MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN KEADAAN SOSIAL NEGARA-NEGARA TETANGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VI SDN 04 MANANGGU KABUPATEN BOALEMO Hakop Walangadi, Muchtar Ahmad, Anita K. Pipii
1
ABSTRAK Anita K. Pipii. 2014. Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-Negara Tetangga Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Di Kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si dan pembimbing II Muchtar Ahmad, S.Pd, M.Si. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pemahaman siswa pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD Di Kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di Kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas dengan menggunakan analisis data secara kualitatif yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I sejumlah 20 orang atau 68.12% yang paham dan 11 orang belum paham atau 35.48%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 28 orang atau 90.32% dan 3 orang belum paham atau 9.68%.. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga melalui di Kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo. Kata Kunci: Pemahaman, Tipe STAD.
1
Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si selaku dosen pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah dasar fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Muchtar Ahmad, S.Pd, M.Si selaku dosen pada jurusan Manajemen fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo dan Anita K. Pipii selaku mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah dasar fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Dalam Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Karenanya akan terjadi kecenderungan sikap dalam diri siswa terhadap mata pelajaran tersebut, baik yang positif maupun yang negatif. Siswa yang mempunyai sikap positif atau memiliki motivasi belajar yang tinggi terhadap pelajaran IPS cendrung akan menempuh usahanya belajar dengan keras, mempunyai intensitas belajar yang tinggi, dan penuh konsentrasi terhadap pembelajaran IPS. Sebaliknya siswa yang bersikap negatif terhadap pelajaran IPS cenderung tidak akan menunjukkan kesungguhan dalam belajar. Berdasarkan data hasil observasi awal tentang tingkat SDN 04 Mananggu terhadap materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa, diperoleh hasil analisis data bahwa dari 31 orang siswa yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan, diperoleh data hanya 9 orang siswa (20.03 %) yang memahami materi Kenampakan alam dan keadaan sosial, sedangkan 22 orang siswa lainnya (70.97%) memiliki pemahaman belajar yang rendah. Dari nilai prosentase yang dicapai siswa Kelas VI SDN 04 Mananggu tersebut, menunjukkan pemahaman siswa masih rendah tentunya berdampak rendahnya hasil belajar. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa mata pelajaran ips pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo. Manfaat Penelitian adalah: a. Bagi Guru. Penelitian ini dapat berguna bagi guru sebagai pengalaman dalam mengerjakan tugas, menambah wawasan dan bahan informasi bagi guru sekolah dasar dalam rangka meningkatkan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran IPS. b. Bagi Siswa. Bagi siswa, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk memotivasi semangat kegiatan belajar IPS sehingga memperoleh pengalaman secara langsung dalam mengamati, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menyelidiki, memecahkan masalah, dan menyimpulkan. c. Bagi Sekolah. Dalam hal penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsi pemikiran terhadap pengembangan pembelajaran di sekolah. d. Bagi Peneliti . Hasil penelitian ini bisa memberikan gambaran bagi para pembaca tentang penggunaan model pembelajaran STAD, khususnya pada pelajaran IPS di SD. Penelitian ini juga dapat berguna untuk dijadikan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
2
Menurut Muda (2006: 345) dalam kamus Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Menurut Purwanto (2013: 23) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Suharsimi (2009: 118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Menurut Degeng dan Miarso (dalam Haling, 2004: 9). bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sistematik di mana setiap komponen saling berpengaruh. Sedangkan menurut Gagne (dalam Haling, 2004: 9).bahwa: Pembelajaran adalah usaha guru yang bertujuan untuk menolong siswa belajar. Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa. Salah satu pembelajaran kooperatif adalah tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 2005: 42) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe model pembelajaran adalah STAD (Student Team Achievement Division). Menurut Slavin (2010:143) STAD merupakan satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Isjoni (2012: 74-76) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak 3
diperkenankan saling membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e) Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan pengghargaan. Menurut (Slavin, 2005:31) bahwa Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Djadir dan Suradi (2004:34) sebagai berikut: 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial. Namun demikian menurut Ibrahim dkk (2007:12) bahwa pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Allport (dalam Ibrahim, 2007:21) mengemukakan bahwa kontak fisik diantara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. 3) Pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dalam IPS akan dapat membantu para murid meningkatkan sikap positif murid terhadap IPS secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah Pelajaran IPS, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap IPS (Math Anxiety) yang banyak dialami para murid. Beradasrkan tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Muhamad, selanjutnya juga Suprijono (2013: 133-134) mengatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STADadalah sebagai berikut: a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain). b. Guru menyajikan pelajaran. 4
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. e. Memberi evaluasi. f. Kesimpulan a) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson (dalam Nurasma, 2006: 26): 1. Meningkatkan kecakapan individu 2. Meningkatkan kecakapan kelompok 3. Meningkatkan komitmen 4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya 5. Tidak bersifat kompetitif 6. Tidak memiliki rasa dendam b) Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dalam Asma, 2006: 27 ) yaitu: 1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang 2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : ”Jika menggunakan model STAD diterapkan dalam pembelajaran, maka pemahaman siswa pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga di kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo dapat ditingkatkan. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila pemahaman siswa materi materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo menunjukkan keberhasilan 80% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai standar ketuntasan minimal yaitu 75. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas dengan menggunakan analisis data secara kualitatif yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5
VI yang berjumlah 31 orang, terdiri 18 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Para siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda pula.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi Perencanaan siklus 1 yaitu: 1) Memberikan motivasi kepada anggota kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. 3) Memberi pengakuan atau penghargaan. 4) Membuat perangkat pembelajaran tipe STAD yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 November 2013 di kelas VI materi tentang negara-negara tetangga dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. 5) Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik 6) Sebagian besar siswa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain. a. Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus I Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus pertama tergolong sedang. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1: Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus I No.
Indikator / Aspek Yang Diamati
I 1 2 II A 3 4
Pra Pembelajaran Mempersiapkan siswa untuk belajar Melakukan kegiatan appersepsi Kegiatan Inti Pembelajaran Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa
5
6
Kategori Penilaian B C K TB
6 B 7 8 9 10 11 12 C 13 14 15 D 16 17 18 E 19 20 F 21 22 III 23 24
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan / Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran Yang Memicu Keterlibatan SIswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan peniaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik, dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Penutup Melakukan refleksi atau membuat rangkuman Melaksanakan tindak lanjut Jumlah
10
Persentase
14
41.66% 58.33%
Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra dengan memperhatikan data hasil kegiatan belajar mengajar siklus I pada tabel di atas, tampaklah pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti belum memenuhi target yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari 24 aspek yang diamati dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, aspek yang mencapai kriteria cukup sebanyak 10 aspek dengan persentase 41.66% sedangkan kriteria kurang 14 aspek dengan persentase 58.33%, yang kesemuanya itu adalah aspek yang berhubungan dengan kompetensi guru, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih perlu dilanjutkan pada siklus II. b. Hasil Observasi aktivitas Siswa pada Siklus I Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus pertama dapat dilihat pada tabel berikut:
7
Tabel 2 : Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I Persentase Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Ket. (%) 12 16 75 Malaysia Singapura 13 16 81 Filipina 14 16 88 Tertinggi Thailand 11 16 69 Vietnam 10 16 63 Terendah Rata-Rata 12 16 74 Aspek kegiatan siswa yang diobservasi dan dinilai pada pembelajaran siklus I terdiri dari 21 aspek.Kriteria yang digunakan adalah kriteria sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Berdasarkan kegiatan observasi terhadap kegiatan siswa pada pembelajaran siklus I diperoleh data seperti diuraikan pada tabel berikut: Tabel 3 : Kegiatan Observasi kegiatan Siswa pada Pembelajaran Siklus I No 1 2 3 4
Katergori Penilaian Ya Tidak 2 1 1 8 7 1 1 12 9 57,14 42,86
Sub Aspek yang diamati Pra Pembelajaran Membuka Pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran Penutup Jumlah Presentase
Memperhatikan uraian data tabel 2 tampak bahwa, dari 21 aspek pemahaman siswa yang diobservasi pada pembelajaran siklus I, 12 aspek (57,14%) mencapai kriteria ya, sedangkan 9 aspek lainnya (42,86%) mencapai criteria tidak. Uraian hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran. Adapun hasil motivasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4. Data Pemahaman Belajar Siswa pada Siklus I Indikator
Kriteria Penilaian
Menjelaskan Materi
Jumlah
Prosentase
Baik 20 64.48% Cukup 11 35.48% Kurang Mengidentifikasi Baik 20 64.48% Cukup 11 35.48% Materi Kurang Menyimpulkan Materi Baik 20 64.48% Cukup 11 35.48% Kurang Dari 3 aspek tentang (1) Aspek menjelaskan materi terdapat 20 orang siswa atau (64.48%) yang telah paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe 8
STAD, 11 orang siswa atau (35.48%) kategori cukup paham meningkat saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan 0 orang siswa (0%) lainnya belum paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan baik. (2) Aspek mengidentifikasi materi terdapat 20 orang siswa atau (64.48%) yang telah paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, 11 orang siswa atau (35.48%) kategori cukup meningkat saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan 0 orang siswa atau (0%) lainnya yang belum meningkat saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD. (3) Aspek menyimpulkan materi terdapat 20 orang siswa atau (64.48%) yang telah paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, 11 orang siswa atau (35.48%) kategori cukup paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan 0 orang siswa atau (0%) yang kurang paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD. Aktivitas siswa dalam pembelajaran PBM sudah mengarah ke pembelajaran kooperatif. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Sedangkan refleksi terhadap hasil pengamatan aktivitas belajar siswa menunjukkan beberapa aspek yang belum terlaksana yaitu: 1) Perhatian pada penjelasan kompetensi yang hendak dicapai 2) Keaktifan bertanya saat proses penjelasan materi 3) Keberanian memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan 4) Merasa senang menerima pelajaran 5) Adanya interaksi positif antara siswa dan media pembelajaranyang di gunakan oleh guru 6) Kemampuan menjawab dengan benar pertanyaan–pertanyaan yang di ajukan oleh guru 7) Kemampuan mengemukakan pendapatnya dengan lancar 8) Kemampuan mengajukan pertanyaan dengan lugas Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat dibuat perencanaan sebagai berikut : 1) Memberikan pemahaman kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. 3) Memberi pengakuan atau penghargaan. Tindakan Siklus II 1) Memberikan motivasi kepada anggota kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran. 2) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. 9
3) Memberi pengakuan atau penghargaan. 4) Membuat perangkat pembelajaran tipe STAD yang lebih baik lagi. Kegiatan belajar mengajar pada siklus II sama seperti yang dilakukan pada siklus I baik materi maupun proses pembelajaran yang dilakukan. Hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I. Tahap pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 November 2013 di kelas VI materi tentang negaranegara tetangga dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. a. Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus II Dari 24 aspek pengamatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra pada siklus I yang mencapai kriteria baik hanya 21 aspek 87.5% dan kriteria cukup 3 aspek 12.5%. Sedangkan pada siklus II aspek yang mencapai kriteria baik 20 aspek dan kriteria cukup 4 aspek, sehingga peningkatannnya mencapai 10 aspek Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus II No.
Indikator / Aspek Yang Diamati
B
I
Pra Pembelajaran
1 2 II A
Mempersiapkan siswa untuk belajar Melakukan kegiatan appersepsi Kegiatan Inti Pembelajaran Penguasaan materi pembelajaran
3 4 5 6 B
8 9 10 11 12 C
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan / Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran
13 14
Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik
7
Kategori Penilaian TB C K
10
15 D
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran Yang Memicu dan memelihara Keterlibatan SIswa
16 17 18 E
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar
19 20 F
Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan peniaian akhir sesuai dengan kompetensi Penggunaan Bahasa
21 22 III
Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Penutup
23 24
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman Melaksanakan tindak lanjut Jumlah Persentase (%)
21 87.5
3 12.5
Hasil evaluasi siklus kedua pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran memiliki nilai rata-rata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tergolong tinggi. b. Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus II Tabel 6: Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II Kelompok Malaysia
Singapura Filipina Thailand Vietnam Rata-rata
Skor Perolehan 14 14 15 13 12 12
Skor Persentase Ket. Ideal (%) 16 88 16 88 16 94 Tertinggi 16 81 16 75 Terendah 16 85
Aspek kegiatan siswa yang diobservasi dan dinilai pada pembelajaran siklus I terdiri dari 21 aspek. Kriteria yang digunakan adalah kriteria sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), dan kriteria kurang (K). Hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran siklus II menunjukkan hasil yang baik dan sesuai dengan target yang dicapai. Berdasarkan observasi terhadap kegiatan siswa pada pembelajaran siklus II diperoleh data seperti diuraikan pada tabel 7 dibawah ini:
11
Tabel 7 : Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II No 1 2 3 4
Katergori Penilaian Ya Tidak 2 1 1 2 13 17 2 14,28 9,52
Sub Aspek yang diamati Pra Pembelajaran Membuka Pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran Penutup Jumlah Presentase
Memperhatikan uraian data tabel 5 tampak bahwa, dari 21 aspek kegiatan siswa dalam pembelajaran yang diobservasi pada pembelajaran siklus II, 19 aspek (90,48%) mencapai kriteria sangat ya, sedangkan 2 aspek lainnya (9,52%) mencapai kriteria tidak. c. Hasil Pemahaman Belajar Siswa Hasil pemahaman belajar belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Hasil Pemahaman Belajar Siswa pada Siklus II Indikator Menjelaskan Materi
Mengidentifikasi Materi Menyimpulkan Materi
Kriteria Penilaian Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Jumlah 28 3 28 3 28 3 -
Prosentase 90.32% 9.68% 90.32% 9.68% 90.32% 9.68% -
Dari 3 aspek tentang (1) Aspek menjelaskan materi siswa terdapat 28 orang siswa atau (90.32%) yang telah paham meningkat saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, 3 orang siswa atau (9.68%) kategori cukup paham meningkat saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan 0 orang siswa (0%) lainnya belum paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan baik. (2) Aspek mengidentifikasi materi terdapat 28 orang siswa atau (90.32%) yang telah paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, 3 orang siswa atau (9.68%) kategori cukun saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan (0%) lainnya yang belum meningkat keberaniannya saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD. (3) Aspek menyimpulkan materi terdapat 28 orang siswa atau (90.32%) yang telah paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, 3 orang siswa atau (9.68%) kategori cukup paham saat dilakukan pembelajaran 12
dengan model kooperatif tipe STAD dan 0% yang kurang paham saat dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti yang didampingi oleh guru di kelas yang dituangkan dalam lembar observasi kegiatan guru, maka dapat diketahui bahwa ada beberapa aspek hasil pengamatan telah dilaksanakan secara optimal.Kegiatan itu meliputi hal-hal berikut ini. a) Secara keseluruhan siswa bisa meningkat pemahaman belajarnya terutama pada aspek kepercayaan diri siswa. b) Pemahaman belajar siswa cenderung membaik pada aspek keberanian mengungkapkan pendapat sendiri. c) Pemahaman belajar siswa meningkat terutama pada aspek kerjasama. Dalam konteks ini prosentase siswa yang memiliki aspek kepercayaan diri, keberanian dan kerjasama dalam materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga telah mencapai hasil yang diharapkan. Pembahasan
No 1 2 3
Tabel 9. Analisis Hasil Persentase Rata-rata Pemahaman Siswa Tahap/Siklus Prosentase Pemahaman Belajar Baik Cukup Kurang Observasi Awal 9 (28.12) 23 (71.87%) Siklus I 20 (68.12) 11 (35.48) Siklus II 28 (90.32%) 3 (9.68%)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada observasi awal hanya sebanyak 9 orang siswa atau (28.12%) yang memiliki pemahaman belajar baik. Kondisi tersebut selanjutnya diatasi dengan melakukan tindakan melalui 1 siklus. Dan siklus I diperoleh peningkatan pemahaman belajar dalam mengidentifikasi unsur-unsur kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga menjadi 20 siswa (68.12%) yang memiliki pemahaman belajar yang baik pada tentang kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga yang ditunjukkan dengan peningkatan pada aspek kepercayaan diri, keberanian dan kerjasama.
13
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diangkat simpulan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi "Jika menggunakan model STAD diterapkan dalam pembelajaran, maka pemahaman siswa pada materi kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga di kelas VI SDN 04 Mananggu Kabupaten Boalemo dapat ditingkatkan” dapat diterima. Saran a. Kepada para guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran kooperatif khususnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran IPS pada materi lainnya. b. Sebagai tindak lanjut penerapan, pada saat proses pembelajaran diharapkan kepada guru untuk lebih mengawasi dan mengontrol siswa serta membimbing siswa dalam bekerja kelompok. c. Diharapkan kepada penentu kebijakan, dalam hal ini Pemeritah Kabupaten Boalemo, agar kiranya lebih menekankan kepada guru bidang studi yang lain agar mampu mengembangkan dan menerapkan pembelajaran kooperatif ini dalam upaya peningkatan pemahaman belajar siswa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif, Jakarta : Depdiknas. Djadir dan Suradi. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif: Makalah disampaikan pada Seminar Model-Model Pembelajaran di LPMP Sul-sel, Makassar: LPMP Sul-Sel. Haling, A. 2006. “Belajar Pembelajaran”. FIP UNM Makassar Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Muda, A.K. Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisheer Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Robert E. Slavin. 2005. Cooperative Learning. Nusa Media: Bandung Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: Rajawali Pers. Slavin, E. Robert. 2010. Cooperatve Learning: Teeori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suprijono, Agus. Cooperative Learning (Teori & Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winataputra, Udin, S. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
15