BAB I Pendahuluan
MENGGARAP BEDENG BIBIT HARAPAN Dalam suasana globalisasi yang sekaligus dibarengi adanya krisis multidimensi di Indonsia sekarang ini semua pihak sadar bahwa penduduk Indonesia yang jumlahnya telah melebihi 211 juta jiwa itu harus dikembangkan menjadi manusia unggul. Bagi Bangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia, memberdayakan perempuan melalui pendidikan adalah investasi asset bangsa. Ia sekaligus merupakan ‘sakaguru’ Mengantarn Keluarga Miskin Naik Kelas. Ada banyak alasan kenapa begitu pentingnya pemberdayaan perempuan dalam negara yang sedang berkembang. Keberhasilan pemberdayaan itu di negara berkembang adalah identik dengan keberhasilan usaha membangun bangsa. Kalau ada rekapitulasi dalam bidang per-bank-kan, mestinya ada rekapitulasi dalam upaya pemberdayaan manusia yaitu dengan melipatgandakan program dan ilmu untuk pemberdayaan perempuan. Alasannya adalah bahwa selama berabad-abad bangsa Indonesia sangat tertindas dan kebangkitannya selalu berada dalam suasana yang tidak menguntungkan bagi kaum perempuan. Karena itu kebangkitan bangsa ini disertai hanya oleh sedikit sekali kaum perempuan yang jumlah sebenarnya lebih dari separo penduduk Indonesia. Partisipasi mereka dalam perjuangan menata diri, membangun kemampuan dan ikut serta dalam pembangunan yang sedikit itu bukan karena kurangnya motivasi, tidak adanya kemauan dan kemampuan dasar, tetapi adalah karena banyak pihak “telah dibuat” atau “dikondisikan” ketakutan akan budaya lingkungan dengan alasan agama, adat atau apapun namanya, sehingga dalam sikap dan tingkah laku bangsa ini tidak menyediakan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan kemampuan dan menyediakan kesempatan untuk kaum perempuan. Mereka menjadi manusia-manusia yang termarginal. Karena hal itu telah berlangsung lama, maka seakan-akan menjadi bagian dari suatu budaya yang wajar-wajar saja terjadi. Sehingga biarpun ada kemauan politik yang menggebu untuk memperbaiki keadaan dari kabinet ke kabinet yang lain hampir pasti oleh lingkungannya, termasuk oleh pemerintah sendiri, selalu tidak disertai dengan komitment yang sama dalam bentuk program yang kuat dan dana yang memadai untuk memulai suatu langkah konkret yang bermakna. Dalam semangat untuk ikut menyegarkan komitmen pemberdayaan melalui pendidikan perempuan dalam Buku Mengantar Keluarga Miskin Naik Kelas seri Pendidikan Perempuan Aset Bangsa kami sajikan berbagai tulisan yang kental akan kepedulian pemberdayaan perempuan serta andil laku konkret lembaga Swadaya Masyarakat dalam mendukung pemerintah memfasilitasi mengangkat derajat kualitas anak warga bangsa dari keluarga miskin, atau Prasejahtera dan Sejahtera I Bergerak, bergerak. Serentak, serentak. Majulah, majulah menang. Lirik lagu Maju Tak Gentar perlu diayunkan dalam langkah nyata dalam memajukan derajat kualitas perempuan melalui pendidikan perempuan.
Memang sudah melangkah meski belum memadai. Di pertengahan tahun 70-an seiring diluncurkannya program Kelapa Hibrida sebagai jawaban tuntutan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), dikembangkan kepedulian bagi siswa-siswa pendidikan kejuruan dari anak keluarga Akseptor lestari. Sedang Pendidikan untuk Pemberdayaan Perempuan melalui Usaha Peningkatan Pendidikan Akseptor Keluarga Berencana yang kemudian disebut Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera me “melek” kan perempuan akan ke mampuan didalam usaha ekonomi produktif. Kegiatan itu menjadi semakin bermakna dengan diluncurkannya Gerakan Sadar Menabung melalui Gerakan Takesra dan Kukesra. Mulai tahun 2002, seiring dikembangkannya sistem pendidikan BBE, Broad Based Education, yang berorientasi pada pembekalan untuk bisa bekerja oleh jajaran Departemen Pendidikan Nasional, khususnya oleh jajaran Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Yayasan Damandiri dan mitra kerjanya terpanggil mengembangkan Gerakan Peduli Peningkatan Mutu Pendidikan, yang lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Belajar Mandiri. Gerakan Belajar Mandiri ini dimulai dari Kawasan Timur Indonesia dengan mengajak para guru dan mereka yang mempunyai kepedulian atau simpati terhadap masa depan anak-anak dari keluarga kurang mampu khususnya anak perempuan untuk bekerja sama. Gerakan ini intinya adalah ajakan keberpihakan kepada anak-anak yang kurang beruntung, khususnya anak perempuan. Kepala Sekolah, para guru, kawan/alumni sekolah yang sudah mahasiswa, para pengusaha nasabah bank, serta masyarakat pada umumnya, diharapkan mempunyai kegiatan bulanan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat luas terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan anak-anak kurang beruntung. Gerakan ini menganjurkan agar anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan perhatian dan bimbingan yang lebih besar dari para guru dan masyarakat sekelilingnya. Anak-anak itu dianjurkan lebih rajin membaca bahan-bahan bacaan yang ada di sekolah masing-masing serta bahan bacaan baru yang secara berkala dikirimkan kesekolah mereka. Sejak Maret 2002, setiap bulan diadakan semacam Quis sederhana untuk merangsang anak-anak itu membaca bahan-bahan yang ada. Sebagai imbalan, setiap sekolah diharapkan memilih pemenangnya. Pemenang sekolah setiap bulan “dipertandingkan” pada tingkat Kabupaten/Kota oleh para guru atau Kepala Sekolah, atau oleh mereka yang peduli terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di kabupaten atau kota masing-masing. Setiap bulan, untuk setiap kabupaten/kota daerah tingkat II, disediakan beberapa paket penghargaan untuk anak-anak keluarga kurang mampu, bermutu dan unggul, berupa tabungan masing-masing dengan nilai sebesar Rp. 300.000,00 lewat Bank mitra kerja. Di samping bahan dan acara “adu pintar” dari anak-anak keluarga kurang beruntung, pada setiap bahan bacaan atau majalah yang dikirim kepada anak-anak remaja ini akan dimuat adanya “kesempatan beasiswa” dan bantuan yang tersedia dari berbagai sumber. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, atau Yayasan Damandiri, memberikan dukungan untuk bekal menempuh pendidikan lebih tinggi dalam bentuk bantuan dana, terutama untuk anak perempuan. Anak-anak DO bisa mendapatkan bantuan mengikuti kursus-kursus ketrampilan agar bisa bekerja. Anak-anak berbakat bisa mengikuti program
Belajar Mandiri. Kalau berhasil dengan baik selama tiga tahun berturut-turut di SMUSMK/MA-nya, anak-anak itu bisa dipertimbangkan mendapat bantuan dana untuk mengikuti pendidikan pada Perguruan Tinggi pilihannya. Para siswa anak keluarga kurang mampu penerima bantuan Program Belajar Mandiri yang mempunyai kemampuan tinggi dan lulus ujian Saringan Masuk PTN dapat diberikan dukungan untuk membayar SPP dan keperluan pembinaan keluarga kurang beruntung. Sampai dengan Desember 2002 telah dapat diinventarisasikan adanya berbagai kesempatan beasiswa untuk anak-anak keluarga kurang mampu yang cukup banyak. Untuk siswa terpilih penerima Pantuan Program Belajar Mandiri Yayasan Damandiri mengalokasikan bantuan sebanyak lebih 4000 siswa. Sekitar separo dari dana yang disediakan terserap dengan baik. Siswa penerima Program Belajar Mandiri yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri untuk tahun 2002 tercatat sebanyak 14 mahasiswa; Penerima Bantuan Besasiswa yang dikaitkan dengan Program Pemberdayaan Lingkungan Kampus maupun Bantuan Biaya Pendidikan (BBP-SPP) antara lain 97 Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta; 100 Mahasiswa Universitas Soedirman; 100 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang; 200 Mahasiswa Universitas Brawijaya; 100 Mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang (NTT); 100 Mahasiswa Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Jumlah ini belum bantuan beasiswa sebagai tindak lanjut siswa/mahasiswa penerima Bantuan Masuk UMPTN (BMU); serta mahasiswa dari keluarga kurang mampu yang diterima melalui Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) Yayasan Supersemar, yang selama puluhan tahun terkenal dengan dukungan beasiswa Supersemar, untuk tahun 2002 tetap menyediakan beasiswa yang tidak lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan jumlah beasiswa tahun lalu. Bahkan uang beasiswa itu dinaikkan. Tahun 2002 diberikan beasiswa kepada 47.810 siswa SMK dengan nilai Rp. 17,3 milliar, untuk mahasiswa dan dosen disediakan sebanyak 28.940 beasiswa dengan nilai Rp. 25,3 milliar. Dukungan untuk dosen ditujukan untuk membantu penyelesaian S2 dan S3 dengan dana sekitar Rp 1 milliar. Dalam rancangan tahun 2002, jajaran Departemen Pendidikan Nasional menyediakan sejumlah besar dana untuk anak-anak kurang mampu di seluruh Indonesia. Dari sumber Dana Kompensasi BBM untuk daerah miskin disediakan sekitar 1.000.000 beasiswa untuk siswa SLTP senilai Rp. 20 milliar. Untuk anak-anak SMU, Madrasah Aliyah dan SMK, disediakan dana beasiswa untuk 400.000 siswa sebesar Rp. 10 milliar. Untuk program BBE di 400 lokasi daerah miskin disediakan dana sebesar Rp. 150 milyar. Informasi tentang terbukanya kesempatan itu disosialisaskian ke seluruh wilayah program Belajar Mandiri kepada para orang tua dan masyarakat luas untuk memacu motivasi para orang tua yang kurang beruntung dan masyarakat luas agar di rumah masing-masing anak-anak itu didorong belajar lebih giat agar bisa memperoleh nilai lebih baik di sekolah. Ada pula gagasan untuk menghimbau lembaga-lembaga yang biasa memberikan beasiswa kepada siswa yang menonjol untuk mengatur secara lain, yaitu memihak kepada anak-anak keluarga kurang mampu. Dalam pengaturan ini, anak-anak keluarga mampu yang mendapat beasiswa karena otaknya encer diharapkan membagi sebagian dari dana
itu kepada rekan lain yang kebetulan anak keluarga kurang mampu. Dengan cara ini anak-anak keluarga kurang mampu bisa memperoleh kesempatan dan dorongan untuk berjuang dalam kebersamaan yang lebih seimbang. Bersamaan dengan itu dikembangkan kesepakatan politis antara lain berupa Sambutan Menteri Pendidikan Nasional “Belajar Mandiri Untuk Meni ngkatkan Mutu” yang antara lain berbunyi “Program Belajar Mandiri yang setiap bulan rencananya akan digelar di kabupaten/kota, hendaknya dapat memacu perhatian daerah, para tokoh masyarakat, dan seluruh lapisan masyarakat untuk memberikan komitmen yang tinggi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan menengah pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Sambutan yang ditandatangani Menteri Pendidikan Nasional A.Malik Fadjar Maret 2002, mengharapkan peluncuran program ini akan memperoleh dukungan positif, perhastian, dan bantuan dari seluruh jajaran pendidikan di daerah. Menteri Agama RI Prof. DR. H. Said Agil Husin Al Munawar, MA dalam sambutannya Maret 2002, antara lain menganjurkan semua Madrasah Aliyah, dimana pun mengikuti dengan tekun Program Belajar Mandiri yang diselenggarakan oleh Yayasan Damandiri bekerjasama dengan Departemen Agama dan instansi lainnya. Menteri Agama juga menganjurkan kepada semua Kepala Sekolah Madrasah Aliyah dan para gurunya guna mempersiapkan anak didiknya dengan sebaik-baiknya agar mampu bersaing dengan siswa-siswa dari SMU, SMK dan lembaga pendidikan lainnya, memperebutkan kesempatan yang terbuka lebar sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Sedang Kepala BKKBN Prof. DR.Yaumil C. Agoes Achir dalam sambutannya tertanggal 2 Februari 2002, menyatakan Program Belajar Mandiri yang intinya adalah membantu meningkatkan kualitas remaja perempuan dalam menempuh pendidikannya pada tingkat SMU, SMK dan MA sungguh merupakan program yang harus disosialisasikan secara luas agar kesempatan yangterbuka itu tidak hilang dandapat dimanfaatkan denganbaik oleh para remaja kita. Kepala BKKBN mengharapkan jajaran BKKBN dapat mensosialisasikan program dimaksud dan mengajak para orang tua khususnya yang tergolong keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang putrinya saat ini sedang belajar di SMU atau Madrasah Aliyah untuk memanfaatkan peluang emas ini sebaik-baiknya. Komitmen tersebut selanjutnya merupakan pembuka langkah maju Gerakan Belajar Mandiri untuk mensosialisasikan program Belajar Mandiri ke 3.785 SMU/SMK/MA di 8 Propinsi sebagai lampiran Surat Edaran pimpinan Yayasan Damandiri, ditandatangani Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof. DR. H. Haryono Suyono yang ditujukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota, Kandep Diknas, Kandep Agama, BKKBN Propinsi dan Kabupaten/Kota, sekolah-sekolah SMU/SMK dan MA, Bank mitra kerja (BPD, BUKOPIN, BPR NUSAMBA) serta berbagai instansi terkait. Sejalan dengan semangat otonomi daerah, dikembangkan pula komitmen dari para pimpinan daerah berupa Arahan Gubernur yang disampaikan kepada Bupati/Walikota dan Dinas untuk mendukung pelaksanaan Perogram Belajar Mandiri antara lain dari Gubernur Jawa Tengah ditanda tangani Wagub Bidang Kesra Ir.Mulyadi Widodo nomor 420.2/3739 tertanggal 27 Maret 2002, Gubernur Jawa Timur surat nomor 420/5625/021/2002 ditanda tangani Wagub Drs.Imam Supardi, Surat arahan Gubernur DI.Yogyakarta yang ditanda tangani Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam surat Nomor 900/2549 tertanggal 16 Agustus 2002.
Dengan program ini diharapkan akan berkembang komitmen politik dan langkahlangkah konkrit yang lebih besar di lingkungan masyarakat luas, termasuk di lingkungan sekolah dan lembaga masyarakat, agar upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak keluarga kurang mampu bisa lebih mendapat perhatian. Apabila kita berhasil meningkatkan mutu anak-anak keluarga tertinggal tersebut, terutama anak-anak perempuannya, maka upaya pengentasan kemiskinan, termasuk upaya menyelamatkan generasi muda dari kawin terlalu muda akan segera menjadi kenyataan. Semoga.