MENGENAL FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DAN TINJAUAN SINGKAT DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN INDONESIA Oleh : Fransiska Ari Indrawati, S.H, LLM1
Abstrak Pada tahun 2010 pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan ketentuan perpajakan yang dinamakan Foreign Account Tax Compliance Act atau disingkat dengan FATCA. Pengaturan FATCA ini dilatarbelakangi antara lain terjadinya krisis keuangan di AS di tahun 2008 yang salah satu faktor penyebabnya adalah penghindaran pajak dalam jumlah besar oleh warga negara Amerika Serikat yang memiliki pendapatan luar negeri. FATCA diharapkan dapat mencegah penghindaran pajak sehingga dapat menambah pendapatan pemerintah AS. FATCA mewajibkan lembaga keuangan asing untuk melaporkan kepada Internal Revenue Service, badan pemerintah AS yang menangani perpajakan, atas rekening finansial yang dimiliki oleh Wajib Pajak AS atau yang dimiliki lembaga asing dimana Wajib Pajak AS tersebut memiliki kepemilikan yang substansial. FATCA akan diimplementasikan pada tanggal 1 Juli 2014. Pemerintah AS telah memberikan opsi kepada hampir seluruh negara dimana warga negara AS berada untuk menerapkan atau tidak menerapkan FATCA. Pemerintah AS akan mengenakan 30% withholding tax terhadap seluruh pendapatan Foreign Financial Institutions (FFI) yang berasal dari AS misalnya pendapatan dari dividen, bunga dan asuransi apabila FFI ataupun negara dimana FFI tersebut berada tidak menerapkan FATCA. Namun demikian, terdapat dua pilihan agar FFI tidak terkena penerapan withholding tax tersebut yaitu dengan: (i) menandatangani FFI Agreement, atau (ii) menandatangani Intergovernmental Agreement (IGA) yang terdiri atas Model 1 IGA dan Model 2 IGA. Penerapan FATCA telah mendapat dukungan dari forum G20. Indonesia sebagai salah satu anggota G20 diharapkan dapat mengimplementasikan ketentuan ini untuk mendukung terjadinya pencegahan penghindaran pajak yang sudah menjadi perhatian di forum internasional dan terutama untuk menghindari pengenaan withholding tax sebesar 30% yang akan dikenakan oleh pemerintah AS kepada FFI.
A. Pendahuluan
Institutions (FFI) atau lembaga keuangan asing untuk melaporkan kepada Internal Revenue Service (IRS)
Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA)
atas aset finansial yang disimpan oleh wajib pajak
merupakan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah
Amerika Serikat (AS). FFI yang telah menandatangani
Amerika Serikat yang mewajibkan Foreign Financial
perjanjian dengan IRS memiliki kewajiban untuk melaporkan kepemilikan rekening wajib pajak AS kepada IRS.
1
Penasehat Hukum Bank Indonesia
41
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
FATCA dikeluarkan oleh Pemerintah AS untuk
demikian, terdapat dua pilihan agar FFI tidak terkena
menghindari penyembunyian pajak yang berasal dari
penerapan withholding tax tersebut yaitu dengan:
pendapatan luar negeri (offshore tax evasion) dan
(i) menandatangani FFI Agreement, atau (ii)
kedepannya FATCA diharapkan dapat menjadi
menandatangani Intergovernmental Agreement (IGA).
standard ketentuan yang digunakan seluruh dunia untuk mencegah penghindaran pajak yang terjadi2.
Kajian singkat ini akan membahas lebih lanjut
Forum G20 juga mendukung penuh upaya untuk
mengenai ruang lingkup FATCA dan wacana
mencegah penghindaran pajak di dunia internasional
penerapan FATCA ditinjau dari sudut pandang hukum
sebagaimana dikemukakan Communiqué of Finance
perbankan di Indonesia.
Ministers and Central Bank Governors pada April
20133. B. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelaporan FATCA
Dalam G20 Leaders Declaration, forum G20 juga mengungkapkan bahwa transparansi pajak dan
Berikut ini pengertian dan ruang lingkup FATCA
pertukaran data otomatis (automatic exchange of
berdasarkan Summary of FATCA Reporting for US
information) antar anggota diperlukan sebagai salah
Taxpayers yang disarikan dari situs resmi IRS5.
satu upaya penghindaran pajak4. Forum G20 juga telah berkomitmen untuk memulai pertukaran data
1. Foreign Financial Institution/FFI sebagai subyek
otomatis terkait pajak yang akan dilakukan pada akhir
FATCA
tahun 2015. Hal ini menunjukkan adanya komitmen
FFI yang merupakan subyek pelapor dalam FATCA
dari forum internasional dalam mendukung transparansi
adalah lembaga penyimpan (depository institutions),
pajak dan mencegah penghindaran pajak mengingat
lembaga penjaminan (custodial institutions),
penghindaran pajak saat ini menjadi isu yang telah
lembaga investasi (investment entities), dan
mendunia. Tentu Indonesia diharapkan dapat juga
perusahaan asuransi tertentu (certain insurance
mendukung komitmen yang telah disepakati dalam
companies). Sedangkan pihak yang dikecualikan
forum internasional tersebut khususnya mengenai
dari pelaporan FATCA ini adalah lembaga
upaya mencegah terjadinya penghindaran pajak.
pemerintah/badan yang dimiliki pemerintah, organisasi internasional, bank sentral yang tidak
Terkait dengan upaya pencegahan penghindaran
memiliki kegiatan perbankan komersial, dan dana
pajak oleh Pemerintah AS, terhitung sejak tanggal
pensiun.
1 Juli 2014 Pemerintah AS akan mengenakan 30% withholding tax terhadap seluruh pembayaran kepada
2. Pengertian Wajib Pajak AS dan aset finansial Yang
FFI yang berasal dari sumber pendapatan di AS seperti
Dilaporkan
dividen, bunga dan asuransi apabila FFI tersebut tidak
Dalam situs IRS6, IRS menginformasikan bahwa
memiliki komitmen untuk melaporkan pajak kepada
FATCA mewajibkan lembaga keuangan asing untuk
Pemerintah AS (cq. Internal Revenue Service). Namun
melaporkan kepada IRS atas rekening finansial yang dimiliki oleh Wajib Pajak AS atau yang dimiliki lembaga asing dimana Wajib Pajak AS memiliki kepemilikan yang substansial. Lembaga yang
2
Stack, Robert, Myth vs. FATCA: The Truth About Treasury’s Effort To Combat Offshore Tax Evasion, diakses melalui http://www.treasury.gov/connect/blog/Pages/Myth-vs-FATCA.aspx.
3
Communiqué Meeting of Finance Ministers and Central Bank Governors, Washington, 18-19 April 2013, diakses melalui http://www.g20.org/documents/
5
Lihat http://www.irs.gov/Businesses/Corporations/Summary-of-FATCAReporting-for-U.S.-Taxpayers.
G20 Leaders’ Declaration, Russia, September 2013, diakses melalui http://www.g20.org/news/20130906/782776427.html
6
Ibid.
4
42
memiliki kewajiban pelaporan tidak hanya terbatas
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
pada bank, namun lembaga keuangan lainnya
2) Menikah dan menyampaikan laporan pajak
seperti lembaga investasi, broker, dan perusahaan
penghasilan gabungan serta memiliki total
asuransi tertentu. Berikut ini merupakan ruang
aset finansial di negara lain lebih dari
lingkup Wajib Pajak AS dan batasan nilai aset
USD100,000 pada hari terakhir di tahun
finansial yang dikehendaki pelaporannya oleh
pajak atau lebih dari USD150,000 pada
FATCA.
setiap saat selama tahun pajak. 3) Menikah namun menyampaikan laporan
a. Wajib Pajak AS berdomisili di luar negeri
pajak penghasilan terpisah serta memiliki
Wajib Pajak AS dikategorikan sebagai Wajib
total aset finansial di negara lain lebih dari
Pajak yang berdomisili di luar negeri apabila
USD50,000 pada hari terakhir di tahun
pihak tersebut merupakan warga negara AS
pajak atau lebih dari USD75,000 pada
dimana memiliki kewajiban pajak pada negara
setiap saat selama tahun pajak.
asing tersebut dan telah tinggal di negara tersebut atau negara lain setidaknya selama
Yang dimaksud dengan aset finansial di negara
330 (tiga ratus tiga puluh) hari berturut-turut
lain yang wajib dilaporkan sesuai FATCA adalah
dari periode 12 (dua belas) bulan. Wajib Pajak
seluruh aset luar negeri baik berbentuk rekening
tersebut harus menggunakan formulir 8938
ataupun non rekening yang ditujukan untuk
untuk menyampaikan laporan pajak penghasilan
investasi dan bukan digunakan untuk kegiatan
dengan klasifikasi sebagai berikut:
perdagangan atau bisnis. Contoh investasi
1) menikah dan menyampaikan laporan pajak
tersebut antara lain saham dan surat berharga
penghasilan gabungan serta memiliki total
asing, instrumen finansial asing, kontrak dengan
aset finansial di negara lain lebih dari
pihak non US, dan interest di lembaga asing.
USD400,000 pada hari terakhir di tahun
Namun demikian, terdapat aset finansial yang
pajak atau lebih dari USD600,000 pada
dikecualikan dari pelaporan dalam FATCA yaitu
setiap saat selama tahun pajak. Ketentuan
aset berupa:
ini tetap berlaku meskipun hanya pihak
1) Rekening finansial yang di tatausahakan
suami/istri yang berdomisili di luar negeri. 2) Bukan pihak yang menikah dan tidak
oleh lembaga AS yang meliputi lembaga keuangan asing cabang AS, kantor cabang
menyampaikan laporan pajak penghasilan
luar negeri dari lembaga keuangan AS,
gabungan serta memiliki total aset finansial
dan kantor cabang luar negeri dari anak
di negara lain lebih dari USD200,000 pada hari terakhir di tahun pajak atau lebih dari USD300,000 pada setiap saat selama tahun pajak.
perusahaan dari perusahaan AS; 2) Beneficial interest atas trust dan properti di luar negeri; 3) Bunga/pendapatan dari jaminan sosial, asuransi sosial dan program serupa lainnya
b. Wajib Pajak AS berdomisili di AS
dari pemerintah asing.
Wajib Pajak berikut ini harus menggunakan formulir 8938 untuk menyampaikan laporan
c. Opsi Penerapan FATCA
pajak penghasilan dengan klasifikasi sebagai
Terkait dengan pelaporan sebagaimana diatur
berikut:
dalam FATCA, Pemerintah AS akan
1) Tidak menikah dan total aset finansial lebih
mengenakan 30% withholding tax, kepada
dari USD50,000 pada hari terakhir di tahun
FFI yang tidak memiliki kewajiban melaporkan
pajak atau lebih dari USD75,000 pada
Wajib Pajak AS, untuk setiap penerimaan yang
setiap saat selama tahun pajak.
berasal dari sumber pendapatan AS seperti
43
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
dividen, bunga dan asuransi terhadap institusi
a) Model 1 IGA (pendekatan Pemerintah
keuangan asing. Namun demikian, Pemerintah
ke Pemerintah)
AS menawarkan opsi agar FFI tidak terkena
Dalam Model 1 IGA ini, negara yang
penerapan withholding tax tersebut yaitu
merupakan partner FATCA menanda-
sebagai berikut:
tangani perjanjian dengan Pemerintah AS untuk mengumpulkan informasi
1. FFI Menandatangani perjanjian dengan IRS
terkait rekening warga AS dari seluruh
(FFI Agreement)
FFI yang masuk dalam wilayah jurisdiksi
FFI menandatangani perjanjian dengan IRS
dan untuk selanjutnya secara otomatis
yang dituangkan dalam FFI Agreement.
bertukar informasi melalui IRS. Dalam
Dalam perjanjian ini, FFI setuju untuk
hal ini, FFI tidak perlu menandatangani
berpartisipasi dalam FATCA dengan
perjanjian dengan IRS karena
menandatangani perjanjian langsung
pengumpulan informasi dari FFI akan
dengan IRS dimana FFI wajib melaksanakan
dikoordinir oleh Pemerintah di negara
kewajiban dalam FFI Agreement tersebut
yang bersangkutan.
tanpa turut campur dari pemerintah negara dimana FFI tersebut berdomisili.
Perjanjian Model 1 IGA ini dituangkan dalam bentuk Agreement between the
Konsep FFI Agreement tersebut tersedia
Government of the United States of
dalam situs resmi IRS yaitu http://www.irs.
America and the Government of [FATCA
gov/pub/irs-drop/n-13-69.pdf, dimana
Partner] to Improve International Tax
konsep tersebut mengatur pokok-pokok
Compliance and to Implement FATCA,
perjanjian antara lain sebagai berikut:
yang konsepnya tersedia dalam situs
kewajiban untuk melakukan due diligence
resmi Pemerintah AS yaitu http://www.
bagi FFI, persyaratan untuk memberikan
treasury.gov/resource-center/tax-policy/
deposit, kewajiban pelaporan informasi dan
treaties/Pages/FATCA.aspx.
pengembalian pajak, prosedur kepatuhan yang wajib dilaksanakan oleh FFI, dst.
b) Model 2 IGA Dalam Model 2 IGA, pemerintah negara
Berdasarkan draft FFI Agreement tersebut,
setempat menandatangani perjanjian
FFI dipersyaratkan antara lain untuk
dengan IRS dan selanjutnya pemerintah
melakukan due diligence dalam rangka
negara setempat tersebut mewajibkan
mengidentifikasi rekening yang dimiliki
FFI untuk melakukan pendaftaran ke
oleh warga negara AS dan secara tahunan
IRS untuk selanjutnya mengikuti
melaporkan informasi terkait rekening
ketentuan dalam FFI Agreement.
tersebut kepada IRS. Melalui model ini, FFI melaporkan 2. Penandatanganan Intergovernmental
langsung kepada IRS secara tahunan ,
Agreement (IGA)
tanpa melalui pemerintah negara
Pemerintah AS melalui US Treasury
setempat, atas seluruh informasi
Department mengembangkan dua model
rekening wajib pajak AS termasuk
IGA sebagai alternatif cara untuk penerapan
ringkasan informasi rekening wajib
FATCA yaitu:
pajak AS meskipun belum mendapatkan persetujuan dari pemilik rekening untuk
44
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
dilaporkan ke IRS (non-consenting
C. Pro dan Kontra Wacana Penerapan FATCA
account). Melalui kerjasama Model 2 ini, IRS dapat meminta pemerintah
Terkait dengan wacana penerapan FATCA, berikut ini
negara yang merupakan partner FATCA,
pro dan kontra secara umum terkait dengan opsi
informasi rekening individual yang
yang dimiliki dalam wacana penerapan FATCA dari
mendasari ringkasan informasi yang
sisi perbankan yaitu:
dilaporkan oleh FFI terkait non consenting account.
1. Tidak menerapkan FATCA Dalam hal Indonesia memutuskan untuk tidak
Perjanjian Model 2 IGA ini berupa
menerapkan FATCA maka Pemerintah AS akan
Agreement between the Government
mengenakan 30% withholding tax atas
of the United States of America and
penerimaan pendapatan FFI yang berasal dari
the Government of [FATCA Partner] for
sumber pendapatan di AS seperti dividen, bunga
Cooperation to Facilitate the
dan asuransi. Berikut ini adalah pro dan kontra
Implementation of FATCA, yang
bagi Indonesia bila tidak menerapkan FATCA
konsepnya tersedia dalam situs resmi
dimaksud.
Pemerintah AS yaitu http://www.treasury.gov/resourcecenter/tax-policy/treaties/Pages/FATCA. aspx.
Pro
Kontra
• Indonesia tidak memiliki ketentuan yang dapat memaksa Wajib Pajak AS sebagai Nasabah Penyimpan untuk memberikan permintaan, persetujuan atau kuasanya untuk menginformasikan rekening yang bersangkutan kepada pihak ketiga.
• Dengan tidak menerapkan FATCA maka Indonesia tidak mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan FATCA.
• Dengan tidak diterapkannya FATCA, Indonesia tidak mendukung komitmen forum Internasional untuk bersama-sama berupaya mencegah terjadinya penghindaran pajak. • 30% Withholding Tax akan mengurangi pendapatan bank di Indonesia yang memiliki pendapatan di AS dari dividen, bunga dan asuransi.
2. Menerapkan FATCA melalui FFI Agreement Dalam hal bank-bank di Indonesia memutuskan untuk berpartisipasi dalam FFI Agreement, berikut ini adalah pro dan kontra bagi Indonesia atas hal dimaksud.
45
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Pro
Kontra
• Dengan menerapkan FATCA maka Indonesia mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan FATCA dan turut mendukung komitmen forum internasional terkait penghindaran pajak.
• Bank Indonesia harus memahami FATCA dan mensosialisasikan wacana penerapan FATCA kepada bank-bank di Indonesia serta untuk selanjutnya menyerahkan keputusan kepada bank untuk ikut serta dalam FFI Agreement atau tidak.
• Dengan adanya bank-bank di Indonesia yang memiliki kerjasama terkait anti penghindaran pajak, diharapkan Indonesia memiliki track record positif jika suatu saat Indonesia meminta kerjasama kepada AS terkait anti penghindaran pajak.
• Pemerintah Indonesia tidak dapat memantau bankbank yang ikut/tidak ikut serta dalam FFI Agreement karena keinginan bank sendiri ikut serta dalam FFI Agreement.
• Jika bank tidak patuh dalam FFI Agreement yang telah disepakati maka IRS akan sulit untuk memberikan sanksi lain kepada bank kecuali sebagaimana tertera dalam FFI Agreement. Sebaliknya bila IRS merasa bank tidak patuh terhadap FFI Agreement dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan 30% withholding tax maka pemerintah Indonesia sulit menjembatani permasalahan ini. • Kerahasiaan informasi dalam pelaporan sebagaimana dimaksud FFI Agreement menjadi tanggung jawab pihak bank dan IRS. Dalam hal ini, otoritas pengawas mencampuri penatausahaan kerahasiaan bank berikut mekanisme pelaporan yang diatur dalam FFI Agreement karena otoritas pengawas bukan merupakan pihak yang menandatangani perjanjian tersebut. • Bank harus dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS yang wajib dilaporkan sesuai FATCA, hal ini dapat menjadi kendala bagi bank mengingat bank harus melakukan penelusuran ulang atas seluruh pemilik rekening bank yang merupakan Wajib Pajak AS. • Setelah Bank dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS maka bank harus dapat meminta persetujuan/kuasa dari pemilik rekening untuk menginformasikan rekening tersebut kepada IRS, sebagaimana hal ini diatur dalam UU Perbankan.
46
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Pro
Kontra • FFI Agreement antara lain mewajibkan FFI untuk menutup rekening Wajib Pajak AS apabila yang bersangkutan tidak patuh memiliki dampak hukum bagi bank yaitu potensi gugatan dari pemilik rekening yang telah ditutup oleh bank.
3. Menerapkan FATCA melalui Intergovernmental Agreement Dalam hal pemerintah Indonesia memutuskan untuk berpartisipasi dalam Intergovernmental Agreement, berikut ini adalah pro dan kontra bagi Indonesia atas hal dimaksud. Model 1 IGA
Pro
Kontra
• Dengan menerapkan FATCA maka Indonesia mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana menjadi tujuan FATCA dan turut mendukung komitmen forum internasional terkait penghindaran pajak.
• Bank harus dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS yang wajib dilaporkan sesuai FATCA, hal ini dapat menjadi kendala bagi bank mengingat bank harus melakukan penelusuran ulang atas seluruh pemilik rekening bank.
• Dengan adanya bank-bank di Indonesia yang memiliki kerjasama terkait anti penghindaran pajak, diharapkan Indonesia memiliki track record positif jika suatu saat Indonesia meminta kerjasama kepada AS terkait anti penghindaran pajak.
• Setelah Bank dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS maka bank harus dapat meminta persetujuan/kuasa dari pemilik rekening untuk menginformasikan rekening tersebut kepada IRS. Hal ini dapat menjadi kendala bagi bank dalam prakteknya.
• Pemerintah Indonesia dapat memantau keikutsertaan bank-bank yang menyampaikan laporan terkait penerapan FATCA.
• Indonesia belum memiliki perangkat hukum yang memaksa Nasabah Penyimpan termasuk Wajib Pajak AS untuk memberikan persetujuan/kuasa kepada bank agar dapat menginformasikan rekening simpanannya tersebut kepada Pemerintah Indonesia untuk selanjutnya disampaikan kepada IRS.
47
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Pro
Kontra
• Jika bank tidak patuh dalam kewajiban pelaporan terkait FATCA yang telah disepakati maka otoritas pengawas bank dapat memberikan sanksi kepada bank dan sebaliknya bila IRS merasa bank tidak patuh terhadap IGA dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan 30% withholding tax maka pemerintah Indonesia dapat menjembatani permasalahan ini. • Kerahasiaan informasi dalam pelaporan sebagaimana dimaksud IGA dapat dipantau oleh Pemerintah Indonesia/otoritas pengawas bank. Dalam hal ini, otoritas pengawas mengetahui pasti tentang penatausahaan kerahasiaan bank berikut mekanisme pelaporan yang diatur dalam IGA. • Pemerintah dapat menentukan sistem pelaporan kepada IRS yang akan digunakan namun Pemerintah harus tetap menentukan mekanisme pelaporan yang akan dilakukan dari bank kepada Pemerintah sebagai pihak yang mengkoordinir pelaporan tersebut.
Model 2 – IGA
Pro
Kontra
• Dengan menerapkan FATCA maka Indonesia mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana menjadi tujuan FATCA dan turut mendukung komitmen forum internasional terkait penghindaran pajak.
• Bank harus dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS yang wajib dilaporkan sesuai FATCA, hal ini dapat menjadi kendala bagi bank mengingat bank harus melakukan penelusuran ulang atas seluruh pemilik rekening bank.
• Dengan adanya bank-bank di Indonesia yang memiliki kerjasama terkait anti penghindaran pajak, diharapkan Indonesia memiliki track record positif jika suatu saat Indonesia meminta kerjasama kepada AS terkait anti penghindaran pajak.
• Setelah Bank dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS maka bank harus dapat meminta persetujuan/kuasa dari pemilik rekening untuk menginformasikan rekening tersebut kepada IRS. Hal ini dapat menjadi kendala bagi bank dalam prakteknya.
48
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Pro
Kontra
• Pemerintah Indonesia yang memutuskan mengenai penerapan FATCA pada bank-bank sehingga bank wajib menaati keputusan tersebut dan untuk selanjutnya menaati ketentuan pelaporan sebagaimana diatur dalam FATCA.
• Indonesia belum memiliki perangkat hukum yang memaksa Nasabah Penyimpan termasuk Wajib Pajak AS untuk memberikan persetujuan/kuasa kepada bank agar dapat menginformasikan rekening simpanannya tersebut kepada bank untuk selanjutnya disampaikan kepada IRS.
• Pemerintah Indonesia dapat memantau keikutsertaan bank-bank yang menyampaikan laporan terkait penerapan FATCA.
• Mekanisme pelaporan langsung dari bank kepada IRS dapat menjadi kendala bagi bank khususnya terkait standarisasi sistem pelaporan diantara bankbank.
• Jika bank tidak patuh dalam kewajiban pelaporan terkait FATCA yang telah disepakati maka otoritas pengawas bank dapat memberikan sanksi kepada bank dan sebaliknya bila IRS merasa bank tidak patuh terhadap IGA dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan 30% withholding tax maka pemerintah Indonesia dapat menjembatani permasalahan ini. • Kerahasiaan informasi dalam pelaporan sebagaimana dimaksud IGA dapat dipantau oleh Pemerintah Indonesia/otoritas pengawas bank. Dalam hal ini, otoritas pengawas mengetahui pasti tentang penatausahaan kerahasiaan bank berikut mekanisme pelaporan yang diatur dalam IGA.
D. Tinjauan Singkat Penerapan FATCA dari Aspek Hukum Perbankan
Seluruh bank di Indonesia terikat dengan ketentuan rahasia bank sebagaimana dimaksud dalam UU Perbankan sehingga pemberian informasi terkait
1. Ketentuan Rahasia Bank
nasabah bank termasuk nasabah bank yang
Dari aspek hukum perbankan, penerapan FATCA
merupakan Wajib Pajak AS wajib tunduk pada
erat kaitannya dengan ketentuan mengenai rahasia
ketentuan rahasia bank tersebut.
bank yaitu ketentuan mengenai pemberian informasi oleh bank mengenai nasabah dan
Ketentuan rahasia bank diatur dalam Pasal 40 UU
rekening simpanannya sebagaimana diatur dalam
Perbankan yang menyatakan bahwa bank wajib
UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
merahasiakan keterangan mengenai nasabah
sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun
penyimpan dan simpanannya kecuali untuk hal-
1998 (selanjutnya disebut “UU Perbankan”).
hal berikut ini:
49
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
a. kepentingan perpajakan (vide Pasal 41 UU Perbankan); b. penyelesaian piutang bank (vide Pasal 41A UU Perbankan); c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana (vide Pasal 42 UU Perbankan); d. perkara perdata antara bank dengan nasabahnya (vide Pasal 43 UU Perbankan); e. dalam rangka tukar menukar informasi antar bank (vide Pasal 44 UU Perbankan); dan f. atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari
Berdasarkan hal tersebut diatas, UU Perbankan secara jelas melarang bank untuk menginformasikan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya kepada pihak lain kecuali kepada pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 41 s.d Pasal 44 UU Perbankan yaitu pejabat pajak untuk kepentingan perpajakan, Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Ketua Panitia Urusan Piutang Negara, polisi, jaksa atau hakim untuk kepentingan peradilan, serta pihak lain yang disetujui oleh nasabah penyimpan.
Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis (vide Pasal 44A UU Perbankan).
Pemberian informasi kepada pihak lain misalkan IRS dapat dilakukan sepanjang memenuhi Pasal
Ketentuan pelaksanaan dari UU Perbankan
44A UU Perbankan. Sebagaimana diatur dalam
mengenai rahasia bank diatur lebih lanjut dalam
Pasal 44A UU Perbankan, penyampaian informasi
PBI No. 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan
kepada pihak tertentu diperbolehkan sepanjang
Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis
telah terdapat permintaan, persetujuan atau kuasa
Membuka Rahasia Bank (selanjutnya disebut “PBI
dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis
Rahasia Bank”) yang mengatur bahwa Bank wajib
dan bank wajib memberikan keterangan mengenai
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan
simpanan Nasabah Penyimpan kepada pihak yang
dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan
ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan.
dan Simpanan Nasabah (vide Pasal 2 PBI Rahasia Bank) kecuali untuk:
Dengan demikian terkait dengan wacana
a. kepentingan perpajakan;
penerapan FATCA, bank dapat menginformasikan
b. penyelesaian piutang Bank yang sudah
kepada Pemerintah ataupun pihak ketiga atas
diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan
rekening yang dimiliki Wajib Pajak AS sepanjang
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara;
terdapat permintaan, persetujuan atau kuasa dari
c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana;
pemilik rekening terlepas dari opsi yang dipilih
d. kepentingan peradilan dalam perkara perdata
Pemerintah Indonesia nantinya dalam menerapkan
antara Bank dengan Nasabahnya;
FATCA.
e. tukar menukar informasi antar Bank; f. permintaan, persetujuan atau kuasa dari
Namun demikian, telah disadari bahwa saat ini
Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis;
belum terdapat ketentuan yang memaksa nasabah
dan
penyimpan khususnya Wajib Pajak AS untuk
g. permintaan ahli waris yang sah dari Nasabah
memberikan persetujuannya kepada bank untuk
Penyimpan yang telah meninggal dunia.
memberikan keterangan mengenai dirinya dan simpanannya sebagaimana dalam Pasal 44A UU
Terkait dengan wacana penerapan FATCA di
Perbankan. Hal ini dapat menjadi salah satu
Indonesia, tentu perlu dipertimbangkan
kendala dalam penerapan FATCA nantinya dari
pelaksanaan penerapan FATCA agar tidak
sisi hukum perbankan dan pemerintah perlu
melanggar UU Perbankan ataupun ketentuan
mencari solusi pengaturan atas hal tersebut.
perundang-undangan lainnya yang berlaku.
50
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Solusi pengaturan yang mungkin dapat ditelaah
Lebih lanjut, ketika melakukan pembukaan
lebih lanjut pro dan kontra-nya antara lain sebagai
rekening untuk pertama kali, Pasal 12 jo. Pasal
berikut:
14 PBI APU-PPT mewajibkan Bank untuk meminta
a. Melakukan perubahan/amandemen UU
informasi untuk mengetahui profil calon nasabah,
Perbankan terkait pengaturan mengenai
yang meliputi:
pemberian informasi nasabah penyimpan dan
a. Identitas, yang mencakup:
simpanannya agar dapat mengakomodir penerapan FATCA ataupun penerapan
1) nama lengkap termasuk nama alias apabila ada;
komitmen dalam forum internasional dalam
2) nomor dokumen identitas;
rangka mencegah penghindaran pajak;
3) alamat tempat tinggal sesuai dokumen
b. Menerbitkan ketentuan yang mewajibkan bank untuk mengidentifikasi pemilik rekening yang
identitas dan alamat tempat tinggal lain apabila ada;
merupakan Wajib Pajak AS dan meminta
4) tempat dan tanggal lahir;
pemilik rekening yang bersangkutan untuk
5) kewarganegaraan;
menandatangani persetujuan atau kuasa
6) pekerjaan;
kepada Bank untuk menginformasikan
7) jenis kelamin;
rekeningnya kepada Pemerintah Indonesia.
8) status perkawinan; dan
Bila pemilik rekening tidak bersedia untuk
b. Identitas Beneficial Owner (bila ada);
memberikan persetujuan tersebut, maka Bank
c. Sumber dana;
dapat melakukan tindakan yang diperlukan
d. Perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun;
terkait keberadaan rekening pemilik rekening
e. Maksud dan tujuan hubungan usaha atau
yang merupakan Wajib Pajak AS tersebut antara lain dengan menutup rekening tersebut.
transaksi yang akan dilakukan calon nasabah dengan Bank; f. NPWP; dan
2. Ketentuan APU-PPT
g. Informasi lain untuk mengetahui profil calon
Wacana penerapan FATCA di Indonesia juga dapat
nasabah lebih dalam, termasuk informasi yang
dikaitkan dengan ketentuan APU-PPT sebagaimana
diperintahkan oleh ketentuan dan peraturan
diatur dalam PBI No.14/27/PBI/2012 tentang
perundang-undangan lainnya yang terkait.
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank
Dalam ketentuan ini, khusus untuk calon nasabah
Umum (selanjutnya disebut “PBI APU-PPT”)
maka bank wajib mengidentifikasi nasabah yang
terutama ketentuan yang mengatur mengenai
memiliki kewarganegaraan AS dan dapat
kewajiban bank untuk mengenal nasabah melalui
memperkirakan apakah yang bersangkutan dapat
Customer Due Diligence.
dikategorikan sebagai wajib pajak AS yang tunduk dalam FATCA atau tidak, khususnya dengan
Pasal 10 PBI APU-PPT mengatur bahwa bank wajib
memperhatikan nilai transaksi dalam 1 (satu)
melakukan prosedur Customer Due Diligence
tahun yang akan dilakukan. Untuk kedepannya,
(CDD) yang merupakan kegiatan identifikasi,
sebagai syarat tambahan pembukaan rekening,
verifikasi dan pemantauan yang dilakukan bank
Bank dapat meminta dokumen tambahan berupa
untuk memastikan bahwa transaksi sesuai dengan
persetujuan/kuasa untuk menginformasikan
profil calon nasabah, Walk-in Customer atau
rekeningnya tersebut kepada IRS dalam rangka
nasabah. Dengan adanya CDD ini, Bank wajib
penerapan FATCA.
mengetahui calon nasabahnya termasuk tentang kewarganegaraan calon nasabahnya tersebut.
51
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Untuk existing customer, dengan adanya kewajiban
Selanjutnya mengenai model perjanjian untuk
Bank untuk menatausahakan dokumen/informasi
menerapkan FATCA, Indonesia sebaiknya menerapkan
mengenai nasabah, maka bank perlu melakukan
FATCA dengan menggunakan Model 1 IGA yang
pengkinian data terhadap informasi dan dokumen
nampaknya lebih sesuai untuk diterapkan di Indonesia
tersebut. Cara pengkinian data tersebut diatur
sebagaimana tercermin dalam pro dan kontra
dalam Pasal 29 PBI APU-PPT yaitu:
sebagaimana disebutkan diatas.
a. Melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah; b. Menyusun laporan rencana pengkinian data; dan c. Menyusun laporan realisasi pengkinian data.
Penerapan FATCA dengan Model 1 - IGA tersebut wajib tetap mengikuti ketentuan pembukaan rahasia bank sebagaimana diatur dalam UU Perbankan dan berdasarkan Pasal 44A UU Perbankan, bank di Indonesia dapat memberikan informasi mengenai
Dengan adanya pengkinian data tersebut,
rekening Wajib Pajak AS kepada Pemerintah AS sesuai
setidaknya Bank dapat mengetahui informasi
dengan permintaan, persetujuan atau kuasa Wajib
terkini mengenai nasabah termasuk dapat
Pajak AS sebagai pemilik rekening di bank tersebut.
menetapkan nasabah yang memiliki kewarganegaraan AS sebagai pihak yang diwajibkan untuk
Sehubungan dengan pengaturan Pasal 44A UU
dilaporkan rekeningnya berdasarkan FATCA
Perbankan tersebut dan terkait dengan penerapan
termasuk profil transaksi dari nasabah tersebut.
FATCA, maka bank di Indonesia perlu melakukan halhal sebagai berikut:
Dalam hal FATCA diterapkan di Indonesia, maka ketentuan APU-PPT dapat mendukung pelaksanaan penerapan FATCA tersebut khususnya pelaksanaan due diligence dan pengkinian data oleh Bank.
a) Melakukan identifikasi rekening-rekening yang dimiliki oleh Wajib Pajak AS; b) Meminta persetujuan atau kuasa dari pemilik rekening agar Bank dapat menginformasikan rekening tersebut kepada IRS (vide Pasal 44A UU
E. Kesimpulan
Perbankan).
FATCA merupakan regulasi Pemerintah AS yang tidak
Kendala yang dapat dihadapi dalam penerapan FATCA
dapat dihindarkan pemberlakuannya di Indonesia.
dari sisi UU Perbankan tersebut antara lain pemilik
Pilihan yang dihadapkan saat ini adalah ikut turut
rekening tidak mau memberikan persetujuan/kuasa
menerapkan FATCA atau pengenaan withholding
kepada bank untuk menginformasikan keterangan
tax sebesar 30% bagi seluruh bank ataupun FFI
nasabah penyimpan dan simpanannya untuk
lainnya yang memiliki pendapatan di AS. Pemerintah
selanjutnya disampaikan kepada IRS, sehingga
Indonesia harus segera menentukan sikap sebelum
kedepannya pemerintah Indonesia perlu mencarikan
diberlakukannya FATCA tersebut pada tanggal 1 Juli
solusi pengaturan yang tepat mengenai hal ini.
2014. Forum internasional, seperti G20 dan OECD, sangat mendukung adanya transparansi pajak dan mencegah upaya penghindaran pajak sehingga penerapan FATCA di Indonesia menjadi pilihan yang utama bagi Indonesia dalam rangka mendukung komitmen internasional tersebut.
52
DAFTAR PUSTAKA
Communiqué Meeting of Finance Ministers and Central Bank Governors, Washington, 18-19 April 2013. G20 Leaders’ Declaration, Russia, September 2013. Stack, Robert, Myth vs. FATCA: The Truth About Treasury’s Effort To Combat Offshore Tax Evasion, diakses melalui http://www.treasury.gov/connect/blog/Pages/Myth-vs-FATCA.aspx. Summary of FATCA Reporting for US Taxpayers, diakses melalui http://www.irs.gov/Businesses/Corporations/Summaryof-FATCA-Reporting-for-U.S.-Taxpayers. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 PBI No. 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank PBI No. 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum
53