p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 21/05/2015; Accepted: 31/08/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(2) 2015, 212-223 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i2.1331
MENJADI GURU SD YANG MEMILIKI KOMPETENSI PERSONALRELIGIUS MELALUI PROGRAM ONE DAY ONE JUZ (ODOJ) Ani Nur Aeni PGSD Kelas Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. 211 Sumedang Email:
[email protected] ABSTRACT Teachers are professional educators who are bound by the four competencies (pedagogical, professional, personal, and social. In the study of Islamic education competence is referred to as personal-religious and professional-religious. In an attempt to give birth to a teacher who has a personal competency-religious then one way that can be achieved is through the one Day one Juz (ODOJ). ODOJ is a program of recitations of the Quran one day one juz, so that the activities of recitations through this program will be able mengkhatamkan Al-Quran at least one a month. this program will provide atsar (impact) for siapun perpetrators, including teachers, elementary school teachers are expected to figure there are teachers who have the Qur'anic morality.
ABSTRAK Guru adalah pendidik profesional yang terikat dengan empat kompetensi (pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial. Dalam kajian pendidikan Islam kompetensi tersebut disebut sebagai personal-religius dan professional-religius. Dalam upaya melahirkan sosok guru yang memiliki kompetensi personalreligius maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui program One Day One Juz (ODOJ). ODOJ adalah program tilawah AlQuran satu hari satu juz, sehingga dengan kegiatan tilawah melalui program ini akan dapat mengkhatamkan Al-Quran minimal satu bulan satu kali. Program ini akan memberikan atsar (dampak) bagi siapun pelakunya, termasuk guru. Sosok guru SD yang diharapkan ada adalah guru yang memiliki akhlak qurani.
Keywords: personal-religius, professional-religius, One Day One Juz (ODOJ).
Kata kunci: personal-religius, professional-religius, One Day One Juz (ODOJ).
How to Cite: Aeni, A. (2015). MENJADI GURU SD YANG MEMILIKI KOMPETENSI PERSONAL-RELIGIUS MELALUI PROGRAM ONE DAY ONE JUZ (ODOJ). Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 212-223. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i2.1331.
PENDAHULUAN ~ Salah satu faktor yang
sebagai
dapat menentukan kualitas pendidikan
(transfer of knowledge), namun juga harus
adalah faktor guru, karena sebagaimana
mampu
yang
petugas sosial, pelajar dan ilmuwan, orang
dikatakan
oleh
Fahdian
(2014)
penyampai memerankan
bahwa meskipun pemerintah memberikan
tua,
kebijakan
keamanan
penetapan
standar
proses
materi
pencari
pelajaran
dirinya
teladan,
dan
(Usman,
2002).
sebagai pencari Untuk
pendidikan dalam upaya peningkatan
menjalankan peran-peran tersebut maka
kualitas pendidikan, namun gurulah yang
guru selayaknya menempatkan dirinya
akan
sebagai
melaksanakan
dan
menentukan
seorang
pendidik
profesional.
kualitas pembelajaran yang notabene
Guru yang profesional menurut Suhandini
akan
kualitas
(2014) adalah guru yang memiliki keahlian
pendidikan pada umumnya. Seorang guru
sesuai dengan standar mutu pendidikan
di sekolah bukan hanya sekedar berperan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Guru
berpengaruh
pada
[212]
Ani Nur Aeni, Menjadi Guru SD yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius…
yang profesional akan nampak berbeda
terkait dengan masalah kepribadian atau
dari guru yang tidak profesional, hal ini
perilaku/akhlak.
sejalan
dengan
yang
dijelaskan
oleh
Danim (2002, p. 23), bahwa orang yang
Masalah akhlak ini menjadi masalah serius
profesional
yang
terutama jika terjadinya pada seorang
tidak
guru. Akhlak yang baik lahir dari sebuah
profesional meskipun dalam pekerjaan
pembiasaan yang baik, demikian pula
yang sama atau katakanlah berada pada
sebaliknya. Program one day one juz
satu ruang kerja. Profesionalismse seorang
adalah
guru terikat dengan empat kompetensi
membiasakan guru pada kebiasaan yang
yang
baik
berbeda
memiliki dengan
harus
adalah
sikap-sikap orang
dipenuhi,
kompetensi
yang
salah
satunya
kepribadian
yang
salah
yang
satu
akhirnya
cara
dapat
untuk
mencapai
kompetensi personal-religius.
lebih menitikberatkan sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Berdasarkan
SOSOK GURU SD
Undang-Undang
2005
Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun
tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1
2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal
dinyatakan
1 Ayat 1 disebutkan bahwa
No
14
bahwa
Tahun
kompetensi
kepribadian adalah kepribadian pendidik
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Dalam kajian pendidikan Islam ada istilah tersendiri
untuk
menyebut
kompetensi Selanjutnya
yang harus dipenuhi oleh seorang guru yaitu
personal-religius
dan
Permendiknas
profesional-
empat
religius berkaitan dengan keprofesian. Namun kenyataannya di lapangan masih kompeten,
baik
guru secara
yang
ini
menjadi
sebuah
kompetensi
Tahun
utama,
kompetensi
pedagogik,
professional,
kompetensi
kompetensi
tidak
2007
yaitu
kompetensi sosial
kepribadian.
dan Maka
berdasarkan Permendiknas tersebut sosok
pedagogik,
guru
profesional, kepribadian maupun sosial. Hal
16
SD bahwa standarisasi guru terdiri dari
masalah kepribadian, dan profesional-
ditemukan
Nomor
pada
tentang standarisiasi guru termasuk guru
religius. Personal-religius berkaitan dengan
ada
berdasarkan
SD
adalah
guru
yang
memiliki
keempat kompetensi tersebut.
keprihatinan
tersendiri bagi siapapun yang menaruh Berkaitan dengan judul diatas mengenai
perhatian terhadap dunia pendidikan,
personal-religius, maka sosok guru SD itu
terutama jika masalah kompetennya yang [213]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
berkaitan
dengan
kompetensi
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi
kepribadian yang meliputi: 1. Bertindak
sesuai
agama,
guru.
dengan
hukum,
norma
sosial,
dan
Secara personal guru harus tampil menjadi
kebudayaan nasional Indonesia
suri teladan dan berakhlak dengan akhlak
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang
quran
(aklak
Qurani),
dan
dari
sisi
jujur, berakhlak mulia, dan teladan
professional harus memiliki keahlian yang
bagi peserta didik dan masyarakat
sifatnya
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil,
dewasa,
arif,
dan
kompetensi
jawab
kompetensi etos
yang
kerja,
tinggi,
rasa
atau
dalam
istilah
(Muhaimin, 2012, p. 97) harus memiliki
berwibawa 4. Menunjukkan
religius
tanggung
kompetensi
bangga
personal-religius professional-religius.
dan Berikut
personal-religius
dan
professional religius menurut para pendidik
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
muslim.
Tabel 1. Kompetensi Personal-Religius dan Profesional Religius Guru (bersambung) No
Tokoh 1. Imam Al-Ghazali
1. 2. 3. 4. 5.
2. Abdurahman An-Nahlawy
Kompetensi Personal-Religius Profesional Religius Kasih sayang terhadap peserta 1. Menyajikan pelajaran sesuai didik dan memperlakukannya dengan taraf kemampuan sebagaimana anaknya sendiri peserta didik Peneladanan pribadi Rasulullah 2. Terhadap peserta didik yang Bersikap objektif kurang mampu sebaiknya Bersikap luwes dan bijaksana diberi ilmu-ilmu yang global Bersedia mengamalkan ilmunya dan tidak detail
1. Tujuan, tingkah laku dan pola fikirnya bersifat rabbani 2. Bersikap ikhlas 3. Bersikap sabar 4. Bersikap jujur 5. Bersikap adil
1.
2.
3. 4. 5.
3. Athiyah Al-Abrosy
1. Bersikap zuhud (mengajar hanya mengharap ridlo Allah swt) 2. Bersih dan suci dirinya dari dosa besar, riya, hasad, permusuhan dan perselisihan atau sifat tercela lainnya 3. Ikhlas dalam bekerja 4. Pemaaf 5. Menjaga harga diri dan
[214]
1. 2.
Membekalai diri dengan ilmu dan mengkaji serta mengembangkannya (bersedia mengembangkan kemampuan professional) Mampu menggunakan variasi metode dengan baik, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan situasi belajarmengajar Mampu mengelola peserta didik dengan baik Memahami kondisi psihis peserta didik Peka terhadap kondisi dan perkembangan baru Pemahaman tabiat, minat, kebiasaaan, perasaan, dan kemampuan peserta didik Penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia mengembangkannya
Ani Nur Aeni, Menjadi Guru SD yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius…
kehormatan 6. Mencintai peserta didik sebagaimana anaknya sendiri 4. Ibnu Taimiyah (dianalisis oleh Majid ‘Irsan AlKilani)
1. Saling tolong menolong atas kebajikan dan taqwa 2. Mampu menjadi teladan bagi peserta didik
1.
5. Brikan Barky AlQuraisy
1. Mengajar hanya untuk mencari keridloan-Nya 2. Bersedia mengamalkan ilmunya 3. Bersikap amanah 4. Bersikap lemah lembut dan kasih sayang terhadap peserta didik
1.
Kompetensi
personal-religius
Bekerja keras dalam menyebarkan ilmu Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmunya
2.
Penguasaan dan pendalaman atas bidang ilmunya Mempunyai kemampuan mengajar Pemahaman terhadap tabiat dan kesiapan peserta didik
2. 3.
dengan
Bila ditinjau dari pembagian juz, Al-Quran
indikator yang telah disebutkan pada
terbagi menjadi 30 juz yang tersebar
tabel tersebut diharapkan melekat pada
dalam 114 surat. Setiap juz memiliki kadar
guru muslim, sehingga menjadi sosok guru
panjang yang hampir sama. Pembagian
SD yang dapat dijadikan teladan oleh
Al-Quran menjadi 30 juz dimaksudkan
siapaun: siswa, atasan, teman sejawat,
untuk memudahkan mereka yang ingin
masyarakat dan keluarga. Jika ini yang
menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30
terjadi maka tepat sekali kepanjangan
hari (satu bulan).
dari kata “GURU” sebagai orang yang digugu dan ditiru (Sunda).
Tabel
berikut
pembagian Al-Quran Berdasarkan Pembagian Juz
urutan
surat
juz
menggambarkan Al-Quran
Al-Quran
berdasarkan
yang
terdapat
dalam mushhaf Al-Quran. Tabel 2. Pembagian Juz Dalam Al-Quran Berdasarkan Urutan Surat dalam Mushhaf Al-Quran (bersambung). LETAK JUZ SURAT KALIMAT AWAL AYAT NAMA NOMOR Ke-1
Al-Baqarah
2
2
Ke-2
Al-Baqarah
2
142
Ke-3
Al-Baqarah
2
253
Ke-4
Ali Imran
3
92
Ke-5
An-Nisa
4
24
Ke-6
An-Nisa
4
148
Ke-7
Al-Maidah
5
83
Ke-8
Al-An’am
6
111
[215]
ٓا ٓل ٓم ُٓ س َيقُو ل َ َٓ ل تِ ْل ك ُٓ س ُ الر ُّ تَنَالُوآ لَن ُٓص ٰنت َ َو ْال ُم ْح َٓ ُّٓاللّٰـ ٓهُ يُ ِحب ّل س ِمعُوآ َو ِإ َذا َ أَنَنَا َولَ ْٓو
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Ke-9
Al-A’raf
7
88
Ke-10
Al-Anfal
8
41
Ke-11
At-Taubah
9
94
Ke-12
Hud
11
6
Ke-13
Yusuf
12
53
Ke-14
Al-Hijr
15
2
Ke-15
Al-Isra
17
1
Ke-16
Al-Kahfi
18
75
Ke-17
Al-Anbiya
21
1
Ke-18
Al-Mukminun
23
1
Ke-19
Al-Furqon
25
21
Ke-20
An-Naml
27
60
Ke-21
Al-Ankabut
29
45
Ke-22
Al-Ahzab
33
31
Ke-23
Yaasin
36
22
Ke-24
Az-Zumar
39
32
Ke-25
Fushshilat
41
47
Ke-26
Al-Ahqaf
46
1
Ke-27
Adz-Dzariyat
51
31
Ke-28
Al-Mujadilah
58
1
Ke-29
Al-Muluk
67
1
Ke-30
An-Naba
78
1
ٓل ُ قَا َل ٓ َ ْال َم َٓوا ْعلَ ُم ٓوا ََٓي ْعتَذ ُِرون َدآبَةٓ ِمن َو َما ٓ ئ َو َمٓا ُٓ أُبَ ِ ِّر ُّربَ َما َٓس ْبحٰ ن ٓٓ الَذ ُ ِى َٓ أَلَ ْٓم قَا ل َٓ ا ْقت َ َر ب ح قَ ْٓد َٓ َأ َ ْفل َٓ الَذِينَٓ َوقَا ل ْٓ َخلَقَٓ أ َ َم ن ُٓ ْى َمٓا ٓ ات ل َٓ وح ِ ُأ ت َو َمن ْٓ َُي ْقن ى َو َما َٓ ِل ْ َأ ْٓ ظلَ ُٓم فَ َم ن يُ َر ُّٓد ِإلَ ْي ِٓه ٓٓ حم َٓ َفَ َما ق ال س ِم َٓع قَ ْٓد َ َٓ الَذِى ت َ ٰب َر ك َع َٓم
PROGRAM ONE DAY ONE JUZ (ODOJ)
sebanyak 12 kali sesuai dengan jumlah
Program One Day One Juz (ODOJ)/satu
bulan.
hari
satu
membaca
juz
merupakan Al-Quran
program dengan
Setiap muslim wajib memiliki kemampuan
mentargetkan bacaan setiap hari selesai
membaca Al-Quran, dan membaca Al-
satu juz. Dengan program membaca Al-
Quran itu harus menjadi bagian dari
Quran/tilawah satu hari satu juz secara
kegiatan
konsisten
terjadwal. Membiasakan dengan program
maka
akan
khatam/tamat membaca satu
berhasil mushhaf
harian
One Day One Juz
yang
senantiasa
adalah suatu proses
Al-Quran dalam jangka waktu satu bulan,
pembiasaan yang sangat baik dalam
sehingga dalam satu tahun akan khatam
tilawah Al-Quran. Walaupun tidak dibatasi
[216]
Ani Nur Aeni, Menjadi Guru SD yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius…
harus berapa ayat dalam sehari, yang
Jika belum mampu untuk membaca Al-
disenangi oleh Rasulullah saw adalah
Quran
pekerjaan
yang
dawan/konsisten
sebagaimana derajat para ulama salaf
walaupun
jumlahnya
sedikit.
tersebut,
beralasan
tidak
membaca
ada
Al-Quran,
Jangan
hingga maka
waktu
untuk
memperbanyak
tetapi
harus
sedapat kejemuan
membacanya.
membacanya.
sebanyak
mungkin
waktu
dan
tetap
harus
membaca
mungkin
menyengaja menyempatkan diri untuk Sesering mungkin dan
mengkhatamkannya
tanpa tidak
Al-Quran
menimbulkan terlalu
cepat
diluangkan
untuk membaca Al-Quran. Ulama salaf
Guru yang akrab dengan Al-Quran akan
mempunyai
yang
menjadikan dirinya sebagai sosok guru
berlainan tentang tempo dan jangka
yang ideal dilihat dari personal religius,
waktu dalam mengkhatamkan Al-Quran.
karena
Ibnu
dari
berdampak pada perilaku pembacanya,
sebagian ulama salaf mengkhatamkan Al-
terutama jika bacaannya sangat intensif,
Quran sekali dalam setiap dua bulan, dan
dari segi kualitas dan waktu.
Abi
kebiasaan-kebiasaan
Daud
meriwayatkan
setengahnya
dari
mengkhatamkan
Al-Quran
membaca
Al-Quran
akan
mereka dalam
Bagi umat Islam mampu membaca Al-
sebulan.
Quran adalah suatu keharusan, terutama membaa Al-Quran seara tartil. Sungguh
Selain khattam sebulan sekali, dua bulan
sangat ironis jika masih ada guru muslim
sekali, diantara ulama salaf ada juga yang
yang sampai saat ini belum mampu
mengkhatamkannya sekali dalam sepuluh
membaca
malam,
siswanya dituntut untuk bisa membaca Al-
sekali
dalam
setiap
delapan
Al-Quran, sementara
malam, sekali dalam setiap tujuh malam,
Quran.
untuk
beberapa
sekali dalam enam malam, sekali dalam
kabupaten di Jawa Barat
syarat bisa
lima malam, setiap empat malam, setiap
diterima di SMP, siswa SD harus memiliki
tiga malam, setiap dua malam. Bahkan
ijazah
ada
memperlihatkan
diantaranya
yang
mengkhatamkannya sekali dalam sehari
Bahkan
siswa-
madrasah
(MDTA),
adanya
yang
kemampuan
membaca Al-Quran.
semalam, seperti Usman bin Affan ra, Tamim
Ad-Darimy,
Said
Mujahid, Asy-Syafi’I. mengkhatamkannya
Jubair,
Al-Ghazali (dalam Al-Qaradhawi, 1999, p.
Ada pula yang
262) menyebutkan bahwa membaca Al-
dua
bin kali
dalam
Quran itu ada tiga tingkatan.
sehari semalam, tiga kali dalam sehari semalam, seperti Sali bin Umar ra Qodhi
Tingkatan
yang
Mesir
tingkatan
yang
pada
masa
pemerintahan
Mu’awiyah.
pertama paling
merupakan
rendah,
yaitu
apabila seseorang membaca Al-Quran itu [217]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
seolah-olah ia berada di hadapan Allah
(2012, p. 71-81) hendaklah memperhatikan
swt,
hal-hal berikut:
dia
merasakan
Allah
swt
memperhatikannya dan mendengarkan bacaannya.
Dalam
kondisi
a) Membersihkan mulut dengan siwak atau lainnya b) Diutamakan dalam keadaan suci c) Membaca Al-Quran disunahkan di tempat yang bersih dan terpilih d) Diutamakan bagi pembaca AlQuran di luar shalat supaya menghadap kiblat e) Jika hendak mulai membaca AlQuran, maka mohonlah perlindungan/ isti’adzah f) Orang yang membaca Al-Quran hendaklah selalu membaca bismillaahir rahmaanir rahiim pada awal setiap surat selain surat AlBara’ah.
ini
kewajibannya adalah berdo’a memohon, meratap dan menghiba. Tingkatan
kedua
dengan
hatinya
melihatnya,
adalah
menyaksikan
seakan
Allah
berdialog
dengan
kasih
memberikan
swt
kepadanya
sayang-Nya
kepadanya
dan
nikmat
dan
kebaikan-Nya. Dalam kondisi seperti ini kewajibannya memuliakan
adalah Allah
merasa
malu,
swt, mendengarkan
Mengawali Pembiasakan Program One
dan memahami firman-Nya.
Day One Juz (ODOJ) Pembiasaan
Tingkatan ketiga ialah tingkat muqarrabin, yaitu
pengulangan. Untuk
kalimat-kalimat sifat, serta tidak melihat dirinya,
bacaannya,
dan
juga juga
tidak
kepada
tidak
kepada
berintikan
pengalaman. Inti dari pembiasaan adalah
melihat kalam Allah dan dalam
kepada
sebenarnya
pembinaan sikap,
pembiasaan sebenarnya cukup efektif. Pembiasaan tidak hanya perlu bagi anakanak yang masih kecil, tidak hanya perlu
nikmat yang diberikan kepadanya. Sebab
bagi
seluruh perhatiannya terpusatkan kepada
siswa
Taman
Kanak-kanak
dan
Sekolah Dasar, namun pembiasaan juga
Allah swt, melepas pikirannya, dan seakan
perlu diterapkan pada orang dewasa,
ia tenggelam dalam penyaksian Allah dari
seperti guru SD.
penyaksian yang lainnya. Membaca Al-Quran dengan Walaupun terdapat keutaman-keutaman (fadhilah)
sebagaimana
disebutkan
One Day One Juz (ODOJ), bagi yang tidak
di
biasa
atas namun tetap para pembaca AlQuran
harus
menunjukkan
menghadirkan hatinya bermunajat membaca
kepada Al-Quran
swt
seperti
Al-Quran,
menurut
bagi
himmah/semangat
dianggap
yang
tidak
berat, memiliki
membaca Al-Quran.
Bagaimana tidak berat, membaca Al-
dan
Quran sehari harus selesai satu juz, satu
keadaan
ayat saja sehari tidak pernah dibaca. Tapi
orang yang melihat Allah swt. Jika hendak membaca
barangkali
terutama
keikhlasan,
karena sedang Allah
program
jika himmah itu sudah muncul maka tidak
Syu’aib
ada sesuatu yang sulit dan berat, karena
[218]
Ani Nur Aeni, Menjadi Guru SD yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius…
agama itu mudah tidak memberatkan
wajib, atau membaginya menjadi 3
umatnya.
kali, seperti layaknya minum obat (3 X 1), yaitu pagi, siang dan sore
Untuk membiasakan program One Day
5. Untuk
menumbuhkan
motivasi
dan
One Juz (ODOJ) ini supaya tidak dirasa
menghilangkan
berat, maka langkah awalnya adalah:
mushhaf
1. Niatkan
secara visual, terutama yang terdapat
yang
kuat
untuk
melaksanakan program One Day One
kejenuhan,
Al-Quran
yang
pilih menarik
tanda khusus pada setiap awal juz
Juz (ODOJ),
6. Bawa Al-Quran saku (Al-Quran kecil)
2. Niatkan yang ikhlas hanya lillahi ta’ala
kemanapun
pergi,
untuk melaksanakan program One
memungkinkan
kita
Day One Juz (ODOJ)
tempat
3. Mengalokasikan waktu khusus untuk
manapun
senggang,
sehingga membaca
di
dalam
waktu
saat
dalam
misalnya
tilawah, misalnya setelah shalat subuh,
angkot, saat menunggu antrian di
sebelum tidur, setelah shalat tahajjud,
dokter, saat menunggu teman, saat
atau setelah shalat magrib sambil
menunggu hujan reda.
menunggu datangnya waktu isya
7. Untuk menghindari lupa, tandai akhir
4. Membagi bacaan Al-Quran satu juz menjadi
beberapa
kali
bacaan
membaca,
setiap selesai tilawah dan
mengisinya dalam monitoring seperti
misalnya membaginya menjadi lima
berikut:
kali (5 X 1), yaitu setiap selesai shalat Tabel 3. Format Monitoring program One Day One Juz (ODOJ) No
Hari
Tanggal
Jam
Juz
Surat
8. Untuk menghindari “hutang tilawah” yang
menumpuk,
terlewatkan
tidak
jika
satu
tilawah
Ayat
Keterangan
rangka mengecek setiap hari program
hari
One Day One Juz (ODOJ)
maka
10. Ketika
suatu
saat
telah
berhasil
sebaiknya diakumulasikan pada hari
menyelesaikan
berikutnya
(2
sehari)
One Juz (ODOJ) sesuai target (khatam
dengan
cara
waktu
Al-Quran dalam satu bulan), maka
juz
dalam dicicil
sebagaimana pada point 4
boleh
9. Minta kesedian teman atau keluarga
kita
program One Day
memberikan
reward
terhadap diri sendiri, misalnya membeli
untuk selalu mengingatkan kita dalam
Al-Quran
[219]
baru,
atau
memberikan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
reward itu kepada orang lain, misalnya
menerima
dan
memikul
sebagian
bersedekah.
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Para orang tua
Dengan sepuluh langkah awal tersebut
telah memberikan kepercayaan kepada
maka memudahkan bagi para pemula
guru untuk menggantikan keberadaannya
(new comers) dalam program One Day
di
One
dapat
menyerahkan sepertiga hidup anaknya
melaksanakan program ini. Jika program
dalam bimbingan guru di sekolah, hal ini
ini telah satu kali berhasil dilaksanakan
merupakan sebuah amanah yang harus
maka
dipertanggungjawabkan.
Juz
(ODOJ)
akan
untuk
menjadikan
sebuah tersebut
kebiasaan.
Dan
kebiasaan
lambat-laut
akan
membentuk
sekolah,
amanah
para
adalah
orangtua
guru
telah
Guru
yang
yang
dapat
pribadi
dipercaya untuk menjalankan amanah
qurani pada setiap pelakunya termasuk
orang tua dalam pendidikan anak di
guru SD, hal ini berarti menjadikan pribadi
sekolah.
guru SD yang berakhlak qurani.
perwujudan dari akhlak qurani sebagai
Sifat
amanah
merupakan
dampak dari guru akrab dengan AlUrgensi
Kompetensi
Personal-Religius
Quran.
Melalui Program One Day One Juz (ODOJ) Bagi Guru SD
Selain alasan tersebut, urgensi program
Kompetensi
dengan
one day one juz bagi guru SD dalam
disebutkan
rangka menjadikan guru yang memiliki
sebelumnya harus dimiliki oleh guru SD
kompetensi personal-religius, mengingat
terutama
yang
saat ini martabat guru telah mengalami
berpedomankan kepada kitab suci Al-
kemerosotan. Rendahnya martabat guru
Quran. Keharusan tersebut menjadi hal
tersebut menurut Tafsir (2005) disebabkan
yang
mengingat
oleh pengaruh pandangan rasionalisme,
beberapa alasan berikut yang penulis
materialisme, dan pragmatisme. Dengan
klasifikasikan
pengaruh pandangan ini guru dipandang
indikator
personal-religius yang
telah
guru
sangat
muslim
penting, dalam
empat
sudut
pandang, yaitu dari sudut pandang guru,
sebagai
petugas
semata
yang
siswa, Al-Quran, kondisi zaman.
mendapatkan gaji dari pemerintah atau yayasan, akibatnya jarak antara guru
1. Dari sudut pandang guru Sesuai dengan Undang-Undang
dengan murid menjadi jauh, relasinya No 14
bukan
lagi
seperti
orangtua
dengan
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I
anaknya, guru dipandang sebagai orang
Pasal 1 Ayat 1 bahwa guru adalah
gajian, murid kehilangan rasa hormat
pendidik professional, maka Darajat (2014)
kepada guru dan guru tidak lagi menjadi
memberikan implisit
guru
argumen telah
bahwa
secara
objek teladan. Pengaruh rasionalisme ini
merelakan
dirinya
menyebabkan [220]
hubungan
guru-murid
Ani Nur Aeni, Menjadi Guru SD yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius…
diatur
semata-mata
secara
Pengaruh
materialisme
menyebabkan
guru
ekonomis
ketika
pragmatisme
rasional.
Demikian pula usia siswa SD masih sangat
telah
tinggi dalam hal peniruan (imitasi), maka
secara
seharusnya yang ditiru oleh siswa dari
Pengaruh
gurunya adalah hal-hal yang baik dan
membentuk
positif. Dan hal itu hanya bisa diberikan
berhitung
mengajar. telah
pandangan bahwa kebenaran itu relatif.
oleh
guru
yang
memiliki
kompetensi
personal-religius. 2. Dari sudut pandang siswa Dari sudut pandang siswa urgensi program
3. Dari sudut pandang Al-Quran
One Day One Juz (ODOJ) ini bagi guru SD
Program
adalah mengingat usia siswa SD antara 6-
digalakan oleh siapapun mengingat Al-
12 tahun secara ilmu jiwa agama menurut
Quran adalah sebagi kitab suci yang
Darajat ( 2003, p. 129) ketika mereka
harus dibaca dan difahami. Mushhaf Al-
masuk sekolah jiwanya telah membawa
Quran bukan sebagai penghias rak buku
bekal rasa agama yang terdapat dalam
tapi sebagai penghias akhlak seorang
kepribadiannya, yaitu dari orang tuanya.
muslim.
Jika pendidikan agama yang diterimanya
memberikan dampak pada kondisi batin
di sekolah serasi dengan apa yang telah
seseorang. Akan menjadikan batin tenang
mereka
tuanya
dan akan memagari dirinya dari penyakit-
maka tidak akan terjadi kebingungan
penyakit hati. Kondisi batin inilah yang
dalam diri anak. Tetapi jika yang terjadi
diperlukan oleh seorang guru ketika di
adalah
sekolah.
dapatkan
dari
sebaliknya
orang
maka
anak
akan
one
day
one
Membaca
juz
itu
Al-Quran
perlu
akan
Selain menentramkan kondisi
bingung. Guru yang memiliki pemahaman
batihin
agama
membaca Al-Quran akan mendatangkan
berdasarkan
pada
Al-Quran,
menyibukkan
diri
dengan
sedikit banyak akan memberikan warna
berbagai keutamaan, diantaranya:
pada pribadi anak, demikian pula guru
a. Membaca
Al-Quran
adalah
yang berakhlak dengan akhlak quran
perniagaan yang tidak pernah merugi,
akan memberikan pengaruh pula. Yang
karena:
menjadi kekhawatiran adalah manakala
1) Satu hurufnya diganjar dengan 1
anak yang baru masuk Sekolah Dasar,
kebaikan dan dilipatkan menjadi
sebelumnya
10 kebaikan.
jiwanya
telah
membawa
bekal agama yang baik dari orang tuanya
2) Kebaikan
tetapi ketika di sekolah hal itu tidak didapatkan
dari
gurunya.
akan
menghapuskan
kesalahan
Maka
3) Setiap kali bertambah kuantitas
pendidikan di sekolah dan di rumah tidak
bacaan,
serasi.
ganjaran pahala dari Allah.
[221]
bertambah
pula
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
b. Bacaan Al-Quran akan bertambah
tidak
bersikap
seharusnya,
hanya
agung dan mulia jika terjadi di dalam
mengejar materi demi mencukupi semua
shalat
kebutuhan
c. Membaca
Al-Quran
dalam
kondisi
yang
sebenarnya
bersifat
sekunder.
bagaimanapun juga kemampuannya akan mendatangkan pahala d. Membaca
Faham hedonispun nampaknya terjadi di
Al-Quran
akan
sekolah, terjadi perkelahian antar siswa,
mendatangkan syafa’at e. Salah f.
satu
ibadah
pengeroyokan terhadap siswa disaat jam
paling
agung
pelajaran kosong alias saat guru tidak
adalah membaca Al-Quran
ada,
Membaca Al-Quran berjama’ah akan
berlebihan oleh seorang guru, bahkan
mendatangkan
sampai
digolongkan
ketenangan
menjadi
dan
orang-orang
sudut
ini
pandang
kondisi
fisik
pencabulan
yang
seorang
dzalik. kondisi
Maka untuk mengcounter hal-hal negatif
masyarakat saat ini Saat
tindakan
hukuman
guru kepada muridnya, na’udzubillah min
yang dekat dengan Allah 4. Dari
pemberian
tersebut
dibentengi
dengan
sungguh
benteng yang kuat, yaitu akhlak qurani
sangat memprihatinkan dilihat dari sisi
yang lahir dari dampak program one day
akhlak.
one juz pada diri seorang guru.
Sebagian
masyarakat
perlu
masyarakat
sudah
terbius dengan faham hedonisme dan materialisme.
Pamer
mempertontonkan
kekayaan, permusuhan,
Dalam upaya melahirkan sosok guru yang
perkelahian bahkan hal yang dulu tabu,
memiliki kompetensi personal-religius maka
misalnya
salah satu cara yang dapat ditempuh
MBA
aurat,
SIMPULAN
(Married
By
Accident)
sudah dianggap menjadi hal yang biasa.
adalah melalui program One Day One Juz (ODOJ). Program ini akan memberikan
Tak terkecuali faham materialisme juga
atsar (dampak) bagi siapun pelakunya,
menyambangi para guru SD, dengan
termasuk
dalih
seharusnya
untuk
mengejar
profesionalisme,
dalam berpenampilan menjadi berlebihan dan
akhirnya
menjadi
Akhirnya
yang
guru
yang
Al-Qaradhawi, Y. (1999). Berinteraksi dengan Al-Quran. Jakarta: Gema Insani Press.
lagi disulitkan dengan cicilan kendaraan dibayar.
adalah
SD
REFERENSI Al-Quran.
demi menjaga penampilan, belum harus
guru
takalluf
kesana kemari untuk membeli tas, sepatu,
yang
ada
Sosok
memiliki akhlak qurani.
(memberatkan diri sendiri), menghutang baju
guru.
dalam
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
menjalankan amanah di sekolah guru [222]
Ani Nur Aeni, Menjadi Guru SD yang Memiliki Kompetensi Personal-Religius…
Tenaga Kependidikan. Pustaka Setia.
Bandung:
Darajat, Z. (2003). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Darajat, Z. (2014). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Fahdini, R., Mulyadi, E., Suhandani, D., & Julia, J. (2014). IDENTIFIKASI KOMPETENSI GURU SEBAGAI CERMINAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI KABUPATEN SUMEDANG.Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 33-42. Muhaimin. ( 2012). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja. Suhandani, D., & Julia, J. (2014). IDENTIFIKASI KOMPETENSI GURU SEBAGAI CERMINAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI KABUPATEN SUMEDANG (KAJIAN PADA KOMPETENSI PEDAGOGIK). Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 128-141. tafsir, A. (2005). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Usman, M. U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
[223]