BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
I.1.1. Kesadaran untuk Membaca Buku Kebiasaan membaca buku perlu diterapkan sejak usia dini. Dengan membaca, maka perbendaharaan kosakata pada anak akan bertambah. Anak-anak akan lebih mengenal kata-kata baru dan dapat terpancing untuk bertanya mengenai makna dari kata tersebut, sehingga tanpa disadari mereka telah belajar dengan sendirinya. Ada begitu banyak buku yang menjadi pilihan bagi anakanak,namun hanya buku yang dibaca oleh mereka yang
dapat diserap dan
menjadi pembelajaran bagi mereka. Buku merupakan salah satu sumber pengetahuan.Budaya membaca merupakan salah satu keterampilan yang penting, untuk mendorong kreativitas, daya imajinasi, kemampuan bahasa, serta memperluas pengetahuan. Buku yang dibaca akan berguna bagi pembinaan dan pengembangan diri dari seseorang. Paul Jennings, seorang penulis buku anak-anak asal Australia yang populer di era 1985 mengatakan bahwa membacakan buku pada anak tidak hanya membangkitkan kecintaan anak terhadap buku, tetapi kegiatan ini juga akan membiasakannya dengan bahasa buku sehingga anak-anak siap membaca buku sendiri(Danty, 2011, http://www.fimadani.com/menumbuhkan-minat-baca-pada-anak/). Buku yang diberikan pada anak, seharusnya merupakan buku yang berkualitas yang bisa membangun karakter anak. Salah satu buku bacaan yang
mengandung moral yang baik untuk dipelajari oleh anak- anak adalah cerita rakyat.
I.1.2
Cerita Tradisional sebagai Warisan Budaya Indonesia Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam
suku. Berbagai macam suku yang ada di Indonesia, merupakan salah satu hal yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang unik kaya akan warisan budaya yang beragam. Salah satu warisan budaya yang dimiliki Indonesia, adalah cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan cerita yang terjadi di masa lampau pada suatu kalangan masyarakat, biasanya diwariskan turun temurun secara lisan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai moral, keagamaan dan nilai kehidupan yang baik. Cerita rakyat juga merupakan gambaran perilaku budaya Indonesia dan perlu dilestarikan.Penyampaian cerita biasanya dilakukan oleh orangtua dengan cara mendongengkan cerita ini pada anak sebelum mereka tidur. Seiring berjalannya waktu, penyampaian cerita mulai disampaikan dalam bentuk tulisan, dan sekarang ini terdapat beberapa buku ilustrasi menarik yang memuat perihal cerita tersebut.
I.1.3
Profil Buku “Folklore Story Book” Folklore Story Book merupakan salah satu buku yang berisi mengenai
cerita rakyat. Buku ini diterbitkan oleh Genta Pustaka dan dapat ditemukan di toko buku Gramedia. Buku ini berisi mengenai cerita rakyat Indonesia, seperti Jaka Tarub, Lutung Kasarung, Rara Jonggrang, dan lain-lain. Buku ini dikemas
dengan menggunakan bahasa Inggris untuk keseluruhan cerita, dan terdapat visualisasi gambar pada setiap cerita untuk mewakili scene yang diceritakan. Pada bagian akhir cerita terdapat moral agar anak-anak dapat mengambil hikmah dari cerita yang dibawakan. Penulis dari Folklore Story Book ini adalah seorang anak yang duduk di bangku SMA Global Jaya International School, Nefertiti Karismaida.Ia merupakan seorang anak yang menyukai jurnalistik dan literaturserta memiliki keinginan yang besar untuk mempertahankan keberadaan cerita rakyat dari Indonesia. Bagi Nefertiti, Indonesia memiliki banyak koleksi cerita rakyat dari berbagai daerah yang dapat dibagikan kepada anak-anak. Akan sangat disayangkan jika anak-anak pada gerenasi mendatang tidak lagi kenal dengan cerita rakyat di Indonesia. Hal ini yang menjadi latar belakang bagi Nefertiti Karismaida dalam pembuatan buku ini. Folklore Story Book memuat lima cerita diantara lain menceritakan mengenai Jaka Tarub yang berbohong untuk mendapatkan sesuatu yang sementara, Purbasari yang baik hati, pengorbanan Ayu Putu bagi desanya yang terkena amukan dari tuhan, serta moral-moral yang tersirat secara tulisan, dibuat dan ditujukan kepada anak-anak, terutama yang bersekolah di sekolah dasar. Buku ini juga mengangkat mengenai pembentukan karakter, anak-anak yang membaca buku ini, selain menikmati alur cerita, juga dapat mengambil moral-moral yang dapat membentuk karakter mereka, karena mengingat pada zaman ini, pembentukkan karakter anak-anak sudah semakin menurun.
Tujuandari penulisan buku ini adalah agar anak-anak dapat membangun kesadaran dan rasa cinta kepada cerita rakyat Indonesia.Penyampaian dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, memungkinkan buku ini untuk diterbitkan di negara di luar Indonesia, dan melalui hal ini, kebudayaan Indonesia dapat diceritakan ke luar negeri.
1.2.
Identifikasi Masalah Cerita rakyat memiliki peranan yang penting dan harus dilestarikan, agar
tidak terlupakan seiring dengan perkembangan zaman. Namun, pada realitanya, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, keberadaan cerita rakyat ini mulai tergeser dan terlupakan. Masyarakat mulai kehilangan kesadaran mengenai pentingnya cerita rakyat yang menjadi warisan budaya ini, terutama anak-anak. Anak-anak cenderung lebih mengetahui cerita-cerita yang berasal dari luar negeri dan tidak tertarik kepada cerita rakyat. Hal ini disebabakan oleh kurangnya pemberian informasi mengenai cerita rakyat, munculnya cerita-cerita baru yang bersifat lebih modern, dan masuknya buku-buku impor dari luar negeri.Keterbatasan jumlah buku-buku yang berisi mengenai cerita rakyat menjadi salah satu permasalahan yang menyebabkan mengapa anak-anak mulai melupakan cerita rakyat. Penyebab lainnya adalah pembawaan cerita rakyat dalam bentuk buku yang terkadang memiliki desain yang kurang mendukung jika dibawakan untuk anak-anak. Berikut ini adalah permasalahan desain yang ditemukan penulis dalam buku Folklore Storybook.
I.2.1
Cover Sebuah buku memiliki pola penekanan tertentu terhadap urutan isi,
dan bergantung pada fungsi yang disampaikan buku tersebut. Menurut Surianto Rustan dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya, cover sebuah buku, memiliki tekanan yang tinggi / emphasis. Cover harus didesain semenarik mungkin untuk memberi kesan baik pada buku tersebut.
Gambar 1.1. Cover Buku Folklore Story Book
Pada buku Folklore Story Book, cover terlihat datar, penempatan judul, image, dan text terlihat hampir sama besar dan tidak ada emphasis pada cover ini. “If all elements are given equal weight and value, the reader can be confused about the importance of information on the page.” (Landa, 2007 : 178)
Emphasis dapat memberikan efek kuat sehingga orang lebih tertarik untuk membacanya. “A design needs varying degrees of emphasis to capture and guide the viewer attention. Without emphasis, a graphic feels flat and lifeless…” (Malammed, 2009 : 82)
Anak-anak sekolah dasar cenderung lebih menyukai warna-warna yang
terang
dan
bewarna-warni.
Menurut
Fisher
(2001)
pada
perkembangan intelektual dan kognitif, anak-anak menyukai warna-warna terang dan kontras.Jika buku ini dibandingkan dengan buku anak lainnya, tingkat kepekaan anak akan buku ini akan rendah jika dibandingkan dengan buku yang memiliki cover yang cerah.
I.2.2. Tipografi
Gambar 1.2. Penggunaan Tipografi pada isi buku
Jenis font yang digunakan sebagai bodytext adalah Papyrus, pemilihan font ini kurang tepat, karena font papyrus memiliki goresan garis yang kasar dan irregular. Font yang seharusnya digunakan adalah font yang mudah untuk dibaca, dan memiliki tingkat legibility yang jelas sebagai bodytext. “…children are drawn to easy to read, childlike fonts : seniors to larger settings that have more clarity and legibility.” (Strizver, 2006 : 59).
Gambar 1.3. Pull Quotes
Font Papyrus ini digunakan untuk seluruh aspek isi buku, baik dari judul, bodytext, hingga pull quote. Tidak ada pembeda antara ketiga hal ini baik
dalam
jenis
font
maupun
ukuran,
sehingga
sulit
untuk
membedakannya. “Sering kali, pull quotes dibuka dan ditutup dengan tanda petik ada juga yang diberi box supaya keberadaannya dapat dibedakan dengan elemen layout lainnya.” (Rustan, 2009 : 39 ).
Gambar 1.4. Ascender & Descender
Ukuran font yang digunakan terlalu besar, dengan jarak antar baris yang cukup sempit. Hal ini menyebabkan huruf-huruf yang memiliki
ascender dan huruf yang memiliki descender, saling bertumpu satu dengan yang lain. Hal ini membuat beberapa huruf akan sulit dibaca oleh anakanak.
I.2.3. Layout
Gambar 1.5. Margin
Pada gambar, dapat terlihat bahwa buku ini memiliki margin yang tidak konsisten. Halaman yang tertera adalah halaman awal setelah judul cerita, namun memiliki perbedaan margin yang sangat jauh. Hal ini juga terjadi pada beberapa halaman lainnya. Pengolahan grid dan layout kurang dimanfaatkan dengan baik. Peletakan image dan text yang terlalu padat dapat membuat mata cepat lelah. “Reading the series of pictures that accompany the words is a lengthy one that involves the need for close attention.” (Reed, 2004 : 41)
I.2.4. Ilustrasi “Pada majalah atau buku cerita anak-anak, artworks lebih banyak digunakan karena lebih dapat memancing imajinasi dibandingkan fotografi yang terlalu real.” (Rustan, 2009 : 56-57).
Buku ini menggunakan banyak ilustrasi. Namun, kualitas ilustrasi kurang sesuai untuk anak umur 7-12 tahun. Ilustrasi yang dibuat terlalu sederhana.
Gambar 1.6. Colorful Birds
Anak-anak cenderung melihat gambar sebagaimana adanya, karena itu, ilustrasi yang digunakan sebaiknya ilustrasi yang mendukung dan menggambarkan dengan jelas mengenai kondisi / kejadian pada saat itu. “It’s sometimes said that picture books for the younger child require simpler composition than those for older readers. But real artistry means that complexity may be appropriate of any age…” (Reed, 2004 : 40)
1.3.
Batasan Masalah Berdasarakan masalah yang telah diangkat, penulis memberi batasan pada
masalah-masalah tersebut pada hal desain. Strategi visual menarik perlu dilakukan agar buku ini agar dapat dinikmati oleh target, yakni anak-anak.Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat alternatif desain pada buku ini, yang mencangkup cover, tipografi, ilustrasi, dan layout. Pembuatan desain interactive book dapat menimbulkan rasa keingintahuan bagi anak-anak untuk dapat membaca kelanjutan dari cerita tersebut. Desain buku yang menarik juga dapat membuat anak-anak tidak jenuh ketika membaca buku tersebut berulang-ulang kali.
1.4
Tujuan Tujuan dari mendesain buku ini adalah : 1. Membuat alternatif desain pada buku FolkloreStorybook agar dapat menarik perhatian target buku ini, yaitu anak-anak. 2. Membuat alternatif layout, ilustrasi, serta penambahan elemen visual yang mendukung isi buku, sehingga cerita yang ingin disampaikan oleh buku, dapat dicerna dengan mudah dan menyenangkan oleh anakanak. 3. Membuat desain buku menjadi interaktif untuk menimbulkan rasa penasaran, excited ketika membaca buku ini serta keinginan untuk membaca buku ini berulang kali.