MENJADI GURU PROFESIONAL MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
KUSWADI NIM 093911268
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Kuswadi
NIM
: 093911268
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam/PGMI
menyatakan bahwa sekripsi ini keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang,
September 2011
Saya yang menyatakan,
Kuswadi NIM. 093911268
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
(#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùö tƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# Artinya “Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S Al Mujadalah ayat 11)
v
PERSEMBAHAN Dengan mengucap puji syukur kepada Allah swt skripsi ini penulis persembahkan kepada: Istriku tercinta yang selalu meberikan dukungannya Anakku Queena tersayang Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan Adik-adikku yang selalu memberikan support padaku Semua keponakanku Teman-teman satu bimbingan di IAIN Walisongo Semarang yang tak terlupakan
vi
ABSTRAK
Judul,
Penulis NIM
: MENJADI GURU PROFESIONAL MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENAGKAN Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd : Kuswadi : 093911268
Skripsi ini membahas dan mengkaji tentang “Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd., untuk menciptakan pembelajaran ini, guru harus mempunyai berbagai keterampilan, di antaranya : a) keterampilan bertanya, b) keterampilan menjelaskan, c) keterampilan membimbing, d) keterampilan mengelola kelas, e) keterampilan mengajar, f) keterampilan membimbing diskusi kecil. Sebagai guru yang berkompeten dan guru profesional, mereka dituntut selain harus mempunyai keterampilan agar tercipta suatu pembelajaran yang kreatif dan yang menyenangkan, dan dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang lebih optimal. Metode – metode tersebut adalah : a) metode ceramah, b) metode inkuiri, c) metode tanya jawab, d) metode sosiodrama, e) metode simulasi, f) metode diskusi. Pembelajaran kreatif dan menyenangkan, akan banyak menghasilkan berbagai tujuan sebagai salah satu jalan keluar yang menuntut guru umum maupun guru PAI lebih memfokuskan kepada peserta didik, agar memberikan motivasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak mudah merasakan bosan dan jenuh pada saat proses pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu guru harus menekankan pada pengembangan potensi peserta didik dalam mengaktualisasikan kualitas pembelajaran yang menyenangkan. Kajian ini menunjukan bahwa pembelajaran yag sesuai dengan harapan akan sangat bermanfaat dan mudah dipahami manakala sebagai guru professional dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dengan baik yang selalu memberikan motivasi dalam setiap pembelajaran di luar maupun di dalam kelas.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan inayahNya yang telah diberikan oleh penulis tanpa semua itu penulis tidak akan mampu dan sampai dalam penyelesaian studi di IAIN Walisongo Semarang. Shalawat serta salam senatiasa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, karena beliau, umat manusia tertuntun ke jalan yang benar, kehidupan yang damai dan selamat. Berangkat dari niat semangat yang tulus dari penulis dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kajian Buku Menjadi Guru Profesional, Karya Dr. Mulyasa, M.Pd. Tersirat dalam tujuan penulisan skripsi ini yang khususnya agar penulis mempunyai kesempatan belajar pada tulisan sendiri, di samping sebagai sumbangsih penulis terutama pada almamater dan umumnya bagi siapa saja yang membutuhkan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna mendapatkan gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Akhirnya segala bentuk bantuan dan petunjuk maupun motivasi – motivasi yang penulis peroleh selama penulisan skripsi ini, penulis haturkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 3. Drs. Sajid Iskandar, selaku Dosen Pembimbing atas motivasi dan pembimbingan hingga skripsi ini selesai. 4. Segenap teman – teman satu kelompok bimbingan di IAIN Walisongo Semarang. 5. Istri dan anak tercinta yang selalu memberikan dukungannya 6. Adik – adikku yang selalu memberikan sport kepadaku.
viii
Akhirnya atas segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap sedalam – dalamnya atas kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Dan kepada Allah Swt harap dan doa terurah semoga usaha dalam penulisan skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan kepada pembaca umumnya, sert tertulis di sisi-Nya sebagai pengabdian kepada-Nya. Amin.
Semarang,
Juni 2011
Penulis
Kuswadi NIM. 093911268
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………………..
ii
PENGESAHAN ……………………………………………………………
iii
NOTA PEMBIMBING …………………………………………………….
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………..
v
ABSTRAK ………………………………………………………………..
vi
TRANSLITERASI ………………………………………………………..
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
xii
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………
1
A. Latar Belakang ……………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
9
C. Kajian Pustaka ……………………………………………….
9
D. Tujuan Penelitian …………………………………………….
11
E. Metode Penelitian …………………………………………….
12
BAB II
TEORI
PEMBELAJARAN
YANG
KREATIF
DAN
MENYENANGKAN …………………………………………..
13
A. Pengertian Teori Pembelajaran ……………………………..
13
B. Teori Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) ……………………………..
x
19
BAB III BIOGRAFI SINGKAT PEMIKIRAN Dr. E. MULYASA M.Pd… 23 A. Biografi dan Karya – karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd ………….. 23 B. Teori
Pembelajaran
Aktif,
Inovatif,
Kreatif
dan
Menyenangkan Menurut pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd … C. Telaah
Baku
Menjadi
Guru
Profesional
Karya
Dr. E Mulyasa, M.Pd ………………………………………. BAB IV
ANALISIS
PEMBELAJARAN
MENYENANGKAN
DALAM
KREATIF
32
38
DAN
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM…………………………………………………………. A. Studi Analisis Pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd
62
tentang
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan …………………..
62
B. Studi Analisis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
BAB V
Kreatif dan Menyenangkan …………………………………..
65
C. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan……..
66
PENUTUP ……………………………………………………… 74 A. Kesimpulan …………………………………………………..
74
B. Saran – saran …………………………………………………
76
C. Penutup ………………………………………………………
78
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah pendidikan yang berdasarkan atas Alqur’an dan Sunah Rasul, bertujuan untuk membantu perkembangan manusia menjadi lebih baik. Pada dasarnya menusia lahir dalam keadaan fitrah, dan bertauhid. Adapun pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kehidupan pribadi seseorang. Konsep Pendidikan Agama Islam berdasarkan Alqur’an dan Hadits. Untuk itu memiliki jangkauan ke dapan, karena itu falsafah pendidikan Islam lebih tepat jika menggunakan falsafah progresifisme, artinya bahwa pendidikan melalui gerak perubahan sosial. 1 Di dalam Alqur’an sendiri terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip – prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan Alqur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan teori, metode pembelajaran dalam pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus berlandaskan ayat – ayat Alqur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan dengan hadits, juga dilakukan dengan ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.
1
Dr. Zakiyah Derajad, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara. Jakarta 1996, hlm 20
1
Oleh karena sumber ilmu pengetahuan yang wawasannya dalam Alqur’an adalah Maha Luas, ilmu – ilmu pengetahuan yang diharapkan Allah tetap menjadi penopang kemantapan keimanan kepada Allah Swt.
Agama Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat penting sehingga mencari ilmu itu hukumnya wajib. Islam juga mengajarkan, menuntut ilmu itu berlaku prinsip tak mengenal batas, dimensi, ruang dan waktu.
Artinya, dimana pun atau negara mana pun dan kapan pun tak
mengenal batas waktu kita bisa belajar. Sesuai dengan misi islam sebagai awal dari tujuan pendidikan Islam. Kepada umat islam diajarkan untuk membaca, sebagaimana dalam Alqur’an yang diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW yang ummi dalam Surat Al – ‘Alaq ayat 1 – 5 :
ãΠt ø.F{$# y7š/u‘uρ ù&t ø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&t ø%$#
Artinya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Baca dengan nama Tuhanmu Yang Maha Mulia.
2
Yang mengajarkan manusia dengan kalam (pena), mengajarkan manusia apa – apa yang belum diketahuinya.”
(Q.S. ‘Al-
Alaq : 1-5)
Ayat di atas menunjukkan adanya sinyelemen bahwa pemerintah membaca bukan hanya secara histories, bukan hanya bersifat individual, melainkan menjadi sebuah gerakan untuk tujuan perubahan kehidupan, sebagai diilhami oleh turunnya ayat kedua Surat Al-Muddatsir.
Artinya,
“Hai orang – orang yang berselimut. Bangkitlah untuk berseru (kepada
msnusia).
Dan
kepada
Tuhanmu
bertakbir.”
(Q.S. Al-Muddatsir :1-3) Kebangkitan ini disertai dengan semangat kebersamaan dalam menuntut ilmu. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. 2 Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya
2
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 35
3
sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreativitas, sehingga guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.3 Peranan guru sebagai pendidik professional akhir – akhir ini mulai dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan oleh munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja. Jika fenomena itu benar adanya, maka baik langsung atau tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai pendidik profesional. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran yaitu keterampilan
bertanya,
memberikan
penguatan,
mengadakan
variasi,
menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok
kecil,
mengelola
kelas,
serta
mengajar
kelompok
kecil
perorangan. 4 Untuk lebih jelas penulis akan dikemukakan pada Bab III. Untuk mengatasi masalah kebosanan peserta didik, agar selalu antuasias, tekun dan penuh partispasi, variasi sangat diperlukan dalam pembelajaran. Variasi yang dimaksud di sini adalah perubahan dalam proses 3
Ibid, hlm. 20 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 69 4
4
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif, karena hal ini berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi proses pembelajaran. Tempat belajar (kelas) hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsang – perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. 5 Untuk dapat belajar dengan efektif, diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur untuk proses belajar mengajar yang maksimal, misalnya : 1.
Ruang belajar (kelas) harus bersih, tidak ada bau – bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.
2.
Ruang
kelas
cukup
terang,
tidak
gelap,
nyaman
yang
tidak
mengganggu mata. 3.
Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku – buku dan sebagainya. Proses pembelajaran dan pendidikan di dalam sekolah (kelas) perlu
didukung suasana kependidikan (lingkungan) yang kondusif, di sekolah (di kelas) siswa merasa kerasan, nyaman dan senang untuk belajar, karena proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya sering kali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan 5
Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, Rineke Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 77
5
pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Karena itu dalam pembelajaran berbasis kompetensi yang perlu adalah adanya rumusan kompetensi yang ingin dicapai harus secara spesifik, jelas dan teratur. Strategi penyampaian yang menekankan keaktifan siswa dengan penggunaan metode kolaboratif dan manajemen waktu yang tepat serta sistem evaluasi yang tidak hanya mengukur daya ingat saja, lebih – lebih pada daya nalar dan keterampilan.6 Dalam proses pembelajaran pendidikan agama (Islam) ada tiga komponen utama yang paling berpengaruh dalam pembelajaran tersebut. Ketiga komponen tersebut adalah : 1. Kondisi pembelajaran agama 2. Metode pembelajaran pendidikan agama, dan 3. Hasil pembelajaran agama.7 Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan pembelajaran PAI. Faktor kondisi ini berinteraksi dengan pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode pembelajaran PAI. Pada dasarnya, komponen ini sudah ada dan tidak dapat dimanipulasi. Dalam proses kependidikan (pembelajaran) Islam, suatu lingkungan harus dapat dimanipulasi menjadi lingkungan yang memberikan suasana yang memperlancar jalannya proses kependidikan (pembelajaran) Islam. Para
6
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 163 7 Drs. Muhaimin, MA., et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Rosda Karya, Bandung, 2004, hlm. 146
6
pendidik Islam adalah pemegang kendali proses kependidikan yang terarah kepada tujuan pendidikan Islam, harus mementingkan pada penciptaan suasana edukatif yang mendorong efektivitas proses belajar mengajar. Suasana tersebut bisa diindikasikan dengan ciri – ciri sebagai berikut. 1. Mendorong anak didik untuk mengenali diri sendiri dan alam sekitarnya, sehingga akan lahir aktivitas – aktivitas secara konstruktif dan simultan ; 2. Mendorong anak didik untuk mendapatkan pola dan tingkah laku yang menjadi kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi dirinya ; 3. Mendorong anak didik untuk mengembangkan perasaan puas serta reaksi – reaksi emosional yang menguntungkan dirinya dalam hubungan dengan orang lain dan dalam memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Adapun pendidikan yang baik dan guru yang efektif berusaha memikirkan perkembangan kepribadian peserta didik dan kehidupannya, tetapi guru pun adalah pribadi dan merupakan bagian dari proses pendidikan. Guru PAI tidak hanya sebagai salah satu sumber belajar dan sumber nilai, tetapi juga harus menampilkan diri sebagai ahli dalam menata sumber belajar pendidikan agama yang lainnya serta mampu mengintegrasikan ke dalam tampilan dirinya. Sejalan dengan meningkatkan akan kualitas tenaga guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membekali para guru agar mampu mengembangkan berbagai media pembelajaran. Guru dapat mempersiapkan bahan pembelajaran yang sistematis dan terprogram seperti buku ajar, modul atau media lain yang dapat menunjang
7
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mandiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung agak terasa kurang tekait atau kurang perhatian terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif mennjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berperilaku secara konkret – agamis dalam kehidupan praktis sehari – hari. Salah satu permasalahan serius yang sering dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran termasuk pembelajaran PAI. Proses pembelajaran pendidikan agama yang terjadi kerap kali baru bersifat seadanya, rutinitas, formalis, kering dan kurang makna. Kualitas pembelajaran semacam itu akan menghasilkan mutu pendidikan agama yang rendah pula. Dari berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan terutama pembelajaran pendidikan Islam dan sesuai dengan latar belakang masalah di atas,
penulis
memilih
judul
“MENJADI
GURU
PROFESIONAL
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN MENURUT Dr. E. MULYASA, M.Pd ; Untuk memberikan sedikit solusi atau memberikan jalan keluar bagi dunia pendidikan, pembelajaran pendidikan agama Islam dengan merujuk dari kajian buku tersebut. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena mutu, untuk menciptakan
8
pembelajaran
yang
keterampilan.
Di
kreatif
antaranya
dan
menyenangkan,
adalah
keterampilan
diperlukan
sebagai
membelajarkan
atau
keterampilan mengajar.
B. Rumusan Permasalahan Sehubungan dengan judul dan latar belakang di atas, ada beberapa pokok permasalahan yang ingin dikemukakan, di antaranya : 1. Bagaimana pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd? 2. Bagaimana
menjadi
guru
professional
yang
dapat
menciptakan
pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd? 3. Bagaimana pembelajaran kreatif dan menyenangkan yang dilaksanakan di sekolah SD/MI menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd?
C. Kajian Pustaka Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman, penulis menafsirkan istilah yang dipakai di dalam penulis skripsi ini, yang akan diuraikan kata per kata dari judul, yaitu “MENJADI GURU PROFESIONAL MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN MENURUT Dr. E. MULYASA, M.Pd” sebagai berikut : 1. Pembelajaran Adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
9
pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan kreatif adalah kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru, daya cipta. 2. Menyenangkan adalah tingkah laku yang diawali dengan rasa tertarik akan suatu hal sehingga akan menimbulkan keinginan – keinginannya. 3. Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas peserta didik untuk tujuan yang dicapai yaitu tujuan pendidikan Islam. 4. Guru Profesional adalah mereka orang – orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat kemampuan (kompetensi) yang tinggi, serta mendapatkan ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar. 5. Dr. E. Mulyasa, M.Pd Beliau adalah seorang pemikir yang banyak memberikan kontribusi khususnya di dalam dunia pendidikan. Beliau dilahirkan di Majalengka, 13 Desember 1962. Pendidikan dasar dan menengah di Majalengka, memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (1986) dan gelar Master Pendidikan (M.Pd) dari IKIP Bandung tahun 1997. (Sekarang IKIP Bandung namanya UPI). Tahun 2002 gelar doktornya dalam Ilmu Pendidikan (S3) dari Universitas Pendidikan Indonesia dengan predikat Cumlaude.8 6. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Ini salah satu dari sekian buku yang dikarang oleh beliau 8
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, hlm 232
10
sebagai acuan atau referensi Guru (para pendidik) dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam buku tersebut diuraikan berbagai prinsip kompetensi dan profesionalisme guru yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. Juga buku ini sebagai perangsang sikap kreatif dan professional tersebut. Inti dan tujuan dalam pembahasan buku di atas sengaja ditawarkan bagaimana cara – cara praktis agar bukan saja mudah dipahami tapi mudah diterapkan dalam pembelajaran. Jadi sesuai dengan kajian pustaka yang dijelaskan, dapat digarisbawahi, ternyata guru yang berkompeten dan professional ialah guru yang harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang kompleks. Begitu juga pembelajaran yang aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik di dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dari alasan di atas memilih judul “MENJADI GURU PROFESIONAL MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN MENURUT Dr. E. MULYASA, M.Pd (Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.)” sebagai pedoman dasar bagi para guru saleh, terutama di bidang pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti setelah mengemukakan permasalahan di atas adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui bagaimanakah pola pengembangan pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd.
11
2. Untuk mengetahui bagaimana menjadi guru professional yang dapat menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. 3. Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan pembelajaran kreatif dan menyenangkan di sekolah SD/MI.
E. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan metode peneltian kepustakaan, untuk memperoleh data dari buku-buku referensi yang akan dijadikan bahan pembuatan skripsi. Seperti
metode
library
research,
yaitu
suatu
penelitian
kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoristis yang berisi sajian landasan ilmiah. Metode pengumpulan data kepustakaan, dengan menggunakan metode ini, dapat mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang kratif dan menyenangkan dalam bahasa baku menutur Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Metode analisis data, metode ini utnuk menganalisa data dari semua
bahan
penelitian
yang
dikumpulkan
untuk
memperoleh
pengetahuan tentang menjadi guru profesional yang dapat menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd yang akan dipergunakan dalam pembuatan skripsi ini
12
BAB II TEORI PEMBELAJARAN YANG KREATIF DAN MENYENANGKAN
A. Pengertian Teori Pembelajaran Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan pelajaran yang khusus diperuntukkan bagi siswa (peserta didik). Proses pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam, sebenarnya menggunakan prinsip – prinsip umum pembelajaran. Komponen – komponen yang terlibat pun umumnya sama, yaitu mencakup tujuan, bahan, metode, alat evaluasi termasuk siswa dan gurunya.1 Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuan sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai – nilai yang terkendung dalam kurikulum dengang menganalisis pembelajaran karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sudjana (1987) disebut kurikulum ideal/potensial. Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara – cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran
yang
kreatif
dan
menyenangkan,
diperlukan
sebagai
keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.2 Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh, belajar adalah proses perubahan perilaku (psikologi pembelajaran) berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya, tujuan 1
Drs. Thohirin, M.S., M.Pd., Psikologi Pembelajaran PAI, Rajawali Press, Jakarta, 2005, hlm. 17 2 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 69
13
kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek peribadi. Untuk dapat memahami pengertian teori pembelajaran dengan baik, kiranya perlu sekali dibahas definisi atau pengertiannya. Pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari pengertian teori pembelajaran (proses belajar mengajar), dapat dikemukakan beberapa pendapat para ahli. Akhir – akhir ini terdapat perbedaan pengertian antara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran terpusat pada guru, sedangkan pembelajaran terpusat pada siswa. Yang difokuskan dalam pendidikan ini adalah pembelajaran. Untuk itu diberikan pengertian apakah pembelajaran itu secara umum pembelajaran disifatkan sebagai suatu proses perubahan yang berlaku akibat pengalaman individu yang berkenaan. Pembelajaran yang tidak terbatas kepada apa yang dirancang, tetapi juga melibatkan pengalaman yang di luar kawalan guru. Pembelajaran juga tidak semestinya melibatkan penguasaan fakta atau konsep sesuatu bidang ilmu, tetapi juga melibatkan perasaan – perasaan yang berkaitan dengan emosi, kasih sayang, benci, hasrat dan kerohanian.3 Secara praktek, akan dikemukakan suatu konsepsi yang mendasari teori – teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskripsi karena tujuan utamanya memberikan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Bahasan ini akan difokuskan pada penulis ialah tentang pengertian teori pembelajaran yang berseifat deskriptif dan bersifat sebagai berikut,
3
Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995,
hlm. 70
14
1. Teori Pembelajaran Deskriptif Menurut Asri Budiningsih, teori pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan memberikan hasil pembelajaran sebagai varibel yang diminati, karena tujuan utama teori deskriptif adalah memberikan belajar.4 Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dapat diungkapkan batas – batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip – prinsip belajar dapat membantu guru memilih tindakan yang tepat. 5 Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Peneliti hanya mungkin dapat menyaksikan gejala – gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun seperti seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk – anggukan kepala, belum tentu yang bersakutan belajar.6 Dengan kata lain, teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses – proses psikologi dalam diri si belajar. Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran. Bila tidak maka teori ini bukanlah teori pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuan sehingga mereka memperoleh pemahaman yang mendalam (deep
learning),
dan
pada
akhirnya
dapat
meningkatkan
mutu
kualitas siswa. Untuk itu sebagai seorang guru harus dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas siswa dalam kegiatan belajar. 4
Dr. C. Sri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 17 5 Dr. Dimyati dan Dr. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hlm 42 6 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd., Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 111
15
2. Teori Pembelajaran Preskriptif Teori preskriptif adalah untuk mencapai tujuan (goal oriented). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori – teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara – cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil – hasil Pembelajaran PAI yang dalam kondisi pembelajaran tertentu. Karena itu, metode pembelajaran PAI dapat berbeda – beda, menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda – beda pula. Bruner
mengemukakan
bahwa
teori
pembelajaran
adalah
preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel – variabel yang menentukan hasil belajar, atau bagaimana seorang belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal
belajar,
atau
upaya
mengontrol
variabel
–
variabel
yang
dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.7 Setiap teori belajar mempunyai implikasi bagi pengajaran bagi guru. Teori belajar ini dapat memperjelas fungsinya bagi anak dalam belajar. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pemelajaran adalah kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk hasil pembelajaran yang diinginkan dalam kondisi tertentu. Seorang pendidik harus dapat mengetahui kondisi dan kemampuan peserta didik karena dalam satu ruangan kelas berbeda satu dengan yang lain, karakteristik atau kemampuan berpikir siswa. Perbedaan
teori
pembelajaran
berseifat
deskriptif
dengan
preskriptif dapat digambarkan dalam diagram 1 dan 2 sebagai berikut :
7
Ibid., hlm. 17
16
KONDISI METODE HASIL
Diagram 1. Hubungan antara variabel dalam Teori Pembelajaran Deskriptif. KONDISI METODE HASIL Diagram 2. Hubungan antara variabel dalam Teori Pembelajaran Preskriptif. Dikutip dari buku karangan Dr. Asri Budiningsih bukunya berjudul belajar dan pembelajaran yang mengemukakan pendapat Brunner, hubungan antara variabel dalam teori pembelajaran preskriptif dan deskriptif. Dalam diagram 1 terlihat misalnya, model elaborasi dimanipulasi dan digunakan untuk mengorganisasikan isi/materi pelajaran dan interaksi antara keduanya (model elaborasi dan karakteristik isi pelajaran) akan membawa akibat pada perolehan belajar terhadap materi pelajaran yang diperlajari siswa.8 Sedangkan pada diagram 2 diperlihatkan hubungan antara variabel – variabel dalam preposisi teori pembelajaran prespektif. Peningkatan perolehan belajar ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang diinginkan.
8
Dr. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. Rineke Cipta, Jakarta, hlm.14
17
B. Teori Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) Proses
pembelajaran
dalam
pendidikan
Islam
selalu
memperhatikan perbedaan individu (furq al-fardiyyah) peserta didik menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal
yang
menyenangkan
dan
sekaligus
mendorong
kepribadiannya
berkembang secara optimal. Sedangkan bagi guru, proses pembelajaran merupakan kewajiban yang bernilai ibadah, yang dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt di akhirat. Dalam kegiatan pembelajaran harus ada prinsip – prinsip dan teori – teori pembelajaran dalam PAI yang praktis.9 Proses pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) sebenarnya sama dengan pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakannya adalah bahwa dalam pendidikan Islam, proses maupun hasil belajar
selalu
intern
dengan
keislamannya.
Keislaman
melandasi
aktivitas belajar, menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya.10 Rancangan pembelajaran PAI yang menggunakan kemampuan intuitif dan pengetahuan ilmiah dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik daripada digunakan terpisah teori – teori yang telah dikembangkan oleh ilmuwan pembelajaran dan ahli Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas, kreativitas dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. Guru PAI harus menguasai prinsip – prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. 9
Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005, hlm. 95 Ibid., hlm. 242
10
18
Dalam hal ini guru PAI harus mampu menciptakan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Guru juga harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks, karena melibatkan aspek pedagogis menunjukkan pada kenyataan bahwa pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lingkungan sekolah. Aspek psikologis menunjukkan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan berbeda yang menuntut materi yang berbeda pula. Sedangkan aspek didaktif menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh guru. Untuk semua kepentingan tersebut, guru harus benar – benar memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas mengenai jenis – jenis belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik serta menciptakan Pembelajaran
Aktif,
Inovatif,
Kreatif,
Efektif
dan
Menyenangkan
(PAIKEM).11 Dengan menerapkan PAIKEM ada nuansa baru yang dialami siswa. Mereka tidak lagi pasif selama mendengarkan pembelajaran. Pembelajaran akan menjadi menarik, siswa semakin aktif mengonstruksikan pengetahuan dan pemahaman secara kreatif dan mandiri. Berbagai aspek pembelajaran yang didesain agar proses belajar mengajar dalam lingkungan kelas atau sekolah menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, di antaranya : 1. Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis) 2. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/ Kurikulum 3. Cakupan dan kedalam tujuan pembalajaran 4. Ketetapan penggunaan strategi pembelajaran 5. Interaktivitas 6. Pemberian motivasi belajar 7. Kontekstualitas dan aktulitas 8. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran 11
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 191
19
9. Sistematis, runtut, alur logika jelas. 10. Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi dan latihan. 11. Konsisten evaluasi dengan tujuan pembelajaran. Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI oleh Karena itu perhatian kita berusaha mengidentifikasikan dan mendeskripsikan faktor – faktor yang termasuk kondisi pembelajaran, yaitu : (1) tujuan dan karakteristik bidang studi PAI, (2) kendala dan karakteristik studi PAI, dan (3) karakteristik peserta didik. Di sini guru yang kreatif menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan
dibangkitkan
kesadaran
itu
dan
guru
juga
dituntut
mendemontrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
20
untuk
BAB III BIOGRAFI SINGKAT PEMIKIRAN Dr. E. MULYASA, M.Pd
A. Bografi dan Karya – karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd 1. Biografi Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Nama lengkap Enco Mulyasa, dilahirkan 13 Desember 1932 di Desa Ciranjang, Kecamatan Cingabul Kabupaten Majelengka Jawa Barat. Ayahnya Djuardi (alm) ibunya bernama Ibu Hj. Rumtini. Dan ayahnya di masa hidupnya menekuni profesinya sebagai guru. E. Mulyasa merupakan putra penengah dari lima bersaudara.1 Pendidikan dasar dan menengah ditempuh di daerah kelahirannya. Ia memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (1986) dan Gelar Magister Pendidikan (197) dari IKIP Bandung (sekarang UPI), th 2002 memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan (S3) dari Universitas Pendidikan Indonesia, dengan predikat Cumlaude.2 Kegiatan mengajarnya dimulai sejak tahun 1985, menjadi guru di beberapa sekolah menengah di Bandung. Ia juga menjadi asisten dosen pada jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP IKIP Malang. Pada tahun 1988 – 2005 menjadi Dosen Kopertis Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung. Untuk menunjang profesinya, beliau aktif mengikuti berbagai kegiatan seminar dan pelatihan, baik bersifat lokal, regional, nasional maupun internasional.3 Di sela – sela kesibukan sebagai dosen dan penulis, ia juga menjadi konsultan dan narasumber dalam berbagai forum sosialisasi kurikulum khususnya di Pulau Jawa, Bali, NTT dan Indonesia Bagian Timur.
1
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi, Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 215 2 Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 232 3 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Disempurnakan, Rosda, Bandung, 2011, hal. 273
21
Demikian riwayat hidup singkat dari. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. yang dapat penulis gambarkan. Sampai saat ini beliau masih aktif khususnya dalam bidang pendidikan. 2. Pemikiran dan Inteletualisasi Dr. E. Mukyasa, M.Pd. di Dunia Pendidikan Bila diamati akhir – akhir ini pelaksanaan pendidikan (agama) cenderung lebih banyak digarap dari sisi asas pengajaran atau didaktikmetodiknya. Guru –guru hanya dapat membicarakan persoalan proses belajar mengajar, sehingga tenggelam dalam persoalan teknis mekanis semata. Sementara itu, persoalan yang lebih mendasar, yaitu yang berhubungan dengan aspek pedagogisnya, kurang banyak disentuh. Padahal fungsi utama pendidikan (agama) di sekolah adalah memberikan landasan yang mampu menggungah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi berragama yang kuat. Landasan ini meliputi : a. Landasan motivasional, yaitu pemupukan sikap positif pada peserta didik. b. Landasan etik, yaitu tertanamnya norma – norma keagamaan peserta didik sehingga perbuatannya selalu diacu oleh isi jiwa dan semangat akhlak al karimah. c. Landasan moral, yaitu bersumber dari ajaran agama yang tersusun (value system), sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi setiap perubahan. Dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, guru terutama peran dalam mengembangkan
materi standar dalam membentuk
kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu, guru harus kreatif profesional dan menyenangkan. 4 Adapun kurikulum sejati adalah program untuk membangun SDM (sumber daya manusia) yang berakhlak, cerdas, berprestasi, karena 4
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 14
22
kurikulm harus membuat dasar – dasar menyangkut pendidikan secara luas. Mulyasa sendiri sangat mengembangkan pemikiran – pemikirannya yang relevan sebagai salah satu kontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia khususnya. Menurut ia Kurikulum Berbasis Kompetensi yang juga dinamakan “Kurikulum 2004” merupakan alternatif kurikulum untuk memperbaiki berbagai permasalahan pendidikan yang dihadapi, khususnya dalam pembelajaran di sekolah atau madrasah. Pendidikan, baik secara konvensional maupun inovatif adalah salah komitmen pemerintah dalam mereformasi pendidikan. Salah satunya pemberian otonomi pendidikan, baik secara konvensional maupun inovatif. Ini salah satu komitmen pemerintah dalam mereformasi pendidikan. Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah oleh pemerintah.
Menunjukkan
bahwa
pemerintah
peduli
kepada
gejala – gejala yang muncul di masyarakat, untuk meningkatkan taraf dan mutu pendidikan secara umum. Contoh, dalam rangka mereformasi pendidikan inilah pemerintah sangat mendukung kemajuan kurikulum yang dinamakan Manajemen Berbasisi Sekolah (MBS) sebagai alternatif paradigma baru, meskipun setiap tahun selalu ada perubahan dalam sistem pendidikan. Proses pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi atau penguasaan adalah kegiatan belajar mengajar yang diarahkan untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu, berupa seperangkat tindakan intelegensi (dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan) penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan tugas – tugas pada jenis pekerjaan tertentu.5 Gordon (1988 : 109) yang dikutip Mulyasa, menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut. 5
Abdul Majid, S.Ag., Dian Andayani, S.Pd., Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Rosda, Bandung, 2005, hlm. 51.
23
a. Pengetahuan (knowledge) b. Pemahaman (understanding) c. Kemampuan (skill) d. Nilai (value) e. Sikap (attitude) f. Minat (interest). Dengan
demikian,
kurikulum
Berbasis
Kompetensi
merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi, dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa secara menyeluruh. Seperti diketahui dari kurikulum 2004 yang disempurnakan atau yang dikenal KYD (Kurikulum Yang Disempurnakan), yang diwujudkan dalam SKKD, telah disahkan penggunaan di sekolah, diberlakukan secara berangsur – angsur pada tahun ajaran 2006/2007 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini berarti, pada pertengahan tahun 2006 awal tahun ajaran 2006/2007, dari TK/TKA, SD, MI, SMP, MTs, SMA, dan MA sebagian besar sudah mengikuti perubahan kurikulum dan menggunakan KYD.6 Selama pemberlakuan ini pemerintah, dalam hal ini Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Pusat Kurikulum, dan Direktorat Kurikulum seharusnya selalu melakukan pemantauan secara langsung ke lapangan untuk melakukan penyempurnaan – penyempurnaan kurikulum perlu dilakukan terus menerus supaya menghasilkan yang memuaskan (continous quality invprovement), terutama berkaitan dengan penerapan serta penjabaran standar isi dan standar kompetensi. Guru yang professional haru mampu mengembangkan kurikulum bagi kelasnya yang lebih kreatif, inovatif serta mampu menjabarkan, menerjemahkan dan mentransformasikan nilai – nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada peserta didik.
6
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Rosda Karya, Bandung., hlm. 1
24
Demikian pula guru harus mampu membuat aneka mecam keputusan dalam pembinaan kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan – tindakan guru sekolah dalam melaksanakan kurikulum. Dilihat dari sisi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses interaksi antara guru (pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pulalah hakikat pendidikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. Sebagaimana diketahui, sejak digulirkan perubahan kurikulum (KBK) bersamaan dengan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang telah diuji coba sejak tahun 2001. Namun masyarakat telah mengecewakan berbagai
pihak,
sehingga
diputuskan,
bahwa
KBK
yang
telah
disosialisasikan dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan harus diperbaiki, dibenahi atau disempurnakan. Maka lahirlah KYD atau Kurikulum Yang Disempurnakan, sebagai wujud penyempurnaan fdari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).7 Selanjutnya, perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, disatu sisi pencapaian prestasi merupakan salah satu dimensi dari tujuan pendidikan. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. sendiri masyarakat sekarang ini menginginkan perlunya suatu lembaga pendidikan guru yang khusus berfungsi mempersiapkan tenaga guru yang terdidik dan terlatih dengan baik. Implikasi dari gagasan Dr. E. Mulyasa, M.Pd. sendiri ialah perlunya dikembangkan program pendidikan guru yang serasi dan memudahkan pembentukan
guru
yang
berkualifikasi
7
profesional,
serta
dapat
12 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Op.cit., hlm. 264
25
dilaksanakan secara efisien dalam kondisi sosial kultural masyarakat di Indonesia. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. juga menambahkan bahwa untuk menjadi guru yang lebih profesional dan benar – benar berkompeten dalam profesinya, maka sebagai legalitas tersebut harus adanya sertifikasi guru, di antaranya, a. Lulusan atau inputnya mahasiswa. b. Mempunyai latar belakang pendidikan yang sempurna. c. Mempunyai legalitas (ijazah terakhir S-1, D-3, D-2 atau S-3). d. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang secara maksimal. e. Mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. f. Bersifat terbuka, peka dan inovatif. g. Dapat memahami kondisi psikis secara didik. h. Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. i. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. j. Memiliki sense of humor. k. Mampu mengelola peserta didik dengan baik, dan l. Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan baru. 3. Karya – karya Ilmiah Dr. E. Mulyasa, M.Pd. dalam Dunia Pendidikan Dari karya – karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd. sebagaian besar memiliki bobot dan telah banyak menjadi rujukan atau referensi utama bagi para praktisi pendidikan, pengambil kebijakan pendidikan. Semuanya bertujuan untuk merespons tanggapan juga berbagai permasalahan yang selalu timbul terutama di bidang pendidikan. Dari 30 judul buku yang dipublikasi, akan tetapi dari penulis hanya sedikit memberikan contoh karya – karya buku yang telah menjadi best seller di antaranya, a. Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)
26
Buku ini berisikan konsep – konsep yang ditawarkan setelah adanya otonomi sekolah, juga sebagai alternatif paradigma baru dalam manajemen pendidikan. b. Kurikulum Berbasisi Kompetensi (KBK) Buku di atas mengupas berbagai masalah – masalah kurikulum, juga bertujuan untuk mereformasi dalam dunia pendidikan. Buku ini menyempurnakan dari KBK yang diuji sejak 2001, meskipun mengalami perubahan – perubahan. c. Menjadi Guru Profesional (2003) Di dalam buku ini dijelaskan tentang keterampilan, kemampuan, sikap guru dapat dan mendidik yang benar – benar profesional. d. Implemetasi Kurikulum 2004 (2004) Buku ini sebagai panduan para pendidik dan sebagai pemahaman serta mengimplementasi kurikulum 2004 secara tepat waktu dan tepat sasaran. e. Kurikulum Yang Disempurnakan Isi dalam buku ini diantaranya berisikan tentang pentingnya kurikulum, serta sebagai respons dari kurikulum, serta sebagai respons dari kekisruhan perubahan kurikulum dan untuk jembatan bagi kepentingan guru dalam mengembangkan standar kompetensi dasar pada setiap tingkat satuan pendidikan. f. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Demikian yang dapat disajikan dari sekian banyak karya – karya ilmiah beliau. Dan masih banyak karya – karyanya yang selalu menjadrikan rujukan atau referensi utama bagi para kalangan pendidik. B. Teori Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan menurut Pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Teori belajar dan pembelajaran yang banyak dijadikan dasar pijakan sampai saat ini, antara lain yang dikembangkan behavioristik, cognitivitic, humanistic dan constructivistic. Teori – teori tersebut dapat digunakan sesuai dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dipilih
27
untuk kondisi tertentu dalam mencapai tujuan pendidikan agama yang diharapkan. Teori belajar dan pembelajaran yang termasuk ke dalam behavioristis di antaranya adalah, 1. Koneksionisme. Dengan tokoh Thorndike. 2. Classical Conditioning, dengan tokohnya Pavlof 3. Operant Conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori yang dianggap sangat berpengaruh di dalam proses belajar dan pembelajaran. 1. Teori Koneksionisme (Connectionism) Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward Thorndike (1874/1945). Eksperimen Thorndike menggunakan hewan – hewan, terutama kucing untuk mengetahui fenomena – fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen tersebut, ia berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Oleh karena itu koneksionisme juga disebut S-R Band Theory dan S-R Psychology of Learning. Menurut teori behaviosristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan atau hal – hal lain yang dapat ditangkap oleh alat indera. Sedangkan respons yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga berupa pikiran atau gerakan/tindakan. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung pada beberapa hal tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Perancang pembelajaran PAI dalam melakukan tugasnya dapat menggunakan pandang teori belajar dan teori pembelajaran untuk dijadikan landasan atau acuan dalam memilih, menetapkan dan
28
mengembangkan metode pembelajaran PAI yang dapat sesuai dengan karakteristik peserta didik. Selanjutnya
dalam
teori
koneksionisme
ini,
Thorndike
mengemukakan hukum – hukum belajar sebagai berikut.
a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness) Implikasinya adalah keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada atau tidaknya adanya kesiapan. b. Hukum Latihan (Law of Excerrcise) Implikasi praktis dari hukum ini adalah makin sering suatu pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasailah pelajaran itu. c. Hukum Akibat (Law of Effect) Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respon yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya. 2. Teori Clasiccal Conditioning Teori ini berkembang berdasarkan hasil ekperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlof (1849 – 1936). Bentuk yang paling sederhana dalam belajar ialah conditioning dan proses belajar secara instrumental. Kedua hal ini lebih luas sifatnya bila dibandingkan dengan impriting, karena tidak hanya terbatas pada organisme tertentu, stimulus dan respons tertentu. Conditioning adalah suatu bentuk belajar di mana kesanggupan untuk merespons terhadap rangsangan tertentu dapat dipindahkan ke rangsangan yang lain. Teori Conditioning di mana teori ini yang menitikberatkan timbulnya respons disebabkan oleh suatu stimulus tertentu melalui proses kontinuitas. Berdasarkan percobaannya bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Teori pavlof apabila diterapkan dalam kegiatan belajar, banyak kelemahannya. Di antara kelemahan itu adalah :
29
a. Percobaan dan laboratorium, beda dengan keadaan sebenarnya. b. Pribadi seseorang dapat mempengaruhi. c. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tidak dikenal. d. Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk belajar yang sangat kompleks. Hakikat proses belajar bertitik tolak dari suatu konsep bahwa belajar merupakan
perubahan
pembuatan
melalui
aktivitas, praktek dan
pengalaman. Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan di antaranya, dua faktor utama yang menentukan proses belajar adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas dan inteligensi. Sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur manusia yang menciptakan lingkungan, yakni guru dan orang tua. Faktor lainnya ialah aspek jasmaniah seperti penglihatan, pendengaran, susunan saraf dan respons individu terhadap perangsang dengan berbagai kekuatan dan tujuan.8
3. Teori Operant Conditioning Teori ini mempunyai konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsep yang komperhensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Aplikasi
teori
Behavioristik
dalam
kegiatan
pembelajaran
tergantung pada beberapa hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajarannya yang tersedia. Secara ringkas, teori behavioristik mengatakan bahwa : 8
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung 1995
hlm 25
30
a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi Muda melalui lembaga pendidikan sekolah. c. Pembelajaran
adalah
upaya
mengorganisasi
lingkungan
untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat. Selain itu guru juga bisa memposisikan sebagai mitra belajar peserta didik. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis. Tidak ada beban baik bagi guru maupun peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) bertujuan agar guru dapat melakukan berdasarkan prosedur sebagai berikut, a. Pemanasan dan apersepsi b. Eksplorasi (Pengaitan ilmu pengetahuan) c. Konsolidasi pembelajaran d. Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku e. Penilaian. Dalam PAIKEM, peserta didik belajar secara aktif, karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat sedemikian rupa, sehingga mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Materi pelajaran harus disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan siswa yang sudah ada. Implikasi dari proses belajar atau kegiatan pendidikan adalah untuk merubah tingkah laku manusia. Rumusan ini sejalan dengan pendapat Syech Musthofa Al-Ghulayaini, diantaranya :
31
Artinya, “Pendidikan adalah penanaman budi pekerti yang utama dalam perubahan (pertumbuhan) jiwa dan penyiraman dengan air petunjuk dan nasihat (guru) sehinga menjadi kuat di dalam jiwanya. Kemudian buahnya adalah keutamaan kebaikan (keberhasilan) dan cinta beramal untuk kemanfaatan masyarakat.” Realistic educational merupakan suatu pendekatan pendidikan yang
berusaha
menempatkan
pendidikan
pada
hakikat
dasar
pendidikan itu sendiri, yaitu pendidikan sebagai sebuah proses mempersiapkan manusia untuk hidup. Dengan demikian harus ada semacam kontektulisasi pembelajaran di kelas. Teks yang diajarkan di kelas harus dikaitkan dengan kehidupan nyata konsep tentang realistic education menemukan titik relevensinya dengan konsep pemikiran Paulo Freire, yang telah disebutkan di atas. Dengan kata lain, harus ada dialektika antara teks dan konteks, teks dan realitas, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. 9 C. Telaah Buku menjadi Guru Profesional Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. 1.
Cara Penyajian Praktis untuk Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme dalam Pembelajaran Semua Orang yakin bahwa guru memiliki andil sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara optimal.10
9
Moh Shofan (ED)., The Realistic Education, Menuju Masyarakat Utama, IRC iso D, Yogyakarta, 2007. hlm 29 10 Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 35
32
Pengertian dasar kompetensi
(competency) adalah kemampuan
atau kecakapan. Menurut Barlow (1985), kompetensi guru (teacher competency) ialah The ability of a teacher to responsibility perform has or her duties appropriately. Artinya kompetensi guru merupakan kemampuan seorang
guru
dalam
melaksanakan
kewajiban-kewajiban
secara
bertanggung jawab dan layak. Jadi, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional.11 Selanjutnya, kata “profesional” adalah dipakai sebagai tindak tanduk khusus ciri orang yang berkualitas. Kata profesional aslinya adalah kata sifat, pekerjaan yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai sumber kehidupan. Sebagai pendidik profesional yang berkompeten, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugas secara profesional. Akan tetapi guru juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang profesional. Akan tetapi ia juga harus memiliki kemampuan yang profesional. Di antara ciriciri guru yang profesional ialah : a.
Memiliki fungsi dan signifikan sosial.
b.
Memiliki ketrampilan atau keahlian tertentu.
c.
Keahlian atau keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d.
Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
e.
Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup.
f.
Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.
g.
Memiliki kode etik
11
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Penddidikan Suatu Pendekatan Baru, Rosda Bandung, 1996, hlm. 230
33
h.
Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah lingkungan kerjanya.
i.
Memilki tanggung jawab profesional dan otonomi, dan
j.
Ada legalitas dari masyarakat dan imbalan atas layanannya. Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.12 Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru juga dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran sehingga
akan
tercipta
suasana
preoses
belajar
mengajar
yang
menyenangkan, tidak mudah membuat para peserta didik merasa jenuh atau bosan. Maka hal-hal yang perlu dilakukan guru adalah, a.
Membuat ilustrasi : Pada dasarnya ilustrasi manghubungkan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada siswa.
b.
Mendefinisikan : Melakukan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki peserta didik.
c.
Menganalisis : Membahas masalah yang telah dipelajari dengan bagian demi bagian secara berurutan.
d.
Mensintesis : Mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsepyang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
e.
Bertanya : Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam sehingga yang dipelajari menjadi lebih jelas. Contoh pertanyaan yang
12
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 21
34
ditujukan kepada tingkat kelas rendah dan tingkat kelas tinggi, yaitu apa, mengapa, siapa, dan di mana, bagaimana, berapa. Ini merupakan kalimat pertanyaan yang mudah dipahami oleh peserta didik. f.
Merespons : Mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespons pertanyaan peserta didik.
g.
Mendengarkan : Memahami dan berusaha menyederhanakan setiap masalah.
h.
Menciptakan
kepercayaan
:
Peserta
didik
akan
memberikan
kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentuk kompetensi dasar. i.
Memberikan pandangan yang bervariasi : Melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
j.
Menyediakan media untuk mengkaji meteri standar : Memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.
k.
Menyesuaikan
metode
pembelajaran
:
Menyesuikan
metode
pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik. l.
Memberikan nada perasaan : Membuat pembelajaran yang lebih bermakna, hidup melalui antusiasme dan semangat.13 Uraian di atas hanya bersifat teknis, karena pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik
harus juga melakukan banyak
pembiasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru PAI maupun
guru
pada
umumnya
harus
senantiasa
berusaha
untuk
mempertahankan dan meningkatkan semangat dalam proses belajar mengajar, sehingga akan terciptanya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) dalam lingkungan kelas. 13
Ibid., hlm. 39-41
35
Menurut
pertanyaan
Al-ghozali,
bahwa
profesi
keguruan
merupakan profesi yang paling mulia dan paling agung dibandingkan dengan profesi yang lain. Dengan profesinya itu seorang guru menjadi perantara manusia dalam hal ini peserta didik dengan pencipta-Nya, Allah Swt. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaaan metode mengajar dan ketrampilan menilai hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Dalam pembelajaran efektif dan bermakna, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena adalah pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi.14 Dalam metode pembelajaran efektif yang bermakna, guru harus memberikan strategi baru, dari setiap materi pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Juga meteri pembelajaran, karena kondisi guru sendiri sebagai sumber belajar (learning resources). Beberapa peran guru yang dalam pembelajaran di antaranya, a.
Guru sebagai sumber belajar
b.
Guru sebagai fasilitator
c.
Guru sebagai pengelola
d.
Guru sebagai demonstrator
e.
Guru sebagai pembimbing
f.
Guru sebagai motivator
g.
Guru sebagai evaluator
h.
Guru sebagai teladan. Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Melalui rancangannya, guru mengembangkan tujuan yang akan dicapai dan akan dimunculkan dalam tahap akumulasi. 14
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 121
36
2.
Pengembangan dan Pemilihan Metode Pembelajaran yang Efektif di Madrasah Ibtidaiyah Perencanaan dan pengembangan pembelajaran di madrasah hendaknya kita harus memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran
perlu memahami
prinsip-prinsip
pembelajaran
yang
mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Untuk memenuhi keperluan tersebut, dari penulis akan disajikan prinsip-prinsip pembelajaran, yang dilakukan disetiap sekolah, guru harus mempersiapkan tentang prinsip – prinsip pembelajaran yaitu kesiapan belajar, motivasi, persepsi, retensi dan transfer dalam pembelajaran. Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasikan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut, a.
Prinsip Kesiapan (Readiness) Pembelajaran di Madrasah Proses belajar di madrasah sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik psikis (jasmani-mental). Individu yang memungkinkan subjek dapat melakukan belajar. Berdasarkan
prinsip
kesiapan
belajar
tersebut,
dapat
dikemukakan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran, antara lain, 1) Individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kesiapan (kematangan, usia, kemampuan, minat dan latar belakang pengalaman). 2) Kesiapan belajar siswa yang harus diuji atau dites kemampuannya. 3) Jika individu kurang siap untuk melaksanakan suatu belajar, maka harus disiapkan terlebih dahulu. 4) Kesiapan belajar harus mencerminkan sesuatu yang baru dalam membentuk dan mengembangkan kemampuan yang lebih mantap. 5) Bahan dan tugas-tugas belajar harus sesuai dengan kesiapan individu yang bervariasi.
37
b.
Prinsip Motivasi Motivasi
belajar
adalah
suatu
nilai
dorongan
untuk
memberikan semangat pada peserta didik dalam belajar di kelas. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut berperan dalam aktifitas dirinya sehari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran : 1) Memberikan dorongan (driver) 2) Memberikan insentif 3) Motivasi berpretasi 4) Motivasi kompetensi. Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan akan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. c.
Prinsip Perhatian Dalam proses pembelajaran, perhatian siswa merupakan faktor yang
besar pengaruhnya. Karena siswa merupakan subyek untuk
melaksanakan pembelajaran di luar maupun di dalam kelas, tanpa adanya perhatian dari peserta didik guru tidak dapat melakukan belajar dengan baik. Maka dari beberapa prinsip-prinsip dasar tersebut maka guru, 1) Harus memperhatikan faktor-faktor internal yaitu minat, bakat, motivasi, dan karateristik siswa. 2) Memperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi belajar, meliputi intensitas, stimulus, kemenarikan stimulus yang baru, dan penataan metode yang sesuai. d.
Prinsip Persepsi
38
Presepsi merupakan awal kegiatan belajar yang harus dilaksanakan di kelas, karena persepsi untuk mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran inti dimulai, maka prinsip-prinsip umum yang harus diperhatikan menggunakan persepsi adalah : 1) Persepsi harus sebisa mungkin yang lebih mudah untuk belajar siswa. 2) Pembelajaran harus menghindari dari kesalahan pengertian persepsi. 3) Dalam pembelajaran perlu diupayakan sumber belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya. e.
Prinsip Retensi Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat ditinggal kembali setelah orang mempelajari sesuatu.
f.
Prinsip Transfer Transfer merupakan suatu proses di mana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pelajaran yang baru dipelajari. Ada beberapa bentuk transfer yaitu, 1) Transfer positif, yaitu terjadi apabila pengalaman sebelumnya dapat membantu atau mempermudah pembentukan untuk kerja sama peserta didik dalam tugas-tugas selanjutnya. 2) Transfer negatif, yaitu terjadi apabila pengalaman sebelumnya menghambat atau mempersulit untuk kerja dalam tugas-tugas baru. Implikasi pada pembelajaran harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik. Para
ahli
menganggap
metodologi
pengajaran
atau
pembelajaran sebagai ilmu bantu yang dapat berdiri sendiri, tetapi
39
berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pengajaran atau pembelajaran Memilih
metode
pebelajaran
yang
efektif
tidak
bisa
sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Di antara faktor-faktor tersebut ialah, a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsi b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan c. Situasi dengan berbagai keadaan d. Fisilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitas e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda.15 Juga
pemilihan
metode
dalam
pembelajaran
harus
mengandung unsur-unsur inovatif, karena memberi alternatif yang dapat dipergunakan dalam kelas. Karena ilmu ini bersifat luwes. Penggunaanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut, a. Selalu berorientasi pada tujuan b. Tidak terikat pada satu alternatif saja c. Dapat dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode, dan d. Juga dipergunakan satu metode ke metode yang lain. Guru agar dapat kreatif profesional dan menyenangkan, harus dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran. Adapun Pendekatan dapat diartikan sebagai perangkat asumsi berkenaan dengan hakikat belajar mengajar agama Islam. Metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan.16 Prosedur pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan di antaranya ialah :
15
Dr. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. Guru dan Anak Didik, Rineke Cipta, Jakarta,
2005, hlm. 221 16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 132
40
a. Pendekatan Kompetensi Pendekatan ialah suatu kemampuan untuk melaksanakan yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Atas pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dapat dilakukan langkag-langkah sebagai berikut, 1) Tahap perencanaan 2) Pelaksanaan pembelajaran 3) Evaluasi dan penyempurnaan. b. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan.17 Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses antara lain, 1) Kemampuan mengidentifikasi 2) Kemampuan mengklasifikasi 3) Kemampuan menghitung 4) Kemampuan mengukur 5) Kemampuan mengamati 6) Kemampuan mencari hubungan 7) Kemampuan menafsirkan 8) Kemampuan menerapkan 9) Kemampuan mengomunikasi, dan 10) Kemampuan mengekspresikan diri.18 c. Pendekatan lingkungan Pendekatan lingkungan
merupakan
suatu pendekatan
pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
17
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 97 18 Ibid., hlm. 100
41
belajar. Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1) membantu
peserta
didik
ke
lingkungan
kepentingan
pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karya wisata, metode pemberian tugas dan lain-lain. 2) membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber bisa juga sumber tiruan seperti model, dan gambar. d. Pendekatan Kontekstual Pendekatan
kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi. e. Pendekatan Tematik (Thematic Approach) Pendekatan tematik (thematic approach) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam implementasi Kurikulum 2004, terutama di Taman Kanak-Kanak, Raudlatul atfal (TK dan RA) serta Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD dan MI). Pelaksanaan pendekatan tematik secara optimal perlu ditunjang oleh kondisi sekolah, sebagai berikut. 1) Guru mesti berprestasi 2) Guru harus mempunyai kemampuan mengembangkan program pembelajaran tematis 3) Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan ini harus tersedia 4) Pelaksanaan pendekatan tematis harus ada dalam stuktur. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang lain berpusat
42
pada guru serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.19 Sesuai dengan pendekatan seperti telah dibahas di muka metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Berikut metode pembelajaranyang dapat dipilih oleh guru, a. Metode Demonstrasi Metode Demontrasi merupakan metode mengajar yang efektif untuk menolong siswa untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.
Melalui
metode
demontrasi
guru
memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik.20 Agar
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
demontrasi berlangsung secara efektif, langkah-langkah yang di anjurkan adalah sebagai berikut, 1) Lakukanlah
perencanaan
yang
matang
sebelum
pembelajaran dimulai. 2) Rumuskan
tujuan
dan
pilihan
materi
yang
dapat
didemontrasikan. 3) Buatlah garis besar langkah-langkah demontrasi yang efektif. 4) Mulailah demontrasi dengan menarik perhatian peserta didik. 5) Upayakan agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. 6) Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
19
Ibid., hal. 107 Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 108 20
43
b. Metode Inquiri Metode inquiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut, 1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam 2) Merumuskan masalah yang ditemukan 3) Merumuskan hipotesis 4) Merancang dan melaksanakan eksperimen 5) Mengumpulkan data dan manganalisis 6) Menarik kesimpulan.21 c. Metode Karyawisata Merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung. d. Metode Penyegaran. Metode ini merupakan sebagai alat atau tujuan untuk menghindari kebosanan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode penyegaran diakui sebagai metode yang efektif dan efisien. e. Metode Simulasi Simulasi adalah tiruan perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya berbuat seolah-olah). f. Metode Tanya Jawab Dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting. Sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang sempurna akan mencapai tujuan yang optimal.
21
Ibid., hal. 109
44
Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan pertanyaan kepada peserta didik ialah sebagai berikut : 1) Rumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dengan jelas 2) Cari alasan mengapa menggunakan metode tanya jawab 3) Susun dan rumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan jelas, singkat dengan menggunakan bahasa yang dipahami 4) Tetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan. g. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran Ialah penyajian barang dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkahlaku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta peserta didik untuk memperankan. Hal-hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama, 1) Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari guru. 2)
Jangan terlalu banyak mensutradarai, agar peserta didik mengembangkan kreativitas dan spontanitas mereka
3)
Kesimpulan dapat diresume oleh guru.
h. Metode Diskusi Diskusi dapat diartikan sebagai responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan lancar, dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut, 1) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya
45
2) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompokkelompok diskusi 3) Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya 4) Akhiri dengan mengambil kesimpulan. Pengalaman belajar disekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan kreativitas dan rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke arah kedewasaan. Guru yang berkompeten dalam pembelajaran sudah barang tentu harus memiliki jiwa kreatif, inovatif sehingga dalam proses belajar mengajar akan lebih memberi motivasi pada peserta didik pada saat proses pembelajaran. 3.
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan. Di antaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar.22 Untuk kepentingan tersebut, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar, serta kondisi internal dan eksternal peserta didik, dan juga menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).23 Untuk menyesuaikan pembahasan di atas, maka dari penulis merampingkan penjelasannya yaitu yang berfokus pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. a.
Pembelajaran kreatif Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru harus dapat memunculkan motivasi dan
22
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 69 23 Ibid., hlm. 190
46
kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi.24 Pembelajaran menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Pada umumnya berpikir kreatif mempunyai empat tahapan sebagai berikut, Tahap pertama, persiapan, yaitu mengumpulkan berbagai informasi untuk diuji. Tahap kedua, inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. Tahap verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan rekomendasi. Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan-kegiatan baru yang dihasilkan dari hasil berpikir kreatif. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.25 Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator yang berada dipusat pendidikan. Karena kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. b.
Pembelajaran Menyenangkan Penbelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa adanya paksaan atau perasaan 24
Ibid., hlm. 192 Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 51 25
47
terpaksa atau tertekan (not under pressure).
Dengan kata lain,
pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya pola hubungan setara antara pendidik dengan peserta didik.26 Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik. Bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didik. Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal. Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dapat dilakukan dengan prosedur dengan penjelasan-penjelasan sebagai berikut : 1) Pemanasan dan Apersepsi Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk mejajaki pengetahuan peserta didik memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui hal baru. 2) Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan yang mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. 3) Konsolidasi Pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta
didik
dalam
pembentukan
kompetensi,
dengan
mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. 26
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm.194
48
4) Pembentukan kompetensi, Sikap dan Perilaku Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku peserta didik dapat dilakukan sebagai berikut, a) Doronglah
pesrta
didik
untuk
menerapkan
konsep,
pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. b) Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat membangun kompetensi, sikap dan perilaku baru dalam kehidupan
sehari-hari
berdasarkan
pengertian
yang
dipelajarinya. 5) Penilaian Penilaian
merupakan
pengukuran
pencapaian
program
pendidikan. Penilaian otentik adalah mengumpulkan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik.27
27
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm.195-196.
49
BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Studi Analisis Pemikiran Dr. E. Mulyasa, M.Pd. tentang Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan luar.1 Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang
positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya (75%) sebagian peserta. Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan out-put yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Proses
pembelajaran
perlu
dilakukan
dengan
tenang
dan
menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan guru harus mampu merancang pembelajaran yang dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.2 1
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karateristik dan Implementasi, Rosda, Bandung, 2005, hlm. 100 2 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Kurikulum yang Disempurnakan, Rosda, Bandung, 2006, hlm. 194
50
Guru mengisi peranan sebagai pemimpin dan fasilitator belajar dalam kelas. Guru memberikan bimbingan kepada siswanya dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi kesempatan untuk mengkoreksi ide guru. Guru dan siswa saling belajar. Untuk itu juga diperlukan peran baru dari para guru, mereka dituntut harus memilki keterampilan-keterampilan teknis yang memungkinkan untuk mengorganisasikan materi standar serta mengelolanya dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Karateristik siswa itu sebagai salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.3 Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional dan menyenangkan dengan memosisikan diri sebagai berikut : 1. Orang tua yang penuh kasih 2. Teman, tempat mengadu 3. Fasilitator 4. Mengembangkan kreativitas, dan 5. Menjadi pembantu jika diperlukan.4 Guru juga harus berpacu dengan waktu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar tujuannya adalah dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Maka seorang guru harus banyak belajar dengan perkembangan yang ada dalam pendidikan menggunakan banyak metode – metode yang cocok dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, agar tercapai harapan yang lebih baik dari peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru mampu menyediakan materi, kegiatan baru atau gagasan murni atau hasil berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi pada pelajaran. Hal ini berpengaruh pada pencapaian hasil belajar.5 3
Dr. C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral Berpijak pada Karateristik Siswa dan Budayanya, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 17 4 Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 36 5 Prof. Dr. Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005, hlml. 119
51
Dalam pelaksanaannya oleh guru di kelas, berbagai tujuan menuntut agar guru benar-benar menjadi ahli penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya antara lain menyampaikan informasi kepada peserta didik. Guru yang berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer) dan penilai (evaluator) pembelajaran. Agar fungsional dan rencana pembelajaran berlangsung secara optimal, harus ada unsur-unsur pokok, di antaranya : 1. Tujuan dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. 2. Alat-alat media pembelajaran jika ada. Sebaiknya yang khas bagi pelajaran yang bersangkutan. 3. Suatu deskripsi tentang kegiatan-kegiatan guru dan siswa, serta perkiraan jumlah waktu yang tersedia. Materi
pembelajaran
dapat
disesuaikan
secara
aktif
dengan
pengetahuan yang sudah ada, sehingga pembelajaran yang harus dimulai hal yang
sudah
dikenal dan
dipahami
peserta
didik, kemudian
guru
menambahkan unsur-unsur pembelajaran dan kompetensi guru baru, disesuaikan dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki peserta didik. Maka guru harus lebih tahu sejauh mana kompetensi yang diserap dalam kegiatan belajar dari materi yang sudah diajarkan. B. Studi Analisa Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang Kreatif dan Menyenangkan. Perencanaan atau pengembangan pembelajaran hendak memilih dan mengembangkan metode pembelajaran guru perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Untuk memenuhi keperluan tersebut, yaitu tentang kesiapan belajar, motivasi, persepsi, retensi dan transfer dalam pembelajaran seperti yang telah dikemukakan pada sebelumnya. 6 Menurut
Asri
Budiningsih,
teori-teori
dan
prinsip-prinsip
pembelajaran moral di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan berpijak pada informasi tentang karakteristik siswa dan budayanya. 6
Dr. C. Asri Budiningsih, Rineke Cipta, Jakarta, 2005., hlm. 17
52
Pembelajaran terkait dengan cara dan bagaimana membelajarkan siswa, atau bagaimana membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauan sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Belajar anak didik tidak semestinya harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Dia bisa belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik, belajar seorang diri merupakan kegiatan dominan. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas, kreativitas dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik. Hal itu sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Pembelajaran kreatif dan menyenangkan menuntut guru PAI untuk mampu merangsang dan mampu mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaranyang variatif dan efektif. Seperti metode pembelajaran pada umumnya, dalam kegiatan pembelajaran, harus diadakan dengan pengembangan metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang dipilih dengan cara profesional sehingga akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu juga untuk mendukung proses pembelajaran, lingkungan dapat dimanipulasi menjadi lingkungan yang dapat memberikan suasana yang mengandung pengaruh edukatif (mendidik). Kriteria lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar harus dapat memberikan pengaruh yang optimal dan maksimal bagi proses pembelajaran, di antaranya lingkungan tersebut harus, 1. Aman dan nyaman 2. Bebas dari tekanan 3. Lingkungan praktek yang cocok 4. Adanya perhatian dan motivasi 5. Menyenagkan dan merangsang 6. Fleksibel.
53
Sedangkan fungsi guru, agar lebih memfokus proses pembelajaran di sekolah (kelas) adalah : 1. Memberikan perangsang atau motivasi agar mau melakukan kegiatan belajar. 2. Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu. 3. Memberikan dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukanuntuk mencapai tujuan. Belajar secara optimal dapat dicapai apabila siswa atau peserta didik aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula. Menjadi guru yang profesional dan menyenangkan, maka harus sangat dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan, memilah dan memilih metode-metode pembelajaran efektif dan praktis. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd., bahwa semua teori yang diterapkan baik dalam kegiatan pembelajaran umum maupun teori pembelajaran intinya sama, yaitu guru harus benar-benar menekankan pada aktivitas dan kreativitas individu peserta didik, agar terlibat aktif dan kreatif didalam merespons materi pelajaran yang disampaikan dalam kelas.7 Akhirnya perlu diingat oleh setiap guru, bahwa hubungan antara murid dan guru, hendaknya berdasarkan pengertian dan kasih sayang, sehingga peserta didik hormat dan sayang kepada gurunya, bukan takut dan benci. Hubungan yang baik itu akan membantu kecintaan terhadap pelajaran yang diberikan kepadanya. C. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan
diantaranya
adalah
keterampilan
membelajarkan
atau
keterampilan mengajar.
7
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006.,
54
Keterampilan
merupakan
kompetisi
professional
yang
cukup
kompleks. Turney (1973) mengungkapkan keterampilan mengajar yang sangat berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran yang kreatif, professional dan menyenangkan8, yaitu : 1. Menggunakan keterampilan bertanya dan memberi penguatan Ada dua keterampilam bertanya yang harus
dikuasai, yaitu
keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Adapun keterampilan bertanya dasar meliputi : a. Dengan pertanyaan yang jelas dan singkat b. Dengan memberi alasan kepada siswa c. Dengan memusatkan perhatian pada peserta didik d. Dengan memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan e. Dengan memberikan kesempatan untuk berfikir f. Dengan memberikan tuntunan jawaban yang tepat. 9 Keterampilan bertanya lanjutan meliputi : a. Pengolahan tuntunan tingkat kognitif Pertanyaan ini dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda, sehubungan dengan itu guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang sekedar mengingat fakta menuju aspek kognitif lain, seperti pemahaman, penerapan analisis, sintesis dan evaluasi. b. Pengaturan urutan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks. c. Pertanyaan pelacak Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan kepada peserta didik masih kurang. 10
8
Dr. E. Mulyasa M.Pd., Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2006., hlm. 69 9 Ibid., hlm. 72 10 Ibid., hlm 75
55
2. Memberi penguatan Penguatan merupakan respon terhadap suatu pelaku yang dapat meningkatkan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan ini dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal dapat berupa pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan secara nonverbal dapat dilakukan dengan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol. Penguatan bertujuan untuk : a. Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran. b. Meningkatkan motivasi belajar c. Membangkitkan kegitan belajar dan membina prilaku yang produktif. 3. Mengadakan variasi Untuk mengatasi kobosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Variasi suara, rendah, tinggi, besar, kecil b. Memusatkan perhatian c. Membuat kesenyapan sejenak (dian sejenak) d. Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik e. Variasi dengan gerakan badan dan gerak musik f. Mengubah posisi cara mengajar di depan kelas. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, dapat dilakukan sebagai berikut : a. Alat dan bahan yang dapat dilihat b. Alat dan bahan yang dapat didengar c. Alat dan bahan yang dapat diraba d. Penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar
56
Variasi pola interaksi kepada siswa dapat dilakukan sebagai berikut : a. Pengelompokan peserta didik, klasikal, kelompok besar kecil dan perorangan b. Tempat pembelajaran di kelas dan di luar kelas c. Pengaturan hubungan guru dan peserta didik d. Pengorganisasian pesan deduktif dan induktif Variasi dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilakukan sebagai berikut : a. Cara penggunaan metode pembelajaran b. Cara penggunaan media dan seumber belajar c. Pemberian contoh dan ilustrasi d. Interaksi dan kegiatan peserta didik 4. Menjelaskan Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan : a. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran b. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik c. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar d. Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan peserta didik11 Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi yang dijelaskan. Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik peserta didik, apakah penjelasan dapat dipahami atau tidak, menyenangkan atau membosankan. 5. Membuka dan menutup pelajaran Dengan kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara professional. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan oleh guru 11
Ibid., hlm. 80
57
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut : a. Menghubungkan materi yang telah dipelajari b. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai c. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran d. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai e. Mengajukan pertanyaan. Untuk menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut guru melakukan kegiatan sebagai akhir dari semua yang telah dilakukan, seperti menarik kesimpulan dari materi yang baru disampaikan. Setelah itu memberikan post test, baik secara lisan, tulisan maupun secara perbuatan. Agar kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif, maka kegiatan pembelajaran tersebut dapat menarik minat peserta didik, membuktikan motivasi, memberi acuan dan membuat kaitan dengan yang lain. 12
12
Ibid., hlm. 83
58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berpijak pada hasil pembahasan dan kajian tersebut di muka yaitu tentang “Pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dalam Pendidikan Agama Islam” Kajian Buku Karya Dr. E. Mulyasa, M.Pd beberapa kesimpulan yang antara lain adalah : 1.
Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, guru harus mempunyai berbagai keterampilan – keterampilan, di antaranya :
a) keterampilan bertanya, b) keterampilan
memberikan penguatan materi,
c) keterampilan
mengadakan variasi, d) mengadakan menjelaskan,
e)
keterampilan pengelolaan kelas, f) keterampilan membimbing diskusi keci, g) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. 2.
Sebagai guru yang berkompeten dan guru professional, mereka harus dituntut selain harus mempunyai keterampilan – keterampilan, di sini guru juga harus mampu menguasai berbagai metode – metode agar tercipta suatu pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang lebih optimal. Metode – metode tersebut adalah : a) metode ceramah, b) metode inkuiri, c) metode karyawisata, d) metode penyegaran, e) metode simulasi, f) metode tanya jawab, g) metode sosiodrama dan bermain peran, h) metode diskusi.
3.
Dalam perencanaan dan pengembangan pembelajaran di Madrasah hendaknya perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran di sekolah SD/MI. Prinsip pembelajaran yaitu kesiapan belajar, motivasi, persepsi, retensi, dan transfer dalam pembelajaran. Proses belajar di madrasah sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subyek yang melakukan kegiatan belajar. Guru agar dapat kreatif professional dan menyenangkan, harus dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan
59
dan memilih metode pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan itu antara lain : a. Pendekatan kompetensi b. Pendekatan keterampilan proses c. Pendekatan lingkungan d. Pendekatan kontekstual Dan juga memiliki metode yang sesuai dengan kompetensi, antara lain : a. Metode demonstrasi b. Metode inquiry c. Metode karya wisata d. Metode Tanya jawab e. Metode simulasi dan masih banyak metode-metode yang lain. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peranan penting dalam penyampaian kepada peserta didik yang selalu kreatif dan menyenangkan di sekolah. Menurut Dr. E. mulyasa, M.Pd., adanya pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, akan banyak menghasilkan berbagai tujuan sebagai salah satu jalan keluar yang menuntut guru umum maupun guru PAI lebih memfokuskan kepada peserta didik, agar memberikan motivasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak mudah merasakan bosan dan jenuh pada saat proses pembelajaran. 4.
Guru harus dapat mengaplikasikan teori-teori dalam kegiatan pembelajaran.
Seperti
tujuan
pembelajaran,
sifat-sifat
materi
pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Selain itu guru memposisikan sebagai mitra belajar pada peserta didik. Sebagai pendidik professional dituntut melaksanakan tugas dengan profesional sesuai dengan kompetensinya sebagai seorang guru. 5.
Dalam kaitannya denga perencanaan pembelajaran, guru juga dituntut untuk membuat persiapan pengajar yang efektif dan efisien, sehingga dengan persiapan yang matang, dengan metode pembelajaran yang
60
sesuai, bahan pembelajaran yang lengkap, maka peserta didik akan selalu belajar dengan baik dan tercipta pembelajaran kreatif dan menyenangkan. 6.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah a.
Membuat ilustrasi
b.
Mendefinisikan
c.
Menganalisis
d.
Bertanya
e.
Merespon
f.
Menciptakan
g.
Menyediakan media
h.
Menyesuaikan metode.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal harus berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat dalam proses belajar mengajar, sehingga akan tercapainya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dalam lingkungan kelas. B. Saran – saran Setelah penulis melakukan sebagai pemahaman melalui kajian buku – buku sebagai referensi secara umum yang dapat membantu dan mendorong peneliti dalam membahas skripsi ini. Peneliti menarik suatu hal pemikiran yang perlu dijadikan bagi beberapa pihak terutama bagi lembaga – lembaga pendidikan pada umumnya dan bagi pendidik pada khususnya sebagai penunjang agar proses pembelajaran ini dapat benar – benar mendapatkan hasil dan tujuan sesuai dengan apa yang dicita – citakan oleh pendidikan nasional. Begitu juga dengan adanya pembelajaran yang inovatif, akan menjadi nuansa pendidikan yang akan lebih mengena pada sasaran (obyek), yaitu peserta didik dengan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Oleh karena itu, peneliti akan menyampaikan saran – saran untuk dapat meningkatkan aktivitas dalam pengembangan kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah (kelas) lebih efektif, agar dapat menghasilkan pendidikan
61
yang lebih baik, berkualitas yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Saran – saran yang peneliti sampaikan antara lain, 1.
Untuk dapat menciptakan proses dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, agar menghasilkan apa yang telah ditargetkan (dicapai) dalam pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan nasional, maka diharapkan pemerintah dan lembaga – lembaga pendidikan harus menekankan pada sertifikasi seorang guru sebagai out put yang mapan dan profesional.
2.
Disarankan kepada guru – guru umum atau guru PAI, agar melakukan lengkah – langkah pendekatan dengan sistem baru, yakni dengan mempergunankan rencana unit.
3.
Diharapkan guru – guru berbapcu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus lebih kreatif, profesional, dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai, a.
Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didik
b.
Sebagai teman (teman curahan hati) tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik
4.
c.
Sebagai fasilitator
d.
Sebagai motivator
e.
Sebagai pembimbing
f.
dan lain - lain Guru hendaknya senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan
yang tinggi dan harus mempunyai keterampilan – keterampilan mengajar yang kreatif, profesional dan menyenangkan. 5.
Diharapkan para pelaku pengembang pendidikan yakni para pendidik dalam menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran, hendaknya menggunakan metode – metode, prinsip – prinsip, dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan atau kemajuan zaman yang
62
pada saat ini sedang berlangsung agar aktiviats pendidikan di Indonesia lebih efektif dan efisien. C. Penutup Dengan rasa rendah hati peneliti menghaturkan rasa syukur kepada Allah Swt dengan iringan do’a Alhamdulillahirobil’alamin, atas segala anugerah dan karunia-Nya. Berkat usaha, dao’a dan kerja keras peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun banyak cobaan rintangan yang menghadang. Sekali lagi peneliti ucapkan Al-tahmid syukur alhamdulillah, karena semua itu sebagai ujian dan tantangan bagi peneliti. Tidak lupa bahwa sudah menjadi kodrat manusia yang tidak pernah lepas dari salah dan kekurangan, peneliti menyadari hal tersebut, besar kemungkinan penulis lakukan dalam penyusunan skrispi ini. Untuk itulah penulis dengan hati yang terbuka atau menerima setiap saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan dan koreksi ini. Akhirnya mudah – mudahan skrispi ini membawa manfaat bagi penulis khususnya, pembaca pada umumnya.
Semarang,
Juni 2011
Penulis
KUSWADI NIM. 093911268
63
DAFTAR PUSTAKA Dimyati, Dr. dan Dr. Mujiono., Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta Jakarta, 2006 Asri Budiningsih, Dr.C., Belajar dan Pembelajaran pada Karakteristik Siswa dan Budayanya, Rineka Cipta Jakarta, 2004 Abdul Majid, S.Ag., Dian Andayani, S.Pd., Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Rosda, Bandung, 2005 Moh. Shofan (ED), The Realistic Educational Menuju Masyarakat Utama, IRCisoD, Yogyakarta 2007. Ramayulis, Prof. Dr., Metode Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005. Slameto, Drs., Belajar dan Faktor – factor yang mempengaruhinya, Rineke Cipta, Jakarta, 2003. Soenarjo, Prof. R. H.A., S.H., dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Thoha Putra, Semarang, 1971. Syaiful Bahri Djamarah, Dr., M.Ag., Guru dan Anak Didik, Rineke Cipta, Jakarta, 2005. Muhaimin, Drs., M.A., et.al., Paradigma Pendidikan Agama Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Rosda Karya, Bandung, 2004. Muhibbin Syah, Dr., M.Ed., Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Rosda, Bandung, 1996. Mulyasa, Dr. E., M.Pd., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pemelajaran KBK, Rosada, Bandung, 2006. ______________, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Rosda, Bandung, 2005. ______________,
Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Setrategi Implementasi, Rosda Karya, Bandung, 2002.
dan
______________, Kurikulum yang Disempurnakan, Rosda Karya, Bandung, 2006. 64
______________, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Yang Kreatif dan Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung. Nana Sudjana, Dr., Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1998. Oemar Hamalik, Dr., Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Syaiful Bahri Djamarah, Drs., Psikologi Belajar, Rineke Cipta, Jakarta, 2003. Thohirin, Drs. M.S., M.Pd, Psikologi Pembelajaran PAI, Rajawali Press, Jakarta, 2005. W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineke Cipta, Jakarta, 2003. Wina Sanjaya, Dr., M.Pd., Setrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2007. Zakiah Derajat, Dr., dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996. Prof. R. H. A Soenarjo. SH. Dkk., Al Qur’an dan terjemah, CV. Thoha Putra, Semarang, 1971
65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama
: KUSWADI
2. Jenis Kelamin
: Laki – laki
3. Tempat/Tgl. Lahir
: 10 April 1964
4. Alamat
: Desa Candigugur RT. 05/02 Bawang – Batang
B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Bawang 01 Lulus Tahun 1977 2. SLTP Bawang Lulus Tahun 1981 3. SMEA Veteran Pekalongan Lulus 1984 4. D.II Tarbiyah Universitas Wahid Hasyim Semarang Tahun 2005 5. S.1 Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2011
Demikian riwayat hidup pendidikan yang dibuat dengan sebenar – benarnya.
Semarang,
Agustus 2011
Penulis
KUSWADI NIM : 093911268
66