MENINGKATKAN RASA HORMAT SISWA SEBAGAI BAGIAN DARI KECERDASAN MORAL MELALUI MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MATA PELAJARAN PK n DI KELAS 1 SD LABORATORIUM PGSD FIP UNJ Nina Nurhasanah Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris mengenai peningkatkan kecerdasan moral khususnya sikap rasa hormat melalui pembelajaran tematik dalam mata pelajaran PKn siswa kelas I SD Labortaorium PGSD FIP UNJ.
Penelitian ini dilaksanakan
di SD Laboratorium PGSD FIP UNJ. Penelitian kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model spiral atau siklus dari Stephen Kemmis dan MC. Taggart. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen non tes berupa angket, instrumen pemantau tindakan pembelajaran tematik, dan catatan lapangan. Uji validitas dan reabilitas instrumen ditempuh melalui expert judgement. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kecerdasan moral (rasa hormat) siswa dengan menggunakan pembelajaran tematik. Persentase kecerdasan moral pada siklus I adalah 60,05%, siklus II mencapai 72% dan pada siklus III mencapai 84,61%. Hasil dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran PKn dalam materi kecerdasan moral khususnya rasa hormat melalui pembelajaran tematik dapat meningkatkan kecerdasan moral siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan kecerdasan moral (rasa hormat) yang diukur melalui lembar pengamatan yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Dengan demikian , penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan pembelajaran tematik mampu meningkatkan kecerdasan moral (rasa hormat) siswa. Kata Kunci : Kecerdasan Moral, Pembelajaran Tematik
LATAR BELAKANG
sebagai usaha sadar dan terencana untuk
Pendidikan sebagaimana yang diatur
mewujudkan suasana belajar dan proses
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
pembelajaran agar peserta didik secara
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
78
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
dikarenakan tidak melihat bagaimana siswa
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
tumbuh dan berkembang sesuai dengan
akhlak mulia, serta keterampilan yang
usianya. Untuk itu maka aliran filsafat
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
perkembangan
negara.
kurikulum Dengan melihat ketentuan yang
ada
di
dalam
undangan
peraturan
tersebut
perundang-
maka
menghendaki
yang
adanya
sesuai
dengan
perkembangan siswa secara utuh baik fisik sosial emosional maupun intelektualnya.
upaya
Pentingnya cara pandang baru
peningkatan pendidikan terus dilakukan
yang muncul dalam pendidikan mengubah
pemerintah, salah satunya adalah di tingkat
sikap guru di dalam pendidikan. Pendidikan
sekolah dasar (SD). Upaya peningkatan
tradisional yang menekankan penguasaan
pendidikan di sekolah dasar merupakan
dan manipulasi isi. Siswa menghafalkan
salah satu aspek di dalam pembangunan
fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan
pendidikan di Indonesia dewasa ini. Salah
kejadian dan mempelajari mata pelajaran
satu usaha pemecahan masalah guna
secara terpisah satu sama lain.
peningkatan kualitas pendidikan adalah
Upaya
peningkatan
dengan memperbaiki sistem pembelajaran
pendidikan
yang antara lain tidak lagi menggunakan
dilakukan. Salah satu usaha pemecahan
sistem pembelajaran yang konvensional
masalah
melainkan
pendidikan di sekolah dasar itu adalah
menggunakan
pendekatan-
pendekatan baru dalam pembelajaran. Berbagai kritikan yang ditunjukkan
di
sekolah
kualitas
guna
dasar
peningkatan
perlu
kualitas
dengan memperbaiki sistem pembelajaran yang antara lain tidak lagi menggunakan
pada sistem pembelajaran di sekolah dasar
sistem
yang berlangsung selama ini dimana peran
tradisional/konvensional,
hafalan
menggunakan berbagai pendekatan baru
sangat
ditentukan
dalam
mengembangkan kemampuan akademik,
pembelajaran
yang melainkan
dalam pembelajaran.
sehingga banyak siswa yang tidak mampu
Dipengaruhi oleh pandangan ilmiah
untuk menerapkan keterampilannya dalam
baru abad ke-20 yang beranggapan bahwa
situasi
tertentu
mengembangkan
dan
tidak
mampu
kenyataan ada dalam hubungan-hubungan,
keterampilan
berpikir
yang
melihat
bahwa
suatu
kesatuan
yang lebih kompleks dalam pembentukan
melebihi jumlah dari bagian-bagiannya,
konsep dan pemecahaan masalah. Praktek
maka guru sekarang merasa perlu berpikir
pembelajaran di tingkat sekolah dasar
ulang tentang cara mengajar. Semakin
kadangkala 78
banyak keterkaitan yang ditemukan siswa Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
mengalami
kegagalan
dalam suatu konteks luas yang dipelajari,
terkait. Pembelajaran tematik diharapkan
maka semakin bermaknalah isinya bagi
dapat
mereka. Mampu mengerti makna dari
membelajarkan
pengetahuan
akan
sekolah dasar khususnya di kelasa awal (1,
menuntun pada penguasaan pengetahuan
2 dan 3), sehingga tujuan pembelajaran
dan keterampilan.
dapat tercapai secara efektif.
dan
keterampilan
dijadikan
wahana
pendidikan
untuk moral
di
Salah satu upaya adalah dengan
Berdasarkan pengamatan masalah
menggunakan pembelajaran tematik di
dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar
kelas-kelas awal (1, 2, dan 3). Hal ini
adalah penggunaan model pembelajaran
sesuai
dalam penyampaian materi pelajaran yang
dengan
hakikat
perkembangan
siswa itu sendiri yang sedang berada
belum
dalam tahap perkembangan yang unik
memenuhi harapan seperti muatan tatanan
(khas), dimana siswa memandang sesuatu
nilai agar dapat diinternalisasikan pada diri
yang dipelajarai bersifat holistik (utuh dan
siswa. Hal ini berkaitan dengan kritik
terpadu),
memerlukan
masyarakat terhadap materi pelajaran PKn
pembelajaran yang berbeda pula dengan
yang tidak bermuatan nilai-nilai praktis,
kelas yang lebih tinggi.
tetapi hanya bersifat politis atau alat
sehingga
secara
tepat,
sehingga
belum
Pendidikan moral sebagai bagian
indoktrinasi untuk kepentingan kekuasaan
dari proses pendidikan yang utuh dan
pemerintah. Situasi pembelajaran terkesan
terpadu dirasakan penting bagi siswa.
sangat kaku, kurang fleksibel, kurang
Menurut Theresia hilangnya pendidikan
demokratis, dan guru cenderung lebih
moral dari kurikulum sekolah di Indonesia
dominan. Guru mengajar lebih banyak
karena adanya asaumsi bahwa pendidikan
mengajar target yang berorientasi pada
moral hanya tercakup di dalam mata
nilai
pelajaran agama dan PKn saja. Namun
menggunakan model konvensional yang
ternyata kedua mata pelajaran tersebut
menoton. Pembelajaran pendidikan moral
hanya membelajarkan secara kognitif saja,
yang hanya dibelajarkan secara kognitif
sementara sikap dari siswa terhadap ilmu
saja. Sementara sikap dari anak didik
pengetahuan yang dipelajarinya, terhadap
terhadap
sesama manusia dan lingkungan sekitar
dipelajarinya,
tidak
lingkungan sekitar tidak dibelajarkan.
dibelajarkan.
Dengan
demikian
ujian
akhir,
ilmu
di
samping
pengetahuan
terhadap
sesama
masih
yang dan
diperlukan pendidikan moral yang diberikan
Dilihat dari tahap perkembangan
secara utuh/integral di sekolah-sekolah
kognitifnya, maka siswa kelas awal sekolah
melalui berbagai mata pelajaran yang 78
dasar dalam masa operasional konkrit. Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Pada masa ini siswa sudah mampu berpikir
siswa juga memiliki kemampuan untuk
induktif dan deduktif. Berkaitan dengan
bersosialisai, mengolah emosi (perasaan),
perkembangan tersebut, maka seyogyanya
ataupun
guru harus banyak memberikan latihan
masalah yang berkaitan dengan moral.
guna
Materi pembelajaran yang dapat
mengalami sesuatu secara keseluruhan
dipadukan dalam satu tema harus selalu
menuju pada bagiannya, berpikir tentang
mempertimbangkan
sebab
sebab,
seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan
membedakan sesuatu dari yang lain dalam
pengetahuan awal siswa. Dengan demikian
pengembangan konsep dan generalisasi.
materi-materi
Dengan demikian pembelajaran di sekolah
mengungkapkan tema secara bermakna.
dasar
strategi
Pemaduan materi mata pelajaran jangan
pembelajaran terpadu antara inter bidang
dipaksakan, materi mata pelajaran yang
studi, yang sifatnya faktual dan disesuaikan
tidak dapat dipadukan dalam tema dapat
dengan perkembangan dunia serta pusat
dipelajarai tersendiri terpisah dari tema
minat anak. Jadi dunia siswa adalah dunia
yang sudah ada.
akibat
harus
menghayati,
memecahkan
dan
nyata.
memahami,
kemampuan
dan
akibat
bertolak
Untuk
itu
dari
pembelajaran
yang
Oleh
karakteristik
yang
karena
siswa,
dipilih
itu
dapat
pembelajaran
dilakukan di kelas awal harus selalu aktual,
tematik dianggap lebih efektif, efesien dan
dekat dengan dunia siswa, dekat dengan
bermakna
melalui
lingkungan alamiah yang dialami siswa,
topik/tema
untuk
dan
mata
dilakukan
dengan
suasana
menyenangkan.
kelas proses
pelajaran
pembelajaran mengaitkan dalam
suatu
berbagai
menggantikan
pendekatan konvensional. Namun dalam
Dilihat dari bagaimana cara siswa
kenyataannya masih belum optimalnya
awal
suatu
pembelajaran
dalam
pendekatan tematik yang dilaksanakan
berpikir
mental,
merupakan
diantaranya
pemecahan masalah, pemikiran, kreatifitas, konseptual, perencanaan,
simbol,
pengklasifikasian,
pada
oleh guru. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lainnya yang terpadu secara utuh dalam
tindakan kelas dengan judul ”Meningkatkan
diri siswa. Dalam keterampilan berpikir,
Rasa Hormat Siswa melalui Pembelajaran
siswa
menggunakan
dan
didasarkan
kegiatan
harus
membaca
yang
mempunyai
kemampuan
Tematik dalam Mata Pelajaran Pendidikan
bahasa,
memecahkan
Kewarganegaraan (PKn) di Kelas I SD
masalah ataupun kemampuan menulis. Selain mempunyai kemampuan berpikir, 78
Laboratorium PGSD FIP UNJ” Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
pertanyaan berkaitan dengan tata krama dan terapkan aturan yang baik. Banyak TINJAUAN PUSTAKA
cara menghormati orang lain. Semakin
1. Hakikat Rasa Hormat Siswa
sadar seorang siswa akan tindakan dan
Rasa hormat adalah salah satu bagian dari kecerdasan moral yang perlu diajarkan pada anak sejak dini. Khususnya siswa usia kelas 1 sekolah dasar. Rasa hormat berarti
menghargai
seseorang
atau
menunjukkan santun.
mengagumi
sesuatu
sikap
Rasa
atau
baik,
dengan
sopan
dan
hormat mendorong kita
memperlakukan orang lain dengan baik dan menghargai manusia. Menurut Borba ada tiga langkah untuk menumbuhkan
rasa
hormat.
Setiap
langkah memupuk sikap baik, sopan dan adab pada anak-anak. Adapun langkahlangkahnya
sebagai
berikut:
(1)
Menunjukkan makna rasa hormat dengan memberi contoh dan mengajarkannya, (2) Menghargai
aturan
dan
menentang
kekasaran, (3) Menekankan pentingnya sopan santun dan tata krama. Menunjukkan dengan
makna
memberi
hormat
contoh
dan
cara yang efektif karena anak-anak tidak bisa mendengarkan kata-kata orang tua dengan baik, tetapi selalu berhasil meniru perbuatannya. Setelah memberikan contoh dapat
pelan-pelan menjelaskan 78
mengajarkannya dan
arti
kontinyu rasa
hormat,
semakin mudah baginya menerapkan sikap tersebut dalam kebiasaan sehari-hari. Rasa
secara dengan ajukan
hormat
adalah
salah
satu
bagian dari ketujuh kecerdasan moral menurut Borba. Keenam kecerdasan moral lainnya adalah toleransi, empati, kontrol diri, hati nurani, kebaikan hati, keadilan. Kecerdasan
moral
merupakan
kapasitas
mental
untuk
menentukan
bagaimana
prinsip
umum
(moral
intelligence)
manusia yang harus digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan manusia.
Selain itu
kecerdasan moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip umum.
Prinsip
kepercayaan manusia budaya
rasa
mengajarkannya. Memberi contoh adalah
barulah
perkataan yang menyatakan rasa hormat,
umum
mengenai
secara
umum
merupakan tingkah pada
di
dunia.
Kecerdasan
merupakan
“pusat
kecerdasan”
laku
seluruh moral bagi
seluruh manusia, karena kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia
untuk
berbuat
sesuatu yang
berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu
dan
peristiwa-peristiwa
yang
menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
tahu mengapa melakukan pekerjaan yang
untuk membedakan yang benar dari yang
kita
salah,
lakukan,
dan
apa
yang
harus
dikerjakan.
mengijinkan
mengembangkan
manusia
nilai-nilai
untuk
moral
dan
Pendapat lain mengatakan bahwa
kepercayaan serta mengintegrasikannya ke
kecerdasan moral merupakan bakat dasar
dalam sebuah pedoman moral yang saling
untuk
tindakan.
bertalian. Kecerdasan moral pada anak
Kecerdasan moral mengijinkan manusia
dapat ditumbuhkan melalui tujuh kebajikan
untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan
utama: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa
kepercayaan serta mengintegrasikannya ke
hormat,
dalam sebuah pedoman moral yang saling
keadilan.
gagasan
moral
dan
kebaikan
hati,
toleransi,
dan
bertalian. Karena itu merupakan bagian dari manusia untuk mengetahui apa yang
2.
benar, untuk memastikan bahwa tujuan
Kewarganegaraan (PKn) SD
hidup manusia dan tingkah laku sejajar
Hakikat
Dalam
Pembelajaran
kurikulum
SD
Pendidikan
tahun
2006
dengan pedoman moral. Seperti sebuah
(KTSP) khususnya untuk terdapat berbagai
detektor
macam mata pelajaran, salah satunya
asap,
membunyikan tindakan
kecerdasan
alarm
keluar
saat
tidak
moral
tujuan
sejalan
dan
dengan
adalah Mata
Pendidikan
Kewarganegaraan.
pelajaran
Pendidikan
pedoman moral. Saat kecerdasan moral
Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar
mengetahui apa yang harus dilakukan,
peserta didik memiliki kemampuan sebagai
maka
berikut:
kompetensi
moral
merupakan
kemampuan dari melakukan tindakan yang
Berpikir secara kritis, rasional, dan
benar. Bagaimana manusia tahu bahwa
kreatif
apa yang ia tahu benar ? Bagaimana kita
kewarganegaraan.
tahu hal yang benar pada saat kita merasa
dalam
menanggapi
isu
Berpartisipasi secara aktif dan
takut dan tertekan ? Untuk itu, manusia
bertanggung jawab, dan bertindak
memerlukan kompetensi moral. Manusia
secara cerdas dalam kegiatan
memerlukannya
bermasyarakat, berbangsa, dan
untuk
memahami
apa
tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip, dan
manusia
memerlukan
kompetensi
bernegara, serta anti korupsi.
Berkembang secara positif dan
moral untuk bertindak sesuai dengan nilai-
demokratis untuk membentuk diri
nilai dan kepercayaan.
berdasarkan
Jadi kecerdasan moral adalah bakat dasar untuk gagasan moral dan tindakan 78
karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
hidup bersama dengan bangsa-
7-12 tahun berada padafase Operasional
bangsa lainnya.
Konkret dimana pada tahap ini merupakan
Berinteraksi
dengan
bangsa
dalam
lain
bangsapercaturan
permulaan bagi anak untuk berfikir rasional dengan
menggunakan
benda-benda
dunia secara langsung atau tidak
kongkret. Bahasa yang digunakan adalah
langsung dengan memanfaatkan
bahasa yang diperoleh dari pendapat orang
teknologi
lain. Berdasarkan
informasi
dan
fase tersebut, maka
siswa kelas I SD termasuk dalam fase
komunikasi. Melalui mata pelajaran PKn siswa
operasional kongkret. Oleh karena itu
diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk
sebaiknya
menjadi warga negara Indonesia dan
siswa
warga dunia yang efektif. Menjadi warga
Kaiatannya dengan pembelajaran terpadu
negara Indonesia dan warga dunia yang
pada
efektif merupakan tantangan berat karena
mengembangkan kecerdasan moral berarti
masyarakat
siswa
global
selalu
mengalami
perubahan setiap saat. Untuk itulah, PKn dirancang
untuk
membangun
dalam
proses
diberikan
mata
harus
pembelajaran
contoh
pelajaran
kongkret.
PKn
diberikan contoh
untuk
konkret
dalam menerapkan rasa hormat.
dan
merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan
bermasyarakat
yang
selalu
METODOLOGI Penenlitian
berubah dan berkembang secara terus
pengembangan
menerus.
ini metode
merupakan dan
strategi
pembelajaran yang dilanjutkan dengan kajian tindakan kelas melalui beberapa
4. Karakteristik Siswa Kelas I SD Karakteristik siswa menurut Satdiman
siklus. Penelitian
(2006; 120) adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai
hasil
lingkungan
dari
pembawaan
sosialnya
dan
sehingga
menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cita.
Semua
ditampilkan
siswa
tingkah adalah
laku
yang
merupakan
proses interaksi dengan lingkungannya. Menurut Piaget dalam Hulock (1980; 4), tingkat perkembangan kognitif anak usia 78
dilaksanakan
di
SD
Laboratorium PGSD FIP UNJ, pada siswa kelas
1
yang
berjumlah
21
orang.
Penelitian dilakukan selama bulan JuliOktober 2010. Subyek Penelitian kajian tindakan kelas ini adalah siswa kelas I di SD Laboratorium PGSD FIP UNJ dengan pertimbangan bahwa pendekatan tematik jarang
digunakan
dalam
pembelajaran
PKn, masih ditemukan kelemahan dalam Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
beberapa penyajian materi PKn di siswa
rasa hormat siswa. Analisis dan refleksi
kelas I. Hal ini menimbulkan siswa kurang
dilakukan
dapat mengembangkan kecerdasan moral
semua anggota peneliti, sedangkan pelaku
yang salah satunya adalah rasa hormat
tindakan dilakukan oleh guru kelas I SD
melalui
Laboratorium PGSD FIP UNJ.
pembelajaran
PKn
yang
secara
berkolaborasi
antar
disebabkan lebih seringnya menggunakan
Adapun rencana tindakan yang
metode ceramah saja. Berdasarkan hal ini,
akan dilakukan pada setiap siklus adalah
jika di kelas I siswa dibiasakan dengan
sebagai berikut:
menggunakan pendekatan tematik dalam
1. Persiapan/Perencanaan :
pembelajaran PKn, maka di masa yang akan
datang
siswa
akan
a. Dosen/peneliti
berkolaborasi
lebih
dengan guru menelaah indikator
meningkatkan hasil belajarnya khususnya
kurikulum PKn SD tahun 2006 atau
untuk mengembangkan kecerdasan moral.
sesuai
Obyek penelitian ini adalah pendekatan
dilaksanakan di sekolah.
tematik dan strategi pembelajaran PKn
dengan
KTSP
b. Dosen/peneliti
kelas I SD.
yang
melakukan
observasi dan wawancara dengan
Pengumpulan data dilakukan disetiap
guru SD Laboratorium PGSD FIP
siklus sejak perencanaan, pelaksanaan,
UNJ untuk melihat kekuatan dan
observasi, hingga refleksi untuk komponen
kelemahan pembelajaran PKn di
data
kelas
yang
rancangan
diperlukan.
Data
permbelajaran
tentang
diambil
dari
RPP PKn yang dibuat oleh guru, dan juga
I
yang
selama
ini
dilaksanakan. c.
Dosen/peneliti
dan
guru
melalui wawancara/diskusi dengan guru.
merencanakan
Sedangkan data tentang peningkatan rasa
pembelajaran tematik yang sesuai
hormat siswa dijaring melalui angket pada
dengan
akhir siklus.
diajarkan.
Untuk analisis data, penelitian ini menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap
siklusnya
yang
akan
2. Tindakan siklus I a. Persiapan tindakan kelas melakukan
observasi yang terekam dalam catatan
observasi
wawancara
lapangan dan format-format pengamatan
dengan guru.
Fokus
kegiatan
guru
hasil
materi
1) Dosen/peneliti
lainnya.
berdasarkan
pelaksanaan
pengamatan
tentang
dan
selama
siswa
pembelajaran di kelas dan perubahan sikap 78
dan
2) Guru mengidentifikasi media yang
diperlukan
untuk
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
pelaksanan pembelajaran PKn berbasis tematik.
lain bersama-sama mengamati
3) Dosen/peneliti bersama guru
kegiatan pembelajaran dari sisi
mencari kegiatan pembelajaran
siswa dan guru, serta mencatat
yang
dalam catatan lapangan. Juga
sesuai
dengan
pembelajaran tematik sesuai
merekam
dengan
handycam dan kamera tentang
materi
yang
akan
diajarkan.
merancang dan
penataan
ragam
pembelajaran
PKn
ulang
bersama data
dosen tentang
berbasis
perubahan kualitas belajar PKn dan perubahan sikap siswa
ulang, atau
pembelajaran
menambah
melaksanakan PKn
berbasis
setelah tindakan I. 2) Guru
kelas
dosen/peneliti
I
bersama
mendiskusikan
pelaksanaan
kegiatan
tematik yang lebih menarik
penerapan
yang
pembelajaran PKn, dilanjutkan
disesuaikan
dengan
materi yang akan diajarkan. b. Tindakan Kelas 1) Guru
dan
mempersiapkan pembelajaran menerapkan
2) Guru kelas I
dengan
tematik
dalam
langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan dosen/peneliti
3. Tindakan siklus II
kegiatan
a. Guru kelas I melakukan tindakan
dengan
pembelajaran baru sesuai dengan
pembelajaran
hasil refleksi dan evaluasi dari
tematik.
siklus I, dilanjutkan diskusi untuk melaksanakan
mencari alternatif tindakan
lain
pembelajaran sesuai dengan
yang cocok dengan hasil dari
RPP tematik, guru yang lain
tindakan siklus I. Tindakan ini
sebagai observer membantu
dapat
dosen/peneliti
atau memodifikasi dari tindakan
mengamati
kegiatan guru dan siswa.
78
1) Guru-guru mencari
5) Guru bersama dosen/peneliti
media
d. Evaluasi dan Refleksi I
kegiatan
tematik.
menata
menggunakan
pembelajaran pada siklus I.
4) Guru bersama dosen/peneliti
c.
1) Dosen/peneliti dan guru yang
Observasi
mengurangi,
menambah
siklus I. 1) Dosen/peneliti
melakukan
observasi dibantu salah satu Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
guru
(yang
sedang
tidak
mengajar), dilakukan dengan catatan
lapangan,
kualitas
meningkat
Berdasarkan data aktivitas siswa setiap siklus, jika setelah dianalisis ternyata semakin
2) Refleksi II
sedikit
melakukan
i. Guru-guru
yang
melalui hasil belajar yang dicapai siswa.
dan
isntrumen observasi.
pembelajaran
jumlah
kegiatan
siswa
yang
menyimpang
saat
bersama
mengikuti pembelajaran PKn, dan semakin
mencari
banyak jumlah siswa yang melakukan
dosen/peneliti
data tentang hasil belajar
aktivitas
siswa dan perubahan sikap
pembelajaran,
siswa setelah tindakan II.
dikatakan semakin meningkat. Untuk hasil
ii. Dosen/peneliti guru
dibantu
meninjau
dampak
dari
ulang tindakan
yang
belajar
sesuai
maka
siswa,
dengan
aktivitas
dianalisis
siswa
dengan
menggunakan penilaian melalui target atau tolok ukur keberhasilan sebesar 75 % .
siklus II tersebut sehingga tujuan
penelitian
dapat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tercapai.
1. Analisis Data
4. Tindakan siklus III Untuk
menguji
keabsahan
keterpercayaan data
dilakukan dengan
triangulasi. Triangulasi
dilakukan dengan
sumber data, yaitu membandingkan apa yang
dirasakan
guru
pada
saat
pembelajaran dengan pendapat observer dan peneliti (dosen) yang mengacu pada penelitian tentang pembelajaran PKn pada materi pelajaran
Data yang dianalisis merupakan data
dan
”Diri Sendiri” melalui
yang diperoleh dari hasil angket dan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan, yang meliputi data tentang rasa hormat siswa, data proses belajar PKn melalui pembelajaran tematik, dan data aktivitas guru selama proses pembelajaran. 1.Data tentang Rasa hormat Siswa
pendekatan Tematik
Tabel 1.
Analisis data pemantau tindakan dilakukan
dengan
melihat
keterlibatan
Data Hasil Angket Kecerdasan Moral (Rasa Hormat) Siswa
siswa kelas I pada saat pembelajaran PKn yang sedang berlangsung, sikap guru
No
Jenis
Persentase
dalam pelaksanaan pembelajaran, dan 78
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Data
Siklus I
Siklus II
Siklus III
memperoleh nilai kurang dari 65 berjumlah 4 dari 21 siswa atau 19.05%. Berdasarkan analisis data pada
1
Nilai >
4,76%
28,57%
90,47%
75 2
siklus II, ternyata rasa hormat siswa mengalami peningkatan sebesar 11, 95%.
Nilai
33,33%
52,38%
9,52%
Namun, peningkatan rasa hormat masih
65 –
rendah bahkan belum mencapai target
75
yang ditetapkan yaitu 75%. Prosentase rasa hormat siswa pada siklus II baru
3
Nilai
61,9%
19,05%
0,00%
<65 4
mencapai 72%. Sementara hasil instrument non tes pada siklus II mencapai 67,5%, 70,
Rata-
60,05%
72%
84,61%
rata
83%, dan 76, 67% dari tiga pertemuan. Persentase rata-rata hasil instrument non tes dari tiga pertemuan pada siklus II
kelas
adalah 71,67%.
Data pertama yang diperoleh dari
Pada siklus III ada peningkatan kea rah
penilaian rasa hormat siswa pada siklus I,
yang lebih baik dari guru maupun siswa.
rata-rata kelasnya 60,05. Jumlah skor
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
siswa yang memperoleh nilai antara 65-75
refleksi, data yang diperoleh rata-ratanya
berjumlah
dengan
84,61%. Adapun siswa yang memperoleh
yang
nilai di atas 75 berjumlah 18 dari 21 siswa
memperoleh nilai kurang dari 65 berjumlah
berarti 85,57%. Siswa yang memperoleh
13 dari 21 siswa atau 61,9%. Data ini
nilai 65-75 berjumlah 3 dari 21 siswa
menggambarkan bahwa kecerdasan moral
dengan prosentase 14,28%. Siswa yang
(rasa hormat) siswa masih rendah karena
memperoleh nilai kurang dari 65 ada 0 dari
rata-rata kecerdasan moral (rasa hormat)
21 siswa dengan persentase 0%.
7
prosentase
dari
21
33,33%.
siswa Siswa
Berdasarkan pencapaian persentase
siswa hanya 60,05% Data yang diperoleh dari rasa hormat
kecerdasan moral (rasa hormat) pada
siswa pada siklus II, rata-rata kelasnya 72,
siklus III, maka tindakan pada penelitian ini
jumlah skor siswa yang lebih dari 75
dihentikan dan dianggap berhasil karena
berjumlah 6 dari 21 siswa, berarti 28,57%.
telah
Siswa yang memperoleh nilai antara 65-75
ditentukan sebelumnya yakni 85% dari
berjumlah
jumlah siswa yang memperoleh skor > 75.
prosentase 78
11
dari
21
52,38%.
siswa
dengan
Siswa
yang
melampaui
rata-rata
kelas
yang
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
Berdasarkan
2. Data Pemantau tindakan Tabel 2.
kecerdasan
Data Hasil Pemantau Tindakan Siklus I Jenis Data
1.
Pert.2
70
73
58,33
60,83
%
%
Presentase instrument non tes
Instrument non tes
Per t.3 74 61, 67 %
Siklus II Jenis Data
Skor akhir instrument non tes
Pert.1
Pert.2
81
85
(rasa
hormat) siswa melalui pembelajaran PKn
Meningkatan
instrument non tes
Instrument non tes
rasa
hormat
siswa
melalui pembelajaran PKn dengan berbasis tematik
ternyata
menemukan
adanya
ini
menunjukkan
bahwa
kolaborator
terhadap
penemuan–
penemuan masalah yang terjadi pada Per t.3
setiap
siklusnya
telah
ditemukan
pemecahannya dan menunjukkan hasil
Presentase
3.
moral
indentifikasi dan analisi peneliti bersama
Tabel 3.
2.
dan
peningkatan dari siklus I hingga siklus III.
60,27%
Data Hasil Pemantau Tindakan Siklus II
1.
hormat)
kecerdasan
Peningkatan
No
(rasa
dengan berbasis tematik.
instrument non tes
3.
peningkatan
Pert.1
Skor akhir
2.
moral
peningkatan
pemantau tindakan di atas, maka terdapat
Siklus I No
tabel
67,5%
70,83 %
92
yang optimal.
76, 67 %
71,67%
PENUTUP 1.Kesimpulan Dengan
menerapkan
pembelajaran
tematik dalam pembelajaran PKn di kelas I Tabel 4 Peningkatan Hasil Pemantau Tindakan Selama Tiga Siklus No.
SD, siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena pembelajaran tematik menyajikan keterkaitan dari mata pelajaran yang satu dengan pelajaran lain.
Data Setiap
Persentase Pemantau
Siklus
Tindakan
Apalagi bila didukung dengan media yang
1.
Siklus I
60,27%
menarik seperti gambar-gambar full colour
2.
Siklus II
71,67 %
serta media audiovisual seperti televisi.
3.
Siklus III
89,44 %
Peningkatan Hasil Pemantau Tindakan
29,17 %
Sehingga,
menjadikan
bersemangat pembelajaran,
siswa
untuk mencontohkan
lebih
mengikuti sikap
hormat, sopan dan santun, serta dapat 78
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
tampil mencontohkan sikap sopan di depan
sedang belajar terkhusus dalam belajar
kelas tanpa malu-malu lagi.
PKn aspek rasa hormat. Siswa melakukan
Kecerdasan
moral
(rasa
hormat)
jika
dalam
proses
pertemuannya, baik mencontohkan sikap
pembelajaran berjalan dengan baik dan
rasa hormat, hidup rukun maupun tata
lancar.
yang
tertib, selain itu siswa mempraktekkan
menarik akan sangat bermakna bagi siswa
bagaimana cara berkunjung yang baik dan
ditambah dengan memaksimalkan media
sopan dengan memerhatikan sikap hormat
sehingga akhirnya mendukung kegiatan
pada yang lebih tua atau kakak kelas.
siswa dalam belajar. Dengan penerapan
Melalui langkah-langkah pembelajaran di
pembelajaran tematik yang sesuai dengan
atas maka dalam penerapan pembelajaran
karakteristik siswa serta gurunya mampu
tematik
mengaitkan tema ke dalam beberapa mata
kecerdasan moral (rasa hormat) siswa
pelajaran, maka mampu meningkatkan
dalam pembelajaran PKn. Terlihat dari
kecerdasan moral (rasa hormat) siswa
hasil peningkatan kecerdasan moral siswa
kelas I SD Laboratorium PGSD FIP UNJ.
dimulai dari siklus I sampai siklus III. Hasil
Siswa melakukan kegiatan yang berbeda
dari siklus I adalah 60,05%, siklus II adalah
dengan
terbiasa
72 % dan siklus III sebesar 84,61%. Jadi
berceramah
setiap siklus kecerdasan moral mengalami
menjelaskan tentang apa itu rasa hormat,
peningkatan sehingga target ketuntasan
sehingga aiawa tidak bersemangat dan
dapat tercapai.
dapat
meningkat
Penerapan
biasanya.
menggunakan
tidak
pembelajaran
dapat
Guru
suaranya
menerima
kegiatan
yang
di
kelas
bervariasi
dapat
setiap
meningkatkan
pembelajaran
dengan optimal. Setelah diadakan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran tematik siswa lebih tertarik dalam belajar PKn. Siswa menerapkan sendiri sikap-sikap atau nilainilai yang terdapat dalam pembelajaran PKn
dengan
memperhatikan
keterkaitannya dengan mata pelajaran lain yang
saling
berkaitan
sehingga
pembelajaran menjadi terintegrasi atau terpadu. Siswa merasa senang dalam belajar dan siswa tidak merasa jika siswa 78
2. Saran Berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi penelitian, ada beberapa saran yang ingin disampaikan sebagai berikut: a. Pembelajaran tematik sebagai salah satu pembelajaran yang menekankan keterkaitan antar mata pelajaran yang satu dengan yang lain tepat untuk setiap mata pelajaran khususnya PKn karena
dapat
meningkatkan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
kecerdasan moral khususnya rasa hormat siswa. b. Untuk meningkatkan kecerdasan moral siswa dalam mata pelajaran PKn sudah seharusnya
kita
menerapkan
pembelajaran tematik yang menarik dengan menggunakan media mendukung
sehingga
menciptakan
yang dapat
pembelajaran
yang
menyenangkan dan pemahaman yang optimal bagi siswa. c.
Bagi guru yang belum menerapkan pembelajaran
tematik,
sebaiknya
membiasakan diri dalam melakukan pembelajaran
PKn
yang
menarik
khususnya pada guru kelas awal atau kelas
rendah
(1,2,3)
mulai
dari
sekarang karena dapat meningkatkan keaktifan, semangat dan pembelajaran yang menarik bagi siswa dalam belajar. d. Dukungan dan bimbingan yang berasal dari orangtua, guru, kepala sekolah dan
pihak
dalam
hal
penerapan
lain
sangat
dibutuhkan
pengembangan pembelajaran
dalam tematik
dengan cara melengkapi sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan di sekolah dan di rumah.
78
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Saleh. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang efektif di sekolah dasar. (Jakarta Depdiknas), 2006. Astuti. Pedoman Pembelajaran Tematik. (Jakarta : Depdiknas), 2004. Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), 2008. Darmodiharjo, Darji. Nilai, Norma dan Moral. (Jakarta : Aries Lima), 1986. Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006, Standar Isi. (Jakarta : Depdiknas), 2006. Harlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan. (Jakarta : Erlangga), 1980 Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta : Multi Pressindo), 2008. Johnson, Elaine. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Belajar- Mengajar Mengasyikan dan Bermakna.Terjemahan. (Bandung : MLC), 2008. Kristianty, Theresia. Paradigma Baru Pendidikan Ke- SD an di Indonesia abad 21. (Jakarta : Orasi Ilmiah), 2009. Kusumah, Wijaya. Mengenal PTK (Jakarta : Indeks), 2010. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 2005. Myers, Charls. National Standars for Social Studies Teachers. ( Washington DC), 2000. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta : BP. Dharma Bakti), 2006. Pardjono, dkk. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta : Lembaga Penelitian UNY), 2007. R. Conny, Semiawan. Landasan Pembelajaran dalam Perkembangan Manusia. (Jakarta : CHCD), 2007. Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana), 2009. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : PT Raja Grassindo Persada), 2006. Shapiro, Lawrence. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), 2001. Tim Pengembang PGSD. Pembelajaran Terpadu D II PGSD. (Jakarta : Depdikbud), 1997.
Daftar Riwayat Hidup Peneliti : Dra. Nina Nurhasanah, adalah dosen PGSD FIP UNJ.
78
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011
78
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.III No.1 April 2011