PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TPS DENGAN PENDEKATAN INQUIRY
Ariyani, Toto Nusantara, dan Abdul Qohar Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika dan Guru SMPN3 Tulungagung, Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran model Kooperatif-TPS dengan pendekatan inquiry yang dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII pada pokok bahasan garis singgung lingkaran. Pembelajaran TPS ini mempunyai tiga tahapan sesuai dengan namanya yaitu : think, pair, dan share. Pada tahapan think, siswa diberi kesempatan untuk berpikir secara individu dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan, guru hanya mengarahkan jalan berpikir siswa agar tidak keluar dari materi yang dipelajari. Berikutnya adalah tahap pair, siswa dapat berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan kesepakatan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan dan guru hanya sebagai mediator. Tahap yang terakhir adalah share, disini siswa menjelaskan/memaparkan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Selain itu siswa menerima saran/masukan dari kelompok lain. Strategi inquiry merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. Berdasarkan data hasil penelitian menyatakan bahwa persentase hasil tes secara klasikal yang mendapatkan skor ≥ 77 meningkat yaitu 81,25% pada siklus 1 dan 91% pada siklus 2, persentase hasil observasi aktivitas guru meningkat dari 83% pada siklus 1 menjadi 91,5% pada siklus 2, persentase hasil observasi aktivitas siswa meningkat dari 85% pada siklus 1 menjadi 91,65% pada siklus 2, persentase hasil angket meningkat dari 81,86% pada siklus 1 menjadi 90,64% pada siklus 2, dan hasil wawancara yang dilakukan pada 3 (tiga) objek juga meningkat dari 2 siswa pada siklus 1 menjadi 3 siswa pada siklus 2 yang memahami materi garis singgung lingkaran, meskipun dengan pemberian bantuan. Kata Kunci: Pemahaman, Think Pair Share, Inquiry, Garis Singgung Lingkaran
Tujuan afektif belajar matematika di sekolah menurut standar isi adalah sikap kritis, cermat, objektif, dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika (Depdiknas, 2006: 345). Oleh karena itu, matematika sebagai disiplin ilmu perlu dipelajari dan dipahami dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat, terutama siswa sekolah formal. Menurut NCTM (2000), standar isi matematika meliputi bilangan dan operasi, aljabar, geometri, pengukuran, serta analisis data
dan probabilitas. Geometri merupakan cabang matematika yang menempati posisi penting untuk dipelajari karena geometri digunakan oleh hampir setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi dalam geometri adalah garis singgung lingkaran yang diajarkan pada kelas VIII. Materi garis singgung lingkaran merupakan materi dasar yang banyak dimanfaatkan untuk matematika lanjutan maupun dalam bidang studi yang lain. Dari hasil pengamatan yang terjadi di SMPN 3 Tulungagung, dapat
468
469, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
diperoleh hasil sebagai berikut, didapatkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi garis singgung lingkaran. Hal ini tercermin dari hasil belajar yang telah diikuti oleh siswa. Dari buku daftar nilai ulangan harian siswa kelas VIII semester II tahun pelajaran 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012, pada materi garis singgung lingkaran, rata-rata menunjukkan bahwa hanya 45,5% siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Pada proses pembelajarannya dapat dikatakan hampir semua guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cenderung di dominasi guru. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsep yang dipelajari siswa cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang bahkan kadang-kadang siswa tidak mengerti atau tidak memahami konsep yang sedang dipelajari. Ada tiga alasan penting tidak sesuainya pengajaran yang bersifat konvensional. Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dominasi guru menyebabkan siswa menjadi pasif, karena siswa kurang dapat mengemukakan ide-ide dan pendapat yang dimilikinya. Siswa
masih enggan bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya walaupun tidak bisa memecahkan masalah yang diberikan dan jarang dikelompokkan dalam pembelajaran, sehingga kurang terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa maupn siswa dengan guru. Dalam menyelesaikan soalsoal atau masalah matematika, siswa jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa mereka memperoleh jawaban tersebut sehingga terjadi kesalahan konsep pada siswa itu sendiri serta siswa kurang terbiasa mengumpulkan materi yang telah dipelajari secara sistematis. Guru perlu merancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan serta mampu mengomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun terhadap materi matematika itu sendiri. Guru berusaha untuk dapat menciptakan kondisi yang kondusif agar kegiatan belajar dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Kegiatan belajar yang dilakukan siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru yang lebih kompleks, sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dan mengajar diidentikkan dengan membimbing dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar. Perubahan kognitif terjadi jika konsep-konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru, dari gagasan ini lahir teori konstruktivisme. Teori ini
Ariyani, dkk, Peningkatan Pemahaman Siswa, 470
menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa didalam pembelajaran. Karena penekanannya pada peran aktif siswa, strategi konstruktivisme sering disebut pengajaran berpusat pada siswa (studentcentered). Salah satu model pembelajaran yang berkembang pada saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil, dimana setiap siswa mempunyai tingkat kecakapan/kemampuan yang berbeda, dan selanjutnya melakukan bermacam-macam aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu subyek pelajaran. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar yang diajarkan tetapi juga untuk membantu teman kelompok belajar, sehingga tercipta suasana belajar untuk mencapai suatu prestasi Dari pengalaman peneliti mengajar di kelas, siswa cenderung bertanya dan berdiskusi dengan teman sebangkunya mengenai materi yang belum dimengerti daripada bertanya kepada guru. Dari hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan perubahan dalam proses pembelajaran agar dapat menghasilkan prestasi belajar yang optimal dengan menggunakan dua model pembelajaran, yaitu model cooperative Think-Pair-Share (TPS) dengan pendekatan Inquiry. TPS atau Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe model dari kooperatif yang memungkinkan siswa untuk berfikir (Think) melakukan diskusi bersama dengan teman kelompoknya (Pair), kemudian hasil diskusi tersebut dibicarakan bersama dengan pasanganpasangan yang lain dalam satu kelas (Share). Model think-pair-share merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas. Strategi inquiry didasari oleh teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget. Penge-
tahuan itu akan bermakna jika dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Inquiry itu sendiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena data yang dikumpulkan berupa data verbal dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, terutama sebagai suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama karena peneliti yang merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan membuat laporan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam kontrol pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Selain itu PTK merupakan suatu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, atau untuk menguji keterpakaian asumsi-asumsi teori pendidikan dalam praktek pembelajaran. Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan penelitian model Kemmis dan Taggart. Perencanaan model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari model PTK yang diperkenalkan Kurt Lewin. Menurut Kemmis dan Taggart PTK dilakukan dengan menggunakan spiral/ siklus. Setiap siklus ini terdiri dari empat langkah penting. Setiap siklus akan saling berhubungan hingga masalah pada penelitian terpecahkan. Pada PTK model Kemmis dan Taggart mempunyai empat tahapan penting pada setiap siklusnya. Tahapan-tahapan tersebut adalah: (1) pe-
471, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
rencanaan/planning, (2) tindakan/ acting, (3) pengamatan/observing, dan (4) refleksi/ reflecting. PTK yang digambarkan Kemmis dan Taggart tersebut dapat diartikan bahwa siklus akan berakhir jika penelitian sudah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan (sesuai dengan Kriteria/ Indikator Keberhasilan). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah RPP, LKS, tes, observasi, angket, wawancara, lembar validasi. RPP berfungsi untuk merencanakan segala sesuatu yang harus dilakukan pada saat PBM (Proses Belajar Mengajar) dengan menggunakan model pembelajaran think pair share dengan pendekatan Inquiry. LKS berfungsi untuk mempermudah PBM dan untuk memberikan batasan-batasan materi yang dipelajari. LKS dibuat sedemikian rupa hingga dapat menggambarkan model pembelajaran think pair share dengan pendekatan Inquiry. Yakni soal-soal yang dapat membawa siswa berpikir aktif secara individu maupun kelompok, dan akhirnya siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dikuasai. Tes ini dibedakan menjadi 2 yakni: tes awal, dan tes akhir. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan materi prasyarat. Sedangkan tes akhir ini berfungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes ini disusun berdasarkan indikator yang harus tercapai. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Hal ini berfungsi untuk mengetahui kesesuaian antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Angket ini diperuntukkan kepada semua siswa yang merupakan objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman tentang materi garis singgung lingkaran.
Wawancara ini diperuntukkan kepada 3 (tiga) objek penelitian yang telah ditentukan. Hal ini hanya dilakukan untuk memperkuat data angket. Sehingga wawancara inipun juga digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman, kesenangan dan motivasi siswa dalam mempelajari materi garis singgung lingkaran. Lembar validasi berfungsi untuk memvalidasi RPP, Tes, Lembar Observasi, Angket, dan Lembar Pedoman Wawancara. Hal ini diperlukan agar perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini valid. Analisis data dilaksanakan sesudah data terkumpul. Data perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah LKS dan RPP. Sedangkan instrumen penelitiannya adalah tes awal, tes akhir, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar angket, dan lembar pedoman wawancara yang telah divalidasi oleh validator. Perhitungan peningkatan pemahaman siswa dilihat dari analisa data pada siklus 1 dan siklus 2. Jika berdasarkan hasil analisa data kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan, maka dapat disimpulkan bahwa siklus I dan siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan Inquiry pada Materi Garis singgung lingkaran ada 3 tahap kegiatan, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir atau penutup. Mengacu pada langkah-langkah pembelajaran yang digunakan, pembelajaran think pair share dengan pendekatan inquiry ini berhasil mengantarkan siswa
Ariyani, dkk, Peningkatan Pemahaman Siswa, 472
kelas VIII SMPN3 Tulungagung dapat memahami materi garis singgung lingkaran dan akhirnya dapat meningkat prestasi belajarnya. Pada penelitian ini untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan 4 (empat) instrumen yaitu (1) tes, (2) lembar observasi yang dibedakan menjadi lembar observasi guru dan lembar observasi siswa, (3) angket untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, dan (4) wawancara yang berfungsi untuk mendukung/memperkuat data hasil angket. Pada hasil tes siklus 1 dapat diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh skor ≥ 77 adalah sebanyak 26 dari 32 siswa yang mengikuti tes. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa 81,25 % dari siswa tersebut telah memahami materi yang diberikan. Persentase skor rata-rata pada observasi aktivitas guru yang diberikan ke-3 observer adalah 83%. Persentase skor rata-rata pada observasi aktivitas siswa yang diberikan ke-3 observer adalah 85%. Sedangkan persentase hasil penyebaran angket yang telah diberikan kepada 32 (tiga puluh dua) siswa menyatakan bahwa terdapat 81,86 % siswa yang menyatakan senang dengan strategi pembelajaran yang digunakan dan akibatnya termotivasi untuk lebih giat belajar. Selain itu hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 3 (tiga) siswa menyatakan bahwa 2 dari 3 siswa telah memahami materi panjang garis singgung lingkaran terhadap titik diluar lingkaran. Dari hasil tes siklus 2 dapat diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh skor ≥ 77 adalah sebanyak 29 dari 32 siswa yang mengikuti tes. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa 91% dari siswa telah memahami materi. Persentase skor rata-rata pada observasi aktivitas guru yang diberikan ke-3 observer adalah 91% pada pertemuan pertama dan 92% pada
pertemuan kedua. Persentase skor ratarata pada observasi aktivitas siswa yang diberikan ke-3 observer adalah 91% pada pertemuan pertama dan 92,3% pada pertemuan kedua. Sedangkan persentase hasil penyebaran angket yang telah diberikan kepada 32 (tiga puluh dua) siswa menyatakan bahwa terdapat 90,64% siswa yang menyatakan senang dengan strategi pembelajaran yang digunakan dan akibatnya termotivasi untuk lebih giat belajar. Selain itu hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 3 (tiga) siswa menyatakan bahwa ke-3 siswa telah memahami materi yang diberikan. Berdasarkan analisis data ternyata terdapat peningkatan pemahaman siswa. Peningkatan pemahaman tersebut menurut kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan adalah hasil pada siklus 2 lebih baik daripada siklus 1 (minimal 3 instrumen). Pada penelitian ini terbukti bahwa siswa yang berkemampuan rendah sangat terbantu dengan menggunakan pembelajaran think pair share dengan pendekatan inquiry. Pada pembelajaran ini terdapat proses scaffolding yang dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah sehingga pemahaman akan materi yang diajarkan meningkat. Dilihat dari hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini menjadi lebih efektif karena pada tahap pair tidak lagi hanya berpasangan tetapi dalam bentuk kelompok (yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah). Dengan pembentukan kelompok ini maka terjadi proses scaffolding yang lebih efektif dan efisien sehingga memungkinkan untuk semua siswa dapat memahami materi yang dipelajari.
473, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Ada 3 tahap kegiatan yang dilakukan guru (dalam hal ini peneliti) dalam pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2. Tiga tahap kegiatan tersebut adalah : kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir atau penutup. Pada tahap pendahuluan, ada 3 langkah yaitu: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menggali pengetahuan awal yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, yang sudah diperoleh siswa pada pertemuan sebelumnya, (3) memberikan penjelasan tentang strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu siswa akan belajar secara berkelompok menggunakan model pembelajaran tipe think pair share dengan pendekatan inquiry, (4) siswa diajak berfikir untuk mendukung hipotesa guru, (5) dengan menggunakan LKS, guru memberikan permasalahan yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan, (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan menjawab permasalahan di LKS secara individu, (7) siswa berkelompok untuk mendiskusikan permasalahan pada LKS dengan tujuan saling melengkapi dan menguatkan hasil yang telah diperoleh, (8) memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, (9) bersama siswa membuat kesimpulan, (10) meminta siswa untuk tidak berkelompok, lalu siswa diberikan soal tes yang dikerjakan siswa secara individu, (11) menutup
pelajaran yang didahului dengan menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. 2. Pembelajaran dengan menggunakan strategi Think Pair Share dengan pendekatan inquiry dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMPN3 Tulungagung tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat diketahui dari data hasil penelitian dengam menggunakan 4 (empat) instrumen. Berdasarkan data hasil penelitian menyatakan bahwa persentase hasil tes secara klasikal yang mendapatkan skor ≥ 77 meningkat yaitu 81,25% pada siklus 1 dan 91% pada siklus 2, persentase hasil observasi aktivitas guru meningkat dari 83% pada siklus 1 menjadi 91,5% pada siklus 2, persentase hasil observasi aktivitas siswa meningkat dari 85% pada siklus 1 menjadi 91,65% pada siklus 2, persentase hasil angket meningkat dari 81,86% pada siklus 1 menjadi 90,64% pada siklus 2, dan hasil wawancara yang dilakukan pada 3 (tiga) objek juga meningkat dari 2 siswa pada siklus 1 menjadi 3 siswa pada siklus 2 yang memahami materi garis singgung lingkaran, meskipun dengan pemberian bantuan. Berdasarkan hasil temuan penelitian, maka disarankan kepada para pendidik untuk menggunakan strategi pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan inquiry dalam pembelajaran matematika di kelas, dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Para pendidik seharusnya lebih aktif dalam mendesign dan membuat LKS yang dapat mengarahkan anak didik dalam memahami suatu materi. 2. Pada saat proses pembelajaran pendidik seharusnya lebih peka terhadap gerak-gerik anak didiknya, serta lebih aktif dalam menegur dan menga-
Ariyani, dkk, Peningkatan Pemahaman Siswa, 474
3.
4.
rahkan anak didiknya, sehingga anak didik yang berkemampuan rendah juga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Apabila pembelajaran didominasi oleh anak didik yang berkemampuan tinggi sebaiknya pendidik segera mengubah strategi, yang awalnya diberikan kesempatan kepada yang mampu dialihkan menjadi model penunjukan (agak memaksa tetapi hasilnya baik untuk anak didik yang berkemampuan rendah dan sedang untuk dapat meyampaikan sesuatu yang telah dipahaminya). Dalam menerapkan strategi pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan inquiry pada materi garis
singgung lingkaran, penggunaan waktu harus dimanfaatkan seefektif mungkin. Sesuai penelitian ini, penggunaan strategi pembelajaran Think Pair Share dengan pendekatan inquiry pada materi garis singgung lingkaran memerlukan waktu yang banyak terutama ketika melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas pada kegiatan inti. Salah satu cara mengatasinya adalah mengelola waktu seefektif mungkin, misalnya dalam mendiskusikan materi antar siswa yang dipandu guru, pembahasan cukup diarahkan ke hal-hal yang penting saja dan tidak perlu semuanya.
DAFTAR RUJUKAN Amnah, Sri. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Think-PairShare, Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif, dan Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa di SMAN Kota Pekanbaru Riau. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang. Universitas Negeri Malang. Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics ( In Secondary School ). Wm. C. Brown Company Publisher Dubuque, Lowa. Buschman, Larry. 2003. Share and Compare. Amerika. NCTM.
Eureka. 2009. Matematical Questioning. 2009 http://literacy.kent.edu/eureka/strat egies/mathematical_questioning.pd f diakses pada 4 Desember 2009 Makar, Katie.2007. Elaborating a model of learning to teach mathematical inquiry.http://www.curriculum.edu .au/leader/elaborating_a_of_learni ng_to_teach_mathemati,19683.htm l?issueID=10809 diakses 8 Juni 2007 Robertson, Kristina. 2006. Increase Student Interaction with “ThinkPair-Shares” and “Circle Chats”. http://www.colorincolorado.org/art icle/13346/?theme=print Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta . Kencana Prenada Media.
475, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Siswono, Tatag Yuli E. 2008. Mengajar & Meneliti Panduan Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan calon Guru. Unesa University Press. Slavin, E, Robert. 2008. Cooperative Learning. Bandung. Nusa Media.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta. Dirjen Dikti. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.