan
Penatapan Sebagai BDN atau BMN
84
Periode Tahun Jumlah Memaksimalkan 2012 Penindakan Temuan
Saksi Administrasi
Rekomendasi Tdk dilayani Pemesanan Pita Cukai
Jumlah Tindak Lanjut Temuan Hasil Penindakan
Periode: 1 Januari s.d 1 Desember 2012 Unit Kerja : DJBC
d. Inter-sectoral coordination activities;
1. Selama periode tahun 2012, DJBC berpartisipasi dalam patroli bersama yang dilaksanakan di bawah koordinasi Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), yakni Operasi Gurita, sebanyak dua kali, periode Juli-Agustus 2012 dan OktoberNovember 2012.
1. During the period of 2012, the Directorate General of Customs and Excise participated in two joint patrols under the coordination of the Sea Security Coordinating Board, that was Gurita Operation, in July-August 2012 and October-November 2012.
2. Ditandatangani kesepakatan bersama antara Kementerian Keuangan (DJBC) dengan Bakorkamla Nomor: KEP-131/BC/2012 dan Nomor: MoU-008/Kalakhar/Bakorkamla/ VII/2012 tentang Peningkatan Kerja Sama Pemberantasan Penyelundupan di Laut.
2. A joint agreement was signed between the Ministry of Finance (Directorate General of Customs and Excise) and the Sea Security Coordinating Board Number: KEP-131/ BC/2012 and Number: MoU-008/Kalakhar/ Bakorkamla/ VII/2012 on Cooperation Increase in Smugglings Eradication at Sea.
Kesepakatan bersama tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama dalam rangka pemberantasan penyelundupan di laut sesuai tugas dan fungsi DJBCBakorkamla. Ruang lingkup kerja sama di bidang sosialisasi, bimbingan teknis, operasional dan pertukaran informasi.
The joint agreement was aimed at increasing cooperation in eradicating smugglings at sea according to the tasks and functions of the Directorate General of Customs and Excise-Sea Security Coordinating Board. The cooperation included socialization, technical and operational training, and exchange of information.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
3. Partisipasi dalam kegiatan kunjungan delegasi pimpinan MPR ke Pulau Sebatik dengan mengerahkan kapal patroli BC 9005 dari Pangkalan Sarana Operasi Pantoloan.
3. Participation in a visit by a delegation of the People’s Consultative Assembly to Sebatik island by mobilizing BC 9005 patrol boat from Pantoloan operational facility base.
4. Partisipasi dalam kegiatan Parade Nusantara oleh kementerian dengan mengerahkan kapal patroli BC 8004 dari Pangkalan Sarana Operasi Tanjung Priok.
4. Participation in the Parade Nusantara by the Ministry by mobilizing BC 8004 patrol boat from Tanjung Priok operational facility base.
5. Partisipasi dan koordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) terkait pengawasan terhadap MMEA Ilegal dengan jalan pemberian sosialisasi terhadap importir MMEA mengenai pemberian izin ML dan SKI.
5. Participation and coordination with the Medicine and Food Supervisory Board in relation to the supervision of illegal MMEA by socializing to MMEA importers on granting ML and SKI license.
e. Melakukan penindakan di bidang NPP di seluruh Indonesia sebanyak 131 kasus yang tersebar pada 28 Kantor, dengan total barang bukti seberat 546.542,25 gram senilai Rp515.014.837.800.
e. To bring an action against all 131 Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) cases, spreading in 28 offices, with a total evidence wieghing 546,542.25 grams in amount of IDR515,014,837,800.
Perincian penindakan NPP adalah KPP BC TMC Soekarno Hatta (39 kasus), KPU Batam (14 kasus), KPPBC Medan (11 kasus), KPPBC Ngurah Rai (9 kasus), KPPBC Tanjung Balai Karimun (6 kasus), KPPBC Teluk Nibung (5 kasus), KPPBC Banda Aceh (5 kasus), KPPBC Jayapura (4 kasus), KPPBC Juanda (3 kasus), KPPBC Bandung (3 kasus), KPPBC Dumai (3 kasus), KPPBC Yogyakarta (3 kasus), KPPBC Entikong (3 kasus), KPPBC Tanjung Pinang (3 kasus). Dua kasus masingmasing ditemukan di KPPBC Kantor Pos Pasar Baru, KPPBC Mataram, KPPBC Balikpapan, KPPBC Jakarta, KPPBC Manado, KPPBC Atapupu. Sementara 1 kasus masing-masing ditemukan di KPPBC Surakarta, KPPBC Bengkalis, KPPBC Selat Panjang, KPU BC Tanjung Priok, KPPBC Pekanbaru, KPPBC Makassar, KPPBC Teluk Bayur, KPP BC MP Tanjung Emas.
Detail of Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) actions included Soekarno Hatta Customs and Excise Office (39 cases), Batam Prime Customs and Excise Office (14 cases), Medan Customs and Excise Office (11 cases), Ngurah Rai Customs and Excise Office (nine cases), Tanjung Balai Karimun Customs and Excise Office (six cases), Teluk Nibung Customs and Excise Office (five cases), Banda Aceh Customs and Excise Office (five cases), Jayapura Customs and Excise Office (four cases), Juanda Customs and Excise Office (three cases), Bandung Customs and Excise Office (three cases), Dumai Customs and Excise Office (three cases), Yogyakarta Customs and Excise Office (three cases), Entikong Customs and Excise Office (three cases), Tanjung Pinang Customs and Excise Office (three cases). Two cases were respectively found at Pasar Baru Post Office Customs and Excise Office, Mataram Customs and Excise Office, Balikpapan Customs and Excise Office, Jakarta Customs and Excise Office, Manado Customs and Excise Office, Atapupu Customs and Excise Office. While one case was respectively found at Surakarta Customs and Excise Office, Bengkalis Customs and Excise Office, Selat Panjang Customs and Excise Office, Tanjung Priok Prime Customs and Excise Office, Pekanbaru Customs and Excise Office, Makassar Customs and Excise Office, Teluk Bayur Customs and Excise MP Office, Tanjung Emas Customs and Excise Office.
Realisasi asistensi pengawasan yang menghasilkan penindakan NPP Subdirektorat narkotika selama
Realization of supervision assistance resulting in actions in Narcotics, Psychtropics, and Precursors
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
187
tahun 2012 meliputi 22 kasus dengan rincian: KPPBC TMP Soekarno Hatta (10 kasus), KPPBC Pasar Baru (2 kasus), KPPBC Jakarta (2 kasus) dan selebihnya masing-masing 1 kasus yakni di KPU Tanjung Priok, KPU Batam, KPPBC TMP Yogyakarta, KPPBC TMP Atapupu, KPPBC Ngurah Rai, KPPBC Teluk Nibung, KPPBC Balikpapan, KPPBC Medan.
(NPP) at the Narcotics Subdirectorate in 2012 was 22 cases, including: TMP Soekarno Hatta Customs and Excise Office (10 cases), Pasar Baru Customs and Excise Office (two cases), Jakarta Customs and Excise Office (two cases), and the rest respectively one case at Tanjung Priok Prime Office, Batam Prime Office, TMP Yogyakarta Customs and Excise Office, TMP Atapupu Customs and Excise Office, Ngurah Rai Customs and Excise Office, Teluk Nibung Customs and Excise Office, Balikpapan Customs and Excise Office, Medan Customs and Excise Office.
Tabel 4.25. Penindakan NPP DJBC Tahun 2012 Berdasarkan Jenis Table 4.25. Enforcement of Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) at the Directorate General of Customs and Excise 2012 Based on the Type No
JENIS TYPE
1
Methamphetmanie
96.383,09
2
Ketamine
10.471,00
3
Heroin
33.882,90
4
Extacy
383.127,05
5
Mariyuana
6
Erimin Five/Happy Five
7
Cocain
6.847,50
8
Hashish
8.148,00
9
Ephedrine
10
Levometrofan
536,00
11
Levometrofan
3.500,00
Jumlah Total Sumber Data : DJBC
188
JUMLAH (Gram) AMOUNT (gram)
3.432,48 211,25
2,98
546.542,25 Source: Directorate General of Customs and Excise
1. Kegiatan Penyidikan Kegiatan penyidikan dalam tahun 2012 mencapai 97 kasus, sebanyak 82 kasus (84,54 persen) di antaranya telah diserahkan ke kejaksaan dengan status P-21. Pencapaian ini melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 50 persen.
1. Investigation activities Investigation activities in 2012 totalled 97 cases, out of which 82 cases (84.54 percent) have been submitted to the attorney office with P 21 status. The achievement exceeded the target, which had been previously set, 50 percent.
2. Kegiatan Intelijen Terkait tugas Direktorat Penindakan dan Penyidikan di bidang Intelijen sebagai langkah pelaksanaan program pengawasan sesuai rencana kerja yang ditetapkan untuk tahun 2012 adalah :
2. Intelligence activities In relation to tasks of the Directorate of Enforcement and Investigation in Intelligence, the supervisory programs according to the work plan in 2012 included:
a. Meningkatkan kepatuhan di bidang kepabeanan dan cukai; Selama periode tahun 2012 telah diberikan perizinan di bidang kepabeanan dan cukai
a. To increase compliance in the customs and excise sector; In 2012, licenses in the customs and excise sectors were granted by the Directorate
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
oleh DJBC. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemblokiran terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang diatur dalam KEP-14/BC/2001. Perincian jumlah perizinan dan pemblokiran untuk periode tahun 2012 terdapat pada Tabel 4.26:
General of Customs and Excise. In addition, companies that violated provisions in the Decree KEP-14/BC/2001 had been blocked. The number of licenses and blockings in 2012 is as follows in Table 4.26:
Tabel 4.26. Jumlah perizinan dan pemblokiran selama tahun 2012 Table 4.26. Number of Licenses and Blockings in 2012 Perusahaan Company
Jumlah Seluruh Perizinan Total number of licenses
Jumlah Pemblokiran Total Number of blockings
Persentase Percentage
Importir & PPJK Importers & PPJK
32993
147
0,45%
Total
32993
147
0,45%
Sumber Data : DJBC
Source: Directorate General of Customs and Excise
b. Meningkatkan efektivitas kegiatan intelijen di bidang kepabeanan melalui penerbitan Nota Hasil Intelijen (NHI) yang akurat; Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama tahun 2012, telah dilakukan proses klasifikasi dan analisa yang dituangkan dalam Lembar Kerja Analisa Informasi (LKAI) dan ditindaklanjuti baik dengan atensi maupun penerbitan NHI yang dikirimkan ke KPPBC;
b. To increase effectiveness of intelligence activities in the excise sector through the issuance of accurate Notes of Intelligence Results (LHI). Based on the data and information obtained in 2012, classification and analysis had been processed as contained in the Work Sheet of Information Analysis (LKAI) which was followed up with both attention as well as the issuance of Notes of Intelligence Results sent to Customs and Excise Offices.
NHI yang telah diterbitkan selama tahun 2012 mencapai 92, dan semuanya telah ditindaklanjuti. Jumlah NHI yang akurat adalah 61, sehingga persentase akurasi adalah 66,30 persen.
The number of Notes of Intelligence Results issued in 2012 was 92, out of which all have been followed up. The accurate number of Notes of Intelligence Results was 61, so that the accurate percentage was 66.30 percent.
c. Melaksanakan bimbingan teknis dalam rangka peningkatan fungsi intelijen; Dalam rangka meningkatkan fungsi intelijen telah dilakukan bimbingan teknis mengenai aplikasi SiDiA dan Passenger Analyzing Unit (PAU) pada setiap kantor wilayah.
c. To provide a technical guidance to increase the intelligence function. To increase the intelligence function, a technical guidance on SIDIA and PAU application was provided in each Regional Office.
d. Melaksanakan evaluasi yang efektif terhadap kegiatan intelijen di bidang kepabeanan dan cukai;
d. To make an effective evaluation on the intelligence activities in the customs and excise sector.
Dalam rangka efektivitas pengawasan yang berkaitan dengan pengamanan hakhak negara dan dipenuhinya ketentuan kepabeanan tentang ekspor kelapa sawit, CPO dan produk turunannya maka Subdit Intelijen telah menyusun Kajian Evaluasi Pengawasan Ekspor Kelapa Sawit.
In the framework of supervision effectiveness in relation to security of the state’s rigts and the fulfillness of excise provisions on the exports of Crude Palm Oil and its derivatives, the Sub Directorate of Intelligence has prepared an Assessment of Supervision Evaluation on Crude Palm Oil Exports.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
189
e. Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terintegrasi secara optimal;
e. To take advantage of an integrated Information and Communication Technology optimally.
a) Menerapkan dan mengembangkan PAU untuk mengawasi penumpang pesawat udara. PAU ini telah terinstalasi di 8 Kantor Wilayah Bea dan Cukai (KWBC) dan 16 Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC). Beberapa kasus penangkapan penyelundupan narkotika di bandara adalah merupakan hasil analisa dengan menggunakan PAU; b) Dalam rangka optimalisasi kegiatan pengawasan juga telah dibuat aplikasi SiDiA yang telah terpasang di 16 KWBC, 2 Kantor Pelayanan Utama (KPU) dan 18 KPPBC;
a) To develop and to apply a Passenger Analyzing Unit (PAU) to monitor airline passengers. The Passenger Analyzing Unit (PAU) has been installed in eight Regional Offices of Customs and Excise and 16 Customs and Excise Offices. Some narcotics smuggling cases at airports were an analysis result using the PAU. b) To optimize supervision, a Directorate Information System P2 (SIDIA) has also been installed in 16 Regional Offices of Customs and Excise, two Prime Offices of Customs and Excise, and 18 Customs and Excise Offices. c) To facilitate supervision in customs and excise, a design of supervision procedure application is currently being developed.
c) Untuk memudahkan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai saat ini juga sedang dikembangkan desain aplikasi tata laksana pengawasan. f.
190
Penerapan manajemen risiko yang efektif dalam pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai; Penerapan dan pengembangan manajemen risiko kepabeanan dan cukai dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan intelijen dalam rangka pengawasan. Pelaksanaannya dengan melakukan profiling terhadap importir, komoditi, perusahaan pemilik Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC), perusahaan penerima fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan kepabeanan dan cukai.
f.
To apply an effective risk management in Customs and Excise service and supervision. Customs and Excise risk management has been developed and applied to increase the effetiveness and efficiency of intelligence activities in supervision. It was implemented by profiling importers, commodities, companies possessing NPPBKC, companies receiving facilities related to customs and excise activities.
g. Profil Importir Profiling perusahaan yang ter-update selama tahun 2012 mencapai 2.925 perusahaan atau rata-rata 243,75 per bulan.
g. Importers profile The number of companies profiled in 2012 was 2,925 or an average of 243.75 companies per month.
h. Profil Pengusaha Hasil Tembakau (Pemilik NPPBKC HT) Database Profil Pengusaha Hasil Tembakau saat ini sudah ada pada Sistem Aplikasi Cukai (SAC). Telah diselesaikan proses legal formal untuk dasar hukumnya dengan diterbitkannya Surat Rahasia Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SR-27/ BC/2010 yang ditujukan kepada KPPBC terkait untuk dilaksanakan dan laporan
h. Tobacco Produce Companies Profile (owner of NPPBKC HT) Database of Tobacco Produce companies profile is at present in the Excise Application System (SAC). The formal legal process has been completed for the legal basis of the issuance of a Confidential Letter of the Director General of Customs and Excise Number SR-27/BC/2010 addressed to related Customs and Excise Offices for
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
implementation of which the report will be an input in the setting up and development process of the database of Tobacco Produce Companies Profile.
pelaksanaannya akan menjadi input dalam proses pembentukan dan pengembangan Database Profil Pengusaha Hasil Tembakau.
i.
Menerapkan dan mengembangkan sistem PAU untuk mengawasi penumpang pesawat udara; Sistem PAU ini sangat bermanfaat untuk efektivitas dan efisiensi pengawasan/ targeting penumpang pesawat udara beserta barang bawaannya yang memiliki tingkat risiko tinggi sebagai kurir NPP. Pada awalnya (tahun 2010) sistem PAU diterapkan di lima bandar udara internasional di Indonesia yaitu Bandara Soekarno Hatta Jakarta, Ngurah Rai Denpasar, Juanda Surabaya, Polonia Medan dan Husein Sastranegara Bandung. Pada pertengahan tahun 2011 telah dilakukan sosialisasi sistem PAU ke beberapa KWBC;KPU;KPPBC yang membawahi bandara-bandara internasional seperti : KWBC Sumatera Bagian Selatan. KWBC Banten; KWBC Bali; NTT dan NTB; KWBC Sulawesi; KWBC Riau dan Sumatera Barat; KWBC Kalimantan Bagian Timur; KWBC Jawa Timur I; KPU Batam dan KPPBC Yogyakarta. Beberapa kasus penegahan NPP di bandara adalah merupakan hasil analisa dengan menggunakan sistem PAU.
i.
To develop and apply a Passenger Analyzing Unit (PAU) system to monitor airline passengers. The PAU system is very advantageous to effectively and efficiently monitor airline passengers and their baggages having a high risk as Narcotics, Psychotropics, and Percursors (NPP) courrier. At the beginning (2010), the PAU system was applied in five international airports in Indonesia: Soekarno Hatta Jakarta, Ngurah Rai Denpasar, Juanda Surabaya, Polonia Medan, and Husein Sastranegara Bandung. In mid 2011, the PAU system was socialized in a number of Regional Offices of Customs and Excise/Prime Customs Offices/Customs and Excise Offices supervising international airports, including southern part of Sumatra Regional Office of Customs and Excise, Banten Regional Office of Customs and Excise, Bali Regional Office of Customs and Excise, East Nusa Tenggara and West Nusa Tenggara Regional Office of Customs and Excise, Sulawesi Regional Office of Customs and Excise, Riau and West Sumatra Regional Office of Customs and Excise, Eastern part of Kalimantan Regional Office of Customs and Excise, East Java Regional Office of Customs and Excise, Batam Prime Customs Office, and Yogyakarta Customs and Excise Office. Some Narcotics, Psychotropics, and Precursors (NPP) cases at airports had been prevented thanks to analysis using the PAU system.
Pengembangan PAU dilakukan dengan penambahan konten, penambahan jumlah maskapai penerbangan yang terhubung dengan sistem PAU serta perluasan penggunaan PAU di bandara-bandara internasional lainnya.
The PAU system has been developed by adding the content, the number of airlines connected with the PAU system, and expanding the use of PAU system in other international airports.
PENGELOLAAN UTANG
DEBT MANAGEMENT
Pemerintah mengambil kebijakan defisit pada tahun 2012 untuk mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Untuk menutup defisit tersebut, pembiayaan melalui utang masih paling dominan mengingat semakin
The government took a deficit policy in 2012 to achieve high economic growth. To compensate the deficit, financing through debt remained the most dominant method considering the increasingly limited financing through non debt. Apart from
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
191
192
terbatasnya pembiayaan melalui nonutang. Selain sebagai instrumen untuk menutup defisit, utang juga digunakan untuk membiayai pengeluaran pembiayaan seperti investasi pemerintah, penjaminan, dan pengeluaran pembiayaan lainnya.
being an instrument to compensate the deficit, debt was also used to finance expenditures such as the government investment, guarantee, and other financing expenditures.
Peningkatan jumlah outstanding utang ini perlu diwaspadai mengingat beberapa negara Eropa mengalami krisis akibat outstanding utang yang tinggi dan kurang hati - hati dalam pengelolaan utang. Sebagai dampak dari krisis tersebut, beberapa negara menerapkan kebijakan konsolidasi fiskal melalui pengetatan anggaran untuk menekan defisit dalam rangka mengendalikan utangnya. Untuk mengantisipasi pengaruh krisis keuangan dan belajar dari pengalaman negara-negara yang terkena krisis di Eropa tersebut, Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan pembiayaan APBN secara lebih berhati-hati. Hal ini sejalan dengan arahan presiden agar jumlah utang berada dalam tingkat yang aman dengan mengupayakan rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) pada tahun 2014 maksimal 22 persen. Salah satu implementasi dari kebijakan tersebut adalah menyusun arah kebijakan APBN dalam jangka menengah menuju anggaran berimbang.
The increase of outstanding debt should be paid attention as some European countries are experiencing a crisis due to high outstanding debt and non-prudent debt management. As an impact of the crisis, some countries apply a fiscal consolidation policy through budget tightening to press the deficit in the framework of controlling their debt. To anticipate the impact of the financial crisis and to learn from the experience of the countries experiencing the crisis in Europe, the Indonesian government made a more prudent policy on the State Budget’s financing. This is in line with the President’s direction that the Debt to GDP ratio should be at a safe level, that is maximum 22 percent in 2014. One of the efforts to implement the policy is to prepare a medium-term State Budget to a balanced budget.
Dalam hal pemerintah menetapkan kebijakan APBN berimbang maupun surplus, pengadaan utang tetap diperlukan pada kondisi antara lain sebagai berikut:
Whether it is balanced or surplus budget, debt remains to be needed in such conditions as:
(1) Membiayai utang yang jatuh tempo; (2) Menciptakan benchmark risk free asset di pasar keuangan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan; (3) Pengelolaan portofolio utang pemerintah; (4) Membiayai investasi pemerintah; serta (5) Melanjutkan proyek-proyek tahun sebelumnya yang masih berlangsung masa penarikannya.
(1) To finance maturity of debt; (2) (To create a benchmark of risk-free assets in the money market to maintain stability in the money market; (3) To manage the government’s debt portfolio; (4) To finance the government’s investment; and (5) To continue projects of the previous years of which the withdrawal period still remains.
Kebijakan Pembiayaan utang
Debt Financing Policy
Dalam 10 tahun terakhir, pemerintah mengambil kebijakan defisit sehingga konsekuensinya adalah jumlah utang yang semakin meningkat. Kondisi ini memerlukan pengelolaan utang yang prudent, efektif, efisien, dan terpercaya. Untuk mendukung hal tersebut, telah disusun strategi pengelolaan utang jangka menengah sebagai pedoman bagi unit pengelola utang. Strategi tersebut menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan utang dengan tetap memperhatikan risiko utang secara terukur. Tujuan tersebut
During the last 10 years, the government has been applying a deficit policy with a consequence of continuous increasing debt. Such a condition requires a prudent, effective, efficient, and trusted debt management. To support the policy, a strategy of mid-term debt management has been prepared as a guidance for the debt management unit. The strategy is focused on efforts to increase debt management efficiency by still adhering to measurable debt risks. The goal is implemented in the policy of the Government Securities (SBN)
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
diimplementasikan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan SBN dan pinjaman. Strategi pengelolaan SBN dititikberatkan pada peningkatan likuiditas dan daya serap pasar domestik melalui pengembangan pasar perdana dan sekunder, serta memperkuat basis investor. Adapun strategi pengelolaan pinjaman dititikberatkan pada penarikan dana secara tepat waktu serta peningkatan kualitas proses bisnis, data, dan informasi.
and loan policy. The strategy of the Government Securities (SBN) management is focused on the increase of liquidities and the domestic market absorption through the development of primary and secondary market, as well as strengthening the investors’ basis. The strategy of loan management is focused on a timely fund withdrawal and an increase of the business, data, and information process quality.
Strategi jangka menengah menjadi acuan bagi penyusunan strategi dan kebijakan pembiayaan utang tahunan dengan mempertimbangkan kondisi pasar keuangan terkini, besaran pembiayaan nonutang, dan pengelolaan pasar sekunder SBN. Pada tahun 2012, kebijakan pengelolaan utang diarahkan pada:
The mid-term strategy becomes a reference for the preparation of annual debt financing strategy and policy, by considering the latest financial market condition, the non-debt financing amount, and the Government’s Securities secondary market management. In 2012, the debt management was directed to:
1. Mengoptimalkan potensi pembiayaan domestik; 2. Memelihara likuiditas pasar SBN domestik; 3. Melakukan diversifikasi instrumen utang; 4. Pengadaan pinjaman/kredit luar negeri dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan prioritas dan tidak ada ikatan politik; 5. Meningkatkan penarikan pinjaman yang telah efektif untuk mengendalikan biaya; 6. Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas jasa keuangan dalam mendorong financial deepening; 7. Meningkatkan fungsi pemantauan dan evaluasi pinjaman untuk mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan pinjaman.
1. Optimize domestic financing potentials; 2. Maintain domestic Government Securities market liquidity; 3. Diversify debt instruments; 4. Provide Foreign Loans/credits by taking the priority needs and no political bind into consideration; 5. Increase effective loans withdrawal to control costs; 6. Increase coordination with the monetary and financial service authorities to encourage financial deepening; 7. Increase the loans monitoring and evaluation function to encourage an acceleration of the activities implementation and loans absorption.
Sumber dan Penggunaan Pembiayaan Utang
Source and Use of Debt Financing
Utang pemerintah, berdasarkan jenisnya, dapat dikelompokkan dalam dua instrumen yaitu instrumen pinjaman dan SBN. Instrumen pinjaman berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Berdasarkan jenisnya instrumen pinjaman, dibedakan menjadi pinjaman yang berbentuk tunai (program loan) atau terkait dengan proyek (project loan). Instrumen SBN mencakup Surat Utang Negara (SUN) yang merupakan surat berharga konvensional dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang merupakan surat berharga berbasis syariah. Berdasarkan jenis mata uangnya, SBN dapat diterbitkan dengan menggunakan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing. Sesuai dengan strategi pengelolaan utang kedua instrumen utang tersebut akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pasar keuangan.
Based on the type, the government’s loan can be grouped into two instruments, loan and Government Securities (SBN). Based on the source, loan consists of Foreign Loan and domestic loan, while based on the type, it consists of program loan and project loan. The Government Securities (SBN) consists of the Government Bonds (SUN) which are conventional marketable securities and the Sovereign Sharia Securities which are shariabased marketable securities. Based on the currency, Government Securities (SBN) can be issued using rupiah and/or foreign currency. According to the debt management strategy, both instruments will continue to develop in line with the needs and development of the financial market.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
193
Pinjaman
Loan
1. Pinjaman Dalam Negeri
1. Domestic Loan
Pinjaman Dalam Negeri (PDN) merupakan salah satu bentuk instrumen utang yang mulai dimanfaatkan pada tahun 2010 untuk mendukung pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur. Pengembangan instrumen ini juga sebagai salah satu alternatif mengurangi ketergantungan pada pinjaman luar negeri komersial. Pada tahap awal, pemanfaatan PDN masih difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pemerintah (pinjaman proyek) dengan besaran target penarikan Rp1 triliun setiap tahunnya.
Domestic Loan (PDN) is one of the debt instruments taken advantage since 2010 to support the domestic industrial empowerment and infrastructure development. Development of the instrument is also one of the alternatives to decrease dependence on commercial Foreign Loan. At the beginning, the Domestic Loan was focused on the implementation of the government activities (project loan) with an annual withdrawal target of IDR1 trillion.
Pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah realisasi pinjaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan target penarikan pada APBNP. Realisasi penarikan PDN tahun 2012 sebesar Rp1,5 triliun atau lebih tinggi 135 persen dibandingkan target APBN-P sebesar Rp1,1 triliun. Peningkatan penarikan PDN ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
In 2012, the loan realization was higher compared to the withdrawal target as mentioned in the Revised State Budget. The realization of Domestic Loan withdrawal in 2012 was in amount of IDR1.5 trillion or 135 percent higher than the Revised State Budget target in amount of IDR1.1 trillion. Increase of the Domestic Loan withdrawal was caused by some reasons, including:
•
Koordinasi yang intensif antara kementerian/ lembaga sebagai pelaksana kegiatan, Bappenas sebagai perencana kegiatan dan Kementerian Keuangan;
•
An intensive coordination between ministries/institutions as the activities executors, and the National Planning and Development Agency (Bappenas) and the activities planner, and the Ministry of Finance;
•
Kebijakan peluncuran dana dan kebijakan pelaksanaan kegiatan tahun jamak (multiyears) sehingga terdapat kegiatan luncuran tahun 2011 yang dananya ditarik pada tahun 2012.
•
The policies of fund launching and multiyears activities implementation, so that a launching activity took place in 2011 of which the fund was withdrawn in 2012.
Tabel 4.27. Realisasi penarikan pinjaman dalam negeri Table 4.27. Realization of Domestic Loan Withdrawal 2011 APBNP
LKPP
%APBNP
APBNP
LKPP
%APBNP
Pinjaman Dalam Negeri
1.452,10
619,40
42,70%
991,20
1.467,20
148,02%
Penarikan
1.522,10
619,40
40,70%
1.132,50
1.537,80
135,80%
(141,30)
(70,60)
50,00%
Pembayaran Pokok
194
2012
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
(70)
-
-
2. Pinjaman Luar Negeri
2. Foreign Loan
Pengelolaan pinjaman luar negeri terdiri atas tiga komponen utama, yaitu penarikan pinjaman, penerusan pinjaman dan pembayaran cicilan pokok pinjaman. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (PLN) dalam tahun 2012 terdiri atas pinjaman program dan pinjaman kegiatan yang memiliki tingkat realisasi keseluruhan 63,6 persen dari pagu. Rendahnya realisasi ini disebabkan adanya tingkat penyerapan pinjaman proyek yang tidak mencapai target dalam dua tahun terakhir. Di sisi lain, penarikan pinjaman program lebih tinggi dibandingkan pinjaman kegiatan. Realisasi pinjaman program mencapai 96,2 persen. Kekurangan target sebesar 3,8 persen disebabkan adanya selisih kurs dan tidak tercapainya rencana penarikan pinjaman program refinancing modality .
Foreign Loan management consisted of three main components, including loan withdrawal, Subsidiary Loan, and payment of loan principal installment. The Foreign Loan (PLN) withdrawal in 2012 consisted of program loan and project loan of which the total realization level was 63.6 percent from the ceiling. The low realization was caused by the project loan absorption level which did not reach the target in the last two years. On the other hand, the program loan realization reached 96.2 percent, 3.2 percent lower than the target. The total amount was 3.8 percent under the target because of a currency discrepancy and the fact that the program loan withdrawal plan for refinancing modality was not achieved.
Tabel 4.28. Realisasi Pinjaman Luar Negeri 2011-2012 Table 4.28. Realization of Foreign Loan 2011-2012 2011 APBNP Pinjaman Luar Negeri
(2.776,6)
LKPP
2012 %APBNP
APBNP
LKPP
%APBNP
(17.799,1)
-
(4.425,6)
(19.147,6)
-
Penarikan
56.182,9
33.747,2
60,1%
53.731,1
34.170,9
63,6%
Pinjaman Program
19.201,8
15.266,1
79,5%
15.603,9
15.003,5
96,2%
Pinjaman Proyek
36.981,1
18.481,1
50,0%
38.127,2
19.167,4
50,3%
Penerusan Pinjaman
(11.724,8)
(4.223,8)
36,0%
(8.431,8)
(2.160,9)
25,6%
Pembayaran Pokok
(47.234,7)
(47.234,7)
100,2%
(49.724,9)
(51.157,6)
102,9%
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong tingkat penyerapan pinjaman luar negeri tersebut di antaranya adalah penetapan PP Nomor 10 tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah sebagai pengganti PP No. 2 Tahun 2006.
A variety of efforts have been made to encourage Foreign Loan absorption, among others with the stipulation of the Government Regulation Number 10/2011 on the Method of Foreign Loan Provision and Grant Receipt as a replacement of the Government Regulation Number 2/2006.
Namun demikian, sampai tahun 2012 masih banyak hal yang perlu ditingkatkan untuk mempercepat pelaksanaan pinjaman dalam mendorong penyerapan pinjaman luar negeri agar lebih optimal. Hal-hal yang perlu ditingkatkan di antaranya :
However, until 2012, there remained a lot of things to be increased to accelerate loan implementation to encourage more optimal Foreign Loan absorption. Things to be increased included:
•
Peningkatan koordinasi antar unit terkait (Kementerian Keuangan, Bappenas, dan K/L) dalam perencanaan kegiatan. Perencanaan
•
Increasing coordination amongst related units (the Ministry of Finance, the National Planning and Development Agency
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
195
• •
tersebut seharusnya telah mengakomodir kemampuan pelaksanaan kegiatan oleh K/L dan mempertimbangkan kendala yang berpotensi muncul dalam pelaksanaan kegiatan; Peningkatan tingkat kesadaran pelaksana kegiatan Optimalisasi pemantauan dan evaluasi serta fungsi unit pemeriksa untuk mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan.
• •
(Bappenas), and line ministries). The planning should accomodate capacity of the activities implementation by the ministries/ institutions and contraints that may emerge in the activities implementation; Increasing awareness of the activities executors; Optimizing the monitoring and evaluation as well as the examiner units to encourage acceleration of the activities implementation.
Surat Berharga Negara
Government Securities (SBN)
Pada tahun 2012, kepemilikan asing pada SBN domestik cenderung semakin meningkat. Hal ini berarti ada peningkatan tingkat kepercayaan investor asing terhadap pasar keuangan domestik khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya. Kepemilikan asing SBN pada tahun 2012 mencapai mencapai 33 persen (dari outstanding SBN tradable) dengan nilai sekitar Rp270 triliun. Secara keseluruhan pada tahun 2011, dana asing yang masuk ke pasar obligasi Indonesia cukup besar, hal ini dapat dilihat dari peningkatan nominal outstanding SBN yang dimiliki oleh asing dari Rp222 triliun menjadi Rp270 triliun atau terjadi peningkatan sebesar Rp40 triliun.
In 2012, the foreign ownership of the domestic Government Securities (SBN) tended to increase. This showed an increase in the foreign investors’ trust in the domestic financial market in particular and the Indonesian economy in general. The foreign ownership of Government Securities (SBN) in 2012 reached 33 percent from the tradeable outstanding Government Securities (SBN) with an amount of some IDR270 trillion. In total in 2011, foreign fund that entered the Indonesian bond market was sufficiently significant, as seen in the increase of the outstanding Government Securities (SBN) nominal owned by the foreign party, from IDR222 trillion to IDR270 trillion, or an increase of some IDR40 trillion.
Grafik 4.9. Kepemilikan SBN Tradeable Tahun 2005-2011 Graphic 4.9. Tradeable Government Securities (SBN) Ownership in 2005-2011
900
35%
800
30%
700 25% 600 20%
500 400
15%
300
10%
200 5%
100 0
0 Des’ 07
Des’08
Perbankan Lorem Sumber Data : Bloomberg, diolah
196
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Des’09 NON-BANK
Des’10 AsingLorem
Des’11
28-Des-12
% Asing terhadap Total Lorem iusum Source: Bloomberg, processed
Peningkatan kepemilikan asing ini juga perlu diwaspadai karena jika terjadi pembalikan modal asing dapat menimbulkan gejolak di pasar keuangan domestik. Namun demikian, pengelolaan SBN pada tahun 2012 menunjukkan indikator yang semakin membaik melalui peningkatan indeks SUN dan penurunan imbal hasil SBN yang diminta investor. Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan early warning system (EWS) terhadap indikator pergerakan kepemilikan asing tersebut, yang dapat memberikan sinyal kepada pemberi kebijakan untuk mengambil langkah-langkah jika terjadi gejolak di pasar keuangan. Dengan EWS, diharapkan gejolak yang kemungkinan menimbulkan krisis dapat ditanggulangi lebih dini melalui kebijakan yang tepat sehingga dampaknya dapat diminimalkan.
The increase of the foreign ownership should be paid attention as foreign capital reversal may result in fluctuation in the domestic financial market. However, Government Securities (SBN) management in 2012 showed an improving indicator through the increasing index of the Government Bonds (SUN) and the decreasing Government Securities (SBN) yields requested by the investors. In addition, the government has also developed an Early Warning System (EWS) towards the movement indicator of the foreign ownership, that may provide a signal to the policy makers to take steps in the event of fluctuation in the financial market. With the Early Warning System (EWS), it is hoped that the fluctuation that may result in a crisis could be early solved through a correct policy to minimize the impact.
Bid to Cover Ratio Penerbitan SBN Tahun 2007-2011 Graphic 4.10. Bid to Cover Ratio, Issuance of Government Securities (SBN) 2007-2011
3,5
600
3,0
500
2,5
Triliun Rupiah
400
2,0 300 1,5 200
1,0
100
0,5 -
0 2007
2008
2009
Total Bid Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang
Tingginya arus modal asing yang akan berinvestasi di pasar SBN dan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi serta peningkatan tingkat kepercayaan investor domestik mendorong peningkatan likuiditas pasar SBN domestik. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah penawaran yang masuk pada setiap lelang perdana SBN yang dilaksanakan jika dibandingkan dengan tingkat penawaran yang
2010 Total Awarded
2011
2012
Bid to Cover Ratio Source: Directorate General of Debt Management
The high foreign capital flow investing in the Government Securities (SBN) and the relatively high economic growth as well as the increasing trust of the domestic investors have encouraged an increase in the domestic Government Securities (SBN) market liquidity. This can be seen from the high number of offers at every Government Securities (SBN) public bid compared to the offers
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
197
dimenangkan (bid to cover ratio) hingga mencapai 2,48 kali. Pada kondisi likuiditas yang tinggi ini, akan tercipta tingkat biaya yang diperoleh pemerintah menjadi semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan yield SBN yang cenderung menurun. Pasar SBN yang likuid ini perlu senantiasa dijaga agar dapat mendorong pertumbuhan pasar keuangan domestik sehingga pemerintah bahkan swasta dapat memperoleh pembiayaan dengan mudah dan biaya yang relatif murah.
won (bid to cover ratio) that reached 2.48 times. In such a high liquidity condition, the government will obtain a lower cost level, as seen in the descending Government Securities (SBN) yield movement. The liquid Government Securities (SBN) market must be maintained at all times to encourage a domestic financial market growth, so that the government and even the private sector can obtain an easy and relatively cheap financing.
Target penerbitan SBN bruto berdasarkan APBN-P 2012 adalah sebesar Rp270,42 triliun dan dapat direalisasikan sebesar Rp268,55 triliun dengan memperhitungkan buyback sebesar Rp1,14 triliun. Target yang besar tersebut masih terkendala pada keterbatasan sumber utang domestik, baik kedalaman pasar SBN domestik maupun likuiditasnya. Untuk menjaga agar penerbitan SBN tidak menyebabkan adanya crowding out effect, maka pemerintah mengambil kebijakan menerbitkan SBN dalam mata uang asing (SBN Valas) secara terukur. Pada tahun 2012 pemerintah menerbitkan SBN Valas dengan dua jenis mata uang yaitu dalam yen dan dolar AS. Realisasi penerbitan SBN tersebut terdiri atas penerbitan SUN sebesar Rp211,46 trilliun dan penerbitan SBSN sebesar Rp57,09 trilliun. Realisasi penerbitan SBN terdiri atas penerbitan SBN domestik sebesar Rp212,89 triliun dan penerbitan SBN Valas sebesar Rp55,66 triliun.
The target of issuing gross Government Securities (SBN) based on the State Budget Review 2012 was IDR270.42 trillion, of which IDR268.55 trillion could be realised by calculating buyback of IDR1.14 trillion. The large target still faced a constraint of limited source of domestic loan both in the domestic Government Securities (SBN) market as well as the liquidity. To keep the Government Securities (SBN) issuance from resulting in a crowding out effect, the government has made a policy of issuing Government Securities (SBN) in foreign currency in a measurable way. In 2012, the government issued such Government Securities (SBN) in two foreign currencies, including yen and US dollars. Realization of the Government Securities (SBN) issuance consisting of the issuance of the Government Bonds (SUN) in amount of IDR211.46 trillion and the issuance of Sovereign Sharia Securities (SBSN) of IDR57.09 trillion. The realization of Government Securities (SBN) issuance consisted of the issuance of domestic Government Securities (SBN) in amount of IDR212.89 trillion and the issuance of foreign currency Government Securities (SBN) in amount of IDR55.66 trillion.
Tabel 4.29. Rincian Penerbitan SBN Tahun 2012 (dalam triliun rupiah) Table 4.29. Detail of Government Securities (SBN) Issuance in 2012 ( in trillion of rupiahs) SUN
SBSN
165.442
47.450
212.892
30.520
1.380
31.900
Ritel
12.677
13.614
26.291
Fixed
122.245
32.456
154.701
Denominasi Valas
46.017
9.639
55.656
USD
39.005
9.639
48.644
JPY
7.012
-
7.012
INSTRUMEN Denominasi Rupiah SPN/SPNS
Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang
198
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
SBN
Source: Directorate General of Debt Management
Capaian Pengelolaan Utang
Debt Management Achievement
Pada tahun 2012, realisasi pembiayaan utang adalah sebesar Rp142 triliun yang meningkat Rp39,3 triliun atau 38 persen dibandingkan tahun 2011 yang hanya sebesar Rp102,3 triliun. Kenaikan pembiayaan utang disebabkan naiknya kebutuhan pembiayaan APBN dan adanya kebutuhan pembayaran kembali utang jatuh tempo. Dari jumlah tersebut, penerbitan SBN pada tahun 2012 masih mendominasi pemenuhannya yaitu sebesar Rp159,7 triliun. Sementara penarikan pinjaman luar negeri masih tetap negatif Rp19,1 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp1,5 triliun.
In 2012, realization of the debt financing was in amount of IDR142 trillion, an increase of IDR39.3 trillion or 38 percent, compared to 2011 which amounted to IDR102.3 trillion. The increase of debt financing was caused by an increase of the State Budget financing need and the maturity date debt refinancing need. Out of the total amount, the Government Securities (SBN) issuance in 2012 still dominated the fulfillment, totalling IDR159.7 trillion, while the foreign loan withdrawal remained negative, IDR19.1 trillion, and the domestic loan was IDR1.5 trillion.
Realisasi pembiayaan utang tersebut menambah jumlah outstanding utang pemerintah pada akhir tahun 2012 menjadi Rp1.975,4 triliun yang terdiri atas SBN sebesar Rp1.361,1 triliun dan pinjaman sebesar Rp614,3 triliun. Jumlah outstanding ini berarti meningkat sebesar Rp166,5 triliun atau 9,2 persen jika dibandingkan dengan jumlah outstanding utang akhir tahun 2011 sebesar Rp1.808,9 triliun. Namun demikian, perubahan jumlah outstanding utang ini bukan hanya disebabkan oleh pengadaan utang baru, melainkan juga dampak perubahan nilai tukar rupiah mengingat portofolio utang pemerintah terdiri atas berbagai mata uang. Dalam hal nilai rupiah melemah, maka outstanding utang akan bertambah dan sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah menguat, maka outstanding utang akan berkurang.
The realization of the debt financing added the number of government’s outstanding debt at the end of 2012 to IDR1,975.4 trillion, consisting of Government Securities (SBN) in amount of IDR1,361.1 trillion and loan in amount of IDR614.3 trillion. The number of outstanding debt thus increased IDR166.5 trillion or 9.2 percent compared to the amount of outstanding debt at the end of 2011 of IDR1,808.9 trillion. However, the change of the number of outstanding debt was not only caused by new debt, but also by a change in rupiah exchange rate as the government’s debt polio consisted of various foreign currencies. In the event of depreciating rupiah, the amount of outstanding debt would increase, and on the contrary, in the event of appreciating rupiah, the outstanding debt would decrease.
Perkembangan Debt to GDP Ratio
Development of Debt to GDP Ratio
Outstanding utang cenderung meningkat pada akhir tahun 2012. Namun demikian rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) mengalami penurunan yang cukup signifikan. Rasio debt to GDP tahun 2009 sebesar 28,3 persen turun menjadi 23,97 persen pada tahun 2012. Rasio ini menunjukkan peningkatan kemampuan fiskal pemerintah dalam jangka panjang untuk memenuhi kewajiban utangnya. Penurunan rasio ini didorong oleh upaya pengendalian fiskal dan pengelolaan utang pemerintah yang hati-hati, efisien, efektif dan terpercaya sehingga peningkatan nominal PDB lebih tinggi dibandingkan peningkatan nominal utang. Beberapa kebijakan yang mendukung upaya pengendalian utang tersebut, antara lain:
The outstanding debt tended to increase at the end of 2012, yet the debt to GDP ratio significantly decreased. The debt to GDP ratio in 2009 was 28.3 percent, and decreased to 23.97 percent in 2012. The ratio showed an increasing long-term fiscal capacity of the government to fulfill its debt liability. The decreasing ratio was encouraged by efforts to control fiscal and debt management by the government in a prudent, efficient, effective, and trustworthy way, so that the increase of GDP nominal was higher compared to the increase of debt nominal. Some policies supported the debt-controlling efforts, among others:
(i) Pelaksanaan kebijakan net negative flow yang diterjemahkan dengan menetapkan jumlah penarikan PLN diupayakan lebih
(i) Implementation of the net negative flow policy, interpreted as to stipulated the amount of Foreign Loan withdrawal lower than the amount
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
199
rendah dari jumlah cicilan pokok PLN yang jatuh tempo, namun tetap sesuai dengan kebutuhan pembiayaan bagi K/L. Kebijakan ini diimplementasikan melalui penyusunan Batas Maksimum Pinjaman Luar Negeri (BMPLN); (ii) Penerbitan dan penarikan utang semaksimal mungkin mengacu pada kebutuhan riil defisit APBN; (iii) Pemilihan jenis mata uang dan tingkat bunga utang baru yang stabil dan menguntungkan dalam jangka panjang.
of maturity of Foreign Loan principal installment. However, the policy remained according to the financing need for ministries/institutions. The policy was implemented through the preparation of the Maximum Limit of Foreign Loan (BMPLN); (ii) Issuance and withdrawal of debt as maximum possible by referring to the State Budget deficit real need; (iii) Selection of foreign currencies and a stable and advantageous interest for the new long-term debt.
Perkembangan Debt to GDP Ratio Tahun 2005-2011 Graphic 4.11. Development of Debt to GDP Ratio 2005-2011
40%
2.000
Triliun
1.500
35,1%
35%
33,0%
1.000
30%
28,3% 26,1%
500
24,4%
25% 23,9%
0
20% 2007
2008
2009
Outstanding Utang
Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang
200
2010
2011
2012
Rasio Utang terhadap. PDB (RHS)
Source: Directorate General of Debt Management
Risiko Utang Peningkatan outstanding utang akan meningkatkan risiko, baik risiko pasar (market risk) yang terdiri atas risiko mata uang (currency risk) dan risiko tingkat bunga (interest rate risk), maupun risiko pembayaran kembali (refinancing risk). Sebagai upaya untuk mengendalikan risiko tersebut, pemerintah memprioritaskan pengadaan utang yang bersumber dari dalam negeri melalui penerbitan SBN dengan tingkat bunga tetap dan pengadaan pinjaman dalam negeri dalam mata uang rupiah.
Debt Risk Increasing outstanding debt will increase the risk, both market risk, currency risk, and interest rate risk, as well as refinancing risk. As an effort to control the risks, the government prioritizes Domestic Debt through the issuance of Government Securities (SBN) with a fixed interest rate and domestic loan provision in rupiah currency.
Tingkat risiko pengelolaan utang pemerintah semakin membaik, yang terlihat dari penurunan tingkat risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Sementara risiko pembiayaan kembali mengalami peningkatan yang disebabkan oleh strategi utang
The risk level of the government’s debt management was improving, as seen from the decreasing interest rate risk and currency risk. While the refinancing risk increased due to the government’s debt strategy to increase debt financing efficiency by issuing
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
pemerintah untuk meningkatkan efisiensi biaya utang dengan menerbitkan utang jangka pendek, meskipun secara keseluruhan tingkat risiko utang pemerintah masih berada pada tingkat yang terkendali.
short-term debt. However, comprehensively, the government’s debt risk remained in a controlled rate.
Tabel 4.30. Perkembangan Indikator Risiko Utang Tahun 2011-2012 Table 4.30. Development of Debt Risk Indicator 2011-2012 Des-2011
Des-2012
1.187.655,04
1.361.100,90
621.291,79
614.322,47
1.808.946,83
1.975.423,37
VR Proportion
18,8%
16,1%
Refixing Rate
25,8%
22,4%
Refixing Rate
812,4%
873,7%
Indikator Outstanding (Miliar Rupiah) SBN Pinjaman Total Interest Rate Risk
Refinancing Rick ATM (Years)
932,5%
971,0%
Matured in 3 years
22,7%
21,5
Matured in 5 years
34,6%
32,4%
FX Proportion
45,1%
44,4%
FX thd PDB
11,0%
10,7%
Debt to DGP
24,4%
23,9%
Exchange Rate Risk
Sumber Data : Ditjen Pengelolaan Utang
Source: Directorate General of Debt Management
Biaya utang
Debt Cost
Dari sisi biaya utang, khususnya untuk penerbitan SBN, terdapat efisiensi biaya akibat kecenderungan penurunan yield. Hal itu didorong oleh ekspektasi investor bahwa perekonomian Indonesia yang semakin membaik dan pencapaian peringkat kredit pada level layak investasi (investment grade). Efisiensi biaya utang didorong pula oleh pengembangan pasar SBN menuju ke arah pasar yang dalam, likuid, dan aktif.
From the debt cost point of view, in particular for the issuance of Government Securities (SBN) there has been a cost efficiency due to the tend of yield decrease. This was encouraged by investors’ expectation that the Indonesian economy was improving and the credit rate achieved an investment grade. The debt cost efficiency was also encouraged by the Government Securities (SBN) market development to a deep, liquid, and active market.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
201
Grafik 4.12. Perkembangan Yield SUN untuk Tenor 2, 5, 10, dan 30 Tahun Graphic 4.12. Development of Government Bonds (SUN) yield for 2,5,10, and 30 year-tenors
24
24
20
20
16
16
12
12
8
8
4 Feb-08
Feb-09 SUN 27
Feb-10
Feb-11 SUN 10y
SUN 5y
SUN 30y
Sumber Data : Bloomberg, diolah
202
4 Feb-13
Feb-12
Source: Bloomberg, processed
Isu Terkini dalam Pengelolaan Utang
Latest Issues in Debt Management
Efisiensi Pengelolaan Utang
Debt Management Efficiency
Efisiensi pengelolaan utang merupakan salah satu upaya mencapai tujuan pengelolaan utang yaitu memenuhi target pembiayaan utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali. Efisiensi pengelolaan utang yang telah dilakukan dalam beberapa cara, meliputi pemilihan dan optimalisasi pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari utang, pemilihan jenis instrumen utang yang memberikan biaya dan risiko optimal, pelaksanaan penerbitan SBN sesuai dengan kebutuhan kas negara dan kebutuhan untuk pengembangan pasar SBN, serta pengelolaan portofolio utang.
Debt management efficiency was one of the efforts to achieve debt management goals, including debt financing with low cost at a controlled risk rate. The debt management efficiency was conducted in various methods, including selecting and optimizing activities implementation financed by the debt, selecting the debt type that provided optimal cost and risk, issuing Government Securities (SBN) according to the needs of the state’s cash and the Government Securities (SBN) market development, as well as debt portfolio management.
Secara umum, pelaksanaan efisiensi pengelolaan utang dapat dijelaskan sebagai berikut:
In general, activities which has been done in relating to debt management efficiency can be explained as follows:
.
.
Pemilihan dan optimalisasi pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari utang Pemilihan kegiatan yang dapat dibiayai dari utang bertujuan agar utang yang diperoleh memberikan nilai tambah yang maksimal bagi pertumbuhan ekonomi. Saat ini, proses
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Selecting and optimizing activities implementation financed by the debt Selecting activities financed by the debt was aimed at providing a maximal additional value from the debt for the economic growth. At present, there has been a better process of
.
pemilihan jenis kegiatan yang dapat dibiayai dari utang semakin baik. Caranya dengan mengutamakan sektor-sektor yang memberikan dampak ekonomi besar seperti untuk belanja modal dan membiayai barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri serta memberikan manfaat alih teknologi. Hal ini didukung oleh arahan Presiden agar menggunakan pinjaman luar negeri untuk membiayai sektor infrastruktur dan energi serta tidak digunakan untuk belanja barang dan pendidikan. Sedangkan optimalisasi pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui pengawasan dan evaluasi pemanfaatan pinjaman luar negeri.
selecting activities types that can be financed by the debt. The method is by prioritizing sectors that provide great economic impacts, such as capital expenditures and goods that cannot be produced domestically as well as transfer of technology. This is supported by the President’s direction to use Foreign Loan to finance the infrastructure and energy sectors and not to be used for goods and education expenditures. The activities implementation is optimized through supervision and evaluation of the Foreign Loan use.
Sampai saat ini, pemanfaatan pinjaman luar negeri belum menunjukkan hasil optimal. Hal ini diindikasikan oleh masih rendahnya penyerapan pinjaman luar negeri. Rendahnya penyerapan ini disebabkan belum selarasnya perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui peningkatan koordinasi dengan para pemangku kepentingan dan penetapan BMPLN.
To date, the Foreign Loan use has not shown an optimal result. This is indicated by the still low absorption of the Foreign Loan. The low absorption was caused by the inconsistent planning and implementation of the activities. Some efforts that have been made included increasing coordination with the stakeholders and stipulating the Foreign Loan Maximum Limit (BMPLN)
Pemilihan jenis instrumen utang Pemilihan jenis utang dalam memenuhi target pembiayaan meliputi pemilihan tenor, mata uang, jenis bunga, dan instrumen utang. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis biaya dan risiko utang dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk pengembangan pasar SBN. Dalam rangka efisiensi pengelolaan utang, pemilihan utang dengan tenor pendek dapat dilakukan sepanjang peningkatan risiko refinancing masih dalam batas yang terkendali. Beberapa tahun terakhir, dalam rangka efisiensi biaya utang di tengah kondisi pasar keuangan yang cukup kondusif, diterbitkan SBN dengan tenor pendek berupa SPN dan SBN ritel dengan tenor tiga tahun. Jumlah yang diterbitkan lebih besar dari target semula. Hal ini dapat menurunkan biaya utang karena yield SBN tenor pendek lebih rendah dari tenor panjang, meskipun menyebabkan peningkatan risiko refinancing khususnya porsi utang jatuh tempo kurang dari tiga tahun.
Sementara itu, pemilihan utang dengan mata uang valas relatif memberikan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan utang dengan mata uang rupiah. Namun, hal ini dibatasi untuk
.
Selecting debt instrument types Selecting debt types to fulfill the financing target included selecting the tenor, the currency, the interest type, and the debt instrument. The selection was based on the cost analysis and debt risk result by taking the need to develop the Government Securities (SBN) market into consideration. For debt management efficiency, short-tenor debt could be selected as long as the refinancing risk increase remained in a controlled limit. During the last few years, for debt financing efficiency in the condusive financial market condition, short-term Government Securities (SBN) was issued in the form of the Government Treasury Bill (SPN) and retail Government Securities (SBN) with a three-year tenor. The amount issued was larger than the initial target. This could decrease the debt cost as the shorttenor Government Securities (SBN) yield was lower than the long-tenor Government Securities (SBN), although it may increase the refinancing risk particularly the maturity of debt portion of less than three years. Meanwhile, selecting foreign currency debt would relatively provide a lower interest rate compared to the debt in rupiah. However, this option was limited to decrease dependence on
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
203
the foreign debt source and exchange rate risk that might have a relatively large impact. Further, selecting debt with a floating interest rate basically provided a lower interest rate compared to debt with a fixed interest rate. However, the issuance of debt with a fixed interest rate does not attract investors due to the low reference interest rate, namely the Government Treasury Bill (SPN) yield with a three-year tenor. While debt based on the instrument was selected by referring to the general policy of debt management to reduce Foreign Loan, and the Government Securities (SBN) market condition, which was not deep and liquid enough, so that it was very much influenced by the development of the global financial market.
mengurangi ketergantungan pada sumber utang dari luar negeri dan mengurangi risiko nilai tukar yang berdampak cukup besar. Selanjutnya, pemilihan utang dengan tingkat bunga mengambang pada dasarnya memberikan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan utang dengan tingkat bunga tetap. Penerbitan utang dengan tingkat bunga mengambang saat ini tidak diminati oleh investor karena rendahnya suku bunga acuan yaitu yield SPN bertenor tiga bulan. Sedangkan pemilihan utang berdasarkan instrumen utang dilakukan dengan mengacu pada kebijakan umum pengelolaan utang untuk mengurangi pinjaman luar negeri dan kondisi pasar pasar SBN yang belum cukup dalam dan likuid sehingga sangat dipengaruhi oleh perkembangan pasar keuangan global. .
204
Pelaksanaan penerbitan SBN Pelaksanaan penerbitan SBN meliputi penetapan waktu dan besaran penerbitan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan pengembangan pasar SBN dan kebutuhan kas Negara untuk membiayai defisit APBN serta refinancing utang jatuh tempo. Penerbitan SBN untuk kebutuhan pengembangan pasar dilakukan melalui penerbitan SBN seri benchmark secara rutin setiap bulan untuk memberikan kepastian suplai kepada investor domestik yang memerlukan penempatan dana investasinya. Sebelum melakukan penerbitan SBN, Kementerian Keuangan terlebih dahulu mempublikasikan indikasi jadwal dan besaran penerbitan sehingga investor memiliki gambaran tentang waktu dan alokasi dana yang akan diinvestasikan. Sedangkan penerbitan SBN untuk kebutuhan kas dilakukan berdasarkan proyeksi kondisi kas negara. Secara umum, pola kebutuhan kas negara menunjukkan bahwa kas negara mengalami defisit menjelang akhir tahun anggaran karena belanja negara dalam jumlah cukup besar terjadi menjelang akhir tahun. Oleh karena itu, penerbitan SBN untuk kebutuhan kas akan cenderung dilakukan pada akhir tahun atau pada bulan tertentu apabila terjadi kekurangan kas akibat ketidaksesuaian antara penerimaan dengan belanja negara. Keberhasilan penerbitan SBN sesuai kebutuhan kas ditentukan oleh koordinasi penyusunan proyeksi belanja dan penerimaan negara yang akurat terutama belanja K/L negara yang tidak bersifat rutin.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
.
Government Securities (SBN) Issuance The Government Securities (SBN) issuance included the time stipulation and the issuance amount based on the need of the Government Securities (SBN) market development and the state’s cash to finance the State Budget deficit as well as to refinance due-date debt. The Government Securities (SBN) issuance for the market development need was conducted through the issuance of benchmark-series Government Securities (SBN) monthly to ensure supply to the domestic investors in need of investment fund. Prior to the Government Securities (SBN) issuance, the Ministry of Finance first published a schedule indication and isuance amount, so that investors had a picture of the time and fund allocation to be invested. Meanwhile, the Government Securities (SBN) for cash was issued based on the projection of the state’s cash condition. In general, the state’s cash need pattern showed a deficit by end of the Fiscal Year because the state’s expenditures was in a large amount by end of the year. Therefore, Government Securities (SBN) issuance for cash need tended to be caried out at the end of the year or certain months in the event of a cash deficit as a result of discrepancy between the government revenues and the government expenditures. The success of Government Securities (SBN) issuance accoding to the cash need was determined by the coordination of the government accurate expenditures and revenues projection in particular for non-routine expenditures in ministries/institutions.
.
Saat ini sedang dikembangkan pengelolaan asset dan liability yang antara lain bertujuan agar penarikan/penerbitan utang dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan sehingga pengelolaan utang menjadi semakin efisien.
At present, an asset and liability management is being developed which is aimed at, among others, debt withdrawal/issuance according to the need for a more efficient debt management.
Pengelolaan portofolio utang Pengelolaan portofolio utang untuk efisiensi biaya utang dilakukan melalui program pembelian kembali dan percepatan pembayaran (prepayment) utang yang memiliki tingkat bunga tinggi. Keberhasilan upaya ini terutama ditentukan oleh kondisi pasar keuangan dan hasil negosiasi dengan pemberi pinjaman. Untuk memaksimalkan dampak program tersebut, diperlukan kemampuan membuat proyeksi yield atau tingkat bunga utang secara akurat. Dalam beberapa tahun terakhir program pembelian kembali SBN melalui buyback dan debt switch belum memberikan hasil yang cukup baik karena rendahnya minat dari investor untuk mengikuti program tersebut. Hal ini disebabkan kondisi pasar keuangan yang masih cukup volatile sehingga investor cenderung tidak mengikuti lelang pembelian kembali yang ditawarkan oleh pemerintah.
. Debt portfolio management Debt portfolio management for debt cost efficiency was carried out for buyback and prepayment program of the debt with a high interest rate. The effort success was mainly determined by the financial market condition and the negotiation result with the creditors. To maximize the program impact, a capacity was required to make a yield projection or debt interest rate accurately. During the last few years, the Government Securitties (SBN) buyback and debt switch did not produce sufficiently good result due to the low interest of the investors to take part in the program. This was caused by the volatile financial market, so that investors tended to not take part in buyback bid offered by the government.
Sementara itu, program percepatan pembayaran (prepayment) utang telah beberapa kali dilakukan untuk pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan kepada BUMN. Sedangkan tawaran prepayment atas pinjaman luar negeri yang bersifat lunak saat ini sedang dalam proses analisis untuk menghitung keuntungan dan kerugian yang akan ditanggung oleh pemerintah.
Meanwhile, the prepayment program has been carried out several times for Foreign Loan, which was borrowed by state-owned enterprises. A soft prepayment offer on the Foreign Loan is currently in an analysis process to calculate the profit and loss borne by the government.
Fleksibilitas Pembiayaan Utang
Flexibility of Debt Financing
Target pembiayaan utang yang besar di tengah kondisi pasar keuangan yang dinamis dan ketidakpastian penyerapan belanja dalam APBN memerlukan fleksibilitas. Dalam beberapa tahun terakhir, DPR melalui UU APBN telah menyetujui adanya fleksibilitas pembiayaan utang. Pada awalnya, fleksibilitas yang diberikan oleh UU APBN hanya meliputi utang tunai, yaitu SBN dan pinjaman program. Namun, seiring dengan tantangan pengelolaan utang yang semakin besar dan kompleks, sejak tahun 2012, fleksibilitas pembiayaan utang diperluas hingga mencakup seluruh utang, baik tunai maupun utang yang terkait dengan kegiatan tertentu. Fleksibilitas pembiayaan utang
A large debt financing target in the dynamic financial market condition and the expenditures absorption uncertainty in the State Budget required flexibility. During the last few years, the House of Representatives, through Law on the State Budget, has approved flexibility in the debt financing. Initially, the flexibility provided by Law on the State Budget only included cash money, namely Government Securities (SBN) and program loan. However, in line with the larger and more complex challenges in debt management, since 2012, the debt financing flexibility has been expanded that it covered all debt, both cash as well as debt related to certain activities. The debt financing flexibility was carried out in the
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
205
206
dapat dijalankan dalam hal terdapat instrumen pembiayaan utang yang lebih menguntungkan dan/atau ketidaktersediaan salah satu instrumen pembiayaan utang. Pertimbangan tersebut menjadi relevan ketika kondisi pasar keuangan internasional tidak kondusif sehingga menyebabkan ketidaktersediaan instrumen pinjaman luar negeri atau pinjaman tersebut tersedia tetapi dengan cost of borrowing yang tinggi. Dengan demikian fleksibilitas pembiayaan utang meliputi perubahan penerbitan SBN neto atau penarikan pinjaman dalam negeri, dan/atau penarikan pinjaman luar negeri, tanpa menyebabkan tambahan utang neto.
event there was a more advantageous debt financing instrument and/or one of the debt financing instruments was unavailable. The consideration became relevant when the international financial market condition was not conducive resulting in the unavailability of Foreign Loan instrument or the availability of the loan but at a high borrowing cost. Thus, the debt financing flexibility included a change in the net Government Securities (SBN) issuance or Domestic Loan withdrawal, and/or Foreign Loan withdrawal, without causing any net debt addition.
Penerapan fleksibilitas utang tunai relatif lebih mudah dilakukan karena tidak mempengaruhi perencanaan kegiatan dan tidak terdapat perubahan dokumen pelaksanaan anggaran. Sedangkan penerapan fleksibilitas yang melibatkan utang yang terkait (earmarked) dengan kegiatan-kegiatan prioritas relatif lebih sulit dilakukan. Saat ini utang yang earmarked dengan kegiatan-kegiatan prioritas memanfaatkan instrumen pinjaman luar negeri dan SBSN dengan skema project financing.
Flexibility in cash debt was relatively more easily applied as it did not affect the activities planning and there was no change in the budget implementation document. Flexibility in debt related to priority activities was relatively more difficult to be applied. At present, the debt earmarked with priority activities takes advantage of Foreign Loan and the Sovereign Sharia Securities (SBSN) instruments with a project financing scheme.
Dalam pelaksanaannya, realisasi penyerapan kegiatan yang dibiayai dari utang terutama pinjaman luar negeri cenderung rendah. Salah satu penyebabnya adalah proses pengadaan pembiayaan yang memerlukan waktu relatif panjang atau bahkan tidak dapat diperoleh pada tahun anggaran berjalan. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan prioritas di satu sisi dapat menimbulkan tambahan biaya pinjaman, dan di sisi lain dapat menunda pencapaian target pembangunan yang telah dirancang sebagaimana ditetapkan dalam APBN.
In the implementation, realization of the activities absorption financed by the debt particularly Foreign Loan tended to be low. One of the reasons was the process of providing the financing took a relatively long time or even could not be completed in the current fiscal year. Such delay in the implementation of priority activities might result in additional loan cost on one side, and on the other side, it might delay the designed development target as had been stipulated in the State Budget.
Penerapan kebijakan fleksibilitas pembiayaan utang merupakan suatu jaminan atas pembiayaan kegiatan mengingat instrumen pembiayaan tidak dibatasi pada salah satu instrumen pembiayaan tertentu, tetapi dapat memanfaatkan instrumen pembiayaan lain. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan tidak terhambat oleh permasalahan dalam proses pengadaan pembiayaan sehingga dapat menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan dalam pemenuhan pembiayaan, khususnya pembiayaan kegiatan. Namun, untuk memperlancar penerapan fleksibilitas pembiayaan utang, khususnya yang terkait dengan kegiatan prioritas, saat ini sedang disusun aturan pelaksanaan dan koordinasi diantara pemangku kepentingan agar penerapannya tidak berdampak negatif pada realisasi pelaksanaan kegiatan.
Application of the debt financing flexibility policy was a guarantee of the activities financing as the financing instrument was not limited to a certain financing, instead it could take advantage of other financing instruments. Thus, the activities implementation was not hampered by problems in the financing provision process so that it could be a solution in financing-fulfillment problems. However, to smoothen the application of debt financing flexibility, an implementation and coordination regulation is currently being prepared by the stakeholders, so that the application would not result in negative impacts in the realization of the activities implementation.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
SBSN Proyek
Project Based Sukuk
Dalam rangka meningkatkan kapasitas pembiayaan utang dan efisiensi pengelolaan utang, diperlukan upaya pengembangan instrumen dan perluasan basis investor SBN, antara lain melalui penerbitan SBSN yang terkait dengan proyek tertentu. Berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, pemerintah dapat melaksanakan pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN - Project Based Sukuk (SBSN Proyek). Penerbitan SBSN proyek dapat dilakukan melalui dua skema yaitu project underlying dan project financing. Project underlying adalah penerbitan SBSN menggunakan proyek pemerintah yang sedang berjalan sebagai dasar penerbitan. Sedangkan project financing adalah penerbitan SBSN secara khusus digunakan untuk membiayai proyekproyek baru yang akan berjalan.
To increase debt financing capacity and debt management efficiency, an instrument development and Government Securities (SBN) investors basis expansion were required, among others through the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) related to certain projects. Under Law Number 19/2008 on the State’s Sharia Marketable Securities and the Government Regulation Number 56/2011 on the Projects Financing through the Issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN), the government shall implement projects financing through the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN)Project Based Sukuk. The Sovereign Sharia Securities (SBSN) shall be issued in two schemes, including the project underlying, the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) using a current government project as an issuance base, and the project financing, the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) particularly used to finance new projects which were about to run.
Pada tahun 2012, telah diterbitkan empat seri SBSN proyek dengan skema project underlying dengan total penerbitan sebesar Rp15 triliun dan tenor 6 hingga 25 tahun. Sedangkan penerbitan SBSN proyek dengan skema project financing diperkirakan akan dilakukan pada tahun 2013.
In 2012, four series of project based sukuk were issued with the project underlying scheme with a total amount of IDR15 trillion and tenor of 6 – 25 years. Project based sukuk with the project financing scheme is predicted to be issued in 2013.
Untuk mendukung penerbitan SBSN – project underlying, pemerintah menetapkan indikasi kemampuan penyediaan pembiayaan proyek melalui penerbitan SBSN yang dituangkan dalam Batas Maksimal Penerbitan SBSN untuk Pembiayaan Proyek. Penetapan besaran tersebut mempertimbangkan kebutuhan riil pembiayaan, kemampuan membayar kembali, batas maksimal kumulatif utang, dan risiko utang.
To support the project based sukuk issuance, the government has indicated an ability of providing the project financing through the issuance of the Sovereign Sharia Securities (SBSN) as contained in the Maximum Limit of Sovereign Sharia Securities Issuance (SBSN) and Project Financing. The amount considered the real need of the financing, the ability of refinancing, and the maximum limit of debt commulative, as well as the debt risk.
BMP SBSN Proyek pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1 triliun yang antara lain direncanakan untuk membiayai pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Cirebon – Kroya segmen I dengan indikasi kebutuhan sebesar Rp800 miliar. Dalam perspektif portofolio pembiayaan SBSN untuk tahun 2013, seharusnya masih dimungkinkan lebih besar, tetapi ketersediaan proyek yang memenuhi persyaratan syariah untuk dibiayai dari SBSN tahun 2013 masih terbatas, sehingga besaran BMP ditetapkan hanya sebesar Rp1 triliun.
The Maximum Limit of the Project based sukuk in 2013 was determined to total IDR1 trillion, planned among others to finance the construction of Cirebon – Kroya segment I double railway with a need indication of IDR800 billion. In the portfolio perspective of financing the Sovereign Sharia Securities (SBSN) in 2013, it could be possibly larger, however there were limited projects that fulfilled sharia requirements to be financed from the Sovereign Sharia Securities (SBSN) in 2013, so that the total amount of the Maximum Limit was only IDR1 trillion.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
207
208
BMP SBSN disusun untuk periode satu tahun anggaran dengan mempertimbangkan dinamika pasar SBN, kebutuhan fleksibilitas penerbitan SBN, dan memberikan keleluasaan dalam menilai dan menentukan proyek yang akan dibiayai pada tahun anggaran berikutnya. Pemenuhan dan kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah merupakan salah satu kriteria proyek yang akan dibiayai dengan SBSN. Selain itu, proyek yang dibiayai harus memenuhi readiness criteria sesuai ketentuan yang berlaku dengan tetap memperhatikan kualitas penyiapannya. Keberhasilan penerbitan SBSN dengan skema project financing mensyaratkan koordinasi intensif dalam penyediaan pembiayaan, serta disiplin dalam pelaksanaan proyek secara tepat waktu.
The Maximum Limit of Sovereign Sharia Securities (SBSN) was prepared for a period of one fiscal year considering the dynamic of Government Securities (SBN) market, the need of Government Securities (SBN) issuance flexibility, and flexibility to assess and determine the projects to be financed in the following fiscal year. The fulfillment and suitability of Sharia principles are one of the projects criteria to be financed by the Sovereign Sharia Securities (SBSN). In addition, projects to be financed should fulfill the readiness criteria according to the prevailing provision by adhering to the preparation quality. The success of the State Sharia Securities (SBSN) issuance with project financing scheme required an intensive coordination in providing the financing and discipline in the project implementation on time.
Terkait penyelesaian kegiatan yang dibiayai dari SBSN – project underlying melebihi tahun anggaran berjalan, maka kegiatan tersebut menjadi prioritas pada tahun anggaran berikutnya. Dalam penetapan batas maksimal penerbitan tahun anggaran berikutnya, proyek-proyek multiyears akan diperhitungkan. Selain bertujuan untuk mendukung upaya percepatan pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mengharapkan beberapa manfaat penerbitan SBSN, antara lain mendukung pengembangan pasar keuangan (khususnya pasar keuangan syariah), mendorong peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan industri dalam negeri, serta meningkatkan transparansi pelaksanaan kegiatan oleh kementerian/lembaga, karena perkembangan pelaksanaan proyek akan dipantau oleh investor dan publik.
In the event completion of an activity financed by the project underlying Sovereign Sharia Securities (SBSN) exceeds the current fiscal year, the activity will be a priority in the following fiscal year. In stipulating the maximum limit of issuance in the following fiscal year, multiyears projects will be calculated. Through the issuance of Sovereign Sharia Securities (SBSN) to finance the projects, apart from supporting efforts of infrastructure development acceleration, the government also expected some other advantages, among others to support the development of Sharia market (particularly Sharia financial market), to encourage public service increase, to empower domestic industry, and to increase transparency of the activities implementation by ministries/ institutions, as the projects implementation were monitored by the investors and the public.
Kewajiban Kontinjensi
Contingency Liability
Untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur dan mempertimbangkan besarnya kebutuhan dana investasi, pemerintah memberikan dukungan berupa penjaminan atas pembiayaan proyek-proyek infrastruktur. Pemberian penjaminan pemerintah sampai dengan Desember 2012 mencakup berbagai program/proyek berikut ini:
To support acceleration of the infrastructure development and considering the large amount of the investment fund, the government had supported a guarantee of the infrastructure projects financing. The guarantee provided by the government until December 2012 included the following programs/ projects:
1. Program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik Tahap I dan II, 2. Program percepatan penyediaan air minum yang dilaksanakan oleh PDAM, 3. Program Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Swasta (KPS).
1. Fast track program thase 1 and 2 2. Clean water avaliability program provided by the Regional Water Utility Company (PDAM); 3. Cooperation program between the government and private business entities (KPS / Public Privat Partnership).
Sampai dengan Desember 2012, alokasi APBN untuk penjaminan pemerintah tidak dicairkan. Hal
Until December 2012, the State Budget allocation for the government’s guarantee was not disbursed. This
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
showed that the contingency liability management was well performed that no payment failure happened by the guaranteed party.
ini menunjukkan bahwa pengelolaan kewajiban kontinjensi telah dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi gagal bayar oleh pihak yang dijamin.
Tabel 4.31. Nilai Penjaminan Pemerintah dan Alokasi APBN per 31 Desember 2012 Table 4.31. Government’s Guarantee Value and State Budget Allocation per December 31st, 2012 Jumlah Surat Nilai Jaminan Jaminan Miliar Rupiah
No
Program Penjaminan
1
Fast Track Program Fhase 1 (FTP1)
34
2
Program Percepatan Penyediaan Air Minum Clean Water avaliability program
4
3
Penjaminan Proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta Public Private Partnership project
1
30,944,00
4
Fast Track Program Fhase 2 (FTP2)
4
Jumlah Total
Alokasi Dana Penjamin APBN (Miliar Rupiah) 2012
2012
2012
2012
2012
2012
74.386,80
283,0
95,16
-
1.000,0
1.000,0
889,0
623,3
611.2
-
50,0
15,0
10,0
35,0
-
-
-
-
-
59,8
20.347,76
-
-
-
-
-
-
125.773,72
283,0
1.000,0
1.050,0
904,0
633,3
706,0
Catatan: asumsi kurs Rp 9670 perdolar AS
Note: Exchange rate assumption IDR9,670
PERIMBANGAN KEUANGAN
FISCAL BALANCE
Kebijakan dan Pengelolaan Anggaran Transfer ke Daerah
Policies and Management of Block Grant
Pendanaan pembangunan melalui dana transfer ke daerah merupakan bagian dari pendanaan pembangunan nasional yang bersumber dari APBN. Dana transfer daerah ditujukan untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah melalui pembangunan daerah dalam bingkai NKRI. Dana transfer ke daerah merupakan manifestasi dukungan pemerintah pusat terhadap kegiatan pembangunan di daerah. Alokasi dana transfer mengalami peningkatan setiap tahun seiring makin dinamisnya kebutuhan pembangunan di daerah. Dana transfer terdiri atas (i) Dana Perimbangan dan (ii) Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian.
The development financing through block grant is a part of the national development financing having its source from the State Budget. The block grant is aimed at supporting the implementation of decentralization and regional authonomy through regional development in the Republic of Indonesia. The block grant is a manifestation of the central government’s support to development in the regions. The transfer fund allocation increases every year in line with the increasingly dynamic needs of development in the regions. Transfer fund consists of (i) Balancing Fund and (ii) Special Authonomy Fund and Adjustment Fund.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan serta mengacu pada hasil pembahasan antara DPR-RI dan pemerintah dalam penyusunan APBN tahun 2012, kebijakan Anggaran Transfer ke Daerah pada tahun 2012 diarahkan untuk:
Pursuant to the legislation and with reference to the discussion result between the House of Representatives and the government in preparing the State Budget 2012, the policies of Block Grant in 2012 were aimed at:
(1) Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertical fiscal imbalance) dan antardaerah (horizontal fiscal imbalance);
(1) increasing the regional fiscal capacity and decreasing fiscal imbalance between the central and regional governments (vertical fiscal imbalance) and among regions (horizontal fiscal imbalance);
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
209
(2) Menyelaraskan kebutuhan pendanaan di daerah sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) Mendukung kesinambungan fiskal nasional (fiscal sustainability) dalam rangka kebijakan ekonomi makro; (5) Meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (6) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; (7) Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah; serta (8) Meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, terdepan dan pascakonflik.
(2) harmonizing the regional needs of fund along with the division between the central, regional, and regency/city affairs; (3) increasing the quality of public service in the regions and at decreasing imbalance of the public service among regions; (4) supporting national fiscal sustainability in the framework of macroeconomic policies; (5) increasing the regional capacity in exploring regional potentials; (6) increasing efficiency of the national resources advantages; (7) increasing synchronization between the national development plan and the regional development plan, and (8) increasing attention to development in isolated, outermost, foremost regions post-conflict.
Grafik 4.13. Perkembangan Anggaran Transfer ke Daerah Tahun 2007-2012 Graphic 4.13. Development of Block Grant in 2007-2012
Perkembangan Anggaran Transfer Ke Daerah (Miliar Rp.),2007-2012 500,000.0 450,000.0 400,000.0 350,000.0 300,000.0 250,000.0 200,000.0 150,000.0 100,000.0 50,000.0 0.0 2007
2008 DBH
2009 DAU
DAK
Sumber: DJPK
Mekanisme penyaluran anggaran transfer ke daerah terus disempurnakan dengan memutakhirkan mekanisme penyaluran sesuai dengan dinamika kebijakan pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Penyempurnaan itu dilakukan
210
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2010 Dana Otsus
2011
2012
Dana Penyesuaian
Source: Directorate General of Fiscal Balance
Mechanism of the block grant distribution continues to be perfected by updating it according to the policy of the central and regional government’s financial management. The mechanism is also perfected by issuing Regulation of the Minister of Finance Number
dengan menerbitkan PMK 06/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Sementara untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kepastian hukum dalam pengalokasian anggaran transfer ke daerah, serta perencanaan dan penetapan alokasi anggaran transfer ke daerah yang sinergis antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses penetapan alokasi transfer ke daerah, telah diterbitkan PMK 165/ PMK.07/2012 tentang Pengalokasian Anggaran Transfer ke Daerah.
PMK 06/PMK.07/2012 on the Implementation and Responsibility of Block Grant. Meanwhile, to increase transparence, accountability, and legal certainty in allocating block grant, as well as planning and determining allocation of transfer fund to regions, which are synergic among the parties involved in the process of determining the allocation of block grant, Regulation of the Minister of Finance Number PMK 165/PMK.07/2012 on Allocation of Block Grant, has been issued.
Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH)
Policy of Revenue-Sharing (DBH)
Perhitungan dan penetapan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) kepada daerah diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 55 Tahun 2005. Kebijakan alokasi dari tahun ke tahun telah menyempurnakan proses perhitungan, penetapan alokasi, dan ketepatan waktu penyaluran. Kebijakan Dana Bagi Hasil Tahun 2012, yaitu:
Calculation and stipulation of Revenue-Sharing (DBH) allocation to the regions are regulated in Law No. 33/2004 and Government Regulation No. 55.2005. The allocation policy has been perfecting the process of calculation, allocation, and time accuracy for the distribution from year to year. The policy of Revenue-Sharing 2012 included:
1. Meningkatkan akurasi data melalui koordinasi dengan institusi pengelola PNBP seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ESDM, serta dengan melibatkan unit-unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan (DJA, DJP, dan Ditjen Perbendaharaan) untuk menyediakan data yang lebih akurat;
1. To increase data accuracy through coordination with Non-Tax Revenues (PNBP) managing institutions, such as the Ministry of Forestry, the Ministry of Marine and Fisheries, the Ministry of Energy and Natural Resources, involving Echelon I units at the Ministry of Finance (the Directorate General of Budget, the Directorate General of Tax, and the Directorate General of Treasury) to provide more accurate data. 2. To perfect the calculation and stipulation process of the Revenue-Sharing allocation in a more transparent and trustworthy way. 3. To perfect the system of the Revenue-Sharing distribution to be more timely. 4. To settle a lack of payment of the Natural Resources Revenue-Sharing and Tax RevenueSharing.
2. Menyempurnakan proses perhitungan dan penetapan alokasi DBH secara lebih transparan dan terpercaya; 3. Menyempurnakan sistem penyaluran DBH lebih tepat waktu; 4. Penyelesaian kurang bayar DBH Sumber Daya Alam (SDA) dan DBH Pajak.
New design transfer dalam pengelolaan DBH telah dilaksanakan sejak tahun 2008 dan terus dilakukan pengembangan dan perbaikan. Mekanismenya antara lain dengan mengubah pola penyaluran DBH yang semula murni berdasarkan realisasi penyetoran PNBP dari hasil rekonsiliasi triwulanan menjadi penyaluran dengan pola penggabungan antara penetapan persentase dengan realisasi penyetoran PNBP melalui rekonsiliasi.
A new design of transfer in the Revenue-Sharing management was set up in 2008, and it will continue to be developed and improved. The mechanism includes among others a change in the RevenueSharing distribution pattern from previously purely based on the realization of Non-Tax Revenues (PNBP) deposit from a quarterly reconciliation to the distribution based on the incorporating pattern between the percentage stipulation and the realization of Non-Tax Revenues deposit through reconciliation.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
211
DBH telah mencapai sasaran sesuai dengan Renstra 2010-2014. Pelaksanaannya mengacu pada kebijakan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur bagian pemerintah pusat dan bagian pemda dengan persentase tertentu dari realisasi penyetoran ke kas negara dari Penerimaan Negara Pajak (PNP) dan PNBP. Jenis DBH dalam UU tersebut ada delapan jenis. Dalam tahun 2005 hingga 2008 telah dilaksanakan tujuh jenis. Sedangkan satu jenis DBH, yaitu panas bumi dilaksanakan mulai tahun 2009. Untuk pertama kalinya, DBH panas bumi pada tahun 2009 dibagikan kepada daerah di wilayah Provinsi Jawa Barat, yaitu DBH dari PNBP tahun 2006 hingga 2009.
The Revenue-Sharing has achieved its target according to Renstra 2010-2014. The implementation refers to Law Number 33/2004 that regulates both the central government’s and the regional government’s part with a certain percentage from the deposit realization to the state cash from the Tax Revenues and Non-Tax Revenues (PNBP). Under Law Number 33.2004, there are eight types of Revenue-Sharing, of which seven types were implemented from 2005 to 2008. The remaining one type, Revenue-Sharing from geothermal, started to be implemented in 2009. For the first time, Revenue-Sharing from geothermal in 2009 was distributed to regions in West Java province, that was Revenue-Sharing from Non-Tax Revenues (PNBP) from 2006 to 2009.
Tabel 4.32.Perkembangan Alokasi DBH per Komponen Tahun 2007- 2012 (dalam triliun rupiah) Table 4.32. Development of Revenue-Sharing Allocation per Component 2007- 2012 (in trillion of rupiahs) No
Komponen Component
2008
2009
21,79
22,37
2010
2011
2012
22,8
27,12
27,59
26,03
Pajak Tax
A
1
PBB Property Tax
2
BPHTB BPHTB
4,29
7,35
7,65
7,69
-
-
3
PPh Income Tax
7,94
9,98
10,09
10,93
13,16
19,37
4
Cukai HT Tobacco Result Excise
-
0,2
0,96
1,2
1,16
1,73
Sub Jumlah (A) Sub total (A) % Kenaikan % Increase
34,02
39,9
41,5
46,94
42,10
47,13
22,02%
17,28%
4,01%
13,11%
-10,31%
11,95%
Sumber daya Manusia Natural Resources
B
1
Pertambangan Umum General Mining
2,85
4,24
6,98
7,79
15,14
12,86
2
Kehutanan Ministry
1,52
1,71
1,51
1,75
1,75
1,53
3
Minyak & Gas Oil & Gas
24,46
23,44
17,6
35,196
37,306
47,39
4
Perikanan Fishery
0,20
0,16
0,12
0,12
0,12
0,179
5
Panas Bumi Geothermal
-
-
0,26
0,305
0,351
0,626
Sub Jumlah (B) Sub total (B)
29,03
29,55
26,82
45,165
54,673
62,60
-6,39%
1,79%
-9,24%
68,4%
21,05%
14,5%
Total (A+B) Total (A+B)
63,05
69,45
68,32
92,1
96,77
109,98
% Kenaikan % Increase
7,06%
10,15%
-1,63%
34,81%
4,98%
13,65%
% Kenaikan % Increase C
Sumber : DJPK, data diolah
Catatan : • DBH SDA TA 2010 mengacu pada APBN Perubahan 2010 •
212
2007
DBH SDA TA 2011 mengacu pada APBN Perubahan 2011
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Sumber: Directorate General of Fiscal Balance, data processed
Note: • Revenue-Sharing Fiscal Year 2010 Review 2010 • Revenue-Sharing Fiscal Year 2011 Review 2011
from Natural Resources referred to State Budget from Natural Resources referred to State Budget
•
DBH SDA TA 2011 mengacu pada APBN Perubahan 2012
•
Revenue-Sharing from Natural Resources Fiscal Year 2012 referred to State Budget Review 2012
•
DBH Pajak TA 2008, 2009 dan 2010 belum termasuk Biaya Pemungutan PBB bagian daerah.
•
Revenue-Sharing from Tax Fiscal Year 2008, 2009, and 2010 excluded Property Tax collection fee for regions.
Pada tahun 2008 dikenal DBH Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) berdasarkan UU No 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas UU No 11 Tahun 1999 tentang Cukai. Pada Tahun 2008 dan 2009 DBH-CHT diberikan kepada lima daerah di wilayah provinsi penghasil CHT, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. Berbeda dengan DBH SDA pada umumnya yang sifatnya sebagai block grant, DBH CHT bersifat specific grant.
In 2008, Revenue-Sharing from Tobacco Result Excise was introduced pursuant to Law No. 39/2007 on Amendement of Law No. 11/1999 on Excise. In 2008 and 2009, Revenue-Sharing from Tobacco Result Excise was granted to five tobacco-producing regions, including North Sumatra, West Java, Central Java, D.I, Yogyakarta, and East Java. Unlike RevenueSharing from Natural Resources in block grant, Revenue-Sharing from Tobacco Result Excise is in specific grant
Sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 35 UU No 33 Tahun 2004, DBH SDA minyak dan gas dibagikan kepada daerah. Pembagian itu dengan porsi 15,5 persen dari PNBP minyak bumi dan 30,5 persen dari PNBP gas bumi. Porsi tambahan 0,5 persen yang merupakan specific grant, harus dimanfaatkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar di daerah. Pembagiannya untuk provinsi/daerah penghasil/ daerah lainnya masing-masing sebesar 0,1 persen, 0,2 persen dan 0,2 persen.
As an implementation of the provision Article 35 of Law No. 33/2004, Revenue-Sharing from oil and gas is distributed to regions. The portion is 15.5 percent from Non-Tax Revenues (PNBP) from oil and 30.5 percent from Non-Tax Revenues (PNBP) from natural gas. An additional portion of 0.5 percent is specific grant which must be used as an additional budget for basic education in the regions. The allocation is as follows, for provinces/producing regions/other regions respectively 0.1 percent, 0.2 percent, and 0.2 percent.
Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU)
Policy of General Allocation Fund (DAU)
Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2012 diarahkan untuk mewujudkan fungsi DAU sebagai equalization grant, antara lain sebagai berikut.
The policies of General Allocation Fund (DAU) in 2012 were aimed at realising the fund’s function as an equalization grant. The policies included:
1. Menerapkan besaran pagu DAU Nasional sekurang-kurangnya 26 persen dari Pendapatan Dalam Negeri Neto (PDNN) ; 2. Melanjutkan prinsip non hold harmless, yaitu prinsip pengalokasian yang memungkinkan suatu daerah mendapat alokasi DAU yang lebih rendah dari tahun anggaran sebelumnya; 3. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah, dengan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah adalah Williamson Index (WI); 4. Meningkatkan akurasi data tentang dasar perhitungan DAU yang bersumber dari lembaga/ instansi yang berwenang.
1. Stipulating ceiling of the national General Allocation Fund at least 26 percent from the Net Domestic Revenues (PDNN); 2. Following a non hold harmless principle which enabled a region to obtain a General Allocation Fund portion lower than the previous fiscal year; 3. Increasing the equity of inter-regional financial capacity, with parameter used to measure the equity of inter-regional financial capacity was Willioamson Index (WI); 4. Increasing the accuracy of calculation base data of the General Allocation Fund (DAU) from the authorized institutions.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
213
214
Guna mendukung pelaksanaan perhitungan DAU tahun 2012, formula perhitungan tetap diarahkan untuk (i) mendukung fungsi DAU sebagai alat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah; (ii) meningkatkan akurasi tentang data dasar perhitungan DAU yang bersumber dari lembaga/ instansi yang berwenang; (iii) alokasi dasar memperhitungkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kenaikan gaji pokok, formasi CPNS Daerah, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang terkait dengan penggajian; (iv) proporsi DAU sebesar 10 persen untuk semua provinsi dan 90 persen untuk semua kabupaten/kota dari besaran DAU nasional; (v) tetap melanjutkan penerapan kebijakan non hold harmless.
To support calculation of the General Allocation Fund (DAU) 2012, the calculation formula was still directed (i) to support the General Allocation Fund’s (DAU) function as an equity tool of the inter-regional financial capacity; (ii) to increase accuracy of the calculation base data of the General Allocation Fund (DAU) from the authorized institutions; (iii) to consider policies related to the raise of basic salary, formation of regional Civil Servant Candidates, and other policies related to remuneration; (iv) to allocate 10 percent of the national General Allocation Fund (DAU) for all provinces and 90 percent for all regencies/municipalities; (v) to still apply the non hold harmless policy.
Sejak tahun 2007, upaya mempercepat perhitungan DAU per daerah dengan WI yang terbaik telah dilakukan dengan menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi, yaitu dynamic model. Melalui dynamic model, perilaku dan pengaruh setiap variabel dalam formula DAU dapat langsung terlihat dan terkontrol. Sehingga memudahkan operator dan pejabat pengambil keputusan untuk mengintegrasikan kebijakan pemerataan antara daerah berdasarkan WI atau Weighted Coeficien of Variation yang berbasis akademik. Di samping itu, proses penghitungan dilakukan oleh beberapa orang pejabat dan staf sebagai bentuk pengendalian internal yang bertujuan meminimalisasi kesalahan penghitungan.
Since 2007, efforts to accelerate calculation of the General Allocation Fund (DAU) per region with the best WI have been made by using an information technology-based application, namely dynamic model. Through the dynamic model, the behaviour and impact of each variable in the General Allocation Fund (DAU) formula could be directly seen and controlled. This facilitated the operator and decisionmaking officials to integrate the policy of interregional equity based on the academic-based WI or Weighted Coeficien of Variation. In addition, the calculation was made by some officials and staff as a form of internal control aimed at minimizing any miscalculation.
Nilai dan persentase DAU meningkat dari tahun ke tahun. Besaran DAU sangat dipengaruhi oleh PDNN yang ditetapkan dalam APBN. PDNN adalah penerimaan negara yang berasal dari pajak dan PNBP setelah dikurangi penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada daerah. Sesuai pasal 107 UU No. 33 Tahun 2004, sampai dengan tahun 2007 Pagu DAU Nasional ditetapkan sekurang-kurangnya 25,5 persen dari PDNN. Adapun sejak Tahun 2008, sesuai Pasal 27, besaran DAU menjadi sekurang-kurangnya 26 persen dari PDN. Pada APBN 2012 besaran Alokasi DAU (murni) untuk provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan sebesar Rp273.814.438.203.000,00. Perkembangan DAU dari tahun 2007 hingga 2012 dapat dilihat dalam Tabel 4.33 dan Grafik 4.33.
The value and percentage of the General Allocation Fund increases from year to year. The total amount was much affected by the Net Domestic Revenues (PDNN) stipulated in the State Budget. The Net Domestic Revenues is the government revenues from tax and non-tax after having been substracted by the government revenues which have been shared with the regions. Pursuant to Article 107 of Law No. 33/2004, until 2007, ceiling of the national General Allocation Fund was stipulated at least 25.5 percent from the Net Domestic Revenues. Since 2008, pursuant to Article 27, the ceiling was stipulated 26 percent from the Net Domestic Revenues. In the State Budget 2012, the (pure) General Allocation Fund for provinces, regencies, and municipalities amounted to IDR273,814,438,203,000.00. Development of the General Allocation Fund from 2007 to 2012 can be seen in Table 4.33 and Graphic 4.33.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 4.33. Perpres Alokasi DAU Yang Diterbitkan Tahun Anggaran 2007 – 2012 Table 4.33. Presidential Regulation on General Allocation Fund (DAU) Issued for Fiscal Year 2007 – 2012 Perpres (Miliar Rupiah) Presidential Regulation (in billion Rupiah)
Alokasi Tahun Allocation year 2007 2008
2009
2010
2011 2012
Jumlah Daerah Number of regions
164.787,40
33 provinsi 33 Provinces
Perpres 104 Tahun 2006 Presidential Regulation 104/2006
434 kab/kota 434 Regencies/cities
179.507,14
33 provinsi 33 Provinces
Perpres 110 Tahun 2007 Presidential Regulation 110/2007
451kab/kota 451 Regencies/cities
186.414,1
33 provinsi 33 Provinces
Perpres 74 Tahun 2008 Presidential Regulation 74/2008
477 kab/kota 477 Regencies/cities
192.490,34
33 provinsi 33 Provinces
Perpres 53 Tahun 2009 Presidential Regulation 53/2009
477 kab/kota 477 Regencies/cities
225.532,83
33 provinsi 33 Provinces
Perpres 6 Tahun 2010 Presidential Regulation 6/2010
491 kab/kota 491 Regencies/cities
273.814,4
33 provinsi 33 Provinces
Perpres 96 Tahun 2011 Presidential Regulation 96/2011
491 kab/kota 491 Regencies/cities
Sumber Data : DJPK, data diolah
Source: Directorate General of Fiscal Balance, data processed
Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Policy of Special Allocation Fund (DAK)
DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus. Kegiatan itu harus merupakan bagian dari program dan menjadi prioritas nasional serta menjadi urusan daerah. Kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program prioritas nasional dimaksud termuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun Anggaran 2012. Berdasarkan RKP tersebut, menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Selanjutnya menteri teknis menyampaikan kegiatan khusus tersebut kepada Menteri Keuangan.
Special Allocation Fund (DAK) is allocated to certain regions to finance special activities. The activities must be a part of a program and a national priority as well as the region’s issue. The special activities as a part of the national priorities mentioned were contained in the Government Work Plan (RKP) Fiscal Year 2012. Based on the Government Work Plan (RKP), the technical ministers proposed special activities which were then stipulated after having been coordinated with the Minister of Home Affairs, the Minister of Finance, and the State Ministry/ National Development Planning Agency (Bappenas). The technical ministers then submitted the special activities to the Minister of Finance.
Arah Kebijakan DAK Tahun 2012, yaitu:
Directions of the Policy of Special Allocation Fund (DAK) 2012 included: (1) To support programs which were the national priorities in the Government Work Plan 2012 in accordance to the mid-term expenditures and performance-based budgeting;
(1) Mendukung program yang menjadi Prioritas Nasional dalam RKP 2012 sesuai kerangka pengeluaran jangka menengah dan penganggaran berbasis kinerja; (2) Membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah dalam membiayai pelayanan publik sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam rangka pemerataan pelayanan dasar publik;
(2) To assist regions with low financial capacity in financing the public service according to the Minimum Service Standard (SPM) in the framework of public basic service equity; and
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
215
216
(3) Meningkatkan kualitas perhitungan alokasi DAK, serta mempercepat penyusunan petunjuk teknis penggunaan DAK yang ditujukan untuk mendorong penyusunan APBD yang efektif, efisien, dan tepat waktu;
(3) To increase the quality of Special Allocation Fund (DAK) calculation, and to accelerate preparation of the technical guidance of the Special Allocation Fund (DAK) use, aimed at encouraging an effective, efficient, and timely preparation of the Regional Budget.
(4) Meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai dari sumbersumber pendanaan lainnya;
(4) To increase a comprehensive and integrated coordination of the Special Allocation Fund (DAK) management in both the centre as well as the regions to synchronize the Special Allocation Fund (DAK) activities with other activities financed by other funding sources.
(5) Meningkatkan penyediaan data-data teknis yang akurat sebagai basis kebijakan kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari duplikasi kegiatan antarbidang DAK;
(5) To provide accurate technical data as a basis for the ministerial and institutional policies to increase harmony and to prevent activities duplication among the fields of the Special Allocation Fund (DAK).
(6) Mendorong kinerja pelaporan sebagai salah satu pertimbangan dalam penyusunan kriteria pengalokasian DAK.
(6) To encourage reporting performance as one of the considerations in preparing criteria for allocating the Special Allocation Fund (DAK).
Adapun kebijakan penetapan alokasi DAK 2012 adalah: 1. Mempertimbangkan kemampuan keuangan negara; 2. Menggunakan/mempertimbangkan Pagu DAK 2011 sebagai baseline; 3. Mengacu kepada Tema Prioritas RKP 2012 yang telah disetujui DPR; 4. Menyesuaikan dengan kebijakan: • Pemenuhan Anggaran Pendidikan 20 persen; • Sinergi dengan belanja K/L (pencapaian sasaran).
Policies in stipulating the Special Allocation Fund (DAK) 2012 included: 1. To consider the state financial capacity. 2. To use/consider ceiling of the Special Allocation Fund (DAK) 2012 as a baseline. 3. To refer to the priority theme of the Government Work Plan 2012 approved by the House of Representatives. 4. To adjust with the policies: • Fulfilling the 20-percent education budget; • Synergy with the ministries/institutions’ expenditures (targets achievement).
Perhitungan alokasi DAK dilakukan dengan perhitungan indeks dari tiga kriteria, yaitu: kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Indeks kriteria teknis memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan bobot indeks kriteria lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian pembangunan infrastruktur di daerah.
The Special Allocation Fund (DAK) was calculated with index of three criterias: general criteria, special criteria, and technical criteria. The technical criteria index had a more weight compared to the other criterias index. This was aimed at accelerating achievement of the regional infrastructure development.
Alokasi DAK tahun 2012 naik 19,4 persen dari alokasi DAK tahun 2011, yaitu Rp25,2 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp26,11 triliun pada tahun 2012. Jumlah bidang yang didanai DAK tahun 2012 tetap sama dengan yang didanai DAK tahun 2011, yakni 19 bidang. Perkembangan alokasi DAK sebagaimana terlihat dalam Grafik 4.14.
The Special Allocation Fund (DAK) 2012 increased 19.4 percent from the Special Allocation Fund (DAK) 2011, from IDR25.2 trillion in 2011 to IDR26.11 trillion in 2012. The number of sectors funded by the Special Allocation Fund (DAK) 2012 remained the same as the number of sectors funded by the Special Allocation Fund (DAK) 2011, which was 19 sectors. Development of the Special Allocation Fund (DAK) can be seen in Graphic 4.14.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Grafik 4.14. Perkembangan Alokasi DAU dan DAK tahun 2007-2012 Graphic 4.14. Development of General Allocation Fund (DAU) and Special Allocation Fund (DAK) 2007-2012
Perkembangan Alokasi DAU dan DAJ 2007-2012 300.000
Miliar Rp.
250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 2006
2008
2009
2010
2011
2012
2007
2008
2009
2010
2011
2012
DAU
164.787,4
179.507,1
186.414,1
203.571,5
225.533,7
273.814,4
DAK
16.237,8
20.787,3
24.707,4
20.956,3
25.232,8
26.115,9
Dari 491 kabupaten/kota terdapat tiga kota yang tidak menerima alokasi DAK, yaitu Kota Tarakan, Kota Dumai, dan Kota Bontang. Sementara dari 33 provinsi terdapat satu daerah yang tidak menerima alokasi DAK, yaitu Provinsi DKI Jakarta.
Out of 491 regencies/cities, three cities did not receive the Special Allocaton Fund, including Tarakan, Dumai, and Bontang. While out of 33 provinces, one province did not receive the Special Allocation Fund, that was DKI Jakarta.
Dana Proyek Pemerintah Desentralisasi (P2D2)
dan
Fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2)
Dana P2D2 merupakan dana yang bersumber dari APBN dan dialokasikan sebagai insentif kepada daerah provinsi, kabupaten, dan kota yang termasuk sebagai daerah percontohan P2D2. Penentuan besaran insentif dimaksud berdasarkan hasil verifikasi keluaran yang dilakukan oleh BPKP. Verifikasi itu berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah RI dan Bank Dunia tentang Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi tanggal 23 Juni 2010 (Loan Agreement No. 7914 ID, No. Registrasi 10809501).
Fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2) comes from the State Budget and is allocated as an incentive to provinces, regencies, and cities included as pilot regions of the project. The amount of the incentive is stipulated based on the output verification result by the Financial and Development Examination Agency (BPKP). The verification is based on criterias stipulated in the loan agreement between the Indonesian government and the World Bank on Local Government and Decentralization Projects (P2D2) dated June 23rd, 2010 (Loan Agreement No. 7914 ID, Registration Number 10809501).
Dana P2D2 disalurkan kepada daerah sebagai penghargaan atas pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK, khususnya DAK bidang infrastruktur.
The fund for Local Government and Decentralization Projects (P2D2) is distributed to regions as a reward of transparence and accountability of activities funded by the Special Allocation Fund (DAK), especially in the infrastructure sector.
Daerah
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
217
218
Kebijakan Dana Otonomi Khusus
Policy of Special Autonomy Fund (Otsus)
Besaran Dana Otonomi Khusus (Otsus) telah ditetapkan dalam UU No 11 Tahun 2006 pasal 183 ayat 2 sebesar 2 persen dari DAU Nasional. Kebijakan penetapan besaran DAU Nasional dalam setiap APBN secara langsung berdampak pada perubahan besaran Dana Otsus. Dana Otsus ini diberikan untuk Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Aceh. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan Dana Otsus, Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri mensyaratkan adanya rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri pada setiap tahap penyaluran. Kebijakan ini bertujuan mendorong daerah-daerah penerima Dana Otsus agar merencanakan pemanfaatan dana tersebut dengan baik dan menghasilkan output yang optimal bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
The amount of Special Autonomy Fund (Otsus) has been stipulated in the law, two percent of the national General Allocation Fund (DAU). The policy of the national General Allocation Fund (DAU) in every State Budget has directly affected the change of the Special Autonomy Fund (Otsus) amount. The fund was granted to the provinces of Papua, West Papua, and Aceh. To optimize the use of the Special Autonomy Fund (Otsus), the Ministries of Finance and of Home Affairs have required a recommendation from the Minister of Home Affairs in every phase of the distribution. The policy was aimed at encouraging the receiving regions of the Special Autonomy Fund (Otsus) to plan a proper use of the fund and to produce optimal outputs to improve public service.
Besaran Dana Otsus Provinsi Aceh dialokasikan setara 2 persen dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional atau sebesar Rp5.476.288.764.000,00. Besaran Dana Otsus untuk Provinsi Papua sebesar Rp3.833.402.135.000,00, sementara Provinsi Papua Barat mendapatkan alokasi Dana Otsus sebesar Rp1.642.886.629.000,00. Total Dana Otsus untuk Papua Barat adalah Rp5.476.288.764.000,- atau setara dengan 2 persen dari total DAU Nasional.
The Special Autonomy Fund (Otsus) for Aceh was allocated equivalent to two percent of the national General Allocation Fund (DAU) or IDR5,476,288,764,000.00. The Special Autonomy Fund (Otsus) for Aceh was in amount of IDR3,833,402,135,000.00, while for West Papua IDR1,642,886,629,000.00. The total amount of the Special Autonomy Fund (Otsus) for Aceh reached IDR5,476,288,764,000.00 or equivalent to two percent of the national General Allocation Fund (DAU).
Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otsus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat diutamakan untuk pendanaan pembangunan infrastruktur, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus bagi Provinsi Papua. Besaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otsus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp1.000.000.000.000,00 dengan proporsi untuk Provinsi Papua sebesar Rp571.428.571.000,00 dan untuk Provinsi Papua Barat sebesar Rp428.571.429.000,00.
The Infrastructure Additional Fund in the framework of the Special Autonomy for the provinces of Papua and West Papua was prioritized for infrastructure development, pursuant to Law Number 21/2001 on Special Autonomy for the provinces of Papua. The Infrastructure Additional Fund in the framework of Special Autonomy for the provinces of Papua and West Papua was in amount of IDR1,000,000,000,000.00 of which IDR571,428,571.000.00 was for the province of Papua and IDR428,571,429,000.00 for the province of West Papua.
Kebijakan Dana Penyesuaian
Policy of Adjustment Fund
Kebijakan yang menyangkut Dana Penyesuaian pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Policies related to Adjustment Fund 2012 included:
1. Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD), yang merupakan tunjangan profesi untuk guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan
1. Allowance for Regional Civil Servant teachers (PNSD). It was a professional allowance provided to Regional Civil Servant teachers already having a teacher certificate and fulfilling requirements stipulated by the Ministry of Education and
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
dan Kebudayaan. Tunjangan Profesi Guru PNSD diberikan sebesar satu kali gaji pokok guru PNSD yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan. Tunjangan Profesi Guru PNSD mulai ditetapkan menjadi komponen transfer ke daerah sejak tahun 2010. Besaran alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dalam APBN 2012 adalah sebesar Rp30.559.800.000.200,00.
Culture. The allowance for Regional Civil Servant teachers was provided equal to one time basic salary of the related Regional Civil Servant teachers according to the stipulation. The allowance for Regional Civil Servant teachers was stipulated to become a transfer component to the regions in 2010. The allowance for Regional Civil Servant teachers in 2012 totalled IDR30,559,800,000,200.00.
2. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD merupakan tambahan penghasilan yang diberikan kepada guru PNSD yang belum mendapatkan tunjangan profesi guru PNSD dimulai sejak tahun 2009. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD diberikan sebesar Rp250.000,00 per orang per bulan. Besaran alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD dalam APBN 2012 adalah sebesar Rp2.898.900.000.000,00.
2. Income Additional Fund for Regional Civil Servant teachers was an additional revenue provided to Regional Civil Servant teachers who have not obtained the professional allowance for Regional Civil Servants teacher since 2009. The Income Additional Fund for Regional Civil Servant teachers amounted to IDR250,000.00 per person per month. The Income Additional Fund for Regional Civil Servant teachers in the State Budget 2012 totalled IDR2,898,900,000,000.00.
3. Dana Insentif Daerah (DID) adalah dana yang dialokasikan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai bentuk apresiasi atas prestasi yang dinilai melalui Kriteria Utama dan Kriteria Kinerja. Batas Minimum Kelulusan Kinerja ditetapkan sebagai dasar untuk menentukan daerah penerima alokasi DID dan penghitungan besaran alokasi DID.
3. Regional Incentive Fund (DID) was allocated for provinces and regencies/cities as a token of appreciation of their performance assessed through the Main Criteria and Performance Criteria. The Minimum Benchmark of Performance has been stipulated as a basis to determine the regions receiving the Regional Incentive Fund (DID) and to calculate the amount of the fund.
Kriteria Utama adalah kriteria yang harus dipenuhi sebagai penentu kelayakan daerah calon penerima DID. Kriteria itu antara lain, daerah sekurang-kurangnya mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan pemda. Daerah tersebut harus menetapkan Peraturan Daerah APBD secara tepat waktu, dan menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) kepada BPK tepat waktu.
The main criteria that must be fulfilled to determine the feasibility of the Regional Incentive Fund receiver candidates were among others, the region obtained at least Qualified Opinion from the Supreme Audit Agency (BPK) on the regional government’s financial report. The related region must stipulate a regional regulation on the Regional Budget timely and submit the Regional Government Financial Report to the Supreme Audit Agency (BPK) timely.
Kriteria Kinerja adalah kriteria yang ditetapkan sebagai unsur penilaian terhadap kinerja dan upaya daerah, terdiri dari:
The work performance criteria has been stipulated as an assessment element of the regional performance and efforts, consisting of:
a. Kriteria Kinerja Keuangan Kriteria ini mengharuskan daerah mampu meningkatkan atau mempertahankan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan
a. Financial performance criteria The criteria required regions to increase or maintain quality of the Regional Government Financial Report to obtain Unqualified Opinion or Qualified Opinion from the Supreme Audit Agency (BPK). The regions
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
219
220
Pengecualian (WDP) dari BPK. Daerah juga harus menetapkan Perda tentang APBD tepat waktu setiap tahunnya, dan mendapatkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas rata-rata nasional.
must also stipulate a regional regulation on the Regional Budget timely every year, and to obtain a raise in the Regional Original Revenue (PAD) above the national average.
b. Kriteria Kinerja Pendidikan Kriteria itu mensyaratkan daerah mampu mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Dasar dan sederajatnya di atas rata-rata nasional. Daerah juga harus mampu mencapai Angka Partisipasi Kasar Sekolah Menengah Pertama dan sederajatnya di atas rata-rata nasional serta mampu mengurangi jarak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap IPM ideal (100) di atas rata-rata nasional.
b. Education performance criteria The criteria required Primary Schools and schools of the same level in regions to achieve Gross Participation Scores above the national average. The regions should also achieve Gross Participation Scores of Junior High School and schools of the same level above the national average. In addition, the regions should also reduce the gap of the Human Development Index towards the ideal Human Development Index above the national average.
c. Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan Kriteria ini mensyaratkan daerah mampu mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
c. Economic and welfare performance criteria The criteria required regions to achieve an economic growth rate above the average of the national economic growth rate.
Besaran alokasi DID dalam APBN 2012 adalah sebesar Rp1.387.800.000.000,-.
The amount of the Regional Incentive Fund in the State Budget 2012 was IDR1,387,800,000,000.
4. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam APBN 2012 sebesar Rp23.594,8 miliar. BOS adalah dana yang digunakan terutama untuk biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, dan dapat dimungkinkan untuk mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
4. School Operational Assistance (BOS) in the State Budget 2012 amounted to IDR23,594.8 billion. The School Operational Assistance was fund mainly used for non-personnel cost for basic education units as executor of the compulsory education program. The fund was also possible to finance other activities according to the technical guidance of the Minister of Education and Culture.
Komponen Dana Penyesuaian relatif berubah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, Dana Penyesuaian hanya dialokasikan untuk program yang terkait dengan pendidikan, yakni Bantuan Operasional Sekolah, Tunjangan Profesi Guru, Dana Tambahan Penghasilan Guru, dan Dana Insentif Daerah. Perubahan Dana Penyesuaian dari tahun 2007 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.34.
Components of the Adjustment Fund relatively changed from year to year. In 2012, the Adjustment Fund was only allocated for programs related to education, including School Operational Assistance, Teachers Allowance, Teachers Additional Income Fund, and Regional Incentive Fund. Changes of the Adjustment Fund from 2007 to 2012 can be seen in Table 4.34.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 4.34. Perubahan Nomenklatur Dana PenyesuaianTahun 2007-201 Tabel 4.34 Nomenclature changes of Adjustment Fund 2007-2012 No
Nomenklatur
2007
1
Dana Penyesuaian DAU Adjustment Fund of the General Allocation Fund (DAU)
2
Dana Penyeimbang DAU Balancing Fund of the General Allocation Fund (DAU)
3
Dana Tunjangan Kependidikan Education Supporting Fund
4
Dana Tambahan DAU Additional Fund for General Allocation Fund (DAU)
5
Dana Penyesuaian Ad Hoc Ad Hoc Adjustment Fund
6
Dana Penyesuaian Infrastruktur Jalan Adjustment Fund for Road Infrastructure
7
Dana Penyesuaian Infrastruktur Sarana dan Prasarana (DISP) Adjustment Fund for Infrastructure (DISP)
8
Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah (DPDF dan PPD) Strengthening Fund for Fiscal Decentralization and Regional Development Acceleration (DPDF and PPD)
9
Dana penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) Strengthening Fund for Regional Insfrastructure (DPIPD)
10
Dana percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) Education Infrastructure Development Acceleration Fund (DPPIP)
11
Dana Insentif Daerah Regional Incentive Fund
12
Dana Tambahan Penghasilan Guru Income Additional Fund for Teachers
13
Kurang Bayar DAK dan DISP Lack of Payment of DAK and DISP
14
Tunjangan Profesi Guru Teachers Profession Fund
15
Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah Adjustment Fund for Regional
16
Bantuan Operasi Sekolah (BOS) School Operational Assistance (BOS)
17
Kurang Bayar Dana Sarana dan Prasarana Infrastruktur Provinsi Papua Barat TA 2008 Lack of Payment of Infrastructure at West Papua Province Fiscal Year 2008
Sumber : DJPK
2008
2009
2010
2011
2012
Source: Directorate General of Fiscal Balance
Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah
Distribution of Block Grant
Realisasi penyaluran dana Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2012 mencapai Rp480.471,37 miliar, atau 100,35 persen dari pagu APBNP Rp478.775,93 miliar dan 100,03 persen dari pagu alokasi definitif yang sebesar Rp480.342,25 miliar. Realisasi tersebut terdiri atas Dana Perimbangan sebesar Rp411.074,59 miliar (100,67 persen dari pagu APBN-P) dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Rp69.396,78 miliar (98,54 persen dari pagu APBN-P). Penyaluran anggaran transfer ke daerah dilaksanakan langsung dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) oleh DJPK selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD). Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah dilaksanakan berdasarkan PMK
Realization of distribution of block grant Fiscal Year 2012 reached IDR480,471.37 billion, or 100.35 percent from the State Budget Review ceiling of IDR478,775.93 billion and 100.03 percent from the definitive allocation ceiling in amount of IDR480,342.25 billion. The realization consisted of Balancing Fund IDR411,074.59 billion (100.67 percent from the State Budget Review ceiling) and Special Autonomy and Adjustment Fund IDR69,396.78 billion (98.54 percent from the State Budget Review ceiling). The transfer fund to regions was distributed directly from the General State Cash Account (RKUN) by the Directorate General of Fiscal Balance as Power of the Budget User (KPA)
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
221
to Regional Accounts (RKUD). The block grant was distributed under Regulation of the Minister of Finance No. 06/PMK.07/2012 on the Implementation and Liability of Block Grant. The distribution pattern of Block Grant under the said regulation is shown in Table 4.35.
No. 06/PMK.07/2012 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Adapun pola penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah berdasarkan PMK dimaksud ditunjukkan pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35. Pola Penyaluran Anggaran Transfer Ke Daerah Table 4.35 Distribution Pattern of Block Grant I.
Dana Bagi Hasil Pajak Tax Revenue-sharing A.
DBH PBB Revenue-sharing from Property Tax a. DBH PBB Bagian Pusat (10%) Revenue-sharing from Central Property Tax (10%)
Tahap I : 25%; Tahap II : 50%; Tahap III : selisih alokasi definitif dengan yang telah disalurkan. Phase I : 25%; Phase II : 50%; Phase III : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund.
b. DBH PBB Bagian Daerah (81%) Revenue-sharing from Regional Property Tax (81%)
Setiap minggu yaitu sebesar 81% (64,8 % untuk kabupaten/kota; 16,2% untuk provinsi) dari realisasi penerimaan secara mingguan. Weekly of 81% (64.8 % for regencies/cities; 16.2% for provinces) from the weekly revenues realization.
c. DBH biaya pemungutan PBB bagian Daerah (9%)
Setiap minggu, yaitu sebesar 9 % dari realisasi penerimaan secara mingguan. Revenue-sharing from collecting fee of Regional Property Tax (9%) Weekly of 9% from the weekly revenues realization.
d. DBH PBB & biaya penerimaan secara mingguan.sektor
pertambangan Migas & Panas Bumi Revenue-sharing from Property Tax & collecting of Property Tax in oil and gas & geothermal mining sector
B.
Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September,Desember); Triwulan IV : selisih alokasi definitif dengan yang telah tersalur. Quarterly of 25% (March, june,September, December); quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund.
DBH PPh Revenue-sharing from Income a.
DBH PPh Pasal 21 Revenue-sharing from Income Tax Article 21
Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih definitif dengan yang telah disalurkan Quarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund
b.
DBH PPh Pasal 25/29 Revenue-sharing from Income Tax Article 25/29
Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih definitif dengan yang telah disalurkan Quarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund
II.
DHB Cukai Hasil Tembakau Revenue-sharing from Tobacco Result Excise
III.
Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam Revenue-sharing from Natural Resources
Triwulan I : 20%; Triwulan II & Triwulan III : 30%; Triwulan IV : selisih definitif dengan yang telah disalurkan Quarterly I : 20%; Quarter II & Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund
A.
Migas & Panas Bumi Oil and gas & Geothermal
Triwulan I & II: 20% ; Tw III: selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20%; Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund
B.
Pertambangan Umum General Mining
Triwulan I & II: 20% & 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: 20% & 15% ; discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund
C.
Kehutanan & Perikanan Forestry & Fishery
Triwulan I & II: masing-masing 15% ;selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Quarterly I & II: Respectively 15% ; discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund
IV.
Dana Alokasi Umum General Alocation Fund (DAU)
Tiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi Monthly of 1/2 from the allocation.
V.
Dana Alokasi Umum Special Allocation Fund (DAK)
1. Penyaluran tahap I (30% dari total DAK) Dilaksanakan setelah daerah menyampaikan Perda APBD tahun 2012, Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya, dan Surat Pernyataan Dana Pendamping DAK TA 2012. Distribution phase I (30% from total Special Allocation Fund (DAK) Distributed after a region has submitted Regional Regulation of the Regional Budget 2012, Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous year, and Statement Letter of Accompanying Fund of Special Allocation Fund (DAK) Fiscal Year 2012. 2. Penyaluran Tahap II (45%) dan Tahap III (25%) Dilaksanakan setelah menyampaikan Laporan Penggunaan DAK tahap sebelumnya yang secara kumulatif telah mencapai 90%. Distribution phase II (45%) and Phase III (25%) Distributed after a region has submitted Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous phase, which cumulatively reached 90%
VI.
Dana Alokasi Umum Special Autonomy and Adjustment Fund A.
222
Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur Special Autonomy Fund and Infrastructure Additional Fund
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
B.
Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD
Penyaluran dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dari Mendagri - Tahap I (Maret) :30%; Tahap II (Juli) : 45%; Tahap III (Oktober) : 25%. Distributed after a consideration of the Minister of Home Affairs Phase I (March) : 30% ; Phase II (July) : 45%; Phase III (October) : 25%. Penyaluran dilakukan per triwulan, masing-masing sebesar 25%; triwulan I disalurkan
fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund
IV.
Dana Alokasi Umum General Alocation Fund (DAU)
Tiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi Monthly of 1/2 from the allocation.
V.
Dana Alokasi Umum Special Allocation Fund (DAK)
1. Penyaluran tahap I (30% dari total DAK) Dilaksanakan setelah daerah menyampaikan Perda APBD tahun 2012, Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya, dan Surat Pernyataan Dana Pendamping DAK TA 2012. Distribution phase I (30% from total Special Allocation Fund (DAK) Distributed after a region has submitted Regional Regulation of the Regional Budget 2012, Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous year, and Statement Letter of Accompanying Fund of Special Allocation Fund (DAK) Fiscal Year 2012. 2. Penyaluran Tahap II (45%) dan Tahap III (25%) Dilaksanakan setelah menyampaikan Laporan Penggunaan DAK tahap sebelumnya yang secara kumulatif telah mencapai 90%. Distribution phase II (45%) and Phase III (25%) Distributed after a region has submitted Report of Special Allocation Fund (DAK) Use of the previous phase, which cumulatively reached 90%
VI. I.
Dana Umum Autonomy and Adjustment Fund Dana Alokasi Bagi Hasil PajakSpecial Tax Revenue-sharing A. A.
Dana Khusus dan Dana Infrastruktur DBH Otonomi PBB Revenue-sharing fromTambahan Property Tax Special Autonomy Fund and Infrastructure Additional Fund a. DBH PBB Bagian Pusat (10%) Revenue-sharing from Central Property Tax (10%)
B.
Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD b. PBB BagianIncome Daerahfor (81%) FundDBH for Additional Civil Revenue-sharing Servant Teachers from Regional Property Tax (81%)
C.
Tunjangan Profesi Guru c.Teachers DBH biaya pemungutan PBB bagian Daerah (9%) Allowance
D.
Dana Insentif Daerah d. DBH PBB & biaya penerimaan secara mingguan.sektor Regional Incentive Fund
E. B.
F.
Penyaluran dilaksanakan setelah mendapat pertimbangan dari Mendagri - Tahap I (Maret) :30%; Tahap II (Juli) : 45%; Tahap III (Oktober) : 25%. Tahap I : 25%; Tahap II : 50%; Tahap III Minister : selisih alokasi definitif telah disalurkan. Distributed after a consideration of the of Home Affairsdengan Phase I yang (March) : 30% ; Phase III:(July) 25%; :Phase : 50%; Phase III : :discrepancy between the definitive allocation with 45%; IIPhase III (October) 25%. the distributed fund. Penyaluran dilakukan per triwulan, masing-masing sebesar 25%;16,2% triwulan I disalurkan Setiap minggu yaitu sebesar 81% (64,8 % untuk kabupaten/kota; untuk provinsi) tanpa syarat.penerimaan triwulan IIsecara s/d IV mingguan. disalurkan dengan syarat pemda menyampaikan dari realisasi laporan realisasi semester II TA 2011 Weekly of 81% (64.8 % for regencies/cities; 16.2% for provinces) from the weekly revenues realization. Distributed quarterly, respectively 25%; phase I distributed without any terms; quarters II to IV distributed if a region has submitted report of semester II Fiscal Year 2011 Setiap minggu, yaitu sebesar 9 % darirealization realisasi penerimaan secara mingguan.
Revenue-sharing from collecting fee of Regional Property Tax (9%) Weekly of 9% from the weekly revenues realization. Penyaluran dilakukan setelah menyampaikan perda APBD 2011 dan surat pernyataan, Setiap triwulan sebesar 25% (Maret, Juni, September,Desember); Triwulan IV : selisih alokasi disalurkan Sekaligus pertambangan Migas & Panas Bumi definitif dengan telahhastersalur. Distributed after yang a region submitted regional regulation on the Regional Budget 2011 and Revenue-sharing from Property Tax & collecting of Property Quarterly of 25% june,September, a statement letter,(March, distributed at once December); quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund. Tax in oil and gas & geothermal mining sector BOS Tw I: Januari; Tw II: April; Tw III: Juli; Tw IV: Oktober. Penyaluran per triwulan DBH PPh Revenue-sharing from Income sebesar 25% dari alokasi. School Operational Assistance (BOS) Quarter I : January; Quarter II: April; quarter III: July; quarter IV : October. Distributed a. DBH PPh Pasal 21 Triwulan : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III : 20%; Triwulan IV : selisih definitif quarterly I25% from the allocation. dengan yang telah disalurkan Revenue-sharing from Income Tax Article 21 Dana Cadangan BOS Triwulanan. Disalurkan setiap akhirQuarter triwulanIII(tentatif berdasarkan rekomendasi kurang Quarterly I : 20%; Quarter II : 20%; : 20%; Quarter IV : discrepancy between salurdefinitive BOS dariallocation Mendikbud). the with the distributed fund School Operational Assistance (BOS) Reserve Fund Quarterly. Distributed every end of quarter (tentative based on a recommendation of lack b. DBH PPh Pasal 25/29 Triwulan I : 20%; Triwulan II : 20%; Triwulan III (BOS) : 20%;from Triwulan IV : selisih definitif and Culture). of distribution of school Operational Assistance the minister of Education dengan yang telah disalurkan Revenue-sharing from Income Tax Article 25/29 Quarterly I : 20%; Quarter II : 20%; Quarter III : 20%; Quarter IV : discrepancy between the definitive allocation with the distributed fund
II. Penyaluran Perimbangan DHB CukaiDana Hasil Tembakau
Revenue-sharing from Tobacco Result Excise
TriwulanDistribution I : 20%; Triwulan II & Triwulan III : 30%; Triwulan IV : selisih definitif dengan of Balancing Fund yang telah disalurkan Quarterly I : 20%; Quarter II & Quarter III : 30%; Quarter IV : discrepancy between the definitive with the distributed fund 1. allocation Revenues-Sharing
1. Dana Bagi Hasil a. Realization of Revenue-Sharing distribution Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil III. a. Dana Bagi Hasil Sumber daya Alam Revenue-sharing from Natural Resources Fiscal Year 2012 totalled IDR111,142.27 (DBH) Tahun Anggaran 2012 mencapai A. Migas & Panas Bumi Oil and gas & Geothermal Triwulan I & II: 20% ; Tw III: selisih realisasi penerimaan s/d Tw III dengan yang telah billion, orIV dengan IDR2,720.60 billion higher than Rp111.142,27 miliar, atau Rp2.720,60tersalur; miliar Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw yang telah tersalur Quarterly I & II: 20%; Quarter III : 30%; IV : discrepancy the definitive allocation the theQuarter State Budgetbetween Review ceiling inwith amount lebih tinggi dari pagu APBN-P yang sebesar distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues realization until Quarter IV with the distributed fund of IDR108,421.67 billion. It means that the Rp108.421,67 miliar. Realisasi tersebut berarti B. mencapai Triwulan I & II: 20% & 15% ;selisihrealization realisasi penerimaan s/d Tw III denganpercent yang telah from the State Pertambangan Umum General Miningdari pagu APBN-P was 102.67 102,67 persen tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalur Budget Review and 101.21 percent dan 101,21 persen dari pagu alokasi defi nitifI & II: 20% & 15% ; discrepancy Quarterly between the definitiveceiling, allocation with the distributed fund; Quarter IV Discrepancy of revenues until Quarter IV with the distributed ceiling fund fromrealization the defi nitive allocation which sebesar Rp109.987,99 miliar. Pagu alokasi was The nitif &dihitung berdasarkan realisasi Triwulan I & II: masing-masing 15% ;selisih IDR109,987.99 realisasi penerimaan s/d Twbillion. III dengan yang telah definitive C. defi Kehutanan Perikanan Forestry & Fishery tersalur; Tw IV selisih realisasi penerimaan s/d Tw IV dengan yang telah tersalurcalculated based allocation ceiling was penerimaan negara yang dibagihasilkan Quarterly I & II: Respectively 15% ; discrepancy between the definitive allocation with the distributed on realization the Government Revenues dan ditetapkan dengan PMK. Realisasi fund;DBH Quarter IV Discrepancy of revenues until Quarter IV with the distributed fundrealization, shared and stipulated with Regulation of tersebut terdiri atas: IV. Dana Alokasi Umum General Alocation Fund (DAU) Tiap bulan sebesar 1/12 dari alokasi Monthly of 1/2 from the allocation. the Minister of Finance. Realization of the 1. Penyaluran tahap I (30% dari total DAK) Dilaksanakan setelah daerah menyampaikan V. Dana Alokasi Umum Special Allocation Fund (DAK) consisted Perda APBD tahun 2012, LaporanRevenue-Sharing Penggunaan DAK tahun sebelumnya, dan Suratof: Pernyataan Dana Pendamping DAK TA 2012. Distribution phase I (30% from total Special Allocation Fund (DAK) Distributed after a region has submitted
VI.
1) Budget Realization Revenue-Sharing in 1) Realisasi DBH Pajak sebesar Rp48.541,99 Regional Regulation of the Regional 2012, Report of of SpecialTax Allocation Fund (DAK) Use of the 2012. previous year, and Statement Letter ofamount Accompanying of Fund IDR48.541,99 of Special Allocation Fund billion (DAK) Fiscal Year (93.93 miliar (93,93 persen dari pagu APBN-P fromsetelah themenyampaikan State Budget Review dan 102,44 persen dari pagu alokasi III (25%) Dilaksanakan 2. Penyaluran Tahap II (45%) dan Tahap percent Laporan Penggunaan DAK tahap sebelumnya yang secara telah mencapai 90%. from the ceiling andkumulatif 102.44 percent definitif ). Realisasi DBH Pajak yang lebih Distribution phase II (45%) and Phase III (25%) Distributed after a region has submitted Report of Special defi nitive allocation ceiling). Realization rendah Rp3.034,33 miliar dari pagu Allocation Fund (DAK) Use of the previous phase, which cumulatively reached 90% of the Tax Revenue-Sharing was lower APBN-P tersebut disebabkan karena Dana Alokasi Umum Special Autonomy and Adjustment Fund IDR3,034.33 billion from the State Budget capaian realisasi penerimaan pajak, A. Dana Otonomi KhususPPh dan Dana Tambahan mendapat pertimbangan dari Mendagri - Tahap I Review ceiling because the realization of khususnya dan PBB Infrastruktur Migas, lebih Penyaluran dilaksanakan setelah (Maret) :30%; Tahap II (Juli) : 45%; Tahap III (Oktober) : 25%. Special Autonomy Fund and Infrastructure Additional Fund taxof revenues, mainly Income rendah dari rencana penerimaan yang Distributed after a consideration the Minister of Home Affairs Phase I (March) :Tax 30% ; and Oil Phase II (July) : 45%; Phase IIIand (October) : 25%. Gas Property Tax, was lower than the ditargetkan. B. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD targeted revenues. Penyaluran dilakukan per triwulan, masing-masing sebesar 25%; triwulan I disalurkan Fund for Additional Income for Civil Servant Teachers
tanpa syarat. triwulan II s/d IV disalurkan dengan syarat pemda menyampaikan
realisasi semester II TA 2011 2) Realization of Tobacco Result Excise 2) Realisasi DBH CHT mencapai Rp1.722,78 laporan Distributed quarterly, respectively 25%; phase I distributed without any terms; quarters II to IV C. Tunjangan Profesi Guru distributed if a region has submitted realization report of semester II Fiscal YearIDR1,722.78 2011 Revenue-Sharing reached miliar (104,67 persen dari pagu APBN-P Teachers Allowance
D.
Dana Insentif Daerah Regional Incentive Fund
Penyaluran dilakukan setelah menyampaikan perda APBD 2011 dan surat pernyataan, disalurkan Sekaligus Distributed after a region has submitted regional regulation on the Regional Budget 2011 and a statement letter, distributed at once
E.
BOS School Operational Assistance (BOS)
Tw I: Januari; Tw II: April; Tw III: Juli; Tw IV: Oktober. Penyaluran per triwulan sebesar 25% dari alokasi. Bab 04 | Analisis Kinerja Quarter I : January; Quarter II: April; quarter III: July; quarter IV : October. Distributed Chapter 04 | Performance Analysis quarterly 25% from the allocation.
223
dan 99,25 persen dari pagu alokasi definitif ). Realisasi DBH CHT yang lebih tinggi Rp76,89 miliar dari pagu APBN-P tersebut disebabkan karena realisasi penerimaan cukai hasil tembakau yang melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan. Sementara realisasi penyaluran DBH-CHT yang lebih rendah dari pagu alokasi definitif disebabkan karena ada sebagian daerah yang tidak menyampaikan laporan konsolidasi penggunaan dana semester I TA 2011. Padahal laporan itu menjadi syarat penyaluran DBH-CHT triwulan IV TA 2012.
billion (104.67 percent from the State Budget Review ceiling and 99.25 percent from the definitive allocation ceiling). Realization of the Tobacco Result Excise Revenue-Sharing was higher IDR76.89 billion from the State Budget Review ceiling because realization of the Tobacco Result Excise exceeded the stipulated revenues plan. On the other hand, distribution of the Tobacco Result Excise Revenue-Sharing was lower than the definitive allocation ceiling because some regions did not submit their consolidation report on the use of the fund for semester I Fiscal Year 2012. Whereas, the report was a requirement for the distribution of Tobacco Result Excise Revenue-Sharing for quarter IV Fiscal Year 2012.
3) Realisasi DBH SDA mencapai Rp62.600,28 miliar (110,32 persen dari pagu APBN-P dan 100 persen dari pagu alokasi definitif ). Realisasi DBH Sumber Daya Alam (SDA) yang lebih tinggi Rp5.854,43 miliar dari pagu APBN-P. Penyebabnya karena capaian realisasi PNBP SDA, terutama dari Migas dan Pertambangan Panas Bumi, lebih tinggi dari rencana penerimaan yang ditargetkan.
3) Realization of Natural Resources Revenue-Sharing reached IDR62,600.28 billion (110.32 percent from the State Budget Review ceiling and 100 percent from the definitive allocation ceiling). Realization of the Natural Resources Revenue-Sharing was higher IDR5,854.43 billion from the State Budget Review ceiling because the realization of Natural resources Revenue-Sharing, mainly from oil & gas and geothermal mining, was higher than the targeted revenues plan.
Tabel 4.36. Pagu dan Realisasi DBH Pajak TA 2012 Table 4.36..Ceiling and Realization of Tax Revenue-Sharing Fiscal Year 2012 Pagu Ceiling
Realisasi (Miliar Rupiah) Realization
%
DBH PPh Revenue-sharing from Income Tax
19.378.280.456.694
19.378.280.456.694
100,00%
DBH PBB Revenue-sharing from Property Tax
26.034.891.478.128
27.202.117.543.056
104,48%
1.735.723.719.623
1.722.781.272.658
99,25%
238.813.021.056
238.813.021.056
100,00%
47.387.708.675.501
48.541.992.293.464
102,44%
Jenis Dana Type of Fund
DBH CHT Revenue-sharing from Tobacco Result Excise DBH BPHTB Revenue-sharing from BPHTB Jumlah Total
224
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 4.37. Pagu dan Realisasi DBH SDA TA 2012 Tabel 4.37. Ceiling and Realization of Natural Resources Revenue-Sharing Fiscal Year 2012 Realisasi (Miliar Rupiah) Realization
Pagu Ceiling
Jenis Dana Type of Fund
%
DBH Migas Oil & Gas Revenue-Sharing
47.397.497.222.732
47.397.497.222.732
100,00 %
DBH Pertambangan Umum General Mining Revenue-Sharing
12.860.854.426.197
12.860.854.426.197
100,00 %
1.535.890.432.615
1.535.890.432.615
100,00 %
DBH Perikanan Fishery Revenue-sharing
179.764.557.362
179.764.557.362
100,00 %
DBH Panas Bumi Geothermal Revenue-sharing
626.278.978.409
626.278.978.409
100,00 %
62.600.285.617.315
62.600.285.617.315
100,00 %
DBH Kehutanan Forestry Revenue-Sharing
Jumlah Total
b. Realisasi DBH sebesar Rp111.142,27 miliar pada akhir TA 2012 tersebut, termasuk:
b. Realization of Revenue-Sharing totalling IDR111,142,27 billion at the end of Fiscal Year 2012, included:
1) Dana Cadangan DBH SDA (escrow) Rp13.429,20 miliar, akan dipindahbukukan dari rekening kas negara ke rekening dana cadangan Menteri Keuangan (rekening escrow) pada bank umum yang ditunjuk Kuasa Bendahara Umum Negara. Dana pada rekening escrow tersebut akan dipindahbukukan ke rekening kas daerah setelah diketahuinya identifikasi daerah penghasil SDA. Adapun pembentukan dan pencairan Dana Cadangan DBH SDA dilakukan sesuai dengan PMK Nomor 256/PMK.05/2010 tentang Tata cara penyimpanan dan pencairan Dana Cadangan.
1) Reserve fund of Natural Resources Revenue-Sharing in amount of IDR13,429.20 billion, which will be transferred from the state’s account to an escrow account of the Minister of Finance at a commercial bank appointed by the State Treasurer. The fund in the escrow account will be transferred to regions’ account after the the related regions have been identified as natural resources producers. The reserve fund of the natural resources Revenue-Sharing was set up and disbursed pursuant to Regulation of the Minister of Finance Number 256/PMK.05/2010 on the Procedure of Reserve Fund Deposit and Disbursement.
2) Penyaluran DBH Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Biaya Pemungutan PBB Bagian Daerah yang dilakukan oleh 175 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) berdasarkan realisasi penerimaan PBB secara mingguan. Realisasi penyalurannya mencapai Rp7.821,61 miliar, atau 120,74 persen dari pagu APBN-P Rp6.557,53 miliar.
2) Distribution of Property Tax and Regional Property Tax Collecting Fee RevenueSharing by 175 State Treasurer Offices, which was based on the weekly Property Tax revenues realization. The distribution realization reached IDR7,821.61 billion, or 120.74 percent from the State Budget Review ceiling of IDR6,557.53 billion.
3) Kurang Bayar DBH yang dianggarkan dalam APBN/APBN-P 2012 yang terdiri dari DBH Pajak Rp2.966,86 miliar, DBH CHT Rp48,72 miliar, dan DBH SDA Rp4.535,04 miliar.
3) Revenue-Sharing under payment which was budgeted in State Budget/State Budget Review 2012 consisting of Tax Revenue-Sharing IDR2,966.86 billion, Tobacco Result Excise Revenue-Sharing IDR48.72 billion, and Natural Resources Revenue-Sharing IDR4,535.04 billion.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
225
226
2. Dana Alokasi Umum (DAU) Realisasi penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) TA 2012 mencapai Rp273.814,43 miliar, atau 100 persen dari pagu APBN. Pada bulan November dan Desember 2012 terdapat 12 daerah yang mendapatkan sanksi penundaan penyaluran DAU sebesar 25 persen DAU yang disalurkan pada bulan bersangkutan. Sanksi dijatuhkan karena daerah tersebut belum menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2011. Namun, DAU yang ditunda penyalurannya tersebut telah disalurkan kembali ke daerah pada penyaluran DAU untuk bulan Desember 2012. Sanksi penundaan penyaluran DAU kepada 12 daerah tersebut akan dilanjutkan pada tahun 2013, sampai daerah tersebut menyampaikan laporan dimaksud.
2. General Allocation Fund (DAU) Realization of the General Allocation Fund (DAU) distribution Fiscal Year 2012 amounted to IDR273,814.43 billion, or 100 percent from the State Budget ceiling. In November and December 2012, 12 regions were punished of delayed distribution of the General Allocation Fund (DAU), 25 percent of the General Allocation Fund (DAU) distributed on the related month. The sanction was given as the regions had not yet submitted Report of the Regional Budget Fiscal Year 2012 Implementation Accountability. However, the General Allocation Fund (DAU) of which the distribution was delayed, had been redistributed to the regions for the distribution of the General Allocation Fund (DAU) for December 2012. The sanction of delayed distribution of the General Allocation Fund (DAU) to the 12 regions will continue in 2013, until the regions have submitted the said report.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Realisasi penyaluran DAK TA 2012 mencapai Rp25.941,48 miliar, atau 99,33 persen dari pagu APBN Rp26.115,94 miliar. Penyaluran DAK dilakukan dalam 3 tahap, yakni:
3
Special Allocation Fund (DAK) Realization of the Special Allocation Fund (DAK) distribution Fiscal Year 2012 was in amount of IDR25,941.48 billion, or 99.33 percent of the State Budget ceiling of IDR26,115.94 billion. The Special Allocation Fund (DAK) was distributed in three phases, including:
a. Tahap I sebesar 30 persen dari pagu alokasi, setelah daerah menyampaikan persyaratan berupa : (1) Perda APBD; (2) Laporan Penyerapan DAK tahap III tahun sebelumnya dan Laporan Penggunaan DAK tahun sebelumnya; dan (3) Surat Pernyataan Penyediaan Dana Pendamping dalam APBD. Dalam kondisi ini, seluruh daerah penerima DAK tahun 2012 (sejumlah 520 daerah) telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan penyaluran DAK tahap I.
a. Phase I, 30 percent from the allocation ceiling, after the regions have submitted the requirements: (1) Regional Regulation of the Local Government Budget; (2) Report of the Special Allocation Fund (DAK) absorption phase III of the previous year and Report of the Special Allocation Fund (DAK) use of the previous year; and (3) Statement Letter of Accompanying Fund Provision in the Local Government Budget. In such a condition, all receiving regions of the Special Allocation Fund (DAK) in 2012 (520 regions) have fulfilled the requirements to obtain Special Allocation Fund (DAK) phase I.
b. Tahap II sebesar 45 persen dari pagu alokasi, setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan minimal sebesar 90 persen dari dana yang sudah disalurkan tahap I. DAK tahun 2012 tahap II telah disalurkan kepada 516 daerah, sementara terdapat 4 daerah yang tidak mendapatkan penyaluran DAK tahap II dikarenakan daerah yang bersangkutan tidak menyampaikan laporan penyerapan DAK tahap I.
b. Phase II, 45 percent from the allocation ceiling, after the regions have submitted a report of the absorption realization of minimum 90 percent from the distributed fund in phase I. The Special Allocation Fund (DAK) 2012 phase II was distributed to 516 regions, of which four regions did not obtain Special Allocation Fund (DAK) distribution of phase II as the related regions did not submit the report of the Special Allocation Fund (DAK) absorption phase I.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
c. Tahap III sebesar 25 persen dari pagu alokasi, setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan minimal sebesar 90 persen dari dana yang sudah disalurkan tahap II. DAK tahun 2012 tahap III telah disalurkan kepada 503 daerah, sedangkan terdapat 17 daerah yang tidak menyampaikan laporan penyerapan DAK tahap II sehingga tidak mendapatkan penyaluran DAK tahap III.
c. Phase III, 25 percent from the allocation fund, after the regions have submitted a report of the absorption realization of minimum 90 percent from the distributed fund in phase II. The Special Allocation Fund 2012 phase III was distributed to 503 regions, of which 17 regions did not submit the report of the Special Allocation Fund phase II absorption, so that they did not obtain the Special Allocation Fund phase III distribution.
dan
Distribution of Special Autonomy and Adjustment Fund
1. Dana Otonomi Khusus (Otsus) Realisasi penyaluran dana Otsus untuk Provinsi Papua, Papua Barat dan Aceh TA 2012 mencapai Rp11.952,57 miliar, atau 100 persen dari pagu alokasi APBN 2012.
1. Special Autonomy Fund (Otsus) Realization of the Special Autonomy Fund (Otsus) distribution to the provinces of Papua, West Papua, and Aceh Fiscal Year 2012 amounted to IDR11,952.57 billion, or 100 percent from the State Budget 2012 allocation ceiling.
2. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada tahun 2012, penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dilakukan dari RKUN ke RKUD provinsi. Hal ini berbeda dari penyaluran tahun 2011 yang dilakukan dari RKUN ke RKUD kabupaten/kota. Perubahan pola penyaluran ini merupakan salah satu bentuk penyempurnaan dan perbaikan penyaluran BOS tahun 2011. Realisasi penyaluran dana BOS TA 2012 mencapai Rp22.584,88 miliar, atau 95,72 persen dari pagu APBN sebesar Rp23.594,80 miliar. Rincian penyaluran BOS adalah sebagai berikut:
2. School Operational Assistance Fund (BOS) In 2012, the School Operational Assistance (BOS) fund was distributed from the State’s Account to the Regional Account in the provinces. This was different from 2011 where the fund was distributed from the State’s Account to the Regional Account in regencies/cities. The change in the distribution pattern was an improvement from the School Operational Assistance (BOS) distribution in 2011. Realization of the School Operational Assistance (BOS) distribution Fiscal Year 2012 amounted to IDR22,584.88 billion, or 95.72 percent from the State Budget ceiling of IDR23,594.80 billion. Detail of the School Operational Assistance (BOS) distribution was as follows:
a. Realisasi BOS (murni) Rp22.441,11 miliar atau 100 persen dari pagu APBN;
a. Realization of (pure) School Operational Assistance (BOS) totalling IDR22,441.11 billion, or 100 percent from the State Budget ceiling;
b. Realisasi dana cadangan (buffer fund) BOS Rp143,77 miliar, atau 12,46 persen dari pagu APBN Rp1.153,68 miliar.
b. Realization of School Operational Assistance (BOS) buffer fund totalling IDR143.77 billion, or 12.46 percent from the State Budget ceiling, which was in amount of to IDR1,153.68 billion
Penyaluran Dana Penyesuaian
Otonomi
Khusus
3. Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD Realisasi penyaluran Tunjangan Profesi Guru (TPG) TA 2012 mencapai Rp30.557,99 miliar, atau 99,99 persen dari pagu APBN Rp30.559,80 miliar.
. 3. Regional Civil Servants Teachers Allowance (TPG) Realization of Teachers Allowance (TPG) distribution Fiscal Year 2012 was in amount of IDR30,557.99 billion, or 99.99 percent from the
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
227
228
Realisasi penyaluran TPG yang tidak mencapai 100 persen tersebut disebabkan karena ada satu daerah, yakni Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua yang tidak menyampaikan Laporan Realisasi Penyerapan dana semester II 2011. Sehingga, TPG untuk triwulan II hingga IV TA 2012 tidak dapat disalurkan. Sesuai dengan ketentuan PMK No.34/PMK.07/2011, penyaluran TPG dilakukan secara triwulanan, yakni sebesar 25 persen per triwulan. Penyaluran triwulan II hingga IV dilakukan setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana semester II tahun sebelumnya.
State Budget ceiling of IDR30,559.80 billion. The realization of Teachers Allowance (TPG) distribution did not reach 100 percent as one region, Yahukimo regency in Papua province, did not submit Report on Realization of the Fund Absorption of semester II 2011. The Teachers Allowance (TPG) for quarters II to IV Fiscal Year 2012 was consequently not distributed. Pursuant to Regulation of the Minister of Finance No.34/PMK.07/2011, Teachers Allowance (TPG) is distributed quarterly, that is 25 percent quarterly. The allowance for quarters II to IV will be distributed after a region has submitted a Report on Realization of the Fund Absorption of semester II of the previous year.
4. Dana Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil Guru) PNSD Sesuai dengan ketentuan PMK No. 35/ PMK.07/2012, penyaluran dana Tamsil Guru dilakukan secara triwulanan, yakni sebesar 25 persen per triwulan. Penyaluran triwulan II hingga IV dilakukan setelah daerah menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana semester II tahun sebelumnya.
4. Regional Civil Servants Teachers Additional Income Fund (Tamsil Guru) Pursuant to provision of Regulation of the Minister of Finance No. 35/PMK.07/2012, Teachers Additional Income (Tamsil Guru) fund is distributed quarterly, that is 25 percent quarterly. The fund for quarters II to IV will be distributed after a region has submitted a Report on Realization of the Fund Absorption of semester II of the previous year.
Realisasi penyaluran Dana Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru TA 2012 mencapai Rp2.883,52 miliar, atau 99,47 persen dari pagu APBN sebesar Rp2.898,90 miliar. Realisasi penyaluran yang tidak mencapai 100 persen tersebut karena ada 15 daerah yang tidak menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana Tamsil Guru semester II TA 2011, sehingga dana Tamsil Guru untuk triwulan II hingga IV TA 2012 tidak dapat disalurkan.
Realization of the Teachers Additional Income (Tamsil Guru) fund distribution Fiscal Year 2012 amounted to IDR2,883.52 billion, or 99.47 percent from the State Budget ceiling totalling IDR2,898.90 billion. Realization of the distribution did not reach 100 percent as 100 regions did not submit a Report on Realization of the Teachers Additional Income Fund Absorption for semester II of Fiscal Year 2011, so that the Teachers Additional Income (Tamsil Guru) fund for quarter II to IV of Fiscal Year 2012 could not be consequently distributed.
5. Dana Insentif Daerah (DID) Realisasi penyaluran Dana Insentif Daerah (DID) TA 2012 mencapai Rp1.387,80 miliar, atau 100 persen dari pagu alokasi APBN 2012. DID tersebut disalurkan kepada 66 daerah penerima guna membantu pelaksanaan fungsi pendidikan.
5. Regional Incentive Fund (DID) Realization of Regional Incentive Fund (DID) distribution Fiscal Year 2012 was in amount of IDR1,387.80 billion, or 100 percent from the State Budget 2012 allocation ceiling. The fund was distributed to 66 receiving regions to help implement the education function.
Penyaluran Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)
Distribution of Local Government Decentralization Projects Fund (P2D2)
Realisasi penyaluran dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA 2012 mencapai Rp30
Realization of the Local Government and Decentralization (P2D2) projects fund Fiscal Year
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
and
miliar, atau mencapai 100 persen dari pagu APBN. Dana P2D2 disalurkan kepada daerah sebagai reward atas pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK, khususnya DAK bidang infrastruktur. Penyaluran dana P2D2 ke daerah percontohan berdasarkan PMK No.149/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi Tahun Anggaran 2012.
2012 amounted to IDR30 billion, or 100 percent from the State Budget ceiling. The fund was distributed to regions as a reward of the transparence and accountability of activities implementation funded by the Special Allocation Fund, mainly in the infrastructure sector. The fund distribution to pilot regions was based on Regulation of the Minister of Finance No.149/PMK.07/2012 on the Local Guidance and Fund Allocation for Regional Government and Decentralization Projects Fiscal Year 2012.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
229
PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA STATE ASSETS MANAGEMENT
230
Arah dan Strategi Pengelolaan Kekayaan Negara
Direction and Strategy of the State Assets Management
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan di bidang pengelolaan kekayaan negara, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) mengemban tugas untuk mewujudkan penataan dan pengelolaan aset negara yang tertib, terpercaya dan transparan. Sesuai Arah dan Strategi Pengelolaan Kekayaan Negara, tahun 2012 merupakan periode utilisasi dan persiapan terwujudnya tugas yang diemban DJKN tersebut.
In the implementation of tasks and functions at the Ministry of Finance in the state assets management, the Directorate General of State Assets has the tasks to realize orderly, trusted, and transparent state assets management. According to the Direction and Strategy of the State Assets Management, 2012 was the preparatory period to realize the tasks of the Directorate General of State Assets.
Pada periode ini, banyak hal telah dilakukan oleh pengelola barang maupun pengguna barang. Dalam rangka persiapan optimalisasi Barang Milik Negara (BMN), perlu terlebih dahulu diketahui berapa sebenarnya BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi serta penunjangnya (utilisasi). Faktor penting
During this period, many things have been done by both managers and users of the property. To optimize the State Owend Asset (BMN), the State’s Property (BMN) used for the tasks and functions as well as the utilization must first be known. An important factor for a successful implementation
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
suksesnya pelaksanaan utilisasi antara lain adanya sertifikat BMN berupa tanah dan/atau kelengkapan dokumen kepemilikan BMN lainnya selain tanah dan/atau bangunan. Apabila dokumen tersebut telah dilengkapi, maka kewajiban Pengguna Barang selanjutnya adalah meminta agar ditetapkan status penggunaannya untuk tugas dan fungsi K/L.
of the utilization includes a certificate of the State’s Property (BMN) in the form of land and/or buildings, and others. When the documents are completed, the state owned asset user next responsibility is to ask that the utilization be stipulated for the tasks and functions of the ministries/institutions.
Dalam periode ini, walaupun masih terdapat halhal yang masih perlu diperbaiki, tetapi upaya dan kerja keras pengelola dan pengguna barang perlu diapresiasi. Dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terdapat kenaikan yang signifikan atas pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh K/L. Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) yang mendapat opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 lalu, LKKL yang mendapatkan opini WTP hanya tujuh atau 8,6 persen dari total 81 K/L. Sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 67 K/L atau 77 persen dari dari total 87 K/L. Kontribusi dari pengelolaan BMN atas opini LKPP sangat signifikan, mengingat BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), karena masalah utamanya adalah aset, baik aset pada K/L terkait pelaksanaan dan pencatatan hasil inventarisasi dan penilaian (IP) aset tetap maupun masalah terkait aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
During this period, although there remained things to be improved, the efforts and hard work of the property’s owners and users should be appreciated. From the Audit Report (LHP) Supreme Audit Board, there was a significant increase in the Unqualified opinion by ministries/institutions. The number of ministries/institutions’ Financial Statement awarded with the Unqualified opinion by the Supreme Audit Board (BPK) increases from year to year. In 2006, there was only 7 or 8.6 percent out of the total 81 Financial Report of ministries/intitutions that were awarded with the Unqualified opinion. In 2011, the number increased to 67 or 77 percent from the total 87 ministries/institutions. Contribution of the State’s Property (BMN) to the Financial Statement of ministries/institutions (LKPP) was significant, as the Supreme Audit Board (BPK) awarded Qualified (WDP) opinion, because the main problem was assets, both assets at ministries/institutions related to the implementation and registration of Investory Taking and Valuation (IP) of fixed assets, as well as ex assets of the Indonesia Bank Restruckturing Agency (BPPN).
Utilisasi Kekayaan Negara
Utilization of State Assets
Utilisasi kekayaan negara adalah optimalisasi pendayagunaan kekayaan negara melalui pemanfaatan, penetapan status penggunaan, tukar menukar, dan penyertaan modal pemerintah (PMN). Utilisasi kekayaan negara merupakan bagian dari siklus pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang meliputi perencanaan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, dan pengawasan atau pengendalian.
Utilization of the state assets is the optimized utilization of the state assets through the utilization, stipulation of the utilization status, exchange, and the State Capital Investment (PMN). Utilization of the state assets is a part of the management cycle of the State’s Property (BMN) including planning, budgeting, procurement, usage, utilization, maintenance, Valuation, Disposal, Asset transfer, administering, and supervision or controlling.
Pada tahun 2012, kekayaan negara yang terutilisasi secara optimal mencapai Rp103,31 triliun atau 100,73 persen dari target awal Rp102,56 triliun. Nilai ini antara lain berasal dari:
In 2012, the state’s assets optimally utilized was in amount of IDR103.31 trillion or 100.73 percent from the initial target of IDR102.56 trillion. The amount came from:
1. Penyampaian Daftar Nominasi Aset (DNA) untuk penerbitan SBSN kepada DJPU sebesar Rp21,17 triliun;
1. Submission of the List of Nominated Assets (DNA) for the issuance of the State Sharia Bond (SBSN) to the Directorate General of Debt Management in amount of IDR21.17 trilion;
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
231
2. Utilisasi BMN melalui penetapan status penggunaan, pemanfaatan, maupun hibah masuk yang diselesaikan oleh Kantor Pusat DJKN sebesar Rp71,01 triliun; 3. Utilisasi BMN melalui penetapan PMN dari konversi aset yang diselesaikan sebesar Rp8,47 triliun; 4. Utilisasi BMN melalui penetapan status penggunaan, pemanfaatan, maupun hibah masuk yang diselesaikan oleh Kanwil DJKN sebesar Rp2,6 triliun; 5. Utilisasi BMN dari pemanfaatan Barang Milik Negara Kontraktor Kontrak Kerja Sama sebesar Rp11,31 miliar
Walaupun target telah tercapai, tetapi terdapat kendala dalam pencapaian nilai utilisasi yang berasal dari PMN aset konversi berupa aset Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPBDS) pada PT. PLN dengan nilai sebesar Rp23.449.906.876.319,00. Hal ini disebabkan adanya arahan dari Sekretariat Negara kepada Kementerian Keuangan untuk meminta persetujuan terlebih dahulu kepada DPR, sebelum RPP tentang PMN tersebut ditetapkan oleh Presiden.
2. Utilization of the State’s Property through the stipulation of usage, utilization, and grant status, which have been completed by the Head Office of the Directorate General of State Owned Asset in amount of IDR71.01 trillion; 3. Utilization of the State Owned Asset through the stipulation of State Capital Investment (PMN) from settled assets conversion in amount of IDR8.47 trillion; 4. Utilization of the State’s Property through the stipulation of usage, utilization, and grant status, which have been settled by the Regional Offices of the Directorate General of State Owned Asset in amount of IDR2.6 trillion; 5. Utilization of the State Owned Asset from the usage of the State Owned Asset of Cooperation Contract Contractors in amount from production sharing contract IDR11.31 billion. Despite the achieved target, there remained constraints in achieving the utilization value from the State Capital Investment (PMN) of conversion assets in the form of Undetined Status of Government Assistance at PT. PLN with a total value of IDR23,449,906,876,319.00. This was caused by the direction of the State Secretariat at the Ministry of Finance to ask for a prior approval from the House of Representatives, before the Government Regulation Draft (IDRP) on the State Capital Investment (PMN) is stipulated by the President.
Grafik 4.14.Utilisasi Kekayaan Negara Tahun 2009-2012 Graphic 4.14.Utilization of the State Assets 2009-2012
120
102,45
103,31
100 80 60
52,68
2012
40 20
2011
2010
0,21
2009
0 Utilisasi Kekayaan Negara
232
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tindak Lanjut Hasil Penertiban Barang Milik Negara
Follow up to Putting into Order Result of State Owned Asset (BMN)
Kegiatan penertiban BMN yang dilaksanakan berdasarkan amanat Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Tim Penertiban Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 telah selesai dilakukan pada K/L. Untuk mewujudkan pelaksanaan penertiban BMN yang efektif, efisien, dan terpercaya, telah diterbitkan PMK Nomor 109/PMK.06/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian, dan Pelaporan dalam Rangka Penertiban BMN. Namun, berdasarkan hasil penertiban BMN, masih terdapat sejumlah permasalahan yang memerlukan kebijakan dalam upaya tindak lanjut penyelesaian. Sehingga diterbitkan KMK Nomor 271/KMK.06/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Penertiban BMN pada Kementerian Negara/Lembaga. Keputusan Menteri Keuangan ini dijadikan petunjuk pelaksanaan guna tercapainya keseragaman persepsi, langkah, dan optimalisasi tindak lanjut hasil penertiban dalam 10 permasalahan BMN sebagai berikut :
The State Owned Asset (BMN) were put into order based on the Presidential Decree Number 17/2007 on the Putting into Order Team of State’s Property as has been amended in the Presidential Decree Number 13/2009 which has been completed by ministries/institutions. To realize an effective, efficient, and trusted putting into order of the State Owned Asset (BMN), Decree of the Minister of Finance Number 109/PMK.06/2009 on the Guidance of Inventarisation, Appraisal, and Reporting in the framework of putting into order of State Owned Asset (BMN) has been issued. However, based on the State Owned Asset (BMN) putting into order result, there remained a number of problems of which the settlement should be followed up. Decree of the Minister of Finance Number 271/KMK.06/2011 dated August 15th, 2011 on the Guidance of Follow up of the State Owned Asset Putting into Order Result in ministries/institutions was therefore issued. The Decree of the Minister of Finance became a guidance to achieve a uniformed perception, step, and optimization of the putting into order follow up in 10 problems of the State Owned Asset (BMN), as follow:
1. BMN yang tidak ditemukan; 2. BMN dalam kondisi rusak berat namun masih tercatat dalam daftar BMN;
6. BMN dalam sengketa; 7. BMN dimanfaatkan oleh pihak lain dengan kompensasi, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan; 8. BMN dimanfaatkan oleh pihak lain tanpa kompensasi; 9. Gedung berdiri di atas tanah pihak lain atas dasar kontrak dan masa kontrak telah habis; 10. Gedung sudah dibongkar tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
1. Undiscovered State Owned Asset (BMN). 2. Heavily damaged State Owned Asset (BMN) yet still registered in the list of State Owned Asset (BMN). 3. State Owned Asset (BMN) in the form of land controlled by ministries/institutions, yet not certified in the name of the ministries/ institutions. 4. State Owned Asset (BMN) in the form of land controlled by ministries/institutions, yet not supported by an ownership document. 5. State Owned Asset (BMN) controlled by another party. 6. State Owned Asset (BMN) in conflict. 7. State Owned Asset (BMN) used by another party with a compensation, yet not according to the provision. 8. State Owned Asset used by a another party without any compensation. 9. Buildings on another party’s land based on a contract and the contract period has expired. 10. Buildings which have been demolished without a prior approval from the Minister of Finance.
Pada tahun 2012 dilakukan kegiatan pemetaan dan pengkajian BMN berupa tanah dan/atau bangunan
In 2012, the State Owned Asset (BMN) in the form of troubled land and/or buildings towards 31
3. BMN berupa tanah yang berada dalam penguasaan K/L, tetapi belum bersertifikat atas nama K/L.; 4. BMN berupa tanah yang berada dalam penguasaan K/L, tetapi tidak didukung dengan dokumen kepemilikan; 5. BMN dikuasai oleh pihak lain;
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
233
bermasalah terhadap 31 K/L yang merupakan lanjutan atas kegiatan serupa pada tahun 2010 dan 2011, sebagai tindak lanjut temuan BPK atas LKPP tahun 2009 terhadap pelaksanaan inventarisasi dan penilaian (IP) BMN. Rekapitulasi data BMN berupa tanah/bangunan bermasalah yang diidentifikasi dalam kegiatan pemetaan BMN bermasalah mulai tahun 2010 sampai 2012 terdapat dalam Tabel 4.39.
ministries/institutions were mapped and assessed, as a follow up to a similar activity in 2010 and 2011. It was a follow up to the findings of the Supreme Audit Board (BPK) on the Central Government Financial Statement (LKPP) 2009 towards the inventarisation and assessment of the State Owned Asset (BMN). Recapitulation of the State Owned Asset (BMN)’s data in the form of troubled and identified land/ buildings in the mapping of troubled State Owned Asset from 2010 to 2012 can be seen in Table 4.39.
Tabel 4.39. Rekapitulasi BMN Bermasalah Table 4.39. Recapitulation of troubled State Owned Asset Jumlah Bidang Tanah dan / atau Bangunan Number of Land and/or Buildings No
Keriteria BMN Bermasalah Criteria of Troubled State’s Property
1
Pendataan K/L T.A. 2010 Pendataan K/L T.A. 2011 Data of Ministries/ Data of Ministries/ Institutions Fiscal Year 2010 Institutions Fiscal Year 2010
Tidak sesuai tugas dan fungsi Not in accordance of duty and function
60
87
3
2
Tidak ada bukti kepemilikan No proof of ownership
222
565
316
3
Sengketa In dispute
52
58
272
4
Tidak sesuai ketentuan Not according to the provision
11
51
17
345
761
608
Total
234
Pendataan K/L T.A. 2012 Data of Ministries/ Institutions Fiscal Year 2010
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Based on the data, it can be concluded that:
a. Dari tiga tahun pemetaan dan pengkajian yang dilakukan, permasalahan yang paling banyak adalah tidak adanya bukti kepemilikan;
a. From three years mapping and assessment, most of the problems were the absence of ownership evidence.
b. Untuk K/L yang dipetakan di tahun 2012 cenderung K/L selaku Pengguna Barang (UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, dan UAKPB) telah lebih tertib dalam pelaksanaan penetapan status penggunaan, pengalihan status penggunaan (dengan jumlah K/L dan satker yang hampir sama dari tahun 2010 sampai tahun 2012, penggunaan BMN yang tidak sesuai tugas dan fungsi hanya tiga bidang);
b. In 2012, mapped ministries/institutions as Property Users (UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, and UAKPB) were more orderly in the usage and transfer of usage status (almost the same number of ministries/institutions and work units from 2010 to 2012, of which only three usages of the State’s were not suitable with the tasks and functions);
c. Untuk K/L yang dipetakan di tahun 2012, terdapat kecenderungan banyak sengketa atas BMN (272 kasus). Pada saat pembahasan dengan K/L diketahui sebagian besar sengketa tersebut disebabkan oleh kurangnya dokumen kepemilikan BMN dan belum tegasnya Pengguna Barang dalam menerapkan peraturan mengenai pengelolaan BMN, sehingga terjadi banyak klaim dari pihak lain.
c. Out of mapped ministries/institutions in 2012, it tended to be conflicts on the State Owned Asset (BMN) (272 cases). During a disccusson with the ministries/institutions, it was found that most of the conflicts were caused by a lack of ownership document of the State Owned Asset and the asset Users not being firm yet in applying regulation on the State Owned Asset (BMN)’s management, so that there were a lot of claims from other parties.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Dari ketiga simpulan tersebut di atas, DJKN merekomendasikan :
From the three conclusions mentioned above, the Directorate General of State Asset Management recommends:
a. Untuk BMN berupa tanah yang belum bersertifikat dan/atau belum memiliki bukti dokumen kepemilikan, agar K/L mengajukan permohonan sertifikat atas seluruh tanah yang digunakan atau dikuasainya dengan berpedoman kepada Peraturan Bersama Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.06/2009 dan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia (BPN RI) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pensertipikatan BMN Berupa Tanah. K/L juga diharapkan melakukan koordinasi dengan BPN RI dan DJKN atas penyelesaian sertifikat yang masih dalam proses pengajuan. Sedangkan untuk penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan, K/L diharapkan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat;
a. For the State Owned Asset in the form of land not certified and/or has no proof of ownership document yet, the ministries/institutions should submit a request for a certificate of all land used or controlled by guiding to the Joint Regulation of the Minister of Finance Number 186/PMK.06/2009 and Head of the Land Agency of the Republic of Indonesia Number 24/2009 on the Certification of the State’s Property in the form of Land. The ministries/institutions are also expected to coordinate with the Land Agency of the Republic of Indonesia and the Directorate General of State Asset Management on the settlement of certificates still in the submission process. For License of Building Construction, ministries/institutions were expected to coordinate with the local regional government;
b. Untuk K/L yang penggunaan BMN-nya telah sesuai tugas dan fungsi, agar tetap berkoordinasi dengan Pengelola Barang (DJKN, Kanwil DJKN, dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setempat);
b. Ministries/institutions of which the usage of the State Owned Asset (BMN) already meets the tasks and functions, should still coordinate with the Property Managers (the Directorate General of State Asset Management, Regional Offices of the Directorate General of State Asset Management, and local State Assets and Auction Offices);
c. Untuk BMN yang berada dalam sengketa, K/L diminta lebih memperhatikan upaya dalam melengkapi BMN dan pengelolaannya dengan dokumen kepemilikan dan menyelesaikan sengketa BMN. Upaya yang dilakukan antara lain pendekatan persuasif ataupun upaya hukum yang melibatkan Pengelola Barang. Selain itu K/L juga diharapkan lebih meningkatkan upaya dalam pengamanan BMN.
c. For conflicted State Owned Asset (BMN), ministries/institutions are requested to pay more attention to complete the State’s Property and its management with the ownership document and to settle the conflict of the State Owned Asset (BMN). The efforts include a persuasive approach or a legal action involving the Asset Manager. In addition, the ministries/institutions are also expected to increase efforts to secure the State Owned Asset (BMN).
Upaya pembenahan terhadap pengelolaan dan penatausahaan BMN telah dilakukan sejak digulirkannya Reformasi Keuangan Negara melalui penetapan tiga paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
The State Owned Asset (BMN) management and administration have been improved since the launching of the State’s Financial Reform through the stipulation of three laws in the state finance, including Law Number 17/2003 on the State’s Finance, Law Number 1/2004 on the State’s Treasury, and Law Number 15/2004 on the Examination of the State’s Financial Management and Responsibility.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
235
Kualitas pengelolaan dan penatausahaan BMN juga semakin meningkat seiring dengan upaya-upaya peningkatan kualitas oleh internal pemerintah, maupun upaya-upaya perbaikan yang berasal dari pihak eksternal, misalnya dari hasil pemeriksaan BPK RI. Guna meningkatkan kualitas pengelolaan dan penatausahaan BMN, pada tahun 2012 DJKN telah melaksanakan tindak lanjut seluruh rekomendasi dari BPK RI yang tertuang di dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPP Tahun 2011. Rekomendasi BPK RI dimaksud berkenaan dengan adanya temuan pemeriksaan berkaitan dengan aset di dalam LKPP Tahun 2011, yaitu :
There has also been an increasing quality in the State Owned Asset (BMN) management and administration in line with efforts to improve quality by the government internally and externally, for instance from the examination result by the Supreme Audit Board (BPK). To increase quality of the State Owned Asset (BMN) management and administration, in 2012, the Directorate General of State Assets followed up all recommendations from the Supreme Audit Board (BPK) as contained in the Examination Result Report (LHP) of the Central Government Financial Statement (LKPP) 2011. The said recommendations of the Supreme Audit Board (BPK) were related to findings in relation to assets in the Central Government Financial Statement (LKPP) 2011, including:
1. Masih terdapat selisih nilai koreksi hasil IP pada DJKN dan SIMAK BMN pada 40 KL senilai Rp1,54 triliun;
1. There remained a discrepancy of IP result correction value at the Directorate General of State Asset Management and SIMAK BMN at 40 ministries/institutions in amount of IDR1.54 trillion. 2. Fixed Assets at 14 ministries/institutions in amount of IDR6.89 trillion of which the whereabout is not known. 3. Fixed Assets of IP result at three ministries/ institutions in amount of IDR3.88 trillion which are registered twice. 4. IP implemantation has not covered appraisal of the Fixed Assets’ usage period, so that the government has not depreciated the Fixed Assets. 5. Fixed Assets have not been supported by an ownership document at 23 ministries/ institutions in amount of IDR81.06 trilion. 6. Fixed Assets controlled/used by other parties not pursuant to the provision of State’s Property (BMN) management at 20 ministries/institutions in amount of IDR1 trillion.
2. Aset Tetap pada 14 K/L senilai Rp6,89 triliun tidak diketahui keberadaannya; 3. Aset Tetap hasil IP pada tiga K/L senilai Rp3,88 triliun dicatat ganda; 4. Pelaksanaan IP belum mencakup penilaian masa manfaat Aset Tetap sehingga Pemerintah belum dapat melakukan penyusutan Aset Tetap; 5. Aset Tetap belum didukung dokumen kepemilikan pada 23 K/L senilai Rp81,06 triliun; 6. Aset Tetap dikuasai/digunakan pihak lain yang tidak sesuai ketentuan pengelolaan BMN pada 20 K/L senilai Rp1 triliun.
236
Tindak lanjut atas rekomendasi BPK RI telah dilaksanakan oleh seluruh jajaran di DJKN,sebagian selesai ditindaklanjuti di tahun 2012, namun sebagian lagi masih memerlukan tindak lanjut dengan jangka waktu penyelesaian di tahun-tahun berikutnya.
A follow up to the recommendations of the Supreme Audit Board (BPK) has been implemented by the Directorate General of State Asset Management, of which a part has been completed in 2012. However, some still need to be followed up of which the completion will take the following years.
Pada tahun 2012 juga telah dilakukan penyelesaian BMN Kementerian Keuangan yang bermasalah dengan kategori rusak berat atau hilang dengan realisasi capaian sebesar 65 persen yang diperoleh dari rata-rata penyelesaian permohonan penghapusan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan, yaitu:
In 2012, the Minister of Finance also settled troubled State Owned Asset (BMN) categorized heavily damaged or lost with an achievement realization of 65 percent from the average settlement of the State Owned Asset (BMN) disposal request at the Minister of Finance, including:
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
1. Penyelesaian permohonan penghapusan BMN sebanyak 31.159 unit dari 190.402 unit atau sebesar 16,36 persen; 2. Penyelesaian permohonan penghapusan BMN usang sebanyak 1.708.615 unit atau sebesar 100 persen yang terdiri dari Barang persediaan pada Kanwil DJPB DIY sebanyak 19.197 unit dan pita cukai pada Kantor Pusat DJBC sebanyak 1.689.418 lembar.
1. Settlement of 31,159 units of 190,402 units or 16.36 percent of deletion requests of the State Owned Asset (BMN); 2. Settlement of 1,708,615 units or 100 percent of obsolete State Owned Asset (BMN) consisting of logistics at the Yogyakarta Regional Office of the Directorate General of Treasury totalling 19,197 units and excise stamp at the Head Office of the Directorate General of Customs and Excise totalling 1,689,418 pieces.
Penyelesaian seluruh BMN bermasalah di Kementerian Keuangan sesuai dengan roadmap Penyelesaian BMN Bermasalah ditargetkan selesai tahun 2013 dan 2014. Sedangkan untuk tahun 2013, dalam rangka penyelesaian tindak lanjut BMN bermasalah akan dilakukan beberapa hal yaitu:
Settlement of all troubled State Owned Asset (BMN) at the Ministry of Finance is in accordance to the roadmap of the troubled State Owned Asset (BMN) settlement targeted to be completed in 2013 and 2014. In 2013, as a follow up to the troubled State Owned Asset (BMN) settlement, some steps will be made, including:
1. Verifikasi terhadap BMN rusak berat yang telah teridentifikasi untuk diproses lebih lanjut melalui cek fisik BMN untuk mengetahui fisik BMN beserta nilai ekonomisnya;
1. Verification of heavily damaged State Owned Asset which has been identified for further process through a physical test of the State Owned Asset to find out the State Owned Asset (BMN)’s physics and its economic value; 2. Examination of the requirement documents of the State Owned Asset (BMN) disposal; 3. Coordination with the Secretary General of the Minsitry of Finance to finalize the authority delegation of State Owned Asset (BMN) disposal at the Property Users level.
2. Pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan penghapusan BMN; 3. Koordinasi dengan Setjen Kemenkeu untuk finalisasi pelimpahan kewenangan penghapusan BMN di tingkat Pengguna Barang.
Pengelolaan Pemerintah
dan
Penatausahaan
Investasi
Government Investment’s Management and Administration
Perencanaan Investasi Pemerintah
Governmment’s Investment Planning
Dengan ditetapkannya PMK Nomor 247/ PMK.02/2012 tentang Tata Cara Perencanaan, Penetapan Alokasi, Dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Bendahara Umum Negara, menjadi awal peran DJKN sebagai perencana anggaran investasi pemerintah. Walaupun PMK ini dikoordinasikan dan diinisiasi oleh DJA, tetapi DJKN sepanjang tahun 2012 secara aktif terlibat dalam penyusunan PMK ini, baik pada batang tubuhnya dan modul yang menjadi lampiran PMK ini.
Stipulation of Regulation of the Minister of Finance Number 247/PMK.02/2012 on the Procedure of Planning, Determining Allocation, and Endorsement of the Document of Budget Implementation of the State’s General Treasurer, was the initial role of the Directorate General of State Assets as the government’s investment budget planner. Although the Regulation of the Minister of Finance is coordinated and initiated by the Directorate General of Budget, the Directorate General of State Assets was actively involved in the drafting in 2012, both the content as well as the module, which were then the Regulation’s attachment.
Pada PMK Nomor 247/PMK.02/2012, DJKN telah ditetapkan sebagai Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara (PPA-BUN) untuk lingkup investasi pemerintah yang bertanggung jawab
Pursuant to Regulation of the Minister of Finance Number 247/PMK.02/2012, the Directorate General of State Assets has been stipulated as Assistant of the Budget User of the State’s General Treasurer
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
237
melakukan perencanaan awal investasi pemerintah melalui pembahasan dengan semua Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Investasi Pemerintah, yang kemudian disusun dalam bentuk Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara (RDP-BUN) dan selanjutnya, disampaikan kepada DJA. Karena itu, penetapan DJKN sebagai PPABUN Investasi Pemerintah memberikan implikasi yang sangat besar terkait tugas dan fungsi DJKN. DJKN akan mempunyai kewenangan yang besar dalam melakukan perencanaan anggaran investasi pemerintah. Besarnya ruang lingkup investasi pemerintah, antara lain dana bergulir, Penyertaan Modal Negara kepada BUMN, Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional dan investasi yang dikelola PIP, akan melibatkan banyak pihak dalam rangka penyusunan anggaran investasi pemerintah setiap tahunnya.
(PPA-BUN) for the government’s investment to be responsible of the government’s investment initial planning through discussions with all Budget Users (KPA) of the government’s investment, which are then prepared to a Plan of Expenditure Fund of the State’s General Treasurer (RDP-BUN) and further submitted to the Directorate General of Budget. Therefore, the stipulation of the Directorate General of State Assets as Assistant of the Budget User of the State’s General Treasurer (PPA-BUN) of the government’s investment largely implies to the tasks and functions of the Directorate General of State Assets. The Directorate General of State Assets shall have a big authority in planning the government’s investment budget planning. The coverage of the government’s investment includes revolving fund, the State’s Capital Accompaniment to state-owned enterprises, organizations/international financial institutions, and investment managed by the Government Investment Center (PIP) involving many parties in the government’s investment budget preparation every year.
Besarnya cakupan perencanaan anggaran yang disusun oleh DJKN tergambar dalam Tabel 4.40.
The budget planning coverage prepared by the Directorate General of State Assets is pictured in Table 4.40.
Tabel 4.40. Cakupan Perencanaan Anggaran Table 4.40. Budget Planning Coverage 2010
2011
2012
2013
Investasi regular Regular investment
Rp3,61 T
Rp1,85 T
Rp3,3 T
Rp6,0 T
PMN BUMN Government Participation Capital (PMN) in state-owned enterprises
Rp6,04 T
Rp9,38 T
Rp8,0 T
Rp4,5 T
PMN kepada LKI Government Participation Capital (PMN) in LKI
-
Rp0,72 T
Rp0,5 T
Rp0,5 T
PMN Lainnya Other Government Participation Capital (PMN)
-
Rp0,36 T
Rp0,38 T
Rp1,38T
Rp3,27 T
Rp8,8 T
Rp7,04 T
Rp4,83 T
Rp1,0 T
Rp2,62 T
Rp7,0 T
Rp5,0 T
Rp13,92 T
Rp23,73 T
Rp26,22 T
Rp22,21 T
Jenis Type
Dana Bergulir Revolving fund Dana Pengembangan Pendidikan Nasional National Education Development fund Jumlah Total
Kewenangan selaku PPA-BUN menjadikan DJKN sebagai unit pengelola investasi secara penuh karena akan bertanggung jawab atas investasi pemerintah dari hulu ke hilir. Sebelumnya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/ PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah, DJKN telah ditetapkan sebagai unit yang melakukan penatausahaan dan perumusan kebijakan terkait pelaporan investasi pemerintah
238
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
The authority as Assistant of the Budget User of the State’s General reassurer (PPA-BUN) has made the Directorate General of State Asset Management a full investment manager as it shall be responsible of the government’s investment from the upstream to the downstream. Previously, under Regulation of the Minister of Finance Number 190/PMK.05/2011 on the Government’s Investment Accounting System, the Directorate General of State Asset Management has been stated as the unit administering and formulating policies related to the government’s investment reporting.
Pelaporan Investasi Pemerintah
The Government’s Investment Reporting
Sebagai pelaksanaan PMK Nomor 190/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SAIP), pada tahun 2012 DJKN telah melakukan penatausahaan dan pelaporan semua investasi jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah. Selain melakukan pelaporan, DJKN juga mempunyai kewenangan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka pelaporan investasi pemerintah.
As an implementation of Regulation of the Minister of Finance Number on the Government’s Investment Accounting System (SAIP), in 2012, the Directorate General of State Asset Management administered and reported all long-term investments owned by the government. Apart from reporting, the Directorate General of State Asset Management also had the authority to stipulate policies in the framework of reporting the government’s investments.
Fungsi pelaporan dan pelaksanaan investasi pemerintah merupakan fungsi dan kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Dengan telah ditetapkannya PMK Nomor 190/ PMK.05/2011 tersebut, DJKN telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menjalankan sebagian fungsi Bendahara Umum Negara, terkait pelaporan investasi pemerintah. Jika mengacu pada Laporan Keuangan BA 999.03 tahun 2011, nilai investasi yang menjadi kewenangan DJKN adalah sebesar Rp773 triliun, atau sebesar 25 persen dari total aset pada LKPP tahun 2011. Secara rinci, investasi jangka panjang yang menjadi kewenangan DJKN tersebut adalah sebagai berikut:
The reporting and implementing function of the government’s is an authority of the Minister of Finance as the State’s General Treasurer. Under Regulation of the Minister of Finance Number 190/ PMK.05/2011, the Directorate General of State Asset Managementhas been appointed by the Minister of Finance to execute a part of the State’s General Treasurer functions, related to the government’s investments reporting. With reference to the Financial Report BA 999.03/2011, the investment value being the authority of the Directorate General of State Asset Management amounted to IDR773 trillion or 25 percent from the total asset at the Central Government Financial Statement (LKPP). In detail, the long-term investment which was the authority of the Directorate General of State Asset Management was as follows:
1. Penyertaan Modal Negara pada BUMN dan NonBUMN; 2. Penyertaan Modal Negara pada Lembaga Keuangan Internasional; 3. Penyertaan Modal Negara pada Badan Lainnya, misal Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan; 4. Investasi reguler pemerintah; 5. Investasi dana bergulir; 6. Investasi-investasi jangka panjang yang dimiliki oleh Satuan Kerja Badan Layanan Umum.
1. State’s Capital Investment at state-owned enterprises and non state-owned enterprises; 2. State’s Capital Investment at internatonal financial institutions; 3. State’s Capital Investment at other entities, such as Bank Indonesia and Deposit Insurance Corporation; 4. The government’s regular investments; 5. Revolving fund investment; 6. Long-term investments owned by the Work Units of the Public Service Agency (BLU).
Selama tahun 2012, dalam melaksanakan SAIP, DJKN telah melakukan hal-hal sebagai berikut:
In 2012, in implementing the Government’s Investment Accountancy System (SAIP), the Directorate General of State Asset Management made the following steps:
1. Menyusun Laporan Keuangan BA 999.03 tahun 2011, yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan dari BPK; 2. Menyusun Laporan Keuangan BA 999.03 semester I tahun 2012;
1. To prepare the Financial Report BA 999.03/2011, which obtained Unqualified opinion with an Explanation Paragraph from the Supreme Audit Board (BPK); 2. To prepare the Financial Report BA 999.03/ Semester I 2012;
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
239
3. Berkoordinasi dan pembinaan kepada semua Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran BA 999.03; 4. Berperan aktif dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk membahas revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/ PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah. Saat ini telah terbit PMK Nomor 225/PMK.05/2012 tentang Perubahan atas PMK Nomor 190/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah;
5. Melakukan penyempurnaan prosedur operasi standar pelaksanaan SAIP pada DJKN;
6. Melakukan tindak lanjut atas semua temuan dan rekomendasi BPK serta hasil kajian Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
240
3. To coordinate and develop all accountancy units of the Budget Users BA 999.03; 4. To play an active role with the Directorate General of Treasury to discuss revision of Regulation of the Minister of Finance Number 190/ PMK.05/2011 on the Government’s Investment Accountancy System (SAIP). Regulation of the Minister of Finance Number 225/PMK.05/2012 on the Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 190/PMK.05/2011 on the Government’s Investment Accountancy System (SAIP); 5. To perfect the standard operation procedure of the Government’s Investment Accountancy System (SAIP) at the Directorate General of State Asset Management; 6. To follow up all findings and recommendations of the Supreme Audit Board as well as assessment result of the Inspectorate General of the Ministry of Finance.
Pembelian 7 Persen Saham Divestasi Newmont
Purchase of 7-percent Shares of Newmont Divestment
Berdasarkan Pasal 24 Angka 3 Kontrak Karya PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) diatur bahwa saham PT NNT yang dimiliki oleh asing harus ditawarkan untuk dijual atau diterbitkan. Pertama ditawarkan kepada pemerintah dan kedua (jika pemerintah tidak menerima atau menyetujui penawaran dalam 30 hari sejak tanggal penawaran) kepada WNI atau perusahaan Indonesia yang dikendalikan oleh WNI. Sehingga, kepemilikan peserta Indonesia minimal sebanyak 51 persen pada tahun 2010.
Article 24 number 3 of Work Contract of PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) regulates that PT. NNT’s shares owned by a foreign party shall be offered or issued, first to the government and second (provided the government does not accept or approve the offer within 30 days as of the offering date), to Indonesian citizens or Indonesian companies controlled by Indonesian citizens. As such, the ownership of Indonesian citizens shall be at least 51 percent in 2010.
Namun, divestasi tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 tidak berjalan sesuai ketentuan Pasal 24 ayat 4. Oleh karena itu, pada tahun 2008, Pemerintah RI mengajukan gugatan kepada arbitrase internasional agar PT NNT segera melaksanakan divestasi saham sesuai jumlah yang harus didivestasikan pada tahun 2006 dan 2007 yaitu sebesar 10 persen. Proses arbitrase diputus pada Maret 2009 dan dimenangkan oleh Pemerintah Indonesia. Sehubungan dengan itu, pemerintah menyerahkan hak untuk membeli 14 persen saham divestasi PT NNT tahun 2008 dan 2009 kepada pemda. Dengan demikian, sampai dengan tahun 2009, kewajiban PT NNT untuk mendivestasi saham sebesar 24 persen telah dilaksanakan oleh PT
However, the divestment from 2006 to 2008 did not run pursuant to provision of Article 24 paragraph 4. Therefore, in 2008, the Indonesian government filed a claim to the internatonal arbitrage that PT. NNT immediately implemented a divestment of the shares according to the number of shares to be divested in 2006 and 2007, namely 10 percent. The arbitrage process was cut in March 2009 and won by the Indonesian government. In accordance to that, the government surrendered its right to purchase 14 percent of PT. NNT’s divestment shares in 2008 and 2009 to the regional government. Thus, until 2009, PT. NNT’s liability to divest 24 percent of its shares has been implemented by PT.NNT. The divestment
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
NNT. Pembelian saham divestasi tersebut dilakukan oleh Pemda NTB melalui PT Multi Daerah Bersaing, sehingga kepemilikan peserta Indonesia mencapai 44 persen.
shares were purchased by the Regional Government of West Nusa Tenggara through PT. Multi Daerah Bersaing, so that the Indonesian ownership reached 44 percent.
Pada Tahun 2010, PT NNT masih mempunyai kewajiban melakukan divestasi terakhir sebesar 7 persen saham yang dimiliki asing. Menteri Keuangan memutuskan hak utama (first right of refusal) pemerintah tersebut perlu dilaksanakan secara langsung oleh negara melalui suatu satuan kerja yang melaksanakan pengelolaan keuangan BLU yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), yang tugas utamanya melakukan investasi untuk Pemerintah. Namun, hingga kini proses divestasi tersebut masih belum tuntas.
In 2010, PT. NNT still had a liability to make the last divestment of seven percent of the shares owned by the foreign party. The Minister of Finance decided that the first right of the government should be implemented directly by the state through a work unit of the government that manages the Public Service Board (BLU) financial management, namely the Government Investment Agency (PIP), of which the main tasks is to invest for the government. However, to date, the divestment process has not been completed.
Berkenaan dengan divestasi 7 persen saham PT NNT tahun 2010 tersebut, DJKN c.q Direktorat KND turut berperan:
In relation to the divestment of seven percent of shares of PT. NNT in 2010, the Directorate General of State Asset Management, in this case the Directorate of Separated State Assets (KND), participated by:
1. Melakukan penelitian atas kebijakan pemerintah terhadap divestasi saham PT NNT tahun 2010; 2. Bersama dengan PIP dan konsultan, melakukan negosiasi term and condition dalam Sale and Purchase Agreement (SPA) termasuk nilai saham PT NNT; 3. Menyampaikan permintaan perpanjangan tenggat waktu SPA dengan PT NNT karena syarat dan ketentuan SPA belum disepakati dengan PT NNT; 4. Bersama dengan Biro Bantuan Hukum dan PIP mendampingi Menteri Keuangan dalam proses Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN) di Mahkamah Konstitusi, dan berupaya mencari alternatif-alternatif lain pasca putusan Mahkamah Konstitusi agar hak utama pemerintah terhadap 7 persen saham divestasi PT NNT tidak terlepas.
1. Asessing the government’s policy in the shares divestment of PT.NNT in 2010; 2. With the Government Investment Center (PIP) and consultants, negotiating the terms and conditions of the Sale and Purchase Agreement (SPA), including the value of PT. NNT’s shares; 3. Submitting a request of time extention of the Sale and Purchase Agreement with PT. NNT as the terms and conditions of the Sale and Purchase Agreement have not been agreed with PT. NNT; 4. With the Legal Assistance Bureau and the Government Investment Agency (PIP), accompanying the Minister of Finance in the process of Authority Dispute Among State Agency (SKLN) at the Constitutional Court, and seeking other efforts after the decision of the Constitutional Court that the government’s main right of seven percent of PT. NNT’s divesment shares not be released.
DJKN bersama Biro Bantuan Hukum dan PIP serta para pakar hukum dan akademisi selalu berkoordinasi untuk menyusun strategi dalam memenangkan SKLN tersebut. Namun, pada tanggal 31 Juli 2012, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa “pembelian 7 persen saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara oleh Pemerintah menggunakan dana APBN perlu mendapat persetujuan DPR RI”. Terhadap putusan tersebut, pemerintah akan taat hukum dan siap melaksanakan putusan MK.
The Directorate General of State Asset Management with the Legal Assistance Bureau and the Government Investment Agency (PIP) as well as legal experts and academicians coordinate at all times to set a strategy to win the Authority Dispute Among State Agency (SKLN). However,on July 31st, 2012, the Constitutional Court decided that the “purchase of seven percent of PT.Newmont Nusa Tenggara’s divestment shares by the government using the State Budget fund, should obtain an approval by the House of Representatives.” The government adhered
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
241
to the decision and was ready to execute the decision of the Constitutional Court.
242
Terkait dengan SPA, sampai dengan jangka waktu yang ditentukan yaitu selama enam bulan, persyaratan efektif SPA belum terpenuhi. Oleh karenanya, PIP dan pihak pemegang saham asing PT NNT telah menandatangani perpanjangan SPA pada tanggal 3 November 2011. PIP dan Nusa Tenggara Partnership BV sepakat memperpanjang jangka waktu pemenuhan syarat-syarat efektif perjanjian jual beli tersebut sampai dengan 31 Januari 2013. DJKN turut berperan aktif dalam proses negosiasi perpanjangan SPA dan akan terus berupaya agar hak Pemerintah untuk membeli 7 persen divestasi saham PT NNT tidak terlepas.
Related to the Sale and Purchase Agreement, until the stipulated period of time of six months, the effective requirements of the Sale and Purchase Agreement have not been fulfilled. Therefore, the Government Investment Center (PIP) and PT. NNT’s foreign shareholders signed an extension of the Sales and Purchase Agreement on November 3rd, 2011. The Government Investment Center (PIP) and Nusa Tenggara Partnership BV agreed to extend the time period of fulfilling the effective requirements of the Sale and Purchase Agreement until January 31st, 2013. The Directorate General of State Assets played an active role in the negotiating process of the Sale and Purchase Agreement extention and will continue to make efforts that the government’s right of seven percent of PT.NNT’s divestment shares is not released.
Pengambilalihan Aset Eks Proyek Asahan/PT Inalum
Assets Take Over of ex-Asahan Project/PT. Inalum
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan 12 investor Jepang yang tergabung dalam konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA). Hal ini tertuang dalam Master Agreement (MA). Isinya antara lain, dalam jangka waktu 30 tahun kesepakatan untuk menggunakan potensi hidrolistrik sungai Asahan sebagai pembangkit listrik untuk, menyokong pengembangan pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung. Pabrik ini kemudian dikenal sebagai Indonesia Asahan Aluminium (PT Inalum). Pabrik peleburan aluminium tersebut mulai beroperasi tahun 1983 dengan menggunakan listrik dari PLTA Sigura-gura yang berdaya 292,8 MW dan PLTA Tangga dengan daya 324,4 MW.
The Indonesian government has set up cooperation with 12 Japanese investors, joined in Nippon Asahan Aluminium (NAA) consortium. This is mentioned in a Master Agreement (MA). Under the agreement, within 30 years, both parties agreed to use the hidroelectric potential of Asahan river as a power plant to support the development of an aluminium smelter at Kuala Tanjung. The plant was then known as Indonesia Asahan Aluminium (PT. Inalum). The aluminium smelter began its operation in 1983, using electricity from Sigura-gura hydro power plant having a power of 292.8 MW and Tangga hydro power plant with a power of 324.4 MW.
Pemerintah Indonesia telah mengambil sikap untuk mengakhiri kerjasama dengan NAA yang akan berakhir pada tanggal 31 Oktober 2013. Keputusan Pemerintah Indonesia tersebut, sesuai dengan ketentuan dalam Master Agreement, membawa konsekuensi kewajiban pembayaran kompensasi atas pengalihan aset eks Proyek Asahan/PT Inalum kepada investor Jepang. Pengambilalihan PT Inalum tersebut didasari pertimbangan :
The Indonesian government decided to terminate cooperation with PT. NAA which will terminate on December 31st, 2013. The Indonesian government’s decision, according to provision in the Master Agreement, will bring a consequence of an obligation to pay compensation of the assets take over of exAsahan project/PT. Inalum to the Japanese investors. The take over of PT. Inalum was based on the following considerations:
1. Industri aluminium memiliki prospek dan profitabilitas yang baik;
1. The aluminium industry has a good prospect and profitability;
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2. PT Inalum merupakan satu-satunya di Asia Tenggara dan memiliki fasilitas yang lengkap seperti pembangkit listrik tenaga air, pabrik karbon, pabrik reduksi, pabrik penuangan, pelabuhan dan fasilitas penunjang lainnya; 3. Industri aluminium dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri; 4. Komitmen pemerintah menuju integrasi industrialisasi Indonesia antara industri hilir (otomotif, peralatan rumah tangga, listrik) dan industri hulu (pengolahan bauksit menjadi alumina dan pengolahan aluminium ingot menjadi aluminium alloy). Saat ini PT Inalum tidak melakukan proses alloying untuk menghasilkan aluminium alloy bahan baku industri hilir.
2. PT. Inalum is the only company in South East Asia and has complete facilities such as a hydro power plant, a carbon plant, a reduction plant, a casting plant, a port and other supporting facilities;
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2010 tanggal 1 Desember 2010, DJKN ditunjuk sebagai anggota Tim Negosiasi Proyek Asahan dengan Menteri Perindustrian sebagai Ketua Tim Negosiasi. Selanjutnya, Menteri Perindustrian menunjuk Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sebagai Ketua Tim Teknis Pengambilalihan PT Inalum.
Under Presidential Decree Number 27/2010 dated December 1st, 2010, the Directorate General of State Asset Management was appointed as member of the negotiating team of Asahan Project with the Minister of Industry as head of the negotiating team. Further, the Minister of Industry appointed the Director of Separated State Assets (KND) as head of the technical team of the take over of PT. Inalum.
Sebagai Ketua Tim Teknis Pengambilalihan PT Inalum, Direktur KND bertanggung jawab dalam menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pengambilalihan PT Inalum. Selain itu, melakukan kajian serta merumuskan langkah-langkah yang diperlukan dalam pengambilalihan PT Inalum, antara lain menentukan besarnya nilai kompensasi, pengelolaan PT Inalum setelah tahun 2013, penyelesaian masalah karyawan, dan persediaan PT Inalum.
As head of the technical team of the take over of PT. Inalum, the Director of Separated State Assets has the responsibility to prepare required materials for PT. Inalum’s take over. In addition, to assess and to formulate required steps in the take over of PT.Inalum, including to determine the compensation value, PT. Inalum management after 2013, settlement of employees problems, and PT. Inalum’s logistics.
Proses perundingan dengan NAA yang memerlukan waktu cukup panjang. Telah beberapa kali dilakukan pertemuan informal maupun formal baik di Jakarta maupun di Jepang. Berbagai upaya juga telah dilakukan dalam mempersiapkan proses peralihan agar berjalan dengan lancar, baik koordinasi dengan pihak-pihak terkait, maupun pembahasan dengan DPR tentang penyediaan dana pengambilalihan dalam APBN. Selain itu diupayakan pula menghimpun pendapat ahli hukum dan ahli akuntansi dalam suatu focus group discussion, maupun berdialog langsung dengan manajemen dan karyawan PT Inalum yang dipimpin sendiri oleh Dirjen Kekayaan Negara, termasuk kunjungan langsung ke lokasi pabrik peleburan dan pembangkit listrik (PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga).
The negotiating process with NAA required a relatively long time. Some meetings, both informal as well as formal, both in Jakarta as well as Japan, have been held. Various efforts have also been made to prepare the take over process to run smoothly, both coordination with the related parties, discussions with the House of Representatives on the fund procurement for the take over in the State Budget. In addition, the team also collected opinions from legal and accountancy experts in focus group discussions, direct dialogues with PT.Inalum’s management and employees, chaired by the Directorate General of State Asset Management, including a site visit to the smelter and power plant location (Siguragura and Tangga hydro power plants).
3. The aluminium industry is able to fulfill the domestic need; 4. The government’s commitment to integrate the Indonesian industrialization between the upstream industry (automotive, household appliance, electricity) and the downstream industry (bauxite processing to aluminium and aluminium ingot processing to aluminium alloy). At present, PT. Inalum does not process alloy to produce aluminium alloy for raw materials for the upstream industry.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
243
244
Pengelolaan Aset Eks Pertamina
Management of ex-Pertamina’s Assets
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 92/KMK.06/2008 tentang Penetapan Status Aset Eks Pertamina Sebagai Barang Milik Negara, telah ditetapkan aset eks Pertamina yang tidak dalam penyertaan modal Negara pada PT Pertamina (vide KMK 23/KMK.06/2008). Aset tersebut berupa 10 aset dalam berbagai bentuk seperti tanah dan bangunan, aktiva kilang yang dikelola oleh LNG Arun dan LNG Badak, dan aset eks kontrak kerjasama yang dipergunakan oleh Pertamina EP sebagai Barang Milik Negara yang dalam penguasaan Pengelola Barang.
Pursuant to Decree of the Minister of Finance Number 92/KMK.06/2008 on the Stipulation of ExPertamina’s Assets Status as State Owned Asset, exPertamina’s assets have been stipulated which are not the state’s equity at PT. Pertamina (vide Decree of the Minister of Finance Number 23/KMK.06/2008). The assets consisted of 10 assets, including land and buildings, plants managed by LNG Arun and LNG Badak, and ex assets of coperation contract used by Pertamina EP as the State Owned Asset in control of the Asset Manager.
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Menteri Keuangan sebagai Pengelola Barang aset eks Pertamina, DJKN melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset-aset eks Pertamina. Sehingga inventarisasi itu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh Menteri Keuangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terkait dengan permasalahan pengelolaan BMN. Khususnya mengenai utilisasi, optimalisasi, dan pengamanan BMN serta penyusunan Laporan Keuangan Bendahara Umum Sistem Akuntansi Transaksi Khusus sebagaimana diamanatkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/ PMK.05/2011 tanggal 23 Desember 2011.
To implement the tasks and functions of the Minister of Finance as the Property Manager of ex-Pertamina, the Directorate General of State Asset Management has made inventory and assessment on the exPertamina’s assets. The inventory could then be used as a consideration by the Minister of Finance in making decisions and policies related to the State’s Property management, in particular the utilization, optimalization, and security of the State’s Property, and to prepare the Financial Report of the General Treasurer of the Special Transaction Accountancy System as mandated in Regulation of the Minister of Finance Number 234/PMK.05/2011 dated December 23rd, 2011.
Tercapainya optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Menteri Keuangan terkait permasalahan penetapan status dan pengamanan BMN aset eks Pertamina diharapkan dapat meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara khususnya PNBP yang berasal dari sewa dan penjualan BMN eks Pertamina.
With the optimalization of the tasks and functions of the Minister of Finance related to the issue of the stipulation of status and security of ex-Pertamina’s assets as the State Owned Asset, it is hoped that the Government Revenues will increase, especially NonTax Revenues (PNBP) from the rent and sale of exPertamina’s assets as the State Owned Asset.
Hasil Inventarisasi dan Penilaian atas aset eks Pertamina adalah sebagai berikut:
Result of inventory and assessment of ex-Pertamina’s Assets is as follows:
a. Sepuluh Aset Berupa Tanah dan Bangunan Terhadap kelompok aset tersebut, Pengelola Barang telah menunjuk PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola sementara atas sepuluh aset berupa tanah dan bangunan. Untuk aset yang berlokasi di Jalan Tanjung 34 Jakarta Pusat telah ditetapkan peruntukkannya kepada Kementerian Keuangan dan Jalan Brawijaya VIII/30 Jakarta Selatan ditetapkan pada Kementerian ESDM.
a. Ten assets in the form of land and buildings Towards the group of assets, the Asset Manager has appointed PT.Pertamina (Persero) as a temporary manager of the ten assets in the form of land and buildings. The asset located at Jalan Tanjung 34 Jakarta Pusat has been stipulated to be used by the Ministry of Finance and at Jalan Brawijaya VIII/30 Jakarta Selatan to be used by the Ministry of Energy and Mineral Resources.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 4.41. Aset eks Pertamina Table 4.41. Ex-Pertamina’s Assets Nilai Wajar (Rp) Proper Value (IDR)
Lokasi Aset Asset Location
No 1
Jalan Agus Salim 108 & 108A Jakarta Pusat
35.037.558.000
2
Jalan Surabaya 60 & 60 Pav Jakarta Pusat
36.505.456.000
3
Jalan Brawijaya VIII/30 Jakarta Selatan
14.490.489.000
4
Jalan Tarogong, Jakarta Selatan
5
Jalan Tanjung 34 Jakarta Selatan
15.379.053.000
6
Jalan Dipati Ukur No 31 Bandung
2.991.056.000
7
Jalan Jatibarang IV Jakarta Timur
8
Sawangan Depok Jawa Barat
9
Jalan Abdul Muis 68 Jakarta Pusat
10
Jalan Kapten Tendean Jakarta Selatan
1.233.433.545.000
1.284.185.000*) 22.465.100.000**) 265.899.043.000 77.191.137.000
Catatan: *) Masih menggunakan nilai PT Ujatek Baru. **) Proses identifikasi lokasi aset karena minimnya dokumen pendukung yang ada dan masih menggunakan nilai PT Ujatek Baru.
Note: *) Still uses the value of PT Ujatek Baru. **) In identification process of assets location due to the small number of supporting documents and it still uses the value of PT Ujatek Baru.
b. Aktiva Kilang LNG Arun dan LNG Badak Hasil Inventarisasi dan Penilaian LNG Arun dan LNG Badak oleh DJKN tercantum dalam Tabel 4.42.
b. LNG Arun and LNG Badak Plants Result of inventory and assessment of LNG Arun and LNG Badak by the Directorate General of State Asset Management is contained in Table 4.42.
Tabel 4.42. Aktiva Kilang LNG Arun dan LNG Badak Table 4.42. LNG Arun ad LNG Badak Plants No
Aset Assets
Lokasi Location
Nilai Value
1
Aktiva LNG Arun LNG Arun
Blang Lancang, Lhokseumawe, NAD
11.029.729.944.488
2
Aktiva LNG Badak LNG Badak
Bontang, Kalimantan Timur
16.302.447.401.562
Terhadap kelompok aset tersebut, Pengelola Barang telah menunjuk PT Pertamina (Persero) sebagai penanggung jawab sementara atas kegiatan operasional aktiva kilang LNG sampai dengan ditetapkannya peruntukan atas aset tersebut secara definitif oleh Menteri Keuangan.
Towards the group of assets, the Property Manager has appointed PT. Pertamina (Persero) to be temporarily responsible of the operational activities of LNG plants until the usage of the assets have been definitely stipulated by the Minister of Finance.
c. Aset eks Kontrak Kerjasama yang digunakan oleh Pertamina EP Hasil Inventarisasi dan Penilaian atas aset eks Kontrak kerjasama yang digunakan oleh Pertamina EP tergambar dalam Tabel 4.33.
c. Assets of Ex-Cooperation Contract used by Pertamina EP Result of inventory IP of Asset of ex-coperation contract used by Pertamina EP is presented in Table 4.33.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
245
Tabel 4.33. Aset Eks KKS yang Dipakai Pertamina EP Table 4.33. Assets of ex-Cooperation Contract used by Pertamina EP No
Deskripsi Aset Assets Description
1
Tanah Land
2.416.567.379.972
2
Perumahan & sarana sosial Housing complex & social facilities
2.380.901.187.546
3
Perlengkapan Konstruksi Construction equipment
1.296.348.000
4
Produksi Pengeboran Drilling production
7.885.170.937
5
Fasilitas Produksi Production facilities
6
Perabot & Perlengkapan Kantor Furniture & office equipment
7
Truk besar &Trailer Heavy truck & trailers
5.962.844.342
8
Truk kecil & Traktor Light trucks & tractors unit
8.240.478.849
9
Mobil Auto Mobile
2.675.137.730
Jumlah Total
6.309.315.327.275 770.995.092.309
11.903.838.966.960
Hal-hal yang telah dilakukan oleh DJKN:
The Directorate General of State Asset Management has carried out:
1. Menyusun Modul Inventarisasi dan Penilaian atas aset yang digunakan PT Pertamina EP dengan melibatkan Kementerian ESDM, PT Pertamina, dan PT Pertamina EP; 2. Melakukan inventarisasi atas aset eks Pertamina dengan melibatkan 13 Kanwil DJKN, PT Pertamina, dan PT Pertamina EP;
1. To make an inventory and assessment module for assets used by PT. Pertamina EP involving the Ministry of Energy and Mineral Resources, PT. Pertamina, and PT. Pertamina EP; 2. To make inventory of ex-Pertamina’s assets involving 13 Regional Offices of the Directorate General of State Asset Management, PT. Pertamina, and PT. Pertamina EP; 3. To coordinate with the Legal Assistance Bureau, Secretariat General of the Directorate General of State Asset Management, and PT.Pertamina in settling the cancellation case of Building Certificate No. 263/Kuningan Barat; 4. To manage the State Owned Asset of exPertamina’ s assets; 5. To observe Government Revenues deposit from the management of ex-Pertamina’s assets, Jakarta International School (JIS), auction of assets at Pertamina EP Cirebon, and auction of assets at LNG Badak; 6. To socialise Regulation of the Minister of Finance Number 234/PMK.05/2011 on the Special Transaction Accounting System;
3. Berkoordinasi dengan Biro Bantuan Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dan PT Pertamina dalam penyelesaian perkara pembatalan SHGB No. 263/Kuningan Barat; 4. Melakukan pengelolaan BMN atas aset eks Pertamina; 5. Pemantauan atas setoran penerimaan negara atas pengelolaan aset eks Pertamina, yaitu setoran Jakarta International School (JIS), setoran hasil lelang aset di Pertamina EP Cirebon, dan setoran hasil lelang aset di LNG Badak; 6. Menyelenggarakan sosialisasi mengenai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/ PMK.05/2011 mengenai Sistem Akuntansi Transaksi Khusus; 7. Menyusun Laporan Keuangan Sistem Akuntansi Transaksi Khusus Aset Eks Pertamina yang akan dikonsolidasikan ke Laporan Bendahara Umum Negara untuk semester I, semester II, dan tahunan.
246
Wajah (RP) Fair Value (IDR)
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
7. To prepare a financial statement of the Special Transaction Accounting System for exPertamina’s assets consolidated with the State’s General Treasurer for Semesters I and II and annually.
Penanganan Penyelesaian Aset-Aset Eks IJJDF
Handling Settlement of ex-IJJDF’s Assets
Latar belakang penanganan aset-aset eks The Irian Jaya Joint Development Foundation (IJJDF) oleh DJKN adalah transformasi kelembagaan unit-unit Eselon I Kementerian Keuangan pada tahun 2004 dan 2006. Khususnya tugas dan fungsi pengelolaan kekayaan negara dari sebelumnya oleh DJA dan Ditjen Perbendaharaan menjadi oleh DJKN.
The background of handling ex The Irian Jaya Joint Development Foundation (IJJDF)’s assets by the Directorate General of State Asset Management was the institutional transformation of Echelon I units at the Ministry of Finance in 2004 and 2006. The tasks and functions of the state’s assets management from previously the Directorate General of Budget and the Directorate General of Treasury were handed over to the Directorate General of State Assets.
IJJDF dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk mencapai pembangunan ekonomi Irian Jaya dan mengadakan persiapan/perlengkapan untuk tujuantujuan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut. Langkah yang diambil dengan kegiatan antara lain: (vide Akta Notaris Eliza Pondaag Nomor 42 Tahun 1970) (i) penyelidikan/perumusan dan pelaksanaan proyek yang menghasilkan pendapatan yang dapat membantu pembangunan ekonomi Irian Jaya, (ii) penanaman modal dalam proyek-proyek tersebut, (iii) penyediaan jasa-jasa nasihat teknis, latihan dan perluasan, (iv) kerjasama dengan badan perencanaan daerah.
IJJDF was set up with the aim of achieving an economic development in Irian Jaya and of providing preparations/equipment for the related purposes. The steps taken included (vide Notarial Deed Eliza Pondaag Number 42/1970) (i) investigation/ formulation and execution of projects of which the revenues could help Irian Jaya’s economic development, (ii) investment in the projects, (iii) provision of technical consultancy, training and expansion, (iv) cooperation with the regonal planning agency.
Di tahun 1997, IJJDF dilikuidasi dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 292/KMK.01/1997 dan dibentuk Tim Likuidasi. Sehubungan dengan reorganisasi Kementerian Keuangan, penanganan aset eks IJJDF oleh Tim Likuidasi terhenti. Berdasarkan dokumen laporan kegiatan Tim Likuidasi (IJJDF) terakhir yang tersedia per Desember 2002, diperoleh informasi bahwa terkait aset-aset eks IJJDF, Tim Likuidasi telah menyelesaikan sebagai berikut (i) inventarisasi daftar aset; (ii) penjualan sebagian aset IJJDF dan anak perusahaan; (iii) penggunaan hasil penjualan aset IJJDF dan anak perusahaan untuk pembayaran utang kepada pihak ketiga, pembiayaan kegiatan operasional Tim Likuidasi, dan pembayaran pajak terutang.
In 1997, IIJDF was liquidated under Decree of the Minister of Finance Number 292/KMK.01/1997 and a liquidation team was set up. In relation to the reorganisation of the Ministry of Finance, handling of the ex-IIJDF’s assets by the liquidation team was terminated. Based on the last report document of IIJDF’s liquidation team provided per December 2002, information on ex-IIJDF’s assets was obtained that the liquidation team had (i) made an inventory of the list of assets; (ii) sold a part of the assets of IIJDF and its subsidiary; (iii) used the yield from selling assets of IIJDF and its subsidiary to pay debt to third parties, to finance operational activities of the liquidation team, and to pay debted tax.
Untuk kejelasan status aset eks IJJDF ini, Direktorat KND telah menugaskan Kanwil XVII DJKN Jayapura untuk meneliti lebih lanjut status aset eks IJJDF dan diperoleh hasil bahwa aset eks IJJDF yang saat ini masih atas nama IJJDF sebanyak 41 aset. Hanya 21 bidang tanah yang didukung dengan bukti kepemilikan berupa surat pelepasan hak adat sebanyak 18 bidang tanah (luas ±7.200 ha) dan berupa sertifikat sebanyak tiga bidang tanah (luas ±0,95 ha).
To clarify the status of ex-IIJDF’s assets, the Directorate of Seperated State Assets has assigned the Regional Office XVII of the Directorate General of State Assets in Jayapura to further assess ex-IIJDF’s assets from which the result is that ex-IIJDF’s assets currently in the name of IIJDF are 41 assets. Only 21 pieces of land are supported by an ownership evidence in the form of a release letter of traditional right for 18 pieces of land (±7,200 hectares) and certificates for three pieces of land ±0.95 hectares).
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
247
248
Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 68 UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2004, pelaksanaan penyerahan sisa hasil likuidasi kepada yayasan lain atau badan hukum lain cukup sulit dilakukan. Status aset-aset eks IJJDF tidak semuanya free and clear. Dengan demikian, pilihan penyerahan kepada negara menjadi opsi yang paling relevan (vide Pasal 68 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2004). Opsi penyelesaian aset eks IJJDF dapat dilakukan dengan cara:
As stipulated in Article 68 of Law Number 16/2001 on Foundation, as has been amended with Law Number 28/2004, submission of the remaining liquidation yields to ther foundations or legal entities was difficult. Status of ex-IIJDF’s assets was not all free and clear. Therefore, submission to the state was the most relevant option (vide Article 68 paragraph (3) Law Number 16/2001 on Foundation as has been amended with Law Number 28/2004. The option of settling ex-IIJDF’sassets could be carried out by:
a. Dimantapkan statusnya hukumnya sebagai Barang Milik Negara; b. Dimantapkan statusnya hukumnya sebagai Barang Milik Daerah; atau c. Dijual lelang melalui Kantor Vertikal DJKN.
a. Establishing its legal states as the state owned asset b. DEstablishing its legal status as Regional owned assets; or c. Auctioning the assets through the Vertical Offices of the Directorate General of State Asset Management.
Berdasarkan hasil due diligence atas permasalahan dimaksud telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan (vide ND-358/KN/2012 tanggal 5 November 2012) dengan rekomendasi penyelesaian aset eks IJJDF ini dikoordinasikan bersama dalam sebuah Tim ad hoc yang dibentuk oleh Menteri Keuangan
Based on a due dilligence, the said issues has been reported to the Minister of Finance (vide ND358/KN/2012 dated December 5th, 2012) with a recommendation that the settlement of ex-IIJDF’s assets be coordinated in an ad-hoc team, set up by the Minister of Finance.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
PENGAWASAN PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN CAPITAL MARKET AND FINANCIAL INSTITUTIONS SUPERVISION Kinerja Pasar Modal Indonesia
Performance of the Indonesian Capital Market
Di tengah kondisi perekonomian global yang mengalami kelesuan akibat krisis di Eropa dan kelesuan ekonomi di Amerika Serikat, pasar modal dunia selama tahun 2012 tetap mencetak kinerja yang positif, tak terkecuali di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia hingga akhir perdagangan Kamis, 27 Desember 2012 ditutup pada posisi 4.281,86 atau menguat 12,03 persen dibandingkan posisi pada penutupan hari perdagangan terakhir di tahun 2011 di posisi 3.821,99. Penguatan IHSG di BEI sepanjang tahun 2012 mengikuti tren penguatan indeks-indeks saham lain di kawasan Asia Pasifik. Perkembangan indeks saham di beberapa bursa utama di Asia Pasifik dapat diperlihatkan dalam Tabel 4.44.
In the sluggish global economy due to the crisis in Europe and the economic sluggishness in the United States, the global capital market in 2012 still had a positive performance, including in Indonesia. The Jakarta Composite Index (JCI) at the Indonesian Stock Exchange until the last trading on Thursday, December 27th, 2012, was closed at a position of 4,281.86 or strengthened 12.03 percent compared to the position at the last day of trading in 2011, at 3,821.99. The strengthening of Composite Index at the Indonesian Stock Exchange during 2012 followed the strengthening trend of other shares index in the Asia Pacific region.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
249
Tabel 4.44. Pergerakan Indeks Saham di Asia Pasifik Tahun 2011-2012 Table 4.44. Movement of Shares Index in Asia Pacific 2011-2012 Negara Counrty
31 Desember 2011 December 31st, 2011
27 Desember 2012 December 27th, 2012
Perubahan (%) Fluctuation (%)
IHSG BEI Indonesian Stock Exchange
Indonesia
3821,99
4281,86
12,03%
Bangkok SET Bangkok Stock Exchange
Thailand
1025,32
1397,19
36,27%
Philippine SE Philippine Stock Exchange
Filipina
4371,96
5794,89
32,55%
Korea Composite
Korea
1825,74
1987,35
8,85%
Bursa Malaysia KLCI Malaysian Stock Exchange
Malaysia
1530,73
1674,16
9,37%
Sensex 30
India
15454,92
19323,80
25,03%
Straits Times
Singapura
2646,35
3183,93
20,31%
Taiwan SE/TAIEX
Taiwan
7072,08
7648,41
8,15%
Hang Seng
Hong Kong
18434,39
22619,78
22,70%
Shanghai Composite
China
2199,42
2205,90
0,29%
Shenzhen Composite
China
866,65
862,82
-0,44%
Nikkei 225
Jepang
8455,35
10322,98
22,09%
S&P/ASX 200
Australia
4056,56
4647,96
14,58%
Indeks Index
Sumber: BEI, Bloomberg
250
Source: The Indonesian Stock Exchnage, Bloomberg
Seiring penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham BEI juga meningkat hingga 15,69 persen, dari Rp3.537,29 triliun pada akhir tahun 2011 menjadi Rp4.092,23 triliun pada akhir perdagangan tanggal 27 Desember 2012.
Development of shares index at some main stock exchanges in Asia Pacific is presented in Table 4.44. Table 4.44. Movement of Shares Index in Asia Pacific 2011-2012
Namun, dari sisi nilai bersih transaksi saham oleh investor asing selama tahun 2012 menurun akibat sentimen negatif dari bursa Amerika Serikat dan Eropa. Hingga 27 Desember 2012, nilai bersih transaksi saham oleh investor asing mencapai Rp15,44 triliun, turun dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp25,67 triliun.
However, the net value of shares transactions by foreign investors in 2012 decreased due to the negative sentiment from the stock exchanges in the United States and Europe. Until December 27th, 2012, the net value of shares transactions by foreign investors amounted to IDR15.44 trillion, lower compared to 2011 which amounted to IDR25.67 trillion.
Kondisi bursa AS dan Eropa yang masih dilanda kelesuan mempengaruhi minat investor asing masuk ke pasar saham Indonesia. Dalam keadaan perekonomian global yang dilanda ketidakpastian tersebut, dolar AS menjadi aset yang paling aman bagi investor asing.
The stock exchange condition in the United States and Europe which remained sluggish had affected foreign investors’ interest to enter the Indonesian shares market. In such an uncertain global economic condition, the US dollar had become the safest asset for foreign investors.
Total transaksi saham di BEI hingga 27 Desember 2012 mencapai Rp1.111,14 triliun, turun 10,11 persen dari total nilai transaksi saham sepanjang tahun 2011 yang sebesar Rp1.223,44 triliun. Demikian pula nilai transaksi rata-rata harian turun dari Rp4,95 triliun di tahun 2011 menjadi Rp4,55 triliun pada tahun 2012.
Total shares transactions at the Indonesian Stock Exchange until December 27th, 2012, was IDR1,111.14 trillion, a decrease of 10.11 percent from the total transaction value in 2011 which amounted to IDR1,223.44 trillion. The daily average transaction value also decreased from IDR4.95 trillion in 2011 to IDR4.55 trillion in 2012.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Terkait transaksi obligasi melalui sistem penerimaan laporan transaksi efek (PLTE), total volume pelaporan pada periode 2 Januari hingga 27 Desember 2012, untuk Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp1.989.855,13 miliar dengan ratarata volume pelaporan harian Rp8.121,86 miliar. Termasuk di dalam nilai tersebut adalah sukuk negara ritel sebesar Rp77.646,8 miliar dengan ratarata volume pelaporan harian Rp316,92 miliar. Sementara obligasi negara ritel sebesar Rp81.505,18 miliar dengan rata-rata volume pelaporan harian Rp332,67 miliar. Sedangkan obligasi korporasi (konvensional dan syariah) sebesar Rp159,642,37 miliar dengan rata-rata volume pelaporan harian sebesar Rp651,60 miliar serta obligasi korporasi konvensional berdenominasi dolar AS sebesar 25,44 juta dolar AS dengan rata-rata volume pelaporan harian sebesar 100.000 dolar AS.
Concerning bond transactions through the system of Share Transaction Reporting Receipt (PLTE), the total reporting volume in the period of January 2nd to December 27th, 2012, the Government Securities (SBN) totalled IDR1,989,855.13 trillion with an average volume of daily reporting of IDR8,121.86 billion. Included in the value was retail sovereign sukuk totalling IDR77,646.8 billion with an average volume of daily reporting of IDR 316.92 billion. The retail state bonds totalled IDR81,505.18 billion with an average volume of daily reporting of IDR332.67 billion. The corporate bonds (both conventional as well as Sharia) totalled IDR159,642.37 billion with an average volume of daily reporting of IDR651.60 billion, and conventional corporate bonds in US dollar totalled USD25.44 million with an average volume of daily reporting of USD100,000.
Kinerja Pasar Modal
Capital Market Performance
1. Industri Efek Bapepam-LK selama periode Januari hingga 20 Desember 2012 telah mengeluarkan 95 surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum yang telah disampaikan kepada Bapepam-LK (di luar reksa dana). Total nilai hasil penawaran umum itu mencapai Rp96,98 triliun. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Share Industry During the period of January to December 20th, 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) issued 95 letters of effective statement on the registration in the framework of public offering submitted to the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK), excluding mutual funds. The total yield of the public offering was in amount of IDR96.98 trillion, with the following detail:
•
•
•
•
Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum perdana saham dengan total nilai emisi Rp9,91 triliun; Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan total nilai emisi Rp19,75 triliun; Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum obligasi dan/atau sukuk dengan total nilai emisi Rp24,01 triliun; Pernyataan efektif untuk emiten atau perusahaan publik yang melakukan penawaran umum obligasi dan/atau sukuk berkelanjutan, dengan total nilai emisi Rp43,31 triliun. Nilai emisi ini termasuk 11 penawaran umum obligasi dan/atau sukuk berkelanjutan tahap II dan tahap III.
•
•
•
•
Effective statement for emitents or public companies carrying out a share initial public offering with a total emission value of IDR9.91 trillion Effective statement for emitents or public companies carrying out a limited public offering to shareholders with the Right of First Share Reservation with a total emission value of IDR19.75 trillion; Effective statement for emitents or public companies carrying out a public offering of bonds and/or sukuk with a total emission value of IDR24.01 trillion; Effective statement for issuers or public companies carrying out a public offering of sustainable bonds and/or sukuk with a total emission value of IDR43.31 trillion. The emission value included 11 public offerings of sustainable bonds and/or sukuk phases II and III.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
251
2. Industri Pengelolaan Investasi Dari sisi pengelolaan produk investasi, selama tahun 2012 terjadi pertumbuhan. Jumlah reksa dana sampai dengan tanggal 26 Desember 2012 meningkat sebesar 5,2 persen, dari 767 reksa dana pada akhir tahun 2011 menjadi 807 reksa dana pada tanggal 26 Desember 2012. Sementara itu, nilai aktiva bersih (NAB) dan jumlah unit penyertaan reksa dana juga meningkat cukup signifikan. NAB reksa dana meningkat dari Rp202,4 triliun pada akhir Desember 2011 menjadi Rp223,03 triliun pada tanggal 26 Desember 2012 atau meningkat sebesar 10,19 persen. Sedangkan jumlah unit penyertaan reksa dana meningkat dari 98,98 miliar unit pada akhir Desember 2011 menjadi 114,02 miliar unit pada tanggal 26 Desember 2012 atau meningkat sebesar 15,20 persen.
2. Investment Management Industry In 2012, the investment product management continued to grow. The number of mutual funds until December 26th, 2012 increased 5.2 percent, from 767 mutual funds at the end of 2011 to 807 mutual funds on December 26th, 2012. Meanwhile, the Net Asset Value and the number of mutual fund participation units also significantly increased. The Net Asset Value of mutual fund increased from IDR202.4 trillion by end of December 2011 to IDR223.03 trillion on December 26th, 2012 or an increase of 10.19 percent. The number of mutual fund participation units increased from 98.98 billion units by end of December 2011 to 114.02 billion units on December 26th, 2012 or an increase of 15.20 percent.
Sampai dengan tanggal 26 Desember 2012, jumlah reksa dana yang ada mencapai 809, dengan rincian seperti pada Tabel 4.45.
Until December 26th, 2012, the number of mutual funds reached 809, with the detail as in Table 4.45.
Tabel 4.45. Tabel reksa dana hingga 26 Desember 2012 Table 4.45. Table of Mutual Fund until December 26th, 2012 Jenis Reksa Dana Type of mutual fund
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Net Asset Value
Reksa Dana Pendapatan tetap Fixed Income Mutual Fund
118
Rp34,47 triliun
IDR 34,47 trillion
Reksa Dana Saham Share Mutual Fund
92
Rp69,23 triliun
IDR 69,23 trillion
Reksa Dana Pasar Uang Money Market Mutual Fund
32
Rp12,20 triliun
IDR 12,20 trillion
Reksa Dana Campuran Mixed Mutual Fund
98
Rp22,01 triliun
IDR 22,01 trillion
Reksa Dana Terproteksi Protected Mutual Fund
317
Rp43,18 triliun
IDR 43,18 trillion
Reksa Daba Indeks Index Mutual Fund
4
Rp0,34 triliun
IDR 0,34 trillion
Reksa Dana Syariah - Pendapatan Tetap Fixed Income Sharia Mutual Fund
8
Rp0,70 triliun
IDR 0,70 trillion
Reksa Dana Syariah - Saham Share Sharia Mutual Fund
12
Rp2,67 triliun
IDR 2,67 trillion
Reksa Dana Syariah - Campuran Mixed Sharia Mutual Fund
17
Rp2,5 triliun
IDR 2,5 trillion
Reksa Dana Syariah - Terproteksi Protected Sharia Mutual Fund
12
Rp0,18 triliun
IDR 0,18 trillion
Reksa Dana Syariah - Indeks Index Sharia Mutual Fund
1
Rp0,23 triliun
IDR 0,23 trillion
Reksa Dana ETF ETF Mutual Fund
3
Rp1,53 triliun
IDR 1,53 trillion
Reksa Dana Penyertaan Terbatas Limited Participation Mutual Fun*
95
Rp33,80 triliun
IDR 33,80 trillion
Jumlah Total
809
Rp223,03 triliun
IDR 223,03 trillion
Keterangan: Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) merupakan reksa dana yang khusus ditawarkan secara terbatas kepada pemodal profesional dan tidak ditawarkan melalui penawaran umum. NAB RDPT dilaporkan setiap tiga bulan sekali.
252
Jumlah Number
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Note: Limited Participation Mutual Fund (RDPT) is a mutual fund especially and limitedly offered to professional investors and not offered in a public offering. The Net Asset Value of Limited Participation Mutual Fund is reported every three months.
Selama periode tahun 2012 Bapepam-LK telah memberikan: i.
Pernyataan efektif kepada 171 reksa dana yang meliputi 63 reksa dana konvensional, 104 reksa dana terproteksi, tiga reksa dana indeks dan satu reksa dana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. ii. Mencatatkan sebanyak 10 reksa dana penyertaan terbatas. iii. Persetujuan untuk pembubaran 141 reksa dana
In 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has: i.
Provided an effective statement to 171 mutual funds, consisting of 63 conventional mutual funds, 104 protected mutual funds, 3 index mutual funds, and 1 mutual fund of which the participation unit was traded at the stock exchange. ii. Registered 10 limited participation mutual funds. iii. Approved to dissolve 141 mutual funds.
Dalam rangka pengembangan basis investor domestik, Bapepam-LK bekerja sama dengan Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) secara konsisten memberikan pemahaman maupun sosialisasi kepada masyarakat pemodal khususnya di daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi. Salah satu kegiatan yang berhasil dilaksanakan pada tahun 2012 yaitu Pekan Reksa Dana Nasional yang berlangsung dari 18 – 21 Oktober 2012, bertempat di Atrium Laguna, Mal Central Park Jakarta dengan tema “Reksa Dana Pilihan Investasi Masa Depan Keluarga Indonesia”. Acara tersebut diikuti oleh 45 peserta yang terdiri dari 36 manajer investasi dan sembilan agen penjual efek reksa dana (APERD).
To develop the domestic investors basis, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) in cooperation with the Assosication of the Indonesian Mutual Fund Managers (APRDI) consistently provide an understanding and socialization to the public, particularly investors in the regions who have economic potential. One of the activities held in 2012 was the “National Mutual Fund Week”, held on Otober 18th – 21st, 2012, at Atrium Laguna, Mal Central Park, Jakarta, having the theme “Mutual Fund, the Future Investment Choice for Indonesian Families”. The event was taken part by 45 participants, consisting of 36 investment managers and 9 mutual fund selling agents (APERD).
Penyelenggaraan acara tersebut mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat pemodal. Hal itu terlihat dari jumlah pengunjung yang hadir selama pekan reksa dana tersebut, yaitu sekitar 17.000 orang atau rata-rata lebih dari 4.000 orang per hari. Selain itu, terdapat pembukaan rekening reksa dana baru sebanyak 2.000 rekening dengan nilai sekitar Rp20 miliar (on the spot), serta masih banyak calon investor lainnya yang memberikan data untuk ditindaklanjuti oleh manajer investasi maupun APERD.
The event was responded with anthusiasm by the investors, as seen by the number of visitors atending the mutual fund week, around 17,000 guests or more than 4,000 guests daily. In addition, 2,000 new mutual accounts were opened with a total value of IDR20 billion (on the spot), while many other prospective investors provided their data to be folowed up by the investment managers or mutual fund selling agents (APERD).
Pada tahun 2012 telah terbit satu produk investasi baru pasar modal dengan menggunakan wadah Kontrak Investasi Kolektif, yaitu Dana Investasi Real Estat (DIRE) Ciptadana Properti Ritel Indonesia. DIRE ini telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada tanggal 6 November 2012. Aset Real Estate yang menjadi underlying asset DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia adalah tanah dan bangunan mall atau pusat perbelanjaan, yaitu Solo Grand Mall (SGM), yang berlokasi di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah.
In 2012, a new investment product in the capital market was issued, using the Collective Investment Contract, namely the Ciptadana Properti Ritel Indonesia Real Estate Investment Fund (DIRE). The product obtained an effective statement from the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) on November 6th, 2012. The real estate’s assets being the Ciptadana Properti Ritel Indonesia DIRE’s underlying asset was the Solo Grand Mall (SGM), located at Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Solo, Central Java.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
253
Tahun 2012 juga diterbitkan produk sekuritisasi Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset (KIKEBA) kelima dengan underlying tagihan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Danareksa BTN03-KPR. KIK-EBA ini telah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada tanggal 5 Desember 2012. Sampai dengan akhir tahun 2012, nilai sekuritisasi dari kelima produk EBA senilai Rp2.955,8 miliar.
In 2012, a securitization product of the fifth Collective Invesment Contract-Share having Asset Collateral (KIK-EBA) with an underlying of House Ownership Credit (KPR) claim of Danareksa BTN03KPR, was issued. The Collective Invesment ContractShare having Asset Colateral (KIK-EBA) obtained an effective statement from the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK) on December 5th, 2012. Until the end of 2012, the securitization value of the Collective Invesment Contract-Share having Asset Collateral (KIK-EBA) was in amount of IDR2,955.8 billion.
Selama tahun 2012, Bapepam-LK juga memberikan sejumlah izin dan sekaligus mencabut izin sejumlah perusahaan efek dan wakil perusahaan efek.
In 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam-LK) granted and revoked licenses of a number of share companies and company representatives.
Catatan: • * tidak termasuk spin-off • Hingga 10 Desember 2012, total jumlah perusahaan efek yang telah memiliki izin usaha sebagai perantara pedagang efek (PPE) dan penjamin emisi efek (PEE) dari BapepamLK tercatat 141 perusahaan efek. Terdiri atas 117 perusahaan efek anggota bursa dan 24 perusahaan efek bukan Anggota Bursa (AB);
Note: • * spin-off excluded • Until December 10th,2012, the total number of share companies already having a business license as a ShareTrading Broker (PPE) and Underwriter (PEE) from the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) was 141, consisting of 117 members of the stock exchange and 24 non-members of the stock exchange. • The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) continues to increase prudence in approving management and control changes of share companies and Self Regulatory Organization (SRO).
•
254
Bapepam-LK terus meningkatkan kehatihatian dalam memberikan persetujuan terhadap perubahan manajemen dan pengendali dari perusahaan efek dan Self Regulatory Organization (SRO).
Perizinan lainnya yang diberikan oleh Bapepam-LK adalah:
Other licenses provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK) included:
1. Penasihat Investasi Jumlah pemilik izin perorangan (5 pihak) Jumlah pemilik izin institusi (2 pihak) Selama tahun 2012, terdapat 2 perorangan dan satu institusi yang mengajukan izin baru sebagai penasihat investasi, tetapi Bapepam-LK tidak mengeluarkan izin atas ketiganya.
1. Investment consultants Number of individual license owners (5) Number of institutional license owners (2) In 2012, two individuals and one institution submitted a new license as investment consultant, however, no license was provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK).
2. Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Jumlah APERD (22 pihak) Jumlah WAPERD (16.127 pihak).
2. Mutual Fund Share Trading Agent (APERD) and Mutual Fund Share Vice Trading Agents (WAPERD) Number of Mutual Fund ShareTrading Agents (APERD) (22)
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Number of Mutual Fund Share Vice Trading Agents (WAPERD) (16,127) Selama tahun 2012, tidak ada pengajuan izin baru sebagai APERD. Sedangkan untuk WAPERD terdapat 3.503 izin baru yang diajukan BapepamLK.
In 2012, no new license was submitted as Mutual Fund ShareTrading Agen (APERD); on the other hand, 3,503 new licenses as Mutual Fund Share Vice Trading Agents (WAPERD) were submitted to the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK).
Tabel 4.46. Daftar Pemberian dan Pencabutan Izin Perusahaan Efek dan Wakil Perusahaan Efek Table 4.46. List of Granting and Revoking License of Share Companies and Company Representatives No 1
2
Izin Usaha Baru New business license
Uraian Description
Pencabutan Revocation
Total Hingga 20 Desember 2012 Total to December 20th, 2012
Perusahaan Efek Share companies Manajer Investasi Investment managers
10
19
75*
Perantara Pedagang Efek Share trading brokers
1
6
124
Penjamin Emisi Efek Underwriter
1
2
94
Wakil Manajer Investasi Vice investment managers
242
21
2.250
Wakil Perantara Pedagang Efek Vice share trading brokers
552
2
6.893
Wakil Penjamin Emisi Efek Vise Underwriter
60
-
1.833
Orang Perseorangan untuk Wakil PE Individuals for share company representative
Untuk persetujuan dan pendaftaran terkait industri efek yang diberikan Bapepam-LK selama tahun 2012 dapat dirinci dalam Tabel 4.47.
Approvals and registrations of bond industry provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam-LK) in 2012 is detailed in Table 4.47.
Tabel 4.47. Jumlah Persetujuan dan Pendaftaran Industri Efek oleh Bapepam LK Table 4.47. Number of Approvals and Registrations of Share Industry by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam LK) No
Profesi/Lembaga Profession/Institution
Penerbitan STTD Issuance of STTD
Pencabutan STTD Revocation of STTD
Jumlah STTD Number of STTD
1
Konsultan Hukum Pasar Modal Capital Market Legal Consultant
19
-
709
2
Notaris Pasar Modal Capital Market Notary
148
-
1647
3
Akuntan Pasar Modal Capital Market Accountant
45
-
669
4
Penilai Pasar Modal Capital Market Accountant
13
-
160
5
Bank Kustodian Capital Market Appraisal
1
-
21
Jumlah Total
226
-
3206
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
255
Kinerja Industri Keuangan Non-Bank
Performance of Non-Bank Financial Industry
1. Industri Asuransi
1. Insurance Industry
Selama periode 1 Januari hingga 21 Desember 2012, Bapepam-LK telah memberikan izin baru bagi perusahaan asuransi.
During the period of January 1st – December 21st, 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) granted new licenses to insurance companies.
Produk baru yang telah dilaporkan dan dicatat Biro Perasuransian Bapepam-LK selama periode 1 Januari hingga 21 Desember 2012 terlihat dalam Tabel 4.48.
New products already reported and registered at the Insurance Bureau of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) from January 1st – December 21st, 2012, can be seen in Table 4.48.
Tabel 4.48. Jumlah Produk Baru Asuransi yang Dicatat Bapepam LK Table 4.48. Number of Insurance New Products Registered by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) No
Perusahaan Company
Konvensional Convensional
Syariah Sharia
Jumlah Number
1
Asuransi Jiwa Life insurance
478
82
560
2
Asuransi Umum General insurance
263
31
294
Jumlah Total
741
113
854
Sementara itu, berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan triwulan III per 30 September 2012, diketahui jumlah aset, kewajiban dan modal sendiri industri asuransi konvensional, seperti tertuang dalam Tabel 4.49.
Meanwhile, based on an analysis on the financial report of quarter III per September 30th, 2012, the number of assets, liabilities, and self capital of conventional insurance industry can be seen in Table 4.49.
Tabel 4.49. Aset dan Kewajiban Industri Asuransi Konvensional (dalam ribuan) Table 4.49. Assets and Liabilities of Conventional Insurance Industry (in thousands) No
Keterangan Description
Asuransi Jiwa Life insurance
Asuransi Umum General insurance
Reasuransi Re-insurance
Total Total
1
Aset Assets
246.877.156
60.559.743
3.348.416
310.785.316
2
Investasi Investment
219.869.862
44.134.865
2.669.050
266.673.777
3
Non-Investasil Non-Investment
27.007.295
16.424.878
679.367
44.111.540
4
Kewajiban Liabilities
202.742.205
27.301.803
2.166.795
232.210.803
5
Modal Sendiri Self capital
43.952.250
33.190.494
1.106.622
78.249.366
Untuk aset, kewajiban dan modal industri asuransi syariah berdasarkan hasil analisis laporan keuangan triwulan III per 30 September 2012 terinci dalam Tabel 4.50.
256
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Assets, liabilities, and self capital of Sharia insurance industry based on an analysis of the financial report of quarter III per September 30th, 2012, are presented in Table 4.50.
Tabel 4.50. Aset dan Kewajiban Industri Asuransi Syariah Table 4.50. Assets and Liabilities of Sharia Insurance Industry No
Keterangan Description
Asuransi Jiwa Life insurance
Asuransi Umum General insurance
Reasuransi Re-insurance
Total Total
1
Aset Assets
9.149.694
2.251.245
576.589
11.977.528
2
Investasi Investment
8.031.512
1.313.25
442.847
9.788.283
3
Non-Investasil Non-Investment
1.118.182
937.321
133.742
2.189.245
4
Modal Sendiri Akumulasi Dana Tabarru’, & Akumulasi Dana Investasi Peserta Self capital, tabarru’ fund accumulation & participants investment fund accumulation
7.672.736
1.015.893
346.236
9.034.864
2. Industri Dana Pensiun
2. Pension Fund Industry
Hingga 14 Desember 2012, terdapat tiga pengesahan pembentukan dana pensiun baru. Ketiganya merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dengan satu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan dua Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Selain itu, terdapat tiga pengesahan pembubaran dana pensiun yang merupakan DPPK yang menyelenggarakan PPMP.
Until December 14th, 2012, three new pension funds were endorsed, all were employer pension fund (DPPK) of which one was a pension program with confirmed advantages (PPMP) and two were a pension program with confirmed dues (PPIP). In addition, three pension funds were dissolved, all were employer pension fund (DPPK) organizing a pension program with confirmed advantages (PPMP).
Terdapat pula perubahan program dari PPMP menjadi PPIP sebanyak satu dana pensiun. Dengan demikian, jumlah dana pensiun aktif hingga 14 Desember 2012 dapat dilihat dalam Tabel 4.51.
There was also a change from a pension program with confirmed advantages (PPMP) to a pension program with confirmed dues (PPIP). The number of active pension funds per December 14th, 2012 can be seen in Table 4.51.
Tabel 4.51. Jumlah Dana Pensiun Aktif Hingga 14 Desember Table 4.51. Number of Active Pension Funds per December 14th, 2012
Uraian Description
DPPK Employer pension fund (DPPK)
DPLK
TOTAL
381
38
419
105
135
13
148
203
246
25
271
PPIP
PPMP
Jumlah Number
Jumlah Dana Pensiun yang memperoleh pengesahan Menteri Number of pension funds endorsed by the Minister Jumlah Pembubaran Dana Pensiun Number of pension funds dissolution
73
308
30
Jumlah Dana Pensiun Aktif Number of pension active pension funds
43
Dari sisi peserta dana pensiun, hingga 31 Desember 2011 terdapat 3.082.708 orang peserta. Jumlah ini meningkat 9,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 2.817.997 orang peserta.
Until December 31st, 2012, the number of participants of pension fund was 3,082,708 , an increase of 9.39 percent compared to the previous year which was 2,817,997. Meanwhile, total net assets
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
257
Sementara dari sisi perkembangan aktiva bersih, total aktiva bersih dana pensiun telah mencapai Rp148,03 triliun hingga Desember 2011. Sebagian besar dari kekayaan dana pensiun terserap dalam bentuk investasi dengan total nilai wajar investasi mencapai Rp143,47 triliun.
of the pension fund were in amount of IDR148.03 trillion, of which most was absorbed in investments with a total proper value of IDR143.47 trillion.
3. Industri Pembiayaan dan Penjaminan
3. Financing and Underwriting Industry
.
.
Perusahaan Pembiayaan
Hingga akhir November 2012, Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK membina dan mengawasi 198 perusahaan pembiayaan yang membawahi 3.092 kantor cabang di seluruh Indonesia.
Until November 2012, the Financing and Underwriting Bureau of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK) has developed and monitored 198 financing companies supervising 3,092 branch offices throughout Indonesia.
Jumlah izin usaha baru yang diberikan Bapepam-LK hingga November 2012 mencapai 7 izin usaha.
The number of new business licenses provided by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) until November 2012 was seven.
Sedangkan untuk kegiatan pembinaan, telah dilakukan pencabutan izin usaha terhadap empat perusahaan pembiayaan.
On the other hand, in the development activity, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) revoked the business license of four financing companies.
.
.
Modal Ventura
Venture Capital
Untuk perkembangan perusahaan modal ventura, Bapepam-LK telah membina dan mengawasi 90 perusahaan modal di seluruh Indonesia. Hingga akhir November 2012, Bapepam-LK telah memberikan empat izin usaha baru.
To develop venture capital companies, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has developed and monitored 90 capital companies throughout Indonesia. Until end of November 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has provided four new business licenses.
.
.
Perusahaan Infrastruktur
Pembiayaan
Pembiayaan
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia, Pemerintah mendorong peran serta pihak swasta termasuk lembaga keuangan multilateral melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP). Untuk mendukung keterlibatan pihak swasta dalam pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988
258
Financing Company
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Infrastucture Financing Company
To accelerate infrastructure development in Indonesia, the government has encouraged the private sector, including multilateral financial institutions, through the mechanism of Government and Private Cooperation (KPS) or Public Private Partnership (PPP). To support the private sector’s involvement in financing infrastructure development projects, the government has issued Presidential Regulation Number 9/2009 on the Financing Institution which was an improvement of Presidential Regulation Number 61/1988 on the Financing Institution. Further, on May 27th, 2009,
tentang Lembaga Pembiayaan. Selanjutnya, Menteri Keuangan pada tanggal 27 Mei 2009 telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrasruktur yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009.
the Minister of Finance issued Regulation of the Minister of Finance Number 100/PMK.010/2009 on Infrastructure Financing Company which was the implementation regulation of the Presidential Regulation Number 9/2009.
Sampai dengan tahun 2012, terdapat dua Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT Indonesia Infrastructure Finance.
Until 2012, two Infrastructure Financing Companies have obtained a business license from the Minister of Finance, including PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) and PT. Indonesia Infrastructure Finance.
.
.
Perusahaan Penjaminan
Underwriting Company
Perusahaan penjaminan adalah perusahaan yang kegiatan utamanya menjamin pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank atau lembaga keuangan lainnya berdasarkan perjanjian yang telah disepakati. Adapun dasar hukum Perusahaan Penjaminan adalah Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 222/PMK.010/2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit, sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 99/PMK.010/2011.
An Underwriting Company is a company of which the main activity is to guarantee fulfillment of financial obligations of a debtor and/or financing based on Sharia principles to banks or other financial institutions based on an agreed agreement. The legal basis of an Underwriting Company is Presidential Regulation Number 2/2008 on Underwriting Institution and Regulation ofthe Minister of Finance Number 222/PMK.010/2008 on Credit Underwriting Company and Credit Re- Underwriting Company as has been amended with Regulation of the Minister of Finance Number 99/PMK.010/2011.
Per 21 Desember 2012, di Indonesia terdapat enam perusahaan penjaminan, yang terdiri dari 11 kantor cabang dan tujuh kantor anak cabang perusahaan penjaminan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selama tahun 2012, jumlah perusahaan penjaminan yang telah mendapatkan izin usaha sebagai perusahaan penjaminan baru adalah sebanyak dua perusahaan, yaitu PT Jamkrida Riau dan PT Jamkrida NTB Bersaing.
Per December 21st, 2012, there were six Underwriting Companies, consisting of 11 branch offices and 7 subsidiaries throughout Indonesia. In 2012, the number of Underwriting Companies which had obtained a business license as a new Underwriting Company was 2, including PT. Jamkrida Riau and PT. Jamkrida NTB Bersaing.
.
.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
Indonesian Exports Financing Institution
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) adalah lembaga khusus yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 dalam rangka mendorong pengembangan ekspor nasional. Kegiatan LPEI meliputi pemberian fasilitas pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi.
The Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) is a special institution established under Law Number 2/2009 to encourage national exports development. Activities of the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) include providing facilities of financing, underwriting, insurance, and consultation.
Dengan dibentuknya LPEI berarti Indonesia memiliki bank exim yang juga dikenal dengan istilah Export Credit Agency (ECA). ECA ini dalam format yang sama dengan yang dimiliki oleh negara lain, yaitu
With the establishment of the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI), Indonesia has an exports imports bank, also known as export credit agency (ECA). Having the same format as in other countries,
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
259
260
lembaga yang dapat memberikan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi terkait ekspor. LPEI dapat membantu memberikan pembiayaan di area yang tidak dimasuki oleh bank atau lembaga keuangan (fill the market gap), seperti pemberian fasilitas pembiayaan kepada pembeli di luar negeri untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia (buyer’s credit). Selain itu, LPEI juga dapat menerima penugasan khusus dari pemerintah untuk menyediakan pembiayaan bagi transaksi atau proyek yang secara komersial sulit dilaksanakan, baik oleh lembaga keuangan komersial maupun oleh LPEI sendiri, tetapi dinilai perlu oleh pemerintah untuk menunjang kebijakan atau program ekspor nasional (national interest account/NIA). LPEI mulai beroperasi tanggal 1 September 2009 melalui transformasi dari PT Bank Ekspor Indonesia (Persero).
ECA is an institution that provides financing, underwriting, and insurance related to exports. The Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) can help financing areas which banks or financial institutions are not allowed to enter (to fill the market gap), such as financing buyers abroad to purchase goods and service produced in Indonesia (buyer’s credit). In addition, the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) can also accept a special task from the government to finance transactions or projects which are commercially difficult to implement, by both commercial financial institutions as well as by the Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) itself, however the government considers it required to support the national exports policies or programs. The Indonesian Exports Financing Institution (LPEI) started its operations on September 1st, 2009, through the transformation from PT. Bank Ekspor Indonesia (Persero).
.
.
PT Sarana Multigriya Finansial
PT. Sarana Multigriya Finansial
Dalam rangka meningkatkan penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau oleh masyarakat, perlu diupayakan tersedianya dana pembangunan perumahan yang lebih efektif dan efisien melalui pembiayaan sekunder perumahan. Untuk menunjang hal tersebut, melalui Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pembiayaan Sekunder Perumahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008, ditetapkan mekanisme pembiayaan sekunder perumahan sekaligus pendirian PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) yang akan melaksanakan kegiatan pembiayaan sekunder perumahan dimaksud.
To increase the provision of proper and affordable houses for the people, a more effective and efficient fund for housing construction through a housing secondary financing. To support the program, Presidential Regulation Number 19/2005 on Housing Secondary Financing as amended with Presidential Regulation Number 1/2008 stipulates the housing secondary financing mechanism and the establishment of PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) which will implement the said housing secondary financing.
Pembiayaan sekunder perumahan dilakukan melalui sekuritisasi, yaitu dengan melakukan pembelian aset keuangan berupa kredit kepemilikan rumah (KPR) dari kreditor asal dan penerbitan efek beragun aset, yang dapat dilakukan oleh PT SMF (Persero), Special Purpose Vehicle (SPV), atau wali amanat. Dalam sekuritisasi, PT SMF (Persero) dapat juga bertindak sebagai koordinator global.
The housing secondary financing is implemented through securitization, by purchasing financial assets in the form of Housing Loan (KPR) from originating creditors and the issuance of shares having asset collaterals, which can be executed by PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero), special purpose vehicle (SPV), or trustee. In the securitization, PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) shall act as a global coordinator.
Sampai dengan bulan November 2012, telah dilaksanakan empat kali transaksi sekuritisasi. Dalam tiga transaksi sekuritisasi yang dilakukan pada tahun 2009 hingga 2010, PT SMF bertindak sebagai koordinator global dan pendukung kredit. Sedangkan dalam transaksi sekuritisasi terakhir yang dilakukan pada tahun 2011, PT SMF bertindak
Until November 2012, four securitisation transactions had been executed. Three transactions were executed in 2009 and 2010, in which PT. Sarana Multigriya Finansial acted as a global coordinator and credit supporter. One last transaction was executed in 2011, in which PT. Sarana Multigriya Finansial acted as an arranger and credit supporter. The
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
sebagai arranger dan pendukung kredit. Jumlah piutang KPR yang telah disekuritisasi sampai dengan bulan November 2012 mencapai Rp1.955 miliar.
House Loan (KPR) securitized until November 2012 was in amount of IDR1,955 billion.
Dalam rangka membangun dan mengembangkan pasar sekunder perumahan, perusahaan dapat pula memberikan fasilitas pinjaman kepada bank dan/ atau lembaga keuangan untuk disalurkan sebagai KPR. Pemberian fasilitas pinjaman dilakukan paling lama 10 tahun sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 dengan jangka waktu pinjaman paling lama 15 tahun.
To build and develop a housing secondary market, the company can also provide loan facilities to banks and/or financial institutions to be distributed as Housing Loan (KPR). The loan facility shall last no later than 10 years as of the stipulation date of Presidential Regulation Number 1/2008 with a loan period of maximum 15 years.
REGULASI
REGULATIONS
Selama tahun 2012, telah terbit sejumlah Peraturan Menteri Keuangan terkait industri pasar modal dan lembaga keuangan, antara lain:
In 2012, a number of Regulations of the Minister of Finance related to the capital market and financial institutions was issued, including:
1. PMK Nomor 18/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura;
1. Regulation of the Minister of Finance Number 18/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Venture Capital Companies; 2. Regulation of the Minister of Finance Number 32/PMK.010/2012 dated February 23rd, 2012 on Provision on Participation Capital of Financing Companies in Shipping Sector; 3. Regulation of the Minister of Finance Number 43/PMK.010/2012 dated March 15th, 2012 on the Down Payment of Consumer Financing for Motor Vehicles at Financing Companies; 4. Regulation of the Minister of Finance Number 53/PMK.010/2012 dated April 3rd, 2012 on the Financial Health of Insurance Companies and ReInsurance Companies; 5. Regulation of the Minister of Finance Number 121/PMK.010/2012 dated July 17th, 2012 on the Provision on Liabilities for Financing Companies in the Electricity Sector; 6. Regulation of the Minister of Finance Number 130/PMK.010/2012 dated August 7th, 2012 on the Registration of Fiduciary Guarantee for Financing Companies that Finance Consumers for Motor Vehicles with Fiduciary Guarantee Imposition; 7. Regulation of the Minister of Finance Number 152/PMK.010/2012 dated October 3rd, 2012 on the Good Corporate Governance for Insurance Companies.
2. PMK Nomor 32/PMK.010/2012 tanggal 23 Februari 2012 tentang Ketentuan Penyertaan Modal Perusahaan Pembiayaan di Bidang Pelayaran; 3. PMK Nomor 43/PMK.010/2012 tanggal 15 Maret 2012 tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan; 4. PMK Nomor 53/PMK.010/2012 tanggal 3 April 2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi; 5. PMK Nomor 121/PMK.010/2012 tanggal 17 Juli 2012 tentang Ketentuan Mengenai Batasan Kewajiban Bagi Perusahaan Pembiayaan di Bidang Ketenagalistrikan; 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/ PMK.010/2012 tanggal 7 Agustus 2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/ PMK.010/2012 tanggal 3 Oktober 2012 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Bagi Perusahaan Perasuransian. Dilakukan pula penyempurnaan sejumlah Peraturan Menteri Keuangan yakni:
A number of Regulations of the Minister of Finance has been perfected, including:
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
261
1. PMK Nomor 19/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana Pensiun; 2. PMK Nomor 20/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 509/KMK.06/2002 tentang Laporan Keuangan Dana Pensiun; 3. PMK Nomor 21/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 510/KMK.06/2002 tentang Pendanaan Dan Solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja; 4. PMK Nomor 22/PMK.010/2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2007 tentang Laporan Teknis Dana Pensiun; 5. PMK Nomor 50/PMK.010/2012 tanggal 3 April 2012 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998 tentang Iuran Dan Manfaat Pensiun; 6. PMK Nomor 55/PMK.010/2012 tanggal 16 April 2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Badan Penyelenggara Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil.
262
1. Regulation of the Minister of Finance Number 19/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 199/PMK.010/2008 on Pension Fund Investment; 2. Regulation of the Minister of Finance Number 20/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 509/KMK.06/2002 on Pension Fund Financial Report; 3. Regulation of the Minister of Finance Number 21/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Second Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 510/KMK.06/2002 on Funding and Solvability of Employer’s Pension Fund; 4. Regulation of the Minister of Finance Number 22/PMK.010/2012 dated February 1st, 2012 on Amendment of Regulation of the Minister of Finance Number 100/PMK.010/2007 on Pension Fund Technical Report; 5. Regulation of the Minister of Finance Number 50/PMK.010/2012 dated April 3rd, 2012 on Third Amendment of the Regulation of the Minister of Finance Number 343/KMK.017/1998 on Pension Dues and Advantages; 6. Regulation of the Minister of Finance Number 55/PMK.010/2012 dated April 16th, 2012 on Amendment of the Regulation of the Minister of Finance Number 79/PMK.010/2011 on the Financial Health the Organizing Bodies of Old Age Savings Program for Civil Servants.
Sementara Bapepam-LK juga menerbitkan sejumlah aturan. Untuk aturan pasar modal, rinciannya sebagai berikut.
The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has also issued a number of regulations. For capital market, the regulations include:
1. Peraturan Nomor II.A.4, tanggal 14 September 2012. Penyelenggaraan Sistem Pelayanan Elektronik; 2. Peraturan Nomor VI.B.2, tanggal 14 Juni 2012 Pembuatan Nomor Tunggal Identitas Pemodal pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Oleh Biro Administrasi Efek atau Emiten dan Perusahaan Publik yang Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri; 3. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-09/ BL/2012 tanggal 12 Juli 2012 Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal 2;
1. Regulation Number II.A.4, dated September 14th, 2012 on Organizing Electronic Service System;
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2. Regulation Number VI.B.2, dated June 4th, 2012 on Making Identity Single Number; Investors in Deposit Institutions and Settlement by Share or Emitent Administration Bureau and Public Companies Organizing Share Administration by Themselves; 3. Circular Note of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number SE-09/BL/2012 dated July 12th, 2012 on the Guidance of Assessment and Presentation of Crude Palm Plantation Property Assessment Report at the Capital Market 2;
4. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor: Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi dan Sukuk yang Dilakukan Secara Bersamaan.
4. Circular Note of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number: Prospectus for Public Offering of Bonds and Sukuk Simultaneously Implemented.
Untuk peraturan Lembaga Keuangan adalah: 1. Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-01/ BL/2012 tanggal 20 Januari 2012 tentang Format Laporan Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil oleh PT Taspen;
For the Financial Institutions, the regulations include: 1. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-01/BL/2012 dated January 20th, 2012 on Format of Civil Servants Old Age Savings Program Report by PT. Taspen; 2. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-02/BL/2012 dated February 29th, 2012 on Guidance of Infrastructure Financing Company Examination; 3. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-03/BL/2012 dated April 10th, 2012 on the Form and Arrangement of Announcement of Insurance Company and Re-Insurance Company Financial Report; 4. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-04 /BL/2012 dated October 1st, 2012 on the Guidance of Insurance Company Examination; 5. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-05/BL/2012 dated October 17th, 2012 on the Arrangement of Financial Report and Investment Assessment Basis for Pension Fund.
2. Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-02/ BL/2012 tanggal 29 Februari 2012 tentang Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur; 3. Peraturan Ketua Bapepam-LK Nomor PER-03/ BL/2012 tanggal 10 April 2012 tentang Bentuk dan Susunan Pengumuman Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
4. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-04 /BL/2012 tanggal 1 Oktober 2012 tentang Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian; 5. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER05/BL/2012 tanggal 17 Oktober 2012 tentang Penyusunan Laporan Keuangan dan Dasar Penilaian Investasi bagi Dana Pensiun
Disempurnakan sejumlah peraturan Bapepam-LK, aturan bidang pasar modal.
A number of regulations of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLKK) on the capital market has been perfected, including:
1. Peraturan Nomor X.N.1, tanggal 24 Mei 2012 tentang Laporan Kegiatan Bulanan Manajer investasi; 2. Peraturan Nomor IV.C.2, tanggal 9 Juli 2012 tentang Nilai Pasar Wajar Dari Efek Dalam Portofolio Reksa Dana; 3. Peraturan Nomor IV.C.3, 21 September 2012 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Terbuka; 4. Peraturan Nomor III.A.3 tanggal 24 Februari 2012 tentang Direktur Bursa Efek; 5. Peraturan Nomor III.C.7 tanggal 14 Juni 2012 tentang Sub Rekening Efek Pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
1. Regulation Number X.N.1, dated May 24th, 2012 on the Report of Investment Managers Monthly Activities; 2. Regulation Number IV.C.2, dated July 9th, 2012 on the Proper Market Value of Share in Mutual Fund Portfolio; 3. Regulation Number IV.C.3, dated September 21st, 2012 on the Guidance of Open Mutual Fund Net Assets Value Daily Announcement; 4. Regulation Number III.A.3, dated February 24th, 2012 on the Director of the Stock Exchange; 5. Regulation Number III.C.7, dated June 14th, 2012 on the Sub-Share Account at Deposit and Settlement Institution;
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
263
6. Peraturan Nomor V.B.5, tanggal 31 Oktober 2012 tentang Tata Cara Permohonan Pengakuan Sertifikat Keahlian Wakil Perusahaan Efek Oleh Lembaga Pendidikan Khusus di Bidang Pasar Modal; 7. Peraturan Nomor X.H.1, tanggal 13 Desember 2012 tentang Laporan Biro Administrasi Efek atau Emiten dan Perusahaan Publik yang Menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri; 8. Peraturan Nomor VIII.C.3, tanggal 19 April 2012 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal; 9. Peraturan Nomor II.K.1, tanggal 24 April 2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah; 10. Peraturan Nomor VIII.G.7, tanggal 25 Juni 2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik; 11. Peraturan Nomor VIII.C.1, tanggal 9 Juli 2012 tentang Pendaftaran Penilai Yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal; 12. Peraturan Nomor IX.A.14, tanggal 1 Agustus 2012 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal; 13. Peraturan Nomor X.K.6, tanggal 1 Agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik; 14. Peraturan Nomor IX.I.5, tanggal 7 Desember 2012 tentang Peraturan Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit lembaga
A regulation of the financial institutions has been perfected:
1. Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER06/BL/2012 tanggal 22 November 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
1. Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK) Number PER-06/BL/2012 dated November 22nd, 2012 on the Amendment of Regulation of Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number PER-03/ BL/2007 on the Activities of Sharia-Based Financing Companies.
Untuk penyempurnaan keuangan.
264
6. Regulation Number V.B.5, dated October 31st, 2012 on the Procedure of Request of Expertise Certificate Acknowledgement of Share Company Representative by a Special Education Institution in Capital Market; 7. Regulation Number X.H.1, dated December 13th, 2012 on the Report of Share or Emitent Administration Bureau and Public Companies Organizing Share Administration by Themselves; 8. Regulation Number VIII.C.3, dated April 19th, 2012 on the Guidance of Assessment and Presentation of Business Assessment in the Capital Market; 9. Regulation Number II.K.1, dated April 24th, 2012 on the Criteria and Issuance of List of Sharia Shares; 10. Regulation Number VIII.G.7, dated June 25th, 2012 on the Presentation and Reveal of Emitent and Public Companies Financial Report; 11. Regulation Number VIII.C.1, dated July 9th, 2012 on the Registration of Appraisals who Conduct Activities in the Capital Market; 12. Regulation Number IX.A.14, dated August 1st, 2012 on the Certificates Used in the Issuance of Sharia Shares in the Capital Market; 13. Regulation Number X.K.6, dated August 1st, 2012 on the Submission of Emitents or Public Companies Annual Report; 14. Regulation Number IX.I.5, dated December 7th, 2012 on the Establishment and Guidance of Audit Committee’s Work Implementation.
peraturan
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
PENEGAKAN HUKUM
LAW ENFORCEMENT
Pemeriksaan dan Penyidikan
Inquiry and Investigation
Hingga akhir tahun 2012, Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, atas 169 kasus dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Bapepam-LK juga melakukan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 Undang-undang Pasar Modal terhadap 12 kasus dugaan tindak pidana di bidang pasar modal.
Until end of 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has examined 169 cases of legislation violation allegations in the capital market as mentioned in article 100 of Law Number 8/1995 on the Capital Market. The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has also investigated 12 criminal cases in the capital market as mentioned in article 101 of Law on the Capital Market.
Kasus-kasus dugaan pelanggaran pasar modal yang ditangani Bapepam-LK adalah kasus-kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten dan perusahaan publik, perdagangan efek, dan pengelolaan investasi. Kasus-kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten dan perusahaan publik antara lain dugaan pelanggaran atas ketentuan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, transaksi material, keterbukaan pemegang saham tertentu, informasi atau fakta material yang harus segera diumumkan kepada publik, penyajian laporan keuangan, penggunaan dana hasil penawaran umum dan lain-lain.
Cases of the capital market violation allegations handled by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) were related to emitents and public companies openness, shares trading, and investment management. Cases related to the emitents and public companies openness included violation allegations of transaction provisions containing a conflict of interest, material transactions, certain shareholders openness, information or material facts that must be immediately announced to the public, presentation of a financial report, usage of fund from a public offering, and so on.
Kasus-kasus yang berkaitan dengan perdagangan efek antara lain dugaan pelanggaran manipulasi pasar, perdagangan semu, perdagangan orang dalam, penipuan, dan lain-lain. Kasus-kasus yang berkaitan dengan pengelolaan investasi antara lain dugaan pelanggaran dalam pengelolaan reksa dana, kewajiban pelaporan reksa dana dan lain-lain.
Cases related to the shares trading included violations of market manipulation, fictive trading, internal person trading, fraud, and so on. Cases related to investment management included violation allegations in mutual fund management, obligation of mutual fund reporting, and so on.
Dari 169 kasus, 40 kasus telah selesai proses pemeriksaannya dan telah dikenakan sanksi oleh Bapepam-LK. Sanksi itu dalam bentuk sanksi administratif dan atau perintah untuk melakukan tindakan tertentu kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran. Sementara 59 kasus telah selesai proses pemeriksaannya, tetapi masih menunggu proses pengenaan sanksi dan proses lebih lanjut dan 70 kasus masih dalam proses pemeriksaan.
Out of 169 cases, the inquiry process of 40 cases has been completed and the cases have been sanctioned by the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK). The sanctions included administrative sanctions and/or an instruction of actions to the parties commiting the allegations. Meanwhile, 59 cases have been settled but are still waiting for a sanction and a further process, and 70 cases are still in the inquiry process.
Pengenaan Sanksi
Sanctions
Pengenaan sanksi di industri pasar modal dapat dirinci dalam Tabel 4.52.
Sanctions in the capital market industry can be detailed in Table 4.52.
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
265
Tabel 4.52. Sanksi di Industri Pasar Modal Table 4.52. Sanctions in the Capital Market Industry Peringatan Tertulis Writen Warning
Denda Pinalty
Sanksi Pihak Sanction of Party
Jumlah Pihak Rp (000) Number of parties IDR (000)
Pembekuan Kegiatan Usaha Business Activities Freezed
Emiten Emitents
191
6.022.000
69
Perusahaan Publik Public Companies
2
3.200
1
Perusahaan Efek Share Companies
63
5.982.860
4
Penjamin Emisi Efek Underwriters
11
107.000
Manajemen Investasi Investment Managers
28
94.284
Penasihat Investasi Investment Consultants
5
105.920
Akun Publik Public Accountants
65
179.900
1
4
Penilai Appraisals
35
101.600
7
3
Biro Administrasi Efek Share Administration Bureau
8
48.700
Wali Amanat Trustee
1
100.000
Bank Kustodian Custodian Banks
-
-
Wakil Perantara Pedagang Efek Vice Share Trader Brokers
1
Wakil Penjamin Emisi Efek Vice underwriters
-
Wakil Manajer Investasi Investment Vice Managers
-
Konsultan Hukum Legal Consultants
5
15.900
Direksi, Komisaris, Emiten/Perusahaan Publik atau Pemegang Saham Emiten/Perusahaan Publik di atas 15% Board of Directors, Board of Commissioners, Emitents/Public Companies or Emitents Shareholders/Public Companies above 5%
18
1.177.500
Perorangan (Direktur/Komisaris Perusahaan Efek) Individual (Director/Commissioner of Share Companies
2
50.000
Partisipan Transaksi Efek Share Transaction Participants
417
709.710
SRO
2
1.000
Jumlah Number
854
Pencabutan Izin Usaha Business Activities Revoked
3 (Selaku PPE) (as PPE)
5
1
1 5
1
50.000
2
1
-
1
6
8
13
3
85
14.749.574
1
Sementara sanksi terhadap lembaga keuangan nonbank dengan perincian sebagai berikut:
Sanctions to non-bank financial institutions are detailed as follow:
i.
i.
Pengenaan Sanksi terhadap perusahaan perasuransian Sampai dengan 11 Desember 2012, Perusahaan Perasuransian yang telah dikenakan sanksi adalah sebagai berikut: 1. Surat Peringatan Pertama, sebanyak 176 sanksi; 2. Surat Peringatan Pertama dan Terakhir, jumlah sebanyak 38 sanksi;
266
Pembahasan Kegiatan Usaha Business Activities Limited
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Sanctions to insurance companies. Until December 2012, insurance companies which have been sanctioned include:
1. First warning letter, 176 sanctions. 2. First and last warning leter, 38 sanctions.
3. Surat Peringatan Kedua, jumlah sebanyak 39 sanksi; 4. Surat Peringatan kedua dan Terakhir, jumlah sebanyak 7 sanksi; 5. Surat Peringatan Ketiga, jumlah sebanyak 15 sanksi; 6. Surat Pembatasan Kegiatan Usaha, jumlah sebanyak 7 sanksi; 7. Surat Penegasan Pembatasan Kegiatan Usaha, jumlah sebanyak 33 sanksi; 8. Pencabutan Izin Usaha, jumlah sebanyak 6 sanksi. 9. Pengenaan sanksi terhadap pengelola dana pensiun
3. Second warning letter, 39 sanctions.
Sampai dengan 14 Desember 2012, Bapepam dan LK mengeluarkan sanksi denda atas keterlambatan penyampaian laporan berkala kepada 16 pendiri dana pensiun dengan total denda sebesar Rp19.384.000,00.
Until December 14th, 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has issued penalty sanctions on the late submission of periodical reports to 16 pension fund founders with a total penalty of IDR19,384,000.00.
ii. Pengenaan sanksi pembiayaan
terhadap
perusahaan
4. Second and last warning letter, 7 sanctions. 5. Third warning letter, 15 sanctions. 6. Business Activity Limitation Letter, 7 sanctions. 7. Business Activity Limitation Confirming Letter, 33 sanctions. 8. Business license revocation, 6 sanctions. 9. Sanctions to pension fund managers
ii. Sanctions to financing companies
Bapepam-LK juga menindaklanjuti tindak lanjut atas pemeriksaan terhadap perusahaan pembiayaan yang telah dilakukan selama tahun 2011 dan 2012. Terkait dengan kewajiban penyampaian laporan keuangan yang diaudit tahun 2011 sampai dengan selambat-lambatnya akhir April tahun 2012 sebagaimana diatur dalam pasal 33 Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, selama tahun 2012 Bapepam-LK telah memberikan beberapa sanksi.
The Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has also followed up to inquiry of financing companies in 2011 and 2012. Concerning the obligation to submit an audited financial report in 2011 until no later than April 2012 as regulated in article 33 Regulation of the Minister of Finance No. 84/ PMK.012/2006 on the Financing Companies, in 2012, the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) has given some sanctions.
Sanksi tersebut berupa surat peringatan pertama sampai dengan ketiga, pembekuan kegiatan usaha, dan pencabutan izin usaha terhadap perusahaan pembiayaan yang telah melanggar ketentuan-ketentuan di bidang perusahaan pembiayaan. Perinciannya adalah surat peringatan pertama (50), surat peringatan kedua (14), surat peringatan ketiga (8), pembekuan kegiatan usaha (3), pencabutan izin usaha (1).
The sanctions included first to third warning letters, freezed business activities, and revoked business activities of financing companies that had violated prevailing provisions in the financing company sector. The detail is first warning letter (50), second warning letter (14), third warning letter (8), freezed business activities (3), revoked business activities (1).
iii. Pengenaan penjaminan
sanksi
terhadap
perusahaan
Selama tahun 2012, sebagai tindak lanjut atas pengawasan off-site dan on-site yang dilaksanakan terhadap perusahaan penjaminan,
iii. Sanctions to underwriting companies
In 2012, as a follow up to off-site and onsite supervision to underwriting companies, the Financing and Underwriting Bureau of
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
267
Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK telah memberikan sanksi administratif kepada perusahaan penjaminan yang melanggar peraturan perundangundangan di bidang Perusahaan Penjaminan.
268
the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) gave administrative sanctions to underwriting companies that had violated legislations in the underwriting company sector.
Satuan Tugas Investasi
Investment Task Force
Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-124/BL/2012 tanggal 19 Maret 2012, masa tugas Satuan Tugas Penanganan Dugaan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada Investasi) diperpanjang. Keberadaan satgas ini masih diperlukan pada tahun 2012 untuk menyelesaikan dan melanjutkan program-program yang telah ditetapkan.
Under Decree of the Chairman of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) Number Kep-124/BL/2012 dated March 19th, 2012, the term of office of the Taskforce of Handling against the Law Allegations in the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) was extended. The taskfoce was still required in 2012 to settle and continue the stipulated programs.
Anggota Satgas Waspada Investasi terdiri atas perwakilan pejabat/pegawai pada sembilan instansi yaitu Bapepam-LK Kementerian Keuangan, BI, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ditjen Perdagangan Dalam Negeri - Kementerian Perdagangan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) – Kementerian Perdagangan, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara Komunikasi dan Informatika serta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Members of the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) consisted of representatives of officials/employees at nine institutions, including the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK) at the Ministry of Finance, Bank Indonesia, the Indonesian Attorney General Office, the Indonesian Police, the Centre of Financial Transactions Reporting and Analysis (PPATK), the Directorate General of Domestic Trading at the Ministry of Trade, the Commodity Exchanges Supervisory Agency (Bappebti) at the Ministry of Trade, the State Ministry of Cooperatives and Small to Medium Enterprises, the State Ministry of Communication and Informatics, and the Investment Coordination Agency (BKPM).
Satgas Waspada Investasi memiliki dua program kerja yaitu Program Pencegahan dan Program Penanganan. Program Pencegahan bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk penghimpunan dana dan pengelolaan investasi, baik yang legal maupun yang ilegal. Dengan demikian diharapkan akan timbul sikap kritis dan waspada pada masyarakat terhadap berbagai bentuk penawaran investasi.
The Public Fund Collecation Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) had two work programs, including prevention and handling programs. The prevention program was aimed at educating the people, so that they could identify the forms of fund collection and investment management, both legal as well as illegal. It was therefore hoped that the people would be critical and aware of the various forms of investment offers.
Program Pencegahan diwujudkan melalui sosialisasi kepada masyarakat luas berupa siaran pers/paparan publik, penayangan iklan layanan masyarakat, penyebaran brosur dan poster, serta menyelenggarakan seminar/workshop di kota-kota besar di Indonesia. Materi yang diberikan mengenai tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi.
The prevention program was materialized through socialization to the people in the form of press conferences/public presentations, public service announcements, brochures and pamflets, and seminars/workshops in major cities in Indonesia. Topics were actions against the law in the public fund collection and investment management. Until end of 2012, the Public Fund Collection Sector and
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Sampai akhir tahun 2012 Satgas Waspada Investasi telah melaksanakan empat kali seminar/sosialisasi Waspada Investasi di empat kota besar di Indonesia yaitu Samarinda, Medan, Makassar dan Pekanbaru. Untuk lebih menyebarluaskan keberadaan Satgas Waspada Investasi dan program-programnya, sosialisasi juga dilaksanakan melalui penayangan iklan layanan masyarakat terkait Waspada Investasi di media cetak dan media elektronik seperti penayangan iklan pada televisi swasta dan pada transportasi kereta api. Selain itu Satgas juga menyebarkan brosur Waspada Investasi kepada masyarakat.
Investment Management (Satgas Waspada Investasi) held four seminars/socializations in four major cities in Indonesia, including Samarinda, Medan, Makassar and Pekanbaru. To further disseminate the existence of the the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) and its programs, socializations were conducted by Public Service Annoucements in both print as well as electronic media such as advertisements in private TV stations and trains. In addition, the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) also distributed brochures to the people.
Program Penanganan dilaksanakan melalui tindakan penanganan atas kasus yang dilaporkan masyarakat yaitu dalam bentuk analisis awal kasus yang dilaporkan masyarakat oleh Sekretariat Satgas, pertemuan antar instansi anggota Satgas Waspada Investasi untuk membahas kasus-kasus yang masuk, tindakan pemeriksaan atau penyidikan kasus, serta pemeriksaan/investigasi bersama atas suatu dugaan pelanggaran. Selama tahun 2012 Satgas Waspada Investasi telah menangani 89 pengaduan masyarakat yang masuk. Pada tahun 2012, pengaduan masih didominasi oleh dugaan penipuan berkedok investasi melalui media internet dengan modus perdagangan komoditi seperti emas, minyak atau perdagangan kontrak berjangka. Selain itu, laporan kasus dugaan penyalahgunaan izin koperasi juga menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
The handling program was implemented through handling actions on cases reported by the people, including initial analysis of the cases reported by the people to the Taskforce Secretariat, meetings between member institutions of the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) to discuss the cases, inquiry or investigation of the cases, and joint inquiry/investigation of alleged violations. In 2012, the Public Fund Collection Sector and Investment Management (Satgas Waspada Investasi) handled 89 complains from the people. The complains were dominated by alleged investment frauds through the internet media with a modus of commodity trading, such as gold, oil or futures contract trading. In addition, there was also an increase of reports of alleged misuse of coperatives licenses, compared to the previous year.
PERSIAPAN PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN
PREPARATION OF THE ESTABLISHMENT OF THE FINANCIAL SERVICE AUTHORITY
Berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka terhitung mulai 31 Desember 2012, tugas dan fungsi Bapepam-LK akan berpindah ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk memberikan dukungannya dalam pembentukan OJK, pemerintah menugaskan beberapa pegawai Bapepam-LK untuk menjadi anggota Tim Transisi OJK, penyediaan infrastruktur OJK, pemindahan aset dan dokumen ke OJK, pemenuhan sumber daya manusia, dan anggaran operasional OJK. Dari 1.036 pejabat/pegawai Bapepam-LK, sebanyak 938 pejabat/pegawai Bapepam-LK menjadi pegawai OJK.
Pursuant to Law Number 21/2011 on the Financial Service Authority, as of December 31st, 2012, the tasks and functions of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (BapepamLK) shall be transferred to the Financial Service Authority (OJK). To support the establishment of the Financial Service Authority (OJK), the government has assigned some employees of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) to be members of the Financial Service Authority (OJK) transition team, to provide the Financial Service Authority (OJK) infrastructure, to transfer assets and documents to the Financial Service Authority (OJK), to fulfill the human resources, and the Financial Service Authority (OJK)’s operational budget. Out of 1,036 officials/employees
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
269
of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK), 938 officials/ employees of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) shall be employees of the Financial Service Authority (OJK). Meski sebagian besar tugas Bapepam-LK akan diserahkan ke OJK, tetapi ada beberapa tugas fungsi Bapepam-LK yang tetap dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan (tidak berpindah ke OJK), yaitu:
Although most of the tasks of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) shall be delegated to the Financial Service Authority (OJK), there remain some tasks and functions of the Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK) that will be still implemented by the Ministry of Finance (not delegated to the Financial Service Authority (OJK), including:
a. Fungsi Pengaturan i Mewakili pemerintah dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang terkait bidang tugas OJK kepada DPR. Saat ini terdapat RUU yang masih memerlukan proses penyelesaian, antara lain RUU Lembaga Keuangan Mikro, RUU Perasuransian, RUU Dana Pensiun, RUU Jaring Pengaman Sektor Keuangan, RUU Penjaminan dan RUU Penjaminan Polis;
a. Regulating function i To represent the government in submitting the Law Draft related to the tasks of the Financial Service Authority (OJK) to the House of Representatives. At present, there remain drafts that need to be finalized, including the Law Draft on Micro Financial Institutions, the Law Draft on Insurance, the Law Draft on Pension Fund, the Law Draft on Financial Sector Safety Net, the Law Draft on Underwriting and the Law Draft on Underwriting Policy;
ii
270
Memberikan masukan kepada pejabat ex officio OJK dari Kementerian Keuangan atas substansi draft Peraturan OJK untuk memastikan bahwa Peraturan OJK sejalan dengan kebijakan Pemerintah.
ii
To provide inputs to the ex officio officials of the Financial Service Authority (OJK) from the Ministry of Finance on the draft substance of the Regulation of the Financial Service Authority (OJK) to ensure that the Regulation of the Financial Service Authority (OJK) is in line with the government policies.
b. Fungsi Kesekretariatan Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan Dalam pasal 44 ayat (2) Undang-Undang OJK dinyatakan bahwa “Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan dibantu Kesekretariatan yang dipimpin salah seorang pejabat eselon I di Kementerian Keuangan”, sehingga fungsi tersebut harus diakomodasikan dalam unit pengganti eks Bapepam-LK.
b. Secretariat Function of the Financial Sector Coordination Forum In article 44 paragraph (2) of the Law on the Financial Service Authority (OJK), it is stated that the Financial Sector Coordination Forum is assisted by a Secretariat chaired by an Echelon I official at the Ministry of Finance, so that the function shall be accomodated in a replacing unit of ex-Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency (Bapepam-LK).
c. Fungsi Hubungan Internasional Fungsi ini diperlukan untuk mengakomodasikan kepentingan OJK dalam hubungan internasional yang bersifat government to government.
c. International relations function The function is required to accomodate the Financial Service Authority (OJK)’s interest in government-to-government international relations.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
d. Penanganan dokumen dan permasalahan eks UP3 (Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah);
d. Handling documents and problems of exGovernment Underwriting Implementation Unit (UP3);
e. Perizinan dan pengawasan aktuaris Mengingat cakupan jasa aktuaris sangat luas, tidak terbatas pada industri jasa keuangan, maka tidak tepat apabila perizinan dan pengawasannya tetap berada pada OJK. Perizinan dan pengawasan aktuaris mungkin akan lebih tepat apabila ditangani oleh Kementerian Keuangan bersama dengan profesi lainnya yaitu akuntan dan penilai;
e. Licensing and actuaris supervison Considering the vast coverage of actuaris service, not limited to the financial service industry, it shall not be proper if the licensing and supervision functions remain at the Financial Service Authority (OJK). The licensing and supervision functions shall be more properly handled by the Ministry of Finance with other professions, such as accountant and appraisal;
f.
f.
Pembinaan atas jaminan sosial dan dana pensiun PNS saat ini menjadi salah satu tugas Biro Dana Pensiun;
Development of social guarantee and civil servants pension fund is at present one of the tasks of the Pension Fund;
g. Pelaksanaan UU No 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana Pertanggung jawaban Wajib Kecelakaan Penumpang dan UU Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan;
g. Implementation of Laws No. 33 and 34/1964 on the Compulsory Liability Fund of Passenger Accidents and No. 34/1964 on the Compulsory Liability Fund of Road Traffic Accidents;
h. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
h. Social Guarantee Organizing Agency (BPJS)
Bab 04 | Analisis Kinerja Chapter 04 | Performance Analysis
271
Gasing Permainan yang menggunakan mainan yang bisa berputar pada poros dan seimbang pada suatu titik. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon atau kulit pohon. Setiap anak hanya dapat memainkan gasingnya satu kali dalam satu putaran. Gasing peserta yang berputar lebih lama dalam lingkaran dari yang lainnya dianggap sebagai pemenang, dalam permainan ini diperlukan keterampilan dan kejujuran. Game that uses toy that can be spin on the shaft and balance at some point. Most of the gasing are made of wood, although often made of plastic, or other materials. Top rope is generally made of nylon or tree bark. Each child can only play gasing one time in one round. Gasing participants in the circle spins longer than the other is considered as the winner, in this game takes skill and honesty.
BAB
CHAPTER Sistem Pengendalian Internal Internal Control System Manajemen Risiko Risk Management Budaya Kerja Work Culture Whistle Blowing System Whistle Blowing System Keterbukaan Informasi Information Openness
05
Tata Kelola Pemerintahan Governance
Sistem Pengendalian Intern Internal Controlling System
276
Ekspektasi publik terhadap organisasi pemerintahan diartikulasikan dalam berbagai cara, di antaranya fokus pada organisasi dan bagaimana pimpinan mengatur organisasi. Oleh karenanya, para pengambil kebijakan dan jajaran manajemen di sektor pemerintahan selalu berusaha untuk mencari cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dan meminimalkan permasalahan operasional adalah menyelenggarakan suatu sistem pengendalian intern yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini disebabkan karena ketahanan penerapan sistem pengendalian internal diyakini menjadi salah satu elemen kunci kesuksesan jangka panjang suatu organisasi.
The public expectation towards the government organization is articulated in various ways, among others on the organization and how leaders manage the organization. Therefore, the decision makers and the management in the government continue to seek a better way to reach the organization’s goals and targets. The key factor to reach a success and to minimize operational problems is to organize an internal controlling system suitable with the organization’s needs. This is because the application of the internal controlling system is believed to be a key element of an organization’s long-term success.
Sistem Pengendalian Intern di Kementerian Keuangan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 (PP 60/2008)
The internal controlling system at the Ministry of Finance is organized pursuant to the Government Regulation No. 60/2008 on the Government’s Internal
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Skema SPIP berdasarkan PP 60/2008 secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Controlling System (SPIP). Based on the regulation, the scheme can be simply seem in Picture 5.1.
Diagram 5.1 Tujuan SPIP Menurut PP 60/2008 (Iman Bastari, 2009) Diagram 5.1 Target of the Government’s Internal Controlling System according to Government Regulation No. 60/2008
Pengelolaan Keuangan Negara (State’s Financial Management)
Reformasi Manajemen Keuangan Negara
-
(State’s Financial Management Reform)
Menteri/ Pimpinan Lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota Wajib Menyelenggarakan
Negara / Pemerintah (State/Government)
Lingkungan Pengendalian Penilaian Risiko Kegiatan Pengendalian Informasi & Komunikasi Pemantauan Pengendalian Intern
Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan PertanggungJawaban Planning Implementation Supervision Responsibility
- Controlling Environment - Risk Assessment - Controlling Activities - Information & Communication - Internal Controlling Monitoring
(Minsters/Leaders/Institutions/ Governors/Regents/Mayors/ Obliged to Organise)
Integrasi
Integration
SPIP (Versi COSO) SPIP (Coso version)
GOAL (GOAL)
Tertib Terkendali Efisien Efektif In Order Controled Efficient Effective
- Akuntabilitas - Trust - Pelayanan - Kesejahteraan Rakyat - Accountability - Trust - Service - People’s Welfare
Kinerja Perusahaan (Corporate Performance)
- Value of the firm - Pelayanan Publik - KKN - Kesejahteraan Rakyat - Value of the Firm - Public Service - Corruption, Collusion, Nepotism - Public Welfare
Pelaksanaan sistem pengendalian intern dilimpahkan kepada Itjen Kementerian Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130/KMK.09/2011 (KMK 130/2011) tentang Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Keuangan.
Implementation of the internal controlling system has been delegated to the Ministry of Finance’s Inspectorate General pursuant to Decree of the Finance Minister Number 130/KMK.09/2011 on the Policy of the Finance Ministry’s Internal Supervision.
Pada tingkat entitas, tata kelola pemerintahan di lingkungan Kementerian Keuangan telah memenuhi sebagian unsur SPIP yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern. Unsur pemantauan, belum mendapatkan perhatian cukup di lingkungan Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152/KMK.09/2011 (KMK 152/2011) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 435/KMK.09/2012 (KMK 435/2012) tentang Peningkatan Pengendalian Intern di lingkungan Kementerian Keuangan, merupakan salah satu upaya peningkatan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan.
At the entity level, governance at the Ministry of Finance has fulfilled some of the elements of the Gvernment’s Internal Controlling System, including: controlling environment, risk assessment, controlling activities, information and communication, and internal controlling monitor. The monitor element has not been given sufficient attention at the Finance Ministry. Decree of the Finance Minister Number 152/KMK.09/2011 as has been amended by Decree of the Finance Minister Number 435/KMK.09/2012 on the enchancement of Internal Controlling at the Finance Ministry is one of the efforts to increase internal controlling at the Finance Ministry.
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
277
Selain best practices berupa COSO Internal Control Framework dan beberapa regulasi sebagaimana tersebut di atas, peningkatan pengendalian internal di lingkungan Kementerian Keuangan juga dilandaskan pada arahan Menteri Keuangan. Menteri Keuangan telah menginstruksikan kepada Itjen untuk memimpin pembentukan unit kepatuhan intern di seluruh Eselon I. Penguatan unsur pemantauan tersebut didasarkan pada penerapan konsep terkini dalam pengendalian internal yaitu konsep “three lines of defense” (tiga lini pertahanan) seperti tampak pada Gambar 5.2.
Apart from best practices in the form of COSO Internal Controlling Framework and some regulations as mentioned above, increase of the internal controlling at the Finance Ministry is also based on the Finance Minister’s direction. The Finance Minister has instructed the Inspectorate General to lead an establishment of an internal compliance unit in all echelon I units. The strengthening of the controlling element is based on the latest concept application in internal controlling, that is the “three lines of defense” concept as seen in Picture 5.2.
Diagram 5.2 Three lines of defense Diagram 5.2 Three lines of defense
Internal Audit Inspektorat Jenderal (Inspectorate General) Monitoring Unit Kontrol Intern (Internal Control Unit)
Penerapan SPIP (SPIP Application) Unit Operasi
278
Mengingat luasnya lingkup kerja Kementerian Keuangan, maka konsep pengendalian intern secara berjenjang sangat penting diterapkan. Hal ini akan memicu peningkatan penguatan unsur lingkungan pengendalian, unsur penilaian risiko, unsur kegiatan pengendalian, dan unsur informasi dan komunikasi. Secara garis besar, penerapan program peningkatan pengendalian intern yang dilaksanakan pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Considering the vast work coverage of the Ministry of Finance, a gradual internal controlling concept is very important to be applied. This will trigger a more strengthened element of controlling environment, element of risk assessment, element of controlling activities, and element of information and communication. In general, the application of internal controlling enchancement program implemented in 2012, is as follows:
a. Pembentukan struktur Unit Kepatuhan Internal (UKI) pada setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan; b. Pengembangan perangkat dan mekanisme kerja pemantauan pengendalian intern pada kegiatan selain kegiatan yang dipantau tahun 2011;
a. Establishment of an Internal Compliance Unit in each echelon I unit at the Ministry of Finance;
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
b. Development of work tools and mechanism for internal controlling monitoring in activities exclude activities monitored in 2011;
c. Pengembangan metodologi, perangkat, dan mekanisme kerja seluruh unsur pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai sistem pengendalian intern pemerintah.
c. Development of methodology, tools, and work mechanism of all internal controlling elements as mentioned in the legislation that regulates the government’s internal controlling system.
Realisasi rencana aksi peningkatan penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Reliazation of the action plan of the internal controlling application enchancement at the Ministry of Finance in 2012 is as follows:
a. Penetapan road map Percepatan Implementasi UKI melalui Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-08/IJ/2012.
a. Road map stipulation of the acceleration of Internal Controlling Units implementation through Regulation of the Inspector General Number PER-08/IJ/2012.
b. Penetapan struktur UKI pada instansi vertikal di lingkungan Kementerian Keuangan dengan 12 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) seperti pada Tabel 5.1.
b. Stipulation of Internal Controlling Units structure in vertical offices at the Finance Ministry with 12 Regulations of the Ministry of Finance (PMK) as in Table 5.1.
Tabel 5.1 PMK terkait Penetapan Struktur UKI Table 5.1 Regulations of the Finance Minister related to the Internal Controlling Units Structure No 1
Nomor PMK Number of Finance Minister Regulation (PMK)
Unit Eselon I Echelon I unit Direktorat Jenderal Pajak Directorate General of Tax
PMK Nomor 167/PMK.01/2012 PMK Nomor 171/PMK.01/2012 PMK Nomor 172/PMK.01/2012 PMK Nomor 173/PMK.01/2012 PMK Nomor 174/PMK.01/2012
2
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Directorate General of Customs and Excise
PMK Nomor 168/PMK.01/2012 PMK Nomor 175/PMK.01/2012 PMK Nomor 176/PMK.01/2012
3
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Directorate General of Treasury
PMK Nomor 169/PMK.01/2012
4
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Directorate General of State’s Assets
PMK Nomor 170/PMK.01/2012
5
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Financial Education and Training Board
PMK Nomor 177/PMK.01/2012 PMK Nomor 178/PMK.01/2012
c. Pengembangan kerangka kerja, pedoman teknis pemantauan, revisi pedoman manajemen risiko, pedoman penanganan pengaduan dan pemantauan kode etik, serta prinsip mutasi, penilaian kinerja, dan kompetensi pegawai UKI. Kerangka kerja dan Pedoman Teknis Pengendalian Intern telah diterbitkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/
c. Work plan development, monitoring technical guidance, revision of the risk management guidance, complains handling guidance, and code of ethics monitoring, as well as mutation principle, performance assessment, and competence of the Internal Controlling Unit employees. The work plan and Internal Controlling Technical Guidance have been
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
279
KMK.09/2013. Pedoman Teknis Pengendalian Intern tersebut meliputi pedoman pemantauan pengendalian utama dan pedoman efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan.
issued by Decree of the Finance Minister Number 32/KMK.09/2013. The Internal Controlling Technical Guidance includes a guidance in the main controlling monitoring and a guidance in the implementation effectiveness and design sufficiency.
d. Penambahan kegiatan yang dipantau, penyusunan perangkat, serta pelaksanaan uji coba dan pemantauan di setiap Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dengan asistensi Itjen.
d. Addition of the monitored activities, devices preparation, and the trial and monitoring implementation in each echelon I unit at the Ministry of Finance, assisted by the Inspectorate General.
e. Pemantauan pelaksanaan pada tiap-tiap Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan oleh Itjen.
e. Implementation monitoring in each echelon I unit at the Ministry of Finance by the Inspectorate General.
f.
f.
Jumlah kegiatan yang dipantau pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 130 kegiatan, dibandingkan tahun 2011 sebanyak 37 kegiatan. Rincian perbandingan kegiatan yang dipantau pada tahun 2011 dan 2012 per unit Eselon I dapat dilihat pada Gambar 5.3.
The number of activities monitored in 2012 increased significantly to 130, compared to 37 in 2011. A detailed comparison of the activities monitored in 2011 and 2012 per unit I echelon can be seen in Picture 5.3.
Grafik 5.3 Jumlah Kegiatan Yang Dipantau Periode 2011 – 2012 Per Unit Eselon I Graphic 5.3 Number of activities monitored Period of 2011 – 2012 per echelon I unit 26
18 15 10
14 11
12
8
8 5 2
U DJP
3 3
2
2
2
2011 2012
K DJP
-LK
m
pa
pa
Ba
te G
o ect
N DJK
2
Dir
ect o ra
Dir
DJP
C DJB
1
6
Dir ect ora te Ge en ne era ral lo of fC Tax ust om sa nd Exc Dir ise ect ora te Dir D Ge JPB ect ne ora ral te of Ge Sta ne te’s ral of As Dir De set ec t bt s Ma ora na te ge Ge me ne ral nt of Fis cal Ba lan Ins ce pe cto rat Itje eG n en era Se cre l Ma t S ari e rke t a jen ta t e nd Ge ne Fi ral Su nanc pe ial rvi In sor sti y A tut Fin ge ion an nc cia Fis y c al l Ed Po BK uca l i c tio yB F na od nd Tra BP y ini PK ng Bo dy
et DJABudg f o ral
e en eG rat
2
1
6
5
g. Penyusunan pedoman pemantauan kode etik yang ditetapkan melalui Peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER-14/IJ/2012.
280
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
g. Forming of code of conducts monitoring guidance through Regulation of the Inspector General Number PER-14/IJ/2012.
h. Pembentukan Forum Koordinasi UKI di Lingkungan Kementerian Keuangan melalui Keputusan Inspektur Jenderal Nomor KEP-133/ IJ/2012,dengan masa kerja hingga Oktober 2013.
h. Establishment of Internal Controlling Unit Coordination Forum at the Ministry of Finance through Decree of the Inspector General Number KEP-133/IJ/2012, with a work period until October 2013.
Untuk tahun 2013, rencana peningkatan penerapan pengendalian internal di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:
For 2013, the plan of enchancement the internal controlling application at the Ministry of Finance is as follows:
a. Penyelesaian regulasi terkait struktur UKI unit pusat; b. Pengisian kelengkapan struktur UKI permanen (pengangkatan pejabat/pegawai, SOP, Uraian Jabatan); c. Pelatihan masif dengan tema Akselerasi Implementasi UKI yang diperuntukan bagi kelas manajerial dan operasional guna membangun kesadaran pimpinan dan pembentukan pegawai UKI yang kompeten; d. Uji coba pemantauan efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan dalam rangka evaluasi seluruh pengendalian internal; dan e. Pemantauan dan evaluasi peningkatan pengendalian internal oleh Itjen.
a. Completion of the regulation related to the central unit’s Internal Controlling Unit structure; b. Fulfilment of the permanent Internal Controlling Unit structure (appointment of officials/ employees, SOP, job description); c. Massive trainings with the theme Acceleration of Internal Controlling Unit Implementation addressed to the managerial and operational levels to build leadership awareness and forming competent Internal Controlling Unit employees; d. Trial of implementation effectiveness monitoring and design sufficiency to evaluate all internal controlling; and e. Monitoring and evaluation of internal controlling enchancement by the Inspectorate General.
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
281
Manajemen Risiko Risk Management
282
Penerapan Manajemen Risiko merupakan perwujudan prinsip good governance yang dilakukan secara terus menerus, sistematis, logis, dan terukur terutama pada fungsi-fungsi utama unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Penerapan Manajemen Risiko merupakan wujud pelaksanaan amanat pasal 13 ayat (1) PP 60/2008. Sebagai pedoman penerapan manajemen risiko di Kementerian Keuangan, pada tahun 2008 ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/ PMK.09/2008 (PMK 191/2008) tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan.
Application of the risk management is a manifestation of the good governance principle which is conducted in a continuous, systematic, logical, and measured way, especially on the main functions of echelon I units at the Finance Ministry. Application of the risk management is also a manifestation of implementing mandate of article 13 paragraph (1) of Government Regulation Number 60/2008. As a guidance of the risk management application at the Finance Ministry, Regulation of the Finance Minister Number 191/PMK.09/2008 was stipulated in 2008 on Risk Management Application at the Finance Ministry.
Untuk menyukseskan implementasiPMK 191/2008, proses komunikasi kebijakan, strategi, dan asistensi penerapan manajemen risiko dilakukan kepada seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Komunikasi tersebut telah dan terus dilaksanakan baik dalam bentuk pendidikan dan
In order to successfully implement Regulation of the Finance Minister Number 191/2008, the communication process of policies, strategy, and risk management application assistance is disseminated to all employees at the Finance Ministry. Such communication has and will continue to be
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
pelatihan, sosialisasi, workshop, ataupun seminar tentang PMK 191/2008 yang sampai dengan saat ini telah dilaksanakan pada seluruh manajemen puncak di setiap unit Eselon I dan 172 Eselon II dari 203 Eselon II yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan. Selain itu program training of trainers (TOT) juga dilaksanakan dengan melibatkan perwakilan pegawai dari setiap unit Eselon II selaku unit pemilik risiko di setiap unit Eselon I. TOT ini telah diberikan kepada seluruh unit Eselon I kecuali Setjen.
implemented, both in the form of education and training, socialization, workshops, and seminars on Regulation of the Finance Minister Number 191/2008. To date, all top managers at echelon I units, 172 out of 203 officials at echelon II units at the Finance Ministry have implemented the communication. In addition, training of trainers programs have also been organized involving representatives from each echelon II units as risk owner units in each echelon I unit. The programs have also been provided to all echelon I units, except the Secretariate General. The training of trainers programs have been provided to all echelon I units except the Secretariate General.
Pembimbingan dan konsultasi manajemen risiko di Kementerian Keuangan dilakukan oleh Itjen selaku Compliance Office for Risk Management (CORM) yang dijalankan sejak awal tahun 2009. Hingga saat ini, seluruh unit Eselon II pada 12 unit Eselon I di Kementerian Keuangan telah memiliki profil risiko dengan jumlah risiko yang berhasil diidentifikasi sebanyak 5.327 risiko.
Guidance and consultation of risk management at the Finance Ministry have been implemented by the Inspectorate General as the Compliance Officer for Risk management (CORM) since beginning of 2009. To date, all echelon II units at 12 echelon I units at the Finance Ministry already have a risk profile with the number of risks identified of 5,327.
Penilaian Manajemen Risiko
Risk Management Assessment
Penilaian penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan penerapan manajemen risiko dalam suatu unit organisasi dengan mengevaluasi empat komponen, yaitu: kepemimpinan, proses manajemen risiko, aktivitas penanganan risiko, dan hasil penerapan manajemen risiko. Di Kementerian Keuangan, penilaian manajemen risiko untuk pertama kali dilaksanakan pada Itjen dengan dasar hukum pelaksanaannya mengacu kepada peraturan Inspektur Jenderal Nomor PER11/IJ/2012 tentang penilaian mandiri penerapan manajemen risiko di lingkungan Itjen Kementerian Keuangan. Pada Tahun 2012, hasil penilaian tingkat penerapan manajemen risiko di lingkungan Itjen berada pada level risk defined (level 3).
Assessment of the risk management application is aimed at finding out the maturity level of the risk management application in one organization unit by evaluating four units, including: leadership, risk management process, risk handling activities, and result of the risk management application. At the Finance Ministry, assessment of the risk management was implemented for the first time at the Inspectorate General of which the legal basis was Regulation of the Inspector General Number PER-11/IJ/2012 on the independent assessment of risk management application at the Finance Ministry’s Inspectorate General. In 2012, resut of the assessment of the risk management application at the Inspectorate General was risk defined level (level 3).
Dengan menggunakan perangkat penilaian yang sama, tahun 2012 dilakukan pula uji coba penilaian penerapan manajemen risiko di DJKN dan dihasilkan gambaran mengenai tingkat penerapan manajemen risiko di DJKN yaitu berada pada level risk defined (level 3).
Using the same assessment tools, in 2012, an assessment trial of the risk management application at the Directorate General of State’s Assets was conducted, producing a picture on the level of risk management application at the Directorate General of State’s Assets which was risk defined level (level 3).
Sebagai bentuk komitmen penerapan manajemen risiko, pada tahun 2013 hasil penilaian tingkat penerapan manajemen risiko diusulkan akan menjadi indikator kinerja di seluruh unit Eselon I di Kementerian Keuangan dengan target kinerja berada pada level risk defined (level 3).
As a commitment to the risk management application, in 2013, result of the assessment of risk management application will be recommended as a performance indicator in all echelon I units at the Finance Ministry with a performance target at risk defined level (level 3).
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
283
Budaya Kerja Work Culture
284
Budaya kerja yang baik diharapkan memberikan tuntunan atas pola pikir dan perilaku kepada pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari serta reformasi birokrasi. Output/outcome yang diharapkan adalah sebuah perubahan mindset sehingga para pegawai secara profesional dapat menjalankan agenda reformasi yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada para pemangku kepentingan.
A good work culture is expected to guide employees’ paradigm and behaviour in executing daily tasks and bureaucracy reform. The output expected is a change in the mindset so that all employees work professionally on the reform agenda which in turn will increase service quality to the stakeholders.
Pada tahun 2012, dilaksanakan perumusan nilai-nilai Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu langkah untuk menciptakan sistem budaya kerja yang terinternalisasi dan terintegrasi.
In 2012, values of the Finance Ministry were formulated as one of the steps to create an internalized and integrated work culture.
Tujuan dibentuknya nilai-nilai Kementerian Keuangan antara lain untuk membentuk pola pikir, tutur kata, sikap, dan perilaku kerja yang andal bagi seluruh PNS Kementerian Keuangan dengan didasari visi, misi, dan tata nilai Kementerian Keuangan. Kehadiran nilai-nilai diharapkan dapat
The formulation of the Finance Ministry’s values was aimed at forming a reliable paradigm, speech, attitude, and work behaviour for all Finance Ministry’s employees, based on the Finance Minstry’s vision, mission, and values. The values were expected to increase performance and to create an effective
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
meningkatkan kinerja dan mewujudkan tata kelola yang efektif dan efisien melalui perubahan sikap dan perilaku PNS Kementerian Keuangan berdasarkan nilai-nilai tersebut.
and efficient management through a change of the the Finance Ministry’s civil servants attitude and behaviour based on such values.
Nilai-nilai Kementerian Keuangan dan Perilaku Utama telah dirumuskan dan dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 312/ KMK.01/2011 yang disusun dari usulan seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Nilainilai tersebut adalah Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan Kesempurnaan.
The Finance Ministry’s values and behaviour were formulated and confirmed with Decree of the Finance Minister Number 312/KMK.01/2011, arranged upon recommendation of all echelon I units at the Finance Ministry. The values include integrity, professionalism, synergy, service, and perfection.
Dalam rangka internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada seluruh pejabat/pegawai, pada tahun 2012 telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang terdiri dari:
To internalize the Finance Ministry’s values to all officials/employees, in 2012, some activities were organized, including:
a. Workshop Menindaklanjuti workshop pejabat Eselon II pada tanggal 28 dan 29 November 2011 yang menghasilkan contoh-contoh perilaku sebagai pencerminan nilai-nilai Kementerian Keuangan, telah diselenggarakan workshop terhadap 91 pejabat Eselon II seluruh unit di lingkungan Kementerian Keuangan baik kantor pusat maupun kantor vertikal. Para pejabat itu didampingi oleh narasumber pada tanggal 10 sampai dengan 12 April 2012, bertempat di Hotel Borobudur Jakarta. Workshop tersebut bertujuan untuk:
a. Workshop As a follow up to the echelon II workshop on November 28th and 29th, 2011, which produced behavioural examples as the Finance Ministry’s values, a workshop was held for 91 officials at all echelon II units of the Finance Ministry, both at the head office as well as at vertical offices. The officials were accompanied by sources from April 10th to 12th, 2012, at Borobudur Hotel, Jakarta. The workshop was aimed at:
1) memahami pentingnya transformasi budaya Kementerian Keuangan; 2) memahami makna nilai-nilai dan perilaku utama Kementerian Keuangan; 3) memahami peran jajaran pimpinan sebagai Change Leader/Change Champion; dan 4) menggalang komitmen bersama untuk mendukung keberhasilan transformasi budaya Kementerian Keuangan.
1) Understanding the importance of cultural transformation at the Finance Ministry; 2) Understanding the meaning of values and prime behaviour of the Finance Ministry; 3) Understanding the roles of the management as a change leader/change champion; and 4) Encouraging a joint commitment to support a success of the Finance Ministry’s cultural transformation.
Workshop dilaksanakan dengan metode kombinasi sejumlah pendekatan yang terdiri atas pemaparan materi oleh narasumber, diskusi kelompok, presentasi kelompok, dan tayangan film pendek serta simulasi melalui permainan. Pembahasan mencakup materi pentingnya transformasi budaya Kementerian Keuangan, makna nilai-nilai dan perilaku utama Kementerian Keuangan, peran jajaran pimpinan sebagai Change Leader/Change Champion, dan komitmen bersama untuk mendukung
The workshop was conducted with a combination method of various approaches consisting of presentations by the sources, group discussions, group presentations, and a short-film presentation as well as a simulation through games. The discussions touched on the importance of cultural transformation at the Finance Ministry, the meaning of values and prime behaviour at the Finance Ministry, the roles of the management as a change leader/ change champion, and a joint commitment
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
285
286
keberhasilan transformasi budaya Kementerian Keuangan.
to support a success of the Finance Ministry’s cultural transformation.
Workshop menghasilkan perilaku-perilaku yang harus segera dihentikan karena tidak selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan. Dihasilkan pula perilaku-perilaku yang perlu mulai dibangun dan ditumbuhkembangkan karena belum dijalankan secara merata oleh pegawai pada umumnya; serta perilaku-perilaku yang saat ini sudah baik dan selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan perlu dilanjutkan dengan uraian sebagai berikut:
The workshop produced behaviours which should be immediately stopped as they were not consistent with the Finance Ministry’s values. It also produced behaviours that need to be built and developed as they have not been evenly implemented by the employees in general; and already good and consistent behaviours with the Finance Ministry’s values which will be continued, with the following description:
1) Perilaku-perilaku yang harus segera dihentikan karena tidak selaras dengan nilainilai Kementerian Keuangan, antara lain:
1) Behaviours that must be immediately stopped as they are not consistent with the Finance Ministry’s values, including:
a) Mementingkan kepentingan unit sendiri; b) Kurang disiplin dan tidak produktif selama jam kerja; c) Mempersulit pelayanan dan tidak tulus dalam melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan; d) Arogansi kekuasaan dengan melakukan penyalahgunaan wewenang dan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi; e) Masih adanya praktek pungutan liar yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pemangku kepentingan; f ) Tidak adanya kepedulian terhadap kondisi lingkungan; g) Berprasangka buruk dan tidak mau menerima masukan dari orang lain; dan h) Cepat puas dengan kondisi saat ini sehingga enggan mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik lagi (zona nyaman).
a) To be concerned of one’s own unit’s interest; b) Lack of discipline and not to be productive during the working hours; c) To complicate services, and to implement the tasks and to provide services unsincerely; d) Power arrogance by committing an abuse of power and office facilities for one’s own personal interest; e) Illegal levies practices in providing services to the stakeholders; f ) Absence of concern towards the environmental condition; g) Prejudice and unwilling to accept any input from other people; and h) To get satisfied fast with the current condition that one is reluctant to develop oneself to be a better one (comfort zone).
2) Perilaku-perilaku yang perlu mulai dibangun dan ditumbuhkembangkan karena belum dijalankan secara merata oleh pegawai pada umumnya, antara lain:
2) Behaviours that need to be built and developed as they are not evenly implemented by the employees in general, including:
a) Orientasi bekerja pada dampak (outcome), bukan sekedar hasil (output); b) Berkoordinasi dengan seluruh unit kerja serta menumbuhkan rasa kebersamaan, sense of belonging sebagai satu Kementerian Keuangan; c) Berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang lebih cepat daripada prosedur operasi
a) Outcome-oriented work, instead of output-oriented work; b) To coordinate with all work units and to build togetherness, a sense of belonging as one Finance Ministry;
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
c) To be oriented at customers’ satisfaction by providing a faster service than the standard operation procedure as
standar yang ditetapkan dengan tetap berorientasi pada risiko; d) Tegas dan berani menegakkan peraturan dengan tidak menolerir kesalahan atau pelanggaran; e) Peduli terhadap lingkungan dan rekan kerja serta berprasangka baik/ membangun kepercayaan antar sesama rekan kerja; dan f ) Proaktif dan berinisiatif untuk melakukan perbaikan.
stipulated by still being risk-oriented; d) To be firm and bold in upholding regulations without any tolerance in mistakes or violations; e) To be concerned with the environment and colleagues, and to build trust amongst colleagues; and f ) To be proactive and initiative to make improvements.
3) Perilaku-perilaku yang saat ini sudah baik dan selaras dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan perlu dilanjutkan antara lain:
3) Behaviours which are already good and consistent with the Finance Ministry’s values, and need to be continued include:
a) Melaksanakan kode etik secara konsisten; b) Senantiasa berupaya untuk meningkatkan kompetensi diri dan kapasitas sumber daya manusia secara berkesinambungan; c) Memberikan pelayanan prima dan meningkatkan kualitas layanan unggulan; d) Melakukan kajian atas hasil kerja dan menjalankan tindak lanjutnya; e) Proaktif mencari solusi yang berorientasi pada pengembangan inovasi dan kreativitas; dan f ) Menjadi role model dalam transformasi birokrasi.
a) To implement the code of conducts consistently; b) To make efforts at all times to increase self competence and human resources capacity in a sustainable way; c) To provide prime service and to increase service quality; d) To assess work results and to follow them up; e) To proactively look for a solution which is oriented on the innovation and creativity development; and f ) To be a role model in the bureaucracy transformation.
b. Training of Trainers (TOT)
b. Training of Trainers (TOT)
Sebagai lanjutan dari rangkaian Internalisasi NilaiNilai dan Perilaku Utama Kementerian Keuangan, pada tanggal 7 sampai dengan 31 Mei 2012 telah diselenggarakan Training Of Trainer (TOT) Change Agent 2012. Pesertanya ada 142, terdiri atas pejabat Eselon III dan Eselon IV terpilih yang dibagi menjadi 6 Batch.
As a follow up to the series of Internalisation of the Finance Ministry’s Prime Values and Behaviour, a Training of Trainers (TOT) Change Agent program 2012 was held on May 7th – 31st, 2012. Some 142 employees participated in the training program, consisting of selected echelon III and IV officials, who were divided into six batches.
Tujuan dari pelaksanaan Training Of Trainer (TOT) Change Agent 2012 adalah :
The Training of Trainers (TOT) Change Agent 2012 program was aimed at:
1) Membangun pemahaman yang sama mengenai pengertian budaya organisasi dan mengapa transformasi budaya Kementerian keuangan penting; 2) Membangun pemahaman yang sama mengenai makna Nilai-nilai dan Perilaku Utama Kementerian Keuangan; 3) Membekali peserta sebagai Change Agent
1) Building a same understanding on the definition of the organization’s culture and why a cultural transformation at the Finance Ministry is important; 2) Building a same understanding on the definition of Prime Values and Behaviour at the Finance Ministry; 3) Supplying participants as a Change
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
287
Transformasi Budaya Kementerian Keuangan dan melakukan simulasi presentasi sosialisasi/cascading; dan 4) Merumuskan usulan program Budaya Kementerian Keuangan.
288
Agent of the Finance Ministry’s Cultural Transformation and at conducting a simulation of socialization presentation/ cascading; and 4) Formulating recommendations of cultural programs at the Finance Ministry.
c. Pemantauan
c. Monitoring
Pada tanggal 19 hingga 22 November 2012 telah dilaksanakan kegiatan kunjungan pemantauan oleh pejabat dan pegawai pada Biro SDM, Setjen, Kementerian Keuangan dengan didampingi oleh narasumber ke-15 unit kerja yang berada di beberapa kantor pusat maupun vertikal di Jakarta. Pemilihan unit kerja yang dikunjungi ditentukan berdasarkan lokasi maupun wilayah kerja Change Agent yang telah mengikuti Training Of Trainer (TOT) Change Agent pada bulan Mei 2012.
On November 19th – 22nd, 2012, some officials and employees of the Human Resources bureau and the Secretariate General of the Finance Ministry, accompanied by sources of 15 working units in both the head office as well as in vertical offices in Jakarta, paid a monitoring visit. The working units visited were selected based on the location and work area of the Change Agents who have taken part in the Training of Trainers (TOT) Change Agent program in May 2012.
Tujuan kegiatan pemantauan adalah untuk melihat sejauh mana:
The monitoring visit was aimed at seeing to what extend:
1) insan Kementerian Keuangan telah mengetahui dan mampu menyebutkan Nilai-nilai Kementerian Keuangan, tahu dan paham makna nilai atau bahkan telah menjalankannya secara konsisten dalam bentuk perilaku; 2) komitmen serta peran Jajaran pimpinan dan Change Agent dalam melakukan sosialisasi dan internalisasi Nilai Budaya Kementerian Keuangan; 3) efektivitas pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan; dan 4) iklim kerja di unit kerja.
1) The Finance Ministry’s employees are aware and able to mention the Finance Ministry’s values, aware and understand the values, or even implement the values consistently in their behaviour;
Metode pemantauan menggunakan kombinasi sejumlah pendekatan yaitu:
Monitoring method used a combination of numerous approaches, including:
1) melaksanakan focus group discussion (FGD) bersama jajaran pimpinan dan Change Agent dari direktorat terkait; 2) membagikan angket/kuesioner secara sampling (10–20 pegawai per unit Kerja) dan melakukan wawancara/FGD dengan pegawai (jumlah total pegawai yang mengisi angket/kuesioner: 331 dari 15 unit kerja); dan 3) melakukan pengamatan langsung di lapangan/kunjungan keliling di unit kerja.
1) To implement a Focus Group Discussion with the management and Change Agents of the related directorate; 2) To distribute questioners randomly to 1020 employees and to interview the said employees (the number of employees who filled the questioners was 331 from 15 work units); and 3) To make a direct survey in the field/visit in the work units.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2) The management and Change Agents’ commitment and roles in the socialization and internalization of the Finance Ministry’s cultural values; 3) Effectiveness of the socialization and internalization activities of the Finance Ministry’s values; and 4) The working climate at the work units.
Berdasarkan kunjungan pamantauan dapat diketahui bahwa hampir seluruh Change Agent telah melakukan sosialisasi melalui metode dan intensitas yang berbeda-beda antara lain yaitu:
Based on the survey visit, it was found out that almost all Change Agents have socialised the values through a different method and intensity, including:
1) secara informal; 2) secara intensif menggunakan berbagai pendekatan/media; 3) menerapkan program-program budaya untuk mengakselerasi proses internalisasi; 4) melibatkan pegawai sebagai tim monitoring implementasi program budaya; dan 5) pimpinan secara khusus meminta sosialisasi dilakukan dalam setiap sesi pelatihan yang diselenggarakan oleh direktorat
1) Informally; 2) Intensively using a variety of approaches/ media; 3) Applying cultural programs to accelerate the internalization process; 4) Involving employees as a monitoring team of the cultural program implementation; and 5) The management who made a special request that the socialization be conducted in every training session held by a Directorate.
Hasil pemantauan terhadap pengetahuan nilainilai dan perilaku utama serta pemahaman makna nilai Pegawai Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa 51 persen mengetahui tentang nilai-nilai dan perilaku utama, serta 82 persen paham akan makna nilai.
Result of the survey on prime values and behaviour, and the understanding of the values meanings by the Finance Ministry’s employees shows that 51 percent were aware of the prime values and behaviour, and 82 percent understood the values meanings.
Grafik 5.4 Hasil Pemantauan terhadap Pengetahuan Nilai-nilai Graphic 5.4 Result of the Survey on Values Awareness
Pengetahuan Nilai-nilai dan Perilaku Utama Knowledge of prime values and behaviour
Pemahaman Makna Nilai Undertanding of values meaning
51%
Tahu Aware
49%
Belum Tahu Not aware yet
82%
18%
Paham Belum Paham
d. Change Agent Sharing Session
d. Change Agents Sharing Session
Kegiatan Change Agent Sharing Session dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 9 Desember 2012 yang dipimpin oleh Menteri Keuangan dengan dihadiri oleh para wakil menteri keuangan, para pejabat Eselon I, sejumlah pejabat Eselon II (Change Leader), 142 pejabat Eselon III dan IV yang telah mengikuti
A Change Agents sharing session was held on Sunday, December 9th, 2012, presided over by the Finance Minister and attended by Vice Finance Ministers, echelon I officials, a number of echelon II officials (Change Leaders), 142 echelon III and IV officials who have taken part in the TOT Change
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
289
290
TOT Change Agent 2012, dan sejumlah pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan yang mengikuti Executive Training pada tahun 2011 dan 2012.
Agents 2012, and a number of other officials at the Finance Ministry who had participated in Executive Training programs in 2011 and 2012.
Change Agent Sharing Session adalah kegiatan yang bertujuan untuk:
The Change Agent Sharing Session was an activity with the aim of:
1) menyelesaikan permasalahan dan kendala yang dihadapi change agent dalam menginternalisasikan nilai-nilai; 2) membahas hasil pengawasan dan evaluasi; dan 3) mencanangkan Program Budaya Kementerian Keuangan 2013
1) Solving problems and constraints faced by the Change Agents in the values internalization; 2) Discussing results of the supervision and evaluaton; and 3) Launching a cultural program of the Finance Ministry 2013
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Whistleblowing System Whistleblowing System Semangat reformasi birokrasi mendorong Kementerian Keuangan untuk terus berusaha menciptakan tata kelola pemerintahan yang bebas dari praktik KKN. Salah satu upayanya adalah melalui pengumpulan informasi dugaan KKN baik dari pihak internal (pejabat/pegawai Kementerian Keuangan) maupun pihak eksternal (masyarakat).
The spirit of bureaucracy reform has encouraged the Finance Ministry to continue its efforts to create governance free from corruption, collusion, and nepotism practices. One of the efforts was collecting information in corruption, collusion, and nepotism allegations from both internal party (officials/ employees of the Finance Ministry) as well as external party (public).
Berdasarkan hasil survei Association Certified Fraud Examiner (ACFE) tahun 2012, diketahui bahwa cara paling efektif dalam pengungkapan kecurangan (fraud) adalah melalui laporan yang disampaikan oleh pihak dalam organisasi (whistleblower/tip). Metode deteksi melalui whistleblower/tip memiliki tingkat efektivitas yang sangat signifikan sebesar 43,3 persen bila dibandingkan dengan metode lain seperti hasil kajian manajemen, temuan internal audit, informasi eksternal audit, atau kegiatan
Based on the Association Certified Fraud Examiner (ACFE) survey in 2012, it was found out that the most effective way to disclose frauds is through reports submitted by any party within the organization (whistleblowing/tip). The detecting method through whistleblowing/tip has a very significant effectiveness level of 43,3 percent, compared to any other method such as result of management assessment, internal audit findings, external audit information, or other activities. A diagram of the
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
291
lainnya. Diagram hasil survei ACFE terkait efektivitas metode deteksi fraud disajikan pada Gambar 5.5.
ACFE survey result related to the effectiveness of fraud detection method is presented in Picture 5.5.
Grafik 5.5 Efektivitas Metode Deteksi Fraud Graphic 5.5 Effectiveness of Fraud Detection Method
Tip
43.3%
Management Review
14.6%
Internal Audit
14.4%
By Accident
7.0%
Account Reconciliation
4.8%
Document Examination
4.1%
External Audit Surveillance / Monitoring
3.3% 1.9%
Notifield by Police
3.0%
Confession
1.5%
IT Controls
1.1%
Other
1.1% 0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
Sumber: ACFE 2012 Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (diolah, Excel 2007)
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
50.0%
Source: ACFE 2012 Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (processed by Excel 2007)
Gambar 5.1 Tampilan aplikasi WISE Picture 5.1 WISE application view
292
40.0%
Aplikasi WISE
WISE Application
Mengingat tingginya tingkat efektivitas metode deteksi fraud melalui whistleblower/tip, Kementerian Keuangan mencoba membangun sebuah sistem aplikasi yang diharapkan dapat mendorong pejabat/pegawai Kementerian Keuangan maupun masyarakat untuk melaporkan setiap dugaan penyimpangan dan/atau praktik KKN yang dilakukan oleh pejabat/pegawainya. Aplikasi pengelolaan pengaduan tersebut dinamakan Whistleblowing System (WISE) yang dapat diakses melalui www. wise.depkeu.go.id dan diresmikan pada tanggal 5 Oktober 2011 oleh Menteri Keuangan pada acara peluncuran Aplikasi WISE.
Considering the high level of effectiveness of the fraud detection method through whistleblower/tip, the Finance Ministry has built an application system which is expected to encourage officials/employees of the Finance Ministry as well as the public to report every allegation of violatons and/or corruption, collusion, and nepotism practices committed by the Ministry’s officials/employees. The complain management application is named Whistleblowing System (WISE) which can be accessed through www. wise.depkeu.go.id and was officiated on October 5th, 2011, by the Finance Minister during the WISE Application launching.
Landasan hukum aplikasi WISE adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.09/2010 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KMK.09/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) serta Tata Cara Pelaporan dan Publikasi Pelaksanaan Pengelolaan Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan.
The legal basis of WISE application is Regulation of the Finance Minister Number 103/PMK.09/2010 on Procedure of Management and Follow up to Violation Reporting (whistleblowing) at the Finance Ministry and Decree of the Finance Minister Number 149/KMK.09/2011 on Procedure of Management and Follow up to Violation Reporting (whistleblowing) as well as Procedure of Reporting and Publication of the Management Implementation of Violation Reporting (whistleblowing) at the Finance Ministry. Management of WISE application (receiving,
Pengelolaan aplikasi WISE (menerima, mengelola, dan menindaklanjuti pengaduan) sepenuhnya dilaksanakan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan yaitu: Itjen, Unit Kepatuhan Internal (UKI), dan Unit Tertentu (UT) yaitu unit kerja setingkat Eselon II di lingkungan unit Eselon I yang ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan Unit Eselon I, untuk menerima, mengelola, dan menindaklanjuti pengaduan.
managing, and following up complains) is fully implemented by units at the Finance Ministry, including the Inspectorate General, the Internal Compliance Unit, and Certain Units including working units of echelon II level at echelon I units, as stipulated by Decree of Echelon I Management, to receive, to manage, and to follow up complains.
Mekanisme Penanganan Pengaduan
Mechanism of Complains Handling
Kementerian Keuangan telah membuka berbagai saluran penyampaian pengaduan baik melalui surat, telepon, pesan singkat (SMS), email, faksimili, situs, atau penyampaian secara langsung. Semua informasi yang diterima melalui berbagai saluran pengaduan tersebut akan di-entry ke aplikasi WISE untuk ditindaklanjuti. Mekanisme penanganan pengaduan melalui aplikasi WISE dapat dilihat pada Gambar 5. 2.
The Finance Ministry has opened a variety of channels to report complains, both by letters, phone calls, short message service/SMS, email, facsimile, sites, as well as directly. All information received through the various channels will be put entry in the WISE applicaton for a follow up. The mechanism of complains handling through the WISE application can be seen in Picture 5. 2.
Seluruh pengaduan yang masuk melalui aplikasi WISE akan dilakukan verifikasi untuk menentukan langkah selanjutnya yang diambil. Pengaduan
All complains received through the WISE application will be verified to determine the next step. Complains with an indication of violation allegations involving
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
293
Gambar 5.2 Mekanisme Penanganan Pengaduan Melalui Aplikasi WISE Picture 5.2 Mechanism of Complains Handling through WISE Application
VERIFIKASI VERIFICATION
VER SER HELP DESK SUPPORT
E
WIS
ANALISIS / KAJIAN ANALYSIS / ASSESSMENT
PULBAKET/ AUDIT INVESTIGASI/ PEMERIKSAAN INVESTIGATIVE AUDIT/ EXAMINATION
294
yang memiliki indikasi dugaan penyimpangan terkait pejabat/pegawai Kementerian Keuangan akan dilakukan analisis/kajian untuk menentukan perlu/tidaknya dilakukan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket)/audit investigasi/ pemeriksaan.
the Finance Ministry’s officials/employees will be analyzed/assessed to determine whether or not materials and information should be collected/an investigative audit is needed.
Pengaduan yang ditindaklanjuti dengan pulbaket/ audit investigasi/pemeriksaan yang terbukti adanya penyimpangan dan/atau penyalahgunaan wewenang oleh pejabat/pegawai Kementerian Keuangan, akan direkomendasikan hukuman disiplin PNS) terhadap pejabat/pegawai Kementerian Keuangan yang terbukti bersalah. Penjatuhan hukuman disiplin PNS mengikuti prosedur Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Complains which are followed up with materials and information collection/an investigative audit as there is an evidence of a violation and/or abuse of power by the Finance Ministry’s officials/employees, will be recommended a disciplinary sanction to the Finance Ministry’s officials/employees proved guilty. The disciplinary sanction of civil servants is based on a procedure of the Government Regulation Number 53/2010 (PP 53/2010) on Civil Servants Discipline.
Apabila ditemukan adanya indikasi tindak pidana yang dilakukan oleh pejabat/pegawai Kementerian Keuangan terkait pengaduan tersebut, Kementerian Keuangan akan melimpahkan kasus dugaan tindak pidana tersebut kepada instansi penegak hukum (Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia).
Should an indication of criminal act be found to be committed by the Finance Ministry’s official/ employee, the Finance Ministry will delegate the case to the low enforcement institutions (the Corruption Eradication Commission, the Indonesian Police, the Attorney General Office).
Sosialisasi Aplikasi WISE
WISE Application Socialisation
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran para pejabat/pegawai Kementerian Keuangan baik yang berada di pusat maupun di daerah atas
One of the efforts to increase awareness of the Finance Ministry’s officials/employees both at the head office as well as at regional offices of the
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
keberadaan aplikasi WISE, Itjen telah melakukan sosialisasi aplikasi WISE di 20 kota besar di Indonesia pada periode tahun 2011–2012 dengan rincian seperti pada Tabel 5.2.
existence of WISE Application, the Inspectorate General has socialized the WISE Application to 20 major cities in Indonesia during the period of 2011 – 2012 as detailed in Table 5.2.
Tabel 5.2 Kota Tempat Penyelenggaraan Sosialisasi Aplikasi WISE Periode tahun 2011 – 2012 Table 5.2 Cities of WISE Application Socialization Period of 2011 – 2012 No
Nama Kota Name of cities
No
Nama Kota Name of cities
1
Jakarta
11
Yogyakarta
2
Banda Aceh
12
Surabaya
3
Medan
13
Denpasar
4
Padang
14
Mataram
5
Batam
15
Ambon
6
Pekan Baru
16
Makasar
7
Palembang
17
Kendari
8
Serang
18
Balikpapan
9
Bandung
19
Banjarmasin
10
Semarang
20
Samarinda
Integrasi Aplikasi WISE
WISE Application Integration
Selain aplikasi WISE, Kementerian Keuangan memiliki saluran pengaduan berbasis website lainnya yaitu Sistem Informasi Pengaduan Pajak (SIPP) yang dikelola oleh DJP dan Sistem Aplikasi Pengaduan Masyarakat (SIPUMA) yang dikelola oleh DJBC. Keberadaan aplikasi SIPP dan SIPUMA yang dibangun pada tahun 2011 dan 2012 tersebut adalah sebagai tindak lanjut atas Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Dengan demikian, pada tahun 2012 Kementerian Keuangan memiliki 3 aplikasi yang digunakan untuk mengelola pengaduan dan tindak lanjutnya, yaitu aplikasi WISE, SIPP, dan SIPUMA.
In addition to the WISE Application, the Finance Ministry also has a web-based complains channel, namely the Tax Complain Information System (SIPP) which is managed by the Directorate General of Tax and the Public Complain Application System (SIPUMA) which is managed by the Directorate General of Customs and Excise. These applications, built in 2011 and 2012, are a follow up to the Presidential Instruction Number 9/2011 on the Action Plan of Corruption Prevention in 2011. Thus, in 2012, the Finance Ministry had three applications used to manage complains and their follow up, including WISE, SIPP, and SIPUMA applications.
Ketiga aplikasi tersebut memiliki fungsi yang saling melengkapi dan direncanakan terintegrasi secara online pada tahun 2013. Proses integrasi antara aplikasi WISE dengan aplikasi SIPP dan SIPUMA secara manual telah dilaksanakan sejak tahun 2012. Itjen sebagai koordinator akan melakukan kompilasi atas seluruh pengaduan yang dikelola dan ditindaklanjuti pada aplikasi WISE, SIPP, dan SIPUMA serta secara berkala melaporkan kepada Menteri Keuangan.
These three applications have complementary functions and are planned to be online integrated in 2013. The integration process between the WISE, SIPP and SIPUMA applications have been implemented manually since 2012. The Inspectorate General as the coordinator will compile all complains managed and followed up by the WISE, SIPP, and SIPUMA applications and will report them periodically to the Finance Minister.
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
295
Data Pengelolaan Pengaduan Berbasis WISE
Data of WISE-based Complains Management
Sejak diresmikannya aplikasi WISE pada 5 Oktober hingga 31 Desember 2012, Kementerian Keuangan telah menerima 411 laporan pengaduan. Dari 411 laporan pengaduan tersebut, sebanyak 186 laporan pengaduan bersumber dari internal Kementerian Keuangan dan 225 laporan pengaduan lainnya berasal dari eksternal Kementerian Keuangan (Lihat Grafik 5.6).
Since the launching of WISE application, from October 5th to December 31st, 2012, the Finance Ministry received 411 complain reports. Out of the 411 complain reports, 186 complain reports came from internal Finance Ministry and 225 complain reports from external Finance Ministry (see Graphic 5.6).
Grafik 5.6 Sumber Pengaduan Graphic 5.6 Source of complains
Eksternal: 225 Internal : 186
296
Jika diklasifikasikan berdasarkan ada/tidaknya indikasi tindak kecurangan (fraud), dari 411 laporan pengaduan yang diterima dapat dikatakan bahwa sebanyak 118 laporan terindikasi adanya dugaan fraud dan 293 non fraud (Lihat Grafik 5.7).
If classified based on whether or not there’s an indication of fraud existance, out of the 411 complain reports received, 118 reports were indicated of fraud allegations and 293 of non-fraud allegations (see Graphic 5.7).
Sedangkan berdasarkan status tindak lanjutnya, 108 pengaduan dinyatakan masih dalam proses di Itjen, 135 pengaduan masih dalam proses di unit UKI/ UT pada Eselon I terkait, dan 168 pengaduan telah dinyatakan selesai ditindaklanjuti (Lihat Grafik 5.8).
Based on the follow up status, 108 complains were stated in process at the Inspectorate General, 135 in process at the related echelon I units, and 168 complains were stated to have been followed up (see Graphic 5.8).
Dari 168 laporan pengaduan yang telah selesai ditindaklanjuti, 26 terbukti kebenarannya, 136 tidak terbukti kebenarannya dikarenakan substansi pengaduan bersifat tidak jelas (sumir), dan 6 laporan pengaduan lainnya menyangkut permasalahan di luar Kementerian Keuangan (lihat Grafik 5.9). Dari 26 pengaduan yang terbukti kebenarannya, 19 pengaduan merupakan hasil pemeriksaan/audit investigasi dan tujuh laporan pengaduan lainnya ditindaklanjuti dengan kegiatan lainnya.
Out of 168 complain reports of which the follow up has been completed, 26 were proved to be true, 136 were not proved to be true as the complain substance was unclear, and other 6 complain reports were related to problems outside the Finance Ministry (see Graphic 5.9). Out of 26 complains of which the truth was proved, 19 complains were examination result/investigative audit and 7 other complain reports were followed up to other activities.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Grafik 5.7 Klasifikasi Pengaduan Berdasarkan ada/tidaknya Fraud Graphic 5.8 Classification of Complains based on Fraud/non-Fraud
293
300 250 200 150 118 100 50 0 Fraud
Non Fraud
Grafik 5.8 Klasifikasi Pengaduan Berdasarkan Status Tindak Lanjut Graphic 5.9 Classification of Complains based on Follow Up Status
168
135
108
Dalam Proses di Itjen Being processed at the Inspectorate General
Dalam Proses di UKI/UT Es I Being processed at Internal Work Units/echelon I Units
Selesai di Tindak Follow up completed
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
297
Grafik 5.9 Klasifikasi Pengaduan Yang Selesai Ditindaklanjuti Graphic 5.10 Classification of Complains of which the Follow Up is Completed
Permasalahan di Luar Kemenkeu Problems outside Finance Ministry
6
Tidak Terbukti Benar Not proved to be true
136
Terbukti Benar Proved to be true
26
0
298
50
100
150
Implementasi Pengelolaan Pengaduan
Implementation of Complains Management
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 (Inpres 1 Tahun 2013) tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013 merupakan wujud pelaksanaan amanat dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012 – 2014 (Stranas PPK). Sebagai implementasinya dilakukan penyusunan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) setiap tahun.
Presidential Instruction Number 1/2013 about the Corruption Prevention and Eradication Actions in 2013 is a manifestation of the mandate implementation of the Presidential Regulation Number 55/2012 on the National Strategy of Long Term Corruption Prevention and Eradication 2012 – 2025 and Medium Term 2012 - 2014. As an implementation, a Corruption Prevention and Eradication Action is drawn up every year.
Dalam angka VIII.8 Inpres 1 Tahun 2013 yaitu terkait dengan pelaksanaan sistem dan pengelolaan pengaduan internal dan eksternal (termasuk masyarakat) atas penyalahgunaan kewenangan, Kementerian Keuangan mempunyai dua aksi yaitu:
In VIII.8 of the Presidential l Instruction 1/2013, related to the implementation of internal and external complains system (including the public) on abuse of authority, the Finance Ministry has two actions, including:
a. Terintegrasinya whistleblowing system dan penanganan pengaduan masyarakat di Kementerian Keuangan; dan b. Tersedianya data statistik pengaduan per unit dan tindak lanjut penanganan pengaduan.
a. The integrated whistleblowing system with the public complains management at the Finance Ministry; and b. The availability of statistical data of complains per unit and the follow up to the complains handling.
Kedua aksi di atas diuraikan lebih lanjut dalam suatu rencana kegiatan dengan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan setiap periodenya dengan target penyelesaian tertentu.
These two actions above will be elaborated in an activity plan with a success measurement which has been stipulated periodically with a certain settlement target.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Keterbukaan Informasi Information Openness
Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 28 F, yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) menjamin hak warga negara untuk memperoleh informasi publik. Melalui UU KIP, publik dapat mengetahui, ikut mengawasi serta berperan aktif atas jalannya pemerintahan apakah sudah berjalan sesuai dengan koridor yang ada. Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk menjalankannya dengan menerbitkan PP Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008.
Obtaining information is human rights as regulated in Constitution 1945 Article 28F, which states that every person is entitled to communicate and to obtain information to develop its personality and social environment, as well as to seek, to obtain, to possess, and to keep information using all available channels. Law Number 14/2008 on the Public Information Openness ensures the right of every citizen to obtain public information. Through the Law on the Public Information Openness, the public can be aware, supervise, and play an active role in the governance whether it runs according to the existing corridor. As a follow up, the government is committed to implement the law by issuing Government Regulation Number 61/2010 on the Implementation of Law Number 14/2008.
Sejalan dengan tuntutan reformasi yang mensyaratkan tata kelola pemerintahan yang
Along with the reform demand that requires a good and responsible governance with reference to the
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
299
300
baik dan bertanggung jawab (good governance) dengan mengacu prinsip-prinsip akuntabilitas, meningkatkan transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam setiap proses kebijakan publik, Kementerian Keuangan turut berpartisipasi mewujudkan good governance tersebut, salah satunya dengan mengimplementasikan UU KIP melalui penetapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Keuangan. PMK tersebut mengatur tugas dan wewenang masing-masing Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di tiap-tiap unit Eselon I, sebagai upaya dalam menyeragamkan implementasi UU KIP di lingkungan Kementerian Keuangan.
accountability principles, increasing transparency and public participation in every process of the public policies, the Finance Minister participates in the creation of such good governance, one of which is by implementing the Law on the Public Information Openness through Regulation of the Finance Minister Number 132/PMK.01/2012 on the Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry. The Regulation of the Finance Minister regulates tasks and authorities of the respective Information and Documentation Management Official in each echelon I unit, as an effort to uniform the implementation of the Law on Public Information Openness at the Finance Ministry.
Implikasi selanjutnya dari pelaksanaan UU KIP tersebut, Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 278/KMK.01/2012 tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dan Koordinator PPID di lingkungan Kementerian Keuangan, menetapkan pejabat Eselon II yang membidangi penyediaan dan/atau pelayanan informasi publik dan/atau kehumasan atau Sekretaris Direktorat/Inspektorat/Badan pada kantor pusat masing-masing unit Eselon I sebagai PPID. Keputusan itu juga menetapkan PPID Sekretariat Jenderal sebagai Koordinator PPID Kementerian Keuangan. Susunan PPID di Kementerian Keuangan dapat dilihat dalam Tabel 5.3.
As a further implication of the implementation of the Law on Public Information Openness, the Finance Minister through Decree of the Finance Minister Number 278/KMK.01/2012 on Information and Documentation Management Official and Coordinator of Information and Documentation Management Official at the Finance Ministry, stipulates that echelon II officials supervising the provision and/or service of public information and/ or public relations or Secretary of the Directorate/ Inspectorate/Board in each office of echelon I units as Information and Documentation Management Official. The decree also stipulates that the Information and Documentation Management Official of the Secretariate General as Coordinator of the Information and Documentation Management Official at the Finance Ministry. Following is the list of Information and Documentation Management Official at the Finance Ministry:
Catatan: Dengan berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka Bapepam-LK telah beralih menjadi OJK pada tahun 2012 dan menjadi badan publik di luar Kementerian Keuangan.
Note: With the prevailing Law Number 21/2011 on the Financial Service Authority (OJK), the Capital Market and Financial Institution Supervisory Agency changed over the Financial Service Authority in 2012 and became a public entity outside the Finance Ministry.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 5.3. Daftar PPID Kementerian Keuangan Table 5.3. List of Information and Documentation Management Official Finance Ministry No
Unit
PPID Information and Documentation Management Official
1
Sekretariat Jenderal Secretariate General
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Head of Communication and Information Service Bureau
2
Direktorat Jenderal Anggaran Directorate General of Budget
Sekretaris Direktorat Jenderal Secretary of the Directorate General
3
Direktorat Jenderal Pajak Directorate General of Tax
Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Director of Counseling, Service, and Public Relations
4
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Directorate General of Customs and Excise
Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Director of Revenue and Customs and Excise Regulations
5
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Directorate General of Treasury
Sekretaris Direktorat Jenderal Secretary of the Directorate General
6
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Directorate General of State’s Assets
Direktur Hukum dan Hubungan Masyarakat Director of Legal Affairs and Public Relations
7
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Directorate General of Fiscal Balance
Sekretaris Direktorat Jenderal Secretary of the Directorate General
8
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Directorate General of Debt Management
Sekretaris Direktorat Jenderal Secretary of the Directorate General
9
Inspektorat Jenderal Inspectorate General
Sekretaris Inspektorat Jenderalasin Secretary of the Inspectorate General
10
Badan Kebijakan Fiskal Fiscal Policies Board
Sekretaris Badan Board Secretary
11
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Financial Education and Training Board
Sekretaris Badan Board Secretary
12
Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Capital Market and Financial Institution Supervisory Agency*
Sekretaris Badan Agency Secretary
Sesuai dengan amanat UU KIP, maka seluruh PPID di Kementerian Keuangan bertanggung jawab untuk melakukan penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, pelayanan dan pengamanan informasi publik. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, PPID bertugas untuk:
1. Menetapkan prosedur operasional dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewenangan PPID;
2. Melaksanakan uji konsekuensi terhadap informasi publik yang tidak dapat diakses oleh pemohon informasi publik sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-udangan mengenai keterbukaan informasi publik, atau yang disebut sebagai informasi publik yang dikecualikan;
Under the mandate of the Law on Public Information Openness, all Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry are responsible to provide, to keep, to document, to serve, and to secure public information. In bearing the responsibility, the Information and Documentation Management Officials have the following assignments: 1. To stipulate an operational procedure to implement the tasks and authorities of the Information and Documentation Management Officials; 2. To carry out consequence examination towards inaccessible public information by the public information applicants as mentioned in the legislation on the public information openness, or referred to as excluded public information;
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
301
3. Menetapkan klasifikasi informasi publik yang dikecualikan dan/atau perubahannya, dengan persetujuan Atasan PPID;
3. To classify excluded public information and/ or its amendments, with the approval of the superior of the Information and Documentation Management Officials;
4. Menetapkan pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil guna memenuhi hak setiap orang atas informasi publik;
4. To give a written consideration on every policy made to fulfill the right of every person on pubic information;
5. Menghitamkan atau mengaburkan informasi publik yang dikecualikan beserta alasannya;
5. To discolor or to blur excluded public information and its reasons;
6. Membuat, memelihara, dan/atau memutakhirkan Daftar Informasi Publik secara berkala
6. To make, to maintain, and/or to update a List of Public Information periodically;
7. Melaksanakan koordinasi dalam rangka: a. pengumpulan informasi publik pada masingmasing unit Eselon I; b. pemberian pelayanan informasi publik yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. pendataan informasi publik yang dikuasai olehmasing-masing unit Eselon I, dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi Publik; d. pengembangan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka peningkatan kualitas layanan informasi publik; dan e. pemberian alasan tertulis atas pengecualian informasi publik secara jelas dan tegas, dalam hal permohonan informasi publik ditolak;
7. To coordinate in the frame of: a. Collecting public information in each echelon I unit; b. Providing public information service which is implemented pursuant to the legislation;
8. Menyampaikan laporan layanan informasi publik kepada: a. Atasan PPID setiap bulan; dan
8. To submit reports on the public information service to: a. Superior of the Information and Documentation Management Officials monthly; and b. Coordinator of the Information and Documentation Management Officials every January of the following fiscal year and/or anytime required.
b. Koordinator PPID setiap bulan Januari tahun anggaran berikutnya dan/atau sewaktuwaktu apabila diperlukan
Adapun tugas dari Koordinator PPID adalah mengoordinasi, mengharmonisasi dan memfasilitasi seluruh PPID di lingkungan Kementerian Keuangan. Selain itu, Koordinator juga bertugas menyampaikan laporan tahunan layanan Informasi Publik kepada Komisi Informasi Pusat dan salinannya diserahkan kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
302
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
c. Listing public information of each unit I unit to make and to update the List of Public Information; d. Developing capacity of functional officials and/or information officers to icrease the quality of public information service; and e. Giving a clear and firm written reason on the exclusion of public information, in the event of any rejection of the public information;
Coordinator of the Information and Documentation Management Officials is assigned to coordinate, to harmonize, and to facilitate all Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry. In addition, the coordinator is also assigned to submit an annual report of the public information service to the Central Information Commission of which a copy is submitted to the Finance Minister through the Secretary General.
Setelah ditetapkannya PMK Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Keuangan, Koordinator PPID Kementerian Keuangan segara melakukan sosialisasi mengenai PMK tersebut kepada seluruh PPID setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan.
After Regulation of the Finance Minister Number 132/ PMK.01/2012 on the Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry has been stipulated, coordinator of the Information and Documentation Management Officials of the Finance Ministry immediately socializes the Regulation to each echelon I unit at the Finance Ministry.
Selanjutnya dalam rangka melaksanakan tugas yang telah diamanatkan, PPID di lingkungan Kementerian Keuangan melaksanakan hal-hal sebagai berikut.
Further, to implement the tasks that have been mandated, the Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry carry out the following tasks:
1. Penyusunan prosedur operasi standar (SOP) terkait layanan informasi publik, antara lain
1. To make a Standard Operation Procedure (SOP) in relation to the public information service, among others a. SOP of Information Classification; b. SOP of Public Information Service; c. SOP of Objection Handling; d. SOP of Information Dispute Settlement through a non Litigation Adjudication Session Court; e. SOP of Information Dispute Settlement through a Mediation; f. SOP of Complains Service; g. SOP of Arrangement and Submission of Public Information Report;
a. b. c. d.
SOP Pengklasifikasian Informasi SOP Pelayanan Informasi Publik SOP Penanganan Keberatan SOP Penanganan Sengketa Informasi melalui Sidang Ajudikasi non Litigasi
e. SOP Penanganan Sengketa Informasi melalui Mediasi f. SOP Pelayanan Pengaduan g. SOP Penyusunan dan Penyampaian Laporan Informasi Publik ; 2. Penetapan Daftar Informasi Publik (yaitu daftar informasi yang dapat diakses informasinya oleh publik) dan Daftar Informasi Yang Dikecualikan (yang merupakan daftar informasi yang berdasarkan hasil uji konsekuensi tidak dapat diakses oleh publik);
2. Stipulation of a List of Public Information (a list of information accessible to the public) and a List of Excluded Information (a list of information based on the result of consequence examination inaccessible to the public);
3. Penyediaan sarana dan prasarana layanan informasi publik seperti ruang layanan beserta fasilitas komunikasi, lemari arsip, meja dan kursi layanan secara khusus. Ada juga beberapa PPID yang memanfaatkan fasilitas yang sudah ada untuk memberikan layanan informasi tanpa menambah fasilitas baru;
3. Provision of facilities and infrastructure for public information service, such as service rooms with communication facilities, filing cabinets, tables and chairs. Some Information and Documentation Management Officials also take advantage of the existing facilities to provide information without adding any new facility.
4. Pelayanan informasi publik melalui tatap muka, persuratan, telepon, maupun faksimili yang dilaksanakan setiap hari kerja mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB;
4. Public information service through direct meetings, mails, phones, or facsimiles is provided every working day from 08.00 to 17.00 West Indonesia Time.
5. Pemutakhiran konten pada portal Kementerian Keuangan (www.kemenkeu.go.id) yang terkait dengan Informasi Publik sesuai dengan Pasal 9 UU KIP yaitu tentang informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala.
5. Updating of the content in the Finance Ministry’s portal (www.kemenkeu.go.id) in relation to the public information pursuant to Article 9 of Law on Public Information Openness, namely information obliged to
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
303
Antara lain, informasi yang berkaitan dengan Kementerian Keuangan, informasi mengenai kegiatan dan kinerja, informasi mengenai laporan keuangan dan/atau informasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu dilakukan juga pemutakhiran informasi publik yang ada pada masing-masing website unit kerja PPID;
be provided and announced periodically. This includes information related to the Finance Ministry, information on activities and performance, information on financial report and/or information regulated in the legislation. In addition, the public information in each website of the Information and Documentation Management Officials’ work unit must also be updated.
6. Pelatihan implementasi UU KIP melalui workshop penyediaan Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala (Pasal 9 UU KIP) dan penyediaan Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat (Pasal 11 UU KIP);
6. Implementation training of the Law on Public Information Openness through a workshop of the provision of Information Obliged to be Provided and Announced Periodically (Article 9 of Law on Public Information Openness) and Information Obliged to be Provided at anytime (Article 11 of Law on Public Information Openness).
7. Rapat koordinasi PPID di lingkungan Kementerian Keuangan secara reguler.
7. Regular coodinating meetings of the Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry.
Rekapitulasi penyampaian informasi publik dapat disampaikan dalam Tabel 5.4
Recapitulation of the submission of public information can be seen in the following table 5.4.
Tabel 5.4. Rekapitulasi Penyampaian Informasi Publik Table 5.4. Recapitulation of the Submission of Public Information
304
Waktu Rata-rata Jumlah Permohonan yang Dikabulkan Jumlah Permohonan Number of Approved Requests yang Ditolak Pelayanan Number of Average Sepenuhnya Sebagian Rejected Requests Service Time Entirely Partly
Bulan Month
Jumlah Permohonan Number of Requests
1
11
1
11
-
2
16
1
16
3
11
4
4
11
5 6
Alasan Permohonan yang Ditolak Reason of Rejected Requests Dikecualikan Excluded
Belum Selesai Unsettled
Lainnya Others
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
-
2
-
-
2
1
11
-
-
-
-
-
13
1,5
12
-
1
1
-
-
37
1,56
37
-
-
-
-
-
7
15
4,06
14
-
-
-
-
1
8
12
2,58
10
-
2
2
-
-
9
19
2,42
17
-
2
2
-
-
10
16
3,3
15
-
1
1
-
-
11
12
10,3
9
-
3
3
-
-
12
27
2,8
23
-
4
4
-
-
Total
200
2,74
184
-
16
13
-
3
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Permohonan informasi publik yang masuk ke PPID di lingkungan Kementerian Keuangan tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Requests of public information to the Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry in 2012 are as follow:
1. Jumlah permohonan informasi publik adalah sebanyak 200 permohonan. 2. Dari 200 permohonan informasi publik yang masuk, 184 permohonan informasi dikabulkan sepenuhnya dan 16 permohonan informasi publik ditolak dengan alasan dikecualikan dan lainnya. 3. Waktu rata-rata yang diperlukan dalam memenuhi permohonan informasi publik selama tahun 2012 adalah 2,74 hari atau setara dengan 3 hari kerja.
1. Number of requests for public information was 200. 2. Out of the 200 requests for public information, 184 requests for public information were entirely approved, and 16 requests for public information were rejected with a reason of exclusion and others. 3. The average time needed to fulfill the request for public information in 2012 was 2,74 days or equal to 3 working days.
Untuk rekapitulasi penyelesaian sengketa informasi dapat disampaikan berikut ini.
Recapitulation of the settlement of information disputes is as follows.
Tabel 5.5. Rekapitulasi Penyelesaian Sengketa Table 5.5. Recapitulation of Dispute Settlement Hasil Mediasi/Ajudikasi Non Litigasi Penyelesaian Status Putusan Komisi Informasi di Komisi Informasi Jumlah Permohonan Jumlah Permohonan yang Dikabulkan Sengketa ke Komisi Mediation/Non Litigation Adjudication Superior’s Response on the Objections Informasi Keberatan Bulan Dispute Settlement Result at the Information Commission Menguatkan Atasan Number of Month Menguatkan Pemohon PPID to the Information Menerima Menolak Berhasil Gagal Objection Requests Informasi Commission Confirming Superior Accept Reject Successful Fail 1
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
4
1
-
1
1
-
-
-
-
5
-
-
-
1 Sengketa TH 2011
-
-
-
1 (Informasi yang dimohon dibuka sebagian)
1 dispute in 2011 6
-
-
-
-
-
-
-
-
7
1
-
1
1
-
1
-
1
8
-
-
-
-
-
-
-
-
9
-
-
-
-
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
-
-
-
11
-
-
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
1
-
1
1
-
1
-
2
Penyelesaian sengketa informasi publik tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Disputes settlement of public information in 2012 is as follows:
1. Jumlah pengajuan keberatan yang diterima oleh PPID Kementerian Keuangan atas tidak
1. The number of objections received by the Information and Documentation Management
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
305
terpenuhinya permohonan informasi publik tahun 2012 adalah sebanyak 1 keberatan.
Officials at the Finance Ministry on the unfulfillment of public information in 2012 was 1.
2. Atasan PPID telah memberi tanggapan atas satu pengajuan keberatan tersebut.
2. Superior of Information and Documentation Management Officials has responded the objection.
3. Terdapat satu pengajuan keberatan yang diteruskan oleh Pemohon kepada Komisi Informasi Pusat untuk mendapatkan mediasi, namun tidak ditemukan kesepakatan sehingga dilanjutkan hingga sidang ajudikasi non litigasi.
3. There was 1 objection submitted by the applicant to the Central Informatin Commission for mediation, however, no agreement was reached so that the objection was submitted to a non litigation adjudicaton session.
4. Terdapat dua perkara yang harus maju ke sidang ajudikasi non litigasi. Sebanyak satu perkara merupakan lanjutan dari keberatan tahun 2011 namun baru disidangkan pada tahun 2012. Dari dua perkara tersebut, keputusan Komisi Informasi Pusat adalah sebagai berikut: a. Atas perkara yang diputuskan bulan Mei 2012 hasilnya informasi yang dimohon dibuka sebagian. b. Atas perkara yang diputuskan bulan Juli 2012 hasilnya informasi yang dimohon dibuka seluruhnya.
4. There were 2 cases to a non litigation adjudication session. One case was a follow up to an objection in 2011 but went on a trial in 2012. Out of these 2 cases, the decision of the Central Information Commission was as follows:
Dengan berkembangnya dinamika permohonan informasi publik serta hasil diskusi internal, maka dirasa perlu untuk merevisi PMK Nomor 132/ PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik Di Lingkungan Kementerian Keuangan dengan menambahkan:
With the development of the dynamics of public information requests and result of internal discussions, Regulation of the Finance Minister Number 132/PMK.01/2012 on the Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry, should be revised by adding:
1. Pengaturan mengenai pelimpahan beberapa wewenang PPID unit Eselon I kepada pejabat kantor vertikal.
1. Regulation on the transfer of authorities from Information and Documentation Management Officials at echelon I units to officials at vertical offices. 2. Regulation on information requests through a mechanism of Information and Documentation Management Officials as long as the information requests meet provision of Articles 9, 10, and 11 of Law on Public Information Openness.
2. Pengaturan mengenai permohonan informasi melalui mekanisme PPID sepanjang permintaan informasi tersebut memenuhi ketentuan Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 UU KIP.
Pengaturan mengenai pelimpahan beberapa wewenang PPID tersebut dimaksudkan untuk mempercepat pelayanan informasi bagi unit Eselon I yang memiliki kantor vertikal di daerah dan mengintegrasikan beberapa media/saluran layanan informasi yang ada di lingkungan Kementerian Keuangan guna memberikan layanan informasi sesuai dengan ketentuan yang ada.
306
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
a. Of the case decided in May 2012, the requested information was partly opened. b. Of the case decided in July 2012, the requested information was entirely opened.
The regulation on the transfer of authorities from the Information and Documentation Management Officials is aimed at accelerating information service for echelon I units that have regional vertical offices and integrate some media/channels of information service at the Finance Ministry to provide information service pursuant to the existing provision.
Beberapa kendala yang dihadapi oleh PPID di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:
Some constraints faced by the Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry are as follow:
1. Adanya beberapa unit yang belum memiliki unit khusus yang menangani kehumasan dan layanan informasi, sehingga fokus dalam memberikan layanan informasi dirasa kurang optimal.
1. Some units have no special unit yet that handle public relations and information service so that the focus on providing information service is not optimal.
2. Belum seluruh pegawai Kementerian Keuangan memahami mengenai materi UU KIP beserta implikasinya, sehingga kewajiban badan publik belum dapat terlaksana dengan baik.
2. Not all employees of the Finance Ministry understand yet the content of Law on Public Information Openness and its implication so that the obligations of the public body have not been well executed.
3. Karakteristik unit vertikal yang tidak seragam sehingga mempersulit pemenuhan permohonan informasi yang waktunya terbatas.
3. Ununiformed characteristic of the vertical units so that it is difficult to fufill information requests of which the time if limited.
4. Kurangnya pemahaman pemohon informasi di daerah mengenai PPID di lingkungan Kementerian Keuangan, sehingga sering kali membutuhkan waktu untuk mengirimkan berkas permohonan informasi di daerah ke PPID yang ada di kantor pusat.
4. Lack of understanding of information applicants at the regional areas on the Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry so that it frequently requires time to send the information request files from the regional areas to the Information and Documentation Management Officials at the head office.
Rekomendasi dan rencana tindak lanjut peningkatan kualitas pelayanan informasi bagi PPID di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut:
Recommendations and follow up plans to increase information service quality for Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry include:
1. Penyusunan SOP pelimpahan permohonan informasi kepada PPID yang terkait di lingkungan Kementerian Keuangan.
1. Preparation of SOP on information requests delegation to related Information and Documentation Management Officials at the Finance Ministry.
2. Merevisi PMK Nomor 132/PMK.01/2012 tentang Pedoman Layanan Informasi Publik Di Lingkungan Kementerian Keuangan dengan menambahkan: a. Pengaturan mengenai pelimpahan beberapa wewenang PPID unit eselon I kepada pejabat kantor vertikal.
2. Revision of Regulation of the Finance Minister 132/PMK.01/2012 on Guidance of Public Information Service at the Finance Ministry by adding: a. Regulation on delegating some authorities from echelon I unit Information and Documentation Management Officials to vertical office officials. b. Regulation on information applicants through a mechanism of the Information and Documentation Management Officials as long as the information requests are pursuant to Articles 9, 10, and 11 of Law on Public Information Openness.
b. Pengaturan mengenai pemohon informasi melalui mekanisme PPID sepanjang permintaan informasi tersebut sesuai dengan Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 UU KIP.
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
307
3. Pembangunan sistem informasi terintegrasi.
308
administrasi
layanan
3. Development of an integrated information service administration system.
4. Penyeragaman persepsi untuk rekapitulasi seluruh permohonan informasi yang masuk ke Badan Publik. Jika informasi sudah tersedia di dalam sistem dan dapat disediakan saat itu juga, maka tidak perlu menggunakan form dsb. Dalam hal informasi belum tersedia dan/atau butuh pertimbangan maka perlu menggunakan formulir dan mengikuti SOP yang ada.
4. Perception uniformity to recapitulate all information requests to the public entity. If the information is already available in the system and can be provided at that time, no form will be required. In the event no information is available and/or a consideration is required, the procedure must use a form and follow the existing SOP.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Bab 05 | Tata Kelola Pemerintahan Chapter 05 | Governance
309
Congklak/ Dakon Permainan congklak menggunakan sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Dalam permainan ini kita diharuskan untuk cermat, teliti dan berstrategi untuk memenangkan permainan ini, nilai lainnya adalah kejujuran dalam menjalankan biji yang ada digenggaman tangannya. In the game, a type of clam shells are used as seed congklak and if not there, sometimes also used seeds from plants and small stones. In this game we are required to carefully, thoroughly and strategizing to win this game, the other is the value of honesty in running the existing seed in hands.
Bagian Anggaran 015
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran
2012 Audited
314
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
315
316
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
317
Pernyataan Tanggung Jawab
Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 (BA 015) Kementerian Keuangan yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2012 sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami. Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta, Mei 2013 Plt. Menteri Keuangan,
M. Hatta Rajasa
318
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Kata Pengantar
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Kementerian Keuangan adalah salah satu entitas pelaporan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Keuangan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/ PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat serta Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di dalamnya telah disusun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pemakai laporan, khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Kementerian Keuangan. Disamping itu laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Jakarta, Mei 2013 Sekretaris Jenderal,
Kiagus Ahmad Badaruddin NIP 195703291978031001
319
320
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Ringkasan
Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2012 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara Anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2012. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2012 sebesar Rp982.829.932.056.170,00 atau 96,60 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Jumlah tersebut terdiri dari Penerimaan Pajak sebesar Rp980.470.822.097.887,00 atau mencapai 96,48 persen dari pagu anggarannya dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp2.359.109.958.283,00 atau mencapai 207,92 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan. Realisasi Belanja Negara termasuk Imbalan Bunga pada TA 2012 sebesar Rp16.325.448.043.171,00 atau mencapai 93,81 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.199.881.727.924,00 (termasuk didalamnya realisasi belanja Imbalan Bunga yang tidak tersedia pagu anggarannya dalam DIPA sebesar Rp615.634.747.251,00) atau 94,09 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya. Adapun realisasi Belanja Negara tanpa Imbalan Bunga pada TA 2012 adalah sebesar Rp15.709.813.295.920,00 atau mencapai 90,28 persen dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp15.584.246.980.673,00 atau 90,52 persen dari anggarannya, Belanja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp125.566.315.247,00 atau 67,87 persen dari anggarannya. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan TA 2011 dapat disajikan sebagai berikut:
321
Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011
TA 2012 Fiscal Year 2012 Uraian Description
Pendapatan Negara dan Hibah KAS Government Revenues and Cash Grant Penerimaan Perpajakan Tax Revenues
Anggaran Budget
TA 2011 Fiscal Year 2011 Persentase (%) Realisasi Terhadap Anggaran Percentage (%) Realization to Budget
Realisasi Realization
1.017.371.947.232.192 982.829.932.056.170
Realisasi Realization
96,60
875.490.823.295.438
1.016.237.341.511.000
980.470.822.097.887
96,48
873.721.483.886.873
1.134.605.721.192
2.359.109.958.283
207,92
1.769.339.408.565
Hibah Grant
0
0
0
0
Pendapatan Negara dan Hibah Transaksi NON Kas State Income and Non Cash Transaction Grant
0
0
0
0
Penerimaan Perpajakan Tax Revenues
0
0
0
0
PNBP Non Tax Revenues
0
0
0
0
1.017.371.947.232.192 982.829.932.056.170
96,60
875.490.823.295.438
17.402.097.003.000 16.325.448.043.171
93,81
16.096.296.744.832
PNBP Non Tax Revenues
Jumlah Pendapatan dan Hibah Total Revenues and Grant Belanja Transaksi KAS Cash Transaction Expenditure Belanja Rupiah Murni Pure Rupiah Expenditures
17.217.079.527.000
16.199.881.727.924
94,09
15.986.719.279.081
185.017.476.000
125.566.315.247
67,87
109.577.465.751
Belanja Transaksi Non KAS Non cash Transaction Expenditures
0
0
0
4.036.475.457
Belanja Barang Non KAS Non cash Goods Expenditures
0
0
0
4.036.475.457
17.402.097.003.000 16.325.448.043.171
93,81
16.100.333.220.289
Belanja PHLN
Jumlah Belanja Total Expenditures
2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada 31 Desember 2012 dan 2011. Nilai Aset adalah sebesar Rp93.150.323.894.383,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp53.004.852.749.265,00, Aset Tetap sebesar Rp39.244.462.867.245,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795,00, dan Aset Lainnya sebesar Rp900.837.494.078,00. Nilai Kewajiban adalah sebesar Rp814.697.948.478,00 yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp814.697.948.478,00 dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp0,00. Sementara itu, nilai Ekuitas Dana adalah sebesar Rp92.335.625.945.905,00 yang terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp52.190.154.800.787,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp40.145.471.145.118,00. Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011 dapat disajikan sebagai berikut:
322
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 2 Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011 Tanggal Neraca Balance Date
Uraian Description
Kenaikan/ Penurunan Increase/Decrease
31 Desember 2012 (Rp)
31 Desember 2011 (Rp)
Aset Lancar Current Assets
53.004.852.749.265
62.816.187.789.195
(9.811.335.039.930)
(15,62)
Aset Tetap Fixed Assets
39.244.462.867.245
37.713.845.000.870
1.512.617.866.375
4,01
170.783.795
0
170.783.795
0,00
Rp
%
Aset Assets
Piutang Jangka Panjang Long-term Receivable Aset Lainnya Other Assets Jumlah Aset Total Assets
900.837.494.078
801.376.507.540
99.460.986.538
12,41
93.150.323.894.383
101.349.409.297.605
(8.199.085.403.222)
(8,09)
814.697.948.478
806.982.593.139
7.715.355.339
0,96
Kewajiban Liabilities Kewajiban Jangka Pendek Short-term liabilities Kewajiban Jangka Panjang Long-term Liabilities
0
0
0
0,00
814.697.948.478
806.982.593.139
7.715.355.339
0,96
Ekuitas Dana Lancar Current Equity Fund
52.190.154.800.787
62.084.362.174.070
(9.894.207.373.283)
(15,94)
Ekuitas Dana Investasi Investment Equity Fund
40.145.471.145.118
38.458.064.530.396
1.687.406.614.722
4,39
Jumlah Kewajiban Total Liabilities Ekuitas Dana Equity Fund
Jumlah Ekuitas Dana Total Equity Fund Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Total Liabilities and Equity
92.335.625.945.905
100.542.426.704.466
-8.206.800.758.561
(8,16)
93.150.323.894.383
101.349.409.297.605
-8.199.085.403.222
(8,09)
3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
323
I. Laporan Realisasi Anggaran
KEMENTERIAN KEUANGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
TA 2012 Uraian
Anggaran
% Realisasi Anggaran
Realisasi
Realisasi
A.PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
B.1
1. PENERIMAAN DALAM NEGERI
B.1.1
1.017.371.947.232.190
982.829.932.056.170
96,60
875.490.823.295.438
a. Penerimaan Perpajakan
B.1.1.1
1.016.237.341.511.000
980.470.822.097.887
96,48
873.721.483.886.873
i. Pendapatan Pajak Dalam Negeri
B.1.1.1.1
968.293.241.511.000
930.855.230.106.189
96,13
819.726.384.405.794
ii. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
B.1.1.1.2
47.944.100.000.000
49.615.591.991.698
103,49
53.995.099.481.079
B.1.1.2
1.134.605.721.192
2.359.109.958.283
207,92
1.769.339.408.565
i. Pendapatan PNBP Lainnya
B.1.1.2.1
355.648.561.192
856.424.264.729
240,81
647.774.605.376
ii. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
B.1.1.2.2
778.957.160.000
1.502.685.693.554
192,91
1.121.564.803.189
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak
2. HIBAH
B.1.2
JUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH B. BELANJA
-
-
-
-
1.017.371.947.232.190
982.829.932.056.170
96,60
875.490.823.295.438
B.2
1. Belanja Pegawai
B.2.1
8.375.082.920.608
7.976.346.217.823
95,25
7.490.514.041.094
2. Belanja Barang
B.2.2
7.127.781.800.025
6.097.847.421.003
85,54
5.277.837.278.247
3. Belanja Modal
B.2.3
1.899.232.282.367
1.635.619.657.094
86,12
2.084.582.029.561
4. Pembayaran Bunga Utang
B.2.4
615.634.747.251
0,00
1.247.399.871.387
16.325.448.043.171
93.79
16.100.333.220.289
JUMLAH BELANJA
324
TA 2011
Catatan
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
0 17.402.097.003.000
II. Neraca
KEMENTERIAN KEUANGAN NERACA PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
NAMA PERKIRAAN
CATATAN
31 DESEMBER 2012
31 DESEMBER 2011
ASET ASET LANCAR
C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran
C.1.1
Kas di Bendahara Penerimaan
8.796.459.747
1.439.660.756
C.1.2
6.659.080.618
3.060.880.248
Kas Lainnya dan Setara Kas
C.1.3
20.739.677.126
8.115.195.871
Kas pada Badan Layanan Umum
C.1.4
3.641.157.122.268
2.168.961.124.597
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid)
C.1.5
23.212.842.494
10.002.522.352
Uang muka belanja (prepayment)
C.1.6
3.723.250.772
16.924.326.150
Piutang Perpajakan
C.1.7
93.468.526.344.200
108.063.462.383.641
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Perpajakan
C.1.8
(44.550.942.630.944)
(47.817.309.090.339)
48.917.583.713.256
60.246.153.293.302
Piutang Perpajakan (Netto) Piutang Bukan Pajak
C.1.9
96.450.818.001
85.849.145.052
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak
C.1.10
(51.808.973.643)
(44.869.379.520)
Piutang Bukan Pajak (Netto)
44.641.844.358
40.979.765.532
Bagihan Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
C.1.11
9.625.650.721
9.874.029.786
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan Ganti Rugi
C.1.12
(9.414.674.698)
(9.478.786.128)
210.976.023
395.243.658
20.520.519.164
14.938.119.944
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum
C.1.13
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
C.1.14
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU (Netto)
(112.142.971)
(95.448.100)
20.408.376.193
14.842.671.844
Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum
C.1.15
32.766.356.150
22.027.746.408
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU
C.1.16
(633.092.250)
(553.181.649)
32.133.263.900
21.474.564.759
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU (Netto) Persediaan
C.1.17
284.672.873.440
282.731.013.941
Persediaan Badan Layanan Umum
C.1.18
913.269.070
1.107.526.185
53.004.852.749.265
62.816.187.789.195
17.296.534.823.816
17.210.633.268.536
JUMLAH ASET LANCAR ASET TETAP
C.2
Tanah
C.2.1
Tanah Badan Layanan Umum
C.2.2
545.192.062.827
545.192.062.827
Peralatan dan Mesin
C.2.3
8.849.450.471.389
8.021.195.465.644
Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum
C.2.4
51.293.956.632
43.188.928.397
Gedung dan Bangunan
C.2.5
11.211.918.159.435
10.635.543.677.167
Gedung dan Bangunan Badan Layanan Umum
C.2.6
196.710.647.484
194.255.849.179
325
NAMA PERKIRAAN
CATATAN
31 DESEMBER 2012
31 DESEMBER 2011
Jalan. Irigasi dan Jaringan
C.2.7
348.573.649.280
332.477.687.395
Jalan.Irigasi. dan Jaringan Badan Layanan Umum
C.2.8
18.437.121.332
18.437.121.332
Aset Tetap Lainnya
C.2.9
26.339.299.995
21.169.879.443
Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum
C.2.10
11.807.907.831
11.467.292.040
Konstruksi Dalam Pengerjaan
C.2.11
677.317.480.494
698.283.768.910
Konstruksi Dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum
C.2.12
10.887.286.730
0
JUMLAH ASET TETAP PIUTANG JANGKA PANJANG
39.244.462.867.245
37.731.845.000.870
C.3
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
C.3.1
171.642.005
26.443.698
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
C.3.2
(858.210)
(132.218)
170.783.795
26.311.480
170.783.795
26.311.480
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Netto) JUMLAH PIUTANG JANGKA PANJANG C.4
ASET LAINNYA Aset Tak Berwujud
C.4.1
518.108.669.309
474.893.975.396
Aset Tak Berwujud- Badan Layanan Umum
C.4.2
3.177.745.040
2.898.446.790
Aset Lain-lain
C.4.3
379.512.337.729
248.393.281.860
Aset Lain-lain-Badan Layanan Umum
C.4.4
38.742.000
75.164.492.014
JUMLAH ASET LAINNYA JUMLAH ASET
900.837.494.078
801.350.196.060
93.150.323.894.383
101.349.409.297.605
KEWAJIBAN C.5
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang kepada Pihak Ketiga
C.5.1
39.060.216.445
17.174.929.541
Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan
C.5.2
753.033.696.543
704.320.653.776
Pendapatan Diterima Dimuka
C.5.3
4.367.814.771
1.583.445.635
Uang Muka
C.5.4
Uang Muka dari KPPN
C.5.5
8.796.376.249
1.435.505.756
Pendapatan Yang Ditangguhkan
C.5.6
9.439.844.470
82.463.903.431
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK JUMLAH KEWAJIBAN
4.155.000
814.697.948.478
806.982.593.039
814.697.948.478
806.982.593.039
EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR
C.6
Cadangan Piutang
C.6.1
49.016.779.361.599
60.326.557.849.853
Cadangan Persediaan
C.6.2
285.586.142.510
283.838.540.126
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek
C.6.3
(774.134.999.714)
(717.825.069.672)
Keuntungan/Kerugian yang belum terealisasi
C.6.4
83.498
0
Dana Lancar BLU
C.6.5
3.641.157.122.268
2.168.961.124.597
Barang/Jasa yang Harus Diterima
C.6.6
25.134.905.397
24.214.537.744
Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan
C.6.7
(4.367.814.771)
(1.384.808.578)
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR
326
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
52.190.154.800.787
62.084.362.174.170
NAMA PERKIRAAN EKUITAS DANA INVESTASI
CATATAN
31 DESEMBER 2012
31 DESEMBER 2011
C.7
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
C.7.1
39.244.462.867.245
37.731.845.000.870
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
C.7.2
901.008.277.873
726.219.529.526
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI
40.145.471.145.118
38.458.064.530.396
JUMLAH EKUITAS DANA
92.335.625.945.905
100.542.426.704.566
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
93.150.323.894.383
101.349.409.297.605
III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; 2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan; 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (1) menetapkan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 55 ayat (4)menetapkan bahwa Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa Pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menetapkan bahwa Laporan Keuangan (Audited) disusun berdasarkan Laporan Keuangan (Unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pungutan Ekspor atas Barang Ekspor Tertentu; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 14. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 49 Tahun 1991 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya terhadap Pelaksanaan Kuasa dan Ijin Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik; 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 16. Instruksi Presiden RI No. 12 tahun 1975 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara yang berasal dari
327
pelaksanaan Kontrak Karya, Kontrak Production Sharing dan kegiatan Pertamina sendiri; 17. Peraturan Menteri Keuangan No. 64/PMK.02/2005 tentang Tata Cara Pembayaran Kembali PPN dan PPnBM Atas Perolehan BKP dan atau JKP yang Digunakan Oleh BU atau BUT Dalam Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi; 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.010/2005 tentang Penetapan Tarif Pungutan Ekspor atas Batubara; 19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.05/2007tentang Modul Penerimaan Negara; 20. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 21. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja; 22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; 23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.05/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara; 24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2007 tentang Kodefikasi Barang Milik Negara; 25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/KM.05/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana terakhirdiubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/ PMK.05/2011; 27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.011/2008 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005 tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor; 28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum; 29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 165/PMK.03/2008 tanggal 4 November 2008 tentang Mekanisme Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah dan Penghitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik; 30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara dalam Rangka Ekspor, Penerimaan atas Barang Kena Cukai, dan Penerimaan Negara yang berasal dari Pengenaan Denda Administrasi atas Pengangkutan Barang Tertentu; 31. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja pada Kategori Usaha Tertentu; 32. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.05/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat; 33. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga; 34. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/ Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih; 35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Dana Operasional Khusus Pengamanan Penerimaan Negara; 36. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah; 37. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 236/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah; 38. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.05/2012 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga; 39. Keputusan Menteri Keuangan No.766/KMK.04/1992 tentang Tatacara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pungutan-Pungutan Lainnya atas Hasil Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik; 40. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-07/PB/2005 tentang Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran; 41. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
328
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
42. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan; 43. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-48/PB/2006 tentang SP3; 44. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2006 tentang Tata Cara Pembukaan dan Pengesahan atas Realisasi Hibah Luar Negeri Pemerintah yang Dilaksanakan Secara Langsung; 45. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-69/PB/2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan Laporan Keuangan; 46. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara; 47. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 48. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga; 49. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-08/PB/2009 tentang Penambahan dan Perubahan BAS; 50. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-62/PB/2009 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan; 51. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga; 52. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-90/PB/2011 tentang Rekonsilias Data Transaksi Penerimaan Negara pada Sistem Modul Penerimaan Negara; 53. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai; 54. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak; 55. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-55/PB/2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga. A.2. KEBIJAKAN TEKNIS KEMENTERIAN KEUANGAN Kebijakan Teknis A.2.1. Visi Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan Visi Kementerian Keuangan adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya dan akuntabel untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Dari visi yang ditetapkan tersebut, yang dimaksud dengan pengelola keuangan dan kekayaan negara adalah Kementerian Keuangan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara dan kekayaan negara. Dipercaya adalah semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara, dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Akuntabel adalah pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang mengacu pada praktik terbaik internasional yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan. A.2.2. Misi Kementerian Keuangan Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Kementerian Keuangan memiliki misi: 1. Misi fiskal adalah mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggungjawab; 2. Misikekayaan negara adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggungjawab; 3. Misi pasar modal dan lembaga keuangan adalah mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non-bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global; 4. Misi penguatan kelembagaan adalah:
329
• • •
Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat; Membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab; Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.
A.2.3. Tujuan Kementerian Keuangan Guna mengaktualisasikan visi dan misi tersebut, maka Kementerian Keuangan menetapkan tujuan pencapaian organisasi sebagai berikut:
1.
Tujuan 1
Meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keadilan masyarakat;
2.
Tujuan 2
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan belanja negara untuk mendukung penyelenggaraan tugas K/L dan pelaksanaan desentralisasi fiskal;
3.
Tujuan 3
Mewujudkan kapasitas pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan fiskal;
4.
Tujuan 4
Pengelolaan perbendaharaan negara yang profesional dan akuntabel serta mengedepankan kepuasan stakeholders atas kinerja perbendaharaan negara;
5.
Tujuan 5
Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal serta menjadikan nilai kekayaan negara sebagai acuan dalam berbagai keperluan;
6.
Tujuan 6
Membangun otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.
A.2.4. Sasaran Strategis a. asaran strategis dalam tema pendapatan negara adalah: 1. Tingkat pendapatan yang optimal; Tingkat pendapatan yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaandalam negeri yang sesuai dengan target sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN- P. 2. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi dan citra yang meningkat yang didukung oleh tingkat pelayanan yang handal; Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi diukur berdasarkan hasil survey kepuasan stakeholder oleh lembaga independen. Hasil survey yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan dimata stakeholder. 3. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai yang tinggi. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai terhadap peraturan perundang-undangan yang pada akhirnya menunjukkan potensi pendapatan pajak, kepabeanan, dan cukai. b. Sasaran strategis dalam tema belanja negara: 1. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, efisien, dan akuntabel; . Alokasi belanja negara yang tepat sasaran adalah alokasi anggaran yang dapat mencapai kinerja program dan kegiatan kementerian negara/lembaga yang telah ditetapkan dalam APBN; . Alokasi belanja negara yang tepat waktu adalah pengesahan DIPA yang dapat diselesaikan sesuai jadwal yang ditetapkan; . Alokasi belanja negara yang efisien adalah penuangan anggaran pada DIPA yang dapat digunakan
330
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
.
untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan; Alokasi belanja negara yang akuntabel adalah alokasi belanja negara yang proporsional sesuai dengan prioritas rencana kerja pemerintah dan dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya.
2. Tata kelola yang yang tertib, transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara; . Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan belanja negara sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; . Tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah pengelolaan belanja Negara yang dilakukan secara terbuka sehingga proses pengelolaannya dapat diketahui oleh stakeholder dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah; Perimbangan keuangan adalah pelaksanaan kebijakan hubungan keuangan Pusat dan daerah yang dapat menjamin keseimbangan keuangan terkait dengan besarnya beban, tanggung jawab, dan kewenangan yang dimiliki oleh pusat maupun daerah sesuai dengan norma dan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 4. Terciptanya tata kelola yang tertib sesuai peraturan perundang-undangan, transparan, kredibel, akuntabel, dan profesional dalam pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah. . Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan transfer ke daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan; . Transparan adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat diakses oleh seluruh stakeholder; . Akuntabel adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat dipertanggungjawabkan. c. Sasaran strategis dalam tema pembiayaan APBN adalah: 1. Terpenuhinya pembiayaan APBN melalui utang secara tepat waktu, cukup, dan efisien; Memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman, dengan mempertimbangkan biaya dan risiko untuk mendukung kesinambungan fiskal. 2. Terciptanya kepercayaan para pemangku kepentingan (investor, kreditor, dan pelaku pasar lainnya) terhadap pengelolaan utang yang transparan, akuntabel, dan kredibel; Tersedianya informasi terkait pengelolaan utang kepada publik secara transparan dan akurat, dan terjaganya kredibilitas pengelolaan utang dengan melakukan pembayaran kewajiban secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. 3. Terciptanya struktur portofolio utang yang optimal; Mengoptimalkan struktur jatuh tempo SBN dengan memperhatikan jenis, tingkat bunga dan tenor, serta kondisi pasar keuangan. 4. Terciptanya pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid. Mengembangkan pasar SBN dengan menyediakan alternatif instrumen SBN yang variatif serta meningkatkan sebaran investor. d. Sasaran strategis dalam temaperbendaharaan negara adalah: 1. Efisiensi dan akurasi pelaksanaan belanja negara; Penyaluran belanja negara untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan secara akurat dan tepat waktu berarti pelaksanaan penyaluran belanja dilakukan sesuai dengan norma waktu yang ditetapkan. 2. Optimalisasi pengelolaan kas; Optimalisasi pengelolaan kas negara meliputi perencanaan kas, pengendalian kas, dan pemanfaatan idle kas yang dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan kas dalam jumlah yang cukup. Optimalisasi pengelolaan kas negara adalah dalam rangka mewujudkan efisiensi pengelolaan kas dengan mengedepankan prinsip ”meminimumkan biaya” dan ”memaksimalkan manfaat” bila terjadi
331
kekurangan kas (cash mismatch) atau pemanfaatan kelebihan kas (idle cash). Optimalisasi tingkat pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya; Salah satu bagian dari pengembalian dana dibidang investasi dan pembiayaan lainnya adalah pengembalian penerusan pinjaman. Dana penerusan pinjaman tersebut harus dioptimalkan pengembalian dan penyetorannya kembali ke APBN sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengembalian dana tersebut mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri dan penerimaan defisit APBN. 4. Peningkatan pelayanan masyarakat melalui penyempurnaan pengelolaan BLU; Melalui penyempurnaan regulasi terkait dengan pengelolaan BLU, peningkatan penilaian kinerja satker BLU serta pembinaan yang berkelanjutan, diharapkan satker yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU akan dapat melaksanakan fungsinya secara lebih efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja keuangan pada satker BLU, sehingga selanjutnya akan dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanannya kepada masyarakat. 5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara; Salah satu kebijakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah melalui penerapan akuntansi pemerintah modern sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Sampai dengan saat ini LKPP yang telah disusun masih berdasarkan basis Kas Menuju Akrual. Selanjutnya, secara bertahap LKPP akan disusun berdasarkan akrual basis sehingga diharapkan akan terwujud peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara serta peningkatan opini BPK (dari Disclaimer menjadi Wajar Tanpa Pengecualian) melalui LKPP yang lebih berkualitas. 6. Terciptanya sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu. Untuk menciptakan sistem perbendaharaan negara yang modern, handal, dan terpadu mulai tahun anggaran 2009 telah dilaksanakan proyek penyempurnaan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang dikenal dengan Proyek Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). 3
e. Sasaran strategis dalam temakekayaan negara adalah: 1. Terlaksananya perencanaan kebutuhan barang milik negara yang optimal; Mengoordinasikan pemberian data dan informasi keberadaan asset idle kementerian dan lembaga dalam rangka perencanaan pengadaan belanja modal dari kementerian dan lembaga serta penghematan penggunaan anggaran dengan mengoptimalkan BMN idle yang ada di kementerian dan lembaga. 2. Terlaksananya penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel; Penatausahaan kekayaan negara yang handal dan akuntabel adalah tercatatnya seluruh kekayaan negara/BMN dalam daftar barang baik di kementerian dan lembaga sebagai pengguna dan di Kementerian Keuangan sebagai pengelola. 3 Terwujudnya pemanfaatan BMN berdasarkan prinsip thehighest and best use; Pemanfaatan BMN adalah upaya penggunaan secara maksimal seluruh BMN untuk mendukung penyelenggaraan tupoksi penyelenggaraan negara. 4. Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan pengelolaan kekayaan negara; Pelayanan pengelolaan kekayaan negara meliputi pelayanan permohonan penetapan status pemanfaatan, penggunaan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik negara. 5. Terwujudnya database nilai kekayaan negara yang kredibel. Mendapatkan, mengumpulkan, dan mengolah data kekayaan negara sehingga menjadi informasi eksekutif yang utuh, tepat waktu, akurat, dan dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan bagi pimpinan Kementerian Keuangan. f.
332
Sasaran strategis dalam temapasar modal dan lembaga keuangan non bank adalah: 1. Terwujudnya regulator bidang pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional; 2. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sumber pendanaan yang mudah diakses, efisien, dan kompetitif; 3. Terwujudnya pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai sarana investasi yang menarik dan kondusif dan sarana pengelolaan risiko yang handal;
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
4. Terwujudnya industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang stabil, resilience,dan liquid; 5. Tersedianya kerangka regulasi yang menjamin adanya kepastian hukum, keadilan dan keterbukaan (fairness and transparency); 6. Tersedianya infrastruktur pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang kredibel, dapat diandalkan, dan berstandar internasional. g. Sasaran strategis pembelajaran dan pertumbuhan dalam menunjang pencapaian tujuan strategis 6 tema pokok adalah: 1. Terwujudnya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; Sistem rekrutmen yang kredibel dan pengembangan SDM yang tertata dan berkelanjutan diharapkan menghasilkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi dalam mengelola keuangan negara. 2. Terwujudnya organisasi yang handal dan modern; Pengembangan organisasi dilakukan berdasarkan fungsi masing-masing unit organisasi dan SOP yang dimiliki, yaitu: . Fungsi unit organisasi merupakan fungsi yang telah disusun berdasarkan keputusan menteri keuangan; . SOP (Standar Operating Procedure) adalah standar yang dijadikan panduan bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan sehingga akan memberikan kepastian mengenai apa yang harus dilaksanakan, waktu penyelesaian, dan biaya (bila ada biaya). SOP yang disusun harus memenuhi prinsip efisiensi. 3. Terwujudnya good governance; Good governance adalah terciptanya tata kelola pemerintahan dalam menerapkan prinsip good governance (transparansi, akuntabilitas, responsiveness, responsibilitas, efektivitas, dan efisien). 4. Terwujudnya dan termanfaatkannya TIK yang terintegrasi; Sistem informasi/aplikasi yang ada di seluruh lingkungan Kementerian Keuangan diupayakan terintegrasi didukung dengan kualitas layanan infrastruktur yang prima. 5. Tercapainya akuntabilitas laporan keuangan. Sasaran strategis ini terkait dengan product/service yang dihasilkan oleh Inspektorat Jenderal yang difokuskan pada hasil pengawasan yang dapat memberikan nilai tambah bagi kinerja Kementerian Keuangan melalui asistensi, monitoring, dan review penyusunan laporan keuangan pada unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan dan Laporan Keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. A.2.5. Program dan Kegiatan Kementerian Keuangan Berdasarkan visi, misi, tujuan,dan sasaranstrategis yang telah ditetapkan, dengan mengacu kepada RPJM Nasional 2010–2014, Kementerian Keuangan menetapkan 12 (dua belas) program. A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
333
REALISASI DIPA PER PROGRAM KEMENTERIAN KEUANGANTAHUN ANGGARAN 2012
KODE
PROGRAM
ANGGARAN
101
Program Dukungan dan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan
103
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan
104
REALISASI
%
6.787.055.145.000
6.048.322.601.993
89,12
94.741.699.000
88.443.110.197
93,35
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan
421.882.973.000
395.209.374.815
93,68
106
Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank
361.099.484.000
183.322.470.015
50,77
107
Program Pengelolaan Anggaran Negara
139.374.773.000
125.576.715.215
90,10
108
Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
117.463.308.000
112.558.982.775
95,82
109
Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara
1.534.467.641.000
1.413.946.938.378
92,15
110
Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang
601.260.888.000
553.136.540.358
92,00
111
Program Perumusan Kebijakan Fiskal
145.989.695.000
131.400.076.992
90,01
112
Program Pengamanan dan Pengamanan Penerimaan Pajak
4.997.443.575.000
5.222.442.377.430
104,50
113
Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di Bidang Kepabean dan Cukai
2.130.567.822.000
1.983.136.295.944
93,08
114
Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang
70.750.000.000
67.952.559.059
96,05
17.402.097.003.000
16.325.448.043.171
93,81
JUMLAH
Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA2012merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek Pendekatan keuangan yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sstem Akuntansi Penyusunan Laporan Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan Keuangan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2012 ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang struktural di bawah Kementerian Keuangan seperti eselon I,wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas anggaran yang diberikan. Kementerian Keuangan TA2012ini Rp17.402.097.003.000,00 meliputi: • •
memperoleh
anggaran
yang
berasal
dari
APBN-P
sebesar
Satuan kerja kantor pusat (KP)termasuk2 satker BLU PIP dan LPDPsebesar Rp11.400.433.554.000 Satuan kerjakantor daerah (KD)termasuk 1 satker BLU STANsebesar Rp6.001.663.449.000.
Dari total anggaran diatas,rincian anggaran satuan kerja BLU adalah sebagai berikut: Jumlah satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan adalah 1.073satker termasuk 3satker BLU . Dari jumlah
334
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Jenis Sumber Dana
Tahun Anggaran
Jumlah Satker
2011
2
83.471.637.000
53.222.987.000
2012
3
70.238.748.000
347.537.304.000
APBN
BLU
tersebut,yang menyampaikan laporan keuangan dan dikonsolidasikan sejumlah 1.073 satker (100%). Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel3 berikut. Selain memperoleh dana dari DIPA BA 015Kementerian Keuangan juga mengelola dana yang berasal dari Tabel 3 Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon 1 Jumlah Jenis Kewenangan Kode Eselon I
Uraian
KP
KD
DK
Jumlah Satker
TP
M
TM
M
TM
M
TM
M
TM
01
Sekretariat Jenderal
10
-
22
-
-
-
-
-
32
02
Inspektorat Jenderal
1
-
-
-
-
-
-
-
1
03
Ditjen Anggaran
1
-
-
-
-
-
-
-
1
04
Ditjen Pajak
4
-
568
-
-
-
-
-
572
05
Ditjen Bea dan Cukai
6
-
138
-
-
-
-
-
144
06
Ditjen Perimbangan Keuangan
1
-
-
-
-
-
-
-
1
07
Ditjen Pengelolaan Utang
1
-
-
-
-
-
-
-
1
08
Ditjen Perbendaharaan
4
-
207
-
-
-
-
-
211
09
Ditjen Kekayaan Negara
1
-
87
-
-
-
-
-
88
10
Bapepam-LK
1
-
-
-
-
-
-
-
1
11
BPPK
7
-
13
-
-
-
-
-
20
12
BKF
1
-
-
-
-
-
-
-
1
38
-
1035
-
-
-
-
-
1073
Jumlah Keterangan: M : Menyampaikan LK TM : Tidak Menyampaikan LK
BA 999.07(BelanjaSubsidi)sebesar Rp316.194.201.433.000,00dan dari BA 999.08 (Belanja Lain-Lain) sebesar Rp45.229.003.000,00. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya. A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI
335
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang mengakui pengaruh Kebijakan Akuntansi transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN. Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN. Penyusunan dan penyajian LK TA2012telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penyusunan LKKL telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK Kementerian Keuangan adalah: Pendapatan 1. Pendapatan; Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. Belanja 2. Belanja; Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di lembar muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, adapun di Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi. Aset 3. Aset. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. AsetLancar a. Aset Lancar; Aset lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya.
336
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak, Kualitas Piutang Pajak digolongkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas lancar apabila: a. belum jatuh tempo; b. telah jatuh tempo tetapi belum diberitahukan Surat Paksa; atau c. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak dan belum melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut. Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas kurang lancar apabila: a. telah diterbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak tetapi telah melewati batas waktu angsuran/penundaan dalam surat keputusan tersebut; b. telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; c. telah diberitahukan Surat Paksa; atau d. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita lebih dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita. Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas diragukan apabila: a. telah dilaksanakan penyitaan dengan jumlah keseluruhan nilai Barang Sitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah keseluruhan piutang pajak yang menjadi dasar penyitaan yang tercantum dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita; b. sedang diajukan keberatan atau banding; c. Wajib Pajak Non Efektif (NE); d. hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan belum diusulkan untuk dihapuskan. Piutang Pajak digolongkan dalam kualitas macet apabila: a. hak penagihannya telah daluwarsa; atau b. hak penagihannya belum daluwarsa tetapi memenuhi syarat untuk dihapuskan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan dan telah diusulkan untuk dihapuskan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-58/BC/2011 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang di Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai pasal 11 ayat (3), penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Jatuh tempo piutang; dan b. Upaya penagihan. Penilai kualitas piutang dilakukan dengan cara mengelompokkan piutang berdasarkan: a. Umur piutang; b. Status debitur; c. Status proses pelimpahan penagihan piutang. sejak timbulnya piutang sampai dengan akhir periode pelaporan. Kualitas piutang ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Lancar, ditetapkan apabila umur piutang belum lebih dari 1 tahun; Kurang lancar, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 1 tahun sampai dengan 2 tahun; Diragukan, ditetapkan apabila umur piutang lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun; Macet, ditetapkan apabila: a. umur piutang lebih dari 3 tahun;
337
b. proses penagihan telah dilimpahkan ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL); dan/atau c. kondisi debitur: I. orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan, dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak ditemukan; II. bubar, likuidasi, atau pailit, dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal, atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator, atau kurator tidak dapat ditemukan; dan III. tidak memiliki harta kekayaan lagi. Berdasarkan PMK 201/PMK.06/2010,Piutang PNBP dikelompokkan menjadi kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Kualitas lancar apabila sejak tanggal terjadinya transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo (diterbitkannya Surat Tagihan Pertama) belum dibayar, piutang lancar disisihkan lima permil dari total piutang. Piutang kurang lancar apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Pertama diterbitkan belum dibayar, piutang kurang lancar disisihkan sepuluh persen dari total piutang. Piutang diragukan apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Kedua diterbitkan belum dibayar, piutang diragukan disisihkan lima puluh persen dari total piutang. Piutang macet apabila satu bulan sejak Surat Tagihan Ketiga diterbitkan belum dibayar atau piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN, piutang macet disisihkan seratus persen dari total piutang. Berdasarkan Buletin Teknis 06 tentang Akuntansi Piutang menyatakan bahwa Tagihan Ganti Rugi merupakan piutang yang timbul karena pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada pegawai negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai bagian lancar TPA/TGR. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkanhargapembelian terakhir apabila diperoleh melalui pembelian,hargastandar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dan harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. b. Investasi Investasi Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi pemerintah diklasifikasikan kedalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki dalam kurun waktu setahun atau kurang, ditujukan dalam rangka manajemen kas, dan berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga yang signifikan. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari setahun. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen. I.
338
Investasi Non Permanen Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yangtidak termasuk dalam investasi permanen dan dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen sifatnya bukan penyertaan
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
modal saham melainkan berupa pinjaman jangka panjang yang dimaksudkan untuk pembiayaan investasi perusahaan negara/ daerah, pemerintah daerah, dan pihak ketiga lainnya, investasi dalam bentuk dana bergulir, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi non permanen lainnya. Investasi Non Permanen meliputi: • Seluruh dana pemerintah yang bersumber dari dana pinjaman luar negeri yang diteruspinjamkan melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan dana dalam negeri dalam bentuk Rekening Dana Investasi (RDI) dan Rekening Pembangunan Daerah (RPD) yang dipinjamkan kepada BUMN/BUMD dan Pemda. • Seluruh dana pemerintah yang diberikan dalam bentuk Pinjaman Dana Bergulir kepada pengusaha kecil, anggota koperasi, anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), nasabah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), nasabah Usaha Simpan Pinjam/Tempat Simpan Pinjam (USP/TSP) atau nasabah BPR, dan pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. • Dana pemerintah yang ditanamkan dalam bentuk surat berharga pada BUMN terjadi dalam rangka penyelamatan perekonomian. II. Investasi Permanen Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Negara (PMN) pada perusahaan negara, lembaga internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara. PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang sama dengan atau lebih dari 51 persen disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Hukum Milik Negara (BHMN). PMN pada badan usaha atau badan hukum lainnya yang kurang dari 51 persen (minoritas) disebut sebagai Non BUMN. PMN dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan. Penilaian investasi jangka panjang diprioritaskan menggunakan metode ekuitas. Jika suatu investasi bisa dipastikan akan diperoleh kembali atau terdapat bukti bahwa investasi hendak dilepas, maka digunakan metode nilai bersih yang direalisasikan. Investasi dalam bentuk pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga dan non earning asset atau hanya sebagai bentuk partisipasi dalam suatu organisasi, seperti penyertaan pada lembaga-lembaga keuangan internasional, menggunakan metode biaya. Investasi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs tengah BI pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal neraca, pos investasi dalam mata uang asing dilaporkan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. c. Aset Tetap Aset Tetap Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh Pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012berdasarkan harga perolehan. Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu: a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah); dan b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2004 disajikan berdasarkan hasil penilaian
339
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Terhadap aset tetap per 31 Desember 2004 yang belum dilakukan penilaian disajikan dengan harga perolehan. Berdasarkan BuletinTeknis 09 tentang akuntansi aset tetap menyatakan bahwa pengakuan aset tetap renovasi yang telah selesai pada akhir periode pelaporan harus segera diserahterimakan kepada satker kuasa pengguna barang. Apabila sampai dengan akhir periode pelaporandokumen sumber penyerahan telah diterbitkan atau aset renovasi belum diserahkan, maka aset tetap renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporanakan mencatat dan menambahkannya sebagai aset tetap terkait.Aset Tetap Renovasi yang belum selesai pada akhir periode pelaporan maka Aset Tetap Renovasi tersebut dieliminasi dari neraca dan Kementerian Keuangan selaku entitas pelaporan akan mencatat dan menambahkannya sebagai Kontruksi Dalam Pengerjaan Aset Tetap terkait. Aset Lainnya d. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, Dana Kelolaan BLU,dan Aset Lain-lain. TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran. TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya. Selain itu kebijakanmengenaiaset lain diatur dalamPMK Nomor:201/ PMK.06/2010 tanggal 23 November 2010 tentang Kualitas Piutang pada Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih, antara lain: a. Pasal 5 ayat (1) poin d. Angka 2 menyatakan bahwa Piutang yang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara digolongkan dalam kualitas macet. b. Pasal 6 ayat (3) poin c. PMK tersebut menyatakan bahwa Penyisihan Piutang Tidak Tertagih atas piutang macet dibentuk “Penyisihan Piutang Tidak Tertagih” sebesar 100% dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan. c. Untuk dapat menyajikan informasi yang memadai berkenaan dengan piutang yang dapat direalisasikan Piutang PNBP pada K/L yang telah diserahkan ke PUPN/DJKN tidak disajikanpada akun Aset Lain-Lain, melainkan tetap disajikan pada akun piutangnya (baik piutang jangka pendek maupun piutang jangka panjang) dengan penyisihan piutang sebagaimana piutang dengan kualitas macet. Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
340
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; dan hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. Dana Kelolaan BLU adalah bagian dari dana yang disediakan pada PIP, yang sampai dengan tanggal pelaporan belum direalisasikan sebagai pinjaman kepada pihak lain atau belum diinvestasikan. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Di samping itu, piutang macet Kementerian Keuangan yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan cq. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain. Kewajiban 4. Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang Bunga (accrued interest), dan Utang Jangka Pendek Lainnya. b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. Ekuitas Dana 5. Ekuitas Dana Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan merupakan akun lawan dari Dana Cadangan.
341
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
6. Kebijakan Akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuksebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongankualitas piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan denganmempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yangdilakukan pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masingpiutang pada tanggal pelaporan sesuai dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor: 201/PMK.06/2011 tentang Kualitas Piutang KementerianNegara/ Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Kualitas Piutang
Uraian
Penyisihan
Lancar
Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang Lancar
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet
1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan 2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara / DJKN
100%
Penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan sebesar: a. 5‰ (lima permil) dari piutang dengan kualitas lancar; b. 10% (sepuluh perseratus) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; c. 50% (lima puluh perseratus) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan d. 100% (seratus perseratus) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan. Penyusutan Aset Tetap
7. Kebijakan Akuntansi atas Penyusutan Aset Tetap Sampai saat Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2012, Kementerian Keuangan belum menerapkan penyusutan Barang Milik Negaraberupa Aset Tetap, hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri KeuanganNomor 53/KMK.06/2012 tentang Penerapan Penyusutan Barang Milik Negaraberupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat, yang menyebutkan bahwapenerapan penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada seluruhentitas Pemerintah Pusat dilaksanakan mulai tahun 2013. B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto TA 2012 Rp982.829.932.056.170,00
B.1. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Neto Kementerian Keuangan pada TA 2012 adalah sebesar Rp982.829.932.056.170,00 atau 96,60 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2012 (dalam rupiah) URAIAN Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
342
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
ANGGARAN
REALISASI
%
1.017.371.947.232.192
982.829.932.056.170
96,60
1.016.237.341.511.000
980.470.822.097.887
96,48
1.134.605.721.192
2.359.109.958.283
207,92
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto Kementerian Keuangan pada TA 2012 adalah sebesar Rp1.036.295.266.757.850,00 atau 101,86 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp1.017.371.947.232.192,00. Dibandingkan dengan TA 2011, realisasi pendapatan TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp114.990.226.359.288,00 atau 12,48 persen. Kenaikan ini berasal dari Pendapatan Pajak Dalam Negeri Rp118.771.193.423.752,00 dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp590.556.917.659,00. Sedangkan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional mengalami penurunan sebesar Rp4.371.523.982.123,00. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 6 dan Grafik 1 berikut.
Tabel 6 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 (dalam rupiah) URAIAN
ANGGARAN
Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negri Pend. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah
REALISASI
%
1.016.237.341.511.000
1.033.935.003.832.590
101,74
968.293.241.511.000
983.623.506.847.429
101,58
47.944.100.000.000
50.311.496.985.161
104,94
1.134.605.721.192
2.360.262.925.264
208,02
1.017.371.947.232.192
1.036.295.266.757.850
101,86
Grafik 1 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012
ESTIMASI
dalam jutaan rupiah
REALISASI
1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 0 PENERIMAAN PERPAJAKAN
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
343
Perbandingan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2012 dan TA 2011 dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Perbandingan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negri Pend. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah
TA 2011 Rp
%
1.033.935.003.832.590
919.535.334.390.961
114.399.669.441.629
12,44
983.623.506.847.429
864.852.313.423.677
118.771.193.423.752
13,73
50.311.496.985.161
54.683.020.967.284
(4.371.523.982.123)
(7,99)
2.360.262.925.264
1.769.706.007.605
590.556.917.659
33,37
1.036.295.266.757.850
921.305.040.398.566
114.990.226.359.288
12,48
Komposisi realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Grafik 2 berikut.
Grafik 2 Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012
PENERIMAAN PERPAJAKAN 99.77%
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 0.23%
1. Penjelasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Per Unit Eselon I (Bruto) Realisasi pendapatan per unit eselon I bruto lingkup Kementerian Keuangan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
344
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 8 Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 (dalam rupiah) NO
ESELON 1
1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
4
ESTIMASI
REALISASI
761.307.265.000
%
1.509.182.136.455
198,24
80.000.000
89.308.578
111,64
0
1.238.566.482
0,00
DJP
885.031.926.607.755
888.618.235.460.407
100,41
5
DJBC
131.463.998.610.000
145.704.898.810.369
110,83
6
DJPK
0
710.608.590
0,00
7
DJPU
0
1.170.551.644
0,00
8
DJPB
8.295.619.437
102.760.577.333
1.238,73
9
DJKN
86.475.530.000
250.015.146.383
289,12
10
BAPEPAM-LK
0
88.750.639.852
0,00
11
BPPK
19.863.600.000
17.910.018.810
90,17
12
BFK
0
304.932.951
0,00
1.017.371.947.232.192
1.036.295.266.757.850
101,86
JUMLAH
Perbandingan realisasi pendapatan per unit eselon I bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan NO
URAIAN
TA 2012
TA 2011 RP
%
1.509.182.136.455
1.117.542.025.073
391.640.111.382
35,04
89.308.578
689.682.757
(600.374.179)
(87,05)
DJA
1.238.566.482
1.590.391.042
(351.824.560)
(22,12)
4
DJP
888.618.235.460.407
787.850.521.116.699
100.767.714.343.708
12,79
5
DJBC
145.704.898.810.369
132.018.505.593.198
13.686.393.217.171
10,37
6
DJPK
710.608.590
396.576.933
314.031.657
79,19
7
DJPU
1.170.551.644
52.632.970
1.117.918.674
2.123,99
8
DJPB
102.760.577.333
6.077.092.117
96.683.485.216
1.590,95
1
SETJEN
2
ITJEN
3
9
DJKN
250.015.146.383
198.829.805.704
51.185.340.679
25,74
10
BAPEPAM-LK
88.750.639.852
95.072.195.602
(6.321.555.750)
(6,65)
11
BPPK
17.910.018.810
14.545.418.124
3.364.600.686
23,13
12
BFK
304.932.951
1.217.868.347
(912.935.396)
(74,96)
1.036.295.266.757.850
921.305.040.398.566
114,990.226.359.288
12,48
JUMLAH
345
2. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Per Jenis Penerimaan (Bruto) Pendapatan Kementerian Keuangan terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Komposisi realisasi pendapatan bruto TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10 Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 (dalam rupiah) URAIAN
ESTIMASI
Penerimaan Perpajakan Pendapatan Pajak Dalam Negri Pend. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah
REALISASI
%
1.016.237.341.511.000
1.033.935.003.832.590
101,74
968.293.241.511.000
983.623.506.847.429
101,58
47.944.100.000.000
50.311.496.985.161
104,94
1.134.605.721.192
2.360.262.925.264
208,02
1.017.371.947.232.190
1.036.295.266.757.850
47,72
Perbandingan realisasi pendapatan per jenis penerimaan TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11 Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
Penerimaan Perpajakan
Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto Rp980.470.82 2.097.887,00
1.033.935.003.832.590
919.535.334.390.961
114.399.669.441.629
12,44
983.623.506.847.829
864.852.313.423.677
118.771.193.423.752
13,73
50.311.496.985.161
54.683.020.967.284
(4.371.523.982.123)
(7,99)
2.360.262.925.264
1.769.706.007.605
590.556.917.659
33,37
1.036.295.266.757.850
921.305.040.398.566
114.990.226.359.288
12,48
Pendapatan Pajak Dalam Negri Pend. Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak Jumlah
%
B.1.1. PENERIMAAN DALAM NEGERI B.1.1.1. Penerimaan Perpajakan Penerimaan Perpajakan berasal dari Pajak Dalam Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2012 adalah sebesar Rp980.470.822.097.887,00 atau 101,74 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.016.237.341.511.000,00. Realisasi Penerimaan Perpajakan TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp114.399.669.441.629,00 atau 12,44 persen dari realisasi Penerimaan Perpajakan TA 2011. Kenaikan Penerimaan Perpajakan terutama terjadi pada Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp40.393.767.566.308,00, Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp61.028.694.237.992,00, Pendapatan Cukai sebesar Rp18.020.010.844.834,00, dan Pendapatan Bea Masuk sebesar Rp3.160.413.389.023,00.
346
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp1.033.935.003.832.590,00 atau 101,74 persen dari target, dimana terjadi pengembalian pendapatan sebesar Rp53.464.181.734.703,00 sehingga realisasi Penerimaan Perpajakan Neto TA 2012 adalah sebesar Rp980.470.822.097.887,00. Realisasi Penerimaan Perpajakan per jenis penerimaan Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 (dalam rupiah) URAIAN
ESTIMASI
Penerimaan Perpajakan
REALISASI BRUTO
PENGEMBALIAN
REALISASI NETTO
%
1.016.237.341.511.000
1.033.935.003.832.590
(53.464.181.734.703)
980.470.822.097.887
101,74
Pendapatan Pajak Dalam Negri
968.293.241.511.000
983.623.506.847.429
(52.768.276.741.240)
930.855.230.106.189
101,58
Pendapatan PPh
513.650.160.000.000
484.283.016.840.601
(19.217.183.600.003)
465.065.833.240.598
94,28
Pendapatan PPN
336.056.979.511.000
371.084.491.032.279
(33.501.728.811.261)
337.582.762.221.018
110,42
Pendapatan PPB
29.687.507.000.000
28.980.801.281.600
(12.345.632.796)
28.968.455.648.804
97,62
Pendapatan Cukai
83.266.625.000.000
95.030.359.803.014
(3.057.355.600)
95.027.302.447.414
114,13
5.631.970.000.000
4.244.837.889.935
(33.961.341.580)
4.210.876.548.355
75,37
Pendapatan Pajak Lainnya Pend. Pajak Perdagangan Internasional
47.944.100.000.000
50.311.496.985.161
(695.904.993.463)
49.615.591.991.698
104,94
Pendapatan Bea Masuk
24.737.900.000.000
28.890.244.732.223
(510.208.505.567)
28.380.036.226.656
116,79
Pendapatan Bea Keluar
23.206.200.000.000
21.421.252.252.938
(185.696.487.896)
21.235.555.765.042
92,31
Perbandingan realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2012 dan 2011 per Jenis Penerimaan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 12 Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
Penerimaan Perpajakan
%
1.033.935.003.832.590
919.535.334.390.961
114.399.669.441.629
12,44
983.623.506.847.429
864.852.313.423.677
118.771.193.423.752
13,73
Pendapatan PPh
484.283.016.840.601
443.889.249.274.293
40.393.767.566.308
9,10
Pendapatan PPN
371.084.491.032.279
310.055.796.794.287
61.028.694.237.992
19,68
Pendapatan PPB
28.980.801.281.600
29.900.911.038.417
(920.109.756.817)
(3,08)
Pendapatan Cukai
95.030.359.803.014
77.010.348.958.180
18.020.010.844.834
23,40
4.244.837.889.935
3.996.007.358.500
248.830.531.435
6,23
50.311.496.985.161
54.683.020.967.284
(4.371.523.982.123)
(7,99)
Pendapatan Bea Masuk
28.890.244.732.223
25.729.831.843.200
3.160.412.389.023
12,28
Pendapatan Bea Keluar
21.421.252.252.938
28.953.189.624.084
(7.531.937.371.146)
(26,01)
Pendapatan Pajak Dalam Negri
Pendapatan Pajak Lainnya Pend. Pajak Perdagangan Internasional
347
Komposisi realisasi Penerimaan Perpajakan Bruto TA 2012 per jenis penerimaan dapat dilihat pada Grafik 3 berikut.
Grafik 3 Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012
PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI 95,13%
PENDAPATAN PAJAK INTERNASIONAL 4,87%
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp983.623.506.847.429,00 yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp118.771.193.423.752,00 atau 13,73 persen dibanding realisasi TA 2011 yang besarnya Rp864.852.313.423.677,00. Adapun realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp50.311.496.985.161,00. Dibandingkan dengan TA 2011, realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp4.371.523.982.123,00 atau 7,99 persen terutama disebabkan oleh penurunan Bea Keluar sebesar Rp7.531.937.371.146,00. Penurunan Bea Keluar TA 2012 disebabkan oleh penurunan tarif Bea Keluar dan Harga Patokan Ekspor (HPE) sehingga terjadi pergeseran komoditi ekspor dari Crude Palm Oil (CPO) menjadi komoditi turunannya. Untuk memberikan kepastian hukum dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak yang menghendaki pembayaran pajaknya melalui perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak dan/atau bunga yang diterima dan/atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain, Kementerian Keuangan mengatur tata cara pembayaran pajak melalui pemindahbukuan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 88/ KMK.04/1991 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan, Pemindahbukuan meliputi: Pemindahbukuan (Pbk) a. Pemindahbukuan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang berdasarkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak atau surat Penerimaan Pajak keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan pembayaran pajak. b. Pemindahbukuan karena adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak akibat kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. c. Pemindahbukuan karena diperolehnya kejelasan Surat Setoran Pajak (SSP) yang semula diadministrasikan dalam Bermacam-macam Penerimaan Pajak (BPP). d. Pemindahbukuan karena salah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain. e. Pemindahbukuan karena adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari Surat Setoran Pajak.
348
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
f.
Pemindahbukuan karena adanya pelimpahan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/ 1990 tentang Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Pertambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk kegiatan usaha di bidang impor atas dasar inden.
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto Pemindahbukuan yang terjadi selama TA 2012 adalah sebesar Rp1.400.997.781.312,00. Nilai tersebut merupakan Rp930.855.230.106.189,00 pemindahbukuan yang disebabkan oleh perubahan Mata Anggaran Pendapatan (MAP) dan bukan merupakan pelunasan tunggakan pajak. Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud belum terakomodasi dalam nilai penerimaan perpajakan dalam laporan keuangan dikarenakan belum ada Peraturan dalam Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP) yang mengatur pemindahbukuan berdasarkan data MPN. Perubahan terhadap TUPRP (saat ini masih mengacu pada KEP-11/PJ./1994) masih dalam proses pembahasan. Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto Pendapatan Pajak Internasional sangat dipengaruhi oleh Penerimaan Bea Masuk dan Bea Keluar. Bea Masuk Rp983.623.506.847.429,00 adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Pendapatan Bea Masuk ditentukan oleh beberapa variabel antara lain: Nilai Devisa Bayar, Tarif Efektif Rata-rata dan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs. Adapun Bea Keluar dikenakan terhadap barang yang dikeluarkan dari daerah pabean. Tujuan pengenaan Bea Keluar berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri dan menjaga stabilitas harga komoditi ekspor tertentu di dalam negeri. B.1.1.1.1. Pendapatan Pajak Dalam Negeri (Neto) Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Neto TA 2012 adalah sebesar Rp930.855.230.106.189,00 atau 101,58 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp968.293.241.511.000,00. Jika dibandingkan dengan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2011 terjadi kenaikan sebesar Rp118.771.193.423.752,00 atau naik 13,73 persen. Pendapatan Pajak Dalam Negeri (Bruto) Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp983.623.506.847.429,00 atau 101,58 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp968.293.241.511.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp118.771.193.423.752,00 atau naik 13,73 persen dari realisasi TA 2011. Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 14 dan Grafik 4 berikut.
Tabel 14 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 NO
URAIAN
1
Pendapatan Pajak Dalam Negri
2 3
ESTIMASI
REALISASI
%
968.293.241.511.000
983.623.506.847.429
101,58
Pendapatan PPh
513.650.160.000.000
484.283.016.840.601
94,28
Pendapatan PPN
336.056.979.511.000
371.084.491.032.279
110,42
4
Pendapatan PPB
29.687.507.000.000
28.980.801.281.600
97,62
5
Pendapatan Cukai
83.266.625.000.000
95.030.359.803.014
114,13
6
Pendapatan Pajak Lainnya
5.631.970.000.000
4.244.837.889.935
75,37
349
Grafik 4 Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012
ESTIMASI
dalam milyar rupiah
REALISASI
600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 PENDAPATAN PPh
PENDAPATAN PPN
PENDAPATAN PBB
PENDAPATAN CUKAI
PENDAPATAN PAJAK LAINNYA
Perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 15 dan Grafik 5 berikut.
Tabel 15 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
Pendapatan Pajak Dalam Negri
983.623.506.847.429
864.852.313.423.677
118.771.193.423.752
13,73
Pendapatan PPh
484.283.016.840.601
443.889.249.274.293
40.393.767.566.308
9,10
Pendapatan PPN
371.084.491.032.279
310.055.796.794.287
61.028.694.237.992
19,68
Pendapatan PPB
28.980.801.281.600
29.900.911.038.417
(920.109.756.817)
(3,08)
Pendapatan Cukai
95.030.359.803.014
77.010.348.958.180
18.020.010.844.834
23,40
4.244.837.889.935
3.996.007.358.500
248.830.531.435
6,23
Pendapatan Pajak Lainnya
350
%
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Grafik 5 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011
dalam milyar rupiah
TA 2012
TA 2011
PENDAPATAN CUKAI
PENDAPATAN PAJAK LAINNYA
600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 PENDAPATAN PPh
PENDAPATAN PPN
PENDAPATAN PBB
Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Grafik 6 berikut.
Grafik 6 Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012
PENDAPATAN PPh 49,21% PENDAPATAN PPN 37,74% PENDAPATAN PBB 2,95% PENDAPATAN CUKAI 9,67% PENDAPATAN PAJAK LAINNYA 49,21%
Jika dibandingkan dengan TA 2011, Pendapatan Pajak Dalam Negeri mengalami kenaikan, diantaranya disebabkan oleh kenaikan Pendapatan PPh sebesar Rp40.393.767.566.308,00 atau 9,10 persen, PPN sebesar Rp61.028.694.237.992,00 atau 19,68 persen, Pendapatan Cukai Rp18.020.010.844.834 atau 23,40 persen, dan Pendapatan Pajak Lainnya sebesar Rp248.830.531.435,00 atau 6,23 persen. Sedangkan Pendapatan PBB mengalami penurunan sebesar Rp920.109.756.187,00 atau 3,08 persen dari tahun sebelumnya.
351
Realisasi Pendapatan Cukai TA 2012 sebesar Rp95.030.359.803.014,00 mengalami kenaikan sebesar Rp18.020.010.844.834,00 atau 23,40 persen dari realisasi TA 2011. Penyebab kenaikan tersebut karena kenaikan tarif Cukai HT dan efektifitas pengawasan peredaran MMEA melalui pelekatan pita cukai. Pencapaian penerimaan pajak yang mencapai target APBN-P TA 2012 adalah penerimaan PPh Migas dan PPN & PPnBM. Pencapaian PPh Migas mencapai 122,88 persen dari target atau sebesar Rp83.460,91 miliar, sementara PPN & PPnBM mencapai 100,42 persen dari target APBN-P 2012 atau sebesar Rp371.084,49 miliar. Dilihat dari komposisi penerimaan Pajak Dalam Negeri, penerimaan PPh nonmigas menyumbang kontribusi terbesar, namun demikian pertumbuhan penerimaannya hanya tumbuh sebesar 6,49 persen. Beberapa hal yang menjadi penyebab naik/turunnya beberapa penerimaan pajak di TA 2012 ini antara lain: 1. Penerimaan PPh Pasal 21 sebesar Rp79.672,76 miliar dan mengalami pertumbuhan sebesar 19,23 persen. Pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 21 ini tidak jauh dari pertumbuhan pada tahun 2011 yang meningkat 20,93 persen. Hal itu dapat terlihat sejalan dengan angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir yang relatif stabil. 2.
PPh Pasal 22 mengalami pertumbuhan sebesar 11,21 persen dengan nilai penerimaaan sebesar Rp5.547,50 miliar. Pencapaian penerimaan PPh Pasal 22 tahun 2012 masih dibawah target tahun 2012. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya penyerapan anggaran untuk belanja barang dan belanja modal kementerian/ lembaga pemerintahan. Penyerapan anggaran pemerintah yang diserap kementerian dan lembaga tahun 2012 hanya mencapai 87,5 persen atau Rp479,3 triliun dari pagu APBN-P 2012 sebesar Rp547,9 triliun. Pencapaian penyerapan anggaran tahun 2012 ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2011 yang mencapai 90,5 persen.
3. PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, dan PPnBM Impor mengalami pertumbuhan sebesar 11,21 persen, 18,31 persen, dan 56,72 persen dengan nilai sebesar Rp31.614,34 miliar untuk PPh Pasal 22 Impor, Rp126.631,92 miliar untuk PPN Impor dan Rp8.423,37 miliar untuk PPnBM Impor. Kondisi yang mempengaruhi peningkatan realisasi tersebut adalah tumbuhnya impor dengan pertumbuhan mencapai 9,40 persen selama periode Januari 2012 s.d November 2012 dengan nilai impor mencapai US$176,09 miliar (data http://www.bps.go.id). Hal ini ditopang oleh naiknya nilai impor non migas terutama golongan barang mesin dan peralatan mekanik yang mencapai US$38,85 miliar atau meningkat sebesar 17,94 persen seiring dengan meningkatnya investasi yang mencapai Rp229.900 miliar atau meningkat 27,0 persen (data BKPM s.d Tw.III 2012). 4.
Penerimaan PPh Pasal 23 sebesar Rp20.535,75 miliar atau tumbuh 8,50 persen dibandingkan penerimaan 2011. Pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 23 tahun 2012 mengalami perlambatan disebabkan oleh karena menurunnya kegiatan produksi pada sektor pertambangan dan penggalian akibat dari krisis global, kondisi geografis yang tidak optimal (rendahnya kadar konsentrat mineral di area pertambangan), adanya gangguan sosial (mogok kerja), serta gangguan keamanan memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap penerimaan PPh Pasal 23.
5. Penerimaan PPh Pasal 25/29 OP mengalami pertumbuhan 14,31 persen atau sebesar Rp3.782,21 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang semakin membaik. 6.
352
PPh Pasal 25/29 Badan sebesar Rp 170.296,53 miliar merupakan jenis pajak dengan kontribusi terbesar. Namun demikian pertumbuhan pada PPh Pasal 25/29 Badan mengalami perlambatan, dengan pertumbuhan negatif sebesar -1,85 persen dimana pada tahun sebelumnya pertumbuhannya mencapai 17,85 persen. Secara umum, perlambatan pertumbuhan pada jenis PPh 25/29 Badan antara lain dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global yang berdampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan terutama yang berorientasi ekspor seperti pada sektor industri pengolahan dan menurunnya produksi di sektor pertambangan dan penggalian terkait dengan kondisi geografis (rendahnya kadar konsentrat mineral di area pertambangan), gangguan keamanan serta terjadinya mogok kerja. Peranan sektor
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian pada penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan berkontribusi 50,82 persen di Tahun 2012, lebih rendah dari kontribusi tahun 2011 sebesar 58,59 persen. Tren realisasi penerimaan perpajakan selama 5 tahun 7. Sama halnya dengan PPh Pasal 25/29 Badan, penerimaan PPh Pasal 26 juga mengalami perlambatan terakhir pertumbuhan dari 29,12 persen di tahun 2011 menjadi -7,48 persen di tahun 2012. Melambatnya realisasi penerimaan PPh Pasal 26 tahun 2012 dipengaruhi oleh menurunnya kegiatan produksi pada sektor pertambangan dan penggalian, sehingga beberapa Wajib Pajak menurunkan pembayaran PPh Pasal 26 nya. 8.
Penerimaan PPh Final mengalami pertumbuhan yang cukup baik sebesar 18,83 persen atau secara nominal sebesar Rp 60.486,44 miliar. Pertumbuhan PPh final di topang oleh meningkatnya pembayaran PPh final atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang tumbuh sebesar 34,94 persen dan atas jasa konstruksi sebesar 33,52 persen dampak dari meningkatnya pendapatan masyarakat kelas menengah di Indonesia.
9. Penerimaan PPN Dalam negeri sebesar Rp224.895,17 miliar atau mencapai 97,97 persen. Pencapaian penerimaan PPN Dalam Negeri tahun 2012 lebih rendah dari target APBN-P 2012 dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Indonesia yang pertumbuhannya dibawah dari angka yang diharapkan (realisasi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dari target 6,5 persen). Namun demikian jika dilihat dari sisi pertumbuhan, penerimaan PPN Dalam Negeri masih tumbuh sebesar 22,07 persen, hal ini dipengaruhi oleh adanya tambahan subsidi BBM sebesar Rp7.000 miliar serta perbaikan sistem administrasi registrasi ulang Pengusaha Kena Pajak. 10. Penerimaan PPnBM DN mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 29,70 persen atau mencapai Rp 10.936,55 milyar. Pertumbuhan ini ditopang oleh meningkatnya penjualan kendaraan bermotor sebagaimana data yang berasal dari Gaikindo, bahwa produksi otomotif tahun 2012 meningkat 24,84 persen dan terjual sebanyak 1.116.230 unit. 11. Pencapaian PBB di tahun 2012 mencapai 97,57 persen dengan pertumbuhan -3,09 persen. Pencapaian penerimaan PBB tahun 2012 sebesar Rp 28,980,80 miliar lebih rendah dari angka target penerimaan APBN-P 2012 sebesar Rp 29.687,51 miliar disebabkan karena perubahan mekanisme pengenaan areal on-shore yang dikenakan tidak seluas Wilayah Kerja, namun seluas areal yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan (PMK.15/PMK.03/2012). Selain itu, adanya penangguhan pembayaran SPPT PBB Migas oleh Dirjen Anggaran dengan jumlah sebesar Rp 1.935,80 miliar turut mempengaruhi pencapaian penerimaan PBB Tahun 2012. 12. Penerimaan Pajak Lainnya mengalami pertumbuhan 7,23 persen dan mencapai Rp4.244,84 miliar yang didominasi oleh penjualan benda materai dan penerimaan bea materai yang tumbuh 8,84 persen dan 4,07 persen. Penerimaan perpajakan merupakan sumber utama pendapatan negara. Dalam 5 tahun terakhir, penerimaan perpajakan sangat mendominasi penerimaan negara walaupun jika dilihat dari tingkat pencapaian target penerimaan perpajakan, sedikit mengalami fluktuasi. Realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp980,20 triliun atau meningkat sebesar 49 persen dari realisasi penerimaan perpajakan tahun 2008 yang sebesar Rp658,70 triliun. Pada tahun 2009 terjadi penurunan tingkat realisasi menjadi sebesar 95,09 persen. Di tahun 2010 terjadi sedikit peningkatan realisasi penerimaan perpajakan menjadi 97,3 persen dari pagu, dan di tahun 2011 meningkat menjadi 99,45 persen. Selama tahun 2012 tingkat realisasi penerimaan perpajakan mengalami penurunan menjadi 96,45 persen dari pagu APBN-P 2012. Target APBN dan APBN-P serta realisasi penerimaan perpajakan tahun 2008-2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
353
Grafik Target dan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2008-2012
1,200.00 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 2008
2009 APBN
2010 APBN-P
2011
2012
REALISASI
Realisasi penerimaan perpajakan terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri TA 2012 adalah sebesar Rp930.542.644.885.415,00 atau mencapai 96,10 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P sebesar Rp968.293.241.511.000,00. Penerimaan Pajak Dalam Negeri dikelola oleh dua Satuan Kerja di Kementerian Keuangan yaitu Direktorat Jenderal Pajak yang mengelola penerimaan pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mengelola penerimaan cukai. Dalam 5 tahun terakhir, penerimaan pajak yang dikelola oleh Direktorat Jenderal pajak sangat mendominasi penerimaan negara walaupun jika dilihat dari tingkat pencapaian target penerimaan pajak, cenderung mengalami penurunan. Realisasi penerimaan pajak yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2012 adalah sebesar Rp835,83 triliun atau kurang Rp49,20 triliun dari target APBN-P sebesar Rp885,03 triliun dan kurang 78,37 triliun dari target APBN sebesar Rp914,20 triliun. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 mencapai 106,82 persen dari target APBN-P. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2009 mencapai 94,33 persen dari target APBN-P atau kurang sebesar Rp32,72 triliun dari target. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2010 mencapai 94,85 persen dari target APBN-P atau kurang sebesar Rp34,04 triliun dari target. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011 mencapai 97,26 persen dari target APBN-P atau kurang sebesar Rp20,95 triliun dari target. Target dan realisasi penerimaan pajak yang dikelola Direktorat Jenderal Pajak tahun 2008-2012 dalam triliun rupiah dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Target penerimaan pajak ditetapkan dalam APBN dan selanjutnya apabila terjadi perubahan target, ditetapkan dalam APBN-P. Selama lima tahun terakhir, perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan target APBN dan APBN-P dapat dilihat pada tabel berikut: Perubahan target penerimaan pajak dari APBN menjadi APBN-P disebabkan antara lain karena terjadi perkembangan dan perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang sejalan dengan kondisi perekonomian global dan domestik antara lain meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, rata-rata nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, harga minyak ICP, lifting minyak, suku bunga SBI, yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan sehingga perlu dilakukan penyesuaian atas berbagai sasaran pendapatan negara
354
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
agar menjadi lebih realistis. Perkembangan tersebut salah satunya adalah kinerja perekonomian Indonesia Tahun 2012 yang diperkirakan mengalami perlambatan dan mencapai sebesar 6,5% dari yang semula diperkirakan sebesar 6,7%.
Grafik Target APBN/APBN-P dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2008-2012
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2008
2009 APBN
2010 APBN-P
2011
2012
REALISASI
Tabel di atas menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008 melebihi target yaitu mencapai 106,84% dari target APBN-P. Namun tahun 2009 – 2012 realisasi penerimaan pajak tidak mencapai target berkisar 94,31% - 97,26% dari target APBN-P. Dengan demikian selama periode empat tahun terakhir (2009 – 2012) penerimaan pajak yang tidak tercapai apabila dibandingkan dengan APBN-P sebesar Rp136.564.598.965.992 dan dengan APBN sebesar Rp233.760.009.921.992. Salah satu faktor utama yang menyebabkan realisasi penerimaan pajak tahun 2009 – 2012 tidak mencapai target penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan data pihak ketiga sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sebagaimana dimaklumi, sistem perpajakan yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 16 Tahun 2009 adalah sistem self assessment yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh kepatuhan sukarela Wajib Pajak dan pengawasan dari aparatur perpajakan. Sistem ini memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri Rp52.768.276.741.240,00
Dalam rangka melaksanakan sistem sistem self assessment tersebut, telah diatur ketentuan dalam Pasal 35A Undang-Undang KUP berlaku efektif sejak 1 Januari 2008 yang mengharuskan setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain memberikan data dan informasi perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Mengingat sampai dengan pertengahan tahun 2011 Pasal 35A UU KUP belum dapat diimplementasikan karena belum dibuat peraturan pelaksanaan di bawahnya, maka saat menyampaikan pidato pada acara penyerahan LHP LKPP Tahun 2010 kepada Presiden tanggal 1 Juni 2011, Ketua BPK menegaskan kepada pemerintah untuk mengimplementasikan ketentuan Pasal 35A UU KUP dengan harapan Direktorat Jenderal Pajak dapat menghimpun data perpajakan dari para pihak yang disebutkan dalam ketentuan tersebut dan menjadikannya sebagai pusat data pajak yang dapat dipergunakan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak.
355
Tabel Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak dengan APBN dan APBN-P Tahun 2008 – 2012 (Dalam Triliun Rupiah) TARGET TAHUN
REALISASI APBN
2008
(1,41)
249,96
(14,36)
B. PPN dan PPnBM
187,63
195,46
210,25
22,63
14,79
C. PBB dan BPHTB
29,01
30,70
30,65
1,64
(0,05)
2,94
3,35
3,03
0,09
(0,32)
41,65
53,65
77,12
35,47
23,47
Jumlah
525,55
534,53
571,01
45,46
36,48
A. PPh Non Migas
296,94
291,18
267,64
(29,30)
(23,54)
B. PPN dan PPnBM
249,51
203,08
193,20
(56,31)
(9,89)
C. PBB dan BPHTB
36,67
30,84
30,67
(6,00)
(0,17)
4,27
3,25
3,12
(1,16)
(0,13)
56,72
49,03
50,04
(6,68)
1,01
Jumlah
644,11
577,39
544,66
(99,45)
(32,72)
A. PPh Non Migas
303,96
306,84
297,96
(6,00)
(8,87)
B. PPN dan PPnBM
269,54
262,96
230,05
(39,48)
(32,91)
C. PBB dan BPHTB
33,90
32,47
36,61
2,71
4,13
3,85
3,84
3,97
0,12
0,13
47,02
55,38
58,87
11,85
3,49
Jumlah
658,27
661,50
627,46
(30,81)
(34,04)
A. PPh Non Migas
364,94
366,75
358,01
(6,93)
(8,73)
B. PPN dan PPnBM
312,11
298,44
277,79
(34,32)
(20,65)
C. PBB dan BPHTB
27,68
29,06
29,89
2,21
0,83
4,20
4,19
3,93
(0,27)
(0,27)
55,55
65,23
73,10
17,54
7,86
Jumlah
764,49
763,67
742,72
(21,77)
(20,95)
A. PPh Non Migas
459,05
445,73
381,60
(77,44)
(64,13)
B. PPN dan PPnBM
352,95
336,06
337,58
(15,37)
1,53
C. PBB dan BPHTB
35,65
29,69
28,97
(6,68)
(0,72)
5,63
5,63
4,21
(1,42)
(1,42)
60,92
67,92
83,46
22,55
15,54
914,19
885,03
835,83
E. PPh Migas
D. Pajak lainnya E. PPh Migas
D. Pajak lainnya E. PPh Migas
2010
REALISASI DENGAN APBN-P
251,37
D. Pajak lainnya
2010
REALISASI DENGAN APBN
264,31
E. PPh Migas
2010
APBN-P
A. PPh Non Migas
D. Pajak lainnya
2009
SELISIH
JENIS PAJAK
D. Pajak lainnya E. PPh Migas Jumlah Total tidak mencapai target
(78,37)
(49,20)
(184,93)
(100,43)
Selanjutnya Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tanggal 27 Februari 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain wajib memberikan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Walaupun peraturan pemerintah tersebut telah berlaku efektif pada tanggal 27 Februari 2012, namun secara
356
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
teknis peraturan dimaksud baru dapat diimplementasikan setelah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Realisasi Pendapatan Pajak yang mengatur rincian jenis data, tata cara penyampaian, dan saat penyampaian data dan informasi perpajakan. Perdagangan Internasional Neto Sebagai tindak lanjut amanat Peraturan Pemerintah tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Rp49.615.591.991.698.,00 Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2013 yang mulai berlaku efektif tanggal 4 Januari 2013 tentang Rincian Jenis Data dan Informasi serta Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Realisasi Pendapatan Pajak Peraturan Menteri Keuangan tersebut menetapkan 14 instansi pemerintah, lembaga, asosiasi atau pihak Perdagangan Internasional lain (ILAP) yang diminta memberikan data. Selanjutnya Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Bruto Keuangan Nomor 79/PMK.03/2013 yang menambah lima ILAP. Rp50.311.496.985.161,00 Masih terbatasnya instansi pemerintah, lembaga, asosiasi atau pihak lain (ILAP) yang ditetapkan dalam PMK ini disebabkan antara lain adanya kekurang pahaman ILAP terhadap ketentuan perpajakan, dan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang pengelolaan data dan informasi ILAP yang dipahami oleh mereka bersifat rahasia termasuk apabila data dan informasi tersebut diberikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini berakibat pada resistensi atau penolakan untuk memberikan data kepada Direktorat Jenderal Pajak. Oleh karena itu, agar Pasal 35A UU KUP dapat dilaksanakan secara efektif, diperlukan adanya pemahaman dari seluruh ILAP dan masyarakat bahwa Pasal 35A Undang-Undang KUP bersifat lex specialis bagi Undang-Undang lainnya. Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Dalam Negeri TA 2012 adalah sebesar Rp52.768.276.741.240,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. B.1.1.1.2. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (Neto)
Tabel 16 Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
52.768.276.741.240
45.125.198.866.204
7.643.077.875.036
16,94
Pendapatan PPh
19.217.183.600.003
12.780.598.096.532
6.436.585.503.471
50,36
Pendapatan PPN
33.501.728.811.261
32.263.710.525.245
1.238.018.286.016
3,84
Pendapatan PPB
12.345.632.796
9.218.833.354
3.126.799.442
33,92
Pendapatan Cukai
3.057.355.600
3.820.585.340
(763.229.740)
(19,98)
33.961.341.580
67.850.825.733
(33.889.484.153)
(49,95)
Pendapatan Pajak Dalam Negri
Pendapatan Pajak Lainnya
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Neto TA 2012 adalah sebesar Rp49.615.591.991.698,00 atau 104,94 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp47.944.100.000.000,00. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional (Bruto) Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp50.311.496.985.161,00 atau 104,94 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp47.944.100.000.000,00. Pendapatan tersebut terdiri dari Pendapatan Bea Masuk sebesar Rp28.890.244.732.223,00 atau 116,79 persen dari target yang ditetapkan dan Pendapatan Bea Keluar sebesar Rp21.421.252.252.938,00 atau 92,31 persen dari target yang ditetapkan. Dalam target Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 sudah termasuk
357
target Penerimaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) sebesar Rp600.000.000.000,00. Untuk target BM-DTP masih tetap diberikan mengingat insentif fiskal masih harus diberikan kepada beberapa sektor untuk meningkatkan investasi di dalam negeri. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp4.371.523.982.123,00 atau 7,99 persen dari realisasi TA 2011 terutama berasal dari penurunan Bea Keluar sebesar Rp7.531.937.371.146,00. Besarnya realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional dapat dilihat pada Tabel 17 berikut. Adapun tantangan yang dihadapi dalam Pencapaian Target Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2012 antara lain sebagai berikut:
Tabel 17 Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 (dalam rupiah) NO
URAIAN
1
Pend. Pajak Perdagangan Internasional
2 3
ESTIMASI
REALISASI
%
47.944.100.000.000
50.311.496.985.161
104,94
Pendapatan Bea Masuk
24.737.900.000.000
28.890.244.732.223
116,79
Pendapatan Bea Keluar
23.206.200.000.000
21.421.252.252.938
92,31
a. Sektor Bea Masuk 1. Konsekuensi dari banyaknya Kerjasama Perdagangan Internasional melalui skema Free Trade Agreement (FTA) pada IJ-EPA, EFTA/CEITA ASEAN, China, Korea; 2. Adanya Fasilitas Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk; 3. Tarif umum Bea Masuk (MFN) yang cenderung turun (tarif efektif rata-rata Bea Masuk menurun); 4. Kebijakan non tarif (Non Tarif Measure) yang berorientasi pada pengendalian dan pembatasan barang impor serta penggunaan produksi dalam negeri; 5. Implementasi Free Trade Zone (FTZ) di Kawasan Batam Bintan Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). b. Sektor Bea Keluar 1. Harga internasional Crude Palm Oil (CPO) cenderung fluktuatif, sehingga berpengarh pada struktur tarif Bea Keuar dan berpengaruh pada volume ekspor; 2. Kebijakan hilirisasi produk CPO menyebabkan pengusaha cenderung mengekspor produk turunan CPO yang mempunyai tarif Bea Keluar; 3. Perizinan ekspor bijih mineral dari instansi teknis yang terlambat dan dipersulit, sehingga menurunkan volume ekspor; 4. Pasar internasional beberapa komoditi utama ekspor yang sedang menurun karena terjadinya Global Economic Slow-Down sehingga berpengaruh pada volume ekspor. Dalam menghadapi tantangan tersebut diperlukan strategi dalam Pencapaian Target Penerimaan Tahun 2012 sebagai berikut: 1. Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor dan Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang; 2. Perubahan kebijakan bea keluar, terutama berkaitan dengan tarif dan jenis barang kena bea keluar; 3. Optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui pengembangan Risk Management peningkatan patroli darat dan laut dan Peningkatan pengawasan di daerah perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan. Perbandingan realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.
358
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 18 Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
50.311.496.985.161
54.683.020.967.284
(4.371.523.982.123)
(7,99)
Pendapatan Bea Masuk
28.890.244.732.223
25.729.831.843.200
3.160.413.389.023
12,28
Pendapatan Bea Keluar
21.421.252.252.938
28.953.189.624.084
(7.531.937.371.146)
(26,01)
Pend. Pajak Perdagangan Internasional
Pendapatan Bea Masuk ditentukan oleh beberapa variabel antara lain: Nilai Devisa Bayar, Tarif Efektif Ratarata dan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs. Ketiga variabel tersebut berbanding lurus terhadap peningkatan nilai pendapatan Bea Masuk. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, diharapkan meningkatkan Devisa Bayar yang akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan Bea Masuk. Namun demikian terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan dampak penurunan terhadap penerimaan, yaitu antara lain: adanya komitmen perdagangan internasional, dimana Indonesia terikat perjanjian dengan negara-negara lain di bidang liberalisasi perdagangan. Kesepakatan seperti: ASEAN Free Trade Area (AFTA), IJEPA dengan Jepang dan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), berdampak pada penurunan tarif, demikian pula adanya berbagai fasilitas perdagangan dan industri yang diberikan pemerintah dalam rangka mendorong peningkatan daya saing. Variabel lain yang mempengaruhi penerimaan Bea Masuk adalah Nilai tukar Rupiah/kurs terhadap US$, yang menjadi salah satu variabel Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk (NDPBM). Faktor nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap penerimaan Bea Masuk, dimana nilai tukar rupiah yang tinggi cenderung meningkatkan Bea Masuk, namun disisi lain dapat mempengaruhi tingkat importasi, yang berdampak negatif terhadap tingkat penerimaan Bea Masuk. Terjadinya penurunan Tarif Efektif rata-rata dan nilai tukar Rupiah akan sangat berpengaruh terhadap tingkat penerimaan Bea Masuk. Realisasi Pendapatan Bea Masuk selama TA 2012 tercatat sebesar Rp28.890.244.732.223,00 atau 116,79 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp24.737.900.000.000,00. Hal ini berarti Pendapatan Bea Masuk TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp3.160.413.389.023,00 atau 12,28 persen dari realisasi TA Realisasi Pengembalian 2011. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Kenaikan Pendapatan Bea Masuk pada TA 2012 tersebut disebabkan oleh meningkatnya importasi yang Rp695.904.993.463,00 ditunjukkan dengan naiknya Dutiable impor sebesar US$146,14 Miliar (3,59%) dibandingkan tahun sebelumnya. Disamping itu meningkatnya tarif efektif rata-rata sebesar 2,06% atau naik 0,02% dari periode sebelumnya. Tujuan pengenaan Bea Keluar sebagaimana dimaksud Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2006 antara lain adalah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, melindungi kelestarian sumber daya alam, mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional Realisasi Penerimaan atau menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Pengenaan Bea Keluar terhadap beberapa Negara Bukan Pajak Neto komiditi ekspor tidak semata-mata ditujukan untuk menghimpun penerimaan negara tetapi ada tujuan lain Rp2.359.109.958.283,00 sebagaimana disebutkan di atas. Saat ini komiditi ekspor yang dikenakan Bea Keluar adalah ekspor komiditi CPO dan turunannya, kayu, kulit, rotan, dan biji kakao. Realisasi Pendapatan Bea Keluar selama TA 2012 tercatat sebesar Rp21.421.252.252.938,00 atau 92,31 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2012 sebesar Rp23.206.200.000.000,00. Rendahnya tingkat pencapaian Bea Keluar disebabkan harga pasaran internasional CPO dan Turunannya mengalami penurunan. Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral yang mulai berlaku mulai Juni 2012 belum efektif menghasilkan penerimaan. Sampai dengan Desember 2012 Penerimaan Bea Keluar dari ekspor mineral logam sebesar Rp.
359
Realisasi Penerimaan 1.746,41 Miliar. Negara Bukan Pajak Bruto Rp2.360.262.925.264,00 Pendapatan Bea Keluar Tahun 2012 menurun cukup signifikan yaitu dari sebesar Rp28.953.189.624.084,00 pada Tahun 2011 menjadi sebesar Rp21.421.252.252.938,00 pada Tahun 2012. Penurunan Pendapatan Bea Keluar pada Tahun 2012 antara lain disebabkan: a. Tarif Bea Keluar dan Harga Patokan Ekspor (HPE) Tahun 2012 lebih rendah dari Tahun 2011 menjadi salah satu penyebab turunnya penerimaan Bea Keluar selama Tahun 2012; b. Terjadinya pergeseran komoditi ekspor dari CPO menjadi komoditi turunannya terutama Refined Bleached Deodorized (RBD) karena tarif Bea Keluarnya rendah; c. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat atas lalu lintas perdagangan CPO dan produk turunannya baik ekspor maupun dalam negeri dari kemungkinan adanya upaya penghindaran Bea Keluar melalui berbagai modus penyelundupan mengingat harga CPO di pasaran internasional masih tinggi. Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 adalah sebesar Rp695.904.993.463,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. B.1.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Neto) Penerimaan Negara Bukan Pajak berasal dari Pendapatan PNBP Lainnya dan Pendapatan Badan Layanan Umum. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Neto TA 2012 adalah sebesar Rp2.359.109.958.283,00 Tabel 19 Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Pend. Pajak Perdagangan Internasional
695.904.993.463
687.921.486.205
7.983.507.258
1,16
Pendapatan Bea Masuk
510.208.505.567
586.812.093.834
(76.603.588.267)
(13,05)
Pendapatan Bea Keluar
185.696.487.896
101.109.392.371
84.587.095.525
83,66
atau 208,02 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.134.605.721.192,00. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Bruto) Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp2.360.262.925.264,00 atau 208,02 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012 sebesar Rp1.134.605.721.192,00. Besarnya Tabel 20 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 NO
360
URAIAN
1
Pendapatan PNPB Lainnya
2
Pendapatan BLU
3
Jumlah
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
ESTIMASI 355.648.561.192
REALISASI 857.577.231.710
% 241,13
778.957.160.000
1.502.685.693.554
192,91
1.134.605.721.192
2.360.262.925.264
208,02
realisasi PNBP TA 2012 dapat dilihat dalam Tabel 20 berikut. Apabila dibandingkan dengan TA 2011, PNBP TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp590.556.917.659,00 atau 33,37 persen dari realisasi TA 2011. Kenaikan PNBP ini terjadi pada pos-pos PNBP yaitu PNBP Lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp209.436.027.294,00 atau 32,31 persen dan Pendapatan Badan Layanan Umum Realisasi Pendapatan (BLU) mengalami kenaikan sebesar Rp381.120.890.365,00 atau 33,98 persen. PNBP Lainnya Neto Rp856.424.264.729,00 Kenaikan Pendapatan PNBP Lainnya berasal dari penerimaan Pendapatan Jasa Perbendaharaan yaitu pengelolaan Treasury Single Account (TSA). Adapun kenaikan Pendapatan Badan Layanan Umum terutama terjadi pada satuan kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yaitu Pendapatan Pengelolaan Dana Khusus Lainnya. Perbandingan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 21 dan Grafik 7 berikut.
Tabel 21 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011 NO
URAIAN
1
Pendapatan PNPB Lainnya
2
Pendapatan BLU
3
Jumlah
ESTIMASI
REALISASI
%
857.577.231.710
648.141.204.416
32,31
1.502.685.693.554
1.121.564.803.189
33,98
2.360.262.925.264
1.769.706.007.605
33,37
Grafik 7 Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011
TA 2012
dalam jutaan rupiah
TA 2011
1.600.000.000 1.400.000.000 1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 0
PENDAPATAN PNBP LAINNYA
PENDAPATAN BLU
361
Komposisi realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2012 dapat dilihat pada Grafik 8 berikut. B.1.1.2.1. Pendapatan PNBP Lainnya (Neto) Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Neto TA 2012 adalah sebesar Rp856.424.264.729,00 atau 241,13 persen Rp857.577.231.710,00 Grafik 8 Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012
PNBP
dari target yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012, yaitu sebesar Rp355.648.561.192,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2011, Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp209.436.027.294,00 atau Realisasi Pengembalian 32,31 persen dari realisasi TA 2011. Pendapatan PNBP Lainnya Rp1.152.966.981,00 Pendapatan PNBP Lainnya (Bruto) Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp857.577.231.710,00 atau 241,13 persen Realisasi Pendapatan dari target sebesar Rp355.648.561.192,00 yang ditetapkan dalam APBN-P TA 2012. Pendapatan PNBP Lainnya BLU Neto TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp209.436.027.294,00 atau 32,31 persen dari realisasi TA 2011. Besarnya Rp1.502.685.693.554,00 realisasi Pendapatan PNBP Lainnya dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.
Tabel 22 Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 NO
URAIAN
ESTIMASI
REALISASI
%
Pendapatan dari Pengelolaan BMN 1
(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta
4.570.521.804
37.497.715.460
820,43
348.833.272.800
659.283.528.662
189,00 0,00
Pendapatan dari penjualan 2
Pendapatan Jasa
3
Pendapatan Bunga
0
153.077
4
Pendapatan Pendidikan
0
174.000.000
0,00
5
Pendapatan Iuran dan Denda
26.411.151
97.525.495.002
369.258,78
6
Pendapatan Lain - lain
2.218.355.437
63.096.339.509
2.844,28
355.648.561.192
857.577.231.710
241,13
Jumlah
362
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Perbandingan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 23 berikut. Jika dibandingkan dengan TA 2011, terjadi kenaikan realisasi Pendapatan PNBP Lainnya sebesar Rp209.436.027.249,00 atau 32,31 persen. Kenaikan yang signifikan terutama terjadi pada pendapatan atas Pengelolaan Treasury Single Account (TSA) pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mengalami kenaikan Tabel 23 Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rupiah
Pendapatan dari Pengelolaan BMN
%
37.497.715.460
37.537.226.245
(39.510.785)
(0,11)
659.283.528.662
486.164.070.905
173.119.457.757
35,61
153.077
16.021.292
(15.868.215)
(99,04)
0
506.880
(506.880,00)
(100,00)
174.000.000
227.918.000
(53.918.000,00)
(23,66)
0
8.600.000
(8.600.000,00)
(100,00)
Pendapatan Iuran dan Denda
97.525.495.002
105.887.365.290
(8.361.870.288,00)
(7,90)
Pendapatan Lain - lain
63.096.339.509
18.299.495.804
44.796.843.705,00
244,80
857.577.231.710
648.141.204.416
209.436.027.294,00
32,31
Pendapatan Jasa Pendapatan Bunga Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan dan Hasil Tindak Pidana Korupsi Pendapatan Pendidikan Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi
Jumlah
sebesar Rp83.699.976.987,00 akibat adanya implementasi PMK Nomor 233/PMK.05/2011 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 234/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Transaksi Khusus, yang menyatakan bahwa PNBP yang dihasilkan dari penertiban SP2D dalam rangka TSA dibukukan pada SAI Bagian Anggaran 015.08 mulai 1 Januari 2012 (pada TA 2011 pendapatan TSA dibukukan sebagai pendapatan Bagian Anggaran 999). Kenaikan Pendapatan PNBP Lainnya juga terjadi pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, yaitu berupa pengembalian belanja lainnya TAYL atas nilai sisa pekerjaan renovasi gedung kantor DJPU TA 2011 yang belum diselesaikan PT Pembangunan Perumahan (persero) Tbk sebesar Rp768.258.211,00 dan pengembalian belanja lainnya TAYL atas perjalanan dinas TA 2011 sebesar Rp40.098.100,00. Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 adalah sebesar Rp1.152.966.981,00. Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.
363
B.1.1.2.2. Pendapatan Badan Layanan Umum (Neto) Realisasi Pendapatan BLU Neto TA 2012 adalah sebesar Rp1.502.682.693.554,00 atau mencapai 192,91 persen Tabel 24 Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rupiah
Realisasi Pengembalian Pendapatan BLU Rp0,00
%
Pendapatan dari Pengelolaan BMN
11.695.463
158.674.456
(146.978.993)
(92,63)
(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) Pendapatan Jasa
855.719.297
205.683.239
650.036.058
316,04
15.577.884
0
15.577.884,00
0,00
269.974.337
2.241.345
267.732.992,00
11.945,19
1.152.966.981
366.599.040
786.367.941,00
214,50
Pendapatan Iuran dan Denda Pendapatan Lain - lain Jumlah
Realisasi Penerimaan dari target yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 yaitu sebesar Rp778.957.160.000,00. Apabila dibandingkan Hibah Rp0,00 dengan TA 2011, Pendapatan BLU TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp381.120.890.365,00 atau 33,98 persen dari realisasi TA 2011. Pendapatan Badan Layanan Umum (Bruto) Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp1.502.685.693.554,00 atau 192,91 persen dari target sebesar Rp778.957.160.000,00 yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012. Pendapatan BLU TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp381.107.390.365,00 atau 33,98 persen dari realisasi TA 2011. Rincian Realisasi Pendapatan BLU yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 25 berikut. Perbandingan realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 26 berikut. Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2011 mencakup 3 (tiga) unit satker Badan Layanan Umum Tabel 25 Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 NO
URAIAN
1
Pendapatan Jasa Layanan Umum
2
Pendapatan Hibah Badan Layanan Umum
3
Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU
4
Pendapatan BLU Lainnya Jumlah
ESTIMASI
REALISASI
690.611.671.000
%
867.166.738.870
125,57
0
13.500.000
0.00
0
13.358.952.300
0.00
88.345.489.000
622.146.502.384
704,22
778.957.160.000
1.502.685.693.554
192,91
(BLU) yaitu Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Lembaga Penjamin Dana Pendidikan (LPDP), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Secara keseluruhan jika dibandingkan dengan TA 2011, Realisasi Pendapatan BLU TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp381.120.890.365,00 atau 33,98 persen karena adanya kenaikan Pendapatan Jasa Layanan Umum
364
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 26 Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 dan 2011 Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rupiah
Pendapatan Jasa Layanan Umum Pendapatan Hibah Badan Layanan Umum Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU
867.166.738.870
60.856.130.119
806.310.608.751
1.324,95
13.500.000
0
13.500.000
0,00
13.358.952.300
4.107.070.000
9.251.882.300
225,27
622.146.502.384
1.056.601.603.070
(434.455.100.686,00)
(41,12)
1.502.685.693.554
1.121.564.803.189
381.120.890.365,00
33,98
Pendapatan BLU Lainnya Jumlah
%
sebesar Rp806.310.608.751,00 atau sebesar 1.324,95 persen dan kenaikan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU sebesar Rp9.251.882.300,00 atau 225,27 persen. Namun terjadi penurunan pada Pendapatan BLU lainnya sebesar Rp434.455.100.686,00 atau 41,12 persen dari TA 2011. Kenaikan Pendapatan Jasa Layanan Umum sebesar Rp806.310.608.751,00 terdiri dari kenaikan Pendapatan Investasi pada Pusat Investasi Pemerintah sebesar Rp384.482.753.505,00 terutama dari kenaikan Penerimaan Hasil Dana Kelolaan BLU PIP dari bunga pinjaman Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan kenaikan Pendapatan Pengelolaan Dana Khusus Lainnya pada LPDP sebesar Rp428.349.818.048,00. Sedangkan Pendapatan Jasa Layanan Umum pada STAN mengalami penurunan sebesar Rp6.521.962.802,00 yaitu berupa Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan Kementerian Keuangan, yaitu tidak ada penerimaan mahasiswa baru Diploma I dan III reguler untuk TA 2012/2013. Kenaikan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU sebesar Rp9.251.882.300,00 seluruhnya merupakan Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU pada STAN. Penurunan Pendapatan BLU Lainnya sebesar Rp434.455.100.686,00 atau sebesar 41,12 persen dari TA 2011 disebabkan terutama dari penurunan Pendapatan Jasa Layanan Perbankan BLU pada PIP, yaitu penerimaan bunga deposito jangka pendek yang dananya dialihkan menjadi pinjaman . Realisasi Pendapatan BLU Bruto berdasarkan satuan kerja dapat dilihat pada Tabel 27 berikut. Tidak terdapat Realisasi Pengembalian Pendapatan BLU TA 2012 dan 2011. B.1.2. HIBAH
Tabel 27 Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 Berdasarkan Satuan Kerja (dalam rupiah) NO
URAIAN
1
Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
2
Lembaga Penjamin Dana Pendidikan (LPDP)
3
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jumlah
ESTIMASI
REALISASI
%
759.112.160.000
1.058.537.639.078
139,44
0
428.349.818.048
0,00
19.845.000.000
15.798.236.428
79,61
778.957.160.000
1.502.685.693.554
192,91
365
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2012 tentang Sistem Akuntansi Hibah, yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mewakili Pemerintah dalam pencatatan Penerimaan Hibah adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, oleh karena itu di dalam Laporan Keuangan Bagian Anggaran 015 ini tidak ada Penerimaan Hibah. B.2.BELANJA Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Neto pada TA 2012 adalah sebesar Rp16.325.448.043.171,00 atau 93,81persen dari pagu belanja dalam DIPA sebesar Rp17.402.097.003.000.00. Adapun Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto padaTA 2012 adalah sebesar Rp16.350.636.678.743,00 atau 93,96persen dari Realisasi Belanja pagu belanja. Dalam Tahun Anggaran 2012 jumlah pengembalian belanja Kementerian Keuangan adalah NetoRp16.325.448.043.171,00 sebesar Rp25.188.635.572,00sehingga jumlah Realisasi Belanja Kementerian Keuangan netoadalah sebesar Rp16.325.448.043.171,00. Realisasi belanja neto TA 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp225.114.822.882,00 atau 1,40 persen dari realisasi belanja neto TA 2011 sebesar Rp16.100.333.220.289.00. Realisasi belanja tersebut termasuk belanja pembayaran imbalan bunga sebesar Rp615.634.747.251,00. Apabila angka ini dikeluarkan maka realisasi belanja Kementerian Perbandingan Pagu dan Keuangan (tidak memperhitungkan pengembalian belanja) adalah sebesar Rp15.735.001.931.492,00 atau Realisasi Belanja Bruto 90,42 persen dari pagu. Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011 Perbandingan antara Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Grafik 9 berikut. Realisasi Belanja Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Grafik9 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011 (dalam jutaan rupiah)
17.402.097 17.346.873 17.500.000 dalam jutaan rupiah
17.000.000
16.350.637
16.126.000
16.500.000 16.000.000 15.500.000 15.000.000 0 PAGU
REALISASI BRUTO TA 2012
NO
366
URAIAN
TA 2011
TA 2012
TA 2011
1
Pagu
17.402.097.003.000
17.346.872.669.000
2
Realisasi Brutu
16.350.636.678.743
16.125.999.666.457
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Keuangan. Belanja Kementerian Keuangan diklasifikasikan berdasarkan Sumber Dana, Unit Eselon I, Fungsi, Program dan Jenis Belanja. 1.
Belanja Kementerian KeuanganBruto Menurut Sumber Dana Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp16.350.636.678.743,00, terdiri dari Belanja Rupiah Murni sebesar Rp16.186.866.897.680,00, Belanja Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp120,004,000,377,00, Rupiah Murni Pendamping sebesar Rp7.713.769.933,00, Badan Layanan Umum sebesar Rp30.489.695.883,00, Hibah Luar Negeri sebesar Rp5.562.314.870,00. Realisasi tersebut dapat dirinci sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 28 dan Grafik 10 berikut.
Realisasi Belanja Bruto TA 2012Menurut Sumber Dana Perbandingan antara Realisasi Belanja Bruto TA 2012 dan 2011menurut Sumber Dana dapat dilihat pada Tabel 29berikut. 2. Belanja Kementerian Keuangan Menurut Unit Eselon I Bruto Tabel 28 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Sumber Dana TA 2012 URAIAN
PAGU
ESTIMASI
%
Belanja Transaksi Kas Belanja Rupiah Murni
16.834.872.632.000
16.186.866.897.680
96,15
Belanja Pinjaman Luar Negri
171.542.505.000
120.004.000.377
69,96
Rupiah Murni Pendamping
34.669.591.000
7.713.769.933
22,25
347.537.304.000
30.489.695.883
8,77
10.126.208.000
5.562.314.870
54,93
3.348.763.000
0
0,00
Hibah Langsung Jasa Luar Negri
0
0
0,00
Jumlah Transaksi Kas Bruto
17.402.097.003.000
16.350.636.078.743
93,96
Hibah Langsung Jasa Luar Negri
0
0
0,00
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
0
0,00
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
Badan Layanan Umum Hibah Luar Negri Hibah Langsung Luar Negri
Belanja Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
367
Grafik 10 PerbandinganPagu dan RealisasiBelanja Bruto Menurut Sumber Dana TA 2012 (dalam jutaan rupiah)
18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0 BELANJA RUPIAH BELANJA PINJAMAN RUPIAH MURNI MURNI LUAR NEGERI PENDAMPING PAGU
BADAN LAYANAN UMUM
HIBAH LUAR NEGERI
HIBAH LANGSUNG LUAR NEGERI
REALISASI
Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 dapat dirinci menurut Unit Eselon I Bruto sebagaimana Tabel 29 PerbandinganRealisasiBelanjaMenurut Sumber Dana TA 2012 dan 2011 (dalamrupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 %
Rp Belanja Transaksi Kas Belanja Rupiah Murni Belanja Pinjaman Luar Negri
16.186.866.897.680
15.969.969.008.138
216.897.889.542
1,36
120.004.000.377
101.364.595.447
18.639.404.930
18,39
7.713.769.933
4.090.811.443
3.622.958.490
88,56
30.489.695.883
38.325.905.668
(7.836.209.785)
(20,45)
5.562.314.870
6.375.929.639
(813.614.769)
(12,76)
Hibah Langsung Luar Negri
0
1.836.940.665
(1.836.940.665)
(100,00)
Hibah Langsung Jasa Luar Negri
0
0
0
0,00
16.350.636.678.743
16.121.963.191.000
228.673.487.743
1,42
25.188.635.572
25.666.446.168
(477.810.596)
(1,86)
16.325.448.043.171
16.096.296.744.832
229.151.298.339
1,42
Rupiah Murni Pendamping Badan Layanan Umum Hibah Luar Negri
Jumlah Belanja Bruto Pengembalian Belanja Jumlah Transaksi Kas Bruto
-
Belanja Transaksi Non Kas Hibah Langsung Jasa Luar Negri
0
Jumlah Belanja Bruto
0
Pengembalian Belanja
0
0
-
0,00
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
16.325.448.043.171
16.100.333.220.289
225.114.822.882
1,40
Jumlah Belanja Bruto
368
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
(4.036.475.457)
0,00
Realisasi Belanja Per Eselon I Bruto
dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar adalah pada Setjen sebesar Rp6.064.064.989.816,00 atau 37,09persen dari total Realisasi Belanja Kementerian Keuangan. Berdasarkan realisasi TA 2012, penyerapan terbesar terdapat pada DJP sebesar Rp5.224.198.081.849,00 atau 104,54 persen dari pagu belanja DJP. Adapun realisasi belanja DJP tersebut termasuk didalamnya pembayaran imbalan bunga sebesar Rp615.634.747.251,00yang tidak tersedia pagu anggarannya di dalam DIPA. Apabila imbalan bunga ini dikeluarkan maka realisasi belanja DJP adalah sebesar Rp4.608.563.334.598,00 atau 92,22 persen dari pagu belanja DJP. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja menurut Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 30 berikut. Perbandingan antara Realisasi Belanja per Unit Eselon I bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 31berikut.
Tabel 30 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2012 (dalam rupiah) NO
UNIT ESELON 1
PAGU
REALISASI
%
6.787.055.145.000
6.064.064.989.816
89,35
94.741.699.000
88.873.285.659
93,81
139.374.773.000
126.019.645.030
104,54
4.997.443.575.000
5.224.198.081.849
104,54
2.130.567.822.000
1.984.344.041.674
93,14
117.463.308.000
113.380.175.841
96,52
DJPU
70.750.000.000
68.153.789.249
96,33
8
DJPB
1.534.467.641.000
1.415.197.849.226
92,23
1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
4
DJP
5
DJBC
6
DJPK
7
9
DJKN
601.260.888.000
554.225.778.601
92,18
10
BAPEPAM-LK
361.099.484.000
183.956.179.724
50,94
11
BPPK
421.882.973.000
396.654.114.466
94,02
12
BFK
145.989.695.000
131.568.747.608
90,12
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
BAPEPAM - LK
0
0
0,00
BKF
0
0
0,00
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
Jumlah Belanja Bruto Belanja Transaksi Non Kas
JUMLAH
3. Belanja Kementerian Keuangan Bruto Menurut Fungsi Belanja Kementerian Keuangan juga dapat dikelompokkan berdasarkan Fungsi. Perbandingan Pagu dan
369
Tabel 31 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan NO
UNIT ESELON 1
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Belanja Transaksi Kas 6.064.064.989.816
5.963.937.082.788
100.127.907.028
1,68
ITJEN
88.873.285.659
93.791.092.203
(4.917.806.544)
(5,24)
3
DJA
126.019.645.030
114.765.543.793
11.254.101.237
9,81
4
DJP
5.224.198.081.849
5.397.033.396.680
(172.835.314.831)
(3,20)
5
DJBC
1.984.344.041.674
1.726.841.144.537
257.502.897.137
14,91
6
DJPK
113.380.175.841
115.201.678.220
(1.821.502.379)
(1,58)
7
DJPU
68.153.789.249
107.415.130.754
(39.261.341.505)
(36,55)
8
DJPB
1.415.197.849.226
1.385.436.301.213
29.761.548.013
2,15
9
DJKN
554.225.778.601
543.878.523.670
10.347.254.931
1,90
10
BAPEPAM-LK
183.956.179.724
140.999.075.196
42.957.104.528
30,47
11
BPPK
396.654.114.466
396.304.767.440
349.347.026
0,09
12
BFK
1
SETJEN
2
Jumlah Belanja Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto
131.568.747.608
136.359.454.506
(4.790.706.898)
(3,51)
16.350.636.678.743
16.121.963.191.000
228.673.487.743
1,42
25.188.635.572
25.666.446.168
(477.810.596)
(1,86)
16.325.448.043.171
16.096.296.744.832
229.151.298.339
1,42
Belanja Transaksi Non Kas 1
Belanja Transaksi Non Kas
0
3.050.373.457
(3.050.373.457)
(100,00)
2
BKF
0
986.102.000
(986.102.000)
(100,00)
Jumlah Belanja Bruto
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
Pengembalian
0
0
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
16.325.448.043.171
16.100.333.220.289
225.114.822.882
1,40
Jumlah Belanja Netto
0,00
Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto menurut Fungsi pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 32 dan Grafik 11 berikut. Realisasi Belanja Bruto TA 2012 Menurut Fungsi
370
Perbandingan Realisasi Belanja Bruto berdasarkan Fungsi dalam kurun waktu dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 33berikut.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 32 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Fungsi TA 2012 URAIAN
PAGU
ESTIMASI
%
Belanja Transaksi Kas Badan Layanan Umum
17.313.711.996.000
16.281.052.008.574
94,04
88.385.007.000
69.584.670.169
78,73
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
Badan Layanan Umum
0
0
0,00
Badan Pendidikan
0
0
0,00
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
0
0,00
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
Badan Pendidikan Jumlah Transaksi Kas Bruto
Belanja Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
Grafik 11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Fungsi TA 2012 (dalam jutaan rupiah)
20.000.000
dalam jutaan rupiah
17.313.712 16.281.052 15.000.000
10.000.000
5.000.000 88.385
69.585
0 BELANJA PELAYANAN UMUM PAGU
BELANJA PENDIDIKAN
REALISASI
371
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 menurut Fungsi yang terbesar digunakan untuk Fungsi Pelayanan Umum yaitu sebesar Rp16.281.052.008.574,00 atau 99,57 persen dari total realisasi belanja Kementerian Keuangan. Tabel 33 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Badan Layanan Umum 16.281.052.008.574
16.035.157.249.021
245.894.759.553
1,53
69.584.670.169
86.805.941.979
(17.221.271.810)
(19,84)
16.350.636.678.743
16.121.963.191.000
228.673.487.743
1,42
Badan Layanan Umum
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
Badan Pendidikan
0
0
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
16.350.636.678.743
16.125.999.666.457
224.637.012.286
1,39
Badan Pendidikan Jumlah Transaksi Kas Bruto
Belanja Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
0,00
4. Belanja Kementerian Keuangan Bruto Menurut Program Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2012 menurut Program dapat dilihat pada Tabel 34 berikut ini: 5. Belanja Kementerian Keuangan Bruto Menurut Jenis Belanja Realisasi Belanja Bruto TA 2012 MenurutProgram
Belanja Kementerian Keuangan Bruto menurut Jenis Belanja terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Tabel 34 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2012 (dalam rupiah) KODE
PROGRAM
REALISASI
%
1
Program Dukungan dan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan
6.787.055.145.000
6.064.064.989.816
89,35
3
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan
94.741.699.000
88.873.285.659
93,81
4
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan
421.882.973.000
396.654.114.466
94,02
6
Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank
361.099.484.000
183.956.179.724
50,94
7
Program Pengelolaan Anggaran Negara
139.374.773.000
126.019.645.030
90,42
8
Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
117.463.308.000
113.380.175.841
96,52
9
Program Pengelolaan Perbendaharaan Negara
1.534.467.641.000
1.415.197.849.226
92,23
Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012Piutang Negara dan Pelayanan Lelang
601.260.888.000
554.225.778.601
92,18
Annual Report of Ministry of Finance 11 2012 Program Perumusan Kebijakan Fiskal
145.989.695.000
131.568.747.608
90,12
10
372
ANGGARAN
3
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan
4
94.741.699.000
88.873.285.659
93,81
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Keuangan
421.882.973.000
396.654.114.466
94,02
6
Program Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank
361.099.484.000
183.956.179.724
50,94
7
Program Pengelolaan Anggaran Negara
139.374.773.000
126.019.645.030
90,42
117.463.308.000 ANGGARAN
113.380.175.841 REALISASI
96,52 %
1.534.467.641.000 6.787.055.145.000
1.415.197.849.226 6.064.064.989.816
92,23 89,35
601.260.888.000
554.225.778.601
92,18
94.741.699.000 145.989.695.000
88.873.285.659 131.568.747.608
93,81 90,12
4.997.443.575.000 421.882.973.000
5.224.198.081.849 396.654.114.466
104,54 94,02
2.130.567.822.000 361.099.484.000
1.984.344.041.674 183.956.179.724
93,14 50,94
70.750.000.000 139.374.773.000 17.402.097.003.000
68.153.789.249 126.019.645.030 16.350.636.678.743
96,33 90,42 93,96
8 KODE 9 1 10 3 11 12 4 13 6 14 7 8
Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan PROGRAM Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Program Dukungan Pengelolaan Program danPerbendaharaan Manajemen danNegara Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Program Perumusan Aparatur KementerianKebijakan KeuanganFiskal Program Pendidikan Pengamanandan danPelatihan Aparatur Program Pengamanan Penerimaan Kementerian Keuangan Pajak Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di Program Pengaturan dan Pengawasan Bidang Kepabean danPembinaan Cukai Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Program Pengelolaan Anggaran Negara JUMLAH Program Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
117.463.308.000
113.380.175.841
96,52
1.415.197.849.226 92,23 9Belanja 1.534.467.641.000 Program Pengelolaan Negara Modal, danPerbendaharaan Belanja Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak). Perbandingan Pagu dan Realisasi
Belanja menurut Jenis Belanja dapat dilihat pada Tabel 35 dan Grafik 12. Realisasi Belanja Bruto TA 2012 Menurut Jenis Belanja
10
Program Pengelolaan Kekayaan Negara Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang
554.225.778.601
601.260.888.000
92,18
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto berdasarkan Jenis Belanja untuk TA 2012 dapat dilihat pada
11GrafiProgram Perumusan Kebijakan Fiskal k 12 berikut.
145.989.695.000
131.568.747.608
90,12
4.997.443.575.000
12
Program Pengamanan dan Pengamanan Penerimaan Pajak
5.224.198.081.849
104,54
13
Program Pengawasan Pelayanan dan Penerimaan di 1.984.344.041.674 2.130.567.822.000 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Jenis Belanja TA 2012 (dalam rupiah) Bidang Kepabean dan Cukai
93,14
14
Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang URAIAN
Tabel 35
JUMLAH Belanja Transaksi Kas
PAGU 70.750.000.000 17.402.097.003.000
ESTIMASI
68.153.789.249 16.350.636.678.743
% 96,33 93,96
17.313.711.996.000
16.281.052.008.574
94,04
88.385.007.000
69.584.670.169
78,73
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
Badan Layanan Umum
0
0
0,00
Badan Pendidikan
0
0
0,00
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
0
0,00
17.402.097.003.000
16.350.636.678.743
93,96
Badan Layanan Umum Badan Pendidikan Jumlah Transaksi Kas Bruto
Belanja Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
373
Komposisi Realisasi Belanja berdasarkan Jenis Belanja Bruto untuk TA 2012 juga dapat dilihat pada Grafik 13 berikut. Grafik 12 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Jenis Belanja TA 2012 (dalam jutaan rupiah)
10.000.000
8.375.083
7.993.249
8.000.000
7.127.782 6.105.899
6.000.000
4.000.000 1.899.232 1.635.854
2.000.000
0
0
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG
PAGU
BELANJA MODAL
615.635
PEMBAYARAN KEWAJIBAN UTANG (SPM-IB PAJAK)
REALISASI
Perbandingan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan Bruto menurut Jenis Belanja TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 36 berikut. Grafik 13 Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Bruto TA 2012
48,89 % BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG 3,77 % 10,00 %
374
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
BELANJA MODAL
37,34 %
PEMBAYARAN KEWAJIBAN UTANG (SPM-IB PAJAK)
B.2.1. Belanja Pegawai Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2012 adalah sebesar Rp7.976.346.217.823,00 atau 95,24 persen dari pagu Tabel 36 Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Bruto TA 2012 dan TA 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Transaksi Kas Belanja Pegawai
7.993.248.823.707
7.510.455.351.495
482.793.472.212
Belanja Barang
6.105.898.670.123
5.279.309.268.307
Belanja Modal
1.635.854.437.662
2.084.798.699.811
(448.944.262.149)
(21,53)
615.634.747.251
1.247.399.871.387
(631.765.124.136)
(50,65)
16.350.636.678.743
16.121.963.191.000
228.673.487.743
1,42
25.188.635.572
25.666.446.168
(477.810.596)
(1,86)
16.325.448.043.171
16.096.296.744.832
229.151.298.339 -
1,42
Belanja Barang
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
Pengembalian
0
0
0
Jumlah Transaksi Non Kas Neto
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
16.325.448.043.171
16.100.333.220.289
225.114.822.882
1,40
Pembayaran Kewajiban Utang (SPM-IB Pajak) Jumlah Transaksi Kas Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto
826.589.401.816
6,43 15,66
Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Netto
yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 sebesar Rp8.375.082.920.608,00. Apabila dibandingkan dengan TA 2011, Realisasi Belanja Pegawai TA 2012 mengalami kenaikansebesar Rp485.832.176.729,00 atau 6,49 persen dari Realisasi TA 2011. Kenaikan ini disebabkan karena adanya kenaikan gaji PNS tahun 2012 dan penerimaan Realisasi Belanja pegawai baru yang menyebabkan naiknya pembayaran gaji, TKPKN dan pembayaran uang makan. Pegawai Neto Rp7.976.346.217.823,00 Realisasi Belanja PegawaiBruto TA 2012 adalah sebesar Rp7.993.248.823.707,00 atau 95,44 persen dari pagu. Jumlah Pengembalian Belanja Pegawai pada TA 2012 adalah sebesar Rp16.902.605.884,00 sehingga Realisasi Belanja Pegawai Neto TA 2012adalah sebesar Rp7.976.346.217.823,00. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 37. Realisasi Belanja Pegawai BLU nihil karena gaji masih dibayar oleh satuan kerja asal pegawai BLU. Komposisi Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Grafik 14 berikut.
375
Tabel 37 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 (dalam rupiah) URAIAN
PAGU
ESTIMASI
%
Transaksi Kas 2.987.789.417.564
2.847.113.253.870
95,29
7.045.140.000
7.044.300.920
99,99
0
0
0,00
666.000.000
643.500.000
96,62
147.008.597.044
129.256.278.480
87,92
5.335.827.000
4.039.448.200
75,70
5.227.237.939.000
5.005.152.042.237
95,75
0
0
0,00
8.375.082.920.608
7.993.248.823.707
95,44
Belanja Pegawai
0
0
0,00
Jumlah Transaksi Non Kas Bruto
0
0
0,00
8.375.082.920.608
7.993.248.823.707
95,44
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara Belanja Gaji dan Tunj. Peg. Non PNS Belanja Honorarium Belanja Lembur Belanja Vakasi B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito Belanja Pegawai BLU Jumlah Transaksi Kas Bruto
Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
Perbandingan antara Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 38 berikut. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 39 berikut. Grafik 14 Komposisi Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012
B. Tunj. Khusus dan B. Pegawai Transito
62,62 %
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara
35,62 % 0,09 %
Belanja Honorarium Belanja Lembur Belanja Vakasi
0,01 % 1,62 % 0,05 %
Perbandingan Belanja Pegawai Kementerian Keuangan per Unit Eselon I TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada
376
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 40 berikut: Tabel 38 Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Transaksi Kas Belanja Gaji dan Tunjangan PNS Belanja Gaji dan Tunj. Pejabat Negara
2.847.113.253.870
2.619.409.669.125
227.703.584.745
8,69
7.044.300.920
0
7.044.300.920
0,00
0
0
0
0,00
643.500.000
6.615.548.921
(5.972.048.921)
(90,27)
129.256.278.480
93.882.789.620
35.373.488.860
37,68
4.039.448.200
0
4.039.448.200
0,00
B. Tunj. Khusus & B. Peg. Transito
5.005.152.042.237
4.790.547.343.829
214.604.698.408
4,48
Jumlah Transaksi Kas Bruto
7.993.248.823.707
7.510.455.351.495
6,43
16.902.605.884
19.941.310.401
482.793.472.212 (3.038.704.517)
(15,24)
7.976.346.217.823
7.490.514.041.094
485.832.176.729
6,49
Belanja Gaji dan Tunj. Peg. Non PNS Belanja Honorarium Belanja Lembur Belanja Vakasi
Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto
Transaksi Non Kas Jumlah Belanja Neto
0
0
0
7.976.346.217.823
7.490.514.041.094
485.832.176.729
6,49
B.2.2. Belanja Barang
Tabel 39 Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2012 (dalam rupiah) NO
UNIT ESELON 1
PAGU
REALISASI
%
5.341.984.127.000
5.107.223.659.495
95,61
28.762.337.000
24.938.779.824
86,71
47.402.050.000
45.109.247.514
95,16
1.552.002.135.608
1.488.993.656.113
95,94
539.708.990.000
495.294.389.085
91,77
DJPK
21.986.792.000
21.734.076.324
98,85
DJPU
16.635.827.000
15.932.387.495
95,77
8
DJPB
499.680.535.000
485.148.515.235
97,09
1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
4
DJP
5
DJBC
6 7
9
DJKN
186.833.330.000
177.963.597.667
95,25
10
BAPEPAM-LK
54.096.491.000
48.819.456.916
90,25
11
BPPK
63.512.958.000
59.694.456.166
93,99
12
BFK
22.477.348.000
22.396.601.873
99,64
8.375.082.920.608
7.993.248.823.707
95,44
0
0
0,00
8.375.082.920.608
7.993.248.823.707
95,44
Jumlah Belanja Bruto Belanja Transaksi Non Kas Jumlah Belanja Bruto
377
Realisasi Belanja Barang Neto TA 2012adalah sebesar Rp6.097.847.421.003.00 yang berarti 85,55 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 sebesar Rp7.127.781.800.025,00. Apabila dibandingkan dengan Tabel 40 Perbandingan Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan TA 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan NO
URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Belanja Transaksi Kas 5.107.223.659.495
4.878.316.572.393
228.907.087.102
4,69
24.938.779.824
23.571.787.195
1.366.992.629
5,80
39.682.719.229
5.426.528.285
13,67
1.354.681.299.686
134.312.356.427
9,91
453.640.814.986
41.653.574.099
9,18
18.968.838.639
2.765.237.685
14,58
14.396.946.704
1.535.440.791
10,67
450.427.443.892
34.721.071.343
7,71
160.682.419.341
17.281.178.326
10,75
48.819.456.916
45.035.140.949
3.784.315.967
8,40
BPPK
59.694.456.166
50.781.153.373
8.913.302.793
17,55
BFK
22.396.601.873
20.270.215.108
2.126.386.765
10,49
7.993.248.823.707
7.510.455.351.495
482.793.472.212
6,43
16.902.605.884
19.941.310.401
(3.038.704.517)
(15,24)
7.976.346.217.823
7.490.514.041.094
485.832.176.729
6,49
0
0
0
0,00
7.976.346.217.823
7.490.514.041.094
485.832.176.729
6,49
1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
45.109.247.514
4
DJP
1.488.993.656.113
5
DJBC
495.294.389.085
6
DJPK
21.734.076.324
7
DJPU
15.932.387.495
8
DJPB
485.148.515.235
9
DJKN
177.963.597.667
10
BAPEPAM-LK
11 12
Jumlah Belanja Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto
Belanja Transaksi Non Kas Jumlah Belanja Netto
TA2011, realisasi Belanja Barang TA 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp819.514.592.821,00 atau 15,53persen dari TA 2011. Kenaikan berasal dari belanja barang operasional, belanja barang non operasional, belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dalam negeri dan belanja perjalanan luar negeri. Hal tersebut Realisasi Belanja Barang disebabkan oleh meningkatnya volume kerja/kegiatan dibandingkan tahun sebelumnya dan adanya kenaikan Rp6.097.847.421,003,00 indeks/harga satuan sesuai dengan Standar Biaya Tahun 2012. Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012adalah sebesar Rp6.105.898.670.123,00 yang berarti 85,66 persen dari pagu.Jumlah Pengembalian Belanja Barang TA 2012 adalah sebesar Rp8.051.249.120,00 sehingga Realisasi Belanja Barang Neto TA 2012 adalah sebesar Rp6.097.847.421.003,00. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 41 berikut. Komposisi Belanja Barang Bruto TA 2012dapat dilihat dalam Grafik 15. Perbandingan antara Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 42 berikut.
378
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 41 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012 (dalam rupiah) URAIAN
PAGU
ESTIMASI
%
Transaksi Kas Belanja Barang Operasional
2.479.307.813.385
2.365.429.344.632
95,41
Belanja Barang Non Operasional
1.496.839.815.583
1.309.144.116.812
87,46
936.722.461.903
677.050.374.892
72,28
0
0
0,00
803.597.043.304
750.141.678.122
93,35
1.013.223.337.650
931.189.826.825
91,90
55.587.380.200
45.250.041.882
81,40
342.503.948.000
27.693.286.958
8,09
7.127.781.800.025
6.105.898.670.123
85,66
0
0
0,00
7.127.781.800.025
6.105.898.670.123
85,66
Belanja Jasa Belanja Jasa untuk Hibah Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Dalam Negeri Belanja Perjalanan Luar Negeri Belanja Barang BLU Jumlah Transaksi Kas Bruto
Belanja Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I Bruto dapat dilihat pada Tabel 43 berikut. Perbandingan Realisasi Belanja Barang per Unit Eselon I TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 44 berikut. Grafik 15 Komposisi Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012
Belanja Barang Operasional
38,74 %
Belanja Barang Non Operasional
21,44 %
Belanja Jasa
11,09 %
Belanja Pemeliharaan
12,29 %
Belanja Perjalanan Dalam Negeri
15,25 %
Belanja Perjalanan Luar Negeri
0,74 %
Belanja Barang BLU
0,45 %
379
B.2.3. BelanjaModal
Tabel 42 Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Transaksi Kas Belanja Barang Operasional
2.365.429.344.632
2.096.014.777.419
269.414.567.213
12,85
Belanja Barang Non Operasional
1.309.144.116.812
1.069.287.145.857
239.856.970.955
22,43
677.050.374.892
567.381.655.911
109.668.718.981
19,33
0
0
0
0,00
Belanja Pemeliharaan
750.141.678.122
661.590.235.968
88.551.442.154
13,38
Belanja Perjalanan Dalam Negeri
931.189.826.825
815.902.481.274
115.287.345.551
14,13
Belanja Perjalanan Luar Negeri
45.250.041.882
36.806.266.398
8.443.775.484
22,94
Belanja Barang BLU
27.693.286.958
32.326.705.480
(4.633.418.522)
(14,33)
6.105.898.670.123
5.279.309.268.307
826.589.401.816
15,66
8.051.249.120
5.508.465.517
2.542.783.603
46,16
6.097.847.421.003
5.273.800.802.790
824.046.618.213
15,63
Belanja Jasa untuk Hibah
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
Pengembalian
0
0
0
0,00
Jumlah Transaksi Non - Kas Bruto
0
4.036.475.457
(4.036.475.457)
(100,00)
5.277.837.278.247
(4.036.475.457)
(0,08)
Belanja Jasa Belanja Jasa untuk Hibah
Jumlah Transaksi Kas Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Netto Transaksi Non Kas
6.097.847.421.003
Jumlah Belanja Neto
Realisasi Belanja Modal Neto TA 2012 adalah sebesar Rp1.635.619.657.094,00 yang berarti 86,12 persen dari pagu yang ditetapkan dalam DIPA TA 2012 sebesar Rp1.899.232.282.367,00. Apabila dibandingkan dengan TA Tabel 43 Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 (dalam rupiah) NO
UNIT ESELON 1
PAGU
REALISASI
%
Belanja Transaksi Kas
380
1
SETJEN
912.342.718.000
501.155.727.611
54,93
2
ITJEN
59.565.061.000
57.554.093.890
96,62
3
DJA
74.507.679.000
64.742.235.160
86,89
4
DJP
3.068.304.026.025
2.825.943.594.865
92,10
5
DJBC
1.210.977.144.000
1.149.475.435.272
94,92
6
DJPK
77.326.004.000
74.051.441.413
95,77
7
DJPU
43.604.353.000
42.111.016.243
96,58
8
DJPB
705.469.035.000
648.575.035.271
91,94
9
DJKN
291.232.034.000
262.338.806.792
90,08
10
BAPEPAM-LK
280.987.737.000
109.939.181.696
39,13
Laporan Tahunan Kementerian11KeuanganBPPK Tahun 2012
302.792.532.000
282.490.114.575
93,29
Annual Report of Ministry of Finance 12 2012BFK
100.673.477.000
87.521.987.335
86,94
Belanja Transaksi Kas 1
SETJEN
912.342.718.000
501.155.727.611
54,93
2
ITJEN
59.565.061.000
57.554.093.890
96,62
3
DJA
74.507.679.000
64.742.235.160
86,89
4
DJP
3.068.304.026.025
2.825.943.594.865
92,10
5
DJBC
1.210.977.144.000
1.149.475.435.272
94,92
6
DJPK
77.326.004.000
74.051.441.413
95,77
7 NO 8
DJPU
43.604.353.000 PAGU 705.469.035.000
42.111.016.243 REALISASI 648.575.035.271
96,58 % 91,94
291.232.034.000
262.338.806.792
90,08
280.987.737.000 912.342.718.000 302.792.532.000 59.565.061.000 100.673.477.000 74.507.679.000 7.127.781.800.025 3.068.304.026.025
109.939.181.696 501.155.727.611 282.490.114.575 57.554.093.890 87.521.987.335 64.742.235.160 6.105.898.670.123 2.825.943.594.865
39,13 54,93 93,29 96,62 86,94 86,89 85,66 92,10
1.210.977.144.000
1.149.475.435.272
94,92
77.326.004.0000 43.604.353.0000
74.051.441.4130 42.111.016.2430
95,77 0,00 96,58 0,00
705.469.035.0000
648.575.035.2710
91,94 0,00
DJPB
UNIT ESELON 1
DJKN 9 Belanja Transaksi Kas BAPEPAM-LK 10 1 SETJEN 11 2 12 3 4
BPPK ITJEN BFK DJA Jumlah Belanja Bruto DJP
DJBC 5 Belanja Transaksi Non Kas DJPK 61 BAPEPAM - LK 8
DJPU BKF DJPB Jumlah Belanja Bruto
9
DJKN
72
BAPEPAM-LK Jumlah Belanja Bruto 10 11
BPPK
12
BFK
291.232.034.000
262.338.806.792
90,08
280.987.737.000 7.127.781.800.025
109.939.181.696 6.105.898.670.123
39,13 85,66
302.792.532.000
282.490.114.575
93,29
100.673.477.000
87.521.987.335
86,94
Tabel 44 7.127.781.800.025
6.105.898.670.123
85,66
2011, realisasi Belanja Modal TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp448.962.372.467,00 atau 21,54persen Jumlah Belanja Bruto
Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 dan TA 2011 (dalam rupiah) Belanja Transaksi Non Kas 1 NO2
BAPEPAM - LK BKF URAIAN Jumlah Belanja Bruto
Belanja Transaksi Kas Jumlah Belanja Bruto 1 SETJEN
0 Kenaikan/ Penurunan 0
0 TA 2012
TA 2011
0 0
0
Rp
501.155.727.611
7.127.781.800.025 402.180.191.697
0,00 0,00 %
0,00
6.105.898.670.123 98.975.535.914
85,66 24,61
2
ITJEN
57.554.093.890
60.576.192.520
(3.022.098.630)
(4,99)
3
DJA
64.742.235.160
56.184.593.724
8.557.641.436
15,23
4
DJP
2.825.943.594.865
2.370.575.755.219
455.367.839.646
19,21
5
DJBC
1.149.475.435.272
923.844.690.772
225.630.744.500
24,42
6
DJPK
74.051.441.413
80.537.799.012
(6.486.357.599)
(8,05)
7
DJPU
42.111.016.243
50.596.233.720
(8.485.217.477)
(16,77)
8
DJPB
648.575.035.271
679.370.514.810
(30.795.479.539)
(4,53)
9
DJKN
262.338.806.792
251.272.820.620
11.065.986.172
4,40
10
BAPEPAM-LK
109.939.181.696
67.506.248.657
42.432.933.039
62,86
11
BPPK
282.490.114.575
228.580.025.303
53.910.089.272
23,58
12
BFK
87.521.987.335
108.084.202.253
(20.562.214.918)
(19,02)
6.105.898.670.123
5.279.309.268.307
826.589.401.816
15,66
8.051.249.120
5.508.465.517
2.542.783.603
46,16
6.097.847.421.003
5.273.800.802.790
824.046.618.213
15,63
Jumlah Belanja Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto Belanja Transaksi Non Kas 1
BAPEPAM-LK
0
3.050.373.457
3.050.373.457
(100,00)
2
BFK
0
986.102.000
986.102.000
(100,00)
Jumlah Belanja Bruto
0
4.036.475.457
4.036.475.457
(100,00)
Pengembalian
0
0
0
(0,00)
Jumlah Transaksi Non Kas Netto
0
4.036.475.457
4.036.475.457
(100,00)
6.097.847.421.003
5.277.837.278.247
820.010.142.756
15,54
Jumlah Belanja Netto
381
dari TA 2011. Penurunan terbesar berasal dari belanja modal tanah yaitu pada tahun 2011 terdapat pembayaran angsuran atas tanah pada PT Taspen oleh Kantor Pusat Sekretariat Jenderal. Realisasi Belanja Modal Neto TA 2012Rp1.635.619.657.094,00 Sedangkan Realisasi Belanja Modal Bruto TA 2012 adalah sebesar Rp1.635.854.437.662,00 yang berarti 86,13 persen dari pagu. Terdapat pengembalian belanja modal pada TA 2012 sebesar Rp234.780.568,00 sehingga Realisasi Belanja Modal Neto TA 2012 adalah sebesar Rp1.635.619.657.094,00. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 45berikut. Komposisi Belanja Modal Bruto TA 2012 dapat dilihat pada Grafik 16 berikut. Perbandingan antara Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 46 berikut. Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Modal per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 47 berikut. Tabel 45 Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Modal TA 2012 (dalam rupiah) Perbandingan Belanja Modal per Unit Eselon I Kementerian Keuangan TA 2012 dan TA 2011dapat dilihat pada URAIAN
PAGU
ESTIMASI
%
Transaksi Kas Belanja Modal Tanah
13.587.533.000
11.905.150.600
87,62
Belanja Modal Peralatan & Mesin
938.771.911.000
848.335.043.486
90,37
Belanja Modal Gedung & Bangunan
835.601.651.000
710.862.344.644
85,07
Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan
30.989.834.367
3.961.122.061
12,78
Belanja Modal Lainnya
75.247.997.000
57.994.367.946
77,07
5.033.356.000
2.796.408.925
55,56
1.899.232.282.367
1.635.854.437.662
86,13
0
0
0,00
1.899.232.282.367
1.635.854.437.662
86,13
Belanja Barang BLU Jumlah Transaksi Kas Bruto
Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Bruto
Tabel 48 berikut. Grafik 16 Komposisi Realisasi Belanja Modal Bruto TA 2012
Belanja Modal Peralatan Mesin
51,95 %
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
43,53 %
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,24 %
382
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Belanja Modal Lainnya
3,55 %
Belanja Modal Tanah
0,73 %
B.2.4. Pembayaran Bunga Utang Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA 2012 adalah sebesar Rp65.634.747.251,00, yaitu merupakan Tabel 46 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Transaksi Kas Belanja Modal Tanah
11.905.150.600
352.139.360.349
Belanja Modal Peralatan & Mesin
848.335.043.486
835.704.317.459
12.630.726.027
1,51
Belanja Modal Gedung & Bangunan
710.862.344.644
798.701.703.233
(87.839.358.589)
(11,00)
3.961.122.061
13.795.617.424
(9.834.495.363)
(71,29)
57.994.367.946
78.458.501.158
(20.464.133.212)
(26,08)
Belanja Modal Jalan, Irigasi & Jaringan Belanja Modal Lainnya Belanja Barang BLU Jumlah Transaksi Kas Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto Transaksi Non Kas
(96,62)
2.796.408.925
5.999.200.188
(3.202.791.263)
(53,39)
1.635.854.437.662
2.084.798.699.811
(448.944.262.149)
(21,53)
234.780.568
216.670.250
18.110.318
8,36
1.635.619.657.094
2.084.582.029.561
0
2.084.582.029.561
(21,54)
(448.962.372.467)
0
1.635.619.657.094
Jumlah Belanja Neto
(340.234.209.749)
0.00
0
(21,54)
(448.962.372.467)
Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak atas keterlambatan pembayaran pengembalian kelebihan bayar pajak atau Tabel 47 Realisasi Belanja Modal Per Eselon I Bruto TA 2012 (dalam rupiah) NO
UNIT ESELON 1
PAGU
REALISASI
%
Belanja Transaksi Kas 1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
4
DJP
5
DJBC
6
DJPK
7
532.728.300.000
455.685.602.710
85,54
6.414.301.000
6.380.411.945
99,47
17.465.044.000
16.168.162.356
92,57
377.137.413.367
293.626.083.620
77,86
379.881.688.000
339.574.217.317
89,39
18.150.512.000
17.594.658.104
96,94
DJPU
10.509.820.000
10.110.385.511
96,20
8
DJPB
329.318.071.000
281.474.298.720
85,47
9
DJKN
123.195.524.000
113.923.374.142
92,47
10
BAPEPAM-LK
26.015.256.000
25.197.541.112
96,86
11
BPPK
55.577.483.000
54.469.543.725
98,01
12
BFK
22.838.870.000
21.650.158.400
94,80
1.899.232.282.367
1.635.854.437.662
86,13
0
0
0,00
1.899.232.282.367
1.635.854.437.662
86,13
Jumlah Belanja Bruto Belanja Transaksi Non Kas Jumlah Belanja Bruto
383
keputusan keberatan, putusan banding dan peninjauan kembali yang mengabulkan permohonan Wajib Pajak. Realisasi Pembayaran Bunga Utang TA 2012 mengalami penurunan sebesar Rp631.765.124.136,00 atau 50,65 Tabel 48 Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011 (dalam rupiah) Kenaikan/ Penurunan NO
URAIAN
TA 2012
TA 2011 Rp
%
Belanja Transaksi Kas 683.440.318.698
(227.754.715.988)
(33,32)
6.380.411.945
9.643.112.488
(3.262.700.543)
(33,83)
16.168.162.356
18.898.230.840
(2.730.068.484)
(14,45)
293.626.083.620
424.376.470.388
(130.750.386.768)
(30,81)
DJBC
339.574.217.317
349.355.638.779
(9.781.421.462)
(2,80)
6
DJPK
17.594.658.104
15.695.040.569
1.899.617.535
12,10
7
DJPU
10.110.385.511
42.421.950.330
(32.311.564.819)
(76,17)
8
DJPB
281.474.298.720
255.638.342.511
25.835.956.209
10,11
9
DJKN
113.923.374.142
131.923.283.709
(17.999.909.567)
(13,64)
10
BAPEPAM-LK
25.197.541.112
28.457.685.590
(3.260.144.478)
(11,46)
11
BPPK
54.469.543.725
116.943.588.764
(62.474.045.039)
(53,42)
12
BFK
21.650.158.400
8.005.037.145
13.645.121.255
170,46
1.635.854.437.662
2.084.798.699.811
(448.944.262.149)
(21,53)
1
SETJEN
2
ITJEN
3
DJA
4
DJP
5
Jumlah Belanja Bruto Pengembalian Jumlah Transaksi Kas Neto
Belanja Transaksi Non Kas
Jumlah Belanja Netto
455.685.602.710
234.780.568
216.670.250
18.110.318
8,36
1.635.619.657.094
2.084.582.029.561
(448.962.372.467)
(21,54)
0
0,00
(448.962.372.467)
(21,54)
0 1.635.619.657.094
2.084.582.029.561
persen apabila dibandingkan dengan pengeluaran yang sama untuk TA 2011. Realisasi Belanja Pembayaran Bunga Utang TA B.3. CATATAN PENTING LAINNYA 2012Rp615.634.747.251,00 B.3.1 Program PINTAR Direktorat Jenderal Pajak Project for Indonesian Tax Administration Reform (PINTAR) adalah program penyempurnaan proses bisnis perpajakan serta pengembangan platform dan fondasi sistem informasi yang terintegrasi. PINTAR mengadopsi praktik administrasi perpajakan terbaik di dunia, baik dalam aspek pelayanan perpajakan maupun aspek pengawasan kepatuhan. PINTAR bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional DJP dan menurunkan compliance cost. Selain itu, PINTAR bertujuan untuk menyempurnakan penerapan good governance dengan meningkatkan transparansi, integritas, profesionalisme, dan akuntabilitas. PINTAR mencakup pengembangan dan penyempurnaan empat komponen yaitu: 1. Sistem perpajakan inti, yang terdiri dari Pendaftaran Wajib Pajak, Pengolahan Surat Pemberitahuan, Rekening Wajib Pajak, Manajemen Dokumen, dan Arsitektur Sistem yang terintegrasi; 2. Sumber Daya Manusia; 3. Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri dari Pemeriksaan, Penagihan, serta Keberatan dan Banding;
384
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
dan 4. Manajemen Proyek. Total pendanaan PINTAR pada Tahun Anggaran 2012 sebesar USD146,262,000.00. Dana sebesar USD110,000,000.00 dibiayai oleh pinjaman lunak dari World Bank Nomor 7631 ID. Sedangkan sisa dana sebesar USD36,262,000.00 dibiayai oleh APBN. Loan Agreement PINTAR (Loan Number 7631 ID) ditandatangani 9 Februari 2009 dan berlaku efektif (Loan Effectiveness) sejak 7 Agustus 2009. Closing date dari loan agreement PINTAR adalah 31 Desember 2015. Pengadaan PINTAR Tahun Anggaran 2012 dibagi menjadi 3 (tiga) paket pengadaan yaitu : •
Paket Core Tax dengan nilai sebesar USD109,419,000.00 (berdasarkan procurement plan), Menteri Keuangan telah menyampaikan surat kepada World Bank mengenai pembatalan pengadaan Paket Core Tax PINTAR dan World Bank telah memberikan jawaban atas surat Menteri Keuangan yang menyatakan bahwa World Bank dapat menerima alasan pembatalan pengadaan. Berdasarkan hal tersebut, DJP mengajukan revisi anggaran Paket Core Tax tahun anggaran 2012;
•
Paket Human Resources Management Information System dengan nilai sebesar USD4,736,000.00 (berdasarkan procurement plan), perubahan scope paket Human Resources Management Information System (HRMIS) melalui revisi DGT AD HRMIS belum mencapai kesepakatan; dan
•
Paket Owner’s Agent dengan nilai sebesar USD7,116,000.00 (berdasarkan procurement plan), Sehubungan dengan pembatalan pengadaan Paket Core Tax PINTAR, DJP mengajukan permohonan pembatalan Paket Owner’s Agent yang merupakan salah satu paket pendukung Core Tax. Permohonan pembatalan ini telah mendapatkan persetujuan World Bank. Berdasarkan hal tersebut, DJP mengajukan revisi anggaran Paket Owner’s Agent Tahun Anggaran 2012.
DIPA PINTAR dan CTF-7 telah mengalami revisi sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu: •
Revisi ke-1 tanggal 29 Februari 2012, mengubah pagu DIPA dari semula Rp350.688.294.000,00 menjadi Rp158.416.314.000,00;
•
Revisi ke-2 tanggal 9 April 2012, mengubah Kode Nomor Perjanjian Pinjaman (NPP) dan Kantor Bayar / KPPN;
Revisi ke-3 tanggal 20 November 2012, mengubah pagu DIPA dari semula Rp158.416.314.000,00 menjadi Rp33.540.928.000,00, dengan mengurangi alokasi pagu anggaran yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp113.556.159.000,00 dan Hibah Luar Negeri sebesar Rp11.319.227.000,00. B.3.2 Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan pada DJP Dalam rangka menjaga validitas data realisasi pendapatan khususnya untuk data penerimaan pajak telah dilakukan rekonsiliasi antara Direktorat Jenderal Pajak selaku Pengguna Anggaran dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Bendahara Umum Negara sesuai dengan BAR Penerimaan Pajak nomor BAR-112/ SM II/PB.64/2013 tanggal 6 Mei 2013. Rekonsiliasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menguji bahwa jumlah penerimaan pajak yang disajikan Rp888.593.147.044.415,00 telah didukung uang (kas) yang masuk ke negara dengan jumlah yang sama. Hasil rekonsiliasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pemindahbukuan yang terjadi selama TA 2012 adalah sebesar Rp1.400.997.781.312,00. Nilai tersebut merupakan pemindah bukuan yang disebabkan oleh perubahan Mata Anggaran Pendapatan (MAP) dan bukan merupakan pelunasan tunggakan pajak. Pemindah bukuan sebagaimana dimaksud belum terakomodasi dalam nilai
385
penerimaan perpajakan dalam laporan keuangan dikarenakan belum ada Peraturan dalam Pedoman Induk Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak (TUPRP) yang mengatur pemindah bukuan berdasarkan data MPN. SAU (RUPIAH)
SAI (RUPIAH)
722.314.613.327.188
722.310.059.773.188
4.553.554.000
49.819.704.366.049
49.818.232.812.250
1.471.553.799
116.464.854.458.978
116.464.854.458.978
0
52.765.219.385.640
52.765.219.385.640
0
Total Penerimaan Bruto
888.599.172.152.215
888.593.147.044.416
6.025.107.799
Total Penerimaan Netto
835.833.952.766.575
835.827.927.658.776
6.025.107.799
URAIAN MPN Pemotongan SPM BUN Pengembalian Pajak
SELISIH (RUPIAH)
Perubahan terhadap TUPRP (saat ini masih mengacu pada KEP-11/PJ./1994) masih dalam proses pembahasan. Dalam rangka menjaga validitas data pengembalian pendapatan pajak dilakukan rekonsiliasi pengembalian pendapatan pajak sebesar Rp52.765.219.385.640,00 antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Rekonsiliasi dilakukan dengan membandingkan (mencocokan) data transaksi pengembalian pendapatan pajak berupa daftar SP2D pengembalian pendapatan pajak antara data SAI dengan data SAU. Rincian pengembalian pendapatan pajak berdasarkan hasil rekonsiliasi antara SAI dan SAU sebagai berikut: Dari hasil rekonsiliasi tersebut terdapat perubahan data terkait dengan pelaksanaan rekonsiliasi Laporan Keuangan TA 2012 Eselon I Unaudited dengan rincian sebagai berikut: Selanjutnya atas data tersebut diatas terdapat perubahan data terkait dengan pelaksanaan rekonsiliasi Laporan Keuangan TA 2012 Eselon I – Audited dengan rincian sebagai berikut: URAIAN
SAU (RUPIAH)
SAI (RUPIAH)
SELISIH (RUPIAH)
1. SAI dan SAU sama (semua elemen)
52.653.565.493.224
52.653.565.493.224
-
2. SAI dan SAU beda MAP (nilai sama)
2.025.981.345
2.025.981.345
-
3. SAI dan SAU beda nomor dokumen (nilai sama)
17.849.387.723
17.849.387.723
-
4. SAI dan SAU beda nomor KPPN (nilai sama)
38.240.721.999
38.240.721.999
-
4.124.032.946
4.124.032.946
-
5. SAI dan SAU beda nominal 6. Data Hanya ada di SAI
247.296.891
-
(247.296.891)
7. Data Hanya ada di SAU
53.853.524.499
53.944.766.109
91.241.610
11.050.258
11.050.258
-
6.961.934
106.252.934
99.291.000
52.769.924.450.819
52.769.867.686.538
(56.764.281)
8. SAI dan SAU beda dua variabel atau lebih 9. Bukan Satker DJP Total
Nilai pengembalian pendapatan pajak untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2012 sebesar Rp52.765.219.385.640,00 dan per 31 Desember 2011 sebesar Rp45.122.108.432.543,00 serta pengembalian
386
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
FLAG
URAIAN
KOREKSI PENYUSUNAN LK
SELISIH (RUPIAH)
SAI (RUPIAH)
SAU (RUPIAH)
MENJADI SAI (RUPIAH)
SELISIH AKHIR (RUPIAH)
SAU (RUPIAH)
1
SAU dan SAI Sama
-
-
-
52.653.565.493.224
52.653.565.493.224
-
2
SAU dan SAI Beda MAP
-
-
-
2.025.981.345
2.025.981.345
-
3
SAU dan SAI Beda Nomor Dokumen
-
-
-
17.849.387.723
17.849.387.723
-
4
SAU dan SAI Beda Nomor KPPN
-
-
-
38.240.721.999
38.240.721.999
-
5
SAU dan SAI Beda Nominal
-
-
-
4.124.032.946
4.124.032.946
-
6
Data Hanya Ada di SAI
(247.296.891) (102.914.489)
-
144.382.402
-
(144.382.402)
7
Data Hanya Ada di SAU
53.944.766.109
8
SAU dan SAI Beda Dua Variabel / Lebih
9
Data Bukan Satker DJP Grand Total
91.241.610
84.634.002
-
53.944.766.109
-
-
-
11.050.258
11.050.258
-
99.291.000
-
-
7.541.934
106.252.934
98.711.000
(56.764.281) (18.280.487)
-
52.765.219.385.640 52.769.867.686.538
(45.671.402)
pendapatan periode-periode sebelumnya merupakan produk dari surat ketetapan pajak lebih bayar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Nominal surat ketetapan pajak (SKPLB)/keputusan/putusan yang menyatakan lebih bayar yang diajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan TRN
URAIAN
SAU (RUPIAH)
SAI (RUPIAH)
SELISIH (RUPIAH)
24.780 SAU dan SAI Sama
52.765.219.385.640
52.765.219.385.640
-
24.780 Grand Total
52.765.219.385.640
52.765.219.385.640
-
sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali yang belum diterbitkan keputusan atau putusan per tanggal 31 Desember 2012 adalah Rp21.168.709.416.540,00. B.3.3. Sensus Pajak Nasional Sensus Pajak Nasional (SPN) merupakan kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan SPN merupakan program ekstensifikasi yang proaktif yaitu dengan mendatangi subjek pajak secara langsung di lokasi tempat usaha dan atau tempat tinggal mereka. Kegiatan SPN juga diikuti dengan kegiatan penyuluhan dan himbauan kepada wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Dalam pidato presiden pada penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2012 beserta Nota Keuangan tanggal 16 Agustus 2011 menyatakan bahwa dalam mengoptimalkan penggalian potensi perpajakan, pada bulan September 2011 Pemerintah berencana melakukan Sensus Pajak Nasional. Menindaklanjuti pidato presiden tersebut, dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang SPN. Beberapa peraturan pelaksanaannya yaitu: 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang Pembentukan Tim SPN. 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang Pedoman Teknis SPN. Launching SPN dilakukan pada 30 September 2011 oleh Menteri Keuangan Agus DW Martowardoyo. Metodologi
387
yang digunakan dalam SPN secara umum sebagai berikut: 1. dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah tanah air Indonesia oleh 299 KPP Pratama. 2. pemilihan lokasi sensus menggunakan hasil pemetaan (mapping) dan monografi fiskal dengan skala prioritas: sentra ekonomi/ kawasan bisnis, bangunan tingkat tinggi (high rise building) dan kawasan pemukiman (potensial). 3. pelaksanaan sensus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. 4. pendataan terhadap seluruh subjek dan objek pada lokasi sensus menggunakan Formulir Isian Sensus (FIS) dan diikuti dengan penyuluhan dan himbauan. 5. Pemasangan sticker di tempat usaha dan/atau tempat tinggal WP setelah dilakukan sensus. 6. perekaman/ pemutakhiran data atau hasil sensus 7. pemilihan waktu sensus disesuaikan dengan kondisi subjek sensus (pagi, siang, sore atau malam hari). Dengan pelaksanaan SPN diharapkan seluruh Wajib Pajak terdaftar, seluruh objek pajak dipajaki serta pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah. Dengan demikian basis pajak akan semakin luas, kepatuhan penyampaian SPT akan semakin meningkat, penerimaan pajak akan semakin meningkat dan basis data perpajakan akan semakin mutakhir. B.3.4. Rekonsiliasi Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan pada DJBC Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah mencatat penerimaan berdasarkan bukti setor SSPCP/SSBP secara berjenjang (bottom-up) dari tingkat UAKPA ke UAPPA-W dan ke UAPPA-Es-1, dan telah dilakukan rekonsiliasi internal secara periodik dan berjenjang dari tingkat Satker, Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-58/BC/2012. Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengembalian Penerimaan Perpajakan tingkat Eselon I tahun anggaran 2012 antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA E1) dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Bendahara Umum Negara melalui Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal selaku Kompilator Laporan Keuangan Kementerian Keuangan telah dilakukan pada tanggal tanggal 25 April 2013 yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Nomor : BAR-5.1/SJ.1/2013. 1. Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan antara SAI dengan SAU dilakukan dengan 8 metode dan key rekon unik dalam setiap metodenya. Key rekon unik dalam setiap level digunakan untuk menghindari hasil rekon ganda. 8 Metode tersebut yaitu: 1. Metode-1 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, AKUN, NILAI; 2. Metode-2 dengan elemen kunci NTPN, AKUN, NILAI; 3. Metode-3 dengan elemen kunci NTPN, TGL. NTPN, NILAI; 4. Metode-4 dengan elemen kunci NTB/NTP, AKUN, NILAI; 5. Metode-5 dengan elemen kunci NTPN, NILAI; 6. Metode-6 dengan elemen kunci TGL. NTPN, AKUN, NILAI; 7. Metode-7 dengan elemen kunci BULAN NTPN, AKUN, NILAI; 8. Metode-8 dengan elemen kunci NTPN. Hasil Rekonsiliasi : *) Data SAI tidak termasuk Realisasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah senilai Rp 99.813.751.137,00 Keterangan :
388
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
1. Metode 3 (NTPN, Tgl. NTPN, Nilai) merupakan metode yang mengabaikan akun sehingga data yang URAIAN 1
trx SAI 2
Jumlah SAI (Rp) 3
1.542.087
145.242.043.037.038
1.561.176
145.283.354.490.808
19.089
41.311.453.770
Metode 1
1.541.592
145.236.684.642.063
1.541.592
145.236.684.642.063
0
0
Metode 2
0
0
0
0
0
0
Metode 3
39
1.794.524.120
39
1.794.524.120
0
0
Metode 4
0
0
0
0
0
0
Metode 5
0
0
0
0
0
0
Metode 6
67
24.601.874
67
24.601.874
0
0
Metode 7
60
72.533.200
60
72.533.200
0
0
Metode 8
112
1.203.943.174
112
982.651.703
0
(221.291.471)
SAI Unmatch
217
2.262.792.607
0
0
(217)
(2.262.792.607)
SAU Unmatch
0
0
19.306
43.795.537.848
19.306
43.795.537.848
Data Awal
trx SAU 4
Jumlah SAU (Rp) 5
trx SELISIH 6 = 4-2
JUMLAH SELISIH 7 = 5-3
Hasil Rekonsiliasi
dihasilkan adalah data penerimaan dimana akun pada SAI tidak sesuai dengan akun pada SAU dan telah dilakukan penelitian atas data tersebut didapati 12 transaksi senilai Rp 1.719.909.000,00 pada data SAU unaudited tercatat sebagai akun Bea Masuk (412111) namun pada data SAU audited tercatat sebagai akun Bea Masuk KITE (412114) serta 27 transaksi senilai Rp74.615.120,00 merupakan kesalahan akun pada data bank yang tidak dapat diajukan koreksi karena keterbatasan waktu koreksi data audited; 2. Metode 6 (Tgl. NTPN, Akun, Nilai) 55 transaksi senilai Rp23.460.874,00 merupakan hasil metode 6 yang belum dapat ditelusuri, 1 transaksi senilai Rp172.000,00 merupakan SAI Unmatch yang disebabkan atas NTPN tersebut pada data SAU digabung, 11 transaksi senilai Rp969.000,00 merupakan SAI Unmatch yang belum dapat ditelusuri (hasil kk.b); 3. Metode 7 (Bln. NTPN, Akun, Nilai) 43 transaksi senilai Rp63.403.200,00 merupakan hasil metode 7 yang belum dapat ditelusuri, 1 transaksi senilai Rp274.000,00 merupakan SAI Unmatch yang disebabkan atas NTPN tersebut pada data SAU ada pada akun 411222 yang karena keterbatasan waktu koreksi maka pada data audited belum terkoreksi, 10 transaksi senilai Rp8.856.000,00 merupakan SAI Unmatch yang belum dapat ditelusuri (hasil kk.b); 4. Metode 8 (NTPN) merupakan metode yang mengabaikan Nilai sehingga data yang dihasilkan adalah data penerimaan dimana Nilai pada SAI tidak sesuai dengan Nilai pada SAU dan telah dilakukan penelitian terdapat data tersebut didapati dari 112 transaksi senilai Rp1.203.943.174,00 : a. 11 transaksi senilai Rp403.577.000,00 Nilai pada SAI telah sesuai dengan BPN yang dicetak oleh bank namun nilai pada SAU lebih tinggi; b. 2 transaksi senilai Rp11.143.000,00 Nilai pada data SAU merupakan gabungan tagihan Pabean, PDRI dan PNBP; c. 99 transaksi senilai Rp789.223.174,00 pada SAI dan Rp558.660.903,00 pada SAU merupakan data hasil rekonsiliasi yang belum dapat ditelusuri perbedaaannya. 5. Terdapat SAI Unmatch 217 transaksi senilai Rp2.262.792.607,00 dengan rincian sebagai berikut : a. 2 transaksi senilai Rp554.460,00 pada data SAU unaudited ada namun pada data SAU audited tidak ada; b. 7 transaksi senilai Rp57.448.000,00 telah diajukan koreksi akun namun tidak dapat dilakukan koreksi pada data SAU audited; c. 21 transaksi senilai Rp678.853.634 terjadi kesalahan akun pada data SAU namun tidak dimintakan
389
koreksi karena keterbatasan waktu koreksi data audited; d. 187 transaksi senilai Rp1.525.393.513,00 merupakan data SAI unmatch yang belum dapat ditelusuri. 2. Rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan Adapun hasil rekonsiliasi Pengembalian Penerimaan Perpajakan Kepabeanan dan Cukai antara data SAU dan SAI terdapat perbedaan dengan rincian hasil sebagai berikut: Keterangan : 1. Pengembalian pendapatan dengan nomor SP2D 038890X senilai Rp30.861.544,00 tidak tercatat di DJBC karena kode satker bukan kode satker DJBC; 2. Pengembalian pendapatan dengan nomor SP2D 040458Y senilai Rp23.036.653,00 pada SAI tercatat pada akun 412111 (sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK) sedangkan pada SAU tercatat pada akun 412115; AKUN
SAI
NAMA AKUN trx
SAU NILAI
trx
SELISIH NILAI
trx
NILAI
6
3.057.355.600
6
3.057.355.600
-
-
Pendapatan Bea Masuk
2.636
158.776.928.047
2.637
159.055.048.210
(1)
(278.120.163)
Pendapatan Denda Administrasi Pabean
2.022
71.133.493.541
2.022
71.133.493.541
-
-
780
279.308.882.636
779
279.038.587.364
1
270.295.272
-
-
23.036.653
(1)
(23.036.653)
39
989.201.343
989.201.343
-
-
411511
Pendapatan Cukai Hasil Tembakau
412111 412113 412114
Pendapatan BM dalam rangka KITE
412115
Denda Atas Sanksi Administrasi Dari Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Barang Tertentu Yang
1
Pengangkutannya Di Dalam Daerah Pabean (Antar Pulau) 412119
Pendapatan Pabean Lainnya
412211
Pendapatan Bea Keluar JUMLAH
39
305
185.696.487.896
305
185.696.487.896
-
-
5.788
698.962.349.063
5.789
698.993.210.607
(1)
(30.861.544)
3. Pengembalian pendapatan dengan nomor SP2D 044231Y senilai Rp270.295.272,00 pada SAI tercatat pada akun 412114 (sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK) sedangkan pada SAU tercatat pada akun 412111. B.3.5. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) Untuk meningkatkan daya beli masyarakat, menjaga daya tahan dunia usaha dan meningkatkan daya saing usaha dan industri, Pemerintah memberikan fasilitas bea masuk yang ditanggung pemerintah (BM DTP). Pemberian BM DTP diawali sejak krisis pertengahan tahun 2008 yang sampai dengan sampai saat ini. Melalui pemberian BM DTP diharapkan penyediaan barang dan jasa bagi kepentingan umum dapat terpenuhi. Selain itu, sektor riil yang sempat terguncang dapat bertahan dan meningkatkan daya saingnya. Mekanisme Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Atas BM DTP diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.05/2010 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 72/PMK.05/2012 secara umum yaitu: a. Proses Planning (Perencanaan) yaitu berdasarkan permohonan dari Instansi Pembina Sektor, Menteri Keuangan setiap tahunnya menetapkan sektor-sektor industri yang mendapat insentif fiskal berupa BM DTP sesuai kriteria penilaian tertentu; b. Proses Budgeting (Penganggaran) yaitu berdasarkan penetapan insentif fiskal per sektor, masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran Instansi Pembina Sektor mengajukan RKAKL alokasi belanja subsidi insentif BM DTP yang akan diberikan kepada perusahaan penerima kepada Ditjen Anggaran untuk selanjutnya diterbitkan DIPA Belanja Subsidi BM DTP;
390
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Alur Proses Bisnis BM DTP MENKEU
DJBC
PENETAPAN SEKTOR 2 INDUSTRI YANG
PEMBINA SEKTOR
1
PERMOHONAN UNTUK SEKTOR
2
PENGAJUAN RKAKL& TORALOKASI BELANJA SIBSIDI
DITJEN
PENELAHAAN
DIPA
PENGESAHAN DIPA
DIPA
3
4 PENERTIBAN SKEP MENKEU UNTUK RIB YANG DISETUJUI
PENELITIAN, KETERSEDIAAN PAGU PERSETUJUAN & PENANDASAHAN RIB YANG MENDAPAT
5
SSPCP,
IMPORTASI
VERIFIKASI & PENERTIBAN
PIB & SSPCP
6
PENERBITAN SP2D PENGESAHAN 7
SP2D
SP2D
SA-BSBL
SAU
8 SAI
REKONSILIASI
c. Proses Execution (Pelaksanaan) yaitu: 1. Perusahaan calon penerima insentif BM DTP mengajukan penandasahan RIB (Rencana Impor Barang) kepada Instansi Pembina Sektor (IPS). Selanjutnya RIB yang telah ditandasahkan oleh perusahaan diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p Direktur Fasilitas Kepabeanan; 2. Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan memberikan insentif fiskal BM-DTP kepada perusahaan dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan (SKMK) pemberian BM DTP. 3. Berdasarkan SKMK pemberian BM DTP tersebut, perusahaan melaksanakan importasi barang dan menyelesaikan formalitas kepabeanan di KPPBC pelabuhan bongkar; 4. KPPBC pelabuhan bongkar melakukan pemotongan quota BM DTP dan memberikan stempel BM DTP pada PIB dan SSPCP. Setiap bulan KPPBC mengirimkan laporan realisasi BM DTP beserta dokumen PIB dan SSPCP yang telah distempel BM DTP kepada Direktur Fasilitas Kepabeanan dan Direktur PPKC; 5. Direktur Fasilitas Kepabeanan menatausahan Laporan realisasi BM DTP beserta dokumen PIB dan SSPCP yang telah distempel BM DTP dan menyampaikan kepada Instansi Pembina Sektor sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). d. Proses Accountability & Reporting (Pertanggungjawaban dan Pelaporan): 1. Setelah menerima PIB dan SSPSCP yang telah distempel BM DTP, Instansi Pembina Sektor menerbitkan
391
SPM kepada Kuasa BUN dalam hal ini KPPN Jakarta II untuk diterbitkan SP2D Pengesahan; 2. SPM dan SP2D Pengesahan tersebut dicatat sebagai realisasi belanja subsidi BM DTP oleh Instansi Pembina Sektor dan dicatat sebagai realisasi pendapatan BM DTP oleh Kantor Pusat DJBC; 3. Setiap Triwulan dilakukan rekonsiliasi antara realisasi penerimaan BM DTP Satker Kantor Pusat DJBC, realisasi belanja subsidi BM DTP Satker Belanja Subsidi Instansi Pembina Sektor, dan Kuasa BUN; 4. Belanja subsidi BM DTP dan penerimaan BM DTP merupakan transaksi yang mempengaruhi kas pemerintah dan dilaporkan dalam Laporan Arus Kas. BM DTP TAHUN 2012 Pemberian Insentif Bea Masuk ditanggung pemerintah (BM DTP) Tahun 2012 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.011/2012 tanggal 2 Februari 2012. BM DTP diberikan kepada Industri Sektor tertentu dengan kriteria penilaian: a. memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi oleh masyarakat luas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen; b. meningkatkan daya saing; c. meningkatkan penyerapan tenaga kerja; dan d. meningkatkan pendapatan negara. BM DTP tidak diberikan atas : a. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif umum bea masuk sebesar 0% (nol persen) b. Barang dan Bahan yang dikenakan tarif bea masuk sebesar 0% (nol persen) berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional c. Barang dan Bahan yang dikenakan Bea Masuk Anti Dumping/Bea Masuk Anti Dumping Sementara, Bea Masuk Tindakan Pengamanan/ Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara, Bea Masuk Imbalan, atau Bea Masuk Tindakan Pembalasan d. Barang dan Bahan yang diimpor ke dalam Kawasan Berikat menggunakan dokumen pemberitahuan pabean impor dengan mendapat penangguhan bea masuk dan pajak dalam rangka impor e. Barang dan Bahan yang diimpor dalam rangka pemanfaatan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor.
Alokasi Pagu BM DTP Tahun 2012 Pemerintah bersama dengan DPR telah menetapkan pagu BM DTP tahun 2012 yang dituangkan dalam UndangUndang Nomor 4 tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P) Tahun 2012 sebesar Rp600 Milyar. Sampai dengan saat ini Kementerian Keuangan berdasarkan usulan dari Instansi Pembina Sektor Industri telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi BM DTP tahun 2012 yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o.
392
PMK No. 96/PMK.011/2012 untuk Industri Plastik; PMK No. 97/PMK.011/2012 untuk Industri Telekomunikasi; PMK No. 98/PMK.011/2012 untuk Industri Tinta Toner; PMK No. 99/PMK.011/2012 untuk Industri Infus; PMK No. 100/PMK.011/2012 untuk Industri Pesawat; PMK No. 101/PMK.011/2012 untuk Industri Resin; PMK No. 102/PMK.011/2012 untuk Industri Pupuk; PMK No. 103/PMK.011/2012 untuk Industri Serat Optik; PMK No. 104/PMK.011/2012 untuk Industri Elektronika; PMK No. 105/PMK.011/2012 untuk Industri Kapal; PMK No. 106/PMK.011/2012 untuk Industri Kereta Api; PMK No. 107/PMK.011/2012 untuk Industri Otomotif. PMK No. 108/PMK.011/2012 untuk Industri Karpet; PMK No. 109/PMK.011/2012 untuk Industri Ballpoint; PMK No. 110/PMK.011/2012 untuk Alat Besar.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Realisasi BM DTP 2012 Dari alokasi pagu BM DTP tersebut, nilai Surat Keputusan Menteri Keuangan (SKMK) pemberian BM DTP tahun 2012 yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp234.620.154.172,00. Dari jumlah tersebut direalisasikan impornya sebesar Rp99.813.751.138,00 atau sebesar 42,54% dengan rincian sebagai berikut: Tabel Perbandingan Nilai SKMK yang terbit dengan realisasi impor Realisasi importasi BM DTP tersebut telah terbit SP2D pengesahannya sehingga oleh Kantor Pusat DJBC dicatat sebagai pendapatan bea masuk ditanggung pemerintah (412116) sebesar Rp99.813.751.138,00.
PM SEKTOR
INSTANSI PEMBINA SEKTOR
INDUSTRI
NILAI SKMK
99/PMK.011/2012
BPOM
Infus
9.206.063.500
97/PMK.011/2012
Ditjen IUBTT
Telekomunikasi
96/PMK.011/2012
Ditjen Basis Industri Manufaktur
Plastik
110/PMK.011/2012
Ditjen IUBTT
Alat Besar
109/PMK.011/2012
Ditjen Basis Industri Manufaktur
Ballpoint
108/PMK.011/2012
Ditjen Basis Industri Manufaktur
Karpet
107/PMK.011/2012
Ditjen IUBTT
Otomotif
105/PMK.011/2012
Ditjen IUBTT
Kapal
104/PMK.011/2012
Ditjen IUBTT
Elektronika
103/PMK.011/2012
Ditjen IUBTT
Serat Optik
102/PMK.011/2012
Ditjen Basis Industri Manufaktur
101/PMK.011/2012
Ditjen Basis Industri Manufaktur
100/PMK.011/2012
Ditjen Perhubungan Udara
Pesawat
REALISASI
%
7.844.566.138
85,21%
4.905.853.773
1.908.864.000
38,91%
57.619.879.162
31.909.882.000
55,38%
7.542.096.556
4.785.777.000
63,45%
544.169.908
248.821.000
45,72%
9.685.664.962
8.932.515.000
92,22%
71.769.485.705
26.026.424.000
36,26%
728.565.419
735.176.000
100,91%
7.078.082.593
3.239.772.000
45,77%
2.528.455.018
904.486.000
35,77%
Pupuk
11.057.803.350
11.799.918.000
106,71%
Resin
544.362.973
271.361.000
49,85%
51.409.671.254
1.206.189.000
2,35%
234.620.154.172
99.813.751.138
42,54%
Realisasi Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (412116) 106 transaksi SP2D senilai Rp99.813.751.137,00 sesuai dengan data SAU.
80.000.000.000 70.000.000.000 60.000.000.000 50.000.000.000 40.000.000.000 30.000.000.000 20.000.000.000 10.000.000.000 Infus
Plastik
Ballpoint Nilai SKMK
Otomotif
Elektronika
Pupuk
Pesawat
Realisasi
393
Realisasi BM DTP tahun 2012 dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya berdasarkan jenis industri adalah sebagai berikut:
Industri Pesawat
2012
2011
2010 10.291.768.000
1.206.189.000
1.178.584.000
Resin
271.361.000
1.817.763.000
0
Pupuk
11.799.918.000
0
0
Serat Optik
904.486.000
0
2.297.403.000
Elektronika
3.239.772.000
1.981.864.000
16.054.782.000
735.176.000
1.327.722.000
3.156.020.000
26.026.424.000
0
0
8.932.515.000
438.740.000
0
248.821.000
593.544.000
1.016.720.000
Kapal Otomotif Karpet Ballpoint
4.785.777.000
12.201.434.000
58.023.114.000
31.909.882.000
15.797.883.000
47.468.206.957
Telekomunikasi
1.908.864.000
4.282.967.000
15.282.588.000
Infus
7.844.566.138
1.685.576.000
7.118.574.000
32.004.599.000
124.763.755.000
Alat Besar Plastik
kendaraan bermotor Kawat Ban (Steel Cord)
7.911.192.000
PLTU
57.516.000
Sorbitol
650.546.000 99.813.751.138
394
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
73.310.676.000
294.092.184.957
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA PENJELASAN UMUM NERACA Posisi Neraca Kementerian Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012 terdiri dari Aset sebesar Rp93.150.323.894.383,00, Kewajiban sebesar Rp814.697.948.478,00, dan Ekuitas Dana sebesar Rp92.335.625.945.905,00. Nilai Aset per 31 Desember 2012 sebesar Rp93.150.323.894.383,00 terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp53.004.852.749.265,00, Aset Tetap sebesar Rp39.244.462.867.245,00, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp900.837.494.078,00. Nilai Kewajiban per 31 Desember 2012 sebesar Rp814.697.948.478,00 terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp814.697.948.478,00 dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp0,00. Nilai Ekuitas Dana per 31 Desember2012sebesar Rp92.335.625.945.905,00 terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp52.190.154.800.787,00 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp40.145.471.145.118,00. Komposisi Neraca per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011dapat dilihat pada Tabel 49 berikut.
Tabel 49 Komposisi Neraca Per31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
SETJEN
4.149.790.622
(1.279.591.407)
5.429.382.029
DJA
1.399.376.816
-
1.399.376.816
DJP
1.786.093.794
1.325.869.577
460.224.217
34,71
DJBC
319.734.538
991.716.122
(671.981.584)
(67,76)
DJPB
242.392.866
210.947.593
31.445.273
14,91
DJKN
279.532.097
190.631.871
88.900.226
46,63
BAPEPAM-LK
574.739.014
-
574.739.014
-
BPPK JUMLAH
(424,31) -
44.800.000
87.000
44.713.000
51.394,25
8.796.459.747
1.439.660.756
7.356.798.991
511,01
Komposisi Neraca per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Grafik 17 berikut. Tabel50 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian Aset Kewajiban Ekuitas Dana
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
93.150.323.894.383
101.349.409.297.605
(8.199.085.403.222)
(8,09)
814.697.948.478
806.982.593.139
7.715.355.339
0,96
92.335.625.945.905
100.542.426.704.466
(8.206.800.758.561)
(8,16)
395
PENJELASAN PER POS NERACA C.1. Aset Lancar C.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Nilai Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Pengeluaran Rp8.796.459.747,00 dan Rp1.439.660.756,00. Saldo tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang belum Rp8.796.459.747,00 disetor dan bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggung jawabkan Bendahara Pengeluaran ke Kas Negara pada tanggal neraca. Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 50 berikut.
Tabel50 Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
SETJEN
4.149.790.622
(1.279.591.407)
5.429.382.029
DJA
1.399.376.816
-
1.399.376.816
-
DJP
1.786.093.794
1.325.869.577
460.224.217
34,71
DJBC
319.734.538
991.716.122
(671.981.584)
(67,76)
DJPB
242.392.866
210.947.593
31.445.273
14,91
DJKN
279.532.097
190.631.871
88.900.226
46,63
BAPEPAM-LK
574.739.014
-
574.739.014
44.800.000
87.000
44.713.000
51.394,25
8.796.459.747
1.439.660.756
7.356.798.991
511,01
BPPK JUMLAH
(424,31)
-
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp8.796.459.747,00 merupakan saldo rekening koran bank yang dibuka oleh Bendahara Pengeluaran untuk kepentingan operasional, saldo kas tunai (brankas), dan kuitansikuitansi yang belum dipertanggung jawabkan oleh Bendahara Pengeluaran. Rincian daftar rekening bank dapat dilihat pada Lampiran Daftar Rekening Dipertahankan. C.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Nilai Kas di Bendahara Penerimaan per31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Penerimaan Rp6.659.080.618,00 dan Rp3.060.880.248,00. Nilai tersebut mencakup seluruh kas, baik saldo rekening di bank Rp6.659.080.618,00 maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan. Posisi Kas di Bendahara Penerimaan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 51 berikut.
396
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 51 Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) 31 Desember 2012
Uraian
31 Desember 2011
Rupiah
%
DJBC
1.343.412.007
884.854.990
458.557.017
51,82
DJKN
5.315.668.611
2.176.025.158
3.139.643.453
144,28
100
(100)
(100,00)
3.060.880.248
3.598.200.370
117,55
BPPK
-
JUMLAH
6.659.080.618
C.1.3. Kas Lainnya dan Setara Kas Kas Lainnya Nilai Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar dan Setara Kas Rp20.739.677.126,00 dan Rp8.115.195.871,00. Nilai tersebut terdiri dari bunga dan jasa giro rekening Bendahara Rp20.739.677.126,00 Pengeluaran yang belum menerapkan Treasury Notional Pooling (TNP) dan uang pihak ketiga yang belum dibayarkan kepada yang bersangkutan, baik saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran. Pendapatan bunga jasa giro yang berasal dari rekening Bendahara Penerimaan yang belum disetor dapat dilihat di akun Kas di Bendahara Penerimaan. Posisi Kas Lainnya dan Setara Kas pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 52 berikut. Tabel 52 Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
SETJEN
1.373.855.852
3.406.882.454
(2.033.026.602)
(59,67)
SETJEN
-
4.537.500
(4.537.500)
(100,00)
1.415.967.753
-
614.598.303
76,69 137,56
DJA DJP
682.852.812
287.441.232
395.411.580
DJBC
60.985.716
344.534.657
(283.548.941)
(82,30)
DJPK
374.788.740
-
374.788.740
-
DJPU
-
-
-
-
DJPB
15.020.274.450
838.930.772
14.181.343.678
1,690,41
62.087.803
1.999.836.105
(1.937.748.302)
(96,90)
938.841.656
315.151.750
623.689.906
197,90 (50,84)
DJKN BAPEPAM-LK BPPK BKF JUMLAH
4.446.804
9.045.651
(4.598.847)
805.575.540
107.466.300
698.109.240
649,61
20.739.677.126
8.115.195.871
12.624.481.255
155,57
C.1.4. Kas pada BLU Nilai Kas pada Badan Layanan Umum per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Kas pada BLU Rp3.641.157.122.268,00 dan Rp2.168.961.124.597,00. Rp3.641.157.122.268,00 Posisi Kas pada Badan Layanan Umum pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember2012
397
dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 53 berikut. Penjelasan Kas pada Badan Layanan Umum Tabel 53 Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian SETJEN
31 Desember 2012 3.616.542.724.834
BPPK JUMLAH
31 Desember 2011
Rupiah
2.152.191.089.517
%
1.464.351.635.317
68,04
24.614.397.434
16.770.035.080
7.844.362.354
46,78
3.641.157.122.268
2.168.961.124.597
1.472.195.997.671
67,88
1. Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen terdiri dari Kas Pada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebesar Rp3.193.448.804.264,00 dan Kas Pada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar Rp423.093.920.570,00. Rincian Kas pada Badan Layanan Umum pada Setjen dapat dilihat pada tabel 54 berikut ini:
Tabel 54 Rincian Kas pada BLU Sekretariat Jenderal (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian PIP LPDP JUMLAH
31 Desember 2012 3.193.448.804.264
31 Desember 2011
Rupiah
2.152.191.089.517
1.041.257.714.747
% 48,38
423.093.920.570
-
423.093.920.570
-
3.616.542.724.834
2.152.191.089.517
1.464.351.635.317
68,04
Kas pada PIP sebesar Rp3.193.448.804.264,00 terdiri atas Kas pada BLU dan Kas di Bendahara Penerimaan yang disimpan dalam bentuk giro, deposito pada bank umum maupun kas pada pihak ketiga untuk pembayaran belanja yang sudah dibayar secara kas oleh PIP tetapi belum disahkan untuk pencatatan pada kas negara. Nilai tersebut merupakan besaran kas milik PIP (baik dalam bentuk giro maupun deposito jangka pendek) yang terdiri dari kas tunai, kas di rekening pendapatan giro dollar AS (bank BRI dengan nomor rekening 0329.02.0002255.30.2), kas di rekening bendahara penerimaan (bank BRI dengan nomor rekening 0329.01.002911.30.6) dan tercatat pada kas Negara serta kas di bendahara pengeluaran. Pengelolaan kas untuk pendapatan dan belanja yang telah disahkan dan belum disahkan dikelola dalam rekening bersama. Untuk pendapatan dikelola dalam rekening pendapatan dan untuk belanja dikelola dalam rekening bendahara pengeluaran. Kas BLU yang dibukukan pada Giro Dollar AS merupakan pendapatan bunga atas giro Dollar AS pada bank BRI pada Bank BRI sebesar USD200.226,24 yang merupakan bagian dari BA 999.03, sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 telah menghasilkan pendapatan bunga yang sebesar USD912,04 atau setara dengan Rp8.819.427,00. sedangkan untuk kas di Rekening Pendapatan adalah sebesar Rp9.000.000,00 atau setara USD1.048,34 pada saat rekening tersebut dibuka pada tanggal 25 Mei 2011 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 telah mendapatkan bunga total sebesar USD6,56 atau setara Rp63.435,00 dengan kurs tengah BI pada tanggal neraca sebesar Rp9.670/USD. Rincian Kas baik untuk Kas pada BLU maupun Kas di Bendahara Penerimaan disajikan secara gabungan pada Tabel 55 berikut.
398
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 55 Rincian Kas pada PIP (dalam rupiah) Nomor
Nama Bank
Jumlah Rupiah
1
Deposito BRI (16 bilyet)
Rp
1.145.000.000.000
2
Deposito Bank Mandiri (5 bilyet)
Rp
601.000.000.000
3
Deposito BTN (7 bilyet)
Rp
280.000.000.000
4
Deposito Bank Bukopin (7 bilyet)
Rp
690.500.000.000
5
Deposito Bank Muamalat (4 bilyet)
Rp
139.000.000.000
6
Deposito Bank BJB Syariah (1 bilyet)
Rp
37.500.000.000
7
Deposito Bank Syariah Bukopin (2 bilyet)
Rp
40.500.000.000
8
Deposito Bank Sumut (2 bilyet)
Rp
91.500.000.000
9
Deposito Bank Sulut (1 bilyet)
Rp
20.000.000.000
10
Deposito Bank BRI Syariah (2 bilyet)
Rp
95.000.000.000
11
Kas di Bendahara pengeluaran
Rp
619.715.015
12
Kas di Rekening Pendapatan
Rp
6.044.313.421
13
Kas di Rekening Pendapatan Giro Dollar AS
Rp
19.020.310
14
Kas di Rek. Pendapatan Dana Geothermal
Rp
46.767.421.430
15
Kas yang berada pada pihak ketiga
Rp
-
16
Selisih Kurs
Rp
(1.666.014)
17
Pembulatan
Rp
101
Jumlah
Rp
3.193.448.804.264
Kas pada BLU-LPDP sebesar Rp423.093.920.570,00 disimpan dalam bentuk tunai, giro, dan deposito pada bank umum. Rincian Kas pada BLU – LPDP disajikanpada Tabel 56 berikut. 2. Nilai sebesar Rp24.614.397.434,00 di BPPK merupakan Saldo Kas pada BLU STAN. Rincian Saldo Kas pada Tabel 56 Rincian Kas pada LPDP (dalam rupiah) No
Jenis
1
Deposito pada Bank Umum
2
Kas di Rekening Operasional DPPN
3
Kas di Rekening Dana Endowment Fund
4
Kas di Rekening Induk DPPN
5
Kas Tunai
6
Pembulatan
Saldo 31 Desember 2012 Rp420.600.000.000 Rp2.328.584.241 Rp26.271 Rp4.109.809 Rp161.200.252 (Rp3)
JUMLAH
Rp423.093.920.570
399
BLU STAN disajikan pada Tabel 57 berikut. *) Pada tanggal neraca, STAN memiliki 2 deposito berjangka yaitu: Tabel 57 Rincian Kas pada LPDP (dalam rupiah) No
Bank/No Rekening
Nama Rekening
Jumlah
1
Mandiri/1280005548885
Bendahara Administrasi Keuangan BLU
Rp
1.880.767.426,00
2
Mandiri/1010006650434
Dana Kelolaan BLU
Rp
3.833.677.808,00
3
BTN/00044.01.30.000408.3
Pengelolaan Kas BLU
Rp
8.208.225.932,89
4
Deposito Berjangka*
Rp
12.000.000.000,00
5
Uang Tunai
Rp
99.397.500,00
6
Cek yang masih beredar
Rp
(1.407.670.782,00)
7
Kesulitan pecahan
Rp
(451,00)
Rp
24.614.397.433.89
Jumlah
a. Deposito berjangka 3 bulan pada Bank BTN dengan tanggal penempatan 17 Desember 2012 senilai Rp7.000.000.000,00, tingkat bunga 6,25%, jatuh tempo 17 Maret 2013, dan b. Deposito berjangka 5 hari pada Bank BTN dengan tanggal penempatan 28 Desember 2012 senilai Rp5.000.000.000,00 tingkat bunga 6,25%, jatuh tempo 2 Januari 2013. C.1.5. Belanja Dibayar Dimuka NilaiBelanja Dibayar Dimuka per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Belanja Dibayar Rp23.212.842.494,00 dan Rp10.002.522.352,00. Di Muka Posisi Belanja Dibayar Dimuka per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember2012 dan 31 Rp23.212.842.494,00 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 58 berikut. Nilai Belanja Dibayar Dimukaper 31 Desember 2012 sebesar Rp23.212.842.494,00terdiri dari: Tabel 58 Belanja Dibayar Dimuka Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) Uraian SETJEN DJP
31 Desember 2011
Rupiah
%
2.724.137.221
-
2.724.137.221
-
17.724.276.407
5.531.094.158
12.193.182.249
220,45
78.733.696
53.431.433
25.302.263
47,35
DJPB
1.808.910.061
2.782.161.134
(973.251.073)
(34,98)
DJKN
709.210.065
902.191.699
(192.981.634)
(21,39)
167.575.044
733.643.928
(566.068.884)
(77,16)
23.212.842.494
10.002.522.352
13.210.320.142
132,07
DJBC
BKF JUMLAH
400
31 Desember 2012
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
. .
Belanja Pegawai Dibayar Dimuka (prepaid) Rp 1.844.120.654,00 Belanja Barang yang Dibayar Dimuka (prepaid) Rp 21.368.721.840,00
C.1.6. Uang Muka Belanja Nilai Uang Muka Belanja per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Uang Muka Belanja Rp3.723.250.772,00 dan Rp16.924.326.150,00. Rp3.723.250.772,00 Posisi Uang Muka Belanja per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 59 berikut. Nilai Uang Muka Belanja per 31 Desember 2012 sebesar Rp3.723.250.772,00 terdiri dari: Tabel 59 Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian DJP
31 Desember 2012
. .
Rupiah
%
(13.161.790.895)
(77,95)
3.723.250.772
16.885.041.667
-
39.284.483
(39.284.483)
(100,00)
16.924.326.150
(13.201.075.378)
(78,00)
DJKN JUMLAH
31 Desember 2011
3.723.250.772
Uang Muka Belanja Pegawai (prepayment) Rp 37.712.105,00 Uang Muka Belanja Barang (prepayment) Rp3.685.538.667,00
C.1.7. Piutang Pajak Nilai Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember Piutang Pajak 2011 masing-masing sebesar Rp93.468.526.344.200,00 dan Rp108.063.462.383.641,00. Apabila dibandingkan Rp93.468.526.344.200,00 dengan saldo per 31 Desember 2011 mengalami penurunan sebesar Rp14.594.936.039.441,00 atau 13,51 persen. Posisi Piutang Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan pada unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 60 berikut. Sedangkan Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2012 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang dapat Tabel 60 Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon IPer 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
DJP
70.721.181.887.660
86.801.366.456.341
(16.080.184.568.681)
(18,53)
DJBC
22.747.344.456.540
21.262.095.927.300
1.485.248.529.240
6,99
93.468.526.344.200
108.063.462.383.641
JUMLAH
(14.594.936.039.441)
(13,51)
dilihat pada Tabel 61 berikut. Nilai Piutang Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp48.917.583.713.256,00 merupakan nilai neto setelah
401
Tabel 61 Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
DJP
27.792.164.525.637
40.595.674.369.318
(12.803.509.843.681)
(31,54)
DJBC
21.125.419.187.619
19.650.478.923.984
1.474.940.263.635
7,51
48.917.583.713.256
60.246.153.293.302
JUMLAH
(11.328.569.580.046)
(18,80)
dilakukan penyisihan terhadap piutang. Adapun nilai Piutang Pajak bruto per 31 Desember 2012 sebesar Rp93.468.526.344.200,00 dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Nilai Piutang Pajak pada DJP per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp70.721.181.887.660,00 dan Rp86.801.366.456.341,00 merupakan tagihan pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang belum mendapat pelunasan sampai dengan 31 Desember2012. Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 62 berikut. Komposisi Piutang Pajak per Jenis Pajak pada DJP per 31 Desember2012dapat dilihat pada Grafik 18 berikut. Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember2012dapat dilihat pada Tabel 63 berikut. Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 63 berikut. Grafik 18 Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2012
402
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
PPh Non Migas
41,22%
PPN
22,21%
PPNBM
0,25%
PBB
33,08%
Pajak tidak Langsung Lainnya
3,24%
Tabel 62 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) 31 Desember 2012
Uraian
31 Desember 2011
Rupiah
%
Piutang PPh Pasal 21
1.391.617.937.283
1.085.067.767.115
306.550.170.168
28,25
Piutang PPh Pasal 22
468.432.815.179
466.665.742.712
1.767.072.467
0,38
Piutang PPh Pasal 23
4.918.350.082.956
1.971.735.365.857
2.946.614.717.099
149,44
1.218.354.326.211
1.011.913.424.152
206.440.902.059
20,40
18.473.224.608.353
14.272.978.070.717
4.200.246.537.636
29,43
2.093.962.968.364
2.831.091.117.252
(737.128.148.888)
(26,04)
Piutang PPh Pasal 25/29 OP Piutang PPh Pasal 25/29 Badan Piutang PPh Pasal 26 Piutang PPh Final
589.715.652.211
Jumlah Piutang PPh Non Migas
29.153.658.390.557
517.874.742.847 22.157.326.230.652
71.840.909.364 6.996.332.159.905
13,87 31,58
Piutang PPN Dalam Negeri
15.704.901.728.808
42.235.408.556.549
(26.530.506.827.741)
(62,82)
Jumlah Piutang PPN
15.704.901.728.808
42.235.408.556.549
(26.530.506.827.741)
(62,82)
Piutang PPnBM dalam Negeri
176.236.958.386
208.754.851.900
(32.517.893.514)
(15,58)
Jumlah Piutang PPnBM
176.236.958.386
208.754.851.900
(32.517.893.514)
(15,58)
Piutang PBB Pedesaan
2.996.934.810.829
2.401.365.978.916
595.568.831.913
24,80
Piutang PBB Perkotaan
11.591.237.794.772
11.291.484.268.102
299.753.526.670
2,65
Piutang PBB Perkebunan
661.307.597.823
394.209.918.227
267.097.679.596
67,76
Piutang PBB Kehutanan
558.001.107.117
630.580.993.822
(72.579.886.705)
(11,51)
7.587.645.821.758
5.602.915.905.581
1.984.729.916.177
35,42
23.395.127.132.299
20.320.557.064.648
3.074.570.067.651
15,13
15.396.781
691.914.937
(676.518.156)
(97,77)
2.291.242.280.829
1.878.627.837.655
412.614.443.174
21,96
Piutang PBB Pertambangan Jumlah Piutang PBB Piutang Pajak Tidak Langsung Lain Piutang Bunga Penagihan PPh Jumlah Piutang Pajak Lainnya JUMLAH
2.291.257.677.610
1.879.319.752.592
70.721.181.887.660
86.801.366.456.341
411.937.925.018 (16.080.184.568.681)
21,92 (18,53)
Dalam rangka melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan Tabel 63 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Umur Piutang Sampai dengan 1 Tahun
Jumlah 20.573.515.583.316
Lebih dari 1 Tahun sampai dengan 2 Tahun
6.881.679.095.571
Lebih dari 2 Tahun sampai dengan 3 Tahun
7.430.393.929.500
Lebih dari 3 Tahun sampai dengan 4 Tahun
8.059.452.008.491
Lebih dari 4 Tahun sampai dengan 5 Tahun
4.844.915.814.960
Lebih dari 5 Tahun
22.931.225.455.842 Jumlah*)
70.721.181.887.681
*Selisih antara neraca dengan data piutang per umur sebesar Rp20,00 karena pembulatan
403
Barang Sitaan penyitaan terhadap harta benda Wajib Pajak sebagai jaminan piutang pajak yang tidak dilunasi Wajib Pajak dalam Rangka sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai estimasi harga pasar aset Wajib Pajak yang dilakukan Penagihan Pajak penyitaan yang belum dilakukan penjualan secara lelang dan atau penjualan yang dikecualikan dari lelang sebesar Rp1.613.884.528.878,00. dan dari piutang pajak sebesar Rp1.111.018.063.133,00. Dari aset Wajib Pajak tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp133.363.003.763,00. DJBC telah menyampaikan data SP3DRI selama tahun 2012 dari DJBC kepada DJP sebagai berikut: SP3DRI a. DJBC telah menyampaikan data SP3DRI kepada DJP yang dikompilasi dari hasil validasi piutang selama tahun 2012 di lingkungan DJBC yaitu sebanyak 438 dokumen, dengan nilai sebesar Rp75.782.080.686,00 dengan rincian sebagai berikut : b. Data SP3DRI dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang diterima Direktorat Jenderal Pajak selama 2012 Nama Akun
Akun
Nilai (Rp)
PPN Impor
115132
22.424.380.099
PPN Lain
115139
-
PPnBM
115142
16.391.192.097
PPh Pasal 22 Impor
115123
5.158.542.518
Piutang Bunga Penagihan PPnBM
115173
-
Piutang Bunga Penagihan PPN
115174
131.144.138
Piutang Bunga Penagihan PPh
115175
30.400.000 75.782.080.686
JUMLAH
senilaiRp75.782.080.686,00. Atas nilai tersebut dapat dijelaskan dengan data sebagai berikut: 2. Nilai Piutang Pajak bruto pada DJBC per 31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Tahun 2012 Tindak Lanjut
Jml SP3DRI
Lunas Telah diterbitkan SKPKB Himbauan
8
Tahun 2011
Tahun 2010 Jumlah
Nilai (Rp)
Jml SP3DRI
Nilai (Rp)
Jml SP3DRI
Nilai (Rp)
30
4.854.888.389
38
4.665.761.528
37
15.248.688.112
24.769.338.029
10
10.307.536.360
42
63.186.748.159
84
19.680.125.824
93.174.410.343
40.531.000
12
10.120.223.058
13
4.271.135.559
14.431.889.617
Masih dalam proses penelitian
390
60.579.124.937
155
247.675.079.078
311
23.742.697.798 331.996.901.813
Total
438
75.782.080.686
247
325.647.811.823
445
62.942.647.293 464.372.539.802
Rp22.747.344.456.540,00 dan Rp21.262.095.927.300,00. Piutang pajak merupakan tagihan pajak yang telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Rincian Piutang Pajak per Jenis Pajak per 31 Desember2012 dapat dilihat pada Tabel 64 berikut. Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 65 berikut.
404
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 64 Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Piutang PPh Pasal 22 Piutang PPh Pasal 22 Impor Piutang PPN Dalam Negeri Piutang PPN Impor Piutang PPN Lainnya Piutang PPnBM Impor Piutang Cukai Hasil Tembakau Piutang Cukai Ethyl Alkohol Piutang Cukai Minuman mengandung Ethyl Alkohol Piutang Pendapatan Denda Administrasi Cukai Piutang Pendapatan Cukai Lainnya
31 Desember 2012 6.545.000 38.935.638.305 3.208.801.445.758 203.237.408.922 0 62.468.918.221 17.033.037.355.284 889.000.000 3.130.764.100 106.520.802.678 46.852.066.615
Piutang Bunga Penagihan PPH
0
Piutang Bunga Penagihan PPN
4.652.265.594
Piutang Bunga Penagihan PPnBM
0
Piutang Bea masuk
902.381.234.997
Piutang Pendapatan Denda Administrasi Pabean
800.768.267.334
Piutang Pendapatan Pabean Lainnya
177.749.777.036
Piutang Pajak/pungutan ekspor
149.477.642.624
Piutang Pendapatan Denda Administrasi Bea Keluar Piutang Pendapatan Bunga Bea Keluar Jumlah
8.143.652.172 291.671.900 22.747.344.456.540
C.1.8. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Perpajakan
405
Tabel 65 Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang (dalam rupiah) AKUN
0 s.d. 1 Thn
1 s.d. 2 Thn
2 s.d. 3 Thn
> 3 Tahun
JUMLAH
6.545.000
-
-
-
6.545.000
16.362.200.392
1.912.033.199
359.810.057
20.301.594.657
38.935.638.305
3.208.801.445.758
-
-
-
3.208.801.445.758
0
0
0
0
-
PPN Lain
82.086.680.936
7.294.116.637
2.823.515.938
111.033.095.411
203.237.408.921
PPN-BM
60.266.071.500
0
14.391.000
2.188.455.721
62.468.918.221
17.015.075.010.600
-
2.966.480.724
14.995.863.960
17.033.037.355.284
0
889.000.000
0
0
889.000.000
115122
PPh Pasal 22
115123
PPh Pasal 22 Impor
115131
PPN Dalam Negeri
115132
PPN Impor
115139 115142 115161
Cukai Hasil Tembakau
115162
Cukai Etil Alkohol
115163
Cukai MMEA
115164
Denda Administrasi Cukai
115169 115174
22.717.500
146.592.000
351.009.600
2.610.445.000
3.130.764.100
1.749.662.680
774.437.680
1.897.430.771
102.099.271.547
106.520.802.678
Cukai Lainnya
346.878.410
209.503.436
705.856.444
45.589.828.325
46.852.066.615
Piutang Bunga Penagihan PPN
308.583.323
0
0
4.343.682.271
4.652.265.594
-
-
-
-
-
284.364.342.472
86.084.017.693
9.375.790.594
522.557.084.238
902.381.234.997
86.429.390.685
385.079.141.624
9.279.698.839
319.980.036.186
800.768.267.334
115175
Piutang Bunga Penagihan PPnBM
115181
Bea Masuk
115183
Denda Administrasi Pabean
115184
Pabean Lainnya
2.282.414.215
27.913.735.050
5.463.227.451
142.090.400.320
177.749.777.036
115185
Bea Keluar
9.077.038.085
9.442.070.668
6.322.914.220
124.635.619.651
149.477.642.624
115186
Denda Administrasi Bea Keluar
82.774.482
2.178.280.000
3.598.596.892
2.284.000.798
8.143.652.172
115187
Bunga Bea Keluar
1.744.540
98.079.833
-
191.847.527
291.671.900
JUMLAH
20.767.263.500.578
522.021.007.821
43.158.722.530 1.414.901.225.612 22.747.344.456.541
Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masingPenyisihan Piutang Tak masing sebesar Rp44.550.942.630.944,00 dan Rp47.817.309.090.339,00 yang terdiri atas Penyisihan Piutang Tertagih - Piutang Pajak Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp42.929.017.362.023,00 dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp44.550.942.630.944,00 - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.621.925.268.921,00. Adapun nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp44.550.942.630.944,00 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJP sebesar Rp42.929.017.362.023,00 per 31 Desember 2012. Perhitungan nilai penyisihan piutang tidak tertagih per 31 Desember2012 dapat disajikan sebagai berikut: Perubahan penyisihan piutang pajak tidak tertagih selama tahun 2012 adalah sebagai berikut: 2012 Penyisihan Piutang Pajak Tidak Tertagih-awal (2011) Rp46.205.692.087.049,00 Penghapusan Piutang Pajak Tidak Tertagih Rp28.075.790.794.612,00 Penyisihan Piutang Pajak Tidak Tertagih-akhir Rp42.929.017.362.025,00 Penambahan Penyisihan Piutang Pajak Tahun 2012 Rp24.799.116.069.588,00
406
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Kualitas Piutang Uraian Piutang Pajak (Rp) Barang Sitaan/Agunan yang dapat dikurangkan Dasar PerhitunganPenyisihan Prosentasi Penyisihan Nilai Penyisihan Piutang Pajak
Total
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
13.813.564.537.647
9.941.825.452.568
10.157.461.798.694
36.808.330.098.772
71.891.509.057**
31.771.327.253
23.166.592.278
6.533.575.174
133.363.003.763
13.813.564.537.647
9.910.054.125.315
10.134.295.206.415
36.801.796.523.597
70.659.710.392.975
0,50%
10%
50%
100%
69.067.822.688
991.005.412.531
5.067.147.603.208
36.801.796.523.597
Lancar
70.721.181.887.681*
42.929.017.362.025***
Keterangan: * Selisih antara neraca dengan data piutang per kualitas sebesar Rp21,00 karena pembulatan ** Barang sitaan/agunan tidak mengurangi kualitas piutang lancar *** Selisih pembulatan atas penyisihan Rp2,00 dengan Neraca
Penyisihan, Daluwarsa, Penghapusan Piutang Pajak, dan Sengketa Pajak
Dari nilai piutang pajak kualitas macet sebesar Rp36.808.330.098.772,00 tersebut termasuk piutang yang telah daluwarsa penagihannya sebesar Rp8.638.230.038.255,00. Selama tahun anggaran 2012 telah diusulkan penghapusan sebesar Rp1.176.047.212.013,00 dan termasuk didalamnya piutang pajak yang telah daluwarsa sebesar Rp805.985.347.953,00 dan terdapat nilai piutang pajak yang mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan untuk dihapus bukukan. Pada Laporan Keuangan DJP Tahun Anggaran 2011 Audited, terdapat piutang pajak yang berasal dari 5 (lima) SKPKB pada Kanwil DJP Wajib Pajak Besar yang dicatat dalam neraca pada akun piutang pajak dan telah disisihkan sebesar Rp28.075.790.794.612,00. Rincian 5 (lima) SKPKB pada Kanwil DJP Wajib Pajak Besar sebagai berikut: Dengan mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2012 sebagaimana telah No
Tahunan Tebit
Nilai Pokok Piutang
1
2010
10.756.581.796.425,00
2
2010
7.864.054.879.049,00
3
2010
1.285.884.600.000,00
4
2011
5.040.345.700.138,00
5
2011
3.128.923.819.000,00
Jumlah
28.075.790.794.612,00
diubah dengan PER-07/PJ/2013 tentang Penggolongan Kualitas Piutang Pajak dan Cara Penghitungan Penyisihan Piutang Pajak, terhadap piutang sebesar Rp28.075.790.794.612,00 di atas, dikategorikan dalam kualitas piutang pajak macet. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian administrasi yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak telah disimpulkan bahwa piutang pajak tersebut sudah tidak dapat ditagih lagi dan memenuhi syarat untuk dihapuskan. Sebagai tindak lanjut hasil penelitian tersebut, Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pengusulan penghapusan piutang tersebut di atas kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 13 April 2012. Berdasarkan usulan tersebut, telah diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 146/KMK.03/2012
407
tanggal 3 Mei 2012 tentang Penghapusan Piutang Pajak sebesar Rp28.075.790.794.612,00 pada Kanwil DJP Wajib Pajak Besar. Berdasarkan KMK penghapusan tersebut, maka untuk Tahun Anggaran 2012, Direktorat Jenderal Pajak telah menghapus penyisihan piutang pajak sebesar Rp28.075.790.794.612,00. Dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak, pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak, banding, gugatan dan peninjauan kembali. Nominal ketetapan pajak kurang bayar yang menjadi sengketa pajak, yang belum diterbitkan keputusan atau putusan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 adalah Rp55.217.723.152.085,00. Dari nilai nominal ketetapan pajak kurang bayar tersebut, piutang pajak yang menjadi sengketa pajak dan belum diterbitkan keputusan atau putusan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp6.518.524.812.804,00. Nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan nilai piutang pajak Per 31 Desember 2012. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, nilai nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak tersebut adalah atas nilai ketetapan pajak awal, bukan atas nilai piutang pajak atau tunggakan pajak yang belum dibayar. Kedua, nominal ketetapan pajak yang menjadi sengketa pajak untuk SKPKB/SKPKBT hasil pemeriksaan tahun pajak 2008 dan seterusnya, sebagian nilai dalam SKPKB/SKPKBT tersebut yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak belum diakui sebagai piutang pajak. 2. Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Pajak pada DJBC sebesar Rp1.621.925.268.921,00 per 31 Desember 2012. Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada DJBC per 31 Desember2012 dapat dilihat pada Tabel 66 berikut. C.1.9. Piutang Bukan Pajak Tabel 66 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Akun
Uraian Akun
Lancar
116112
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak PPh Non Migas
79.749.786
116113
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak PPN
16.446.064.870
116114
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak PPnBM
301.330.358
116116
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Cukai dan Bea Meterai
116117
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Pajak Lainnya
116118
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Piutang Cukai Lainnya Jumlah
Kurang Lancar
Diragukan
132.082.320
Macet
Total
120.902.205
20.686.840.247
21.019.574.558
525.927.914
816.555.737
113.357.176.149
131.145.724.668
-
-
2.188.455.721
2.489.786.079
172.348.243
635.480.080
170.485.856.893
256.378.420.163
1.542.916
-
-
4.343.682.271
4.345.225.187
1.897.634.453
44.776.701.877
10.674.994.371
1.149.197.207.568
1.206.546.538.268
103.811.057.329
45.607.060.353
12.247.932.392
1.460.259.218.848
1.621.925.268.923
85.084.734.947
Nilai Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember Piutang Bukan Pajak 2011 masing-masing sebesar Rp96.450.818.001,00 dan Rp85.849.145.052,00. Piutang Bukan Pajak merupakan Rp96.450.818.001,00 semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran dan diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari
408
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
satu tahun. Posisi Piutang Bukan Pajak bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011dapat dilihat pada Tabel 67 berikut. Sedangkan Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang Tabel 67 Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
66.292.680
544.011.696
(477.719.016)
(87,81)
6.708.240
3.183.687.618
(3.176.979.378)
(99,79)
DJBC
18.021.785.000
25.004.513.000
(6.982.728.000)
(27,93)
DJPK
100.803.067
-
100.803.067
-
DJPB
14.485.227.455
138.308.846
14.346.918.609
10.373,10
SETJEN DJP
-
6.252.903
(6.252.903)
(100,00)
63.379.536.332
56.508.964.892
6.870.571.440
12,16
390.465.227
463.406.097
(72.940.870)
(15,74)
96.450.818.001
85.849.145.052
10.601.672.949
12,35
DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
dapat dilihat pada Tabel 68 berikut Nilai Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp44.641.844.358,00 merupakan nilai neto setelah Tabel 68 Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
SETJEN
31 Desember 2011
Rupiah
%
65.961.217
541.291.638
(475.330.421)
(87,81)
6.674.789
3.167.769.180
(3.161.094.391)
(99,79)
DJBC
7.790.755.075
19.658.449.460
(11.867.694.385)
(60,37)
DJPK
100.299.052
-
100.299.052
-
DJPB
14.412.801.301
137.617.302
14.275.183.999
10.373,10
DJP
-
6.221.639
(6.221.639)
(100,00)
22.114.233.860
17.242.320.313
4.871.913.547
28,26
151.119.064
226.096.000
(74.976.936)
(33,16)
44.641.844.358
40.979.765.532
3.662.078.826
8,94
DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
dilakukan penyisihan terhadap piutang. Saldo Piutang Bukan Pajak bruto per Eselon I per 31 Desember 2012 sebesar Rp96.450.818.001,00 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Saldo Piutang Bukan Pajak di Setjen per 31Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing
409
sebesarRp66.292.680,00 dan Rp544.011.696,00 Jumlah Piutang Bukan Pajak (netto) per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp65.961.217,00 dan Rp541.291.638,00 merupakan nilai Piutang Bukan Pajak yang dihitung setelah dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Piutang Bukan Pajak. 2. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJP per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp6.708.240,00 dan Rp3.183.687.618,00. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada akhir tahun anggaran diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Selain itu, terdapat penyisihan piutang bukan pajak yang dikategorikan lancar karena diharapkan dapat dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan pada tahun berikutnya 3. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJBC per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Uraian
31 Des 2012
31 Des 2011
Kenaikan/ (Penurunan)
Piutang PNBP
6.708.240
3.183.687.618
(3.183.687.618)
% (99,79)
Rp18.021.785.000,00 dan Rp25.004.513.000,00.Piutang PNBP pada DJBC pada umumnya disebabkan adanya fasilitas penundaan pembayaran pita cukai dimana PNBP atas penerimaan cukai tersebut juga dibayarkan bersamaan dengan pembayaran piutang cukai hasil tembakau. Selain itu juga disebabkan adanya fasilitas PNBP berkala kepada beberapa importir. Daftar Kualitas Piutang PNBP pada DJBC per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut: 4. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPK per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar kdkanwil
Kanwil
002
SUMUT
003
RIAU SUMBAR
004
KEP. RIAU
005
SUMBAGSEL
Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
134.910.000
134.910.000
13.760.000
13.760.000
1.140.000
1.140.000
2.790.000
2.790.000
006
BANTEN
53.400.000
007
JAKARTA
99.090.000
008
JAWA BARAT
94.200.000
94.200.000
009
JATENG & DIY
41.340.000
41.340.000
010
JATIM 1
737.020.000
011
JATIM 2
21.060.000
013
KALBAGBAR
2.070.000
014
KALBAGTIM
18.005.000
017
KPU BC PRIOK JUMLAH
1.218.785.000
558.500.000 9.670.000
611.900.000 7.110.000
20.130.000
300.000
136.000.000
737.320.000 300.000
330.000
21.690.000 2.070.000 18.005.000
568.470.000
7.410.000
16.206.660.000
16.206.660.000
16.227.120.000
18.021.785.000
Rp Rp100.806.607,00 dan Rp0,00. Piutang Bukan Pajak DJKN TA 2012 terdiri dari kelebihan pembayaran gaji pegawai sebesar Rp3.106.377,00 dan belanja sewa mesin fotocopy sebesar Rp97.696.690,00 yang telah disetorkan kembali ke Kas Negara pada TA 2012.
410
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
5. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJPB per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp14.485.227.455,00 dan Rp138.308.846,00. Saldo per 31 Desember 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14.346.918.609,00 atau 10.373,1 persen apabila dibandingkan dengan saldo tahun sebelumnya. Adapun posisi saldo Piutang Bukan Pajak di DJPB per wilayah adalah sebagai berikut: 6. Saldo Piutang Bukan Pajak di DJKN per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar No
UAKPA/UAPPA-W
31 Des 2012
31 Des 2011
1
Kantor Pusat
432.568.132
86.384.844
2
KSAP
-
-
3
SPAN
-
-
4
PPAKP
-
-
5
Kanwil DJPBN Prov NAD
308.782.161
-
6
Kanwil DJPBN Prov Sumut
215.656.224
8.196.800
7
Kanwil DJPBN Prov Sumbar
174.018.875
-
8
Kanwil DJPBN Prov Riau
126.057.400
-
9
Kanwil DJPBN Prov Jambi
36.732.545
8.224.000
10
Kanwil DJPBN Prov Sumsel
90.937.850
-
11
Kanwil DJPBN Prov Lampung
23.680.230
-
12
Kanwil DJPBN Prov Bengkulu
90.025.000
-
13
Kanwil DJPBN Prov Babel
6.158.145
-
14
Kanwil DJPBN Prov Banten
15
Kanwil DJPBN Prov DKI Jakarta
16
35.362.925
504.9.000
6.863.476.370
2.803.200
Kanwil DJPBN Prov Jabar
874.071.320
152.000
17
Kanwil DJPBN Prov Jateng
753.981.353
17.958.100
18
Kanwil DJPBN Prov DI Yogyakarta
70.173.675
-
19
Kanwil DJPBN Prov Jatim
858.253.950
284.000
20
Kanwil DJPBN Prov Kalbar
303.694.575
341.632
21
Kanwil DJPBN Prov Kalteng
201.912.863
-
22
Kanwil DJPBN Prov Kalsel
349.784.688
240.000
23
Kanwil DJPBN Prov Kaltim
318.050.659
-
24
Kanwil DJPBN Prov Bali
69.700.150
-
25
Kanwil DJPBN Prov NTB
241.250.610
6.706.830
26
Kanwil DJPBN Prov NTT
114.359.850
-
27
Kanwil DJPBN Prov Sulsel
319.464.395
715.675
28
Kanwil DJPBN Prov Sulteng
192.178.800
-
29
Kanwil DJPBN Prov Sultra
198.344.474
180.000
30
Kanwil DJPBN Prov Gorontalo
139.304.660
771.856
31
Kanwil DJPBN Prov Sulut
212.975.400
1.352.640
32
Kanwil DJPBN Prov Malut
176.676.225
2.952.369
33
Kanwil DJPBN Prov Maluku
98.690.709
-
34
Kanwil DJPBN Prov Papua
588.903.242
540.000
JUMLAH
14.485.227.455
138.308.846
411
Rp0,00 dan Rp6.252.903,00. Piutang Bukan Pajak DJKN TA 2011 merupakan kelebihan pembayaran uang makan yang telah disetorkan kembali ke Kas Negara pada TA 2012.
7. Saldo Piutang Bukan Pajak di Bapepam-LK per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp63.379.536.332,00 dan Rp56.508.964.892,00. Piutang Bukan Pajak Bapepam-LK berasal dari Piutang atas Denda di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bidang Perasuransian dan Dana Pensiun) serta piutang yang berasal dari Iuran Badan Usaha di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Saldo Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 sebesar Rp63.379.536.332,00, terdiri dari: 1. Piutang Denda di Bidang Pasar Modal sebesar Rp31.299.807.887,00 meliputi: . Piutang denda yang belum jatuh tempo sebesar Rp2.566.730.000,00. . Piutang denda yang sudah jatuh tempo, tetapi belum terbayar dan belum dilimpahkan ke DJKN sebesar Rp1.065.621.600,00, terdiri dari pokok sebesar Rp1.048.660.000,00 dan bunga sebesar Rp16.961.600,00 . Piutang yang telah dilimpahkan ke DJKN sebesar Rp27.667.456.287,00 merupakan piutang dimana jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). 2. Piutang Denda di Bidang Perasuransian sebesar Rp11.760.017.265,00 merupakan piutang yang telah dilimpahkan ke DJKN (piutang dimana jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). 3. Piutang Denda di Bidang Dana Pensiun sebesar Rp694.258.909,00 merupakan piutang yang telah dilimpahkan ke DJKN (piutang dimana jangka waktu yang diberikan dalam surat tegoran kedua untuk melunasi piutang telah lewat, maka piutang dikategorikan sebagai piutang macet yang pengurusannya dilimpahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). 4. Piutang dari iuran badan usaha di bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan triwulan IV tahun 2012 sebesar Rp19.625.452.271,00. Pembayaran iuran tahunan ini akan dilakukan paling lambat tanggal 15 Januari 2013. Rincian Piutang Bukan Pajak per31 Desember2012 dan 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Berdasarkan tabel di atas, maka piutang bukan pajak Bapepam-LK per 31 Desember 2012 mengalami kenaikan No
Uraian
31-Dec-12
31-Dec-11
Naik/ (Turun)
%
1
Piutang atas Denda di Bidang Pasar Modal
31.299.807.887
28.676.057.338
2.623.750.549
9,15
2
Piutang atas Denda di Bidang Perasuransian
11.760.017.265
10.055.118.180
1.704.899.085
16,96
3
Piutang atas Denda di Bidang Dana Pensiun
694.258.909
720.658.909
(26.400.000)
(3,66)
4
Piutang dari iuran badan usaha di bidang pasar modal dan lembaga keuangan
19.625.452.271
17.057.130.465
2.568.321.806
15,06
63.379.536.332
56.508.964.892
6.870.571.440
12,15
Jumlah
sebesar Rp6.870.571.440,00 atau 12,15 persen apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2011. Adapun perubahan/mutasi tersebut berasal dari : a. Bidang Pasar Modal mengalami kenaikan sebesar Rp2.623.750.549,00 atau 9,15 persen.
412
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
b. Bidang Perasuransian mengalami kenaikan sebesar Rp1.704.899.085,00 atau 16,96 persen. c. Bidang Dana Pensiun mengalami penurunan sebesar Rp26.400.000,00 atau 3,66 persen. d. Piutang dari iuran badan usaha di bidang pasar modal dan lembaga keuangan mengalami kenaikan sebesar Rp 2.568.321.806,00 atau 15,06 persen. Perubahan/mutasi tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Bidang Pasar Modal Adapun rincian atas penyesuaian tersebut sebesar Rp358.618.400,00 adalah sebagai berikut. 1. Saldo Awal (1 Januari 2012)
Rp
28.676.057.338
2. Penambahan (a+b)
Rp
21.160.323.200
Rp
18.536.572.651
Rp
31.299.807.887
a. Tambahan Piutang Bidang Pasar Modal
Rp
21.160.323.200
3. Pengurangan (a+b) a. Pembayaran Piutang Bidang Pasar Modal
Rp
18.177.954.251
b. Penyesuaian
Rp
358.618.400
Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3)
b. Bidang Perasuransian A. Penambahan
R- p
-
B. Pengurangan
Rp
358.618.400
1
Penyesuain pembayaran a.n. PT.Capital Bridge Indonesia
Rp
400.000
2
Ralat denda PT Inovisi Intracom
Rp
2.000.000
3
Pembatalan Sanksi PT Ladang Ira Panen
Rp
100.000.000
4
Pembatalan Sanksi PT Diptanala Bahana
Rp
74.400.000
5
Pembatalan Sanksi PT Gira Sole
Rp
74.400.000
6
Pembatalan Sanksi PT Lucasta Murni Cemerlang
Rp
64.200.000
7
Ralat Bunga PT Bank CIMB Niaga
Rp
25.400
8
Ralat Bunga PT Bank CIMB Niaga
Rp
17.000
9
Ralat Bunga PT Bank CIMB Niaga
Rp
8.000
10
Ralat denda a.n. Fofo Sariatmaja
Rp
20.600.000
11
Pembatalan Sanksi PT Indosetu Bara Resources Tbk
Rp
17.000.000
12
Ralat denda dan bunga a.n. PT Bank DBS Indonesia
Rp
324.000
13
Ralat bunga a.n. PT Bank OCBC NISP
Rp
5.000
14
Ralat denda dan bunga a.d. HSBC Bank
Rp
4.636.800
15
Ralat denda dan bunga a.n. PT Bank Permata
Rp
602.200
Rp
(358.618.400)
Total (A-B)
413
c. Bidang Dana Pensiun 1. Saldo Awal (1 Januari 2012)
Rp
10.055.118.180
2. Penambahan Piutang Bidang Perasuransian
Rp
2.100.670.000
Rp
395.770.915
3. Pengurangan (a+b) a. Pembayaran Piutang
Rp
395.770.915
b. Pelimpahan Piutang ke DJKN
Rp
-
4. Penyesuaian
Rp
-
Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3+4)
Rp
11.760.017.265
1. Saldo Awal (1 Januari 2012)
Rp
720.658.909
2. Penambahan (a)
Rp
27.330.000
Rp
53.730.000
Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3)
Rp
694.258.909
1. Saldo Awal (1 Januari 2012)
Rp
17.057.130.465
2. Penambahan (a)
Rp
71.968.852.582
Rp
69.400.530.776
Rp
19.625.452.271
d. Iuran Badan Usaha di Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
a. Tambahan Piutang Bidang Dana Pensiun
Rp
27.330.000
3. Pengurangan (a+b+c) a. Pembayaran Piutang Bidang Dana Pensiun
Rp
53.484.000
b. Penyesuaian
Rp
246.000
a. Tambahan Piutang SRO (iuran bulan April-Des 2012)
Rp
71.968.852.582
3. Pengurangan (a+b+c) a. Pembayaran Iuran
Rp
69.400.530.776
Saldo Akhir 31 Desember 2012 (1+2-3)
8. Piutang Bukan Pajak di BPPK per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp390.465.227,00 dan Rp463.406.097,00. Mutasi piutang PNBP dapat dilihat pada Tabel 69 berikut. Nilai Piutang Bukan Pajak sebesar Rp390.465.227,00 diatas merupakan nilai bruto, Nilai Piutang Bukan Pajak Tabel 69 Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Rp
463.406.097
- Kelebihan pembayaran uang makan Des 2012
Rp
135.223.900
- Piutang sewa tanah. gedung. dan bangunan
Rp
3.376.400
- Piutang atas kelebihan pembayaran pekerjaan PBJ
Rp
7.107.750
- Piutang atas denda keterlambatan
Rp
1.023.000
- Piutang dari Kelebihan Pembayaran Tunjangan
Rp
2.840.000
- Piutang dari Penerimaan Kembali Uang Muka Gaji
Rp
4.720.240
- Pelunasan Uang Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012Makan Tahun 2011
Rp
(114.577.000)
Annual Report of Ministry of Finance 2012 Piutang Lainnya di Tahun 2012 - Pelunasan
Rp
(106.653.360)
Saldo per 31 Desember 2011 Mutasi tambah:
Mutasi kurang:
414
Rp
463.406.097
- Kelebihan pembayaran uang makan Des 2012
Rp
135.223.900
- Piutang sewa tanah. gedung. dan bangunan
Rp
3.376.400
- Piutang atas kelebihan pembayaran pekerjaan PBJ
Rp
7.107.750
- Piutang atas denda keterlambatan
Rp
1.023.000
- Piutang dari Kelebihan Pembayaran Tunjangan
Rp
2.840.000
- Piutang dari Penerimaan Kembali Uang Muka Gaji
Rp
4.720.240
Saldo per 31 Desember 2011 Mutasi tambah:
Mutasi kurang: - Pelunasan Uang Makan Tahun 2011
Rp
(114.577.000)
- Pelunasan Piutang Lainnya di Tahun 2012
Rp
(106.653.360)
- OvervaluedNilai Piutang per 31 Des 2011
Rp
(6.001.800)
Saldo per 31 Desember 2012
Rp
390.465.227
neto adalah Rp147.029.548,00 setelah dikurangi penyisihan piutang tidak tertagih sebesar Rp239.310.097,00. Rincian penyisihan piutang bukan pajak adalah sebagaimana Tabel 70 berikut.
C.1.10. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak Tabel 70 Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012 Uraian
Kualitas
Nilai Piutang
Penyisihan
Nilai Penyisihan
Lancar
26.130.100.00
0,5%
130.651
Macet
7.219.940.00
100,00%
7.219.940
Pusdiklat AP
Lancar
23.140.000.00
0,5%
115.700
Pusdiklat BC
Lancar
4.221.450.00
0,5%
21.107
Pusdiklat PSDM
Lancar
7.037.750.00
0,5%
35.189
Pusdiklat KNPK
Lancar
11.231.150.00
0,5%
56.156
Pusdiklat KU
Lancar
13.027.100.00
0,5%
65.136
Pusdiklat Pajak
Lancar
19.689.000.00
0,5%
98.445
STAN
Lancar
8.684.000.00
0,5%
43.420
BDK Medan
Lancar
1.184.000.00
0,5%
5.920
BDK Palembang
Lancar
5.729.250.00
0,5%
28.646
BDK Pekanbaru
Lancar
1.432.800.00
0,5%
7.164
BDK Cimahi
Lancar
9.002.750.00
0,5%
45.014
BDK Yogyakarta
Lancar
-
0,5%
-
BDPim Magelang
Lancar
-
0,5%
-
BDK Malang
Lancar
5.878.490.00
0,5%
29.392
BDK Denpasar
Lancar
2.342.700.00
0,5%
11.714
Lancar
1.794.000.00
0,5%
8.970
Kurang Lancar
2.900.000.00
10,00%
290.000
Lancar
3.888.350.00
0,5%
19.442
Macet
231.080.397.00
100,00%
231.080.397
1.579.000.00
0,5%
7.895
100.000.00
10,00%
10.000
3.173.000.00
0,5%
15.865
Sekretariat Badan
BDK Manado
BDK Pontianak BDK Balikpapan
Lancar Kurang Lancar Lancar Jumlah
239.346.163
415
Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011masing-masing sebesar sebesar Rp51.808.973.643,00dan Rp44.869.379.520,00. Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak Berdasarkan Kualitas Piutang per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 71 berikut. C.1.11. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Tabel 71 Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
(331.463)
(2.720.058)
2.388.595
(87,81)
DJP
(33.451)
(15.918.438)
15.884.987
(99,79)
DJBC
(10.231.029.925)
(5.346.063.540)
(4.884.966.385)
91,38
DJPK
(504.015)
-
(504.015)
-
DJPB
(72.426.154)
(691.544)
(71.734.610)
10.373,11
SETJEN
-
(31.264)
31.264
(100,00)
(41.265.302.472)
(39.266.644.579)
(1.998.657.893)
5,09
(239.346.163)
(237.310.097)
(2.036.066)
0,86
(51.808.973.643)
(44.869.379.520)
(6.939.594.123)
15,47
DJKN BAPEPAM-LK BPPK JUMLAH
Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masingBagian Lancar TGR masing sebesar Rp9.625.650.721,00 dan Rp9.874.029.786,00. Saldo per 31 Desember 2012 merupakan saldo Rp9.625.650.721,00 Tagihan TGR Kementerian Keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal neraca (sampai dengan 31 Desember 2012) dengan memperhitungkan penyisihan nilai piutang. Posisi Bagian Lancar TGR bruto per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 72 berikut Nilai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2012 sebesar Rp9.625.650.721,00 Tabel 72 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi BrutoPer Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian SETJEN ITJEN
31 Desember 2011
Rupiah
%
1.813.534.683
1.902.459.183
(88.924.500)
(4,67)
38.622.100
47.022.100
(8.400.000)
(17,86)
DJP
570.740.541
654.527.261
(83.786.720)
(12,80)
DJBC
3.950.057.583
3.940.212.411
9.845.172
0,25
DJPK
-
12.000.000
(12.000.000)
(100,00)
DJPB
2.149.670.048
2.242.691.993
93.021.945
(4,15)
DJKN
11.519.600
7.200.000
4.319.600
59,99
BAPEPAM-LK
79.983.182
80.165.000
(181.818)
(0,23)
1.011.522.984
987.751.838
23.771.146
2,41
9.625.650.721
9.874.029.786
(248.379.065)
(2,52)
BPPK JUMLAH
416
31 Desember 2012
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
merupakan nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Bagian lancar TGR adalah sebesar Rp210.976.023,00. C.1.12. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar TGR Nilai Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per 31 Desember 2012 Penyisihan Piutang Tidak dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar sebesar Rp9.414.674.698,00 dan Rp9.478.786.128,00. Tertagih -Bagian Lancar TGR Adapun rincian nilai bruto dan penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dapat dilihat pada Rp9.414.674.698,00 Tabel 73 berikut. C.1.13.Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Tabel 73 Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Eselon I SETJEN
Nilai Bruto
Penyisihan
Nilai Neto
1.813.534.683
(1.809.977.061)
3.557.622
ITJEN
38.622.100
(38.025.100)
597.000
DJP
570.740.541
(520.879.683)
49.860.858
DJBC
3.950.057.583
(3.820.321.518)
129.736.065
DJPB
2.149.670.048
(2.133.907.572)
15.762.476
DJKN
11.519.600
(57.598)
11.462.002
BAPEPAM-LK
79.983.182
(79.983.182)
-
1.011.522.984
(1.011.522.984)
-
9.625.650.721
(9.414.674.698)
210.976.023
BPPK JUMLAH
Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per 31 Desember Piutang dari Kegiatan 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp20.520.519.164,00 dan Rp14.938.119.944,00. Operasional BLU Rp20.520.519.164,00 Posisi Piutang dari Kegiatan Operasional BLU bruto yang diperkirakan dapat direalisasikan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 74 berikut Nilai Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2012 sebesar Rp20.520.519.164,00 merupakan Tabel 74 Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian SETJEN BPPK JUMLAH
31 Desember 2012 16.576.174.712
31 Desember 2011 11.451.919.944
Rupiah 5.124.254.768
% 44,75
3.944.344.452
3.486.200.000
458.144.452
13,14
20.520.519.164
14.938.119.944
5.582.399.220
37,37
nilai bruto, adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU adalah sebesar Rp20.408.376.193,00. Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 sebesar
417
Rp16.576.174.712,00. Nilai tersebut merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Operasional PIP berupa investasi jangka panjang. Investasi yang dilakukan berupa investasi langsung maupun investasi dalam bentuk Surat Berharga menghasilkan piutang yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun anggaran.Nilai sebesar Rp16.576.174.712,00 merupakan piutang yang dihitung secara akrual pada tanggal 31 Desember 2012. Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember 2012 merupakan piutang penerimaan bukan pajak dari Kegiatan Operasional BLU STAN sebesar Rp3.943.344.452,00. C.1.14. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Penyisihan Piutang Tidak Desember 2011 masing-masing sebesar Rp112.142.971,00 dan Rp95.448.100,00. Tertagih - Piutang dari Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU per 31 Desember 2012 dapat dilihat Kegiatan Operasional BLU pada Tabel 75 berikut. Rp112.142.971,00 Tabel 75 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Eselon I
Nilai Bruto
Penyisihan
Nilai Neto
SETJEN
16.576.174.712
(82.880.874)
16.493.293.838
BPPK
3.944.344.452
(29.262.097)
3.915.082.355
20.520.519.164
(112.142.971)
20.408.376.193
JUMLAH
Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 76 berikut. Rincian Piutang dan Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember Tabel 76 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Setjen-PIP Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Piutang Imbal Hasil
Nama Mitra
Fee
Penyisihan Piutang
Bunga
Denda
1. Pemprov Sulawesi Tenggara
418
a. RSUD
Rp
6.525.118.350
Rp
32.625.591.75
b. Jalan dan Jembatan
Rp
57.877.255
Rp
289.386.28
2. Pemkot Surakarta
Rp
23.423.864
Rp
117.119.32
3. Pemkab Muko-Muko
Rp
111.550.184
Rp
557.750.92
4. Pemkab. Karangasem
Rp
221.712.96
Rp
164.689.76
Rp
1.279.622.58
Rp
44.342.592
5. Pemkab Lombok Timur
Rp
32.937.651
6. Pemkot Bandar Lampung
Rp
255.924.516
Rp
300
7. Pemkot Palu
Rp
1.500.000.000
Rp
7.500.000.00
8. Pemkot Gorontalo
Rp
525.000.000
Rp
2.625.000.00
9. Pemprov Sulawesi Selatan
Rp
7.500.000.000
Rp
37.500.000.00
Jumlah
Rp
9.525.000.000
Jumlah Piutang
Rp
Rp
82.880.874
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Rp
7.051.174.412
Rp
300
16.576.174.712
2012 dapat dilihat pada Tabel 77 dan Tabel 78 berikut. C.1.15. Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Tabel 77 Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Debitur
No
Jumlah
1
Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga. Pekerjaan. Informasi. Pelatihan. dan Teknologi
Rp
206.425.000.00
2
Pendapatan Hasil kerjasama lembaga / Badan Usaha
Rp
45.000.000.00
3
Pendapatan Hasil kerjasama Pemerintah Daerah
Rp
3.677.440.000.00
4
Pendapatan jasa layanan perbankan
Rp
15.479.452.00
Jumlah
Rp
3.944.344.452.00
Tabel 78 Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012 Uraian
Kualitas
Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga. Pekerjaan. Informasi. Pelatihan. dan Teknologi
lancar
Nilai Piutang
Penyisihan
Nilai Penyisihan
151.000.000
0,50% 10,00%
5.542.500
755.000
kurang lancar
55.425.000
Pendapatan Hasil kerjasama lembaga / Badan Usaha
kurang lancar
45.000.000
10,00%
4.500.000
Pendapatan Hasil kerjasama Pemerintah Daerah
lancar
3.677.440.000
0,50%
18.387.200
Pendapatan jasa layanan perbankan
lancar
15.479.452
0,50%
77.397
Total
3.944.344.452
29.262.097
Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per 31 Desember 2012 dan Piutang dari Kegiatan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp32.766.356.150,00 dan Rp22.027.746.408,00. Non Operasional BLU Rp32.766.356.150,00 Posisi Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU bruto yang diperkirakan terealisasi per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 disajikan pada Tabel 79 berikut. Nilai Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2012 sebesar Rp32.766.356.150,00 Tabel 79 Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) Uraian SETJEN BPPK JUMLAH
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
31.771.667.295
21.573.963.222
10.197.704.073
47,27
994.688.855
453.783.186
540.905.669
119,20
32.766.356.150
22.027.746.408
10.738.609.742
48,75
419
merupakan nilai bruto adapun nilai neto setelah dilakukan penyisihan terhadap piutang adalah sebesar Rp32.133.263.900,00. Nilai bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional PIP sebesar Rp31.771.667.295,00. Piutang tersebut merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal Neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun sehingga memiliki penyisihan dengan kategori lancar (5 permil). Piutang tersebut berasal dari kekurangan setor bunga deposito yang dihitung secara akrual pada tanggal 31 Desember 2012. Sedangkan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2011 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional PIP sebesar Rp21.466.093.406,00. Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU di SETJEN-PIP per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 80 dan Tabel 81 berikut. Nilai Bruto Piutang dari Kegiatan Non Operasional pada Eselon I BPPK per 31 Desember 2012 sebesar Tabel 80 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-PIP berupa Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Kode akun 113991
Uraian
Jumlah Rupiah
Bunga Deposito Bank BRI - 27 bilyet
Rp.
16.531.502.055
Bunga Deposito Bank Mandiri - 9 bilyet
Rp.
4.316.280.822
Bunga Deposito Bank BTN - 13 bilyet
Rp.
1.883.013.699
Bunga Deposito Bank Bukopin - 12 bilyet
Rp.
2.170.890.411
Bunga Deposito Bank BJB Syariah - 2 bilyet
Rp.
200.136.986
Bunga Deposito Bank Sumut - 3 bilyet
Rp.
684.895.833
Bunga Deposito Bank Sulut - 1 bilyet
Rp.
123.287.671
Bunga Deposito Bank Muamalat - 6 bilyet
Rp.
727.917.808
Bunga Deposito Bank Syariah Bukopin - 4 bilyet
Rp.
302.931.907
Bunga Deposito Bank BRI Syariah - 4 bilyet
Rp.
283.493.151
Rp.
27.224.349.943
Jumlah
Tabel 81 Rincian Piutang Dari selain Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Kode akun 113991
Jumlah Rupiah
Uraian Bunga Deposito Bank Mandiri
Rp.
2.130.650.685
Bunga Deposito Bank Sumut
Rp.
2.416.666.667
Jumlah
Rp.
4.547.317.352
Rp994.688.855,00 merupakan Piutang Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional BLU STAN. Piutang tersebut berasal dari perkiraan ketidak tertagihan piutang atau denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sedangkan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I BPPK per 31 Desember
420
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2011 merupakan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Kegiatan Non Operasional STAN sebesar Rp453.783.186,00 yang berasal dari denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan. C.1.16. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLUper 31 Desember 2012 dan Penyisihan Piutang Tidak 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp633.092.250,00 dan Rp553.181.649,00. Tertagih – Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Adapun nilai bruto dan penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU per 31 Desember 2012 dapat Rp633.092.250,00 dilihat pada Tabel 82 berikut. Rincian Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU pada Unit Eselon I Setjen per 31 Desember 2012 dapat Tabel 82 Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Eselon I
Nilai Bruto
SETJEN
Penyisihan (158.858.336)
31.771.667.295
31.612.808.959
994.688.855
(474.233.914)
520.454.941
32.766.356.150
(633.092.250)
32.133.263.900
BPPK JUMLAH
Nilai Neto
dilihat pada tabel berikut. C.1.17. Persediaan Rincian
Saldo Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (5/1000)
Saldo Bagian Lancar TGR (Netto)
31.771.667.295
158.858.336
31.612.808.959
PIP
Tabel 83 Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Debitur
Kualitas
Nilai Piutang
Penyisihan
PT Sarana Karya Jasa (sudah dilimpahkan ke DJKN)
Macet
286.664.703
Desada Theamada
Lancar
2.774.772
0,50%
13.874
PT Karya Cipta Mandiri Sejati
Lancar
479.715.470
0,50%
2.398.577
Asuransi Jasindo
Kurang Lancar
PT Nugraha Adi Taruna
Macet Total
100,00%
Nilai Penyisihan 286.664.703
44.863.500
10,00%
4.486.350
180.670.410
100,00%
180.670.410
814.018.445
474.233.914
Nilai Persediaan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp284.672.873.440,00 Persediaan dan Rp282.731.013.941,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga Rp284.672.873.440,00 pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan Akuntansi Persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN. Posisi Persediaan per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 84 berikut.
421
Tabel 84 Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
SETJEN
4.243.288.524
3.964.923.629
278.364.895
7,02
ITJEN
728.412.186
566.024.806
162.387.380
28,69
DJA
842.657.415
863.820.154
(21.162.739)
(2,45)
DJP
180.039.374.560
184.170.135.826
(4.130.761.266)
(2,24)
DJBC
66.905.917.117
61.001.391.665
5.904.525.452
9,68
DJPK
1.124.302.813
502.722.419
621.580.394
123,64
DJPU
2.386.784.473
1.248.899.154
1.137.885.319
91,11
DJPB
19.649.686.572
21.271.969.657
(1.622.283.085)
(7,63)
DJKN
5.366.720.077
5.231.507.835
135.212.242
2,58
619.888.330
968.660.948
(348.772.618)
(36,01)
BPPK
1.827.050.501
2.137.225.952
(310.175.451)
(14,51)
BKF
938.790.872
803.731.896
135.058.976
16,80
284.672.873.440
282.731.013.941
1.941.859.499
0,69
BAPEPAM-LK
JUMLAH
Rincian saldo Persediaan per 31 Desember 2012 per jenis persediaan dapat dilihat pada Tabel 85 berikut. C.1.18. Persediaan BLU Tabel 85 Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Kode Akun
Uraian
31 Desember 2012
115111
Barang konsumsi
177.471.748.400
115112
Amunisi
115113
Bahan untuk pemeliharaan
12.136.261.906
115114
Suku cadang
15.972.027.346
115121
Pita cukai, materai dan leges
55.878.349.038
115124
Peralatan dan mesin untuk dijual/diserahkan masyarakat
115127
Aset lain-lain untuk diserahkan kepada masyarakat
115128
Barang persediaan lainnya untuk dijual/ diserahkan ke masyarakat
115131
Bahan baku
115191
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
115199
Persediaan lainnya
1.367.687.832
459.757.580 2.045.000 15.941.807.424 2.926.192.395 79.942.465 2.437.054.054
JUMLAH
284.672.873.440
Nilai Persediaan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp913.269.070,00 Persediaan BLU dan Rp1.107.526.185,00. Nilai tersebut merupakan hasil stock opname yang dinilai berdasarkan harga Rp913.269.070,00 pembelian/perolehan terakhir. Satuan kerja BLU lingkup Kementerian Keuangan telah menyelenggarakan akuntansi persediaan melalui aplikasi yang merupakan bagian dari SIMAK BMN.
422
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Posisi Persediaan BLU per unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012dan 31 Desember 2011dapat dilihat pada Tabel 86 berikut.
Tabel 86 Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rupiah
%
SETJEN
40.662.037
27.660.665
13.001.372
47,00
BPPK
872.607.033
1.079.865.520
(207.258.487)
(19,19)
913.269.070
1.107.526.185
(194.257.115)
(17,54)
JUMLAH
423
ASET TETAP C.2. Aset Tetap Aset Tetap Nilai Aset Tetap Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing–masing sebesar Rp39.244.462.867.245,00 Rp39.244.462.867.245,00 dan Rp37.731.845.000.870,00. Adapun rincian Aset Tetap menurut jenis Aset Tetap dapat dilihat pada Tabel 87 berikut.
Tabel 87 Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
%
17.296.534.823.816
17.210.633.268.536
85.901.555.280
0,00
545.192.062.827
545.192.062.827
0
0,00
8.849.450.471.389
8.021.195.465.644
828.255.005.745
0,10
51.293.956.632
43.188.928.397
8.105.028.235
0,19
11.211.918.159.435
10.635.543.677.165
576.374.482.270
0,05
Gedung dan Bangunan BLU
196.710.647.484
194.255.849.179
2.454.798.305
0,01
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
348.573.649.280
332.477.687.395
16.095.961.885
0,05
Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU
18.437.121.332
18.437.121.332
0
0.00
Aset Tetap Lainnya
26.339.299.995
21.169.879.443
5.169.420.552
0,24
Aset Tetap Lainnya BLU
11.807.907.831
11.467.292.040
340.615.791
0,03
677.317.480.494
698.283.768.910
(20.966.288.416)
(0,03)
10.887.286.730
0
10.887.286.730
0.00
39.244.462.867.245
37.731.845.000.868
1.533.672.221.654
4,06
Tanah Tanah BLU Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin BLU Gedung dan Bangunan
Konstruksi Dalam Pengerjaan KDP BLU Jumlah
Komposisi Aset Tetap menurut Jenis Aset per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Grafik 19 berikut Grafik 19 Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012
424
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tanah
44,07 %
Tanah BLU
1,39 %
PM
24 %
PM BLU
0,13 %
GB
28,57 %
GB BLU
0,50 %
JIJ
0,89 %
ATL
0,07 %
Perkembangan Aset Tetap per jenis Aset Tetap dapat dilihat pada Grafik 20 berikut.
Grafik 20 Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap
Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap 31 Desember 2012
Dalam Jutaan Rupiah
31 Desember 2011
18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000
Tanah
PM
BG
0 Tanah
Tanah BLU
PM
PM BLU
GB
GB BLU
JIJ
JIJ BLU
ATL
ATL BLU
KDP
KDP BLU
Mutasi Aset Tetap selain Aset Tetap BLU Kementerian Keuangan selama periode TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 88 berikut.
Tabel 88 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN TRN SALDO AWAL (SAK)
Uraian 37.731.845.000.870
Koreksi SAK Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya Aset yang dihentikan BLU SALDO AWAL (SIMAK BMN)
20.236.317 812.541.253.775 -62.258.000 38.544.344.232.962
MUTASI TAMBAH : 100
Penambahan Saldo Awal
103.308.620.121
101
Pembelian
705.253.264.965
102
Transfer Masuk
811.635.639.818
103
Hibah (Masuk)
2.748.061.271
104
Rampasan
105
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
106
Pembatalan Penghapusan
107
Reklasifikasi Masuk
2.420.704.832.956
112
Perolehan Lainnya
13.501.096.129
113
Penyelesaian Pembangunan Langsung
920.215.400 596.817.105.045 264.698.000
4.165.269.748
425
SALDO AWAL (SAK)
37.731.845.000.870 Koreksi SAK Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya Aset yang dihentikan BLU
SALDO AWAL (SIMAK BMN)
20.236.317 812.541.253.775 -62.258.000 38.544.344.232.962
MUTASI TAMBAH : 100
Penambahan Saldo Awal
103.308.620.121
101
Pembelian
705.253.264.965
102
Transfer Masuk
811.635.639.818
103
URAIANHibah TRN (Masuk)
Uraian 2.748.061.271
104 SALDO AWAL (SAK)
Rampasan Penyelesaian Koreksi SAK Pembangunan Dengan KDP
596.817.105.045 20.236.317
106
Pembatalan Penghapusan Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya
264.698.000 812.541.253.775
107
Reklasifikasi Masuk BLU Aset yang dihentikan
2.420.704.832.956 -62.258.000
112 BMN) SALDO AWAL (SIMAK
Perolehan Lainnya
113: MUTASI TAMBAH
Penyelesaian Pembangunan Langsung
4.165.269.748
177 100
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T Penambahan Saldo Awal
24.321.632.892 103.308.620.121
199 101
Perolehan Reklasifikasi Dari Intra ke Eks Pembelian
5.789.532.913 705.253.264.965
202 102
Pengembangan Transfer Masuk Nilai Aset
60.252.581.549 811.635.639.818
204 103
Koreksi(Masuk) Pencatatan Nilai/Kuantitas (+) Hibah
66.187.961.787 2.748.061.271
205 104
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+) Rampasan
119.602.656.131 920.215.400
206 105
Penerimaan Aset Tetap Renovasi Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
67.522.158.097 596.817.105.045
208 106
Pengembangan Melalui KDP Pembatalan Penghapusan
107
Mutasi Tambah KDP Reklasifikasi Masuk
112
Perolehan Lainnya
13.501.096.129 38.544.344.232.962
232.402.005.106 264.698.000 846.224.962.703 2.420.704.832.956 13.501.096.129
113
Jumlah Mutasi Tambah Langsung Penyelesaian Pembangunan
6.081.622.294.631 4.165.269.748
MUTASI KURANG 177:
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
24.321.632.892
199
Perolehan Reklasifikasi Dari Intra ke Eks
5.789.532.913
204 202
Koreksi Pencatatan (-) Pengembangan NilaiNilai/Kuantitas Aset
-133.595.283.786 60.252.581.549
205 204
Nilai Tim Penertiban Aset (-)(+) Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas
-45.439.598.653 66.187.961.787
301 205
Penghapusan Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
-88.163.388.081 119.602.656.131
302 206
Transfer Keluar Penerimaan Aset Tetap Renovasi
-799.701.277.083 67.522.158.097
304 208 305
Reklasifikasi Keluar Pengembangan Melalui KDP Koreksi Pencatatan Mutasi Tambah KDP
399
Penghapusan semu karena reklasifikasi dari Intra ke ekstra
401
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan Jumlah Mutasi Tambah Mutasi kurang KDP
MUTASI KURANG : SALDO AKHIR (SIMAK 204 BMN) 205 SALDO AKHIR (SAK) 301
-1.599.449.057 -210.018.972.216 6.081.622.294.631 -839.144.549.689 -4.547.174.677.512
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-) Reklasifikasi Koreksi Nilai BLU Tim Penertiban Aset (-)
40.078.791.850.081 -133.595.283.786 -834.328.982.836 -45.439.598.653
Penghapusan
39.244.462.867.245 -88.163.388.081
302
Transfer Keluar
304
Reklasifikasi Keluar
-2.400.085.682.927
305
Koreksi Pencatatan
-23.154.348.050
399
Penghapusan semu Tabel karena89 reklasifikasi dari Intra ke ekstra
401
Rincian Belanja Modal Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
Sampai dengan 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Mutasi kurang KDP
MAK SALDO AKHIR (SIMAK BMN) Belanja Modal Tanah 5311 5321 SALDO AKHIR (SAK) 5331
Jumlah Mutasi Kurang URAIAN
Reklasifikasi BLU Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan
-799.701.277.083
-1.599.449.057 -210.018.972.216 -839.144.549.689 -4.547.174.677.512 JUMLAH 40.078.791.850.081 11.905.150.600 -834.328.982.836 848.335.043.486 39.244.462.867.245 710.862.344.644
5341
Belanja Modal Jalan dan jembatan
5342
Belanja Modal irigasi
-
5343
Belanja Modal Jaringan
-
5361
Belanja Modal Lainnya
57.994.367.946
5371
Belanja Modal BLU
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
-2.400.085.682.927 232.402.005.106 -23.154.348.050 846.224.962.703
Jumlah Mutasi Kurang
Rincian mutasi aset dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 89 berikut.
426
920.215.400 37.731.845.000.870
105
3.961.122.061
2.796.408.925
MAK
URAIAN
JUMLAH 11.905.150.600
5311
Belanja Modal Tanah
5321
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
848.335.043.486
5331
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
710.862.344.644
5341
Belanja Modal Jalan dan jembatan
5342 MAK
Belanja Modal irigasi
5343 5311
Belanja Modal Jaringan Tanah
5361 5321
Belanja Modal Lainnya Peralatan dan Mesin
57.994.367.946 848.335.043.486
5371 5331
Belanja Modal Gedung BLU dan Bangunan
2.796.408.925 710.862.344.644
5341
Belanja Modal Jalan dan jembatan
3.961.122.061 URAIAN
JUMLAH
-
11.905.150.600-
3.961.122.061
Posisi saldo awal aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK-BMN per- 31 Belanja Modal irigasi 5342 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 90 berikut. 5343
Belanja Modal Jaringan
-
5361
Belanja Modal Lainnya
57.994.367.946
5371
Belanja Modal BLU
Tabel 90 Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
Uraian Tanah Tanah BLU Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin BLU Gedung dan Bangunan Gedung dan Bangunan BLU Jalan dan Jembatan Irigasi Jaringan Jalan Irigasi dan Jaringan BLU
SIMAK
SAK
2.796.408.925
Selisih
17.755.825.331.363
17.210.633.268.536
545.192.062.827
0
545.192.062.827
(545.192.062.827)
8.064.384.394.041
8.021.195.465.644
43.188.928.397
0
43.188.928.397
(43.188.928.397)
10.737.179.222.226
10.635.543.677.165
101.635.545.061
0
194.255.849.179
(194.255.849.179)
192.327.764.014
181.212.780.653
11.114.983.361
45.639.342.276
43.403.172.596
2.236.169.680
112.947.702.437
107.861.734.146
5.085.968.291
0
18.437.121.332
(18.437.121.332)
Aset Tetap dalam Renovasi
96.300.665.435
89.810.000
96.210.855.435
Aset Tetap Lainnya
28.945.917.483
21.080.069.443
7.865.848.040
Aset Tetap Lainnya BLU Konstruksi Dalam pengerjaan KDP BLU
0
11.467.292.040
(11.467.292.040)
698.283.768.910
698.283.768.910
0
0
0
0
Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut. 1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.192.062.827,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAKBMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasifikasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 135111). 2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp43.188.928.397,00 terdiri dari merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasifikasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 131311) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 135211). 3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp101.635.545.059,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp194.255.849.179,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasifikasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU. - Selisih kurang sebesar Rp14.646.317,00 adalah Bangunan Olah Raga Terbuka Permanen (lapangan tenis) pada Pusdiklat Keuangan Umum yang sudah direkonstruksi namun masih menunggu SK penghapusan. - Selisih kurang sebesar Rp5.590.000,00 adalah nilai denda atas instalasi listrik pada KPPBC Selat Panjang. Nilai tersebut pada SAK telah dikurangkan dan nilai dendanya telah diakui sebagai piutang, sedangkan pada SIMAK nilai tersebut akan dikurangkan pada saat denda dibayar sesuai rekomendasi BPK.
427
-
Selisih tambah sebesar Rp92.640.540.435,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi. 4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp18.437.121.332,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1317) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 135411). 5. Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp7.865.848.040,00 terdiri atas : - Selisih kurang sebesar Rp7.865.848.040,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU. Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Tanah diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 131921) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511) - Selisih pada Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511) sebesar Rp11.467.292.040,00 antara lain terdiri dari Aset BLU sebesar Rp7.865.848.040,00 yang diklasifikasikan ke Aset Tetap Lainnya, Aset BLU sebesar Rp31.129.000,00 yang diklasifikasikan pada Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan (kode akun 154112) dan Aset BLU sebesar Rp3.570.315.000 yang diklasifikasikan pada Aset Tetap dalam Renovasi (kode akun 131911). Posisi aset tetap pada neraca SAK dibandingkan dengan posisi aset tetap pada SIMAK BMN per 31 Desember 2012 dapat dilihat pada Tabel 91 berikut.
Tabel 91 Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Tanah Tanah BLU Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin BLU Gedung dan Bangunan
SAK
SIMAK
Selisih
17.296.534.823.816
17.841.726.886.643
(545.192.062.827)
545.192.062.827
0
545.192.062.827
8.849.450.471.389
8.900.744.428.021
(51.293.956.632)
51.293.956.632
0
51.293.956.632
11.211.918.159.435
11.321.182.345.283
(109.264.185.848)
Gedung dan Bangunan BLU
196.710.647.484
0
196.710.647.484
Jalan dan Jembatan
188.835.578.812
199.950.562.173
(11.114.983.361)
38.471.716.958
40.707.886.638
(2.236.169.680)
121.266.353.510
126.352.321.801
(5.085.968.291)
18.437.121.332
0
18.437.121.332
Irigasi Jaringan Jalan Irigasi dan Jaringan BLU
5.779.374.000
106.697.255.736
(100.917.881.736)
Aset Tetap Lainnya
20.559.925.995
28.797.518.826
(8.237.592.831)
Aset Tetap Lainnya BLU
11.807.907.831
0
11.807.907.831
677.317.480.494
688.204.767.224
(10.887.286.730)
10.887.286.730
0
10.887.286.730
Aset Tetap dalam Renovasi
Konstruksi Dalam pengerjaan KDP BLU
Penjelasan selisih aset tetap dalam neraca SAK dengan laporan posisi BMN di neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut. 1. Selisih kurang Tanah sebesar Rp545.192.062.827,00 merupakan nilai Tanah BLU. Akun Tanah pada SIMAKBMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK, Tanah diklasifikasikan sebagai Tanah (kode akun 131111) dan Tanah BLU (kode akun 135111).
428
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
2. Selisih kurang Peralatan dan Mesin sebesar Rp51.293.956.632,00 merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU. Akun Peralatan dan Mesin pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Peralatan dan Mesin diklasifikasikan sebagai Peralatan dan Mesin (kode akun 131311) dan Peralatan dan Mesin BLU (kode akun 135211). 3. Selisih kurang Gedung dan Bangunan sebesar Rp109.264.185.848,00 terdiri dari: - Selisih kurang sebesar Rp196.710.647.484,00 merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU. Akun Gedung dan Bangunan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Gedung dan Bangunan diklasifikasikan sebagai Gedung dan Bangunan dan Gedung dan Bangunan BLU. - Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi. 4. Selisih kurang Jalan dan Jembatan, Irigasi, dan Jaringan sebesar Rp18.437.121.332,00 merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU. Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Jalan, Irigasi, dan Jaringan diklasifikasikan sebagai Jalan, Irigasi, dan Jaringan (kelompok akun 1317) dan Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU (kode akun 135411). 5. Selisih kurang Aset Tetap Renovasi Rp100.917.881.736,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 terdiri atas: - Selisih lebih sebesar Rp87.446.461.636,00 merupakan nilai Aset Tetap Renovasi yang pada SAK Kementerian direklasifikasi menjadi Gedung dan Bangunan, sedangkan pada aplikasi SIMAK BMN tetap pada akun Aset Tetap Renovasi - Aset Tetap Renovasi yang dimiliki BLU sebesar Rp3.570.315.000 yang diklasifikasikan pada pada SAK menjadi Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511) - Selisih kurang Aset Tetap Lainnya sebesar Rp8.237.592.831,00 merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511). Akun Aset Tetap Lainnya pada SIMAK-BMN tidak diklasifikasikan berdasarkan BLU dan Non BLU, sementara pada Neraca SAK Tanah diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya (kode akun 131921) dan Aset Tetap Lainnya BLU (kode akun 135511). C.2.1. Tanah Tanah Nilai Tanah per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp17.296.534.823.816,00 Rp17.296.534.823.816,00 dan Rp17.210.633.268.536,00. Terdapat peningkatan nilai aset tanah pada TA 2012 sebesar Rp85.901.555.280,00 atau 0,50 persen. Perbandingan rincian nilai Tanah yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 92 berikut.
Tabel 92 Aset Tetap Tanah per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
%
5.393.010.958.623
5.310.790.595.138
82.220.363.485
1,55
8.183.833.948
8.183.833.948
0
0,00
0
0
0,00
6.014.980.591.166
38.851.886.542
0,65
2.874.333.716.251
51.049.993.902
1,78
0
0
0,00
89.500.950.000
0
0,00
2.088.140.787.498
16.517.064.708
0,79
01
SETJEN
02
ITJEN
03
DJA
0
04
DJP
6.053.832.477.708
05
DJBC
2.925.383.710.153
06
DJPK
0
07
DJPU
89.500.950.000
08
DJPB
2.104.657.852.206
09
DJKN
249.012.953.712
244.585.425.022
4.427.528.690
1,81
10
BAPEPAM-LK
0
99.961.416.247
(99.961.416.247)
-100,00
11
BPPK
471.828.087.466
479.031.953.266
(7.203.865.800)
-1,50
12
BKF
1.124.000.000
1.124.000.000
0
0,00
429
Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
%
5.393.010.958.623
5.310.790.595.138
82.220.363.485
1,55
8.183.833.948
8.183.833.948
0
0,00
0
0,00
01
SETJEN
02
ITJEN
03
DJA
0
0
04 No. 05
DJP
6.053.832.477.708 31 Desember 2012 2.925.383.710.153
6.014.980.591.166 31 Desember 2011 2.874.333.716.251
06
DJPK
0
01 07
SETJEN DJPU
02 08
ITJEN DJPB
09 03
DJKN DJA
249.012.953.7120
244.585.425.0220
4.427.528.6900
1,81 0,00
10 04
BAPEPAM-LK DJP
6.053.832.477.7080
99.961.416.247 6.014.980.591.166
(99.961.416.247) 38.851.886.542
-100,00 0,65
11 05
BPPK DJBC
471.828.087.466 2.925.383.710.153
479.031.953.266 2.874.333.716.251
(7.203.865.800) 51.049.993.902
-1,50 1,78
12 06
BKF DJPK
1.124.000.0000
1.124.000.0000
0
0,00
07
Jumlah DJPU
17.296.534.823.816 89.500.950.000
17.210.633.268.536 89.500.950.000
85.901.555.2800
0,50 0,00
08
DJPB
2.104.657.852.206
2.088.140.787.498
16.517.064.708
0,79
09
DJKN
249.012.953.712
244.585.425.022
4.427.528.690
1,81
DJBC
Uraian
Kenaikan (Penurunan) 38.851.886.542
0,65
51.049.993.902 Rp 0
1,78
0
5.393.010.958.623 89.500.950.000
5.310.790.595.138 89.500.950.000
82.220.363.4850
1,55 0,00
8.183.833.948 2.104.657.852.206
8.183.833.948 2.088.140.787.498
16.517.064.7080
0,00 0,79
%
0,00
Nilai Tanah per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp17.296.534.823.816,00 (99.961.416.247) 10 BAPEPAM-LK -100,00 0 99.961.416.247 dan Rp17.210.633.268.536,00. Terdapat peningkatan nilai aset tanah pada TA 2012 sebesar Rp85.901.555.280,00 11 BPPK (7.203.865.800) -1,50 471.828.087.466 479.031.953.266 atau 0,50 persen. 0 per 31 Desember 12 BKF rincian nilai Tanah yang dimiliki 0,00 1.124.000.000 1.124.000.000 Perbandingan UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan 2012 danJumlah per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 92 berikut. 85.901.555.280 0,50 17.296.534.823.816 17.210.633.268.536 Adapun rincian mutasi/perubahan nilai Tanah pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 93 berikut.
Tabel 93 Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Transaksi
Jumlah 17.210.633.268.536
SALDO AWAL (SAK) Reklasifikasi BLU TAYL
545.192.062.827 17.755.825.331.363
SALDO AWAL (SIMAK BMN) MUTASI TAMBAH : Penambahan Saldo Awal Pembelian Transfer Masuk Reklasifikasi Masuk Perolehan Lainnya Pengembangan Nilai Aset
22.448.284.869 8.792.840.000 219.762.535.213 1.534.183.789.650 10.939.762.229 878.014.334
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
23.523.818.851
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
78.866.824.576
Penerimaan Aset Tetap Renovasi Pengembangan Melalui KDP Jumlah Mutasi Tambah
32.573.900 2.332.023.553 1.901.760.467.175
MUTASI KURANG : Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)
(62.149.401.189)
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)
(16.976.301.455)
Transfer Keluar Reklasifikasi Keluar
(1.519.862.628.118)
Koreksi Pencatatan
(12.589.352.110)
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
430
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
(196.263.486.523)
Jumlah Mutasi Kurang
(566.500.000) (1.808.407.669.395)
Pengembangan Melalui KDP Jumlah Mutasi Tambah
2.332.023.553 1.901.760.467.175
MUTASI KURANG : Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-) Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)
SALDO AWAL (SAK)
(16.976.301.455)
Transfer Keluar
(196.263.486.523)
Uraian Transaksi Keluar Reklasifikasi
Jumlah (1.519.862.628.118)
Koreksi Pencatatan
(12.589.352.110) 17.210.633.268.536
PenghentiaanBLU AsetTAYL Dari Penggunaan Reklasifikasi SALDO AWAL (SIMAK BMN)
(62.149.401.189)
Jumlah Mutasi Kurang
SALDO AKHIR (SIMAK MUTASI TAMBAH : BMN)
(566.500.000) 545.192.062.827 17.755.825.331.363 (1.808.407.669.395) 17.849.178.129.143
Reklasifikasi BLU Penambahan Saldo Awal SALDO AKHIR (SAK)
Pembelian Transfer Masuk
(545.192.062.827) 22.448.284.869 17.303.986.066.316 8.792.840.000 219.762.535.213
Adapun rincian mutasi Tanah dari belanja modal pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 94 berikut. Reklasifikasi Masuk 1.534.183.789.650 Perolehan Lainnya
Tabel 94 Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal KoreksiPerPencatatan Nilai/Kuantitas (+) rupiah) 31 Desember 2012 (dalam Pengembangan Nilai Aset
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+) ASET TANAH Penerimaan AsetBELANJA Tetap Renovasi 531
Belanja Modal TanahPengembangan Melalui KDP
MUTASI :
Jumlah Mutasi Tambah Pembelian
MUTASI KURANG :
10.939.762.229 878.014.334 23.523.818.851 78.866.824.576 32.573.900 11.905.150.600 2.332.023.553 1.901.760.467.175 5.460.787.273
Penyelesaian pembangunan langsung Pengembangan langsung Perolehan KDP
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-) Pengembangan KDPKoreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)
725.148.545 247.494.100 (62.149.401.189) 2.625.281.300 (16.976.301.455)
TOTAL MUTASI ASET
Transfer Keluar
SELISIH
Reklasifikasi Keluar
9.058.711.218 (196.263.486.523) 2.846.439.382 (1.519.862.628.118)
Koreksi Pencatatan
(12.589.352.110)
PENJELASAN SELISIH:
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan BM Tanah untuk Pengembangan/Perolehan Jumlah Mutasi KurangAset Lain Perolehan/Pengembangan Tanah dari BM lain
SALDO AKHIR (SIMAK BMN) Perolehan/Pengembangan Tanah dari Bel Barang/Bel pegawai Kurang/ lebih kapitalisasi Reklasifikasi BLU SALDO AKHIR (SAK)
Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)
(566.500.000) 3.178.557.032 (1.808.407.669.395) (332.117.650) 17.849.178.129.143 (460.000) (545.192.062.827) 460.000 17.303.986.066.316
Luas tanah yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan senilai Rp17.296.534.823.816,00 berdasarkan Aplikasi SIMAK BMN UAPB adalah 10.238.582 M2. Dari luas tanah tersebut seluas 1.852.144 M2 pada 803 satuan kerja belum bersertipikat atas nama Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan bersama Badan Pertanahan Nasional telah bekerjasama untuk menyelesaikan masalah persertipikatan tanah ini dengan membuat Memorandum of Understanding dengan nomor MOU-7/MK.01/2012 mengenai Persertipikatan Tanah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Rincian tanah dalam proses pensertipikatan dapat dilihat pada Lampiran LK BA 015.
C.2.2. Tanah BLU Tanah BLU Nilai Tanah BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp545.192.062.827,00 Rp545.192.062.827,00 dan Rp545.192.062.827,00. Nilai tersebut merupakan nilai Tanah BLU STAN pada BPPK. Tidak terdapat penambahan/penurunan nilai aset Tanah BLU pada TA 2012. Perbandingan rincian Tanah BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 95 berikut.
431
Tabel 95 Aset Tetap Tanah BLU per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan/ Penurunan No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
01
BPPK
545.192.062.827
545.192.062.827
% 0
0
Selama TA 2012 tidak terdapat mutasi/perubahan Tanah BLU. C.2.3. Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin Rp8.849.450.471.389,00 Nilai Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2012 dan 31 Rp8.849.450.471.389,00 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp8.849.450.471.389,00 dan Rp8.021.195.465.644,00. Terdapat peningkatan nilai aset peralatan dan mesin pada TA 2012 sebesar Rp828.255.005.745,00 atau 10,33 persen. Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 96 berikut.
Tabel 96 Aset Tetap Peralatan dan Mesin per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
01
SETJEN
02 03
%
1.003.616.999.971
569.946.033.968
433.670.966.003
76,09
ITJEN
39.527.010.841
33.693.923.953
5.833.086.888
17,31
DJA
69.583.972.759
59.678.724.279
9.905.248.480
16,60
04
DJP
3.909.210.659.511
3.822.116.114.333
87.094.545.178
2,28
05
DJBC
2.371.993.416.332
2.209.810.148.373
162.183.267.959
7,34
06
DJPK
44.213.940.255
36.643.824.308
7.570.115.947
20,66
07
DJPU
41.622.002.584
27.551.773.884
14.070.228.700
51,07
08
DJPB
858.567.560.256
714.994.712.683
143.572.847.573
20,08
09
DJKN
311.494.200.424
271.717.188.880
39.777.011.544
14,64
10
BAPEPAM-LK
2.706.000
97.090.748.115
(97.088.042.115)
(100,00)
11
BPPK
148.775.131.331
133.190.173.730
15.584.957.601
11,70
12
BKF
50.842.871.125
44.762.099.138
6.080.771.987
13,58
8.849.450.471.389
8.021.195.465.644
828.255.005.745
10,33
Jumlah
Adapun mutasi/perubahan nilai aset Peralatan dan Mesin pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 97 berikut.
432
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 97 Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN TRN SALDO AWAL (SAK)
Uraian 8.021.195.465.644
Koreksi SAK Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya SALDO AWAL (SIMAK BMN)
43.188.928.397 8.064.384.394.041
MUTASI TAMBAH : 100
Penambahan Saldo Awal
101
Pembelian
667.710.733.157
102
Transfer Masuk
473.761.708.452
103
Hibah (Masuk)
2.734.561.271
104
Rampasan
105
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
106
Pembatalan Penghapusan
107
Reklasifikasi Masuk
670.164.935.760
112
Perolehan Lainnya
1.601.395.250
113
Penyelesaian Pembangunan Langsung
1.238.789.300
177
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
13.175.332.332
199
Perolehan Reklasifikasi Dari Intra ke Eks
2.802.644.941
202
Pengembangan Nilai Aset
3.001.643.519
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
7.184.541.566
205
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
3.070.313.577
206
Penerimaan Aset Tetap Renovasi
5.953.946.000
208
Pengembangan Melalui KDP Mutasi Tambah KDP Jumlah Mutasi Tambah
49.824.750.207
920.215.400 188.198.414.441 264.698.000
14.475.423.220 0 2.106.084.046.393
MUTASI KURANG 201
Pengurangan Nilai Aset
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)
-4.373.235.113
205
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)
-12.712.394.838
301
Penghapusan
302
Transfer Keluar
-422.287.485.341
304
Reklasifikasi Keluar
-632.478.586.721
305
Koreksi Pencatatan
-3.745.257.230
399
Penghapusan semu karena reklasifikasi dari Intra ke ekstra
-1.593.027.146
401
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
0
-4.178.330.169
-188.355.695.855
Mutasi kurang KDP Jumlah Mutasi Kurang SALDO AKHIR (SIMAK BMN) Reklasifikasi BLU SALDO AKHIR (SAK)
(1.269.724.012.413) 8.900.744.428.021 (51.293.956.632) 8.849.450.471.389
433
Rincian mutasi Peralatan dan Mesin dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 98 berikut.
Tabel 98 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) BELANJA ASET PERALATAN MESIN 531
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
848.335.043.486
Pembelian
664.513.094.003
MUTASI : Penyelesaian pembangunan langsung
2.817.801.943
Pengembangan langsung
4.317.776.845
Perolehan KDP
36.361.898.946
Pengembangan KDP
118.613.726.195
TOTAL MUTASI ASET
826.624.297.932 21.710.745.554
SELISIH PENJELASAN SELISIH: Pembelian Ekstrakomptabel
4.586.301.078
BM Peralatan Mesin untuk Pengembangan/Perolehan Aset lain
43.395.624.235
Perolehan/Pengembangan Peralatan Mesin dari BM lain
(25.540.836.309)
Perolehan/Pengembangan Peralatan Mesin dari Bel Barang/bel pegawai
(1.755.206.167)
Kurang/ Lebih Kapitalisasi
1.013.516.717 11.346.000
Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)
C.2.4. Peralatan dan Mesin BLU Peralatan dan Mesin BLU Nilai Peralatan dan Mesin BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp51.293.956.632,00 Rp51.293.956.632,00 dan Rp43.188.928.397,00. Nilai tersebut merupakan nilai Peralatan dan Mesin BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Terdapat peningkatan nilai aset Peralatan dan Mesin BLU pada TA 2012 sebesar Rp8.105.028.235,00 atau 18,77 persen. Perbandingan rincian nilai Peralatan dan Mesin BLU yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 99 berikut.
Tabel 99 Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
01
SETJEN
10.850.354.768
8.103.945.843
2.746.408.925
33,89
02
BPPK
40.443.601.864
35.084.982.554
5.358.619.310
15,27
51.293.956.632
43.188.928.397
8.105.028.235
18,77
Jumlah
434
%
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin BLU dapat dapat dilihat pada Tabel 100 berikut.
Tabel 100 Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Transaksi
Jumlah 43.188.928.397,00
SALDO AWAL MUTASI TAMBAH Pembelian
4.250.641.985,00
Transfer Masuk
1.358.500,00
Hibah (Masuk)
13.500.000,00
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
3.849.751.750,00 8.115.252.235,00
MUTASI KURANG Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)
-10.224.000,00 -10.224.000,00
SALDO AKHIR
51.293.956.632,00
Rincian mutasi Peralatan dan Mesin BLU dari Belanja Modal dapat dilihat pada Tabel 101 berikut.
Tabel 101 Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin BLU dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN BELANJA DAN MUTASI 5372
JUMLAH
Belanja Modal Peralatan dan Mesin BLU
2.746.408.925
Pembelian
2.043.262.135
MUTASI : TOTAL MUTASI ASET
2.043.262.135
SELISIH
703.146.790
PENJELASAN SELISIH: Dari belanja Modal Peralatan dan Mesin
703.146.790
C.2.5. Gedung dan Bangunan Gedung dan Bangunan Nilai Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp11.211.918.159.435,00 Rp11.211.918.159.435,00 dan Rp10.635.543.677.167,00. Terdapat penurunan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2012 sebesar Rp576.374.482.268,00 atau 5,42 persen. Perbandingan rincian nilai Gedung dan Bangunan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 102 berikut.
435
Tabel 102 Aset Tetap Gedung dan Bangunan per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Uraian
No.
31 Desember 2012
31 Desember 2011
01
SETJEN
02
ITJEN
03
DJA
6.839.554.676
04
DJP
4.544.423.951.761
05
DJBC
1.586.797.144.043
06
DJPU
07
DJPB
08
DJKN
09
BAPEPAM-LK
10
BPPK
11
BKF Jumlah
Kenaikan (Penurunan) Rp
%
2.977.791.894.067
2.888.840.748.158
88.951.145.909
3,08
3.749.181.414
2.343.493.115
1.405.688.299
59,98
1.114.400.000
5.725.154.676
513,74
4.448.160.218.335
96.263.733.426
2,16
1.461.215.455.598
125.581.688.445
8,59
62.561.850.800
27.152.885.000
35.408.965.800
130,41
1.345.060.156.380
1.208.680.059.659
136.380.096.721
11,28
320.157.489.129
282.360.924.737
37.796.564.392
13,39
0
395.843.550
(395.843.550)
(100,00)
349.886.435.712
314.910.919.015
34.975.516.697
11,11
1.749.669.000
368.730.000
1.380.939.000
374,51
11.211.918.159.435
10.635.543.677.167
576.374.482.268
5,42
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Gedung dan Bangunan pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 103 berikut.
Tabel 103 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN TRN SALDO AWAL (SAK)
Uraian 10.635.543.677.167
Koreksi SAK
20.236.317
Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya
194.255.849.179
Aset Tetap Renovasi
(92.640.540.435)
SALDO AWAL (SIMAKBMN)
10.737.179.222.228
MUTASI TAMBAH :
436
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
100
Penambahan Saldo Awal
101
Pembelian
102
Transfer Masuk
110.613.124.528
105
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
352.657.653.337
107
Reklasifikasi Masuk
195.668.828.937
112
Perolehan Lainnya
113
Penyelesaian Pembangunan Langsung
1.360.508.406
177
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
11.135.038.560
199
Perolehan Reklasifikasi Dari Intra ke Eks
2.986.887.972
202
Pengembangan Nilai Aset
37.519.767.730
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
21.757.272.910
205
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
37.286.359.617
206
Penerimaan Aset Tetap Renovasi
60.001.913.827
208
Pengembangan Melalui KDP Mutasi Tambah KDP Jumlah Mutasi Tambah
12.625.344.759 3.330.507.226
369.888.650
200.131.145.310 0 1.047.444.241.769
101
Pembelian
102
Transfer Masuk
110.613.124.528
105
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
352.657.653.337
107
Reklasifikasi Masuk
195.668.828.937
112
Perolehan Lainnya
113
Penyelesaian Pembangunan Langsung
1.360.508.406
177
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
11.135.038.560
199
Perolehan Reklasifikasi Dari Intra ke Eks
2.986.887.972
TRN Pengembangan Nilai Aset 202 URAIAN SALDO AWAL (SAK)
3.330.507.226
369.888.650
Uraian37.519.767.730
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
205
SAK Tim Penertiban Aset (+) Koreksi Nilai
20.236.317 37.286.359.617
206
Reklasifikasi Aset BLU Periode Sebelumnya Penerimaan Tetap Renovasi
194.255.849.179 60.001.913.827
208
Aset Tetap Renovasi Pengembangan Melalui KDP
(92.640.540.435) 200.131.145.310
SALDO AWAL (SIMAKBMN)
Mutasi Tambah KDP
21.757.272.910 10.635.543.677.167
10.737.179.222.2280 1.047.444.241.769
Jumlah Mutasi Tambah MUTASI KURANG TAMBAH :: MUTASI
SALDO AKHIR (SIMAKBMN)
100 201
Penambahan Saldo Awal Pengurangan Nilai Aset
12.625.344.7590
101 204
Pembelian Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)
3.330.507.226 -50.324.179.835
102 205
TransferNilai Masuk Koreksi Tim Penertiban Aset (-)
110.613.124.528 -10.636.058.675
105 301
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP Penghapusan
352.657.653.337 -77.886.200.758
302 107
Transfer Keluar Reklasifikasi Masuk
-111.134.991.347 195.668.828.937
112 304
Perolehan Lainnya Reklasifikasi Keluar
369.888.650 -195.324.735.262
305 113
Koreksi Pencatatan Penyelesaian Pembangunan Langsung
399 177
Penghapusan semu reklasifikasi Reklasifikasi Dari Asetkarena Lainnya ke Aset Tdari Intra ke ekstra
-6.421.911 11.135.038.560
401 199
Penghentiaan Aset DariDari Penggunaan Perolehan Reklasifikasi Intra ke Eks
-11.362.147.466 2.986.887.972
202
Mutasi kurang KDP Pengembangan Nilai Aset
37.519.767.730
204
JumlahPencatatan Mutasi Kurang Koreksi Nilai/Kuantitas (+)
(463.441.118.714) 21.757.272.910
205
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
11.321.182.345.283 37.286.359.617
206
Reklasifikasi BLU Tetap Renovasi Penerimaan Aset
(196.710.647.484) 60.001.913.827
208
Reklasifikasi AsetMelalui Tetap Renovasi Pengembangan KDP
87.446.461.636 200.131.145.310 11.211.918.159.4350
SALDO AKHIR (SAK)
Mutasi Tambah KDP
-6.766.383.460 1.360.508.406
Jumlah Mutasi Tambah
1.047.444.241.769
MUTASI KURANG :
Rincian mutasi Gedung dan Bangunan dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 104 berikut. 201
Pengurangan Nilai Aset
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas Tabel 104 (-)
Mutasi dan Bangunan 205 Rincian Koreksi NilaiGedung Tim Penertiban Aset (-) dari Belanja Modal
-10.636.058.675
Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Penghapusan
-77.886.200.758
301
533 MUTASI :
SALDO AKHIR (SIMAKBMN)
302 Transfer Keluar URAIAN BELANJA dan MUTASI 304 Reklasifikasi Keluar Belanja Modal Gedung dan Bangunan 305 Koreksi Pencatatan 399 Penghapusan semu karena reklasifikasi dari Intra ke ekstra Pembelian 401 Penghentiaan Aset Dari Penggunaan Penyelesaian pembangunan langsung Mutasi kurang KDP Pengembangan langsung Jumlah Mutasi Kurang Perolehan KDP Pengembangan KDP Reklasifikasi BLU
TOTAL MUTASI ASET
0 -50.324.179.835
Reklasifikasi Aset Tetap Renovasi
SELISIH SALDO AKHIR (SAK)
JUMLAH
-111.134.991.347 -195.324.735.262 710.862.344.644 -6.766.383.460 -6.421.911 3.330.507.226 -11.362.147.466 1.182.445.676
65.824.095.933 (463.441.118.714) 68.656.719.365 11.321.182.345.283 517.212.089.196 (196.710.647.484) 656.205.857.396 87.446.461.636 54.656.487.248 11.211.918.159.435
PENJELASAN SELISIH: Pembelian Ekstrakomptabel
40.368.300
BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain
63.293.690.032
Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari BM lain
(9.818.703.381)
Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai
(1.997.789.660)
Kurang/ Lebih kapitalisasi Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM)
2.915.947.389 222.974.568
437
Perolehan KDP
68.656.719.365
Pengembangan KDP
517.212.089.196 656.205.857.396
TOTAL MUTASI ASET
54.656.487.248
SELISIH PENJELASAN SELISIH:
40.368.300
Pembelian Ekstrakomptabel
63.293.690.032
BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain URAIAN BELANJA dan MUTASI Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari BM lain
JUMLAH
(9.818.703.381) (1.997.789.660) 710.862.344.644
533
Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai Belanja Modal Gedung dan Bangunan
MUTASI :
Kurang/ Lebih kapitalisasi
2.915.947.389
Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM) Pembelian
222.974.568 3.330.507.226
Penyelesaian pembangunan langsung
1.182.445.676
Pada Gedung dan bangunan senilai Rp11.211.918.159.435,00 terdapat rumah dinas sebanyak 10.398 rumah Pengembangan langsung 65.824.095.933 pada 7 unit Eselon I. Atas rumah dinas tersebut sebanyak 2.543 rumah masih dikuasai oleh pihak ketiga antara Perolehan KDP 68.656.719.365 lain dikuasai janda dari pensiunan pegawai, anak dari pensiunan pegawai, pihak ketiga diluar pegawai, dan Pengembangan KDP 517.212.089.196 lain-lain. Permasalahan tersebut telah ditindaklanjuti dengan pembentukan tim gabungan yang terdiri dari 656.205.857.396 TOTAL MUTASI ASET BPK, Pihak Ombudsman, Kejaksaan Agung, Kepolisian, dan Unit Eselon I di Kementerian Keuangan berdasarkan SELISIH Surat Keputusan nomor 239/KM.1/2013 tentang Tim Penyelesaian Sengketa BMN di Lingkungan54.656.487.248 Kementerian Keuangan. Rincian data rumah dinas yang dikuasai pihak ketiga per unit Eselon I dapat dilihat pada Lampiran LK PENJELASAN BA 015. SELISIH: 40.368.300
Pembelian Ekstrakomptabel
C.2.6. Gedung dan Bangunan BLU
63.293.690.032
BM Gedung Bangunan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain
(9.818.703.381) Perolehan/Pengembangan Bangunan 2012 dari BM lain BLU per 31Gedung Desember dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Gedung BLU Nilai Gedung dan Bangunan Rp194.225.849.179,00. Terjadi nilai Nilai Gedung dan Bangunan BLU sebesar Rp196.710.647.484,00 Rp196.710.647.484,00 dan (1.997.789.660) Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan darikenaikan Bel Barang/ Bel pegawai Rp2.454.798.305,00 atauKurang/ 1,26Lebih persen. Keseluruhan nilai tersebut merupakan nilai Gedung dan Bangunan BLU 2.915.947.389 kapitalisasi STAN pada BPPK. 222.974.568 Selisih SPM Sakpa-Simak (Koreksi Nilai Karena Pengembalian BM) Rincian Gedung dan Bangunan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 105 berikut.
Tabel 105 Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
01
BPPK
196.710.647.484
194.255.849.179
%
2.454.798.305
1,26
Mutasi/perubahan Gedung dan Bangunan BLU TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 106 berikut: Tabel 106 Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Transaksi SALDO AWAL
Jumlah 194.255.849.179,00
MUTASI TAMBAH Transfer Masuk Pengembangan Nilai Aset
67.376.100,00 542.471.910,00
Penerimaan Aset Tetap Renovasi
1.399.547.370,00
Pengembangan Melalui KDP
1.677.455.750,00 3.686.851.130,00
MUTASI KURANG Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
-1.232.052.825,00 -1.232.052.825
SALDO AKHIR
438
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
196.710.647.484,00
Terdapat mutasi Gedung dan Bangunan BLU dari Belanja Modal TA 2012 dengan uraian belanja modal dapat dilihat pada Tabel 107 berikut.
Tabel 107 Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan BLU dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN BELANJA dan MUTASI 5373
JUMLAH
Belanja Modal Gedung dan Bangunan BLU
50.000.000
MUTASI : Pengembangan langsung
542.471.910
TOTAL MUTASI ASET
542.471.910
SELISIH
(492.471.910)
PENJELASAN SELISIH: (492.471.910)
Dari belanja Modal Gedung Bangunan
C.2.7. Jalan, Irigasi, dan Jaringan Jalan Irigrasi, dan Jaringan sebesar Nilai Jalan dan Jembatan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp348.337.022.003,00 Rp348.573.649.280,00 dan Rp332.477.687.395,00. Terdapat peningkatan nilai aset Jalan dan Jembatan pada TA 2012 sebesar Rp16.095.961.885,00 atau 4,84 persen. Perbandingan rincian nilai Jalan dan Jembatan yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 108 berikut.
No.
Uraian
01
SETJEN
02
ITJEN
No. 03
DJA Uraian
04
DJP
05 01
DJBC SETJEN
06 02
Tabel 10831 Desember 2011 Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
31 Desember 2012
52.188.436.079 31 Desember 2012
43.438.646.825
0
0
Rp
%
8.749.789.254
20,14
0 (Penurunan) Kenaikan 0
0,00
0
31 Desember 2011 0
45.640.658.515
41.793.942.213
Rp 3.846.716.302
213.969.237.346 52.188.436.079
212.686.496.356 43.438.646.825
1.282.740.990 8.749.789.254
0,60 20,14
DJPK ITJEN
00
00
00
0,00 0,00
07 03
DJPU DJA
0
0
0
08 04
DJPB DJP
15.342.370.235 45.640.658.515
15.023.935.761 41.793.942.213
318.434.474 3.846.716.302
0,00 2,12 9,20
09 05
DJKN DJBC
3.639.238.976 213.969.237.346
3.011.679.772 212.686.496.356
627.559.204 1.282.740.990
20,84 0,60
10 06
BAPEPAM-LK DJPK
0
0
0
0,00
11 07
BPPK DJPU
17.625.091.6340
16.354.369.9730
1.270.721.6610
12 08
BKF DJPB
168.616.495 15.342.370.235
168.616.495 15.023.935.761
318.434.4740
7,77 0,00 2,12 0,00
09
DJKN Jumlah
348.573.649.280 3.639.238.976
332.477.687.395 3.011.679.772
16.095.961.885 627.559.204
4,84 20,84
10
BAPEPAM-LK
0
0
0
0,00
11
BPPK
17.625.091.634
16.354.369.973
1.270.721.661
7,77
12
BKF
168.616.495
168.616.495
0
0,00
348.573.649.280
332.477.687.395
16.095.961.885
4,84
%
Adapun rincian mutasi/perubahan nilai aset Jalan dan Jembatan dapat dilihat pada Tabel 109 berikut.
Jumlah
0,00 9,20
439
Tabel 109 Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN TRN SALDO AWAL (SAK)
Uraian 332.477.687.395
Koreksi SAK Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya SALDO AWAL (SIMAK BMN)
0 18.437.121.332 350.914.808.727
MUTASI TAMBAH :
0 17.894.065.286
100
Penambahan Saldo Awal
101
Pembelian
102
Transfer Masuk
105
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
14.847.857.997
107
Reklasifikasi Masuk
20.285.304.909
113
Penyelesaian Pembangunan Langsung
389.365.769
177
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
5.150.000
202
Pengembangan Nilai Aset
964.157.100
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
116.522.060
205
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
248.268.952
206
Penerimaan Aset Tetap Renovasi
134.177.000
208
Pengembangan Melalui KDP Mutasi Tambah KDP Jumlah Mutasi Tambah
4.621.169.350 151.800.000
13.782.957.273 0 73.440.795.696
MUTASI KURANG : 204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)
-2.760.965.278
205
Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (-)
-5.104.619.685
301
Penghapusan
304
Reklasifikasi Keluar
-48.797.358.274
305
Koreksi Pencatatan
-32.058.750
401
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan Mutasi kurang KDP Jumlah Mutasi Kurang
SALDO AKHIR (SIMAK BMN)
440
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
-405.374.670 0 (57.344.833.811) 367.010.770.612
Reklasifikasi BLU SALDO AKHIR (SAK)
-244.457.154
(18.437.121.332) 348.573.649.280
Rincian mutasi Jalan dan Jembatan dari belanja modal pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 110 berikut.
Tabel 110 Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 URAIAN BELANJA DAN MUTASI 5341
JUMLAH
Belanja Modal Jalan, irigasi dan jaringan
3.961.122.061
Pembelian
4.703.569.612
TOTAL BELANJA MUTASI : 389.365.769
Penyelesaian pembangunan langsung
700.251.600
Pengembangan langsung
1.039.002.929
Perolehan KDP
10.272.761.648
Pengembangan KDP TOTAL MUTASI ASET
17.104.951.558
SELISIH
(13.143.829.497)
PENJELASAN SELISIH: 403.830.000
BM Jalan Irigasi dan Jaringan untuk Pengembangan/Perolehan Aset Lain
(13.542.759.497)
Perolehan/Pengembangan Jalan Irigasi dan Jaringan dari BM lain
(4.900.000)
Perolehan/Pengembangan Gedung Bangunan dari Bel Barang/ Bel pegawai Kurang/ Lebih Kapitalisasi
-
Selisih SPM Simak Sakpa
-
C.2.8. Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU Jalan, irigasi, dan jaringan BLU Nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp Rp18.437.121.332,00 Rp18.437.121.332,00 dan Rp18.437.121.332,00. Nilai tersebut merupakan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU pada PIP Setjen dan STAN BPPK. Rincian Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per eselon I dapat dilihat pada Tabel 111 berikut.
Tabel 111 Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
1
SETJEN
2
BPPK Jumlah
%
73.072.318
73.072.318
0
0,00
18.364.049.014
18.364.049.014
0
0,00
18.437.121.332
18.437.121.332
0
0,00
Selama TA 2012 tidak terdapat mutasi/perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan BLU.
441
C.2.9. Aset Tetap Lainnya Aset Tetap Lainnya Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp26.339.299.995,00 Rp26.339.299.995,00 dan Rp21.169.879.443,00 . Terdapat peningkatan nilai aset tetap Lainnya pada TA 2012 sebesar Rp5.169.420.552,00 atau 24,42 persen. Perbandingan rincian nilai Aset Tetap Lainnya yang dimiliki UAPPA-E I lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 112 berikut.
Tabel 112 Aset Tetap Lainnya per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Kenaikan (Penurunan) No.
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011 Rp
%
01
SETJEN
2.217.345.527
1.853.777.082
363.568.445
19,61
02
ITJEN
752.055.322
722.106.711
29.948.611
4,15
03
DJA
551.529.369
522.608.169
28.921.200
5,53
04
DJP
5.247.757.003
4.574.400.565
673.356.438
14,72
05
DJBC
7.644.065.103
4.537.412.504
3.106.652.599
68,47
06
DJPK
542.031.502
442.041.682
99.989.820
22,62
07
DJPU
419.278.426
419.278.426
0
-
08
DJPB
1.263.129.140
1.095.420.952
167.708.188
15,31
09
DJKN
1.083.886.092
815.173.702
268.712.390
32,96
10
BAPEPAM-LK
0
173.861.145
(173.861.145)
(100,00)
11
BPPK
6.038.913.211
5.509.981.305
528.931.906
9,60
12
BKF
579.309.300
503.817.200
75.492.100
14,98
26.339.299.995
21.169.879.443
5.169.420.552
24,42
Jumlah
Adapun mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 113 berikut.
Tabel 113 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN TRN
Uraian
SALDO AWAL (SAK)
21.169.879.443 Koreksi SAK Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya
11.467.292.040
Aset Tetap Renovasi
92.640.540.435
Aset yang dihentikan BLU SALDO AWAL (SIMAK BMN)
(31.129.000) 125.246.582.918
MUTASI TAMBAH :
442
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
100
Penambahan Saldo Awal
101
Pembelian
102
Transfer Masuk
105
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
107
Reklasifikasi Masuk
113
Penyelesaian Pembangunan Langsung
177
Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
202
Pengembangan Nilai Aset
2.000.000 16.904.248.456 7.277.737.025 36.999.722.520 194.636.200 1.176.606.273 6.112.000 16.842.626.456
SALDO AWAL (SAK)
21.169.879.443 Koreksi SAK Reklasifikasi BLU Periode Sebelumnya
11.467.292.040
Aset Tetap Renovasi
92.640.540.435
Aset yang dihentikan BLU
(31.129.000)
SALDO AWAL (SIMAK BMN)
125.246.582.918
MUTASI TAMBAH : Penambahan Saldo Awal
100 URAIAN TRN
101 SALDO AWAL (SAK)
Pembelian
2.000.000 Uraian 16.904.248.456 21.169.879.443 7.277.737.025
102
Transfer Masuk
105
Penyelesaian Koreksi SAK Pembangunan Dengan KDP
36.999.722.520
107
BLU Periode Sebelumnya Reklasifikasi Masuk
11.467.292.040 194.636.200
113
Aset Tetap Renovasi Penyelesaian Pembangunan Langsung
92.640.540.435 1.176.606.273
177
Aset yang dihentikan Reklasifikasi Dari AsetBLU Lainnya ke Aset T
(31.129.000) 6.112.000
SALDO AWAL (SIMAK BMN)
202
Pengembangan Nilai Aset
MUTASI TAMBAH :
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (+)
100 205
Penambahan Saldo Awal Aset (+) Koreksi Nilai Tim Penertiban
101 208
Pembelian Pengembangan Melalui KDP
102
TransferTambah Masuk KDP Mutasi
105
Penyelesaian Pembangunan Jumlah Mutasi Tambah Dengan KDP
107
Reklasifikasi Masuk
204 113
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-) Penyelesaian Pembangunan Langsung
-14.056.707.751 1.176.606.273
301 177
Penghapusan Reklasifikasi Dari Aset Lainnya ke Aset T
-5.854.400.000 6.112.000
202 302
Pengembangan Transfer Keluar Nilai Aset
16.842.626.456 -69.888.678.872
304 204
Reklasifikasi Keluar Nilai/Kuantitas (+) Koreksi Pencatatan
-2.853.231.761 13.605.806.400
401 205
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset (+)
208
Mutasi kurang KDP Pengembangan Melalui KDP
MUTASI KURANG :
SALDO AKHIR (SIMAK BMN) MUTASI KURANG : SALDO AKHIR (SAK)
125.246.582.918 16.842.626.456 13.605.806.400 2.000.000 16.185.998 16.904.248.456 1.500.000 7.277.737.025 36.999.722.520 93.027.181.328 194.636.200
-27.076.400 16.185.998 1.500.000
Mutasi JumlahTambah MutasiKDP Kurang
(92.680.094.784)
Jumlah Mutasi Tambah
125.593.669.462 93.027.181.328
Reklasifikasi BLU
(11.807.907.831)
204
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas Reklasifikasi Aset Tetap Renovasi (-)
-14.056.707.751 (87.446.461.636)
301
Penghapusan
-5.854.400.000 26.339.299.995
302
Transfer Keluar
-69.888.678.872
304
Reklasifikasi Keluar
401
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan
Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya dari belanja modal dapat dilihat pada Tabel 114 berikut.
-2.853.231.761 -27.076.400
Mutasi kurang KDP
114 Jumlah MutasiTabel Kurang Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah)
SALDO AKHIR (SIMAK BMN) Transfer Keluar
125.593.669.462
Reklasifikasi BLU
(11.807.907.831)
Reklasifikasi Aset Tetap Renovasi
(87.446.461.636)
URAIAN BELANJA DAN MUTASI
SALDO AKHIR (SAK)
(92.680.094.784)
JUMLAH 26.339.299.995
MUTASI TERKAIT BELANJA : Pembelian INTRA pembelian EKSTRA Penyelesaian pembangunan langsung
22.765.818.897 2.942.500 12.301.566.734
Pengembangan langsung
6.763.087.554
Perolehan KDP
2.659.505.287
Pengembangan KDP TOTAL MUTASI ASET
24.851.417.664 69.344.338.636
BELANJA PEROLEHAN/PENGEMBANGAN ATL : 51 atau '52
Belanja Pegawai/ Belanja Barang
531
Belanja Modal Tanah
532
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
533
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
534
Belanja Modal JIJ
536
Belanja Modal Lainnya
537
Belanja Modal BLU
TOTAL BELANJA SELISIH
55.292.000 6.461.728.500 47.166.730.505 13.938.150 15.643.706.981 69.341.396.136 2.942.500
443
Penyelesaian pembangunan langsung
12.301.566.734
Pengembangan langsung
6.763.087.554
Perolehan KDP
2.659.505.287 24.851.417.664 69.344.338.636
Pengembangan KDP TOTAL MUTASI ASET BELANJA PEROLEHAN/PENGEMBANGAN ATL : 51 atau '52
55.292.000
Belanja Pegawai/ Belanja Barang
531 Belanja Modal Tanah Transfer Keluar 532 Belanja Modal Peralatan dan Mesin URAIAN 533 Belanja Modal Gedung danBELANJA BangunanDAN MUTASI
6.461.728.500 JUMLAH 47.166.730.505
Modal 534 MUTASI TERKAITBelanja BELANJA : JIJ
13.938.150
537
15.643.706.981 22.765.818.897 2.942.500-
SELISIH
69.341.396.136 12.301.566.734 2.942.500 6.763.087.554
Belanja Modal Lainnya Pembelian INTRA
536
Belanja Modal BLU pembelian EKSTRA TOTAL BELANJA Penyelesaian pembangunan langsung Pengembangan langsung
PENJELASAN SELISIH: Perolehan KDP
2.659.505.287 2.942.500 24.851.417.664 69.344.338.636
Kurang/ Lebih Kapitalisasi Pengembangan KDP TOTAL MUTASI ASET
C.2.10.BELANJA AsetPEROLEHAN/PENGEMBANGAN Tetap Lainnya BLUATL : 51 atau '52
Belanja Pegawai/ Belanja Barang
536
Belanja Modal Lainnya
537
Belanja Modal BLU
55.292.000
Aset Tetap Lainnya Nilai Aset Lainnya BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar 531 Tetap Belanja Modal Tanah BLU Rp11.807.907.831,00 Rp11.807.907.831,00 dan Rp11.467.292.040,00. Nilai tersebut merupakan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada PIP 532 6.461.728.500 Belanja Modal Peralatan dan Mesin Setjen dan STAN BPPK. Terdapat kenaikan nilai Aset Tetap Lainnya BLU pada TA 2012 sebesar Rp340.615.791,00 533 47.166.730.505 atau 2,97 persen. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal JIJ 13.938.150 534 Rincian Aset Tetap Lainnya BLU per eselon I 2012 dapat dilihat pada Tabel 115 berikut. 15.643.706.981 69.341.396.136
Tabel 115 Aset Tetap Lainnya BLU per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
TOTAL BELANJA SELISIH PENJELASAN SELISIH:
2.942.500
Kurang/ Lebih Kapitalisasi No
Uraian
2.942.500
Kenaikan (Penurunan)
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rp
%
01
SETJEN
3.612.539.380
3.643.668.380
(31.129.000)
(0,85)
02
BPPK
8.195.368.451
7.823.623.660
371.744.791
4,75
11.807.907.831
11.467.292.040
340.615.791
2,97
Jumlah
Mutasi/perubahan Aset Tetap Lainnya BLU TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 116 berikut
Tabel 116 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Transaksi SALDO AWAL
Jumlah 11.436.163.040,00
MUTASI TAMBAH Pembelian
233.174.791,00
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
263.705.000,00
Pengembangan Melalui KDP
1.500.000,00 498.379.791,00
MUTASI KURANG Transfer Keluar
-126.635.000,00 -126.635.000,00
SALDO AKHIR
444
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
11.807.907.831,00
Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya BLU dari Belanja Modal dapat dilihat pada Tabel 117 berikut.
Tabel 117 Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya BLU dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) URAIAN BELANJA DAN MUTASI
JUMLAH
Belanja Modal BLU
5376
-
MUTASI : 233.174.791
Pembelian TOTAL MUTASI ASET
233.174.791
SELISIH
(233.174.791)
PENJELASAN SELISIH: (233.174.791)
Dari belanja Modal Aset Tetap Lainnya
C.2.11. Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp677.317.480.494,00 Rp677.317.480.494,00 dan Rp698.283.768.910,00. Terdapat penurunan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2012 sebesar Rp20.966.288.416,00 atau 3,00 persen. Perbandingan rincian nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan yang dimiliki UAPPA-EI lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan per 31 Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 118 berikut. Tabel 118 Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No
Uraian
01
SETJEN
02
ITJEN
03
DJA
04 05
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Rp
%
170.256.416.552
(38.823.611.949)
(22,80)
308.808.000
0
308.808.000
0,00
DJP
349.138.895.914
304.223.274.958
44.915.620.956
14,76
DJBC
51.752.290.618
39.294.366.591
12.457.924.027
31,70
06
DJPK
0
07
DJPU
0
40.296.178.800
(40.296.178.800)
(100,00)
08
DJPB
115.687.671.970
108.606.931.562
7.080.740.408
6,52
19.762.973.374
3.898.707.630
15.864.265.744
406,91
0
0
0
9.184.783.515
31.670.168.317
(22.485.384.802)
0,00 (71,00)
49.252.500
37.724.500 698.283.768.910
11.528.000
30,56
(20.966.288.416)
(3,00)
09
DJKN
10
BAPEPAM-LK
11
BPPK
12
BFK Jumlah
131.432.804.603 0
677.317.480.494
445
Adapun mutasi/perubahan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan pada TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 119 berikut.
Tabel 119 Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian
Jumlah
SALDO AWAL KDP
698.283.768.910
MUTASI TAMBAH 501 (Saldo Awal KDP)
3.002.462.210
502 (Perolehan/Penambahan KDP)
98.091.545.361
503 (Pengembangan KDP)
723.260.823.156
504 (Koreksi Nilai KDP)
4.564.183.276
506 (reklasifikasi KDP menjadi Barang Jadi)
146.534.000 829.065.548.003
MUTASI KURANG 505 (Penghapusan/ Penghentian KDP)
(9.344.262.380)
507 (Transfer Keluar KDP)
(2.497.802.402)
599 (Reklasifikasi KDP menjadi Barang Jadi)
(827.302.484.907) (839.144.549.689)
SALDO AKHIR KDP (SIMAK)
688.204.767.224
REKLASIFIKASI BLU
10.887.286.730
SALDO AKHIR KDP (SAKPA)
677.317.480.494
C.2.12. Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing Rp10.887.286.730,00 sebesar Rp10.887.286.730,00 dan Rpnihil. Nilai tersebut merupakan nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU pada STAN BPPK. Rincian Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU pereselon I dapat dilihat pada Tabel 120 berikut.
Tabel 120 Aset Tetap KDP BLU per Unit Eselon 1 Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 Kenaikan (Penurunan) No.
446
Uraian
31 Desember 2012
31 Desember 2011
50.000.000
Rp
%
01
SETJEN
0
50.000.000
02
BPPK
10.837.286.730
0
10.837.286.730
0,00
Jumlah
10.887.286.730
0
0
0,00
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
0,00
Mutasi/perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU TA 2012 dapat dilihat pada Tabel 121 berikut.
Tabel 121 Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Uraian Transaksi Saldo Awal
Jumlah 0,00
Mutasi tambah 502 (perolehan/Penambahan KDP) 503 (Pengembangan KDP)
2.661.504.431,00 14.497.910.269,00 17.159.414.700,00
Mutasi kurang 504 (Koreksi Nilai KDP) 599 (Reklasifikasi KDP menjadi Barang Jadi)
-479.715.470,00 -5.792.412.500,00 -6.272.127.970,00
Saldo akhir
10.887.286.730,00
447
C.3 Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang Nilai Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp170.783.795,00 Rp170.783.795,00 dan Rp26.311.480,00, seluruhnya merupakan saldo Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). RincianPiutang Jangka Panjang dapat dilihat pada Tabel 122 berikut.
Tabel 122 Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Uraian Tagihan Tuntutan Perbendaharaan / TGR Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - TP/ TGR Tagihan TP/ TGR - Netto Jumlah
31 Desember 2011
31 December 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
171.642.005
26.443.698
145.198.307
549,08
(858.210)
(132.218)
(725.992)
549,09
170.783.795
26.311.480
144.472.315
549,08
170.783.795
26.311.480
144.472.315
549,08
C.3.1 Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang ada pada Kementerian Keuangan hanya berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Tuntutan Ganti Rugi. Nilai Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR merupakan tagihan yang jatuh tempo lebih dari Rp171.642.005,00 12 bulan mendatang. Nilai bruto Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp171.642.005,00 dan Rp26.443.698,00. Berkurangnya nilai Tagihan Tuntutan Ganti Rugi/TGR tersebut dikarenakan adanya pelunasan ganti rugi, dan reklasifikasi akun Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi menjadi akun Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi. Rincian Tuntutan Perbendaharaan/ TGR Bruto dapat dilihat pada Tabel 123 berikut.
Tabel 123 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Bruto per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) 31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
0
9.000.000
(9.000.000)
(100,00)
DJP
14.750.005
8.332.014
6.417.991
77,03
DJBC
1.797.000
1.400.000
392.000
28,00
DJPB
150.000.000
3.841.684
146.158.316
3.804,54
Unit Eselon I ITJEN
DJKN JUMLAH
448
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
%
5.100.000
3.870.000
1.230.000
31,78
171.642.005
26.443.698
300.651.576
1.136,95
Adapun rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR Neto per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 124 berikut.
Tabel 124 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I Neto per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2011
31 Desember 2012
ITJEN
Kenaikan (Penurunan)
%
0
8.955.000
(8.955.000)
(100,00)
DJP
14.676.255
8.290.354
6.385.901
77,03
DJBC
1.783.040
1.393.000
390.040
28,00
DJPB
149.250.000
3.822.476
145.427.524
3.804,54
DJKN
5.074.500
3.850.650
1.223.850
31,78
170.783.795
26.311.480
144.472.315
549,08
JUMLAH
Adapun daftar rincian Tuntutan Perbendaharaan/TGR dapat dilihat pada lampiran daftar Tagihan TGR Kementerian Keuangan TA 2012. C.3.2 Penyisihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Tuntutan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih – Tagihan TP/TGR adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase Perbendaharaan/ tertentu dari akun Tagihan TP/TGR berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Tuntutan Ganti Rugi (Rp858.210,00) Penyajian akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/ PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga. Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih–Tagihan TP/TGR periode 31 Desember 2012 sebesar (Rp858.210,00) dihitung berdasarkan persentase penyisihan piutang sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga. Rincian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih –Tagihan TP/TGR dapat dilihat pada Tabel 125 berikut.
Tabel 125 Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
Nilai Bruto
Penyisihan
Nilai Neto
DJP
14.750.005
(73.750)
14.676.255
DJBC
1.792.000
(8.960)
1.783.040
DJPB
150.000.000
(750.000)
149.250.000
5.100.000
(25.500)
5.074.500
(858.210)
170.783.795
DJKN JUMLAH
171.642.005
449
C.4. Aset Lainnya Aset Lainnya Nilai Aset Lainnya per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp900.837.494.078,00 Rp900.837.494.078,00 dan Rp801.350.196.060,00 merupakan saldo Aset Tak Berwujud, Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum, Aset Lain-lain dan Aset Lain-lain- Badan Layanan Umum. RincianAset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Tabel 126 berikut. Tabel 126 Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 dalam rupiah) Uraian Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwujud - BLU Aset Lain - lain
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
518.108.669.309
474.893.975.396
43.214.693.913
9,10
3.177.745.040
2.898.446.790
279.298.250
9,64
379.512.337.729
248.393.281.860
131.119.055.869
52,79
75.164.492.014
(75.125.750.014)
(99,95)
801.350.196.060
99.487.298.018
12,41
Aset Lain - lain-BLU
38.742.000
Jumlah
31 Desember 2011
900.837.494.078
Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset dapat dilihat pada Grafik 21 berikut. Grafik 21 Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012
Aset lain-lain-BLU 0,00%
Aset Lain-lain 42,13%
Aset Tak Berwujud 57,51%
Aset Tak Berwujud-BLU 0,35%
C.4.1. Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwujud Nilai Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp518.108.669.309,00 Rp518.108.669.309,00 dan Rp474.893.975.396,00. Aset Tak Berwujud terdiri dari Software, Lisensi, Hasil Kajian/ Penelitian, dan Aset Tak Berwujud Lainnya.
450
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Rincian Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 127 berikut. Tabel 127 Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I Software Lisensi Hasil Kajian Aset Tak Berwujud Lainnya Jumlah
31 Desember 2011
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
452,722,715,729
409,152,806,967
43,569,908,762
10.65
40,289,625,584
36,874,147,584
3,415,478,000
9.26
828,985,000
828,985,000
0
0.00
24,267,342,996
28,038,035,845
(3,770,692,849)
(13.45)
518,108,669,309
474,893,975,396
43,214,693,913
9.10
Rincian Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 128 berikut. Tabel 128 Aset Tak Berwujud per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon SETJEN
31 Desember 2011
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
107.131.056.402
75.401.042.390
31.730.014.012
42,08
ITJEN
8.727.854.688
8.177.453.342
550.401.346
6,73
DJA
4.997.499.933
4.884.969.933
112.530.000
2,30
DJP
242.253.533.046
235.652.806.089
6.600.726.957
2,80
DJBC
102.149.641.171
79.838.215.247
22.311.425.924
27,95
DJPK
2.145.199.377
2.097.599.377
47.600.000
2,27
DJPU
8.334.116.005
7.825.404.405
508.711.600
6,50
DJPB
15.029.739.280
17.449.000.108
(2.149.260.828)
(13,86)
DJKN
14.168.137.051
15.284.332.726
(1.116.195.675)
(7,30)
0
16.414.368.825
(16.414.368.825)
(100,00)
8.086.040.522
7.764.132.822
321.907.700
4,15
981.201.702
23,90
43.214.693.913
9,10
BAPEPAM-LK BPPK BKF JUMLAH
5.085.851.834 518.108.669.309
4.104.650.132 474.893.975.396
Apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2011, Aset Tak Berwujud mengalami kenaikan sebesar Rp43.214.693.913,00. Kenaikan yang signifikan terutama terjadi pada Unit Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kenaikan Aset Tak Berwujud pada Sekretariat Jenderal sebesar Rp31.730.014.012,00 selain karena pembelian software oleh Pusintek juga karena transfer masuk Aset Tak Berwujud dari Bapepam-LK. Sedangkan kenaikan Aset Tak Berwujud pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar Rp22.311.425.924,00 merupakan perolehan software/aplikasi Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai.
451
Mutasi/perubahan Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada Tabel 129 berikut. Tabel 129 Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud (dalam rupiah) SALDO AWAL
474.893.975.396 71.254.696.794
MUTASI TAMBAH Penambahan Saldo Awal
9.507.302 44.730.246.470
Pembelian Pengembangan Nilai Aset
1.647.164.825
Penyelesaian Pembangunan Dengan KDP
3.541.822.387 4.207.409.615
Reklasifikasi Masuk Transfer Masuk
17.118.546.195
MUTASI KURANG
(28.040.002.881)
Koreksi Pencatatan Nilai/Kuantitas (-)
(3.494.333.578)
Penghentian Aset Dari Penggunaan
(3.159.967.959)
Reklasifikasi Keluar
(4.167.825.149)
Transfer Keluar
(17.217.876.195)
SALDO AKHIR
518.108.669.309
C.4.2. Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum Aset Tak Berwujud BLU Nilai Aset Tak Berwujud - BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp3.177.745.040,00 Rp3.177.745.040,00 dan Rp2.898.446.790,00. Aset Tak Berwujud - BLU tersebut merupakan Aset Tak Berwujud Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Rincian Aset Tak Berwujud- BLU dapat dilihat pada Tabel 130 berikut. Tabel 130 Aset Tak Berwujud BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
%
SETJEN
892.533.790
892.533.790
0
0,00
BPPK
2.285.211.250
2.005.913.000
279.298.250
13,92
JUMLAH
3.177.745.040
2.898.446.790
279.298.250
9,64
Dibandingkan dengan periode 31 Desember 2011, Aset Tak Berwujud - BLU mengalami kenaikan sebesar Rp279.298.250,00 atau 9,64 persen. Kenaikan tersebut berasal dari kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Aset Tak Berwujud Sekretariat Jenderal per 31 Desember 2012 sebesar Rp892.533.790,00 berupa perangkat sistem informasi manajemen PIP; aplikasi cash management dan investasi jangka pendek PIP; website dan webmail PIP serta sistem pengelolaan kinerja (pendekatan balanced scorecard) dan kompetensi berbasis web. Adapun Aset Tak Berwujud BPPK per 31 Desember 2012 sebesar Rp2.285.211.250,00 merupakan Software Sistem Informasi Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Keuangan (STAN).
452
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Rincian Aset Tak Berwujud - BLU per jenis aset dapat dilihat pada Tabel 131 berikut. Tabel 131 Aset Tak Berwujud BLU Per Jenis Aset (dalam rupiah) Nilai
Uraian
3.010.670.040
Software - Badan Layanan Umum
167.075.000
Aset Tak Berwujud Lainnya - Badan Layanan Umum
3.177.745.040
JUMLAH
C.4.3. Aset Lain-lain Aset Lain-lain Nilai Aset Lain-lain per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp379.512.337.729,00 Rp379.512.337.729,00 dan Rp248.393.281.860,00. Rincian Aset Lain-lain dapat dilihat pada Tabel 132 berikut. Tabel 132 Aset Lain-lain per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2011
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
SETJEN
18.186.753.884
5.897.161.885
ITJEN
1.455.032.139
1.455.032.139
0
0,00
DJA
392.012.500
2.121.043.217
(1.729.030.717)
(81,52)
DJP
159.637.213.628
111.775.086.480
47.862.127.148
42,82
DJBC
109.986.144.883
59.603.901.693
50.382.243.190
84,53
12.289.591.999
208,40
DJPK
627.297.279
153.297.279
474.000.000
309,20
DJPB
56.326.590.000
48.120.869.752
8.205.720.248
17,05
DJKN
14.143.087.418
9.969.842.186
4.173.245.232
41,86
0
859.816.400
(859.816.400)
(100,00)
14.968.991.611
8.437.230.829
6.531.760.782
77,42
3.789.214.387
0
3.789.214.387
0,00
BAPEPAM-LK BPPK BKF JUMLAH
379.512.337.729
248.393.281.860
131.119.055.869
52,79
Aset Lain-lain sebesar Rp379.512.337.729,00 seluruhnya merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan. Terdapat perbedaan saldo akhir akun Aset Tetap per 31 Desember 2012 yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan (166112) pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca pada SIMAK-BMN sebesar Rp3.034.574.820,00 dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 133 berikut.
453
Tabel 133 Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam Kegiatan Operasional Pemerintahan pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca (dalam rupiah) Unit Eselon I
SAK 31 Desember 2012
SIMAK-BMN 31 Desember 2012
Selisih
SETJEN
18.186.753.884
18.265.276.179
(78.522.295)
ITJEN
1.455.032.139
1.473.461.139
(18.429.000)
DJA
392.012.500
392.012.500
0
DJP
159.637.213.628
159.656.413.628
(19.200.000)
DJBC
109.986.144.883
110.645.900.133
(659.755.250)
DJPK
627.297.279
640.442.279
(13.145.000)
DJPU
0
0
0
DJPB
56.326.590.000
57.243.777.450
(917.187.450)
DJKN
14.143.087.418
14.143.087.418
0
0
0
0
BPPK
14.968.991.611
16.225.257.436
(1.256.265.825)
BKF
3.789.214.387
3.861.284.387
(72.070.000)
BAPEPAM-LK
JUMLAH
379.512.337.729
382.546.912.549
(3.034.574.820)
1. Selisih kurang pada Eselon I Setjen sebesar Rp78.522.295,00 merupakan write-off nilai aset rusak berat yang hilang pada GKN Denpasar I, GKN Denpasar II, dan Kantor Pusat Setjen sebesar Rp47.393.295,00, dan aset BLU pada Pusat Investasi Pemerintah sebesar Rp31.129.000,00 yang direklasifikasi ke Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan - BLU; 2. Selisih kurang sebesar Rp18.429.000,00 pada Inspektorat Jenderal merupakan write-off 1 unit sepeda motor hilang yang belum diterbitkan SK penghapusan; 3. Selisih kurang sebesar Rp19.200.000,00 pada Direktorat Jenderal Pajak merupakan write-off 2 unit sepeda motor di Kanwil DJP Sumatera Utara I dan Kanwil DJP Jakarta Timur yang hilang dan belum dihapuskan dari Laporan BMN masing-masing senilai Rp11.200.000,00 dan Rp8.000.000,00; 4. Selisih kurang sebesar Rp659.755.250,00 pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan write-off 5 Unit mobil hilang pada KPPBC Bogor Rp147.680.000,00, KPPBC Merak Rp147.966.000,00, KPPBC Tangerang Rp138.380.000,00, Kantor Pusat Rp39.860.000,00, KPPBC Purwakarta Rp147,833,000,00; 4 unit sepeda motor pada Kanwil DJBC Sumbagsel Rp10.200.000,00,KPPBC Bogor Rp7.101.250,00, KPPBC Lampung Rp8.906.000,00dan KPPBC Manado Rp11.270.000,00; serta terdapat senjata api yang hilang pada KPPBC Merauke sebesar Rp559.000,00; 5. Selisih kurang sebesar Rp13.145.000,00 pada Ditjen Perimbangan Keuangan merupakan write-off 1 unit laptop merk Toshiba sebesar Rp13.145.000,00; 6. Selisih kurang sebesar Rp917.187.450,00 pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan merupakan write-off 5 unit mobil hilang pada KP DJPB sebesar Rp173.640.500,00, KPPN Banjarnegara sebesar Rp219.800.000,00, KPPN Cirebon sebesar Rp219.410.000,00, Kanwil DJPB Provinsi Sumsel sebesar Rp19.165.250,00, dan Kanwil DJPB Provinsi Maluku sebesar Rp31.500.000,00;5unit sepeda motor hilang yaitu 4 unit pada KP DJPB senilai total Rp57.759.700,00 dan 1 unit pada Kanwil DJPB Provinsi Jawa Barat sebesar Rp9.952.000,00 dan compact disc yang hilang pada Kanwil DJPB Papua sebesar Rp185.960.000,00; 7. Selisih kurang sebesar Rp1.256.265.825,00 pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan merupakan write-off Gedung B STAN yang telah dibongkar namun belum melalui mekanisme penghapusan sebesar Rp1.232.052.825,00, aset hilang berupa 1 unit laptop merk Toshiba yang belum dihapuskan sebesar Rp16.600.000,00 dan reklasifikasi ke Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan - BLU sebesar Rp7.613.000,00.
454
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
8. Selisih kurang sebesar Rp72.070.000,00 pada Badan Kebijakan Fiskal merupakan write-off Bangunan Gudang Arsip yang dihancurkan pada TA 2012 namun KMK Penghapusan Aset tersebut terbit pada bulan Januari 2013.
C.4.4. Aset Lain-lain - Badan Layanan Umum Aset Lain-lain - BLU Nilai Aset Lain-lain - BLU per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp38.742.000,00 Rp38.742.000,00 dan Rp75.164.492.014,00. Rincian Aset Lain-lain - BLU dapat dilihat pada Tabel 134 berikut.
Tabel 134 Aset Lain-lain - BLU per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
%
SETJEN
31.129.000
75.156.978.014
(75.125.849.014)
(99,96)
BPPK
7.613.000
7.514.000
99.000
1,32
38.742.000
75.164.492.014
(75.125.750.014)
(99,95)
JUMLAH
Aset Lain-lain - BLU pada Sekretariat Jenderal sebesar Rp31.129.000,00 merupakan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan-BLU yang dihentikan dari penggunaan karena kondisinya rusak berat dan menunggu proses penghapusan. Aset Lain-lain - BLU pada BPPK sebesar Rp7.613.000,00 merupakan BMN yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) serta dalam proses penghapusan. Penambahan Aset Lain-lain – BLU terjadi karena perbedaan nilai penghapusan aset hilang antara SAKPA dan SIMAK. Pada periode sebelumnya, terdapat penghapusan Aset Lain-lain – BLU pada SAKPA senilai Rp150.569.000,00, namun kondisi yang sebenarnya hanya senilai Rp150.470.000,00 sehingga menimbulkan selisih Rp99.000,00 yang ditambahkan pada saldo Aset Lain-lain – BLU pada SAKPA. Apabila dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2011, Aset Lain-lain BLU mengalami penurunan signifikan sebesar Rp75.125.750.014,00. Penurunan tersebut terjadi karena serah terima Endowment Fund dari PIP sebagai satker pencatat sementara kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pada LPDP, dana tersebut dibukukan sebagai Pendapatan Pengelola Dana Lainnya.
C.5. Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Pendek Nilai Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp814.697.948.478,00 Rp814.697.948.478,00 dan Rp806.982.593.139,00. Kewajiban Jangka Pendek ini terdiri dari Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan, Pendapatan Diterima Dimuka, Uang Muka, Uang Muka dari KPPN, dan Pendapatan yang Ditangguhkan. Rincian Kewajiban Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 135 berikut.
455
Tabel 135 Rincian Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Uraian
31 Desember 2011
31 Desember 2012
Utang kepada Pihak Ketiga Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan Yang Ditangguhkan Jumlah
%
39.060.216.445
17.174.929.541
21.885.286.904
127,43
753.033.696.543
704.320.653.776
48.713.042.767
6,92
4.367.814.771
1.583.445.635
2.784.369.136
175,84
0
4.155.000
(4.155.000)
(100,00)
8.796.376.249
1.435.505.756
7.360.870.493
512,77
9.439.844.470
82.463.903.431
(73.024.058.961)
(88,55)
814.697.948.478
806.982.593.139
7.715.355.339)
0,96
Uang Muka Uang Muka dari KPPN
Kenaikan (Penurunan)
C.5.1. Utang Kepada Pihak Ketiga Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp39.060.216.445,00dan Rp17.174.929.541,00. Utang Kepada Pihak Ketiga Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel136 berikut. Rp39.060.216.445,00 Tabel 136 Utang Kepada Pihak Ketiga per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon SETJEN ITJEN
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
%
269.901.750
2.697.798.197
(2.247.896.447)
(90,00)
0
0
0
0,00
DJA
1.415.022.900
870.463.992
544.558.908
62,56
DJP
16.572.048.275
7.659.369.008
8.912.679.267
116,36
DJBC
1.637.455.032
2.435.789.853
(798.334.821)
(32,78)
DJPK
89.082.782
66.927.191
22.155.591
33,10
DJPU
154.377.905
49.682.201
104.695.704
210,73
DJPB
16.699.191.909
1.767.754.047
14.931.437.862
844,66
DJKN
236.613.630
315.178.998
(78.565.368)
(24,93)
BAPEPAM-LK
225.966.856
20.417.059
205.549.797
1.006,76
BPPK
876.940.652
1.102.054.949
(225.114.297)
(20,43)
BKF
883.614.754
189.494.046
694.120.708
366,30
39.060.216.445
17.174.929.541
21.885.286.904
127,43
JUMLAH
Dibandingkan dengan periode 31 Desember 2011, Utang Kepada Pihak Ketiga mengalami kenaikan sebesar Rp21.885.286.904,00 atau 127,43 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya, hal ini terkait dengan saldo kas selain uang persediaan yang dikuasai oleh bendahara pengeluaran yang belum dibagikan kepada pihak lain.
456
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Rincian Utang Kepada Pihak Ketiga Per Akun dapat dilihat pada Tabel 137 berikut. Tabel 137 Utang Kepada Pihak Ketiga per Akun per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Akun
Uraian Akun
31 Desember 2012
212111
Belanja pegawai yang masih harus dibayar
2.415.066.234
212112
Belanja barang yang masih harus dibayar
5.897.740.297
212113
Belanja modal yang masih harus dibayar
212121
Utang kepada Pihak Ketiga BLU
212191
Utam kepada Pihak Ketiga Lainnya
30.674.170.642
Jumlah
39.060.216.445
73.239.272
C.5.2. Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Utang Kelebihan Nilai Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing Pembayaran Pendapatan sebesar Rp753.033.696.543,00 dan Rp704.320.653.776,00. Nilai tersebut merupakan SPMKP per 31 Desember Rp753.033.696.543,00 2012 yang belum diterbitkan SP2D-nya di DJP dan pengembalian pungutan ekspor yang belum direalisasikan oleh eksportir di DJBC. Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I dapat dilihat pada Tabel 138 berikut. Tabel 138 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2012
DJP
Kenaikan (Penurunan)
%
749.662.687.283
702.376.172.734
47.286.514.549
6,73
3.371.009.260
1.944.481.042
1.426.528.218
73,36
48.713.042.767
6,92
DJBC
753.033.696.543
JUMLAH
31 Desember 2011
704.320.653.776
Rincian Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Akun dapat dilihat pada Tabel 139 berikut. Tabel 139 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan per Akun per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Akun
Uraian Akun
31 Desember 2012
219111
Utang Kelebihan Bayar Pajak PPh
291.560.917.605
219112
Utang Kelebihan Bayar Pajak PPh/PPnBM
458.084.584.753
219114
Utang Kelebihan Bayar Pajak PBB
17.184.925
219116
Utang Kelebihan Bayar Bea Masuk
2.137.214.058
219117
Utang Kelebihan Bayar Bea Keluar
1.233.795.202
219123
Utang Kelebihan pembayaran Pendapatan Non Pajak Lainnya Jumlah
753.033.696.543
457
C.5.3. Pendapatan Diterima Dimuka Pendapatan Diterima Dimuka Nilai Pendapatan Diterima Dimukaper 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp4.367.814.771,00 Rp4.367.814.771,00 dan Rp1.583.445.635,00. Rincian Pendapatan Diterima Dimukadapat dilihat pada Tabel 140 berikut. Tabel 140 Pendapatan Diterima Dimuka per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
%
SETJEN
1.085.667.136
682.709.621
402.957.515
59,02
DJBC
2.059.066.400
218.189.167
1.840.877.233
843,71
DJPB
24.583.333
20.828.097
3.755.236
18,03
BPPK
1.198.497.902
661.718.750
536.779.152
81,12
JUMLAH
4.367.814.771
1.583.445.635
2.784.369.136
175,84
1. Pendapatan Diterima Dimuka Setjen sebesar Rp1.085.667.136,00 terdiri dari Pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada GKN Yogyakarta, GKN Surabaya I, GKN Surabaya II, GKN Medan, GKN Palembang, GKN Banda Aceh, GKN Makassar dan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan; 2. Pendapatan Diterima Dimuka Ditjen Bea dan Cukai sebesar Rp2.059.066.400,00 merupakan pendapatan Sewa Diterima Dimuka pada Kantor Pusat, KPPBC Bandungdan KPPBC Juanda; 3. Pendapatan Sewa Diterima Dimuka DJPB sebesar Rp24.583.333,00 merupakan sewa BMN (Gedung dan Bangunan) yang diterima dimuka pada KPPN Jakarta I sebesar Rp13.333.333,00, dan KPPN Cirebon sebesar Rp11.250.000,00. 4. Pendapatan Bukan Pajak Lainnya BPPK pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sebesar Rp1.198.497.902,00. Uang Muka Rp0,00 C.5.4. Uang Muka Nilai Uang Muka per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp4.155.000,00. Nilai tersebut merupakan uang muka yang berasal dari penarikan kembali kelebihan setoran sisa UP TA 2008 pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Tengah yang dilakukan pada TA 2010. Rincian Uang Muka dapat dilihat pada Tabel 141 berikut. Tabel 141 Uang Muka per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
%
DJPB
0
4.155.000
(4.155.000)
(100,00)
C.5.5.Uang Muka dari KPPN Nilai Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp8.796.376.249,00 dan Rp1.435.505.756,00. Nilai tersebut merupakan saldo Uang Persediaan yang ada pada Bendahara Pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan dan selisih kurs yang belum terealisasi satker
458
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
perwakilan/atase pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Uang Muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Pengeluaran. Rincian Uang Muka dari KPPN dapat dilihat pada Tabel 142 berikut. Tabel 142 Uang Muka dari KPPN per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Uang Muka dari KPPN Rp8.796.376.249,00
Unit Eselon I SETJEN
31 Desember 2011
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
4.149.790.622
(1.279.591.407)
5.429.382.029
(424,31)
0
0
0
0,00
DJA
1.399.376.816
0
1.399.376.816
0,00
DJP
1.786.093.794
1.325.869.577
460.224.217
34,71
DJBC
319.651.040
991.716.122
(672.065.082)
(67,77)
DJPK
0
0
0
0,00
DJPU
0
0
0
0,00
DJPB
242.392.866
206.792.593
35.600.273
17,22
DJKN
279.532.097
190.631.871
88.900.226
46,63
BAPEPAM-LK
574.739.014
0
574.739.014
0,00
44.800.000
87.000
44.713.000
51.394,25
ITJEN
BPPK BKF JUMLAH
0
0
0
0,00
8.796.376.249
1.435.505.756
7.360.870.493
512,77
459
C.5.6. Pendapatan Yang Ditangguhkan Nilai Pendapatan Yang Ditangguhkan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp9.439.844.470,00 dan Rp82.463.903.431,00. Nilai tersebut merupakan PNBP yang belum disetor ke Kas Negara oleh Bendahara Penerimaan dan pendapatan BLU yang dibatasi penggunaannya yang belum disahkan per 31 Desember 2012. Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di Bendahara Penerimaan, Kas Lainnya dan Setara Kas, dan Kas BLU yang dibatasi penggunaannya. Rincian Pendapatan yang Ditangguhkan dapat dilihat pada Tabel 143 berikut.
Tabel 143 Pendapatan yang Ditangguhkan per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Unit Eselon I SETJEN
31 Desember 2011
31 Desember 2012
Kenaikan (Penurunan)
%
1.373.780.852
76.913.137.633
(75.539.356.781)
(98,21)
0
4.537.500
(4.537.500)
(100,00)
14.780.303
0
14.780.303
0,00 156,49
ITJEN DJA
71.138.894
27.735.915
43.402.979
DJBC
1.360.190.433
910.473.709
449.716.724
49,39
DJPK
374.788.740
0
374.788.740
0,00
DJPU
0
0
0
0,00
DJPB
147.684.800
138.689.827
8.994.973
6,49
DJKN
5.347.336.064
4.151.689.346
1.195.646.718
28,80
745.695.356
315.151.750
430.543.606
136,61
4.446.804
2.487.751
1.959.053
78,75
2,224
0
2,224
0,00
9.439.844.470
82.463.903.431
(73.024.058.961)
(88,55)
DJP
BAPEPAM-LK BPPK BKF JUMLAH
C.6. Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara nilai Aset Lancar Rp52.249.880.732.122,00 dengan Kewajiban Jangka Pendek. Rincian Ekuitas Dana Lancar dapat dilihat pada Tabel 144 berikut.
Tabel 144 Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Uraian Cadangan Piutang Cadangan Persediaan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Keuntungan/Kerugian yang belum terealisasi Dana Lancar BLU
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
49.076.505.292.934
60.326.557.849.853
(11.250.052.556.919)
(18,65)
285.586.142.510
283.838.540.126
1.747.602.384
0,62
(774.134.999.714)
(717.825.069.672)
(56.309.930.042)
7,84
83,498
0
83,498
0,00
%
3.641.157.122.268
2.168.961.124.597
1.472.195.997.671
67,88
Barang/Jasa yang Harus Diterima
25.134.905.397
24.214.537.744
920.367.653
3,80
Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan
(4.367.814.771)
(1.384.808.578)
(2.983.006.193)
215,41
Jumlah
460
31 Desember 2012
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
52.249.880.732.122 62.084.362.174.070
(9.834.481.441.948)
(15,84)
C.6.1. Cadangan Piutang Cadangan Piutang Cadangan Piutang sebesar Rp49.016.779.361.599,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang dan Rp49.016.779.361.599,00 Belanja Dibayar Dimuka (prepaid). Rincian Cadangan Piutang dapat dilihat pada Tabel 145 berikut.
Tabel 145 Rincian Cadangan Piutang per 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Akun
Uraian Akun
1151
Piutang Pajak
1152
Piutang Bukan Pajak
1141
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid)
1142
Uang muka belanja
1154
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
1157
Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum
1158
Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum
1161
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Pajak
1162
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak
1164
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan TP/TGR
1166
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Keg Operasional BLU
1167
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Keg Non Operasional BLU
31 Desember 2012 93.468.526.344.200 96.450.818.001 1.801.187.869 0
Jumlah
9.625.650.721 20.520.519.164 32.766.356.150 (44.550.942.630.944) (51.808.973.643) (9.414.674.698) (112.142.971) (633.092.250) 49.016.779.361.599
C.6.2. Cadangan Persediaan Cadangan Persediaan Cadangan Persediaan Rp285.586.142.510,00 Cadangan Persediaan sebesar Rp285.586.142.510,00 merupakan Rp285.586.142.510,00 akun penyeimbang dari akun Persediaan. Jumlah tersebut terdiri dari: - Persediaan Rp284.672.873.440,00 - Persediaan BLU Rp 913.269.070,00 C.6.3. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Dana yang harus disediakan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek sebesar Rp774.134.999.714,00. untuk pembayaran Rincian Dana Yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek dapat dilihat pada Tabel 146 Utang Jangka Pendek berikut. (Rp774.134.999.714,00) C.6.4. Keuntungan/Kerugian Yang Belum Terealisasi Keuntungan/Kerugian Keuntungan/Kerugian yang Belum Terealisasi sebesar Rp83.498,00 merupakan akun penyeimbang dari Kas di yang Belum Terealisasi Bendahara Pengeluaran yang berasal dari selisih kurs. Rp83.498,00 C.6.5. Dana Lancar BLU Dana Lancar BLU Dana Lancar BLU Rp3.641.157.122.268,00 Dana Lancar BLU sebesar Rp3.641.157.122.268,00 merupakan akun RpRp3.641.157.122.268,00 penyeimbang dari akun Kas pada BLU.
461
Tabel 146 Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek per 31 Desember 2012 Akun
Uraian
31 Desember 2012
212111
Belanja pegawai yang masih harus dibayar
(2.415.066.234)
212112
Belanja barang yang masih harus dibayar
(5.897.740.297)
212113
Belanja modal yang masih harus dibayar
0
212121
Utang kepada Pihak Ketiga BLU
212191
Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya
219111
Utang Kelebihan Bayar Pajak PPh
(291.560.917.605)
219112
Utang Kelebihan Bayar Pajak PPN/PPnBM
(458.084.584.753)
219114
Utang Kelebihan Bayar Pajak PBB
(17.184.925)
219116
Utang Kelebihan Bayar Bea Masuk
(2.137.214.058)
219117
Utang Kelebihan Bayar Bea Keluar
(1.233.795.202)
219123
Utang Kelebihan pembayaran Pendapatan Non Pajak Lainnya
219611
Pendapatan yang Ditangguhkan
(73.239.272) (12.715.257.368)
0 0
Jumlah
(774.134.999.714)
C.6.6. Barang/Jasa Yang Harus Diterima Barang/Jasa yang Barang/Jasa yang Harus Diterima sebesar Rp25.134.905.397,00 merupakan akun penyeimbang dari akun Uang Harus Diterima Muka Belanja. Rp25.134.905.397,00 C.6.7. Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan Barang/Jasa yang Barang/Jasa yang Harus Diserahkan sebesar (Rp4.367.814.771,00) merupakan akun penyeimbang dari akun Harus Diserahkan Pendapatan Diterima Dimuka. (Rp4.367.814.771,00) C.7. Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi Rp40.145.471.145.118,00 Ekuitas Dana Investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam Rp40.145.471.145.118,00 Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, dan Aset Lainnya. Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2012. Rincian Ekuitas Dana Investasi dapat dilihat pada Tabel 147 berikut.
Tabel 147 Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 (dalam rupiah) Uraian Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Jumlah
462
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
31 Desember 2012
31 Desember 2011
Kenaikan (Penurunan)
39.244.462.867.245
37.731.845.000.870
1.512.617.866.375
4,01
901.008.277.873
726.219.529.526
174.788.748.347
24,07
40.145.471.145.118
38.458.064.530.396
1.687.406.614.722
4,39
%
C.7.1. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Diinvestasikan Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp39.244.462.867.245,00 Diinvestasikan dalam Aset Tetap sebesar Dalam Aset Tetap Rp39.244.462.867.245,00 merupakan akun penyeimbang Aset Tetap. Rp39.244.462.867.245,00 C.7.2. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Rp901.008.277.873,00 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya sebesar Rp901.008.277.873,00 Rp901.008.277.873,00 merupakan akun penyeimbang Piutang Jangka Panjang sebesar Rp170.783.795.00 dan Aset Lainnya sebesar Rp900.837.494.078,00. D. CATATAN PENTING LAINNYA Catatan Penting Lainnya 1. Penatausahaan Barang Milik Negara di Direktorat Jenderal Pajak Dalam rangka penatausahaan dan pengamanan BMN, Direktorat Jenderal Pajak telah melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Revaluasi Aset. Aset DJP yang belum dilakukan Inventarisasi dan Penilaian (IP) berdasarkan temuan pemeriksaan BPK RI sebesar Rp195.330.450.986,00, DJP telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Setelah dilakukan verifikasi lebih lanjut, diketahui bahwa terhadap aset dimaksud, saat ini jumlah yang belum dinilai kembali adalah sebesar Rp13.084.481.413,00. 2. Terhadap aset-aset yang belum dinilai telah disampaikan kepada KPKNL terkait untuk segera dilakukan penilaian kembali. b. Sertifikasi Tanah Luas tanah di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak sebanyak 3.346.404 m2, sebanyak 406 bidang tanah yang belum memiliki sertifikat. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi dengan DJKN dalam rangka sertifikasi tanah. 2. Melakukan koordinasi dengan Kanwil BPN Provinsi DKI Jakarta termasuk didalamnya 5 Kantor Pertanahan di wilayah DKI Jakarta. 3. KPDJP telah memerintahkan kepada seluruh Kanwil DJP untuk berkoordinasi dengan Kanwil DJKN dan Kanwil BPN di wilayah masing-masing dalam rangka melakukan sertifikasi tanah. c. Penertiban Rumah Dinas (Bangunan Tempat Tinggal). Dari 3.022 unit Bangunan Tempat Tinggal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, terdapat 378 unit yang dihuni oleh pihak yang tidak berhak. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan upaya–upaya pengamanan baik secara administrastif maupun secara hukum. Upaya tersebut antara lain: 1. Upaya Administratif, yaitu: 1. Penerbitan surat-surat kepada penghuni yang tidak berhak; 2. Penerbitan surat-surat dalam rangka pengamanan aset tanah, yaitu surat dalam rangka melakukan koordinasi dengan instansi terkait; 3. Telah diusulkan Penetapan Status Golongan Rumah Negara kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan untuk Rumah Negara yang terdapat di Kanwil DJP Banten, Kanwil DJP Jawa Timur I dan Kanwil DJP Kalimantan Timur sebagai Rumah Negara Golongan I. 4. Pembentukan Tim Satuan Tugas Penertiban Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: KEP-83/PJ./2009 tanggal 14 Juli 2009 dimana seluruh Kabag Umum Kanwil DJP terlibat dalam Tim Satuan Tugas tersebut.
463
5. Pembentukan Tim Penertiban Rumah Negara di lingkungan Kementerian Keuangan Nomor: 534/KM.1/2009 tanggal 5 Desember 2009. Upaya Hukum, yaitu dengan melaporkan 119 (seratus sembilan belas) orang pensiunan penghuni rumah negara kepada Polda Metro Jaya dengan tuduhan telah memasuki pekarangan tanpa ijin yang berhak (Pasal 167 KUHP). Sengketa Pajak 2. Sengketa Pajak Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis ketetapan pajak/keputusan/putusan dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Jenis Ketetapan
Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan
Nominal Ketetapan/Keputusan/Putusan Dalam Rp
Dalam USD
Total Rp
117.176
45.488.621.154.852
1.017.497.068
55.327.817.799.607
SKPLB/Keputusan/ Putusan Lebih Bayar
1.999
17.411.257.439.641
388.567.940
21.168.709.416.540
SKPN/Keputusan/ Putusan Nihil
1.323
-
-
-
120.498
62.899.878.594.493
SKPKB/SKPKBT/STP/SPPT/Keputusan/ Putusan Kurang Bayar
Jumlah
1.406.065.007 76.496.527.216.147
Selanjutnya, tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis sengketa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Jenis Sengketa Pajak Non Keberatan
Nominal Ketetapan Dalam Rp
Dalam USD
Total Rp
101.645
3.054.115.992.198
347.264.117
6.412.159.999.527
Keberatan
8.570
14.793.003.233.604
547.429.168
20.086.643.289.905
Banding/Gugatan
6.764
34.116.917.811.784
434.817.496
38.321.602.994.816
76.554.227
11.676.120.931.900
Peninjauan Kembali Jumlah
464
Jumlah Ketetapan/ Keputusan/ Putusan
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
3.519
10.935.841.556.907
120.498
62.899.878.594.493
1.406.065.007 76.496.527.216.147
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan jenis pajak per 31 Desember 2012 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Jumlah Sengketa Pajak No
Jenis Pajak
Jumlah Ketetapan/ Keputusan/Putusan
Nilai Dalam Rp
Nilai Dalam USD
Total Dalam Rp
1
PPh Pasal 25 OP
443
169.028.493.872
0,00
169.028.493.872
2
PPh Pasal 25 Badan
3.348
22.584.464.722.204
1.139.314.013
33.601.631.224.182
3
PPh Pasal 21
1.023
1.062.829.572.466
0,00
1.062.829.572.466
4
PPh Pasal 22
81
67.520.599.241
0,00
67.520.599.241
0,00
2.536.350.270.370
5
PPh Pasal 23
1.358
2.536.350.270.370
6
PPh Pasal 26
889
6.226.280.167.557
265.588.012
8.794.516.239.729
7
PPh Final (Pasal 4(2), Pasal 15, Pasal 19 dsb)
852
809.802.021.643
201.635
811.751.834.027
8
PPN
15.827
28.355.184.382.838
0,00
28.355.184.382.838
9
PPn BM
103
408.445.541.809
0,00
408.445.541.809
10
Bunga Penagihan
317
137.385.761.093
0,00
137.385.761.093
11
PKK
0
0
0,00
0
12
PBB Sektor Pedesaan
73.286
7.752.084.403
0,00
7.752.084.403
13
PBB Sektor Perkotaan
22.682
28.629.054.597
0,00
28.629.054.597
14
PBB Sektor Perkebunan
169
103.616.164.814
0,00
103.616.164.814
15
PBB Sektor Perhutanan
33
30.294.915.603
0,00
30.294.915.603
16
PBB Sektor Pertambangan Non Migas
85
340.608.653.894
961.348
349.904.889.054
17
PBB Sektor Pertambangan Migas
1
31.686.188.090
0,00
31.686.188.090
18
BPHTB
1
0
0,00
0
Jumlah
120.498
62.899.878.594.494
1.406.065.007
76.496.527.216.147
Tunggakan sengketa pajak berdasarkan kantor wilayah per 31 Desember 2012 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
No
Kanwil DJP
Jumlah Ketetapan/Keputusan/Putusan
Total Dalam Rp
1
Kanwil DJP Nanggroe Aceh
245
123.351.911.559
2
Kanwil DJP Sumatera Utara I
362
445.295.544.037
3
Kanwil DJP Sumatera Utara II
476
92.465.628.507
4
Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau
592
495.246.243.830
5
Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi
73.947
163.441.686.681
6
Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung
1.743
825.899.435.609
7
Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung
372
146.984.116.758
8
Kanwil DJP Jakarta Pusat
1.457
3.505.877.426.916
545
490.993.032.029
1.148
3.453.217.035.007 480.928.605.244
9
Kanwil DJP Jakarta Barat
10
Kanwil DJP Jakarta Selatan
11
Kanwil DJP Jakarta Timur
898
12
Kanwil DJP Jakarta Utara
425
444.632.003.712
13
Kanwil DJP Jakarta Khusus
5.207
17.192.295.845.353
14
Kanwil DJP Banten
1.511
494.015.512.751
15
Kanwil DJP Jawa Barat I
1.243
490.020.242.794
16
Kanwil DJP Jawa Barat II
1.329
952.257.988.589
17
Kanwil DJP Jawa Tengah I
939
238.575.787.722
18
Kanwil DJP Jawa Tengah II
406
161.227.002.567
465
73.947
163.441.686.681
1.743
825.899.435.609
5
Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi
6
Kanwil DJP Sumatera Selatan Dan Kepulauan Bangka Belitung
7
Kanwil DJP Bengkulu Dan Lampung
372
146.984.116.758
8
Kanwil DJP Jakarta Pusat
1.457
3.505.877.426.916
9
Kanwil DJP Jakarta Barat
545
490.993.032.029
10
Kanwil DJP Jakarta Selatan
1.148
3.453.217.035.007
11
Kanwil DJP Jakarta Timur
898
480.928.605.244
12 No 13
Kanwil DJP Jakarta Utara
1 14
Kanwil Kanwil DJP DJP Nanggroe Banten Aceh
245 1.511
123.351.911.559 494.015.512.751
2 15
Kanwil Kanwil DJP DJP Sumatera Jawa BaratUtara I I
362 1.243
445.295.544.037 490.020.242.794
3 16
Kanwil Kanwil DJP DJP Sumatera Jawa BaratUtara II II
476 1.329
92.465.628.507 952.257.988.589
4 17
Kanwil Kepulauan Riau Kanwil DJP DJP Riau Jawadan Tengah I
5 18
Kanwil DJP Sumatera Barat Jawa Tengah II dan Jambi
6 19
Kanwil SelatanYogyakarta Dan Kepulauan Bangka Belitung Kanwil DJP DJP Sumatera Daerah Istimewa
7 20
Kanwil Kanwil DJP DJP Bengkulu Jawa TimurDan I Lampung
372 709
146.984.116.758 221.135.060.500
8 21
Kanwil PusatII Kanwil DJP DJP Jakarta Jawa Timur
1.457 782
3.505.877.426.916 299.730.614.295
9 22
Kanwil BaratIII Kanwil DJP DJP Jakarta Jawa Timur
545 897
490.993.032.029 166.857.189.792
10 23 11 24
Kanwil Selatan Kanwil DJP DJP Jakarta Kalimantan Barat
1.148 2,64
3.453.217.035.007 91.990.322.122
Kanwil TimurSelatan dan Tengah Kanwil DJP DJP Jakarta Kalimantan
898 916
480.928.605.244 709.814.148.302
12 25
UtaraTimur Kanwil Kanwil DJP DJP Jakarta Kalimantan
425 317
444.632.003.712 410.850.686.801
13 26
Kanwil DJP DJP Sulawesi Jakarta Khusus Kanwil Barat, Selatan dan Tenggara
5.207 747
17.192.295.845.353 195.776.546.080
14 27
Kanwil DJP DJP Sulawesi Banten Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara Kanwil
1.511 16.294
494.015.512.751 41.944.143.798 490.020.242.794 195.853.539.245
Kanwil DJP Jakarta Khusus
Kanwil DJP
425 Jumlah Ketetapan/Keputusan/Putusan 5.207
444.632.003.712 Total Dalam Rp 17.192.295.845.353
592 939
495.246.243.830 238.575.787.722
73.947 406
163.441.686.681 161.227.002.567
1.743 444
825.899.435.609 31.593.158.976
15 28
Kanwil DJP DJP Bali Jawa Barat I Kanwil
1.243 446
16 29
Kanwil DJP DJP Nusa Jawa Tenggara Barat II Kanwil
1.329 456
952.257.988.589 51.249.279.218
17 30
Jawa Tengah I Kanwil DJP Papua Dan Maluku
939 194
238.575.787.722 658.022.809.274
18 31
Kanwil DJP DJP Wajib Jawa Tengah II Kanwil Pajak Besar
406 2.811
161.227.002.567 43.224.984.668.079
19
Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta JUMLAH
444 120.498
31.593.158.976 76.496.527.216.147
20
Kanwil DJP Jawa Timur I
709
221.135.060.500
21
Kanwil DJP Jawa Timur II
782
299.730.614.295
Kanwil DJP Jawa Timur III
897
166.857.189.792
Kanwil DJP Kalimantan Barat
2,64
91.990.322.122
3. 22PBB Pertambangan Migas 23
PBB Pertambangan Pemungutan terutang kepada Wajib Pajak, 24 916kepada 709.814.148.302 Kanwil DJPPBB Kalimantan Selatan dan Tengah Wajib Pajak didahului dengan penerbitan SPPT Migas selanjutnya Wajib Pajak melakukan pelunasan dengan membayar PBB terutang yang tercantum dalam SPPT 25 317 410.850.686.801 Kanwil DJP Kalimantan Timur tersebut. Khusus terhadap Wajib Pajak KKKS atau PBB Pertambangan Migas, mekanisme pemungutan dan 26 747 Kanwil DJP Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara penagihannya dilaksanakan secara berbeda dari Wajib Pajak pada umumnya, karena Wajib Pajak195.776.546.080 terikat pada 16.294 Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara 41.944.143.798 27 kontrak dengan pemerintah sehingga diberlakukan lex specialist. 28
446
Kanwil DJP Bali
195.853.539.245
Dalam PBB Wajib Pajak KKKS terdapat beberapa institusi yang terkait dalam456pelaporan,51.249.279.218 penagihan 29 pemungutan Kanwil DJP Nusa Tenggara dan pelunasan PBB terutang kepada Wajib Pajak KKKS, yaitu DJP, BP Migas, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Kanwil DJP Papua Dan Maluku 658.022.809.274 30 194 Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Secara garis 31 mekanisme 2.811 Kanwil DJP Wajibpemungutan Pajak Besar 43.224.984.668.079 besar PBB Migas dapat disampaikan sebagai berikut: JUMLAH
120.498
76.496.527.216.147
a. Wajib Pajak KKKS yang sudah berproduksi wajib menyetorkan prosentase tertentu sesuai kontrak karya dari net operating income (NOI) ke pemerintah; b. Bagian pemerintah tersebut akan dikurangi dengan unsur-unsur pajak yaitu PPN reimbursement, Pajak Bumi dan Bangunan, dan PDRD; c. PBB tersebut dibayarkan ke daerah melalui mekanisme pemindahbukuan sebagaimana diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer Ke Daerah; d. Setiap awal tahun Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak menetapkan ketetapan sementara besarnya pajak terhutang terhadap objek pajak pertambangan migas dan pada membuat ketetapan rampung berdasarkan SPPT; e. Direktur Jenderal Pajak menyampaikan permintaan pemindahbukuannya ke Direktur Jenderal Anggaran; f. Direktur Jenderal Anggaran membuat surat permintaan pemindahbukuan ke Direktur Jenderal Perbendaharaan dan ke Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan;
466
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
g. Direktur Jenderal Perbendaharaan membuat permintaan pemindah bukuan dari Bank Indonesia ke Bank Mintra KPPN Jakarta II; h. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan mengeluarkan Surat Perintah Membayar (SPM) dari Bank Mitra KPPN Jakarta II ke rekening kas daerah maupun pusat. i. Pengungkapan lain yang tidak kalah pentingnya yaitu penerimaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi sampai dengan 31 Desember 2012 sebagai berikut: 1). PBB Migas a. Telah dilakukan pembayaran PBB Migas tahun 2011 atas Kontraktor CBM (coalbed methane) sebesar Rp186.989.438.000,00. b. Ketetapan PBB Migas tahun 2012 sebesar Rp21.385.938.328.078,00, dengan rincian pembayaran sebagai berikut: • PBB Migas Onshore : Rp 2.782.850.484.279,00 • PBB Migas Offshore : Rp 5.990.031.367.059,00 • PBB Migas Tubuh Bumi : Rp12.613.074.476.740,00 Total PBB Migas 2012 : Rp21.385.956.328.078,00 c. Realisasi pembayaran PBB Migas tahun 2012 sebesar Rp19.427.128.685.369,00, dengan rincian pembayaran sebagai berikut: • Tahap I : Rp 8.437.646.318.618,00 • Tahap I : Rp10.651.063.312.919,00 • Tahap III : Rp 338.419.053.832,00 Total PBB Migas 2012 : Rp19.427.128.685.369,00 2). PBB Panas Bumi a. Ketetapan PBB Panas Bumi Tahun 2012 sebesar Rp185.364.925.550,00, dengan rincian: • PBB Panas Bumi Onshore : Rp 69.978.731.833,00 • PBB Panas Bumi Tubuh Bumi : Rp115.386.193.717,00 Total PBB Panas Bumi 2012 : Rp185.364.925.550,00 b. Realisasi pembayaran PBB Panas Bumi Tahun 2012 sebesar Rp179.196.585.210,00. Pengalihan BPHTB 4. Pengalihan BPHTB dan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan dan P2 Hal-hal penting terkait pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), adalah sebagai berikut: a. PBB-P2 dan BPHTB merupakan 2 (dua) jenis Pajak Pusat yang dialihkan ke kabupaten/kota dan menjadi bagian dari 11 (sebelas) jenis Pajak kabupaten/kota yang diamanatkan UU PDRD; b. DJP masih tetap mengelola PBB-P2 sampai dengan 31 Desember 2013, sepanjang belum terbitnya Peraturan Daerah; c. DJP masih tetap mengelola BPHTB untuk tahun 2010, sejak tahun 2011 BPHTB menjadi Pajak Kabupaten/ Kota; d. Tahapan pengalihan PBB-P2 serta BPHTB diatur bersama oleh Menteri Keuangan dengan Menteri Dalam Negeri; dan e. Secara umum pengaturan PBB-P2 serta BPHTB dalam UU PDRD adalah sama dengan yang diatur dalam UU PBB dan UU BPHTB, kecuali yang terkait dengan tarif pajak, NJOPTKP dan NPOPTKP.
467
Daftar Kabupaten/Kota yang melaksanakaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan adalah sebagai berikut: No
468
Kabupaten/Kota
Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
1
Kota Bandar Lampung
KPP Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Teluk Betung
2
Kota Palu
KPP Pratama Palu
3
Kabupaten Sidoarjo
KPP Pratama Sidoarjo Barat, KPP Pratama Sidoarjo Utara, KPP Pratama Sidoarjo Selatan
4
Kabupaten Gresik
KPP Pratama Gresik Utara dan KPP Pratama Gresik Selatan
5
Kota Balikpapan
KPP Pratama Balikpapan
6
Kota Samarinda
KPP Pratama Samarinda
7
Kota Medan
KPP Pratama Medan Barat, KPP Pratama Medan Belawan, KPP Pratama Medan Timur, KPP Pratama Medan Polonia, KPP Pratama Medan Kota, KPP Pratama Medan Petisah
8
Kabupaten Deli Serdang
KPP Pratama Lubuk Pakam
9
Kota Yogyakarta
KPP Pratama Yogyakarta
10
Kabupaten Sukoharjo
KPP Pratama Sukoharjo
11
Kota Semarang
KPP Pratama Semarang Barat, KPP Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Semarang Selatan, KPP Pratama Semarang Tengah satu, KPP Pratama Semarang Tengah dua, KPP Pratama Semarang Candisari, KPP Pratama Semarang Gayamsari.
12
Kota Depok
KPP Pratama Depok
13
Kabupaten Bogor
KPP Pratama Cibinong, KPP Pratama Cileungsi, KPP Pratama Ciawi
14
Kota Pekanbaru
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan, KPP Pratama Pekanbaru Tampan
15
Kota Pontianak
KPP Pratama Pontianak
16
Kota Gorontalo
KPP Pratama Gorontalo
17
Kota Palembang
KPP Pratama Palembang Ilir Timur, KPP Pratama Palembang Ilir Barat, KPP Pratama Palembang Seberang Ulu
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Daftar Kabupaten/Kota yang akan Melakukan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan Tahun 2013
No
KANWIL DJP
KPP PRATAMA
KABUPATEN/KOTA
NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB
1
Aceh
KPP Pratama Banda Aceh
Kota Banda Aceh
2
Bengkulu Lampung
KPP Pratama Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara
KPP Pratsama Metro
Kabupaten Lampung Tengah
KPP Pratama Kotabumi
Kabupaten Way Kanan
2.178.551.233
KPP Pratama Kotabumi
Kabupaten Tulang Bawang Barat
1.338.260.876
KPP Pratama Metro
Kota Metro
6.744.324.320
KPP Pratama Arga Makmur
Kabupaten Mukomuko
1.628.312.514
KPP Pratama Jambi
Kabupaten Muaro Jambi
22.326.955.141
KPP Pratama Jambi
Kabupaten Batang Hari*
9.592.227.421
KPP Pratama Payakumbuh
Kabupaten Tanah Datar
15.360.741.136
KPP Pratama Bangko
Kabupaten Merangin
KPP Pratama Padang
Kota Padang
KPP Pratama Tanjung Pandan
Kabupaten Belitung Timur*
1.226.290.146
KPP Pratama Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin*
13.817.010.432
KPP Pratama Pangkal Pinang
Kota Pangkalpinang
12.507.596.078
3
4
Sumatera Barat dan Jambi
Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung
35.716.021.043 3.804.867.262 39.959.074.800
9.684.272.572 136.172.152.654
5
Sumatera Utara I
KPP Pratama Binjai
Kota Binjai*
21.682.788.805
6
Sumatera Utara II
KPP Pratama Tebing Tinggi
Kabupaten Serdang Bedagai*
20.387.453.963
KPP Pratama Kisaran
Kabupaten Asahan*
23.963.604.537
KPP Pratama Rantau Prapat
Kabupaten Labuhanbatu Utara
15.254.401.251
KPP Pratama Pematang Siantar
Kabupaten Simalungun
45.130.386.879
KPP Pratama Pematang Siantar
Kota Pematang siantar
22.749.011.436
KPP Pratama Kisaran
Kabupaten Batubara
12.699.711.384
KPP Pratama Sibolga
Kota Sibolga
KPP Pratama Dumai
Kabupaten Rokan Hilir*
KPP Pratama Batam
Kota Batam
KPP Pratama Rengat
Kabupaten Indragiri Hulu*
20.202.435.904
KPP Pratama Tanjungpinang
Kota Tanjungpinang
32.351.813.137
KPP Pratama Pangkalan Kerinci
Kabupaten Siak*
KPP Pratama Bangkinang
Kabupaten Kampar
64.446.063.383
KPP Pratama Bangkinang
Kabupaten Rokan Hulu
32.325.979.977
KPP Pratama Rengat
Kabupaten Kuantan Singingi
12.697.520.770
KPP Pratama Dumai
Kota Dumai
24.318.855.797
KPP Pratama Pangkalan Kerinci
Kabupaten Pelalawan
17.664.946.596
Provinsi DKI Jakarta
7
Riau dan Kepulauan Riau
4.629.265.354 16.834.846.203 191.946.410.120
7.429.231.190
8
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Kanwil DJP Jakarta Pusat
9
Kanwil DJP Jakarta Barat
Kanwil DJP Jakarta Barat
10
Kanwil DJP Jakarta Selatan
Kanwil DJP Jakarta Selatan
1.299.263.829.726
11
Kanwil DJP Jakarta Timur
Kanwil DJP Jakarta Timur
805.553.924.267
12
Kanwil DJP Jakarta Utara
KPP Pratama Jakarta Penjaringan
702.066.277.317
372.277.161.731 664.914.508.311
469
No
KPP PRATAMA
KABUPATEN/KOTA
NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB
13 1
Aceh Banten
KPPPratama Pratama Pandeglang Banda Aceh KPP
Kota Banda Pandeglang Aceh Kabupaten
35.716.021.043 33.803.407.827
14 2
Bengkulu Jawa BaratLampung I
Arga Makmur KPP Pratama Bandung Tegallega
Kabupaten Bengkulu Utara Kota Bandung*
3.804.867.262 98.293.412.815
PratsamaBandung Metro Bojanagara KPP Pratama
Kabupaten Lampung Tengah
39.959.074.800 147.159.711.241
Kotabumi KPP Pratama Cicadas
Kabupaten Way Kanan
130.623.694.723 2.178.551.233
KotabumiKarees KPP Pratama Bandung
Kabupaten Tulang Bawang Barat
112.133.769.181 1.338.260.876
Metro Cibeunying KPP Pratama Bandung
Kota Metro
6.744.324.320 217.264.401.270
Arga Makmur KPP Pratama Soreang
Kabupaten KabupatenMukomuko Bandung
156.950.422.853 1.628.312.514
KPP Pratama Tasikmalaya Jambi
Kota Tasikmalaya* Kabupaten Muaro Jambi
5.928.533.225 22.326.955.141
KPP Pratama Majalaya Jambi
Kabupaten Hari* KabupatenBatang Bandung*
163.809.172.951 9.592.227.421
Payakumbuh KPP Pratama Cimahi
Kabupaten Datar KabupatenTanah Bandung Barat*
162.979.516.098 15.360.741.136
Bangko KPP Pratama Sukabumi
Kabupaten KabupatenMerangin Sukabumi
9.684.272.572 166.555.377.760
KPP Pratama Cimahi Padang
Kota KotaPadang Cimahi*
98.335.325.747 136.172.152.654
Tanjung Pandan KPP Pratama Ciamis
Kabupaten Belitung Timur* Kota Banjar*
1.248.357.587 1.226.290.146
KPP Pratama Sekayu Karawang Utara
Kabupaten Banyuasin* KabupatenMusi Karawang*
13.817.010.432 167.011.724.620
KPP Pratama Pangkal Pinang Karawang Selatan
Kota Pangkalpinang
12.507.596.078 143.715.815.930 21.682.788.805 73.784.315.256
3
4 15
470
KANWIL DJP
Sumatera Barat dan Jambi
Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung Jawa Barat II
5
Sumatera Utara I
KPP Pratama Binjai Cikarang Utara
Kota Binjai* Bekasi Kabupaten
6
Sumatera Utara II
KPP Pratama Tebing Tinggi Cikarang Selatan
Kabupaten Serdang Bedagai*
20.387.453.963 117.296.397.803
KPP KPP Pratama Pratama Kisaran Cibitung
Kabupaten Asahan*
23.963.604.537 124.638.570.025
KPP Pratama Rantau Bogor Prapat
Kabupaten Labuhanbatu Utara Kota Bogor*
15.254.401.251 180.376.839.263
KPP Pratama Pematang Kuningan Siantar
KabupatenSimalungun Majalengka* Kabupaten
45.130.386.879 6.316.252.661
KPP Pratama Pematang Cirebon Siantar
Kota KotaPematang Cirebon siantar
22.749.011.436 46.774.831.434
KPP Pratama Kisaran Bekasi Selatan
Kabupaten Kota BekasiBatubara
12.699.711.384 227.648.698.227
KPP Pratama Sibolga Bekasi Utara
Kota Sibolga
4.629.265.354 103.463.774.256
KPP KPP Pratama Pratama Dumai Bantul
Kabupaten Hilir* KabupatenRokan Bantul*
58.144.699.240 16.834.846.203
KPP Pratama Pratama Batam Sleman KPP
Kota Batam Sleman* Kabupaten
KPP KPPPratama PratamaRengat Demak
Kabupaten KabupatenIndragiri Demak*Hulu*
20.202.435.904 7.313.458.851
KPP KPPPratama PratamaTanjungpinang Pekalongan
Kota KotaTanjungpinang Pekalongan*
32.351.813.137 25.560.775.216
KPP Kerinci KPPPratama PratamaPangkalan Pati
Kabupaten Siak* Kota Rembang
7.429.231.190 13.109.850.519
KPP KPPPratama PratamaBangkinang Blora
Kabupaten KabupatenKampar Grobogan
64.446.063.383 5.566.071.717
KPP KPPPratama PratamaBangkinang Salatiga
Kabupaten Hulu KabupatenRokan Semarang*
32.325.979.977 32.227.070.484
KPP KPPPratama PratamaRengat Tegal
Kabupaten Kota Tegal*Kuantan Singingi
12.697.520.770 11.959.250.649
KPP KPPPratama PratamaDumai Pekalongan
Kota KotaDumai Pemalang
24.318.855.797 16.975.885.114
KPP Kerinci KPPPratama PratamaPangkalan Tegal
Kabupaten KabupatenPelalawan Tegal
17.664.946.596 25.228.289.665
7 16
Riau DIY dan Kepulauan Riau
17
Jawa Tengah I
191.946.410.120 162.736.966.326
8
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Pusat Kanwil DJP Jakarta KPP Pratama Batang
Provinsi DKI Batang Jakarta Kabupaten
372.277.161.731 10.582.956.586
9
Kanwil DJP Jakarta Barat
Kanwil DJP Jakarta Barat KPP Pratama Pekalongan
Kabupaten Pekalongan
664.914.508.311 13.364.027.495
10
Kanwil DJP Jakarta Selatan
Kanwil DJP Jakarta KPP Pratama KudusSelatan
Kabupaten Kudus
18 11
Kanwil DJP Jakarta Jawa Tengah II Timur
Kanwil DJP Jakarta Timur KPP Pratama Purwokerto
Kabupaten Banyumas
805.553.924.267 110.758.935.415
12
Kanwil DJP Jakarta Utara
KPP Penjaringan KPPPratama PratamaJakarta Temanggung
Kabupaten Wonosobo*
702.066.277.317 11.119.493.757
KPP Pratama Klaten
Kabupaten Klaten*
38.766.043.027
KPP Temanggung
Kabupaten Temanggung*
14.077.776.889
KPP Pratama Surakarta
Kota Surakarta*
KPP Pratama Cilacap
Kabupaten Cilacap
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
1.299.263.829.726 11.278.014.890
141.241.136.549 70.811.693.328
No
KANWIL DJP
KPP PRATAMA
KABUPATEN/KOTA
NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB
1
Aceh
KPP Aceh KPPPratama PratamaBanda Magelang
Kota Aceh KotaBanda Magelang
2
Bengkulu Lampung
KPP Makmur KPPPratama PratamaArga Magelang
Kabupaten KabupatenBengkulu MagelangUtara
KPP KPPPratsama Pratama Metro Purworejo
Kabupaten KabupatenLampung PurworejoTengah
39.959.074.800 8.448.990.556
KPP KPPPratama PratamaKotabumi Karanganyar
Kabupaten Kanan KabupatenWay Karanganyar
2.178.551.233 36.408.877.069
KPP KPPPratama PratamaKotabumi Boyolali
Kabupaten Bawang Barat KabupatenTulang Boyolali
23.806.764.695 1.338.260.876
KPPPratama PratamaMetro Kebumen KPP
Kabupaten Kota Metro Kebumen
6.744.324.320 19.003.351.139
35.716.021.043 7.478.570.173 3.804.867.262 114.128.691.537
19
Jawa Timur II
KPP Makmur KPPPratama PratamaArga Mojokerto
Kota Mojokerto* Kabupaten Mukomuko
1.628.312.514 7.166.908.494
3
Sumatera Barat dan Jambi
KPP KPPPratama PratamaJambi Mojokerto
KabupatenMuaro Mojokerto* Kabupaten Jambi
22.326.955.141 28.159.006.077
KPP KPPPratama PratamaJambi Bojonegoro
Kabupaten Hari* KabupatenBatang Bojonegoro*
9.592.227.421 8.169.455.650
KPP KPPPratama PratamaPayakumbuh Tuban
Kabupaten Datar KabupatenTanah Tuban*
15.360.741.136 7.044.897.344
KPP KPPPratama PratamaBangko Ponorogo
Kabupaten KabupatenMerangin Ponorogo
9.684.272.572 1.303.491.510
20
Jawa Timur III
KPP KPPPratama PratamaPadang Jember
Kota Padang Jember* Kabupaten
136.172.152.654 81.775.497.363
4
Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung
KPP KPPPratama PratamaTanjung Kediri Pandan
Kabupaten Belitung Timur* Kota Kediri*
1.226.290.146 24.252.959.341
KPP KPPPratama PratamaSekayu Malang Utara
Kabupaten Musi Banyuasin* Kota Malang*
13.817.010.432 53.472.789.614
KPP KPPPratama PratamaPangkal Malang Pinang Selatan
Kota Pangkalpinang
12.507.596.078 56.876.085.638 21.682.788.805 118.367.181.185
5
Sumatera Utara I
KPPPratama PratamaBinjai Pasuruan KPP
Kota Binjai* Pasuruan* Kabupaten
6
Sumatera Utara II
KPPPratama PratamaTebing Pare Tinggi KPP
Kabupaten KabupatenSerdang Kediri Bedagai*
20.387.453.963 18.758.292.317
KPP KPPPratama PratamaKisaran Batu
Kabupaten Kota BatuAsahan*
23.963.604.537 14.764.577.225
KPP Prapat KPPPratama PratamaRantau Probolinggo
Kabupaten Labuhanbatu Utara Kota Probolinggo
15.254.401.251 9.904.573.047
KPP Siantar KPPPratama PratamaPematang Banyuwangi
Kabupaten KabupatenSimalungun Banyuwangi
45.130.386.879 33.204.105.249
KPP KPPPratama PratamaPematang Pasuruan Siantar
Kota KotaPematang Pasuruansiantar
22.749.011.436 11.874.774.813
KPP KPPPratama PratamaKisaran Badung Selatan
Kabupaten KabupatenBatubara Badung
12.699.711.384 146.630.439.452
KPP KPPPratama PratamaSibolga Badung Utara
Kota Sibolga
4.629.265.354 59.053.687.555
KPP KPPPratama PratamaDumai Denpasar Barat
Kabupaten Rokan Hilir* Kota Denpasar
16.834.846.203 98.681.870.394
Denpasar Timur KPPPratama PratamaBatam KPP
Kota Batam
KPPPratama PratamaRengat Tabanan KPP
Kabupaten Hulu* KabupatenIndragiri Jembrana
20.202.435.904 23.410.468.217
KPP KPPPratama PratamaTanjungpinang Tabanan
Kota Tanjungpinang Kabupaten Tabanan
32.351.813.137 48.179.243.402
KPP KPPPratama PratamaPangkalan Praya Kerinci
Kabupaten KabupatenSiak* Lombok Barat
7.429.231.190 26.928.469.754
KPP KPPPratama PratamaBangkinang Mataram Barat
Kabupaten Kampar Kota Mataram
64.446.063.383 28.648.773.271
KPP KPPPratama PratamaBangkinang Mataram Timur
Kabupaten Rokan Hulu
32.325.979.977 15.566.170.042
21 7
22
Bali Riau dan Kepulauan Riau
Nusa Tenggara
191.946.410.120 130.834.089.157
23
Kalimantan Barat
KPP KPPPratama PratamaRengat Pontianak
Kabupaten Kubu Raya* Kabupaten Kuantan Singingi
31.650.349.644 12.697.520.770
24
Kalimantan Timur
KPP KPPPratama PratamaDumai Tarakan
Kota Tarakan Kota Dumai
24.318.855.797 31.437.470.212
KPP KPPPratama PratamaPangkalan Bontang Kerinci
Kota Bontang Kabupaten Pelalawan
17.664.946.596 22.741.276.034
Provinsi DKI Jakarta Kabupaten Berau
372.277.161.731 14.358.029.274 664.914.508.311 8.748.602.750
8
Kanwil DJP Jakarta Pusat
Pusat Kanwil DJP Jakarta KPP Pratama Tanjung Redeb
9
Kanwil DJP Jakarta Barat
Kanwil DJP Jakarta Barat KPP Pratama Tenggarong
Kabupaten Kutai Barat
10 25
Kanwil DJP Jakarta Kalimantan SelatanSelatan dan Tengah
Kanwil DJP Jakarta Selatan KPP Pratama Banjarmasin
Kota Banjarmasin*
1.299.263.829.726 68.849.048.619
11
Kanwil DJP Jakarta Timur
Kanwil DJP Jakarta Timur KPP Pratama Sampit
Kabupaten Katingan
805.553.924.267 2.311.330.386
12 26
Kanwil DJPSelatan, Jakartabarat, Utara dan Tenggara Sulawesi
KPP Penjaringan KPPPratama PratamaJakarta Bantaeng
Kabupaten Gowa*
702.066.277.317 17.513.256.309
KPP Pratama Kolaka
Kabupaten Kolaka*
12.656.073.202
KPP Pratama Makassar Selatan
Kota Makassar
39.012.714.154
KPP Pratama Makassar Utara
69.483.177.388
KPP Pratama Makassar Barat
33.319.226.036
471
No
KANWIL DJP
KPP PRATAMA
NILAI PIUTANG cfm. LP3 PBB
KABUPATEN/KOTA
1 27
Aceh Papua dan Maluku
KPP Pratama Banda TimikaAceh
Kota Banda Aceh Kabupaten Mimika*
2
Bengkulu Lampung
KPP Makmur KPPPratama PratamaArga Sorong
Kabupaten Bengkulu Kabupaten Fak FakUtara
KPP Pratsama Metro JUMLAH KPP Pratama Kotabumi
Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Way Kanan
2.178.551.233
KPP Pratama Kotabumi
Kabupaten Tulang Bawang Barat
1.338.260.876
KPP Pratama Metro Kota Metro 5. Siaran Pers DJP Mengenai Putusan Mahkamah Agung Tentang Kasus Pajak Asian Agri
6.744.324.320
KPP Pratama Arga Makmur
35.716.021.043 10.902.207.393 3.804.867.262 1.793.675.545 39.959.074.800 9.836.861.292.363
1.628.312.514
Kabupaten Mukomuko
Siaran Pers Asian Agri Dalam Siaran Barat PersdanDirektorat Jenderal Pajak tanggal menginformasikan mengenai putusan 22.326.955.141 KPP Pratama Jambi 3 Januari 2013 Kabupaten Muaro Jambi 3 Sumatera Jambi Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan kasasi Jaksa/ Penuntut Umum dengan Putusan MA Nomor Kabupaten Batang Hari* 9.592.227.421 KPP Pratama Jambi 2239.K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember 2012. Dalam petikan putusannya sesuai informasi dari siaran pers KPP Pratama Payakumbuh Kabupaten Tanah Datarbersalah melakukan 15.360.741.136 tersebut, MA menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan tindak Merangin 9.684.272.572 KPP Pratama Bangko keterangan Kabupaten pidana “menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau yang isinya tidak benar atau tidak lengkap secara berlanjut. Dalam siaran pers juga informasikan terdakwa penjara Padang dipidana dengan pidana 136.172.152.654 KPP Pratama Padangbahwa kepadaKota selama 2 (dua) tahun dan mensyaratkan dalam 1 (satu) tahun sebanyak 14 (empat belas) perusahaan yang 4 Sumatera Selatan dan KPP Pratama Tanjung Pandan Kabupaten Belitung Timur* 1.226.290.146 tergabung dalam AAG yang pengisian SPT Tahunan diwakili oleh Terdakwa untuk membayar denda 2 (dua) kali Bangka Belitung Kepulauan KPP Pratama Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin* pajak terutang dengan jumlah total sebesar Rp2.519.995.391.304,- (Dua triliun lima ratus sembilan 13.817.010.432 belas miliar 12.507.596.078 KPP Pratama Pangkal Pinang Pangkalpinang sembilan ratus sembilan puluh lima juta tiga ratus sembilan puluhKota satu ribu tiga ratus empat rupiah) secara tunai. 21.682.788.805 KPP Pratama Binjai Kota Binjai* 5 Sumatera Utara I 6
Sumatera Utara II
Kabupaten Serdang Bedagai*
KPP Pratama Tebing Tinggi
20.387.453.963
6. Pungutan Ekspor/Bea Keluar KPP Pratama Kisaran Kabupaten Asahan* 23.963.604.537 a. Mutasi pungutan ekspor selama Tahun 2012 secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Pungutan Ekspor/Bea 15.254.401.251 KPP Pratama Rantau Prapat Kabupaten Labuhanbatu Utara Keluar AKUN
MutasiSimalungun Kabupaten Pembayaran Reklasifikasi Kota Pematang siantar (Realisasi Restitusi)
KPP Pratama Pematang Siantar Koreksi Penambahan KPP Pratama Pematang Siantar
Saldo Awal 12/31/2011
45.130.386.879 Saldo Akhir 12/31/2012 22.749.011.436 12.699.711.384
ASET LANCAR
KPP Pratama Kisaran
Kabupaten Batubara
Piutang PE
KPP Pratama Sibolga
Kota Sibolga
KPP Pratama Dumai
Kabupaten Rokan Hilir*
KPP Pratama Batam
Kota Batam
KPP Pratama Rengat
Kabupaten Indragiri Hulu*
20.202.435.904-
KPP Pratama Tanjungpinang
Kota Tanjungpinang
32.351.813.137
KEWAJIBAN
KPP Pratama Pangkalan Kerinci
Kabupaten Siak*
UTANG KELEBIHAN PEMBAYARAN BK
KPP Pratama-Bangkinang
7
124.151.001.519
Riau dan Kepulauan Riau
ASET LAIN-LAIN Piutang PE (DJKN)
-
1.944.480.942
-
-
Kabupaten Kampar
-
4.629.265.354 124.151.001.519 16.834.846.203 191.946.410.120
7.429.231.190 710.685.840
64.446.063.383 1.233.795.102
KPP Pratama Bangkinang
Kabupaten Rokan Hulu
32.325.979.977
KPP Pratama Rengat
Kabupaten Kuantan Singingi
12.697.520.770
KPP Pratama Dumai
Kota Dumai
24.318.855.797
KPP Pratama Pangkalan Kerinci
Kabupaten Pelalawan
17.664.946.596
1). 8 Piutang Pungutan Ekspor 372.277.161.731 Provinsi DKI Jakarta Kanwil DJP Jakarta Pusat Kanwil DJP Jakarta Pusat Saldo piutang pungutan ekspor per 31 Desember 2012 tidak mengalami perubahan dari posisi saldo per 664.914.508.311 9 31 Desember Kanwil DJP Jakarta Barat Kanwil DJP Jakarta Barat 2011. 10
Kanwil DJP Jakarta Selatan
Kanwil DJP Jakarta Selatan
1.299.263.829.726
2) 11Penyisihan Piutang Kanwil DJP Jakarta TimurTak Tertagih 805.553.924.267 Kanwil DJP Jakarta Timur Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor SE-18/BC/2011 tentang Pelaksanaan Penyisihan 12 Kanwil DJP Jakarta Utara 702.066.277.317 KPP Pratama Jakarta Penjaringan Piutang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kualitas piutang PE per 31 Desember 2012 dikategorikan sebagai piutang macet karena telah dilimpahkan penagihannya ke KPKNL . 3) Utang Kepada Pihak Ketiga (Utang Kelebihan Pembayaran Bea Keluar) Saldo utang kelebihan pembayaran bea keluar per 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp1.233.795.102,00 dan Rp1.944.480.942,00 atau turun sebesar Rp710.685.840,00 karena adanya realisasi
472
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
No 1 2
Satker KPPBC Dumai
Perusahaan (Eksportif) PT Intibenua Perkasatama
KPPBC Dumai
PT Multimas Nabati Asahan
Persetujuan Pengembalian
SP2D
Nilai
KEP-63/KM.02/2008;
500209C tgl. 12/27/2012
58.238.104
KEP-72/KM.02/2008
500210C tgl. 12/27/2012
266.565.176
KEP-78/KM.02/2008
500211C tgl. 12/27/2012
385.882.560
JUMLAH
710.685.840
pengembalian pada KPPBC Dumai yang terdiri atas: Adapun rincian saldo Utang Kelebihan Pembayaran Bea Keluar per 31 Desember 2012 yaitu: No
Satker
Perusahaan (Eksportif)
Persetujuan Pengembalian
Nilai
1
KPPBC Balikpapan
PT Bayan Resources
No.627 tgl 7/12/2009
939.519.412
2
KPPBC Balikpapan
PT Gunung Bayan Pratama Coal
No.659 tgl 16/12/2009
33.693.613
3
KPPBC Dumai
PT Bukit Kapur Reksa
KEP-82/KM.02/2008
116.000.280
KEP-53/KM.02/2008
144.581.797
JUMLAH
1.233.795.102
7. Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/Rampasan, Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang Menjadi Milik Negara Pengelolaan Barang Hasil Tegahan, Sitaan/ Rampasan, BDD, BDN dan BMN
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.04/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008, kriteria dari Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara adalah sebagai berikut. 1) Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai adalah: a. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak penimbunannya; b. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Sementara yang berada di luar area pelabuhan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak penimbunannya; c. Barang yang tidak dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat yang telah dicabut izinnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan izin; atau Barang yang dikirim melalui Pos : 1) yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim kembali kepada pengirim di luar Daerah Pabean; 2) dengan tujuan luar Daerah Pabean yang diterima kembali karena ditolak atau tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak diselesaikan oleh pengirim dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Pemberitahuan dari Kantor Pos. 2) Barang yang Dikuasai Negara adalah : a. Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean; b. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai;atau c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal. 3) Barang yang Menjadi Milik Negara adalah: a. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dilarang untuk diekspor atau diimpor, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku; b. Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai yang merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor, yang tidak diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean;
473
c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang dicegah oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak dikenal; d. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik yang tidak dikenal yang tidak diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean; e. Barang yang Dikuasai Negara yang merupakan barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor;atau f. Barang dan/atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan dirampas untuk negara. Atas barang yang menjadi milik negara yang dinilai dan dicatat dalam laporan keuangan sebagai persediaan adalah barang yang telah memiliki status akan dilelang dan sudah mendapat keputusan dari Menteri Keuangan. Sedangkan barang yang berstatus dihibahkan, dimusnahkan dan barang yang belum ada peruntukannya hanya diungkapkan di Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai lampiran. Hal ini karena barangbarang tersebut berada dibawah pengawasan Kantor Bea dan Cukai, tetapi belum ada keputusan dari Menteri Keuangan tentang peruntukannya . Berkenaan dengan penerimaan negara bukan pajak yang bersumber dari penjualan hasil sitaan/tegahan masih disajikan secara netto. Kebijakan tersebut diambil melalui surat Sekretaris DJBC ke Kementerian Keuangan nomor S-260/BC.1/2009 tanggal 12 Juni 2009, dan telah dijawab oleh Kepala Biro Hukum Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan dengan suratnya nomor S-684/SJ.3/2009, yang pada intinya menyatakan bahwa: a. Untuk barang yang tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB IV Pelelangan Permenkeu Nomor 13/PMK.04/2006 tentang Penyelesaian Terhadap Barang Yang Dinyatakan Tidak Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara dan Barang Yang Menjadi Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008 yang mengatur bahwa : 1. Harga terendah untuk barang yang dinyatakan tidak dikuasai dan barang yang dikuasai negara yang akan dilelang paling sedikit, meliputi: a. Bea Masuk, Cukai, PPN, PPnBM dan PPh Ps 22; b. Sewa gudang TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan; c. Sewa gudang di TPP; d. Biaya pencacahan dan penimbunan di Tempat Penimbunan Pabean. 2. Hasil pelelangan setelah dikurangi bea masuk, cukai, PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22, sewa gudang serta biaya-biaya yang dikeluarkan, sisanya disediakan untuk pemiliknya. Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak. b
Untuk barang yang menjadi milik negara, sesuai ketentuan yang diatur dalam pasal 53 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, ditetapkan bahwa hasil penjualan barang milik negara/daerah wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum negara/daerah sebagai penerimaan negara/daerah.
Merujuk rekomendasi dapat diungkapkan sebagai berikut : 1. Bahwa terhadap pendapatan hasil penjualan hasil lelang barang yang tidak dikuasai dan barang dikuasai negara, dikecualikan dari azas bruto dalam pencatatan pendapatannya, karena terhadap barang tersebut masih melekat hak keuangan negara seperti pungutan pabean dan PDRI, dan utang pada pihak ketiga seperti sewa gudang, biaya lelang dsb, sehingga atas biaya biaya tersebut dikurangkan terlebih dahulu dari dari pendapatan penjualan hasil lelang (azas netto). Apabila atas sisa hasil lelang barang tidak dikuasai
474
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
dan atau barang dikuasai negara sampai dengan 90 hari sejak tanggal pelelangan tidak diambil oleh pemiliknya, maka atas hasil pelelangan tersebut disetor ke kas negara sebagai penerimaan negara bukan pajak. 2. Pemberlakukan azas bruto dalam pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara, DJBC mengalami kendala–kendala antara lain: a. Bahwa untuk pengalokasian biaya lelang harus menunggu tahun berikutnya, karena atas usulan RKAK/L harus dibuat pada awal tahun sebelumnya. b. Kesulitan dalam memprediksikan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk biaya lelang, karena frekuensi dan jumlah barang yang akan dilelang dalam satu tahun anggaran sulit untuk diprediksikan. c. Dengan mengalokasikan sebagian anggaran DJBC yang terbatas untuk biaya pelelangan, akan dapat mempengaruhi pembiayaan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi utama DJBC. Saat ini atas pelaksanaaan penjualan barang tegahan/barang milik negara telah menggunakan azaz bruto sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 tanggal 30 Maret 2011 Tentang Penyelesaian terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, Barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, di mana dalam pasal 22 disebutkan sebagai berikut: (1) Harga penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta Lelang yang telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat Lelang merupakan harga Lelang. (2) Harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. harga BMN; b. sewa gudang di TPS untuk paling lama 2 (dua) bulan; c. sewa gudang di TPP; d. biaya pencacahan dan penimbunan di TPP; dan e. biaya lain yang dipergunakan untuk keperluan Lelang BMN. (3) Jumlah penerimaan negara yang berasal dari lelang BMN sesuai harga Lelang BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disetor seluruhnya ke kas negara. (4) Hasil Lelang yang merupakan bagian dari harga Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, disediakan untuk yang berhak. Sebagai petunjuk pelaksananaan penyetoran PNBP dimaksud telah dikeluarkan Surat Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor S-1388/BC/2011 tanggal 30 Desember 2011 hal Petunjuk Pelaksanaan Penyetoran PNBP Atas Hasil Lelang Barang Menjadi Milik Negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada PSAP 02 paragraf 24 dinyatakan bahwa dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Merujuk pada PSAP tersebut maka penerimaan hasil lelang barang tegahan/barang menjadi milik negara pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang disajikan secara netto termasuk yang dikecualikan dari ketentuan penyajian pendapatan berdasarkan azaz bruto. Selama Tahun Anggaran 2011 terdapat realiasasi Pendapatan Penjualan hasil sitaan/rampasan (423114) senilai Rp21.114.479.434,00. Terdapat juga hasil pelelangan atas Barang Menjadi Negara yang disetorkan dengan akun yang salah, yaitu KPPBC Tipe Madya Pabean Belawan senilai Rp559.034.000,00 disetorkan dengan akun Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang berlebih/rusak/dihapuskan (423129) dan KPPBC Tipe Madya Pabean Soekarno Hatta senilai Rp266.940.000,00 disetorkan dengan akun Pendapatan Pabean Lainnya (412119). Berikut ini disajikan rincian data penerimaan hasil lelang per pelaksanan lelang.
475
Nama Kantor (0) KPPBC BELAWAN KPPBC BANDAR LAMPUNG KPPBC SOEKARNO HATTA
Hasil Terbentuk
Sewa TPP
(1)
(2)
(3)
Bea Lelang Penjual
Jasa Pra Lelang
(4)
Biaya Pencacahan
(5)
(6)
Hasil Bersih Lelang
Nilai Tercatat di SAKPA
(7)=(2)-(3)-(4)
(8)
-
559.034.000
559.034.000
-
22.755.000
22.755.000
4/28/2011
705.000.000
145.866.000
100.000
-
-
-
-
-
-
3/17/2011
307.100.000
40.060.000
100.000
-
-
266.940.000
266.940.000
-
1.558.236.000
1.558.236.000
-
17.321.000
17.321.000
1.358.218.392
1.117.558.392
KPPBC SOEKARNO HATTA
7/27/2011
1.743.000.000
184.664.000
100.000
-
KPPBC BOGOR
2/14/2011
78.967.000
61.646.000
-
-
KPPBC BOGOR
4/20/2011
1.610.985.000
252.766.608
-
240.660.000
-
105.329.700
14.629.125
KPPBC JUANDA
5/31/2011
585.165.000
125.283.000
100.000
459.782.000
459.782.000
KPPBC BANJARMASIN
12/7/2011
1.681.000.000
-
100.000
302.580.000
42.025.000
1.680.900.000
1.680.900.000
-
-
-
-
-
-
16.257.927.042
16.257.927.042
6.006.217.000 664.419.608
400.000
648.569.700
KPU BC TANJUNG PRIOK JUMLAH
Jaminan Tunai
Tanggal Pelaksanaan Lelang
56.654.125 21.622.079.434 21.381.419.434
8. Jaminan Tunai Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 259/PMK.04/2010 tentang Jaminan dalam rangka Kepabeanan, definisi jaminan dalam rangka kepabeanan adalah garansi pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan dan/atau pemenuhan kewajiban yang disyaratkan dalam peraturan kepabeanan yang diserahkan kepada Kantor Pabean. Jaminan dalam rangka kepabeanan dapat berbentuk: a. Jaminan tunai; b. Jaminan bank; c. Jaminan dari perusahaan asuransi; atau d. Jaminan Indonesia Exim Bank; e. Jaminan perusahaan penjaminan; f. Jaminan perusahaan (corporate guarantee); atau g. Jaminan tertulis. Jaminan dapat digunakan untuk: a. menjamin pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan: 1) atas impor yang diberikan penundaan pembayaran; 2) atas pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan; 3) atas impor sementara; 4) atas pengajuan keberatan; 5) yang berdasarkan peraturan kepabeanan dipersyaratkan adanya Jaminan; b. memenuhi kewajiban penyerahan Jaminan yang dipersyaratkan dalam peraturan kepabeanan. Jumlah Jaminan yang diserahkan sebesar: a. pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan yang terutang; atau b. jumlah tertentu yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan. Jangka waktu Jaminan yang diserahkan adalah selama jangka waktu: a. izin penundaan pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan; b. izin pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan Jaminan; c. pembebasan ditambah jangka waktu paling lama penelitian realisasi ekspor barang dengan pembebasan impor tujuan ekspor; d. izin impor sementara ditambah jangka waktu paling lama realisasi ekspor; e. paling lama diputuskannya keberatan; atau f. yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan Jaminan.
476
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Jaminan tunai merupakan Jaminan berupa uang tunai yang diserahkan oleh Terjamin pada Kantor Pabean dan harus disimpan pada rekening khusus Jaminan Kantor Pabean. Dalam hal Jaminan tunai diserahkan untuk menjamin kegiatan kepabeanan oleh penumpang atau pelintas batas, Jaminan tunai dapat disimpan di Kantor Pabean. Penyerahan Jaminan tunai dapat dilakukan dengan cara: a. menyerahkan uang tunai kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean; dan/atau b. menyerahkan bukti pengkreditan rekening khusus Jaminan Kantor Pabean kepada bendahara penerimaan di Kantor Pabean. Atas setiap uang tunai yang diterima, bendahara penerimaan di Kantor Pabean harus menyimpan ke rekening khusus Jaminan Kantor Pabean paling lama pada hari kerja berikutnya. Pembukaan rekening khusus Jaminan di Kantor Pabean dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan rekening milik kementerian negara/lembaga/kantor/satker. Penerimaan jasa giro perbankan dari rekening khusus Jaminan wajib disetorkan ke Kas Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak. Selain bertanggung jawab atas rekening Bendahara Penerimaan pada beberapa satker Bendahara Penerimaan juga bertanggung jawab atas rekening Jaminan Tunai. Jaminan tunai ini terkait dengan jaminan yang harus dipertaruhkan oleh importir apabila yang bersangkutan mengajukan keberatan atau banding atas penetapan DJBC. Atas uang jaminan ini tidak disajikan dalam neraca karena uang tersebut bukan hak negara. Adapun rincian jaminan tunai per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut.
Jaminan Tunai per 31 Desember 2012 pada DJBC KODE KANWIL
SATKER
SATKER
002
410951
KPPBC MEDAN
002
410976
KPPBC TELUK NIBUNG
002
411651
KPPBC BELAWAN
003
411033
KPPBC DUMAI
003
411042
KPPBC PEKANBARU
005
411130
KPPBC JAMBI
005
411702
KPPBC PALEMBANG
006
410713
KPPBC MERAK
NILAI 59.612.000 8.000.000 24.058.787.548 3.215.000.000 56.165.476 500.000 208.695.250 59.000.000
006
532530
KPPBC SOEKARNO HATTA
23.750.313.957
007
411611
KPPBC JAKARTA
1.395.720.339
007
447532
KPPBC MARUNDA
887.786.918
008
410707
KPPBC BANDUNG
244.364.193
008
410722
KPPBC BOGOR
2.842.876.593
008
613281
KPPBC PURWAKARTA
3.515.962.764
008
636736
KPPBC BEKASI
7.487.938.988
009
410810
KPPBC YOGYAKARTA
15.588.000
009
411620
KPPBC TANJUNG MAS
985.623.416
010
410832
KPPBC JUANDA
819.741.000
010
410857
KPPBC GRESIK
24.599.734
010
411636
KPPBC TANJUNG PERAK
010
526856
KPPBC PASURUAN
183.454.200
012
411384
KPPBC NGURAH RAI
542.453.074
012
561115
KPPBC BENOA
55.990.000
013
411560
KPPBC SINTETE
10.602.772
013
411718
KPPBC PONTIANAK
31.210.000
014
411240
KPPBC KOTABARU
100.000.000
014
411259
KPPBC BALIKPAPAN
967.996.246
014
561288
KPPBC SANGATA
11.040.000
015
411296
KPPBC BITUNG
70.000.000
9.866.988.687
477
008
613281
KPPBC PURWAKARTA
3.515.962.764
008
636736
KPPBC BEKASI
7.487.938.988
009
410810
KPPBC YOGYAKARTA
15.588.000
009
411620
KPPBC TANJUNG MAS
985.623.416
010
410832
KPPBC JUANDA
819.741.000
010
410857
KPPBC GRESIK
24.599.734
010
411636
KPPBC TANJUNG PERAK KPPBC PASURUAN
183.454.200
010
526856
KODE012 KANWIL
SATKER 411384
KPPBC NGURAH RAI
012 002
410951 561115
MEDAN KPPBC BENOA
55.990.000 59.612.000
013 002
410976 411560
KPPBC SINTETE TELUK NIBUNG
10.602.772 8.000.000
013 002
411718 411651
BELAWAN KPPBC PONTIANAK
24.058.787.548 31.210.000
014 003
411033 411240
DUMAI KPPBC KOTABARU
3.215.000.000 100.000.000
003 014
411259 411042
KPPBC BALIKPAPAN PEKANBARU
967.996.246 56.165.476
005 014
561288 411130
JAMBI KPPBC SANGATA
005 015
411296 411702
PALEMBANG KPPBC BITUNG
006 015
SATKER
NILAI 542.453.074
11.040.000 500.000 208.695.250 70.000.000
411300 410713
MERAK KPPBC MANADO
006 015
532530 411755
KPPBC KPPBC MAKASSAR SOEKARNO HATTA
23.750.313.957 177.875.906
016 007
411378 411611
KPPBC KPPBC TERNATE JAKARTA
21.180.000 1.395.720.339
017 007
447501 447532
KPU BCMARUNDA TANJUNG PRIOK KPPBC
38.232.512.474 887.786.918
018 008
447517 410707
KPU BCBANDUNG BATAM KPPBC
008
410722
KPPBC BOGOR
008
613281
KPPBC PURWAKARTA
3.515.962.764
008
636736
KPPBC BEKASI
7.487.938.988
10.500.000 59.000.000
595.902.749 244.364.193 JUMLAH
120.513.982.283 2.842.876.593
410810 009 YOGYAKARTA 9. Pinjaman dan Hibah Luar NegeriKPPBC (PHLN)
15.588.000
KPPBC TANJUNG MAS
985.623.416
009
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN)
9.866.988.687
411620
1) 010 Hibah pada DJP 819.741.000 410832 KPPBC JUANDA Dana Hibah Indonesia: Technical Assistance to Indonesia Tax Administration Reform under the Support to 24.599.734 010 KPPBC GRESIK 410857 Public Financial Management and Revenue Administration Multi Donor Trust Fund Grant No. TF 093998 Child 9.866.988.687 010 411636 KPPBC TANJUNG PERAK Trust Fund-7 (CTF-7) 010
526856
183.454.200
KPPBC PASURUAN
Dana Assisstance 542.453.074to 411384 Technical NGURAH RAI to Indonesia Tax Administration Reform under the Support KPPBC 012 Hibah Indonesia: Public Financial Management and Revenue Administration Multi Donor Trust Fund Grant No. 093998 Child Trust 55.990.000 012 KPPBC BENOA 561115 Fund-7 (PFM-MDTF CTF-7) merupakan program hibah yang digulirkan untuk tujuan reformasi administrasi 013 10.602.772 KPPBC SINTETE 411560 perpajakan. Proyek yang didanai oleh hibah ini ditujukan untuk penyempurnaan sistem administrasi 013 31.210.000 PONTIANAK perpajakan guna 411718 mendukung KPPBC PINTAR, peningkatan kapasitas manajemen proyek dan implementasi 014 manajemen perubahan, 100.000.000 KPPBC KOTABARU kapasitas intelijen dan penyidikan pajak, serta knowledge 411240 pengembangan management. 967.996.246 KPPBC BALIKPAPAN 411259 014 014
561288
KPPBC SANGATA
11.040.000
015
411300
KPPBC MANADO
10.500.000
ketiga). Grant Agreement ditanda tangani dan mulai berlaku efektif tanggal 22 April 2009. Closing date dari 411296 015 70.000.000 KPPBC31 BITUNG Trust Fund Grant No. 093998 adalah Oktober 2012. Dana untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 015 ini digunakan 177.875.906 KPPBC MAKASSAR 411755 • 016 Consultancy Services for Independent Bid Evaluation (IBE); 21.180.000 KPPBC TERNATE 411378 Jasa konsultansi Independent Bid Evaluation (IBE) bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengadaan 38.232.512.474 017 KPU BC TANJUNG PRIOK 447501 PINTAR sejalan dengan ketentuan yang berlaku (World Bank Procurement Guidelines). Konsultan IBE 595.902.749 018 BC BATAM Paket Core Tax dan evaluasi proposal teknis Paket Owner’s 447517 evaluasiKPU telah menyelesaikan proposal Agent. JUMLAH
•
478
120.513.982.283
Change Management Consultancy Services to Support PINTAR; Jasa konsultansi Change Management bertujuan untuk memastikan bahwa setiap perubahan yang dilakukan oleh Project Implementation Unit (PIU) DJP dalam rangka mengimplementasikan PINTAR telah dilakukan berdasarkan pemahaman yang baik mengenai perlunya perubahan. Sehubungan dengan pembatalan pengadaan Paket Core Tax PINTAR, DJP mengajukan permohonan pembatalan kegiatan Change Management yang merupakan salah satu paket pendukung Core Tax. Permohonan pembatalan ini telah mendapatkan persetujuan dari World Bank.
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
•
Consultancy Services for Criminal Investigations; Jasa konsultansi Criminal Investigation bertujuan untuk melakukan scoping atas pengembangan proses bisnis yang dilakukan di Direktorat Intelijen dan Penyidikan dengan berfokus pada optimalisasi struktur organisasi, peningkatan pada manajemen sumber daya manusia, dan mendukung kebutuhan teknologi investigasi. Hasil yang diharapkan berupa analisis organisasi, struktur dan alur kerja, proposal proses otomasi, penilaian kebutuhan pelatihan, public affairs dan outreach analysis, serta legal assisstance review. DJP telah mengajukan permohonan pembatalan kegiatan Criminal Investigation karena tujuan yg ingin dicapai dalam proyek ini telah overlap dengan kegiatan-kegiatan di bidang intelijen dan penyidikan yang telah dilaksanakan DJP sejak tahun 2007. Permohonan pembatalan ini telah mendapatkan persetujuan dari World Bank.
•
Knowledge Management Consultancy Services for The Development of Knowledge Management Strategy, Analysis, and Implementation Roadmap for DGT; Jasa konsultansi Knowledge Management dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas operasional. Hasil yang diharapkan dari jasa konsultansi ini adalah knowledge management strategy, organization impact document, knowledge management analysis document, implementation roadmap, dan estimasi biaya penerapan knowledge management system. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011.
•
Procurement Assistance Services; Jasa Konsultansi Procurement Assistance Service bertujuan melakukan asistensi terhadap PIU, Panitia Pengadaan, dan Technical Team selama tahap persiapan kontrak sampai dengan penandatanganan kontrak. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011.
•
Executive Program on Comparative Tax Policy and Administration; Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan memperdalam pemahaman mengenai desain dan implementasi sistem perpajakan dalam tataran internasional. Pelatihan diikuti oleh tiga peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011.
•
Duke University’s Program on Tax Policy Analysis and Revenue Forecasting; Tujuan program pelatihan ini adalah adalah untuk meningkatkan kapasitas tax policy analysis dan revenue forecasting bagi pegawai Direktorat Jenderal Pajak melalui pelatihan intensif selama empat minggu di Duke University, North Carolina, California, Amerika Serikat. Pelatihan diikuti oleh tiga peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Peserta pelatihan telah mengikuti program pada tanggal 24 Juni - 20 Juli 2012.
•
Project and Programme Management, Monitoring, and Control (SETYM International Training Center); Program pelatihan Project and Programme Management, Monitoring, and Control bertujuan untuk memberikan pandangan global dan prosedur khusus dalam perencanaan, monitoring, dan proses kontrol dengan menekankan pada langkah-langkah penting yang harus dicapai serta penyiapan aspekaspek pendukung pelaksanaan proyek. Kegiatan telah dilaksanakan di SETYM International Training Center, Montreal, Kanada dan diikuti oleh dua peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Peserta pelatihan telah mengikuti program sejak tanggal 2 Juli s.d. 20 Juli 2012.
•
Project and Programme Impact Assessment (SETYM International Training Center); Program pelatihan Project and Programme Impact Assessment bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kerangka kerja dan proses evaluasi di dalam proyek serta menetapkan posisi penilaian dampak proyek. Kegiatan telah dilaksanakan di SETYM International Training Center, Montreal, Kanada dan diikuti oleh dua peserta dari Direktorat Jenderal Pajak. Peserta pelatihan telah mengikuti program sejak tanggal 20 Agustus s.d. 31 Agustus 2012.
479
2) Hibah Pada Ditjen Perimbangan Keuangan Pada tahun 2012 Ditjen Perimbangan Keuangan menerima hibah langsung dari luar negeri berbentuk jasa atau technical assistance. Daftar hibah tersebut adalah: a. Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) Hibah diperoleh dari Australian Aid (AusAID) untuk mendukung program Australia Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) dengan nomor register 71483301. Sesuai dengan Berita Acara Nomor BA-1/PK.1./2013, pada tahun 2012 AusAID menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp7.588.645.230,00. b. Desentalisastion as Contribution to Good Governance (GIZ-DeCGG) Hibah diperoleh dari Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) untuk mendukung program Decentalisastion as Contribution to Good Governance (GIZ-DeCGG) dengan nomor register 72234001. Sesuai dengan Berita Acara Nomor BA-9/PK.1./2013, pada tahun 2012 AusAID menyerahkan hibah langsung dalam bentuk jasa senilai Rp5.435.927.000,00. 3) Pinjaman dan Hibah Luar Negeri pada Badan Kebijakan Fiskal Dalam rangka membantu penyempurnaan manajemen keuangan Pemerintah Indonesia, Word Bank telah memberikan pinjaman dengan nomor PHLN LN/Cr 4762-IND dan 4026-IDA: Government Financial Management and Revenue administion Project (GFMRAP) sebesar USD1.661.730,32 setara dengan Rp15.121.745.912,00 (US$1 = Rp9.100). Pinjaman tersebut berlaku efektif mulai tanggal 22 Maret 2005 dan mempunyai closing date tanggal 31 Desember 2013 serta telah mendapat register dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dengan nomor 10694001 dan 10695701. Pada Tahun Anggaran 2012, BKF mempunyai pagu anggaran untuk kegiatan GFMRAP sebesar Rp1.436.745.000. Dari anggaran tersebut dapat direalisasikan sebesar Rp1.200.466.267 atau 83,55 persen, sehingga terdapat sisa pagu anggaran sebesar Rp236.278.733. Realisasi anggaran untuk kegiatan GFMRAP tersebut digunakan untuk membiayai beasiswa tugas belajar 7 pegawai BKF, dengan rincian : • •
Program S2 = 3 orang di Jepang Program S3 = 4 orang di Australia, Jerman dan Universitas Indonesia
Sampai dengan akhir tahun 2012, realisasi pinjaman GFMRAP adalah sebagai berikut :
Pinjaman Rp
480
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
15.121.745.912
Realisasi Total
Rp
13.620.562.202
Tahun 2005
Rp
-
Tahun 2006
Rp
2.264.060.478
Tahun 2007
Rp
3.238.201.236
Tahun 2008
Rp
1.848.740.727
Tahun 2009
Rp
1.880.579.127
Tahun 2010
Rp
1.278.808.438
Tahun 2011
Rp
1.909.705.929
Tahun 2012
Rp
1.200.466.267
Penerimaan Hibah Luar Negeri BKF : Hibah TA ADB 4872-INO (70712601) Dalam rangka membantu penyediaan infrastruktur di Indonesia, World Bank melalui Asian Development Bank berkomitmen untuk memberikan hibah kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk Technical Assistance dengan nomor PHLN 4872-INO : Enhancing Private Sector Participation in Infrastructure Provision. Hibah tersebut berlaku efektif mulai tanggal 12 April 2007 dan mempunyai closing date tanggal 31 November 2011. Pihak ADB telah memperpanjang masa closing date sampai dengan tanggal 30 September 2012. Hibah dimaksud telah mendapat register dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dengan nomor 70712601. Pada Tahun Anggaran 2012 pagu anggaran untuk Hibah Technical Assistance ADB 4872-INO sebesar Rp3.348.763.000,00 yang terdiri dari : 1. Belanja Barang Operasional Lainnya sebesar Rp1.336.754.000,00. 2. Belanja Jasa Konsultan sebesar Rp1.913.094.000,00. 3. Belanja Modal Peralatan dan Mesin sebesar Rp98.915.000,00. Dari anggaran tersebut tidak ada yang dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012 dengan total pengeluaran sebesar US$258,654.82 baru mendapat pengesahan dari negara donor pada tanggal 18 Desember 2012. Sedangkan batas akhir pengajuan SP3HLBJS ke Direktorat EAS DJPU adalah tanggal 18 Desember 2012. Adapun kegiatan yang telah mendapat pengesahan dari negara donor tersebut adalah : 1. Training/Workshop dengan jumlah pengesahan sebesar RpUS$143,259.74. 2. Jasa Konsultan dengan jumlah pengesahan sebesar US$115,395.08. Sampai dengan akhir tahun 2012, realisasi hibah Technical Assistance ADB 4872-INO adalah sebagai berikut : 4). Bantuan Tenaga Ahli Luar Negeri pada Bapepam-LK
Mata Uang Total Hibah
Rupiah
USD 13.517.560.000
1.469.300,00
8.874.708.013
931.111,69
2007
-
-
2008
-
-
2009
3.731.850.491
373.185,05
2010
3.305.916.857
359.338,79
2011
1.836.940.665
198.587,85
2012
-
-
4.642.851.987
538.188,31
Total Realisasi
Sisa Hibah
481
Pada tahun anggaran 2012, Bapepam-LK menerima bantuan dari luar negeri berupa tenaga ahli dengan rincian sebagai berikut : Bantuan dari luar negeri berupa tenaga ahli tersebut diatas tidak masuk dalam DIPA Bapepam-LK.
No.
Pembentukan OJK
Negara Asing/Donor
Jenis Bantuan
Proyek
Periode
Konsultan
1
The Government overseas aid program (AusAID)
Technical Assistance of AIPEG
Australian Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG)
-
Gavin Forte
2
Asian Development Bank (ADB)*
Technical Assistance
TA 7466-INO: Strengthening Indonesia’s Capital Market
2011 – 2013
Fariz Rabidin
3
United States Agency for International Development (USAID)
Technical Assistance
Support for Economic Analysis and Development in Indonesia (SEADI)
16 Mar 201131 Agt 2014
James R Hambric
5) Hibah pada Ditjen Anggaran Realisasi Hibah Luar Negeri pada Direktorat Jenderal Anggaran sebesar Rp1.520.110.451,00 dipergunakan untuk : 1. Workshop Penerapan KPJM dan Penganggaran Berbasis Kinerja 2. Study Visit ke Luar Negeri 3. Jasa Konsultan 10. Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Hal-hal terkait Konsolidasi
Pasca disahkannya UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 22 November 2011 (UU Nomor 21 Tahun 201 tentang OJK), Bank Indonesia (BI) dan Bapepam-LK mulai berkoordinasi untuk membangun OJK. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Adapun sasaran akhirnya adalah agar krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 19971998 yang lalu tidak terulang kembali. Berdasarkan Bab XIII Ketentuan Peralihan Pasal 55 UU tersebut di atas, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK. Sementara itu, sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka per 31 Desember telah diterbitkan Laporan Penutup BapepamLK untuk selanjutnya akan dilakukan proses likuidasi dan diakhiri dengan penerbitan Laporan Likuidasi Bapepam-LK. 11. Hal-hal terkait Konsolidasi Berkaitan dengan konsolidasi Laporan Keuangan seluruh UAPPA-E1 TA 2012 menjadi Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2012 (Audited), terdapat kebijakan akuntansi yang mempengaruhi penyajian laporan keuangan pada nilai pos-pos tertentu. Adapun kebijakan akuntansi dilakukan melalui jurnal penyesuaian konsolidasi. Koreksi reklasifikasi transaksi internal Kementerian Keuangan berupa Aset Tetap Renovasi ke akun Gedung dan Bangunan dirinci sebagai berikut:
482
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
E. PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA No.
Eselon 1
Koreksi Reklasifikasi ATR ke Gedung dan Bangunan
01
SETJEN
21.252.829.142
02
ITJEN
(1.405.688.299)
03
DJA
(5.698.431.056)
04
DJP
1.907.638.259
06
DJPK
(12.900.832.453)
07
DJPU
23.441.964
08
DJPB
(619.442.000)
09
DJKN
(818.273.900)
11
BPPK
(1.741.241.657) Jumlah
0
E.1. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK Daftar temuan dan tindak lanjut temuan BPK RI terlampir. E.2. Rekening Pemerintah Jumlah rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan yang terdata sampai dengan 31 Desember 2012 adalah 5.663 rekening dengan rincian 5.646 rekening senilai Rp15.663.404.471.424,60 dan 9 rekening senilai US$1.210.960,25. Perkembangan rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan dapat dilihat pada Tabel 148 berikut.
Tabel 148 Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam rupiah) per 30 Juni 2011 No.
Pengelompokan Rekening
Rek.
per 31 Desember 2011
Rek.
Rupiah
Dolar
Rek.
Rupiah
Rek.
Dolar
I. Dipertahankan 1.
Rek. Bend. Penerimaan
15
52.871.748.211,78
1
1.966,94
10
7.146.701.582,88
0
0,00
2.
Rek. Bend. Pengeluaran
1.125
176.534.281.454,56
-
-
1.138
3.768.524.541,50
0
0,00
3.
Rek. Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen (Diusulkan menjadi BLU)
92
14.454.542.833.412,70
1
200.266,24
3
17.447.292.532,00
1
200.266,24
4.
Rek. Penampungan Dana Jaminan Pihak Ketiga
46
155.985.725.409,14
-
-
52
164.678.166.841,73
0
0,00
5.
Rek. Penampungan Dana Titipan
1
154.505.800,00
-
-
1
707.275.349,00
0
0,00
6.
Rek. Penampungan Hibah dan Kerjasama Terikat
-
-
2
0,23
0
0,00
2
0,00
7.
Rek. Penerimaan Non DIPA
-
-
-
-
0
0,00
0,00
0,00
8.
Rek. Aktif Lainnya
4.367
823.315.377.136,45
5
1.008.726,84
2.590
718.376.790.669,38
5
1.003.858,10
9 1.210.960,25
3.794
912.124.751.516,49
8
1.204.124,34
Sub Total
5.646 15.663.404.471.424,60
II. Ditutup 11
0,00
0
0,00
1.914
391.755.263.543,13
2
0,00
Ditutup setor ke Non Kas Negara
0
0,00
0
0,00
313
18.746.180.248,11
0
0,00
3.
Ditutup digabung ke rekening pemerintah lainnya
0
0,00
0
0,00
191
1.944.156.528,16
0
0,00
4.
Ditutup setor ke Kas Negara dan Non Kas Negara
0
0,00
0
0,00
4
2.190,29
0
0,00
1.
Ditutup setor ke Kas Negara
2.
483
1.125
176.534.281.454,56
-
-
1.138
3.768.524.541,50
0
0,00
Rek. Penampungan Dana Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen (Diusulkan menjadi BLU)
92
14.454.542.833.412,70
1
200.266,24
3
17.447.292.532,00
1
200.266,24
4.
Rek. Penampungan Dana Jaminan Pihak Ketiga
46
155.985.725.409,14
-
-
52
164.678.166.841,73
0
0,00
5.
Rek. Penampungan Dana Titipan
1
154.505.800,00
-
-
1
707.275.349,00
0
0,00
6.
Rek. Penampungan Hibah dan Kerjasama Terikat
-
-
2
0,23
0
0,00
2
0,00
7.
Rek. Penerimaan Non DIPA
-
-
-
-
0
0,00
0,00
0,00
8.
Rek. Aktif Lainnya
823.315.377.136,45 5 1.008.726,84 4.367 per 30 Juni 2011 9 1.210.960,25 5.646 15.663.404.471.424,60 Rek. Dolar Rek. Rupiah
3.794 Rek.
2.
Rek. Bend. Pengeluaran
3.
Sub Total No.
Pengelompokan Rekening
2.590
718.376.790.669,38 1.003.858,10 5 per 31 Desember 2011 912.124.751.516,49 8 1.204.124,34 Dolar Rupiah Rek.
I. Dipertahankan II. Ditutup 11 15
0,00 52.871.748.211,78
10
0,00 1.966,94
1.914 10
391.755.263.543,13 7.146.701.582,88
20
0,00
1.1250
0,00 176.534.281.454,56
-0
0,00-
313 1.138
18.746.180.248,11 3.768.524.541,50
00
0,00 0,00
0,00 Ditutup digabung keDana 0 rekening pemerintah lainnya Rek. Penampungan Dukungan Pelayanan Khusus yang Bersifat Permanen (Diusulkan 14.454.542.833.412,70 92 0,00 0 Ditutup setor ke Kas Negara dan Non Kas Negara menjadi BLU) 0 Sub Total 11 155.985.725.409,14 Rek. Penampungan Dana Jaminan Pihak Ketiga 4. 46 1. 0 Penutupan yang belum/tidak dilaksanakan 0,00 154.505.800,00 Rek. Penampungan Dana Titipan 5. 1 2. 0 Tidak jelas identitas pemilik rekening 0 Rek. Penampungan Hibah dan Kerjasama Terikat 6. 3. 0 0 Pembahasan deadlock (dokumen/informasi tidak lengkap) Rek. Penerimaan Non DIPA 7. Sub Total 0 0,00 823.315.377.136,45 Rek. Aktif Lainnya 8. 4.367 Total 5.657 15.663.404.471.424,60 Sub Total 5.646 15.663.404.471.424,60
0 10
0,00 200.266,24 0,00
191 43
1.944.156.528,16 17.447.292.532,00 2.190,29
0 01
0,00 200.266,24 0,00
0 -
0,00 -
2.422 412.445.602.509,69 164.678.166.841,73 52 178 31.112.535.666,76 707.275.349,00 1 0 0 0,00 0 0 0 0,00 0 178 31.112.535.666,76 718.376.790.669,38 2.590 6.394 1.355.682.889.692,94 3.794 912.124.751.516,49
2 0
0,00 0,00
0
0,00
2
0,00
0,00
0,00
5 10 8
1.003.858,10 1.204.124,34 1.204.124,34
1.
Ditutup setor ke Kas Negara Rek. Bend. Penerimaan
2. 2.
Ditutup setor ke Non Kas Negara Rek. Bend. Pengeluaran
3. 3. 4.
II. Ditutup
-
-
2
0,23
-
-
5
1.008.726,84 9 1.210.960,25 9 1.210.960,25
Rincian mutasi rekening Kementerian Keuangan disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan Kementerian
1.
Keuangan TA 2012. Ditutup setor ke Kas Negara
2. 3. 4.
0 0,00 Akrual 0 Ditutup setor ke Kas Negara dan Non KasPendapatan Negara E.3. Informasi dan Belanja secara
11
0,00
0
0,00
1.914
391.755.263.543,13
2
0,00
Ditutup setor ke Non Kas Negara
0
0,00
0
0,00
313
18.746.180.248,11
0
0,00
Ditutup digabung ke rekening pemerintah lainnya
0
0,00
0
0,00
191
1.944.156.528,16
0
0,00
0,00
4
2.190,29
0
0,00
0,00
2.422
412.445.602.509,69
2
0,00
Daftar rekening pemerintah lingkup Kementerian Keuangan terlampir.
Sub Total
11
0
0
Basisdilaksanakan Akrual adalah basis0 akuntansi yang0,00 mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat 178 Penutupan yang belum/tidak 31.112.535.666,76 hak dan/atau kewajiban timbul. Informasi pendapatan dan belanja secara akrual tingkat pemerintah 0 0 Tidak jelas identitas pemilik rekening 0 0 pusat merupakan suplemen yang dilampirkan pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahunan, secara 0 0 0 Pembahasan deadlock (dokumen/informasi tidak lengkap) berjenjang dari mulai UAKPA sampai dengan0 UAPA, dimulai dari Laporan Keuangan Tahunan TA 2009.
1. 2. 3.
Sub Total Total
0
178
0,00
31.112.535.666,76
Transaksi pendapatan5.657 secara akrual terdiri dari: 9 1.210.960,25 6.394 1.355.682.889.692,94 10 1.204.124,34 15.663.404.471.424,60 1. Pendapatan yang masih harus diterima (disajikan sebagai penambah pada informasi pendapatan secara akrual dan sebagai piutang di neraca); dan/atau 2. Pendapatan diterima dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi pendapatan secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca). Sedangkan transaksi belanja secara akrual terdiri dari: 1. Belanja yang masih harus dibayar (disajikan sebagai penambah pada informasi belanja secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek di neraca); dan/atau 2. Belanja dibayar dimuka (disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja secara akrual dan sebagai piutang pada neraca). Pendapatan dan belanja secara akrual tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 149 berikut. Tabel 149 Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2012 (dalam rupiah) Pendapatan/ Belanja
Penyesuaian Akrual (Rp)
Realisasi Menurut Basis Kas (Rp)
Tambah
Realisasi Menurut Basis Akrual (Rp)
Kurang
A. Pendapatan Negara dan Hibah 980.470.822.097.887
30.544.400.996.580
22.732.742.890.834
988.282.480.203.632
930.855.230.106.189
30.217.492.161.366
22.446.689.845.706
938.626.032.421.848
49.615.591.991.698
326.908.835.214
286.053.045.128
49.656.447.781.784
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
2.359.109.958.283
38.596.693.795
45.928.145.293
2.351.778.506.785
1. Penerimaan Sumber Daya Alam
0
0
0
I. Penerimaan Perpajakan 1.Pajak Dalam Negeri 2. Pajak Perdagangan Internasional
484
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan 2. Tahun Bagian2012 Pemerintah atas Laba BUMN Annual Report of Ministry of Finance 2012 3. Pendapatan PNBP Lainnya
0 856.424.264.729
34.607.349.343
0
0
41.783.695.293
849.247.918.779
Pendapatan/ Belanja
Penyesuaian Akrual (Rp)
Realisasi Menurut Basis Kas (Rp)
Tambah
Realisasi Menurut Basis Akrual (Rp)
Kurang
A. Pendapatan Negara dan Hibah I. Penerimaan Perpajakan Pendapatan/ Belanja 1.Pajak Dalam Negeri
Realisasi Menurut 980.470.822.097.887 Basis Kas (Rp) 930.855.230.106.189
Penyesuaian Akrual 30.544.400.996.580 (Rp) 22.732.742.890.834 30.217.492.161.366 22.446.689.845.706 Tambah Kurang
Realisasi Menurut 988.282.480.203.632 Basis Akrual (Rp) 938.626.032.421.848
49.615.591.991.698
326.908.835.214
286.053.045.128
49.656.447.781.784
II. PenerimaanPerpajakan Negara Bukan Pajak I. Penerimaan
2.359.109.958.283 980.470.822.097.887
38.596.693.795 30.544.400.996.580
45.928.145.293 22.732.742.890.834
2.351.778.506.785 988.282.480.203.632
1. Penerimaan Sumber Daya Alam 1.Pajak Dalam Negeri
930.855.230.106.1890
2. Pajak Perdagangan A. Pendapatan Negara danInternasional Hibah
30.217.492.161.366
22.446.689.845.7060
938.626.032.421.8480
49.615.591.991.6980
326.908.835.214
286.053.045.1280
49.656.447.781.7840
856.424.264.729 2.359.109.958.283
34.607.349.343 38.596.693.795
41.783.695.293 45.928.145.293
849.247.918.779 2.351.778.506.785
1.502.685.693.5540
3.989.344.452
4.144.450.0000
1.502.530.588.0060
0
0
856.424.264.729 982.829.932.056.170
34.607.349.343 30.582.997.690.375
41.783.695.293 22.778.671.036.127
849.247.918.779 990.634.258.710.417
1.502.685.693.554
3.989.344.452
4.144.450.000
1.502.530.588.006
16.325.448.043.171 982.829.932.056.170
30.396.627.665 30.582.997.690.375
21.156.596.009 22.778.671.036.127
16.334.688.074.827 990.634.258.710.417
7.976.346.217.823
2.467.738.168
2.030.701.642
7.976.783.254.349
6.097.847.421.003
15.175.713.297
18.639.071.147
6.094.384.063.153
1.635.619.657.094 16.325.448.043.171
37.918.833 30.396.627.665
486.823.220 21.156.596.009
1.635.170.752.707 16.334.688.074.827
4. Bunga Utang 1. Pembayaran Belanja Pegawai
615.634.747.251 7.976.346.217.823
12.715.257.368 2.467.738.168
2.030.701.6420
628.350.004.619 7.976.783.254.349
5. Belanja Barang Hibah *) 2.
6.097.847.421.003
15.175.713.297
18.639.071.147
6.094.384.063.153
6. Belanja Subsidi Modal 3.
1.635.619.657.094
37.918.833
486.823.220
1.635.170.752.707
615.634.747.251
12.715.257.368
0
628.350.004.619
16.325.448.043.171
30.396.627.665
21.156.596.009
16.334.688.074.827
2. Pemerintah Internasional atas Laba BUMN 2. Bagian Pajak Perdagangan 3. Pendapatan PNBPBukan Lainnya II. Penerimaan Negara Pajak 4. Penerimaan Pendapatan Badan Umum 1. SumberLayanan Daya Alam III. Penerimaan Hibah *) atas Laba BUMN 2. Bagian Pemerintah Pendapatan PNBP Lainnya Negara dan Hibah Jumlah3.Pendapatan 4. Pendapatan Badan Layanan Umum
0
B.III.Belanja NegaraHibah *) Penerimaan I. Belanja Pemerintah Pusatdan Hibah Negara Jumlah Pendapatan 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang B. Belanja Negara 3. Belanja Modal Pusat I. Belanja Pemerintah
7. SosialBunga Utang 4. Bantuan Pembayaran 8. Belanja Hibah Lain - lain 5. *) II. Transfer ke Daerah 6. Subsidi 1. Dana Perimbangan 7. Bantuan Sosial a. Dana Bagi Hasil 8. Belanja Lain - lain b. DanakeAlokasi II. Transfer DaerahUmum c. Dana Alokasi Khusus 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian a. Dana Bagi Hasil a. Dana otonomi Khusus b. Alokasi Umum penyesuaian c.b. Dana Alokasi Khusus 2. Dana Jumlah OtonomiBelanja KhususNegara dan Penyesuaian a. Dana otonomi Khusus b. Dana penyesuaian
Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah Belanja Negara Tahun Anggaran 16.325.448.043.171 21.156.596.009 16.334.688.074.827 1. Realisasi pendapatan 2012 menurut30.396.627.665 basis kas adalah sebesar Rp982.829.932.056.170,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesar Rp30.582.997.690.375,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp22.778.671.036.127,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi pendapatan TA 2012 secara akrual adalah sebesar Rp990.634.258.710.417,00. 2. Realisasi belanja Tahun Anggaran 2012 menurut basis kas adalah sebesar Rp16.325.448.043.171,00 terdapat penyesuaian akrual tambah sebesar Rp30.396.627.665,00 dan penyesuaian akrual kurang sebesar Rp21.156.596.009,00. Berdasarkan mutasi penyesuaian tersebut maka realisasi belanja TA 2012 secara akrual adalah sebesar Rp16.334.688.074.827,00. Daftar Informasi pendapatan dan belanja secara akrual terlampir.
485
E.4. Barang Tegahan Daftar Barang Tegahan DJBC lingkup Kementerian Keuangan terlampir. E.5. Barang Sitaan Daftar Barang Sitaan DJP lingkup Kementerian Keuangan terlampir E.6. Rekapitulasi Piutang Negara Instansi Pemerintah/Lembaga Negara yang aktif diurus oleh PUPN/ DJKN Jumlah Piutang Negara yang diserahkan oleh Instansi Pemerintah/Lembaga Negara kepada DJKN per 31 Desember 2012 sebesar Rp41.849 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari: 1. Piutang yang diserahkan oleh Instansi Pemerintah 2. Piutang yang diserahkan oleh Lembaga Negara (semua lembaga Negara selain kementerian)
Rp41.848 miliar Rp 1,11 miliar
Rekapitulasi Piutang Negara dapat dilihat pada tabel 150 berikut. Tabel 150 Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2012 PIUTANG NEGARA NO
URAIAN
INSTANSI PEMERINTAH BKPN
1
Saldo Awal (1 Januari 2012)
2
Mutasi Tambah Jumlah
3
Mutasi Kurang
4
Saldo Akhir (31 Desember 2012)
NILAI
LEMBAGA NEGARA BKPN
JUMLAH
NILAI
BKPN
NILAI
23.141
38.091.744,04
20
1.027,45
23.161
38.092.771,49
3.013
4.337.292,47
7
82,87
3.020
4.337.375,34
26.154
42.429.036,51
27
1.110,32
26.181
42.430.146,83
2.872
581.067,54
0
1,08
2.872
581.068,62
23.282
41.847.968,97
27
1.109,24
23.309
41.849.078,21
Saldo awal Piutang Negara merupakan Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N) yang belum selesai per 1 Januari 2012 sebanyak 23.161 Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN) senilai Rp38.093 miliar . Mutasi tambah berasal dari SP3N selama tahun 2012 sebanyak 3.020 BKPN senilai Rp4.337 miliar, sedangkan mutasi kurang berasal dari Surat Pernyataan Piutang Negara Lunas (SPPNL), Piutang Sementara Belum dapat Ditagih (PSBDT), Surat Pernyataan Piutang Negara Selesai (SPPNS), Surat Pengembalian,Pembayaran, dan Koreksi sebanyak 2.872 BKPN senilai Rp581 miliar. Sehingga saldo akhir piutang Negara 31 Desember 2012 adalah sebanyak 23.309 BKPN senilai Rp41.849 miliar. E.7. Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012 Jumlah Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012 sebanyak 10.115 senilai Rp1.847 miliar.
486
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Jumlah tersebut terdiri dari: 1. Barang Bergerak sebanyak 4.017 2. Barang Tidak Bergerak sebanyak 6.098 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan dapat dilihat pada tabel 151 berikut. Tabel 151 Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012 NO
KPKNL
1
KPKNL Banda Aceh
2
KPKNL Lhokseumawe
Barang Barang Tidak Bergerak bergerak
Jml Barang Jaminan
82
28
110
64.272.250.000
225
212
437
1.175.010.000
373
137
510
400.000.000
Nilai Barang Jaminan
3
KPKNL Medan
4
KPKNL P. Siantar
44
47
91
290.741.128
5
KPKNL Kisaran
61
52
113
899.366.394
6
KPKNL Padang
14
2
16
-
7
KPKNL Pekanbaru
47
60
107
308.400.000
8
KPKNL Jambi
14
-
14
-
9
KPKNL Palembang
9
33
42
51.500.000
10
KPKNL B. Lampung
24
174
198
1.310.000.000
11
KPKNL Metro
3
47
50
101.000.000
12
KPKNL Serang
-
9
9
-
13
KPKNL Tangerang
32
821
853
322.839.600
14
KPKNL Serpong
191
1.178
1369
41.366.349.191
15
KPKNL Jakarta I
24
67
91
463.775.120.000
16
KPKNL Jakarta II
43
91
134
349.212.672.725
17
KPKNL Jakarta III
24
56
80
38.798.512.562
18
KPKNL Jakarta IV
54
206
260
5.470.677.750
19
KPKNL Jakarta V
734
981
1715
832.848.815.749
20
KPKNL Bandung
330
156
486
5.799.061.000
21
KPKNL Bekasi
13
14
27
882.381.000
22
KPKNL Bogor
266
41
307
2.106.326.529
39
82
750.075.580
7
7
219.993.000
23
KPKNL Purwakarta
43
24
KPKNL Tasikmalaya
-
25
KPKNL Cirebon
2
20
22
400.000.000
26
KPKNL Semarang
11
207
218
95.700.000
27
KPKNL Surakarta
6
59
65
545.000.000
28
KPKNL Pekalongan
-
11
11
16.320.000
29
KPKNL Tegal
1
2
3
-
30
KPKNL Yogyakarta
-
3
3
-
31
KPKNL Surabaya
163
140
303
7.758.000.000
32
KPKNL Sidoarjo
7
72
79
593.608.239
33
KPKNL Malang
28
62
90
525.000.000
34
KPKNL Jember
15
11
26
90.940.000
35
KPKNL Pamekasan
3
1
4
-
487
NO
Barang Barang Tidak Bergerak bergerak
Jml Barang Jaminan
82 1 225 3 373 6 44 2 61 4 14 6 47 14 23 9 11 24 52 3 1 200 32 54 191 22 24 43 746 24 54 734 4.017 330
28 3 212 1 137 22 47 46 52 2 1 60 9 15 33 18 174 23 47 5 9 270 821 9 1.178 36 67 2 91 561 56 29 206 2 981 6.098 156
110 4 437 4 510 28 91 48 113 4 16 7 107 9 14 38 42 29 198 75 50 6 9 470 853 63 1369 58 91 2 134 1307 80 29 260 2 1715 10.115 486
Nilai Barang Jaminan 64.272.250.000-
20
KPKNL Banda Aceh KPKNL Madiun KPKNL Lhokseumawe KPKNL Pontianak KPKNL Medan KPKNL Singkawang KPKNL P. Siantar KPKNL Banjarmasin KPKNL Kisaran KPKNL Balikpapan KPKNL Padang KPKNL Samarinda KPKNL Pekanbaru KPKNL Tarakan KPKNL Jambi KPKNL Denpasar KPKNL Palembang KPKNL Singaraja KPKNL B. Lampung KPKNL Mataram KPKNL Metro KPKNL Kupang KPKNL Serang KPKNL Makassar KPKNL Tangerang KPKNL ParePare KPKNL Serpong KPKNL Palopo KPKNL Jakarta I KPKNL Kendari KPKNL Jakarta II KPKNL Manado KPKNL Jakarta III KPKNL Gorontalo KPKNL Jakarta IV KPKNL Ambon KPKNL Jakarta V Jumlah KPKNL Bandung
21
KPKNL Bekasi
13
14
27
882.381.000
22
KPKNL Bogor
266
41
307
2.106.326.529
23
KPKNL Purwakarta
43
39
82
750.075.580
24
KPKNL Tasikmalaya
-
7
7
219.993.000
25
KPKNL Cirebon
2
20
22
400.000.000
26
KPKNL Semarang
11
207
218
95.700.000
27
KPKNL Surakarta
6
59
65
545.000.000
28
KPKNL Pekalongan
-
11
11
16.320.000
29
KPKNL Tegal
1
2
3
-
30
KPKNL Yogyakarta
-
3
3
-
31
KPKNL Surabaya
163
140
303
7.758.000.000
32
KPKNL Sidoarjo
7
72
79
593.608.239
33
KPKNL Malang
28
62
90
525.000.000
34
KPKNL Jember
15
11
26
90.940.000
35
KPKNL Pamekasan
3
1
4
-
1 36 2 37 3 38 4 39 5 40 6 41 7 42 8 43 9 44 10 45 11 46 12 47 13 48 14 49 15 50 16 51 17 52 18 53 19
488
KPKNL
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
1.175.010.000400.000.000 302.600.000 290.741.128 232.000.000 899.366.394 308.400.000 490.000.000 -51.500.000 1.489.281.000 1.310.000.000 888.436.000 101.000.000 16.109.749.200 322.839.600 1.358.844.600 41.366.349.191 4.637.327.445 463.775.120.000 3.221.000 349.212.672.725 1.038.900.000 38.798.512.562 5.470.677.750 80.000.000 832.848.815.749 1.847.016.019.692 5.799.061.000
489
DAFTAR TABEL
490
Tabel 1
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011
2
Tabel 2
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011
3
Tabel 3
Rekapitulasi Jumlah Satker yang Menyampaikan Laporan Keuangan Menurut Eselon 1
18
Tabel 4
Penggolongan Kualitas Piutang
27
Tabel 5
Rincian Estimasi Pendapatan dan Realisasi Pendapatan TA 2012
29
Tabel 6
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012
29
Tabel 7
Perbandingan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012 dan 2011
30
Tabel 8
Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012
30
Tabel 9
Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011
31
Tabel 10
Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012
31
Tabel 11
Perbandingan Realisasi Pendapatan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 dan 2011
31
Tabel 12
Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan TA 2012
32
Tabel 13
Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012 dan 2011
32
Tabel 14
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012
35
Tabel 15
Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012 dan 2011
35
Tabel 16
Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011
43
Tabel 17
Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012
44
Tabel 18
Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional Bruto TA 2012 dan 2011
45
Tabel 19
Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional TA 2012 dan 2011
46
Tabel 20
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012
47
Tabel 21
Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011
47
Tabel 22
Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012
49
Tabel 23
Perbandingan Realisasi Pendapatan PNBP Lainnya Bruto TA 2012 dan 2011
49
Tabel 24
Perbandingan Realisasi Pengembalian Pendapatan PNBP Lainnya TA 2012 dan 2011
50
Tabel 25
Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012
50
Tabel 26
Perbandingan Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 dan 2011
51
Tabel 27
Realisasi Pendapatan BLU Bruto TA 2012 Berdasarkan Satuan Kerja
51
Tabel 28
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Sumber Dana TA 2012
54
Tabel 29
Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2012 dan 2011
55
Tabel 30
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I TA 2012
56
Tabel 31
Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Unit Eselon I Bruto TA 2012 dan 2011
56
Tabel 32
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Fungsi TA 2012
57
Tabel 33
Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2012 dan 2011
58
Tabel 34
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2012
58
Tabel 35
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Bruto Menurut Jenis Belanja TA 2012
59
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 36
Perbandingan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja Bruto TA 2012 dan TA 2011
61
Tabel 37
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012
62
Tabel 38
Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan 2011
63
Tabel 39
Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Pegawai Per Eselon I TA 2012
63
Tabel 40
Perbandingan Belanja Pegawai Bruto TA 2012 dan TA 2011
64
Tabel 41
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Barang Bruto TA 2012
65
Tabel 42
Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2012 dan 2011
66
Tabel 43
Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Barang Per Eselon I TA 2012
66
Tabel 44
Perbandingan Belanja Barang Per Eselon I TA 2012 dan TA 2011
67
Tabel 45
Perbandingan Pagu dan Realisasi Bruto Belanja Modal TA 2012
68
Tabel 46
Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011
69
Tabel 47
Realisasi Belanja Modal Per Eselon I Bruto TA 2012
69
Tabel 48
Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011
70
Tabel 49
Komposisi Neraca Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
81
Tabel 50
Kas di Bendahara Pengeluaran Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
82
Tabel 51
Kas di Bendahara Penerimaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 31 Desember 2011
83
Tabel 52
Kas Lainnya dan Setara Kas Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
83
Tabel 53
Kas pada Badan Layanan Umum Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
84
Tabel 54
Rincian Kas BLU Sekretariat Jenderal
84
Tabel 55
Rincian Kas pada PIP
85
Tabel 56
Rincian Kas pada LPDP
85
Tabel 57
Rincian Kas pada LPDP
85
Tabel 58
Belanja Dibayar Di Muka Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
86
Tabel 59
Uang Muka Belanja Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
87
Tabel 60
Piutang Pajak Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012
87
Tabel 61
Piutang Pajak Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
87
Tabel 62
Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJP Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
88
Tabel 63
Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2012
89
Tabel 64
Rincian Piutang Pajak Per Jenis Pajak Yang Dicatat di DJBC Per 31 Desember 2012
91
Tabel 65
Rincian Piutang Pajak Berdasarkan Umur Piutang Per 31 Desember 2012
92
Tabel 66
Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2012
94
Tabel 67
Piutang PNBP Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012
95
Tabel 68
Piutang PNBP Neto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
95
Tabel 69
Mutasi Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
100
Tabel 70
Rincian Penyisihan Piutang Bukan Pajak di BPPK Per 31 Desember 2012
101
Tabel 71
Rincian Penyisihan Piutang PNBP Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012
102
Tabel 72
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 31 Desember 2011
102
491
492
Tabel 73
Penyisihan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Per Eselon I Per 31 Desember 2012
103
Tabel 74
Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 31 Desember 2011
103
Tabel 75
Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012
104
Tabel 76
Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Setjen-PIP Per 31 Desember 2012
104
Tabel 77
Rincian Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012
105
Tabel 78
Rincian Penyisihan Piutang dari Kegiatan Operasional BLU BPPK-STAN Per 31 Desember 2012
105
Tabel 79
Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Bruto Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
105
Tabel 80
Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-PIP selain Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012
106
Tabel 81
Rincian Piutang Dari Selain Bunga Akrual Deposito Per 31 Desember 2012
106
Tabel 82
Penyisihan Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012
107
Tabel 83
Rincian Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU-STAN Per 31 Desember 2012
107
Tabel 84
Persediaan Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
108
Tabel 85
Persediaan Per Jenis Per 31 Desember 2012
108
Tabel 86
Persediaan BLU Per Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
109
Tabel 87
Aset Tetap per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
110
Tabel 88
Mutasi/Perubahan Aset Tetap Per 31 Desember 2012
111
Tabel 89
Rincian Belanja Modal Sampai dengan 31 Desember 2012
112
Tabel 90
Perbandingan Saldo Awal Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 31 Desember 2011
113
Tabel 91
Perbandingan Posisi Aset Tetap Neraca dan SIMAK BMN per 31 Desember 2012
114
Tabel 92
Aset Tetap Tanah Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
116
Tabel 93
Mutasi/Perubahan Tanah Per 31 Desember 2012
116
Tabel 94
Rincian Mutasi Tanah dari Belanja Modal per 31 Desember 2012
117
Tabel 95
Aset Tetap Tanah BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
117
Tabel 96
Aset Tetap Peralatan dan Mesin Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
118
Tabel 97
Mutasi / Perubahan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2012
118
Tabel 98
Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012
119
Tabel 99
Aset Tetap Peralatan dan Mesin BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
120
Tabel 100
Mutasi/Perubahan Peralatan dan Mesin BLU Per 31 Desember 2012
120
Tabel 101
Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin BLU dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012
120
Tabel 102
Aset Tetap Gedung dan Bangunan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
121
Tabel 103
Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2012
121
Tabel 104
Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan terkait Belanja Modal Per 31 Desember 2012
122
Tabel 105
Aset Tetap Gedung dan Bangunan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
123
Tabel 106
Mutasi/Perubahan Gedung dan Bangunan BLU Per 31 Desember 2012
123
Tabel 107
Rincian Mutasi Gedung dan Bangunan BLU terkait Belanja Modal Per 31 Desember 2012
124
Tabel 108
Aset Tetap Jalan , Irigasi dan Jaringan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
124
Tabel 109
Mutasi/Perubahan Jalan, Irigasi dan Jaringan Per 31 Desember 2012
125
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Tabel 110
Rincian Mutasi Jalan, Irigasi dan Jaringan dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012
126
Tabel 111
Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
126
Tabel 112
Aset Tetap Lainnya Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
127
Tabel 113
Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya Per 31 Desember 2012
127
Tabel 114
Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya dari Belanja Modal Per 31 Desember 2012
128
Tabel 115
Aset Tetap Lainnya BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
128
Tabel 116
Mutasi/Perubahan Aset Tetap Lainnya BLU Per 31 Desember 2012
128
Tabel 117
Rincian Mutasi Aset Tetap Lainnya BLU terkait Belanja Modal Per 31 Desember 2012
129
Tabel 118
Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
129
Tabel 119
Mutasi/Perubahan Konstruksi Dalam Pengerjaan Per 31 Desember 2012
130
Tabel 120
Aset Tetap KDP BLU Per Unit Eselon I per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
130
Tabel 121
Mutasi/Perubahan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU per 31 Desember 2012
130
Tabel 122
Komposisi Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
131
Tabel 123
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR Bruto Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
131
Tabel 124
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR NetoPer Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
132
Tabel 125
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/TGR Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
132
Tabel 126
Komposisi Aset Lainnya per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
133
Tabel 127
Aset Tak Berwujud per Jenis Aset per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
134
Tabel 128
Aset Tak Berwujud Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
134
Tabel 129
Mutasi/Perubahan Aset Tak Berwujud
135
Tabel 130
Aset Tak Berwujud BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
135
Tabel 131
Aset Tak Berwujud - BLU Per Jenis Aset
135
Tabel 132
Aset Lain-lain Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
136
Tabel 133
Perbandingan Saldo Akhir Akun Aset Tetap Yang Tidak Digunakan Dalam Operasi Pemerintahan Pada Neraca SAK dengan Laporan Posisi BMN di Neraca
137
Tabel 134
Aset Lain-lain BLU Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
138
Tabel 135
Rincian Kewajiban Jangka Pendek Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
139
Tabel 136
Utang Kepada Pihak Ketiga Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
139
Tabel 137
Utang Kepada Pihak Ketiga Per Akun Per 31 Desember 2012
140
Tabel 138
Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
140
Tabel 139
Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan Per Akun Per 31 Desember 2012
140
Tabel 140
Pendapatan Diterima di Muka Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
141
Tabel 141
Uang Muka Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
141
Tabel 142
Uang Muka dari KPPN Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
142
Tabel 143
Pendapatan Yang Ditangguhkan Per Unit Eselon I Per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
143
Tabel 144
Rincian Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
143
Tabel 145
Rincian Cadangan Piutang Per 31 Desember 2012
144
Tabel 146
Rincian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek Per 31 Desember 2012
144
493
494
Tabel 147
Rincian Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
145
Tabel 148
Rekening Pemerintah Lingkup Kementerian Keuangan per 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
170
Tabel 149
Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2012
171
Tabel 150
Rekapitulasi Piutang Negara Per 31 Desember 2012
172
Tabel 151
Rekapitulasi Daftar Barang Jaminan BKPN Instansi Pemerintah/Lembaga Negara per 31 Desember 2012
173
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
DAFTAR GRAFIK Grafik 1
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012
29
Grafik 2
Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Bruto TA 2012
30
Grafik 3
Komposisi Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Jenis Penerimaan Bruto TA 2012
27
Grafik 4
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012
35
Grafik 5
Perbandingan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri TA 2012 dan 2011
36
Grafik 6
Komposisi Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Bruto TA 2012
36
Grafik 7
Perbandingan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012 dan 2011
31
Grafik 8
Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Bruto TA 2012
48
Grafik 9
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Kementerian Keuangan TA 2012 dan 2011
32
Grafik 10
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Sumber Dana TA 2012
35
Grafik 11
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Fungsi TA 2012
57
Grafik 12
Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2012
60
Grafik 13
Komposisi Realisasi Belanja Menurut Jenis Belanja TA 2012
69
Grafik 14
Komposisi Realisasi Belanja Pegawai TA 2012
70
Grafik 15
Komposisi Realisasi Belanja Barang TA 2012
78
Grafik 16
Komposisi Realisasi Belanja Modal TA 2012
80
Grafik 17
Komposisi Neraca Per 31 Desember 2012 dan 2011
85
Grafik 18
Komposisi Piutang Pajak Per Jenis Pajak Per 31 Desember 2012
90
Grafik 19
Komposisi Aset Tetap Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012
100
Grafik 20
Perkembangan Aset Tetap per Jenis Aset Tetap
111
Grafik 21
Komposisi Aset Lainnya Per Jenis Aset Per 31 Desember 2012
133
495
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
496
Neraca Percobaan
29
LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja
30
LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan
27
Laporan Kuasa Pengguna Barang
33
Berita Acara Rekonsiliasi Aset Tetap
35
Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Perpajakan
36
Berita Acara Rekonsiliasi TP/TGR
36
Rincian Piutang Pajak
31
Rincian Piutang PNBP
31
Rincian Penyisihan Piutang PNBP
31
Rincian SP3DRI
48
Informasi Akrual
32
Matriks Tindak Lanjut Temuan BPK RI
35
Laporan Keuangan KSAP
35
Laporan Keuangan PIP
43
Laporan Keuangan LPDP
57
Laporan Rekening Pemerintah
45
Daftar Barang Tegahan DJBC
49
Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun 2012 Annual Report of Ministry of Finance 2012
Kementerian Keuangan Republik Indonesia www.kemenkeu.go.id