1
STAIN Palangka Raya
MENGGALI POTENSI UMAT MELALUI ZAKAT (Studi terhadap Pelaksanaan Zakat di Kota Palangka Raya) Rahmaniar Abstrak Zakat, baik itu zakat fitrah atau zakat mal (harta), sebenarnya telah dilaksanakan oleh umat Islam sejak 14 abad yang silam. Rukun Islam yang ke-empat ini pun bukan menjadi fenomena unik lagi pada masyarakat sekarang, sebab semua orang Islam, bahkan non-muslim, telah mengetahui tentang dimensi filantropis Islam ini. Namun uniknya, justru komunitas termiskin di dunia, dari seluruh komunitas agama yang ada, adalah komunitas muslim. Negaranegara yang berstatus sebagai negara berkembang (bukan negara maju) pun rata-rata adalah negara yang banyak dihuni oleh orang Islam. Ada apa sebenarnya dengan zakat ini? Bagaimana sebenarnya pelaksanaan zakat dimaksud? Termasuk pula di sini bagaimana pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaannya? Demi menjawab pertanyaan tersebut, tentu tidak mungkin dilakukan hanya dengan melihat selintas aktivitas zakat yang ada di masyarakat, namun perlu dilakukan suatu penelitian yang mendalam untuk masalah ini. Dan merupakan suatu kemustahilan pula jika harus meneliti keseluruhannya dalam scope suatu negara, hingga untuk ini, penelitian dalam kerangka menggali potensi umat melalui zakat ini dibatasi pada suatu distrik (kota) yang menjadi bagian dari wilayah negara Indonesia, yakni Kota Palangka Raya, dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi,wawancara dan dokumentasi dengan menggunakan model analisis interaktif. Melalui penelitian ini ditemukan fakta bahwa pelaksanaan zakat yang ada di Kota Palangka Raya pada dasarnya diselenggarakan dalam 2 (dua) pola dasar, yakni pola perorangan, masjid/langgar/mushallo, dan pola Badan Amil Zakat Kota Palangka Raya sendiri, atau yang sering diistilahkan dengan BAZIS. Berawal dari dua pola dasar di atas – terutama sekali pada pola pertama – inilah diketahui sebab musababnya mengapa dana zakat yang selama ini semestinya bisa menjadi potensi besar bagi perekonomian umat menjadi tidak tergali secara maksimal.
Kata kunci: Pola, Pelaksanaan, Zakat. A. Pendahuluan Dalam Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pada Penjelasan Umum, dikemukakan bahwa zakat sebagai Rukun Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu untuk membayarnya, dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Lebih lanjut, dalam Undang-undang tersebut dijabarkan pasal demi pasal tentang pelaksanaan zakat. Zakat menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, terutama untuk mengurangi kemiskinan yang
*
Penulis adalah dosen pada Jurusan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya. Alamat Kantor Jl. G. Obos Komplek Islamic Centre Palangka Raya Kalimantan Tengah 73112.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
2
STAIN Palangka Raya
berakibat pada kesenjangan sosial. Untuk itu diperlukan pengelolaan zakat secara profesional, baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. A.M. Syaefuddin mengatakan, bahwa zakat merupakan suatu cara untuk mengurangi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, bahkan diharapkan zakat dimaksud mampu untuk memberantas kemiskinan.1 Apa yang diharapkan dalam pernyataan di atas ternyata pernah terbukti pada masa klasik pemerintahan Islam. Kita tentu masih bisa mengingat bagaimana peristiwa yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, yang hanya dalam waktu singkat (sekitar dua tahun enam bulan) memerintah, pemerintahnya sudah merasa kesulitan untuk menyalurkan zakat dikarenakan sudah tidak ada lagi orang yang berhak untuk menerima zakat (mustahiq). Artinya, sudah tidak ada lagi para fakir, kaum miskin, bahkan ghârimîn (orang yang terhutang) sekalipun. Begitu pula halnya yang dialami oleh gubernur Mu’adz bin Jabal, hanya sekitar tiga tahun ia dapat mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Sampai-sampai seluruh koleksi ZIS (Zakat, Infak dan Sadakah) pada tahun ketiga disetorkan ke pemerintah pusat di Madinah. Tentu, pengelolaan ZIS pada saat itu benar-benar dikelola secara profesional (sesuai masanya) dengan berbagai sarana, personal, sistem yang baik, dan sangat amanah, serta adanya kesadaran yang tinggi dari pihak 'agniyâ' (kaum kaya). Bagaimana dengan wilayah kita sendiri, Indonesia? Wilayah yang telah punya Undang-undang sendiri tentang Zakat dimaksud ini sejak pertengahan tahun 1997 bangsa Indonesia ditimpa oleh krisis ekonomi, dan bahkan sampai sekarang krisis tersebut masih dirasakan, dan berimbas ke berbagai sektor hingga terjadi multi-krisis (ekonomi, politik, hukum, moral, kepercayaan dan lainnya). Dampak nyata dari krisis ekonomi ini adalah bertambahnya penduduk miskin, meningkatnya kuantitas pengangguran dan semakin banyaknya anak putus sekolah. Memang, dalam segala waktu dan ruang kita selalu dihadapkan pada kenyataan adanya umat yang kaya dan miskin, baik pada zaman dahulu maupun masa sekarang, di negara maju maupun negara sedang berkembang. Dan yang namanya kemiskinan memang selalu ada dan selalu susah penyelesaianya secara tuntas. Meskipun demikian, Islam selalu menganjurkan untuk memberantas atau setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan. Salah satu caranya melalui pelaksanaan dana zakat, yang kaya membantu yang miskin atau yang lemah, sehingga dengan demikian diharapkan dapat terwujud keadilan dan kemakmuran. Dari pengumpulan dana zakat tersebut diharapkan masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim ini dapat terentaskan dari belenggu kemiskinaan dan kebodohan. Namun sampai sekarang, keberadaan zakat yang sudah sekian lama berjalan masih belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, fungsi zakat dalam mengentaskan kemiskinan sekarang ini masih dalam tataran doktrinnormatif semata, padahal pada masa lampau zakat pernah memainkan peran yang 1
A.M.Syaefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam (Rajawali, Jakarta, 1987), h. 118.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
3
STAIN Palangka Raya
sangat signifikan, seperti pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz serta gubernur Muaz bin Jabal. Hal yang demikian menimbulkan suatu pertanyaan, apakah kesadaran para muzakkîy (pembayar zakat) sudah berkurang? Ataukah ada yang keliru dalam pengelolaannya, baik yang dikelola oleh Badan Amil Zakat (BAZ) pada masjid-masjid, mushalla, yayasan, dan BAZIS yang dikelola Pemerintah setempat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentu tidak mungkin dilakukan hanya dengan melihat selintas aktivitas zakat yang ada di masyarakat, namun perlu dilakukan suatu penelitian yang mendalam untuk masalah ini. Adalah suatu kemustahilan pula jika harus meneliti keseluruhannya dalam scope suatu negara, hingga untuk ini dibatasi pada suatu distrik (kota) yang menjadi bagian dari wilayah negara Indonesia dimaksud, yakni kota Palangka Raya. B. Rumusan Masalah Fokus masalah yang ingin diteliti pada tataran ini adalah bagaimana pelaksanaan zakat di Kota Palangka Raya, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaannya, hingga pada gilirannya dapat diidentifikasi mengenai apa saja hambatan dan upaya yang dilakukan oleh BAZIS dalam membantu masyarakat miskin. Secara umum,penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang potensi umat melalui zakat, serta pelaksanan zakat yang melingkupi pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaannya, dan apakah zakat tersebut sudah dimanfaatkan sesuai dengan harapan dalam fungsi dan tujuan zakat sehingga pemerintah dan pihak terkait dapat lebih mengarahkan pendagunaannya menuju pada kesejahteraan masyarakat miskin. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya secara teoritis atau konseptual adalah sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan zakat.Secara praktis dapat dijadikan sebagaireferensi dalam pengembangan pelaksanaan zakat bagi pemerintah setempat, hingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan di era otonomi daerah seperti sekarang. C. Metodologi Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif. Adapun model yang dikembangkan adalah model penelitian kualitatif, yakni dalam kerangka mendiskripsikan pelaksanaan zakat itu sendiri, yang meliputi pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaannya, serta mengidentifikasi masalah dan upaya apa saja yang dilakukan oleh BAZIS dalam mengentaskan kemiskinan di Kota Palangka Raya. Subyek penelitian dalam hal ini ialah para pengelola zakat, para wajib zakat (muzakkîy) dan penerima zakat (mustahiq). Adapun yang menjadi informannya adalah tokoh masyarakat dan agama. Keseluruhan data dalam penelitian ini digali melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya, secara metodologis, data-data dimaksud diolah Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
4
STAIN Palangka Raya
atau dianalis dengan mengikuti model analisis interaktif, sebagaimana yang diajukan oleh Miles dan Huberman, yang dihimpun oleh Abdul Qodir, yaitu proses analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, dengan demikian, analisis dilakukan sejak di lapangan. 2 Analisis dimaksud meliputi Data Collection, Data Display, Data Reduction, dan Conclusion. D. Pola Pelaksanaan Zakat di Kota Palangka Raya Di Indonesia, pengelolaan zakat pada umumnya sudah diatur oleh pemerintah, yaitu dengan dibentuknya Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS), yang mana pelaksananya untuk tingkat kota atau kabupaten dikelola oleh kepengurusan tingkat kota atau kabupaten dengan Surat Keputusan oleh Walikota atau Bupati. Demikian pula untuk tingkat kecamatan adalah Camat dengan Kantor Urusan Agama-nya, dan salah satu tujuan dari dibentuknya BAZIS ini adalah untuk usaha produktifasi zakat itu sendiri. Diharapkan, dengan dikelolanya zakat secara produktif, maka tujuan zakat itu sendiri bisa tercapai secara maksimal, yakni untuk mensejahterakan masyarakat lahir dan batin, yang tadinya berstaus mustahiq, meningkat menjadi muzakkîy. Pengumpul zakat adalah lembaga zakat, yang dalam hal ini lembaga tersebut bertindak selaku pelaksana dalam setiap institusi (baik individu maupun kolektif), yang melakukan aktivitas pengumpulan zakat, dan kemudian membagikannya kepada yang berhak berdasarkan aturan-aturan yang seharusnya3 Seperti halnya di kota Palangka Raya, pengelolaan zakat dilakukan oleh lembaga zakat tingkat kota, dan juga dilakukan di masjid-masjid dan perorangan, yang pelaksanaannya diatur secara mandiri oleh masing-masing panitia pelaksana, sesuai dengan program yang sudah disusun sebelumnya. Melalui observasi, wawancara dan dokumentasi diketahui bahwa zakat di Kota Palangka Raya dilaksanakan atau diterapkan dalam 2 (dua) pola dasar. Pola pertama adalah seperti yang dilakukan perorangan dan melalui masjid atau mushola sebagai pengumpul dan penyalur zakat. Sedang pola kedua adalah yang dilaksanakan oleh BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah) tingkat Kota. Untuk jelasnya peneliti akan uraikan sesuai dengan pelaksanaan masing-masing pola, baik yang secara perorangan, masjid dan musholla maupun melalui lembaga zakat (BAZIS). 1. Pelaksanaan zakat yang dilakukan oleh perorangan, masjid atau musholla Zakat sebagai salah satu rukun Islam wajib dikerjakan oleh umat Islam, dan sering dilaksanakan menjelang hari Raya Idul Fitri, baik itu zakat fitrah maupun zakat mal. Di Kota Palangka Raya, zakat – selain diserahkan atau dipungut oleh lembaga zakat – juga dilakukan oleh perorangan dan masjid serta mushola. 2 3
Abdul Qodir (Penghimpun), Penelitian Kualitatif, STAIN Palangka Raya, 1999, h. 83-84. Arief Hartono, Jurnal Ekonomi,Yogyakarta,UII, h. 61.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
5
STAIN Palangka Raya
Adapun pengumpulan dan pendistribusian yang dilakukan oleh perorangan adalah; apabila menjelang masuk bulan Ramadhan maka si pembayar zakat (muzakkîy) sudah bersiap-siap menghitung zakat harta yang wajib dikeluarkan, dan apabila sudah menjelang hari Raya Idul Fitri, maka muzakkîy langsung membayarkan zakatnya kepada siapa saja yang ingin diberinya (mustahiq). Biasanya, yang mereka utamakan adalah keluarga dekat atau tetangga dekat, dan apabila masih ada tersisa, biasanya mustahiq yang datang ke rumah muzakkîy. Mengapa mustahiq datang dan tahu bahwa muzakkîy membagikan zakatnya? Ini karena setiap tahun kebiasaan muzakkîy membagikan langsung zakatnya. Dana zakat yang biasa dibagikan tersebut sudah dimasukkan dalam amplop dengan jumlah rupiah yang kecil, yaitu untuk orang dewasa sekitar Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) dan untuk anak-anak Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), dengan jumlah amplop yang banyak untuk mustahiq, sehingga mustahiq yang dapat pembagian amplop berisi uang zakat tersebut juga berjumlah banyak. Memperhatikan kejadian tersebut peneliti mengamati bahwa sebenarnya zakat tersebut hanya habis untuk konsumtif semata, karena isi amplop jumlahnya kecil. Zakat yang diberikan tersebut pun belum tentu hanya untuk mustahiq, karena siapa yang datang ke tempat muzakkîy diberi amplop berisi uang zakat tersebut. Di antara muzakkîy, selain memberikan kepada keluarganya pada satu daerah, ada juga yang mengirimkan zakatnya ke kampung halaman (daerah lain) yang jauh dari tempat tinggalnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman Qadir, ada faktor internal yang tumbuh di masyarakat bahwa zakat itu dibagikan saja sendiri kepada siapa yang diinginkannya, dan biasanya kebanyakan jatuhnya kepada kyiai, karena beberapa pertimbangan, yang antara lain adalah karena ketaatan atau imbalan jasa karena mereka memberikan ilmunya tanpa upah. Jika kita perhatikan, sebenarnya dana zakat yang jumlahnya banyak, jika dikelola secara baik dengan manajemen modern, dengan memberikan bantuan untuk modal usaha dan sebagai pinjaman bergulir tanpa bunga, disertai dengan bimbingan ke arah peningkatan ekonomi, maka untuk membantu umat yang hidup pada tarap miskin dapat dimungkinkan, tadinya sebagai mustahiq, bisa jadi akhirnya akan meningkat menjadi muzakkîy. Dana zakat yang terkumpul lewat panti asuhan dan pondok pesantrenpun juga ada. Pemberitahuan lewat surat atau lisan dilakukan pula oleh pengurus, dengan memohon zakat dari muzakkîy. Biasanya muzakkîy datang langsung ke panti asuhan atau pondok pesantren untuk menyerahkan zakat fitrah maupun zakat mal. Muzakkîy yang memberikan atau menyerahkan zakat ke tempat-tempat ini pun biasanya terjadi secara reguler, artinya hampir setiap tahun ia selalu menyerahkannya ke tempat dimaksud. Panti atau pondok pesantren ini tentu mendapatkan zakat relatif banyak, terutama panti asuhan. Bahkan terkadang zakat fitrah berupa beras dijual karena terlalu banyak, yang jika disimpan untuk makan sehari-hari dihawatirkan malah menjadi rusak, atau bahkan terkadang, untuk biaya lauk-pauk kehidupan sehari-hari mereka. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
6
STAIN Palangka Raya
Alasan para muzakkîy sendiri mengapa mereka memberikan ke panti asuhan atau pesantren adalah karena di tempat itu sudah jelas status penghuninya, yakni orang-orang yang tidak mampu, anak yatim piatu dan fakir miskin. Zakat sangat diharapkan oleh pengurus untuk biaya hidup mereka sehari-hari, dan tanpa bantuan dari zakat ini, kelangsungan kehidupan di panti boleh jadi akan mendapat kendala. Adapun pengelolaan dana zakat yang ada di masjid-masjid atau musholla adalah; pertama sekali dibentuk panitia penerimaan zakat, infak dan sedekah, dan hampir semua masjid/musholla melakukan hal seperti itu. Di Kota Palangka Raya sendiri terdapat 126 buah masjid yang menyebar di lima Kecamatan, membentuk panitia untuk mengurus penerimaan zakat dengan 71 buah langgar/musholla yang terdaftar. Kepanitiaan itu ada yang baru dibentuk, ada pula yang sifatnya melanjutkan kepanitiaan yang lama. Mengapa panitia pelaksanaan itu masih dipercayakan pada yang lama? Karena mereka menganggap bahwa kepanitiaan yang lama itu berhasil dalam mengelola dana zakat. Sedangkan bagi yang membentuk kepanitiaan baru, mereka beralasan bahwa banyak panitia lama sudah tidak ada lagi di tempat atau pindah. Sebelum pelaksanaan pengumpulan dan pembagian zakat, panitia mengadakan rapat, yaitu dengan membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan, yakni dengan merumuskan apa saja yang harus dilakukan oleh panitia seperti; kapan dimulai, di mana tempat penerimaan, bagaimana mengumpulkan, siapa saja muzakkîy-nya, pendistribusiannya bagaimana, dan lain-lainnya. Dari hasil penelitian dengan menggunakan observasi dan wawancara, diperoleh data bahwa kepanitian yang dibentuk atau melanjutkan kepanitiaan yang lama melakukan tugasnya dalam melaksanakan zakat seperti berikut: Pihak panitia terlebih dahulu ada yang memberikan pengumuman tentang penerimaan zakat dengan tulisan, dan ada pula yang melalui lisan.. Uniknya, justru melalui tulisan ini sedikit sekali yang melaksanakannya, yang banyak adalah melalui lisan, yakni dengan mengadakan pengumuman di masjidmasjid/musholla, baik pada seusai sholat lima waktu, maupun pada sebelum sholat Jum’at dan sholat Tarawih pada bulan puasa. Panitia sudah merasa yakin bahwa pelaksanaan zakat itu pasti dilakukan oleh umat Islam, karena mereka tahu bahwa bayar zakat itu adalah suatu kewajiban bagi tiap muslim, terutama zakat fitrah. Panitia yang mencari muzakkîy lewat tulisan maupun lisan sebenarnya punya rasa kehawatiran, dan sangat perlu mengajak muzakkîy untuk membayar zakat kepada mereka, utamanya zakat mal. Mereka hawatir muzakkîy akan membayar zakat secara langsung (perorangan) kepada mustahiq, atau mustahiq langsung datang meminta kepada muzakkîy. Hal ini dapat berakibat terjadinya penumpukan zakat kepada seseorang atau kelompok tertentu, yang karenanya akan ada yang tidak dapat sama sekali. Memang pada zaman Rasulullah, pelaksanaan zakat diumumkan secara lisan, dan bahkan diambil secara door to door. Rasulullah bahkan mengirim Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
7
STAIN Palangka Raya
utusannya ke berbagai daerah untuk memungut zakat4, demikian juga yang dilakukan oleh sahabat. Namun jika pada saat sekarang zakat diambil seperti layaknya zaman Rasulullah, maka akan mengalami kesukaran karena masyarakat Islam banyak dan tempatnya menyebar, dihawatirkan zakat tidak terkumpul pada waktu yang telah ditentukan, kecuali panitia bekerja keras, dan sebenarnya untuk zakat mal hal ini dapat dilakukan karena tidak ada batasan waktu. Pada surat At-Taubah ayat 103 dikatakan: ”Ambillah sebagian dari harta mereka (orang kaya) sebagai sedekah..."5 Pelaksanaan zakat yang dilakukan di masjid-masjid pada umumnya adalah penerimaan zakat fitrah, karena yang diserahkan muzakkîy adalah hanya zakat fitrah, dan sebagian kecil memberikan zakat mal, infak dan sedekah. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan bahwa lokasi masjid berada di tempat-tempat yang penduduknya berkelas ekonomi rendah, sehingga mereka belum termasuk orang yang membayar zakat mal, berinfak dan bersedekah. Walaupun ada, biasanya muzakkîy memberikan sebagian kecil dari zakat hartanya, karena biasanya yang punya zakat harta membayarkannya secara langsung kepada mustahiq, terutama kepada pihak keluarganya. Sebagai contoh ada beberapa mesjid yang peneliti dapatkan datanya tentang hasil zakat pada tahun 2007. a. Masjid Darussalam jalan G.Obos dengan jumlah uang yang terdiri dari zakat fitrah, zakat harta infaq dan sedekah sebesar Rp. 8.645.000,- dengan beras 260 kg. Hasil dari zakat ini diserahkan kepada fakir, miskin, muallaf,amil, ibnu sabil (pelajar) dan panti asuhan. b. Masjid Al Mukarromah jalan G Obos ujung, dengan jumlah uang yang terdiri dari zakat fitrah, infaq dan sedekah sebesar Rp.3.312.500,- dengan hasil beras 145 kg. Dibagikan kepada fakir, miskin, amil, ibnu sabil, muallaf dan panti asuhan. c. Masjid Al Muhajirin komplek Transito jalan Cilik Riwut, dengan jumlah uang yang diterima dari zakat, infak dan sedekah sejumlah Rp.1.350.000,dan beras 522..5 kg dan dibagikan kepada fakir, miskin dan amil. d. Masjid Darul Arqam jalan RTA Milono komlek Muhamadiyah,dengan jumlah uang dari zakat,infak dan sedekah berjumlah Rp.1.612.500,- dan beras 745 kg dan diserahkan kepada fakir, miskin dan amil zakat. e. Masjid Fathul Iman jalan RTA Milono dengan jumlah uang dari zakat fitrah,harta,infak dan sedekah berjumlah Rp.1.275.000,-dan beras 777,5 kg diserahkan kepada fakir, miskin dan amil zakat. f. Masjid Jumratul Aqabah jalan Cempaka dengan jumlah uang dari zakat ,infak dan sedekah sebesar Rp.825.000,- dan beras 657,5 kg dibagikan kepada fakir, miskin, amil dan anak yatim.
4 5
Yusuf Qardhawi, Kiat Sukses Mengelola Zakat, h.133. Al Qur’an dan terjemahnya, h. 297.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
8
STAIN Palangka Raya
g. Masjid Daruttaqwa jalan Temanggung Tandang dengan jumlah uang Rp.1.300.000,- dari zakat ,infak dan sedekah.Jumlah beras 267,5 kg dan dibagikan kepada fakir, miskin dan amil. h. Masjid Darussaadah jalan Pinus dengan jumlah uang Rp. 150.000,- dan beras 510 kg ,dibagikan kepada fakir, miskin dan amil. i. Masjid Baitussalam jalan Cilik Riwut Km 38 Kel.Sungai Gohong denagn jumlah uang Rp.1.462.500,-dan beras 372,5 kg dan ini adalah zakat fitrah, dibagikan kepada fakir miskin dan amil zakat. Kalau diperhatikan dari hasil yang didapat oleh beberapa mesjid di atas, pembayar zakat yang banyak adalah zakat fitrah, hanya sebagian kecil saja yang membayar zakat harta. Mengapa demikian? Karena di antara sekian masjid yang datanya termaktub di atas adalah berada di lingkungan masyarakat yang tidak banyak wajib mengeluarkan zakat harta. Walau ada di antaranya yang kalau diperhatikan zakat terkumpul banyak, dan sebenarnya kalau diambil beberapa persen dari zakat harta untuk dikelola secara produktif akan sangat membantu masyarakat yang memerlukan dana untuk usaha. Ini hanya gambaran sedikit masjid yang ada, dan sangat banyak lagi yang kalau didapat datanya akan terkumpul banyak zakat harta, dan dapat dikelola oleh masing-masing masjid untuk membantu mustahiq, sehingga secara perlahan akan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Pelaksanaan pengumpulan zakat menjelang penerimaan utamanya malam Hari Raya, panitia berkumpul di masjid, dan penerima zakat (âmil) bertugas menerima dan mencatat penerimaan, baik itu zakat fitrah, mal, infak dan sedekah. Menurut panitia penerima, pembayar zakat berpendapat bahwa pembayaran lebih afdhal adalah pada malam Hari Raya, saat di mana mustahiq memerlukan zakat untuk besok ber-Hari Raya. Menurut pedoman Zakat bahwa zakat fitrah itu diserahkan sebelum sholat Ied, dan ini merupakan waktu yang maqbûl, bahkan apabila membayar sesudahnya maka nilainya sama dengan sedekah semata.6 Kepanitian pada tiap masjid bekerja menerima zakat dua hari sebelum hari Raya Idul Fitri, karena menurut mereka cukup waktu untuk mempersiapkan, dan muzakkîy sudah mulai juga membayarkan zakatnya. Ada juga kepanitiaan yang satu bulan Ramadhan sudah melakukan tugas dengan mendata muzakkîy dan mustahiq, sambil mengedarkan pengumuman penerimaan zakat. Pada pelaksaan kegiatan ini, kepanitiaan tetap ikut bekerja dengan mengawasi kegiatan âmil, dan jika kita kembali pada sejarah Nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya, maka kegiatan tersebut juga diawasi oleh beliau. Sahabat Umar bin Khattab juga sangat memperhatikan sekali proses pelaksanaan zakat, terbukti beliau selalu mengontrol petugas amil zakat, mengawasi gudang penyimpan harta zakat, dan tidak segan-segan mengeluarkan ancaman akan menindak tegas petugas yang lalai atau
6
Depag RI, Pedoman Zakat, h. 190.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
9
STAIN Palangka Raya
meyalahgunakan harta zakat.7 Masalah yang biasa ditemui oleh panitia pengumpul zakat ini adalah muzakkîy tidak datang karena mereka sudah membayar zakat secara mandiri, bahkan memberikan zakat kepada phak keluarga juga sudah menjadi tradisi, demikian pula memberikannya langsung kepada guru ngaji. Demikian pula terjadi masalah saat muzakkîy terlambat membayarkan zakatnya, saat larut malam, dan ini tentu berpengaruh pada pendistribusian. Untuk pendistribusian zakat yang dilakukan oleh panitia masjid, pertama, data mustahiq sudah ada pada pihak panitia dengan mencari langsung ke lapangan atau didapat dari RT/RW. Biasanya mustahiq yang terdiri dari 8 (delapan) asnaf, di lingkungan masjid tidak semua ada, maka mereka bagikan kepada asnaf yang ada saja. Pada umumnya, yang ada 6 (enam) asnaf saja. Mengapa demikian? Berdasarkan hasil wawancara dengan panitia, mereka menyatakan bahwa di lokasi memang yang ada hanya itu saja. Menurut Al Qur’an surat At-Taubah ayat 60 menyatakan bahwa penerima zakat berjumlah 8 asnaf, namun tidak mutlak harus semua itu tercakup diberikan. Menurut Imam Ibnu Shahal dalam buku Ali Yafie menyatakan bahwa sekarang asnaf itu hanya empat saja, yaitu fakir, miskin, ghârim dan ibn al-sabîl. Sedangkan menurut Al Qhadi Ibnu Hamid, asnaf itu hanya dua saja, yaitu fakir dan miskin. Bahkan nanti, di penghujung zaman orang-orang akan berkeliling menawarkan zakatnya, namun ia tidak mendapatkan /berjumpa dengan orang yang menerima zakat. Pada zaman itu tidak ada lagi orang yang menerima zakat karena kesejahteraan sudah merata.8 Pada zaman Rasulullah, beliau mengarahkan pembagian zakat ini benar-benar untuk kesejahteraan umat, beliau menganjurkan dengan zakat dapat membebaskan seorang fakir dari kefakirannya, karena tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Pada masa itu, apabila di suatu daerah tidak ada lagi mustahiq, maka dana zakat dapat ditransfer keluar daerah atau ditabung di Bait al-Mâl.9 Dana zakat yang dikumpulkan masjid pada umumnya habis dibagi, baik itu zakat fitrah atau zakat mal. Sebenarnya, zakat mal bisa saja digunakan untuk usaha produktif, dalam kaitannya untuk membebaskan mereka yang hidup dalam kemiskinan, dengan cara membimbing mereka untuk berusaha, dengan diberikan bantuan modal usaha dari zakat tersebut. Untuk pelaksanaan itu, pihak masjid tidak melakukannya dengan alasan tidak ada yang mengelola, dan zakat mal yang diserahkan oleh muzakkîy hanya sedikit, dibagi secara merata kepada mustahiq, bahkan para muzakkîy rata-rata membagi zakat mal-nya langsung secara pribadi kepada mustahiq, sebagian zakat tersebut digunakan untuk perbaikan tempat ibadah, sesuai dengan pedoman zakat bahwa penggunaan dana zakat itu sangat luas. 7
Abdurrahman Qadir, Opcit, h. 91-92. Ali Yafie, Menggagas Fikih Sosial, Jakarta, Mizan, 1994, h. 235. 9 Depag RI, Pedoman zakat, h. 361. 8
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
10
STAIN Palangka Raya
Al Qur’an menyebutkan bahwa kaum muslimin itu bersaudara, sebagaimana tertulis dalam surat Al Hujurat ayat 10, dan ditegaskan oleh Rasulullah bahwa orang mukmin itu bagaikan tubuh yang satu, kalau salah satu anggota badannya sakit maka anggota yang lain akan ikut sakit pula. Kalau diperhatikan sabda Rasulullah tersebut adalah gambaran masyarakat Islam, apabila diantara kaumnya ada yang miskin, maka masyarakat yang lain akan ikut merasakan kemiskinan tersebut. Karena itulah, maka zakat merupakan salah satu usaha untuk mengentaskan kemiskinan, setidaknya akan mengurangi anggota masyarakat yang hidupnya dalam kemiskinan, seperti dalam surat At Taubah ayat 11, yang artinya: ”Jika mereka bertobat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat maka (mereka itu) adalah saudaramu seagama".10 Zakat harus dikelola secara profesional sesuai dengan peraturan yang bertujuan untuk mensejahterakan umat Islam. 2. Pelaksanaan zakat oleh BAZIS Kota Palangka Raya Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS) Kota Palangka Raya adalah lembaga penerima, pengelola dan penyalur dana zakat, infak dan sedekah di wilayah kota Palangka Raya, yang mulai berdiri sejak tahun 1984. Atas dasar Keputusan Menteri Agama Nomor 581, dan kemudian diganti dengan Keputusan menteri Agama Nomor 373 Tahun 2000, yang isinya tentang Pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, yang selanjutnya berdasarkan hal ini keluar SK Walikota Palangka Raya No 469 Tahun 2000 tentang Pengurus Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah, maka BAZIS tingkat Kota Palangka Raya pun kemudian dibentuk. Walau begitu, dasar utama pembentukan BAZIS ini adalah Surat alTaubah ayat 103, ”Pungutlah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan berdoalah untuk mereka sesungguhnya doamu mendatangkan ketentraman jiwa bagi mereka, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. Seiring berjalannya waktu, maka kepengurusan BAZIS ini sudah berganti 3 periode, yaitu priode 20002003, 2003-2006 dan 2007 hingga sekarang, dengan SK walikota Palangka Raya Nomor 80 tahun 2007 tentang pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) kota Palangka Raya masa bakti 2007-2010. Zakat, infak dan sedekah yang ada di kota Palangka Raya dikelola oleh Badan ini dengan apik, transparan, menggunakan manajemen modern, dan dipublikasikan kepada masyarakat kota Palangka Raya, sesuai dengan visi yang dimiliki Badan ini, yakni “Terwujudnya pengelolaan zakat yang profesional, amanah, transparan, akuntabel sesuai dengan manajemen modern dan tuntunan agama Islam.” Adapun yang dimaksud dengan profesional adalah bahwa kemampuan merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap seorang âmil dalam mengemban tugas tertentu dan dilaksnakan secara penuh waktu, 10
Ali Yafie, Menggagas Fikih Sosial, h. 233.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
11
STAIN Palangka Raya
penuh kreatif dan inovatif. Amanah bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan BAZ Palangka Raya prinsip ini harus jadi pinjakan utama karena mengandung sifat jujur, dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh lembaganya. Amanah merupakan syarat mutlak yang dimiliki oleh pengurus. Sedangkan transparan adalah sifat terbuka dalam pengelolaan melalui penyertaan semua unsur dalam pengambilan keputusan dan proses pelaksanaan kegiatan. Dengan transparannya pengelolaan zakat maka dapat diciptakan sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern saja tapi juga pihak ekstern. Berkesesuaian dengan visi di atas, maka Badan ini mengemban misi sebagai berikut: a. Membangun kesadaran umat Islam kota Palangka Raya dalam menunaikan zakat, infaq dan sedekah; b. Memberikan pelayanan kepada muzakkîy guna mempermudah berzakat; c. Membangun lembaga dan pengelolaan ZIS yang profesional dan amanah sesuai dengan manajemen modern; d. Meningkatkan kesejahteraan mustahiq dan mendorong agara mereka dapat menjadi muzakkîy. Badan amil zakat pada tahun 2007 ini mempunyai masalah besar, yaitu bahwa organisasi BAZ Palangka Raya masih terlalu sempit, sehingga sulit membagi kewenangannya sampai tingkat bawah. Adapun pengelola BAZ dibentuk berdasarkan SK Walikota Palangka Raya dengan unsur pengurus dari Pemerintah Tk II, Kantor Departemen Agama, Majelis Ulama Tk II,dan tokoh masyarakat/agama terdiri dari pengurus inti dilengkapi dengan bidang-bidang seperti seksi pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan pengawasan dan pengembangan dilengkapi dengan masing-masing koordinator wilayah. BAZ kota Palangka Raya ini mempunyai tugas pokok dan berfungsi : a. Melaksanakan pengumpulan segala macam zakat, infak dan sedekah dari masyarakat termasuk pegawai; b. Menyalurkan dan mendayagunakan hasil pengumpulan kepada yang berhak menerimanya(mustahiq) sesuai dengan ketentuan hukum; c. Memberi penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan hasil pengumpulan zakat; d. Membina pemanfaatan pendayagunaan ZIS agar lebih produktif dan terarah; e. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan ZIS; f. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan ZIS; g. Pengurusan ketatausahaan, keuangan dan perlengkapan kantor. Untuk merealisasikan tugas tersebut, maka dibuat rencana program kerja BAZ secara umum untuk tahun 2007, yakni sebagai berikut:
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
12
STAIN Palangka Raya
a. Melakukan sosialisasi tentang zakat kepada ummat Islam (instansi/masyarakat) di kota Palangka Raya; b. Pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada kantor dinas/instansi tingkat kota Palangka Raya; c. Memberikan anjuran kesetiap dinas/instansi dan masyarakat untuk berzakat maupun berinfak ke BAZ kota Palangka Raya; d. Pendataan muzakkîy yang potensial untuk berzakat; e. Memberikan bantuan bergulir kepada mustahiq yang mempunyai usaha mikro/UKM; f. Mensejahterakan masyarakat muslim melalui ZIS; g. Publikasi laporan ZIS secara transparan melalui media. Dari program umum tersebut kemudian dijabarkan lagi sesuai dengan bidang kerja masing-masing, antara lain adalah pelaksanaan bidang pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan sebagai berikut: a. Pengumpulan Zakat Bidang pengumpulan zakat priode 2003-2006 mempunyai program kerja seperti mengupayakan terbentuknya Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada instansi yang belum ada; mendata secara terus menerus muzakkîy dan mustahiq; membagikan formulir yang diperlukan oleh UPZ; melayani muzakkîy, munfîq dan mutasaddiq yang datang untuk menunaikan ZIS; bekerjasama dengan UPZ-UPZ atau pihak lain dalam pengumpulan ZIS; memberikan petunjuk kepada UPZ tentang tertib pengumpulan dan penyelesaian administrasi sesuai formulir yang telah ditetapkan; memberikan bimbingan kepada para muzakkîy dalam menghitung zakat sendiri, terutama kepada mereka yang belum memahaminya; mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat, sesuai dengan jenis perolehan. Program yang dibuat oleh pengurus BAZ kota Palangka Raya ini merupakan langkah-langkah yang harus dilaksanakan terutama oleh yang membidangi seksi pengumpulan zakat, dan program yang terlaksana adalah seperti mendata unit kerja Tk. II dan dibentuklah UPZ-UPZ pada tiap instansi yang ada di Tk. II dalam rangka memudahkan kerja pengurus. Untuk tiap instansi tertentu, program pengumpulan dapat terlaksana karena sosialisasi mudah dan dilakukan melalui brosur, pengumuman dikirim dan berjalan dengan baik. Untuk ke masyarakat pada wilayah tertentu, UPZ pun kemudian dibentuk, seperti untuk wilayah Pasar Baru A, Pasar Baru B, Pasar Lombok, Pasar Kahayan, Pasar Kameloh dan wilayah G.Obos. Adapun data UPZ dari tahun 2004 sampai dengan 2006 yang ada di Kota Palangka Raya tergambar dari tabel berikut:
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
13
STAIN Palangka Raya
UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) BADAN AMIL ZAKAT KOTA PALANGKA RAYA UPZ
2004
2005
2006
Instansi
43
38
37
Pendidikan
92
61
25
Masyarakat
27
21
15
Jumlah
162
120
77
Sumber: Laporan Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah Kota Palangka Raya 2006 Dari tabel di atas tergambar bahwa Unit Pengumpul Zakat dari tahun ke tahun berkurang jumlah penyetornya, namun untuk jumlah dana justru bertambah. Menurut salah seorang pengurus (H. Masdani), mengatakan bahwa UPZ/penyetor tidak terikat dengan BAZ, sehingga kadang mereka menyetor dan mengambil dana zakat dari muzakkîy, kadang tidak. Demikian juga, pengurus hanya menunggu mereka, baik menyerahkan atau tidak. Selain dari UPZ yang menyetor, dana zakat tersebut juga diambil dari dana zakat mereka yang berangkat haji sehingga dapat menambah bantuan Lembaga Zakat ini. Memang, jika kita mengaca kembali pada sejarah, mengapa zakat itu berhasil dilakukan adalah zakat tersebut diambil seperti apa yang dilakukan oleh Nabi dan sahabat, plus pada zaman itu kesadaran untuk membantu yang tidak mampu dan keyakinan mereka akan kewajiban zakat itu tinggi, dan dengan membayar zakat akan mendapat imbalan yang berlipat ganda. Dana dari UPZ yang terkumpul hasilnya diserahkan kepada bendahara BAZ, demikian pula yang dilakukan oleh masyarakat, inipun hasilnya belum maksimal, dan masih sedikit sekali masyarakat yang mau menyetorkan zakatnya ke BAZ kota Palangka Raya. Dari pengamatan dan wawancara pada sebagian muzakkîy, diketahui bahwa mereka ada yang belum mengetahui tentang Lembaga Zakat ini, sosialisasi keberadaan lembaga ini belum menyeluruh dilakukan di masyarakat, hal ini karena keterbatasan dana dan tenaga, demikian pula untuk mendatangi muzakkîy, juga mengalami hal yang sama. Selain itu, melalui wawancara didapati kecenderungan bahwa mereka masih belum sepenuhnya percaya untuk menyerahkan zakatnya kepada Lembaga tersebut, demikian pula pada pengurus sendiri, belum mau menyalurkan zakatnya kepada BAZ, padahal jika dilaksanakan dan dimulai oleh pengurus, tentu hal ini dapat menjadi motivasi yang baik bagi masyarakat lainnya. Adapun hasil zakat yang terkumpul oleh Badan Amil Zakat sampai bulan Desember 2006 adalah Rp.74.263.350.00,- (Tujuh puluh empat juta dua ratus enam puluh tiga ribu tiga ratus enam puluh rupiah). Untuk saldo Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
14
STAIN Palangka Raya
pada Oktober 2007 Rp. 73.220.266.73,- yang terdiri dari setoran zakat Rp. 8.143.000.00,-, infak Rp.4.603.750.00,-, setoran pinjaman angkatan I/2007 Rp.1.900.000.00,- dan setoran angkatan X/2004 sebesar Rp.350.000.00,dan jasa Bank Rp.106.621.64,- ditambah saldo kas per September 2007 Rp.59.918.949.42,-. Jika diperhatikan, dana zakat yang terkumpul tersebut mayoritas adalah berasal dari zakat profesi, dan hanya dari sebagian kecil instansi yang menyetor. Jika dana tersebut secara aktif disetorkan oleh tiap instansi tingkat Kota Palangka Raya, dapat kita bayangkan betapa banyaknya dana yang terkumpul, dan dari dana tersebut berapa banyak umat yang hidup di bawah garis kemiskinan dapat dibantu. Dana BAZ yang terkumpul ini selain zakat dari instansi, UPZ, masyarakat juga dari hasil pungutan Zakat Haji. Pada saat sekarang zakat profesi dianalogikan/diqiyaskan kepada: 1. Hasil pertanian haul-nya setiap kali panen, zakatnya 5 %-10%; 2. Hasil bersih tijârah (perdagangan) kadar 94 gram emas, haul-nya satu tahun, zakatnya 2,5%; 3. Emas, kadar 94 gram, haul 1 tahun, zakatnya 2,5 %. Pengertian zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal, dan dapat mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah, baik melalui keahlian atau tidak. Dalam Qur’an Surah al-Baqarah ayat 267 dinyatakan: ”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu". Untuk memperkuat hal ini, di Palangka Raya, pada tahun 2002, diadakan muzâkarah oleh tokoh agama dan mayarakat dengan tema ”Pemantapan Zakat Profesi” yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Ahmadi Isa, M. A., Drs. H. Wahid Qasimy dan Drs. H. Yamin Mukhtar LC., yang pada dasarnya sepakat bahwa penghasilan/gaji wajib dizakati karena mendapatkannya termasuk mudah, dan jika dibandingkan dengan hasil panen menggarap sawah yang lebih berat dengan hasil relatif sedikit. b. Pendistribusian zakat oleh BAZ kota Palangka Raya Adapun program seksi pendistribusian zakat tahun 2006 adalah menyalurkan dana ZIS kepada mustahiq sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; mendata, meneliti dan menyeleksi calon mustahiq yang akan mendapat bantuan secara prioritas; pendistribusian meliputi pinjaman bergulir, bantuan bea siswa, bantuan musyâfir, bantuan sosial keagamaan, bantuan muallaf, bantuan khitanan massal, bantuan orang tua jompo, bantuan rumah ibadah, bantuan untuk tenaga guru honorer dan penyuluh agama (tidak mampu), dan lain-lain yang memerlukan bantuan dan tidak mampu; pemberian pinjaman bantuan bergulir akan disesuaikan dengan jumlah dana yang tersedia dan jumlah peminjam; UPZ yang menyetor ZIS akan mendapat hak âmilîn; dan menyiapkan/menyelesaikan administrasi yang berhubungan dengan pemberian pinjaman/bantuan. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
15
STAIN Palangka Raya
Untuk pendistribusian ini sudah dilakukan sesuai dengan program dan ketentuan yang berlaku. Dana zakat disalurkan kepada enam asnâf, yaitu diberikan kepada fakir, miskin, muallaf, ghârim, sabîlillah dan ibn sabîl. Untuk amil tidak dibagikan karena kegiatan ini masih bersifat merintis mengumpulkan dana yang besar, kecuali untuk petugas UPZ yang ada. Sedang untuk hamba sahaya/budak tidak ada di kota ini. Adapun untuk pinjaman bergulir sudah dilakukan sejak dibentuknya BAZIS dari tahun 2000 sampai sekarang, yang tujuannya untuk membantu usaha yang mengalami kekurangan dana, bahkan tidak ada modal bagi mereka yang taraf hidupnya masih di bawah garis kemiskinan, dengan bimbingan usaha, walaupun masih belum berjalan lancar. Hal ini terjadi karena masing-masing pengurus ada yang sibuk dengan tugas masing-masing. Selain itu, bantuan untuk mereka yang ditimpa bencana diberikan bantuan bea siswa bagi anak sekolah, demikian pula dilakukan kegiatan sosial khitanan massal untuk anak yang tidak mampu. c. Pendayagunaan zakat oleh BAZIS kota Palangka Raya. Pendayagunaan zakat berprinsip kepada pemberian bantuan/santunan atau usaha produktif guna membantu meringankan beban bagi masyarakat kaum dhuafa (tidak mampu) agar dapat hidup sejahtera, mandiri dan mempunyai usaha yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga secara layak. Menurut ketentuan hukum, yang mendapatkan zakat ada 8 (delapan) asnâf, namun BAZ Kota Palangka Raya menetapkan bahwa penyaluran dan pendayagunaan ZIS untuk sementara diberikan kepada 6 (enam) asnâf saja, seperti fakir, miskin, muallaf, ghârim, sabîlillah dan ibn sabîl. Untuk riqâb (hamba sahaya yang dimerdekakan) pada zaman sekarang sudah tidak ada lagi, sedangkan untuk âmil – sementara pada awal-awal ini – masih belum bisa disalurkan. Pada masa awal dan belum bisa berkembang maju, maka keperluan untuk sarana dan prasarana disesuaikan dengan Pasal 23 Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Oleh karena itu, bantuan pemerintah Kota Palangka Raya dan instansi teknis/pembina (Kantor Departemen Agama Kota Palangka Raya) punya arti tersendiri untuk program kerja seksi pemberdayaan/pengembangan kepengurusan 20032006, yang antara lain sebagai berikut: 1) Mengadakan peninjauan langsung ke tempat para mustahiq yang telah mendapat bantuan usaha dari BAZ; 2) Bekerjasama dengan instansi teknis terkait dalam rangka meningkatkan usaha produktif; 3) Membina/mengevaluasi pemanfaatan bantuan yang bersifat produktif; 4) Mensosialisasikan BAZ kemasyarakat secara berkesinambungan melalui berbagai cara/kesempatan/media; 5) Melakukan kegiatan penyuluhan tentang zakat secara langsung atau melalui para da’i, khutbah,media cetak,TV, radio dan lain-lainnya; Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
16
STAIN Palangka Raya
6) Membuat brosur, leaflet, buku, teks khutbah dalam upaya mensosialisasikan dan penghimpunan zakat; 7) Memberikan bimbingan kepada masyarakat dalam pemanfaatan dana ZIS agar lebih produktif dan terarah. Untuk pelaksanaan program pendayagunaan ini sudah dilakukan dengan cara mengadakan penyeleksian terhadap mustahiq dan mengelompokkan mereka yang terdiri dari fakir, miskin, muallaf, ghârim, sabîlillah dan ibn sabîl. Dengan adanya pengelompokan ini memudahkan kerja panitia untuk memberikan bantuan dana ZIS, apakah itu bantuan untuk konsumtif atau dana untuk bantuan usaha produktif. Pada kegiatan pengurus BAZ 2006. Walau hampir semua usaha bantuan sudah dilaksanakan, namun masih ada kendala di lapangan, utamanya pinjaman usaha produktif, di mana mustahiq yang tidak punya pengalaman untuk mengelola usahanya tidak dapat mengembalikan modal usaha, dan bahkan ada usaha yang bangkrut. Ada sebagian peminjam dana yang sebenarnya untuk usaha produktif, namun dipergunakan untuk kepentingan lain, misalnya biaya pendidikan, untuk kepentingan konsumtif, dan lain-lainnya. B. Hambatan dan Upaya-upaya yang Dilakukan Oleh Lembaga Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan Lembaga zakat yang ada di Palangka Raya, untuk tingkat Kota, terdapat satu pengurus yang baru diganti untuk periode tahun 2007-2010. Sementara untuk tingkat kecamatan, telah dibentuk lima Lembaga untuk lima kecamatan yang ada, namun untuk menjalankan program kerja masih terdapat kendala karena – menurut pengurusnya – kesibukan para pengurus dengan tugas pokoknya sebagai PNS, dan ada pula sebagian dari tokoh masyarakat yang juga disibukkan dengan kegiatan pokoknya, mencari nafkah. Walau begitu, pada dasarnya zakat telah dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah oleh pengelola yang berjalan kurang lebih 7 (tujuh) tahun dari 2000-2007. Walau berjalan secara perlahan, namun dari dana dan bantuan untuk mustahiq telah terlihat hasilnya. Uang zakat sudah terkumpul kurang lebih Rp. 73.000.000,- dan sudah dipinjamkan untuk membantu mustahiq berupa bantuan modal dan sudah terlihat hasilnya, di mana bantuan tersebut dapat dikembalikan dengan utuh, dan juga usahanya dapat berjalan. Selain kegiatan tersebut juga diberikan bantuan berupa bea siswa, untuk muallaf, guru honorer, kegiatan khitanan massal dan lainnya. Dalam hal ini, sudah tentu masih terdapat hambatan-hambatan yang ditemui oleh pengurus dalam menjalankannya, dan bagaimana akhirnya upaya yang dilakukan oleh pengurus dalam menanggulangi hambatan-hamabatan tersebut, bisa dilihat dari narasi di bawah ini. 1. Hambatan dalam Pelaksanaan Zakat pada BAZIS Kota Palangka Raya Adapun hambatan-hambatan dimaksud, antara lain:
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
17
STAIN Palangka Raya
a. Belum berperannya semua pengurus BAZ yang telah ditetapkan. Pengurus yang ditetapkan dalam Surat Keputusan belum seluruhnya ikut berpartisipasi pada kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing. Pengurus ini juga dari berbagai kalangan dan instansi yang berbeda, tokoh masyarakat dan agama yang masing-masing sibuk dengan tugas pokok mereka, ada yang menduduki jabatan penting dan punya usaha yang memerlukan waktu dan pikiran juga; b. Kurangnya kesadaran masyarakat menyalurkan zakatnya kepada BAZ. Pemahaman masyarakat/muzakkîy dalam hal tentang zakat ada yang masih terbatas dibandingkan pemahaman tentang sholat dan puasa; c. Muballigh, da’i dan khatib belum maksimal berbicara masalah zakat. Mereka masih terbatas dan tidak leluasa berbicara tentang zakat, biasanya mereka berbicara hanya menjelang pembayaran zakat. Materi dakwah mereka pada umumnya sudah ditentukan oleh peminta; d. Belum jelasnya dukungan dari lembaga keagamaan tentang zakat profesi yang dituangkan dalam bentuk fatwa; e. Belum adanya PERDA yang mengatur pengumpulan/pendistribusian zakat; f. Kurangnya tenaga profesional yang aktif dalam kegiatan BAZ. Tenaga yang dimaksud adalah trampil dan mampu melakukan kegiatan pengelolaan zakat ini secara aktif dan penuh keikhlasan; g. Belum maksimalnya publikasi/informasi tentang BAZ. Untuk penyebaran ini memerlukan dana dan tenaga yang mampu dan siap setiap saat; h. Belum semua pegawai/karyawan dinas, instansi, BUMN dan lainnya untuk menyalurkan zakat ke BAZIS. Kenyataan ini terjadi dikarenakan mereka masih kurang percaya terhadap pengelola zakat oleh lembaga tertentu. Demikian juga dengan adanya sikap tradisional menyerahkan zakatnya kepada orang tertentu. (Kyai, guru ngaji, keluarga, dll.). Apalagi ada yang menyatakan dirinya berhak menerima zakat bertindak selaku mustahiq dalam kategori sabîlillah (orang yang berjuang dijalan Allah); i. Masih diperlukan bantuan yang memadai dari pemerintah kota Palangka Raya untuk menunjang kegiatan operasional BAZ. Pemerintah yang terkait masih belum maksimal untuk membantu, utamanya masalah dana untuk menunjang kegiatan operasional, yang memang memerlukan dana yang banyak demi terselenggaranya lembaga zakat dan mendapat perhatian dari masyarakat. 2. Upaya yang dilakukan oleh BAZ Kota Palangka Raya Setelah melaksanakan kegiatan pengurus BAZ Kota Palangka Raya priode 2003-2006, maka upaya-upaya mereka, yang bisa dilihat, dalam mengatasi hambatan dimaksud, antara lain adalah: a. Mengambil dana zakat dari mereka yang pergi haji, dimana pengurus langsung meminta zakat dari setoran dana haji;
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
18
STAIN Palangka Raya
b. Perlu lebih digiatkan lagi sosialisasi tentang kesadaran membayar zakat dan keberadaan lembaga zakat ini. Secara berkesinambungan kalau perlu jemput bola(dari pintu kepintu). Selain itu sosialisasi tentang dana zakat untuk usaha produktif kreatif yaitu dengan bentuk permodalan, baik untuk bantuan proyek sosial maupun untuk usaha kecil (pinjaman bergulir), pendidikan, dan bantuan lain untuk mereka yang memang sangat memerlukannya; c. Kepada semua pihak diminta untuk ikut serta menyukseskan demi terselenggaranya program ini terutama untuk muzakkîy dianjurkan untuk membayar zakat dan mempercayai BAZ sebagai pengelola; d. Sumber daya manusia untuk mengelola zakat perlu lebih ditingkatkan lagi dengan cara memberikan pelatihan secara profesional baik dalam manajemen pengelolaan maupun sebagai motivator dan faham akan hukum dan masalah-masalah yang berkenaan dengan zakat; Sementara itu, upaya yang dilakukan BAZ pengurus tahun 2007-2010 adalah sebagai berikut: a. Membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Unit pengumpul zakat merupakan salah satu usaha untuk lebih memajukan zakat, karena apabila pada tiap instansi ada UPZ mempermudah pelaksanaan pengumpulan zakat. Dan dimasyarakat pada tempat-tempat tertentu harus dibentuk juga UPZ yang bertugas untuk mengumpulkan zakat dari muzakkîy yang ada di masyarakat; b. Pembukaan Counter Penerima Zakat (CPZ) Counter ini dihendaki tempat menerima penyerahan dana zakat yang disetorkan oleh pembayar zakat(muzakkîy); c. Pembukaan rekening Bank Pembukaan nomor rekening di bank-bank yang nantinya akan ditunjuk oleh pengurus demi mempermudah muzakkîy menyetor zakatnya. C. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan zakat yang ada di Kota Palangka Raya pada dasarnya diselenggarakan dalam 2 (dua) pola dasar, yakni pola perorangan, masjid/langgar/mushallo, dan pola BAZIS Kota Palangka Raya sendiri. Perorangan dalam pola yang pertama artinya adalah individu dimaksud, yakni muzakkiy, mendistribusikan zakatnya kepada siapa yang menurutnya berhak menerima zakat. Lebih diutamakannya adalah keluarga, dengan cara dibagi rata dalam jumlah mustahiq yang banyak. Zakat yang didapat mustahiq hanya habis untuk konsumtif. Ada juga yang berlaku sebagai âmil/mustahiq yang fungsinya hanya menerima zakat saja dan untuk pribadinya. Dapat pula mustahiq langsung datang meminta zakat kepada muzakkîy yang biasa secara rutin setiap tahun membayarkan zakatnya, sementara dalam konteks masjid/langgar/musholla adalah di tempat-tempat ibadah tersebut dibentuk suatu panitia atau pengurus yang mengelola penerimaan dan pembagian zakat dengan cara menunggu Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
19
STAIN Palangka Raya
muzakkîy membayarkan zakatnya menjelang Idul Fitri, kemudian membagikannya kepada para mustahiq. Pendistribusian zakat ini (baik mal, fitrah, infak, dan sedekah) dilakukan sampai menjelang subuh. Pola kedua adalah pola Lembaga Zakat (BAZIS Kota Palangka Raya), yang telah melakukan pengelolaan zakat sejak dituangkannya Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999, dengan membentuk kepengurusan yang terdiri dari pihak pemerintahan, tokoh agama dan masyarakat. Pengelolaan ini sudah berjalan dengan baik, walaupun di sana-sini masih terdapat kendala, yang kemudian diatasi dengan cara meminta bantuan zakat dari mereka yang pergi haji, pengumpulan zakat terpadu dan pembentukan UPZ pada instansi untuk memungut berupa zakat profesi dan zakat lainnya semisal infak dan sedekah, serta dibentuknya UPZ-UPZ pada tempat-tempat tertentu di Kota Palangka Raya untuk membantu pengelolaan zakat tersebut. Untuk pendistribusian disalurkan kepada yang berhak menerimanya. Zakat dimaksud, selain dibagikan, juga dimaksudkan untuk kegiatan sosial seperti membantu beasiswa anak tidak mampu, untuk muallaf, guru honorer, khitanan massal dan lain-lainnya. Untuk peningkatan masyarakat yang miskin dan kekurangan dibantu modal usaha produktif dengan cara diberi pinjaman bergulir, hingga pada akhir-akhir ini sudah banyak mereka yang terbantu. Ini bisa diidentifikasi dari pengembalian pinjaman yang berjalan lancar dan tepat waktu.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
20
STAIN Palangka Raya
DAFTAR PUSTAKA Ath Thawil, Nabil Shubhi, 1993, Kemiskinan dan Keterbelakangan di NegaraNegara Muslim, Terjemah Muhammad Bagir, Mizan, Bandung. Al Zuhaili, Wahbah, 1995, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Ash Shiddiqi, TM Hasbi, 1997, Pedoman Zakat, Pustaka Rezki Putra, Semarang. Bashyir, Azhar, 1990, Garis-garis Besar Sistem Ekonomi Islam, BPFE,Yogyakarta. Departemen Agama RI, 1995, Al-Quran dan Terjemahnya, Surya Cipta Aksara, Surabaya. Hasan Aedy, 2007, Indahnya Ekonomi Islam, Alfabeta, Bandung. Heri Sudarsono, 2005, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Diskripsi dan Ilustrasi, Ekonesia UII, Yogyakarta. Huzairin, 1981, Tujuh Serangkai Tentang Hukum, Bina Aksara, Jakarta Hartono, Arif, 1996, Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Harahap, Syahrin, 1999, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, PT Tiara wacana Yogyakarta. Muhadjir, Noeng, 1998, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta. Mursi, Abdul Hamid, 1998, SDM yang Produktif Pendekatan Al-Quran dan Sains, Gema Insani Press, Jakarta. Misbahul Munir,Djalaluddin, 2006, Ekonomi Qur’ani Doktrin Reformasi Ekonomi dalam Al Qur’an, UIN Malang Press, Malang. Qaradhawi, Yusuf, 1996, Konsep Islam dalam Mengentas Kemiskinan, Terjemah Umar Fanani, BA, PT Bina Ilmu, Surabaya ________, 1995, Kiat Islam Mengentaskan kemiskinan, Terjemah Syafril Halim, Gema Insani Press, Jakarta. Raharjo, Dawam, 1987, Perspektif Deklarasi Makkah: Menuju Ekonomi Islam, Mizan, Bandung. ______, 1999, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Jakarta Syaefuddin, AM, 1987, Ekonomi dan Masryarakat Dalam Perspektif Islam, Rajawali Press, Jakarta. Singarimbun, Masri, Sofian Effendi (ed) 1989, Metode Penelitian Survey, PT Midas Surya Grafindo, Jakarta Swasono, Sri Edi, dkk (penyunting), 1999, Sekitar Kemiskinan dan Keadilan dari Cendekiawan kita tentang Islam, UI Press, Jakarta. Usman, Sanyoto, 1998, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999, Tentang Pengelolaan Zakat, CV Mini Jaya Abadi, Jakarta Yafie, Ali, 1994, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhuwah, Mizan, Bandung. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008
21
STAIN Palangka Raya
Qadir, Abdurrahman, 1998, Zakat Dalam Dimmensi Mahdah dan Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Zaidi Abdad, 2003, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, Angkasa, Bandung.
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Volume 2, Nomor 1, Juni 2008