MENINGKATKAN APRESIASI PUISI DENGAN METODE RESEPSI SASTRA BERBASIS KONTEKSTUAL SISWA KELAS VII SMP 3 BANGUNTAPAN Darsiti
ABSTRACT This classroom action research is aimed to increase the student’s appreciation of poem in class VII of SMP 3 Banguntapan with approach of contextual art reception. This method is chosen because students in SMP 3 Banguntapan until now are not anthusiasm in studying poem appreciation. For them it is not interesting. Students never involve actively to the studying process. So this research tries to apply the contextual art reception in the study of poem apprecation to make it interesting, attractive, and being a joyful learning so that will increase the student‘s appreciation to the art especially the poem. The classroom action research has done in class VII of SMP 3 Banguntapan in 2008/2009. The amount of the students are 36. It include two part of research containing two periods in each part. Every part has fair steps of activity that are planning, action, observation, and reflection. The writer uses students enquete as instrument, list of volve of student’s art appreciation. The result of this research indicates that there was not studying process value yet in the first part, students were still passive even the discussion did not work. Presentation still couldn’t be done. Students found difficulty to analyse poem. Creative writing activity had no result. In part two, students analysed poem again with the guided questions and the selected poem according to their real life. Discussion started to run, students could do presentation, students seemed to being motivated. In this part, students seemed to happy and were enthusiast in studying. Their appreciation increased following by a good response to the art and poem especially. Keywords : appreciation, art reception method, contextual. Darsiti adalah Guru Sekolah Menengah Pertama Negri 3 Banguntapan. Alamat Korespondensi: Gambiran UH 5/292 Yogyakarta 55161. Email:
[email protected]
93
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
1.
PENDAHULUAN
Tujuan umum pengajaran sastra adalah agar siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan ser ta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Depdikbud, 1993). Secara khusus tujuan pengajaran sastra adalah agar (1) siswa menguasai ciri-ciri pembentuk puisi, prosa, drama, kritik, dan esai, (2) siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan menarik manfaat karya-kar ya sastra, dan (3) siswa peka terhadap lingkungan dan mampu mengungkapkan secara kreatif sesuai dengan konteks dan situasi. Bertolak dari tujuan tersebut, maka pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus diarahkan kepada pencapaian sasaran tersebut. Oleh karena itu, seorang guru sastra harus mampu memilih pendekatan dan metode yang tepat yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan latar belakang kemampuan siswa. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 Banguntapan ada indikasi bahwa kemampuan apresiasi sastra siswa kelas VII rendah. Tidak hanya itu, bahkan sikapnya terhadap pengajaran sastra khususnya puisi juga tidak memadai. Sementara itu, gaya mengajar guru kurang variatif dan inovatif. Akibatnya, pembelajaran sastra kurang diminati siswa. Dalam pembelajaran apresiasi puisi, guru lebih banyak memberikan pengetahuan tentang puisi dan seluk-beluk pengarang puisi tersebut, akan tetapi kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapatkan pengalaman berapresiasi sastra. Bahkan guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengenali dunia nyata siswa yang sebenarnya dapat memberikan inspirasi bagi siswa untuk menghasilkan karya sastra. Akibatnya pembelajaran kurang menarik tidak membangkitkan gairah siswa untuk berapresiasi sastra bahkan cenderung membosankan. Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan Sayuti (1998:6), bahwa ada tiga kecenderungan utama model pengajaran sastra yang kurang tepat, yakni (1) jika berkenaan dengan makna teks guru mementingkan intensi pengarang berlebihan sebagai sesuatu yang terbaik, (2) teks disikapi sebagai sebuah dunia yang close bagi siswa sehingga guru menyarankan bahwa interprestasi terhadap teks tidak bisa dilakukan secara sederhana, dan (3) guru kurang mengevaluasi latar belakang dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bacaan sastra/puisi. 94
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
Model pembelajaran sastra di atas kurang tepat karena sastra hanya menjadi objek yang terpisah dengan siswa sehingga siswa tidak bebas untuk terlibat secara langsung dan berdialog dengan karya sastra dalam proses membaca dan menginterpretasikan kar ya sastra. Akibatnya, tujuan pembelajaran sastra tidak tercapai dan daya apresiasi siswa rendah. Alternatif untuk pemasalahan di atas adalah guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Apresiasi Puisi dengan Metode Resepsi Sastra Berbasis Kontekstual pada Siswa Kelas VII SMP 3 Banguntapan”. Metode resepsi sastra adalah metode pembelajaran yang menempatkan sastra bukan hanya sebagai objek, melainkan sebuah pengalaman, dan pembaca bukanlah konsumen melainkan peraga aktif yang membawa teks ke dalam pikirannya. Sementara Umar Yunus (1986:32) menjelaskan bahwa pendekatan resepsi sastra adalah pendekatan yang menghargai pembaca sebagai subjek yang secara langsung membaca dan menanggapi karya sastra. Resepsi berarti tanggapan. Analog dengan pengertian tersebut, resepsi sastra berarti tanggapan pembaca tehadap karya sastra. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mencoba memahami karya sastra berdasarkan tanggapan para pembaca terhadap karya sastra tertentu. Berbagai varian resepsi sastra, secara garis besar dapat dibedakan menjadi (1) resepsi sastra eksperimental, (2) resepsi sastra lewat kritik sastra, ulasan, resensi yang ditulis pembaca sebagai hasil tanggapannya terhadap karya sastra yang telah dibacanya, dan (3) resepsi historik atau intertekstual (Teeuw, 1984:208; Abdullah, 1994:45). Dalam penelitian ini teori resepsi sastra yang digunakan adalah resepsi sastra eksperimental yang dilakukan dengan studi lapangan. Caranya dengan menyajikan karya sastra tertentu, misalnya puisi “AKU” karya Chairil Anwar disajikan kepada pembaca terrtentu (siswa SMP) baik secara individual maupun kelompok agar mereka memberikan tanggapannya dengan menjawab sejumlah pertanyaan. Jawaban yang menunjukkan tanggapan selanjutnya dianalisis secara sistematik (Teeuw, 1994: 209). Dengan demikian, disamping siswa secara langsung behadapan dengan karya sastra, mereka juga menanggapi secara aktif. Ketika hal tersebut dilakukan berulang-ulang, siswa akan memperoleh pengalaman membaca dan menanggapi karya sastra yang lebih banyak sehingga daya apresiasi sastra mereka juga meningkat. Kegiatan penyajian sastra dapat berupa rekaman CD pembacaan puisi atau kaset agar siswa dapat 95
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
terfokus pada puisi yang akan ditanggapainya atau pembacaan langsung oleh model. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diteliti adalah: 1.
Bagaimana implementasi pembelajaran puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual?
2.
Apakah pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual dapat meningkatkan daya apresiasi sastra dan sikap positif siswa terhadap sastra khususnya puisi?
Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu (1) meningkatkan daya apresiasi sastra siswa, (2) meningkatkan sikap positif siswa terhadap sastra khususnya puisi, (3) mengetahui apakah pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual dapat meningkatkan daya apresiasi sastra dan sikap siswa terhadap pembelajaran sastra Indonesia, (4) memperbaiki proses pembelajaran apresiasi puisi yang tradisional menjadi pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki proses pembelajaran apresiasi sastra di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, (2) dapat menambah wawasan dan pemahaman guru mengenai metode resepsi sastra bebasis kontekstual dan implementasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, (3) dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi, (4) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan (5) hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi dasar perumusan kebijakan dalam bidang pendidikan di masa yang akan datang.
2.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP 3 Banguntapan di kelas VII F yang berjumlah 36 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2009. Lokasi SMP 3 Banguntapan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Banguntapan, Bantul, D.I.Y. SMP 3 Banguntapan ini termasuk sekolah tipe B dengan daya tapung 18 kelas. Karakteristik siswa antara lain intake-nya termasuk sedang dan prestasi akdemik UAN ranking 3 tingkat kecamatan. Animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah ini cukup besar. Rata-rata kemampuan ekonomi
96
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
orangtua cukup rendah karena mayoritas pekerjaan orangtua siswa adalah buruh pembuat batu bata. Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan tes serta penugasan. Kuisioner, lembar observasi (catatan lapangan) dan wawancara digunakan untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi. Tes dan penugasan digunakan untuk mengungkap tingkat/daya apresiasi sastra siswa. Validasi instrumen dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pada ahli PTK (judgement expert) dalam hal ini dosen UNY yang kebetulan menjadi narasumber dalam kegiatan workshop pengembangan sumber daya manusia dalam rangka kegiatan Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) tahun 2008/2009. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, untuk mengetahui adanya perbedaan daya apresiasi sastra (puisi) siswa antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan juga teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai proses apresiasi sastra (puisi) siswa. Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan produk. Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan oleh guru dan siswa. Keberhasilan proses tersebut didasarkan atas temuan dari tahapan pemantauan (tahapan observasi dan monitoring). Sementara itu, indikator keberhasilan produk didasarkan atas keberhasilan siswa dalam apresiasi dan analisis puisi yang merupakan refleksi tingkat pemahaman dan keterampilan mereka dalam berapresiasi puisi dan analsis puisi. Rancangan penelitian ini mengacu pada model siklus Kemmis dan M.Taggart (1998: 32) dengan empat tahapan, yakni (1) tahap persiapan, (2) tahap implementasi tindakan, (3) tahap obser vasi dan monitoring, dan (4) tahap analisis dan refleksi. Dalam tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah: a.
Guru peneliti bersama kolaborator melakukan identifikasi masalah (mendiskusikan permasalahan) yang muncul berkaitan dengan kekurangmampuan siswa dalam berapresiasi puisi. Untuk melakukan identifikasi masalah ini digunakan instrumen angket dan wawancara. 97
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
b.
Guru peneliti merancang pelaksanaan tindakan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran apresiasi puisi.
c.
Guru peneliti menyusun format observasi dan instrumen penelitian untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan kontekstual
d.
Guru peneliti menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan dan teknis analisis data yang digunakan dalam PTK ini.
Dalam implementasi tindakan, guru peneliti diharapkan mampu melaksanakan tindakan yang telah disepakati bersama. Adapun rencana tindakan yang disepakati adalah sebagai berikut: a) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan akan dilaksanakan selama 2 siklus, dengan masing-masing siklus 2-3 kali tatap muka. b) Tatap muka pertama, untuk pendahuluan/pengenalan dan tanya jawab mengenai seputar karya sastra khususnya puisi. Guru sedikit mengingatkan kembali langkah-langkah mengapresiasi puisi. c) Selanjutnya pembacaan puisi oleh guru dan juga beberapa siswa, yang kemudian dilanjutkan siswa menganalisis puisi yang sudah dibaca sesuai dengan langkah-langkah apresiasi puisi yang sudah dipelajarinya bersama kelompoknya. d) Pertemuan berikutnya, siswa melaporkan hasilnya di depan kelas dan siswa lain menanggapi. e) Pada siklus kedua, siswa diberi puisi lagi yang berbeda dari sebelumnya, namun masih relevan dengan tingkat perkembangan siswa. Pembacaan puisi bukan oleh gurunya, melainkan oleh model dari kelas lain yang pernah juara. f) Para siswa menyimak pembacaan puisi tersebut dan kemudian mendiskusikannya bersama kelompoknya untuk kemudian dipresentasikan kedepan. g) Langkah selanjutnya, siswa menceriterakan kembali isi puisi dengan menggunakan bahasanya sendiri. h) Guru memberikan penguatan sebagai kesimpulan dari pembelajaran saat itu. i) Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
98
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
Dalam implementasi tindakan ini, guru menggunakan metode resepsi sastra dalam wadah pendekatan kontekstual. Pada tahap observasi dan monitoring, guru peneliti bersama kolaborator melakukan obser vasi dan monitoring, serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah jika para siswa memiliki keterampilan berapresiasi puisi yang tinggi dan memiliki sikap yang lebih positif terhadap sastra khususnya puisi. Evaluasi dilakukan dengan memberikan angket dan wawancara serta tugas analisis puisi. Tugas analisis diberikan untuk mengungkap tingkat apresiasi puisi siswa antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail proses apresiasi puisi para siswa. Pada tahap ini, guru peneliti bersama kolaborator melakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat memiliki keterampilan berapresiasi puisi dengan baik. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, selanjutnya dirumuskan kembali rencana tindakan berikutnya sebagai perbaikan sehingga penelitian tindakan ini benar-benar berhasil.
3.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini diarahkan pada upaya pengembangan sikap dan peningkatan pembelajaran sastra, yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan apresiasi sastranya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pada tahap persiapan telah dilakukan identifikasi permasalahan mengenai bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran sastra. Data tersebut diambil dari semua siswa kelas VII F yang mengikuti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjumlah 36 siswa. Untuk mengetahui sikap dan tingkat apresiasi sastra, para siswa diwawancarai secara lisan dan diberi angket secara tertulis dengan pertanyaan seputar pengetahuan yang berkaitan dengan kesusastraan khususnya puisi. Di samping itu siswa juga diberi tugas untuk menganalisis sebuah karya sastra (puisi) yang berjudul Tuhan Telah Menegurmu karya Apip Mustopa.
99
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
Dari data yang berhasil dikumpulkan tersebut terungkap bahwa pada umumnya mereka telah memiliki apresiasi sastra yang cukup menggembirakan. Hal ini tampaknya berkaitan dengan mereka sudah menerima pelajaran apresiasi sastra sejak SD. Berdasarkan hasil pengisian angket, dapat diketahui bahwa yang menyukai cerpen 13 anak, novel 10 anak, puisi 10 anak, dan drama 3 anak. Mereka sudah dapat membedakan puisi, novel, cerpen, dan drama, bahkan dapat menyebutkan ciri-cirinya serta dapat menyebutkan langkahlangkah memahami puisi dengan benar. Hal tersebut dikarenakan mereka telah mengenal puisi sejak sekolah. Mereka juga menyambut baik program mendatangkan sastrawan ke sekolah (29 anak). Pada umumnya, mereka merasa kesulitan memahami puisi (29 anak), akan tetapi mereka mau bertanya kepada guru (7 anak) dan yang lain minta bantuan teman/kakak (21 anak), sisanya mengerjkan sendiri (8 anak). Tampaknya mereka juga sudah menyadari manfaat mempelajari puisi, yakni untuk memiliki sikap positif tehadap sastra (36 anak), untuk meningkatkan daya apresiasi (36 anak), untuk kepandaian (0), dan untuk kepentingan lain (0). Jika ada tugas menganalisis puisi dari guru, sebagian dari mereka mengerjakan sendiri (20 anak), ada yang dikerjakan secara berkelompok (6 anak), dan minta bantuan teman (10 anak). Dan setelah membaca puisi/karya sastra ada sebagian siswa mendiskusikannya (12 anak) dan lainnya (24 anak) tidak. Berdasarkan data-data tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki kecenderungan sikap yang cukup positif terhadap karya sastra. Walaupun para siswa mengaku kesulitan dalam memahami karya sastra, tetapi mereka berusaha untuk memecahkan kesulitan tersebut dengan bertanya kepada guru, bekerja kelompok atau bertanya pada orang lain. Sementara itu hasil analisis (pembahasan) terhadap puisi yang dikerjakan siswa secara individual menunjukkan bahwa pada umumnya mereka telah memiliki kemampuan dalam memahami puisi, dengan rentang nilai 55-69. Ini berarti bahwa rata-rata siswa telah memiliki kemampuan pemahaman dan analisis puisi dengan kategori cukup. Setelah diketahui sikap dan tingkat apresiasi puisi siswa, tahap berikutnya adalah merancang pelaksanaan pemecahan masalah untuk mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap sastra dan meningkatkan apresiasi puisi/sastra. Pada tahap ini, dilakukan diskusi
100
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
antara peneliti dan kolaborator untuk merencanakan tindakan. Dalam hal ini, telah ditetapkan metode resepsi sastra berbasis kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi pada siklus I dan II, dengan teknik analisis puisi dan teknik keluar kelas (untuk observasi lingkungan). Dengan pembelajaran apresiasi puisi yang kontekstual dan berbekal teori resepsi sastra, diharapkan siswa senang memelajari puisi sehingga dengan pengalaman belajar apresiasi puisi tersebut siswa memiliki keterampilan apresiasi yang baik dan juga memiliki sikap positif terhadap puisi. Dalam pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual, titik tekanan tindakan adalah anak berhasil memahami dan menyelami sendiri konsep pengetahuan yang dipelajari melalui bekerja kelompok dan individual. Adapun proses dan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
3.1 Siklus Pertama Pada siklus pertama, telah dilakukan tindakan sebagai berikut. Guru mengadakan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa mengenai kebiasaan menulis, menerima surat, dan hubungannya dengan puisi. Selanjutnya guru membacakan puisi berjudul Surat Dari Ibu karya Asrul Sani, dengan sedikit menjelaskan sekitar nama pengarang, kar ya-karya Asrul Sani yang lain, dan latar belakang kehidupannya. Dalam hal ini, siswa menerima pengetahuan/informasi yang berkaitan dengan sastra dan akan menambah bekal apresiasi sastranya. Sedangkan siswa berkelompok, menganalisis puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani tersebut untuk kemudian siswa melaporkan hasil diskusi (presentasi) di kelas dan siswa lain menanggapi. Sebagai kegiatan penutup, guru mengadakan penguatan dengan menyimpulkan hasil diskusi kelas dan mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran tersebut. Hasil observasi pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa masih pasif, respon terhadap pembelajaran masih belum kelihatan, bahkan pembacaan puisi oleh gurunya pun tampaknya tidak menarik perhatian mereka. Di kelas VII F ini pada jam 7 dan 8 anak-anak tampak loyo dan respon mereka terhadap pembelajaran apresiasi puisi pun tampak kurang bersemangat. Hal ini terlihat saat mereka harus berdiskusi dalam kelompok dan presentasi ke depan, sebagian siswa tidak aktif. Bahkan ada beberapa siswa yang ramai.
101
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
Pertemuan selanjutnya, sebagai tindakan kedua siklus pertama adalah sebagai berikut. Guru membacakan puisi mengenai pengalaman pribadinya. Setelah itu, anak-anak pun disuruh membuat puisi tentang pengalaman pribadinya dan membacakannya di depan kelas. Siswa lainnya mengamati dan menyimak pembacaan puisi teman-temannya. Siswa berdiskusi untuk menentukan puisi yang terbaik. Puisi yang terbaik dipajang di tempat pemajangan yang sudah disediakan. Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang baru saja berlangsung. Hasil observasi dan refleksi terhadap pertemuan kedua siklus pertama tersebut, para siswa tampak kebingungan menulis puisi. Mereka bingung mau menulis apa. Karena menurutnya, pengalaman mereka banyak sehingga mau memilih pengalaman mana yang akan diungkapkannya dalam bentuk puisi, mereka kebingungan. Akhirnya dengan sedikit penjelasan dari guru dan juga contoh puisi yang dibuat gurunya, para siswa mulai bisa menyusun kata dan kalimat yang membentuk puisi, meskipun puis-puisi yang dibuatnya masih jauh dari kategori baik/bagus. Dalam refleksi, guru peneliti dan kolaborator telah melakukan analisis, sintesis, dan memaknai hasil tindakan pada siklus I. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, ternyata mulai terlihat terjadi penumbuhan sikap positif terhadap sastra dan peningkatan apresiasi sastra, khususnya puisi, walaupun belum maksimal. Hal ini menantang guru untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama yang merangsang tumbuhnya tingkat apresiasi siswa sehingga tujuan penelitian ini tercapai. Berdasarkan hasil observasi, monitoring dan refleksi pada siklus I baik pertemuan pertama maupun kedua, ternyata pembelajaran dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual masih jauh dari harapan guru peneliti dan kolaborator. Hal ini menantang guru peneliti dan kolaborator untuk merancang kembali pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasisi kontekstual pada siklus berikutnya. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka kegiatan pada siklus II adalah sebagai berikut.
3.2 Siklus Kedua Pada siklus kedua, telah dirancang dan dilaksanakan kegiatan sebagai berikut.
102
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
Para siswa diberi foto kopi puisi yang berjudul Dari Seorang Guru Kepada Murid-muridnya karya Hartoyo Andang Jaya. Puisi dibacakan oleh model (modeling) dari kelas lain yang kebetulan juara I lomba baca puisi. Pembacaan dilakukan dua kali. Setelah itu anak disuruh berkelompok untuk mendiskusikan isi puisi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan terbimbing dari guru (yang sudah disediakan). Setelah selesai, siswa disuruh melaporkan hasilnya ke depan untuk didiskusikan dalam kelas. Akhir kegiatan guru menyimpulkan hasil diskusi secara keseluruhan. Guru dan siswa mengadakan refleksi mengenai pembelajaran yang baru saja berlangsung. Hasil observasi dan monitoring guru peneliti dan kolaborator penelitian tindakan kelas pada siklus II, siswa mulai berani maju membacakan puisi. Diskusi kelompok pun tampak mulai berjalan. Siswa mulai aktif bertanya pada guru dan juga pada teman. Pendominasian pembicaraan sudah tidak terjadi lagi. Barangkali mereka tahu bahwa penilaian juga dilakukan pada waktu mereka diskusi untuk mengetahui keterlibatan mereka di dalam diskusi. Bahkan lebih dari itu, sebagian dari mereka berani bertanya mengenai kesulitan yang berhubungan dengan puisi yang sedang dipelajarinya. Proses belajar mengajar pada siklus II dipantau dengan mengamati jalannya diskusi kelompok. Selain itu juga dilakukan pemantauan melalui angket yang harus diisi siswa, yang mengungkapkan pengalaman mereka ketika dikenai tindakan pada siklus II ini. Sebagai tindakan terakhir pada siklus II adalah proses kreatif puisi. Dalam hal ini siswa diarahkan oleh guru untuk dapat menciptakan sebuah puisi dengan pengamatan dan pengalaman yang dimiliki siswa. Pada proses tindakan ini, kegiatan belajar mengajar diformat sedemikian rupa sehingga siswa benar-benar mampu mengangkat realitas sosial yang ada ke dalam bentuk tulisan sehingga menjadi puisi. Tindakan ini dipilih karena pada saat proses kreatif pada siklus I, siswa tampak kesulitan di dalam membuat puisi mengenai pengalaman pribadinya. Karena itu dengan teknik observasi lingkungan (teknik keluar kelas), diharapkan siswa mampu menuangkan hasil pengamatannya kedalam bentuk puisi. Adapun langkah-langkah kegiatan proses kreatif pada siklus II adalah sebagai berikut. Guru membawa siswa ke luar ruangan agar mengamati lingkungan alam sekitar sekolah. Siswa di suruh menuliskan hal-hal yang menarik perhatiannya. Setelah 20 menit para siswa masuk kembali ke dalam kelas. 103
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
Kemudian berbekal catatan hasil pengamatan, siswa diarahkan guru untuk mengubahnya menjadi rangkaian kata yang berbentuk puisi. Sisa waktu yang ada digunakan untuk kegiatan membaca puisi karya sendiri. Selanjutnya, para siswa berdiskusi dalam kelompok masingmasing untuk menentukan puisi terbaik menurut kelompok mereka. Puisi terpilih selanjutnya dibacakan di depan dan kemudian dipajang di papan pajangan yang telah disediakan. Bahkan ada yang dimuat di majalah “Bangga”. Hasil obsevasi dan monitoring guru Peneliti Tindakan Kelas dan kolaborator menunjukan bahwa kegiatan belajar mengajar tepatnya apresiasi puisi, khususnya proses kreatif melalui teknik keluar kelas atau metode observasi lingkungan ternyata disambut baik oleh para siswa. Mereka merasa mendapat angin segar setelah berada diluar kelas dengan suasana santai dan akrab. Mereka kelihatan ceria, asyik melihat-lihat dan berpikir sambil sesekali membuat catatan. Tampaknya mereka suka sekali dengan pembelajaran model tersebut. Bahkan mereka tampak enggan ketika disuruh masuk kembali ke dalam kelas untuk meneruskan pembuatan puisinya di dalam kelas. Hasil puisi ciptaan siswa memang tidak sebagus kar ya para pengarang terkenal, akan tetapi lewat tindakan kontekstual ini setidaknya mampu menarik minat siswa untuk mempelajari dan membuat puisi. Siswa kelihatan senang, bahkan tampak antusias ketika mereka harus berdiskusi menetukan kar ya-kar ya mereka yang terbaik dan membacakannya di depan untuk kemudian dengan bangga memasangnya di papan pajangan yang telah disediakan.
4.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah diberi tindakan yang mendasarkan pada teori resepsi sastra berbasis kontekstual dengan beberapa teknik dan strategi pembelajaran sastra dalam dua siklus, tampak adanya perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran sastra menuju kearah terbentuknya sikap positif yang akan berpengaruh terhadap peningkatan apresiasi sastra siswa. Data yang diperoleh pada siklus pertama menuju ke arah terbentuknya sikap positif siswa terhadap pembelajaran sastra yang akan berpengaruh terhadap peningkatan apresiasi sastra siswa. Lebih dari itu, data yang diperoleh pada siklus I juga menunjukkan adanya kontribusi dari beberapa tindakan yang diikuti para siswa dalam pembelajaran terhadap pertumbuhan sikap siswa dan apresiasi sastranya. 104
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
Pertumbuhan sikap yang lebih positif dan peningkatan keterampilan daya apresiasi sastra siswa disebabkan selama pembelajaran mereka dikenalkan dengan berbagai macam puisi, membahas, menganalisisnya, mendiskusikannya, membacakan bahkan membuat puisi. Metode pembelajaran yang langsung melibatkan siswa secara aktif dengan karya sastra melalui kegiatan membaca, memahami, menanggapi, dan mendiskusikan kar ya sastra secara berkelompok maupun individual ternyata mendapat respon positif dari siswa. Hal ini tampak dari hasil pengisian angket refleksi yang menyatakan bahwa model pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual tersebut terasa hidup dan tidak membosankan. Apalagi dalam pembelajaran tersebut, pendapat siswa dihargai oleh teman dan guru. Mereka juga senang karena pembelajaran tidak terkotak-kotak di ruang kelas, melainkan sekali waktu pembelajaran dilakukan di luar kelas. Dalam penelitian ini juga terungkap hal-hal yang menyebabkan mereka merasa belum memiliki kemampuan yang maksimal dalam memahami dan menganalisis puisi, alasannya puisinya sulit dipahami karena banyak simbol-simbol yang harus diterjemahkan, ditambah lagi dengan waktu pembelajaran yang terbatas. Akan tetapi, kemudian mereka dapat mengatasi masalah tersebut dengan cara berkonsultasi dengan gurunya, teman lain, dan ada sebagian yang bertanya pada kakaknya. Bahkan kesulitan tersebut dapat terpecahkan dengan pertanyaan analisis terbimbing dari guru yang sudah disediakan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan fungsi guru dalam pembelajaran kontekstual yakni sebagai fasilitator bagi murid-muridnya. Proses belajar dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual ini juga mempermudah siswa belajar karena mereka selalu bekerja dalam kelompok sehingga bagi siswa yang lemah atau tidak mampu akan terbantu oleh siswa yang mampu. Mereka menganggap diskusi kelompok mempermudah pemahaman dan analisis puisi, membantu meningkatkan apresiasi sastra, dan dapat saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing siswa. Namun demikian, masih ada siswa yang merasa kesulitan untuk menyatukan pendapatnya. Menurut sebagian besar dari mereka, tugas individu merupakan tolak ukur keberhasilan dalam menganalisis puisi. Di samping itu, dengan adanya tugas indivividu mereka termotivasi untuk memilih puisi yang mereka sukai sesuai dengan kemampuan apresiasinya. Selain itu, terungkap juga bahwa pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif dalam kegiatan membaca, memahami, mendiskusikan 105
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
serta menanggapi puisi, bahkan membuat puisi terbukti mampu meningkatkan apresiasi sastra siswa. Hal ini karena siswa langsung berhadapan dan banyak bergaul dengan karya sastra, khususnya puisi bahkan juga memilih sendiri puisi yang akan dipahaminya sehingga menumbuhkan sikap dan kecintaannya pada kar ya sastra yang selanjutnya akan meningkatakan apresiasi sastranya. Pembelajaran dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual dalam pembelajaran sastra yang diformat dengan teknik keluar kelas dalam pendekatan kontekstual mampu menarik minat siswa, bermakna bagi siswa dan menyenangkan. Bahkan lebih dari itu, siswa tampak antusias dalam pembelajaran. Padahal, sebelum digunakan metode resepsi sastra berbasis kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi, siswa kurang bersemangat dan merasa bosan, tetapi setelah diperkenalkan metode resepsi sastra berbasis kontekstual, pembelajaran sastra khususnya puisi, suasana pembelajaran berlangsung santai dan menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi tampak berbeda. Siswa menjadi terkondisikan bekerjasama dalam kelompoknya. Hal ini tentu sangat menguntungkan siswa yang lemah, bahkan lebih mudah lagi karena dalam pembelajaran dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual selalu ada model yang ditiru. Dengan kata lain, model pembelajaran dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual ternyata mampu meningkatkan sikap positif siswa terhadap sastra dan juga meningkatkan keterampilan/daya apresiasi sastra siswa SMP 3 Banguntapan.
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan tindakan pada pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis kontekstual, sikap positif siswa dan daya apresiasi sastra meningkat. Tindakan tersebut, adalah model pembelajaran sastra yang apresiatif dan reseptif, serta praktik analisis puisi dan proses krestif puisi. Para siswa tidak hanya diperkenalkan teori yang berkaitan dengan puisi, tetapi lebih pada pengenalan, penikmatan, penghayatan, pemahaman, dan praktik proses kreatif serta pemberian tanggapan berbagai karya, baik karya orang lain maupun puisi karya sendiri. Bahkan mendiskusikan hasil analisis karya tersebut.
106
Darsiti, Meningkatkan Apresiasi Puisi dengan Metode ....
Siswa yang belum memiliki sikap, dalam kategori cukup positif terhadap sastra setelah pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis konteksual maka sikap siswa menjadi lebih positif. Sikap positif siswa tersebut diikuti dengan peningkatan kemampuan anilisis puisinya (daya apresiasinya). Peningkatan sikap tersebut tampak pada saat pembelajaran berlangsung, dimana siswa sangat antusias dan senang mengikuti pembelajaran apresiasi sastra dengan metode resepsi sastra berbasis konteksual. Dalam pembelajaran dengan metode resepsi sastra berbasis konteksual, hasil kerja siswa selalu dipajang di tempat pemajangan atau dimuat di majalah sekolah. Hal ini akan meningkatkan sikap kreatif dan kompetitif dalam pembelajaran sastra.
5.2 Saran-saran Mengingat pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi sastra berbasis konteksual ternyata mampu meningkatkan daya apresiasi dan sikap positif siswa terhadap sastra, sebaiknya bapak ibu guru, khususnya guru SMP untuk dapat mengimplementasikan model pembelajran tersebut di kelas yang menjadi tanggungjawabnya dengan berbagai variasi puisi mapun teknik pembelajarannya. Kegiatan apresiasi sastra akan lebih bermakna jika kegiatan apresiasi sastra dilengkapi dengan OHP, VCD pembacaan puisi, wisata sastra/kemah sastra, kegiatan musikalisasi puisi, dan mendatagkan sastrawan ke sekolah supaya anak dapat berdialog langsung dengan sastrawan mengenai proses kreatif dan apresiasi mereka. Pihak sekolah khususnya pengelola seyogyanya dapat mengalokasikan dana untuk kepentingan sarpras tersebut demi efektivitas pembelajaran.
107
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, I. T. 1994. “Resepsi Sastra, Teori dan Penerapannya” dalam Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat. Depdiknas. 2004. Pengembangan Materi Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia . Jakarta: Ditjend. Pendidikan Dasar dan Menengah. Ditjend. Depdikbud. 1993. GBPP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Herman J. Waluyo. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Junus, Umar. 1986. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1998. The Action Research Planner. Victoria Australia: Deakin University. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Puskur. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Sayuti, S. A. 1998. “Mencarai Model Pembelajaran Sastra yang Apresiatif.” Makalah pada Per temuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia se-DIY dan Jawa Tengah 7-8 Oktober 1998 di PPPG Kesenian Yogyakarta. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
108