Summer School Lecture for the ICRS, Yogyakarta, 26 June 2013
Menghadapi Zaman Edan: Etnisitas & Globilisasi di Jawa Tengah-Selatan pada Era Gelombang Globalisasi Kedua (1750-1850): Teladan Pangeran Diponegoro (1785-1855): Suatu Warisan dan Suatu Tantangan bagi Bangsa Indonesia oleh:
Peter Carey (Emeritus Professor, Trinity College, Oxford)
1
Masa Remaja di Tegalrejo (1792-1803) 2
3
Jawa tengah-selatan pada masa remaja Diponegoro: Areal Hasil Bumi untuk Perdagangan
Daerah Mataram (DIY sekarang) dan pesantren, pondok dan tempat berziarah awal abad 19-belas 4
Masa Remaja Diponegoro 5
Diponegoro Muda (17851855) lahir sebagai BRM Mustahar di Keputren (Kraton Yogya), dan pada waktu itu namanya Raden Ontowiryo, pada pernikahan dengan putri bupati Jipang-Kapanolan (Jatim) seorang keturunan Tionghoa.
Pangeran Mistik: Diponegoro bersemadi di panepen Selagilang mengutus dua santri ke Nusa Kambangan 6
Pengaruh Islam Sufi (Tarekat Syattariah dan Naqshabandiah) 7
Lukisan ‘Daerah mistik’ yang dibuat Diponegoro di Makasar (Benteng Rotterdam) pada tahun 1837 untuk menunjukkan pengaturan pernafasan dan ucapan zikir waktu sujud supaya nama ‘Allah’ di-ukir di hati
Rosul Muhamad
illa
Allah
Maka iku dudu dènwaspada sira marang pernahé thoriq iku
Ziarah ke Laut Kidul (kira-kira Kemarau 1805) 8
‘Lelono-broto’ sebagai rite-depassage antara masa remaja dan dewasa: ziarah Diponegoro ke Laut Kidul untuk bertemu dengan leluhur dan dewa pelindung Mataram
Sesajen dari keraton Yogya di Laut Kidul: upacara Labuhan di Parangkusumo 9
Kyai Mojo (kira-kira 1792-1849): Penasihat Agama 10
Kyai Mojo dan keluarga dari pesantren Mojo dan Baderan dekat Delanggu adalah penasihat agama Diponegoro yang paling berbobot selama Perang Jawa, tapi hubungan mereka akhirnya sial
Pelopor Orde Baru Kolonial 11
Marshal Herman Willem Daendels (1762-1818), gubernur-jenderal ‘Guntur’ (1808-11) yang mendobrak sistem kepemerintahan VOC yang korup dan tak berdaya
‘Ons Schoone Java’ (Pulau Jawa yang indah yang kami orang Belanda punya) 12
Salah satu pekerjaan raksasa yang dibuat Daendels adalah postweg (jalan raya pos antara Merak dan Banyuwangi) yang menelan korban 18.000 jiwa – inilah postweg di Megamendung Jabar dilukis Raden Saleh 1862
13
Pengaruh Bangsawan Remaja dan Perang Jawa: Contoh Sentot Ali Basah (kira-kira 1808-1855) 14
Sentot Ali Basah (Pasha ‘yang tinggi’) menjadi Panglima Diponegoro waktu masih berumur 17 tahun. Keturunan bupati Madiun yang tersohor
Tradisi Keprajuritan Jawa 15
Seorang bangsawan Jawa dengan pakaian keprajuritan lengkap – siap menghadapi Inggris sebelum penyerbuan ke Yogya, 20 Juni 1812
Sosok dari Zaman Kolonial Baru 16
Daendels, Raffles dan kekuataan Angkatan Laut Kerajaan Inggris menyerbu pulau Banda pada zaman Perang Napoleon (1799-1815)
Sosok Zaman Kolonial Baru: Angkatan Laut Inggris menghancur kapal perang Perancis di laut lepas Indramayu, 28 Juli 1811
17
Sekutu Pribumi: Contoh Pangéran Adipati Pakualam II (bertakhta, 1829-58) sekutu Inggris 18
Sosok dari zaman kolonial baru bisa dilihat dengan pakaian, cara potong rambut, makanan dan pola hidup: lahirlah semacam kebudayaan bunglon
Kebudayaan Bunglon: Sultan Hamengkubuwono IV dengan seragam Jenderal Belanda 19
Sultan ke-empat adalah adik Diponegoro. Bergemar seragam militer Belanda. Kalau tidak dilarang oleh Diponegoro dia akan memakai untuk upacara Garebeg
Kebudayaan Bunglon yang berhasil: Mangkunegoro II (bertakhta, 1796-1835) sebagai Overste/Kolonel 20
Mangkunegoro II menjadi salah satu sekutu Orde Kolonial Baru yang paling setia dengan hasil yang lumayan bagus. Dia menjadi kolonel komandant dari Legiun Mangkunegaran.
Tuan Besar met een paar grote dikke epauletten: Nahuys van Burgst (1782-1858): Residen Yogya (1816-22) 21
Seorang Residen, menurut Diponegoro, yang hanya senang ‘mangan, minum lan anjrah cara Welandi [mengajar tingkahlaku Belanda]’
22
Kemarahan Meluap: Diponegoro memukul Patih Danurejo dengan sepatu akibat kepolisian desa (gunung)
Si Cilaka: ‘Een klein, dik en verlegen man’: Anthonie Smissaert (Residen Yogya 1823-25) 23
Ketidakmampuan pejabat Belanda menjelang Perang Jawa mengakibatkan kesenjangan dan ketegangan yang akhirnya meluap
Perang Jawa Berkobar: Serangan Belanda ke Selarong Oktober 1825 24
Pangéran Diponegoro sebagai Ratu Adil berseragam santri Arab: dua versi Belanda 25
Sketsa Major De Stuers Semarang, awal April 1830
Sketsa A.M.Th. Bik di Stadhuis Batavia, akhir April 1830
26
Piagem (Surat Penugasan) dan Surat Resmi Diponegoro waktu perang memakai huruf pegon
Negosiasi Terakhir – Diponegoro dan anak buahnya masuk perkemahan di Metesih (Magelang), 8 Maret 1830 27
Keresidenan Lama Magelang – Tempat Penangkapan Diponegoro, 28 Maret 1830 28
Sejarah ditulis oleh yang menang 29
(Gambar Penangkapan Diponegoro di Magelang, 28 Maret 1830 oleh Nicolaas Pieneman (1809-1860)
Bukan oleh yang kalah 30
(Gambar Penangkapan Diponegoro di Magelang oleh Radèn Saleh Syarif Bustaman 1857)
Ciptaan Sebuah Karya Kunci (The Making of a Masterpiece) 31
Di Kota Manado: Diciptakan untuk menghibur hatiku dan untuk pendidikan anakku 32
Pelayaran dari Batavia ke Manado (4 Mei – 12 Juni 1830): Korvet Pollux, Nusantara sebagai ‘Gulag’ dan Seperempat Abad Pengasingan
33
34
Surat Terakhir kepada ibunda, Raden Ayu Mangkorowati, & putra sulungnya, Pangéran Diponegoro II, ditulis di Batavia, awal Mei 1830
Tekst Asli: Aku Tuangkan Perasaan sukmaku dalam Irama Mijil … di Kota Manado 35
Babon Asli disalin di Batavia sesudah wafat Diponegoro (8 Januari 1855) 36
37
Saksi-mata Prins Hendrik der Nederlanden (1820-1879)
38
Surat dari Pangeran Hendrik kepada ayahnya, Putra Mahkota Belanda (kelak Raja Willem II, bertakhta 1840-1849) (Part I)
Makassar, 10 Maret 1837 Ayahku yang tercinta dan terbaik, Hari pertama [di Makassar] akan melihat Benteng [Rotterdam] di sini, saya bertemu dengan tawanan kita yang tampak tak bahagia, Diepo Negoro (Diponegoro), yang jatuh ke tangan kita sebenarnya secara khianat. Ia segera mendekati saya, dengan pegang tangan saya dan menarik saya masuk kamarnya (sekarang kantor Benteng Rotterdam) yang berada di lantai pertama.
39
Surat dari Pangeran Hendrik kepada ayahnya, Putra Mahkota Belanda (kelak Raja Willem II, bertakhta 1840-1849) (Part II)
Ia mengatakan kepada Gubernur di sini, Tuan Bousquet [R. de Bousquet, menjabat 1835-1840], bahwa dia sangat senang sesorang sampai datang mengunjunginya di tempat tinggalnya yang menyedihkan itu. Walaupun demikian ia cukup girang: ia tertawa, tapi konon kegirangnya itu terpaksa atau tidak wajar. Begitu pun ia sangat sungkan: semula ia tidak mau bicara Melayu [‘bahasa pitik’ katanya Diponegoro]. Sosoknya menyenangkan dan tampak bahwa dirinya masih penuh semangat yang membara.’
40
Catatan Buku Harian Prins Hendrik (7 Maret 1837) Memang alangkah baik jangan kami sampai membuka rahasia yang menutupi sejarah ini. Tapi saya akan mengambil risiko itu. Semua orang tahu bahwa Diponegoro telah memberontak terhadap kami. Tapi cara penangkapnya, menurut hemat saya, adalah suatu aib atas pamor kami orang Belanda. Memang benar ia seorang pemberontak, tetapi ia datang untuk mengakhiri perang yang telah menelan begitu banyak korban dan dia mengandalkan kesetiaan kepada kejujuran Belanda untuk bernegosiasi dengan dia dengan tulus. Lalu ia tertangkap atas perintah Jenderal de Kock.
41
Catatan Buku Harian Prins Hendrik (7 Maret 1837) - II Saya percaya bahwa ini akan mengakibatkan suatu malapetaka besar bagi kita dalam hal moral, karena jika kami sampai harus berperang lagi di Jawa salah satu akibat akan terjadi: atau kami atau orang Jawa akan dikalahkan, karena tak seorang pun petinggi pribumi akan sudi lagi untuk berurusan dengan kami - tidak hanya disini di Jawa tapi dimana-mana [di Nusantara]. Saya yakin bahwa penyebab kampung Bonjol di Sumatera tidak menyerahkan diri tidak lain daripada sikap kepala [Tuanku Imam Bonjol] yang pasti berbilang kepada diri sendiri bahwa kalau saya sampai bernegosiasi dengan Belanda, saya pasti akan diperlakukan seperti DN”
Setelah Sang Pangeran Wafat (8 Januari 1855) di Benteng Rotterdam 42
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Ikatan Kesenian dan Ilmu Kota Betawi) atas dorongan Ahli Bahasa Jawa Kuno, A.B. Cohen Stuart (1820-1876) ambil inisiatif untuk pinjam babad dari keluarga Diponegoro di Makassar untuk dibuat salinan
Salinan Naskah Babad Diponegoro dalam Huruf Pégon di Batavia (1860-an) 43
Salinan Naskah Diponegoro diterjemahkan dalam Bahasa Belanda anatara 1867 dan 1877 44
Kesimpulan Sejarawan Belanda mengenai Babad Diponegoro
45
Tekst dianggap oleh Cohen Stuart dan rekannya di KBG (moeielijk te overschatten) – ‘sulit untuk dilebih-lebihkan’ sebagai dokumen sejarah dan perincian ‘cara pemikir dan pandangan sejarah seorang Jawa [‘the way of thinking and historical assumptions of the Javanese’] (Notulen, 1877:91). Kesimpulan ini juga diperkuat oleh sejarawan militer Belanda, P.J.F. Louw (1856-1924) yang menulis buku tebal berjilid enam - tentang perang Jawa (1825-30) dengan rekannya E.S. de Klerck – Louw dan De Klerck De Java-oorlog van 1825-30 (‘sGravenhage: Nijhoff & Batavia: Landsdrukkerij,1894-1909). Dua-duanya adalah perwira dalam Oost-Indische-Leger (pasca-1933, Koniniklijke Nederlandsche Indische Leger/KNIL).
Nasib yang Sial (1): Terjemahan Babad Diponegoro tersia-sia 46
Terjemahan Belanda pada akhirnya tersia-sia sebab tidak ada seorang sejarawan Beland ahli Bahasa Jawa untuk membuat suatu terjemahan yang bagus. The Dutch translation never saw the light of day due to the inability of the Batavian Society of Arts & Sciences to identify a single competent scholar of Javanese prepared to take on such a massive literary work (Notulen 1877:89-95).
Nasib yang sial (2): Kehilangan Babon Asli Babad 47
Babon asli dari Babad yang dipinjam KBG dari keluarga Diponegoro sesudah wafatnya sang pangeran di Makassar ternyata hilang (lihat catatan di Notulen Bataviaasch Genootschap 1877:94). Sekarang tidak bisa didapatkan lagi walaupun keluarga dan ahli waris sang pangeran di Makassar masih mempunyai naskah yang lain yang ditulis Diponegoro selama di Benteng Rotterdam Makassar: yaitu Buku Makssar dua jilid yang menbahas tentang sejarah Jawa dan mistik tasawwuf (Carey 2007:7445).
Salinan di PusNas (Indonesian National Library)
48
Versi yang sekarang ada di PusNas yang didaftar sebagai KBG [Koninklijk Bataviaasch Genootschap] 282, adalah salinan yang paling asli. Naskah ini diterima tahun ini oleh UNESCO untuk didaftar di Register Inernasional Ingatan Dunia (Memory of the World).
Zaman Pendudukan Militer Jepang (1942-1945): Muh Yamin (1902-1960) dimintai menyiapkan biografi Diponegoro untuk Pengajaran Sejarah Nasional 49
Kelak diterbitkan dengan judul: Sedjarah Peperangan Dipanegara: Pahlawan Kemerdekaan Indonesia (Djakarta: Jajasan Pembangunan, 1950) Tapi sudah diedar dulu sebagai pamflet oleh Jepang dalam rangka ‘pelopor nasional’
Surat Jawaban UNESCO (Memory of the World Committee) 50
Surat dari UNESCO, tgl 26 Juni 2011, CI/INF/UAP/JS/2011/212A Kepada : Dr Lilik Soelistyowati MM, National Library Indonesia Subject: Babad Dipanegara or Autobiographical Chronicle of Prince Dipanegara (1785-1855) Memory of the World Register Pendapat Committee: The Committee concluded that the nomination did not sufficiently describe the influence that the item had on the rest of the world or how its importance impacted on the region and subsequently the rest of the world. It also had concerns about the rarity of the document. Consequently, while the Committee did not recommend inscription on the international register, it proposed that a revised nomination taking into consideration the comments that it had formulated could be resubmitted at a later date. Yours sincerely, Jänis Kärkliņŝ.
PEMBAHASAN 51
Dari jawaban UNESCO ada beberapa hal yang patut dicatat:. UNESCO merasa bahwa dalam nominasi Perpustakaan Nasional : 1. Pengaruh dari Babad Diponegoro kepada Dunia tidak diuraikan 2. Pengaruh atau pentingnya Babad Diponegoro terhadap Wilayah dan terhadap Luar Negeri tidak dibahas. 3. Prihatin akan keaslian Naskah Selanjutnya Nominasi yang direvisi masih diajukan lagi. Semua sudah dijawab tahun ini (2013) dan Naskah baru saja diterima untuk didaftar di International Register sebagai sebuah manuskrip Memory of the World (Ingatan Dunia).
52
Bagaimana Maju Kedepan Sekarang?
Babad Diponegoro perlu diterjemahan dalam Bahasa Indonesia dengan tekst asli supaya pembaca di Tanah Air bisa menjangkau. Tanpa terjemahan itu penerimaan Naskah Babad Diponegoro sebagai Memory of the World (Ingatan Dunia) akan tersia-sia.
Matur nuwun sewu lho! 53
Terima Kasih atas Perhatian dan Kepedulian