www.oseanografi.lipi.go.id
ISSN 0216-1877
Oseana, Volume XVI, Nomor 4 : 13 - 20
MENGENAL BATU MULIA DARI LAUT (Corallium spp.) oleh Anna E.W. Manuputty *)
ABSTRACT THE PRECIOUS CORAL (Corallium spp.). The beautiful plantlike octocorals belong to the order Gorgonacea. The most precious best genus known is definitely Corallium. The skeleton of all the members of this genus contains no gorgonin and thus makes it brittle but as hard as rock. Usually, the colonies are 10 to 40 cm in height, branched in all directions, resembling tiny trees. Corallium spp. are deep water inhabitants. Their bodies are constructed of red or other coloured calcareous spU cules fused together and have been used as decoration and jewelry. Despite the growth of synthetic substances and fashion jewelry, precious corals have been able to hold their own in the jewelry industry.
PENDAHULUAN
dilihat pada bangsa Gorgonia antara lain kipas laut (sea fan), cemeti laut (sea whip), tali arus (sea pen) dan sebagainya.
Octocorallia adalah salah rsatu anggota Anthozoa yang hidup di perairan terumbu karang, dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Di antara anggota Anthozoa, golongan ini agak unik karena mempunyai septa dan tentakel yang berjumlah delapan, tidak kurang dan tidak lebih. Umumnya mereka membentuk kerangka dalam yang berkapur dalam bentuk spikula. Spikula-spikula ini berkumpul membentuk massa kapur yang kompak dan kokoh, sehingga koloninya dapat tumbuh tegak dan kaku seperti pohon dan tidak lentur. Keadaan seperti ini dapat
Semua penyelam pasti mengetahui apa dan bagaimana Gorgonia ini, karena golongan ini mempunyai bentuk dan warna yang indah dan sering digunakan sebagai latar belakang foto bawah air. Panorama dengan latar belakang koloni Gorgonia sangat indah, tidaklah heran bila fotonya sering digunakan sebagai penghias kalender atau iklan wisata bahari. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai suvenir terutama dalam bentuk kering dan sebagai bahan dekorasi dari laut.
*) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta.
13
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
www.oseanografi.lipi.go.id
Salah satu anggota Gorgonia dalani hal ini bangsa Gorgonacea yang sudah terkenal sejak abad ke XIII karena bernilai komersial yang tinggi ialah "precious coral"..atau karang merah dari niarga Corralium (GRZIMEK1974). Marga CoraUium terkenal karena koloninya secara utuh dapat digunakan sebagai bahan dekorasi. Lebih dari itu, kerangka dalamnya yang keras dan berwarna-warni seperti permata dapat dibuat perhiasan atau asesoris seperti kalung, giwang, cincin, bros dan sebagainya. Walaupun akhir-akhir ini telah banyak dibuat perniata tiruan yang niirip dengan karang merah, nilai komersial permata tiruan tersebut niasih jauh di bawah nilai komersial karang merah. Hal ini disebabkan warna dan kilap karang merah yang alami dan tidak mudah pudar oleh pengaruh panas matahari, dan baru akan berubah bila terbakar atau terkena asam kuat. AZIZ (1977) pernah mengulas panjang lebar tentang karang merah yang bernilai komersial. Tulisan ini merupakan informasi tambahan untuk melengkapi tulisan penulis sebelumnya terutama menyinggung sedikit dari segi biologi, sejarah dan nilai komersialnya.
Zat kapur biasanya terdapat pada bagian tepi axis sebagai pengganti spikula, jadi golongan ini tidak mempunyai spikula (BAYER 1956). Yang termasuk anak bangsa Scleraxonia ialah jenis-jenis yang mempunyai axis sentral dan lapisan dalam atau medulla yang mengandung spikula-spikula yang bersatu dengan zat tanduk dan zat kapur, dan membentuk suatu massa yang padat. Spikula-spikula ini juga tersebar rata di lapisan luar atau bagian koenensim korteks. Dengan demikian keberadaannya lebih memperkuat dan memperkokoh koloni. Anak bangsa Scleraxonia terdiri dari 7 suku (BAYER 1956) dan salah satu anggotanya ialah suku Coralliidae di mana termasuk di dalamnya marga Corallium yang terkenal di dunia asesoris. Untuk jelasnya klasifikasinya sebagai berikut: Filum : Coelenterata Kelas : Anthozoa Anak kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Bangsa : Gorgonacea Anak bangsa : Scleraxonia Suku : Coralliidae Marga : Corallium Jenis : Corallium spp. Anggota dari suku Corallidae dapat dibedakan dari suku-suku lain yang tergolong dalam anak bangsa Scleraxonia. Ciri khasnya yang tidak diniiliki oleh suku-suku lain ialah axis sentral atau sumbunya yang keras, tidak berpori atau tidak mengandung lubang-lubang kecil, berkapur (kalkareus) yang terbentuk dari kumpulan spikula dari lapisan dalam koenensim. Spikula-spikula tadi akan berkembang dan menyusun diri dibantu oleh proses klasifikasi yang terjadi
PENGENALAN JENIS Corallium spp. Anggota dari bangsa Gorgonacea terdiri dari kurang lebih 1200 jenis yang tersebar di dunia. Bangsa ini dibagi dalani dua anak bangsa yaitu Holaxonia dan Scleraxonia. Yang termasuk ke dalam anak bangsa Holaxonia ialah jenis-jenis yang mempunyai axis sentral (central axis) yang terdiri dari zat tanduk, atau zat tanduk dan zat kapur.
14
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
www.oseanografi.lipi.go.id
di dalam mesoglea. Keadaan seperti ini yang membuat koloninya kaku dan kokoh. Pada suku-suku lain seperti suku Sclerogorgiidae juga memiliki axis sentral yang tidak berpori, tetapi spikula-spikula penyusunnya tidak niengumpul tetapi menyebar, sehingga axisnya agak lentur atau fleksibel. Hal yang sama juga ditemukan pada suku Briareidae. Beberapa pakar menyebutkan bahwa tekanan air juga berpengaruh terhadap kekokohan dan tekstur koloni Corallium dan Gorgonia laut dalani lainnya (JEYASURIA & LEWIS 1987). Marga Corallium hidup di perairan yang dalam antara kedalaman 30 — 2500 meter (BAYER 1956).
TANDA-TANDA UMUM SUKU CORALLIDAE DAN MARGA Corallium
Bentuk koloni seperti pohon (Gambar 1 A) atau percabangan satu bidang dengan axis sentral yang keras dan licin, tidak berbuku-buku atau beruas-ruas. Axis sentral mengandung kumpulan spikula yang terbentuk dari zat kapur. Polip terdapat di seluruh permukaan tubuh koloni dapat tersusun lateral atau biserial dengan bentuk susunan yang tetap. Pada koloni dengan bentuk percabangan seperti pohon, polip tumbuh ke segala arah, sedangkan pada yang percabangan satu bidang polipnya turn bun satu arah yang biasanya berlawanan dengan arah arus (AZIZ 1977). "Siphonozooid" yaitu polip tanpa tentakel, sangat kecil dan letaknya tersebar di antara "autozooid" yaitu polip dengan 8 tentakel dan 8 septa yang berkembang baik yang jumlah serta ukurannya lebih besar dari "siphonozooid". Koloni Coralliidae bersifat dimorfik, gonad terdapat di dalani "siphonozoid" (Gambar
Spikula atau sklerit berbentuk ''radiate capstan" jumlahnya 6, 7, atau 8, yaitu bentuk batang pendek dengan ujung-ujung yang berbentuk bintang. Bentuk lain yaitu "double club" yang berjumlah banyak, yaitu bentuk batang pendek dengan pegangan rangkap (2-handled sclerite) dengan tonjolan duri-duri pada permukaan luar, merupakan spikula atau sklerit khas marga Coralli um (Gambar 1 B). Warna axis merah muda, merah, beberapa berwarna kuning dan putih. Pada marga Corallium, sklerit kortikal berbentuk kapstan, pada beberapa jenis tidak bersatu, ada juga bentuk salib, kumparan atau "double club". Umumnya pada anak bangsa Scleraxonia, spikulanya terdiri dari zat kapur, satu dengan lainnya bersatu dengan bantuan serat-serat gorgonin atau semacam perekat kalsium karbonat yang dikeluarkan oleh sel-sel mesoglea, yang akhirnya membentuk suatu massa yang padat. Marga Corallium terkenal sebagai "precious coral" dan salah satu jenisnya ada yang berwarna merah sehingga disebut "red precious coral" atau "blood coral" atau karang merah yaitu Corallium rubrum. Skeleton atau kerangka atau axis dari karang merah tidak mengandung zat gorgonin, tetapi kokoh seperti batu karang. Biasanya tinggi koloni antara 10 - 40 cm, diameter cabang atau pangkal batang kurang lebih 4 cm. Skeleton dilapisi oleh jaringan hidup yang tipis, yang identik dengan kulit batang pohon dengan bagian kayunya (Gambar 1 C,D). Lapisan ini mengandung sejumlah jaringan yang bercabang-cabang yaitu stolon yang menghubungkan satu polip dengan polip lainnya di dalani koloni yang sama, secara internal. Kanal-kanal longitudinal yang nampak jelas pada skeleton, seperti celah-celah kecil yang memanjang warnanya bervariasi dari putih ke merah. 15
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
www.oseanografi.lipi.go.id
KETERANGAN GAMBAR
Gambar 1. Koloni dan spikula Corallium spp.: A. Koloni Corallium rubrum (MARSHALL & WILLIAMS 1972). B. Spikula : a. Bentuk "double club". b -d Bentuk "radiate". C. Penampang melintang korteks (HICKSON 1907). D. Penampang membujur korteks (GRZIMEK 1974).
16
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
www.oseanografi.lipi.go.id
Di perairan Jepang dttemukan salah satu jenis dengan tinggi koloni lebih dari 1 m dan berat 40 kg. Koloninya bercabang ke seluruh arah seperti pohon kecil. Pada waktu polipnya niembuka, tampak seperti semak dengan polip berwarna putih dengan tentakel berjumlah delapan seperti bunga kecil (Gambar 1 A). Apabila polipnya ditarik masuk, tampak seperti semak dengan ranting kering.
hidup pada lingkungan yang berombak sedang dan lebih dangkal (JEYASURIA & LEWIS 1987). AZIZ (1977) menyatakan komposisi kimiawi dari korteks koloni karang merah adalah sebagai berikut: -
AXIAL SKELETON
asam karbonik kapur (ca CO3) magnesia besi oksida asam sulfat
- silikat
Axial skeleton atau kerangka sumbu pada bangsa Gorgonacea memegang peranan penting sebagai penyokong utama struktur koloni agar tetap tegak, kokoh dan kuat. Fungsinya identik dengan bagian kayu pada batang pohon. Disamping kerangka yang kokoh, ada juga yang memiliki spikula yang tersebar di dalam jaringan koenensim dimulai dari ujung tentakel sampai ke bagian basal koloni. Komponen terbesar yang rnenyusun axial skeletonnya terdiri dari zat gorgonin yang berwarna coklat, zat tanduk atau keratin, yang tersusun rapat. Day a lentur atau kekuatan rentang dari axis Gorgonia telah diuji oleh GOLDBERG et al (1984) dalam JEYASURIA & LEWIS (1987) yaitu sekitar 270 MN/m2. Nilai ini hampir tiga kali kekuatan tendo atau jaringan ikat vertebrata yaitu 100 MN/m . Dalam hal ini penulis belum menemukan pustaka yang menyatakan daya lentur Corallium spp., akan tetapi dari nilai di atas dapat dibandingkan kira-kira berapa daya lentur jenis tersebut. Kekuatan dan kekakuan axis berhubungan dengan zonasi dan gerakan air dimana mereka hidup. Makin dalam pertumbuhannya, makin berkurang pengaruh ombak, makin kaku dan keras axisnya. Jika axisnya agak fleksibel menandakan mereka
0,5 %
Kekompakan dan kekerasan korteks juga dibantu oleh spikula. Bila axis dilarutkan ke dalam larutan asam lemah, di bawah mikroskop akan nampak substansi organik yang berbentuk seperti spon atau berrongga. Rongga-rongga tersebut adalah bekas tempat spikula, sedangkan zat perekat seperti semen di antaranya telah larut. Diperkirakan bahwa spikula-spikula yang ada di dalam jaringan koenensim tetap ada pada lapisan terdalam yang lunak, walaupun koloninya telah mencapai ukuran maksimum. Spikula tersebut akan terekat dengan substansi seperti semen yang tadinya adalah zat tanduk, kemudian mengapur. Substansi semen ini bukan dibentuk oleh sel-sel skleroblas tetapi oleh modifikasi karakter kimiawi dari mesoglea. HABITAT, SEBARAN,WARNA DAN BENTUK KOLONI Corallium spp. Corallium spp. membutuhkan kondisi perairan yang khusus bagi tempat hidupnya seperti substrat yang keras, kadar garam dan tluktuasi temperatur air yang cukup, pergerakan air yang lemah, dan sinar matahari yang tidak langsung. Karena faktorfaktor yang dibutuhkan seperti di atas, maka sebarannya berdasarkan kedalaman
17
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
40 % 40 - 50 % 5-85 5% 1,5 %
www.oseanografi.lipi.go.id
antara 30 - 2500 m. Kurang dari kedalaman ini jarang ditenmkan, bila ada mereka hidup pada tempat yang terlindung seperti di dalani gua, dibalik tebing atau di antara celah-celah karang yang besar atau daerah terlindung lainnya, sepanjang kedalaman yang tidak jauh berbeda dengan kedalaman minimum di atas, dan disebut sebagai penghuni perairan dangkal. Diperkirakan ada 21 jenis yang hidup di perairan dangkal. Pada laut yang dalam niereka dapat tumbuh miring atau bahkan tegak lurus pada tebing karang. HICKSON (1907) mencatat sebaran geografis marga Corallium dari beberapa ekspedisi diantaranya Ekspedisi Siboga. Di perairan Atlantik ditenmkan 6 jenis, diperairan Hindia ditenmkan 2 jenis, di perairan Hawaii 6 jenis, salah satu jenis ialah C. abyssorum yang hidup pada kedalaman 1800 — 2400 m, di perairan Afrika Bar at 3 jenis dan di Laut Tengah 1 jenis. Di perairan Jepang, Sandwich Island dan Kepulauan Mauritius ditenmkan 9 jenis, salah satu di antaranya Corallium japonicum. C nobile ditenmkan di Laut Mediterania, Kepulauan Cape Verde. Di Madeira ditemukan 3 jenis yaitu C. maderense, C. johnstoni dan C tricolor. C. johnstoni juga ditemukan di pantai barat Irlandia, dan C. maderemse di Teluk Biscay. Di perairan Indonesia, Ekspedisi Challenger menemukan fragmen mati dari C. secundum di Laut Banda pada kedalaman 574 m, dan di Kepulauan Kei pada kedalaman 260 m (HICKSON 1907). BAYER (1969) dalam AZIZ (1977) menyatakan bahwa C. reginae ditemukan di perairan Timor, C. halmaheirense ditemukan di perairan Halmahera, di perairan utara Kalimantan ditemukan C bornense dan diduga jenis C rubrum juga ada di perairan Kei dan Laut Banda.
Warna dan bentuk percabangan dari koloni karang merah bervariasi. C reginae, bentuk koloni bercabang tidak teratur dengan salah satu sisi mendatar. Koloni dan axis berwarna merah muda (pink). C nobile axisnya berwarna merah muda gelap (dark pink), pada penampang melintang axis tampak bagian sentralnya berwarna lebih pucat dengan 1 atau 2 cincin putih yang melingkari bagian yang berwarna pucat tadi. Dari segi komersial, warna axis seperti ini merupakan warna yang paling baik dan mahal. C halmaheirense axisnya berwarna merah muda keputih-putihan, koenensim berwarna merah orange, lebih gelap dari warna axis. ASAL USUL DAN NILAI KOMERSIAL Corallium spp. SEBAGAI PERMATA
Corallium spp. telah ada sejak zaman Cretaceous, hal ini dibuktikan oleh spikulaspikulanya yang ditemukan di dalam endapan di dasar laut atau di batu karang, jadi yang ditemukan bukan dalam bentuk fosil koloninya (BAYER 1956). Marga ini juga telah digunakan sebagai bahan dekorasi dan asesoris sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu (GRZIMEK 1974). Sebagai contoh : perhiasan seperti bros, gelang, topi helm, hiasan pada kuda, telah ditemukan di gua-gua La Tene tahun 400 - 58 Sebelum Masehi. Menurut laporan perjalanan Marco Polo, seorang penjelajah dunia termashur pada tahun 1254 — 1324, dan sumber lain dari bangsa China, bangsa Tibet sudah menggunakan karang merah sebagai mata uang sejak abad ke XIII. Dapatlah dibayangkan betapa berharganya karang merah pada waktu itu sehingga fungsinya setara dengan alat pembayaran yang sah atau uang. Karang merah sebagai permata mulai terkenal di
18
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
www.oseanografi.lipi.go.id
Eropah sejak abad ke XV, dan kedudukannya sejajar di antara batu permata lainnya. Di Cina malahan telah lama digunakan sebagai permata sebelum abad tersebut di atas, kenmdian beralih ke Jepang dan daerah lainnya. Pada abad ke XIX baru diketahui bahwa perairan Jepang mengandung karang merah. Sejak penemuan itu, disimpulkan bahwa karang merah yang telah ada di Jepang sebelumnya bukan berasal dari Jepang sendiri tetapi dari perairan Mediterrania dan dari Kepulauan Malaya (Malayan Archipelago), karena diketahui bahwa sebelum abad ke XIX, Kerajaan Romawi telah memperdagangkan permata dari karang merah sampai ke Asia Kecil, termasuk Jepang. Walaupun akhir-akhir ini telah banyak dibuat permata tiruan yang sama dengan karang merah, permata karang merah itu sendiri masih lebih banyak digemari mengingat daya tarik alamiahnya yang tinggi yang menyebabkan mereka tetap mahal dan lebih unggul dalam dunia industri permata dibandingkan dengan tiruannya. Di Jepang, kedudukan karang merah sebagai permata setingkat dibawah mutiara. Di pusat kota Naha ibukota Okinawa, di sepanjang jalan raya "Hewadori" merupakan pusat penjualan perhiasan dari karang merah dalam bentuk kalung, giwang, bros, cincin, gelang dan berbagai perhiasan lainnya dengan warna yang bervariasi. Dekorasi latar belakangnya terdiri dari axis dari ko-loni yang utuh, berbentuk pohon kecil dan berwarna alamiah sesuai dengan perhiasan yang dipajang didepannya. Harga perhiasan tersebut mulai dari 1000 Yen sampai puluh-an^ribu bahkan ratusan ribu Yen, tergantung dari. besar kecil dan warnanya. Biasanya yang mahal ialah yang berasal dari C. rubrum
yang berwarna merah darah, atau dari C. nobile berwarna merah muda dengan kombinasi putih. Beberapa contoh perhiasan yang menggunakan karang merah dapat dilihat pada gambar sampul depan. Sisi lain yang unik dari karang merah ialah kegunaannya dalam bidang ilmu hitam sebagai penangkal penyakit atau roh-roh halus. Sampai abad ke XIX masih ada pendapat yang menyatakan bahwa bubuk koloni karang merah merupakan obat yang dapat menyembuhkan bermacam penyakit. Selain itu ada kepercayaan bahwa dengan menga-lungkan karang merah ke leher dan menu-suknya ke telinga, seseorang akan terhindar dari intaian setan. Berdasarkan kepercayaan ini maka dibuatlah peralatanperalatan pe-rang dan sarung pedang, padahal kalau dikaji secara akal sehat, kekuatan dan daya tahan karang merahlah yang mendukung dan me-lindungi si pemakai dari serangan benda tajam. Dengan termashurnya karang merah seperti yang telah diuraikan panjang lebar di atas, tidak menutup kemungkinan terjadinya eksploitasi secara besar-besaran baik untuk industri maupun untuk keperluan lainnya. Akhir-akhir ini di beberapa perairan seperti di Perancis, Italia dan Yugoslavia disinyalir. koloni karang,merah telah hilang (GRZIMEK._ 1974). Masih untung bahwa tempat hidup mereka di laut dalam sehingga tidak gampang dijangkau hanya dengan menggunakan peralatan selam biasa, dan ini dapat mengurangi eksploitasinya. Adalah merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga perairan Indonesia yang mengandung karang merah yang bernilai komersial.
19
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991
www.oseanografi.lipi.go.id
DAFTAR PUSTAKA
AZIZ, A. 1977. Karang merah yang bernilai komersial. Pewarta Oseana 3 & 4 (IV) : 14-18. BAYER, F.M. 1956. Octocorallia In : Treatise on Invertebrate Palaeontology, Part F Coelenterata (R.C MOORE ed.). Univ. of Kansas Press, Lawrence : 166 231. GRZIMEK, B. 1974. Animal life Encyclopedia vol : I, Van Nosland Reinhold Comp. : 570 pp.
HICKSON, SJ 1907. Die Alcyoniden Der Siboga - Expedition I. Coralliidae. E.J. Brill Leiden : 39 pp. JEYASURIA, P. & J.C. LEWIS 1987. Mechanical properties of the axial skeleton in gorgonians. Coral Reefs 5 : 213 - 219. MARSHALL, AJ. and W.D. WILLIAMS 1972. Text book of zoology. Vol. I . Invertebrates. The Mac Millian Press Ltd. London 874 pp.
20
Oseana, Volume XVI No. 4, 1991