MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH Verlis Bagia1 ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan motorik halus anak pada kelompok B TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah. Penelitian dilaksanakan di TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah, melibatkan 20 orang anak terdiri atas 11 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui teknik obsevasi, dan pemberian tugas kemudian dianalisis secara deskriptif dari data kualitatif dan kuantitatif. Data yang dikumpulkan sebelum tindakan pengamatan motorik halus anak dalam bermain balok kategori Berkembang Sangat Baik 10%, Berkembang Sesuai Harapan 25%, Mulai Berkembang 30%, dan Belum Berkembang 35%, kemudian motorik halus anak dalam mengikat tali sepatu dengan kategori Berkembang Sangat Baik 5%, Berkembang Sesuai Harapan 25%, Mulai Berkembang 30%, Belum Berkembang 40%, dan pengamatan bermain puzzle dengan kategori Berkembang Sangat Baik 10%, Berkembang Sesuai Harapan 30%, Mulai Berkembang 20%, Belum Berkembang 40%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui alat permainan edukuatif dapat meningkatkan motorik halus anak, terbukti ada peningkatan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II Hal ini terlihat pada tindakan siklus I dalam pengamatan anak yang bermain balok, mengikat tali sepatu, dan bermain puzzle, setelah dirata-ratakan ketiga hasil pengamatan ketiga aspek tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (26,67%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, (31,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, (23,33%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (18,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Namun pada tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (38,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik (43,33%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, (11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah. Kata Kunci: Peningkatan Motorik Halus Anak, Alat Permainan Edukatif 1
Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk: A 451 10 089.
641
PENDAHULUAN Manusia adalah mahluk Tuhan yang jika dipandang dari aspek penciptaan merupakan mahluk yang memiliki kelengkapan dan kemampuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dirinya. Kemampuan untuk meningkatkan kualitas diri ini diperoleh manusia dengan belajar. Karenanya manusia adalah mahluk belajar, mahluk yang dapat dididik sekaligus dan mendidik. sehingga manusia berhak memperoleh pendidikan sejak manusia dilahirkan, dan ketika mamasuki usia dini, manusia mesti memperoleh pendidikan dasar untuk mengembangangkan kemampuan yang dimilikinya, dengan pendidikan sejak usia dini inilah, manusia dapat dipersiapkan memasuki jenjang pendidikan tingkat selanjutnya. Pendidikan pada usia dini adalah menjadi penentu bagi keberhasilan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dimana pada pendidikan usia dinia akan diletakkan dasar-dasar pendidikan bagai anak, untuk pengembangan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan aturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan Undang-undang diatas, maka anak-anak pada periode usia berhak memperoleh Pendidikan yang membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal aspek jasmani (fisik bemotorik halus/halus), sosial, emosional, kognitif, maupun rohani yang dimilikinya. Sehingga Taman Kanak-Kanak sebagai pendidikan formal memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan pendidikan yang berkualitas untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Pendidikan yang diselenggarakan di TK adalah bentuk kegiatan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sehingga dimasa akan datang akan menjadi sumber daya manusia Indonesia yang berkualutas. Penyelenggaraan Pendidikan di TK padsa dasarnya merupakan suatu kegiatan belajar yang diberikan oleh guru sebagai pendidik kepada anak didik untuk mencapai kematangan perkembangan diri. Sehingga aspek kognitf, sosial emosianal, moral agama, berbagai ketrampilan dan kemampuan fisik bemotorik halus dan halus anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Upaya untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan kemampuan motorik halus anak, memiliki manfaat meningkatkan kelenturan dan 642
keseimbangan anak, sehingga membuat anak semakin percaya pada kemampuan sendiri dan memiliki keberanian untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang positif. Upaya untuk semakin menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan motorik halus anak, menuntut tanggung jawab dan kemampuan guru TK dalam mengajar. Guru harus memiliki kemampuan untuk mengatahui fungsi dan tujuan serta dapat memanfaatkan secara efisien dan efektif setiap alat permainan edukatif, Dengan kemampuan guru memanfaatkan secara optimal alat permainan edukatif, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai tenaga pendidik di TK EI Roy Baleura Kec. Lore Tengah pada kelompok B, terdapat suatu masalah yaitu masih rendah kemampuan motorik halus anak, yuang salah satu sebabnya adalah guru masih belum efektif dalam memanfaatkan alat permainan edukatif. Maka penulis tertarik untuk mengungkap masalah ini dalam suatu penelitian. Dengan judul “Meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui penggunaan alat permainan edukatif pada kelompok B di TK EI Roy Baleura Kec. Lore Tengah. Aisyah dkk. (2008:4.42) mengemukakan bahwa gerakan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan syaraf, otot, otak dan spinal cord. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu. Seperti memindahkan benmda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok dsb. Menurut Rusli Lutan (dalam Yuni, 2010:12) kemampuan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan otot kecil seperti jari tangan, lengan, yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan, contohnya seperti menulis dengan tangan. Menurut Piaget (1992) Rani Yulianty (2011:8) melihat bahwa “permainan sebagi media yang meningkatkan perkembangan kognitif anak. Permainan Imajiner dan permainan kreatif juga mampu meningkatkan hasil belajar anak. Permainan merupakan suatu alat bai anak untuk menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, sesuatu yang mereka tidak lakukan jika tidak bermain dan tidak melakukan permainan.” Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah melalui penggunaan alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK EI Roy Baleura Kec. Lore Tengah ? Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis yang diajukan yaitu dengan menerapkan alat permainan edukatif, dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok B di TK El-Roy Baleura Lore Tengah.
643
METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart dalam Dahlia (2012:132). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Keterangan 0 : pra tindakan 1 : Rencana 2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana 6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi A. : Siklus 1 B. : Siklus 2 Gambar 1 Diagram alur desain penelitian diadaptasi dari model Kemmis & Mc.
Taggart
(Dahlia, 2012:132). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK El-Roy Baleura Lore Tengah. Sedangkan subjek penelitian ini adalah seluruh anak didik yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 11 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan. Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c). Observasi, dan d). Refleksi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas partisipasi, artinya peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada anak maka digunakan penelitian secara kuantitatif dan untuk melengkapi analisis data digunakan pendekatan penelitian secara kualitatif. Kedua pendekatan tersebut digunakan secara bersama-sama, namun dengan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan pengenalan agama anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil 644
pengamatan. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk merekam seluruh aktivitas baik yang dilkukan oleh guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. 1) Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan penyelidikan dengan memfokuskan dan menyederhanakan data mulai dari awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengolahan selanjutnya. 2) Paparan data: dala tahap ini dilakukan penyusunan informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penggambaran tindakan. 3) Pada kegiatan ini dilakukan pembuatan kesimpulan akhir terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dalam bentuk kalimat atau infomasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dan hasil tindakan. Data kuantitatif yang merupakan hasil belajar anak dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78). = BSB = Berkembang Sangat Baik = BHS = Berkembang Sesuai Harapan = MB = Mulai Berkembang = BB = Belum Berkembang Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut (Suryanto, 2009:4.32) :
Keterangan : P = Hasil yang dicapai f = Jumlah anak yang masuk kategori berkembang sesuai harapan n = Jumlah sampel 100= Angka tetap/pembulatan
645
Prosedur Penelitian 1) Perencanaan Kegiatan ini dilakukan dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan alat permainan edukatif a. Menyiapkan alat permainan edukatif b. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru c. Menyiapkan lembar observasi aktivitas anak didik. 2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dirancang dan sesuai dengan skema pelaksanaan tindakan. a. Guru berusaha untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui alat permainan edukatif. Yaitu anak mampu bermain balok dengan menyusun macammacam bentuk bangunan dari balok, mampu mengikat tali sepatu dan anak mampu bermain puzzle. b. Observasi Kegiatan ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan mengamati pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran melalui penggunaan alat permainan edukatif. c. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis hasil pengamatan tentang sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran peningkatan kemampuan motorik halus pada anak TK melalui alat permainan edukatif. HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan (TK Ei Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kelas sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan memberikan tes pra tindakan untuk menentukan kelompok belajar anak, serta menyiapkan alat dan sumber belajar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.
646
Adapun rekapitulasi hasil pengamatan pra tindakan adalah sebagai berikut: Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan Aspek yang Diamati No
Kategori
Bermain Balok
1.
Mengikat Tali Sepatu
Bermain Puzzle
Jumlah
%
F
%
F
%
F
%
2
10
1
5
2
10
5
8,33
5
25
5
25
6
30
16
26,67
6
30
6
30
4
20
16
26,67
7
35
8
40
8
40
23
38,33
20
100
20
100
20
100
60
100
Berkembang Sangat Baik
2. Berkembang Sesuai Harapan
3. Mulai Berkembang
4. Belum Berkembang
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1,67 orang anak (8,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik,
5,33 orang anak (26,67%) yang masuk kategori
berkembang sesuai harapan, 5,33 orang anak (26,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 7,67 orang anak (38,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Dari hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan bemotorik halus, karena masih banyak anak yang belum mampu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
647
2. Tindakan Siklus I Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I Aspek yang Diamati No
Kategori
1.
Bermain Balok
Mengikat Tali Sepatu
Bermain Puzzle
Jumlah
%
F
%
F
%
F
%
5
25
5
25
6
30
16
26,67
6
30
7
35
6
30
19
31,67
6
30
4
20
4
20
14
23,33
3
15
4
20
4
20
11
18,33
20
100
20
100
20
100
60
100
Berkembang Sangat Baik
2. Berkembang Sesuai Harapan
3. Mulai Berkembang
4. Belum Berkembang
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 5,33 anak (26,67%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 6,33 orang anak (23,33%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 4,67 orang anak (23,33%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 3,67 (18,33%) masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus anak yaitu bermain balok, melompat, dan bermain puzzle belum mencapai persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu 26,67% + 23,33% = 50%. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada tindakan siklus II.
648
3. Tindakan Siklus II Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II Aspek yang Diamati No
Kategori
1.
Bermain Balok
Mengikat Tali Sepatu
Bermain Puzzle
Jumlah
%
F
%
F
%
F
%
7
35
8
40
8
40
23
38,33
9
45
9
45
8
40
26
43,33
3
15
2
10
2
10
7
11,67
1
5
1
5
2
10
4
6,67
20
100
20
100
20
100
60
100
Berkembang Sangat Baik
2. Berkembang Sesuai Harapan
3. Mulai Berkembang
4. Belum Berkembang
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 7,67 anak (38,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 8,67 anak (43,33%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 2,33 anak (11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 1,33 anak (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus anak yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle telah mencapai persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan anak yang masuk kategori berkembang sangat baik 38,33% dan masuk kategori berkembang sesuai harapan 43,33% dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu 81,67% dengan kategori berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
649
PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui metode demonstrasi, dimana guru menyuruh anak membiasakan anak membaca doa sebelum memulai pelajaran. Tidak lupa pula guru membangun hubungan yang harmonis dengan anak dan meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut di maksudkan agar anak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebab anak yang belajar dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak yang belajar secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan guru menggunakan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus tiga kali tindakan. Pelaksanaan tindakan pertama, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yaitu alat permainan edukatif di antaranya bermain balok, setiap kelompok diperintahkan untuk berlari dan guru memberi pujian kepada anak yang menang dalam kelompoknya sedangkan yang belum mampu bermain balok diberi motivasi untuk bermain balok dan meyakinkan anak bahwa mereka pasti bisa. Pada pelaksanaan tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat dan pada kegiatan pembelajaran ini anak diperintahkan untuk mengikat tali sepatu sendiri, seperti pada kegaiatan pertama anak diperintahkan untuk mengikat tali sepatu secara berkelompok dan anak yang bisa mengikat tali sepatu sendiri diberi pujian sedangkan anak yang kurang bisa mengikat tali sepatu dan tidak bisa mengikat tali sepatu sama sekali diberi motivasi. Pada pelaksanaan tindakan yang ketiga guru memberi motivasi kepada anak didik terlebih dahulu dan memberi penguatan sehingga mereka tidak takut-takut untuk bermain puzzle karena pada kegiatan pembelajaran ini yang menggunakan alat permainan edukatif. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bermain puzzle dan anak yang bermain puzzle dengan baik diberi pujian sedangkan yang kurang mampu diberi motivasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 650
1) Hasil pengamatan Pra Tindakan Berdasarkan hasil pra tindakan, setelah dirata-ratakan hasil dari ketiga aspek yang diamati yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle, dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1,67 anak (8,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 5,33 anak (26,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 5,33 anak (26,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 7,67 anak (38,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan motorik halus, karena sebagian besar anak belum paham memainkan alat permainan edukatif kegiatan pembelejaran. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 2) Hasil Pengamatan Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle, diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 5,33 anak (26,67%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 6,33 anak (31,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan,
4,67 orang anak (23,33%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 3,67
orang anak (18,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari ketiga aspek pengamatan tersebut belum ada yang mencapai persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori berkembang sesuai harapan. Melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, ada peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan dengan hasil pengamatan pra tindakan. Meskipun ada peningkatan kemampuan motorik halus anak masih jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan tindakan yang ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori berkembang sesuai harapan untuk 3 aspek penilaian yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu, dan bermain puzzle. Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kegaiatan pembelajaran melalui alat permainan edukatif, karena anak termotivasi mendengarkan penjelasan guru dan dimotivasi dengan alat permainan edukatif untuk melakukan suatu kegiatan serta guru juga memberikan penghargaan berupa pujian pada anak yang melakukan suatu kegiatan yang diperintahkan guru dengan baik. Cara guru 651
menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat, sehingga menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran. Disisi lain dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan hasil yang maksimal atau baik peningkatan kemampuan motorik halusnya pada kegiatan pembelajaran. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum mampu melakukan suatu kegiatan pada kegiatan pembelajaran yang disebabkan faktor dari dalam diri anak. Dengan alat permainan edukatif belum meningkatkan kemampuan motorik halusnya, kemungkinan disebabkan anak masih takut kepada guru, bisa pula disebabkan ada guru lain yang ikut masuk dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi aktivitas anak yang masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan perhatian dan memberi dorongan kepada anak-anak sehingga apa yang disampaikan oleh guru dapat dicerna dengan baik oleh anak. Disamping itu guru akan lebih memberikan motivasi berupa penguatan, dorongan serta semangat dan juga menceritakan sesuatu yang menarik sehingga memunculkan semangat kepada anak didik agar memiliki kemampuan motorik halus. 3) Hasil Pengamatan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 7,67 anak (38,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 8,67 anak (43,33) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 2,33 anak (11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan 1,33 anak (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus anak yaitu bermain balok, mengikat tali sepatu dan bermain puzzle sudah mencapai persentase keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65% dengan kategori berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Di samping perbaikan yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan meningkatnya kemampuan bemotorik halus anak adalah karena anak-anak sudah merasa 652
tidak terbebani dalam melakukan kegiatan permainan edukatif sehingga dengan penggunaan alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui alat permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK EL. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah. Hal tersebut ditandai dengan ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dengan adanya peningkatan dari tindakan siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat pada tindakan siklus I dalam pengamatan anak yang bermain balok, mengikat tali sepatu, dan bermain puzzle, setelah dirata-ratakan ketiga hasil pengamatan ketiga aspek tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (26,67%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, (31,67%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, (23,33%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (18,33%) yang masuk kategori belum berkembang. Namun pada tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat (38,33%) yang masuk kategori berkembang sangat baik (43,33%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, (11,67%) yang masuk kategori mulai berkembang dan (6,67%) yang masuk kategori belum berkembang. Dengan demikian aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran sudah terlihat baik, untuk 3 aspek penilaian dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak semuanya telah berada dalam kategori berkembang sesuai harapan. Begitu pula dengan aktivitas kegiatan guru semakin meningkat mengelola proses pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif, efektif, dan menyenangkan. Adapun saran dari peneliti yaitu sebagai berikut: 1) Kiranya penggunaan alat permainan edukatif dapat diterapkan mengingat alat permainan ini dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam melakukan kegiatan, menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 2) Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik. 3) Sebaiknya dalam hal menerapkan metode atau model pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diberikan kepada anak. 653
DAFTAR PUSTAKA Aisyah. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Dahlia, Syuaib. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika. Rani, Yulianty I. (2011). Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak (Modern dan Tradisional). Jakarta: Niaga Swadaya. Sudjiono. (1991). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas. Yuni. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
654