MENGEMBANGKAN PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) MELALUI MANAJEMEN STRATEGIS (Suatu Kajian Teoritis dalam Rangka Meningkatkan Kinerja PTS di Aceh) Bansu I. Ansari (Guru Besar FKIP Unigha Sigli) Abstrak This article is the result of theoretical study of the effect of strategic management to the development of Private Colleges (PTS) in Aceh in improving its performance. Performance of private universities in the form of academic achievement and sustainability that steady performance is determined by the college leadership itself. There are two factors that affect the performance leaders of PT ie internal and external factors. Internal factors include academic competence and leadership style, while external factors are conducive environment and synergistic. Therefore, to achieve effective performance needed quality leadership and management as the main implementer of education process. Keywords : Discrimination of salary, and Women’s domain
PENDAHULUAN Tulisan ini terinspirasi oleh suatu keinginan dan upaya untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi swasta yang ada di Provinsi Aceh terutama yang ada di daerah, serta tuntutan masyarakat yang sangat mendambakan tersedianya universitas swasta di daerah yang berkualitas baik. Bernardin (1998) menyebutkan bahwa salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengelola suatu perguruan tinggi yang tangguh, berkualitas, dan dapat berkembang secara berkelanjutan (sustainability development) adalah melalui peningkatan kualitas sumber daya pimpinannya. Castetter (1996) mengungkapkan sebuah perguruan tinggi itu unggul dalam bidang akademik dan non akademik atau menjadi mundur kebelakang sebagai institusi yang tidak cemerlang adalah di sebabkan oleh kinerja pemimpinnya. Berbicara mengenai maju mundurnya suatu perguruan tinggi, tidak terlepas berbicara tentang sistem pengelolaan atau manajemennya. Manajemen secara sederhana diartikan sebagai suatu cara bagaimana mengelola sebuah institusi dengan baik, bagaimana agar dengan kondisi minimal dapat memberikan hasil yang optimal. Sesuai yang telah diatur dalam UU No.20 tahun 2003 bahwa masyarakat dapat berperan serta sebagai pelaksana
Sains Riset Vol (1) No. 1 2011
pendidikan, maka di daerah-daerah tingkat dua sudah banyak bermunculan Perguruan Tinggi Swasta, namun sayangnya mereka belum mempunyai sarana dan prasarana yang dipersyaratkan untuk itu. Padahal dalam PP No. 60 tahun 1999 dan visi pendidikan tinggi Indonesia 2003-2010, idealnya (das sollen) sebuah perguruan Tinggi harus memenuhi kriteria antara lain, memiliki SDM profesional, sanggup membangun kepercayaan masyarakat, memiliki sarana-prasarana dan fasilitas pendidikan yang memadai, organisasi berjalan secara efektif dan dinamis, dan selalu memperhatikan dan meningkatkan kualitas kinerjanya. Di lain pihak fenomena atau gambaran empirik Universitas dan atau Sekolah Tinggi Swasta Di daerah (dassein). menunjukkan organisasi lembaga tersebut belum berjalan dinamis dan efektif (adanya hambatan hubungan antara universitas dan yayasan), tingkat pendidikan dan kepakaran pimpinan relatif rendah, posisi jabatan kunci masih ada yang dirangkap oleh dosen/pejabat PTN/PNS lainnya, kualitas lulusan rendah sarana kampus dan fasilitas akademik lainnya relatif terbatas (misalnya menggunakan toko sebagai ruang kuliah), kepercayaan stakeholders kecil bahkan belum nampak, peringkat akreditasi BAN
PT sebagian besar masih berkisar pada peringkat C, bahkan belum ada. Selain itu persoalan-persoalan yang masih terdapat dalam tubuh organisasi Perguruan Tinggi Swasta menurut Prof. Zulkarnain Lubis adalah: • Lemahnya manajemen perguruan tinggi itu sendiri, yaitu lemahnya kemampuan mengelola perguruan tinggi secara integral dan menyeluruh dengan mengoptimalkan alokasi dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki perguruan tinggi yang ditentukan oleh mutu pengelolaan para pimpinan dan mutu pendukung pelaksana (dosen dan mahasiswa) • Input tidak baik, dana terbatas, dan regulasi pemerintah tidak memihak kepada peningkatan mutu akademik lulusan perguruan tinggi • PTS cenderung bersifat business oriented sehingga PTS seringkali mematikan potensi akademisi dan menghambat demokratisasi kampus, karena tindakan yang berusaha mewujudkan demokrasi sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip bisnis dan bisnis tidak dapat selalu bersifat demokratik. Manajemen perguruan tinggi terdesak antara kepentingan akademik dan kepentingan pemilik modal. • Keterjebakan manajemen perguruan tinggi menjadi organisasi bisnis dan menjauh dari lembaga pendidikan, memaksa manajemen pendidikan tinggi untuk memperlakukan pendidikan sebagai suatu "produk” • Opini masyarakat yang salah kaprah yang menjadikan materi dan kondisi ekonomi sebagai indikator keberhasilan, dan untuk mencapainya, seseorang dipersepsikan harus mencapai pendidikan tinggi. Secara tidak langsung, manajemen pendidikan tinggi yang bersifat komersial akan mengarahkan masyarakat
Sains Riset Vol (1) No. 1 2011
untuk memperoleh ijazah, bukan mencapai pengetahuan. • PTS lebih cenderung menawarkan kualitas produk (pendidikan) bukan kualitas pendidikan yang sebenarnya yaitu kemampuan ilmu untuk diterapkan di masyarakat dan peningkatan kualitas hidup. Sementara itu, kualitas produk (pendidikan) hanyalah fasilitas assesoris seperti gedung, lokasi, status, sertifikat pendidikan, dan jaminan ”cepat" lulus. Berdasarkan uraian tersebut di atas sudah jelas bahwa persoalan tersebut muncul akibat dari manajemen pimpinan perguruan tinggi yang salah. Dengan demikian sudah sepantasnyalah sebuah Perguruan Tinggi Swasta memperhatikan sumber daya yang dimilikinya, terutama pimpinan selaku pengelola dan penanggung jawab kinerja lembaganya, seperti Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan dan Ketua Jurusan/Prodi. Oleh sebab itu dalam memasuki abad ke21 ini untuk mengembangkan PTS diperlukan pimpinan yang berkualitas, gaya kepemimpinan yang relatif baik, penuh komitmen, serta lingkungan yang kondusif dan sinergis (Duderstadt, 2000). Upaya-upaya ke-arah pengembangan kinerja PTS, terutama yang ada di daerah, nampaknya belum diimbangi dan mendapat dukungan yang memadai karena faktor sumber daya pimpinan selaku pengelola dan penanggung jawab utama kinerja lembaganya. Sumber daya yang dimaksud antara lain kompetensi individu, gaya kepemimpinan dan faktor lingkungan, sehingga upaya yang telah dilakukan untuk mencapai kinerja universitas dan atau sekolah tinggi belum nampak keberhasilannya, seperti prestasi akademik dan sustainabilitas yang mantap. Tujuan Penulisan Artikel ini bertujuan memaparkan konsepsi dan pentingnya manajemen yang kuat bagi PTS sebagai upaya untuk mengembangkan kinerja universitas. Selain itu untuk mengetahui langkahlangkah yang perlu ditempuh dan
tantangan yang perlu di atasi dalam mengimplementasikan manajemen strategis sebagai suatu alternatif pengelolaan. Konsepsi Manajemen Strategis Gelombang globalisasi yang melanda seluruh negara di dunia saat ini membuat bisnis perguruan tinggi menjadi peluang yang sangat menarik. Globalisasi yang menggejala di hampir semua negara, bahkan sampai kota dan daerah memang menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari. Fenomena ini membuat tajamnya kompetisi antar perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, sehingga memacu pelaku bisnis untuk berinovasi atau mencari cara-cara baru yang dapat dimanfaatkan jika tidak ingin ketinggalan. Dalam situasi seperti ini, lembagalembaga pendidikan dituntut untuk mencari strategi secara tepat sehingga mampu tetap hidup (survive) dan berkembang. Menurut Suyanto (2004), salah satu strategi yang sekarang sedang dicoba, setidaknya diakui telah atau sedang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta adalah dengan menggunakan pendekatan bisnis khususnya pemasaran yaitu dengan menerapkan strategi orientasi pasar (market orientation) dalam mengelola aktivitasnya. Usaha untuk melaksanakan orientasi pasar telah dikeluarkan, meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan, misalnya dengan diterapkannya visi pendidikan tinggi 20032010 yaitu Quality, Access, Equity dan Authonomy (Dikti, 2003). Selain itu dengan keluarnya SK Mendinas No. 232/U/2000 tentang kurikulum dan No. 184/U/2001 tentang pengawasan dan pembinaan perguruan tinggi, yang jelasjelas mendorong perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta untuk berorientasi pada pasar. Dengan diadopsinya pola pengembangan perguruan tinggi tersebut yang diarahkan ke orientasi bisnis telah terjadi pergeseran pengelolaan dunia pendidikan tinggi, yang semula berorientasi pada proses sekarang beralih ke produk. Hal ini menjadi dilema bagi perguruan tinggi, yang semula tetap
Sains Riset Vol (1) No. 1 2011
mempertahankan produk artinya berusaha menciptakan lulusan yang berkualitas, telah bergeser tidak hanya sekedar mempertahankan kualitas tetapi juga kuantitas yang dapat memuaskan konsumen, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Menyikapi situasi seperti di atas, khususnya PTS yang tumbuh bagaikan jamur di musim hujan dan tidak hanya berorientasi bisnis (business oriented), tentu diperlukan suatu pengelolaan/manajemen yang handal. Melalui peningkatan mutu manajemen perguruan tinggi diyakini dapat berimplikasi terhadap meningkatnya kualitas proses maupun produk. Dengan demikian upaya perbaikan dan peningkatan mutu manajemen perguruan tinggi swasta menjadi salah satu prioritas yang perlu mendapat perhatian. Setiap organisasi, termasuk organisasi pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi memerlukan pengelolaan. Semakin baik derajat pengelolaannya, maka akan semakin baik pula kinerja yang dihasilkannya. Namun sering kali bertolak belakang dengan kondisi empirik di lapangan bahwa manajemen baru sebatas retorika dan memang paling mudah mengungkapkannya secara teoritis. Oldcorn (1988) menyebutkan bahwa manajemen bermaksud menjadikan sesuatu itu berjalan lancar atau menghasilkan peluang untuk suatu organisasi yang menjadikan suatu organisasi itu berfungsi secara efektif dan efesien. Selanjutnya Bernardin (1998) mengatakan bahwa manajemen adalah sebagai suatu proses yang membolehkan beberapa anggota suatu organisasi bekerja sama, menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi tersebut yaitu meningkatkan kinerjanya. Secara sederhana dapat diartikan bahwa manajemen sebagai suatu cara bagaimana mengelola sebuah institusi dengan baik, bagaimana agar dengan kondisi minimal dapat memberikan hasil yang optimal. Manajemen memiliki kekuatan di dalam penetapan visi dan misi serta dalam pelaksanaan program sebagai suatu strategi pencapaian tujuan.
Perencanaan (planning) adalah fungsi utama manajemen yang biasa dilakukan atau seharusnya dilakukan pada awal kegiatan dan mungkin jauh sebelumnya. Pada tahapan ini sebuah lembaga menyusun dan menghimpun keinginan, kondisi yang dikehendaki dan hasil yang ingin dicapai dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Supaya konsep manajemen seperti yang telah sebutkan di atas khususnya dalam pengembangan PTS tidak hanya sebatas retorika, maka perguruan tinggi swasta perlu memperhatikan sumber daya yang dimilikinya, terutama pimpinan selaku pengelola dan penanggung jawab Fungsi dan Peran PT di Era Globalisasi 1. Reinventing the University 2. Paradigma Penataan Sistem PT 3. Evaluasi dan Atribut Mutu PT 4. Manajemen Strategis PT 5. Pengelolaan Mutu Total PT 6. KPPT-JP 1996-2005 --- HELTS 2003 – 2010
kinerja lembaganya. Profil kepemimpinan yang dimaksud antara lain memiliki kompetensi individu, komitmen dan gaya kepemimpinan serta memiliki lingkungan yang kondusif dan sinergis. Hasil penelitian Wiradinata (2005) mengungkapkan bahwa profil kepemimpinan seperti ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sebuah perguruan tinggi swasta dalam wujud prestasi akademik dan sustainabilitas yang mantap. Konsep manajemen pengembangan PTS ini kita sebut sebagai Manajemen Strategis. Secara skematik keterkaitannya dapat dilihat di bawah ini. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PT 1. 2. 3. 4.
Globalisasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Kebijakan Pemerintah Kondisi Internal PT
Pemberdayaan
Tujuan PT
Pimpinan PTS selaku pengelola dan Penanggung Jawab Kinerja Universitas Kompetensi Individu Gaya Pimpinan Faktor Lingkungan
Produk
Profil Kepemimpinan
Kinerja Universitas
Perlu diformulasikan strategi Gambar.1: Konsep Manajemen Strategis Meskipun para pakar memberikan definisi yang berbeda-beda tentang manajemen strategis, namun menurut Siagian (2007) manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh sebuah jaringan suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Beberapa Unsur Manajemen Strategis Pengembangan PTS
Sains Riset Vol (1) No. 1 2011
Kompetensi Individu (Integritas). UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi dosen merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki pimpinan perguruan tinggi. Selain itu memiliki visi yang utuh, tanggung jawab, inisiatif, jujur, berani dan tawakal. Gaya Kepemimpinan. Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan, pimpinan perguruan tinggi sangat
berperan dalam menggali dan mengembangkan berbagai sumber daya baik yang ada di kampus maupun di luar kampus. Oleh karenanya seorang pimpinan perguruan tinggi harus mampu menjadikan seluruh civitas akademika, khususnya staf pengajar sebagai suatu “team work” yang solid untuk bekerja sama dari perencanaan dan pelaksanaan berbagai program. Penetapan keputusan penting yang menyangkut program dan implementasinya perlu melibatkan berbagai pihak melalui “ partisipatif decision making process “ Dengan kegiatan demokratis ini semua pihak memiliki tanggung jawab tinggi dalam pelaksanaan program secara profesional. Berkaitan dengan ini seorang pimpinan perguruan tinggi harus dapat: membangun kepercayaan masyarakat, komunikatif, memberdayakan orang lain, membina rasa persatuan dan kekeluargaan, memanfaatkan keahlian para staf dan memiliki manajemen administrasi yang handal. Lingkungan yang kondusif dan sinergis. Pelaksanaan manajemen strategis akan lebih efektif apabila tokoh-tokoh masyarakat yang tergabung dalam dewan penyantun dan yayasan memberikan dukungan dan partisipasi yang tinggi terhadap program-program universitas. Partisipasi dari yayasan dan masyarakat tersebut merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab masyarakat terhadap kelancaran proses perkuliahan di kampus. Tingginya tingkat dukungan yayasan dan masyarakat terlihat dalam berbagai wujud kegiatan, antara lain berpartisipasi dalam merumuskan visi, misi dan tujuan perguruan tinggi, menyediakan berbagai bentuk bantuan finansial dan non finansial untuk mendukung pelaksanaan program universitas, melakukan kontrol
dan pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai program yang telah disepakati, dan mendukung bagi peningkatan anggaran pendidikan dari pemerintah dengan berbagai strategi sesuai dengan peraturan yang berlaku.. Oleh karena itu pimpinan perguruan tinggi harus memberikan pelayanan terbaik terhadap lingkungannya, memiliki statuta perguruan tinggi dan memiliki struktur organisasi yang jelas serta job describsion masingmasing organisasi. Dengan memiliki ketiga kriteria seperti di atas, pimpinan perguruan tinggi selaku pengelola dan penanggung jawab utama akan dapat menciptakan Kinerja Universitas yang lebih baik. Kinerja dalam suatu organisasi perguruan tinggi indikatornya antara lain prestasi akademik yang tinggi dan sustainabilitas yang mantap. Prestasi Akademik Prestasi akademik merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Ada beberapa indikator yang dapat kita jadikan alat ukur prestasi akademik antara lain, (1) jumlah dan publikasi hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan dihasilkan oleh staf dosen dan mahasiswa di perguruan tinggi berupa karya-karya ilmiah, makalah, hasil seminar, dan sejenisnya selama lima tahun terakhir. (2) kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi kegiatan penyuluhan, pelatihan, konsultasi, dan sejenisnya selama lima tahun terakhir. (3) kegiatan pembelajaran meliputi jumlah mahasiswa, jumlah dosen tetap dan tidak tetap yang aktif mengajar, jadwal perkuliahan dan praktikum, garis-garis besar program pengajaran (GBPP), Satuan Acara Perkuliahan (SAP), kehadiran dosen, kehadiran mahasiswa dalam kuliah, praktikum dan ujian, nilai ujian, serta jumlah lulusan dengan segala unsurnya selama tiga tahun terakhir. Ini semua
memberi isyarat kepada para pimpinan selaku pengelola universitas untuk senantiasa memperhatikan kualitas lulusan, di samping tetap mempertahankan dan meningkatkan kuantitas lulusan. Sustainabilitas Sustainabilitas merupakan jaminan keberlanjutan suatu program secara mandiri, setelah sebelumnya memperoleh suntikan dana dari berbagai donatur. Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan alat ukur ini antara lain keberadaan sarana dan prasarana kampus, kemampuan menyediakan fasilitas kampus, kemampuan menyediakan dana pendukung kampus dan perkembangan mahasiswa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan meningkatnya kinerja sebuah perguruan tinggi swasta, maka akan meningkat pula peringkat akreditasi dan berimplikasi kepada pertumbuhan kepercayaan masyarakat terhadap kehadiran kampus ditengah-tengah kehidupan mereka. Faktor-FaktorPendukung Keberhasilan Implementasi Manajemen Strategis Kewenangan dan Otonomi Institusi Kewenangan dan otonomi institusi telah diatur dalam Otonomi Perguruan Tinggi (UU No. 20 / 2003) yaitu: Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Proses menuju otonomi perguruan tinggi antara lain berkaitan dengan pengembangan budaya profesionalisme dengan ciri-ciri memilki keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility), dan kesejawatan (corporateness) yang akan berdampak pada keluaran (output) perguruan tinggi Otonomi pendidikan tinggi haruslah multidimensi yang tidak terpaku pada paradigma lama pendidikan di tanah air kita yang cenderung sentralistik (bahkan sepatu anak sekolah saja nyaris diseragamkan), deterministik
(terlalu ditetapkan dari atas, kurang terjalin dialog), dan kurang berorientasi pada aktualisasi potensi maupun pemecahan masalah lokal. Pelaksanaan Manajemen strategis dalam mengembangkan kinerja suatu Perguruan Tinggi Swasta (PTS), perlu didasari dan didukung oleh adanya kewenangan institusi yang jelas sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dalan statuta perguruan tinggi bersangkutan. Wewenang merupakan kekuatan untuk menggerakkan organisasi, hal tersebut merupakan hak kelembagaan untuk melakukan berbagai aktivitas dalam mencapai tujuan. Tanpa adanya wewenang organisasi merupakan kumpulan orangorang yang sulit untuk menggerakkan sumber daya manusia yang dimilikinya. Kewenangan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi. Namun keberadaan wewenang tanpa adanya kepatuhan orang lain yang ada dalam organisasi tersebut merupakan kehancuran bagi organisasi bersangkutan. PTS perlu diberikan kewenangan yang jelas dan luas untuk menetapkan visi, misi dan tujuan-tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan civitas akademika. Kewenangan yang diberikan pada universitas perlu dijelaskan secara rinci disertai tugas dan tanggungjawabnya. Wewenang tersebut antara lain: 1. PTS harus memiliki independensi atau kebebasan dalam mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan yang menyangkut pengelolaan administrasi, keuangan, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerja sama dan aktivitas lain yang berkaitan, tanpa intervensi pemerintah atau yayasan. 2. PTS harus aktif berperan serta dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapi masyarakat dan bangsanya dan harus kritis terhadap kondisi aktual, seperti represi politik dan pelanggaran hak-hak asasi manusia. PTS juga harus memperkokoh solidaritas dengan lembaga lain yang serupa dan dengan anggota masyarakat akademik secara individual
bilamana mereka menghadapi bencana atau tuntutan dari pihak lain. 3. PTS harus menjamin partisipasi para mahasiswa dalam organisasiorganisasi mereka, baik secara individual maupun kolektif, untuk menyampaikan pendapat atau opininya dalam setiap masalah yang berkala nasional maupun internasional. 4. otonomi perguruan tinggi harus dilaksanakan dengan cara-cara yang demokratis dalam wujud self-government, dengan melibatkan partisipasi aktif dari seluruh komunitas akademik yang bersangkutan. Praktek Kepemimpinan Demokratis dan Menumbuhkan Budaya Kerja Profesional Pelaksanaan manajemen strategis memerlukan praktek-praktek kepemimpinan yang demokratis dari pimpinan perguruan tinggi bersangkutan dalam berbagai aspek kegiatan. Pimpinan PTS harus mampu menciptakan budaya kerja profesional yang bersifat “team work” . Budaya kerja ini akan tercipta bilamana pimpinan bersikap terbuka dan transparan, melibatkan banyak pihak, dan mengakomodir berbagai kepentingan sivitas akademika, tanpa sikap demikian, akan sulit dilakukan perubahan manajemen di perguruan tinggi. Pemimpin yang demokratis haruslah juga menjunjung tinggi kebebasan akademis, artinya pendidikan tinggi adalah tempat untuk belajar dan tiap individu bebas untuk mempelajari apa yang diinginkan, sehingga tidak ada alasan bagi siapapun untuk menghalangi informasi pengetahuan dan semua kegiatan yang dilakukan adalah demi kemajuan ilmu pengetahuan serta penerapan ilmu pengetahuan di masyarakat. Penerapan manajemen yang demokratik berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat yang sangat berkontribusi dalam pembentukan budaya akademis. Salis Edward (1993) mengatakan penerapan TQM (Total Quality Manajement) dalam pengelolaan PTS
merupakan salah satu ciri kepemimpinan demokratis, dimana dalam konsep TQM disebutkan: Semua anggota akademisi bertanggung jawab atas kualitas pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari pemilik organisasi, pengurus, dosen, mahasiswa, sampai dengan karyawan, harus benar-benar mengerti hakekat dan tujuan organisasi pendidikan. Setiap individu yang terlibat harus memahami bahwa dalam menyelenggarakan pendidikan perguruan tinggi modern diperlukan pemikiran yang lebih pluralistik serta kepemimpinan team work karena berbagai masalah yang dihadapi perguruan tinggi sebagai organisasi sosial dan sebagai organisasi bisnis, manajemen pendidikan tinggi tidak boleh birokratis. TQM adalah sistem manajemen yang menjunjung tinggi efisiensi yang sangat meminimalkan proses birokrasi. Kampus yang sangat mencerminkan birokratis harus diganti agar lebih efektif dan efisien. Serta harus memberikan kebebasan berpendapat dan kebebasan informasi mengenai arah-arah pendidikan tinggi, baik secara internal organisasi maupun secara nasional. Pemberdayaan Fasilitas Kampus dan Partisipasi Masyarakat serta Yayasan Untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas lulusan perlu didukung oleh kelayakan fasilitas belajar yang ada di kampus. Pimpinan perguruan tinggi sebagai manajer harus berupaya memberdayakan pemanfaatan fasilitas belajar yang tersedia secara optimal. Fokus pemberdayaan diarahkan pada pengadaan, pemanfaatan, penggalian maupun monitoring penggunaan fasilitas belajar secara optimal. Untuk fokus pemberdayaan ini pimpinan perguruan tinggi dituntut bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, dewan penyantun dan yayasan
untuk menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan mahasiswa, baik ruang belajar, laboratorium, perpustakaan dengan segala koleksinya, maupun fasilitas pendukung lainnya. Keterlibatan masyarakat dan yayasan sangat mendukung programprogram pengadaan fasilitas belajar di kampus. Oleh karenanya pimpinan universitas harus tetap menjaga hubungan baik dengan yayasan dan tokoh masyarakat. Yayasan hendaknya diberi wewenang untuk menentukan pimpinan perguruan tinggi dan melibatkan mereka dalam mengambil keputusan untuk kemajuan perguruan tinggi. Hubungan yayasan dan perguruan tinggi nampak harmonis dari wujud kepedulian mereka antara lain dengan penyediaan bantuan finansial dan non finansial serta membantu pimpinan universitas meminta anggaran pendidikan pada pemerintah. Wujud kepedulian juga tampak secara aktif berusaha merumuskan visi, misi dan program-program kerja universitas, dan juga melakukan kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan program-program yang telah disepakati.
Kesimpulan Kajian berbagai teori menunjukkan bahwa untuk mengembangkan kinerja sebuah perguruan tinggi diperlukan: Sumber daya pimpinan yang berkualitas yaitu memiliki kompetensi individu, gaya kepemimpinan yang demokratis, komitmen serta faktor lingkungan yang kondusif dan sinergis. Kepemimpinan yang demokratis yaitu selalu mengutamakan kepentingan bersama dalam mengambil keputusan, transparan, melibatkan banyak pihak, dimana setiap kebijakan diambil sematamata untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi, yaitu tetap memperhatikan kualitas dosen dan kualitas lulusan di samping mempertahankan kuantitas lulusan. Manajemen pengembangan PTS yang berpedoman pada paradigma baru perguruan tinggi berupa pola
tetrahedron dalam menggambarkan lima dasar penting perguruan tinggi yakni, otonomi, kualitas, evaluasi, akreditasi dan akuntabilitas. Perubahan manajemen perguruan tinggi yaitu dengan membangun kebutuhan akademis yang dimulai dengan adanya persepsi yang sama, citra yang sama, kesadaran yang sama dan pengetahuan yang sama yang harus dimiliki oleh pimpinan perguruan tinggi baik dijajaran struktural maupun fungsional sampai dengan seluruh civitas akademika. Optimalisasi pemberdayaan sumberdaya yang dimiliki seperti dosen, mahasiswa, staf administrasi, pelaksana perpustakaan, laboratorium, struktur organisasi dan rincian tugasnya, serta lembaga penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Manajemen PTS yang dikelola dengan pendekatan bisnis akan menjadi masalah jika dalam prakteknya telah mereduksi arti pendidikan atau melecehkan otonomi pendidikan tinggi, justru hal itu yang sering terjadi. Kepentingan bisnis yang dilakukan manajemen PTS sering kali menginjak demokrasi kampus, bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan akademis, bahkan sering bertentangan dengan prinsip bisnis itu sendiri.
Daftar Pustaka Bernardin H. John. (1998). Human Resources Management An Eksperimental Approach. Singapore: Irwin/Mc Graw Hill Internasional Edition. Castetter, W.B. (1996). The Human Resourch Function in Education (Sixth Edition). New Yersey: Prentice Hall, Inc., Engliwood Cliffs.
Duderstadt J. James. (2000). A University for The 21st Century: The University of Michigan Press. Oldcorn, R. (1988). Management : Skill and Function. London: Pan Boks Ltd. Salis Edward. (1993). Total Quality Management In Education. London: Kogan Page Limited. Siagian, P Sondang (2007). Manajemen Strategik. Jakarta: Bumi Aksara Wiradinata R. (2005). “ Manajemen Sistem Pengembangan Kinerja Perguruan Tinggi.” Jurnal Mimbar Pendidikan. 2005 (2), 410.