MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE Ciptaningsih Mariani SDN Tamanbaru Banyuwangi Propinsi Jawa Timur Email:
[email protected]
Abstract Civics learning process on the material of Autonomous Region in class VI of SDN Tamanbaru has done the research using the lecture method but has not been able to increase the activity and student’s learning result that’s expected. The low activeness because the attention to the subjects are low , do not answer the questions of teachers , students rarely ask about the material being taught , when replications are still many students who cheat. It affects the low of learning result. The purpose of this research is to improve the activeness and student’s learning result in Civics subject material Autonomy Region. Researchers used student activity sheets observation to determine the activeness level of students in the application of the Scramble learning model. There for measuring student’s learning result with a written test. Scramble implementation process in cycle 1 there are 6 members of the expert group with 6 students, and in Cycle 2 there are 4 groups of experts with members are 9 students. There are differences in the results from 2 cycles carried out, namely an increase in student’s all indicator learning activeness and learning result, so it can be concluded that the hypothesis of the action in this classroom action research that reads " the application of the Scramble learning model Civics learning can enhance the activeness and student’s learning resultof class VIA SDN Tamanbaru first Semester Academic Year 2012/2013" is acceptable. Keywords: Activeness, Learning Result and Learning Model Scramble Proses pembelajaran PKn pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pengertian Otonomi Daerah di kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru telah peneliti lakukan dengan menggunakan metode ceramah masih belum dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang diharapkan. Rendahnya keaktifan tersebut dapat diamati antara lain : perhatian mengikuti pelajaran masih rendah, sebagian siswa tidak menjawab pertanyaan guru ketika ditanya, jarang ada siswa yang bertanya kepada guru mengenai penjelasan materi yang diajarkan, ketika guru memberikan ulangan individu masih banyak siswa yang menyontek. Dampak rendahnya keaktifan belajar siswa berakibat hasil belajarnyapun rendah. Sebagaimana
hasil nilai ulangan harian pada kondisi awal menggunakan metode ceramah diperoleh sebanyak 12 siswa atau 33% yang sudah tuntas belajar atau nilai di atas KKM. Berdasarkan uraian di atas terungkap bahwa pembelajaran PKn di kelas VI tersebut masih kurang berhasil, keaktifan belajar PKn kurang dan hasil belajar siswa belum sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu ada tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran PKn di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble (Model Tim Ahli). Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa lebih termotivasi dalam belajar terutama pelajaran PKn, meminimalisir kepasifan kelas dan 907
908
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar, sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dapat meningkat. Adapun rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah ? (2) Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah? (3) Bagaimana proses model pembelajaran Scramble berlangsung untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah ? Dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Meningkatkan keaktifan siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah melalui penerapan model pembelajaran Scramble. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah melalui penerapan model pembelajaran Scramble. (3) Mendeskrispikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran Scramble dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah. KAJIAN TEORI Belajar merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan di lingkungan sekitarnya. Menurut Syah yang dikutif oleh Jihad (2008: 1) mengatakan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari segi psikologi, menurut Whitetherington psikologi yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1988: 86), mengemukakan belajar adalah suatu perubahan tindakan di dalam, kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Jadi belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Suatu pembelajaran dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar tertentu. Beraneka ragam tingkah laku yang diperoleh dalam belajar yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad (2008:14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh kegiatan belajar. Dalam pembelajaran guru menetapkan tujuan belajar, siswa yang berhasil belajar
Ciptaningsih Mariani, Meningkatkan Keaktifan dan hasil…
adalah yang berhasil mencapai tujuantujuan permbelajaran. Menurut Benjamin S. Bloom dalam Nana Sujana (2004: 54) ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan hakikat hasil belajar PKn adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam mempelajari PKn untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setelah guru selesai menyampaikan materi tertentu tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan menggunakan alat evaluasi yang berupa tes hasil belajar. Menurut Ngalim Purwanto (2001: 33) Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa dalam waktu tertentu. Untuk mengukur hasil belajar dapat digunakan tes hasil belajar yang menurut jenisnya dapat dibagi dua yaitu tes hasil belajar bentuk uraian dan bentuk obyektif. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Sardiman (2007: 98) aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan pengajaran yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, sebab keaktifan belajar
909
siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif Scramble sebagai berikut: (a) Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topiktopik permasalahan untuk dibaca sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut. (b) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau disebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan permasalahan tersebut. (c) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli. (d) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. (e) Perhitungan Skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. Model pembelajaran Scramble pada hakekatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugastugasnya. Siswa mempunyai persepsi yang sama bahwa mereka memiliki tujuan yang sama, mempunyai tanggung jawab dalam materi yang dihadapi, saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya. Proses pembelajaran PKn pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pengertian Otonomi Daerah di kelas
910
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
VI SD Negeri 1 Tamanbaru pada kondisi awal penelitian, peneliti menggunakan metode ceramah berakibat belum dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang diharapkan. Untuk mengatasi masalah tersebut guru dituntut menciptakan suasana belajar yang kreatif, aktif dan menyenangkan bagi siswa yaitu menerapkan model pembelajaran Scramble. Tindakan penerapan pada Siklus 1 guru menerapkan model pembelajaran Scramble dengan cara siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok sehingga satu kelompok berjumlah 6 siswa sedangkan pada Siklus 2 guru menerapkan model pembelajaran Scramble dengan cara siswa dikelompokkan menjadi 9 kelompok sehingga satu kelompok berjumlah 4 siswa. Harapan akhir penelitian adalah penerapan model pembelajaran Scramble dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIA SD Negeri 1 Tamanbaru Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn materi otonomi daerah. METODE PENELITIAN PTK dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanbaru Kabupaten Banyuwangi. Penelitian dilakukan oleh guru PKn sebagai peneliti dan dibantu teman sejawat yaitu seorang guru PKn kelas lain. Pelaksanaan kegiatan PTK dilakukan sejak awal bulan Juli 2013 sampai bulan Desember 2013. Subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Tamanbaru Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran 2012/2013 berjumlah 36 orang siswa terdiri dari siswa putra sebanyak 16 orang dan siswa putri sebanyak 20 orang. Siswa kelas VIA dijadikan subjek penelitian didasarkan
pertimbangan sebagai berikut: pertama, siswa kelas VIA memiliki karakteristik yaitu masih rendahnya keaktifan belajar siswa dalam diskusi yang pernah dilakukan peneliti pada saat pembelajaran kondisi awal jika dibandingkan dengan kelas VI lainnya, kedua: hasil belajar siswa kelas VIA berupa ketuntasan belajar klasikal pada pembelajaran kondisi awal belum tercapai yaitu baru mencapai 33% padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan guru pada awal Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 75%. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan: (a) Tes, instrumen tes menggunakan soal pilihan ganda berjumlah 20 soal dengan masingmasing soal memiliki 4 pilihan jawaban. Nilai akhir sebagai hasil belajar dihitung dengan menjumlah seluruh jawaban benar diperoleh siswa kemudian dikalikan 5. (b) Observasi / pengamatan, observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat dilaksanakan proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Instrumen observasi dengan menggunakan lembar observasi yang berisi empat indikator aktivitas yang dilakukan siswa meliputi: (1) dapat bekerjasama dalam kelompok, (2) mampu mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli, (3) memperhatikan penjelasan guru, (4) menjawab dan menanggapi pertanyaan dari kelompok lain, (5) saling membantu dalam menyelesaikan masalah. Pengisian lembar observasi baik yang dilakukan peneliti maupun teman sejawat dilakukan dengan cara memberi skor 1 kepada siswa yang secara menonjol melakukan aktivitas
Ciptaningsih Mariani, Meningkatkan Keaktifan dan hasil…
sesuai indikator pengamatannya, sebaliknya skor 0 diberikan kepada siswa yang secara menonjol tidak melakukan aktivitas sesuai indikator. (c) Dokumentasi, tujuannya untuk memperoleh data penelitian meliputi: daftar nilai tes hasil belajar, contoh hasil pekerjaan siswa dan fotofoto kegiatan penelitian. Siklus 1 dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Oktober 2013 dengan alokasi waktu 6 jam atau 3 kali pertemuan. Tahapan-tahapan pada siklus 1 adalah: 1. Perencanaan (Planning) Hal-hal yang dipersiapkan dalam perencanaan adalah: (a) Membuat RPP atau skenario pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan. (b) Menyusun instrumen soal dan penskorannya. (c) Mempersiapkan materi pelajaran Otonomi Daerah tentang pengertian Otonomi Daerah dan peraturan perundangan tentang Otonomi Daerah. (d) Menyusun lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran model Scramble. (e) Merencanakan membagi siswa dalam 6 kelompok dengan kemampuan heterogen. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) Kegiatan pelaksanaan tindakan meliputi: (1) Pertemuan Pertama: (a) Siswa diberikan stimulus berupa pemberian pertanyaan oleh guru tentang Otonomi Daerah. (b) Guru menjelaskan dan menguraikan tentang Otonomi Daerah. (c) Guru melibatkan siswa dalam mencari informasi yang luas tentang materi yang dipelajari. (2) Pertemuan Kedua: (a) Guru membentuk 6 kelompok yang beranggotakan 6 orang dengan kemampuan heterogen. Kelompok ini disebut dengan kelompok asal. (b) Guru memberikan soal dan menentukan anggota ahli dari tiap
911
kelompok untuk masing-masing soal. (c) Kelompok ahli berkumpul sesuai nomor soal untuk mendiskusikan penyelesaian soal yang menjadi tanggung jawabnya. (d) Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukannya sesuai gilirannya. (3) Pertemuan Ketiga: (a) Melanjutkan presentasi kelompok ahli yang belum mendapat giliran. (b) Guru memberikan umpan balik positif pada siswa dan penguatan dalam bentuk lisan, isyarat maupun tulisan. (c) Guru bersama siswa melakukan evaluasi materi dan pelaksanaan pembelajaran. (d) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaan secara indivual. 3. Observasi (observation) Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Fokus observasi adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran. Setiap aktivitas yang dilakukan siswa secara menonjol dicatat sesuai dengan indikator pengamatan pada lembar observasi. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman sejawat. Selain pengamatan, dilakukan pula penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa. Penilaian itu digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dan nilai yang diperoleh selanjutnya dijadikan sebagai bahan kajian untuk tahap refleksi. 4. Refleksi (reflection) Kegiatan refleksi bertujuan untuk memperoleh gambaran dan evaluasi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan peneliti. Kelebihan pada siklus 1 siswa termotivasi untuk belajar secara berkelompok, sedangkan kekurangan yang dijumpai pada siklus 1 masih ada beberapa siswa yang ribut dan kurang berpartisipasi dalam kelompoknya.
912
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
Siklus 2 dilaksanakan pada minggu kedua bulan Nopember dengan alokasi waktu 6 jam atau 3 kali pertemuan. Tahapan-tahapan pada siklus 2 adalah: 1. Perencanaan (planning) Mengacu hasil refleksi pada siklus 1, ada hal-hal yang dipersiapkan dan diperbaiki dalam perencanaan siklus 2, yaitu: (a) Membuat RPP atau skenario pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan. (b) Menyusun instrumen soal dan penskorannya. (c) Mempersiapkan materi pelajaran Otonomi Daerah, tentang tujuan dan prinsip-prinsip Otonomi Daerah. (d) Menyusun lembar observasi yang dipakai untuk mengamati aktivitas siswa. (e) Merencanakan membagi siswa dalam 9 kelompok yang beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen dan anggota dipilih sendiri oleh siswa 2. Pelaksanaan Tindakan (action) Kegiatan pelaksanaan tindakan meliputi (1) Pertemuan Pertama: (a) Siswa diberikan stimulus berupa pemberian pertanyaan oleh guru mengenai tujuan diterapkannya Otonomi Daerah. (b) Guru menjelaskan dan menguraikan tentang tujuan dan prinsip-prinsip Otonomi Daerah. (c) Guru melibatkan siswa dalam mencari informasi yang luas tentang materi yang dipelajari. (2) Pertemuan Kedua: (a) Guru mempersilahkan siswa membentuk 9 kelompok beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen. (b) Guru memberikan soal dan menentukan anggota ahli dari tiap kelompok untuk masing-masing soal. (c) Kelompok ahli berkelompok mendiskusikan soal yang menjadi tanggung jawabnya. (d) Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya. (3) Pertemuan Ketiga: (a) Melanjutkan presentasi kelompok ahli
yang belum mendapat giliran. (b) Guru memberikan umpan balik positif pada siswa dan penguatan dalam bentuk lisan, isyarat maupun tulisan. (c) Guru melakukan evaluasi materi dan pelaksanaan pembelajaran secara individual dengan memberi soal untuk dikerjakan siswa. 3. Observasi (observation) Observasi pada siklus 2 masih dilakukan peneliti dengan teman sejawat yang sama pada siklus sebelumnya. Ini dilakukan agar ada konsistensi dan kesinambungan dengan penelitian siklus 1. Setiap aktivitas yang dilakukan siswa secara menonjol dicatat sesuai dengan indikator pengamatan pada lembar observasi dan dilakukan pula penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa, untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dan nilai yang diperoleh selanjutnya dijadikan sebagai bahan kajian untuk tahap refleksi. 4. Refleksi (reflection) Pada tahap akhir ini peneliti mengambil kesimpulan dari evaluasi yang telah \dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui tindakan perbaikan pada siklus ini telah tepat dilakukan dan mencapai hasil yang diharapkan. HASILPENELITIAN DANPEMBAHASAN Dari pengamatan peneliti terhadap 36 siswa di kelas VI, aktifitas pembelajaran PKn pada materi Otonomi Daerah dijumpai hanya beberapa siswa yang memperhatikan, masih banyak siswa yang sibuk sendiri bahkan ada yang mengantuk. Dilihat dari hasil belajar siswa, ada 12 siswa (33%) nilainya diatas KKM sedang selebihnya ada 24 siswa (67%) tidak mencapai nilai KKM. Hal ini menunjukkan siswa kurang tertarik
Ciptaningsih Mariani, Meningkatkan Keaktifan dan hasil…
pada proses pembelajaran sehingga tidak memahami materi pelajaran yang diberikan. Dari perolehan nilai hasil belajar yang hanya 33% mencapai KKM mengidentifikasikan kemampuan memahami tentang Otonomi Daerah siswa masih rendah. Dibutuhkan strategi dan metode belajar yang tepat untuk menumbuhkan motivasi dan pemahaman peserta didik dalam belajar. Pembelajaran perlu dilakukan dengan melibatkan semua peserta didik secara aktif. Siklus 1 dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Oktober 2013. Hasil belajar siswa yang berupa nilai tes soal didata dan dievaluasi. Dari data diketahui bahwa nilai terendah siswa adalah 55 dan nilai tertinggi 85. Nilai rata-rata 71,53 masih berada dibawah nilai KKM yaitu 72. Rentang nilai antara nilai tertinggi dan terendah sampai 30, mengindikasikan bahwa siswa belum dapat bekerjasama dan menularkan pengetahuan yang dimilikinya pada siswa lain. Berdasarkan data, siswa yang belum tuntas belajar ada 12 anak (33,3%) sedangkan yang telah tuntas ada 24 anak (66,7%). Sebagian siswa belum memahami materi Otonomi Daerah. Hal ini mungkin dikarenakan komunikasi antar siswa belum berjalan dengan lancar. Keaktifan belajar siswa yang dinilai melalui pengamatan, menunjukkan hasil bahwa keaktifan siswa dalam bekerjasama dalam kelompok ahli baru 58,33% (cukup aktif). Siswa dalam mengemukakan pendapat baru 55,56% (cukup aktif). Perhatian terhadap penjelasan guru juga belum sepenuhnya karena baru 58,33% (cukup aktif). Jalannya diskusi juga belum optimal, karena baru 55,56% siswa yang cukup aktif menjawab dan menanggapi pertanyaan dari kelompok lain. Sedangkan dalam
913
indikator saling membantu dalam menyelesaikan masalah sudah dapat dikatakan aktif karena mencapai 61,11%. Berdasarkan hasil tes dan hasil pengamatan, peneliti mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1. Beberapa kelemahan pada siklus 1 adalah siswa belum dapat bekerjasama dengan anggota kelompok ahli, siswa belum dapat menjelaskan materi pada kelompok asal, dan siswa masih mengerjakan soal secara individu. Kekurangan-kekurangan ini menjadi catatan dan akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Kelebihan-kelebihan pada siklus 1 adalah adanya peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dibandingkan dengan kondisi awal. Siklus 2 dilaksanakan pada minggu kedua bulan November 2013. Siklus 2 menggunakan model pembelajaran Scramble, tetapi siswa menentukan sendiri anggota kelompoknya. Banyaknya anggota kelompok asal diperkecil menjadi 4 orang, agar siswa lebih fokus dan berani menjelaskan materi pada yang lain. Dari pelaksanaan siklus 2, diperoleh data hasil belajar nilai terendah siswa adalah 65, sedang nilai tertinggi 95. Nilai rata-rata melebihi batas ketuntasan yaitu 77,78 naik dari siklus 1. Ini menunjukkan bahwa siswa telah memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar meningkat. Siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar juga meningkat menjadi 33 siswa (91,7%). Hasil ini melampaui indikator keberhasilan pembelajaran ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 75%. Karenanya, model pembelajaran Scramble tepat diterapkan pada pembelajaran materi Otonomi Daerah.
914
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
Keaktifan siswa pada saat pembelajaran siklus 2 meningkat, siswa dalam bekerjasama di kelompok meningkat menjadi 30 siswa (83,33%). Dengan anggota ahli yang lebih banyak, siswa dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah pada kelompok ahli yang mencapai 30 siswa (83,33%). Memperhatikan penjelasan guru juga mengalami peningkatan menjadi 29 siswa (80,56%). Kemampuan siswa menjawab dan menanggapi pertanyaan dari kelompok lainpun meningkat menjadi 29 anak (80,56%). Semakin sedikit anggota asal, membuat anggota tersebut tidak malu dan mampu mengemukakan pendapat. Indikator ini mencapai 28 anak (77,78%). Dari data tersebut terlihat bahwa keaktifan belajar siswa pada siklus 2 meningkat. Hampir semua indikator mencapai kriteria aktif (diatas 76%). Berdasarkan hasil yang ditemukan pada siklus 2 dapat
disimpulkan bahwa secara umum model pembelajaran Scramble yang dilakukan peneliti telah dapat meningkatkan aktivitas siswa lebih dari 76% atau kriteria aktif. Hasil belajar siswa berupa ketuntasan belajar klasikal tercapai sebesar 91,7%, sehingga indikator capaian dalam penelitian tindakan ini sudah tercapai. Oleh karena itu penelitian sudah dianggap cukup dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan baik pada kondisi awal maupun kedua siklus sebagaimana diuraikan pada deskripsi di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus sebagai berikut: 1. Hasil belajar pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan siklus 1. Pada tabel dibawah diperlihatkan hasil yang didapat dari siklus 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil Belajar Siklus 1 dan 2 Hasil Penilaian No
Instrumen Data
1 2 3 4 5 6
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Jumlah Nilai Siswa yang Tuntas Belajar Siswa yang Belum Tuntas Belajar
Secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal pada siklus 1 adalah 24 siswa atau 66,7% dan siklus 2 adalah 33 siswa atau 91,7%, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara siklus 1 dengan siklus 2 maka terdapat peningkatan sebesar 25%.Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum
Siklus 1
Siklus 2
55 85 71,53 2575 24 ( 66,7% ) 12 ( 33,3% )
65 95 77,78 2800 33 ( 91,7% ) 3 ( 8,3% )
tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada siklus 1 adalah 12 siswa atau 33,3% dan pada siklus 2 adalah 3 siswa atau 8,3%.Secara lebih jelas peningkatan persentase tuntas belajar siswa secara klasikal antar siklus dan penurunan persentase belum tuntas belajar siswa secara klasikal antar siklus pada penelitian tindakan ini dapat ditunjukkan seperti pada grafik berikut ini:
Ciptaningsih Mariani, Meningkatkan Keaktifan dan hasil…
100 80 60 40 20 0
915
Tuntas Belajar Belum Tuntas Be lajar
S iklus 1
S iklus 2
Grafik 1. Grafik persentase ketuntasan belajar antar siklus 2. Hasil pengamatan aktifitas belajar siswa pada siklus 2 juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
pengamatan siklus 1. Tabel dibawah memperlihatkan hasil pengamatan aktifitas siswa:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Antar Siklus No
Indikator Keaktifan Belajar Siswa
1.
Bekerjasama dalam kelompok
Jumlah siswa siklus 1 21
2.
Siswa mampu mengemukakan pendapat
3.
Memperhatikan penjelasan guru Menjawab dan menanggapi pertanyaan dari kelompok lain Saling membantu dalam penyelesaian masalah
4. 5.
Besarnya peningkatan persentase rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran Scramble antar
58,33
Jumlah siswa siklus 2 30
20
55,56
28
77,78
21
58,33
29
80,56
20
55,56
29
80,56
22
61,11
30
83,33
Sikus 1 (dlm%)
Siklus 2 (dlm %) 83,33
siklus akan semakin jelas sebagaimana grafik berikut ini
ik M .. en an gg ap ik Sa e.. lin g m em b. ..
pe rh at
be r
M em
pu
M am
Be ke rj
as am a. ..
Siklus 1 Siklus 2
p. ..
100 80 60 40 20 0
Grafik 2. Grafik Aktifitas Belajar Siswa Antar Siklus 3. Proses pelaksanaan Scramble pada siklus 1 dan siklus 2 terdapat perbedaan. Pada Siklus 1 ada 6 kelompok ahli dengan anggota 6 siswa, dan pada Siklus 2 ada 4 kelompok ahli dengan 9 anggota siswa. Ternyata dari perbedaan
pengelompokan ini bisa dilihat adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kelompok ahli maupun setelah kembali ke kelompok asalnya. Ada peningkatan pada semua indikator keaktifan belajar siswa dengan penerapan model
916
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
pembelajaran Scramble pada materi Otonomi Daerah. Berdasarkan semua hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yang berbunyi “penerapan model pembelajaran Scramble pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VIA SD Negeri 1 Tamanbaru Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat diterima.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jihad,
Asep. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya. -----------------------. 2001. PrinsipPrinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya.
SIMPULAN Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Scramble pada pembahasan materi Otonomi Daerah membawa dampak positif pada siswa. Pada akhir siklus 2 terlihat siswa sangat antusias mengikuti pelajaran dan bekerjasama dengan kelompoknya. Pembelajaran lebih menyenangkan bila pembentukan kelompok diserahkan pada siswa, artinya siswa dapat memilih sendiri anggota kelompoknya. Siswa dapat bekerjasama dengan baik karena telah terbiasa berinteraksi dan berkomunikasi dalam kesehariannya. Siswa terlihat lebih bertanggungjawab untuk memecahkan masalah yang menjadi bagiannya untuk nantinya disampaikan dalam kelompok asalnya, sehingga pada saat berkumpul dalam tim ahli benar-benar berusaha untuk aktif dalam memecahkan masalahnya. Siswa juga tidak canggung untuk berpendapat dan menjawab pertanyaan dari kelompok yang lain.
DAFTAR PUSTAKA A.M, Sadiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Sujana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Supardi Suhardjono, 2012, Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Andi Offset. http://www.buatskripsi. diakses tanggal 2 Oktober 2013 http://belajarpsikologi.com diakses tanggal 2 Oktober 2013.