KORELASI ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN STATUS SOSIAL PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 01 KEPAHIANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh Marliana A1I009051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU BENGKULU 2015
KORELASI ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN STATUS SOSIAL PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 01 KEPAHIANG
Marliana A1I009051 Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara interaksi sosial dengan status sosial anak di TK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara status sosial dengan interaksi sosial pada anak kelompok B3 TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Kepahiang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengumpulan data tentang interaksi sosial dan status sosial menggunakan angket yang diberikan kepada guru kelas. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan korelasi product momen. Dari hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi sosial dengan status sosial pada anak kelompok B3 TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Kepahiang. melalui hasil penelitian ini disarankan kepada guru untuk memperhatikan perkembangan interaksi sosial anak, karena interaksi sosial memberikan kontribusi yang kuat terhadap status sosial anak.
Kata Kunci : Interaksi sosial, Status sosial
CORRELATION BETWEEN SOCIAL INTERACTION AND SOCIAL STATUS IN CHILDREN ON GROUP B3 OF AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL KINDERGARTEN 01 KEPAHIANG MARLIANA A1I009051
Abstract The problem in this research was how the relationship between social interaction and social status of children in kindergarten. This study aimed to determine whether there is a significant relationship between social status and social interaction in children of group B3 in Bustanul Athfal Kindergarten 01 Kepahiang. The method used in this study was correlational research while the sample used in this research was obtained through purposive sampling. Collecting data related to social interactions and social status was gathered using the questionnaire given to the class teacher. Next, the collected data were analyzed using the product moment correlation method. Finally from the discussion results, it can be concluded that there was a positive and significant relationship between social interaction and social status of children in group B3 Bustanul Athfal Kindergarten 01 Kepahiang. Through the results of this study, the teachers are suggested to pay attention to the development of children's social interaction, as social interaction provides a strong contribution to the social status of children.
Keywords: social interaction, social status
Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki manusia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 BAB 1 pasal 1 ayat I tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hasbullah. 2011: 4). Dalam dunia pendidikan, ada istilah Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal,
secara menyeluruh
mencakup
semua
aspek
perkembangan anak diantaranya aspek fisik, kognitif, sosial emosional, bahasa, agama, moral, kemandirian dan seni (Abdurahman, 2009:1). Menurut Abdurahman (2009: 25) perkembangan sosial pada usia dini adalah kemampuan anak belajar menjalin kontak sosial dengan orang–orang yang ada di luar rumah, terutama dengan anak sebayanya. Pada dasarnya, masa anak usia dini sering juga disebut masa kanak-kanak. Karena pada masa ini merupakan pembentukan pondasi dan dasar kepribadian anak yang akan menentukan pengalamannya sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya.
Menyadari betapa pentingnya pendidikan prasekolah pada anak usia dini, banyak
lembaga-lembaga
kependidikan
prasekolah
terus
melakukan
pengembangan, baik secara kualitas maupun kuantitas lembaga itu sendiri. Dalam pengembangan ini, banyak cara yang sudah ditempuh lembaga tersebut, yang telah menghabiskan dana, waktu dan tenaga. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, yang nantinya anak diharapkan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki anak, terutama pada kemampuan interaksi sosial anak tersebut (Rahman, 2009: 6). Dalam
interaksi
sosial,
anak
dilatih
untuk
beradaptasi
dengan
lingkungan, sehingga anak tidak takut untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan kata lain, semakin kompleksnya lingkungan pergaulan anak bearti suatu proses kehidupan yang wajar dalam tugas perkembangan secara normal telah dijalani oleh anak. Secara internal, dalam diri anak juga terjadi perubahanperubahan yang mendorongnya untuk lebih interesting (menarik) terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan sosial yang lebih luas, bukan hanya tuntutan lingkungan yang menjadikan anak ingin berinteraksi dengan orang lain namun karena kesadaran anak itu sendiri. Banyak ahli sosiologi berpendapat bahwa interaksi sosial merupakan syarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial. ketika berinteraksi, anak sebenarnya tengah berusaha belajar bagaimana memahami tindakan orang lain. Interaksi sosial akan kacau ketika pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan. Interaksi sosial yang terjadi pada anak dimulai dari
kerjasama yang kemudian berkembang menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk
akhirnya sampai pada akomodasi.
Akomodasi
merupakan suatu penyelesaian yang hanya bersifat sementara karena kedua belah pihak belum tentu menerima sepenuhnya pada penyelesaian tersebut (Gerungan, 1988: 64). Dewasa ini berbagai lembaga-lembaga prasekolah berupaya untuk meningkatkan perkembangan sosial, sehingga anak dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Keadaan ini tidak hanya terjadi karena interaksi sosial anak, tetapi juga status sosial anak yang merupakan kedudukan seorang anak di lingkungan sosialnya. Dengan status sosial dapat diketahui sejauh mana kedudukan seorang anak di lingkungannya. Kedudukan tersebut antara lain adalah anak yang popular, anak yang biasa, anak yang terisolir dan anak yang terabaikan (Abdurahman,2009: 37). Lebih lanjut Abdurahman berpendapat bahwa kehidupan terabaikan yang sempurna di lingkungan sosial anak di tandai dengan ketidak mampuan anak dalam mengadakan
interaksi sosial terhadap
pihak-pihak
lain.
Sebagai
akibatnya, anak akan menarik diri dan bersikap anti sosial sehingga dapat menghambat anak untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya. TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Kepahiang merupakan salah satu lembaga pendidikan prasekolah di Kabupaten Kepahiang. Lembaga pendidikan prasekolah ini memiliki cukup banyak siswa siswi yang satu sama lainnya
memiliki latar belakang keluarga,
status sosial, kematangan, emosi dan
Intelegensi yang berbeda. Semua lembaga pendidikan prasekolah salah satunya TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Kepahiang mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak. Salah satu aspek perkembangan itu adalah aspek perkembangan sosial,
aspek perkembangan ini tidak akan maksimal jika anak
tidak dapat berinteraksi dengan baik. Tidak menutup kemungkinan anak memiliki permasalahan pada status soialnya. Permasalahan yang dialami anak satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Kelompok anak yang popular baik itu popular karena kepintarannya, bakat yang menonjol, mudah berteman dan disukai banyak orang ataupun hal lainnya akan mendapat perhatian lebih dari teman-temannya dan namanya sering disebut dalam semua kegiatan yang bersifat positif. Dengan daya tarik yang dimiliki kelompok anak popular mereka tidak mengalami kesulitan yang bearti dalam menjalani program yang ada pada lembaga pendidikan terutama program yang melibatkan kerjasama dari anak terutama dalam kegiatan bermain peran ataupun saat bermain bersama. Sedangkan untuk kelompok anak yang terabaikan lebih banyak disebut sisi negatifnya dan sedikit sekali sisi positifnya. Karena mereka biasanya pemarah dan senang melanggar aturan sehingga kelompok anak yang terabaikan anak mengalami kesulitan dalam memilih kelompok untuk menjalankan progam lembaga pendidikan yang melibatkan anak untuk saling bekerjasama. Maka dari sinilah timbul suatu keinginan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antra interaksi sosail dengan status sosial anak.
Kajian Pustaka Menurut Soekanto (2012 : 55) interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan, perseorangan dengan
kelompok, kelompok
dengan kelompok. Maksudnya bahwa interaksi ini tidak hanya terjadi antara anak dengan anak saja, melainkan terjadi hubungan yang dinamis antara anak dengan kelompok maupun hubungan antar kelompok. Menurut Abdurahman (2009: 33) kata sosial berasal dari kata socius yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang menarik, mempunyai bakat tertentu dan rasa kepedulian yang tinggi. Hingga dalam hubungan tersebut mereka akan saling mempengaruhi. Metode Penelitian Menurut Sudijono (2009: 179) penelitian korelasi adalah hubungan, saling hubungan atau hubungan timbal-balik antardua variabel atau lebih. Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara variabel x (interaksi sosial) dengan variabel y (status sosial). Hasil Penelitian Berdasarkan temuan penelitian, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi sosial dengan status sosial. Karena anak yang memiliki keterampilan mengambil peran atau menempatkan diri dengan baik dengan kata
lain keterampilan tersebut memudahkan anak dalam beradaptasi dilingkungannya sehingga kedudukan anak cenderung tinggi dalam kelompok sosialnya. Sesuai dengan kondisi dilapangan terdapat 1 (satu) orang anak yang berada dalam klasifikasi interaksi sosial kuarng baik dan status sosial rendah. Hal ini dikarenakan kurang berkembangnya kemampuan berkomunikasi anak sehingga sebagian besar teman-temannya sulit untuk memahami apa yang disampaikan anak tersebut, selai itu anak tersebut juga kurangnya pengendalian diri yang baik sehingga anak tersebut lebih sering meluapkan emosinya dengan memukul atau memarahi anak yang lain jika tidak memahami penyampaiannya. Dengan demikian reaksi anak-anak
yang berada
dalam lingkup
kelompok
sosialnya
sering
mengabaikan bahkan mengasingkan anak tersebut. Dan terdapat 1 (satu) orang anak yang berada dalam klasifikasi interaksi sosial cukup baik dan tetapi status sosialnya yang rendah. Hal ini dikarenakan sifat anak lebih cendrung diam dan tidak menonjol saat berada dalam kelas sehingga kehadiranya pun sering di abaikan oleh anak-anak yang ada dalam kelompok sosial tersebut. Gambaran tersebut sesuai dengan temuan yang menyatakan bahwa tingkat pengaruh status sosial terhadap interaksi sosial hanya sebesar 59,29% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Misalnya, faktor yang berasal dari dalam diri anak ( empati, imitasi, rasa simpati ) dan faktor dari pola asuh orang tua.
Hal ini sependapat dengan Knapp (Desmita, 2005) yang menyatakan bahwa interaksi sosial dapat menyebabkan seseorang menjadi dekat dan merasakan
kebersamaan. Namun sebaliknya, dapat pula menyebabkan seseorang menjadi jauh dan tersisih dari kehidupan sosialnya Senada dengan Knapp, Hurlock (1980:18) menyatakan bahwa anak yang memiliki interaksi sosial yang kurang baik di tunjukan dengan sikap yang agresi, berselisih, menggoda dan pembangkangan cendrung keberadaannya tidak diakui oleh teman-temannya, dengan kata lain anak tersebut keberadaannya diabaikan bahkan diasingkan dari kelompok sosialnya. Sebagai dampak yang ditimbulkan dari status atau kedudukan sosial yang rendah maka secara umum anak-anak yang berada dalam kategori terabaikan akan bereaksi dengan dua cara, yaitu dengan menarik diri dari lingkungan sosialnya dan bersikap anti sosial (Abdurahman, 2009: 42). Hal ini juga juga terbukti pada anak kelompok B3 TK Aisyiyah Bustanul Athfal 01 Kepahiang menunjukan bahwa anak yang mempunyai interaksi sosial kurang baik cendrung bersikap mengganggu, agresi dan berkata kasar kemudian anak tersebut mendapat reward yang negative dari teman-temannya, sehingga kehadiran anak tersebut ditolak bahkan diabaikan dalam kelompok sosialnya. Daftar Pustaka
Abdurrahman, Akhi. 2009. Cara Praktis Mengatasi Perkembangan Anak. Jakarta: Buku Kita Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Berscheid, E & Walster, E. (1978). Interpersonal Attraction 2nd edition. Addison Wesley Publishing Company Danim, Sudarwan. 1997. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Posdakarya Dimyati. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Effendi, Sofian. 1987. Metode Penelitian Sutvai. Jakarta: LP3ES. Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: PT Enresco Gunarsa, Singgih. 1987. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Indarti. 2007. Psikologi Anak. Jakarta: Sagung Soto Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Anak TK. Jakarta: Rineka Cipta Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Ormrod. Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh Dan Berkembang Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Polka. Maijor. 1982. Sosiologi Pengantar Ringkas. Jakarta: Ichtiar Baru Pudjijogyanti, C. 1988. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Cetakan III. Jakarta: arcean Rahman, Ulfiani, 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Lentera Pendidikan Ritzer. George. 2002. Teori-Teori Sosiologi Dan Paradigma. Surabaya: Insan Cendikia. Taniredja dan Mustafidah. 2011. Penelitian Kuantitatif Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta Soekanto. Soejono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Sudijono. Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sudjana. 1975. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usai Dini. Jakarta: Bumi Aksara Suyanto. Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Poesdakarya Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Woolfson. Richard. 2005 mengapa Anakku Begitu. Yamin, Martinis. 2013. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta