Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
MENGURANGI RISIKO KECELAKAAN MOTOR VEHICLE CRASH (MVC) DAN TOTAL RECORDABLE INJURY (TRI) DI PT. “X” Murdiyono1, *)dan Moses L. Singgih2) Program Studi Magister Manajemen Institut Teknologi Sepuluh Nopember Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail: 1)
[email protected] dan 2)
[email protected] ABSTRAK PT. “X” mempunyai semboyan dan gerakan yang disebut “Zeros is attainable”. Maksud dari semboyan dan gerakan tersebut adalah perusahaan mempunyai target untuk mencapai suatu kualitas operasi yang handal dengan nihil kecelakaan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash/MVC), nihil oil spill (tumpahan minyak), nihil fatality, nihil kebakaran (fire), nihil cedera (Total Recordable Injury /TRI), dan nihil hilangnya hari kerja (Days Away from Work /DAFW). Dalam tiga tahun terakhir (2009-2011), data yang diperoleh dari Departemen HES (Health, Environment & Safety) PT. “X” menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash / MVC) masih sangat tinggi. MVC menduduki peringkat pertama dengan angka 69,83% atau 287 kejadian, disusul TRI diperingkat kedua dengan angka 20.68% atau 85 kejadian, dan DAFW pada peringkat ketiga dengan angka 7.79% atau 32 kejadian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kendaraan bermotor (MVC) dan injury/cedera (TRI) serta langkah-langkah yang dapat diambil/diterapkan untuk mengurangi angka kecelakaan kendaraan bermotor dan injury. Metode yang digunakan adalah Fault Tree Analysis untuk menganalisa probabilitas/kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut. Hasil Fault Tree Analysis untuk MVC, kendaraan yang menabrak sesuatu (kecelakaan tunggal) mempunyai probabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan probabilitas tabrakan antar kendaraan yakni Q : 0.77. Sedangkan untuk TRI, probabilitas kecelakaan yang mengakibatkan cedera tangan dan kaki lebih besar dibandingkan probabilitas kecelakaan pada anggota badan dan kepala dengan Q:0.38. Kata kunci: Kecelakaan, kendaraan bermotor, MVC, TRI, Fault Tree Analysis
PENDAHULUAN Proyek didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Memiliki tujuan tertentu yang harus selesai dalam spesifikasi tertentu Memiliki tanggal mulai dan berakhir yang ditentukan. Memiliki batasan dana (jika berlaku). Mengkonsumsi sumber daya manusia dan non human (yaitu, uang, orang, peralatan). Multifungsi (yaitu saling berhubungan dengan beberapa bidang fungsional). (Kerzner, 2009) Proyek konstruksi pada umumnya meliputi bidang-bidang jasa sebagai berikut : 1. Bidang perencanaan (design) 2. Bidang pelaksanaan (construction) ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
3. Bidang pengawasan (supervision/construction management) 4. Bidang pengelolaan lahan (property management 5. Bidang pengembangan lahan (developer) Dalam penyelenggaraan banyak proyek konstruksi, tidak lepas dari risiko mengenai keselamatan kerja bagi karyawan. Hal tersebut sangat berkaitan, semakin banyak proyek yang dikerjakan, semakin besar potensi risiko keselamatan yang melibatkan banyak karyawan yang bekerja. Semakin rumit dan sulit bidang pekerjaan proyek yang dikerjakan semakin besar potensi bahayanya. PT. “X” adalah perusahaan yang sangat memperhatikan masalah keselamatan, dengan 2 prinsip utama : 1) Lakukan dengan selamat atau tidak sama sekali. 2) Selalu ada waktu untuk melakukan hal yang benar. Dengan 2 prinsip utama diatas PT. “X” berkomitmen untuk selalu bekerja selamat. Potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat diidentifikasi sedari awal untuk meminimasi kemungkinan kecelakaan kerja. Pekerjaan-pekerjaan yang dirasa sulit dan kritis diperlukan review dan approval lebih lanjut oleh pakar atau manajemen. Hal tersebut dilakukan demi keselamatan kerja para karyawan dan juga dalam meningkatkan kualitas operasi yang handal. PT. “X” mencanangkan suatu gerakan yang disebut “Zeros is attainable”. Maksudnya adalah perusahaan percaya dan meyakini bahwa target untuk mencapai suatu kualitas operasi yang handal dengan nihil kecelakaan kendaraan (MVC), nihil oil spill (tumpahan minyak), nihil fatality, nihil kebakaran (fire), nihil cedera (TRI, Total Recordable Injury), nihil hilangnya hari kerja (DAFW, Days Away from Work) dapat diraih. Berikut adalah gambaran mengenai insiden yang pernah terjadi di PT. “X”;
Gambar 1 Insiden yang terjadi di beberapa departemen dalam tahun 2011. Beberapa kecelakaan yang terjadi yang berakibat injury dan kerugian besar antara lain; kendaraan yang terguling, tabrakan kendaraan bermotor, aktifitas lifting & rigging, berkenaan dengan listrik tegangan tinggi, berkenaan dengan pressure yang tinggi, bekerja di ketinggian, hot work, kebakaran, dll. Bahaya di lingkungan kerja, dapat menimbulkan hal yang disebut insiden. Beberapa hal yang dikategorikan sebagai insiden di PT. “X” adalah sebagai berikut: ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kerja terkait cedera atau sakit. Kecelakaan kendaraan bermotor. Kebakaran dan ledakan. Properti / peralatan yang rusak akibat suatu insiden. Tumpahan minyak. Ketidakpatuhan terhadap peraturan (pelanggaran). Nearmiss (insiden yang tidak menyebabkan cedera), dan sebagainya.
METODE Secara sistematik, aliran pembahasaan penelitian ini dapat digambarkan dalam skematik seperti pada gambar 2. Latar Belakang Permasalahan
Perumusan Masalah
Pengumpulan data dan informasi
Studi literatur dan penentuan tujuan penelitian
Analisa probabilitas dengan FTA
Penentuan indeks risiko
Kesimpulan dan saran
Usulan pengendalian risiko
Mulai
Selesai
Gambar 2. Skematik Urutan Penelitian
Permasalahan Banyaknya jenis proyek dan bidang pekerjaan di lingkungan proyek konstruksi PT. “X” yang melibatkan sumber daya manusia yang banyak dengan tingkat kesulitan yang besar, dan dalam tenggat waktu pengerjaan yang terbatas serta kondisi lingkungan yang terus berubah dapat menimbulkan potensi bahaya. Hal tersebut memerlukan perhatian khusus dan diperlukan langkah untuk meminimasi risiko kecelakaan kerja dan meningkatkan keselamatan kerja. Pengumpulan Data Data pada penelitian ini diperoleh dari catatan dokumentasi departemen HES (Health, Environment and Safety) di PT. X, pada kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2011. Data tersebut merupakan catatan insiden yang terjadi di PT. X dengan melibatkan rekan kerja (business partner) perusahaan kontraktor didalamnya dan juga sub-kontraktor dari rekan kerja. Perusahaan kontraktor yang terlibat diantaranya; perusahaan jasa pengeboran sumur minyak (drilling rig, well services, well completion, dll), perusahaan jasa konstruksi di lapangan, perusahaan transportasi dan jasa pengangkutan, perusahaan jasa pengetesan sumur minyak, dan masih banyak perusahaan jasa lainnya. Data yang diperoleh tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa tipe kecelakaan sesuai penamaan yang ada di perusahaan dan menjadi penilaian (score card) di PT. X. Klasifikasi insiden tersebut antara lain; ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kecelakaan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash, MVC) Insiden karena adanya tumpahan minyak (Oil Spill) Kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa pekerja (Fatality) Kecelakaan yang menyebabkan pekerja terluka/cedera (Total Recordable Injury, TRI) Kecelakaan yang menyebabkan hilangnya hari kerja (Days Away from Work, DAFW) Insiden kebakaran (Fire)
Dari data insiden di PT. X kurun waktu 2009-2011 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1 Data insiden di PT. X 2009-2011
Tipe Insiden MVC TRI DAFW Fire Oil Spill Fatality
Jumlah Kejadian 287 85 32 7 0 0
Persentase 69.83 % 20.68 % 7.79 % 1.70 % 0.00 % 0.00 %
Dengan menggunakan diagram Pareto (Pareto chart), dapat ditentukan urutan prioritas dari tipe-tipe insiden yang harus ditangani terlebih dahulu. Pada Pareto charta, sumbu vertical yang ada di sebelah kiri adalah frecuency of occurrence, yang menunjukan angka atau jumlah kejadian. Sedangkan sumbu vertical yang terdapat pada sebelah kanan adalah persentase kumulatif dari jumlah total kejadian. Tujuan dari pareto adalah untuk memperjelas faktor yang paling penting (atau yang paling besar) dari beberapa faktor yang ada. Dalam hal ini merepresentasikan sumber bahaya atau sumber risiko yang paling sering ditemui ataupun yang paling sering muncul. Diagram Pareto -Angka Insiden yang terjadi di PT.X pada kurun waktu 2009-2011
420 400 380 360 340 320 300 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
110.00 % 100.00 % 90.00 % 80.00 %
Jumlah Kejadian
70.00 %
Accumulation
60.00 % 50.00 % 40.00 % 30.00 % 20.00 % 10.00 % 0.00 %
MVC
TRI
DAFW
Fire
Oil Spill
Fatality
Gambar 3 Diagram Pareto Angka Insiden yang terjadi di PT. X pada kurun waktu 2009-2011
ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Probabilitas dengan FTA Dengan menggunakan FTA (Fault Tree Analysis) kita bisa menentukan nilai probabilitas dari suatu kejadian/insiden. Software yang digunakan dalam analisa fault tree analysis ini adalah “Windchill Quality Solution version 10.0”. Dari data diperoleh bahwa di PT. X rata-rata dalam 4 hari (96 jam) terjadi satu kecelakaan kendaraan bermotor. Dengan menggunakan analisa FTA, dapat diketahui bahwa kecelakaan MVC yang disebabkan oleh kendaraan menabrak sesuatu/kecelakaan tunggal mempunyai probabilitas lebih besar dibandingkan dengan tabrakan antar kendaraan. Faktor kesalahan manusia (human error) adalah penyebab utama terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor di PT. X. Sedangkan untuk injury/cedera, banyak terjadi di tangan dan kaki (alat gerak utama manusia) karena tangan dan kaki sering berkenaan langsung dengan faktor-faktor eksternal penyebab kecelakaan. Mengurangi MVC (Motor Vehicle Crash) Risiko-risiko yang timbul disebabkan oleh adanya factor-faktor risiko, dengan mengetahui faktor risiko kecelakaan, maka kita dapat mengidentifikasinya dan menghindarinya sebagai upaya pencegahan. Beberapa faktor risiko yang selama ini dapat diidentifikasi adalah faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalanan dan faktor lingkungan. Pertama adalah faktor manusia adalah faktor paling dominan dalam kecelakaan kendaraan bermotor, seperti pengemudi. Faktor pengemudi memberi kontribusi sekitar 75 persen hingga 80 persen terhadap kecelakaan kendaraan bermotor yang biasanya diawali oleh pelanggaran rambu-rambu jalan, karena kurangnya ketaatan. Selain itu terkait dengan ketrampilan mengemudi, situasi mengantuk saat mengemudi, gangguan kesehatan saat mengemudi, kelelahan saat mengemudi. Faktor lainnya terkait dengan usia pengemudi seperti dibawah 50 tahun atau diatas 50 tahun. Kedua adalah faktor kendaraan memiliki andil terhadap terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor seperti pecah ban, rem tidak berfungsi, peralatan kendaraan yang sudah aus karena lama pemakaian dan penyebab lainnya yang berhubungan dengan teknologi kendaraan. Kendaraan yang dirawat dengan rutin serta pengujian kendaraan bermotor secara reguler dapat menghindari terjadinya kendaraan yang disebabkan oleh faktor kendaraan. Beberapa jenis kendaraan di lapangan minyak diantaranya ada light vehicle seperti mobil, alat berat (heavy equipement) seperti bus, truk, escavator, back hoe, compactor, crane, dan lain-lain. Ketiga adalah faktor jalan. Jalan turut menjadi faktor terjadinya kecelakaan, baik dari segi geometrik jalan, ketiadaan pagar pengaman pada jalan berkelok dan jalan berbukit, ketiadaan rambu jalan, ketiadaan median jalan, jalan berlobang/rusak, maupun dari kondisi permukaan jalan secara umum. Keempat adalah faktor lingkungan. Asap, kabut, hujan adalah beberapa diantaranya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Itulah yang disebut faktor lingkungan yang berkaitan dengan cuaca. Ketika hujan atau kabut atau asap, maka jarang pandang menjadi terbatas dan jalan menjadi licin. Pada kondisi ini, jarak pengereman diatur sejauh mungkin dan menghindari pengereman mendadak. Kabut dan asap lebih sering terjadi terutama di daerah yang sering ada pembakaran hutan, sedangkan cuaca hujan dapat terjadi dimana saja.
ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor beberapa tindakan yang diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain; 1) Aspek Pengemudi Menghimbau setiap pegawai untuk mengikuti budaya safety riding/defensive driving. Menggunakan seat belt (sabuk pengaman) ketika menggunakan mobil. Memelihara jalur dan jarak aman pada saat berkendara. Mengendalikan emosi saat berkendara. Memastikan fisik dalam keadaan sehat sehingga tidak lelah dan mengantuk ketika berkendara. Mengemudikan kendaraannya dengan wajar Mematuhi trafic signal (rambu jalanan) 2) Aspek Penumpang Memeriksa jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) sehingga tidak berlebihan atau melebihi kapasitas angkut normal kendaraan. Tidak melakukan tindakan yang secara psikologis dapat mengganggu pengemudi. 3) Aspek Kendaraan Memeriksa kelayakan atau kelayakan jalan dari setiap kendaraan sebelum Menggunakannya (pre-trip inspection), seperti kondisi ban, rem, lampu-lampu, mesin, surat-surat, dongkrak, P3K, dll. Memilih jenis kendaraan sesuai dengan keperluan, situasi dan kondisi serta peraturan yang ada demi kelancaran tugas. 4) Aspek Jalanan Memperhatikan keadaan fisik jalanan berupa: i. Struktur; apakah jalan tersebut datar/mendaki/menurun; lurus/berkelok-kelok. ii. Kondisi; apakah jalan tersebut dalam keadaan baik/berlubang-lubang. iii. Status; apakah jalan tersebut merupakan kategori jalan umum atau jalan di lapangan minyak. Memperhatikan lebar jalan. 5) Aspek Lingkungan: cuaca, geografis Memperhatikan kondisi cuaca dan geografis suatu wilayah, sehingga apabila terjadi kabut, hujan, jalan licin, dapat diantisipasi dengan peralatan yang telah disiapkan. 6) Aspek Pendukung: Pemberian reward bagi yang dapat perform dengan nihil kecelakaan dan pemberian punishment bagi yang terbukti melanggar dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Reward dapat berupa award yang bernilai sejumlah uang, sedangkan punishment berupa nilai yang kurang baik pada PMP (Performance Management Plan) yang berimbas sulitnya promosi. Mengurangi TRI (Total Recordable Injury) Injury atau yang lebih sering dikenal dengan cedera merupakan kecelakaan yang sering terjadi di PT. X setelah kecelakaan kendaraan bermotor. Injury yang terdokumentasi merupakan salah satu parameter penilaian kehandalan operasi di PT. X. Risiko cedera sebagai hasil dari interaksi individu terhadap suatu kondisi lingkungan dapat dikendalikan dengan mengetahui factor-faktor penyebab risiko, dan menguranginya. Faktor resiko cedera bisa dikategorikan dalam dua hal, yakni faktor eksternal dan faktor internal, factor eksternal bisa berupa bahaya fisika (gravitasi, pergerakan peralatan, suhu, tekanan/pressure, dll), kimia (bahan kimia, dll), biologis (serangan hewan, dll). Sedangkan faktor internal datang dari individu itu sendiri, misalnya kondisi tubuh, kondisi psikologis, usia, dll. ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
Untuk menghindari risiko cedera sewaktu melakukan pekerjaan, pekerja harus bisa mengantisipasi bahaya-bahaya apa saja yang kemungkinan akan timbul, untuk itu diperlukan hal-hal sebagai berikut: 1. Job safety analysis dilakukan sebelum melakukan pekerjaan digunakan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin timbul dalam pekerjaan. 2. Job hazard analysis,dilakukan di lokasi kerja untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada di lokasi kerja. 3. Standard Operating Procedure, urutan-urutan operasi untuk melakukan pekerjaan. 4. Alat perlindungan diri, contohnya : helm, kaca mata, sepatu, sarung tangan, dll. 5. Access control, untuk mengidentifikasi bahwa hanya authorized person yang boleh memasuki lokasi kerja. 6. Permit to Work, ijin kerja yang sudah disetujui oleh responsible person, supervisor dan facility owner, jika belum ada ijin, maka belum diperbolehkan mulai pekerjaan. 7. Ijin kerja khusus, seperti melakukan pekerjaan pengelasan, hot tapping, berada di ruang tertutup dan minim oksigen, bekerja di ketinggian, penggalian, dll. 8. Material safety data sheet (MSDS) untuk mengidentifikasi bahaya kimia dan cara penanganannya. 9. Stop work authority (SWA), siapapun berhak menghentikan pekerjaan jika melihat dan mengetahui bahaya yang akan terjadi. 10. Lock Out Tag Out (LOTO), untuk mengisolasi sumber-sumber energi/bahaya. 11. Emergency equipment, seperti fire extinguishers, eye wash, dll. harus disediakan. 12. Traffic management plan, jika banyak peralatan bekerja/bergerak dalam satu lokasi, maka diperlukan perencanaan arah gerak alat-alat tersebut. 13. SIMOPS (Simultaneous Operations), jika dalam satu lokasi banyak melibatkan team yang bekerja untuk hal yang berbeda. 14. Base Behaviors Safety (BBS) setiap pekerja dituntut untuk saling mengingatkan rekan sekerja dalam hal keselamatan, mengobservasi mereka dan mendokumentasikannya. 15. Tailgate meeting, sebelum melakukan pekerjaan maka semua anggota pekerja wajib mengikuti tailgate meeting untuk membahas rencana kerja dan saling mengingatkan dalam keselamatan. 16. Karyawan PT. X yang melanggar peraturan hingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan akan tercatat di data human resources (HR) dan hal ini mempengaruhi penilaian performance karyawan tersebut dan mempersulit untuk promosi. 17. Karyawan kontraktor dari PT. X mendapatkan sangsi berupa skorsing atau bahkan penghentian hubungan kerja. 18. Karyawan kontraktor yang mempunyai track record yang bagus dalam hal safety akan direkomendasikan untuk terus dipekerjakan dan menjadi kriteria dalam perekrutan. 19. Perusahaan kontraktor yang bekerja untuk PT.X mendapatkan reward berupa 20% bonus dari nilai kontrak pekerjaan, jika terbukti memenuhi Performance Index yang mensyaratkan nihil kecelakaan. 20. Perusahaan kontraktor yang bekerja di PT.X setiap tahunnya akan dilakukan penilaian CHESM (Contracors Health, Environment and Safety Management), minimum nilai B dapat melanjutkan pekerjaan di PT.X. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan analisis data penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. MVC (Motor Vehicle Crash) dan TRI (Total Recordable Injury) merupakan 2 jenis kecelakaan yang sering terjadi di PT.X. ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
2. Pada kurun waktu 2009-2011, angka MVC mencapai 69.83 %, sedangkan angka TRI mencapai 20.68 %. 3. Pada kurun waktu 2009-2011, rata-rata terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor adalah 4 hari (96 jam). 4. Faktor manusia (human error) merupakan faktor terbesar terjadinya kecelakaan MVC. 5. Kendaraan yang menabrak sesuatu (kecelakaan tunggal) mempunyai probabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan probabilitas tabrakan antar kendaraan yakni Q : 0.77. 6. Probabilitas kecelakaan yang mengakibatkan cedera tangan dan kaki lebih besar dibandingkan probabilitas kecelakaan pada anggota badan dan kepala dengan Q:0.38. 7. Dengan mengurangi faktor-faktor risiko yang ada, maka dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Adapun saran – saran yang diberikan untuk perbaikan lebih lanjut adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian mengenai defensive driving, seberapa besar pengaruhnya untuk mengurangi angka MVC. 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai base behavior safety, seberapa besar pengaruhnya untuk mengurangi angka TRI. DAFTAR PUSTAKA AS/NZS-4360. (2004). Risk management. Bird, F. E., & Germain, G. L. (1969). Practical Loss Control Leadership. Brauer, R. L. (2006). Safety and Health for Engineers, Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. Erickson, P. A. (1996). Practical guide to occupational health and safety. Elsevier Science (USA). Ericson, C. A. (2005). Hazard Analysis Technique for System Safety. John Wiley & Sons, Inc. Kerzner, H. (2009). Project management: a systems approach to planning, scheduling, and controlling,10ed. John Wiley and Son, Inc. OHSAS-18001. (2007). Occupational health and safety management system. Permenaker. (1994). Per/03/Men/1994 Bab I Pasal 1 Butir 7. Jamsostek . Ramli, S. (2010). Manajemen risiko dalam perspektif K3. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Stephans, R. A. (2004). System Safety for the 21st Century: The Updated and Revised Edition of System Safety 2000. John Wiley & Sons, Inc. Wicaksono, I. K. (2011). Tesis : Manajemen risiko K3 pada proyek pembangunan Puncak Permai Surabaya. Surabaya. www.migas-indonesia.com. (n.d.). Retrieved from www.migasindonesia.com/files/article/KecelakaanKerja.doc. ISBN : 978-602-97491-5-1 A-41-8