PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL KECAMATAN GESI, SRAGEN TAHUN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-I Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini
TRI WAHYUNI A53H111011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 7
ABSTRAK PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL KECAMATAN GESI, SRAGEN TAHUN 2014/2015 TRI WAHYUNI A53H111011 Motorik halus sangat perlu dan salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang perlu dikembangkan, karena motorik halus terkait pada persiapan kemandirian anak. Kemampuan motorik halus anak di Tk Asyiyah Bustanul Athfal Gesi di kelompok B masih rendah dan belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan motorik halus dalam pembelajaran bermain dengan plastisin pada anak didik kelompok B Semester I TK Aisyiyah Bustanul Athfal Tahun 2014/2015. Penelitian ini bersifat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas B TK Aisyiyah Bustanul Athafal kecamatan Gesi Kabupaten Sragen yang berjumlah 16 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Data dikumpulkan dengan cara observasi, dokumentasi dan catatan lapangan dengan teknis analisis komparatif dan kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemamnpuan motorik halus anak pada prasiklus sebesar 30%, setelah dilakuak tindakan siklus I menjadi 56% dan pada siklus II menjadi 87%, total peningkatan mencapai 57%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan plastisin dapat mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal kecamatan Gesi, Sragen tahun 2014/2015. Kata kunci : Kemampuan motorik halus, permainan plastisin
6
PENDAHULUAN PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas perkembangan. Disamping itu, pada usia ini anak-anak masih sangat rentan yang apabila penanganannya tidak tepat, justru dapat merugikan anak itu sendiri. Oleh karena itu penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk mencuri start apaapa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, melainkan untuk memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak, agar anak pada dasarnya memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut Guna memperjelas pemahaman tentang konsep pendidikan anak usia dini maka terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian tentang anak usia dini ( Hibana S. Rahman: 2005:3) a. Pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir delapan tahun. b. Menurut undang - undang Republik Indonesi Nomor 21 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enak tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam
memasuki
pendidikan lebih
lanjut.
Menyadari
pentingnya pendidikan sejak dini bagi anak maka melalui leputuan menteri Pendidikan Nasional Nomor 015/2001 tanggal 9 April 2001 dibentuklah direktorat jendral pendidikan Luar Sekolah danPemuda Departenab Pendidikan Nasional. c. Menurut Hibana S. Rahman, maka pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau
1
pengasuh anak
0-8
tahun
dengan
tujuan
agar
anak
mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Motorik halus sangat perlu dan salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang perlu dikembangkan, karena motorik halus terkait pada persiapan kemandirian anak. Oleh karena itu perkembangan motorik halus anak usia dini perlu dioptimalkan dengan memberikan stimulus-stimulus yang direfleksikan melalui kegiatan-kegiatan bermain sesuai dengan karakter anak dini yaitu bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Dan kegiatan permainan untuk mengembangkan aspek motorik halus anak usia dini sangat beragam dan dapat dicipatakan sendiri (Addiyanah Aktavia, dkk:2011). Penerapan media plastisin pada hakekatnya adalah aktifitas untuk mengembangkan motorik halus pada diri individu, perubahan motorik halus berkembang karena adanya usaha individu yang berangkutan baik yang mencakunp pelatihan secara rutin dan aktivitas yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak (Soelistyawati:2012). Dini P. Daeng Sari (1996:121) menyebutkan bahwa yang disebut motorik adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menurut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian gerak
yang
baik
yang
memungkinkan untuk
melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya. Menurut BB Clay Designs, 6 maret 2011, clay plastisin adalah lilin/malam yang digunakan anak untuk bermain, plastisin dapat dig unakan berulang – ulang karena tidak untuk dikeraskan. Dengan bermain plastisin ini, anak
belajar meremas, menggilik, menipiskan
dan
merampingkannya,
ia
membangun konsep tentang benda, perubahannya dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Ia melibatkan indra tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan koordinasi tangan dan mata, mengenali kekekalan cara belajar benda, dan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu. Beberapa asumsi tentang rendahnya kemampuan motorik pada anak-anak disebabkan karena pembelajaran guru masih menggunakan metode konfensional yaitu dengan kreasi dari bahan-bahan yang kurang menarik bagi anak. Sehingga
2
anak mengalami bosan dan jenuh. Keterbatasan sarana dan prasarana dengan kurangnya kreasi seorang guru dapat menyebabkan anak pasif dalam mengikuti pembelajaran yang tidak mau berperan aktif. Padahal dalam pelaksanaan pembelajaran di TK harus dilakukan menarik, bervariasi dan menyenangkan sehingga anak berperan secara aktif dan bertanggung jawab untuk mendapatkan pengalaman secara langsung. Melalui penerapan pembelajaran dengan menggunakan permainan plastisin anak usia dini akan lebih tertarik dan senang dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu pembelajaran akan lebih mengena dan mudah dipahami oleh anak. Sehingga anak-anak di usia dini ini dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dengan leluasa. Tujuan khusus penelitian ini adalah pengembangan kemampuan motorik halus dengan permainan plastisin pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun 2014/2015.
METODE PENLITIAN Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Bustanul Athafal Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen yang terletak di Desa Gesi RT 13, Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2014. Subjek penelitian di tetapkan pada anak kelompok B dengan jumlah siswa 16 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Guru kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal sebagai subyek pelaksana tindaka. Penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur tindakan kelas ini difokuskan pada kegiatan pokok yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Peneliti membuat rencana pembelajaran dengan mempersiapkan rencana bidang pengembangan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan bermain plastisin yang akan dilaksanakan untuk memperlancar jalannya penelitian, yaitu dengan menbuat Rencana Bidang Pengembangan (RBP), lembar observasi bagi guru dan siswa, dan instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3
lembar observasi yang digunakan untuk mendapatkan data yang diamatinya. Penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implememntasi penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan kelas. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus dan dalam setiap siklus peneliti merencanakan 2 pertemuan dalam setiap pertemuan peneliti menggunakan satu tema dan satu sub tema. Kegiatan
pengamatan/observasi
dilakukan
oleh
peneliti.
Sambil
melakukan pengamatan/obsrvasi guru melakukan pencatatan semua yang terjadi sehingga memperoleh hasil yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. Kegiatan pengamatan/observasi ini dilakukan peneliti dengan pedoman lembar observasi menurut aspek pengamatan dan juga berpegang pada keberhasilan dalam penelitian. Penelitian mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan berbagai criteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dinalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait. Dari hasil analisis dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memadu usaha perbaikan pada siklus ke 2. Setelah masalah dijabarkan langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Data yang diperoleh bersumber dari siswa, guru dan situasi kelas saat pembelajaran berlangsung. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk kemampuan anak dan kemampuan guru dan format catatan lapangan dan foto.
4
Instrumen yang digunakan antara lain pedoman observasi peningkatan kemampuan motorik halus yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan mengenai aspek perkembangan pisik motorik yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan kemampuan motorik halus anak, menentukan skor dengan skala penilaian sesuai TK, menentukan pedoman observasi penerapan permainan plastisin yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan sebagai upaya mengembangkan kemampuan motorik halus. Keabsahan data bersumber dari sudut pandang guru, dan keabsahan sekolah yang dilakukan secara langung pada subjek penelitian maupun kepada guru. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis komparatif yaitu hasil persiklus di bandingkan dengan indikator kenerja per siklus. Dan teknik analisi kritis, yaitu mengungkap kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan. Hasilnya untuk dasar tindakan berikutnya. Indikator kinerja dimaksudkan sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian yang dicapai dalam tiap siklus dengan nilai yang berbeda, dengan harapan adanya peningkatan seperti dalam table berikut : Table 1. Rata-Rata Prosentase Keberhasilan Tiap Siklus Keberhasilan Penelitian
Pra Siklus
Siklus l
Siklus ll
Rata-rata prosentase kemampuan 30% 55% 85% motorik halus Rata-rata kinerja guru dalam 25% 60% 80%% bermain plastisin Dari table tersebut diatas diharapkan ada peningkatan 35 % pada siklus I, kemudian pada siklus II meningkat 20 %.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gesi ,Kecamatan Gesi Kab. Sragen, maka dilaksanakan kegiatan pra siklus yang bertujuan mendapatkan data tentang kemampuan motorik halus anak ,sebelum tindakan diberikan. Dan hasil observasi keberhasilan hanya mencapai 30% dari rata-rata kemampuan dalam satu kelas, hal ini berarti perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak mulai berkembang.
5
Berdasarkan hasil diskripsi penelitian pada siklus I dan Siklus II dapat dikatakan bahwa dengan kegiatan bermain Plastisin dapat meningkatkan motorik halus anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gesi Kec. Gesi, Kab. Sragen Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun prosentase tingkat keberhasilan dari sebelum tindakan siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Prosentase hasil pengembangan motorik halus tiap anak No. Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II 1
Angga
70%
63%
92%
2
Ari
58%
63%
92%
3
Avi
66%
63%
88%
4
Azzam
33%
63%
88%
5
Dhia
17%
50%
79%
6
Difa
25%
50%
88%
7
Savira
21%
50%
88%
8
Ilham S
21%
58%
88%
9
Ilham P
17%
58%
88%
10
Rio
17%
58%
88%
11
Risqi
17%
58%
88%
12
Dewi
58%
58%
88%
13
Kayra
17%
54%
88%
14
Kayla
12%
54%
92%
15
Vira
21%
50%
88%
16
Suryo
25%
50%
79%
30%
56%
87%
Rata-rata kemampuan 1 kelas
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan dari sebelum tindakan pra siklus sampai dengan siklus II. Perubahan tersebut menunjukkan keberhasilan pembelajaran perkembangan motorik halus melalui bermain plastisin. Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti melakukan observasi awal berupa pra siklus untuk mengetahui kondisi nyata dilapangan dan permasalahan apa yang terjadi. Data prosentase yang diperoleh pada kondisi awal 6
indikator keberhasilan sebesar 30%, yaitu dari 16 anak, terdapat 2 anak (12%) mayoritas anak mulai berkembang (MB). Sedangkang pada siklus I pencapaian indikator keberhasilan sebesar 56%, dengan kemampuan Motorik halus dengan bermain plastisin meningkat dari 30%, sehingga pada siklus I rata - rata anak berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 anak (56%). Dan untuk tindakan pada siklus II pencapaian indicator keberhasilan sebesar 87%, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anak berkembang sangat baik (BSB), yaitu sebanyak 14 anak (87%). Dengan demikian, hasil penelitian yang dilakukan tersebut diatas mendukung diterimanya hipotesis bahwa dengan kegiatan bermain plastisin ini dapat meningkatkan Motorik halus anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gesi, Kec. Gesi, Kab. Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Hasil analisa data didapatkan bahwa melaksanakan kegiatan bermain plastisin dapat mengembangkan motorik halus pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi,Kabupaten Sragen Indikator keberhasilan sebesar 30,9%, yaitu dari 16 anak, terdapat 2 anak (12%) mayoritas anak mulai berkembang (MB). Sedangkang pada siklus I pencapaian indikator keberhasilan sebesar 56%, dengan kemampuan Motorik halus dengan bermain plastisin meningkat dari 30%, sehingga pada siklus I mayoritas anak berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 anak (56%). Dan untuk tindakan pada siklus II pencapaian indicator keberhasilan sebesar 80%, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anak berkembang sangat baik (BSB), yaitu sebanyak 14 anak (87%). Dengan adanya kesimpulan diatas maka, implikasi yang timbul pada penelitian ini adalah secara umum permaina plastisin dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Secara khusus, permainan plastisin dapat diterapkan dalam pengembangan kemamapuan motorik halus pada anak
7
kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun 2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA Aktavia, Addiyana dkk. 2011. Mengembangkan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Plastisin Rasa. Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Diterbitkan BB Clay Designs. 2011. http:sitirochayahroin.file.wordoress.com. Diakses 9 September 2011 Dini, P. Daeng. 1996. Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud. Hibana, S. Rahman. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : PHTKL Pers . Soelistyawati. 2012. Penerapan media plastisin untuk meningkatkan motorik halus anak kelompok B di TK Al Islam Kec Gunung anyar kota Sby. Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Diterbitkan.
8