MENINGKATKAN EMPATI SISWA SEBAGAI BAGIAN DARI KECERDASAN MORAL MELALUI MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MATA PELAJARAN PK n DI KELAS 1 SD LABORATORIUM PGSD FIP UNJ Nina Nurhasanah ABSTRAK, Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium PGSD FIP UNJ. Penelitian kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model spiral atau siklus dari Stephen Kemmis dan MC. Taggart. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan observasi, serta refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen non tes berupa angket, instrumen pemantau tindakan pembelajaran tematik, dan catatan lapangan. Uji validitas dan reabilitas instrumen ditempuh melalui expert judgement. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kecerdasan moral berupa rasa empati siswa dengan menggunakanpembelajaran tematik. Persentase rasa empati pada siklus I adalah 64,43%, siklus II mencapai 73,4% dan pada siklus III mencapai 79,98%. Hasil dari data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran PKn dalam materi diri sendiri melalui pembelajaran tematikdapat meningkatkan kecerdasan moral khususnya rasa empati siswa siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan kecerdasan moral khususnya rasa empati yang diukur melalui lembar pengamatan yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Dengan demikian , penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan pembelajaran tematik mampu meningkatkan rasa empati siswa. Kata Kunci: Empati, PKn, dan Pembelajaran Tematik Pendidikan
PENDAHULUAN Dengan melihat ketentuan yang ada di dalam
UU
No.
peningkatan
20/2003,
pendidikan
maka terus
upaya
dilakukan
proses
moral
pendidikan
sebagai
yang
utuh
bagian dan
dari
terpadu
dirasakan penting bagi siswa. Menurut Theresia hilangnya
pendidikan
moral
dari
kurikulum
pemerintah, salah satunya adalah di tingkat
sekolah di Indonesia karena adanya asaumsi
sekolah
peningkatan
bahwa pendidikan moral hanya tercakup di dalam
pendidikan di sekolah dasar merupakan salah
mata pelajaran agama dan PKn saja. Namun
satu aspek di dalam pembangunan pendidikan di
ternyata kedua mata pelajaran tersebut hanya
Indonesia.
pemecahan
membelajarkan secara kognitif saja, sementara
masalah guna peningkatan kualitas pendidikan
sikap dari siswa terhadap ilmu pengetahuan yang
adalah
dipelajarinya, terhadap sesama manusia dan
dasar
(SD).
Salah
satu
dengan
pembelajaran
usaha
memperbaiki antara
lingkungan sekitar tidak dibelajarkan. Dengan
yang
demikian diperlukan pendidikan moral yang
konvensional melainkan menggunakan inovasi
diberikan secara utuh/integral di sekolah-sekolah
dalam pembelajaran.
melalui berbagai mata pelajaran yang terkait.
sistem
lain
sistem lagi
menggunakan
yang
Upaya
tidak
pembelajaran
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
15
Pembelajaran tematik diharapkan dapat dijadikan
pengamatan nampak bahwa pembelajaran PKn
wahana untuk membelajarkan pendidikan moral
di sekolah dasar umumnya disampaikan dengan
di sekolah dasar khususnya di kelasa awal (1, 2
metode ceramah yang verbalistik, dimana materi
dan 3), sehingga tujuan pembelajaran dapat
pelajaran sudah dipersiapkan oleh guru untuk
tercapai secara efektif.
dicatat siswa dan sewaktu-waktu diterangkan
Berdasarkan pengamatan masalah dalam
oleh guru. Sistem pembelajaran menekankan
pembelajaran PKn di sekolah dasar adalah
pada hafalan dan perspektif kognitif saja tanpa
penggunaan
model
dalam
ada pengalaman langsung yang diperoleh siswa
penyampaian
materi
belum
dalam proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran pelajaran
yang
secara tepat, sehingga belum memenuhi harapan seperti
muatan
diinternalisasikan
tatanan pada
nilai
menghadapi
kritik
masyarakat
berkaitan dengan kritik masyarakat terhadap
dan efesien. Salah satu alternatifnya adalah
materi pelajaran PKn yang tidak bermuatan nilai-
pembelajaran tematik yang diharapkan mampu
nilai praktis, tetapi hanya bersifat politis atau alat
melibatkan siswa dalam keseluruhan proses
indoktrinasi
kekuasaan
pembelajaran, dan dapat melibatkan seluruh
pembelajaran terkesan
aspek pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan
sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis,
psikomotor baik secara fisik maupun mentalnya.
dan
Siswa
kepentingan
pemerintah. Situasi
cenderung
lebih
Hal
Untuk
tersebut diperlukan pembelajaran yang efektif
guru
siswa.
dapat ini
untuk
diri
agar
pembelajaran yang dirasakan kurang bermakna.
dominan.
Guru
mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir, di samping
memiliki
suatu
kebebasan
berpikir,
berpendapat, aktif dan kreatif. Dilihat
dari
tahap
perkembangan
masih menggunakan model konvensional yang
kognitifnya, maka siswa kelas awal sekolah dasar
menoton. Pembelajaran pendidikan moral yang
dalam masa operasional konkrit. Pada masa ini
hanya
siswa
dibelajarkan
secara
kognitif
saja.
sudah
mampu
dan
deduktif.
pengetahuan
tersebut, maka seyogyanya guru harus banyak
sesama
dan
dipelajarinya,
lingkungan
terhadap
sekitar
tidak
dibelajarkan.
dari
latihan
guna
perkembangan
memahami,
menghayati, dan mengalami sesuatu secara
Di dalam pembelajaran aktifitas guru lebih dominan
memberikan
dengan
induktif
Sementara sikap dari anak didik terhadap ilmu yang
Berkaitan
berpikir
siswa,
sehingga
guru
sering
keseluruhan menuju pada bagiannya, berpikir tentang
sebab
akibat
dan
akibat
sebab,
mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai,
membedakan sesuatu dari yang lain dalam
sikap, tindakan sehingga mata pelajran PKn tidak
pengembangan konsep dan generalisasi. Dengan
dianggap
demikian pembelajaran di sekolah dasar harus
sebagai
mata
pelajaran
untuk
pembinaan warga negara yang menekankan
bertolak
pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi
antara inter bidang studi, yang sifatnya faktual
lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang
dan disesuaikan dengan perkembangan dunia
jenuh dan membosankan. Berdasarkan hasil
serta pusat minat anak. Jadi dunia siswa adalah
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
dari
strategi
pembelajaran
terpadu
15
dunia
nyata.
Untuk
itu
pembelajaran
yang
dilakukan di kelas awal harus selalu aktual, dekat dengan dunia siswa, dekat dengan lingkungan alamiah yang dialami siswa, dan dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
dengan suasana menyenangkan.
A. Hakikat Empati Siswa
Pembelajaran akan lebih berhasil jika
Empati merupakan bagian dari kecerdasan
dimulai dari kehidupan aktual siswa. Dalam
moral. Kecerdasan moral terbangun dari tujuh
kehidupan siswa sehari-hari tidak pernah melihat
kebajikan utama yaitu empati, hati nurani, kontrol
sesuatu yang terpisah-pisah satu sama lainnya.
diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan
Untuk itu dalam melaksanakan pembelajaran di
keadilan yang membantu anak menghadapi
kelas awal, pembelajaran akan lebih berhasil
tantangan dan tekanan etika yang tidak dapat
kalau dapat menggabungkan kajian beberapa
dihindarkan
mata pelajaran dalam satu ikatan tema.
Kebajikan-kebajikan
Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam
harus
utama
kelak.
tersebut
akan
melindunginya agar tetap berada di jalan yang benar dan membantunya agar selalu bermoral
mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti
dalam bertindak. Semua itu dapat diajarkan,
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan
dicontohkan disadarkan, serta didorong sehingga
awal siswa. Dengan demikian materi-materi yang
dapat dicapai anak(Borba:2008,7).
dapat
tema
kehidupannya
selalu
dipilih
satu
dalam
mengungkapkan
tema
secara
Kecerdasan
jangan dipaksakan, materi mata pelajaran yang
Kecerdasan moral mengijinkan manusia untuk
tidak
mengembangkan
dalam
tema
dapat
serta
moral
nilai-nilai
dan
bakat
dasar
dipadukan
gagasan
merupakan
bermakna. Pemaduan materi mata pelajaran
dapat
untuk
moral
tindakan.
moral
mengintegrasikannya
dan
dipelajarai tersendiri terpisah dari tema yang
kepercayaan
ke
sudah ada. Oleh karena itu pembelajaran tematik
dalam sebuah pedoman moral yang saling
dianggap lebih efektif, efesien dan bermakna
bertalian. Karena itu merupakan bagian dari
melalui pembelajaran suatu topik/tema untuk
manusia untuk mengetahui apa yang benar,
mengaitkan berbagai mata pelajaran dalam
untuk memastikan bahwa tujuan hidup manusia
menggantikan pendekatan konvensional. Namun
dan tingkah laku sejajar dengan pedoman moral.
dalam kenyataannya masih belum optimalnya
Seperti sebuah detektor asap, kecerdasan moral
pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan
membunyikan alarm saat tujuan dan tindakan
tematik yang dilaksanakan oleh guru.
keluar tidak sejalan dengan pedoman moral. Saat
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis
kecerdasan moral mengetahui apa yang harus
tertarik untuk melakukan penelitian tindakan
dilakukan, maka kompetensi moral merupakan
kelas dengan judul ”Meningkatkan Rasa Hormat
kemampuan
Siswa melalui Pembelajaran Tematik dalam Mata
benar. Bagaimana manusia tahu bahwa apa yang
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di
ia tahu benar ? Bagaimana kita tahu hal yang
Kelas I SD Laboratorium PGSD FIP UNJ”.
benar pada saat kita merasa takut dan tertekan ?
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
dari
melakukan
tindakan
yang
15
Untuk itu, manusia memerlukan kompetensi
yang mencerminkan pemahaman, penghayatan
moral.
serta penerapan hasil belajar dari setiap individu
Manusia
memahami dengan
apa
prinsip,
memerlukannya tujuan-tujuan dan
untuk
yang
manusia
sesuai
atau kelompok.
memerlukan
Pembelajaran PKn berbasis tematik perlu
kompetensi moral untuk bertindak sesuai dengan
diterapkan
nilai-nilai dan kepercayaan. Jadi kecerdasan
khususnya di kelas 1, mengingat pembelajaran
moral adalah bakat dasar untuk gagasan moral
tersebut
dan tindakan untuk membedakan yang benar dari
perkembangan siswa yang sedang berada pada
yang
salah,
mengijinkan
mengembangkan kepercayaan
kelas
sangatlah
awal
sekolah
sesuai
dasar
dengan
tahap
manusia
untuk
usia antara 6 sampai 7 tahun dalam melihat
moral
dan
sesuatu di lingkungannya sebagai satu kesatuan
ke
yang utuh dan terpadu. Selain itu dengan
nilai-nilai
serta
di
mengintegrasikannya
dalam sebuah pedoman moral yang saling
pembelajaran
berbasis
bertalian. Kecerdasan moral pada anak dapat
pelajaran
ditumbuhkan melalui tujuh kebajikan utama:
kecerdasan moral dapat tercapai secara lebih
empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat,
optimal
kebaikan hati, toleransi, dan keadilan.
kesempatan
PKn
tematik
dalam
dikarenakan
mata
mengembangkan
siswa
belajar
tujuan
lebih
banyak
mengembangkan
kecerdasan moralnya melalui berbagai mata B.
Hakikat
Pembelajaran
Pendidikan
dipelajari.
Kewarganegaraan (PKn) SD Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) memfokuskan
pada
pelajaran yang terkait dengan tema yang sedang
moralnya
mengembangkan
melalui
pembelajaran
Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Seni
beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
Budaya dan Keterampilan, Penjaskes, Agama,
usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga
dan
negara Indonesia yang bersatu, cerdas, terampil,
dengan kegiatan upacara bendera, pramuka,
dan
pesantren kilat/ramadhan, dan peringatan hari-
sesuai
Pancasila dan Konstitusi
diri
kecerdasan
dapat
yang
berkarakter
pembentukan
Siswa
dengan
nilai-nilai
Negara Kesatuan
kegiatan
pembelajaran
lainnya,
seperti
hari besar agama dan nasional.
Republik Indonesia dengan mempertimbangkan atau memanfaatkan sains, lingkungan, teknologi,
C. Pengertian Pembelajaran Tematik
dan masyarakat. Pembelajaran PKn dilakukan
Menurut
melalui praktek belajar kewarganegaraan yang
pembelajaran
dirancang untuk membantu siswa memahami
terpadu
teori secara mendalam melalui pengalaman
mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga
belajar praktik empirik, seperti permainan dan
dapat
simulasi,
menganalisis
kepada siswa. Pembelajaran terpadu (integrated
isu/kasus tertentu, atau metode pemecahan
learning) menurut Conny (2006:70-72) merujuk
masalah.
pada
membuat
Hasil
karangan,
akhir
dari
praktek
belajar
kewarganegaraan adalah portofolio hasil belajar Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
yang
Poerwodarminta tematik
dalam
adalah
menggunakan
memberikan
pendekatan
pembelajaran tema
pengalaman
dalam
Jihad,
belajar
untuk
bermakna
dengan
pengertian keterpaduan dimana memiliki makna
15
yang
mempersatukan
Pembelajaran
berbagai
terpadu
tidak
ilmu.
bermakna. Pemaduan materi mata pelajaran
menghadirkan
jangan dipaksakan, materi mata pelajaran yang
berbagai mata pelajaran terkotak-kotak, tetapi
tidak
berbagai mata pelajaran dikaitkan dengan topik
dipelajari tersendiri terpisah dari tema yang
yang relevan dengan core center (misalnya:
sudah ada.
kekurangan gizi) yang dikaitkan dengan biologi,
dapat
dipadukan
dalam
tema
dapat
Sementara menurut Mulyasa (2005; 104),
kesehatan, dan komunikasi, dan bahkan mungkin
tematik
dengan suatu survey di tempat asalnya. Dengan
pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang
suasana tersebut, sejak dini siswa sudah terlatih
erat dan serasi antar berbagai aspek yang
mengaitkan informasi yang satu dengan infromasi
mempengaruhi
yang
belajar.
lain
dan
dapat
belajar
secara
adalah
merupakan
peserta
didik
pendekatan
dalam
proses
Memperkuat pandangan tersebut, Lyn
menyenangkan, aktif secara terlibat langsung
Margulis, dkk dalam Johnson menjelaskan bahwa
dalam kehidupan nyata. Di samping itu agar
segala sesuatu di bumi adalah bagian dari
semua siswa mampu belajar untuk mewujudkan
sebuah
kemampuannya seoptimal mungkin diperlukan
kemandirian di alam. Alam adalah kesaling
pembelajaran terpadu.
bergantungan, alam terbentuk dari banyak sekali
Berdasarkan kondisi tersebut, kurikulum telah
mengembangkan
model
jejaring
hubungan.
Tidak
ada
pola hubungan.
penyajian
Dengan pandangan dari para ahli tersebut di
pembelajaran di kelas awal (1,2,3) dengan
atas,
menggabungkan kajian beberapa mata pelajaran
pembelajaran tematik maka siswa akan belajar
dalam
dengan
mengenai sesuatu yang saling berhubungan
tematik
sesuai dengan kehidupan manusia yang memang
merupakan kegiatan belajar mengajar dengan
pada dasarnya saling berhubungan sehingga
memadukan materi beberapa mata pelajaran
akan lebih mudah dipahami secara kongkrit dan
dalam satu tema. Keterpaduan ini dapat diartikan
bermakna.
sebagai pemberdayaan materi pelajaran satu
pemahaman
pada waktu menyajikan materi pelajaran lainnya
lingkungannya bahwa semuanya itu merupakan
yang diikat oleh suatu tema. Dengan cara ini
satu kesatuan yang utuh dan terpadu (holistik)
pemahaman konsep selalu diperkuat karena
dan
adanya sinergi pemahaman antar konsep yang
tentang apa yang dipelajarinya.
satu
pembelajaran
tema
yang
tematik.
dikenal
Pembelajaran
dikemas dalam satu tema.
satu
Selain anak
itu
bahwa
juga tentang
memudahkan
sesuai
melalui
dengan
alam
pemahaman
dan
anak
harus
(1997;3)
tematik
adalah
suatu
sistem
selalu
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti
secara individu maupun kelompok, aktif mencari,
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan
menggali dan menemukan konsep serta prinsip
awalnya. Dengan demikian materi-materi yang
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
dipilih
Dengan proses pembelajaran yang holistik dapat
dapat
tema
lebih
dikemukakan
Sementara menurut tim pengembang PGSD
Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam
dapat
mengungkapkan
tema
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
secara
15
memenuhi berbagai kebutuhan belajar pebelajar.
pembelajaran
Jadi dengan pembelajaran tematik menjadikan
kebutuhan Siswa, 7) Menggunakan
tujuan belajar menjadi lebih bermakna, materi
belajar
belajar disajikan secara utuh/ terpadu dan situasi
(http://www.Puskur.net/inc/mdl/
belajar dilakukan secara otentik.
Model_Tematis.pdf).
Senada dengan teori belajar Gestalt dan
sesuai
sambil
dengan
bermain
Berpusat
pada
dan
minat dan prinsip
menyenangkan 020_
siswa.
Pembelajaran
pendapat dari Piaget (http : // www.Puskur.net /
tematik berpusat pada siswa, hal ini
inc
sesuai dengan
/
mdl
/
mengemukakan
020_Model_Tematis.pdf bahwa
tematik
)
pendekatan belajar
adalah
modern yang lebih banyak menempatkan
pembelajaran yang lebih menekankan pada
siswa sebagai subjek belajar sedangkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
guru lebih banyak berperan sebagai
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-
dapat memperoleh pengalaman langsung dan
kemudahan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
melakukan aktifitas belajar.
pengetahuan yang dipelajari.
Menurut Saleh
Memberikan
kepada
siswa
pengalaman
untuk
langsung.
Abbas (2006;19), tematik adalah merupakan
Pembelajaran tematik dapat memberikan
suatu strategi pembelajaran yang melibatkan
pengalaman langsung kepada siswa.
beberapa mata pelajaran untuk memberikan
Dengan pengalaman langsung ini, siswa
pengalaman yang bermakna kepada siswa.
dihadapkan pada sesuatu yang nyata
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran tematik itu adalah pembelajaran yang utuh dan terpadu yang mengkaitkan pelajaran
tema dengan berbagai mata
tertentu
yang
ada
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
Dalam
pembelajaran
tematik
hubungannya
pemisahan antar mata pelajaran menjadi
dengan tema sentral yang akan dibahas serta
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran
ada hubungannya dengan lingkungan sekitar
diarahkan kepada pembahasan tema-
siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih
tema yang paling dekat berkaitan dengan
bermakna.
kehidupan siswa. Menyajikan konsep dari berbagai mata
1. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pembelajaran
pelajaran.
Pembelajaran
tematik
Tematik
menyajikan konsep-konsep dari berbagai
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik
mata pelajaran dalam suatu proses
sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa, 2)
pembelajaran. Dengan demikian, siswa
Memberikan
mampu
pengalaman
langsung,
3)
memahami
konsep-konsep
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4)
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
Menyajikan konsep
untuk
pelajaran,
5) Bersifat
dari
berbagai fleksibel,
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
mata
membantu
siswa
dalam
6) Hasil
15
memecahkan
masalah-masalah
yang
diselenggarakan
secara
utuh
dan
terpadu
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
(holistik), bermakna, otentik dan aktif. Holistik
Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik
berarti dimana suatu gejala atau peristiwa dalam
bersifat fleksibel dimana guru dapat
suatu tema yang menjadi pusat perhatian dalam
mengaitkan bahan ajar dari satu mata
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya,
berbagai mata pelajaran secara utuh tidak
bahkan
terpisah-pisah.
mengaitkannya
dengan
Pembelajaran
tematik
keadaan
memungkinkan siswa untuk memahami suatu
lingkungan dimana sekolah dan siswa
gejala dalam suatu tema dari berbagai sisi.
berada.
Bermakna, berarti dengan pembelajaran tematik
kehidupan
Hasil
siswa
dan
pembelajaran
minat
dan
kesempatan
sesuai
dengan
pengkajian
suatu
gejala
secara
utuh
kebutuhan. Siswa diberi
memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep
untuk
akan
mengoptimalkan
menambah
kebermaknaan
apa
yang
potensi yang dimilikinya sesuai dengan
dipelajarinya. Hal ini mengakibatkan kegiatan
minat dan kebutuhannya.
belajar lebih fungsional, dimana siswa akan
Selain itu Asep Jihad dan Abdul Haris
mampu menerapkan hasil perolehan belajarnya
(2008;43) memberikan ciri-ciri dari pembelajaran
untuk memecahkan berbagai
tematik,
nyata di dalam kehidupan sehari-hari.
diantaranya:
1)
Pengalaman
dan
kegiatan belajar sangat sangat relevan dengan
masalah yang
Pembelajaran tematik juga bersifat otentik,
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia
artinya
sekolah dasar, 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih
siswa memahami secara langsung konsep yang
dalam
tematik
dipelajari karena di dalam belajarnya siswa
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, 3)
melakukan sendiri secara langsung. Mereka
Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan
memahami
berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
adanya pengalaman langsung secara otentik
bertahan
Membantu
bukan sekedar hasil penjelasan dari gurunya.
mengembangkan keterampilan berpikir siswa, 5)
Informasi dan pengetahuan yang diperoleh siswa
Menyajikan
bersifat
sifatnya menjadi lebih otentik. Selain pengalaman
pragmatis sesuai dengan permasalahan yang
belajar untuk mendapatkan berbagai informasi
sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan
dan pengetahuan juga di dalamnya pengalaman
6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa,
melakukan
seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan
mengembangkan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
kecerdasan moral siswa, seperti bekerja sama,
pelaksanaan
lebih
pembelajaran
lama,
kegiatan
4)
belajar
yang
Berdasarkan pandangan para ahli tentang
pembelajaran
apa
tematik
yang
kegiatan
memungkinkan
dipelajarinya
belajar
keterampilan
sosial
karena
yang dan
mengembangkan empati, toleransi, menghargai
pembelajaran
berbagai perbedaan yang dimiliki oleh setiap
tematik dapat disintesakan bahwa pembelajaran
siswa dan sikap-sikap lainnya yang positif dalam
tematik
belajar, Guru hanya bersifat sebagai fasilitator
karakteristik
dan
adalah
ciri-ciri
dari
pembelajaran
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
yang
15
sedangkan siswa bertindak sebagai pencari
dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan
informasi dan pengetahuan. Guru memberikan
terjadi penghematan, karena tumpang tindih
bimbingan dan memberikan kemudahan secara
materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2)
optimal
tujuan
Siswa mampu melihat hubungan–hubungan yang
pembelajaran. Aktif, berarti dengan pembelajaran
bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih
tematik
dikembangkan
berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan
pembelajaran yang mengaktifkan anak dalam
akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga
proses belajarnya. Dengan pembelajaran tematik
siswa akan mendapat pengertian mengenai
siswa termotivasi belajar karena guru akan
proses dan materi yang tidak terpecah–pecah, 4)
mempertimbangkan
Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran
mungkin
guna
pada
tercapainya
dasarnya
minat,
keinginan
dan
kemampuan siswanya.
maka konsep akan semakin baik dan meningkat. Pembelajaran akan lebih berhasil jika dimulai dari kehidupan aktual siswa. Dalam kehidupan sehari-
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik Pembelajaran
dilaksanakan
harinya siswa tidak pernah melihat sesuatu yang
dengan beberapa prinsip menurut Astuti (2004;
terpisah-pisah satu sama lainnya. Untuk itu
6), yaitu: 1) Memiliki tema sebagai alat pemersatu
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas 1,
beberapa
yang
pembelajaran akan lebih berhasil kalau dapat
digunakan harus dekat dengan siswa dan ada
menggabungkan kajian beberapa mata pelajaran
dalam kehidupan sehari–hari, 3) Menggunakan
dalam satu ikatan tema.
prinsip
mata
tematik
pelajaran,
belajar
2)
sambil
Tema
bermain
dan
Berdasarkan kondisi tersebut, kurikulum
menyenangkan, 4) Berpusat pada siswa bahwa
telah
seluruh
perlu
pembelajaran di kelas awal (1,2,3) dengan
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan
menggabungkan kajian beberapa mata pelajaran
siswa, 5) Memberikan pengalaman langsung
dalam
yang bermakna, 6) Menanamkan konsep dari
pembelajaran
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
merupakan kegiatan belajar mengajar dengan
pembelajaran,
mata
memadukan materi beberapa mata pelajaran
pelajaran tidak berdampak, 8) Pembelajaran
dalam satu tema. Keterpaduan ini dapat diartikan
dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
sebagai pemberdayaan materi pelajaran satu
kebutuhan dan minat siswa, 9) Bersifat fleksibel.
pada waktu menyajikan materi pelajaran lainnya
kegiatan
yang
7)
dilakukan
Pemisahan
antar
mengembangkan
satu
tema
model
yang
tematik.
penyajian
dikenal
Pembelajaran
dengan tematik
yang diikat oleh suatu tema. Dengan cara ini 3. Manfaat
dan
Keuntungan
dari
adanya sinergi pemahaman antar konsep yang
Pembelajaran Tematik Dengan
pelaksanaan
pemahaman konsep selalu diperkuat karena
pembelajaran
tematik ini, akan diperoleh beberapa manfaat
dikemas dalam satu tema. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan
(Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008; 43), yaitu: 1)
dalam
Dengan menggabungkan beberapa kompetensi
mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
satu
tema
harus
selalu
15
minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan
bagi
awalnya. Dengan demikian materi-materi yang
menggunakan benda-benda kongkret. Bahasa
dipilih
yang digunakan adalah bahasa yang diperoleh
dapat
mengungkapkan
tema
secara
anak
untuk
berfikir
rasional
dengan
bermakna. Pemaduan materi mata pelajaran
dari pendapat orang lain.Berdasarkan
jangan dipaksakan, materi mata pelajaran yang
tersebut, maka siswa kelas I SD termasuk dalam
tidak
dapat
fase operasional kongkret. Oleh karena itu
dipelajari tersendiri terpisah dari tema yang
sebaiknya dalam proses pembelajaran siswa
sudah ada.
diberikan contoh kongkret.Kaiatannya dengan
dapat
dipadukan
dalam
tema
fase
Implementasi dari pembelajaran tematik di
pembelajaran terpadu pada mata pelajaran PKn
kelas 1 sekolah dasar dapat berlangsung melalui
untuk mengembangkan kecerdasan moral berarti
proses pengorganisasian yang terstruktur dalam
siswa harus diberikan contoh konkret dalam
Rencana
menerapkan rasa hormat.
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
untuk melakukan pengaitan konsep secara intra dan antar mata pelajaran dan pelaksanaannya
METODOLOGI
dalam proses pembelajaran secara utuh dan
Penelitian ini merupakan pengembangan
terpadu berbasis tematik. Hal ini penting sebab
metode
terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat
dilanjutkan dengan kajian tindakan kelas melalui
holistik
pada
beberapa siklus. Penelitian dilaksanakan di SD
kemahiran guru dalam memanfaatkan setiap
Laboratorium PGSD FIP UNJ, pada siswa kelas 1
kegiatan belajar mengajar untuk membentuk
yang berjumlah 21 orang. Penelitian dilakukan
kaitan konseptual intra dan antar mata pelajaran
selama bulan Juli – Oktober 2010.
guna
Subyek Penelitian kajian tindakan kelas ini
dan
bermakna
keberhasilan
bergantung
yang
optimal
dari
pembelajaran tematik.
pembelajaran
yang
Karakteristik siswa menurut Satdiman (2006; keseluruhan
UNJ
dengan
pertimbangan
bahwa
pendekatan tematik jarang digunakan dalam
D. Karakteristik Siswa Kelas I SD
adalah
strategi
adalah siswa kelas I di SD Laboratorium PGSD FIP
120)
dan
dan
dalam beberapa penyajian materi PKn di siswa
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil
kelas I. Hal ini menimbulkan siswa kurang dapat
dari
mengembangkan kecerdasan moral yang salah
pembawaan
sehingga
dan
menentukan
kelakuan
pembelajaran PKn, masih ditemukan kelemahan
lingkungan pola
sosialnya
aktivitas
dalam
satunya adalah rasa empati siswa melalui
meraih cita-cita. Semua tingkah laku yang
pembelajaran
PKn
yang
disebabkan
lebih
ditampilkan siswa adalah merupakan proses
seringnya menggunakan metode ceramah saja.
interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hal ini, jika di kelas I siswa
Menurut Piaget dalam Hulock (1980; 4),
dibiasakan dengan menggunakan pendekatan
tingkat perkembangan kognitif anak usia 7-12
tematik dalam pembelajaran PKn, maka di masa
tahun berada padafase Operasional Konkret
yang akan datang siswa akan lebih meningkatkan
dimana pada tahap ini merupakan permulaan
hasil
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
belajarnya
khususnya
untuk
15
mengembangkan
kecerdasan
moral.
Obyek
c.
Penyusunan
perencanaan
tindakan
penelitian ini adalah pendekatan tematik dan
secara umum, di mana di dalamnya
strategi pembelajaran PKn kelas I SD.
mencakup tindakan siklus I, tindakan
Data primer yang diperlukan dalam penelitian
siklus II, dan seterusnya sampai peneliti
ini adalah data tentang proses pembelajaran PKn
menganggap
dengan menggunakan pendekatan tematik. Data
selesai.
sekunder yang dibutuhkan adalah data dari RPP Pendidikan
Kewarganegaraan
yang
d. Perencanaan
tematik,
perencanaan,
pelaksanaan,
Data
tentang
siklus
I
e. Melakukan monitoring kegiatan evaluasi dan refleksi siklus I dan mengkaji untuk
observasi,
hingga refleksi untuk komponen data yang diperlukan.
tindakan
ini
sebagai kegiatan evaluasi silkus I.
Pengumpulan data dilakukan disetiap siklus sejak
penelitian
sebagaimana butir c, diimplementasikan
media yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik.
bahwa
perbaikan untuk putaran berikutnya. f.
rancangan
permbelajaran diambil dari RPP PKn yang dibuat
Penyempurnaan
tindakan
kegiatan
evalusi siklus I. g. Membuat
perencanaan
sebagai
oleh guru, dan juga melalui wawancara/diskusi
penyempurnaan dari perencanaan awal
dengan
tentang
(butir c), di mana di dalamnya mencakup
peningkatan rasa empati siswa dijaring melalui
tindakan siklus II dan seterusnya sampai
angket pada akhir siklus.
peneliti menganggap bahwa penelitian
guru.
Untuk
Sedangkan
analisis
data,
data
penelitian
ini
menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap
selesai. h. Mengimplementasikan
revisi
siklusnya berdasarkan hasil observasi yang
perencanaan sebagai terdapat pada butir
terekam dalam catatan lapangan dan format-
g
format pengamatan lainnya. Fokus pengamatan
evaluasi siklus II.
tentang
kegiatan
guru
dan
siswa
selama
i.
dan
dianggap
sebagai
kegiatan
Melakukan monitoring kegiatan evaluasi
pembelajaran di kelas dan perubahan sikap rasa
siklus II dan mengkaji tindakan untuk
empati
siswa. Analisis dan refleksi dilakukan
tindakan untuk perbaikan pada putaran
secara
berkolaborasi
berikutnya (bila diperlukan).
antar
semua
anggota
peneliti, sedangkan pelaku tindakan dilakukan
j.
oleh guru kelas I SD Laboratorium PGSD FIP UNJ.
tindakan
kegiatan
evaluasi siklus II. k.
Adapun tahap-tahap dalam panelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
Penyempurnaan
Kegiatan
dilanjutkan
sampai
peneliti
menganggap bahwa penelitian selesai. Adapun
rencana
tindakan
yang
akan
a. Identifikasi permasalahan.
dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai
b. Penemuan fakta-fakta dan analisis dari
berikut:
data yang ditemukan tersebut.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
1. Persiapan/Perencanaan :
15
a. Dosen/peneliti
berkolaborasi
dengan
1) Guru
dan
dosen/peneliti
guru menelaah indikator kurikulum PKn
mempersiapkan
kegiatan
SD tahun 2006 atau sesuai dengan
pembelajaran dengan menerapkan
KTSP yang dilaksanakan di sekolah.
pembelajaran tematik.
b. Dosen/peneliti melakukan observasi dan wawancara
dengan
I
melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan RPP
Laboratorium PGSD FIP UNJ untuk
tematik, guru yang lain sebagai
melihat
observer membantu dosen/peneliti
dan
kelemahan
pembelajaran PKn di kelas I yang selama ini dilaksanakan. c.
kelas
SD
kekuatan
guru
2) Guru
mengamati kegiatan guru dan siswa. c.
Observasi
Dosen/peneliti dan guru merencanakan
1) Dosen/peneliti dan guru yang lain
pelaksanaan pembelajaran tematik yang
bersama-sama mengamati kegiatan
sesuai
pembelajaran dari sisi siswa dan
dengan
materi
yang
akan
diajarkan.
guru, serta mencatat dalam catatan
2. Tindakan siklus I
lapangan.
a. Persiapan tindakan kelas
menggunakan
1) Dosen/peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru.
untuk
pelaksanan
pembelajaran PKn berbasis tematik. 3) Dosen/peneliti bersama guru mencari kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran tematik sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 4) Guru
bersama
merancang
dosen/peneliti
penataan
ulang
merekam
handycam
dan
kamera tentang pembelajaran pada siklus I.
2) Guru mengidentifikasi media yang diperlukan
Juga
dan
d. Evaluasi dan Refleksi I 1) Guru-guru bersama dosen mencari data
tentang
perubahan
kualitas
belajar PKn dan perubahan sikap siswa setelah tindakan I. 2) Guru kelas I bersama dosen/peneliti mendiskusikan pelaksanaan kegiatan penerapan
tematik
pembelajaran
PKn,
dalam dilanjutkan
ragam kegiatan pembelajaran PKn
dengan langkah-langkah perbaikan
berbasis tematik.
yang diperlukan
5) Guru bersama dosen/peneliti menata ulang,
menambah
melaksanakan
media
pembelajaran
atau PKn
3. Tindakan siklus II a. Guru
kelas
refleksi
yang
dilanjutkan
dengan
yang akan diajarkan. b. Tindakan Kelas
materi
alternatif
tindakan
dan
evaluasi diskusi
tindakan
dari
siklus
untuk lain
yang
I,
mencari cocok
dengan hasil dari tindakan siklus I. Tindakan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
melakukan
pembelajaran baru sesuai dengan hasil
berbasis tematik yang lebih menarik disesuaikan
I
ini
dapat
mengurangi,
15
menambah
atau
memodifikasi
dari
Berdasarkan data aktivitas siswa setiap
tindakan siklus I.
siklus, jika setelah dianalisis ternyata semakin
1) Dosen/peneliti melakukan observasi
sedikit jumlah siswa yang melakukan kegiatan
dibantu
salah
satu
guru
(yang
menyimpang saat mengikuti pembelajaran PKn,
sedang tidak mengajar), dilakukan
dan
dengan
melakukan
catatan
lapangan,
dan
isntrumen observasi.
semakin
banyak
aktivitas
jumlah yang
siswa
sesuai
yang dengan
pembelajaran, maka aktivitas siswa dikatakan
2) Refleksi II
semakin meningkat. Untuk hasil belajar siswa,
i. Guru-guru
bersama
dosen/peneliti
mencari
data
dianalisis dengan menggunakan penilaian melalui target atau tolok ukur keberhasilan sebesar 75 %.
tentang hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa setelah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tindakan II.
A. Analisis Data
ii. Dosen/peneliti
dibantu
guru
Data yang dianalisis merupakan data
dari
yang diperoleh dari hasil angket dan observasi
tersebut
dengan menggunakan instrumen yang telah
sehingga tujuan penelitian dapat
dipersiapkan, yang meliputi data tentang rasa
tercapai.
empati siswa, data proses belajar PKn melalui
meninjau
ulang
tindakan
siklus
dampak II
pembelajaran tematik, dan data aktivitas guru 4. Tindakan siklus III Untuk
selama proses pembelajaran.
menguji
keterpercayaan
keabsahan
data
dilakukan
dan dengan
1. Data tentang Empati Siswa Tabel 4.19 Peningkatan Empati Siswa Kelas I
triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan sumber data, yaitu membandingkan apa yang dirasakan
No.
Nama Siswa
guru pada saat pembelajaran dengan pendapat
1
AD
observer dan peneliti (dosen) yang mengacu
2
ASP
pada penelitian tentang pembelajaran PKn pada
3
materi
Siklus I
II
III
60
70.6
80
65.33
74.6
81.33
AA
68
74.6
80
4
BA
64
72
80
5
CA
61.33
76
78.66
tindakan
6
DR.S
66.66
76
80
dilakukan dengan melihat keterlibatan siswa
7
FE.P
62.66
70.6
76
kelas I pada saat pembelajaran PKn yang sedang
8
FA
68
76
80
9
FH.H
65.33
72
77.3
10
GSG
66.66
73.3
82.6
11
M. FG
62.66
76
78.66
12
M. FZ
64
73.3
81.3
13
M. HF
65.33
70.6
80
pelajaran
”Diri
Sendiri”
melalui
pendekatan Tematik. Analisis
data
pemantau
berlangsung, sikap guru dalam pelaksanaan pembelajaran, dan kualitas pembelajaran yang meningkat melalui hasil belajar yang dicapai siswa berupa rasa empati siswa.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
15
14
NS
66.66
70.6
78.66
15
NO
60
70.6
80
16
ON
60
72
78.66
17
SF
68
77.3
81.3
18
SM
57.3
72
77.3
19
TS
74.6
74.6
85.3
20
UMS
64
74.6
82.6
21
YAP
62.66
76
80
64,43
73,4
79,98
Rata-rata
Grafik 4.1 Peningkatan Kecerdasan Moral (Empati) Siswa Kelas I 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
73,40%
79,90%
64,40%
Grafik 4.3 Peningkatan Nilai Tindakan Siswa di Kelas
Siklus I Siklus II 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Siklus III
86,35% 65,15% 34,83%
Pembelajaran pembelajaran
dengan
tematik
menggunakan
terbukti
dapat
meningkatkan empati siswa kelas 1 dari siklus I sampai siklus III. Deskripsi pada siklus ke III Siklus I Siklus II
Siklus III
menunjukkan peningkatan empati siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran guru lebih banyak memberikan contoh nyata yang dapat ditiru oleh
2. Data Pemantau tindakan
siswa
untuk
hidup
saling
menghargai
dan
menyayangi antar sesama. Akibatnya siswa Grafik 4.2 Peningkatan Tindakan Guru dalam Pembelajaran Tematik
ternyata mampu berempati kepada temannya yang sedang bersedih sehingga siswa mampu
100%
merasakan 75,63%
80%
yang
dirasakan
temannya.
Dengan demikian ia dapat memberikan suatu pertolongan tanpa harus mengharapkan imbalan.
60% 40%
apa
47,30%
Nilai empati yang dicapai pada siklus III ini adalah 79,98%.
20%
Dari
hasil
pengolahan
data
yang
diperoleh dari siklus I, siklus II, siklus III dapat
0% Siklus I
Siklus II
disimpulkan bahwa peningkatan empati siswa dapat dicapai melalui pembelajaran tematik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
15
nilai empati siswa yaitu 73,4% pada siklus I dan 79.98% pada siklus ke III.
Pada siklus ke III ini diperoleh skor untuk rasa empati siswa (berinteraksi di kelas) sebesar 86,35%, sedangkan skor dari hasil wawancara kepada seluruh siswa kelas I sebesar 79,98%.
PENUTUP
Dalam siklus ke III ini hanya dilakukan 2 kali
1.Kesimpulan
pertemuan karena skor yang diperoleh sudah
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
memenuhi target yang ditetapkan.
pembahasan serta tindakan yang telah dilakukan melalui pembelajaran tematik dalam PKn dapat menjadikan
pembelajaran
berhubungan
satu
yang
dengan
yang
saling lainnya.Di
samping itu pembelajaran tematik dengan fokus pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat menjadikan pelajaran yang mengacu pada moral siswa. Dalam pembelajaran ini, guru
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa dengan pembelajaran tematik untuk PKn dapat
meningkatkan
kecerdasan
moral
khususnya rasa empati siswa kelas I SD LABORATORIUM
PGSD
FIP
UNJ
Jakarta
Selatan.Melalui pembelajaran tematik ini, tidak hanya empati siswa yang meningkat tetapi juga mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif.
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu memahami apa yang dijelaskan oleh guru.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil
Kegiatan belajar mengajar PKn dengan menggunakan
2. Saran
pembelajaran
tematik
dapat
meningkatkan kecerdasan moral khususnya rasa
penelitian yang telah dijelaskan, maka peneliti menyampaikan saran-saran berikut : 1. Dalam menerapkan pembelajaran tematik
(empati) siswa.hal ini dibuktikan dengan analisis
untuk
pada siklus I dengan skor hasil data empati siswa
memahami materi yang diringkas secara
pada
teman)
terpadu sehingga saling berkaitan antara
dari
pelajaran yang satu dengan yang lainnya,
wawancara seluruh siswa diperoleh 64,43%. Dari
sehingga menjadi satu tema yang sesuai.
kedua skor yang didapat pada siklus I ini belum
Selain itu, guru harus menggunakan banyak
memenuhu target yang diinginkan. Karena target
media
yang ditentukan adalah 75%.
membantu
saat
sebesar
dikelas(interaksi
34,83%,
dengan
sedangkan
skkor
Karena dalam siklus ke I ini skor yang
PKn,
guru
belajar
diharapkan
yang
siswa
bervariasi
dalam
mampu
guna
memahami
pelajaran.
didapat belum mencapai target yang diinginkan,
2. Penggunaan media pembelajaran sebaiknya
maka selanjutnya dilakukan tindakan siklus II.
juga melibatkan siswa untuk turut serta dalam
Skor empati siswa ketika sedang di dalam kelas
menggunakan media.
diperoleh 65,15%, hasil dari wawancara seluruh
3. Dalam pembelajaran PKn hendaknya tidak
siswa diperoleh skor 73,4%. Skor pada siklus ke
lagi
II ini juga masih belum mencapai target 75%,
konvensional/ceramah melainkan tindakan
oleh
langsung ke lingkungan sekitar.
karena
itu
peneliti
melanjutkan
pada
menggunakan
banyak
metode
tindakan siklus ke III. Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
15
4. Pembelajaran tematik harusnya lebih di kuatkan dalam pembelajaran di kelas rendah.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Saleh. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang efektif di sekolah dasar. (Jakarta Depdiknas), 2006. Astuti. Pedoman Pembelajaran Tematik. (Jakarta : Depdiknas), 2004. Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), 2008. Darmodiharjo, Darji. Nilai, Norma dan Moral. (Jakarta : Aries Lima), 1986. Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 Tahun 2006, Standar Isi (Jakarta : Depdiknas), 2006. Harlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan. (Jakarta : Erlangga), 1980 Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta : Multi Pressindo), 2008. Johnson, Elaine. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Belajar- Mengajar Mengasyikan dan Bermakna.Terjemahan. (Bandung : MLC), 2008. Kristianty, Theresia. Paradigma Baru Pendidikan Ke- SD an di Indonesia abad 21. (Jakarta : Orasi Ilmiah), 2009. Kusumah, Wijaya. Mengenal PTK (Jakarta : Indeks), 2010. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 2005. Myers, Charls. National Standars for Social Studies Teachers. ( Washington DC), 2000. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta : BP. Dharma Bakti), 2006. Pardjono, dkk. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta : Lembaga PenelitianUNY), 2007. R. Conny, Semiawan. Landasan Pembelajaran dalam PerkembanganManusia. (Jakarta : CHCD), 2007. Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana), 2009. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : PT Raja Grassindo Persada), 2006. Shapiro, Lawrence. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), 2001. Tim Pengembang PGSD. Pembelajaran Terpadu D II PGSD. (Jakarta : Depdikbud), 1997. http://wikipedia/keterbukaan-dan-rasa-hormat. Diakses pada 31 Juli 2010 http : // www.Puskur.net / inc / mdl / 020_Model_Tematis.
Daftar Riwayat Hidup Penulis : Dra. Nina Nurhasanah, adalah dosen PGSD FIP UNJ.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol IV No. 1 April 2012
15