Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2
171
MENINGKATKAN HASIL PEMBINAAN KEDISIPLINAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI ETOS KERJA MANDIRI GURU SMK NEGERI 1 BIREUEN
Oleh M. Yusuf*
Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini untuk meningkatkan hasil pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru SMK Negeri 1 Bireuen, subyek penelitian ini adalah 6 guru (sebagai sampel responden) jurusan pemesinan SMK Negeri 1 Bireuen, bertujuan untuk mengetahui cara, etos kerja mandiri guru dan tingkat keberhasilan dalam pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran di SMK Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakan sekolah ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan criteria kelulusan, sedangkan mengobservasi proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan hasil pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran pada SMK Negeri 1 Bireuen. Guru mampu mengembangkan bakat peserta didik dalam meningkatkan keterampilan dan pembinaan di luar proses pembelajaran. Hasil penilaian kedisiplinan pembelajaran mengalami peningkatan dari 6 guru (sebagai sampel responden) berdasarkan nilai kriteria kelulusan 75 (C), pada pra siklus 2 guru (33,33%) lulus dan 4 guru (66,67%) tidak lulus, sedangkan pada siklus I 4 guru (66,67%) lulus dan tidak lulus 2 guru (33,33%) serta pada siklus II semua guru 6 (100%), pada observasi proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 2,82% dari pra siklus ke siklus I dan 4,19% dari siklus I ke siklus II, sehingga membuat etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran membawa dampak yang positif dalam meningkatkan penilaian kedisiplinan proses pembelajaran, sehingga apa yang diharapkan sesuai harapan. Kata Kunci : Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran, Etos Kerja Mandiri Guru.
PENDAHULUAN Kedisiplinan mengajar dikelas adalah suatu kondisi dimana guru didalam proses pembelajaran, tunduk dan patuh kepada ketentuan atau aturan-aturan (tata tertib yang berlaku di sekolah). Aplikasi pendidikan secara formal dan proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan inti. Dalam proses pembelajaran, komponen-komponen saling mempengaruhi yaitu tujuan indikator yang diinginkan, materi yang diajarkan, guru dan peserta didik, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana yang tersedia. Kenyataannya setelah diadakan penilaian pembinaan disiplin pembelajaran
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
pada enam guru (sampel responden) jurusan permesinan, dari 6 guru hanya 2 guru (33,33%) memperoleh nilai cukup, dan 4 guru (66,67%) memperoleh nilai kurang, ini berarti guru tidak lulus 66,67% dari jumlah 6 orang guru. serta nilai rata-rata 74 (D) masih dibawah nilai kriteria kelulusan yaitu 75 (C), dipadukan lagi dengan hasil observasi proses pembelajaran dengan prediket kurang baik (KB) dan kualifikasi (C). Dalam suatu proses pembelajaran terjadi proses interaksi antara guru dan peserta didik. Terciptanya situasi yang disiplin, dapat menimbulkan jalannya proses pembelajaran sehingga mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan,
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2
yang secara efektif dapat dicapai melalui etos kerja mandiri yang semaksimal mungkin. Solusinya adalah guru mempunyai keinginan untuk mengembangkan etos kerja mandiri guru yaitu suatu upaya untuk memperbaiki cara mengajar dalam proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran sangat diperlukan kedisiplinan, karena akan selalu mentaati rencana kerja dalam mengajar, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada dirinya. Hal ini telah dinyatakan oleh The Liang Gie (1985:60) sebagai berikut: “Dalam usaha apapun juga, keterangan dan disiplin akan tetap merupakan kunci untuk memperolah hasil yang baik”. Disinilah perlu pembinaan kedisiplinan yang diterapkan oleh kepala sekolah terhadap guru, kepala sekolah sebagai seorang supervisor kependidikan harus dan perlu juga untuk memberi dorongan atau motivasi kepada kinerja guru yang berasal dari luar diri guru untuk merangsang semangat bekerja di dunia pendidikan, dalam hal ini etos kerja mandiri guru mempunyai dampak positif untuk meningkatnya pembinaan kedisiplinan di sekolah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti selaku observer dan supervisor di sekolah, tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah dengan judul: “Meningkatkan hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran Melalui Etos Kerja Mandiri Guru SMK Negeri 1 Bireuen “. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti selaku observer dalam penelitian tindakan sekolah ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru SMK Negeri 1 Bireuen?. 2. Apakah melalui etos kerja mandiri guru dapat meningkatkan pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Bireuen?. 3. Bagaimana tingkat hasil peningkatan pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru SMK Negeri 1 Bireuen?.
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
172
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui cara melakukan pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru SMK Negeri 1 Bireuen. 2. Untuk mengetahui etos kerja mandiri guru dapat meningkatkan pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Bireuen. 3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru SMK Negeri 1 Bireuen. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah, antara lain: a. Bagi siswa, sebagai pendorong peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. b. Bagi guru, sebagai kompetensi dan kapabilitas serta aseptabilitas bagi kinerja guru dalam kegiatan proses pembelajaran disekolah. c. Bagi peneliti, sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan hasil belajar peserta didik di sekolah. d. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dan mutu pendidikan. TINJAUAN PUSTAKA Pembinaan Kedisiplinan di Sekolah Pembinaan kedisiplinan di sekolah merupakan salah satu tugas kepala sekolah di lingkungan sekolah yang dipimpin, yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, terutama disiplin dalam proses pembelajaran. Dalam mengajar sangat diperlukan kedisiplinan karena akan selalu mentaati rencana kerja dalam pengajaran dan pembelajaran dikelas sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada dirinya, sehingga mampu meningkatkan etos kerja mandiri seorang guru. Pengertian Disiplin Menurut Ibnu Suwandi dan Anno D. Sanjari (1997: 11-12) menjelaskan secara rinci mengenai pengertian disiplin sebagai berikut: a). Latihan yang memperkuat
M. Yusuf, Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran
173
Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya. Latihan-latihan dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin dikalangan Angkatan Bersenjata. Ibadah puasa dapat digolongkan sebagai suatu latihan dalam arti penanaman disiplin yang tujuannya untuk mempertinggi daya kendali diri.
menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan perintah atau peraturan yang berlaku“. Berdasarkan dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin yang baik adalah disiplin diri atau self discipline, segala peraturan atau norma yang ada baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Sehingga dengan demikian akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk kepentingan bangsa dan negara.
b). Koreksi dan Sanksi Arti disiplin dalam kaitannya dengan koreksi dan sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertib dapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama.
Disiplin Mengajar di Sekolah Disiplin mengajar sebenarnya tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun juga dilakukan dirumah maupun dilingkunganya. Karena disiplin mengajar mempunyai ruang lingkup yang luas, maka sebagai landasan teori dalam penelitian ini hanya membahas tentang disiplin mengajar di sekolah yaitu dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan didepan kelas oleh guru kepada peserta didik dengan memenuhi ketentuanketentuan yang diatur dalam tata tertib sekolah. Dalam mengajar sangat diperlukan kedisiplinan karena akan selalu mentaati rencana kerja dalam pengajaran dan pembelajaran dikelas sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada dirinya. Dengan memiliki kebiasaan yang baik akan dapat dicapai suatu hasil atau mutu yang memuaskan di dalam kegiatan proses pembelajaran. Hal ini telah dinyatakan oleh The Liang Gie (1985:60) sebagai berikut: “Dalam usaha apapun juga, keterangan dan disiplin akan tetap merupakan kunci untuk memperoleh hasil yang baik”. Oleh karenanya, disiplin mengajar harus diterapkan, mengingat padatnya materi pelajaran yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang ada. Tanpa adanya disiplin belajar materi tersebut tidak akan dapat dipelajari dan diserap dalam waktu seefisien mungkin.
c). Kendali atau terciptanya Ketertiban dan Keteraturan Orang-orang yang berdisiplin adalah orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya. Demikian ketertiban masyarakat, pembinaan disiplin harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan teknologi dan tingkat perkembangan masyarakat perpaduan antara ketertiban dan keteraturan menghasilkan suatu aturan tata laku. d). Sistem Aturan dan Tata Laku Setiap kelompok manusia masyarakat atau bangsa selalu terikat pada berbagai peraturan yang mengatur hubungan sesama anggotanya maupn masyarakat, bangsa atau negara. jika ingin masyarakat atau bangsa itu disebut disiplin. Disiplin tidak dapat ditanamkan dalam waktu yang singkat, karena itu pembinaan generasi yang dimulai dari lingkungan keluarga, karena masa kanak-kanak adalah masa yang paling peka bagi pembentukan watak manusia. Berdasarkan prisip ini maka pembinaan disiplin melalui pemanfaatan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal sangat penting artinya. Menurut Nasih Ibnu Suwandi dan Anna D.Sanjari (1997:12) bahwa “Disiplin adalah kepatuhan untuk
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
Indikator Disiplin Mengajar di Sekolah Guru dikatakan mengajar dengan disiplin apabila telah mentaati semua peraturan atau tata tertib di sekolah, suatu sikap yang meliputi: Keaktifan masuk sekolah, aktif masuk sekolah bearti aktif tau rajin masuk sekolah, sepanjang dalam keadaan sehat atau tidak sakit. Guru yang aktif akan mementingkan sekolahnya walaupun ada kepentingan
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2
keluarga sekalipun, sikap ini didasari oleh disiplin diri dan tidak menyiakan waktu sehingga tidak merugi. Ketertiban di dalam kelas, didalam tata tertib sekolah telah disebutkan bahwa kewajiban guru adalah “ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan dan ditaati”. Sehingga proses kegiatan pembelajaran dengan kesadaran akan selalu menciptakan ketertiban di dalam kelas maupun sekolahnya. Keaktifan memberi materi ajar sesuai dengan RPP, pembelajaran di kelas yang ditentukan dalam juknis yang bernama RPP, dimana guru akan selalu memberikan materi ajar sesuai dengan jam dan jadwal pelajaran dikelas sejak awal sampai berakhir jam pelajaran. Dengan demikian tidak satupun materi ajar yang diabaikan, sehingga prestasi mengajar juga akan dapat dicapai secara menyeluruh dengan mutu yang baik. Profesionalisme dan Kompetensi Guru Kompetensi tersebut akan diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara professional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. 1) Profesionalisme Guru Guru adalah tenaga fungsional yang bertugas khusus untuk mengajar, mendidik, melatih dan menilai hasil pembelajaran peserta didik serta efektifitas mengajar guru. Tugas guru adalah profesi maka dari itu diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Karena profesi menurut Sikun Pribadi dalam bukunya Etty (Etty, 2003: 2) menyatakan bahwa: ”Profesi itu pada hakekatnya suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa”. Profesi merupakan pernyataan atau janji terbuka oleh seorang professional, dengan demikian pernyataan professional mengandung makna yang terbuka, sungguh-sungguh yang keluar dari lubuk hatinya dan mengandung norma atau nilai yang etis. 2). Kompetensi Guru Kompetensi merupakan spesifikasi dari kemampuan keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai standar kinerja yang dibutuhkan dilapangan. Guru yang setiap hari selau berhadapan dengan anak tentu
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
174
menghadapi berbagai problema, baik yang berkaitan dengan anak tersebut maupun dengan lingkungan pendidikan, yang mempunyai karakter berbagai kemampuan dan motivasi, yang semua itu perlu strategistrategi khusus yang harus dipersiapkan oleh guru, maka guru tersebut harus mempersiapkan diri baik yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, strategi yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi, memiliki sikap dan kepribadian yang positif, dimana sikap dan kepribadian tersebut melekat pada setiap komponen yang menunjang profesi guru. Supervisi Kata kunci supervise adalah memberi layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervise adalah memberikan layanan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru dikelas. Menurut Sahertian (1982:24) mengemukakan secara operasional tujuan konkrit dari supervisi, yaitu: 1) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2) Membantu guru membimbing pengalaman belajar siswa 3) Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber belajar 4) Membantu guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran baru 5) Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa 6) Membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik dan hasil pekerjaan guru itu sendiri 7) Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam pertumbuhan pribadi 8) Membantu guru baru disekolah sehingga mereka merasa senang dengan tugas yang diperolehnya 9) Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat 10) Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah
M. Yusuf, Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran
Kinerja Supervisi Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapa dilaksanakan dengan berbagai alat (denvice) dan teknik supervise. Umumnya alat dan teknik supervise dibedakan dalam dua macam alat atau teknik. Jonh Minor Gwyn (dalam Sahertian, 2000:52) mengemukakan dua teknik supervise yaitu “teknik yang bersifat individual dan tekniuk yang bersifat kelompok“, yaitu teknik yang digunakan untuk melanyani lebih dari satu orang. Dalam bab ini peneliti hanya menjabarkan teknik supervise individual sesuai dengan konteks penelitian. Teknik supervise pendidikan bersifat individual antara lain perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas dan menilai diri sendiri. Teknik Observasi Ada dua macam teknik observasi ialah teknik observasi langsung (direct observation) merupakan teknik observasi dengan menggunakan alat observasi, supervisor dalam hal ini kepala sekolah mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar dan teknik observasi tidak langsung merupakan teknik observasi dimana orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana siswa tidak mengetahui (biasanya prose pembelajaran dalam laboratorium) Tujuan teknik observasi ialah untuk: 1) Untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran, 2) Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar kearah yang lebih baik, 3) Bagi siswa sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka. Etos Kerja Mandiri Guru Maksud dari etos kerja mandiri guru yaitu suatu upaya untuk memperbaiki cara mengajar dalam proses pembelajaran, baik dalam disiplin, menerapkan suatu model pembelajaran, mengelola kelas yang tepat, metode belajar yang menyenangkan dalam belajar, interaksi guru dan siswa yang baik. Dalam proses pembelajaran sangat
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
175
diperlukan kedisiplinan, karena akan selalu mentaati rencana kerja dalam mengajar, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada dirinya. Dengan demikian kebiasaan yang baik akan dapat dicapai suatu hasil atau prestasi yang memuaskan didalam proses pembelajaran. Hal ini telah dinyatakan oleh The Liang Gie (1985:60) sebagai beriut : “Dalam usaha apapun juga , keterangan dan disiplin akan tetap merupakan kunci untuk memperolah hasil yang baik”. Sedangkan menurut Nasin Ibnu Suwandi daan Anno D. Sanjari (1997:12) sebagai berikut:“Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan perintah atau peraturan yang berlaku”. Etos kerja mandiri guru merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan iklas dalam proses pembelajaran maupun dalam kegiatan di laboratorium dan kegiatan sekolah, sudah tentu selain dari empat belas item pada kinerja guru, guru tersebut mampu mengembangkan bakat peserta didik dalam meningkatkan keterampilan dan pembinaan di luar proses pembelajaran, sehingga terbinanya disiplin pada guru itu sendiri maupun pada peserta didik yang dibimbingnya. Hipotesis Tindakan Berdasarkan berbagai teori yang telah dikumpulkan , maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu “ Etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembinaan kedisiplian di SMK Negeri 1 Bireuen ”. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS). Lokasi penelitian dilaksanakan adalah SMK Negeri 1 Bireuen jalan Taman Siswa no. 2, Telp. (0644) 21558, Fax. (0644) 21358, Kode Pos 24251 Desa Geulanggang Baro Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 18 Januari s.d 16 April 2016. Subyek penelitian ini adalah guru jurusan pemesinan SMK Negeri 1 Bireuen semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 6 orang guru sebagai sampel responden, dimana semua laki-laki. Sumber data dalam penelitian ini
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2
adalah guru sebagai subyek penelitian. Data dari hasil penilaian pembinaan disiplin pembelajaran dan hasil observasi proses pembelajaran. Sumber data penelitian diambil hasil pelaksanaan pada setiap akhir siklus. Data mengenai peningkatan pembinaan disiplin diambil dari hasil penilaian setiap siklus, Data tentang proses pembelajaran guru diambil dengan menggunakan lembar observasi setiap siklus. Alat pengumpul data meliputi lembar instrumen penilaian pembinaan disiplin pembelajaran dan lembar instrumen observasi proses pembelajaran dan dokumen. Teknik Analisis Data Data hasil penilaian yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor ratarata dan persentase, nilai minimum dan maksimum, pridiket dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan kriteria kelulusan. Data
176
hasil observasi (pengamatan) guru dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, ratarata dan kualifikasi pada setiap siklus. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan proses tindakan sekolah ini adalah apabila kemampuan guru memenuhi nilai kriteria kelulusan sebesar 75 (C) dan observasi proses pembelajaran dalam setiap siklus yang perlu dilakukan sebagai perbandingan dalam keberhasilan pembinaan kedisiplinan Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah, penelitian yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Apabila pelaksanaan tindakan pada siklus I belum memuaskan, maka akan ditindak lanjut lagi pada siklus II sampai tujuan berhasil, hal ini dapat dilihat alur penelitian pada gambar berikut:
Gambar 1. Alur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil kondisi awal (pra siklus) setelah diadakan penilaian pembinaan disiplin pembelajaran 6 guru, hanya 2 guru (33,33%) memperoleh lulus dengan prediket cukup dan 4 guru (66,67%) tidak lulus, ini berarti guru tidak lulus sebesar 66,67% dari guru yang jumlahnya 6 orang. Berdasarkan data yang ada pada pra siklus, hasil penilaian
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
pembinaaan disiplin pembelajaran dari 6 guru sebagai sampel responden yang tidak lulus 4 guru (66,67%) dan yang lulus 2 guru (33,33%) serta nilai rata-rata 74 masih dibawah kriteria kelulusan 75 (C), dipadukan lagi dengan hasil observasi proses pembelajaran pada pra siklus dengan skor rata-rata 64,33 yang mendapatkan prediket kurang baik (KB) dan kualifikasi C. Maka perlu tindakkan untuk pembinaan yang
M. Yusuf, Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran
berkelanjutan agar guru lebih aktif lagi mengembangkan etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran, sehingga menghasilkan kompetensi yang lebih baik lagi sesuai dengan harapan. Data yang diperoleh dari hasil penilaian dan data hasil observasi pada siklus I, dari 6 guru hanya 4 guru (66,67%) memperoleh prediket lulus cukup , 2 guru (33,33%) memperoleh prediket lulus kurang. Hal ini berarti pada siklus I guru yang tidak lulus sebesar 33,33% dari jumlah 6 guru. Berdasarkan data yang ada pada siklus I, hasil penilaian pembinaaan disiplin pembelajaran dari 6 guru sebagai sampel responden yang lulus 4 guru (66,67%) dan yang tidak lulus 2 guru (33,33%) serta nilai rata-rata 76, Pada hasil observasi proses pembelajaran pada siklus I dengan skor ratarata 66,17 yang mendapatkan prediket baik (B) dan kualifikasi B. Menurut gambaran yang ada secara keseluruhan mengalami peningkatan, mengingat dari hasil penilaian masih ada 2 guru yang tidak lulus, hasil penilaian belum semaksimal mungkin sesuai dengan harapan. Maka perlu tindakkan untuk pembinaan yang berkelanjutan agar guru lebih aktif lagi mengembangkan etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan kompetensi yang lebih baik lagi sesuai dengan harapan, oleh karena itu diperlukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II. Data yang diperoleh dari hasil penilaian pada siklus II, 2 guru (33,33%) memperoleh prediket kelulusan baik dan 4 guru (66,67%) memperoleh prediket Tabel 1. Hasil Nilai Rata-rata No Keterangan Pra Siklus
kelulusan cukup. Hal ini berarti pada siklus II guru lulus sebesar 100% dari jumlah 6 guru. Refleksi dalam tahap ini, membandingkan hasil penilaian pada siklus I dengan siklus II, berdasarkan hasil penilaian siklus I dengan hasil penilaian siklus II dapat dilihat adanya peningkatan, sebanyak 6 guru pada siklus II semua lulus sesuai dengan nilai criteria kelulusan 75 (C). Nilai ratarata meningkat dari 77 menjadi 83. Disamping hasil penilaian pada siklus II sangat memuaskan, juga keberhasilan hasil observasi proses pembelajaran sisklus II ada peningkatan dibandingankan dengan proses pembelajaran pada siklus I, dari skor nilai rata-rata 66,17 pada siklus I meningkat menjadi skor nilai rata-rata 69 pada siklus II. Menurut data yang ada, bahwa keberhasilan pada siklus II lebih baik dari siklus I maupun pada pra siklus, dengan demikian hasil pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru mengalami peningkatan dan sesuai dengan harapan. Pembahasan Dengan melihat perbandingan hasil penilaian pra siklus (kondisi awal), siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari kelulusan maupun hasil perolehan nilai rata- rata guru meningkat 3,97% dari nilai rata-rata 74 pada pra siklus menjadi 77 pada siklus I , dan meningkat 7,50% dari nilai rata-rata 77 pada siklus I menjadi 83 pada siklus II. Selain itu dapat dilihat pada data dan diagram nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiap siklus dibawah ini:
Siklus I
Siklus II
1
Nilai tertinggi
82
86
90
2
Nilai Terendah
66
68
76
74
77
83
Nilai Rata-rata
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
177
178
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2
Gambar 2. Diagram Hasil Nilai Rata-Rata
Dari hasil penilaian sejumlah 6 guru mencapai kriteria kelulusan 75 (C), pada pra siklus 2 guru (33,33%) lulus dan 4 guru (66,67%) tidak lulus, sedangkan pada siklus I guru mencapai kelulusan sebanyak 4 guru (66,67%) dan tidak lulus 2 guru (33,33%)
serta pada siklus II semua guru berjumlah 6 guru (100%) lulus, berikut data dan diagram hasil penilaian disiplin pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Penilaian Disiplin Pembelajaran No.
Kriteria Kelulusan
1.
Lulus
2.
Tidak Lulus Jumlah
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jlh. Guru 2
Persen (%) 33,33
Jlh. Guru 4
Persen (%) 66,67
Jlh. Guru 6
Persen (%) 100
4 6
66,67 100
2 6
33,33 100
0 6
0 100
Gambar 3. Diagram Hasil Penilaian Disiplin Pembelajaran Hasil observasi proses pembelajaran juga mengalami peningkatan, dimana skor rata-rata mempunyai peningkatan sebesar 2,82% dari pra siklus ke siklus I dan 4,19 % dari siklus I ke siklus II, sehingga
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
mendukung keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Berikut data dan diagram hasil observasi proses pembelajaran mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
M. Yusuf, Meningkatkan Hasil Pembinaan Kedisiplinan Proses Pembelajaran
179
Tabel 4. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Hasil Observasi a . Skor rata-rata b. Prediket c. Kualifikasi
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
64,33 Kurang Baik (KB) C
66,17 Baik (B) B
69 Baik (B) B
Gambar 4. Diagram Observasi Proses Pembelajaran Dari hasil penelitian dan pembahasan yang ada , dapatlah dikatakan bahwa dengan etos kerja mandiri guru pada proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Bireuen sesuai dengan harapan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran dirancang khusus untuk kedisiplinan dalam menggunakan waktu kehadiran, ketertiban, keaktifan dan kerapian melaksanakan tugas mengajar merupakan kunci utama untuk memperoleh prestasi bagi kompetensi guru akan menjadi baik, berkompetensi serta guru dapat mengembangkan etos kerja mandiri sesuai dengan disiplin ilmu yang diterapkan baik pada proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran. Hal ini dapat dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian kedisiplinan pembelajaran dan instrument observasi proses pembelajaran, Oleh karena itu kedisiplinan proses pembelajaran yang timbul dari dalam diri guru harus lebih ditingkatkan dan digali sehingga dapat menunjang pencapain tujuan yang diharapkan dan menghasilkan target sesuai harapan.
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
2. Etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan hasil pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran pada SMK Negeri 1 Bireuen. Hal ini dapat dilihat pada observasi proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 2,82% dari pra siklus ke siklus I dan 4,19% dari siklus I ke siklus II, sehingga membuat etos kerja mandiri guru dalam proses pembelajaran membawa dampak yang positif dalam meningkatkan penilaian kedisiplinan proses pembelajaran. 3. Tingkat keberhasilan pembinaan kedisiplinan proses pembelajaran melalui etos kerja mandiri guru SMK Negeri 1 Bireuen, Terciptanya situasi yang disiplin, dapat menimbulkan jalannya proses pembelajaran sehingga mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan. Hasil penilaian kedisiplinan pembelajaran mengalami peningkatan dari 6 guru (sebagai sampel responden) berdasarkan nilai kriteria kelulusan 75 (C), pada pra siklus 2 guru (33,33%) lulus dan 4 guru (66,67%) tidak lulus, sedangkan pada siklus I 4 guru (66,67%) lulus dan tidak lulus 2 guru (33,33%) serta pada siklus II semua guru 6 (100%) sehingga apa yang diharapkan sesuai harapan.
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2
Saran Berkaitan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan etos kerja mandirinya sesuai dengan disiplin ilmu yang diterapkan, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada dirinya. Dengan demikian kebiasaan yang baik akan dapat dicapai suatu hasil atau prestasi yang memuaskan didalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Ad. Rucijakker. 1984. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT. Gramedia dan YKPTK. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ari Kunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djumbur I dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV. Ilmu. Moh. Surya dan Moh. Yamin. 1980. Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud. Moh User Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Etin Solihatin. 2005. Menjadi Guru Profesional, Memciptakan
M. Yusuf* adalah Kepala SMK Negeri 1 Bireuen
180
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remeja Rosdakarya Offset. Nasin Imnu Suwandi dan Anno D. Sanjari. 1997. Disiplin di Sekolah. Seri Gerakan Disiplin Nasional. Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama. Oemar, Hamalik. 1980. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. S. Nasution. 1980, Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmar. S. Nasution. Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Bandung: PT Bumi Aksara. Sudikin, dkk., 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Surabaya: Insan Cendikia. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Suharjono. 2009. Penelitian Tindakan. Malang : LP3UM. Tarni Farida. 2003. Kedisiplinan Sebagai Motivator Kerja Mandiri. Jakarta: Pusat Kajian YLKI. The Liang Gie. 1985. Cara Belajar yang Efisien. Yokyakarta: Pusat Kemajuan Studi.