Mei - Juni 2013 M Rajab 1434 H
Simba bukan sekadar Aplikasi tapi Media Komunikasi Zakat Membawa Berkah
MENGOPTIMALKAN POTENSI ZAKAT DENGAN SISTEM
bingkai
Anak anak di lereng Gunung Seribu, Desa Srimartani, Piyungan, Bantul sedang memanfaatkan fasilitas Motor Pintar (Minggu, 24 Maret 2013). Motor Pintar adalah salah satu sarana dari Unit Layanan Keliling Rumah Pintar untuk menjangkau daerah yang sulit mendapat akses perpustakaan yang merupakan salah satu kegiatan program Zakat Community Development (ZCD) Baznas. foto: ©miroslav arofich
2 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Salam,
salam
Assalamualaikum wr.wb. Baru-baru ini, BAZNAS mengangkat Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Anggito Abimanyu sebagai Duta Zakat BAZNAS karena kepeduliannya yang besar terhadap zakat. Pengangkatan ini dilakukan karena disadari, potensi dana zakat nasional itu besar, sementara yang dapat dihimpun BAZNAS dan lembaga amil zakat (LAZ) kecil. Jadi, perlu terus dilakukan upaya penyadaran tentang pentingnya zakat agar potensi yang besar itu bisa dioptimalkan. Karena itu, pada edisi kali ini, majalah Zakat mengambil tema Mengoptimalkan Potensi Zakat dengan menurunkan dua tulisan dalam Zakat Utama. Yaitu, Potensi Zakat Nasional dan Mengoptimalkan Potensi Zakat dengan Sistem. Tema ini juga didukung dengan tulisan dalam Inspirasi. Yaitu, Zakat Membawa Berkah. Bila perusahaanperusahaan mengikuti jejak PT Ufia Tirta Mulia dalam kisah ini, insya Allah, potensi zakat yang besar itu benar-benar akan bisa dioptimalkan. Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (Simba) sebagai salah upaya dalam mengoptimalkan zakat kembali dihadirkan pada Zakat edisi ini. Pembaca bisa menyimaknya pada tulisan Simba Lahirkan Standar Laporan Zakat Nasional dan Terintegrasi dan Simba bukan Sekadar Aplikasi, tapi Media Komunikasi. Selain itu, kami sajikan juga tulisan-tulisan lain, seperti Utsman bin Affan Sahabat yang Dermawan. Mudah-mudahan ini semua memberi pengetahuan dan inspirasi buat pembaca untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah atau beramal saleh lainnya.
konsultan Media rubudesign.co Redaksi Karsono Tadjudin, Sunan Hasan, Fotografer Donang Wahyu, Miroslav arofich Dika Kurniawan Desain Grafis Gunadi, Miroslav arofich Redaksi dan Iklan Jl. Kebon Sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat. Telp. (021)3904555, Fax. (021) 3913777 www.baznas.or.id
03 KHASANAH 26 Inspirasi
SULUH
ZAKAT UTAMA
Dewan Redaksi Prof Dr. Didin Hafidhuddin, Teten Kustiawan, M. Fuad Nasar, M.Sc, Hermin R. Rachim, Ndari Rumi Widyawati
01 Bingkai
04 11
Majalah ini diterbitkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerja sama
15
PROGAM ZAKAT
zakat membawa berkah
30 dunia zakat jawazh koordinir pengelolaan zakat di malaysia
34 Tokoh
muhammad natsir
36 KIPRAH
44 CATATAN ZAKAT
rumah pintar piyungan
40 sirah
utsman bin affan
42 Sahabat zakat
anggito abimanyu & indah dewi pertiwi
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 3
LPPOM MUI Promosikan Makanan Halal di Jepang
L
Akhirnya Azan Boleh Berkumandang di Stockholm
D
ewan Kotapraja Botkyrka di Stockholm, Swedia, yang sebagian besar penduduknya imigran, akhirnya menyetujui permohonan pusat budaya Islam mengumandangkan azan melalui pengeras suara di Masjid Fittja. Demikian Kantor Berita Turki Cihan, akhir April lalu. Setelah persiapan teknis dirampungkan, azan pertama disiarkan Jumat. Sejumlah besar warga Muslim berduyun-duyun ke masjid itu untuk menyaksikan peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ketua Masjid Fittja Ismail Okur mengatakan, jamaah masjid berterima kasih kepada kotapraja atas dikabulkannya permohonan itu. “Banyak jamaah sudah lama tak mendengar suara azan melalui pengeras suara seperti di negara-negara asal mereka,” kata Okur. Penyiaran azan pertama ini dimaksudkan untuk percobaan. Kepala Direktorat Urusan Agama, Meehmet Gormez, datang ke masjid itu seminggu kemudian merayakan pekan kelahiran Nabi Saw. (Suara Islam. com)
FAKTA
embaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan NPO Japan Halal for International Organization (Jahai) untuk semakin mempromosikan makanan halal di Jepang, disaksikan Wakil Duta Besar Indonesia, Jumat (10/5/2013). “Kami ingin, makanan halal ini semakin populer di Jepang yang sekaligus berarti dapat mempopulerkan Indonesia pula di negeri Sakura ini,” papar Lukmanul Hakim, Direktur LPPOM MUI. Pihak Jepang akan menerjemahkan berbagai informasi dan peraturan mengenai halal yang ada di Indonesia ke dalam bahasa Jepang sehingga semakin banyak orang Jepang mengerti arti halal. Informasi pengurusan sertifikat halal di Indonesia pun akan mudah diketahui para pengusaha Jepang.
“Banyak perusahaan Jepang ingin masuk ke Indonesia dan ingin berdagang makanan minuman dengan Indonesia. Mereka perlu mempelajari arti halal karena 85 persen masyarakat Indonesia adalah kaum muslim. Dengan tersertifikasi halal dan label halal pada produknya kami yakin akan semakin banyak diterima oleh sebagian besar warga Indonesia karena mereka yakin produk yang bersangkutan layak dan terjamin baik serta sehat bagi tubuhnya (tribunnews.com).
996.264 Masjid 999 Masjid
2.630 Masjid
Di Bawah Supervisi Dewan Masjid Indonesia (DMI)
Di Bawah Supervisi Lembaga Dakwah Islam (LDI)
Di Bawah Supervisi Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP)
(Sumber: DMI dan Kementerian Agama RI)
kha zanah
4 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
SIMB A suluh
Integrasi Pengelolaan Zakat dan SIMBA
Salah satu misi besar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah mewujudkan integrasi zakat nasional. BAZNAS merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. ilustrasi: ©shutterstock.com
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 5
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum BAZNAS
Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang, empat pilar integrasi pengelolaan zakat yang diamanahkan kepada BAZNAS meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional.
masjid-masjid, pesantren-pesantren, majelis-majelis taklim dan tempat lainnya. Sebaliknya, pelayanan zakat di mana pun akan terkoordinasi dengan BAZNAS, misalnya menjadi (UPZ), sehingga akan lebih efektif, transparan dan akuntabel.
Integrasi pengelolaan zakat yang menjadi isu utama pembaharuan regulasi zakat di Indonesia perlu dilihat dan dipahami dari beberapa perspektif yang saling berkaitan, yaitu:
Simba merupakan sebuah sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk keperluan penyimpanan data dan informasi yang dimiliki oleh BAZNAS secara nasional.
Pertama, untuk mengefektifkan fungsi koordinasi dan sinergi BAZNAS dan LAZ. Koordinasi dan sinergi antarlembaga zakat sangat diperlukan dalam rangka akselerasi pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat dalam skala nasional. Kedua, untuk memberikan legalitas kepada BAZNAS dalam upaya membangun sistem dan jaringan informasi pengelolaan zakat. Jika selama ini tidak ada kewajiban bagi BAZDA dan LAZ untuk menyampaikan laporan pengelolaan zakat sebagai data nasional, maka ke depan hal itu menjadi kewajiban dan bahkan dapat dikenakan sanksi administratif apabila terjadi penyimpangan. Ketiga, untuk mendorong pemerataan pembentukan UPZ BAZNAS. Pada prinsipnya hanya BAZNAS yang memiliki kewenangan untuk menghimpun zakat dari lingkungan Kementerian/Lembaga, BUMN, Perwakilan RI di luar negeri, Satuan Kerja Perangkat Daerah, BUMD, lingkungan masjid, kecamatan, desa, dan lain-lain melalui pembentukan Unit Pengumpulan Zakat (UPZ). Keempat, untuk penajaman fokus pengumpulan serta sasaran pendistribusian dan pendayagunaan zakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Tanah Air. Penguatan kelembagaan BAZNAS dengan kewenangan yang diatur dalam perundang-undangan, tidak akan mematikan aktivitas pengumpulan zakat di
Dalam kaitan ini, integrasi pengelolaan zakat nasional dan penerapan aplikasi Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (Simba) merupakan dua spektrum yang tak dapat dipisahkan. Simba merupakan sebuah sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk keperluan penyimpanan data dan informasi yang dimiliki oleh BAZNAS secara nasional. Secara teknis sistem tersebut dilengkapi dengan fitur pencetakan Bukti Setor Zakat (BSZ), fitur pelaporan, penerbitan NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat), manajemen anggaran, dan sebagainya. Dengan sistem yang berbasis internet dan terhubung secara online, Sistem Manajemen Informasi BAZNAS dirancang untuk dapat digunakan oleh seluruh badan atau lembaga zakat di seluruh Indonesia tanpa harus melewati proses instalasi yang rumit Integrasi pengelolaan zakat dan penerapan aplikasi Simba akan semakin memperkuat sistem zakat nasional yang memberi manfaat terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk itu BAZNAS daerah dan LAZ perlu mendukung dan menyiapkan perangkat infrastruktur fisik dan kapasitas sumber daya manusia agar sistem yang dibangun ini berjalan dengan baik sesuai harapan kita semua. Wallahu a’lam bisshawab.
suluh
6 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
Potensi Zakat Nasional Berbagai riset telah dilakukan untuk mencoba menghitung potensi zakat nasional. Riset terbaru adalah yang dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB) pada 2011. Dari riset ini terungkap, potensi zakat nasional mencapai angka 3,40% dari PDB, atau tidak kurang dari Rp217 triliun.
zakat utama
foto: ©miroslav arofich
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 7
Besarnya potensi zakat nasional telah banyak diungkap oleh berbagai penelitian. Misalnya, dari risetnya pada 2005, Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menyimpulkan, potensi zakat mencapai angka Rp19,3 triliun. Lalu, riset Monzer Kahf (1989), menyatakan, potensi zakat nasional bisa mencapai dua persen dari total PDB, sehingga potensi zakat tidak kurang dari Rp100 triliun. Setelah kedua penelitian ini, BAZNAS bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) pada awal 2011 melakukan penelitian potensi zakat dengan menggunakan data yang diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik (BPS) dan institusi lain yang relevan seperti Bank Indonesia (BI). Dalam risetnya, BAZNAS dan FEM IPB mengklasifikasi potensi zakat secara nasional dalam tiga kelompok. Yaitu, potensi zakat rumah tangga, potensi zakat industri menengah dan besar serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan potensi zakat tabungan. Khusus dalam hal zakat rumah tangga, standar nishab yang dipakai adalah nishab zakat pertanian sebesar 524 kg dan kadar zakatnya 2,5%. Sedangkan potensi zakat industri dan BUMN dihitung berdasarkan keuntungan atau laba dari perusahaan yang bisnis intinya sejalan dengan aturan syariah. Dari penelitian ini diketahui, potensi zakat rumah tangga secara nasional mencapai Rp82,7 triliun. Angka ini equivalen dengan 1,3 persen dari total PDB. Sedangkan potensi zakat industri mencapai angka Rp114,89 triliun, yang Rp22 triliunnya berasal dari indutri pengolahan. Dan zakat BUMN mencapai Rp 2,4 triliun. Sementara itu, potensi zakat tabungan mencapai angka Rp17 triliun. Angka ini diperoleh dari penjumlahan potensi berbagai aspek, antara lain potensi tabungan di bank syariah, tabungan BUMN atau bank pemerintah campuran, badan usaha bukan keuangan milik Negara, bank persero, dan bank pemerintah daerah. Tabungan yang dihitung adalah yang nilainya berada di atas nishab 85 gram emas. Angka ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah PDB, seperti yang dikatakan
pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia. Menurut dia, jika dikelola serius, potensi zakat itu dengan jumlah muslim terbesar di dunia, potensinya bisa mencapai Rp300 triliun. Bahkan, kata Menko Hatta Rajasa, bila infak, sedekah dan wakaf juga tergarap dengan baik potensinya akan mencapai empat kali lipat atau Rp868 triliun. Dari riset ini juga diketahui potensi zakat rumah tangga provinsi. Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan potensi zakat terbesar, yaitu sebesar Rp17,67 triliun, disusul Jawa Tengah dan Jawa timur yang memiliki potensi zakat masing-masing sebesar Rp15,49 triliun dan Rp13,28 triliun. Adapun provinsi yang memiliki potensi zakat rumah tangga terendah adalah Bali, Papua dan Papua Barat, yang masingmasing mencapai angka Rp126,25 miliar, Rp117,44 miliar, dan Rp111,68 miliar. Selain meneliti potensi zakat, BAZNAS dan IPB juga meneliti faktor yang memengaruhi pembayaran zakat dengan mewawancarai 345 orang responden (muzakki dan munfik) di Palembang, Brebes, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Hasilnya, kesanggupan seseorang membayar zakat ditentukan oleh tingginya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Makin tinggi pendidikan dan pendapatan, makin tinggi pula kesadaran membayar zakat. Sebagian besar responden berzakat per tahun, kecuali petani yang disesuaikan dengan waktu panen. Dalam hal tempat pembayaran zakat, sebagian besar (72,8%) membayar di lembaga amil zakat informal (lembaga yang tidak berbadan hukum, tapi fungsinya sama seperti lembaga amil formal). Sisanya (27,2%) membayar ke lembaga amil formal berbadan hukum (BAZ dan LAZ). Alasan utama seseorang membayar zakat di lembaga amil informal ada lah kemudahan, lingkungan, dan kepuasan. Sedangkan alasan seseorang membayar zakat di lembaga formal adalah trans paran si, akses, kemudahan, lingkungan dan kepuasan. Mengapa sebagian besar lebih memilih lembaga amil zakat informal? Karena, yang formal terbatas jumlahnya dan jaraknya jauh, bahkan lokasinya tidak diketahui muzakki serta kurang memberikan sosialisasi. Maka, yang formal perlu membuka cabang di daerah yang potensinya besar bekerja sama dengan DKM setempat. Selain itu, perlu disediakan layanan jemput zakat atau faslitas pembayaran on line. Dalam hal berinfak, menurut riset ini, faktor yang memengaruhinya adalah pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran.
zakat utama
8 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
Berzakat Lewat Amil Zakat Lebih Efektif zakat utama
foto: ©miroslav arofich
Potensi zakat nasional sangat besar, yaitu Rp217 triliun. Tapi, dana zakat yang dapat dihimpun oleh BAZNAS dan lembaga amil zakat (LAZ) masih sangat rendah. Yaitu baru 1%-nya atau sekitar Rp2,6 triliun. Hal ini terjadi, mungkin karena banyak muzakki yang membayar zakatnya langsung ke mustahik, tidak melalui amil zakat. Langkah muzakki seperti ini tidak salah, Cuma alangkah lebih baik bila ia menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat agar diperoleh berbagai manfaat, antara lain, pertama, menjamin kepastian dan disiplin muzakki dalam membayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik. Ketiga, memperlihatkan syiar Islam. Keempat, mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan dana zakat menurut skala prioritas. Kelima, dapat digunakan untuk kemaslahatan umat Islam secara umum yang memerlukan dana yang besar.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 9
Menurut Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc., kelima hal tersebut di atas akan terabaikan jika zakat diserahkan secara langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah memang sah. “ Selain itu, juga akan sulit diwujudkannya hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat secara umum,’ tegas Didin dalam bukunya Zakat dalam Perekonomian Modern. Dengan demikian, membayar zakat ke amil zakat jauh lebih utama daripada membayar langsung ke mustahik, meskipun itu sah-sah saja. Selain keutamaan-keutamaan di atas, zakat memang harus dibayarkan lewat amil zakat. Sebab, hal itu biasa dilakukan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat sesudahnya. Di samping itu, dalam QS At-Taubah:60 Allah Swt juga memasukkan amil atau petugas zakat sebagai salah satu mustahik zakat. Ini berarti, memang zakat itu harus ada yang mengurusnya. Ketua Pengawas BAZNAS Drs. Achmad Subianto, MBA membenarkan adanya sejumlah muzakki yang membayar zakatnya langsung ke mustahik . “Ini karena zakat tidak dipahami dengan baik dan benar. Dari lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, dan haji, yang terlambat dipahami oleh pemimpin dan umat Islam dengan baik dan benar adalah zakat. Tapi, ini bukan berarti rukun Islam yang lainnya sudah dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar,” kata mantan Ketua Umum BAZNAS itu. Menurut Achmad Subianto, selama ini kata shadaqah sering diterjemahkan dengan kata sedekah, sehingga rancu dengan istilah lain, misalnya, sedekah bumi atau sedekah laut. “Itu kurang tepat. Shadaqah itu ada yang tangible (material) dan intangible (non-material). Shadaqah yang material itu terdiri dari dua. Pertama, yang wajib, terdiri dari yang fardhu ain/diri, seperti zakat jiwa (fitrah), zakat penghasilan (kasab), dan zakat harta (mal) dan yang fardhu kipayah, yaitu infak. Kedua, yang sunnah, yaitu sedekah, yang merupakan bagian dari infak. Sedangkan shadaqah yang nonmaterial, antara lain, membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir,” ujarnya. Mengutip QS At-Taubah ayat 60, ia menegaskan bahwa baik zakat, infak, maupun sedekah semuanya
Mengutip QS At-Taubah ayat 60, ia menegaskan bahwa baik zakat, infak, maupun sedekah semuanya harus diserahkan kepada amil, sehingga bahasanya dalam ayat itu shadaqatan bukan zakatan. “Hanya infak dan shadaqah yang sunnah (sedekah) yang dapat dibayarkan langsung kepada mustahik oleh muzakki dengan mendasarkan kepada QS Al-Baqarah ayat 177. harus diserahkan kepada amil, sehingga bahasanya dalam ayat itu shadaqatan bukan zakatan. “Hanya infak dan shadaqah yang sunnah (sedekah) yang dapat dibayarkan langsung kepada mustahik oleh muzakki dengan mendasarkan kepada QS Al-Baqarah ayat 177.Yaitu, untuk kerabat, yatim, fakir yang meminta-minta, miskin, memerdekakan budak, dan orang dalam perjalanan atau ibnu sabil,” kata mantan Dirut PT Taspen itu. Karena itu, katanya, bila ada seorang muslim kaya suka berzakat langsung ke kerabat dekatnya, muslim itu tidak paham tentang zakat. “Zakat itu harus ke amil zakat. Kalau dia mau memberi ke saudaranya atau kerabatnya, ya dia harus mengeluarkan infak atau sedekah. Zakat itu hanya menyatakan bahwa kita Islam. Kalau kita ingin dikatakan sebagai orang beriman, kita harus infak. Beriman itu tantangannya lebih tinggi dari ber-Islam,” kata mantan Direktur Keuangan dan Administrasi PT Garuda Indonesia itu. Selain banyak muzakki yang berzakat langsung, tak sedikit juga muzakki yang tidak berzakat. Penyebabnya mungkin karena kurangnya pemahaman tentang zakat atau memang ada keengganan untuk membayar zakat. Menurut Subianto, mereka yang tidak membayar zakat berarti mereka melakukan penggelapan atau penahanan hak-hak fakir miskin atau mustahik. Ya, bila ada ribuan muslim yang tak berzakat, berarti ada ribuan mustahik yang akan kehilangan haknya.
zakat utama
10 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
MENGOptimalkan POTENSI Zakat dengan Sistem Dengan banyaknya muslim yang tak berzakat, maka banyak fakir miskin atau mustahik yang kehilangan haknya. Agar mustahik tidak kehilangan haknya, maka tidak ada jalan lain, kecuali seluruh umat Islam yang sudah tergolong muzakki wajib berzakat. Dengan kata lain, potensi zakat yang besar itu memang harus dioptimalkan. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan zakat, redaksi Zakat mewawancarai Ketua Pengawas BAZNAS Drs. Achmad Subianto, MBA di kantornya di Gedung Arthaloka, Jakarta, awal April lalu.
zakat utama
Langkah apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan potensi zakat? Banyak hal yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan potensi zakat. Antara lain, pertama, harus dilakukan sosialisasi dan edukasi tentang zakat, sehingga zakat dipahami dengan baik dan benar oleh pemimpin dan umat Islam. Mereka didorong terus agar membayar zakat lewat lembaga amil zakat, jangan langsung ke mustahik. Yang disosialisasikan tentu tidak hanya zakatnya itu sendiri, tapi juga program dan layanan yang ada pada lembaga pengelola zakat itu. Tujuannya agar masyarakat mengetahuinya, sehingga mereka bisa memanfaatkan program dan layanan tersebut. Bila banyak mustahik yang bisa dilayani oleh lembaga amil zakat itu, maka akan banyak muzakki yang mau membayarkan zakatnya ke lembaga amil zakat itu.
Kedua, harus dibangun sistem perzakatan nasional. Misal, sekarang sudah ada Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) atau nomor rekening untuk zakat dan infak secara khusus sehingga memudahkan muzakki membayar zakat dan infak. Soal zakat dan sistemnya ini harus disosilisasikan lewat masjid. Maka, langkah ketiga, masjid harus ditata dan dibangun juga sistemnya. Misalnya, nanti ada Kartu Pokok Masjid, Kartu Jamaah Masjid, dan Kartu Dhuafa. Ini bagian dari gerakan memakmurkan masjid yang sedang saya dan teman-teman saya lakukan. Dengan penataan masjid, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah, tapi juga sebagai tempat pemberdayaan zakat. Nanti,
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 11 zakat individu, misalnya dari warga sekitar masjid dibayarkan di masjid. Itu tersambung dengan BAZNAS. Sedangkan, zakat perusahaan ke BAZNAS. Sebab, tidak mungkin BAZNAS bisa menjangkau semua warga. Masjid menjadi unit pelayanan zakat (UPZ), bukan unit pengumpul zakat saja. Sebab, mereka melayani, yaitu menjelaskan, mengumpulkan dan menyalurkan zakat.” Apakah Undang-Undang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, juga bisa mengoptimalkan potensi zakat? Saya kira bisa, dengan catatan sistem perzakatan yang ada di bawahnya harus dibangun. Ya, Information Technology (IT)- nya harus canggih, amilnya harus trengginas, amanah dan profesional. Maksudnya, agar lembaga pengelola zakat menjadi lembaga yang amanah, profesional dan transparan, sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dengan cara inilah sebuah lembaga amil zakat akan survive dan dapat mendanai keberlangsungan program-program yang dimilikinya. Bila lembaga amil zakatnya sudah dipercaya dan muzakkinya sudah paham tentang zakat, mungkin tidak akan ada lagi muzakki yang membayar zakatnya langsung ke mustahiknya, tapi lewat amil zakat tersebut. Nah, agar lembaga amil zakat yang seperti ini diketahui muzakki, maka sosialiasasi dan edukasi tak cukup hanya tentang zakat dan programnya, tapi juga tentang lembaga amil zakatnya. Dengan dikenalnya lembaga pengelola zakat tersebut, maka jumlah muzakki yang membayar zakat ke lembaga itu makin banyak. Sebab, biasanya para muzakki itu akan membayar zakatnya ke lembaga amil zakat yang mereka kenal Apakah
zakat harus punya kementerian tersendiri? Untuk mengoptimalkan zakat, zakat tidak harus punya kementerian tersendiri, seperti di Arab Saudi yang berada di bawah kementerian keuangan. Itu kan negara Islam. Sedangkan kita kan Negara Pancasila. Menurut saya, badan ini, seperti BAZNAS sudah benar. Beri BAZNAS gedung 10 lantai. Insya Allah akan jalan dengan baik. Dengan potensi zakat yang besar, berapa lama
Sosialiasi program BAZNAS di Lembaga Sandi Negara
kita bisa secara tuntas mengatasi kemiskinan? Zakat memang bisa mengatasi kemiskinan, tetapi bukan satu-satunya. Tentang hal ini saya jadi ingat pengalaman saya ketika bertemu seorang teman di Malaysia. Waktu itu, dia mengatakan, “Pak Subianto, jangan harap kemiskinan bisa diselesaikan hanya oleh zakat. Sebab, kemiskinan itu bukan hanya masalah ekonomi, tapi masalah yang lainnya. Kemiskinan itu harus ditangani secara menyeluruh oleh pemerintah dan zakat. Jadi, tidak serta merta kemiskinan itu akan hilang 100% karena zakat. Ya, dengan zakat bisa dikurangi. Mungkin nanti kemiskinan itu tinggal 10 %. Ini supaya kita tidak menyesal. Yang penting, kita terus mendorong umat agar taat membayar zakat. Waktu di Malaysia (sekitar tahun 2000) saya bertemu dengan seorang ibu pada waktu sore. Dia menanyakan kepada saya tempat penimbangan emas. ‘Cari tempat penimbangan emas buat apa, Bu,’? kata saya. ‘Saya mau membayar zakat emas,’ kata ibu itu. Luar biasa ibu itu. Di kita, waktu sesore itu, mungkin ibu-ibu kita sedang ngobrol.
zakat utama
12 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
kaidah zakat
Zakat dan Financial Literacy Sebagaimana diberitakan majalah Zakat edisi kali ini, bahwa BAZNAS telah menetapkan sejumlah tokoh nasional sebagai duta zakat, yaitu Anggito Abimanyu dan Ary Ginanjar Agustian. Kedua tokoh tersebut dianggap memiliki latar belakang dan kapasitas yang mumpuni untuk menggerakkan dunia perzakatan nasional, sehingga upaya mengoptimalkan potensi zakat dapat ditingkatkan.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 13
Irfan Syauqi Beik Staf Ahli BAZNAS
Penetapan duta zakat ini bukanlah dalam rangka “gagah-gagahan”, dan bukan pula mengikuti gaya pemilihan duta-duta lainnya. Akan tetapi, pemilihan duta zakat ini dilakukan dalam rangka meningkatkan sinergi antar stakeholder perzakatan, sekaligus sebagai upaya untuk menggerakkan kesadaran berzakat secara masif. Kesadaran untuk menunaikan zakat melalui institusi amil resmi, dan juga menjadikan zakat sebagai bagian dari lifestyle atau gaya hidup masyarakat. Untuk merealisasikan hal tersebut, diantara tugas penting para duta zakat ini adalah bagaimana melakukan edukasi publik secara terus menerus mengenai pentingnya berzakat, infak dan shadaqah. Publik harus disadarkan bahwa menunaikan zakat, infak dan shadaqah (ZIS) ini akan memberikan manfaat, baik manfaat secara spiritual (ruhiyah), sosial maupun ekonomi. Juga diharapkan pengeluaran ZIS ini menjadi bagian integral dari perencanaan pengelolaan keuangan masyarakat. Masih rendahnya angka penghimpunan zakat secara nasional dibandingkan dengan potensinya (Rp 2,2 trilyun dibandingkan Rp 217 trilyun), menunjukkan bahwa penunaian zakat melalui institusi amil resmi, belum menjadi prioritas kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, mengintegrasikan zakat dalam edukasi finansial publik, menjadi kebutuhan yang sangat urgen dan mendesak. Edukasi Finansial Edukasi finansial merupakan bentuk pendidikan kepada masyarakat terkait dengan pengelolaan keuangan, sehingga masyarakat bisa semakin cerdas dalam mengelola sumberdaya keuangan yang dimilikinya (financial literacy). Selama ini yang diajarkan dalam perencanaan keuangan adalah bagaimana seorang individu membagi financial resources yang ia miliki untuk pos kebutuhan hidup
sehari-hari, termasuk pelunasan utang, dan untuk pos investasi, yang bertujuan agar dana yang dimiliki bisa dikembangkan. Cara berpikir yang diajarkan dan dikembangkan selama ini adalah, jika kita menerima uang, maka segera anggarkan berapa rupiah utang yang harus dilunasi, seperti cicilan rumah dan kendaraan, berapa rupiah yang harus dibelanjakan, dan berapa rupiah yang harus diinvestasikan. Pilihan investasinya pun beragam, mulai dari investasi di produk perbankan, seperti tabungan dan deposito, hingga investasi di pasar modal. Bahkan yang sedang populer saat ini adalah investasi emas, dimana return dari investasi ini sangat menggiurkan karena dianggap bisa mengcover inflasi. Demikian pula dengan cara berpikir pengusaha, di mana mereka diajarkan untuk meminimalisir biaya, memaksimalkan penjualan dan keuntungan dengan beragam strategi bisnis, serta menginvestasikan dana yang dimiliki di berbagai instrumen investasi. “Don’t put all eggs in one basket” merupakan prinsip investasi yang telah mendarah daging di setiap benak investor. Jika melihat kondisi di atas, maka menunaikan kewajiban zakat, baik zakat penghasilan individu maupun zakat perusahaan, sama sekali tidak mendapat prioritas. Apalagi infak shadaqah yang bersifat sunnah. Paradigma inilah yang harus diubah. Mengeluarkan ZIS harus dijadikan sebagai prioritas pertama dari perencanaan keuangan individu maupun perusahaan. Sehingga, ketika mendapat pendapatan, maka yang terbersit pertama kali adalah ‘keluarkan dulu zakatnya via institusi amil’, baru sisanya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang lain, termasuk kebutuhan hidup dan kebutuhan investasi. Wallahu a’lam.
kaidah zakat
14 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Hermin Hermawanti Corporate Secretary BAZNAS
surat kebun program sirih baznas
BAZNAS Selenggarakan Amil Baznas Development Program Amanah UU Zakat No. 23/2011 bahwa Badan Zakat Nasional (BAZNAS) menjadi Koordinator Pengelolaan Zakat Nasional, kami respon dengan berbagai persiapan, salah satunya terkait dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM). Untuk mendapatkan calon-calon tenaga amil zakat terbaik, kami merekrut sarjana (S1) lulusan baru (fresh graduate) dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia, seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Petanian Bogor (IPB), dan Universitas Padjadjaran (UNPAD). Akhirnya, terseleksilah di antaranya 13 orang. Sebelum ditempatkan di bagian Zakat Community Development (ZCD), mereka menjalani program pelatihan, yaitu Amil Baznas Development Program (ABDP). ABDP ini dilaksanakan di lantai 3 Gedung B BAZNAS, Jl. Kebon Sirih, Jakarta, sejak 15 April 2013. Dan akan berakhir 15 Juni 2013. Pelatihan dimulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore, kecuali Jumat sampai pukul 4 sore. Materinya tidak hanya soal Penghimpunan Dana Zakat dan Pendistribusiannya, tetapi juga tentang materi lain yang sangat diperlukan amil zakat, seperti Pelayanan Prima, Aspek Legal dan Akad, Monitoring dan Evaluasi Pelaporan, Budaya Perusahaan, Kepemimpinan, dan Etika Berusaha dalam Islam. Instrukturnya berasal dari internal BAZNAS seperti Ustadz KH. Didin Hafidhuddin, Pak Teten
Kustiawan dan semua kepala divisi. Kami juga mengundang para profesional dari luar. Selain belajar di kelas, mereka juga menjalani on the job training atau praktik lapang di Srimartani, Bantul, Yogyakarta, tempat di mana BAZNAS melakukan program Zakat Community Development (ZCD). ABDP ini merupakan angkatan pertama. Angkatan keduanya akan dilakukan usai Ramadhan 1434 H. Rencananya ABDP ini akan dilakukan 2 kali dalam setahun. Tentu dengan jumlah peserta yang lebih banyak lagi. Karena itu, BAZNAS akan melakukan perekrutan kembali ke berbagai perguruan tinggi ternama. Sebagai Koordinator Pengeloaan Zakat Nasional, BAZNAS ke depan membutuhkan sumber daya manusia/amil yang berkualitas. Untuk menuju ke sana, idealnya dibutuhkan jumlah amil zakat di BAZNAS sekitar 200 orang. Kami berencana, program ini akan berjalan secara berkelanjutan. Harapan kami, dari program ini akan muncul tenaga - tenaga amil yang andal yang akan memenuhi kebutuhan badan amil zakat (BAZ) atau lembaga amil zakat (LAZ) seluruh Indonesia. Katakanlah, ke depan, BAZNAS tidak hanya menjadi koordinator akan tetapi juga menjadi pemasok amil zakat untuk seluruh Indonesia.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 15
Zakat dan Wakaf Jadi Solusi Atasi Kemiskinan K
ita ingin melakukan koordinasi secara global bahwa persoalan yang dihadapi itu sama. Yaitu, bagaimana kita menyejahterakan dan meningkatkan kemampuan kaum dhuafa supaya mereka berdaya dalam melakukan ber bagai kegiatan, terutama ekonomi,” kata Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc usai pembukaan Lokakarya Internasional Zakat, Wakaf dan Keuangan Mikro Syariah, Menguatkan Sektor Keuangan Sosial Syariah, di Bogor, 29 April 2013. Menurut Didin, kegiatan ekonomi yang didesain untuk dhuafa (mustahik) itu bukan semata-mata kegiatan ekonomi biasa, tapi kegiatan ekonomi yang terkait dengan bidang lain, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan agama. Sehingga pendekatannya bukan lagi sebagian-sebagian tapi terpadu pada keempat aspek itu. Hal-hal itu didiskusikan oleh para ahli dan praktisi keuangan syariah dari berbagai negara, antara lain, Brunei, Malaysia, Bangladesh, India, dan Singapura, hingga 30 April 2013. Lokakarya ini merupakan hasil kerja sama BAZNAS dengan The Indonesian Association of Islamic Economics (IAEI), Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, dan The Islamic Research
and Training Institute (IRTI) of The Islamic Development Bank (IDB). ‘Kita harapkan zakat, wakaf dan keuangan mikro syariah menjadi solusi terhadap persoalan ekonomi yang ada,” kata Didin. Sementara itu, Dirjen Pe nyelenggaraan Haji dan Umrah Anggito Abimanyu ber harap, lokakarya ini dapat menghasilkan rekomendasi kerangka regulasi zakat dan wakaf untuk diterapkan secara internasional. “Keberadaan sis tem zakat dan wakaf dapat dijadikan suatu komponen pen dukung utama dalam program keuangan mikro,” katanya. Menurut dia, jika zakat dan wakaf dikelola dengan efisien dan amanah, maka akan memberikan peluang kepada pemerintah untuk mempercepat program peng entas an masyarakat miskin dan pemerataan kesempatan usaha. ”Dengan didukung regulasi yang dikeluarkan pemerintah, potensi zakat yang besar dapat dikelola dengan baik.”
Masalah kesenjangan ekonomi tidak lagi bersifat lokal, tapi selalu berdimensi luas. Maka, pemecahannya juga tidak lagi sendirian, tapi harus antar-negara dan antar-lembaga internasional Lokakarya itu melahirkan sejumlah keputusan, antara lain, pertama, perlunya Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) dikelola dengan baik, amanah, transfaran, dan profesional. Kedua, perlunya har monisasi antar-regulasi dan antar-institusi yang menjadi kunci di dalam pengembangan sektor ZISWAF dan keuangan mikro syariah. Ketiga, perlunya penguatan hubungan timbal balik untuk bertukar pengalaman antar-negara. Keempat, perlunya penguatan sumber daya manusia (SDM), sehingga lahir SDM yang kompeten, profesional, dan mampu mengatasi berbagai tantangan pengelolaan zakat. Kelima, perlunya platform kerja sama lintas negara yang lebih baik.
program baznas
16 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
BAZNAS LAKUKAN Sosialisasikan di Lembaga Sandi Negara program baznas
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, BAZNAS terus melakukan berbagai upaya, antara lain, sosialisasi dan edukasi zakat dan programnya di berbagai perkantoran, misalnya, di Lembaga Sandi Negara, Jakarta.
K
egiatan ini disambut baik oleh pimpinan Lembaga Sandi Negara. “Saya sangat menyambut baik dan mengucapkan terima kasih kepada Tim dari BAZNAS
yang telah menawarkan diri untuk melakukan presentasi mengenai program-program BAZNAS,” kata Kepala Lembaga Sandi Negara Mayjen (TNI) Dr. Djoko Setiadi, MSi pada pembukaan acara Sosialisasi Program BAZNAS, Kamis, 2 Mei 2013. Dia berharap, kegiatan ini dapat membangun kesadaran dan ketaatan para karyawan untuk membayar zakat penghasilan. Sebab, membayar zakat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang muslim yang mampu. “Selain itu, dengan semakin aktifnya partisipasi kita dalam membayar zakat, maka diharapkan hal ini dapat membantu upaya meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Kegiatan yang terselenggara berkat kerja sama BAZNAS dan Humas Lembaga Sandi Negara ini juga disambut antusias oleh para peserta. Ini terlihat dari munculnya sejumlah pertanyaan peserta pada sesi tanya jawab. Seorang peserta bertanya tentang sah tidaknya berzakat langsung ke mustahik, tidak melalui lembaga amil zakat. Sebab, selama ini dia selalu berzakat seperti itu. Ada juga yang bertanya tentang zakat penghasilan. Menjawab pernyaan ini, Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, MSc. menyatakan, zakat yang sudah dikeluarkan tetap sah. “Cuma, kalau ingin lebih sempurna, lebih baik lewat amil. Kalau berzakat langsung, mustahik akan tetap jadi mustahik seumur hidupnya. Tapi ,kalau lewat amil, insya Allah musahik akan menjadi muzakki,” katanya. Dalam hal zakat penghasilan, Didin menjelaskan, setiap kita mendapat penghasilan, langsung diambil zakatnya 2,5%, jangan menunggu digunakan dulu untuk kebutuhan hidup. “Kalau zakatnya dari sisa kebutuhan hidup, maka kita tak akan pernah bisa berzakat. Sebab, kebutuhan hidup itu akan terus ada dan selalu ingin kita penuhi,”tegasnya.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 17
Dua Tahun Srimartani Zakat Community Development (ZCD)
Pendistribusian zakat yang tepat membawa dampak pada masyarakat. Baznas telah membuktikannya di Srimartani.
P
agi itu, Balai Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Jogjakarta tampak beda. Beberapa perangkat desa yang dipimpin langsung H. Mulyana, Kepala Desa Srimartani berbenah merapikan ruangan yang akan digunakan acara syukuran 2 tahun Srimartani, Zakat Community Development. Program yang digagas Badan Amil Zakat Nasional yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada tersebut berupa pemberdayaan masyarakat di wilayah sekitar Piyungan. Mereka dibina dalam pengembangan
wilayah agropolitan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. Beberapa program yang dijalankan antara lain program tanam padi SRI (System of Rice Intensification), pertanian terpadu atau SITTI (Sistem Integrasi Tanaman Ternak dan Ikan) dan pengembangan peternakan rakyat. Pola tanam yang selama ini sudah dijalankan masyarakat dengan hasil yang kurang maksimal, diganti dengan SRI pola tanam yang lebih baik dengan penggunaan pupuk yang minimal. “Sekarang baru sekitar 3-4 hektar sawah yang ditanami padi sistem SRI, melihat hasilnya yang bagus, bisa sampai 9 ton per hektar, masyarakat di sini sedikit demi sedikit mulai beralih ke sistem tersebut,” ujar H. Mulyana, Kepala Desa Srimartani. “Kami sangat berterima kasih kepada Baznas dan UGM, yang telah membimbing
kami selama ini.” tambahnya. Sementara itu dari Kementerian Pertanian melihat hasilnya yang bagus, berkomitmen akan terus mendukung program Srimartani Zakat Community Development ini. “Kami akan pelajari dan dukung program masyarakat di sini dalam pengembangan ketahanan pangan melalui SRI dan SITTI” ujar Ir. Ali Bosar Harahap, Kepala Sub Direktorat Pembiayaan Syariah dan Kerjasama Kementerian Pertanian. Pada acara syukuran dua tahun Srimartani Zakat Community Development tersebut juga dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gudang dan bengkel alat pertanian yang ada di belakang Balai Desa Srimartani. Dengan dibangunnya gudang dan bengkel alat pertanian ini diharapkan akan memudahkan para petani dalam menyimpan hasil pertanian dan perawatan alat pertanian yang mereka gunakan. “Pembangunan ini akan menambah efektivitas kerja para petani di Srimartani,” jelas Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana Baznas.
program baznas
18 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Lintasarta Hibahkan Mobil Ambulance ke BAZNAS PT Aplikasi Lintasarta (Lintasarta), perusahaan penyedia komunikasi data, internet, dan layanan nilai tambah untuk berbagai sektor industri, memberi bantuan berupa 1 unit mobil ambulance kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Ini merupakan perwuduan dari Program Corporate Social Responsibility (CSR), khususnya di bidang kesehatan.
program baznas
Mobil ambulance itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk pertolongan pertama, antara lain, tabung oksigen, regulator, tabung pemadam kebakaran, alat-alat tulis, tandu medis, dan flow meter. Dan diserahkan langsung oleh Presiden Direktur Lintasarta Samsriyono Nugroho kepada Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MSc , di halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04, Serpong, Tangerang, 15 Mei 2013. Samsriyono Nugroho menyatakan bahwa Lintasarta senang dapat ikut berperan dalam membantu masyarakat di bidang kesehatan bekeja sama dengan BAZNAS. “Kami berharap mobil ambulance ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya golongan yang tidak mampu atau kaum dhuafa,” katanya pada acara menyambut Hari Jadi Lintasarta yang ke 25 itu. Sementara itu, Didin Hafidhuddin juga merasa senang dengan adanya bantuan ini. “Kami mengucapkan
terima kasih kepada Lintasarta yang memiliki kepedulian pada masyarakat miskin. Bantuan mobil ambulance dari Lintasarta ini akan segera kami gunakan dalam program Rumah Sehat BAZNAS (RSB) sebagai Mobil Kesehatan Keliling,” katanya. Bersamaan dengan penyerahan bantuan ini, juga diberikan layanan kesehatan gratis oleh Lintasarta dan Tim Layanan Luar Gedung Rumah Sehat BAZNAS (4 tim dokter, tim perawat dan medis, serta kader kesehatan) berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi para siwa serta pemberian paket gizi kepada 500 orang siswa di Serpong, Tangerang. Layanan kesehatan gratis ini disambut dengan senang hati oleh masyarakat sekitar. Salah seorang pasien, Cecep (55) menyatakan bahwa kegiatan ini membantu dirinya yang sedang sakit rematik. “Ini kan gratis. Saya senang saja. Kalau ke dokter kan biasanya tak cukup uang Rp100 ribu,” katanya. Dia mengetahui acara itu dari cucunya yang sekolah di SDN 04 itu. Karena mahalnya biaya pengobatan, Cecep biasanya membeli obat di toko atau di warung yang menyediakan obat. “Obatnya murah Pak, cuma Rp 2000. Setelah minum obat, penyakit saya agak baikan, tetapi setelah itu kambuh lagi,” katanya. Dia berharap pengobatan gratis ini diadakan lagi.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 19
BAZNAS dan Kemensos Bekerja Sama Tangani Fakir Miskin S
ebagai koordinator penge dalam pengembangan kelem lolaan zakat nasional seper bagaan dan penguatan Dengan adanya program ti diamanahkan UU Zakat program-program BAZNAS ZCD ini diharapkan ada No.23/2011, BAZNAS mulai untuk penanganan fakir miskin. perubahan yang signifikan, ta hun 2013 ini akan mela “Kerja sama program, baik kukan pemberdayaan masya yaitu meningkatnya partisipasi yang sudah maupun yang akan rakat le wat program Zakat dilakukan bertujuan untuk komunitas atau masyarakat Community Development mempercepat koordinasi dan dengan segala fasilitas dan (ZCD) di 100 desa termiskin membangun kesatuan pemikir di seluruh nusantara. Hingga an (unity of mind) yang sangat teknologi yang diinovasikan sekarang sudah didapat diperlukan dalam rangka pe pada satu program. kan 48 desa termiskin. Untuk nguatan dunia perzakatan dan optimalisasi data fakir miskin peningkatan peran BAZNAS di dan programnya, BAZNAS bekerja sama, antara lain, tingkat pusat,”ujarnya. dengan Kementerian Sosial (Kemensos). BAZNAS juga akan berkontribusi dalam proyek per Sebagai bukti kerja sama itu telah ditandatangani contohan lima kota/kabupaten sejahtera di Indonesia Nota Kese pahaman (MoU) antara BAZNAS dan yang diresmikan bersamaan dengan penandatanganan Kemensos tentang Penangan an Fakir Miskin yang MoU itu. Kriteria kota/kabupaten sejahtera adalah meliputi optimalisasi data fakir miskin dan kerja sama kota/kabupaten yang bebas dari kemiskinan, pelaksanaan bentuk penanganan fakir miskin. MoU itu konflik, persoalan anak jalanan, dan persoalan yang ditandatangani oleh Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. berkaitan dengan pelanggaran kesusilaan dan lainnya. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc dan Mensos Dr. Salim Kelima kota/kabupaten itu adalah kota Payakumbuh Segaf Al Jufri, MA pada pembukaan acara Rakernas (Sumatera Barat), kota Sukabumi (Jawa Barat), Penye lenggaraan Kesejahteraan Sosial 2013, di kabupaten Sragen (Jawa Tengah), kabupaten Berau Jakarta, 1 Mei 2013. (Kalaimantan Timur), dan kabupaten Bantaeng Menurut Didin, Kemensos memiliki peran strategis (Sulawesi Selatan).
program baznas
20 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
Dengan zakat, kata Didin, seorang muslim akan punya izzah atau harga diri dan juga akan menjadi orang yang jujur. Menurut dia, zakat itu bukan membersihkan harta yang kotor, tapi membersihkan harta yang halal agar jangan sampai pada harta itu ada hak orang lain, yaitu minimal 2,5 persen.
program baznas
Anggito Abimanyu
Jadi Duta Zakat BAZNAS Kesadaran membayar zakat para wajib zakat (muzakki) relatif masih rendah bila dibadingkan dengan potensi zakatnya. Ini terlihat dari jumlah dana yang dihimpun oleh pengelola zakat yang hanya mencapai Rp2,63 triliun, padahal potensinya, menurut hasil penelitian BAZNAS dan IPB pada 2011, mencapai Rp217 trilun per tahun.
U
ntuk menumbuhkan kesadaran itu, maka diperlukan upaya-upaya penyadaran tentang pentingnya kewajiban zakat itu lewat berbagai kampanye. Untuk mengkampanyekan zakat, antara lain diperlukan sejumlah figur yang dapat dipercaya masyarakat. Atas dasar itu, maka BAZNAS mengangkat Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Anggito Abimanyu, M.Sc., Ph.D dan Presiden Direktur ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian sebagai Duta Zakat BAZNAS. Pengangkatan ini ditandai dengan penyematan pin Duta BAZNAS dan penyerahan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) dari Ketua Umum BAZNAS K.H. Didin Hafidhuddin, di kantor BAZNAS, Jl. Kebon Sirih,
Jakarta, Selasa (2/4/2013). Pada acara yang juga dihadiri Dirjen Pajak Fuad Rahmani itu, Didin berharap para duta BAZNAS itu bisa mensyiarkan zakat dalam berbagai kesempatan, sehingga zakat menjadi gaya hidup. Sebab, zakat itu bukan sekadar mengumpulkan sebagian harta muzakki untuk disalurkan ke mustahik, tetapi juga merupakan upaya kita membangun karakter umat. Dengan zakat, kata Didin, seorang muslim akan punya izzah atau harga diri dan juga akan menjadi orang yang jujur. Menurut dia, zakat itu bukan membersihkan harta yang kotor, tapi membersihkan harta yang halal agar jangan sampai pada harta itu ada hak orang lain, yaitu minimal 2,5 persen. Bicara masalah zakat, kata Didin lebih lanjut, berarti bicara masalah kelembagaan karena satu-satunya institusi ibadah yang diungkapkan secara eksplisit di dalam Al-Quran adalah ibadah zakat. Karena itu, dia berharap kehadiran Fuad Rahmani, dan Anggito, bisa mendekatkan antara pajak dan zakat karena tujuannya sama, yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat. “Demi kian pula Ary Ginanjar. Melalui trainingnya-trainingnya dia bisa ikut mensyiarkan zakat yang berguna bagi pembangunan umat.” Dengan demikian, yang mensyiarkan zakat tidak hanya
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 21 BAZNAS atau para ustaz, tetapi juga semua pihak yang punya kepedulian terhadap pentingnya pembangunan umat. “Jadi, bagi kami, semakin banyak yang menyuarakan atau mensyiarkan zakat, akan semakin baik,”katanya. Anggito dan Ary Ginanjar me rasa senang mendapat keper cayaan sebagai duta zakat BAZNAS dan mereka berjanji akan mensyiarkankan zakat untuk membangun karakter bangsa. “Terimakasih saya diberi amanah untuk jadi duta zakat. Pada setiap punya kesempatan berkunjung
atau bicara, insya Allah saya akan selalu menyampaikan pentingnya zakat dan pajak,” kata Anggito. Menurut Anggito, sebelum menjadi duta zakat, lima tahun lalu dia sudah menjadi duta pajak. “Berapa pun penghasilan saya, saya tidak malu untuk selalu mempublikasikannya agar masyarakat pun membiasakan diri melaporkannya. Dan mereka tahu, di dalam penghasilan itu ada hak negara berupa pajak dan hak penerima zakat berupa zakat,” tegasnya.
Masjid JAMI SURURON Diresmikan
Menurut Direktur Pelaksana BAZNAS Teten Kustiawan, bantuan itu datangnya bukan dari BAZNAS tapi dari para pembayar zakat, infak dan sedekah (ZIS). “BAZNAS bertugas menyalurkan dana ZIS itu. Dan untuk mesjid ini diambil dari dana infak, bukan dari zakat. Dan ini bukti betapa bermanfaatnya kalau kita membayar ZIS lewat amil zakat,” kata Teten dalam acara yang dihibur grup musik Marawis santri pondok pesantren Sururon itu. Bagi Teten, apa yang telah dilakukan oleh warga desa Sarimukti ini adalah amal yang luar biasa sehingga bisa mengundang bantuan dari berbagai lembaga. “Ini seperti magnet karena ada amalnya,” katanya. Dia minta kepada para pejabat yang hadir untuk membantu mensosialisasikan zakat. “Zakat itu bukan hanya zakat fitrah setahun sekali setiap R amadhan. Setiap hari kami ini mengurus zakat karena setiap hari ada muzakki yang membayar zakat. Tentu sesuai dengan haulnya,” katanya. Pada kesempatan itu, Bupati Garut berjanji akan memberi bantuan pembangunan MCK untuk masjid. “Se telah masjidnya bagus, maka harus diisi dengan berbagai ibadah,” katanya.
P
agi itu, pukul 8.00, langit di Nagrog, Desa Sarimukti, yang berada di kaki gunung Papandayan, Garut, sangat cerah. Begitu pula wajah para warganya yang hadir pada acara peresmian Masjid Jami Pondok Pesantren Sururon. Keceriaan itu terus mereka jaga hingga akhir acara, hingga Bupati Garut Agus Hamdani menggunting pita tanda diresmikannya penggunaan masjid kebanggaan masyarakat Nagrog itu, menjelang waktu zuhur. Mereka bahagia karena kerja keras mereka selama ini, terutama para buruh tani, yang bekerja tanpa upah di tanah perkebunan milik tuan tanah, berbuah manis. Yaitu, sebuah bangunan masjid ukuran 12x12 m2 yang megah bagi warga Nagrog yang sebagian besar adalah buruh tani. “Dengan pendapatan warga yang rendah, rasanya tidak mungkin kami bisa membangun masjid jami seperti ini,” kata Ketua Panitia Pembangunan Masjid Jami Sururon, Aang Nuh,SPdI dalam sambutan Peresmian Masjid Jami Sururon, Minggu, 4 Mei 2013. Masjid ini, katanya, hampir 75% adalah hasil swadaya masyarakat. Setiap Sabtu, 150-200 orang buruh tani bekerja mencangkul tanah milik tuan tanah tanpa upah mulai pukul 7.00 hingga pk. 12.00. “Upahnya ada, tapi semuanya disedekahkan untuk pembangunan masjid. Sedekah yang terkumpul setiap minggunya sekitar Rp2 juta,” kata Aang. Buburuh (bekerja sebagai buruh), kata Aang, dimulai sejak 2009 hingga akhir 2012. “Hampir 4 tahun kami buburuh. Dan sudah lelah. Kalau kegiatan itu yang diandalkan, mungkin masjid ini 2-3 tahun lagi baru selesai” katanya. Dia mengaku bersyukur ada bantuan dana dari BAZNAS sebesar Rp200 juta sehingga masjid ini bisa diselesaikan lebih cepat. Setelah masjid ini diresmikan, BAZNAS juga memberi bantuan perlengkapan lainnya, seperti karpet, mukena, dan mushaf Al-Quran.
program baznas
22 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
Simba
Lahirkan STANDAR Laporan Zakat Nasional DAN Terintegrasi simba
Undang-Undang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat memberi amanah kepada BAZNAS untuk menjadi koordinator pengelolaan zakat nasional. Tugasnya, antara lain meng koordinasikan pelaporan pengelolaan zakat secara nasional.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 23 ran-laporan dari daerah (mulai 1 Januari 2013). Menurut Direktur Pelaksana BAZNAS Teten Kustiawan, secara garis besar dalam Simba ada dua sistem. Yaitu Sistem Informasi Operasional (SIO) dan Sistem Informasi Pelaporan (SIP). Masing-masing BAZNAS dan LAZ menggunakan SIO untuk operasi sehari-hari dengan pendekatan kas masuk dan kas keluar. Dalam kas masuk, antara lain, dapat di-input data based muzakki, transaksi penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS). Sedangkan dalam kas keluar, bisa di-input data based mustahik dan penyaluran ZIS. Terhadap berbagai data itu dilakukan pengkodean dengan nomor khusus, seperti untuk jenis program pendayagunaan, jenis dana (ZIS), dan jenis asnaf. Untuk pembuatan kode ini ada yang sifatnya top down, seperti 8 asnaf dan 5 jenis program (ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, dan agama). Ada juga yang sifatnya kreasi, seperti nama khas setiap program penyaluran zakat. Data-data itu, termasuk yang sifatnya keuangan dan transaksi keuangan akan di-input dan akan menghasilkan laporan-laporan, seperti profil muzakki, jumlah penghimpunan dana ZIS, profil asnaf, dan jenis program penyaluran. Ada juga laporan keuangan standar yang mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109. Bisa diterbitkan juga kartu nomor pokok wajib zakat (NPWZ) dan bukti setor zakat. “Jadi, kita melayani muzakki sebaik mungkin mulai dari registrasi sampai ke pembayaran, dan pelaporan,” kata Teten. Dengan data based yang di-input, misalnya oleh BAZNAS kabupaten/kota, maka BAZNAS provinsi akan bisa membaca laporan dari seluruh kabuten/kota yang ada dalam wilayahnya. Begitu juga BAZNAS. Dia bisa tahu tentang laporan BAZNAS provinsi dan kabupaten/ kota. “Inilah sistem informasi pelaporan (SIP) dan ini sudah terintegrasi. Berbeda dengan SIO yang berada di masingmasing BAZNAS atau tidak terintegrasi,” jelasnya. Dengan demikian akan lahir standar laporan zakat nasional yang transparan, akuntabel dan mudah diakses melalui web masing-masing BAZNAS (pusat, provinsi, kota/ kabupaten) dan LAZ. Menurut Teten, dari adanya laporan nasional yang terintegrasi ini akan diperoleh berbagai manfaat, antara lain, pertama, bisa diambil kebijakan atau keputusan baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Misalnya, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi di daerah A karena jumlah muzakkinya masih rendah. Kedua, bisa dijadikan alat monitoring atau evaluasi. Misalnya, sejauh mana kemampuan pengelola zakat di daerah dalam mendayagunakan dana zakat. Ketiga, bisa dijadikan alat akuntabilitas buat masyarakat (muzakki). “Mengetahui akuntabilitas yang paling murah ya lewat internet,” katanya.
simba
K
arena adanya amanah itu, BAZNAS membuat sebuah sistem manajemen infor masi yang dapat membantu operasional BAZNAS (pusat, provinsi, kabupaten/ kota) dan LAZ dalam sistem manajemen informasi yang bisa menghasilkan laporan yang berjenjang.Yaitu, dari kabupaten/kota ke provinsi, dari provinsi ke pusat, dan dari pusat ke Presiden/DPR. Bertitik tolak dari tugas ini, kemudian BAZNAS mengembang kan sebuah sistem manajemen informasi atau Simba. Langkah ini diawali dengan membangun master plan IT (November 2011-Januari 2012). Di situ terlihat rancangan sistem yang akan dibangun baik dari teknologinya, ruang lingkupnya maupun output-nya. Setelah itu, dibuatlah standard operating procedure (SOP)-nya. Ini selesai pada Maret 2012. Kemudian, dilakukan pembuatan sistemnya (Maret 2012- September 2012). Awal Oktober 2012, BAZNAS menyelenggarakan pelatihan perdana tentang Simba untuk BAZNAS provinsi di Jakarta. Ketika itu, hadir perwakilan 30 BAZNAS Provinsi dan 10 BAZNAS kabupaten. Lalu, diuji cobakan dan dilatihkan di provinsi dengan peserta dari BAZNAS kabupaten/kota. Yaitu, di Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan (November 2012-Desember 2012). Lalu, diimplementasikan dan sudah bisa menghasilkan lapo
24 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Simba bukan sekadar Aplikasi, tapi Media Komunikasi Achmad Setio Adinugroho,S.Si, M.IT, Manager Information Technology System(Its) Baznas
“Aplikasi simba ini user friendly banget. Jadi, nanti si user cuma tinggal melakukan pencatatan data saja, gak perlu pusingpusing bikin jurnal dan pelaporan-pelaporan secara manual. Tinggal pilih menu laporan, klik jenis laporan apa yang mau dibuat. Trus pilih periodenya, langsung muncul.”
simba
D
emikian komentar seorang pengguna sistem manajemen inforamsi BAZNAS (Simba) dari BAZNAS Bukittingi dalam bazbukittinggi.blogspot.com. Menurut Manager Information Technology System (ITS) BAZNAS Achmad Setio Adinugroho,S.Si, M.IT, kemudahan itu dirasakan user karena Simba dibangun dengan web tanpa harus melewati proses instalasi yang rumit. Ini, katanya, berbeda dengan Simzaki (Sistem Zakat Indonesia) yang sering dikeluhkan ribet. “Simba ini mudah. Sejauh ini problemnya hanya satu. Yaitu, pengguna lupa akan password atau dia salah mengetik password sehingga tak bisa login. Maka, password dibuat sesederhana dan semudah mungkin seperti membuka email. Kemudahan itu juga karena Simba ini menggunakan fasilitas Google yang berbayar. Sebenarnya, kata Tio, panggilan akrab pakar IT itu, pembuatan password
bisa dikembangkan sendiri tanpa harus memanfaakan Google. Tapi itu memerlukan usaha pengamanan sendiri yang tidak mudah. Berbeda kalau dengan Google. “Saya yakin, Google pasti menjaga password itu. Selama ini saya belum menemukan kasus, ada orang masuk akun Google lewat jalur-jalur selain orang itu tahu internet dan password.” Manfaat lainnya dari Google berbayar adalah nama domain lembaga dapat digunakan pada gmail. Misalnya, @baznas.or.id. “Meski ada nama Baznas, sistemnya milik gmail. Gmail ini bayar satu akun 5 dollar AS. Kalau tak berbayar, nama lembaga tidak akan bisa digunakan,” jelasnya. Layanan Google tak cuma email, tapi juga Google Drive dengan fiturnya yang lengkap, antara lain video. Dengan fitur ini, pada 15 Oktober 2012 BAZNAS bisa mengadakan soft launching Simba dengan menggunakan video conference. Ketika itu yang
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 25 diundang 19 pimpinan BAZNAS Provinsi. Lima di antaranya bisa terkoneksi dan bisa berdialog dengan Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin dan Direktur Pelaksana Teten Kustiawan. Dalam Simba memang ada unsur aplikasi pengelolaan zakat, seperti registrasi muzakki, transaksi kas masuk dan kas keluar, tapi agar menjadi media komunikasi antar-BAZNAS, maka dalam Simba ini ditambahkan fitur radio streaming dari BAZNAS Palembang. “Jadi, sambil bekerja mereka bisa menikmati radio streaming,” katanya. Dalam Simba ini, dia juga akan menambahkan fitur yang saat in cukup menarik dan menyenangkan. Yaitu, Geographic Information System (GIS). Dengan GIS bisa ditampilkan peta Indonesia. “Kalau teman-teman di Banten membuka peta Banten, akan tampil seluruh kabupaten di Banten,”urainya. Fitur lain yang akan ditampilkan adalah semacam data statistik dalam bentuk grafik. “Dengan fitur ini, kita bisa tahu secara interaktif. Misalnya, kalau ada penambahan jumlah dana zakat, grafik itu otomatis akan naik atau bertambah. Ini bisa dibaca secara real time,”katanya. Di dalam Google Drive ini juga ditampilkan banner. Untuk sementara yang ditampilkan adalah kegiatan pelatihan Simba yang sudah dilakukan. Menurut dia, siapa pun dan di mana pun amil zakat berada, dia bisa melihat kegiatan pelatihan ini. Karena Simba masih dalam proses pelatihan server yang ada di BAZNAS belum begitu besar. Dengan 23 GB, katanya, sudah cukup. Selain itu, dalam hal server, Google selama ini belum ada problem, seperti server down. “Selama ini server maintenance ada pada kami. Kalau soal koneksi internet bukan wilayah kami. Selama ini up, Google Drive bisa diakses. Pokoknya, kami cukup puas dengan Google,”tegasnya. Dia tidak terlalu meng khawatirkan masalah hi langnya data dan informasi dalam Simba bila Google bermasalah. Sebab, se mua data dan informasi simba tidak disimpan di
Google, tapi di server tersendiri milik BAZNAS. “Fiturfitur lain masuk dalam server kami. Google hanya tambahan-tambahan, seperti Google Drive,” urainya. Dia menilai Google termasuk jor-joran dalam mengeluarkan fitur. Google Drive bisa 5 GB, email bisa 10 GB, belum fasilitas lainnya. Kelebihan lain, katanya, dengan Google bisa dilakukan editing online, bahkan pembuatan power point. Dia belum berani, kalau dinilai bahwa Simba ini sistem pertama di dunia. Sebab, dia sendiri belum melakukan studi banding ke negara lain, termasuk ke Malaysia. “Kalau di Indonesia dalam pengelolaan zakat, Simba mungkin yang pertama. Sebab, selama ini yang dipakai sifatnya desentraliasasi, bukan sentralisasi,”katanya. Menurut Tio, sistem ini awalnya adalah aplikasi penghimpunan zakat dan keuangan BRI Syariah pada masa transisi antara Undang-Undang (UU) Zakat lama dan UU Zakat baru. “Begitu ada UU Zakat baru, aplikasi ini kami kembangkan sesuai dengan SOP dari bagian perencanaan dan pengembangan (renbang) BAZNAS. Ya, banyak modifikasilah,”katanya. Ketika mendapat amanah membuat Simba, yang terbayang pada dirinya adalah Simba akan menjadi aplikasi yang luar biasa karena mencakup seluruh nusantara. “Semua akan menggunakan ini. Kita mendapat real data. Ini suatu yang luar biasa.”
simba
26 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
inspirasi
ZAKAT MEMBAWA BERKAH
foto: ©miroslav arofich
Hidup berkah itu bukanlah hidup dengan limpahan harta semata, tapi hidup penuh dengan limpahan rahmat dan karunia-NYa. Sehingga yang hadir adalah hidup penuh ketenangan dan ketenteraman. Itulah yang dirasakan H. Ardju Fahadaina setelah taat mengeluarkan zakat, infak dan sedekah.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 27
K
etika seorang lelaki berada di sebuah padang sahara yang sunyi, tiba-tiba ia mendengar suara dari angkasa:”Curahkanlah air pada kebun si Fulan.” Awan itu pun bergerak ke sebidang tanah berbatu hitam. Lalu, hujan lebat pun turun hingga semua saluran dan parit-paritnya penuh. Lelaki itu menelusuri aliran air itu. Bertemulah ia dengan si Fulan pemilik kebun. Mereka saling berkenalan. Akhirnya, lelaki itu bertanya,” Apa yang Anda perbuat dengan kebun ini?” Si Fulan menjawab, “Aku selalu memperhatikan hasil kebun ini. Lalu, aku menyedekahkan sepertiganya. Sepertiga berikutnya aku makan bersama dengan keluarga, dan sepertiganya lagi aku kembalikan (untuk modal bercocok tanam).” Kisah yang diringkas dari sebuah Hadis Riwayat Muslim ini menggambarkan tentang seorang petani yang saleh, yang rajin bersedekah dengan jumlah sedekah yang banyak. Lalu, ia mendapatkan limpahan rahmat dan kasih sayangNya. Tak heran kalau kemudian, hasil panennya melimpah ruah. Hidupnya pun berkah. Sebagai pengusaha, H. Ardju Fahadaina (61) ingin seperti petani itu. Maka, di PT Ufia Tirta Mulia (UTM), perusahaan air mineral dalam kemasan yang dipimpinnya itu, ia mengambil kebijakan bahwa selain zakat 2,5%, ia akan mengeluarkan infak dan sedekah sebesar 32,5% atau 1/3 dari keuntungannnya setiap tahun. Dengan kata lain, dia akan mengeluarkan zakat, infak dan sedekah (ZIS) sebesar 35% setiap tahun dari keuntungan perusahaannya. Jadi, kalau Ufia yang pada 24 April 2013 berusia 3 tahun itu punya keuntungan Rp4 miliar, Ufia akan mengeluarkan zakatnya sebesar Rp100 juta (2,5 persen), infak dan
sedekah sebesar Rp1,3 miliar (32,5 persen). Sedangkan sisanya, Rp2,6 miliar akan digunakan untuk pengembangan usaha sebesar Rp1,3 miliar ( 32,5 persen) dan untuk kesejahteraan keluarga sebesar Rp1,3 miliar (32,5 persen). Melihat begitu besarnya ZIS yang dikeluarkan, orang mungkin akan sulit mempercayai bahwa usaha itu akan untung secara materi. Namun, H.Ardju yakin dengan janji Allah Swt yang akan melipatgandakan pahala sedekah sampai 700 kali lipat, seperti yang difirmankan-Nya dalam QS Al-Baqarah: 261. “Kalau uang kita diinvestasikan di bank, bunganya itu paling tinggi hanya 20% per tahun. Nah, Allah menjanjikan sampai 700 kali lipat. Kenapa kita tidak mengejar itu?,” tegasnya. Tekadnya ini tak hanya dipendam di dalam hati, tapi sudah diungkapkan ke publik. Yaitu, pada tabilgh akbar memperingati milad Ufia yang kedua di Masjid Jami Bintaro Jaya, Jakarta, tahun 2012 lalu. Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Amidan yang hadir pada acara itu menyatakan bahwa rencana Ufia akan mengeluarkan ZIS sebesar 35% merupakan sebuah terobosan. “Kalau orang lain baru niat dalam hati. Tapi ini sudah diumumkan di publik. Artinya, Ufia ini pasti mau bertanggung jawab,” katanya. H. Ardju tentu akan memegang janjinya, seperti makna yang terkandung dalam nama Ufia. Ufia awalnya diambil dari inisial nama keluarga. Yaitu U=Ulfa(nama istri), F=Fili (nama
inspirasi
28 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
“Ketika mau ke Jakarta, ayah sudah wanti-wanti agar saya jangan lupa membayar ZIS. Dan itu saya laksanakan,”kenang H. Ardju yang berasal dari Yogyakarta itu.
Penyerahan infaq konsumen UFIA kepada BAZNAS yang diterima KH Didin Hafidhuddin
inspirasi
anak perempuan), I=Ivan (nama anak laki-laki), dan A=Ardju. Tapi ternyata dalam gramatika bahasa Arab (dalam satu hadis), Ufia itu artinya, aku ingin memenuhi janji secara sempurna. “Ini suatu amanah. Dan ini tidak main-main,”katanya H. Ardju memang tidak main-main. Dia mengaku telah menjalankan ZIS yang 35% ini dalam manajemen rumah tangganya sebelum dia mendirikan Ufia. Setelah lulus dari Akademi Teknik Kulit, Yogyakarta, Jurusan Penyamakan Kulit, dia bekerja di perusahaan sepatu Bata di Kalibata, Jakarta (1974-1986) “Ketika mau ke Jakarta, ayah sudah wanti-wanti agar saya jangan lupa membayar ZIS. Dan itu saya laksanakan,”kenang H. Ardju yang berasal dari Yogyakarta itu. Dengan berzakat, katanya, alhamdulillah hidupnya tenang dan dari segi ekonomi cukup. “Sukses itu relatif. Yang jelas, saya lebih baik dibanding dulu ketika datang pertama kali ke Jakarta. Dulu, di rumah kontrakan, makan satu bungkus berdua dengan teman. Sekarang, saya punya rumah, punya perusahaan dan kendaraan. Istilahnya, dulu kalau mau pergi naik apa ya, tapi, sekarang, pakai mobil yang mana,” katanya sambil tersenyum. Kalau itu dikatakan sebuah kesuksesan, ia tak ingin kesuksesannya itu hanya dinikmati dirinya sendiri. Ia ingin kesuksesan karena berzakat itu bisa mendjadi suatu model. Maka, ia mendirikan Ufia yang berlandaskan Quran dan Hadis dengan menerapkan ZIS sebesar 35%. Selain itu, ia juga mengajak konsumennya berinfak. Setiap liter air minum merk Ufia yang terjual diinfakkan sebesar 15%. Untuk penyaluran infak itu, Ufia bekerja sama dengan BAZNAS. Usianya baru tiga tahun. Tapi Ufia cukup berkembang. Bila tahun pertama hanya mampu menjual 1,8 juta liter, tahun kedua sudah mampu menjual hingga 8 juta liter. Maka, pada tahun pertama
infaknya Rp 27 juta dan pada tahun kedua Rp120 juta. Pada acara milad yang ketiga yang bertempat di aula masjid Al Ikhlas Jatipadang Jakarta Selatan, 23 April 2013, Ufia menyerahkan infaq konsumennya sebesar Rp. 117.500.000,-. Semua infak ini telah diserahkan ke BAZNAS yang dipimpin Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Berkembangnya usaha ini menunjukkan bahwa air minum merk Ufia sudah diterima oleh masyarakat. Ini terjadi karena Ufia menawarkan kualitas dunia dan akhirat. Dari sisi kualitas dunia, air minum Ufia diambil dari mata air Gunung Pangrango di Desa Cinaraga, Caringin, Bogor dengan kapasitas 30 liter/detik, diproses secara hygenis dan modern dengan teknologi mutakhir water treatment dan dilengkapi dengan sinar ultraviolet dan ozonisasi untuk membunuh dan membersihkan kuman secara maksimal. Selain itu, proses produksinya juga selalu diiringi dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Sedangkan dari sudut kualitas akhirat, Ufia mengajak para konsumennya untuk berinfak, yang insya Allah pahalanya bisa dinikmati di akhirat kelak. Maka wajar kalau kemudian, Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin mendoakan, “Insya Allah dengan minum air Ufia, Anda akan mendapatkan kenikmatan kesegaran, kesehatan dan keberkahan hidup serta mendapatkan kanikmatan akhirat berupa pahala.” Ufia, perusahaan syariah ini merupakan upaya pria berkulit putih itu hijrah dari bisnis sebelumnya yang konvensional. Selepas bekerja di perusahaan sepatu Naiki, ia membeli Stasiun Pengangkutan Pengisian Bulk Elpigi (SPPBE). Usaha ini sebenarnya memberi keuntungan yang besar. Tapi, teman usahanya tak mau menerapkan ZIS itu. Maka, ia keluar. Ia terdorong berbisnis karena ingat pesan ibunya, seorang penjahit, “Kamu itu jangan mau menerima gaji, tapi harus bisa memberi gaji.” Pesan ini, katanya, cocok dengan hadis Rasulullah Saw yang menyatakan, sembilam dari sepuluh pintu rezeki itu adalah berniaga.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 29
AGENDA RAMADHAN BAZNAS 1434 H
1 Juni 2013
25
Zakat Goes To Campus
Juni 2013
Indonesia Berzakat Bersama Presiden RI
agenda
30
Juni 2013
18-20 Juli 2013
“Orphanship” Pesantren Kilat di Atas Kapal Perang
Tarhib Ramadhan : Berari untuk anak Yatim
18
Juli 2013)*
19
Juli 2013 Buka Bersama 13 Ribu Anak Yatim, Serentak di 13 Kota
9 Juli 8 Agustus 2013 Java Overland, Donasi di Berbagai Titik Pulau Jawa. Tayang di MetroTV 1-30 Ramadhan 2013
“Muzaki Gathering” bersama Duta BAZNAS, Anggito Abimanyu
30 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
Jawazh Koordinir Pengelolaan Zakat di Malaysia dunia zakat
Zakat adalah perintah Allah yang wajib ditunaikan. Tapi, nyatanya tak semua muslim yang tergolong wajib bayar zakat (muzakki) mau melaksanakan kewajiban itu. Mereka perlu didorong lewat aturan atau sosialisasi. Di sini perlu peran pemerintah dan pengelola zakat yang profesional. Tanpa itu, jumlah zakat yang dihimpun menjadi kecil. Akhirnya, zakat tidak mampu didayagunakan lebih besar untuk hal-hal yang besar, misalnya kemiskinan dan pengangguran.
M
alaysia, sebagai negara yang digolongkan sukses dalam mengelola zakat, dulu-dulunya, sebelum 1980an, pernah mengalami kondisi seperti di atas. Katakanlah, pengelolaan zakatnya terbengkalai juga. Ketika itu, di Malaysia belum ada sistem dan sosialisasi zakat, sehingga penghimpunan dana zakatnya relatif masih sangat rendah. Melihat kondisi itu, Majlis Agama Islam (MAI) yang punya otoritas besar dalam pengelolaan zakat membuat terobosan. Yaitu, membentuk Pusat Pungutan Zakat (PPZ). Untuk pengelolaan haji, MAI, yang berada dalam kementerian
non-departemen ini membangun Tabung Haji (TH). Kedua lembaga ini sekarang menjadi rujukan beberapa negara di luar Malaysia. Gagasan pembentukan PPZ ini sudah ada sejak Mei 1989. Tapi, baru berjalan pada 1 Januari 1991. Waktu yang dua tahun ini digunakan MAI untuk melakukan kajiankajian tentang peningkatan penghimpunan zakat, seperti struktur dan sistem organisasi, model kampanye, dan kiatkiat marketing. Dalam hal ini MAI bekerja sama dengan konsultan asing, Coopers & Lybrand.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 31 Dari hasil kajian ini, kemudian PPZ menjadi perusahaan murni yang hanya bertugas menghimpun zakat. Ia berada di bawah koordinasi Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP) yang juga punya lembaga lain yang bertugas khusus sebagai agihan (penyalur) dana zakat. Yaitu, Baitul Maal (BM). PPZ ini kedudukannya sejajar dengan BM. CEO (Pejabat Eksekutif Tertinggi) pertama yang memimpin PPZ adalah Moh. Dahlan bin Abdul Latief, seorang profesional muda. Di bawah kepemimpinannya, PPZ menjadi lembaga zakat profesional yang diresmikan oleh pemerintah atau Perdana Menteri Dr. Mahathir Mohammad pada Maret 1991. Seperti BAZNAS, kalau di Indonesia. Sejak berdirinya PPZ, pengelolaan zakat di Malay sia mengalami perubahan cukup signifikan. Sebagai akibatnya, model pengelolaan zakat ala PPZ ini dicontoh secara luas di negara-negara bagian Malaysia. Kini selain Wilayah Persekutuan di Kualalumpur, lima negeri bagian lain seperti Malaka, Pahang, Selanggor, Pulau Pinang, dan Negeri Sembilan juga punya PPZ yang independen (berdiri sendiri). Delapan negeri lainnya, tidak punya PPZ tersendiri, tapi punya BM yang selain bertugas menyalurkan juga menghimpun zakat. Ini menandakan, pengelolaan zakat di Malaysia itu tidak secara nasional. Ke-14 negeri bagian itu diberi hak mengelola zakatnya masing-masing. Dalam Kultwit Irfan Beik tentang Sejarah Zakat di Malaysia, dijelaskan bahwa bila dibagi-bagi lebih detail lagi, sebenarnya secara umum model kelembagaan zakat di Malaysia terbagai jadi tiga kelompok setelah dibentuknya PPZ ini. Yaitu, korporasi, semi korporasi, dan negara secara penuh. Yang modelnya korporasi, berarti penghimpunan dan penyaluran zakat dilakukan oleh perusahaan (PPZ). Ini ada di Selangor, Serawak, dan Pulau Pinang. Yang semi korporasi (penghimpunan zakat oleh PPZ, tapi penyalurannya oleh MAI (Baitul Mal). Ini ada di Kuala Lumpur, Negeri Sembilan, dan Pahang. Sedangkan model Negara, yang penghimpunan dan penyaluran zakatnya oleh MAI (pemerintah) atau Baitul Maal ada di tujuh Negara bagian sisanya. Karena pengelolaan zakat ada di masing-masing negara bagian, regulasinya juga berbeda-beda. Ini memungkin terjadinya perbedaan penafsiran. Misalnya, penafsiran nishab, harta wajib zakat, sanksi untuk muzakki yang tidak membayar zakat, dan definisi delapan asnaf yang disebutkan dalam Al-Quran. Karena lembaga zakatnya independen di masing negara bagian, maka pada Maret 2004 Perdana Menteri Badawi mendirikan Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji (Jawazh). Jawazh ini ada di bawah kantor perdana
Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Sc. ternyata ada korelasi positif antara penghimpunan zakat dengan pendapatan zakat. Dengan kata lain, pemberian insentif berupa zakat sebagai pengurang pajak tidak menyebabkan perolehan pajak mengalami penurunan. menteri dan menjalankan fungsi koordinasi seluruh lembaga zakat di Malaysia. Dengan adanya koordinasi ini, pengelolaan zakat Malaysia tergolong berhasil, terutama dalam hal penghimpunan zakat. Misalnya, pada 2010 total zakat yang bisa dihimpun lembaga zakat se-Malaysia mencapai 1.360, 82 juta RM, atau sekitar Rp3,64 triliun. Ini tentu lebih besar bila dibandingkan dengan total dana zakat yang berhasil dihimpun oleh lembaga amil zakat Indonesia. Yang menarik, semua jenis zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada lembaga pengelola zakat di Malaysia mendapat insentif sebagai pengurang pajak. Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Sc. ternyata ada korelasi positif antara penghimpunan zakat dengan pendapatan zakat. Dengan kata lain, pemberian insentif berupa zakat sebagai pengurang pajak tidak menyebabkan perolehan pajak mengalami penurunan. Selain kebijakan ini, menurut CEO PPZ H. Mohd Rais, ada sejumlah faktor lain yang melahirkan kesuksesan zakat di Malaysia. Antara lain, budaya kerjanya berorientasi layanan muzakki, profesional, karyawan diposisikan sebagai aset, bekerja secara tim, dan adanya pelatihan-pelatihan. “Selain itu, dari segi ekonomi Malaysia itu bagus. Kelas Menengahnya banyak bermunculan,” katanya dalam Lokakarya Internasional tentang Zakat, Wakaf dan Keuangan Mikro Syariah di Bogor akhir April lalu. Menurut Rais, dalam operasional BM, pemerintah membuat anggaran tersendiri. Dengan adanya dana tambahan dari pemerintah itu, maka makin banyak dana yang bisa digunakan untuk membantu kaum dhuafa, baik berupa dana pendidikan maupun berbagai latihan keterampilan, seperti menjahit, bengkel, dan catering lewat Institut Kemandirian yang didirikan BM. BM juga membangun Institut Profesional dan Institut Pengajian Tinggi. Dengan membangun ini itu dana BM masih berlebih. Maka, dana berlebih ini diinvestasikan ke berbagai bisnis, seperti trading dan real estate.
dunia zakat
32 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Qudwah Zakat dari UIN Malang
opini
Pada akhir April 2013 lalu Prof. Dr. H. Imam Suprayogo resmi mengakhiri masa bakti sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah dijabatnya selama 16 tahun sejak STAIN sampai menjadi UIN.
Imam Suprayogo, nahkoda yang telah memberikan pengabdian, reputasi dan peran besar dalam merintis, membangun dan mengembangkan UIN Maulana Malik Ibrahim sehingga mencapai kemajuan seperti sekarang ini. Sebelum memimpin STAIN dan UIN, Imam Suprayogo adalah Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Prestasi dan reputasinya dalam mengembangkan UMM bersama Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar selaku rektor pada waktu itu menjadi track-record yang mengantar Imam Suprayogo memimpin STAIN dan UIN Malang.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 33
Memajukan dunia perzakatan tidak cukup hanya dengan sosialisasi dan edukasi melalui pidato dan tulisan yang bagusbagus, tetapi juga memerlukan kepeloporan, keteladanan, keberanian untuk memulai sesuatu yang baik, dan kepemimpinan yang satu kata dan perbuatan. UIN Malang telah memberi Qudwah itu. Oleh M. Fuad Nasar, M.Sc Wakil Sekretaris BAZNAS Sebagai cendekiawan muslim Imam Suprayogo seorang pengamat sosial, pendidikan, keagamaan dan politik yang rajin menuangkan pemikiran dan gagasannya di berbagai tulisan.Seorang penulis dan kolomnis yang produktif menghasilkan tulisan setiap hari sehabis shalat shubuh.
sekalipun tidak sebesar itu, para dosen, karyawan dan bahkan para wali mahasiswa memberi dukungan bersama-sama menghidupkan ZIS Kampus ini. Hasilnya, cukup menggembirakan, lembaga ini dalam batas-batas tertentu dapat meringankan beban orangorang yang memerlukan bantuan.”
Dalam tugasnya memimpin UIN, Imam Suprayogo berupaya menghilangkan dikotomi antara ilmu agama (Islam) dan ilmu umum dengan metode “pohon ilmu” yang dia populerkan di lingkungan perguruan tinggi Islam. Sampai saat ini telah ada beberapa tesis dan disertasi tentang pemikiran tokoh ini.
Imam Suprayogo bahkan menyumbangkan seluruh tunjangannya sebagai rektor untuk ZIS Kampus. “Uang itu semuanya langsung saya bayarkan ke ZIS Kampus. Alhamdulillah, ZIS ini menjadi berkembang, hingga bisa menggerakkan orang berzakat dan bahkan bisa memberi modal usaha di pedesaan.”
Salah satu terobosan penting Imam Suprayogo selama memimpin UIN Malang adalah mendirikan lembaga ZIS (Zakat, Infa dan Sedekah) Kampus. Pada waktu serah terima kepemimpinan UIN dari Prof. Dr. H. Imam Suprayogo kepada Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si sebagai rektor yang baru, Imam Suprayogo menyampaikan kesan dan pesan, “Kampus ini besar, karena kita bersatu. Bukan karena saya, bukan karena Anda, tapi karena kita semua. Ibarat jamaah yang selalu bersama-sama, maka pertahankanlah jamaah itu agar kita selalu bersama.”
Seandainya setiap perguruan tinggi di Tanah Air memiliki kepedulian dan tindakan nyata dalam mengorganisir potensi ZIS yang berasal dari pimpinan perguruan tinggi, staf pengajar, karyawan dan pihak lainnya, insya Allah masalah keuangan yang dialami mahasiswa kurang mampu akan dapat terselesaikan, di samping adanya program beasiswa bagi mahasiswa berprestasi.
Imam Suprayogo berharap kepada rektor penggantinya agar tetap mempertahankan tradisi baik yang sudah berjalan. “Karena tradisi-lah yang membuat UIN Maliki berbeda dengan kampus manapun. Salah satu tradisi yang dimaksud adalah gerakan Zakat, Infak dan Sedekah yang dikembangkan sejak tujuh tahun yang lalu.” ungkap beliau. Dalam buku Imam Suprayogo, Refleksi Pemikiran Menuju Indonesia Baru (UIN-Maliki Press, 2011) dapat kita baca seputar keberadaan lembaga ZIS Kampus di UIN Malang sebagai berikut, “Melalui lembaga ini diharapkan agar bisa membantu para mahasiswa yang mengalami kesulitan keuangan, misalnya untuk membayar SPP. Sejak itu, saya mencoba menyisihkan sebagian gaji yang saya terima sebesar sekitar 20 % setiap bulannya, selanjutnya saya setorkan ke lembaga ZIS Kampus ini. Alhamdulillah, apa yang saya lakukan,
Memajukan dunia perzakatan tidak cukup hanya dengan sosialisasi dan edukasi melalui pidato dan tulisan yang bagus-bagus, tetapi juga memerlukan kepeloporan, keteladanan, keberanian untuk memulai sesuatu yang baik, dan kepemimpinan yang satu kata dan perbuatan. UIN Malang telah memberi Qudwah itu. Qudwah zakat dari UIN Malang mengingatkan saya pada pepatah dalam bahasa Arab, “Dilalatul af’al anfa’u min dilalatil aqwali.” (petunjuk yang disampaikan melalui perbuatan lebih bermanfaat daripada yang disampaikan melalui ucapan). Dengan kata lain, mengajak dan menggerakkan orang dengan “bahasa perbuatan” akan lebih berkesan dan efektif dibanding sekadar “bahasa lisan” atau “bahasa tulisan”, sekalipun itu tetap perlu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran, “Hai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengucapkan apa yang tiada kamu perbuat? Sangat benci Tuhan, bahwa kamu ucapkan apa yang tiada kamu perbuat.” (QS Ash-Shaff [61]: 2 - 3) Wallahu a’lam.
opini
34 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Mohammad Natsir
Politisi yang Sederhana dan Santun Jabatan dengan segala fasilitasnya yang mewah, seringkali menyilaukan pemegang jabatan itu. Maka, tak heran kalau kemudian dia menjadi seorang pejabat yang arogan dan hidup bermewahmewahan, melupakan penderitaan rakyatnya.
tokoh
K
arakter negatif seperti itu tak dimiliki Mohammad Natsir, seorang ulama dan politisi Islam yang lahir di Minangkabau, Sumatera Barat, 17 Juli 1908. Ia pernah menjadi menteri penerangan tiga kali dan menjabat perdana menteri satu kali. Tapi ternyata hidupnya sederhana. Ia tidak silau terhadap kekayaan dan fasilitas mewah yang sebenarnya ada pada jabatannya itu.. Kesederhanaan Natsir yang dibesarkan di keluarga agamis ini disaksikan sendiri oleh George McTurnan Kahin, seorang Indonesianis yang kenal dengan Natsir. Penulis buku Nationalism and Revolution itu merasa heran karena sebagai Menteri Penerangan Natsir berpakaian jas yang penuh tambalan. “Pakaiannya sungguh tidak menunjukkan ia seorang menteri dalam pemerintahan,” tulis Kahin dalam buku berjudul Natsir, 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan, yang terbit pada 1978. Apa yang dikatakan Kahin, bisa jadi sesuai dengan pengalaman Yusril Ihza Mahendra pada masa
yang berbeda. Menurut Yusril yang pernah menjadi anggota staf Natsir itu, atasannya acapkali ke kantor mengenakan kemeja itu-itu saja. “Kalau tidak baju putih yang di bagian kantongnya ada noda bekas tinta, kemeja lainnya adalah batik berwarna biru, “kata Yusril, mantan Menteri Hukum dan HAM, itu. Ketika diangkat menjadi perdana menteri, pe mimpin Masyumi itu tetap sederhana. Ia tinggal di sebuah gang hingga seseorang menghadiahkan sebuah rumah di Jalan Jawa (sekarang Jalan HOS Cokroaminoto), Jakarta. Natsir juga menolak hadiah mobil Chevrolet Impala dari seorang cukong. Tentang penolakan hadiah ini, seorang putri Natsir, Muchliesah berkisah. Suatu ketika, katanya, dari balik lemari yang menjadi sekat ruang tamu, ia bersama empat adik dan sepupunya mencuri dengar pembicaraan sang ayah dengan seorang tamu dari Medan. Mereka mendengar sang ayah akan diberi sumbangan mobil sedan besar buatan Amerika yang tergolong mewah pada 1956.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 35 Lies, panggilan akrab Muchliesah, menyangka mobil Chevrolet Impala yang sudah terparkir di depan rumahnya itu akan menjadi milik keluarganya. Tapi, ternyata tidak karena ayahnya menolak pemberian itu. Padahal ketika itu, Natsir sebagai anggota parlemen dan pemimpin fraksi Masyumi, hanya punya mobil pribadi bermerk DeSoto yang sudah kusam. Pemegang gelar Doktor Honoris Causa Universitas Islam Indonesia (dulu Sekolah Tinggi Islam), Yogyakarta, itu, menolak pemberian hadiah itu dengan cara halus agar si pemberi tidak tersinggung atau kehilangan muka. Dengan santun pula ia menasihati putrinya “Pandai-pandailah mensyukuri nikmat yang ada. Mobil itu bukan hak kita. Lagi pula mobil yang ada masih cukup.” Nasihat Natsir itu benar-benar dipatuhi anak dan istrinya. Buktinya, mereka tidak manja dan lupa diri meski sebenarnya mereka bisa memanfaatkan semua fasilitas ayahnya sebagai pejabat tinggi. Lies yang saat itu kelas II SMP tetap naik sepeda ke sekolah. Adikadiknya diantar jemput dengan mobil DeSoto yang dibeli dari uang sendiri. Sedangkan sang ibu, masih kerap berbelanja ke pasar dan memasak sendiri. “Keluarga kami sama sekali tidak pernah memanfaatkan fasilitas pemerintah, misalnya perjalanan dinas,” kata Lies. Karena kesederhanaannya ini, Natsir sangat hati-hati dalam menerima dana. Ketika mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri pada 1951, ia disodori catatan sisa dana taktis yang jumlahnya lumayan banyak oleh sekretarisnya, Maria Ulfa. Natsir tidak mau menerima dana itu sepeser pun, meskipun, kata Maria Ulfa, dana itu menjadi haknya. Dana itu akhirnya dilimpahkan ke koperasi karyawan. Selain menolak dana itu, di ujung jabatannya itu, Natsir juga meninggalkan mobil dinasnya di Istana Presiden. Lalu, ia pulang berboncengan sepeda dengan mantan sopirnya. Kesantunan Natsir juga ada dalam kegiatan politiknya. Hal ini dialami Akbar Muzakki, wartawan yang tinggal di Surabaya ketika menemuinya di Pesantren Persis Bangil Pasuruan pada 1989 dalam acara silaturahmi Keluarga Besar Bulan Bintang yang dihadiri sejumlah ormas, antara lain Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), dan Persis. Ketika itu tengah terjadi masalah ideologi partai politik rusak akibat penerapan asas tunggal. Menurut Akbar, dalam tausiahnya, Natsir menyarankan agar umat Islam bersatu di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dan jika di
masa yang akan datang terjadi perubahan besar dalam partai Indonesia, Natsir tetap berharap, partai-partai Islam itu agar membentuk fraksi Islam dalam dewan.” Biar partai Islam berbeda, jaga terus dalam fraksi Islam. Itu kekuatan terakhir.”
Selain dikenal sebagai sosok yang sederhana dan santun, Natsir juga seorang yang tegas sehingga ia disegani sekaligus ditakuti musuh-musuh politiknya. Tak jarang ia keluar masuk penjara karena bersuara lantang membela kebenaran. Ya, ketika itu, Natsir tidak mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia. Namun, negara-negara lain sangat menghormati dan menghargainya, sehingga ia banyak menerima penghargaan, seperti bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia (1957), Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi (1980), dan gelar kehormatan dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malasia (1991). Pemerintah Indonesia baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya. Yaitu, pada 10 November 2008, Natsir dinyatakan s e b a g a i Pahlawan Nasional Indonesia.
tokoh
36 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
kiprah
Rumah Pintar Pijoengan-BAZNAS
sEJENGKAL TANAH SEJUTA HARAPAN
Sabtu, 27 Mei 2006, pk. 05.53 WIB, Yogyakarta diguncang gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter. Gempa itu meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Yogyakarta, termasuk di antaranya Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Warga Piyungan, khususnya yang tinggal di Desa Srimartani, ketika itu benar-benar trauma, bingung, dan galau. Hidup mereka seakan tanpa harapan dan tanpa masa depan. Di tengah kegalauan dan keterpurukan itu, hadirlah Rumah Pintar (Rumpin) Pijoengan - BAZNAS yang menghibur, membangkitkan, dan memberi secercah harapan. Bahkan, sejuta harapan. Sebab, bersama para pengelola Rumpin Pijoengan BAZNAS, masyarakat Piyungan akhirnya mampu mengubah sejengkal tanah menjadi sejuta harapan.
foto: ©miroslav arofich
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 37 Rumpin yang diresmikan pada 12 Maret 2008 oleh Ketua Umum BAZNAS Prof. Dr. Didin Hafidhudin dan Ketua Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) Ibu Widodo AS itu, awalnya menempati rumah kontrakan, satusatunya rumah saat itu yang tak roboh oleh gempa bumi. Kegiatannya pun terbatas hanya untuk menghibur dan meningkatkankan minat baca anak-anak korban gempa. Dengan demikian, Rumpin Pijoengan, ketika itu, hanya merupakan sentra baca dan permainan. Menurut pengelola Rumpin Pijoe ng an Teguh Waluyo, kegiatan itu dilakukan karena memang itu yang menjadi kebutuhan anak-anak waktu itu. “Anak-anak kan trauma hingga perlu dihibur dengan permainan-permainan dan bacaan-bacaan. Selain minat bacanya rendah, mereka juga tak mampu membeli buku. Maka, kami sediakan buku-buku bacaan,” kata penggagas pendirian Rumpin Pijoengan itu kepada reporter majalah Zakat akhir Maret lalu di Piyungan, Bantul. Namun, setelah Rumpin Pijoengan menempati tempat sendiri seluas 3000 meter persegi di Kecamatan Piyungan, sekitar 7 km dari Candi Prambanan pada Januari 2010, kegiatannya mulai berkembang. Rumpin Pijoengan tidak hanya jadi sentra baca untuk anak-anak, tetapi juga jadi sentra keterampilan jahit dan bordir buat ibu-ibu. Atau, jadi sentra pertanian untuk para petani. Hingga saat ini, paling tidak, ada lima sentra Rumpin Pijoengan yang bisa dimanfaatkan masyarakat Piyungan. Pertama, sentra baca dan buku. Lewat sentra ini anak-anak atau siapa saja yang mau, bisa membaca buku di ruangan baca atau meminjamnya tanpa biaya sewa. Anak-anak sekolah dasar (SD) yang belum lancar membaca, lewat sentra ini, bisa belajar membaca. Dalam waktu dua minggu mereka jadi lancar membaca. Kedua, sentra kesehatan. Lewat sentra ini ibu-ibu bisa memeriksakan kesehatan balitanya. Ini semacam pos pelayanan terpadu (posyandu). Ketiga, sentra komputer dan audiovisual. Di sini anak-anak bisa belajar internet dan bermain game. Keempat, sentra keterampilan menjahit dan membordir. Lewat sentra ini ibu-ibu bisa meningkatkan keterampilan dalam menjahit dan membordir. Kelima, sentra pertanian. Salah satu kegiatannya adalah penyewaan pompa air dan traktor. Petani yang menyewa traktor di Rumpin Pijoengan akan mendapat pengembalian berupa voucer, misalnya senilai Rp20 ribu yang bisa ditukarkan dengan kebutuhan petani untuk bertaninya, seperti bibit, pestisida, dan pupuk. Ini tersedia di Rumpin Pijoengan dengan harga distributor yang lebih murah dibanding di toko pertanian. BAZNAS memberikan bantuan dua traktor. Yang satu lagi dimanfaatkan oleh kelompok tani. Tapi kelompok tani tidak menggunakan teknik penyewaan seperti Rumpin Pijoengan. Menurut Teguh, dana zakat yang diberikan dalam
“Dengan cara ini diharapkan, para ibu tidak perlu lagi membeli sayuran ke pasar, tapi cukup memetik di pekarangannya.” bentuk traktor, jauh lebih bermanfaat daripada diberikan cash langsung. Sampai sekarang, sudah lima tahun traktor itu digunakan.“Insya Allah, selama traktor itu masih dipakai, pahala amal itu masih mengalir buat muzakki,” katanya. Kegiatan lain dari sentra pertanian adalah melatih ibu-ibu menanam sayuran secara organik di pekarangan. Dengan tanah sejengkal diupayakan bisa menjadi sejuta harapan. “Dengan cara ini diharapkan, para ibu tidak perlu lagi membeli sayuran ke pasar, tapi cukup memetik di pekarangannya. Bahkan, kami dorong agar mereka juga bisa menjualnya,” kata Teguh. Selain itu, di sentra ini ada juga farming school atau sekolah tani. Di sini masyarakat bisa belajar tentang pertanian secara komprehensif, misalnya menanam cabe dengan menggunakan pupuk kompos. Petani juga bisa belajar menanam padi menggunakan teknologi SRI (System Rice Instensification). Untuk pengembangan padi SRI, Rumpin Pijoengan melalui program Zakat Community Development BAZNAS bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian UGM telah membuat percontohan (demonstrasi plot) di dusun Mutihan dan Daraman, Srimartani. “Program pemberdayaan masyarakat, idealnya mendorong local person untuk berperan aktif seperti Teguh yang mengelola Rumpin Pijoengan . Tugas kami mengintroduksi program yang bisa diterapkan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya,” ujar Dr. Ir. Lilik Soetiarso, M.Eng. Dekan FTP UGM, penanggung jawab ZCD Srimartani. Selain di Rumpin sendiri, terdapat juga unit layanan keliling berupa layanan kesehataan, Motor Pintar, dan pemberdayaan masyarakat. Atas adanya berbagai program ini, khususnya sentra pertanian dan keterampilan produktif, dengan mengusung ikon Sejengkal Lahan Seluas Harapan, Rumpin Pijoengan mendapat penghargaan sebagai Rumpin terbaik di Indonesia dalam kategori pengembangan sentra. Piala penghargaannya diserahkan oleh Ibu Ani Yudhoyono pada peresmian Padepokan Mutumanikam Nusantara Indonesia di Desa Cibatutiga, Jonggol, Bogor, 22 Juli 2010.
kiprah
38 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
ANDA BERTANYA KAMI MENJAWAB Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua umum BAZNAS
Zakat Penghasilan
Manakah yang paling tepat menurut syariat, mengeluarkan zakat penghasilan sebelum dipotong dulu oleh pajak (yang biasanya 15%) atau sesudah dipotong pajak? Setiap calon jamaah haji yang ingin melunasi ongkos naik haji (ONH) diharuskan menyetorkan atau mengelurkan zakat ONH kepada petugas haji. Apakah zakat tersebut ada landasan syariatnya? Sutisna, Bogor
tanya jawab
Ada pendapat yang menyatakan bahwa pajak itu termasuk ke dalam rumpun utang yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Karena itu, zakat dikeluakan setelah dipotong pajak. Akan tetapi, ada juga yang menyatakan bahwa zakatlah yang harus didahulukan. Artinya, zakat dikeluarkan sebelum dipotong pajak. Sebab, zakat adalah utang kepada Allah Swt yang harus didahulukan dan diutamakan. Yang penting, dalam kondisi kita sekarang ini, keduanya dikeluarkan. Pada prinsipnya, zakat itu dikeluarkan pada waktu kita mendapatkan suatu penghasilan atau harta lainnya yang memenuhi persyaratan tertentu, bukan pada waktu kita mengeluarkan atau membayar sesuatu, termasuk membayar ONH, misalnya. Sebagai ilustrasi, jika Pak A memiliki penghasilan Rp100 juta, lalu mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dan setelah mengeluarkan zakatnya itu Pak A membayar ONH, maka tentu saja uang ONH itu tidak perlu dizakati lagi. Jika Pak A belum pernah mengeluarkan zakat dari hartanya tersebut, maka sebelum menyetor ONH ia harus mengeluarkan zakatnya terlebih dahulu dan berikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik), seperti yang digambarkan dalam QS AtTaubah:60.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 39
tanya jawab
Zakat profesi
Zakat Mal 2,5%
Saya bekerja sebagai akuntan publik dan bekerja sama dalam sebuah firma (usaha bersama). Apakah untuk profesi saya ini juga diwajibkan untuk berzakat? Adakah dasar hukum yang mengatur hal seperti ini? Bagaimana menghitung zakat saya, apakah melalui saya pribadi atau firma saya itu? Syafei Ridwan Jakarta
Zakat mal adalah 2,5% dari penghasilan. Apakah penghitungan 2,5% itu bedasarkan jumlah penghasilan (gaji) yang tertera dalam slip gaji atau dihitung dari gaji yang telah dipotong (take home pay) dari berbagai kewajiban, seperti cicilan rumah, pinjaman koperasi, dan iuran Korpri (untuk pegawai negeri)? Hadi, Jakarta Timur
Setiap pekerjaan halal (termasuk akuntan publik) yang mendatangkan penghasilan, setelah dihitung selama satu tahun hasilnya mencapai nisab (senilai 85 gram emas), maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Ini berdasarkan firman Allah dalam QS Al-Baqarah:267: Wahai sekalian orang yang beriman, infakkanlah/ keluarkanlah zakat dari sebaik-baik hasil usahamu…” Juga dalam QS At-Taubah: 103: …ambillah olehmu sedekah/zakat dari harta mereka…” Juga berdasarkan sebuah hadis sahih riwayat Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah Saw bersabda,” Keluarkanlah olehmu sekalian zakat dari harta kamu sekalian.”
Zakat mal adalah zakat yang diwajibkan atas harta (mal) yang dimiliki oleh seseorang dengan ketentuan tertentu. Yang termasuk ke dalam harta (mal) yang wajib dizakati adalah hasil pertanian, peternakan, perniagaan, harta simpanan (emas dan perak), dan harta temuan. Setiap jenis harta itu memiliki ketentuan zakat yang berbeda. Misalnya, zakat hasil pertanian adalah 10% atau 5%, zakat perniagaan 2,5%, zakat temuan (rikaz) 20%, dan lain-lain.
Jika Anda dalam melaksanakan pekerjaan ini bekerja sama dengan orang lain dalam sebuah firma, maka untuk memudahkan perhitungannya, Anda mengeluarkan zakatnya secara pribadi saja.
Zakat penghasilan (profesi ) termasuk ke dalam kategori zakat harta simpanan (emas dan perak). Tentu saja apabila penghasilannya masih memiliki kelebihan (dapat disimpan) setelah dikurangi kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus ditunaikan. Besarnya 2,5%. Yang termasuk dalam kebutuhan pokok adalah pangan dan sandang.
40 | Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H
sirah
Utsman bin Affan
Sahabat yang Dermawan
Berbahagialah seorang hamba yang dikaruniai harta melimpah, lalu ia belanjakan harta itu di jalan Allah dan demi kepentingan umat. Sebab, dengan kedermawanannya itu, ia akan mendapatkan Surganya Allah di akhirat kelak.
Edisi Maret-April 2013 M | Jumadil Awwal 1434 H | 41
H
al itulah yang dilakukan Ustman bin Affan r.a. Beliau adalah sahabat Rasulullah Saw yang sangat setia. Kesetiaannya ini ia buktikan dengan kedermawanan. Tak terhitung hartanya yang beliau sumbangkan untuk kepentingan umat dan dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Suatu ketika, rombongan kaum Muhajirin tiba di Madinah. Mereka sangat membutuhkan air. Tapi, pada saat itu Madinah sedang dilanda kekeringan dan hanya ada satu sumber mata air, yaitu sumur Rumah, milik seorang lelaki dari Bani Ghifar. Ia biasa menjual satu qirbah (kantung dari kulit) airnya diganti dengan satu mud makanan. Melihat situasi seperti ini, Rasulullah Saw bertanya ke pemilik sumur Rumah itu: “Sudikah kamu menjual mata air itu dengan ganti satu mata air di Surga?” Lelaki itu menjawab:”Wahai Rasulullah, aku tidak punya apa-apa lagi selain sumber air ini. Dan aku tidak bisa menjualnya seperti permintaan engkau.” Pembicaraan itu didengar oleh Utsman bin Affan. Dia menemui Nabi Saw, lalu bertanya,” Akankah aku mendapatkan mata air di Surga seperti yang engkau janjikan kepada laki-laki dari Bani Ghifar tadi?” Nabi menjawab:” Tentu saja.” Utsman pun berkata;” Kalau begitu, biarlah aku yang membelinya, dan aku mewakafkannya untuk kaum Muslimin.” Sumur Rumah itu dibeli Utsman bin Affan dengan harga 35.000 dirham. Pada waktu yang lain, kota Madinah tertimpa musim paceklik. Harga bahan pangan pun jadi mahal karena ketersediaannya langka. Di tengah situasi seperti itu, datanglah iring-iringan kafilah dagang Utsman bin Affan dari Syam. Mereka membawa1000 ekor unta yang penuh dengan muatan gandum, minyak, dan anggur. Kehadiran kafilah dagang Utsman disambut gembira oleh para pedagang di Madinah. Sebagian dari mereka mau membeli bahan pangan itu dengan harga lima kali lipat dari harga belinya. Tapi, Utsman ingin harganya sepuluh kali lipat dari harga belinya. Sebab, kata Utsman, sesungguhnya Allah Swt menjanjikan kepadanya untuk memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham, seperti dalam firman-Nya: “Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat, maka ia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)’ QS Al-Anam:160).
Lalu, Utsman bertanya,” Adakah di antara kalian yang mampu membelinya?” Mereka menjawab: “Tidak!” Bagi mereka, harga sebesar itu sungguh harga yang sangat mencekik. Maka, Utsman berkata,”Saksikanlah oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku sedekahkan bagi fakir miskin di Madinah!” Ketika terjadi perang Tabuk, Utsman pun meng gelontorkan banyak dinarnya. Dari Abdurrahman bin Samurah r.a, ia bercerita: “Suatu ketika Utsman bin Affan menemui Nabi Saw dengan membawa seribu dinar di bajunya. Saat itu, beliau tengah mempersiapkan pasukan untuk menghadapi Perang Tabuk. Utsman meletakkan uang dinar itu di pangkuan Rasulullah Saw. Beliau lantas membolak-balikkan dinar-dinar itu dengan tangannya, seraya bersabda: “Setelah hari ini, apa pun yang dilakukan Utsman tidak akan membahayakan dirinya (di akhirat).” Menurut Abdurahman bin Auf r.a, Utsman bin Affan mempersiapkan dana sebesar 700 uqiyah emas bagi pasukan kaum Muslimin yang akan menghadapi Perang Tabuk. Sedangkan menurut Khalid bin Sufwan, Utsman bin Affan menyiapkan 750 ekor unta dan 50 ekor kuda guna menghadapi Perang Tabuk. Selain dikenal sebagai seorang dermawan, menantu Rasulullah Saw itu juga seorang yang sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan berdiri shalat. Beliau hanya tidur sejenak pada awal malam, sedangkan siangnya beliau lewati dengan puasa sunnah. Beliau juga sangat banyak membaca Al-Quran. Bahkan, selalu mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Mati syahid Utsman sudah dilisankan langsung oleh Rasulullah Saw. Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Suatu hari Nabi Saw mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tiba-tiba gunung tersebut berguncang. Maka, beliau bersabda,’Tenanglah wahai Uhud, sesungguhnya yang ada di atasmu ini adalah seorang Nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid.” (HR Bukhari). Syahidnya Utsman diawali dengan adanya fitnah besar yang dikobarkan Abdullah bin Saba, seorang Yahudi asal Yaman yang berpura-pura masuk Islam. Ia menaburkan keraguan di tengah kelompok tentang akidah mereka serta mengecam Utsman bin Affan. Dalam hadis riwayat At-Tirmizi dijelaskan, “Rasulullah Saw pernah menyebutkan tentang suatu fitnah, lalu beliau bersabda tentang Utsman, ‘Pada masa terjadinya fitnah tersebut, orang (Utsman) ini akan terbunuh dalam keadaan mazhlum (dizhalimi).’’ Dalam hadis lain yang diriwayatkan Bukhari dijelaskan bahwa Utsman bin Affan akan masuk surga dan bahwa ia akan ditimpa suatu ujian atau cobaan dalam hidupnya.
sirah
42 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
BAGI ANGGITO ABIMANYU, MEMBAYAR ZAKAT ITU MUDAH
sahabat zakat
BAZNAS tak salah memilih Anggito Abimanyu, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai Duta Zakat BAZNAS. Sebab, dia adalah seorang tokoh panutan yang memang suka berzakat.“Saya ini pembayar zakat. Sudah lima tahun ini saya selalu mengisi SPT dengan pengurang pajak, yaitu zakat,” katanya. Ia mengaku senang diberi amanah sebagai Duta Zakat BAZNAS. “Saya senang dimanfaatkan u n t u k
kepentingan zakat. Insya Allah, saya akan men-syiarkan zakat bersama pajak karena saya juga duta pajak,” kata mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, itu. Doktor lulusan University of Pennsylvania Philadelphia, Amerika Serikat, itu, tentu banyak tahu tentang pajak. Tapi soal zakat, ia mengaku belum tahu banyak. Ia baru belajar tentang zakat. Namun, bukan berarti zakat itu suatu yang sulit. Baginya, kalau mau berzakat tidak perlu susah-susah dihitung dengan rumus pendapatan dan pengeluaran atau grass income. “Kalau berzakat itu, paling gampang adalah pendapatan kita dipotong 2,5% karena yang 2,5% itu bukan uang kita,”katanya. Dia juga senang saat diberi Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) oleh BAZNAS. Lalu, dia menyandingkan NPWZ itu dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang selalu ia bawa. “NPWZ dan NPWP ini akan selalu saya sandingkan. Ini adalah contoh, bahwa sebagai warga negara dan umat Islam kita harus taat mengeluarkan pajak dan zakat,” kata akademisi yang juga piawi memainkan saxophone itu.
BAGI INDAH DEWI PERTIWI, BERBAGI ITU INDAH Sosialisai dan edukasi tentang zakat lewat berbagai media perlu terus dilakukan. Dengan cara itu, diharapkan para wajib zakat (muzakki) terdorong untuk membayar zakat, seperti yang dialami Indah Dewi Pertiwi atau yang akrab disapa IDP. Penyanyi kelahiran Bogor 30 Januari 1991 itu, mulai membayar zakat lewat BAZNAS setelah lebaran tahun lalu. Dia banyak tahu tentang BAZNAS, sejak release album religinya featuring dengan Bimbo yang didistribusikan oleh BAZNAS. Dalam album ini IDP menyanyikan tiga buah lagu Bimbo yang berjudul Tuhan, Taqaballahu Minna Waminkum, dan La Haula Wala Kuwwata.“Insya Allah aku akan terus membayar zakat,” katanya. IDP mau membayar zakat karena zakat itu suatu kewajiban yang harus dia tunaikan. Selain itu, baginya berbagi itu adalah hal yang paling menyenangkan. “Setelah membayar zakat,
perasaanku pasti lebih bahagia. Sebab, aku sudah menjalankan kewajibanku sebagai muslim. Dan aku juga bisa menikmati keindahan berbagi,” kata pelantun lagu “Aku tak Berdaya” itu.Dia berharap, zakat yang telah dia keluarkan itu bisa didistribusikan dengan baik dan tepat oleh BAZNAS. Sebagai entertainer saat ini ia terus melakukan latihan-latihan untuk memberikan penampilan terbaiknya, melebihi kesuksesan penampilan pada peluncuran album keduanya yang berjudul Teman Terindah, 24 Februari 2012, yang disiarkan secara live oleh SCTV. “Tanggal itu begitu bersejarah dalam hidupku,” katanya.
Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H | 43
44 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H
Kegalauan Buruh dan Peran Zakat. catatan zakat
Bulan Mei termasuk bulan yang di dalamnya banyak peristiwa penting yang diperingati oleh bangsa Indonesia. Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati pada tanggal 20 Mei. Dan tentu saja 1 Mei sebagai Hari Buruh (May day) yang diperingati bukan hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Sejak era reformasi, peringatan hari buruh selalu diwarnai unjuk rasa oleh para buruh di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Setiap unjuk rasa, buruh menyampaikan tuntutan perbaikan kesejahteraan, baik dari aspek regulasinya maupun penerapan dan pengawasan penerapan regulasi tersebut. Unjuk rasa ini sering berakhir dengan damai seperti pada 1 Mei 2013 ini, namun tidak jarang berakhir dengan rusuh, baik dengan aparat maupun dengan masyarakat lainnya. Unjuk rasa para buruh dapat menunjukkan bahwa ada ketidakadilan atau kebutuhan (bukan keinginan) yang belum terpenuhi yang dirasakan oleh mereka. Dalam konteks ini, kita dapat menghubungkannya dengan zakat. Sebab, salah satu definisi orang miskin yang masyhur di kalangan umat adalah mereka yang memiliki penghasilan namun tidak memenuhi 100% kebutuhannya (sekali lagi bukan keinginan). Kita sama-sama pahami bahwa orang miskin merupakan salah satu asnaf mustahik zakat. Bertitik tolak dari benang merah tersebut, menjadi keharusan bagi para pengelola zakat memastikan, merumuskan, dan merealisasikan peran zakat dalam meningkatkan kesejahteraan
Teten Kustiawan Direktur Eksekutif BAZNAS
para buruh. Para pengelola zakat harus memiliki keyakinan yang cukup ketika menyatakan bahwa sebagian para buruh adalah benar pihak yang berhak (mustahik) atas zakat sesuai dengan ketentuan syari’ah Islam sebagaimana amanah UU Zakat No. 23 Tahun 2011 dan mengetahui sebabsebab mengapa para buruh masuk sebagai mustahik zakat. Hal ini penting agar (1) terwujud keadilan dalam penyaluran zakat di tengah banyaknya mustahik zakat dan terbatasnya dana zakat yang terhimpun, dan (2) efektif dalam penyaluran zakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan. Memahami apa yang harus dilakukan amil zakat untuk satu segmen saja dari satu asnaf mustahik zakat seperti yang ungkapkan di atas, kita akan merasakan sungguh luar biasa tanggung jawab dari para pengelola zakat. Terkait hal ini, Wakil Menteri Agama RI Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, dalam halal bi halal di BAZNAS, menyampaikan tausiah bahwa tugas amil zakat bukan hanya menghimpun dan menyalurkan zakat, namun juga harus menjadi sahabat spiritual bagi para mustahik. Ya Allah yang Maha Perkasa, berilah kekuatan kepada kami untuk dapat menunaikan amanah ini dengan baik dan benar sehingga kami mendapat ridha-Mu. La haula wala quwwata illa billah.
Share pendapat kamu tentang manfaat zakat untuk masyarakat sekitar dan ikuti lomba Menulis Blog/Notes Facebook kamu Pengumpulan karya: 1 Juni – 31 Juli 2013
Masing-masing pemenang akan memperoleh hadiah sebesar: Juara 1 Rp 2.000.000,Juara 2 Rp 1.500.000,Juara 3 Rp 1.000.000,Kirimkan link blog/notes facebook karya kamu ke
[email protected]
Nantikan seri workshop fotografi dan menulis blog di kampus-kampus perguruan tinggi yang lain.
Informasi lebih lengkap kunjungi: www.baznas.or.id/kompetisicreatifbaznas
46 | Edisi Mei-Juni 2013 M | Rajab 1434 H 1434 H