PEMBELAJARAN APRESIASI SENI MELALUI TEKNIK KUNJUNGAN PAMERAN DI INTERNET Muhammad Dahlan Guru SMK Negeri 1 Watansoppeng e-mail :
[email protected]
Abstrak Strategi dalam pembelajaran senantiasa memperhatikan keterlibatan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi yang berpusat pada siswa memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata. Peranan guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran seni budaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian pada kelas XI TKJ 2 SMK Negeri 1 Watansoppeng, dengan jumlah siswa 29 orang 8 laki-laki dan 21 orang perempuan. Instrumen yang digunakan lembar penilaian guru dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi, rata-rata dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan siswa mengapresiasi karya seni pada siklus pertama pada kategori sedang, sedangkan pada siklus kedua kemampuan tersebut mengalami peningkatan menjadi kategori baik dengan selisih yang cukup signifikan yakni sebesar 13,3%. (2) Motivasi siswa belajar apresiasi seni melalui kunjungan pameran di internet dalam kategori baik. Artinya dengan teknik kunjungan pameran di internet dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama pada pelajaran apresiasi seni. Kata kunci : Apresiasi seni, Kunjungan pameran, Internet
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Disadari bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada permasalahan klasik dalam hal ini kualitas pendidikan. Berkaitan dengan itu pemerintah telah berusaha mengatasi permasalahan tersebut
dengan membuat suatu ketetapan UndangUndang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan maksud agar supaya terjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global, sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Lebih jauh pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
- Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
- Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian - Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi - Kelompok mata pelajarann estetika - Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga kesehatan. Untuk kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan megekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Di dalam pasal 64 Ayat (5) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman penulis selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajarmengajar pada mata pelajaran pendidikan seni budaya. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan mata pelajaran seni budaya, karena selama ini pelajaran seni budaya hanya dianggap pengembangan dari pelajaran keterampilan tangan yang mana mata pelajaran tersebut diasumsikan sebagai pelajaran pelengkap saja, tidak termasuk mata pelajaran pokok, sehingga motivasi untuk belajar dalam mata pelajaran tersebut sangatlah rendah. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar seni budaya siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri, sedangkan fakor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti guru sebagai pembina kegiatan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana kurikulum dan lingkungan. Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi, harus berpusat pada siswa (focus on learners) memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran seni budaya. Penulis memilih tehnik kunjungan pameran di internet dalam rangka
meningkatkan hasil belajar apresiasi seni, karena dengan pembelajaran yang kontekstual siswa lebih mudah mencerna pembelajaran. Melihat secara langsung dan mengapresiasinya, sehingga diharapkan dapat lebih meningkat dalam pembelajaran apresiasi. Di samping itu kegiatan pameran di kabupaten/kota Soppeng jarang dilaksanakan, sehingga penulis memilih kunjungan pameran di internet dengan pertimbangan siswa jurusan Teknologi Komputer dan Jaringan pada umumnya sudah mahir memanfaatkan teknologi Internet. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah tehnik kunjungan pameran di internet dapat meningkatkan hasil belajar apresiasi siswa kelas XI TKJ 2 SMK Negeri 1 Watansoppeng? 2. Apakah tehnik kunjungan pameran di internet dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI TKJ 2 SMK Negeri 1 Watansoppeng? Dengan pembelajaran yang kontekstual di mana keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Filosofi belajar yang kontekstual menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Salah satu pendekatan kontekstual adalah siswa menemukan sendiri (inquiry) sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Melalui teknik kunjungan pameran di internet, siswa diarahkan secara langsung mencari karya-karya seni dalam hal ini lukisan. Dari lukisan yang diamati, dianalisis dan disajikan hasil apresiasinya dalam bentuk laporan. Melalui laporan tersebut siswa mengkomunikasikan atau
menyajikannya kepada teman sekelas. Kemudian siswa lain diberikan kesempatan menanggapi atau memberikan sumbang saran yang konstruktif sehingga diharapkan sikap apresiatifnya dapat dipertajam atau ditingkatkan. Desain penelitian Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Instrumen pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain: catatan guru, tugas laporan siswa, observasi, angket tentang motivasi belajar siswa, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, penugasan/evaluasi dan refleksi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran dan laporan hasil kunjungan pameran di internet yang dipresentasikan di depan teman-temannya. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari nilai tugas laporan kunjungan pameran di internet serta presentasi di depan teman sekelasnya. Data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa dalam belajar dan motivasi belajar berdasarkan angket yang diberikan. Data tersebut dianalisis untuk mengukur keberhasilan yang sudah dirumuskan serta sejauhmana motivasi siswa belajar apresiasi seni dengan adanya tehnik kunjungan pameran di internet.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Kemampuan siswa mengapresiasi karya seni Pada aspek ide, pemahaman siswa terhadap ide yang disampaikan pelukis
diperoleh skor rata-rata 3,17. Skor tersebut berada pada rentang nilai 3.10 – 4.00 (Baik), hal ini berarti pada umumnya siswa kelas XI TKJ 2 dapat menangkap ide atau gagasan yang disampaikan seniman lewat karyanya dengan baik. Dari aspek penguasaan teknik, kemampuan siswa mengapresiasi tentang sejauhmana penguasaan teknik seniman pada dasarnya sudah cukup baik terbukti dari hasil yang diperoleh rata-rata 2.97. Skor tersebut berada pada rentang 2.10 -3.00 (sedang). Penguasaan teknik tersebut dapat diamati dari hasil karya yang ditampilkan baik mengenai goresan kuas, kombinasi warna maupun teknik mengusung ide yang disampaikan. Kemampuan siswa mengapresiasi tentang proporsi atau perbandingan keserasian antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dalam suatu benda atau susunan karya seni yaitu rata-rata 2.79, berada pada rentang nilai 2.10 – 3.00 (sedang). Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa menangkap unsur proporsi yang ditampilkan seniman lewat karyanya dalam kategori sedang. Mengapresiasi tentang keseimbangan baik keseimbangan simetris, asimetris maupun keseimbangan radial sebuah karya seni dapat dipahami dengan adanya kemampuan menangkap kesan yang timbul dari adanya daya tarik yang sama antara satu bagian dengan bagian lainnya pada susunan karya seni. Dari hasil penelitian kemampuan siswa menangkap kesan tersebut rata-rata 3.0 berada pada rentang nilai 2.10 – 3.00 (sedang). Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa XI TKJ 2 dalam hal mengapresiasi adanya kesan keseimbangan pada suatu karya seni adalah pada kategori sedang. Pemahaman siswa terhadap aspek irama atau pengulangan yang terusmenerus dan teratur dari suatu unsur atau beberapa unsur sebuah karya seni berdasarkan hasil penelitian diperoleh ratarata 2.9 juga dalam kategori sedang karena
nilai tersebut berada pada rentang nilai 2.10 – 3.00 (sedang). Irama yang ditampilkan seniman baik melalui pengulangan bentuk, pergantian (variasi bentuk), ataupun melalui gradasi tingkatan besar ke kecil atau gelap sekali kemudian menurun menjadi gelap dan akhirnya menjadi terang, begitu pula dengan gerak garis berkesinambungan. Kemampuan siswa mengamati irama yag tercipta dalam sebuah karya masih membutuhkan latihan dan ketelitian dalam menangkap irama tersebut. Ditinjau dari aspek kontras kemampuan siswa menangkap kesan yang timbul dengan adanya dua hal yang berlawanan, misalnya adanya bentuk, ukuran atau tekstur yang berbeda berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh rata-rata 2,93 terletak pada rentang 2.10 – 3.00 (sedang). Ini berarti bahwa kemampuan siswa mengamati sisi kontras dalam sebuah karya seni masih dalam tahap proses menuju kesempurnaan. Fokus dari susunan karya seni yang mendatangkan perhatian dapat tercipta dengan penempatan salah satu unsur secara tersendiri atau berbeda dari unsur lainnya. Dari hasil penelitian bahwa kemampuan siswa menemukan fokus atau klimaks sebuah karya rata-rata 3,1 berada pada rentang nilai 3,10 – 4,00 (Baik). Hal ini berarti bahwa siswa XI TKJ 2 sudah dalam kategori baik dalam hal mengapresiasi tentang fokus sebuah karya seni. Sebuah karya seni tersusun dari beberapa elemen seni yang sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan bentuk yang terorganisir dari setiap unsur desain melahirkan sebuah karya seni yang menarik dan harmonis. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemampuan siswa mengapresiasi tentang aspek kesatuan dalam sebuah karya seni rata-rata 3,07 berada pada rentang nilai 3,10 – 4,00 (Baik). Hal ini berarti kemampuan siswa menangkap kesan kesatuan dalam sebuah karya seni pada umumnya sudah baik. Pemahaman tersebut
sangat dibutuhkan dalam membuat karya seni sebab tanpa adanya kesatuan sebuah karya seni yang tercipta menjadi kurang menarik dan harmonis. Gaya seniman dalam menuangkan idenya melalui karya seni masing-masing memiliki corak berbeda-beda sesuai dengan aliran seni yang diikuti. Seorang apresiator hendaknya memahami gaya atau aliran bagaimana dianut seniman yang ditampilkan dalam karyanya. Siswa SMK Negeri 1 watansoppeng pada kelas XI TKJ 2 dalam mengapresiasi tentang gaya atau corak yang tercermin pada karya seni memperoleh skor rata-rata 2,93. Bila skor tesebut dikonsultasikan pada rentang nilai berada pada posisi 2,10 – 3,00 ( Sedang), hal ini berarti bahwa kemampuan siswa mengamati gaya seniman yang tertuang dalam karyanya masih dalam kategori sedang. Mengamati kreativitas seniman dalam menuangkan idenya merupakan hal yang penting dalam mengapresiasi suatu karya seni. Sebab banyak cara seniman menemukan kreativitas, misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda dari sebelumnya. Begitu pula dalam menampilkan bentuk-bentuk baru atau memadukan unsur baru dengan yang lama. Bila hal tersebut dapat dicapai pada penciptaan karya seni, maka penilaian dari aspek ini menjadi penting untuk dipertimbangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor rata-rata 3,24 berada pada rentang nilai 3,10- 4,00 (Baik). Ini berarti bahwa kemampuan siswa mengamati dan menemukan adanya aspek kreativitas dalam karya seni sudah cukup baik. Pemahaman tersebut senantiasa dibutuhkan untuk berkreasi dalam membuat suatu karya seni sehingga diharapkan karya seni yang tercipta dapat menarik dan harmonis. Dalam hal mengapresiasi seni dari segi selera dan agama merupakan salah satu faktor dalam penilaian sebuah karya seni, karena pencipta seni dalam membuat karyanya pada umumnya menyesuaikan dengan selera dan agama yang dianut oleh pasar. Kemampuan mengapresiasi adanya
kesesuaian selera pasar maupun keterkaitan dengan agama bagi siswa kelas XI TKJ 2 perolehan skor rata-ratanya sebesar 3,14 berada pada posisi 3,10 – 4,00 (Baik). Berdasarkan skor tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa mengapresiasi karya seni dari aspek selera dan agama cukup baik. Secara umum kemampuan rata-rata siswa kelas XI TKJ 2 dalam mengapresiasi karya seni dengan memperhatikan beberapa aspek yang telah diuraikan di atas adalah 3.00, bila perolehan tersebut dirujuk pada rentang kriteria nilai apresiasi siswa berada pada posisi 2,10 -3,00 artinya kemampuan apresiasi rata-ratanya sedang. Kemampuan siswa kelas XI TKJ 2 SMK Negeri 1 Watansoppeng dalam mengapresiasi karya seni yang diakses lewat internet pada kegiatan siklus II mengalami kenaikan yang signifikan dari rata-rata 3,00 menjadi 3,40. Bila dipresentasekan mengalami peningkatan sebesar 13,3 %, begitu pula berdasarkan rentang kriteria nilai apresiasi siswa dari kategori sedang pada siklus I mengalami peningkatan menjadi kategori baik pada siklus II. Dengan demikian dapat dipahami bahwa semakin sering siswa berlatih mengapresiasi karya, maka kemampuan apresiatifnya semakin meningkat. Demikian pula motivasinya dalam mengikuti pembelajaran seni budaya terutama bidang apresiasi menunjukkan antusias yang tinggi. 2.
Motivasi belajar anak Berdasarkan hasil penelitian dari angket yang diedarkan kepada siswa kelas XI TKJ 2 dengan jumlah siswa 29 orang terdiri 21 laki-laki dan 8 perempuan, dari aspek perhatian (attention) diperoleh skor rata-rata 3.68, bila dikonsultasikan pada tabel kriteria tentang motivasi nilai tersebut berada pada rentang 3,50 – 4,49 ( Baik), ini berarti perhatian siswa terhadap pelajaran apresiasi seni cukup baik. Dengan pembelajaran apresiasi seni melalui internet mendorong perhatian siswa kearah yang lebih baik, sehingga hal ini dapat menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar terutama pada mata pelajaran seni budaya. Dalam aspek relevansi (relevancy) diperoleh skor rata-rata 3.55, berdasarkan tabel kriteria motivasi siswa nilai tersebut berada pada rentang 3.50 – 4.49 (Baik), hal ini berarti pemahaman siswa tentang keterkaitan antara pelajaran yang dilaksanakan dengan pelajaran sebelumnya cukup baik, begitu pula pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran terutama pelajaran apresiasi seni ini juga cukup baik. Kondisi demikian kemungkinan tercipta dari pemberian pemahaman awal dari guru tentang maksud dan tujuan pembelajaran. Sikap percaya diri (confidence) sangat terkait dengan bobot motivasi siswa bila rasa percaya diri ini tertanam dalam diri siswa akan lebih mendorong siswa tersebut untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Sikap tersebut merupakan modal untuk terjun dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 29 siswa diperoleh skor rata-rata 3.64, bila dikonfirmasikan dengan kategori yang telah dibuat, maka motivasi siswa di atas skor tersebut berada pada rentang 3.50 – 4.49 (baik). Hal ini dapat dipahami bahwa sikap percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran apresiasi seni cukup baik, sehingga dalam pembelajaran apresiasi seni tidak mengalami hambatan yang cukup berarti. Aspek kepuasan (satisfaction) diperoleh skor rata-rata 4.0, bila dibandingkan dengan ke tiga aspek lain aspek ini berada pada skor tertinggi. Skor tesebut bila dikonsultasikan pada kriteria di atas berada pada rentang 3.50 – 4.49 (baik). Hal ini dipahami bahwa aspek kepuasan siswa mengikuti pembelajaran seni budaya terutama pada mata ajaran apresiasi seni melalui internet dapat terpenuhi. Kondisi demikian memupuk motivasi siswa untuk lebih giat belajar, dan berusaha meningkatkan sikap apresiatifnya terutama pada bidang seni dalam hal ini seni rupa,
juga tidak menutup kemungkinan untuk cabang-cabang seni yang lainnya. Motivasi siswa berdasarkan hasil penelitian ini, memiliki skor rata-rata 3.68 berada pada rentang 3.50 – 4.49 (baik), ini berarti bahwa motivasi siswa secara umum cukup baik sehingga dalam proses belajar mengajar dapat lebih dioptimalkan. Pembelajaran apresiasi seni dengan memanfaatkan teknologi internet lebih memotivasi siswa untuk mempelajari dan memperdalam tentang bagaimana menumbuhkan sikap apresiatif terhadap karya seni yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong kreativitasnya dalam berkarya seni.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: 1. Kemampuan siswa mengapresiasi karya seni pada siklus pertama pada kategori sedang, sedangkan pada siklus kedua kemampuan tersebut mengalami peningkatan menjadi kategori baik dengan selisih yang cukup signifikan yakni sebesar 13,3%. 2. Motivasi siswa belajar apresiasi seni melalui kunjungan pameran di internet dalam kategori baik. Artinya dengan teknik kunjungan pameran di internet dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama pada pelajaran apresiasi seni. Sebagai implikasi dari penelitian ini, disarankan kepada guru untuk dapat menggunakan media internet sebagai salah satu media pembelajaran apresiasi seni. Dan kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian pada mata pelajaran yang berbeda sehingga didaptkan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA Arini, Dwi Sri Hermawati: 2008, Seni Budaya, Jakarta, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Depdiknas. Arikunto, Suharsimi, Suharjo, dan Supardi: 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara. Bangun, Sem.C. 1997. Aplikasi Estetika dalam Seni Rupa. Jakarta: Fakulas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Depdiknas: 2003, Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta Depdiknas: 2007, Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika, Jakarta, Badan Standar Nasional Pendidikan. Dwi,
Kusumawardani, 2005. Pengembangan Seni. Universitas Terbuka
Metode Jakarta:
____________________, 2005. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka
Maslow, A.H., 1970, Motivation and Personality, New York: Harper & Row Publ.Inc. Soedarso SP, 1987. Tinjauan Seni : sebuah pengantar untuk apresiasi seni, Yogyakarta; Suku Dayak Sana. Suanda, Endo., 2007. Makalah Pendidikan Seni Berbasis Budaya. SeminarPendidikan Apresiasi Seni Universitas Negeri Jakarta, Akademi Jakarta.